• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBERDAYAAN PERANSERTA MASYARAKAT DALAM RANGKA MENGHADAPI IMPLEMENTASI MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH : Studi Kasus pada SD Negeri Tambakan II Kecamatan Jalan Cagak, SD Negeri Perumnas I Kecamatan Subang dan SD Negeri Kamarung I Kecamatan Pagaden Kabupaten S

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PEMBERDAYAAN PERANSERTA MASYARAKAT DALAM RANGKA MENGHADAPI IMPLEMENTASI MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH : Studi Kasus pada SD Negeri Tambakan II Kecamatan Jalan Cagak, SD Negeri Perumnas I Kecamatan Subang dan SD Negeri Kamarung I Kecamatan Pagaden Kabupaten S"

Copied!
57
0
0

Teks penuh

(1)

PEMBERDAYAAN PERANSERTA MASYARAKAT DALAM RANGKA MENGHADAPI

IMPLEMENTASI MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH (Studi Kasus pada SD Negeri Tambakan II Kecamatan Jalan Cagak,

SD Negeri Perumnas I Kecamatan Subang dan

SD Negeri Kamarung I Kecamatan Pagaden Kabupaten Subang)

T E S I S

diajukan kepada panitia ujian tesis Universitas Pendidikan Indonesia

untuk memenuhi persyaratan menempuh ujian magister pendidikan

Program Studi Administrasi Pendidikan

Oleh:

TATI ROHAYATI 009738

I L

PROGRAM PASCA-SARJANA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

DISETUJUI DAN DISAHKAN

OLEH PEMBIMB1NG:

Pembimbing I

Prof. DR. H. Djam'an Satori.MA

NIP. 130 367 129

Pembinybing II

Prof. DR. Nanang Fattah

NIP. 130 677 404

PROGRAM PASCA-SARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(3)

DISETUJUI OLEH:

KETUA PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PENDIDIKAN

PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

Prof. DR. H. TB A SUDDIN MAKMUN, MA

PROGRAM PASCA-SARJANA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(4)

ABSTRAK

Penelitian ini mencoba mengetengahkan hal-hal yang berkenaan dengan dinamika perkembangan pendidikan di Indonesia pada era otonomi daerah yang berimbas pada otonomi sekolah seiring dengan tuntutan reformasi dalam bidang pendidikan.

Beberapa hal yang mendasari pentingnya dilakukan penelitian terhadap masalah ini bahwa penerapan otonomi daerah yang telah diundangkan dapat memberikan dampako terhadap sistem pengelolaan pendidikan, MBS merupakan salah satu model reformasi pendidikan yang berusaha menyajikan bentuk pengelolaan pendidikan secara lebih baik dan keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan selain ditentukan oleh kecakapan kepala sekolah dalam mengambil keputusan juga ditentukan oleh tingkat partisipasi masyarakat dalam berperanserta mengelola pendidikan, sehingga perlu diberdayakan secara optimal. Untuk mendapatkan hasil penelitian yang lebih akurat, maka penulis menetapkan metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Lokasi penelitian yang dijadikan tempat penggalian data adalah SD Negeri Tambakan II Kec. Jalancagak. SD Negeri Perumbas I Kec. Subang dan SD Negeri Kamarung I Kec. Pagaden Kab. Subang dengan subjek penelitiannya adalah para kepala sekolah, guru, orang tua siswa, pemerintah setempat, tokoh masyarakat, pengurus BP-3 dan Dewan Sekolah. Teknik pengumpulan data melalui observasi, wawancara dan studi dokumentasi dengan tahap-^ahap pelaksanaan pengumpulan data melalui orientasi, eksplorasi dan member check yang selanjutnya data tersebut diolah berdasarkan prosedur tertentu, sehingga menghasilkan penelitian yang diharapkan dengan menggunakan tingkat kepercayaan pada kredibilitas, transferabilitas. dependabilitas dan konfirmabilitas.

(5)

DAFTAR ISI

ABSTRAK i

KATA PENGANTAR ii

UCAPAN TERIMA KASIH. DAFTAR ISI

D A F T A R T A B E L D A F T A R G A M B A R D A F T A R L A M P I R A N B A B I P E N D A H U L U A N

111

v

ix xi xii

A. Latar Belakang 1

B. Masalah Penelitian 6

C. Tujuan Penelitian 8

D. Manfaat Penelitian 10

1. Segi Teoritis 10

2. Segi Operasional 1]

E. Kerangka Penelitian 11

F. Anggapan Dasar 13

BAB II KERANGKA TEORI TIS

A. Persfektif Otonomi Daerah dalam Bidang pendidikan

'^

1. Perubahan Manajemen Sekolah

]7

2.

Sumber Daya Pendidikan

jo

3. Peningkatan Mutu Pendidikan

19

B. Konsep, Aspek-aspek dan Strategi Pemberdayaan Peranserta

Masyarakat dalam konteks Manajemen Berbasis Sekolah

20

C. Keadaan Peran Serta Masyarakat sebelum dilaksanakan

(6)

D. Strategi Pemberdayaan Peran Serta Masyarakat

26

1. Sekolah Dasar dan Masyarakat 26

2. Masyarakat dan Sumber Daya Pendidikan

30

3. Pelaksanaan Kegiatan Hubungan Sekolah dengan

Masyarakat

32

4. Teknik-teknik Hubungan Sekolah dengan Masyarakat

34

5. Komunikasi dalam Hubungan Sekolah dengan Masyarakat 35 E. Model Manajemen Berbasis Sekolah

1. Pengertian

37

2. Tujuan dan Manfaat

41

3. Faktor-faktor yang Perlu Diperhatikan

43

4. Karakteristik 47

5. Strategi Pelaksanaan Manajemen Berbasis Sekolah

49

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Defmisi Penelitian 51

B. Lokasi dan Subjek Penelitian

1. Lokasi Penelitian 54

2. Subjek Penelitian

54

C. Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data

55

1. Instrumen Penelitian 55

2. Teknik Pengumpulan Data

56

D. Prosedur dan Teknik Pengumpulan Data

58

1. Tahap Orientasi

58

2. Tahap Eksplorasi

59

3. Tahap Member Check

60

E. Teknik Pengolahan dan Analisis Data

60

(7)

F. Signifikansi Hasil Penelitian 62

1. Kredibilitas 62

2. Transferabilitas 64

3. Dependabilitas dan Konfirmabilitas 65

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Temuan-temuan Penelitian 81

1. Perencanaan Pihak Sekolah 89

2. Pelaksanaan Pihak Sekolah 93

3. Proses Evaluasi 110

4. Permasalahan-permasalahan 116

5. Upaya-upaya yang Dilakukan Pihak Sekolah 125

B. Pembahasan

1. Perencanaan Pihak Sekolah 129

2. Pelaksanaan Pihak Sekolah 133

3. Proses Evaluasi yang Dilakukan Pihak Sekolah. 139 4. Permasalahan-permasalahan yang Dihadapi Pihak Sekolah.. 142 5. Upaya-upaya yang Dilakukan Pihak Sekolah 145

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan 151

Perencanaan Pihak Sekolah 151

2.

Pelaksanaan Pihak Sekolah

'-^

(8)

3. Proses Evaluasi yang Dilakukan Pihak Sekolah 153 4. Permasalahan-permasalahan yang Dihadapi Pihak Sekolah 155 5. Upaya-upaya yang Dilakukan Pihak Sekolah 155

B. Implikasi 157

C. Rekomendasi 159

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

(9)

DAFTAR TABEL

Noi.ior Nama Tabel Halaman

3.1 Perbedaan Metode Deskriptif dengan Pendekatan

Kualitatif dan Kuantitatif 52

4.2 Jumlah Siswa Tahun Ajaran 2001/2002 Berdasarkan Tingkat Kelas dan Jenis Kelamin di SD Negeri

Tambakan II Kec. Jalan Cagak Kab. Subang 68 4.3 Identitas Personil SD Negeri Tambakan II 68 4.4 Jumlah Siswa Tahun Ajaran 2001/2002 Berdasarkan

Tingkat Kelas dan Jenis Kelamin di SD Negeri

Perumnas I Kec. Subang Kab. Subang 75

4.5 Identitas Personil SD Negeri Perumnas I 75 4.6 Jumlah Siswa Tahun Ajaran 2001/2002 Berdasarkan

Tingkat Kelas dan Jenis Kelamin di SD Negeri

Kamarung I Kec. Pagaden Kab. Subang 80 4.7 Identitas Personil SD Negeri Kamarung I 8C 4.8 Aspek dan Indokator Keberhasilan Pemberdayaan

Peranserta Masyarakat dalam Rangka Menghadapi

Implementasi MBS 95

4.9 Identitas Masyarakat Menurut Pola Pendekatan Idiografik (dari Kondisi Sosial Ekonomi, Latar

Belakang Pendidikan dan Mata Pencaharian) 103 4.10 Bentuk, Dasar Pertimbangan, Proses Penyusunan dan

Pihak yang Dilibatkan pada Perencanaan Pemberdayaan Peranserta Masyarakat dalam rangka Menghadapi

Implementasi MBS 135

4.11 Pelaksanaan pemberdayaan Peranserta Masyarakat

dalam Menghadapi Implementasi MBS 136

4.12 Evaluasi Pemberdayaan Peranserta Masyarakat dalam

Menghadapi Implementasi MBS 140

(10)

4.13 Permasalahan yang Dihadapi untuk Memberdayakan Peranserta Masyarakat dalam Rangka Menghadapi

Implementasi MBS : 142

4.14 Analisis SWOT Pemberdayaan Peranserta Masyarakat

dalam Rangka Menghadapi Implementasi MBS 143 4.15 Analisis SWOT dalam Implementasi Manajemen

Berbasis Sekolah 144

4.16 Permasalahan yang Dihadapi dan Upaya Pemecahannya untuk Memberdayakan Peranserta Masyarakat dalam

Rangka Menghadapi Implementasi MBS 147

(11)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Nama Gambar Halaman

1.1 Kerangka Penelitian 13

2.2 Proses Pemberdayaan Peranserta Masyarakat dalam

Konteks Manajemen Berbasis Sekolah 24

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Kisi-kisi Penelitian

2. Pedoman Wawancara, Observasi dan Studi Dokumentasi

3. Surat Keputusan Pembimbing Tesis

4. Surat Izin Penelitian dari Universitas Pendidikan Indonesia

5. Surat Keterangan telah Mengadakan Penelitian

6. Dokumen-dokumen Hasil Penelitian

7. Identitas Pribadi

(13)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Bangsa Indonesia merupakan salah satu bangsa yang besar di dunia.

