i
UCAPAN TERIMA KASIH………. vi
DAFTAR ISI………. ix
DAFTAR TABEL………. xii
DAFTAR GAMBAR………. xvi
DAFTAR LAMPIRAN………. xvii
BAB I PENDAHULUAN………. 1
A. Latar Belakang Masalah……… 1
B. Identifikasi Masalah………... 9
C. Pembatasan Masalah………...………... 10
D. Rumusan Masalah……….. 11
E. Tujuan Penelitian………... 11
F. Kegunaan Penelitian……….. 12
G. Asumsi Penelitian……….. 12
H. Definisi Operasional……….. 13
ii
B. Hubungan motivasi belajar siswa dengan kecakapan hidup
siswa……….. 16
C. Hubungan kegiatan belajar siswa dengan kecakapan hidup siswa……….. 17
D. Kecakapan Hidup……….. 19
1. Pengertian Kecakapan Hidup (Life skills)……… 19
2. Konsep Kecakapan Hidup (Life skills)………. 23
3. Pelaksanaan Pendidikan Kecakapan Hidup (Life skills).. 33
E. Motivasi Belajar Siswa……… 35
1. Pengertian Motivasi Belajar……… 35
2. Indikator motivasi belajar.……….. 36
F. Kegiatan Belajar Siswa……… 39
1. Pengertian Kegiatan Belajar Siswa………. 39
2. Indikator Kegiatan Belajar Siswa……….. 41
G. Kerangka Berpikir………... 44
H. Penelitian yang Relevan……….. 46
I. Hipotesis……….. 48
BAB III METODE PENELITIAN……… 49
A. Metode Penelitian yang Digunakan……….. 49
B. Variabel dan Indikator Penelitian………. 50
C. Populasi dan Sampel Penelitian……… 52
D. Lokasi Penelitian……….. 53
E. Teknik Pengumpulan Data……….. 54
iii
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN………... 71
A. Hasil Penelitian……….. 71
1. Deskripsi data penelitian………. 71
2. Hasil Uji Normalitas……… 99
3. Hasil Uji Homogenitas……… 101
4. Hasil Uji Linieritas……….. 101
5. Hasil Pengujian Hipotesis………. 110
B. Pembahasan Hasil Penelitian……… 112
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI……….. 138
A. Kesimpulan……… 138
B. Implikasi……… 140
C. Rekomendasi………. 142
DAFTAR PUSTAKA ………...
iv
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
1.1 Data Alumni Program Keahlian Agribisnis Tanaman
Pangan dan Hortikultura……… 3
3.1 Rekapitulasi Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian… 59
3.2 Kategori variabel penelitian……….. 61
3.3 Analisis Varians Untuk Pengujian Kelinieran dan
Signifikansi Regresi……….. 67
3.4 Patokan Hasil Perhitungan Koefisien Korelasi…………. 69
4.1 Hasil Analisis Deskriptif Data Motivasi Belajar Siswa
Pada Setiap Aspek………. 72
4.2 Kategori Data Aspek Motivasi Intrinsik………... 73
4.3 Kategori Data Aspek Motivasi Ekstrinsik………. 73
4.4 Hasil Analisis Deskriptif Data Motivasi Belajar Siswa
Pada Setiap Indikator………. 74 4.5 Kategori Data Indikator “Hasrat dan Keinginan
Berhasil”………... 75
4.6 Kategori Data Indikator “Dorongan Kebutuhan”……….. 76
4.7 Kategori Data Indikator “Harapan dan Cita-cita”………... 76
4.8 Kategori Data Indikator “Penghargaan dalam Belajar”….. 77
4.9 Kategori Data Indikator “Kegiatan yang Menarik dalam
Belajar”………... 77
v
4.11 Hasil Analisis Deskriptif Data Kegiatan Belajar Siswa
Pada Setiap Aspek………..………. 79
4.12 Kategori Data Aspek Persiapan Belajar……… 80
4.13 Kategori Data Aspek Proses Belajar………. 81
4.14 Kategori Data Aspek Evaluasi Hasil Belajar………. 81
4.15 Hasil Analisis Deskriptif Data Kegiatan Belajar Siswa Pada Setiap Indikator ……….… 82
4.16 Kategori Data Indikator Persiapan Fisik………. 83
4.17 Kategori Data Indikator Persiapan Mental……….. 83
4.18 Kategori Data Indikator Visual Activities……….. 84
4.19 Kategori Data Indikator Oral Activities……….. 84
4.20 Kategori Data Indikator Listening Activities………. 85
4.21 Kategori Data Indikator Writing Activities……… 85
4.22 Kategori Data Indikator Motor Activities………... 86
4.23 Kategori Data Indikator Mental Activities……….. 86
4.24 Kategori Data Indikator Perubahan Sikap dan Perilaku…. 87 4.25 Hasil Analisis Deskriptif Data Kecakapan Hidup Siswa Pada Setiap Aspek……….. 88
4.26 Kategori Data Aspek Personal Skill………... 89
vi
4.28 Kategori Data Aspek Academic Skill……….. 90
4.29 Kategori Data Aspek Vocational skill………. 90
4.30 Hasil Analisis Deskriptif Data Kecakapan Hidup Siswa
Setiap Indikator……….. 91
4.31 Kategori Data Indikator Kesadaran Diri………. 92
4.32 Kategori Data Indikator Kecakapan Berpikir………. 93
4.33 Kategori Data Indikator Kecakapan Berkomunikasi……. 93
4.34 Kategori Data Indikator Kecakapan Bekerjasama……….. 94
4.35 Kategori Data Indikator Kecakapan Identifikasi Masalah.. 94
4.36 Kategori Data Indikator Kecakapan Dasar………. 95
4.37 Kategori Data Indikator Kecakapan Khusus……….. 95
4.38 Kategori Data Motivasi Belajar Siswa Berdasarkan Umur
Siswa……….. 96
4.39 Kategori Data Kegiatan Belajar Siswa Berdasarkan Umur
Siswa……….. 97
4.40 Kategori Data Kecakapan Hidup Siswa Berdasarkan
Umur Siswa……… 98
4.41 Hasil Uji Normalitas Variabel Penelitian……… 100
4.42 Hasil Uji Homogenitas Variabel Penelitian……… 101
4.43 Analisis Varians Uji Linieritas dan Signifikansi Regresi X2 atas X1………..
102
4.44 Analisis Varians Uji Linieritas dan Signifikansi Regresi Y
vii
4.45 Analisis Varians Uji Linieritas dan Signifikansi Regresi Y atas X2………..
108
viii
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
2.1 Skema Kecakapan Hidup………. 25
2.2 Dominasi Pendidikan Kecakapan Hidup……….. 32
2.3 Pembelajaran Kontekstual Mengaitkan Mata Pelajaran
Dengan Kehidupan Nyata………. 35
2.4 Pola Hubungan Antar Variabel………. 46
4.1 Diagram Batang Data Motivasi Belajar Siswa Pada Setiap
Aspek……….. 72
4.2 Diagram Batang Data Motivasi Belajar Siswa Pada Setiap
Indikator……….. 75
4.3 Diagram Batang Variabel Kegiatan Belajar Siswa Pada
Setiap Aspek……… 79
44 Diagram Batang Variabel Kegiatan Belajar Siswa Pada
Setiap Indikator………. 82
4.5 Diagram Batang Variabel Kecakapan Hidup Siswa Pada
Setiap Aspek………. 88
4.6 Diagram Batang Variabel Kecakapan Hidup Siswa Pada
Setiap Indikator………. 92
4.7 Diagram Batang Variabel Motivasi Belajar Siswa
Berdasarkan Umur Siswa……….. 97
4.8 Diagram Batang Variabel Kegiatan Belajar Siswa
Berdasarkan Umur Siswa……….. 98
4.9 Diagram Batang Variabel Kecakapan Hidup Siswa
ix
DAFTAR LAMPIRAN
halaman
Lampiran 1 Kisi-Kisi Instrument Penelitian………... 148
Lampiran 2 Instrumen Penelitian ……….. 150
Lampiran 3 Uji Validitas Instrument Penelitian………. 158
Lampiran 4 Uji Reliabilitas Instrument Penelitian ……… 171
Lampiran 5 Rekapitulasi data motivasi belajar siswa ……… 177
Lampiran 6 Rekapitulasi data kegiatan belajar siswa………. 179
Lampiran 7 Rekapitulasi data kecakapan hidup siswa……….. 181
Lampiran 8 Rekapitulasi rata-rata skor responden per aspek………. 186
Lampiran 9 Hasil analisis deskriptif variabel X1, X2, Y………. 188
Lampiran 10 Rekapitulasi Data X1, X2, Y Berdasarkan Umur Siswa 195 Lampiran 11 Pengujian normalitas data variabel motivasi belajar siswa…. 196 Lampiran 12 Pengujian normalitas data variabel kegiatan belajar siswa…. 198 Lampiran 13 Pengujian normalitas data variabel kecakapan hidup siswa... 200
Lampiran 14 Pengujian Homogenitas data variabel motivasi belajar……... 202
Lampiran 15 Pengujian Homogenitas data variabel kegiatan belajar…….. 204
Lampiran 16 Pengujian Homogenitas data variabel kecakapan hidup……. 206
x
Lampiran 18 Anava uji linieritas dan signifikansi variabel Y atas X1………. 212
Lampiran 19 Anava uji linieritas dan signifikansi variabel Y atas X2………. 216
Lampiran 20 Perhitungan analisis regresi dan korelasi variabel X2 atas X1.. 220
Lampiran 21 Perhitungan analisis regresi dan korelasi variabel Y atas X1… 225
1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pembangunan nasional dibidang pendidikan merupakan upaya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia. Pemerintah dalam hal ini melakukan berbagai upaya untuk
meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia. Upaya inovasi serta program pendidikan telah dilaksanakan, antara lain yaitu penyempurnaan kurikulum.
