PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS QUANTUM LEARNING DAN
MOTIVASI BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR IPS SISWA SD NEGERI
NO.064983 KECAMATAN MEDAN HELVETIA KOTA MEDAN TAHUN
PELAJARAN 2014/2015
TESIS
Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan
Progran Studi Teknologi Pendidikan
Oleh :
NORA YUSNITA NASUTION
NIM.8126121031
PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
ABSTRACT
NORA YUSNITA NASUTION. Registration Number: 8126121031. The Effect of Quantum Instructional Model and Learning Motivation Toward Learning Result to The Social Education of SD Negeri No.064983 at Helvetia City District Field Medan Street School Year 2014/2015. A Thesis. Educational Technology Study Program Post Graduate Program of State University of Medan. 2015
The objectives of the research are to find out the effect of: (1) The difference of student’s learning result on social educations studies that taught by using Quantum Learning Model and Ekspository Learning Model, (2) The difference of social educations education learning result between who have high motivation of learning and low motivation of learning, (3) The interaction between Quantum Learning Model and motivation of learning in influencing the learning result of student’s social education.
The methods of the research are quasy experiment. The population consist of 120 students from SD Negeri No.064983 at Helvetia City District Field Medan Street that have four classes. Meanwhile cluster random sampling is used for fifty students from two classes as the samples. Before giving observing, first observing samples given motivation of learning test to differ the kinds of motivation of learning of the students. The result learning test is used first to be tested to know the validity of the test and reliability test. The result from thirty six question tested, and thirthy six questions that’s answered correctly. Statistic descriptive is used in this statistic observin showing data and statistic inferential to test observing hypothesis. Observing hypothesis is tested by using two Anova lines after analysist data test. Normality test Lilliefors test and homogeneity varians test and also Fisher test and Bartlett test.
The hypothesis testing result showed that: (1) Learning result of student’s social educations that learned by Quantum Learning Model is better than Ekspository Learning Model. It’s shown by Fc = 32.15 > Ft = 4.02 at significant level α = 0.05; (2) the students who have high motivation of learning acquired social education learning result higher than low motivation of learning. This can be indicated by Fc = 11.67> Ft = 4.02 at significant level
α = 0.05, (3) there is an interaction between Quantum Leaning model and motivation of learning in influencing the student’s social educational learning result. It’s shown by Fc = 4.77> Ft = 4.02 at significant level level α = 0.05.
ABSTRAK
NORA YUSNITA NASUTION. NIM: 8126121031. Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Quantum Learning dan Motivasi Belajar terhadap Hasil Belajar IPS SD Negeri No. 064983 Medan Tahun 2014/2015. Tesis. Program Studi Teknologi Pendidikan. Pascasarjana. Universitas Negeri Medan. 2015.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) perbedaan hasil belajar siswa yang diajar dengan model pembelajaran berbasis Quantum Learning dan model pembelajaran
berbasis Ekspositori, (2) perbedaan hasil belajar IPS siswa yang memiliki motivasi belajar tinggidan siswa yang memiliki motivasi belajar rendah, (3) interaksi antara model pembelajaran berbasis Quantum Learning dan motivasi belajar dalam mempengaruhi hasil
belajar IPS siswa.
Penelitian ini merupakan penelitian quasi eksperimen. Populasi dalam penelitian ini berjumlah 120 orang yang berasa dari kelas IV SD Negeri No.064983 Kecamatan Medan Helvetia Kota Medan. Sedangkan sampel berjumlah 60 orang yang diambil dari 2 kelas dengan menggunakan Cluster Random Sampling. Sebelum perlakuan diberikan terlebih
dahulu sampel penelitian diberikan tes motivasi belajar untuk membedakan jenis motivasi belajar yang dimiliki oleh siswa. Tes hasil belajar yang digunakan terlebih dahulu diujicobakan untuk mengetahui tingkat validitas tes dan reliabiitas tes. Hasil yang diperoleh dari 36 soal yang diujikan, sebanyak 36 soal yang memenuhi persyaratan. Statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah statistik deskriptif untuk menyajikan data dan statistik inferensial. Hipotesis penelitian diuji dengan menggunakan Anava 2 jalur yang sebelumnya terlebih dahulu dilakukan uji persyaratan analisis data yaitu uji normalitas dengan uji Lilliforss dan uji homogenitas varians dengan uji F dan uji Barltlett.
Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa: (1) hasil belajar IPS siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran berbasis Quantum Learning lebih baik dengan
siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran Ekspositori. Hal ini ditunjukkan oleh Fhitung = 32,15> Ftabel = 4,02 pada taraf signifikan α = 0,05; (2) siswa yang memiliki motivasi
belajar tinggi memperoleh hasil belajar IPS lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang memiliki motivasi belajar rendah dalam mempengaruhi hasil belajar IPS siswa. Hal ini ditunjukkan oleh Fhitung = 11,67 > Ftabel = 4,02 pada taraf signifikan α = 0,05; (3) adanya
interaksi antara model pembelajaran berbasis Quantum Learning dan motivasi belajar siswa
terhadap hasil belajar IPS. Hal ini ditunjukkan oleh Fhitung = 4,77> Ftabel = 4,02 pada taraf
signifikan α = 0,05.
Hasil penelitian ini diharapkan ini diharapkan dapat bermanfaat untuk guru dalam mengaplikasikan model pembelajaran berbasis Quantum Learning yang tepat sesuai dengan
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala
rahmat-Nya sehingga melalui proses cukup panjang akhirnyatesis “Pengaruh Model
Pembelajaran Berbasis Quantum Learning dan Motivasi belajar Terhadap Hasil Belajar
IPS Siswa SD Negeri No.064983 Kecamatan Medan Helvetia Kota Medan Tahun
Pelajaran 2014/2015”ini bisa diselesaikan dengan baik.
Pertama, penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada Bapak Prof.
Dr.Syawal Gultom, M.Pd sebagai Rektor Universitas Negeri Medan, Bapak Prof.
Dr. Abdul Muin Sibuea, M.Pd sebagai Direktur Program Studi Teknologi
Pendidikan Universitas Negeri Medan, dan Bapak Dr. Arif Rahman, M.Pd sebagai
Wakil Direktur I dan Bapak Prof. Dr. Sahat Siagian, M.Pd sebagai Wakil
Direktur II Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan.
Kedua, penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada Bapak Dr. R.
Mursid, M.Pd sebagai Pembimbing I sekaligus sebagai Notulen dan juga sebagai
Sekretaris Program Studi Teknologi Pendidikan,dan Bapak Prof. Dr. Binsar
Panjaitan, M.Pd.sebagai Pembimbing II, yang telah banyak membimbing dan
memberikan pengarahan, terima kasih kepada Bapak Prof. Dr. Sahat Siagian,
M.Pd. sebagai Narasumber sekaligus sebagai Wakil Direktur II Program
Pascasarjana Universitas Negeri Medan, Bapak Dr. Deny Setiawan, M.Pd. sebagai
Narasumber sekaligus Ketua Program Studi Pendidikan Dasar, dan Bapak Dr.
Keysar Panjaitan,M.Pd. sebagai Narasumber, beserta Seluruh Dosen dan Staf
Program Studi Teknologi Pendidikan Universitas Negeri Medan.
Ketiga, penulis menyampaikan terima kasih kepada Ibu Kordia Sagala,
Kota Medan yang memberikan izin dan kesempatan untuk melakukan
penelitian di sekolah yang dipimpin, termasuk pemanfaatan sarana prasarana
sekolah, Bapak Hakim,S.Pd. dan Ibu Relly, S.Pd sebagai Guru IPS, beserta
Seluruh Guru, Staf dan Siswa/i SD Negeri No.064983 Kecamatan Medan Helvetia
Kota Medan.
Secara khusus penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada Ibunda
Hj.Marnihati, suami tercinta M.Arief Lukito, dan kedua buah hati penulis Najwa
Aliyah dan Zhafira Fitriyah Izzatunnisa yang memotivasi serta mendukung baik
moril dan materil selama proses penyusunan tesis ini. Terima kasih kepada
rekan-rekan kuliah khususnya kelas A-2 Reguler Program Studi Teknologi Pendidikan
Angkatan XXII Universitas Negeri Medan serta semua pihak yang telah
membantu semogaTuhan Yang Maha Esa mencatatnya sebagai amal baik.
Tiada gading yang tak retak, tiada hal sempurna di dunia ini karena
kesempurnaan hanya milikNya. Penulis menyadari proses penyusunan tesis ini
merupakan pekerjaan yang tidak ringan sehingga memungkinkan adanya
kekurangan maupun kesalahan baik dalam teknik penulisan, tata bahasa, maupun
isinya.Oleh karena itu guna penyempurnaan berikutnya penulis sangat
mengharapkan saran, kritik, maupun masukan dari pembaca.