Kebesaran tersebut dimiliki atas dasar perbedaan-perbedaan yang dimiliki

oleh setiap suku bangsa yang ada di seluruh pelosok tanah air. Dalam rangka

menjaga kestabilan kebesaran yang dimilikinya, maka diperlukan satu tujuan

dan cita-cita yang sama bagi segenap bangsa Indonesia. Salah satu tujuan dan

cita-cita tersebut tertuang dalam tujuan pendidikan nasional yang ditetapkan

dalam Undang-undang Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan

Nasional, Bab II. Pasal 4 yang menyatakan bahwa :

Pendidikan nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa

dar. mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya. yaitu manusia

yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan

berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani. kepribadian yang mantap dan

mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.

Selanjutnya tujuan yang tertuang dalam perundangan tersebut sejalan

pula dengan Undang-Undang dasar 1945 Bab XIII, Pasal 31 yang berbunyi

sebagai berikut :

(1) Tiap-tiap warga negara berhak mendapatkan pengajaran; dan

(2) Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem

pengajaran Nasional yang diatur dengan undang-undang.

Berdasarkan ketentuan-ketentuan tersebut membuktikan bahwa

(14)

bahwa pendidikan itu merupakan Hak Azasi Manusia (HAM). Untuk dapat

mencapai tujuan pendidikan secara optimal, maka pemerintah mengusahakan

dan menyelenggarakan satu sistem pengajaran nasional yang telah diatur

dalam bentuk perundang-undangan. Usaha pencapaian tujuan tersebut

dilakukan melalui satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah

maupun masyarakat.

Seiring dengan perubahan zaman

dan

tingkat

perkembangan

masyarakat, terutama sejak bergulirnya multi krisis yang melanda bangsa

Indonesia sampai akhirnya terjadi badai reformasi yang menuntut perbaikan

di segala bidang. termasuk pendidikan, maka melahirkan format-format baru

dalam penataan sistem pendidikan nasional dengan tidak merubah tujuan

utama pendidikan nasional. Format-format baru tersebut selanjutnya dikenal

dengan Undang-undang (UU) Nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan

Daerah dan UU Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan

Pemerintah.Pusat. dan Daerah,. serta Peraturan Pemerintah (PR). Nomor 25

Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi

sebagai Daerah Otonom yang selanjutnya menjadi landasan yuridis bagi

diberlakukannya pelaksanaan otonomi daerah yang berimbas pula terhadap

penataan sistem pendidikan nasional secara keseluruhan. Makna yang

terkandung dari ketiga peraturan tersebut adalah adanya pemberian

kewenangan yang luas, nyata dan bertanggung jawab kepada daerah secara

(15)

Pemberian wewenang ini dimaksudkan agar

penyelenggaraan

pemerintahan dapat dijalankan lebih demokratis, meningkatnya peranserta

masyarakat, terwujudnya pemerataan dan keadiilan serta memperhatikan

potensi dan keanekaragaman daerah.

Dalam Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tersyirat bahwa

otonomi daerah merupakan penyerahan wewenang beberapa urusan

pemerintahan pusat kepada daerah. termasuk dalam bidang pendidikan.

Dengan otonomi di bidang pendidikan, maka daerah akan memiliki

wewenang dalam merencanakan. melaksanakan dan mengendalikan sendiri

pembangunan pendidikan. Hal ini memberikan implikasi bahwa daerah harus

mampu membiayai sendiri segala sesuatu yang menyangkut penyelenggaraan

pendidikan. Oleh karena itu. keberhasilan pembangunan suatu daerah di

bidang pendidikan sangat tergantung kepada kemampuan pemerintah daerah

dalam menggali berbagai potensi dan menggunakan segala sumber daya serta

kemampuan

yang

mendotong

masyarakat

agar

ikut

serta

dalam

penyelenggaraan pendidikan.

Untuk mewujudkan kehendak tersebut, maka perlu diterapkan suatu

model pengelolaan sekolah yang pada satu sisi memberikan keleluasaan

pengelolaan sekolah kepada pihak sekolah (kepala sekolah dan guru) dan di

sisi lain memberikan peluang untuk turut serta kepada masyarakat. Model

pengelolaan itu selanjutnya disebut dengan istilah "Manajemen Berbasis

(16)

Dalam implementasi MBS, khususnya di Sekolah Dasar (SD)

tentunya tidak akan dapat berjalan dengan mulus apabila berbagai komponen

yang terlibat di dalamnya tidak saling menunjang. Dengan demikian untuk

memudahkan

pihak

sekolah

terhadap

berbagai

kemungkinan

dalam

mengimplementasikan MBS, maka faktor-faktor yang bersifat menghambat

maupun mendukung perlu dianalisis, yang kemudian dikenal dengan istilah

analisis SWOT (Strength, Weaknesses, Opportunities dan Threath) baik yang

bersifat internal maupun eksternal.

Namun demikian salah satu kunci sukses untuk mengimplementasikan

MBS di tingkat SD, selain kemampuan kepala sekolah dalam mengambil

keputusan juga

tingkat

partisipasi

masyarakat

yang

tinggi dalam

penyelenggaraan pendidikan di sekolah, sebagaimana yang dikemukakan oleh

N.A. Ametembun (1994 : 8) bahwa :

Keberhasilan sekolah dalam mengimplementasikan MBS selain

kemampuan kepala sekolah dalam mengambil keputusan secara

tepat juga terletak pada tingkat partisipasi masyarakat yang tinggi

terhadap penyelenggaraan pendidikan di sekolah. Dengan demikian

jelas bahwa kedua aspek tersebut memiliki peranan yang sangat

penting.

Selanjutnya secara khusus mengenai tingkat partisipasi masyarakat

dalam penyelenggaraan pendidikan untuk setiap daerah tentunya memiliki

tingkatan yang berbeda-beda. Perbedaan tersebut dapat disebabkan oleh faktor ekonomi, sosial dan budaya serta tingkat kepedulian masyarakat

terhadap penyelenggaraan pendidikan. Namun yang jelas bahwa faktor-faktor

tersebut hanya dapat diatasi oleh satu cara yaitu melalui proses pemberdayaan

(17)

Konsep pemberdayaan ini menunjukkan suatu keadaan yang ada dan

telah dilakukan, namun perlu ditingkatkan secara lebih baik, termasuk

pemberdayaan masyarakat dalam bidang pendidikan. Memang secara yuridis

keterlibatan masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan telah ada, namun

dalam konteks MBS hal tersebut perlu terus ditingkatkan mengingat kunci

keberhasilan penyelenggaraan pendidikan salah satunya ditentukan oleh

tingkat partisipasi masyarakat. Penetapan keterlibatan masyarakat dalam

penyelenggaraan pendidikan tercantum dalam Undang-undang Nomor 2

Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 47 sebagai berikut :

(1) Masyarakat sebagai mitra pemerintah berkesempatan yang

seluas-luasnya untuk berperanserta dalam penyelenggaraan

pendidikan nasional.

(2) Ciri khas satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh

masyarakat tetap diindahkan.

Sesuai dengan ketentuan tersebut. maka masyarakat merupakan mitra

pemerintah dalam usaha penyelenggaraan kegiatan pendidikan. baik sebagai

badan maupun perorangan. Dengan usaha masyarakat ini diharapkan tujuan

pendidikan nasional dapat diwujudkan, sehingga dapat disetarakan dengan

pendidikan negara maju lainnya.

Berdasarkan hal-hal yang telah disebutkan tersebut, maka penulis

akan mencoba melakukan penelitian mengenai strategi pihak sekolah dalam

memberdayakan masyarakat untuk menghadapi implementasi MBS, sehingga

judul yang penulis tetapkan adalah : "Pemberdayaan Peranserta Masyarakat

dalam Rangka Menghadapi Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah di

(18)

B. Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka yang menjadi pokok permasalahan utama dalam penelitian ini adalah : Bagaimanakah pemberdayaan peranserta masyarakat dalam rangka menghadapi implementasi Manajemen Berbasis Sekolah di Lingkungan Kandepdiknas

Kabupaten Subang ?