Penyempurnaan kurikulum dilaksanakan dengan memberlakukan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Dengan melaksanakan KTSP, pemerintah memberikan kesempatan yang luas kepada sekolah untuk mengembangkan
kegiatan pembelajaran sehingga diharapkan mutu pendidikannya meningkat. Peningkatan kompetensi guru dan tenaga kependidikan dilakukan oleh pemerintah
dengan menyelenggarakan program pendidikan dan latihan peningkatan kompetensi. Pemerintah juga berupaya memberikan bantuan-bantuan pengadaan fasilitas sekolah, misalnya pengadaan peralatan praktik, penambahan sarana kelas
maupun laboratorium. Selain itu pemerintah juga berupaya untuk menyelenggarakan program diklat bagi Kepala Sekolah yang ditujukan untuk
meningkatkan fungsi manajemen di sekolah.
Walaupun pemerintah sudah melakukan berbagai upaya dan inovasi untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia, namun demikian peningkatan
pendidikan di Indonesia ternyata masih sangat jauh dibandingkan dengan negara-negara lain di dunia. Global Competitiveness Report 2009/2010 menyebutkan
bahwa tingkat persaingan global suatu negara antara lain ditentukan dari kualitas pendidikan dan mencatat daya saing Indonesia berada di peringkat ke-54 dari 133
negara, jauh di bawah negara tetangga termasuk Cina dan India (http://www.indomovement.com). Kualitas pendidikan yang rendah mempunyai dampak terhadap Human Development Indeks (HDI). Sebagaimana laporan
UNDP, HDI yang dirilis tahun 2009 melaporkan bahwa Indonesia berada pada urutan ke 111 dari 182 negara yang dipublikasikan HDI, dengan indeks 0,734
(http://id.wikipedia.org).
Saat ini masalah kecakapan hidup (life skills) melalui pendidikan formal menjadi aktual untuk dibahas karena berbagai alasan seperti meningkatnya lulusan
pendidikan dasar yang tidak melanjutkan ke jenjang sekolah menengah, lulusan sekolah menengah yang tidak melanjutkan ke perguruan tinggi, serta
meningkatnya jumlah pengangguran (Handayani, S, 2009:1). Diperkirakan bahwa rendahnya kualitas lulusan yang diindikasikan dengan kecakapan hidup yang rendah menjadi salah satu penyebab terjadinya pengangguran. Demikian juga
dengan kondisi tamatan Kompetensi Keahlian Agribisnis Tanaman Pangan dan Hortikultura SMK Negeri 1 Losarang. Berdasarkan informasi yang diperoleh
atau bekerja di instansi pemerintah. Sedikit sekali dari mereka yang membuka usaha sendiri dibidang agribisnis. Seperti yang terlihat pada tabel berikut ini:
Tabel 1.1
Data Alumni Program Keahlian Agribisnis Tanaman Pangan dan Hortikultura
NO Keterangan Tahun Pelajaran 2007/2008
2 Jumlah lulusan yang
disalurkan BKK - 11 18
3 Jumlah lulusan yang
kuliah 4 12 10
4 Jumlah lulusan yang
ber-wirausaha - 2 -
Sumber: Data Alumni Program KeahlianAgribisnis SMKN 1 Losarang Keberhasilan dalam suatu program pendidikan dipengaruhi oleh banyak
hal. Katresna (2009:5) mengemukakan bahwa rendahnya mutu guru, kurangnya sarana dan prasarana, kecilnya biaya operasional serta orientasi pendidikan yang
semata-mata kepada penguasaan materi pelajaran merupakan penyebab rendahnya kualitas lulusan. Sementara itu Marwanti (2008:2) menyebutkan komponen mendasar yang secara langsung berkaitan dengan penyelenggaraan program
pendidikan kecakapan hidup dalam proses pembelajaran adalah interaksi segitiga antara guru, peserta didik dan materi pembelajaran.
siswa. Berkaitan dengan implementasi pendidikan kecakapan hidup di SMK Negeri 1 Losarang, dapat diketahui bahwa kesiapan guru dalam
pengimplementasian pendidikan kecakapan hidup masih kurang, hal ini diindikasikan dengan dengan rendahnya kemampuan guru dalam melaksanakan
pendidikan kecakapan hidup dalam kegiatan pembelajarannya.
Keberhasilan program pendidikan kecakapan hidup tidak bisa dilepaskan dari pelaksananya. Selain guru, para pelaksana dalam hal ini adalah siswa.
Pendidikan kecakapan hidup dikatakan berhasil apabila perubahan-perubahan yang tampak pada siswa merupakan akibat dari proses belajar mengajar yang
dialaminya. Dalam pelaksanaan proses pembelajaran kecakapan hidup tersebut terjadi interaksi belajar mengajar antara siswa, guru dan fasilitas belajar yang digunakan. Siswa melakukan aktivitas atau kegiatan belajar, sehingga diharapkan
akan terjadi perubahan pengetahuan, ketrampilan dan sikap/tingkah laku sesuai dengan tujuan belajar yang diinginkan. Oleh karena itu didalam belajar harus ada
aktivitas atau kegiatan. Sebab pada prinsipnya belajar adalah berbuat. Tidak ada belajar kalau tidak ada aktivitas. Aktivitas atau kegiatan belajar siswa itu adalah kegiatan yang bersifat fisik maupun mental. Dengan demikian kegiatan belajar
siswa dapat menentukan keberhasilan belajarnya.
Berkaitan dengan kegiatan belajar siswa Kompetensi Keahlian Agribisnis
Tanaman Pangan dan Hortikultura, dari pengamatan ternyata masih rendah. Hal ini diindikasikan dengan rendahnya kesiapan belajar siswa. Banyaknya siswa yang tidak mampu menjawab soal pre tes yang mengulas pelajaran sebelumnya,
pelajaran dari guru, akan berusaha merespon atas pertanyaan atau tugas yang diberikan oleh guru. Untuk dapat memberi jawaban dan melaksanakan tugas yang
benar, tentunya siswa harus mempunyai pengetahuan dengan cara membaca dan mempelajarai materi yang telah dan akan diajarkan oleh guru. Dengan adanya
kesiapan belajar, akan mendorong siswa untuk melaksanakan kegiatan belajar secara maksimal. Selain itu, pada kegiatan praktik dijumpai siswa tidak mampu bekerja secara kelompok. Mengingat lahan yang dimiliki sekolah untuk kegiatan
praktik terbatas, maka kegiatan praktik di lahan dilakukan secara berkelompok. Beberapa siswa cenderung lebih giat melakukan praktik dari pada siswa yang lain.
Motivasi belajar siswa sangat mempengaruhi keberhasilan belajar. Seperti yang dikemukakan oleh Sudjana, N (2009:61) bahwa menilai keberhasilan suatu program pengajaran salah satunya ditentukan oleh motivasi belajar siswa. Siswa
yang memiliki motivasi belajar akan memperhatikan dan berusaha untuk mengingat atas apa yang telah diajarkan oleh guru, dan melaksanakan tugas-tugas
yang telah diberikan oleh guru. Berkaitan dengan motivasi belajar siswa Kompetensi Keahlian Agribisnis Tanaman Pangan dan Hortikultura, dari pengamatan masih rendah. Hal ini diindikasikan dengan rendahnya semangat
belajar, rendahnya kreatifitas, dan keingintahuan juga rendah.