Medan, Mei 2015 Penulis
DAFTAR ISI
2. Hakikat Model Pembelajaran ... 24
3. Hakikat Motivasi Belajar ... 42
B.Penelitian Relevan ... 48
C.Kerangka Berfikir ... 51
1. Perbedaan Hasil Belajar IPS Antara Siswa yang Diajar dengan Model Pembelajaran Berbasis Quantum Learning dan Model Pembelajaran Ekspositori ... 51 2. Perbedaan Hasil Belajar IPS Antara Siswa yang Memiliki
3. Interaksi Antara Model Pembelajaran dan Motivasi belajar
C. Metode dan Rancangan Penelitian ... 61
D. Variabel dan Defenisi Operasional Variabel Penelitian ... 62
E. Pengontrolan Perlakuan ... 63
F. Prosedur dan Pelaksanaan Penelitian ... 65
G. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian ... 67
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN ... 78
A. Deskripsi Data Penelitian ... 78
1. Hasil Belajar IPS Siswa Yang Diajar dengan Model Pembelajaran Berbasis Quantum Learning ... 78
2. Hasil Belajar IPS Siswa Yang Diajar dengan Model Pembelajaran Ekspositori ... 80
3. Hasil Belajar IPS Siswa Yang Memiliki Motivasi Belajar Tinggi ... 82
4. Hasil Belajar IPS Siswa Yang Memiliki Motivasi Belajar Rendah ... 83
5. Hasil Belajar IPS Siswa Yang Diajar dengan Model Pembelajaran Berbasis Quantum Learning dan Memiliki Motivasi Belajar Tinggi ... 84
6. Hasil Belajar IPS Siswa Yang Diajar dengan Model Pembelajaran Berbasis Quantum Learning dan Memiliki Motivasi Belajar Rendah ... 86
7. Hasil Belajar IPS Siswa Yang Diajar dengan Model Pembelajaran Ekspositori dan Memiliki Motivasi Belajar Tinggi ... 87
8. Hasil Belajar IPS Siswa Yang Diajar dengan Model Pembelajaran Ekspositori dan Memiliki Motivasi Belajar Rendah ... 89
B. Pengujian Persyaratan Analisis ... 90
1. Uji Normalitas Data ... 90
C. Pengujian Hipotesis ... 95
D. Pembahasan Hasil Penelitian ... 101
E. Keterbatasan Penelitian ... 119
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ... 123
A. Simpulan ... 123
B. Implikasi ... 124
C. Saran ... 128
DAFTAR PUSTAKA ... 130
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Hasil UjianAkhir Semester Mata Pelajaran IPS KelasIV SD Negeri No.064983 kecamatan Medan Helvetia KotaMedan
Tahun Pelajaran2007 s/d 2013 ... 6
Tabel 2.1 Perbedaan Model Pembelajaran Berbasis Quantum Learning dengan Model Pembelajaran Ekspositori ... 42
Tabel 3.1 Rancangan Eksperimental Factorial 2x2 ... 69
Tabel 3.2 Kisi-kisi Tes Hasil Belajar Siswa Materi IPS ... 72
Tabel 3.3 Kriteria tingkat daya pembeda item soal ... 73
Tabel 3.4 Kisi-kisi Angket Motivasi belajar Siswa ... 75
Tabel 4.1 Perbandingan Data Hasil Belajar IPS Siswa berdasarkan Model Pembelajarn Berbasis Quantum Learning dan Motivasi Belajar Siswa ... 78
Tabel 4.2 Daftar Frekuensi Hasil Belajar IPS Siswa Yang diajarkan dengan Model Pembelajaran Berbasis Quantum Learning . 79 Tabel 4.3 Daftar Frekuensi Hasil Belajar IPS Siswa Yang diajarkan dengan Model Pembelajaran Ekspositori ... 81
Tabel 4.4 Daftar Frekuensi Hasil Belajar IPS Siswa Yang memiliki Motivasi belajar tinggi(B1) ... 82
Tabel 4.5 Daftar Frekuensi Hasil Belajar IPS Siswa Yang memiliki Motivasi belajar rendah (B2) ... 83
Tabel 4.6 Daftar Frekuensi Hasil Belajar IPS Siswa Yang diajarkan dengan Model Pembelajaran Berbasis Quantum Learning memiliki Motivasi BelajarTinggi (A1B1) ... 85
Tabel 4.7 Daftar Frekuensi Hasil Belajar IPS Siswa Yang diajarkan dengan Model Pembelajaran Berbasis Quantum Learning memiliki Motivasi Belajar (A1B2) ... 86
Tabel 4.8 Daftar Frekuensi Hasil Belajar IPS Siswa Yang Diajarkan dengan Model Pembelajaran Ekspositori memiliki Motivasi Belajar Tinggi (A2B1) ... 88
Tabel 4.9 Daftar Frekuensi Hasil Belajar IPS Siswa Yang diajarkan Dengan Model Pembelajaran Ekspositori memiliki Motivasi BelajarRendah (A2B2) ... 89
Tabel 4.10 Hasil Uji Normalitas Data berdasarkan Model Pembelajaran Berbasis Quantum Learning ... 91
Tabel 4.11 Hasil Uji Normalitas Data berdasarkan Motivasi belajar .... 91
Tabel 4.12 Hasil Uji Normalitas Data berdasarkan Interaksi Model Pembelajaran Berbasis Quantum Learning dan Motivasi belajar Siswa ... 92
Tabel 4.13 Hasil Uji Homogenitas Varians Dataantara Kelompok Sampel A1danA2dengan Uji F ... 93
Tabel 4.14 Hasil Uji Homogenitas Varians Data antara Kelompok Sampel B1dan B2dengan Uji F ... 94
Tabel4.15 Hasil Uji Homogenitas Varians Data antara Kelompok Berdasarkan Interaksi Model Pembelajaran Berbasis Quantum Learning dan Motivasi Belajar Siswa berdasarkan Uji Barlett 94 Tabel 4.16 Rangkuman Hasil Pengujian Analisis Varians Dua Jalur .... 95
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1 Histogram Hasil Belajar IPS Siswa Yang diajarkan
Dengan Model Pembelajaran Berbasis Quantum Learning (A1) 80 Gambar 4.2 Histogram Hasil Belajar IPS Siswa Yang diajarkan
Dengan Model Pembelajaran Ekspositori (A2) ... 81 Gambar 4.3 Histogram Hasil Belajar IPS Siswa Yang memiliki
Motivasi belajar tinggi(B1) ... 83 Gambar 4.4 Histogram Hasil Belajar IPS Siswa Yang memiliki
Motivasi belajar rendah (B2) ... ... 84 Gambar 4.5 Histogram Hasil Belajar IPS Siswa Yang diajarkan
Dengan Model Pembelajaran Berbasis Quantum Learning
memiliki Motivasi Belajar(A1B1) ... 85 Gambar 4.6 Histogram Hasil Belajar IPS Siswa Yang diajarkan
Dengan Model Pembelajaran Ekspositori memiliki Motivasi
Belajar Rendah(A1B2) ... 87 Gambar 4.7 Histogram Hasil Belajar IPS Siswa Yang diajarkan dengan
Model Pembelajaran Ekspositori memiliki Motivasi belajar
Tinggi (A2B1) ... 88 Gambar 4.8 Histogram Hasil Belajar IPS Siswa Yang diajarkan dengan
Model Pembelajaran Ekspositori memiliki Motivasi Belajar
Rendah (A1B2) ... 90 Gambar 4.9 Pola Interaksi Antara Model Pembelajaran Berbasis Quantum
Learning dan Motivasi belajar Terhadap Hasil Belajar
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Silabus Pembelajaran IPS Kelas IV SD ... 132
Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Model Pembelajaran Quantum Learning dan Model Pembelajaran Ekspositori ... 134
Lampiran 3 Skenario Model Pembelajaran Berbasis Quantum Learning 148 Lampiran 4 Skenario Model PembelajaranEkspositori ... 156
Lampiran 5 Instrumen Tes Hasil Belajar IPS dan Kunci Jawaban ... 164
Lampiran 6 Instrumen Angket Motivasi belajar Siswa ... 172
Lampiran 7 Data Perhitungan Berdasarkan Absensi Siswa ... 176
Data Perhitungan Validitas Butir Soal Tes Hasil Belajar .... 178
Data Perhitungan Reliabilitas Butir Soal Tes Hasil Belajar 181 Data Perhitungan Daya Pembeda dan Indeks Kesukaran Butir SoalTes Hasil Belajar ... 184
Data Perhitungan Distraktor Butir Soal Tes Hasil Belajar .. 187
Data Perhitungan Berdasarkan Absensi Siswa ... 190
Data Perhitungan Validitas Butir Soal Tes Hasil Belajar .... 182
Data Perhitungan Reliabilitas Butir Soal Tes Hasil Belajar 183 Lampiran 8 Perhitungan Validitas,Reliabilitas,Daya Pembeda,Indeks KesukaranButir Tes ... 184
Lampiran 9 Perhitungan Validitas dan Reliabilitas Butir NonTes ... 186
Data Nontes SD Negeri No.064983 Kelas IV A Berdasarkan Absensi Siswa ... 187
Data Nontes SD Negeri No.064983 Kelas IVA Berdasarkan Peringkat ... 188
Data Nontes SD Negeri No.064983 Kelas IV B Berdasarka Absensi Siswa ... 189
Data Nontes SD Negeri No.064983 Kelas IV B Berdasarkan Peringkat ... 190
Data Pretes SD Negeri No.064983 Kelas IVA Berdasarkan Absensi Siswa ... 191 Data Pretes SD Negeri No.064983 Kelas IVA Berdasarkan
Peringkat ... 192
Data Posttes SD Negeri No.064983 Kelas IVA Berdasarkan Absensi Siswa ... 193
Data Posttes SD Negeri No.064983 Kelas IVA Berdasarkan Peringkat ... 194
Data Pretes SD Negeri No.064983 Kelas IV B Berdasarkan Absensi Siswa ... 195
Data Pretes SD Negeri No.064983 Kelas IV B Berdasarkan Peringkat ... 196
Data Posttes SD Negeri No.064983 Kelas IV B Berdasarkan Absensi Siswa ... 197
Data Postes SD Negeri No.064983 Kelas IV B Berdasarkan Peringkat ... 197
Lampiran 10 Pengujian Normalitas Data ... 197
Lampiran 11 Analisis Varians Data Dua Jalur ... 209
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan dapat dipandang sebagai proses penting untuk memenuhi janji
kemerdekaan. Pendidikan yang berkualitas akan mencetak generasi masa depan
yang juga berkualitas. Tidak dapat dipungkiri bahwa pendidikan telah memegang
peranan penting bagi perubahan di negeri Indonesia tercinta ini. Upaya
peningkatan mutu pendidikan diharapkan dapat meningkatkan harkat dan
martabat manusia.
