• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ulos Aplication for Batak Toba Cultural Center Interior.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Ulos Aplication for Batak Toba Cultural Center Interior."

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

  VI 

ABSTRAKSI

Laporan Tugas Akhir ini membahas tentang perancangan Pusat Kebudayaan Batak Toba di Bandung, yang didesain dengan konsep Ulos. Konsep Ulos diambil berdasarkan penyesuaian dengan adat masyarakat Batak Toba sendiri yang selalu menggunakan Ulos dalam segala kegiatan yang ada. Dalam perancangan Pusat Kebudayaan Batak Toba di Bandung ini, selain disediakan fasilitas informasi (galeri) juga terdapat fasilitas lain berupa perpustakaan, toko cinderamata, restoran, kelas pelatihan, dan ruang serbaguna. Aspek kenyamanan dapat terpenuhi dari berbagai macam segi, yaitu material, bentuk, warna, ergonomi, penghawaan, pencahayaan, dan sirkulasi. Aspek- aspek tersebut dipenuhi dengan menerapkan konsep Ulos yang digunakan sebagai acuan perancangan Pusat Kebudayaan Batak Toba di Bandung ini, khususnya pemilihan warna, bentuk, material, dan pencahayaan. Dengan adanya Pusat Kebudayaan Batak Toba yang berkonsep Ulos ini dapat menjadi suatu rancangan yang dapat merubah pola pikiran masyarakat mengenai pusat kebudayaan yang membosankan menjadi pusat kebudayaan yang diminati.

Kata kunci:

(2)

  VII 

ABSTRACT

This final assignment transverse about the design of Toba Batak Cultural

Center in Bandung, which is designed with the concept Ulos. The concept of Ulos

extracted based on adjustments to the indigenous Batak Toba society that always

uses Ulos in all activities. In the design of Toba Batak Cultural Center in

Bandung, in addition to the information provided facilities (gallery) there are also

other facilities such as a library, gift shop, restaurant, training classes, and a

ballroom. Aspects of comfort can be fulfilled from various aspects of design

elements such as material, shape, color, ergonomics, ventilation, lighting, and

circulation. These aspects are met by applying the concept Ulos used as a

reference design of Toba Batak Cultural Center in Bandung, in particular the

selection of colors, shapes, materials, and lighting. With the cultural center batak

toba that concept ulos this can be a draft that can change the mind of the public

about cultural center that bores into cultural center of being in demand.

Keywords:

(3)

  VIII 

DAFTAR ISI

COVER ... I LEMBAR PENGESAHAN ... II PERNYATAAN ORISINALITAS LAPORAN TUGAS AKHIR ... III PERNYATAAN PUBLIKASI LAPORAN TUGAS AKHIR ... IV KATA PENGANTAR ... V

1.2Identifikasi Masalah ... 4

1.3Rumusan Masalah ... 5

BAB II . TINJAUAN TEORI PERANCANGAN PUSAT KEBUDAYAAN ... 8

2.1.Pengertian Pusat Kebudayaan ... 8

2.1.1 Pengertian Kebudayaan ... 8

2.1.2 Pusat Kebudayaan ... 9

2.1.3 Pentingnya Pusat Kebudayaan ... 9

(4)

  IX 

2.2. Batak Toba ... 10

2.2.1 Sekilas Mengenai Batak ... 10

2.2.2 Batak Toba ... 11

2.2.3 Kesenian Batak Toba ... 13

2.3.Fasilitas Pendukung Pusat Kebudayaan ... 19

2.3.1 Galeri ... 19

BAB III . ANALISA DATA PERANCANGAN PUSAT KEBUDAYAAN ... 43

3.1. Deskripsi Proyek ... 43

3.2 Makna, Fungsi, dan Tujuan Perancangan ... 43

3.3 TinjauanLokasi ... 44

3.3.1. Makro ... 44

3.4 Tinjauan Pusat Kebudayaan Batak Toba ... 47

3.4.1. TMII ... 47

3.4.2. Museum Batak di Balige ... 49

3.4.3 Koleksi Batak Toba ... 50

3.5 IdentifikasiUser ... 60

3.5.1. User ... 60

3.5.2. Flow Activity ... 60

3.6 Program Ruang pada Pusat Kebudayaan ... 61

BAB IV . KONSEP PERANCANGAN ... 64

4.1.PenerapanKonsepPerancangan ... 64

4.1.1. Konsep dan Tema Perancangan ... 64

4.2. Ide ImplementasiKonseppadaObyekStudi ... 64

4.2.1. KonsepBentuk ... 64

(5)

