SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan untuk memperoleh Gelar
Sarjana Program Studi Ilmu Komunikasi Peminatan/Konsentrasi Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur
Oleh:
AL-KHARITZA RAHMAN HAKIM NPM. 1044010008
YAYASAN KESEJAHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
PEMINATAN/KONSENTRASI HUBUNGAN INTERNASIONAL SURABAYA
SKRIPSI
KERJASAMA EKONOMI BILATERAL INDONESIA DAN MALAYSIA DALAM SEKTOR KOMODITI KELAPA SAWIT TAHUN 2006-2010
Pernyataan Tidak Melakukan Plagiat
Bagian atau keseluruhan isi skripsi ini tidak pernah diajukan untuk mendapatkan
gelar akademis pada bidang studi atau univertas lain dan tidak pernah
dipublikasikan atau ditulis oleh individu selain penulis kecuali dituliskan dengan
format kutipan dalam skripsi.
Surabaya, 24 Juni 2014
Penulis,
Disusun Oleh:
AL-KHARITZA RAHMAN HAKIM NPM. 1044010008
Telah disetujui untuk mengikuti Ujian Skripsi
Menyetujui,
Pembimbing Utama
Dr. Jojok Dwiridotjahjono, S.Sos, M.Si
NPT. 370119500421
Mengetahui
D E K A N
Disusun Oleh:
AL-KHARITZA RAHMAN HAKIM NPM. 1044010008
Telah dipertahankan dihadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi Program Studi Ilmu Komunikasi Peminatan/Konsentrasi Hubungan Internasional
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur
Pada tanggal 24 Juni 2014
Pembimbing Utama Tim Penguji:
1. Ketua
Dr.Jojok Dwiridotjahjono,S.Sos,M.Si Dr.Jojok Dwiridotjahjono,S.Sos,M.Si
NPT. 370119500421 NPT. 370119500421
2. Sekretaris
Juwito, S.Sos, M.Si NPT. 367049500361
3. Anggota
Drs. Saifuddin Zuhri, M.Si NPT. 370069400351
Mengetahui, D E K A N
Cara berpikir yang mengatakan kekayaan bangsa adalah
minyak, gas, tambang, adalah cara berpikir penjajah kolonial,
kekayaan terbesar sebuah bangsa adalah manusianya
. – Anies Baswedan
Strong minds discuss ideas, average minds discuss events, and
weak minds discuss people
.
-
Socrates
Your beliefs don’t make you a better person, your behavior
Untuk papa (alm) tercinta Ir. Agoes Santoso, mama tersayang Rr.
Siti Nirwana Ningsih, Kakakku tersayang Liza Apriani Natalina.
ST, Aulia Rahman Hakim. SE, dan untuk keponakan-keponakanku
terlucu Fayza, Farza, dan Ega, dan untuk my beloved Agviana
Hardinia.
Thank’s for everything.
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat, hidayah dan
Karunia-Nya kepada penulis sehingga skripsi dengan judul “Kerjasama Ekonomi
Bilateral Indonesia dan Malaysia Dalam Sektor Komoditi Kelapa Sawit
Tahun 2006-2010”dapat terselesaikan dengan baik.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr. Jojok Dwiridotjahjono, S.Sos,
M.Si selaku pembimbing utama dan Megahnanda A.K, S.IP, M.IP,
sebagai dosen pembimbing pendamping yang telah meluangkan waktunya untuk
memberikan bimbingan, nasehat serta motivasi kepada penulis. Penulis juga
banyak menerima bantuan dari berbagai pihak, baik itu berupa moril, spiritual
maupun materil. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Ir. H.Teguh Soedarto selaku Rektor Universitas Pembangunan
Nasional “Veteran” Jawa Timur.
2. Dra. Hj Suparwati, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik.
3. Juwito, S.Sos, M.Si, selaku Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional
Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
5. Dr. Jojok D, S.Sos, M.Si selaku Ketua Peminatan/Konsentrasi Hubungan
Internasional pada Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa
Timur.
6. Resa Rasyidah S.Hub.Int,M.Hub.Int Pjs Sekretaris Peminatan/Konsentrasi
Hubungan Internasional pada Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional
“Veteran” Jawa Timur.
7. Kedua Orang Tua tersayang, Ayah Ir.Agoes Santoso(Alm), dan Ibu Siti
Nirwana Ningsih.
8. Semua teman teman terbaiku di Prodi Hubungan Internasional Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur khususnya angkatan 2010,
terima kasih banyak atas dukunganya.
Penulis menyadari bahwa di dalam penyusunan skripsi ini banyak terdapat
kekurangan. Untuk itu kritik dan saran yang membangun dari semua pihak sangat
diharapkan demi kesempurnaan penulis skripsi ini. Akhirnya, dengan segala
keterbatasan yang penulis miliki semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi semua
pihak umumnya dan penulis pada khususnya.
Surabaya, 24 Juni 2014
HALAMAN JUDUL ... i
PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT ... ii
HALAMAN PERSETUJUAN ... iii
HALAMAN PENGESAHAN ... iv
1.6 Metodologi Penelitian ... 14
1.6.1 Definisi Konseptual dan Definisi Operasional ... 14
BAB II MoU TAHUN 2006 DAN 2008 SEBAGAI LATAR BELAKANG TERBENTUKNYA MoU TAHUN 2010 ... 22
2.2.2.1 Lahan Kelapa Sawit di Indonesia ... 32
2.2.2.2 Lahan Kelapa Sawit di Malaysia ... 34
2.2.3 Ketersediaan Tenaga Kerja ... 35
2.2.3.1 Peran TKI Di Bidang Perkebunan Kelapa Sawit Di Malaysia ... 36
2.2.4 Dukungan Pemerintah Masing-Masing Negara ... 40
2.2.4.1 Indonesia ... 40
2.2.4.2 Malaysia ... 42
2.3 Kerjasama Indonesia Dan Malaysia Dalam Komoditi Kelapa Sawit ... 43
2.3.1 Memorandum of Understanding Indonesia-Malaysia Tahun 2006 .. 46
2.3.2 Memorandum of Understanding Indonesia-Malaysia Tahun 2008 .. 48
2.3.2.1 Pendanaan Investasi ... 49
BAB III KAMPANYE NEGATIF DARI LSM SEBAGAI FAKTOR TERBENTUKNYA MoU 2010 ANTARA INDONESIA DAN MALAYSIA 55 3.1 Memorandum of Understanding Indonesia-Malaysia Tahun 2010 ... 55
3.2 Gerakan Para Pemerhati Lingkungan ... 58
3.3 Kerjasama Indonesia-Malaysia Dalam Menghadapi Kampanye Negatif ... 60
3.4 Kampanye Negatif Sawit Dituding Ditunggangi Kepentingan ... 62
BAB IV KESIMPULAN ... 68
4.1 Kesimpulan ... 68
DAFTAR PUSTAKA ... 70
Grafik 2.1 Ekspor CPO Indonesia ke Beberapa Negara Tujuan (2010) ... 23
Grafik 2.2 Ekspor Minyak Inti Sawit Indonesia Ke Beberapa Negara Tujuan
Tabel 1.1 Negara Produsen Utama Minyak Sawit Dunia (2006-2010) ... 2
Tabel 2.1 Ekspor CPO Indonesia ke Beberapa Negara Tujuan (2007-2009) ….. 23
Tabel 2.4 Volume, Presentase, dan Pertumbuhan Produksi Minyak Sawit
Indonesia dan Malaysia (2006-2010) ... 26
Tabel 2.5 Luas Areal Perkebunan Sawit Seluruh Indonesia Menurut
Pengusahaanya (1980-2009) ... 33
Tabel 2.6 Tingkat Keunggulan Komparatif Tenaga Kerja Negara Produsen Kelapa
Sawit ... 38
ABSTRAK
KERJASAMA EKONOMI BILATERAL INDONESIA DAN MALAYSIA DALAM SEKTOR KOMODITI KELAPA SAWIT TAHUN 2006 - 2010