Adapun pokok-pokok masalah penelitian tersebut dapat dirinci

sebagai berikut :

1. Bagaimanakah perencanaan pihak sekolah untuk memberdayakan peranserta masyarakat dalam rangka menghadapi implementasi MBS di Lingkungan Kandepdiknas Kabupaten Subang ?

a. Rencana apa yang dibuat pihak sekolah untuk memberdayakan peranserta masyarakat dalam rangka menghadapi implementasi

MBS?

b. Dasar pertimbangan apa yang dipergunakan pihak sekolah untuk membuat perencanaan tersebut ? (Analsis berdasarkan SWOT) c. Bagaimana proses penyusunan perencanaan tersebut ?

d. Siapa saja yang dilibatkan dalam pembuatan atau penyusunan rencana tersebut ?

2. Bagaimana pelaksanaan pihak sekoiah untuk memberdayakan peranserta masyarakat dalam rangka menghadapi implementasi MBS di Lingkungan

(19)

a. Bagaimana bentuk kegiatan yang dilakukan pihak sekolah untuk

memberdayakan peranserta masyarakat dalam rangka menghadapi

implementasi MBS ?

b. Hal-hal apa saja yang menjadi indikator keberhasilan dalam

melaksanakan strategi tersebut ?

c. Faktor-faktor apa yang paling menentukan untuk memberdayakan

peranserta masyarakat dalam rangka menghadapi implementasi

MBS?

d. Bagaimana proses koordinasi yang dilakukan antara pihak sekolah

dengan masyarakat, sehingga pemberdayaan peranserta masyarakat

akan lebih berhasil dalam rangka menghadapi implementasi MBS ?

3. Bagaimanakah proses evaluasi yang akan dilakukan pihak sekolah untuk

memberdayakan peranserta masyarakat dalam rangka menghadapi

implementasi MBS di Lingkungan Kandepdiknas Kabupaten Subang ?

a. Bagaimana bentuk evaluasi yang dipergunakan ?

b. Apa yang menjadi standar untuk melaksanakan evaluasi tersebut ?

c. Alat apa yang dipergunakan untuk melaksanakan evaluasi ?

d. Siapa saja yang dilibatkan untuk melaksanakan proses evaluasi ?

4. Permasalahan-permasalahan apa saja yang dihadapi pihak sekolah untuk

memperdayakan peranserta masyarakat dalam rangka menghadapi

(20)

'. 8

a. Hal - hal apa saja yang menjadi kekuatan, kelemahan, tantangan-dan

ancaman untuk memperdayakan peranserta masyarakat dalam rangka'

menghadapi implementasi MBS ? (Analisis SWOT) b. Darimana datangnya sumber permasalahan tersebut ?

c. Apa penyebab utamanya. sehingga hal tersebut dianggap sebagai permasalahan ?

5. Bagaimana upaya-upaya yang dilakukan pihak sekolah untuk menghadapi permasalahan-permasalahan tersebut ?

C. Tujuan Penelitian

Secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui, mendeskripsikan dan mcnganalisis pemberdayaan peranserta masyarakat oleh pihak sekolah dalam rangka menghadapi implementasi MBS di Lingkungan Kandepdiknas Kabupaten Subang.

Sesuai dengan tujuan umum tersebut, maka secara khusus penelitian

ini bertujuan untuk memahami, mengidentifikasi, mendeskripsikan dan

menganalis hal-hal yang berhubungan dengan :

1. Perencanaan pihak sekolah untuk memberdayakan peranserta masyarakat dalam rangka menghadapi implementasi MBS di Lingkungan Kandepdiknas Kabupaten Subang.

a. Rencana yang dibuat pihak sekolah untuk memberdayakan peranserta

masyarakat dalam rangka menghadapi implementasi MBS.

b. Dasar pertimbangan yang dipergunakan pihak sekolah untuk

(21)

c. Proses penyusunan perencanaan tersebut.

d. Pihak yang dilibatkan dalam pembuatan atau penyusunan rencana

tersebut.

2. Pelaksanaan pihak sekolah untuk memberdayakan peranserta masyarakat

dalam

rangka

menghadapi

implementasi

MBS

di

Lingkungan

Kandepdiknas Kabupaten Subang.

a. Betuk kegiatan yang dilakukan pihak sekolah untuk memberdayakan

peranserta masyarakat dalam rangka menghadapi implementasi MBS.

b. Hal-hal yang menjadi indikator keberhasilan dalam melaksanakan

strategi tersebut.

c. Faktor-faktor yang paling menentukan

untuk

memberdayakan

peranserta masyarakat dalam rangka menghadapi implementasi

MBS.

d. Proses koordinasi yang dilakukan antara pihak sekolah dengan

masyarakat, sehingga pemberdayaan peranserta masyarakat akan

lebih berhasil dalam rangka menghadapi implementasi MBS.

3. Proses

evaluasi

yang

akan

dilakukan

pihak

sekolah

untuk

memberdayakan peranserta masyarakat dalam rangka menghadapi

implementasi MBS di Lingkungan Kandepdiknas Kabupaten Subang.

a. Bentuk evaluasi yang dipergunakan.

b. Standar untuk melaksanakan evaluasi tersebut.

c. Alat yang dipergunakan untuk melaksanakan evaluasi.

(22)

r. >«

4. Permasalahan-permasalahan yang mungkin dihadapi pihak sekolarj.uhtuk

memperdayakan peranserta masyarakat dalam rangka menghadapi

implementasi MBS di lingkungan Kandepdiknas Kabupaten Subang.

a. Hal - hal yang menjadi kekuatan, kelemahan, tantangan dan ancaman

untuk memperdayakan peranserta masyarakat dalam rangka

menghadapi implementasi MBS (Analisis SWOT). b. Sumber permasalahan tersebut.

c. Penyebab utama permasalahan, sehingga dianggap sebagai permasalahan.

5. Upaya-upaya yang dilakukan pihak sekolah untuk menghadapi

permasalahan-permasalahan tersebut.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat

penelitian yang dapat

dirasakan

sehubungan

dengan

pelaksanaan penelitian yang dilakukan adalah :

1. Segi Teoritis

(23)

11

2. Segi Operasional

a. Dengan diberlakukannya otonomi daerah menuntut pembenahan dan

penataan sistem pendidikan nasional secara lebih baik, salah satunya

dengan diterapkan model Manajemen Berbasis Sekolah.

b. Kepala sekolah dan masyarakat merupakan dua unsur penentu utama

keberhasilan penerapan MBS, sehingga perlu adanya pemberdayaan

dari keduanya, terutama pemberdayaan peranserta masyarakat yang

lebih berhasil.

c. Dengan penelitian ini diharapkan dapat memberikan bantuan kepada

pihak lembaga (SD) bahwa penerapan MBS menuntut adanya

peranserta masyarakat dalam pengelolaan pendidikan secara lebih

baik.

d. Hasil penelitian ini juga akan memberikan pengetahuan baru dan

sebagai bahan kajian keilmuan administrasi pendidikan secara teoritik

yang mungkin akan dapat dikembangkan secara lebih jauh lagi.

e. Sebagai bahan rujukan bagi peneliti selanjutnya, khususnya mereka

yang tertarik dengan bidang kajian mata kuliah yang berhubungan

dengan aspek-aspek penelitian.

E. Kerangka Penelitian

Konsep kerangka dalam penelitian ini dipahami sebagai acuan

berpikir secara konseptual yang digunakan untuk menghadapi subjek

penelitian sebagai kumpulan longgar dari sejumlah asumsi yang dipegang

(24)

12

melaksanakan penelitian, sebagaimana yang dikemukakan oleh Bogdan dan

Biklen yang dikutip oleh Lexy J. Moleong (1996 : 33) bahwa : "Kerangka

penelitian merupakan kumpulan dari cara berpikir penelitian yang positif. konsep atau proposisi yang berorientasi dari pemikiran dan penelitian".