Rendahnya kualitas lulusan Agribisnis SMK Negeri 1 Losarang
diperkirakan karena kecakapan hidupnya rendah. Hal ini diindikasikan dengan rendahnya kecakapan personal yang dimiliki siswa. Berdasarkan informasi dari bagian kesiswaan diketahui sekitar 30% siswa kurang disiplin, sering terlambat
sekitar 30% kecenderungan siswa kurang memperhatikan pelajaran, 60% tidak adanya kemandirian dalam mengerjakan tugas-tugas dan sekitar 10% dari mereka
terlambat mengumpulkan tugas-tugas. Kecakapan akademik juga rendah, misalnya kemampuan memecahkan suatu masalah yang kurang, serta kreativitas
yang rendah. Hal ini juga ditunjukkan dengan sekitar 70% dari mereka nilai mata pelajaran adaptif dibawah KKM. Demikian pula dengan rendahnya kecakapan sosial, misalnya kemampuan berkomunikasi yang rendah, tidak mampu bekerja
secara kelompok. Kecakapan vokasional yang juga rendah ditunjukkan dengan kompetensi yang kurang, sekitar 60% nilai mata pelajaran produktif dibawah
KKM. Kondisi ini membuat siswa tidak mengetahui manfaat dari apa yang dipelajari, dan setelah lulus mereka juga tidak tahu bagaimana menerapkan apa yang dipelajari.
Pemerintah dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan, membuat kebijakan program pendidikan berorientasi kecakapan hidup (life skills). Sekolah
Menengah Kejuruan merupakan salah satu jenjang pendidikan yang dapat memasukkan kecakapan hidup dalam kurikulumnya. SMK dalam pelaksanaannya, menerapkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), dimana didalam
kerangka kurikulumnya dapat menerapkan pendidikan yang berorientasi kepada kecakapan hidup (life skills) dalam kegiatan belajar mengajar. Hal ini sesuai
dengan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 pasal 13. Pendidikan kecakapan hidup (life skills) dalam pelaksanaannya terintregasi dalam setiap mata diklat dan dilaksanakan di dalam kelas, bengkel, laboratorium, lahan budidaya, di
Pendidikan berorientasi kecakapan hidup diperlukan karena muatan kurikulum di Indonesia cenderung memperkuat teoritis akademik (academic skill)
(Handayani, S, 2009:2). Banyak kebutuhan dan persoalan empirik lingkungan tempat tumbuh siswa kurang diperhatikan. Hal ini menyebabkan siswa kurang
mampu mengaplikasikan kemampuan belajarnya dengan kebutuhan dunia kerja dan persoalan yang terjadi di sekitarnya.
Pendidikan kecakapan hidup mengorientasikan siswa untuk memiliki
kemampuan dan modal dasar agar dapat hidup mandiri dan survive di lingkungannya. Menurut Tim BBE Depdiknas dalam Sukmara D, (2007:33),
kecakapan hidup merupakan kecakapan yang dimiliki seseorang untuk berani menghadapi problema hidup dan kehidupan dengan wajar tanpa merasa tertekan, kemudian secara proaktif dan kreatif mencari serta menemukan solusi sehingga
akhirnya mampu mengatasinya. Kecakapan hidup mempunyai cakupan yang luas, berintegrasi antara pengetahuan dan keterampilan yang diyakini sebagai unsur
penting untuk hidup lebih mandiri. Dalam kehidupan sehari-hari setiap orang dituntut memiliki (1) Kecakapan Pribadi (Personal Skill), (2) Kecakapan Sosial (Sosial Skill), (3) Kecakapan Akademik (Academic Skill), dan (4) Kecakapan
Vokasional (Vocational Skill).
Pengembangan pendidikan berorientasi kecakapan hidup berbeda pada
setiap jenjang dan jenis pendidikan. Pengembangan pendidikan berorientasi kecakapan hidup pada Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dititik beratkan pada kecakapan vokasional (Vocational Skill). Kecakapan vokasional sering disebut
pekerjaan tertentu yang terdapat di masyarakat. Kecakapan vokasional lebih cocok untuk siswa yang akan menekuni pekerjaan yang lebih mengandalkan
ketrampilan psikomotor daripada kecakapan berpikir ilmiah. Oleh karena itu kecakapan vokasional lebih cocok bagi siswa SMK, kursus ketrampilan atau
program diploma (Handayani, S, 2009:5).
Tujuan kompetensi keahlian Agribisnis Tanaman Pangan dan Hortikultura antara lain adalah setelah lulus siswa mampu memasuki lapangan kerja serta dapat
mengembangkan sikap profesional dalam bidang budidaya tanaman. Sesuai dengan standar kompetensi kejuruan Agribisnis Tanaman Pangan dan
Hortikultura, siswa diajarkan bagaimana memproduksi tanaman pangan dan hortikultura. Sesuai dengan kondisi daerah di Indramayu dan lahan yang dimiliki oleh sekolah, maka komoditas yang diajarkan oleh guru kepada siswa antara lain
tanaman cabe, jagung, tomat, sawi, dan kembang kol. Pada penelitian ini kecakapan vokasional siswa dibatasi pada kompetensi membudidayakan cabe
hibrida. Jenis cabe ini cocok dibudidayakan di daerah dataran tinggi maupun rendah, termasuk Indramayu. Seperti yang ditulis dalam Suara Karya Online, 2010 bahwa Kabupaten Indramayu mempunyai produk hortikultura unggulan
seperti bunga kol dan cabe.
Pelaksanaan program pendidikan berorientasi kecakapan hidup (life skills)
diharapkan dapat memberikan bekal kepada siswa untuk dapat memiliki kecakapan dan keberanian memecahkan permasalahan yang timbul dalam kehidupan bermasyarakat. Hal ini menegaskan betapa pentingnya sekolah
Penyelenggaraan pendidikan berorientasi kecakapan hidup yang terintegrasi kedalam mata pelajaran di SMK Negeri 1 Losarang selama ini belum
pernah dievaluasi sehingga gambaran menyeluruh tentang hasilnya pun belum diketahui.
Berdasarkan uraian diatas perlu adanya suatu penelitian terhadap siswa Kompetensi Keahlian Agribisnis Tanaman Pangan dan Hortikultura SMK Negeri 1 Losarang dengan judul “Pengaruh Motivasi Belajar dan Kegiatan Belajar Siswa
Terhadap Kecakapan Hidup Siswa (Studi Tentang Pembelajaran Berorientasi Kecakapan Hidup di SMK Negeri 1 Losarang Kompetensi Keahlian Agribisnis
Tanaman Pangan dan Hortikultura-Budidaya Cabe Hibrida)”. .
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah, dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut:
1. Banyaknya lulusan yang belum diterima di dunia industri, tidak berani untuk berwirausaha dan lebih memilih menganggur.
2. Fasilitas yang ada belum dimanfaatkan sepenuhnya oleh guru untuk dapat
melaksanakan pembelajaran yang berorientasi pada kecakapan hidup.
3. Kurangnya kesiapan guru dalam pengimplementasian pendidikan kecakapan
hidup, dengan diindikasikan rendahnya kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran yang berorientasi pada kecakapan hidup.
5. Motivasi belajar siswa yang rendah, hal ini diindikasikan dengan rendahnya keinginan bersaing untuk berprestasi, semangat belajar yang rendah dan
keingintahuan juga rendah.
6. Kegiatan belajar siswa yang rendah, hal ini diindikasikan dengan persiapan
belajar yang kurang, kecenderungan siswa pasif dalam menerima pelajaran teori dikelas, serta mengandalkan teman dalam melaksanakan tugas.
7. Kecakapan hidup (kecakapan personal, kecakapan sosial, kecakapan
akademik dan kecakapan vokasional) yang rendah.
8. Kecakapan vokasional yang diajarkan kepada siswa meliputi kecakapan
membudidayakan cabe, jagung, tomat, sawi, dan kembang kol.
9. Penyelenggaraan pendidikan berorientasi kecakapan hidup yang terintegrasi kedalam mata pelajaran di SMK Negeri 1 Losarang selama ini belum pernah
dievaluasi.
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah yang dikemukakan di atas, maka dalam penelitian ini dibatasi pada faktor yang diprediksi kuat mempunyai pengaruh
terhadap kecakapan hidup siswa Kompetensi Keahlian Agribisnis Tanaman Pangan dan Hortikultura yaitu motivasi belajar siswa dan kegiatan belajar siswa,
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan
pembatasan masalah, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana gambaran tentang motivasi belajar siswa, kegiatan belajar siswa dan kecakapan hidup siswa?
2. Seberapa besar pengaruh motivasi belajar siswa terhadap kegiatan belajar
siswa?
3. Seberapa besar pengaruh motivasi belajar siswa terhadap kecakapan hidup
siswa?
4. Seberapa besar pengaruh kegiatan belajar siswa terhadap kecakapan hidup siswa?
E. Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan:
1. Untuk mendeskripsikan motivasi belajar siswa, kegiatan belajar siswa, dan kecakapan hidup siswa Kompetensi Keahlian Agribisnis Tanaman Pangan
dan Hortikultura (budidaya cabe hibrida).