  X 

4.2.3. KonsepWarna ... 64

4.2.4. Konsep Material ... 64

4.2.5. KonsepPencahayaan ... 65

4.3 Perancangan ... 65

4.3.1. General Layout ... 65

4.3.2 PerancanganKhusus ... 70

(6)

  XI 

DAFTAR GAMBAR

BAB I . PENDAHULUAN

BAB II . TINJAUAN TEORI PERANCANGAN PUSAT KEBUDAYAAN

Gambar 2.1 Rumah Bolon ... 14

Gambar 2.2 Tarombo Batak ... 15

Gambar 2.3 Gorga Batak ... 18

Gambar 2.4 Patung si Gale-gale ... 18

Gambar 2.5 Standar Ergonomi Dalam Jarak Untuk Melihat Display ... 30

Gambar 2.6 Ergonomi Ruang Pameran ... 30

Gambar 2.7 Standar Ergonomi Antara Jarak Meja Ke Kursi ... 33

Gambar 2.8 Standar Ukuran Ergonomi Sirkulasi Manusia ... 33

Gambar 2.9 Ruang Serbaguna ... 35

Gambar 2.10 Diagram Operasi Restoran Kecil ... 36

Gambar 2.11 Ergonomi Pengaturan Meja ... 36

Gambar 2.12 Ergonomi Meja Bar ... 36

Gambar 2.13 Ergonomi Pengaturan Lalu Lintas Pelanggan ... 37

Gambar 2.14 Lebar Minimum Suatu Toko ... 37

Gambar 2.15 Ergonomi Toko Kecil ... 38

Gambar 2.16 Ergonomi Toko Kecil ... 38

Gambar 2.17 Contoh Penerapan Layout Ruang Belajar ... 39

BAB III . ANALISA DATA PERANCANGAN PUSAT KEBUDAYAAN Gambar 3.1 Fungsi Lobby Awal Grand Pasific Hotel ... 41

Gambar 3.2 Fasad Bangunan Grand Pasific Hotel ... 41

Gambar 3.3 Site Grand Pasific Hotel ... 42

Gambar 3.4 Rumah Adat Batak Toba ... 45

Gambar 3.5 TB Silalahi Galeri ... 46

(7)

  XII  BAB IV . KONSEP PERANCANGAN

Gambar 4.1 Site Plan ... 61

Gambar 4.10 Zoning Lantai 1 Gallery ... 63

Gambar 4.11 Zoning Lantai 2 Perpustakaan dan Artshop ... 63

Gambar 4.12 Zoning Lantai 3 Pelatihan ... 64

Gambar 4.13 Zoning Lantai 4 Ruang Serbaguna ... 64

Gambar 4.14 Zoning Lantai 5 Kafetaria ... 64

Gambar 4.15 Zoning Lantai 6 Rooftop Cafe ... 64

Gambar 4.16 Lobby - Layout ... 65

Gambar 4.17 Lobby - Section ... 65

Gambar 4.18 Lobby - Perspective ... 66

Gambar 4.19 Lobby - Perspective ... 66

Gambar 4.20 Gallery - Layout ... 67

Gambar 4.21 Gallery -Section ... 67

Gambar 4.22 Gallery - Birth ... 68

Gambar 4.23 Gallery - Life ... 68

(8)

  XIII 

DAFTAR TABEL

BAB I . PENDAHULUAN

Tabel 1.1 Jumlah Penduduk Suku Batak ... 3

BAB II . TINJAUAN TEORI PERANCANGAN PUSAT KEBUDAYAAN Tabel 2.1 Sirkulasi Pencapaian ... 26

Tabel 2.2 Konfigurasi Jalur Sirkulasi ... 27

Tabel 2.3 Hubungan Jalur dan Ruang ... 28

Tabel 2.4 Ruang Pembentuk Sirkulasi ... 29

Tabel 2.5 Tinggi Rata-rata Manusia ... 31

BAB III . ANALISA DATA PERANCANGAN PUSAT KEBUDAYAAN Tabel 3.1 Analisa Site ... 43