Sedangkan S. Nasution (1996 : 118) menyatakan bahwa : "Kerangka penelitian merupakan perangkat kepercayaan, nilai-nilai dari suatu pandangan

tentang dunia sekitar". Berdasarkan kedua konsep tersebut, maka dapat dikemukakan bahwa kerangka penelitian ini adalah sebagai berikut :

Pengimplementasian otonomi daerah dalam segala bidang kehidupan

masyarakat didasakan atas tiga perundang-undangan pokok, yaitu UU Nomor

22 Tahun 1999. UU Nomor 25 Tahun 1999 dan PP Nomor 25 Tahun 2000.

Dampak yang akan dirasakan dengan adanya pengimplementasian otonomi daerah akan dirasakan dalam semua aspek kehidupan masyarakat. termasuk

salah satunya dalam bidang pendidikan baik dampak yang bersifat positif

maupun negatif. Berdasarkan dampak tersebut menuntut lembaga pendidikan.

khususnya SD untuk dikelola dan ditata secara lebih baik, sehingga model

yang cocok dikembangkan adalah Model Manajemen Berbasis Sekolah (School Based Management) yang salah satu kunci kesuksesannya adalah

adanya peranserta aktif dari masyarakat dalam pengelolaan pendidikan. Untuk mereahsasikan peranserta aktif masyarakat sebagai produsen dan

konsumen pendidikan, maka diperlukan strategi pemberdayaan oleh pihak

sekolah (kepala sekolah dan guru) yang dituangkan dalam bentuk

(25)

13

sehingga peningkatan mutu, efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan

pendidikan serta pemerataan pendidikan secara proporsional dapat diperoleh

yang pada akhirnya akan memberikan masukan kembali (feed back) bagi

peningkatan pemberdayaan peranserta masyarakat. Jika dilukiskan dalam

bentuk pola, maka kerangka penelitian ini adalah sebagai berikut:

GAMBAR1.1

KERANGKA PENELITIAN

F. Anggapan Dasar

(26)

14

kebenaran yang dipercaya oleh peneliti". Berdasarkan pendapat tersebut. maka yang menjadi anggapan dasar dalam penelitian ini adalah sebagai mana lerurai pada Modul Manajemen Berbasis Sekolah ( 2001123 ) :

1. Penerapan otonomi daerah yang telah diundangkan dapat memberikan dampak. baik positif maupun negatif terhadap semua bidang kehidupan masyarakat termasuk dalam pengelolaan pendidikan.

2. Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) merupakan salah satu model reformasi pendidikan yang berusaha menyajikan bentuk pengelolaan pendidikan secara lebih baik, sehingga mutu pendidikan dapat lebih ditingkatkan.

(27)
(28)

BAB 111

METODE PENELITIAN

A. Definisi Operasional.

Dalam setiap penelitian terutama untuk dapat memahami subjek yang

diteliti sehingga hasilnya lebih optimal, maka peneliti memerlukan

metodologi penelitian yang akan ditempuh. sebagaimana yang dikemukakan

oleh 1/zak Latunussa (1989 : 1) bahwa : "'Metodologi penelitian merupakan

cara bekerja (proses meneliti) untuk dapat memehami subjek yang diteliti".

Dalam penelitian metode yang dipergunakan adalah metode deskriptif

dengan pendekatan bersifat kualitatif. Penggunaan metode dan pendekatan

tersebut mengingat tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan

dari menszanalisis mengenai pemberdayaan peranserta masyarakat dalam

menghadapi implementasi MBS di SI) Tambakan II; SI) Perumnas I; SD

Kamarung 1 Lingkungan Dinas Pendidikan Kabupaten Subang oleh kepala

sekolah maupun guru yang terjadi pada saat sckarang. sebagaimana yang

dikemukakan olehlz/.ak Latunussa (1989 : 55) bahwa :

Metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif adalah

suatu

metode

penelitian

yang

digunakan

untuk

menjawab

pertanvaan mengenai hakekat gejala atau pertanyaan mengenai apa

itu atau mendeskripsikan tentang apa itu, sehingga diperoleh

informasi

keadaan

gejala

yang sedang

bcrlangsung sebagai

pemecahan masalah yang ada, masalah yang hangat dan aktual,

dalam bentuk kata atau kalimat sehingga memberikan makna.

Sejalan dengan pendapat tersebut, Bogdan dan Taylor yang dikutip

oleh Lexy J. Moleong (1996 : 3) mengemukakan bahwa :

(29)

52

Metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif adalah suatu

prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa

kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat

diamati yang diarahkan pada latar dan individu secara holistik.

Metode

penelitian

deskriptif

dengan

pendekatan

kualitatif

dikembangkan dari metodologi antropologi dan sosiologi yang mempelajari

perilaku manusia, sebagaimana dikemukakan oleh Herbert W. Seliger dan

Elana Shohamy (1989 : 118) bahwa :

Qualitative methods originally developed from the methodologies of

field anthropologists and sociologis concerned with studying human

behavior within the context in which that behavior would occur

naturally and in which the role of the researcher would not affect the

normal behavior of the subjects.

Dalam penggunaan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif

tidak terbatas hanya sampai kepada pengumpulan data saja, akan tetapi

meliputianalisis dan juga interpretasi (penafsiran) tentang arti data itu sendiri.

Jika ditinjau dari sege metodologisnya, maka perbedaan-perbedaan pokok

antara metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif dan pendekatan

kuantitatif dapat disajikan dalam tabel berikut :

TABEL 3.1

PERBEDAAN METODE DESKRIPTIF

DENGAN PENDEKATAN KUALITATIF DAN KUANTITATIF

ASPEK PERBEDAAN KUALITATIF KUANTITATIF

Instrumen Orang sebagai peneliti Kertas, pensil atau fisik

lainnya Waktu Penetapan Pe

ngumpulan Data dan

Analisis

Selama dan sesudah pengum

pulan data

Sebelum penelitian

Desain Muncul beiubah Pasti

Gaya Seleksi Intervensi

Perlakuan Bervariasi Stabil

(30)

53

Selanjutnya menurut Nana Sudjana dan Ibrahim (1989 : 197 - 199)

dikemukakan ciri-ciri penelitian dengan menggunakan metode deskriptif

melalui pendekatan kualitatif meliputi:

1. Penggunaan

lingkungan

alamiah

sebagai

sumber data

langsung;

2. Bersifat deskriptif analitik;

3. Tekanannya ada pada proses bukan kepada hasil;

4. Bersifat induktif; dan

5. Mengutamakan makna.

Berdasarkan ciri-ciri tersebut, maka tidak mengherankan bila peneliti

sendiri meupakan pengumpul data yang paling utama, sebagaimana yang

dikemukakan oleh S. Nasution (1996 : 54) bahwa :

Manusia sebagai instrumen utama dalam penelitian dengan

pendekatan kualitatif disebabkan ia memiliki adaptabilitas yang

tinggi, jadi senantiasa dapat menyesuaikan diri dengan situasi yang

berubah-ubah yang dihadapi dalam penelitian itu. Ia senantiasa

dapat memperluas pertanyaan untuk memperoleh data yang lebih

terinci menurut keinginannya.

Dalam proses pengumpulan data peneliti melakukan proses yang

berbentuk siklus, yang berlangsung secara terus-menerus. Adapun siklus

dalam proses pengumpulan data ini dilakukan dalam tiga tahapan,

sebagaimana yang dikemukakan oleh Sanafiah Faisal (1990 : 45) yaitu :

1. Eskplorasi yang meluas atau menyeluruh dan

biasanya

bergerak di tingkat permukaan.

2. Eksplorasi secara terfokus atau terseleksi guna mencapai

tingkat kedalaman dan keterincian tertentu.

3. Mengecek atau mengkonfirmasikan hasil/temuan peneliti.

Berdasarkan

pedoman

tersebut,

maka

peneliti

melakukan

pengumpulan data dan informasi dari sumber data penelitian untuk

(31)

54

B. Lokasi dan Subjek Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian yang dijadikan tempat penggalian data adalah di

SD Negeri Tambakan II Kec. Jalan Cagak, SD Negeri Perumnas I Kec.

Subang dan SD Negeri Kamarung I Kec. Pagaden Kab. Subang.

Alasan utama pemilihan ketiga SD tersebut didasarkan atas adanya

perbedaan lokasi terutama ditinjau dari segi sosial-ekonomi masyarakat

yang dimiliki setiap SD. yaitu daerah perbukitan (pegunungan), perkotaan

dan pantura. Dengan perbedaan tersebut menurut peneliti menarik untuk

diteliti mengingat fokus penelitian terletak pada aspek pemberdayaan

peranserta masyarakat dalam rangka menghadapi implementasi MBS.

2. Subjek Penelitian

Subjek penelitian merupakan orang yang dapat memberikan data

dan informasi kepada peneliti pada lembaga yang dimaksudkan. Penentuan

subjek penelitian ini dilakukan secara purposive yang didasarkan pada

ciri-ciri pengambilan subjek secara purposive, sebagaimana yang dikemukakan

oleh Lexy J. Moleong (1996 : 165 - 166) sebagai berikut:

a. Rancangan sampelyang muncul;

b. Pemilihan sampel secara berurutan;

c. Penyesuaian berkelanjutan dari sampel; dan

d. Pemilihan berakhir jika sudah terjadi pengulangan.

Berdasarkan konsep tersebut, maka subjek penelitian ada'ah para

kepala sekolah, guru, orang tua siswa, pemerintah setempat, tokoh

(32)

r 55

SD Negeri Tambakan II Kec. Jalan Cagak dengan pertimbangan LSD Inti;

2.Ketua PKG dan KKKS; 3.Memiliki kemampuan profesional, Perumnas

I Kec. Subang SD percontohan MBS dan Kamarung I Kec. Pagaden Kab.

Subang sebagai LSD Inti; 2. Ketua KKKS; 3.Memiliki kemampuan

profesional.

C. Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data

1. Instrumen Penelitian

Dalam instrumen penelitian yang menggunakan metode deskriptif

dengan pendekatan secara kualitatif terfokus kepada peneliti sendiri.

mengingat ia berperan sebagai pengamat penuh dan berperanserta secara

lengkap, sebagaimana yang dinyatakan oleh Lexy .1. Moleong (1996 : 121)

bahwa :

Kedudukan peneliti dalam penelitian cukup rumit, ia sekaligus

merupakan perencana, pelaksana pengumpulan data, analisis,

penafsiran data dan pada akhirnya menjadi pelapor hasil

penelitiannya. Oeleh

karena itulah, maka peneliti sebagai

instrumen

sangat

relevan

dan

memang

sulit

diganti

kedudukannya.

