ABSTRAK
(Kata Kunci : Pengendalian Emosi, Remaja, Jejaring Sosial)
Masa remaja merupakan masa peralihan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa.
Pada masa ini, seseorang mengalami berbagai perubahan fisik maupun psikis yang
mempengaruhi pola berpikir mereka. Pada masa ini juga, seseorang dihadapkan pada
beberapa situasi nyata yang dapat memunculkan berbagai emosi yang berbeda-beda.
Kurangnya kemampuan remaja untuk mengendalikan luapan emosi yang muncul di
dalam diri mereka, ditambah dengan berbagai tuntutan dari pihak luar yang
mengharuskan remaja untuk dapat bertanggung jawab dan berpikir secara rasional,
menyebabkan remaja cenderung melampiaskan emosi mereka ke perkataan dan
perbuatan sehari-hari. Kemajuan teknologi dan standar budaya di masyarakat
mengakibatkan akses ke jejaring sosial sebagai wadah interaksi di dunia maya
semakin mudah. Jejaring sosial yang mudah diakses tersebut dapat disalahgunakan
oleh remaja sebagai sarana pelampiasan emosi mereka.
Berdasarkan latar belakang di atas, perlu diadakan sebuah kampanye yang bertujuan
memberikan berbagai informasi positif kepada remaja, berkaitan dengan
pengendalian emosi remaja di jejaring sosial. Kampanye yang dilakukan akan
berpusat di lingkungan sekolah menengah pertama, mengingat sebagian besar waktu
siswa SMP dalam sehari dihabiskan di lingkungan sekolah.
Bentuk media yang digunakan sepanjang kampanye antara lain poster, brosur, dan
beberapa jenis gimmick sebagai media fisik, dan page resmi kampanye di beberapa
jejaring sosial sebagai media digital.
Dengan adanya kampanye ini, diharapkan remaja dapat lebih bersikap positif dalam
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah 1
1.2 Rumusan Masalah 4
1.3 Ruang Lingkup Pembahasan 4
1.4 Tujuan Perancangan 5
1.5 Tehnik Pengumpulan Data 5
1.6 Sistematika Penulisan 6
1.7 Skema Perancangan 8
BAB II LANDASAN TEORI
2.1 Definisi Kampanye 9
2.7 Pengendalian Emosi Pada Remaja 21
BAB III URAIAN DATA DAN ANALISIS
3.1 Uraian Data 29
3.2 Analisis Data 38
BAB IV PEMECAHAN MASALAH
4.1 Konsep Komunikasi 44
4.2 Konsep Kreatif 45
4.3 Konsep Media 48
4.4 Hasil Karya 52
4.5 Budget Kampanye 73
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan 75
5.2 Saran 77
DAFTAR DIAGRAM
Diagram 1.1 Skema Perancangan 8
Diagram 4.1 Timeline Kampanye 48
Diagram 4.2 Budget Kampanye: Poster dan Brosur 73
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Model Kampanye Nowak dan Warmeryd 11
Gambar 3.1 Logo Dinas Pendidikan Kota Bandung 29
Gambar 4.1 Logo Kampanye 46
Gambar 4.2 Font pada Media Kampanye 47
Gambar 4.3 Poster Awareness 1 52
Gambar 4.4 Poster Awareness 2 53
Gambar 4.5 Poster Awareness 3 54
Gambar 4.6 Brosur Awareness 1-4 56
Gambar 4.7 Brosur Awareness 5-8 57
Gambar 4.8 Poster Informing 1 59
Gambar 4.9 Poster Informing 2 60
Gambar 4.10 Poster Informing 3 61
Gambar 4.11 Brosur Informing 1-4 63
Gambar 4.12 Brosur Informing 5-8 64
Gambar 4.13 Poster Reminding 1 66
Gambar 4.15 Gimmick: Badge 69
Gambar 4.16 Gimmick: Sticker 70
Gambar 4.17 Page Resmi Kampanye di Jejaring Sosial Facebook 72
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Periode remaja merupakan periode peralihan antara masa anak-anak dan dewasa.
Periode remaja merupakan masa kritis karena individu yang berada pada masa
tersebut mengalami berbagai perubahan biologis dan psikologis dalam proses
pencarian identitas diri, juga dalam menghadapi tantangan untuk memecahkan
berbagai persoalan hidup. Pada masa tersebut pula remaja dihadapkan secara
langsung pada situasi-situasi nyata yang dapat dikatakan merupakan sebuah proses
pematangan kepribadian sebelum mereka beranjak dewasa.