Tabel 3.2 Koleksi Peninggalan Batak ... 48

Tabel 3.3 Perbedaan Batak Toba dan Karo ... 55

Tabel 3.4 Kebutuhan Ruang ... 56 BAB IV . KONSEP PERANCANGAN

BAB V . SIMPULAN DAN SARAN  

 

(9)

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA 1

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan negara yang sangat kaya akan budaya. Keberagaman budaya yang ada di Indonesia tidak terhitung nilainya, mulai dari suku, bahasa, tarian, nyayian, pakaian, ukir-ukiran, arsitektur (rumah adat), makanan, serta yang tidak kalah penting adalah gugusan kepulauan negeri ini. Akibat keanekaragaman tersebut, Indonesia menjadi salah satu negara incaran wisatawan asing untuk melakukan kunjungan pariwisata. Sektor pariwisata khususnya, wisata budayalah yang sangat menjual dari Indonesia.

Menurut Koentjaraningrat (1993) pada buku Kebudayaan, Mentalitet, dan Pembangunan “Kebudayaan adalah keseluruhan gagasan dan karya manusia yang harus dibisasakan dengan belajar, beserta keseluruhan dari budi dan karyanya.”

(10)

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA 2 dengan belum sepenuhnya menerima nilai-nilai baru sedangkan nilai-nilai lama atau tradisional mulai ditinggalkan.

Masuknya budaya asing membuat masyarakat mudah menerima kebudayaan itu tanpa dicerna terlebih dahulu. Tanpa disadari, kebudayaan tradisional yang sudah lama dipegang dan dihayati mulai dilepaskan satu-persatu dan ditelan oleh kebudayaan asing (kebudayaan barat).

Belakangan ini masih banyak penduduk Indonesia khususnya generasi muda yang kurang peduli terhadap keanekaragaman budaya yang dimiliki karena budaya asing lebih mudah diterima oleh generasi muda. Akibatnya generasi muda mulai meninggalkan kebudayaannya dan malah bangga dengan kebudayaan asing. Alhasil, banyak kebudayaan Indonesia yang “diakui” sebagai kebudayaan asli negara lain. Pada saat hal itu sudah terjadi, barulah masyarakat Indonesia sadar sudah kehilangan kebudayaan negara sendiri dan mulai mempeributkan hal tersebut. Oleh karena itu, generasi penerus bangsa berkewajiban menghayati nilai-nilai budaya bangsa. Generasi muda tidak hanya tahu, tetapi juga berusaha melestarikan kebudayaan Indonesia dari pengaruh kebudayaan asing yang tidak sesuai dengan daerahnya.

Kebudayaan adalah suatu hal yang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan manusia. Dalam kehidupan manusia kebudayaan diciptakan untuk mempermudah manusia dalam menjalani kehidupannya. Kebudayaan tidak akan ada tanpa manusia, sebaliknya manusia tanpa kebudayaan tidak akan bisa bertahan dalam mengarungi kehidupan oleh karena itu kebudayaan menjadi sangat penting sebab kebudayaan merupakan salah satu media pembuktian keberadaan manusia. Tindakan untuk selalu menjaga kelestarian keberadaan budaya dari masa ke masa sangat dibutuhkan agar tercipta keberlangsungan yang menjamin kesempatan bagi generasi penerus untuk dapat mengetahui dan mempelajari kebudayaan dari nenek moyang mereka. Walaupun sekarang ini kebudayaan lama banyak terpengaruh dan terasimilasi oleh kebudayaan baru dan kemudian menghilang.

(11)

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA 3 beberapa klan (sub-suku) yang masing-masingnya memiliki budaya yang berbeda. Keberadaan sebuah pusat kebudayaan Batak merupakan salah satu upaya menghidupkan kembali budaya Batak, sehingga tercipta generasi muda yang bangga kepada kebudayaannya sendiri dan mau belajar hal-hal yang baik dari luar tanpa kehilangan kepribadian nasionalnya sendiri.

JUMLAH PENDUDUK ATAU POPULASI SUKU BATAK MENURUT KAWASAN SENSUS PENDUDUK TAHUN 2000 DAN ESTIMASI TAHUN 2010

SEBANYAK 7.051.000

Sumber: http://popsehat-kb.blogspot.com/2012/06/perkiraan-iumlah-penduduk-suku-batak.html (Jumat, 05 April 2013 – 13.17)

Berdasarkan jumlah tabel jumlah populasi suku batak di berbagai kawasan, ternyata populasi suku batak diluar Sumatera Utara 20,6%, dan 2,9% diantaranya suku Batak yang hidup di luar Sumatera Utara, diantaranya disebutkan ada sebanyak 203.000 jiwa berada di wilayah Jawa Barat

.