2. Untuk mengetahui pengaruh motivasi belajar siswa terhadap kegiatan belajar
3. Untuk mengetahui pengaruh motivasi belajar siswa terhadap kecakapan hidup siswa Kompetensi Keahlian Agribisnis Tanaman Pangan dan Hortikultura
(budidaya cabe hibrida).
4. Untuk mengetahui pengaruh kegiatan belajar siswa terhadap kecakapan hidup
siswa Kompetensi Keahlian Agribisnis Tanaman Pangan dan Hortikultura (budidaya cabe hibrida).
F. Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini dapat berguna untuk :
1. Memberikan masukan kepada pihak sekolah untuk mensosialisasikan pelaksanaan pembelajaran berorientasi kecakapan hidup (life skills) kepada
para guru dan siswa.
2. Memberikan masukan kepada pihak sekolah, bahwa hasil penelitian ini dapat
dijadikan sebagai bahan rujukan untuk perencanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
3. Membantu siswa sehingga mengenal secara pasti jenis kecakapan hidup yang
harus dimilikinya, selama masih sekolah maupun setelah lulus sekolah. 4. Dapat digunakan sebagai bahan kajian dan informasi bagi para peneliti untuk
mengkaji secara lebih mendalam pada penelitian selanjutnya.
G. Asumsi Penelitian
dalam keseluruhan proses penelitian. Adapun asumsi-asumsi dalam penelitian ini adalah:
1. Faktor yang menonjol dalam kecakapan hidup adalah kecakapan vokasional. 2. Kecakapan hidup siswa dibangun melalui peningkatan aktivitas pembelajaran
yang dilakukan oleh siswa baik di sekolah maupun di luar sekolah.
3. Pendidikan kecakapan hidup terintegrasi ke dalam setiap mata pelajaran dan dilaksanakan di dalam kelas, bengkel, laboratorium, lahan, tempat Prakerin,
Unit Produksi dan kegiatan ekstrakurikuler.
H. Definisi Operasional
Beberapa pengertian dalam definisi operasional dapat membantu memahami pengertian yang digunakan pada judul penelitian ini yaitu:
1. Motivasi belajar siswa
Motivasi belajar dalam penelitian ini adalah dorongan atau daya penggerak
yang memberikan kekuatan dan mengarahkan aktivitas siswa untuk melakukan usaha dalam mencapai suatu tujuan dalam belajar.
2. Kegiatan belajar siswa
Kegiatan belajar siswa dalam penelitian ini adalah aktivitas yang bersifat fisik maupun mental yang dilakukan siswa selama mengikuti proses pembelajaran
di sekolah baik di kelas maupun di luar kelas. 3. Kecakapan hidup
Kecakapan hidup dalam penelitian ini adalah kemampuan, ketrampilan dan
49 BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian yang Digunakan.
Penelitian ini berusaha untuk mengungkapkan gejala-gejala serta pengaruh antar variabel dimana hasil analisisnya disajikan dalam bentuk deskripsi dengan menggunakan angka-angka statistik. Sehingga jenis penelitian yang digunakan
adalah penelitian deskriptif dengan menggunakan metode korelasi antar variabel. Penelitian deskriptif bertujuan untuk membuat deskripsi, gambaran secara
sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antarfenomena yang diselidiki (Nazir, M. 1983:54).
Penelitian ini menggunakan metode korelasional yaitu metode untuk
mengetahui pengaruh antara satu variabel dengan variabel yang lainnya serta melihat tingkat atau derajat hubungan yang ada diantara variabel. Seperti yang
diungkapkan Nazir, M. (1983:450) adakalanya seorang peneliti ingin melihat hubungan yang terjadi antara satu variabel dengan variabel yang lain. Derajat atau tingkat hubungan antara dua variabel yang terjadi dinamakan korelasi.
Dengan metode korelasional ini akan dapat mengungkapkan keterkaitan hubungan antara variabel motivasi belajar siswa, kegiatan belajar siswa, dengan
B. Variabel dan Indikator Penelitian.
Variabel dalam penelitian ini bersumber dari kerangka teoritis yang
dijadikan dasar penyusunan konsep berpikir yang menggambarkan secara abstrak suatu gejala sosial. Variasi nilai dari konsep disebut variabel yang dalam setiap
penelitian selalu didefinisikan atau dibatasi pengertiannya secara operasional. Variabel-variabel operasional adalah semua variabel yang terkandung dalam hipotesis penelitian yang dirumuskan, yaitu dengan cara menjelaskan
pengertian-pengertian konkrit dari setiap variabel, sehingga dimensi dan indikator-indikatornya dapat ditetapkan.
Sebagaimana telah disebutkan, terdapat tiga variabel utama yang diamati dalam penelitian ini. Ketiga variabel tersebut secara operasional dirumuskan sebagai berikut:
1. Motivasi belajar (X1)
Motivasi belajar dalam penelitian ini adalah dorongan atau daya penggerak
yang memberikan kekuatan dan mengarahkan aktivitas siswa untuk melakukan usaha dalam mencapai suatu tujuan dalam belajar, yang ditandai dengan adanya hasrat dan keinginan berhasil, dorongan kebutuhan dalam belajar, serta harapan
dan cita-cita, yang semuanya merupakan motivasi intrinsik. Sedangkan motivasi ekstrinsiknya adalah adanya penghargaan dalam belajar, lingkungan belajar yang
kondusif dan kegiatan belajar yang menarik. 2. Kegiatan belajar siswa (X2)
Kegiatan belajar siswa dalam penelitian ini adalah aktivitas yang bersifat
di sekolah baik di kelas maupun di luar kelas. Kegiatan atau aktivitas didalam belajar sangat diperlukan, sebab pada prinsipnya belajar adalah berbuat. Berbuat
untuk mengubah pengetahuan, ketrampilan dan tingkah laku. Tidak ada belajar kalau tidak ada kegiatan atau aktivitas belajar. Kegiatan belajar yang dilakukan
oleh siswa memerlukan persiapan baik fisik maupun mental. Selanjutnya dalam proses belajar, banyak jenis kegiatan yang dapat dilakukan oleh siswa di sekolah. Kegiatan siswa tidak cukup hanya dengan mendengarkan dan mencatat materi
pelajaran yang disampaikan oleh guru. Setelah melakukan kegiatan belajar diharapkan terjadi perubahan pengetahuan, ketrampilan, sikap pandangan
terhadap sesuatu dan lain-lain didapatkan siswa berkat pengalaman belajar atau praktik yang dilakukannya dengan sengaja.
Dari uraian diatas dapat tergambar beberapa aspek yang dapat dijadikan
sebagai indikator kegiatan belajar siswa, yang secara garis besarnya adalah persiapan belajar yaitu secara fisik dan mental, proses belajar meliputi visual
activities, oral activities, listening activities, writing activities, motor activities, mental activities dan evaluasi hasil belajar meliputi perubahan pengetahuan, sikap dan perilaku.
3. Kecakapan hidup (Y)
Kecakapan hidup dalam penelitian ini adalah kemampuan, ketrampilan
yang besar bagi siswa terutama bekal dalam mengatasi berbagai macam persoalan hidup dan kehidupan.
C. Populasi dan Sampel Penelitian.
Populasi didefinisikan sebagai seperangkat unit analisis yang lengkap yang sedang diteliti (Sarwono, J. 2006:111). Selanjutnya Narsoyo, T (2009:5) mendefinisikan populasi sebagai kelompok objek dengan ukurannya tidak
terhingga (infinite), yang karakteristiknya dikaji atau diuji melalui sampling. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI tahun pelajaran
2010/2011 pada Kompetensi Keahlian Agribisnis Tanaman Pangan dan Hortikultura SMK Negeri 1 Losarang yang berjumlah 61 orang.
Sedangkan sampel adalah sekelompok objek yang dikaji atau diuji, yang
dipilih secara acak (random) dari kelompok objek yang lebih besar yang memiliki karakteristik yang sama (Narsoyo, T. 2009:4). Sampel diambil dengan
menggunakan teknik Simple Random Sampling. Menurut Nazir, M (1983:279) tentang teknik ini dinyatakan bahwa jika sebuah sample yang besarnya n ditarik dari sebuah populasi finite yang besarnya N sedemikian rupa, sehingga tiap unit
dalam sampel mempunyai peluang yang sama untuk dipilih, maka prosedur
sampling yang demikian dinamakan sampel random sederhana (simple random sample).