Kelapa sawit adalah komoditi unggulan bagi Indonesia dan Malaysia dengan berbagai macam produk olahanya. Perkembangan minyak kelapa sawit dunia menjadi produk yang sangat potensial dipasar internasional sampai saat inikarena dapat dijadikan sebagai sumber energi baru pengganti minyak bumi yang cadanganya semakin menipis, sedangkan minyak kelapa sawit dapat diperbarui dan diharapkan dapat sebagai sumber energi alternatif dalam jangka panjang. Fokus menarik dalam kajian kerjasama ekonomi bilateral ini adalah keberadaan Indonesia dan Malaysia sebagai negara produsen dan eksportir minyak kelapa sawit. Kedua negara merupakan pemain utama dalam perdagangan minyak sawit (CPO) di dunia. Untuk menghadapi permintaan akan minyak sawit dunia, maka Indonesia dan Malaysia melakukan kerjasama dalam sektor komoditi kelapa sawit. Dalam penelitian ini penulis menggunakan teori permintaan, kerjasama ekonomi bilateral, dan interdependensi untuk menganalisis kajian didalamnya, dan dalam tipe penelitian penulisan ini menggunakan deskriptif-kuantitatif untuk mengolah data yang ada. Dalam penelitian ini terdapat isu yang dapat dijadikan rumusan masalah, yaitu apa latar belakang terjadinya MoU 2010 yang disepakati antara Indonesia dan Malaysia. MoU ini berisi tentang kerjasama kedua negara dalam menghadapi isu tentang kampanye negatif terkait komoditi kelapa sawit, sebelum MoU 2010 ditandatangani, pada tahun 2006 dan tahun 2008 Indonesia dan Malaysia juga menyepakati MoU tentang pengembangan lahan, investasi, dan tenaga kerja. Pemerintah kedua negara sadar betul akan potensi di sektor kelapa sawit ini yang sangat potensial dan menguntungkan negara maka dari itu keduanya membuat MoU tentang kelapa sawit ini guna meningkatkan produksi kelapa sawit yang akan di ekspor ke negara-negara yang membutuhkan komoditi ini. Keadaan ini membuat beberapa LSM pecinta lingkungan melakukan aksi-aksi kampanye negatif guna mengurangi pengembangan lahan sawit, karena mereka menganggap perluasan lahan ini membuat kerusakan lingkungan khususnya hutan dan habitat sekitanya. Dari isu-isu inilah yang akhirnya pada tahun 2010 dibuat MoU dan disepakati oleh Indonesia-Malaysia untuk menghadapi kampanye negatif yang nanti dampaknya kurang baik bagi pertumbuhan komoditi kelapa sawit ini.
Kata Kunci: Indonesia, Malaysia, Kerjasama Ekonomi Bilateral, Komoditi
1.1.Latar Belakang
Hubungan Indonesia dan Malaysia merupakan salah satu contoh kajian dari
studi hubungan internasional yang cukup menarik, kedua negara merupakan negara
serumpun yang letak geografisnya pun berdekatan, meski sudah banyak sekali
kontroversi antara persahabatan kedua negara ini nyatanya Indonesia – Malaysia pun
juga saling berhubungan baik dan bekerja sama. Indonesia adalah negara tetangga
dekat Malaysia dan berbatasan baik dari sisi darat maupun laut, hubungan keduanya
pun juga juga sudah lama terjalin. Sejarah telah mencatatkan bahwa hubungan
persahabatan antar kedua negara pun telah berlangsung secara resmi sejak tahun
1959 yang disimbolkan dengan adanya sebuah treaty of friendship yang
ditandatangani di Kuala Lumpur.1 Sampai saat ini, kerjasama yang dilakukan
Indonesia dan Malaysia terjadi dalam banyak hal yaitu di bidang ekonomi, sosial
budaya, politik, tenaga kerja, pendidikan dan lain sebagainya.
Indonesia dan Malaysia sama-sama merupakan negara penghasil dan
pengekspor kelapa sawit terbesar di dunia, karena komoditi ini juga yang membuat
kedua negara menjadi pemain utama dalam perdagangan minyak sawit dunia. Di
Indonesia produk komoditi kelapa sawit merupakan salah satu produksi perkebunan
terbesar dan juga sebagai salah satu penghasil devisa negara. Sampai saat ini kelapa
sawit masih menjadi komoditas tanaman perkebunan yang potensial mengisi peluang
di pasar domestik maupun intenasional.2 Industri kelapa sawit yang kemudian
diproses menjadi minyak mentah kelapa sawit (CPO: Crude Palm Oil) merupakan
komoditi yang serbaguna dalam industri makanan dan kimia, dan permintaan kelapa
sawit yang juga meningkat karena digunakan sebagai bahan baku bahan bakar nabati.
Biofuel / energi biodiesel tersebut juga dapat menjadi salah satu alternatif pilihan
pengganti sumber energi minyak bumi yang semakin menipis, selain itu biodiesel ini
merupakan bahan bakar ramah lingkungan.3
Komoditas minyak sawit mentah Indonesia mempunyai daya saing yang
cukup diperhitungkan oleh negara-negara eksportir CPO lainya. Hal ini dikarenakan
Indonesia merupakan negara produsen dan eksportir minyak terbesar dunia saat ini,
sedangkan Malaysia berada pada peringkat kedua.4
Tabel: 1.1. Negara Produsen Utama Minyak Sawit Dunia (2006-2010)
Sumber : Oil World Annual (2006-2010)
2
Dina Meria Sinaga dan MulyoHendarto. 2012. Analisis Kebijakan Pengelolaan Perkebunan Kelapa Sawit di Provinsi Sumatera Utara.Diponegoro Journal of Economics Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012.
3 Ibid 4
Jika dilihat dari sektor sumber daya alam Indonesia memang lebih unggul
daripada Malaysia, Indonesia masih mempunyai cadangan ketersediaan sumber daya
lahan yang cukup luas karena sampai saat ini kelapa sawit memang merupakan
komoditi yang paling mendominasi luas areal perkebunan di Indonesia. Hal ini
bertujuan agar lebih mengembangkan perkebunan kelapa sawit sehingga Indonesia
masih dapat terus berpeluang untuk mempertahankan posisi Indonesia sebagai
produsen minyak kelapa sawit terbesar didunia.5
Lalu pada sektor ketenagakerjaan Indonesia memiliki tenaga kerja yang
memadai, sementara Malaysia memiliki permodalan yang kuat dan kemampuan
teknis yang memadai. Kedua negara ini memiliki kekuatan mengembangkan industri
minyak kelapa sawit sebagai bentuk aliansi untuk mengisi kebutuhan dunia akan
komoditas minyak sawit. Komoditi kelapa sawit ini tentunya berperan besar dalam
mendorong berkembangnya sektor ekonomi masing-masing negara, dan juga bisa
menjadi faktor pengentas kemiskinan dan menciptakan kesempatan kerja bagi
masing-masing negara.6 Adapun kesepakatan yang dilakukan oleh kedua negara
terkait dengan komoditas kelapa sawit adalah dengan adanya nota
kesepahaman/Memorandum of Understanding (MoU) yang ditanda tangani pada
tahun 2006, 2008, dan 2010.7 Fokus ekonomi antara keduanya adalah dalam hal
peningkatan produksi dalam komoditi kelapa sawit dikarenakan adanya permintaan
pasar yang potensial, peningkatan produksi ini dilakukan dalam hal pengembangan
lahan, investasi, dan juga tenaga kerja yang banyak guna kebutuhan pemenuhan
5
Ibid 6
Indonesia Eximbank. RI-Malaysia Sepakat Bekerjasama. [online] dalam
http://www.indonesiaeximbank.go.id/ri-malaysia-sepakat-bekerja-sama. diakses pada 21 Maret 2014 7
produksi kelapa sawit, karena proses produksi tanaman kelapa sawit hanya dapat
menggunakan tenaga manusia.8
1.2. Rumusan Masalah
Setelah terbentuknya MoU 2006 dan 2008 apa yang melatarbelakangi
terbentuknya MoU 2010 antara Indonesia dan Malaysia tentang kampanye negatif?