Lebih lanjut Lexy J. Moleong (1996 : 121 - 123) mengemukakan

ciri-ciri peneliti sebagai instrumen utama, yaitu :

a. Responsif;

b. Dapat menyesuaikan diri;

c. Menekankan keutuhan;

d. Mendasarkan diri atas perluasan pengetahuan;

e. Memproses data secepatnya;

f. Memanfaatkan kesempatan untuk mengklarifikasikan dan

mengikhtisarkan; dan

g. Memanfaatkan kesempatan untuk mencari respon yang

(33)

56

Ditinjau dari segi subjek penelitian, maka kualitas peneliti jelas

sangat diperlukan. Kualitas yang dimaksudkan adalah pribadi yang toleran,

sabar, menunjukkan emphati, manusiawi, terbuka, jujur, objektif dan

penampilan menarik. Mampu bekerja tahan lama, dapat mengatasi

berbagai hambatan di lapangan dan mempunyai perasaan ingin tahu juga

merupakan bagian dari kualitas yang diharapkan.

2. Teknik Pengumpulan Data

Menurut Hermawan (1992 : 70) dalam pengumpulan data dikenal

metode dan teknik, metode terdiri dari : (a) sensus, (b) sampling, (c) studi

kasus. (d) studi dokumentasi, (e) wawancara dan (f) observasi. Namun

metode yang dipakai dalam penelitian ini yaitu observasi. wawancara dan

studi dokumentasi. Sedangkan teknik pengumpulan data terdiri dari :

(a) teknik komunikasi (wawancara dan angket) dan (b) teknik pengamatan/

observasi (langsung, tidak langsung dan partisipasi).

a. Observasi

Izzak Latunussa (1989 : 107) mengemukakan bahwa :

"Observasi merupakan pengamatan terhadap subjek penelitian dengan

memakai alat indera, terutama mata dan membuat catatan hasil

pengamatan itu". Pada penelitian deskriptif, observasi langsung

bermanfaat untuk mengumpulkan data dan informasi, baik mengenai

aspek-aspek material maupun tingkah laku manusia.

Dengan observasi diharapkan dapat memperoleh data yang

(34)

57

b. Wawancara

Izzak Latunussa (1989 : 110) mengemukakan bahwa :

"Wawancara

merupakan

angket

dalam

bentuk

lisan".

Subjek

penelitian atau yang diwawancarai memberikan informasi yang

diperlukan secara verbal melalui kontak langsung. Wawancara

mempunyai kelebihan dari alat lain bila digunakan oleh pewawancara

yang terampil. Pada umumnya peneliti lebih suka bicara daripada

menulis. Apabila pewawancara telah mengadakan hubungan yang erat

dengan pihak yang diwawancarai, maka akan banyak informasi yang

disampaikan.

Wawancara diarahkan pada kebebasan dan kesempatan subjek

penelitian untuk

mengeluarkan

buah

pikiran,

pandangan

dan

perasaannya tanpa diatur oleh peneliti. Wawancara yang dialkukan

bersifat berstruktur dan disusun berdasarkan apa yang telah

disampaikan oleh subjek penelitian.

c. Studi Dokumentasi

Sekalipun dalam penelitian deskriptif dengan pendekatan

kualitatif kebanyakan

diperoleh

dari

sumber

manusia melalui

observasi dan wawancara, akan tetapi ada pula sumber bukan manusia

berupa dokumen. Dalam penelitian ini dokumen dapat dijadikan

bahan triangulasi untuk mencek kesesuaian data.

Adapun perolehan data dalam penelitian ini juga dilakukan

(35)

58

masyarakat dalam rangka menghadapi implementasi MBS yang

dilakukan para kepala sekolah dan guru di SD Negeri Tambakan II

Kec. Jalan Cagak, Perumnas I Kec. Subang dan Kamarung I Kec.

Pagaden Kab. Subang.

D. Prosedur dan Teknik Pengumpulan Data.

Pelaksanaan pengumpulan data dalam penelitian ini mengikuti

prosedur atau tahapan sebagaimana yang dikemukakakan oleh S. Nasution

(1996 : 33-34) yaitu : "(1) tahap orientasi, (2) tahap eksplorasi dan (3) tahap

member check". Tahap-tahap tersebut selanjutnya dapat penulis paparkan

sebagai berikut : 1. Tahap Orientasi

Tahap orientasi merupakan tahap awal dari proses penelitian

dengan melakukan prasurvai dan pendekatan kepada lembaga atau subjek

penelitian yang dijadikan sumber penelitian. Tahap orientasi juga

berhubungan dengan persiapan persyaratan administratif yang meliputi :

pengadaan surat ijin dari pihak yang berwenang, informasi tentang

subjek penelitian dan data

pribadinya

yang dibutuhkan

harus

dipersiapkan sebelum pelaksanaan pengumpulan data. Kegiatan ini

dilaksanakan untuk memperoleh gambaran mengenai lokasi,

permasalahan dan untuk mengklasifikan fokus penelitian di luar ide

pertama peneliti. Setelah itu dilakukan observasi dan wawancara awal

kepada beberapa subjek penelitian yang diperkirakan menguasai

(36)

59

masih bersifat umum agar peneliti memperoleh gambaran yang lebih

luas, menemukan hal-hal yang khas, penting dan sangat berguna yang

akan dijadikan fokus penelitian sesungguhnya.

Hal lain yang tidak kalah pentingnya dalam tahap awal ini adalah

mengembangkan komunikasi yang lebih akrab dengan calon responden,

sehingga informasi yang diberikan benar-benar jujur, murni, bebas dari

persepsi dan kepentingan responden. Kegiatan pengumpulan data

dilakukan pada bulan April sampai dengan Mei 2002 yang sebelumnya

menghubungi beberapa pihak yang berkepentingan.

2. Tahap Eksplorasi

Setelah peneliti memperoleh fokus penelitian secara akurat,

selanjutnya proses penelitian menuju pada tahap eksplorasi melalui

pelaksanaan wawancara yang lebih mendalam dan lebih terfokus pada

masalah dalam penelitian, lebih berstruktur dan didasarkan pada hasil

wawancara tahap orientasi. Selain itu juga dilakukan observasi terhadap

fokus penelitian, sehingga diperoleh informasi yang lebih mendalam dan

lebih khusus sesuai dengan masalah yang sedang dikaji dalam sasaran

utama penelitian.

Dalam tahap eksplorasi wawancara dilakukan secara lebih

mendalam tentang aspek-aspek yang ada kaitannya dengan ruang lingkup

fokus penelitian, tidak bersifat umum, berstruktur dan dapat memberikan

kejelasan tentang seluruh aspek yang menjadi fokus penelitian. Dalam

(37)

60

memberikan informasi sehubungan dengan fokus penelitian agar data

yang akan diolah benar-benar tepat kepada sasarannya.

3. Tahap Member Check

Tahap ini merupakan tahap ketiga atau terakhir setelah orientasi

dan eksplorasi. Dalam tahap ini peneliti melakukan pencheckan kembali

atas data dan informasi yang telah diperoleh kepada subjek penelitian.

Hal ini dilakukan agar data atau informasi yang telah terkumpul

merupakan data dan informasi yang benar-benar demikian adanya dan

terjamin keabsahannya, baik dipandang dari pihak peneliti maupun dari

pandangan subjek penelitian.

Sebagai upaya dalam memantapkan hasil penelitian. maka

dilakukan pula observasi dan studi dokumentasi kepada subjek penelitian

maupun nara sumber lain yang berkompeten. Dengan demkian waktu

pelaksanaan member check dilakukan seiring dengan tahap eksplorasi.

E. Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Sebagaimana yang telah dikemukakan dalam ciri-ciri penelitian

deskriptif dengan pendekatan kualitatif berbeda dengan penelitidan deskriptif

yang menggunakan pendekatan kuantitatif, termasuk pula dalam teknik dan

analisis datanya. S. Nasution (1996 : 126) mengemukakan bahwa :

Anaiisis data kualitatif adalah proses menyusun data yang berarti

menggolongkannya ke dalam pola, thema atau kategori agar dapat

ditafsirkan,

sehingga

memberikan

makna

kepada

analisis,

menjelaskan pola atau kategori dan mencari hubungan antar

(38)

61

Pendekatan kualitatif pada dasarnya tidak ada satu cara tertentu yang

dapat dijadikan pedoman dalam menganalisis data, sehingga peneliti harus

mencari sendiri metode yang dirasakan lebih cocok dengan masalah

penelitiannya.

Berpedoman pada konsep analisis data kualitatif tersebut, maka

dengan proses penyusunan data dapat ditafsirkan dan diketahui maknanya.

Menyusun data tersebut berarti menggolongkan ke dalam pola. thema. unit

atau kategori. Data yang diperoleh dari banyak sumber, diseleksi dan

dibandingkan kemudian dimasukkan ke dalam salah satu unit atau kategori.