Dari data yang diperoleh penulis tertarik untuk melakukan perancangan sebuah pusat kebudayaan Batak Toba yang terletak di kota Bandung.

(12)

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA 4 seniman muda, seniman daerah untuk mengembangkan kesenian dan kebudayaan Batak Toba.

Bandung merupakan salah satu lokasi yang tepat untuk suatu Pusat Kebudayaan Batak karena Bandung sebagai ibukota propinsi Jawa Barat menjadi pusat segala aktivitas, antara lain pendidikan, perdagangan, ekonomi, dan pemerintahan. Bandung juga memiliki perguruan tinggi yang menjalankan pendidikan di bidang seni di beberapa universitas negeri dan swasta dengan jurusan seni rupa dan desain.

Pengembangan dan pelesarian kebudayaan Batak Toba dalam mewujudkan pengembangan pariwisata di Bandung untuk lebih mengenal tentang budaya Batak Toba. Adanya pusat kebudayaan Batak ini menjadi wadah pengkaji nilai-nilai kebudayaan Batak Toba untuk promosi, pelestarian, penelitian, dan edukasi dari kebudayaan Batak yang ada.

Dari uraian tersebut diatas, dibutuhkan adanya Pusat Kebudayaan Batak Toba di Bandung yang ditujukan untuk mewadahi semua kegiatan pengembangan, promosi, penelitian, dan pelesarian terhadap kebudayaan Batak Toba.

I.2 Identifikasi Masalah

Masuknya budaya asing membuat masyarakat mudah menerima kebudayaan itu tanpa dicerna terlebih dahulu. Tanpa disadari, kebudayaan tradisional yang sudah lama dipegang dan dihayati mulai dilepaskan satu-persatu dan ditelan kebudayaan asing (kebudayaan barat).

Kesibukan masyarakat saat ini juga menjadi salah satu alasan yang membuat sebagian dari mereka lupa untuk memperkenalkan kebudayaannya kepada generasi muda, sehingga minat terhadap kebudayaannya sendiri berkurang, kemudian akibat globalisasi sehingga anak muda sekarang lebih bangga dengan kebudayaan luar.

(13)

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA 5 Dari masalah yang diuraikan diatas maka dibutuhkan suatu pusat kebudayaan yang menarik untuk semua kalangan yang ingin mengetahui kebudayaan Batak Toba, khususnya anak muda.

I.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka penulis merumuskan masalah yang akan dibahas adalah:

1. Bagaimana merancang sistem display, sirkulasi, dan program ruang yang sesuai untuk perancangan interior Pusat Kebudayaan Batak Toba dengan konsep "Ulos"?

2. Bagaimana mendeskripsikan dan mengaplikasikan tema dan konsep "Ulos" untuk perancangan interior Pusat Kebudayaan Batak Toba?

3. Bagaimana menciptakan suasana kekeluargaan pada ruang sehingga mendukung tema dari pusat kebudayaan Batak Toba yang dirancang dengan konsep "Ulos"?

I.4 Tujuan Perancangan

Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka penulis mengharapkan tujuan perancangan adalah sebagai berikut: 1. Menentukan dan menerapkan sistem display, sirkulasi, dan program ruang

yang sesuai pada perancangan interior pusat kebudayaan Batak Toba dengan konsep "Ulos".

2. Untuk mendeskripsikan dan mengaplikasikan tema dan konsep "Ulos" pada proyek pusat kebudayaan Batak Toba.

3. Dapat menciptakan suasana kekeluargaan pada ruang sehingga mendukung tema dari pusat kebudayaan Batak Toba yang dirancang dengan konsep "Ulos".

I.5 Ide Gagasan

(14)

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA 6 yang sangat menghagai hasil karya seni masyarakan selain itu banyak pula seniman yang berasal dari kota Bandung. Oleh karena itu penulis tertarik untuk merancang sebuah pusat kebudayaan Batak yang mewadahi beberapa fungsi antara lain pengembangan, promosi, penelitian, dan pelesarian terhadap kebudayaan Batak Toba. Sehingga fasilitas ruang yang disediakan berupa area pameran dan perpustakaan mini, toko cinderamata, restoran, ruang pelatihan, dan ruang serbaguna. Konsep ruangan yang diterapkan diambil dari salah satu kesenian dari kebudayaan Batak, yaitu ulos.