1.3.Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan yang ingin dicapai penulis
adalah memberikan penjelasan tentang bentuk kerjasama bilateral Indonesia dan
Malaysia dalam mengatur perdagangan, investasi, tenaga kerja, dan menghadapi isu
lingkungan di sektor komoditi kelapa sawit pada tahun 2006-2010.
1.4. Kerangka pemikiran
1.4.1. Level of Analysis
Dalam melihat peran pengambil kebijakan dapat dianalisa melalui dua level,
yakni level individu dan kelompok. Artikel dari Neack (2008) dan Breunning (2007)
sama-sama menjelaskan mengenai dua level analisis ini. Di mana Breunning lebih
gamblang menjelaskan mengenai masing-masing level, sedangkan Neack lebih
spesifik untuk menjelaskan metode menganalisa kedua level serta contoh kasus
nyata. Penulis sendiri beropini bahwa kedua level ini menarik jika digunakan di
dalam sebuh penelitian. Namun untuk menganalisa keduanya perlu data-data yang
8
lebih kuat karena berhubungan mengenai kepribadian seseorang dan sistem dalam
kelompok.9
Level analisis sangat berguna untuk dijadikan metodologi penelitian, karena
level analisis membantu peneliti dalam memahami fenomena yang ada dan
memberikan analisis secara sistematis dan lebih efisien. Penulis beranggapan bahwa
level analisis sangat membantu dalam memahami suatu fenomena dan sifat kebijakan
luar negeri suatu negara, namun perlu diperhatikan bahwa penggunaan level analisis
harus menyesuaikan dengan tujuan dan permasalahan penelitian, sehingga level
analisis dapat memberikan pemahaman yang sesuai.
Dalam penelitian ini memakai Level of Analysis kelompok. Dalam analisa
level kelompok ini, menganalisa mengenai keterlibatan kelompok yang menyokong
pemimpin sebagai pengambil keputusan. Asumsi dasar dari LoA kelompok ini
adalah dalam pengambilan suatu keputusan, seringkali seorang pemimpin
dipengaruhi oleh pihak-pihak yang menjadi penyokong di dalamnya. Hermann dalam
artikel Neack (2008) menyebutkan bahwa pengaruh-pengaruh dalam pengambilan
kebijakan luar negeri disalurkan melalui struktur politik pemerintahan.10
1.4.2. Landasan Teori
1.4.2.1.Kerjasama Ekonomi Bilateral
Latar belakang ekonomi bilateral melalui kerjasama yang dilakukan dengan
adanya kesepakatan yang dicapai dan selanjutnya diwujudkan dalam berbagai
kegiatan operasional yang melibatkan pihak pemerintah dan terutama dunia usaha
9
Neack, Laura (2008). The New Foreign Policy: Power Seeking in a Globalized Era. Plymouth: Rowman & Littlefield Publishers.
dari negara-negara yang terlibat dalam kerjasama.11 Walaupun demikian, dalam
kerjasama bilateral masih ditemui berbagai kendala dan permasalahan yang dihadapi
dalam mewujudkan suatu pola kerjasama yang saling menguntungkan (mutual
benefit) diantara pihak-pihak yang bekerjasama. Dalam rangka itu, diperlukan suatu
upaya penilaian dan evaluasi yang seksama terhadap kinerja yang dimiliki
masing-masing pihak yang terlibat, serta secara optimal mengupayakan perbaikan dan
penyempurnaan yang dibutuhkan untuk lebih meningkatkan daya saing dan daya
guna kerjasama yang dilakukan bersama.12
Hubungan ekonomi setidaknya mencakup tiga hubungan, antara lain:
1. Pertukaran hasil atau output negara satu dengan negara lainya, output bisa berupa
barang atau jasa
2. Pertukaran atau aliran sarana produksi (faktor produksi) seperti tenaga kerja,
modal, teknologi dan tidak berlaku pada bantuan kewiraswastaan lainya. Modal
disini juga termasuk penanaman modal asing maupun bantuan luar negeri.
3. Hubungan utang-piutang (kredit) sebagai konsekuensi dari hubungan
perdagangan. Pada asasnya hubungan kredit termasuk semua batuan luar negeri
berupa pinjaman lunak. Namun kredit ini tidak berlaku pada bantuan yang
berbentuk hibah.13
Tujuan Kerjasama Ekonomi Bilateral
a. Mencukupi kebutuhan dalam negeri
b. Meningkatkan produktivitas dalam negeri
11
Dikti. Pengembangan Kerjasama Ekonomi Regional. 1997 [online] dalam
http://ebookbrowsee.net/perkembangan-hubungan-perdagangan-bilateral-pdf-d77789509. diakses pada 29 April 2014
12 Ibid 13
c. Memperluas lapangan kerja
d. Meningkatkan Pendapatan Negara melalui Ekspor
e. Memperkuat rasa persahabatan antar Negara
f. Membantu pertumbuhan ekonomi antar negara
g. Menyeimbangkan Neraca Pembayaran
h. Melindungi Industri Dalam Negeri.
Faktor – Faktor Penyebab Timbulnya Kerjasama Antar Negara
a. Persamaan kekayaan Sumber Daya Alam
b. Perbedaan Faktor Produksi
c. Perbedaan Jumlah Penduduk
d. Perbedaan Kondisi Geografis
e. Persamaan Nasib dan Letak Geografis.
Dampak Kerjasama Antar Negara.
-Dampak Positif
a. Peningkatan Devisa Negara (pendapatan negara)
b. Peningkatan produktivitas bagi suatu negara
c. Peningkatan keuangan dan modal untuk melaksanakan pembangunan
d. Peningkatan arus penanaman modal asing ke Indonesia.
-Dampak Negatif
a. Masuknya tenaga asing
c. Kadang terjadi kesalahan dalam pembuatan kebijakan ekonomi.14
Jadi kerjasama ekonomi bilateral adalah sebuah proses dalam pencapaian
kepentingan bersama yang saling menguntungkan antar dua negara didalam sektor
ekonomi baik dalam perdagangan, investasi, pertukaran tenaga kerja, dan lain-lain
yang bertujuan untuk mencapai kemapanan ekonomi kedua negara dengan dasar
perjanjian-perjanjian yang telah dibuat bersama sebelumnya.
1.4.2.2. Teori Permintaan
Permintaan adalah keinginan yang disertai dengan kesediaan serta
kemampuan untuk membeli barang yang bersangkutan. Permintaan terhadap suatu
barang dibedakan menjadi dua yaitu permintaan potensial dan permintaan efektif.
Permintaan yang didasarkan oleh keinginan saja disebut permintaan potensial,
sedangkan permintaan yang didukung oleh daya beli disebut permintaan efektif.15
Permintaan dapat didefinisikan sebagai jumlah barang dan jasa yang diminta
oleh konsumen dari suatu perusahaan pada berbagai tingkat harga menurut Sadorno
Sukirno.16 Menurut Vincent Gaspersz permintaan konsumen terhadap suatu barang
dan jasa yang dihasilkan perusahaan merupakan faktor utama yangg menentukan
penerimaan penjualan perusahaan tersebut, dan oleh karena itu permintaan menjadi
perhatian utama setiap perusahaan. Pada tingkat harga yang konstan, semakin tinggi
permintaan konsumen maka penerimaan penjualan perusahaan juga semakin
14
Pengertian Kerjasama Antar Negara. [online] dalam
http://id.shvoong.com/social-sciences/economics/2336078-pengertian-kerjasama-ekonomi-antar-negara/#ixzz2x90DBVzw. Diakses pada 27 Maret 2014
15
Suherman Rosyidi. 2004. Pengantar teori ekonomi. Jakarta PT. Raja Grafindo Persada. Hal 64. 16
meningkat, demikian sebaliknya jika permintaan konsumen menurun maka
penerimaan penjualan perusahaan akan menurun.17 Perusahaan berani mengeluarkan
sejumlah biaya untuk mengefektifkan permintaan konsumen, manakala kemungkinan
penerimaan penjualan yang diperoleh menghasilkan laba.