Landasan yuridis dalam Sistem Pendidikan Nasional tersebut antara lain:
(1). Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 diisyaratkan bahwa upaya
mencerdaskan bangsa (tentu melalui pendidikan) merupakan amanat bangsa.
Sedangkan pada Bab XII pasal 31 ayat 2 ditegaskan bahwa pemerintah
mengusahakan dan menyelenggarakan sistem pendidikan nasional yang diatur
dalam undang-undang, (2). Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional Bab IX pasal 39 ayat 2 tentang kurikulum semua jenis
pendidikan dan jenjang pendidikan yang wajib. Undang-Undang Sistem
Pendidikan Nasional No.20 tahun 2003 pasal 1 disebutkan bahwa pengertian
pendidikan adalah : Usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar
dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya,
Soedjadi (2000:137) menyatakan bahwa satu -satu nya wadah kegiatan
yang dapat dipandang dan seyogianya berfungsi sebagai alat untuk membangun
sumber daya manusia yang bermutu tinggi adalah pendidikan jalur sekolah
maupun jalur luar sekolah. Dengan demikian, salah satu cara yang ditempuh
untuk membentuk manusia yang berkualitas adalah melalui proses pendidikan.
Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal memegang peranan penting
dalam meningkatkan sumber daya bagi suatu bangsa, sebab melalui sekolah dapat
dihasilkan lulusan-lulusan yang memiliki berbagai kompetensi yang sesuai
dengan tujuan masing-masing jenjang pendidikan.Oleh sebab itu sekolah harus
senantiasa diupayakan menghasilkan lulusan sesuai dengan perkembangan jaman.
Sekolah Dasar (SD) sebagai salah satu dari satuan pendidikan yang
merupakan tahapan dasar seorang anak dalam mendapatkan pendidikan di
lingkungan formal memegang peranan penting dalam mencerdaskan kehidupan
bangsa. Dalam kurikulum 2013 Lulusan SD diharapkan memiliki Standar
Kompetensi Lulusan (SKL) yang terdiri dari tiga dimensi kompetensi lulusan
yaitu : (1) sikap yang menerangkan bahwa setiap lulusan SD harus memiliki
perilaku yang mencerminkan sikap orang beriman, berakhlak mulia, percaya diri,
dan bertanggung jawab dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial
dan alam di sekitar rumah, sekolah, dan tempat bermain, (2) keterampilan, lulusan
SD memiliki kemampuan pikir dan tindak yang efektif dan kreatif dalam ranah
abstrak dan konkret sesuai dengan yang ditugaskan kepadanya, (3) pengetahuan
memiliki pengetahuan faktual dan konseptual dalam ilmu pengetahuan, teknologi,
peradaban terkait fenomena dan kejadian di lingkungan rumah, sekolah, dan
tempat bermain (PP RI No.32 :2013).
SKL SD ini selanjutnya dijabarkan ke dalam standar isi dan standar
kompetensi inti yaitu : (1) menerima dan menjalankan ajaran agama yang
dianutnya, (2) memiliki perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli,
dan percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, dan guru, (3)
memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati, mendengar, melihat,
membaca dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk
ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah dan
di sekolah, (4) menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas dan
logis, dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat,
dan dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak
mulia (PP RI No.32:2013).
Soejadi (2000:4) menyatakan bahwa dalam proses pembelajaran di dalam
suatu kelas, keluaran atau output sangat ditentukan oleh komponen-komponen
yang dipandang sebagai faktor-faktor penentu keluaran yaitu : (1) masukan
instrumental meliputi guru, kurikulum materi ajar, sarana dan prasarana, metode,
model pembelajaran, dan sebagainya, (2) komponen lingkungan yaitu
keikutsertaan orang tua peserta didik ataupun dukungan asyarakat sekitar sekolah
tersebut, dan (3) masukan ‘mentah’ atau peserta didik. Dari pernyataan tersebut
jelas bahwa didalam suatu proses pembelajaran banyak faktor-faktor yang terlibat
Salah satu mata pelajaran di tingkat pendidikan SD adalah Ilmu
Pengetahuan Sosial (IPS) yang merupakan mata pelajaran yang secara umum
bertujuan untuk mengembangkan kemampuan siswa bersosialisasi di
tengah-tengah masyarakat sehingga mampu bersaing dalam kehidupan modern yang
kompetitif.Kecakapan atau kemahiran dalam pengetahuan sosial yang diharapkan
dapat tercapai dalam pembelajaran IPS dituangkan dalam standar kompetensi
berupa memahami konsep-konsep sosial baik geografi, sejarah, maupun ekonomi
yang merupakan bagian dari pengetahuan sosial.Selain kemampuan memahami
konsep-konsep pengetahuan sosial siswa yang mempelajari IPS juga diharapkan
mampu untuk mengaplikasikan konsep-konsep yang dipelajari dalam dunia
kehidupan nyata.
Idealnya siswa SD yang telah mengikuti IPS diharapkan memiliki
kemampuan mengkomunikasikan gagasan dengan kemampuan yang optimal,
pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan, sehingga tujuan
dari pembelajaran IPS diharapkan dapat memenuhi SKL SD dalam pembelajaran
IPS melalui pengaplikasian kecakapan IPS dalam kehidupan sehari-hari. Namun
pada kenyataannya standar kompetensi yang diharapkan diperoleh siswa setelah
mempelajari IPS belum dapat tercapai secara optimal.Hal ini sesuai pula dengan
pendapat Gardner (2002:194) menyatakan bahwa “krisis yang melanda dunia
pendidikan sebagian berkutat di sekitar masalah kesulitan para siswa memahami
isi pelajaran. Penghalang pemahaman bagi siswa sehingga mereka merasa
kesulitan menguasai isi materi pelajaran dapat disebabkan oleh tiga faktor : (1)
pada unitary ways of knowing, (2) substansi kurikulum tidak mengacu kepada
kebermanfaatannya bagi siswa dimasa yang akan dating, dan (3) perumusan
pembelajaran juga tidak berfokus pada pemahaman yang dapat
mendemonstrasikan aktivitas yang dapat dilihat, dikritiik, dan diperbaiki”. Salah
satu bukti bahwa siswa mengalami kesulitan memahami materi pelajaran adalah
masih rendahnya hasil belajar siswa.
Ibrahim (1996:96) menyatakan secara kwalitatif kondisis pendidikan kita
bermasalah, satu masalahnya dapat dilihat dari rata-rata nilai ujian akhir nasional
(UAN) yang rendah. Rendahnya hasil belajar siswa juga terjadi di SD Negeri No.