Dalam menghadapi berbagai situasi nyata secara langsung, remaja dituntut untuk
dapat bertindak secara tepat dan bertanggung jawab. Hal ini bagi sebagian besar
remaja dinilai cukup sulit untuk dilakukan. Pada periode remaja, perubahan biologis
dan psikologis dalam diri remaja ikut berperan dalam memicu munculnya berbagai
emosi, apalagi ditambah dengan pengaruh dari luar seperti tuntutan dari keluarga
atau pengaruh teman-teman sebaya. Pengaruh-pengaruh yang muncul secara terus
menerus tersebut membuat remaja merasakan berbagai emosi yang bertransisi secara
cepat dan seringkali keluar secara mendadak. Tidak heran sebagian dari kalangan
remaja merasa kewalahan ketika menghadapi ‘luapan emosional’ yang berlebihan,
beragam, dan muncul terus menerus, padahal mereka diminta untuk dapat bereaksi
tidak hanya dengan mengandalkan emosi saja, melainkan juga pemikiran rasional
yang dibutuhkan untuk mengambil keputusan di dunia nyata.
Berbagai ‘luapan emosi’ yang cenderung kurang stabil ini seringkali berdampak pada
reaksi yang dikeluarkan oleh remaja berdasarkan emosi yang ada pada saat itu juga,
dapat secara tiba-tiba memukul teman yang mengejeknya tanpa pikir panjang, atau
remaja wanita dapat menangis tersedu-sedu dalam jangka waktu yang cukup lama
hanya karena hal sepele yang menyinggung perasaannya. Reaksi-reaksi ini kemudian
secara tidak langsung membentuk perilaku remaja yang bersangkutan, yang
kemudian disebut perilaku sosial. Perilaku sosial, yang merupakan kumpulan dari
reaksi yang sering muncul dalam diri remaja, dapat bergerak ke arah negatif maupun
positif tergantung reaksi-reaksi pembentuknya. Perilaku sosial remaja yang positif
biasanya muncul karena remaja yang bersangkutan mampu secara konstan
memunculkan berbagai reaksi positif atas emosi yang keluar ketika menghadapi
situasi tertentu. Sebaliknya perilaku sosial remaja yang negatif (marah-marah,
mudah tersinggung, rapuh, atau bahkan dapat mencapai perilaku sosial negatif yang
lebih ekstrem seperti perbuatan anarki, penyalahgunaan obat-obatan terlarang, dan
perbuatan seksual yang menyimpang) biasanya muncul karena remaja yang
bersangkutan cenderung bereaksi negatif atau tidak mampu mengendalikan reaksi
mereka atas emosi yang muncul ketika menghadapi situasi tertentu (emosi-emosi
yang tergolong negatif contohnya adalah amarah, rasa cemas, sedih, atau putus asa).
Bila melihat kedua perbandingan perilaku sosial tersebut, dapat dikatakan reaksi atau
respon remaja terhadap emosi yang muncul merupakan hal yang perlu diperhatikan
untuk membentuk perilaku sosial dan kepribadian dewasa yang positif. Reaksi atau
respon tersebut sebenarnya sangat dipengaruhi oleh kemampuan seseorang dalam
mengendalikan emosinya. Seseorang dengan tingkat kemampuan pengendalian
emosi yang rendah, akan memunculkan reaksi yang didominasi oleh jenis emosi
yang muncul sebelumnya, atau dengan kata lain reaksi yang berdasarkan pemikiran
yang muncul dan menghasilkan penilaian atau reaksi yang juga didasari dengan
pemikiran logis.
Secara nyata, pengendalian emosi juga sangat mempengaruhi remaja dari segi
pencapaian prestasi, kondisi kesehatan, dan mudah tidaknya remaja terpengaruh oleh
pengaruh dari luar dirinya. Pengaruh-pengaruh dari luar tersebut sebenarnya
merupakan faktor dominan yang sangat mempengaruhi berbagai sisi perkembangan
emosional dan kepribadian remaja. Yang menjadi masalah adalah
pengaruh-pengaruh yang biasanya sebagian besar berasal dari teman sebaya atau
sumber-sumber di luar keluarga tersebut dapat dikatakan meragukan, tidak berdasar, kurang
tepat, atau bahkan dapat menjerumuskan remaja ke arah yang salah.