Hendry Faisal Noor mengatakan ada beberapa faktor-faktor penentu
permintaan di antaranya18 adalah pertama pendapatan konsumen merupakan faktor
penentu permintaan konsumen tersebut terhadap suatu barang dan jasa, kedua
penawaran produksi barang dan jasa baru sebagai akibat dari inovasi yang dilakukan
sehingga menciptakan penawaran, ketiga harga barang itu sendiri, keempat corak
distribusi pendapatan dalam masyarakat, kelima selera konsumen, keenam jumlah
penduduk, dan yang terakhir ekspetasi mengenai keadaan di masa datang.
1.4.2.3. Teori Interdependensi
Interdependensi dalam politik internasional dipengaruhi oleh situasi oleh efek
resiprokal (timbal balik) antara berbagai negara atau antara aktor-aktor di berbagai
negara. Efek ini biasanya didapatkan sebagai hasil dari transaksi internasional –
aliran uang, barang, orang dan pesan komunikasi yang melintasi batas-batas wilayah.
Beberapa transaksi telah meningkat drastis sejak PD II : beberapa dekade belakangan
ini memperlihatkan suatu kecendrungan akan berbagai bentuk keterkaitan antar
manusia yang melintasi batas-batas negara akan semakin meningkat setiap sepuluh
17
Ibid 26 18
tahun. Keterkaitan ini tidaklah sama dengan interdependensi, efek transaksi dari
interdependensi akan tergantung kepada hambatan dan biaya.19
Interdependensi menurut Soeprapto adalah, menciptakan dunia
hubungan internasional yang jauh lebih kooperatif dan menguntungkan bagi pihak –
pihak yang berinteraksi di dalamnya. Saling ketergantungan menyebabkan adanya
interaksi antar Negara.20 Menurut Mohtar Mas’oed, interdepedensi adalah sebagai
kontak atau pertukaran (exchange) diantara bangsa – bangsa, interdepedensi timbul
akibat tindakan suatu pemerintah dan sebagian oleh pemerintah lain. Pengertian
interdepedensi ini bersifat positif, karena bisa membuka suatu ikatan kerjasama yang
saling menguntungkan.21 Secara umum Interdependensi adalah ketergantungan
antara pihak satu dengan pihak yang lain, dalam penelitian ini dikhususkan antar
negara yang saling membutuhkan akan kebutuhan yang tidak dimiliki oleh satu
negara sehingga membutuhkan negara lain yang bertujuan untuk memenuhi
kebutuhan negara dan begitu sebaliknya.
Fakta bahwa sektor-sektor ekonomi Malaysia ditopang oleh 2,3 juta tenaga
kerja asing yang lebih dari lima puluh persen berasal dari Indonesia, mengharuskan
kedua negara terus mengawal interdependensi dan jejaring agar pertumbuhan
ekonomi yang dirasakan beberapa tahun belakangan ini dapat terus terjaga. Hal ini
diungkapkan oleh Atase Tenaga Kerja KBRI Kuala Lumpur pada acara sosialisasi
mengenai peraturan terkait penempatan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) ke Luar
Negeri kepada lebih kurang enam puluh perwakilan perusahaan yang berasal dari
19
Robert Keohane and Joseph Nye. Power and Interdependence 3rd Edition. 2001. Chapter I.
Interdependence in World Politics New York. Longman Publishing. Hal 7. 20
Drs. RSoeprapto, Hubungan Internasional, Sistem Interaksi dan Prilaku.2004. 21
Johor, Melaka dan Pahang pada 20 Februari 2014 di Johor Bahru. Diungkapkan pula
bahwa Indonesia dan Malaysia masing-masing memiliki regulasi pada tingkat
nasional dan untuk mengatasi berbagai perbedaan maka telah dijembatani oleh
beberapa Memorandum of Understanding.22
Berbagai peraturan yang ada itupun dimaksudkan untuk memberikan
perlindungan dan perlakuan sebanding kepada para tenaga kerja termasuk kepada
perusahaan yang mempekerjakannya. Konsul Jenderal RI Johor Bahru Taufiqur Rijal
dalam kesempatan ini menyatakan bahwa manajemen perusahaan merupakan mitra
kerja perwakilan dalam melakukan pembinaan terhadap masyarakat Indonesia yang
berada di negara akreditasi. Karena itu, diharapkan kerja sama yang sudah terjalin
dapat terus ditingkatkan di masa mendatang.23
1.4.2.4. Kampanye Negatif
Kerjasama antara Indonesia dan Malaysia tidak selamanya berjalan dengan
baik, isu-isu negatif tentang kelapa sawit pun bermunculan terutama dari pihak LSM
pecinta lingkungan yang melakukan kampanye negatif. Kampanye negatif bisa
diartikan sebagai kampanye kotor menjatuhkan lawan dengan menggunakan isu
negatif tidak berdasar. Dahulu “kampanye hitam ini” juga dikenal sebagai
whispering campaign melalui mulut ke mulut, selanjutnya dapat lebih canggih
dengan menggunakan media elektronik. Secara umum negative campaign memiliki
ciri yang sangat pokok yaitu lebih banyak bual daripada fakta. Memang mungkin
22Interdependensi Dukung Kesinambungan Pertumbuhan Ekonomi. [online] dalam
http://www.kemlu.go.id/johorbahru/Pages/Embassies.aspx?IDP=63&l=id diakses pada 27 Maret 2014.
saja terdapat satu atau dua fakta tetapi akan diolah sedemikian rupa untuk
dilontarkan untuk mempengaruhi opini publik kearah yang negatif. Black campaign
bisa merupakan serangan terbuka. Metode ini sangat mudah dikenali berniat
menjatuhkan lawan. Berisi sisi negatif lawan dan selalu dilebih-lebihkan dengan
fakta yang tidak jelas kebenarannya.24
Model lain adalah dengan melakukan bunuh diri. Biasanya “sang penyerang”
melakukan hal ini juga dengan tertutup. Hebatnya ini adalah model negative
campaign yang sistematis. Kelompok lawan akan berupaya menyusupkan
“orangnya” masuk ke kubu lawan. Bila si penyusup sudah masuk maka dia akan
berupaya membuat sesuatu yang merugikan kelompok yang disusupi. Seringkali
pernyataan yang keluar justru kontraproduktif, misalnya membuat pernyataan yang
membuat pemilih marah, benci dan kehilangan simpati. Hal ini tentu akan merugikan
kelompok yang disusupi dengan merusak citra.25
Kampanye negatif dari penelitian ini adalah isu negatif yang di sebarkan oleh
pihak LSM pecinta lingkungan, industri kelapa sawit dianggap sebagai kontributor
utama kerusakan hutan/deforestasi, rusaknya keanekaragaman hayati dan habitat
satwa langka, meningkatnya CO2 akibat dari pembukaan lahan dengan cara
membakar, dan lingkungan yang rusak akibat pemanfaatan lahan gambut yang tidak
terkendali. Dari isu lingkungan yang disebarkan oleh pihak LSM ini bisa saja
ditunggangi oleh kepentingan yang mungkin merasa dirugikan dan ingin mengambil
market share dari Indonesia dan Malaysia.
24
NN. 2014. [online] dalam www.leadership-park.com/new/more-about-u/black-campaign.html. diakses pada 30 Juni 2014.