Tafsiran atau interpretasi menggambarkan prespektif atau pandangan peneliti

dalam

menyusun

dan

menjelaskan

unit atau

kategori

yang dapat

menghubungkan berbagai konsep dan memberikan makna kepada analisis

unit atau kategori itu. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini diolah dan

dianalisis dengan berpedoman kepada cara-cara tersebut di atas. Namun

demikian meskipun tidak ada cara khusus dalam teknik pengolahan dan

analisis data, namun demkian penulis dapat memaparkannya

sebagai

berkut :

1. Setiap data yang dikumpulkan peneliti, mengandung berbagai informasi

tentang berbagai hal dan masalah yang berbeda. Oleh karena itu langkah

pertama yang digunakan adalah menentukan fokus penelitian tertentu.

2. Mengorganisaskan data menurut masing-masing fokus penelitian yang

(39)

62

3. Data yang telah diorganisir selanjutnya dianalisis berdasarkan konsensus

dengan merujuk kepada landasan teori yang telah dikemukakan, maka cara yang peneliti lakukan adalah mengelompokkan data berdasarkan pertanyaan penelitian yang kemudian disimpulkan menjadi satu

kedalaman makna.

4. Memberikan tafsiran tentang apa yang berhasil diperoleh dari setiap analisis pertanyaan penelitian dan mencoba menarik kesimpulan secara inferensial dengan melihat kesamaan dan perbedaan jawaban subjek penelitian yang dihubungkan dengan teori.

5. Mengingat penelitian ini bersifat diagnostik, maka pada langkah terakhir diajukan rekomendasi kepada pihak yang berkepentingan.

F. Signifikansi Hasil Penelitian

Untuk memperoleh hasil penelitian yang dapat dipertanggungjawab-kan diperludipertanggungjawab-kan tingkat keberartian hasil penelitian. Tingkat kepercayaan dalam penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif menurut

S. Nasution (1996 : 114 - 125) tergantung kepada : "(1) kredibilitas (validitas internal), (2) transferabilitas dan (3) dependabilitas serta konfirmabihtas". Untuk lebih jelasnya hal-hal tersebut dapat penulis urakan sebagai berikut:

1. Kredibilitas

Kredibilitas dalam penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif menggambarkan kecocokan konsep peneliti dengan konsep

(40)

63

penelitian sehingga dapat dipercaya, maka upaya yang dilakukan untuk

memenuhi kriteria tersebut, antara lain :

a. Waktu penelitian yang benar-benar dihemat, yakni penelitian

naturalistik kualitatif membutuhkan waktu yang relatif lebih lama

daripada penelitian dengan pendekatan konvensional kualitatif. Mempertimbangkan mendesaknya waktu penelitian, maka peneliti

mencoba memanfaatkan waktu yang dapat digunakan. Pada awal penelitian, pengumpulan data dilakukan pada situasi yang natural.

Kekosongan kegiatan pada beberapa sisi fokus penelitian. dimanfaatkan untuk mengadakan pertemuan dengan para subjek

penelitian yang keberadaannya sanggup memberikan informasi tentang data yang dibutuhkan.

b. Triangulasi, yakni dilakukan untuk mengecek kebenaran data dengan

membandingkannya dengan data yang diperoleh dari subjek penelitian lain. Upaya yang dilakukan dalam rangka triangulasi ini

adalah

(1)

membandingkan

hasil

wawancara

dengan

hasil

pengamatan dan (2) memperbanyak subjek penelitian untuk setiap fokus penelitian tertentu.
(41)

pertanyaan-64

pertanyaan yang lebih tajam, kelemahan-kelemahan, bias, tafsiran

yang kurang didukung data atau kurang jelas dan langkah-langkah

perbaikan.

d. Penggunaan referensi, yakni dilakukan sejak awal catatan kecil dibuat

untuk merekam hasil pengamatan yang ditemukan. Rekaman hasil

wawancara dipindahkan dalam bentuk laporan lapangan setelah

dipadukan dengan hasil observasi. Pemberian informasi dilakukan

dalam suasana natural untuk mengurangi kelemahan daya ingat

peneliti yang memang terbatas, maka pembuatan laporan lapangan

dilakukan pada setiap malam hari setelah observasi dan wawancara

dilakukan.

e. Mengadakan member check, yakni pada setiap akhir wawancara

dilakukan konfirmasi dengan subjek penelitian.

sehingga ada

kekeliruan dapat diperbaiki atau bila ada kekurangan dapat ditambah

dengan informasi baru. Dengan demikian data yang diperoleh sesuai

dengan yang dimaksudkan oleh subjek penelitian.

2. Transferabilitas

Dalam penelitian

deskriptif dengan

pendekatan

kualitatif,

transferabilitas bergantung pada si pemakai, yakni sampai manakah hasil

penelitian tersebut dapat digunakan dalam konteks dan situasi tertentu.

Oleh karena itu transferabilitas hasil penelitian ini diserahkan kepada

(42)

65

3. Dependabilitas dan Konfirmabihtas

Sebagaimana yang telah dketahui bahwa situasi global pada

hakekatnya bersifat unik dan tidak dapat direkonstruksi sepenuhnya

seperti semula. Oleh karena itu sangat sulit untuk mengukur konsistensi

hasil penelitian. Untuk itu guna menjaga kebenaran dan objektivitas hasil

penelitian ini dilakukan "audit trail" yakni dengan melakukan

pemeriksanaan untuk meyakinkan bahwa hal-hal yang dilaporkan

memang demikian kejadiannya. Untuk kepentingan ini dilakukan

kegiatan-kegiatan, sebagaimana yang dikemukakan oleh S. Nasution

(1996: 118) yaitu:

a. Menyusun data mentah;

b. Menyusun unit analisis;

c. Merumuskan tafsiran

dan kesimpulan sebagai hasil

sintesis data; dan

d. Melaporkan seluruh proses pengumpulan data.

Demikian hal-hal yang ditempuh dalam melaksanakan penelitian

ini, sehingga hasilnya dapat memiliki tingkat kebermaknaan yang tinggi

(43)
(44)

BABV

KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

1. Perencanaan Pihak Sekolah untuk Memberdayakan Peranserta

Masyarakat dalam Rangka Menghadapi Implementasi Manajemen

Berbasis Sekolah

Fungsi perencanaan pihak sekolah (SD) untuk memberdayakan

peranserta masyarakat dalam rangka menghadapi implementasi MBS

dilaksanakan secara manual dan verbal. Manual menunjukkan bahwa

perencanaan merupakan produk kebijakan pengembangan manajerial

administrator sekolah yang bersifat penjabaran rencana makro yang

mengarahkan pembangunan manusia Indonesia seutuhnya. menyiapkan

sumber daya manusia yang berkualitas dengan mengacu pada isu sentral

pendidikan yaitu pemerataan dan perluasan kesempatan

belajar.

peningkatan mutu, relevansi dan efisiensi. Perencanan verbal merupakan

perencanaan setiap kepala sekolah yang berwujud visi untuk mencapai

tujuan sekolah jangka pendek, menengah dan panjang. Perencanaan di

sekolah cenderung untuk tidak dituangkan dalam bentuk dokumen.

mengingat rencana yang diatur pada pokoknya adalah rencana tindakan.

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh bahwa perencanaan

pihak sekolah untuk memberdayakan peranserta masyarakat dalam

rangka menghadapi implementasi MBS ditinjau dari bentuk rencana yang

dibuat, dasar pertimbangan, proses penyusunan dan pihak yang

(45)

152

dilibatkan sangat bervariatif, artinya ada yang berorientasi pada waktu

dan aktivitas. Pada waktu menunjukkan bawah perencanaan dibuat dalam

bentuk program untuk setiap tiga tahun ke depan, sedangkan aktivitas

berorientasi pada aktivitas pemberian pemahaman kepada orang tua

siswa dan proses pembentukan Dewan Sekolah. Untuk dasar

pertimbangan pembuatan rencana ada yang berdasarkan pada analisis

SWOT, optimalisasi sumber daya pendidikan, inventaris kebutuhan,

tuntutan perkembangan dan misi yang harus dicapai. Proses penyusunan

rencana yang dilakukan sangat sederhana hanya meliputi : pertimbangan

kondisi masyarakat. kebutuhan mendesak. kemampuan Dewan Sekolah.

penyajian dalam bentuk program, inventarisir- perangkat Dewan Sekolah,

sosialisasi kepada masyarakat dan mengadakan rapat. Sedangkan

sebenarnya proses penyusunan rencana harus sesuai dengan yang telah

dkonsepkan, sehingga pemberdayaan peran serta masyarakat dirasakan

akan lebih—berhasil. Untuk pihak yang dilibatkan pada dasarnya

memfokuskan kepada pihak internal dan ekstemal sekolah.

2. Pelaksanaan Pihak Sekolah untuk Memperdayakan

Peranserta

Masyarakat dalam Rangka Menghadapi Implementasi Manajemen

Berbasisi Sekolah

Pelaksanaan pihak sekolah untuk memberdayakan peranserta

masyarakat dalam menghadapi implementasi MBS memuat pokok-pokok

yang meliputi : strategi pelaksanaan, indikator keberhasilan, faktor yang

(46)

153

pelaksanaan pembedayaan peranserta masyarakat lebih dititkberatkan

pada peranan Dewan Sekolah, mengingat keberadaan dewan ini

-memberikan keuntungan dan manfaat yang mampu menghubungkan

pihak sekolah dengan lingkungannya. Sedangkan indikator lebih

mengarah kepada visi dan misi sekolah yang telah ditetapkan. Visi

melahirkan kemampuan tersendiri, menganalisis kondisi yang dihadapi

saat ini secara objektif dan berbagai aspek dalam SWOT dari kondisi

ekstemal. Analisa yang tepat akan menghasilkan gambaran kondisi nyata

yang dihadapi sekolah. dan memberikan arah pengambilan keputusan

untuk mengambil langkah-langkah operasional pemberdayaan dengan

tepat melalui pencapaian sararan pada setiap komponen pendidikan.