Kurangnya kejelasan informasi atau pengaruh meragukan dari berbagai sumber
secara tidak langsung juga mempengaruhi cara penyelesaian atau bahkan
pelampiasan emosi yang meluap ke berbagai hal. Kemajuan teknologi dan budaya
social networking menuntut masyarakat untuk beradaptasi dengan berinteraksi di dunia maya –termasuk kalangan remaja– salah satunya adalah lewat berbagai media
jejaring sosial seperti Facebook atau Twitter. Lewat jejaring sosial tersebut, remaja
dapat ‘menjalin pertemanan’ dengan berbagai macam user yang aktif di jejaring
sosial, baik mereka yang di dunia nyata merupakan kenalan atau kerabat dekat
hingga orang asing yang tidak pernah bertatap muka secara langsung di dunia nyata.
Karena sifatnya yang mudah diakses (termasuk dapat diakses dari telepon genggam),
jejaring sosial ini dapat menjadi tempat pelampiasan atau tempat menumpahkan
pikiran emosional yang sedang melanda diri remaja. Susahnya bertatap muka dengan
teman dekat untuk menceritakan berbagai masalah yang sedang dialami juga
mempengaruhi digunakannya jejaring sosial sebagai wadah subtitusi dari
teman-teman terdekat. Apalagi remaja yang sedang menghadapi masalah atau menghadapi
situasi emosional cenderung membutuhkan perhatian tertentu dari orang lain. Pada
akhirnya, mereka menumpahkan atau melampiaskan berbagai luapan emosi ke
jejaring sosial secara langsung (biasanya tanpa pikir panjang, karena pikiran
dengan harapan akan mendapatkan perhatian atau feedback dari teman-teman di jejaring sosial (biasanya berupa comment pada posting yang bersangkutan).
Berdasarkan fakta tersebut, penyampaian informasi-informasi yang berkaitan dengan
pengendalian emosi remaja di jejaring sosial dengan sumber-sumber berupa teori,
pendapat ahli, dan penelitian yang dapat dibuktikan kebenarannya perlu disampaikan
secara langsung kepada kalangan remaja. Selain agar remaja tidak hanya
melampiaskan pikiran emosionalnya ke jejaring sosial, melainkan berusaha
menyelesaikan atau meredakan emosinya terlebih dahulu, juga agar tidak terjerumus
ke arah yang salah (seperti berbagai kasus penipuan yang menimpa remaja
(perampokan atau perilaku seksual yang menyimpang) akibat berinteraksi dengan
orang asing di jejaring sosial) dan mempraktekkan informasi yang belum tentu benar,
penyampaian informasi tersebut dapat membantu remaja untuk menghadapi berbagai
situasi yang menuntut pengendalian emosi, sebelum mereka secara bebas
menumpahkannya ke jejaring sosial dan membantu remaja untuk dapat
mengendalikan emosinya secara mandiri dalam proses transisinya menjadi individu
dengan kepribadian yang lebih dewasa dan matang. Pertanyaan yang kemudian
muncul adalah: bagaimana cara menyampaikan informasi-informasi tersebut secara
tepat kepada kalangan remaja?
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana cara menyampaikan informasi-informasi yang berkaitan dengan
paling umum digunakan yaitu Facebook dan Twitter. Proses pencarian data berupa
pembagian quesioner dan wawancara narasumber akan dilakukan di wilayah kota
Bandung. Penyelesaian masalah, terutama pada perancangan kampanye, akan dilihat
dan dilaksanakan dari segi Desain Komunikasi Visual.
1.4 Tujuan Perancangan
1. Merancang media kampanye yang dapat menyampaikan informasi-informasi yang
berkaitan dengan pengendalian emosi remaja di jejaring sosial secara efektif dan
tepat sasaran.
1.5 Teknik Pengumpulan Data
Observasi
Penulis mengadakan observasi ke beberapa Sekolah Menengah Pertama di kota
Bandung. Observasi dilakukan dengan mengamati perilaku siswa-siswi pada periode
tertentu, yaitu selama jam pelajaran dan jam istirahat. Pada proses observasi ini,
dapat dilihat beberapa jenis emosi yang muncul beserta reaksi yang umum terjadi
pada kalangan remaja.