N
n = N (d)² + 1
Keterangan:
n = jumlah sampel
N = jumlah populasi
d²= derajat kebebasan (ditetapkan 5% dengan tingkat kepercayaan 95%) Berdasarkan rumus tersebut diperoleh jumlah sampel sebagai berikut:
61 61 61
N = --- = --- = --- = 52,928 = 53 orang 61 (0,05)² + 1 0,1525 + 1 1,1525
Sehingga berdasarkan rumus diatas diperoleh keterangan bahwa untuk populasi siswa yang berjumlah 61 dengan taraf kesalahan 5% diperoleh sampel sebesar 53 siswa.
D. Lokasi Penelitian.
Penelitian ini dilakukan di lokasi SMK Negeri 1 Losarang Kabupaten Indramayu, pada Kompetensi Keahlian Agribisnis Tanaman Pangan dan Hortikultura. Selain faktor waktu, biaya dan wilayah kerja yang menjadi
pertimbangan pemilihan lokasi penelitian, peneliti mempertimbangkan bahwa di SMK Negeri 1 Losarang belum pernah dilakukan penelitian tentang pendidikan
E. Teknik Pengumpulan Data.
Berdasarkan rumusan masalah dan untuk menguji hipotesis, maka
diperlukan teknik pengumpulan data dan instrumen penelitian. Menurut Nazir, M (1983:174) pengumpulan data adalah prosedur yang sistematis dan standar untuk
memperoleh data yang diperlukan. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik angket. Angket yaitu cara pengumpulan data melalui sejumlah pertanyaan/pernyataan yang disampaikan kepada responden secara
tertulis. Angket tersebut disebarkan kepada siswa tingkat dua tahun pelajaran 2010/2011 pada Kompetensi Keahlian Agribisnis Tanaman Pangan dan
Hortikultura SMK Negeri 1 Losarang.
1. Penyusunan angket
Langkah-langkah yang ditempuh dalam penyusunan angket adalah sebagai berikut:
a. Menetapkan variabel-variabel yang akan diteliti, kemudian mendefinisikan variabel tersebut dan selanjutnya menjabarkannya dalam bentuk indikator-indikator. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel X1 adalah Motivasi
Belajar siswa, variabel X2 adalah Kegiatan Belajar Siswa dan variabel Y adalah Kecakapan Hidup Siswa.
b. Membuat kisi-kisi angket dari setiap variabel penelitian seperti pada lampiran 1 halaman 148-149.
c. Menyusun pernyataan-pernyataan disertai alternatif jawabannya dan petunjuk
Pernyataan-pernyataan tersebut dibuat dalam bentuk angket yang bersifat tertutup. Dengan menggunakan angket tertutup, responden diberi sejumlah pernyataan
yang menggambarkan hal-hal yang ingin diungkapkan dari variabel disertai alternatif jawabannya. Kemudian responden diminta untuk menjawab setiap
pernyataan sesuai dengan keadaan dirinya dengan cara membubuhkan tanda ceklis (√) pada alternatif jawaban yang tersedia. Instrument penelitian dapat dilihat pada lampiran 2 halaman150-157.
d. Menetapkan kriteria penskoran untuk setiap item pernyataan. Penetapan skor didasarkan pada jenis skala yang digunakan. Dalam penelitian ini jenis skala
yang digunakan adalah model Skala Penilaian (Rating Scales) dengan ukuran ordinal. Rating scale adalah sebuah instrumen atau alat yang mewajibkan pengamat untuk menetapkan subjek kepada kategori atau kontinum dengan
memberikan nomor atau angka pada kategori tersebut (Nazir, M 1983:185). Menurut Sudjana, N (2009:77-79) bahwa skala penilaian mengukur
penampilan atau perilaku seseorang melalui pernyataan perilaku individu pada suatu titik kontinum atau suatu kategori yang bermakna nilai. Titik atau kategori diberi nilai rentangan mulai dari yang tertinggi sampai yang
terendah. Dalam penelitian ini rentangan diberikan dalam bentuk angka 5,4,3,2,1 untuk pernyataan yang bernilai positif dan angka 1,2,3,4,5 untuk
pernyataan yang bernilai negatif.. Sedangkan kategori diberikan mulai “selalu” sampai “tidak pernah”, atau “paham” sampai “tidak paham”, atau “ingin” sampai “tidak ingin”, tergantung dari konteks pernyataan yang
mengurutkan suatu perilaku dari rendah ke tinggi atau sebaliknya (Nazir, M 1983:184).
2. Uji coba instrumen
Angket yang telah selesai disusun, tidak langsung disebarkan atau digunakan untuk mengumpulkan data yang sebenarnya. Hal ini perlu diujicobakan
terlebih dahulu terhadap responden yang memiliki karakteristik yang sama dengan responden yang telah ditetapkan. Uji coba dimaksudkan untuk mengetahui kekurangan-kekurangan atau kelemahan angket tersebut yang telah disusun. Uji
coba diperlukan untuk menghasilkan instrumen penelitian yang memenuhi syarat pengolahan data yaitu valid dan reliabel.
Validitas berkenaan dengan ketepatan alat penilaian terhadap konsep yang dinilai sehingga betul-betul menilai apa yang seharusnya dinilai. Instrument evaluasi dituntut untuk valid karena diinginkan dapat diperoleh data yang valid
(Suharsimi, 2010:64). Sedangkan reliabilitas adalah ketepatan atau keajegan alat tersebut dalam menilai apa yang dinilainya. Artinya kapanpun alat penilaian
tersebut digunakan akan memberikan hasil yang relatif sama (Sudjana, N. 2009:12-16). Reliabilitas berhubungan dengan masalah kepercayaan. Suatu tes dapat dikatakan mempenyai taraf kepercayaan yang tinggi jika tes tersebut dapat
a. Uji Validitas Instrumen
Dalam pengujian validitas instrumen, peneliti melakukan pengujian
terhadap butir-butir pertanyaaan (item) yang ada dalam angket. Analisis item dilakukan dengan menghitung korelasi antara setiap skor butir instrumen dengan
skor total. Uji validitas instrumen ini dihitung dengan menggunakan Korelasi Product Moment (Sudjana, 2005:369). Rumus Korelasi Product Moment (Pearson) adalah sebagai berikut:
Y = skor seluruh item responden uji coba
Selanjutnya dilakukan uji signifikansi terhadap validitas dengan
menggunakan uji-t (Sudjana, 2005:380), yaitu :
)
t = taraf signifikasni korelasi r = koefisien korelasi
dengan kriteria : Jika thitung > ttabel (alpha=5%, derajat kebebasan=n-2), maka butir item valid
dan signifikan.
Berdasarkan hasil perhitungan akhir dengan menggunakan program Microsoft Excel 2007 dengan rumus tersebut diperoleh 20 item dari 26 item
dinyatakan valid untuk angket variabel Motivasi Belajar Siswa (X1), 23 item dari 28 item dinyatakan valid untuk angket variabel Kegiatan Belajar Siswa (X2), dan 40 item dari 45 item dinyatakan valid untuk angket variabel Kecakapan Hidup
Siswa (Y). Hasil perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 3 halaman 158-170.
b. Uji Reliabilitas Instrumen
Setelah dilakukan uji validitas, selanjutnya adalah menguji reliabilitas
instrumen. Pengujian reliabilitas dengan menggunakan metode split-half terhadap pernyataan–pernyataaan yang dipakai. Hasil tes dipisahkan ke dalam dua
kelompok, yaitu antara item-item ganjil dan item-item genap. Kemudian skor kedua kelompok kuisioner dari setiap responden dikorelasikan menggunakan rumus korelasi product moment. Selanjutnya reliabilitas seluruh perangkat
dihitung dengan rumus (Narsoyo, 2009:192): 2 rhh
rtt = ---
1 + rhh
Keterangan:
rhh dihitung dengan rumus korelasi Korelasi Product Moment (Pearson).
Rekapitulasi hasil perhitungan uji reliabilitas dapat dilihat pada tabel 3.1 berikut
ini:
Tabel 3.1
Rekapitulasi Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian
No Variabel Penelitian rtt Keterangan
1 Motivasi Belajar Siswa 0,938 reliabel
2 Kegiatan Belajar siswa 0,904 reliabel
3 Kecakapan Hidup Siswa 0,965 reliabel
Hasil perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 4 halaman
171-176.