1.4.3. Kerangka Pemikiran
Gambar 1.1 : Kerangka Pemikiran
Sintesa pemikiran dalam penelitian ini yaitu permintaan komoditi kelapa
sawit yang terus meningkat menghasilkan kerjasama bilateral antara Indonesia dan
Malaysia. Setelah diadakan kerjasama bilateral maka terbentuk MoU yang juga
menyebabkan adanya interdependensi kedua negara tersebut. Setelah itu dari MoU
tersebut muncul kampanye negatif dari para LSM pecinta lingkungan
1.5.Hipotesis
Indonesia dan Malaysia sama-sama merupakan negara penghasil kelapa sawit
yang saling membutuhkan dalam sektor kelapa sawit yang diwujudkan dalam
permintaan. Untuk mempertahankan posisi kedua negara tersebut sebagai negara
eksportir terkuat di dunia dan untuk menghadapi isu-isu kampanye negatif yang
berkembang terkait dengan industri minyak sawit, maka Indonesia dan Malaysia
menjalin kerjasama ekonomi bilateral dalam berbagai bentuk melalui perdagangan,
investasi, dan transfer tenaga kerja yang diwujudkan dalam Memorandum of
Understanding (MoU) pada tahun 2006, 2008, 2010. Dimana keduanya merupakan
negara yang saling ketergantungan (Interdependensi) baik dalam pemenuhan barang
dan jasa.
Kampanye Negatif LSM tentang kelapa
sawit MoU 2006 &
MoU 2008 Permintaan Komoditi
Kelapa Sawit
1.6. Metodologi Penelitian
1.6.1. Konseptual dan Operasionalisasi
1.6.1.1. Permintaan
Definisi konseptual permintaan menurut Ace adalah, dalam kehidupan
sehari-hari manusia di dunia ini memerlukan barang-barang dan jasa karena pada
hakekatnya barang dan jasa tersebut memberi kepuasan, manfaat dan guna.26
Sedangkan permintaan menurut Henry adalah, Permintaan akan barang dan jasa
diartikan jumlah barang dan jasa yang ingin didapatkan (secara ekonomis akan
dibeli) oleh konsumen.27 Selain itu faktor yang mempengaruhi tingkat permintaan
menurut Rosyidi ada 5 yaitu perilaku konsumen(selera konsumen), ketersediaan dan
harga barang sejenis pengganti dan pelengkap, pendapatan atau penghasilan
konsumen, perkiraan harga dimasa depan, lalu banyaknya/ intensitas kebutuhan
konsumen. Jadi secara umum definisi konseptual permintaan adalah kebutuhan
konsumen akan suatu barang atau jasa tertentu yang ingin didapatkan dan
disesuaikan dengan daya beli konsumen itu sendiri.
Definisi operasional permintaan dalam penelitian ini yang dimaksud adalah
kebutuhan negara negara yang membutuhkan barang dan jasa yang dimiliki oleh
negara Indonesia demi memenuhi kebutuhan nasional negaranya khususnya di
sub-sektor kelapa sawit, contohnya India yang merupakan pengimpor terbesar CPO dari
Indonesia dengan daya beli yang besar mampu melakukan permintaan dengan
jumlah yang besar, begitu juga dengan Malaysia selain membutuhkan impor kelapa
sawit dari Indonesia. Malaysia membutuhkan jasa TKI dari Indonesia untuk menjadi
26
Ace Paradiredja. Pengantar Ekonomika, (Yogyakarta : BPFE, 2002), hlm. 161. 27
pekerja disana guna memenuhi kebutuhan nasional negaranya antara lain di sektor
perkebunan, PRT, sampai tenaga ahli.
1.6.1.2. Kerjasama Ekonomi Bilateral
Bentuk kerja sama dengan negara lain dapat berupa kerja sama di bidang
politik, ekonomi, sosial, pendidikan, pertahanan, keamanan, dan sebagainya.
Tujuannya pun berbeda-beda bagi setiap negara, salah satu diantaranya adalah untuk
meningkatkan kegiatan ekonomi dan pembangunan ekonomi negara tersebut.28
Secara umum definisi kerjasama ekonomi bilateral adalah sebuah kerja sama
ekonomi antar 2 negara yang diharapkan bisa meningkatkan kesejahteraan negara
yang terlibat dalam perjanjian perdagangan, yaitu dengan mengandalkan komoditas
yang memiliki keunggulan komparatif maupun keunggulan kompetitif.
Definisi operasional kerjasama ekonomi bilateral dalam penelitian ini yang
dimaksud adalah bentuk kerjasama antara Indonesia – Malaysia di bidang ekonomi
khususnya kelapa sawit. Keduanya sangat unggul di dunia dalam sektor komoditi
kelapa sawit, meskipun Malaysia memiliki kuota CPO yang besar Malaysia tetap
mengimpor dari Indonesia yang akan diolah kembali untuk dijadikan produk jadi
yang ekonomis yang bisa dijual kembali, selain itu Malaysia juga membutuhkan
tenaga kerja dari Indonesia untuk bekerja disektor perkebunan, perindustrian, dan
lain-lain karena kurangnya SDM di Malaysia. Keduanya saling membutuhkan
dengan melakukan kerjasama bilateral di bidang ekonomi demi memenuhi kebutuhan
masing-masing negara.
28
1.6.1.3. Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM)
Definisi konseptual LSM yaitu organisasi di luar pemerintah yang bertujuan
untuk menyeimbangkan kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah.29
Kemerdekaan berserikat dan berkumpul mengeluarkan pikiran dengan lisan, tulisan
dan sebagainya ditetapkan dengan undang-undang. Setiap orang berhak untuk
memajukan dirinya dalam memperjuangkan haknya secara kolektif untuk
membangun masyarakat, bangsa, dan negaranya.30 Setiap orang berhak atas
kebebasan berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan pendapat.31 LSM menjadi
media aspirasi bagi masyarakat untuk dapat bersuara dan menetukan kebijakan
pemerintah. Dengan adanya LSM banyak isu-isu yang seingkali luput dari perhatian
pemerintah dapat menjadi terangkat kembali. Seperti isu lingkungan, kesadaran akan
penyakit, energi, dan lain-lain.
Tujuan dibentuknya LSM sendiri tidak dapat dilihat dari satu sisi saja. LSM
bekerja di dalam banyak sektor baik di lingkup nasional maupun internasional.
Betsill dan Corell melihat bahwa LSM dapat berdiri dengan beberapa tujuan. Tujuan
tersebut antara lain; pertama meningkatkan kesadaran publik terhadap isu-isu di
sekitar, kedua melobi para pembuat keputusan, mampu untuk mempengaruhi
kebijakandomestik maupun luar negeri, ketiga mampu untuk berpartisipasi di dalam
29
DR.Ir. Suhatmansyah IS, Msi. 2009. Pembinaan Organisasi Mitra Pemerintah. Direktorat Jendral Kesatuan Bangsa dan Politik: Departemen Dalam Negeri.
30
Undang-Undang Nasional Republik Indonesia Pasal 28 C Ayat 2 Tahun 1945 tentang kebebasan berserikat dan berkumpul, 1945. Jakarta : DPR RI.
31
dan beberapa tujuan lain. Tujuan-tujuan ini kemudian diselaraskan dengan isu-isu
spesifik yang menjadi konsentrasi dari dibentuknya sebuah LSM.32
Definisi operasional dari LSM di penelitian ini adalah LSM pecinta
lingkungan yang berusaha mengkampanyekan tentang isu negatif kelapa sawit yang
ada di Indonesia dan Malaysia, beberapa LSM seperti Greenpeace, WWF, dan
Friends of the Earth adalah LSM yang bersuara terkait kampanye negatif ini. Pihak
LSM menganggap bahwa industri kelapa sawit dianggap sebagai kontributor utama
kerusakan hutan/deforestasi, rusaknya keanekaragaman hayati dan habitat satwa
langka, meningkatnya CO2 akibat dari pembukaan lahan dengan cara membakar, dan
lingkungan yang rusak akibat pemanfaatan lahan gambut yang tidak terkendali. Dari
isu lingkungan yang disebarkan oleh pihak LSM ini bisa saja ditunggangi oleh
kepentingan yang mungkin merasa dirugikan dan ingin mengambil market share dari
Indonesia dan Malaysia.