Pembagian Kuesioner
Penulis diberi izin untuk menyebarkan kuesioner ke sejumlah responden yang
merupakan siswa-siswi dari beberapa Sekolah Menengah Pertama di kota Bandung
(SMP Bina Bakti, SMPK 1 BPK Penabur, SMPK 2 BPK Penabur, SMP Trinitas
Bandung). Hasil kuesioner yang didapatkan oleh penulis merupakan perwakilan dari
kecenderungan kalangan remaja dengan segmentasi yang sama di kota Bandung, dan
Wawancara
Penulis juga melakukan wawancara ke beberapa narasumber dengan profesi yang
berkaitan dengan topik yang dibahas, yaitu Psikolog sekaligus Ketua Badan
Pengembangan Pelatihan – Sumber Daya Manusia Universitas Kristen Maranatha
Ibu Jacqueline M. Tj., M.Psi, Ketua Program Studi Magister Psikologi Universitas
Kristen Maranatha Bapak Robert O. Rajagukguk, Ph.D, Psikolog, dan Dosen
Psikologi Anak Universitas Kristen Maranatha Ibu Jane Savitri, M.Si. Data hasil
wawancara digunakan oleh penulis sebagai data pendukung dalam pembahasan
masalah.
Studi Literatur
Penulis melakukan studi literatur untuk mengetahui teori-teori yang berkaitan dengan
topik yang dibahas, studi kasus yang telah dilakukan, dan penelitian-penelitian yang
sudah dilakukan oleh pihak yang terpercaya, untuk kemudian menjadikan data hasil
penelitian tersebut sebagai data pendukung dalam pembahasan masalah.
1.6 Sistematika Penulisan
BAB I Pendahuluan
Bab ini berisi tentang uraian latar belakang masalah yang mendasari penulisan
laporan, rumusan masalah, ruang lingkup pembahasan, tujuan perancangan yang
BAB III Uraian Data dan Analisis
Bab ini terdiri dari subbab uraian data yang berisi data mengenai institusi permberi
proyek, data hasil kuesioner beserta kesimpulan yang dapat diambil dari data
tersebut, data hasil wawancara dengan narasumber yang telah ditentukan
sebelumnya. Sedangkan pada subbab Analisis data, terdapat analisa SWOT dan STP
dari Kampanye yang akan dilakukan.
BAB IV Pemecahan Masalah
Bab ini berisi tentang strategi pemecahan masalah yang mencakup strategi
komunikasi (ide besar), strategi kreatif (pendekatan), strategi visual (jenis huruf yang
digunakan, bentuk, gaya, warna), dan strategi media (jangkauan, budget), serta hasil
perancangan mulai dari sketsa hingga penerapan ke dalam media.
BAB V Kesimpulan dan Saran
Bab ini berisi kesimpulan dari perancangan kampanye secara keseluruhan dan saran
yang mencakup masukan sidang, rekomendasi, dan arahan pengembangan ke
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Sebagian besar remaja merupakan individu yang menyimpan banyak potensi yang
dapat dikembangkan lebih lanjut, namun potensi pada diri remaja tersebut sangat
dipengaruhi oleh berbagai pengaruh dari dalam diri remaja sendiri (gejolak emosi
yang kurang stabil, yang mampu membuat remaja enggan untuk mengembangkan
dirinya lebih lanjut) maupun dari luar diri remaja (berbagai tuntutan dunia nyata,
peraturan-peraturan yang kurang membebaskan, relasi dengan teman sebaya, juga
pengaruh-pengaruh asing lainnya yang kurang jelas kebenarannya). Berbagai
pengaruh dan situasi yang ada pada diri remaja cenderung membuat remaja untuk
merasakan berbagai luapan emosi yang berbeda dan membuat remaja memunculkan
reaksi tertentu sebagai respon atas emosi yang melanda dirinya. Reaksi yang
dimunculkan tersebut dapat berupa reaksi positif dan negatif. Reaksi negatif yang
seringkali muncul dari diri remaja adalah pelampiasan emosi ke berbagai bentuk
perbuatan atau perkataan yang negatif (dengan berbuat kasar pada teman, merusak
benda-benda di sekitarnya, berkata-kata kurang pantas, dan sebagainya).