3. Penyebaran angket
Setelah angket diujicobakan dan hasil uji coba menunjukkan bahwa instrumen tersebut telah memenuhi kriteria, maka selanjutnya melaksanakan
penyebaran angket untuk mendapatkan data yang diinginkan. Angket yang disebarkan sebesar jumlah sampel yang telah ditentukan yaitu sebesar 53 siswa kelas XI Kompetensi Keahlian Agribisnis Tanaman Pangan dan Hortikultura
F. Teknik Analisis Data.
Penelitian ini menggunakan perhitungan statistik untuk mengolah dan
menganalisa data. Teknik statistik yang digunakan adalah statistika deskriptif dan statistika inferensial. Statistika deskriptif yaitu kegiatan yang berkaitan dengan
bagaimana memperoleh dan menyajikan data atau informasi agar mudah dipahami oleh pihak lain yang berkepentingan. Sehingga statistika deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan hasil pengolahan data penelitian tentang variable-variabel
penelitian, yaitu motivasi belajar siswa (X1) sebagai variabel bebas, dan kegiatan belajar siswa (X2) sebagai variabel bebas, dan kecakapan hidup siswa (Y) sebagai
variabel terikat. Adapun statistik inferensial yaitu yang berkaitan dengan pengambilan kesimpulan tentang karakteristik populasi yang dikaji, sehingga statistik inferensial digunakan untuk menguji hipotesis penelitian dan generalisasi
(Narsoyo, T. 2009:2).
Dalam menganalisis data yang sudah diolah, penulis menggunakan teknik
analisis deskriptif, uji normalitas, uji homogenitas, uji linearitas, analisis regresi dan korelasi.
1. Analisis deskriptif
Untuk memudahkan melakukan analisis data, penulis melakukan tabulasi data yaitu dengan merekap semua jawaban responden ke dalam suatu tabel,
sehingga hal itu akan mempermudah dalam mengolah dan menganalisis data. Untuk mendeskripsikan data penelitian dilakukan dengan menggunakan statistika deskriptif yang pertama berupa perhitungan skor rata-rata, skor maksimum, skor
variabel penelitian dan yang kedua berupa perhitungan skor rata-rata, skor maksimum, skor minimum, dan standar deviasi dari setiap variabel berdasarkan
umur siswa.
Untuk menginterpretasikan data dari variabel-variabel penelitian yang
didapatkan, disusun berdasarkan rata-rata skor (Mean Ideal/M) dan Standar Deviasi Ideal (SD) setiap aspek dan indikator dengan standar lima pada skala penilaian 1-5 (Suharsimi, 2010:256). Karena jarak praktis dalam kurva normal
adalah 6 SD, maka Mean Ideal didapatkan dari setengah dari jumlah skor ideal tertinggi dengan skor ideal terendah dan Standar Deviasi Ideal didapatkan dari
seperenam dari pengurangan skor ideal tertinggi dengan skor terendah. Berdasarkan Mean Ideal dan Standar Deviasi Ideal yang diperoleh, maka dapat dibuat pengkategorian variabel-variabel penelitian.
Pengkategorian yang digunakan seperti pada tabel 3.2 berikut ini: Tabel 3.2
Kategori variabel penelitian
Skor Rata-Rata Kategori
{≥(M+1.5 SD)} Sangat Tinggi {≥(M+0.5 SD)} s/d {<(M+1.5 SD)} Tinggi
{≥(M-0.5 SD)} s/d {<(M+0.5 SD)} Sedang {≥(M-1.5 SD)} s/d {<(M-0.5 SD)} Rendah
{<(M-1.5 SD)} Sangat Rendah
2. Uji Normalitas
k (Oi – ei)²
χ ² = ∑ --- i=1 ei
Dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Membuat distribusi frekuensi, dengan langkah sebagai berikut(Sudjana, 2005:
47):
1) Mencari rentang variable X dan variable Y dengan rumus: Rentang = skor tertinggi – skor terendah
2) Menentukan banyaknya kelas interval, dengan rumus: Banyak Kelas (BK) = 1+ 3,3 log n
3) Menentukan panjang kelas interval (p) dengan cara: p = rentang/banyak kelas
4) Mencari harga rata-rata berdasarkan data bergolong, yang dapat diperoleh
dengan rumus (Sudjana, 2005: 70): ∑ fixi
x = --- ∑ fi
5) Mencari simpangan baku (S) dari data bergolong dengan rumus (Sudjana, 2005: 95):
b. Mencari batas bawah skor kiri interval dan batas atas skor kanan interval.
c. Mencari harga Z dengan rumus (Sudjana, 2005: 99):
Z i=
x = Rata-rata untuk distribusi s = Simpangan baku
d. Mencari luas daerah dari O ke Z dari daftar F (luas daerah di bawah kurva dari O ke Z).
e. Mencari luas kelas interval dengan mencari selisih antara luas O ke Z yang berdekatan untuk harga Z sejenis dan menambahkan untuk harga Z berlawanan.
f. Mencari frekuensi yang diharapkan (Ei) yang diperoleh dengan mengalikan luas kelas interval dengan n.
g. Memasukkan frekuensi observasi sesuai dengan distribusi yang telah dibuat sebelumnya.
h. Mencari harga χ ² sesuai dengan rumus yang telah ditetapkan.
i. Menentukan keberartian harga χ²hitung dengan cara membandingkannya harga
χ²tabel dengan ketentuan: Jika harga χ²hitung > χ²tabel, maka data tidak
berdistribusi normal, tetapi jika sebaliknya, maka data berdistribusi normal.
3. Uji Homogenitas
Pengujian homogenitas mengasumsikan bahwa skor setiap variabel
memiliki varians yang sama. Uji homogenitas dilakukan dengan menggunakan uji Barlett.
Kriteria uji yang digunakan adalah apabila nilai hitung χ2 > nilai tabel χ2,
maka H0 yang menyatakan varians homogen ditolak, dalam hal lainnya diterima.
(
)
[
(
2)
]
Pada penelitian ini menguji kelinieran menggunakan model regresi yang meliputi:
a. Analisis regresi
Analisis regresi digunakan untuk mencari hubungan fungsional antara
Variabel X dengan Variabel Y. Dengan kata lain analisis regresi ini digunakan untuk memprediksikan nilai variabel dependen apabila nilai variabel independen diubah. Uji ini dilaksanakan dengan menggunakan rumus-rumus sederhana
(Sudjana, 2005:315) yaitu:
Ŷ = a + bX
Keterangan:
Ŷ = harga-harga variabel Y yang diramalkan
X = harga-harga variabel X
b= koefisien regresi, yaitu besarnya perubahan yang terjadi pada Y jika satu unit terjadi pada X.
Untuk mencari koefisien-koefisien regresi a dan b maka digunakan rumus (Sudjana, 2005:315) yaitu:
(∑Y1)(∑X1²)-(∑X1)(∑X1Y1)
a=
n∑X1² - (∑X1)²
n∑X1Y1 - (∑X1)(∑Y1)
b=
n∑X1² - (∑X1)²
b. Uji kelinieran
Agar perhitungan melalui regresi berlaku, maka perlu dilakukan pengujian linieritas dan signifikani regresi. Perhitungan Analisa Variansi untuk uji linieritas
dan signifikani regresi Variabel Y atas X menggunakan rumus-rumus berikut (Sudjana, 2005: 332):
1. Menghitung Jumlah Kuadrat Total
JK(T) =
∑
Y22. Menghitung Jumlah Kuadrat Regresi a
JK (a) =
n Y
∑
23. Menghitung Jumlah Kuadrat Regresi b terhadap a
4. Menghitung Jumlah Kuadrat Residu dengan rumus
JKres = JK(T) – JK(a) – JK (b/a)
5. Menghitung Jumlah Kuadrat Kekeliruan
JK(E) =
6. Menghitung Jumlah Kuadrat Tuna Cocok
JK(TC) = JKres – JK(E)
7. Menghitung Rata-rata Jumlah Kuadrat
RJKb/a = S2reg = JK(b/a)
8. Menghitung Rata-rata Jumlah Kuadrat Residu
RJK = S2res =
9. Menghitung Rata-rata Jumlah Kuadrat Kekeliruan
RJKE = S2E =
10. Menghitung Rata-rata Jumlah Tuna cocok
11. Menghitung nilai uji F untuk Uji Independensi Regresi
12. Menghitung nilai uji F untuk Uji Linieritas Regresi
F=
Uji linieritas dan signifikansinya dengan menggunakan tabel penolong
analisis varians (ANAVA) (Sudjana, 2005: 332), seperti yang terlihat dalam tabel 3.3 berikut ini:
Tabel 3.3
Analisis Varians Untuk Pengujian Kelinieran dan Signifikansi Regresi
Sumber Variasi df JK RJK F
Untuk melakukan uji kelinieran regresinya (uji linieritas) dengan melalui perhitungan statistik dengan rumus (Sudjana, 2005: 332):
S2TC F =
Kriteria pengujian linieritas regresi dengan membandingkan harga Fhitung
dengan harga Ftabel dengan ketentuan: Jika harga Fhitung < Ftabel, maka regresi
linier, tetapi jika sebaliknya, jika harga Fhitung > Ftabel, maka regresi tidak linier.