Untuk faktor yang menentukan pada dasarnya setiap SD mengacu pada

aspek manajerial. keterlibatan pihak ekstemal dan sumber daya manusia.

Koordinasi

yang

dilakukan

dalam

pelaksanaan

lebih

menitikberatkan pada proses rapat melalui Dewan Sekolah dengan unsur

terkait, sehingga diperoleh kesamaan persepsi antara kebutuhan dan

kepentingan pihak sekolah dengan ketersediaan masyarakat atau pihak

terkait.

3. Proses

Evaluasi

yang

Dilakukan

Pihak

Sekolah

untuk

Memberdayakan

Peranserta

Masyarakat

dalam

Rangka

Menghadapi Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah

Proses

evaluasi

yang

dilakukan

pihak

sekolah

untuk

(47)

154

MBS berhubungan dengan aspek-aspek orientasi, bentuk, standar, alat

dan pihak yang dilibatkan yang sangat beragam. Beragamnya orientasi

atau tujuan evaluasi menunjukkan bahwa setiap sekolah memiliki

karakteristik tersendiri yang dapat dipengaruhi oleh faktor internal dan

ekstemal sekolah. Orientasi pada guru, masyarakat dan stakeholders

menunjukkan bahwa perlunya dilakukan evaluasi terhadap

komponen-komponen tersebut dalam mencapai tujuan pendidikan dalam arti guru

perlu ditingkatkan. masyarakat perlu lebih diberdayakan dan peranan

stakeholder harus lebih dikatifkan. Orientasi pada belajar siswa

menunjukkan bahwa prestasi belajar yang harus lebih utama mendapat

perhatian. sehingga perlu lebih ditingkatkan. Sedangkan evaluasi

terhadap kebutuhan menunjukkan perlu adanya penambahan dan

peningkatan kebutuhan sekolah. Bentuk yang digunakan dalam evalusi

sekaligus alatnya adalah melalui rapat, mengingat rapat inilah merupakan

sarana efektif untuk meninjau keberhasilan dan kemajuan yang telah

dicapai oleh masing-masing komponen pendidikan. Selanjutnya strandar

keberhasilan jelas disesuaikan dengan orientasi yang ingin dicapai.

Demikian pula pihak yang dilibatkan dalam pelaksanaan evaluasi jelas

perlu semua komponen ikutserta sehingga dapat dketahi berbagai

(48)

155

4. Permasalahan-permasalahan yang Dihadapi Pihak Sekolah untuk

Memberdayakan

Peranserta

Masyarakat

dalam

Rangka

Menghadapi Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah

Permasalahan yang dihadapi setiap sekolah jelas bervariatif,

namun tidak menghilangkan terdapat pula aspek-aspek kesamaannya.

Secara komprehensif bentuk permasalahan yang dihadapi berhubungan

dengan faktor internal dan ekstemal. Internal berhubungan dengan

peserta didik, guru, kepala sekolah sekolah dan fasilitas pendidikan.

sedangkan ekternal biasanya datang dari lingkungan sekolah, baik

masyarakat sekitar maupun orang tua siswa. Permasalahan utama

berhubungan dengan kondisi sosial ekonomi masyarakat dan kebutuhan

sarana pendidikan. mengingat pada saat sekarang konsepsi keikutsertaan

masyarakat dalam pendidikan lebih berorientasi pada penggaiian sumber

daya masyakat secara material atau finansial. padahal selain aspek

tersebut ada lagi aspek lainnya misalnya : sebagai pemrakarsa. mediator,

motivator, atau sebagai mitra usaha dalam mengelola produksi dari hasi!

usaha keterampilan tertentu yang telah dipelajari.

5. Upaya-Upaya yang Dilakukan Pihak Sekolah Menghadapi Berbagai

Permasalahan untuk Memberdayakan Peranserta Masyarakat dalam

Rangka Menghadapi Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah

Setiap upaya yang dilakukan dalam mengatasi permasalahan

disesuaikan dengan jenis masalah itu sendiri yang terjadi. Namun yang

lebih penting dalam mengatasi permasalahan berhubungan dengan tingat

(49)

156

mampu mengatasi masalah secara optimal menunjukkan efektivitas dan efisiensi tinggi kinerja sekolah tersebut, namun sebaliknya jika masalah tersebut berulang kali terjadi jelas tidak efektif dan menimbulkan pemborosan dalam penggunaan sumber daya pendidikan. Oleh karena

itulah fokus atau titik berat keberhasilan dalam memecahkan permasalahan. terletak pada kedinamisan organisasi dalam mengatasi masalah. artinya masalah lama dapat diatasi dan masalah baru muncul untuk kemudian dicarikan solusinya. Suatu organisasi, termasuk sekolah yang tidak mengalami masalah kurang menunjukkan organisasi tersebut dinamis. mengingat dengan adanya masalah justru dapat menimbulkan dampak yang positif bagi peningkatan dan pengembangan kinerja organisasi. Ilakekat dari suatu masalah sebenarnya merupakan tantangan untuk maju dan harus dijadikan dorongan memperbaiki kinerja organisasi. Demikian pula masalah dalam pemberdayaan peranserta masyarakat dalam menghadapi MBS harus dijadikan sebagai masukan vang sangat berguna bagi peningkatan keberhasilan pencapaian tujuan

pendidikan.

(50)

157

kepentingan dan kebutuhan orgnisasi atau sekolah yang bersangkutan.

Keadaan demikian menunut peran dan tanggung jawab dari kepala

sekolah sebagai penentu keputusan dan kebijakan tertinggi di sekolahnya

sebagaimana yang telah ditetapkan dalam tugas pokok, fungsi, kewajiban

dan kedudukan seorang kepala sekolah.

B. Implikasi

Keberhasilan pemberdayaan peranserta masyarakat untuk menghadapi

implementasi MBS di SD terlebih dahulu perlu dilakukan proses perencanaan

dengan memperhatkan aspek-aspek yang ada dalam analisis SWO'l. 1ugas

dan tanggung jawab tersebut sebagian besar terletak di tangan kepala sekolah

sebagai manaier pendidikan. Oieh karena itu wawasan. pengetahuan dan

loyalkas kepala sekolah yang profesional memungkinkan lebih berhasil

dalam memberdayakan peranserta masyarakat.

Dalam undang-undang pendidikan ditegaskan bahwa tanggung jawab

pendidikan di sekolah salah satunya melibatkan peranserta masyarakat.

Namun dalam konteks MBS peranserta masyarakat justru yang paling

menonjol

dan

memiliki

posisi

yang

esensial

dalam

mewujudkan

pengembangan dan peningkatan mutu sekolah. sehingga perlu diberdayakan.

Peranserta masyarakat dapat berwujud pikiran. tenaga dan dana yang

dihimpun menjadi satu dalam suatu wadah yang disebut Dewan Sekolah.

Oleh karena itulah peranan Dewan Sekolah dalam menjembatani hubungan

sekolah dengan masyarakat perlu diaktifkan dan dikelola secara profesional

(51)

158

sementara waktu agar pemberdayaan lebih berhasil, pihak sekolah perlu

melakukan pengelolaan pendidikan yang benar-benar mampu menghasilkan

out put yang berkualitas. sehingga menumbuhkan kepercayaan masyarakat

yang pada akhirnya bersedia menjadi partner sekolah dalam memajukan

pendidikan. Jika hal tersebut telah tertanam. sekolah akan memperoleh

kemudahan-kemudahan dalam memoerdayakan peran serta masyarakat dalam

penyosong implementasi MBS. Berbagai hambatan yang melemahkan

pemberdayaan peranserta masyarakat dapat dengan mudah diatasi apabila ada

kesatuan persepsi antara pihak sekolah dengan masyarakat. Oleh karena

itulah melalui rapat Dewan Sekolah. pihak sekolah perlu menjelaskan tentang

keadaan sekolah (pengembangan. kemajuan yang diperoleh. hambatan yang

dihadapi. penggunaan dana dan aktivitas KBM). sehingga masyarakat dapat

memahami dan bersedia untuk diberdayakan.

Dalam tahap pelaksanaan kepiawaian pihak

sekolah untuk

memberdayakan peranserta masyarakat dituntut untuk lebih profesional. Oleh

karena itulah pemikiran-pemikiran memajukan personil sekolah yang

profesional perlu dilakukan secara bertahap dan berkesinambungan. Personil

sekolah yang profesional memberikan layanan pendidikan yang lebih bak,

sehingga menghasilkan output yang berkualitas dan hal tersebut yang

diharapkan oleh masyarakat. Selanjutnya dalam proses evaluasi, berhasilnya

peningkatan mutu pendidikan untuk menghadapi implementasi MBS melalui

pemberdayaan peranserta masyarakat akan sangat ditentukan oleh

(52)

i59

antara perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi dalam pemberdayaan

perenserta masyarakat untuk menghadapi implementasi MBS merupakan satu

kesatuan sistem yang dapat mengakibatkan hubungan sebab akibat.