064983 Kecamatan Medan Helvetia, Kota Medan.Berdasarkan data yang
diperoleh dari nilai rata-rata ujian semester siswa pada tahun pelajaran 2013-2014
pada pembelajaran IPS menunjukkan hasil yang belum menggembirakan dan
masih jauh dari standar nilai ketuntasan belajar yang diharapkan. Berdasarkan
data yang diperoleh mengenai keberhasilan siswa dalam pembelajaran IPS di SD
Negeri No.064983 Kecamatan Medan Helvetia Kota Medan menunjukkan bahwa
nilai rata-rata ujian semester pada tahun pelajaran 2013-2014 yaitu nilai terendah
siswa adalah 35, nilai tertinggi siswa adalah 75, sementara nilai rata-rata kelas
adalah 56,57, dengan kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang dicapai siswa
seluruhnya adalah 65, dari data juga diperoleh bahwa siswa yang mendapat nilai
diatas KKM hanya sebanyak 10 orang, dan yang tidak memenuhi KKM adalah 28
siswa maka dapat disimpulkan bahwa siswa yang memenuhi standar KKM hanya
sebanyak 39%, hal ini masih sangat jauh dari harapan yaitu sebaiknya 100% siswa
Tabel 1.1 Hasil Ujian Akhir Semester (UAS) MataPelajaran IPS Kelas IV SD Negeri 064983 Medan TP 2010 s/d 2013 Tahun
(Sumber : Tata Usaha SD Negeri 064983Medan)
Berdasarkan data yang berhasil diperoleh melalui wawancara terbuka
terhadap guru-guru IPS ketika observasi awal dilakukan, dapat disimpulkan
bahwa sebagian besar guru berkesulitan dalam menemukan cara untuk mengubah
asumsi sebagian besar siswa yang beranggapan bahwa mata pelajaran IPS
merupakan mata pelajaran yang membosankan dan mata pelajaran yang paling
banyak menghapal sehingga menjenuhkan. Model pembelajaran yang digunakan
oleh guru di SD Negeri No.064983 kecamatan medan Helvetia Kota Medan
selama ini cenderung menggunakan model embelajaran ekspositori yaitu
penggunaan metode ceramah diselingi tanya jawab, diskusi dan penugasan,
dengan model pembelajaran ini siswa merasa cepat bosan dan kurang tertarik
dengan materi yang disampaikan, model ini juga diasumsikan tidak dapat
meningkatkan kemampuan sosialisasi pada diri siswa, termasuk kemampuan
berpikir, bersikap dan bertindak ditengah-tengah masyarakat. Ketidak tertarikan
siswa serta kejenuhan siswa dalam mengikuti mata pelajaran IPS berpengaruh
terhadap hasil belajar IPS siswa sehingga tidak memperoleh hasil belajar yang
Data observasi awal di SD Negeri No.064983 kecamatan medan Helvetia
Kota Medan terlihat bahwa terdapat kesenjangan antara harapan yang harus
dicapai dengan kenyataan yang terjadi di lapangan. Untuk mengatasi hal tersebut
perlu diidentifikasi faktor-faktor kesenjangan yang terjadi. Berdasarkan
identifikasi masalah yang dilakukan pada observasi awal salah satu penyebab
terjadinya kesenjangan ini adalah model pembelajaran yang digunakan masih
berorientasi pada guru (teacher centered). Suasana belajar di dalam kelas terlalu
serius dan terkesan membosankan dan tidak menciptakan suasana
kegembiraan.Padahal pembelajara IPS perlu diberikan dengan lebih hidup kepada
siswa sehingga siswa tidak terus dijejali dengan kesibukan kognitif, menghafal
pengetahuan dan fakta-fakta tetapi harus lewat pemahaman sehingga dapat
diterapkan dalam kehidupan yang nyata.
Upaya mencari pemecahan dari permasalahan ini dapat dilakukan dengan
model pembelajaran yang tepat. Salah satu model pembelajaran yang dapat
digunakan adalah model pembelajaran berbasisQuantum Learning. Dengan
menggunakan model pembelajaran berbasis Quantum Learning, maka
diharapakan akan terjadi pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa sehinnga
dapat meningkatkan kualitas pembelajaran IPS pada siswa SD Negeri No.064983
Kecamatan Medan Helvetia Kota Medan dapat tercapai dan dapat meningkatkan
pemahaman serta menciptakan suasana belajar yang kondusif. Model quantum
learning dalam pembelajaran merupakan keseluruhan sistem pembelajaran yang
dipakai sebagai alat untuk mencapai tujuan pembelajaran.Model quantum
siswa belajar dalam suasana yang lebih nyaman dan menyenangkan. Siswa akan
lebih bebas dalam menemukan berbagai pengalaman baru dalam belajarnya,
sehingga diharapkan dapat tumbuh berbagai kegiatan belajar siswa merupakan
pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan (PAIKEM) sesuai
tuntutan kurikulum saat ini. Keunggulan dari model pembelajaran ini adalah dapat
meningkatkan motivasi belajar siswa.
Chaerunnisa (Sahtiani, 2005: 30) mengemukakan bahwa efektifitas
quantum learning tidak diragukan lagi keberhasilannya, hal ini disebabkan karena
penerapanquantum learning tidak hanya kepada fisik tapi semua aspek, seperti:
aspek psikis yang terdiri dari rasa nyaman, menyenangkan, dan aspek yang lain
yaitu pembentukan lingkungan belajar yang nyaman. Hal ini sangat
memungkinkan dapat meningkatkan motivasi siswa dalam upaya meningkatkan
hasil belajar dan menuntaskan materi pembelajaran.
Penelitian ini secara operasional akan mengkaji pengaruh model
pembelajaran dan kondisi pembelajaran terhadap hasil belajar siswa. Model
pembelajaran pada penelitian ini adalah model pembelajaran berbasis Quantum
Learningdan model pembelajaran ekspositori.Hasil belajar berupa pemerolehan pengetahuan dari kegiatan belajar.
Selain penggunaan model pembelajaran yang monoton dilakukan oleh
guru di SD tersebut motivasi siswa dalam belajar juga sangat rendah dimana siswa
tidak memiliki semangat ataupun senang pada saat pembelajaran dimulai, tidak
yang melatarbelakangi proses belajar tidak berjalan dengan efektif sehingga nilai
UAS siswa rendah.
Teori Maslow (1954) berkitan dengan personality, menitikberatkan
beberapa andaian, berkaitan dengan motivasi. Maslow (1954) menganggap
motivasi itu sebagai sesuatu yang kompleks. Menurut Maslow (1954) manusia
termotivasi untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidupnya.
Kebutuhan-kebutuhan tersebut memiliki tingkatanatau hirarki, mulai dari yang paling rendah
sampai yang paling tinggi. Hirarki kebutuhan tersebut yaitu kebutuhan :
1. Fisiologis dasar merupakan kebutuhan paling mendasar seperti kebutuhan
akan makanan, pakaian,dan tempat berlindung.
2. Akan rasa aman dan tentram merupakan kebutuhan akan kepastian, keadilan,
keselamatan dalam kelangsungan belajar yang terbebas dari bahaya.
3. Untuk dicintai dan disayangi merupakan kebutuhan dan pertalian dengan
orang lain akan sesuatu hal yang mencerminkan rasa cinta.
4. Untuk dihargai merupakan kebutuhan untuk dihargai, rasa berguna, penting,
dikagumi, dihormati oleh orang lain.
5. Untuk aktualisasi diri merupakan kebutuhan untuk mengembangkan diri
sepenuhnya, merealisasikan potensi yang dimiliki.
Maslow (1954) menemukan model pyramid kebutuhan, ia beranggapan
bahwa tidak semua orang dapat mencapai tahap yang tertinggi, karena dalam
hidup pasti banyak hal yang menyebabkan tahapan kebutuhaan dalam pyramid
Maslow (1954)tidak dapat tercapai. Kebutuhan menciptakan keinginan dan
keinginan mendasari motivasi seseorang untuk mencapai sesuatu.
Berikut ini ringkasan tentang beberapa kemungkinan yang bisa dilakukan
kebutuhan fisiologis, pemenuhan kebutuhan rasa aman, pemenuhan kebutuhan
sosial, pemenuhan kebutuhan kognitif, pemenuhan kebutuhan estetika,
pemenuhan kebutuhan aktualisasi diri, pemenuhan kebutuhan transendensi.
Motivasi merupakan proses yang bersifat dinamisyang timbul dalam diri
individu yang dapat membangkitkan suatu tingkah laku yang terarah pada suatu
maksud dan tujuan. Maslow (1954) percaya bahwa tingkah laku manusia
dibangkitkan dan diarahkan oleh kebutuhan-kebutuhan tertentu. Motivasi adalah
suatu proses yang menentukan tingkatan kegiatan, intensitas, konsistensi, serta
arah umum dari tingkah laku manusia (Slameto:2010).
Seperti McClelland (1949) & Atkinson (1974) meneliti mengapa sebagian
orang ingin meraih suatu kesuksesan sedangkan yang lainnya tidak. McClelland
(1949) & Atkinson (1974) berpendapat bahwa motivasi belajar akan semakin
berkembang kepada anak-anak dimana orang tua mereka lebih menekankan
prestasi dan daya saing di dalam rumah. Ditambahkan juga motivasi belajar dapat
dipengaruhi oleh situasi dimana individu akan belajar dn bekerja lebih giat
dibawah kondisi-kondisi tertentu seperti pada saat pelaksanaan test pembelajaran,
lingkungan yang kompetitif, dan kegagalan.