1.6.2. Tipe Penelitian
Metode penelitian pada dasarnya merupakan suatu cara ilmiah untuk
mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Cara ilmiah berarti
merupakan kegiatan penelitian yang didasarkan pada ciri-ciri keilmuan yaitu
rasional, empiris, dan juga sistematis. Kemudian, data yang diperoleh melalui
penelitian itu adalah data empiris (teramati) yang mempunyai kriteria tertentu yaitu
32Elisabeth, Corell dan Michele M. Betsill. 2001. “
LSM Influence in International Environmental
Negotiations: A Framework for Analysis” dalam Global Environmental Politics 1:4, November 2001.
valid, reliable dan juga obyektif.33 Menurut Prof. Dr. Sugiyono, bermacam-macam
metode penelitian yang dilihat dari landasan filsafat, data dan analisisnya yang dapat
dikelompokkan menjadi tiga, yaitu tipe metode penelitian Kuantitatif, metode
penelitian Kualitatif dan juga metode penelitian Kombinasi (mixed methods).34
Penelitian menggunakan metode penelitian kuantitatif, yaitu dapat diartikan
sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan
untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu. Teknik pengambilan sampel pada
umumnya dilakukan secara random, pengumpulan data menggunakan instrumen
penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik dengan tujuan untuk menguji
hipotesis yang telah ditetapkan.35
Metode kuantitatif sering juga disebut metode tradisional, positivistik,
ilmiah/scientific dan metode discovery. Metode kuantitatif dinamakan metode
tradisional, karena metode ini sudah cukup lama digunakan sehingga sudah
mentradisi sebagai metode untuk penelitian. Metode ini disebut sebagai metode
positivistik karena berlandaskan pada filsafat positivisme. Metode ini disebut sebagai
metode ilmiah (scientific) karena metode ini telah memenuhi kaidah-kaidah ilmiah
yaitu konkrit, empiris, obyektif, terukur, rasional dan sistematis. Metode ini juga
disebut metode discovery karena dengan metode ini dapat ditemukan dan
dikembangkan berbagai iptek baru.36
33
Prof. Dr. Sugiyono. 2010. “Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods)”. Bandung : Alfabeta CV. Hal :3.
34
Ibid. Hal: 9-10. 35
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Berdasarkan tujuan penelitian, maka penelitian ini di identifikasi sebagai tipe
penelitian deskriptif tentang kerjasama ekonomi bilatteral antara Indonesia dan
Malaysia yang diwujudkan dengan MoU.
1.6.3 Jangkauan Penelitian
Masalah dalam penelitian kualitatif bertumpu pada suatu fokus. Fokus
penelitian merupakan suatu ruang lingkup permulaan yang dijadikan sebagai wilayah
pelaksanaan penelitian sehingga peneliti memperoleh gambaran yang jelas dan
menyeluruh tentang situasi yang diteliti. Penetapan fokus penelitian sebagai pusat
perhatian dimaksudkan sebagai batas yang berguna untuk mencegah terjadinya
pembiasan dalam mempersepsikan dan membahas masalah yang diteliti.
Berdasarkan hal tersebut, maka peneliti memberi batasan fokus penelitian.
Yang pertama, fokus pada materi mengenai kerjasama Indonesia dengan Malaysia
terutama fokus pada sub sektor industri kelapa sawit karena sektor ini memberikan
porsi besar bagi keberlangsungan pertumbuhan industri dan perekonomian Indonesia
dan Malaysia serta membuka lapangan pekerjaan yang luas bagi penyerapan tenaga
kerja. Yang kedua adalah fokus tahun digunakan untuk lebih memudahkan dalam
menjawab konteks kerjasama bilateral, yaitu kurun waktu 2006-2010. Rentang waktu
tersebut dipilih karena penulis ingin melihat bagaimana kerjasama kedua negara
terjalin ketika ada MoU pada tahun 2006-2010.
Penulis mengambil tahun 2006 – 2010 karena selain jangkauan penelitian
awal penulis dimulai tahun 2006, di tahun 2006 juga terjadi kerjasama bilateral
antara Indonesia dan Malaysia dengan mewujudkan MoU tentang pengembangan
membuat kembali MoU tentang kelapa sawit yang berisi investasi dan
ketenagakerjaan. Selanjutnya pada tahun 2010 kedua negara kembali menyepakati
MoU tentang kampanye negative dari LSM pecinta lingkungan dikarenakan kedua
negara sepakat memperluas area/lahan kelapa sawit demi terwujudnya Indonesia dan
Malaysia sebagai negara penghasil dan pengekspor kelapa sawit terbesar di dunia
untuk memajukan ekonomi masing-masing negara.
1.6.4 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan suatu langkah yang paling utama dalam
penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Teknik
pengumpulan data yang yang digunakan penulis adalah studi literatur (studi pustaka)
dengan analisis data sekunder. Data sekunder adalah data yang diperoleh atau
dikumpulkan oleh orang yang melakukan penelitian dari sumber-sumber yang sudah
ada. Data tersebut diambil dari sumber-sumber sekunder seperti buku, dokumen, dan
jurnal serta dilengkapi dengan informasi yang didapat dari internet, majalah, ataupun
surat kabar.37 Teknik pengumpulan data dapat diawali dengan mengumpulkan data
yang sesuai sebanyak mungkin, kemudian penulis akan menyeleksi dan
mengelompokkan data-data yang telah dikumpulkan kedalam beberapa bab
pemabahasan yang disesuaikan dengan sistematika penulisan untuk selanjutnya
dianalisis.
37
1.6.5 Teknik Analisis Data
Menurut Bogdan dan Bilken dalam moleong, analisis data kualitatif adalah
upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, meLSMrganisasikan data,
memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensitesiskannya, mencari
dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan
memutuskan apa yang dapat diceritakan pada orang lain.38
1.6.6 Sistematika Penulisan
Sistem penulisan dalam laporan skripsi ini akan dibagi menjadi 4 bab, yaitu
sebagai berikut:
Bab 1 merupakan bab pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah,
rumusan masalah atau pertanyakan masalah, tujuan dari penelitian, kerangka
pemikiran atau landasan pemikiran yang digunakan dalam penelitian ini yang juga
terkait dengan peringkat analisis dan juga landasan teoritik, dan dilengkapi dengan
hipotesa serta metodologi penelitian.
Bab 2 MoU Indonesia-Malaysia tahun 2006 dan 2008 sebagai latar belakang terbentuknya MoU Indonesia-Malaysia tahun 2010
Bab 3 Kampanye negatif dari LSM sebagai faktor terbentuknya MoU 2010 antara Indonesia dan Malaysia
Bab 4 merupakan kesimpulan.
38
TAHUN 2010
Produk kelapa sawit Indonesia dan Malaysia sudah tidak diragukan lagi
kualitasnya sehingga dipercaya oleh beberapa negara besar untuk memenuhi
kebutuhan minyak sawit nasionalnya. Indonesia dan Malaysia merupakan
penghasil minyak sawit terbesar di dunia, Indonesia di urutan pertama dan
Malaysia di urutan kedua, dapat dibuktikan dari kuota ekspor kedua negara. Total
kebutuhan minyak sawit dunia, 80 persen dipasok dari Indonesia dan Malaysia
sehingga jenis komoditi kelapa sawit ini sudah pasti sangat menguntungkan dan
sangat potensial kedepanya apalagi didukung oleh sumber daya alam yang
memadai, tetapi bukan berarti tidak ada hambatan atas kesuksesan kedua negara
tersebut dalam mengolah tanaman kelapa sawit dan menjadikan sebagai devisa
negara yang besar.39
2.1. PERMINTAAN KELAPA SAWIT
Produk ekspor dari komoditas kelapa sawit antara lain: minyak kelapa
sawit (CPO), dan minyak inti sawit (KPO). Indonesia mengekspor kelapa sawit ke
berbagai negara tujuan, seperti: Uni Eropa, India, China, Pakistan, Malaysia, dan
lain-lain.