C. Rekomendasi

Berdasarkan tcmuan-temuan penelitian dapat dirumuskan beberapa

rekomendasi mengenai pemberdayaan peranserta masyarakat dalam rangka

menghadapi implementasi MBS di Lingkungan Dinas Pendidikan Kabupaten

Subang. terutama SD Negeri Tambakan II. Perumnas I dan Kamarung I.

sehingga hasilnya lebih optimal. Adapun rekomendasi tersebut adalah :

1. Diharapkan dapat diupayakan pada tiap sekolah kemampuan nranajenal

setiap kepala sekolah yang dibekali dengan pemantapan fungsi

perencanaan dalam upaya terlaksanaanya aktivitas akses pemberdayaan,

sehingga terwujud hasil evaluasi sekolah yang berkualitas. Oleh sebab itu

disarankan perlu adanya upaya untuk mempersiapkan pembekalan materi

kepemimpinan administrasi bagi kepala sekolah agar mampu menerapkan

fungsi manajemen pemberdayaan dan merealisasikan tugas peningkatan

mutu pengembangan sekolah melalui peran, fungsi, tugas dan tanggung

jawabnya.

2. Disaiankanuntuk diupayakan pada tiap sekolah peningkatan kemampuan

profesional mengajar guru melalui berbagai aktivitas yang memungkinkan

dan melengkapi fasilitas pendidikan di sekolah, sehingga diharapkan

(53)

160

peserta didik dan masyarakat selaku pelanggan pendidikan menjadi

terpuaskan.

3. Disarankan Memfungskan secara optimal peranan Dewan Sekolah

sebagai penghubung yang menjembatani persamaan persepsi antara pihak

sekolah dengan lingkungannya, sehingga betul-betul terwujud sekolah

yang mandiri.

4. Kepada

pihak

terkait

(pemerintah

setempat,

perusahaan,

tokoh

masyarakat, orang tua murid dan masyarakat umumnya) disarankan

kiranya dapat memberikan altematif pemikiran atau tindakan nyata dalam

mewujudkan terciptanya sekolah yang berkualitas.

5. Pihak sekolah hendaknya diharapkan membuat pertimbangan yang

matang melalui analisis SWOT untuk memungkinkan terwujudnya

nemherdavaan peranserta masyarakat vang lebih optimal dan berhasil di

masa \ang akan datang.

d. Kepada Pemerintah diharapkan dapat memberikan perlindungan hukum

terhadap Dewan Sekolah dan Orang tua siswa didalam hal keterlibatannya

(54)

^ *'J,< *

(55)

DAFTAR PUSTAKA

Ametembun. N.A. (1994). School BasedManagement. Bandung : Suri.

Arikunto. S. (1992). Prosedur Penelitian Jlmiah. Bandung : Rosda Karya.

Banghart F.W. & Albert T. Jr. (1973). Educational Planning. New York : The

MacMilland Company.

Daftar I SD Negeri Tambakan II, Perumnas I dan Kamarung 1. Subang : Dinas

Pendidikan.

Djam'an. S. & Fattah. N. (2001). Modul Manajemen Berbasis Sekolah :

Kepemimpinan Mandiri. Proyek Peningkatan Pendidikan Dasar Propinsi

Jawa Barat.

Donnely. Gibson. Ivancevich. (1987). Fundamental of Management. BP1 IRWIN

Homewood Illinois.

Faisal. S. (1990). Metodologi Penelitian Pendidikan. Surabaya : Usaha Nasional.

Farhan. Y, (1998). Etika Komunikasi dalam Organisasi. Bandung ' Rosda Karya.

Fattah. N. (2000). Manajemen Berbasis Sekolah. Bandung : Andira.

Garis-garis Besar Haluan Negara Tahun

1999 (1999).

Kebijakan dan

Pengembangan Pembangunan Nasional. Jakarta : LAN.

Hermawan. (1992). Teknik-teknik Penulisan Hasil Penelitian. Bandung : Suara

Daerah.

Jalal. F. & Supriadi. D. (2001). Reformasi Pendidikan dalam Konteks Otonomi

Daerah. Jogjakarta : Adicita Karya Nusa.

Kepmendikbud. RI. No. 0487/U/19992. Tentang Pedoman Penyelenggaraan

Pendidikan di Sekolah Dasar. Jakarta : Depdikbud.

Latunussa. I. (1989). Penelitian Pendidikan Suatu Pengantar. Jakarta : Depdikbud

Ditjen Dikti.

Ma'mun. A.S. (1997). Analisis Posisi Pendidikan. Jakarta : Biro Perencanaan

Depdkbud.

(56)

162

Mamusung. J. (1991). Hubungan Sekolah dengan Masyarakat. Adpen FIP IKIP

Bandung.

Manullang. M. (1982). Dasar-dasar Manajemen. Jakarta : Ghalia Indonesia.

Moleong. J.L. (1996). Melodologi Penelitian Kualitatif Bandung : Remaja Rosda

Karya.

Nasution. S. (1996). Metode Penelitian Naturalislik Kualitatif. Bandung : Tarsito.

Pangestu. P. (1998). Empowering People. Jogjakarta : Kanisius.

Permadi. D. (2001). Manajemen Berbasis Sekolah dan Kepemimpinan Mandiri

Kepala Sekolah. Bandung : Sarana Pancakarya.

Poerwadarminta. W.J.S. (1992). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai

Pustaka.

Purwanto. M. Ng. (1992). Administrasi Pendidikan. Jakarta : Mutiara Sumber

Widya.

Rifa'i M. &. Mamusung J. (1994). Hubungan Sekolah dengan Masyarakat. FIP

IKIP Bandung.

Rukmana. A. dkk. (1999). Implementasi Manajemen Strategi dalam School Based

Management^ Makalah Seminar Jurusan Adpend FIP UPI.

Seliger. W.H. & Shohamy. E. (1989). Second Language Research Methods.

Oxford University Press.

Soetopo. H. & Soemanto W. (1992). Pengantar Operasional Administrasi

Pendidikan. Surabaya : Usaha Nasional.

Sudjana. N. &Ibrahim (1989). Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung :

Sinar Baru.

Sutisna. O. (1989). Administrasi Pendidikan untuk Praktek Profesional. Bandung

: Angkasa.

Tilaar. H.A.R. (2000). Pendidikan, Kebudayaan dan Masyarakat Madani

Indonesia. Bandung : Remaja Rosdakarya.

Tim Dosen MKDK. (1994). Pengelolaan Pendidikan. Jurusan Administrasi

(57)

163

Tim Khusus. (2001). Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah. Jakarta :

Depdiknas.

Tim Pokja MBS. (2001). Manajemen Berbasis Sekolah. Dinas Pendidkan

Propinsi Jawa Barat.

Tim Redaksi BKW. (2000). Manajemen Berbasis Sekolah. Dinas Pendidikan

Propinsi Jawa Barat.

Tim Teknis BAPPENAS (1999). School Based Management di Tingkat

Pendidikan Dasar. Jakarta : BAPPENAS Bekerjasama dengan Bank Duma.

Undang-undang No. 2Tahun 1989. (1994). Tentang Sistem Pendidikan Nasional

Peserta Peraturannya. Jakarta : Sinar Gralka.

Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999. Undang-undang Nomor 25 Tahun 1999

dan Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000. Tentang Pemerintahan

Daerah, Perimbangan Keuangan Pemerintah Pusat dan Daerah. serta

Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah

Referensi

Dokumen terkait

Pada bagian ini, akan dianalisis tentang perkembangan artikel technopreneur di Indonesia dari dekade ke dekade, namun data dalam Scopus menunjukkan bahwa Indonesia

Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Pada Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Cooperative Integrated Reading And Composition (CIRC) Pada Materi Komposisi Fungsi..

pembelajaran IPA Fisika SMP kelas IX berbasis pendekatan Jelajah Alam Sekitar (JAS) pada materi gerakan bumi dan bulan yang terintegrasi budaya Jawa dapat

Program pengabdian pada masyarakat yang diusulkan adalah tentang “Pelatihan “Kids Strength, Speed, and Endurance Training” untuk Menstimulasi Perkembangan Motorik

Jalan Provinsi Km 9 Nipah-Nipah, Kelompok Kerja ULP Kabupaten Penajam Paser Utara Tahun Anggaran 2014, telah melaksanakan Rapat Penyusunan Berita Acara Hasil Pelelangan untuk

Apabila dalam waktu tersebut perusahaan Saudara tidak hadir dalam pembuktian kualifikasi dengan alasan yang tidak dapat dipertanggungjawabkan, maka perusahaan Saudara

Proses manajemen kinerja melakukan pendekatan holistik untuk mengelola kinerja yang menjadi kepentingan setiap orang dalam organisasi.Namun, tidak perlu menjadi praktik

Dosen membuka materi dengan menjelaskan tentang beban dinamik umum - Diskusi seluruh kelompok.. - White Board 10 menit Mahasiswa dapat mempersiapkan diri