Menurut McClelland (1949) bahwa produktifitas seseorang dipengaruhi
oleh virus mental yang ada pada dirinya. Virus mental adalah kondisi jiwa yang
mendorong seseorang untuk mampu mencapai prestasinya secara maksimal. Virus
mental yang dimaksud adalah kebutuhan untuk sukses dan berprestasi (need for
Motivasi belajar akan mendorong sesorang itu untuk memperoleh hasil
belajar yang tinggi . motivasi belajar merupakan dorongan keinginan atau
kecenderungan yang di iliki seseorang untuk belajar dan maupun untuk melkukan
tugas-tugas yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari dengan mengharapkan
hasil sebaik mungkin. Motivasi belajar adalah hasrat untuk mencapai prestasi
yang abik. Seseorang yang mempunyai motivasi belajar cenderung u tuk berusaha
menyelesaikan tugasnya secara tuntas tanpa harus menunda-nunda pekerjaan itu
dan memilih teman kerja yang memiliki kemampuan kerja yang tinggi.
Gage & Berliner (1979) menyarankan juga sejumlah cara meningkatkan
motivasi siswa, tanpa harus melakukan reorganisasi kelas secara besar-besaran
yaitu dengan cara: penggunaan pujian verbal, penggunaan tes dalam nilai secara
bijaksana, bangkitkan rasa ingin tahu, tetap mendapatkan perhatian, merangsang
hasrat belajar siswa, pergunakan materi-materi yang sudah dikenal sebagai
contoh, terapkan konsep yang unik, minta pada siswa untuk mempergunakan
hal-hal yang sudah dipelajari sebelumnya, pergunakan simulasi dan permainan,
perkecil daya tarik sistem motivasi yang bertentangan, perkecil konsekuensi yang
tidak menyenangkan dari keterlibatan siswa, serta pengajar perlu memahami dan
mengawasi suasana di lingkungan sekolah. Sehubungan dengan pemeliharaan dan
peningkatan motivasi siswa, DeCecco & Grawford (1974) mengajukan 4 fungsi
pengajar: (1) menggairahkan siswa, (2) memberikan harapan realistis, (3)
memberikan insentif, dan (4) mengarahkan.
Dalam proses belajar mengajar, motivasi merupakan salah satu faktor
tinggi diduga akan memperoleh hasil belajar yang baik. Pentingnya motivasi
belajar siswa terbentuk antara lain agar terjadi perubahan belajar kearah yang
lebih positif. Pandangan ini sesuai dengan pendapat Hawley (prayitno, 1989) yang
menyatakan bahwa siswa yang termotivasi dengan baik dalam belajar melakukan
kegiatan lebih banyak dan lebih cepat, dibandingkan dengan siswa yang kurang
termotivasi dalam belajar. Hasil belajar yang diraih akan lebih baik apabila
mempunyai motivasi yang tinggi.
Keller (dalam Reigeluth 1983:390) menjelaskan bahwa motivasi dan
belajar merupakan dua hal yang saling mempengaruhi. Belajar adalah perubahan
tingkah laku secara relative permanen dan secara potensial terjadi sebagai hasil
dari praktik atau penguatan yang dilandasi tujuan untuk mencapai tujuan tertentu.
McCelland (1949) menyatakan bahwa pemahaman tentang motivasi akan semakin
mendalam apabila disadari bahwa setiap orang mempunyai tiga jenis kebutuhan
yaitu need for achievement (motivasi berprestasi), need for power (kekuasaan),
need for affiliation (motivasi afilasi).
Motivasi belajar tinggi menunjukkan kecenderungan yang lebih besar
pada proses dibandingkan dengan hasil. Prinsipnya berbuat yang lebih baik dan
lebih cepat terlebih dahulu kemudian barulah hasilnya didapatkan. Individu yang
mempunyai motivasi belajar tinggi akan bekerja dan berusaha dengan
kemampuan sendiri dan tidak bergantung kepada orang lain serta merasa bangga
dengan hasil usaha sendiri. Tentu saja berbeda dengan individu yang mempunyai
penuh resiko untuk menyelesaikan beberapa pekerjaannya tanpa peduli bagaimana
cara mengerjakan yang lebih baik atau siapa yang mengerjakannya.
Di sekolah tidak sedikit siswa yang memiliki motivasi belajar rendah.
Untuk membantu siswa yang memiliki motivasi belajar rendah perlu dilakukan
suatu upaya dari guru agar siswa yang bersangkutan dapat meningkatkan motivasi
belajarnya. Beberapa cara untuk menumbuhkan motivasi belajar adalah melalui
cara mengajar yang bervariasi, mengadakan pengulangan informasi, memberikan
stimulus baru misalnya melalui pertanyaan kepada peserta didik untuk
menyalurkan keinginan belajarnya, menggunakan model pembelajaran yang
menarik perhatian peserta didik yang disertai media seperti gambar, foto, diagram
dan sebagainya.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan, bahwa motivasi belajar adalah
dorongan yang terdapat dalam diri seseorang sehingga orang tersebut berusaha
untuk melakukan sesuatu tindakan / kegiatan dengan baik dan berhasil dengan
predikat unggul (execellent). Dorongan tersebut dapat berasal dari dalam dirinya
atau berasal dari luar dirinya.
Hasil belajar merupakan hasil yang telah dicapai dari suatu proses belajar
yang telah dilakukan, sehingga untuk mengetahui suatu pekerjaan berhasil atau
tidak diperlukan suatu pengukuran. Pengukuran adalah proses penentuan
luas/kuantitas sesuatu (Nurkancana, 1986). Dalam kegiatan pengukuran hasil
belajar, siswa dihadapkan pada tugas, pertanyaan atau persoalan yang harus
dipecahkan/dijawab. Hasil pengukuran tersebut masih berupa skor mentah yang
informasi yang diharapkan tentang kemampuan siswa maka diadakan penilaian
terhadap keseluruhan proses belajar mengajar sehingga akan memperlihatkan
banyak hal yang dicapai selama proses belajar mengajar.
Model pembelajarandiperkirakan yang sesuai dengan karakter siswa juga
berpengaruh terhadap proses belajar siswa sementara motivasi belajar dalam diri
siswa menggerakkan perilaku belajar. Bertolak dari masalah tersebut peneliti
tertarik untuk melakukan penelitian tentang pengaruh model pembelajaran dan
motivasi belajar terhadap hasil belajar IPS SD di SD Negeri No.064983
Kecamatan Medan Helvetia Kota Medan.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah, serta hasil survey awal
peneliti, maka timbul beberapa pertanyaan yang dapat diidentifikasi sebagai
permasalahan yaitu :
1. Faktor-faktor apakah yang mempengaruhi hasil belajar IPS siswa?
2. Apakah guru dapat melaksanakan manajeman yang baik untuk menciptakan
kelas yang kondusif?
3. Apakah guru menggunakan multi metode dalam pembelajaran?
4. Apakah guru telah menyesuaikan bahan (materi) dengan kemampuan siswa?
5. Apakah guru menggunakan multi media dalam pembelajaran?
6. Apakah guru memanfaatkan variasi sumber belajar bagi siswa?
7. Apakah guru menerapkan model pembelajaran yang sesuai dalam
8. Apakah penggunaan model pembelajaran yang berbeda akan mempengaruhi
hasil belajar siswa?
9. Apakah model pembelajaran berbasis Quantum Learningdapat meningkatkan
hasil belajar IPS siswa?
10. Apakah motivasi belajar mempengaruhi hasil belajar IPS siswa?
11. Apakah ada interaksi antara model pembelajaran dan motivasi belajar dalam
mempengaruhi hasil belajar siswa IPS siswa?
C. Batasan Masalah
Dengan mengingat betapa luasnya permasalahan yang mungkin muncul
sesuai dengan identifikasi masalah di atas dan agar penelitian bisa terfokus
sehingga tujuan penelitian ini dapat tercapai, maka penelitian ini akan dibatasi
pada pengaruh model pembelajaran Quantum Learning dan Ekspositori serta
motivasi belajar dalam meningkatkan hasil belajar IPS siswa kelas IV SD Negeri
No. 064983 Tahun Pelajaran 2014/2015 materi ajar peta dan komponennya.
Berkaitan dengan lokasi penelitian, penelitian ini terbatas pada SD Negeri
No. 064983 yang melibatkan siswa kelas IV (empat) dan dilakukan pada bulan 14
Januari 2015 sampai 14 Februari 2015. Standar kompetensi yang diharapkan
adalah memahami peta dan komponennya. Dengan kompetensi dasar memahami
kelengkapan peta, simbol ketampakan alam, dengan aspek kognitif pengetahuan,
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah dan batasan
masalah diatas maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah:
1. Apakah hasil belajar IPS siswa yang diajar dengan model pembelajaran
berbasis Quantum Learning lebih unggul dari pada hasil belajar IPS siswa
yang diajar dengan model pembelajaran ekspositori ?