Selanjutnya melakukan uji taraf signifikansi (uji independen) melalui perhitungan statistik dengan rumus (Sudjana, 2005: 332):
S2reg F =
S2 res
Menentukan keberartian harga Fhitung dengan cara membandingkannya
harga Ftabel dengan ketentuan: Jika harga Fhitung > Ftabel, maka regresi signifikan,
tetapi jika sebaliknya, jika harga Fhitung < Ftabel, maka regresi tidak signifikan.
c. Analisis korelasi
1. Menghitung koefisien korelasi antara variabel X dengan variabel Y.
Penghitungan koefisien korelasi ini dimaksudkan untuk mengetahui
derajat hubungan antara variabel independen terhadap variabel dependen. Disini penulis menggunakan rumus korelasi Product Moment dari Pearson,
seperti yang dikemukakan oleh Sudjana (2005:369) yaitu :
n ∑ XY – (∑X)(∑Y)
r
xy =√{n∑X² - (∑X)²}{n∑Y² - (∑Y)²}
Keterangan:
n = jumlah responden X = skor variabel pertama
Y = skor variabel kedua yang dikorelasikan
Berdasarkan hasil perhitungan dapat diketahui ada tidaknya hubungan
antar variabel penelitian, kemudian diinterpretasikan tinggi rendahnya hubungan tersebut. Untuk dapat memberikan interpretasi terhadap hasil perhitungan, maka digunakan pedoman yang dikemukakan oleh Sarwono, J (2006:150) sebagai
berikut:
Tabel 3.4
Patokan Hasil Perhitungan Koefisien Korelasi
Harga r Tingkat hubungan
0,00 - 0,20 Sangat rendah
0,20 – 0,40 Rendah
0,40 – 0,70 Sedang
0,70 – 0,90 Tinggi
0,90 – 1,00 Sangat tinggi
2. Mencari besarnya derajat determinasi.
Derajat determinasi dipergunakan dengan maksud untuk mengetahui besarnya kontribusi variabel independen terhadap variabel dependen. Untuk mengujinya dipergunakan rumus sebagai berikut Sudjana (2005:369):
KD = r²x100% Keterangan:
5. Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis diperlukan untuk mengetahui apakah hipotesis yang
dirancang berdasarkan teori-teori yang mendukung diterima atau ditolak. Untuk membuktikan suatu hipotesis, harga t yang diperoleh dari
perhitungan harus diuji apakah signifikan atau tidak. Rumus yang digunakan adalah rumus uji statistik t student, sebagai berikut (Sudjana, 2005:380):
r
√
n-2 t =√1-r²
Keterangan :
t = taraf signifikasni korelasi r = koefisien korelasi n = banyaknya sampel
Analisis hipotesis dari uji t student pada taraf nyata α=0,05 diperoleh kriteria sebagai berikut:
1. Jika t hitung > t tabelmaka Ho ditolak dan H1 diterima. 2. Jika t hitung < t tabelmaka Ho diterima dan H1 ditolak.
Langkah-langkah dalam teknik pengolahan dan analisis data di atas diharapkan dapat membantu penulis dalam menghasilkan penelitian yang berkualitas yang ditandai dengan pemecahan masalah dan pencapaian tujuan
138 BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah melalui proses analisis data beserta pembahasannya, maka penelitian ini menghasilkan beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Siswa Kompetensi Keahlian Agribisnis Tanaman Pangan dan Hortikultura SMK Negeri 1 Losarang, memiliki tingkat motivasi intrinsik terkategori
sangat tinggi, motivasi ekstrinsik terkategori tinggi, persiapan belajar terkategori tinggi, proses belajar terkategori tinggi, evaluasi hasil belajar terkategori sedang, kecakapan personal, kecakapan sosial, kecakapan
akademik, dan kecakapan vokasional terkategori tinggi. Selanjutnya tingkat motivasi belajar siswa pada usia 16 tahun dan 17 tahun terkategori sangat
tinggi, sedangkan pada usia 18 tahun terkategori tinggi. Tingkat kegiatan belajar siswa dan kecakapan hidup siswa, baik pada usia 16 tahun, 17 tahun dan 18 tahun terkategori tinggi. Dengan demikian secara umum dapat
disimpulkan bahwa siswa telah memiliki tingkat motivasi belajar siswa, tingkat kegiatan belajar siswa dan tingkat kecakapan hidup siswa yang
terkategori tinggi. Walaupun demikian hal tersebut belum menunjukkan siswa Kompetensi Keahlian Agribisnis Tanaman Pangan dan Hortikultura SMK Negeri 1 Losarang memiliki tingkat motivasi belajar siswa, tingkat kegiatan
2. Ada pengaruh yang positif dan signifikan motivasi belajar siswa terhadap kegiatan belajar siswa. Pengaruh tersebut terlihat dari hasil perhitungan
analisis persamaan regresi bahwa semakin tinggi nilai motivasi belajar siswa, maka semakin tinggi pula nilai kegiatan belajar siswa. Derajat hubungan
antara variabel motivasi belajar siswa dengan variabel kegiatan belajar siswa sebesar 0,78 yang menunjukkan hubungan yang tinggi/kuat, Hal ini berarti 60,79% perubahan pada kegiatan belajar siswa dipengaruhi oleh motivasi
belajar siswa, dan 39,21% perubahan pada kegiatan belajar siswa dipengaruhi oleh faktor-faktor lain. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
peningkatan motivasi belajar pada siswa dapat memberikan kontribusi yang positif terhadap kegiatan belajar siswa.
3. Ada pengaruh yang positif dan signifikan motivasi belajar siswa terhadap
kecakapan hidup siswa. Pengaruh tersebut terlihat dari hasil perhitungan analisis persamaan regresi bahwa semakin tinggi nilai motivasi belajar siswa,
maka semakin tinggi pula nilai kecakapan hidup siswa. Derajat hubungan antara variabel motivasi belajar siswa dengan variabel kecakapan hidup siswa sebesar 0,59 yang menunjukkan hubungan yang sedang. Hal ini berarti
35,35% perubahan pada kecakapan hidup siswa dipengaruhi oleh motivasi belajar siswa, dan 64,65% perubahan pada kecakapan hidup siswa
4. Ada pengaruh yang positif dan signifikan kegiatan belajar siswa terhadap kecakapan hidup siswa. Pengaruh tersebut terlihat dari hasil perhitungan
analisis persamaan regresi bahwa semakin tinggi nilai kegiatan belajar siswa, maka semakin tinggi pula nilai kecakapan hidup siswa. Derajat hubungan
antara variabel kegiatan belajar siswa dengan variabel kecakapan hidup siswa sebesar 0,83 yang menunjukkan hubungan yang tinggi/kuat. Hal ini berarti 68,87% perubahan pada kecakapan hidup siswa dipengaruhi oleh kegiatan
belajar siswa, dan 31,13% perubahan pada kecakapan hidup siswa dipengaruhi oleh faktor-faktor lain. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa peningkatan kegiatan belajar pada siswa dapat memberikan kontribusi yang positif terhadap kecakapan hidup siswa.
B. Implikasi
Berdasarkan kesimpulan yang telah diuraikan di atas, berikut ini
dikemukakan beberapa implikasi yang dianggap relevan dengan penelitian ini. Implikasi tersebut antara lain adalah sebagai berikut:
1. Analisis data menunjukkan bahwa secara umum tingkat motivasi belajar
siswa, tingkat kegiatan belajar siswa dan tingkat kecakapan hidup siswa Kompetensi Keahlian Agribisnis Tanaman Pangan dan Hortikultura
(budidaya cabe hibrida), terkategori tinggi tetapi belum maksimal. Hal ini mengisyaratkan kepada siswa, guru, dan pihak pengelola sekolah untuk senantiasa memperhatikan faktor-faktor tersebut untuk dipertahankan dan
2. Analisis data menunjukkan bahwa adanya pengaruh positif dan signifikan antara motivasi belajar siswa dengan kegiatan belajar siswa. Motivasi
merupakan keseluruhan daya penggerak didalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan
belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki dapat tercapai. Hal ini mengisyaratkan kepada siswa, guru, dan pihak pengelola sekolah untuk dapat meningkatkan motivasi belajar siswa
sehingga kegiatan belajar siswa Kompetensi Keahlian Agribisnis Tanaman Pangan dan Hortikultura dapat meningkat pula.
3. Analisis data menunjukkan bahwa adanya pengaruh positif dan signifikan antara motivasi belajar siswa dengan kecakapan hidup siswa. Motivasi merupakan keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang
menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga kecakapan
hidup yang dikehendaki dapat tercapai. Hal ini mengisyaratkan kepada siswa, guru, dan pihak pengelola sekolah untuk dapat meningkatkan motivasi belajar siswa sehingga kecakapan hidup siswa Kompetensi Keahlian Agribisnis
Tanaman Pangan dan Hortikultura dapat meningkat pula.