39
Tabel 2.1: Ekspor CPO Indonesia ke Beberapa Negara Tujuan (2007-2009)
Grafik 2.1: Ekspor CPO Indonesia ke Beberapa Negara Tujuan (2010)
Sumber: Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Kementrian Pertanian
Tabel diatas menunjukan bahwa ekspor CPO Indonesia menunjukan
bahwa tiga pasar ekspor CPO utama pada tahun 2007 sampai 2009 adalah Uni
Eropa, India, dan Cina, sementara Malaysia berada di urutan kelima.
Kemudian pada tahun 2010 pada tabel selanjutnya menunjukan bahwa
pasar ekspor utama tidak lagi Uni Eropa melainkan India dengan nilai ekspor
sebesar US$ 3,63 milyar (47,44%), diikuti ekspor ke Malaysia yaitu sebesar US$
1,06 milyar (13,85%), Belanda sebesar US$ 800 juta (10,47%), Italia sebesar US$
474 juta (6,20%), Singapura sebesar US$ 460 juta (6,02%), Jerman sebesar US$
240 juta (3,14%), dan Spanyol sebesar US$ 230 juta (3,01%).40 Dari data diatas
dapat terlihat bahwa meskipun Malaysia merupakan negara produsen kelapa sawit
tetapi pada kenyataaanya Malaysia masih mengimpor CPO dari Indonesia.
Selain mengekspor CPO, Indonesia juga mengekspor minyak inti sawit
mentah kebeberapa negara tujuan, antara lain: Malaysia, Cina, Belanda, India, dan
negara lainya seperti grafik dibawah ini.
40
Pusat data dan Sistem Informasi Pertanian Kementrian Pertanian.2011. Analisis Kinerja
Perdagangan Komoditas Pertanian Vol 3 No.2 Tahun 2011. [online] dalam
Grafik 2.2: Ekspor Minyak Inti Sawit Indonesia ke Beberapa Negara Tujuan (2010)
Sumber: Pusat Data dan Sistem Informasi PertanianKementrian Pertanian
Pada tabel diatas menunjukan bahwa negara tujuan ekspor utama minyak
inti sawit mentah pada tahun 2010 sebesar 37,78% diekspor ke malaysia dengan
nilai ekspor sebesar US$ 553 juta, kemudian ke Cina sebesar 20,22%, Belanda
sebesar 20,11%, India sebesar 14,55%, dan negara lainya sebesar 7,34%.41 Dari
data ini juga menunjukan bahwa selain Malaysia masih mengimpor CPO ternyata
juga masih mengimpor minyak inti sawit mentah dari Indonesia. Malaysia
mengimpor bahan baku tersebut untuk kemudian diolah lagi menjadi produk
turunan yang nanti memiliki nilai ekonomis yang lebih tinggi.
41 Ibid
EKSPOR INTI SAWIT
Malaysia
China
Belanda
India
Tabel 2.4: Volume, Presentase, dan Pertumbuhan Produksi Minyak Sawit
mencapai 39,42 juta ton pada tahun 2006, dimana sebanyak 84,29 persen dipasok
dari dua negara penghasil minyak sawit yaitu Indonesia dan Malaysia dengan
produksi masing – masing 17, 35 ton (44,01%) dan 15,88 juta ton (40,28%). Pada
tahun yang sama pertumbuhan produksi minyak sawit dunia mengalami
pertumbuhan tertinggi yaitu mencapai 14,83 persen.
Pada tahun 2007, pertumbuhan produksi minyak sawit dunia mengalami
penurunan karena hanya mencapai nilai pertumbuhan sebesar 0,86%. Total
produksi minyak sawit dunia mencapai 39,76 ton, dimana sebanyak 84,22%
dipasok dari Indonesia dan Malaysia dengan rincian Indonesia memproduksi
17,66 juta ton (44,43%) dan Malaysia memproduksi 15,82 juta ton (39,79%).
(81,58% dari total Indonesia dan Malaysia). Dengan rincian Indonesia
memproduksi 17,53 juta ton (40,56%) dan Malaysia memproduksi 17,73 juta ton
(41,02%). Malaysia mengalami peningkatan jumlah produksi dari 15,85 juta ton
pada tahun sebelumnya menjadi 17,73 juta ton pada tahun 2008. Sedangkan
Indonesia justru mengalami penurunan jumlah produksi.
Pada tahun 2009, total produksi minyak sawit di dunia mencapai 45,08
juta ton (81,82% dari total Indonesia dan Malaysia). Indonesia mengalami numlah
peningkatan jumlah produksi yaitu menjadi 19,32 juta ton (42,86%), sedangkan
Malaysia mengalami penurunan jumlah produksi yaitu menjadi 17,56 juta ton
(38,96%). Kemudian pada tahun 2010, total produksi minyak sawit di dunia
mencapai 44,35 juta ton (82,86% dari total Indonesia dan Malaysia). Indonesia
mengalami peningkatan jumlah produksi lagi pada tahun ini yaitu mencapai 19,76
juta ton (44,55%), sedangkan Malaysia mengalami penurunan lagi menjadi 16,99
juta ton (38,31%).
Tingkat pertumbuhan produksi minyak sawit di Indonesia selama tahun
2066-2010 mengalami masa terendah pada tahun 2008 yaitu sebesar -0,70 persen
padahal pertumbuhan produksi tahun sebelumnya mencapai 1,80 persen.
Sementara itu Malaysia justru mengalami masa tertinggi dalam periode yang sama
mencapai 12,07 persen. Namun pada tahun berikutnya 2009, pertumbuhan minyak
sawit Malaysia mengalami penurunan tajam menjadi -0,95 persen, sementara
Indonesia dan Malaysia akan terus menjadi pemain utama dalam ekspor
minyak kelapa sawit mengingat belum adanya perkembangan yang signifikan dari
negara-negara penghasil minyak sawit lainnya.
2.2. FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP
PENAWARAN DAN PRODUKSI MINYAK SAWIT DALAM MEMENUHI PERMINTAAN KONSUMSI DUNIA
Semakin meningkatnya permintaan global untuk lemak nabati tetap
menjadi faktor utama yang mendorong harga minyak sawit di pasar komoditas
internasional. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap penawaran dan produksi
minyak sawit dalam memenuhi permintaan konsumsi dunia, antara lain: (1) iklim,
(2) luas lahan yang tersedia, (3) ketersediaan tenaga kerja, (4) dukungan
pemerintah masing-masing negara.42 Faktor-faktor tersebut akan dijelaskan lebih
mendalam, sebagai berikut :
2.2.1. IKLIM
Tanaman kelapa sawit memerlukan kondisi lingkungan yang baik agar
mampu tumbuh dan berproduksi secara optimal. Terdapat tiga unsur iklim yang
penting untuk di perhatikan dalam budi daya tanaman kelapa sawit, yaitu curah
hujan, suhu, dan intensitas cahaya. Kelapa sawit merupakan tanaman yang
berproduksi sepanjang tahun sehingga membutuhkan suplai air yang relatif
sepanjang tahun pula. Suplai air tesebut berhubungan dengan jaminan
ketersediaan air dalam tanah sepanjang pertumbuhan tanaman yang didapat dari
42
curah hujan. Curah hujan yang ideal untuk tanaman kelapa sawit berkisar
2.000-3.500 mm/th yang merata sepanjang tahu dengan minimal 100 mm/bulan.43
Unsur kedua yaitu suhu rata-rata tahunan untuk pertumbuhan dan produksi
kelapa sawit antara 24-29 derajat celcius, dengan produksi terbaik antara 25-27
derajat celcius. Nilai geografis merupakan fungsi dari iklim. Jika ditinjau dari
iklim, semakin jauh letak suatu negara dari daerah tropis, maka akan semakin
rendah nilai geografisnya atau semakin tidak cocok untuk budi daya kelapa sawit.