2. Apakah hasil belajar IPS siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi lebih
unggul dari pada hasil belajar IPS siswa yang memiliki motivasi belajar
rendah?
3. Apakah ada interaksi antara model pembelajaran dan motivasi belajar terhadap
hasil belajar IPS siswa ?
E. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui hasil belajar IPS siswa yang diajar dengan model
pembelajaran berbasis Quantum Learninglebih tinggi daripada hasil belajar
siswa yang diajar dengan model pembelajaran ekspositori.
2. Untuk mengetahui hasil belajar IPS siswa yang memiliki motivasi belajar
tinggi lebih tinggi daripada hasil belajar IPS siswa yang memiliki motivasi
belajar rendah.
3. Untuk mengetahui ada tidaknya interaksi antara model pembelajaran dan
F. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat sebagai berikut:
1. Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan:
a. Untuk memperkaya wawasan ilmu pengetahuan dalam bidang
pembelajaran IPS pada umumnya
b. Untuk memberikan ide baru dalam paradigm pembelajaran, dan
c. Sebagai pijakan untuk penelitian lanjutan yang mengkaji masalah
model pembelajaran.
2. Secara praktis hasil penelitian ini diharapkan:
a. Memberikan suatu alternatif bagi guru untuk menerapkan suatu
model pembelajaran yang tepat untuk materi peta dan
komponennya,
b. Tersedianya perangkat pembelajaran yang mendukung model
Quantum Learning yang dapat dipergunakan oleh guru secara langsung di kelas untuk mengajarkan topik yang yang sama,
maupun sebagai acuan mengembangkan perangkat yang sejenis
pada topik lain, dan
c. Memberikan informasi tentang efektifitas model pembelajaran
berbasis Quantum Learning dan model pembelajaran ekspositori
agar guru dapat memilih dan menggunakan model pembelajaran
BAB II
KAJIAN TEORETIS, KERANGKA BERFIKIR, DAN HIPOTESIS A. Kajian Teoretis
1. Hakikat Belajar Dan Hasil Belajar IPS
Secara umum belajar dapat diartikan dengan berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu dan dapat juga diartikan dengan berlatih. Kemudian belajar juga dapat dilihat sebagai suatu proses. Parera (1997:24) menyatakan “belajar
adalah proses orang memperoleh berbagai kecakapan, keterampilan, dan sikap”.
Anthony Robbins dalam Trianto (2009: 15) menyatakan belajar sebagai proses menciptakan hubungan antara sesuatu (pengetahuan) yang sudah dipahami dan sesuatu (pengetahuan) yang baru. Pandangan Anthony Robbins senada dengan apa yang dikemukakan oleh Jerome Brunner dalam (Romberg & Kaput, 1999), bahwa belajar adalah suatu proses aktif di mana siswa membangun (mengkonstruks) pengetahuan baru berdasarkan pada pengalaman / pengetahuan yang sudah dimiliknya.Dalam pandangan konstruktivisme belajar bukanlah semata-mata mentransfer pengetahuan yang ada di luar dirinya , tetapi belajar lebih pada bagaimana otak memproses dan menginterpretasikan pengalaman yang baru dengan pengetahuan yang sudah dimilikinya dalam format yang baru.
Adanya perubahan tingkah laku sebagai akibat perbuatan belajar yang dilakukan oleh seseorang, menunjukkan makna bahwa setelah belajar, dia memperoleh sesuatu yang baru sebagai tambahan pada apa yang telah dimiliknya. Slavin (2000:141 ) menyatakan belajar secara umum diartikan sebagai perubahan pada individu yang terjadi melalui pengalaman, dan bukan karena pertumbuhan dan perkembangan tubuhnya atau karakteristik seseorang sejak lahir. Manusia banyak belajar sejak lahir dan bahkan ada yang berpendapat sebelum lahir.Bahwa antara belajar dan perkembangan sangat erat kaitannya.
Gagne dalam Sagala (2007:17) menyatakan belajar merupakan kegiatan yang kompleks, dan hasil belajar berupa kapabilitas, timbulnya kapabilitas disebabkan : (1) stimulasi yang berasal dari lingkungan dan (2) proses kogntif yang dilakukan oleh pelajar. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa belajar adalah seperangkat proses kognitif yang mengubah sifat stimulasi lingkungan, melewati pengolahan informasi, yang menjadi kapabilitas baru. Belajar merupakan interaksi antara keadaan internal dan proses kognitif tersebut menghasilkan suatu hasil belajar yang merupakan perubahan tingkah laku yang relative menetap sebagai hasil pengalaman atau interaksi dengan lingkungan.
diri siswa terjadi perubahan tingkah laku yang berkaitan dengan IPS akibat dari pengalaman dan interaksi dengan lingkungan.
Pembelajaran secara umum dapat diartikan dengan hal, cara, atau proses membuat siswa melakukan perbuatan belajar. Hal ini sesuai dengan teori Ausubel tentang belajar adalah belajar bermakna. Belajar bermakna merupakan suatu proses dikaitkannyainformasi baru pada konsep-konsep relevan yang terdapat dalam struktur kognitif seseorang (Dahar, 1988:137).
Brown (1980:7) mengartikan pembelajaran sebagai sesuatu yang menunjukkan atau yang membantu seseorang untuk mengetahui cara melakukan sesuatu, memberikan instruksi, memberikan arahan dalam mempelajari sesuatu, yang dilengkapi dengan pengetahuan dan membuat seseorang tahu dan mengerti. Senada dengan hal ini Sagala (2007:61) menyatakan, pembelajaran mengandung arti setiap kegiatan yang dirancang untuk membantu seseorang mempelajari suatu kemampuan dan atau nilai yang baru.
Melalui proses pembelajaran IPS siswa diharapkan memiliki kemampuan memahami konsep-konsep pengetahuan sosial dan pengaplikasian konsep-konsep dalam dunia kehidupan nyata. Dengan demikian pembelajaran IPS dapat dikatakan sebagai suatu proses membangun pemahaman siswa yang menyebabkan perubahan tingkah laku yang berkaitan dengan IPS. Perubahan tersebut disebabkan oleh interaksi dengan lingkungannya.
berkenaan dengan sikap yang meliputi penerimaan, jawaban, penilaian, organisasi, dan internalisasi: (3) ranah psikomotorik, yang berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan ketetapan gerak, keterampilan kompleks dan gerakan ekspresif dan interaktif. Ketiga ranah ini tidak dapat dipisahkan satu sama lain secara eksplisit. Apapun mata pelajarannya selalu mengandung tiga ranah tersebut, namun penekanannya berbeda.Mata pelajaran yang menuntut kemampuan praktik lebih menitik beratkan pada ranah psikomotor sedangkan mata pelajaran yang menuntut kemampuan teori lebih menitik beratkan pada ranah kognitif, dan keduanya selalu mengandung ranah afektif.
Ranah kognitif berhubungan dengan kemampuan berpikir, termasuk di dalamnya kemampuan menghafal, memahami, menerapkan, menganalisis, mensintesis, dan mengevaluasi.Ranah afektif mencakup watak perilaku seperti perasaan, minat, sikap emosi, dan nilai.Ranah psikomotor adalah ranah yang berhubungan dengan aktivitas fisik, misalnya lari, melompat, melukis, menari, memukul, dan sebagainya.
Gagne dalam Dimyati dan Mudjiono (2006:11) menyatakan hasil belajar dapat diartikan sebagai kapasitas atau kemapuan yang dapat diperoleh dari proses belajar yang dikelompokkan ke dalam lima kategori, yaitu: (1) kognitif, (2) informasi verbal, (3) strategi kognitif, (4) keterampilan motorik, dan (5) sikap.
Dalam penelitian ini hasil belajar IPS mencakup kemampuan siswa memahami konsep IPS, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan kemampuan mengaplikasikan konsep-konsep tersebut dalam kehidupan yang dijalani siswa.Pengungkapan hasil belajar IPS mencakup keseluruhan asek secara utuh, pada penelitian ini dibatasi pada tingkat kognitif dan afektif. Hasil belajar siswa dinyatakan dengan skor sebagai hasil tes yang dilakukan pada akhir proses pembelajaran tema indahnya kebersamaan. Evaluasi dalam proses pembelajaran model Quantum Learning (QL) adalah model evaluasi yang dilakukan terdiri dari nilai pribadi dan juga nilai kelompok. Dengan model ini diharapkan siswa bekerja sama, saling membantu dalam mempersiapkan diri menghadapi kompetisi dan tes.
Dalam penelitian ini evaluasi dalam model pembelajaran berbasis Quantum Learning maupun model pembelajaran ekspositori dibatasi pada tingkat
kognitif yang mencakup aspek C1 (pengetahuan) , C2 (pemahaman), dan C3 (aplikasi).