4. Analisis data menunjukkan bahwa adanya pengaruh positif dan signifikan
antara kegiatan belajar siswa dengan kecakapan hidup siswa. Kegiatan belajar yang dilakukan secara maksimal dapat mendukung tercapainya kecakapan hidup siswa. Hal ini mengisyaratkan kepada siswa, guru, dan pihak pengelola
hidup siswa Kompetensi Keahlian Agribisnis Tanaman Pangan dan Hortikultura dapat meningkat pula.
C. Rekomendasi
Berdasarkan kesimpulan dan implikasi yang telah dikemukakan di atas, maka perlu direkomendasikan beberapa hal yang dianggap relevan dengan hasil penelitian ini, antara lain adalah:
1. Untuk Siswa.
a. Sehubungan dengan tingkat motivasi belajar siswa yang secara umum
terkategori tinggi tetapi belum maksimal, direkomendasikan kepada siswa untuk terus mempertahankan motivasi belajarnya dan kemudian berupaya untuk memupuk diri agar lebih termotivasi lagi dalam belajar.
b. Sehubungan dengan tingkat kegiatan belajar siswa yang secara umum terkategori tinggi tetapi belum maksimal, direkomendasikan kepada siswa
untuk senantiasa mempertahakan tingkat kegiatan belajarnya untuk kemudian berusaha meningkatkan aktivitas/kegiatan belajarnya.
c. Sehubungan dengan tingkat kecakapan hidup siswa yang secara umum
terkategori tinggi tetapi belum maksimal, direkomendasikan kepada siswa untuk mempertahankan tingkat kecakapan hidupnya dan selanjutnya ada
2. Untuk Guru.
a. Sehubungan dengan tingkat motivasi belajar siswa yang secara umum
terkategori tinggi tetapi belum maksimal, direkomendasikan kepada guru untuk terus memberikan motivasi kepada siswa secara terus menerus dan
berkesinambungan terutama pemberian motivasi ekstrinsik, misalnya dengan memberikan penghargaan atau pujian kepada siswa dan atau menggunakan strategi dan metoda pembelajaran yang menarik bagi siswa.
b. Sehubungan dengan tingkat kegiatan belajar siswa yang secara umum terkategori tinggi tetapi belum maksimal, direkomendasikan kepada guru
untuk menggunakan strategi dan metoda pembelajaran yang menarik bagi siswa, meningkatkan kemampuan guru dalam mengelola laboratorium atau penggunaan alat-alat praktik lainnya.
c. Sehubungan dengan tingkat kecakapan hidup siswa yang secara umum terkategori tinggi tetapi belum maksimal, direkomendasikan kepada guru
untuk meningkatkan pemahaman pembelajaran berorientasi kecakapan hidup serta meningkatkan pelaksanaan pembelajaran yang berorientasi kecakapan hidup.
3. Untuk Pengelola Sekolah.
a. Sehubungan dengan tingkat motivasi belajar siswa yang secara umum
terkategori tinggi tetapi belum maksimal, direkomendasikan kepada pihak pengelola sekolah untuk memberikan penghargaan kepada siswa berprestasi sehingga dapat memacu siswa tersebut dan siswa lainnya
untuk melakukan kegiatan pembelajaran yang lebih menarik kepada siswa misalnya pembelajaran dengan menggunakan TIK.
b. Sehubungan dengan tingkat kegiatan belajar siswa yang terkategori tinggi tetapi belum maksimal, direkomendasikan kepada pihak pengelola
sekolah untuk meningkatkan fasilitas belajar yang mendukung kegiatan belajar siswa.
c. Sehubungan dengan tingkat kecakapan hidup siswa yang terkategori tinggi
tetapi belum maksimal, direkomendasikan dan kepada pihak pengelola sekolah untuk merencanakan dengan baik Kurikulum Tingkat Satuan
145
DAFTAR PUSTAKA
---. (2010). Produk Hortikultura DiEkspor Ke Taiwan. Suara Karya Online. Tersedia:http://www.suarakarya-online.com/news.html?id=259487. [diakses tanggal 30 Mei 2011]
---. Kecakapan Berpikir. Desain Proyek Efektif. Tersedia: http://educate. intel.com/id/ProjectDesign/ThinkingSkills/HigherThinking/.[diakses tanggal 6 Mei 2011]
Asen, A. (2009, 26 Januari). Pendidikan Life Skill. Asen Cipta Kreatif. Tersedia: http://ahmadasen.wordpress.com/2009/01/26/pendidikan-life-skill/:
[diakses tanggal 3 Februari 2011].
Asmani, JM. (2009). “Sekolah Life Skills” Lulus Siap Kerja. Yogyakarta: Diva Press.
Depdiknas. (2008). Spektrum Keahlian Pendidikan Menengah Kejuruan. Tersedia:http://els.bappenas.go.id/upload/other/Agribisnis.htm. [diakses tanggal 3 Februari 2011].
Djamarah dan Zain. (2006). Strategi Belajara Mengajar. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Ferynaldy. (2008). Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) Dalam Rangka Peningkatan Life Skills (Kecakapan Hidup) Siswa SMK Negeri 2 Sigli NAD. Tesis PTK UPI Bandung: Tidak diterbitkan.
Handayani, S. (2009). Muatan Life Skills Dalam Pembelajaran Di Sekolah: Upaya Menciptakan Sumber Daya Manusia Yang Bermutu. http://file.upi.edu/Direktori/FPTK/JUR._PEND._TEKNIK_ARSITEKTUR/ 196609301997032-SRI_HANDAYANI/MUATAN_LIFE_SKILLS_DALAM_ PEMBELAJARAN_DI_SEKOLAH_Sri.pdf. [diakses tanggal 12 Maret 2011].
Joyce, B. et al. (2009). Models Of Teaching: Model-Model Pengajaran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Katresna. (2009). Pendidikan Kecakapan Hidup. Belajar Berbagi. Tersedia:
http://katresna72.wordpress.com/2009/10/20/pendidikan-kecakapan-hidup/. [diakses tanggal 3 Februari 2011].
Marwanti, dkk. (2008). Peningkatan Kompetensi Siswa Sekolah Menengah Kejuruan Melalui Penerapan Pembelajaran Keterampilan Wirausaha Bidang Boga Sebagai Bekal Kecakapan Hidup (Life Skill). Tersedia: eprints.uny.ac.id/1342/1/ARTIKEL.doc. [diakses tanggal 3 Februari 2011].
Nana, S., & Ibrahim, R. (1989). Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar Baru.
Narsoyo, T. (2009). Statistika Untuk Psikologi Dan Pendidikan. Bandung: PT. Refika Aditama.
Nazir, Moh. (1983). Metode Penelitian. Ghalia Indonesia.
Nugroho, D. (2010). Menyelamatkan Demokrasi. Indomovement. Tersedia: http://www.indomovement.com. [diakses tanggal 12 Maret 2011].
Poerwadarminta. (1984). Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: PN Balai Pustaka.
Puskur Balitbang Depdiknas. (2007). Konsep Pengembangan Model Kurikulum Pendidikan Kecakapan Hidup. Tersedia:http://www.puskur.net/. [diakses tanggal 6 Mei 2011]
Rofidah, S. (2008). Membentuk Anak Shaleh. Panduan Praktis Pendidikan Anak Usia Dini-Remaja Agar Menjadi Anak Shaleh. Ciputat: WADI Press. Sardiman. A.M, (2011). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta. PT.
RajaGrafindo Persada.
Sarwono, J. (2006). Metode Penelitian Kuantitatif Dan Kualitatif. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Siagian, S.P. (2004). Teori Motivasi dan Aplikasinya. Jakarta:PT. Rineka Cipta. Sudjana. (2005). Metode Statistika. Bandung: Tarsito
Suharsimi, A. (2010). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi). Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Sukmara, D. (2007). Implementasi Life Skill dalam KTSP. Bandung: Mughni Sejahtera.
Sulipan. (2010). Konsep Pendidikan Kecakapan Untuk Hidup. Tersedia: http://sulipan.wordpress.com/2010/05/09/pendidikan-kecakapan-untuk-hidup-life-skill/. [diakses tanggal 12 Maret 2011].
Supriatna, M. Pengembangan Kecakapan Hidup Di Sekolah. http://file.upi.edu/ Direktori/ FIP.
Syah, M. (2010). Psikologi Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Uno, BH. (2010). Teori Motivasi & Pengukurannya. Jakarta: Bumi Aksara.
Wikipedia. (2009). Daftar Negara Menurut Indeks Pembangunan Manusia.
Ensiklopedia Bebas. Tersedia: http://id.wikipedia.org/wiki/Daftar_negara-menurut_IPM#Asia.26.Oseania [diakses tanggal 12 Maret 2011].
Yunus, D. (2008). Pengertian Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skills).