I.6 Manfaat Perancangan

Manfaat perancangan yang dilakukan oleh penulis adalah: a. Manfaat bagi Penulis

- Menambah wawasan juga pengalaman dalam perancangan pusat kebudayaan Batak Toba.

b. Manfaat bagi Pembaca

- Memperluas wawasan dan dapat menjadi salah satu acuan pembaca mengenai perancangan pusat kebudayaan Batak Toba.

- Menjadi referensi untuk penelitian dan perancangan yang serupa. I.7 Batasan Perancangan

Dalam merancang pusat kebudayaan ini terdapat batasan berupa pusat kebudayaan ini diperuntukkan untuk anak muda di kota Bandung maupun luar kota Bandung dengan range usia 17-30 tahun. Fungsi ruang yang akan dirancang berupa Lobby, ruang pameran, dan perpustakaan.

I.8 Sistematika Penulisan

Dalam BAB I ini penulis menjelaskan mengenai latar belakang, identifikasi

masalah, rumusan masalah, tujuaan perancangan, ide perancangan, manfaat

perancangan, ruang lingkup perancangan, dan sistematika penulisan.

Dalam BAB II ini penulis menjabarkan tinjauan umum yang berhubungan dengan perencanaan dan perancangan pusat kebudayaan Batak antara lain dengan pengertian dan standar ergonomi pusat kebudayaan, galeri, perpustakaan, toko cinderamata, ballroom, workshop, dan kantin.

(15)

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA 7 ergonomi, tinjauan user juga aktifitas manusia, program ruangm proram perancangan, bubble diagram ruang zoning blocking, serta implementasi tema dan konsep.

Dalam BAB IV akan memuat pembahasan hasil perancangan Pusat Kebudayaan Batak Toba di Bandung, yang dikaitkan dengan rumusan masalah serta tema dan konsep yang dipilih dalam bentuk penjelasa dan gambar desain yang diterapkan pada penataan layout ruang dan penerapan interior.

(16)

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA 70

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Setelah melakukan analisa terhadap kebudayaan Batak Toba, ternyata dapat diketahui bahwa setiap rangkaian kegiatan yang dilakukan masyarakat batak dari melahirkan, menikah, sakit, dan meninggal menggunakan "Ulos" dan menunjukkan bahwa masyarakat batak sangat menjunjung tinggi kekeluargaan dan kebersamaan.

Setelah mengetahui bahwa "Ulos" yang dijadikan sebagai konsep perancangan interior, maka perancang melakukan analisa terhadap Ulos yang identik dengan kekeluargaan, sehingga perancangan interior pusat kebudayaan batak ini harus mendukung karakteristik dari Batak Toba untuk menghasilkan perancangan interior yang optimal.

5.2 Saran

(17)

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA 71 pusat kebudayaan ini menerapkan unsur yang sesuai filosofi kehidupan Batak Toba. Apabila pembaca memiliki keinginan merancang ulang pusat kebudaan Batak Toba ini dengan memasukan unsur Batak Toba, diharapkan untuk menggali lebih dalam mengenai unsur Batak Toba tersebut karena unsur-unsur budaya Batak Toba sendiri sangat banyak baik itu keterkaitan dengan pola hidup, unsur alam, ornamen khas Batak Toba, dll.

Dalam merancang sebuah pusat kebudayaan yang utama adalah mementingkan fungsi ruangnya terlebih dahulu, lalu aspek kenyamanan baik itu untuk pengunjung maupun pekerja di dalam pusat kebudayaan, lalu aspek keunikan desain yang di buat karena pusat kebudayaan berbeda dengan pusat kebudayaan jenis lainnya.

Selain itu apabila pembaca memiliki keinginan merancang pusat kebudayaan maupun proyek-proyek lainnya, pemilihan studi banding proyek ada baiknya disesuaikan dengan proyek yang akan kita rancang, baik itu jenis, lingkungan maupun kesan ruang yang ingin dicapai dalam perancangan proyek tersebut. Lalu lebih teliti juga untuk menganalisis dan mengerti dengan kondisi fisik bangunan yang akan dirancang interiornya baik itu hal potensial yang dimiliki bangunan tersebut maupun kekurangannya.