Hasil belajar IPS adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia memperoleh pengalaman belajarnya. Gagne mengelompokkan hasil belajar menjadi lima bagian dalam bentuk kapabilitas yakni (1) keterampilan intelektual, (2) strategi kognitif, (3) informasi verbal, (4) keterampilan motorik, dan (5) sikap. Sedangkan Bloom menyatakan hasil belajar dibagi menjadi tiga kawasan yaitu : kognitif, afektif, psikomotor.
belajar menghasilkan perubahan dipihak siswa, diman perubahan tersebut berupa kemampuan diberbagai bidang yang sebelumnya tidak dimiliki siswa.
Gagne dan Winkel (1996:482) kemampuan-kemampuan itu digolongkan atas kemampuan dalam hal informasi verbal, kemahiran intelektual, pengaturan kegiatan kognitif, kemampuan motorik, dan sikap.Kemampuan-kemampuan tersebut merupakan kemampuan internal yang harus dinyatakan dalam suatu prestasi.Hasil belajar yang diberikan oleh siswa, berdasarkan kemampuan internal yang diperolehnya sesuai dengan tujuan instruksional, dan menampakkan hasil belajar. Dari tepat atau tidaknya hasil belajar akan Nampak, apakah hasil belajar telah tercapai atau belum tercapai.
Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001:895), hasil belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajar, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka niali yang diberikan guru.
Pokok bahasan peta dan komponennya adalah salah satu materi ajar di kelas IV Sekolah Dasar. Standar kompetensi yang diharapkan adalah memahami peta dan komponennya dengan kompetensi dasar kelengkapan peta dan simbol ketampakan alam.
memenuhi standar kompetensi yang diharapkan dalam pembelajaran materi pet dan komponennya.Standar kompetensi yang diharapkan adalah memahami sejarah, kenampakan alam dan keragaman suku bangsa di lingkungan kabupaten/kota, dan provinsi dengan aspek kognitif pengetahuan, pemahaman, dan aplikasi.
2. Hakikat Model Pembelajaran
Dimyati dan Mudjiono (2006;297) menyatakan pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional, untuk membuat siswa belajar secara aktif yang menekankan pada penyediaan sumber belajar. Panen,dkk (2002:177) menyatakan ciri-ciri pembelajaran adalah mendukung proses belajar siswa, adalah mendukung proses belajar siswa, adanya interaksi antara individu dengan sumber belajar, yang memiliki komponen-komponen tujuan, materi, proses dan evaluasi yang saling berkaitan. Berdasarkan rumusan-rumusan di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah suatu kegiatan atau usaha atau proses membuat siswa melakukan perbuatan belajar.
Meyer, W.J. (1985: 2) menyatakan model adalah sesuatu yang nyata dan dikonversi untuk sebuah bentuk yang lebih komprehensif. Winata putra (2001 :120) menyatakan model diartikan sebagai kerangka konseptual yang digunakan sebagi pedoman dalam melakukan sesuatu kegiatan. Dengan demikian yang dimaksud dengan model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang dilandasi teori belajar dan pembelajaran yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar di dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas pembelajaran.
Yamin (2008:161), model pembelajaran adalah suatu proses kegiatan komunikasi yang dilakukan secara timbal balik antara siswa, mahasiswa, dengan guru, dosen dalam memahami, mendiskusikan, tanya jawab, mendemonstrasikan, mempraktekkan materi pelajaran di kelas. Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah suatu cara yang dipakai guru membahas bahan pelajaran untuk mencapai tujuan pengajaran.
Joyce (1992:4) menyatakan model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya buku-buku, film, computer, kurikulum, dan lain-lain. Selanjutnya Joyce, menyatakan bahwa setiap model pembelajaran mengarahkan kita kedalam mendesain pembelajaran untuk membantu peserta ddidik sedemikian rupa sehingga tujuan pembelajaran tercapai.
sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar. Dengan demikian, aktivitas pembelajaran benar-benar merupakan kegiatan bertujuan yang tertata secara sistematis.
Joyce dan Weil (1992:14) menyatakan ada empat konsep penting sebagai gambaran dari suatu model pembelajaran, yaitu : (1) sintaks (syntax), yakni suatu urutan kegiatan pembelajaran yang biasa disebut fase atau langkah-langkah pembelajaran, (2) sistem sosial (social system), yakni menggambarkan peranan dan hubungan guru dan siswa, serta aturan-aturan yang diperlukan dalam interaksi sosio cultural, (3) prinsip-prinsip reaksi (principle of reaction), memberi gambaran kepada guru tentang cara menghargai dan merespon pertanyaan-pertanyaan siswa, (4) system penunjang (support system), yaitu kondisi yang diperlukan agar model dapat terlaksana secara efektif dan efisien.
model.Ini merupakan susunan dari keseluruhan program mengajar; (3) sistem sosial, mengajar pada dasarnya adalah menggambarkan hubungan antara guru dengan siswa dalam satu sistem.Oleh sebab itu elemen ketiga model mengajar mengarah pada dua bagian yaitu peranan guru dan siswa, khususnya hubungan hierarkis atau hubungan kewenangan, serta norma-norma atau perilaku siswa yang dianggap baik. Dengan demikian maka sistem sosial merupakan bagian penting dari setiap model. Mempelajari sesuatu ditentukan oleh jenis hubungan yang tersusun selama proses mengajar. Model-model mengajar itu menjelaskan sistem untuk mengajarkan sikap, keterampilan, serta pengetahuan dan lain-lain; (4) sistem pendukung, aspek yang terpenting lainnya dari suatu model adalah elemen pendukung yang tujuannya adalah menyiapkan kemudahan kepada guru dan siswa bagi berhasilnya dengan baik penerapan strategi mengajar.
seharusnya ditunjukkan oleh siswa setelah menempuh dan menyelesaikan urutan pembelajaran ; (5) interaksi dengan lingkungan, semua model pembelajaran menetapkan cara yang memungkinkan siswa melakukan interaksi dan bereaksi dengan lingkungan.
Joyce & Weil (1992: 14) model pembelajaran mempunyai dampak atau efek instruksional dan pengiring. Dampak pembelajaran atau instruksional adalah hasil belajar yang dicapai langsung dengan cara mengarahkan siswa pada tujuan yang diharapkan. Sedangkan dampak pengiring adalah hasil belajar lainnya yan dihasilkan oleh suatu proses pembelajaran, sebagai akibat terciptanya suasana belajar yang dialami langsung oleh siswa tanpa arahan langsung dari guru.
Dari pendapat di atas dapat diperoleh gambaran bahwa model pembelajaran merupakan pola pendekatan yang digunakan untuk mendesain pembelajaran dan mencakup pula strategi pembelajaran yang digunakan.Ada banyak model pembelajaran, kebaikan model pembelajaran sangat tergantung pada tujuan pembelajaran itu sendiri.Model pembelajaran digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran, sehingga dengan adanya model ini guru dapat terbantu dalam mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran adalah merupakan pemilihan alternative dalam pembelajaran yang didasari oleh suatu pola yang diterapkan sebagai tindakan pada serangkaian kegiatan dalam mencapai tujuan-tujuan pembelajaran.
kegiatan pembelajaran dalam mencapai suatu tujuan. Melalui model pembelajaran tertentu siswa dapat diarahkan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Pemilihan model harus disesuaikan dengan tujuan pembelajaran, dan karakteristik siswa. Untuk menerapkan model pembelajaran harus didasari oleh teori belajar dan pembelajaran. Teori pembelajaran merupakan satu set prinsip yang terintegrasi yang memberikan petunjuk untuk mengatur kondisi yang berguna dalam mencapai tujuan pembelajaran.
Klasifikasi model pembelajaran dapat dibedakan berdasarkan tujuan pembelajarannya, pola urutannya (sintaks), dan sifat lingkungan belajar yang berbeda.Penciptaan model-model mengajar didasari kepada asumsi bahwa hanya ada model pembelajaran tertentu yang cocok untuk ditangani dengan model mengajar tertentu.Dengan demikian, dalam rangka mencapai suatu tujuan dalam pembelajaran maka perlu digunakan model pembelajaran yang memuat elemen-elemen seperti metode, teknik, materi/tema, tahapan prosedur, organisasi, dan ruang lingkup. Model harus disusun sedemkian rupa sehingga dapat menjadikan proses pembelajaran yang efektif dan efisien dalam mencapai tujuan yang diharapkan.
Pembelajaran kuantum merupakan terjemahan dari bahasa asing yaitu Quantum Learning. Quantum Learning adalah kiat, petunjuk, strategi dan seluruh proses belajar yang dapat mempertajam pemahaman dan daya ingat, serta membuat belajar sebagai suatu proses yang menyenangkan dan bermanfaat”
(Bobbi DePorter & Mike Hernacki, 2011:16 ).
pembelajaran yang terletak di Kirkwood Meadows, Negara bagian California, Amerika Serikat. De Porter bersama-sama temanya Greg Simmons, Mike Hernachi, Mark Reardon, dan Sarah Singer-Nourine secara terprogram dan terencana melaksanakan gagasan-gagasan pembelajaran dimaksudkan untuk membantu meningkatkan keberhasilan hidup dan karier para remaja dirumah, dan dapat meraih keberhasilan lebih tinggi di sekolah.