Kemajuan teknologi, terutama munculnya budaya social networking menjadikan
jejaring sosial sebagai media interaksi sekunder antar individu (setelah interaksi tatap
muka), termasuk di kalangan remaja. Kurangnya pengawasan dan bimbingan orang
tua atau kalangan dewasa terhadap perilaku remaja di jejaring sosial dapat membuat
remaja menyalahgunakan jejaring sosial atau bahkan menjadi korban
penyalahgunaan jejaring sosial oleh pihak-pihak tertentu. Penyalahgunaan yang
sering dilakukan oleh remaja adalah menggunakan jejaring sosial sebagai sarana
Bentuk-bentuk umum pelampiasan emosi remaja yang sering terjadi di jejaring sosial
antara lain penggunaan kata-kata kasar yang disebabkan karena berbagai kejadian di
kehidupan sehari-hari remaja, remaja cenderung mencari perhatian teman dengan
mengunggah status emosional yang berlebihan (biasanya berhubungan dengan relasi
lawan jenis atau teman sebaya), dan cenderung mengeluh karena kurangnya
pemenuhan kebutuhan tertentu oleh orang tua. Bentuk-bentuk penyalahgunaan
tersebut justru menggangu teman-teman sekitar yang melihat di jejaring sosial,
bahkan dapat mengundang pihak-pihak asing yang memberi perhatian palsu demi
mencari keuntungan tertentu dari remaja.
Berdasarkan fakta-fakta di atas, perlu dirancang sebuah kampanye yang sederhana,
menarik, dapat dicerna oleh remaja dalam bentuk visual yang ringan namun tetap
tepat sasaran, dan memiliki ‘posisi setara’ dengan remaja yang lebih bersifat
mengajak daripada memerintah atau memberi nasehat. Kampanye juga dibuat
dengan memperhatikan berbgai ciri pada diri remaja, yang ditranslasikan ke dalam
bentuk visual.
Kampanye dibagi ke dalam tahap berbeda sesuai dengan informasi yang
disampaikan. Pada tahap awal kampanye (tahap awareness), untuk memupuk
kesadaran remaja, disampaikan bahwa kebiasaan posting negatif pada remaja
sebenarnya bersifat menggaggu dan kurang tepat (lewat ilustrasi yang berlebihan),
sedangkan pada tahap utama kampanye (tahap informing), disampaikan
dampak-dampak postif dari kebiasaan posting yang benar dan ajakan untuk melakukan
kebiasaan tersebut. Diharapkan remaja pada tahap ini mendapatkan dorongan yang
5.2 Saran
Remaja hendaknya mulai membiasakan diri menilai berbagai situasi dengan
pandangan yang positif dan bereaksi dengan pemikiran yang positif. Luapan emosi
memang terbukti sering muncul pada diri sebagian besar remaja, dan pelampiasan
emosi yang meluap pada perbuatan atau perkataan yang kurang pantas (termasuk
lewat posting di jejaring sosial) tidak menyelesaikan masalah atau situasi yang
dihadapi, namun dengan berlatih untuk mengendalikan emosi-emosi tersebut atau
mengubah emosi-emosi yang cenderung negatif ke bentuk-bentuk perbuatan atau
perkataan yang positif, remaja dapat menyelesaikan masalah dengan lebih lancar dan
dapat membentuk karakter diri yang sifatnya positif.
Pihak sekolah dan orang tua perlu mulai mengadaptasikan dirinya dengan
perkembangan teknologi dan kebiasaan-kebiasaan yang terjadi di kehidupan
sehari-hari remaja. Hal ini akan berdampak pada cara penyampaian masukan atau nasehat
ke dalam diri remaja (mengingat remaja cenderung kurang suka dengan larangan
atau petuah). Remaja perlu dimengerti oleh orang di sekitarnya, dan pandangan
kalangan orang yang lebih dewasa akan membantu remaja dalam menghadapi
berbagai situasi yang menuntut remaja untuk bersikap rasional (hal ini dirasa sulit
mengingat remaja seringkali larut dalam pemikiran emosional yang kurang stabil)
DAFTAR PUSTAKA
B. Lynn, Adele. 2005. EQ Difference. New York: Amacom Books
Goleman, Daniel. 1996. Emotional Intelligence. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Gunarsa, Singgih D. 2004. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Jakarta:
Gunung Mulia
Kiwanuka-Tondo, James. 2002. The influence of organizational characteristics and
campaign design elements on communication campaign quality: evidence from
91 Ugandan AIDS campaigns. United States: Department of Communication
Sciences, University of Connecticut Storrs
McQuail, Dennis. 1987. Mass Communication Theory: An Introduction. New York:
SAGE Publications Ltd
Mulyana, Dedi. 2000. Pengantar Ilmu Komunikasi. Bandung: Rosadakarya
Papalia, Diane et al. 2006. Adult Development and Aging. New York: McGraw-Hill
Pfau, Michael and Parrott, Roxanne. 1993. Persuasive Communication Campaigns.
Venus, Antar. 2009. Manajemen Kampanye. Bandung: Simbiosa Rekatama Media