(18)

XIV

DAFTAR PUSTAKA

Literatur

Anonim. (1976). Monografi Daerah Sumatera Utara. Jakarta: Depdikbud.

Napitupulu, S.P. (1986). Arsitektur Tradisional Daerah Sumatera Utara.

Jakarta:Depdikbud.

Panero, Julius dan Martin Zelnik.(2003). Dimensi Manusia & Ruang Interior.

Jakarta: Erlangga.

Sibeth, Achim. The Batak.(1991). London: Thames and Hudson.

Sitanggang, Hilderia. Arsitektur Tradisional Batak Karo. Jakarta: Depdikbud.

Tambunan, E.H. Sekelumit Mengenai Masyarakat Batak Toba dan

Kebudayaannya sebagai Sarana Pembangunan. (1982). Bandung: Tansito.

Indonesia, Dep. Koperasi Inspektorat Jendral. Rumah suku Batak Toba. Jakarta:

Perpustakaan Nasional RI.

Jurnal

http://digilib.petra.ac.id/ pusat_kebudayaan-chapter1.pdf (Jumat, 5 April 2013;

15:21)

http://library.binus.ac.id/eColls/eThesis/Bab2/2008-2-00158 DS%20bab%202.pdf

(Selasa, 9 April 2013 ; 20:44)

http://jurnal-s1.fsrd.itb.ac.id/index.php/interior/article/download/38/37

(19)

XV Media Online

http://www.bonapasogit.eu/pagina's/Indonesia/Adat_Batak_Toba.htm

(diakses pada 14 Juli 2010)

www.bandung.go.id Iklim dan Wilayah (Jumat, 29 Maret 2013, 11:47)

http://jayagaol.blogspot.com/2012/03/mempertahankan-identitas-keanekaragaman.html (Jumat, 29 Maret 2013, 11:47)

http://www.beritajakarta.com/2008/id/Wawancara_Detail.asp?ID=23

(wawancarakhususArieBudhiman – KadisParwis&kebud DKI jkarta )

(Selasa, 9 April 2013 ; 20:38)

http://www.museumbataktbsilalahicenter.com/halaman/tbsc_convention_hall.php

(Selasa, 9 April 2013 ; 23:35)

http://davotmarbun.blogspot.com/2010/01/ulos-batak.html#ixzz2Rzgd2BLY

(Rabu, 1 Mei 2013; 6:58)

http://www.claridges.co.uk/private-event-venues/mayfair-ballroom/ (Selasa, 9

April 2013)

http://www.okura.nl/en/conferences-and-events/rooms-from-100-people/grand-ballroom.html (Selasa, 9 April 2013)

http://www.mica.edu (Selasa, 9 April 2013)

www.windsor-americus.com (Selasa, 9 April 2013)

http://htmlimg2.scribdassets.com (Selasa, 9 April 2013)

Referensi

Dokumen terkait

Beberapa faktor tipe tutupan lahan yang diduga berpengaruh terhadap kualitas air Sub DAS Citanduy Hulu dapat dibuat hubungannya berdasarkan luas perubahan tutupan

Perbandingan kinerja keuangan antara bank umum konvensional yang merupakan induk bank umum syariah dengan bank umum syariah anak menunjukkan hasil bahwa rasio

Bimtek Bagi Jurnalis dan Guru Geografi Untuk Meningkatkan Pemahaman Mengenai Fenomena Cuaca dan Iklim Indonesia, serta Dampaknya Terhadap Kehidupan Masyarakat. Di Kantor

Acara puncak perayaan hari Kemerdekaan dilaksanakan pada hari ini (17/08) dengan melaksanakan Upacara Kenaikan Bendera Merah Putih yang dilangsungkan di Kantor Proyek

Kualitas sifat fisik dan kandungan nutrisi bungkil inti sawit dari berbagai proses pengolahan crude palm oil (CPO).. The Realities of Bulk Solid Properties

Alternative solutions for students in the category of moderate ability is to provide understanding of the concept of matter, giving about - exercises in the form of

Nilai pemahaman dari konsep perkem- bangan perkembangan teknologi pada siswa kelas IV meningkat, terlihat dari hasil obser- vasi siswa aktif memperhatikan dan bertanya saat guru

39 Tahun 1999 yang dimaksud dengan pelanggaran hak asasi manusia adalah setiap perbuatan seseorang atau kelompok orang termasuk aparat negara, baik disengaja maupun tidak