Quantum Learning adalah badan ilmu pengetahuan dan metodologi yang
diciptakan berdasarkan teori-teori pendidikan seperti : accelerated learning (Lozanov), multiple intelligent (Gardner), neuro-linguistic programming (Grander & Bandler) exeperiential learning (Hahn), socratic ingury, cooperative learning (Johnson & Johnson) dan elements of effective instruction (Hunter), menjadi suatu paket multi sensori,multi kecerdasan dan kompatibel otak yang pada akhirnya akan melejitkan kemampuan guru untuk mengilhami dan kemampuan siswa untuk berprestasi. ( De Porter, 2011).
Dengan demikian, pembelajaran kuantum dapat dikatakan sebagai model pembelajaran yang merupakan suatu pengetahuan dan metodologi belajar yang menciptakan lingkungan belajar yang efektif, merancang kurikulum, menyampaikan isi dan strategi belajar untuk memudahkan proses belajar mengajar yang berhasil dan efektif. Model ini menekankan untuk memberikan manfaat yang bermakna dan juga menekankan pada tingkat kesenangan dari peserta didik atau siswa.
Bobbi De Porter dkk ( 2004:10), meskipun dinamakan pembelajaran Quantum Learning, falsafah dan metodologi pembelajaran Quantum Learning
yang sekarang berkembang pesat. Tidak pula ditransformasikan dari prinsip-prinsip dan pandangan–pandangan utama fisika quantum yang dikembangkan Albert Einsten, seorang tokoh terdepan fisika quantum. Jika ditelaah atau dibandingkansecara cermat, istilah quantum yang melekat pada istilah pembelajaran (learning) ternyata tampak berbeda dengan konsep quantum dalam fisika quantum. Namun demikian, ada sedikit tampak kemiripannya.Dalam fisika quantum, istilah quantum adalah konsep perubahan energy menjadi cahaya selain
diyakini ada keberagaman dan interdeterminisme alam semesta.
Disamping itu dalam pembelajaran quantum diyakini juga adanya keberagaman dan interdeteminisme.Konsep dan keyakinan lebih merupakan analogi rumus Teori Relativitas Einsten, bukan transformasi rumus Teori relativitas Einsten. Hal ini tampak bila disimak pernyataan Bobby De Porter bahwa rumus yang terkenal dalam fisika quantum adalah massa kali kecepatan cahaya kuadrat sama dengan energy ( E=mc²). Sebagai siswa, bertujuan meraih sebanyak mungkin cahaya : interaksi, hubungan, inspirasi agar menghasilkan energi cahaya.
Menurut teori diatas dapat disimpulkan bahwa prinsip-prinsip pembelajaran Quantum Learning bukan penurunan, adaptasi, modifikasi atau transformasi prinsip-prinsip fisika quantum, melainkan hanya sebuah analogi prinsip relativitaas Einsten, hanya abalogi term atau konsep saja. Jadi, akar konsep landasan pembelajaran Quantum Learning bukan fisika quantum.
Learning dalam strategi pembelajaran adalah (1) teori otak kanan, (2) teori otak
triune (3 in 1), (3) pilihan modalitas (visual auditorial, dan kinestetik, (4) teori kecerdasan ganda, (5) pendidikan holistic (menyeluruh), (6) belajar berdasarkan pengalaman, (7) belajar dengan symbol, (8) simulasi permainan.
Untuk memudahkan pemahaman terhadap filosfis quantum learning, terdapat beberapa kata kunci yaitu : (1) quantum adalah interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya, yang berarti penguabahan bermacam-macam interaksi yang ada di dalam dan di sekitar momen belajar. Interaksi ini mengubah kemampuan dan bakat alami siswa menjadi cahaya yang bermanfaat bagi mereka sendiri dan juga orang lain.(2) pemercepatan belajar, menyingkirkan hambatan yang menghalangi proses belajar alamiah dengan cara sengaja menggunakan musik, mewarnai lingkungan sekeliling, menyusun bahan pengajaran yang sesuaicara efektif penyajian dan keterlibatan aktif. (3) fasilitasi, memudahkan segala hal, ini merujuk pada implementasi strategi yang menyingkirkan hambatan belajar, mengembaikan proses belajar kedalamnya menjadi mudah dan alami, (De Porter:2011).
De Porter (2011) menyatakan bahwa lingkungan sosial atau ruang kelas adalah penentu psikologis utama yang mempengaruhi belajar, lingkungan dimana para siswa dapat menjadikannya sebagai “rumah” tempat siswa belajar mengakui
lingkungan yang mendukung proses belajar, seperti pencahayaan, warna, alat bantu yang dapat menghidupkan pelajaran, pengaturan bangku yang interaktif dan santai untuk menarik minat, membuat portofolio, kerja kelompok, dan lainnya, (4) perancangan pengajaran yang dinamis, kerangka pembelajaran Quantum Learning dapat dilakukan dengan TANDUR yaitu: (a) Tumbuhkan minat belajar siswa dengan memuaskan rasa ingin tahu siswa dengan kata kunci yaitu: Apakah Manfaatnya BagiKu (AMBAK), (b) Alami, dengan memberikan siswa pengalaman belajar denagn memberikan pengalaman baru kepada semua siswa tentang hal baru menyangkut materi pembelajaran, (c) Namai, dengan menciptakan peluang untuk pemberian makna, penamaan, penamaan dalam hal ini adalah mengajarkan konsep, melatih keterampilan berfikir dan strategi belajar, (d) Demontrasikan, dengan memberi kesempatan kepada siswa untuk mendemonstrasikan kemampuannya, strategi yang dilakkukan dapat berupa permainan, hal ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk menunjukkan bahwa mereka tahu, (e) Ulangi, pengualngan ini memperkuat koneksi saraf dan menumbuhkan rasa “aku tahu ini’ dalam diri siswa, (f) rayakan, jika layak
dipelajari maka layak juga dirayakan karena hal ini merupakan ekspresi setelah selesai mengerjakan sesuatu, ini dilakukan untuk menghormati usaha, ketekunan, dan kesuksesan yang memberikan rasa kepuasan dan kegembiraan. Dengan demikian akan menimbulkan gairah dan senang dalam diri siswa yang selanjutnya merupakan semangat untuk melanjutkan ke pembelajaran yang lain lagi.
prinsip-prinsip atau nilai-nilai pembelajaran Quantum Learning. Kerangka ini juga memastikan bahwa mereka mengalami pembelajaran, berlatih, dan menjadikan isi pelajaran nyata bagi mereka sendiri dan akhirnya mencapai kesuksesan dalam belajar.
Kesuksesan melalui isi dalam quantum learning ini berfokus pada pembawaan kurikulum, siswa dan kurikulum dapat disusun secara harmonis dan serempak sambil mengikuti perancangan belajar yang dinamis. Di kelaas cara guru memfasilitasi siswa dan kurikulum dapat menghasilkan prestasi yang luar biasa. Guru dapat memperkaya kehidupan siswa denagn cara memperluas koleksi keterampilan belajar dan keterampilan hidup siswa. Keterampilan belajar dan keterampilan hidup ini memberi siswa ketajaman yang mendorong mereka menjadi pelajar quantum. (De Porter:2011)
belajar. Potensi dan karakteristik siswa sangat beragam karena itu mereka memerlukan suasana bebas untuk aktualisasi diri, (8) memusatkan perhatian pada interaksi yang bermutu dan bermakna yang dapat mengubah energy, kemampuan fikiran dan bakat alamiah siswa menjadi cahaya yang bermanfaat bagi keberhasilan siswa.
Tidak ada sesuatu yang sempurna di dunia ini, model pembelajaran berbasis Quantum Learning ini juga memiliki kelemahan dalam penerapannya ha ini
merupakan tantangan dalam pembelajaran diantara kelemahan itu adalah: (1) pelaksanaan ini sangat menuntut kreativitas tinggi dari guru, karena guru merupakan rekan belajar, model, pembimbing fasilitator, sebagai penguabah kesuksesan siswa, (2) dalam pembeajaran klasikal, penyususnan pelajaran dengan perbedaan individu yang masih sangata terbatas, (3) ketika musik ada dalam pembelajaran ada yang merasa bahwa musik itu justru pengganggu konsentrasi baik bagi guru maupun siswa. Musik yang digunakan dalam pembelajaran model quantum learning adalah musik klasik, instrumen yang lembut dan kebanyakan dari kita tidak terbiasa mendengarkan musik tersebut sehingga apabila dipaksakan untuk diperdengarkan di kelas malah akan membuat siswa mengantuk dan guru merasa terganggu, (4) tidak bisa selamanya guru berlaku manis, baik dan perhatian pada setiap siswanya, karena justru sikap tersebut bisa diremehkan siswa.