Hal tersebut karena penyebaran geografis areal kelapa sawit terkonsentrasi pada
daerah tropis. Kelapa sawit akan tumbuh dengan baik pada dataran rendah di
daerah tropis yang beriklim basah, yaitu sepanjang garis khatulistiwa antara 23,5
derajat lintang utara sampai 23,5 derajat lintangg selatan.44
Unsur yang ketiga adalah intensitas cahaya matagari, dimana hal tersebut
menentukan laju fotosintesis pada daun kelapa yang nantinya berpengaruh
terhadap tingkat produksi yang dihasilkan. Kelapa sawit memerlukan lama waktu
penyinaran antara 5-12 jam/hari.45
Dari ketiga unsur yang harus diperhatikan dalam penanaman kelapa sawit
maka kesesuaian iklim bagi pertumbuhan kelapa sawit akan berpengaruh terhadap
kualitas dan kuantitas produksi kelapa sawit serta produk turunan/olahannya. Jika
dilihat dari indikator iklim yang tepat untuk produksi kelapa sawit, maka
Indonesia secara geografis sangat memenuhi kualifikasi tersebut karena indonesia
beriklim tropis, berada tepat di jantung khatulistiwa, hanya memiliki musim hujan
dan kemarau sehingga kebutuhan proses pengembangan kelapa sawit sangat
43
Ibid
44
Ibid
45
potensial. Dari indikator tersebut, secara iklim Indonesia sudah diuntungkan
sehingga menangkap peluang memenuhi target pemenuhan permintaan kelapa
sawit dunia yang trendnya naik dari tahun ke tahun. 46
Begitu juga dengan iklim di Malaysia tidak beda jauh dengan Indonesia
yang juga memiliki karakteristik yang sama, di Malaysia pun juga iklimnya
merupakan iklim tropis yang hanya memiliki musim hujan dan kemarau dan
intensitas keduanya pun seimbang sehingga dapat dikatakan cuaca di Malaysia
juga sangat cocok untuk industri kelapa sawit dan unsur-unsur seperti suhu, curah
hujan, dan intensitas cahaya juga kurang lebih sama dengan Indonesia dimana
ketiga unsur itupun juga sangat penting dalam penanaman kelapa sawit guna
terciptanya tumbuhan kelapa sawit yang unggul.
2.2.2 LUAS LAHAN YANG TERSEDIA
Lahan merupakan sumber daya alam yang penting dalam menunjang
kehidupan atau aktivitas manusia, karena di atas lahan inilah segala aktivitas
berlangsung dalam rangka pemenuhan kebutuhan dan keberlangsungan hidup
manusia. Dari segi fisik geografi, lahan adalah tempat dimana sebuah hunian
mempunyai kualitas fisik yang penting dalam penggunaanya. Sedangkan bila
ditinjau dari segi ekonomi, lahan adalah sumber daya alam yang mempunyai
peranan penting dalam produksi.47 Dalam pengembangan perkebunan kelapa
sawit, membutuhkan luas lahan dengan tingkat kesuburan tanah yang baik,
46
Ibid
47
Lichrield dan Drabkin. Konsep Guna Lahan. [online] dalam
sehingga dengan lahan yang subur akan mencukupi sebagian besar unsur hara
yang dibutuhkan oleh tanaman kelapa sawit.48
Dari pernyataan diatas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa lahan erat
kaitanya dengan produksi karena suatu luas lahan dapat menghasilkan kuantitas
kelapa sawit dengan jumlah tertentu. Sehingga dalam pemenuhan target produksi
dan ditambah dengan perhitungan masa tanam dan panen, maka ketersediaan
lahan bagi pengembangan dan produksi sawit sangat potensial dan vital. Untuk itu
indikator ini berusaha dipenuhi dengan berbagai cara, khususnya adalah perluasan
lahan–lahan baru.
Kebutuhan dunia akan minyak kelapa sawit dan produk turunannya,
membuat Indonesia dan Malaysia memanfaatkan peluang tersebut dengan
melakukan ekspansi pada perkebunan kelapa sawit kedua negara. Pemerintah
Malaysia telah mengumumkan akan membuka lahan yang akan digunakan untuk
pengolahan kelapa sawit. Hal ini akan menambah area lahan nasional kelapa sawit
Malaysia dari 4,67 juta Ha menjadi 5,4 juta Ha.49 Untuk lebih lanjut mengetahui
bagaimana kondisi lahan dan persebaran perkebunan kelapa sawit di Indonesia
dan Malaysia sebagai negara produsen terbesar didunia, bisa dilihat pada sub-bab
berikut ini.
48
Iyung Pahan. 2006. Kelapa Sawit: Manajemen Agribisnis dari Hulu Hingga Hilir. Diakses pada 10 April 2014
49
2.2.2.1. LAHAN KELAPA SAWIT DI INDONESIA
Perkebunan kelapa sawit di Indonesia dapat dibagi menjadi 3 berdasarkan dari
pengusahaanya atau pelaku perkebunan kelapa sawit, yaitu:
1. Perkebunan Besar Negara (PBN).
2. Perkebunan Besar Swasta (PBS)
3. Perkebunan Rakyat (PR)50
Perkebunan besar negara adalah bentuk usaha perkebunan yang
kepemilikan, pengusahaan, dan pengelolaanya dilakukan secara bersama melalui
Kantor Pemasaran Bersama (KPB), kemudian perkebunan besar swasta dilakukan
oleh masing-masing perusahaan, sedangkan perkebunan rakyat dilaksanakan oleh
rakyat secara perorangan atau berkelompok. Tingkat produktivitas kelapa sawit
juga tergantung dari kepemilikanya, dimana produktivitas perkebunan rakyat
masih rendah jika dubandingkan perkebunan besar negara dan perkebunan besar
swasta.51 Luas areal perkebunan sawit di Indonesia berdasarkan pengusahaanya
adalah sebagai berikut:
50
Dina Meria Sinaga dan Mulyo Hendarto. 2012. Analisis Kebijakan Pengelolaan Perkebunan
Kelapa Sawit di Provinsi Sumatra Utara. Diponegoro Journal of Economics Volume 1, Nomor 2,
tahun 2012 51
Tabel 2.5:Luas Areal Perkebunan Sawit Seluruh Indonesia Menurut
1980an, ketika PBS mulai sektor perkebunan dan pengolahan minyak kelapa
sawit dalam jumlah yang besar. Sebelumnya, perkebunan kelapa sawit didominasi
oleh PBN. Lahan kelapa sawit setiap tahunya selalu mengalami perluasan, dan
sejauh ini PBS memiliki lahan yang lebih luas dibandingkan dengan PR dan PBN.
Berdasarkan tabel diatas pada tahun 1980 hanya PBN dan PBS saja yang
banyak memiliki lahan perkebunan sawit, yaitu 68% (200 ribu Ha) untuk PBN
28,9% (84 ribu Ha) untuk PBS sementara untuk PR hanya memiliki sebagian
kecil saja yaitu 2% (6 ribu Ha).52 Tetapi pada tahun 2007 luas area lahan sawit
yang dimiliki oleh PR meningkat tajam hingga pada akhirnya mengungguli PBN
yaitu meningkat menjadi 40,7% (2,7 juta Ha); PBN 9% (607 ribu Ha); dan 50%
(3,4 juta Ha) milik PBS.53 Kemudian pada tahun 2008 terjadi peningkatan
kembali oleh PR yaitu sebesar 41,4% (2,9 juta Ha); PBN 8,7% (608 ribu Ha); dan
47,8% (3,5 juta Ha) dimiliki oleh PBS.55 Jika dilihat perkembangan lahan kelapa
sawit yang dimiliki PR, PBN dan PBS dari tahun ke tahun, maka bisa dikatakan
luas lahan perkebunan di Indonesia mengalami peningkatan.
2.2.2.2. LAHAN KELAPA SAWIT DI MALAYSIA
Kelapa sawit bagi Malaysia juga merupakan produk unggulan pertanian
dengan penggunaan lahan pertanian negara sebanyak 79%. Berbeda dengan
Indonesia yang memiliki potensi lahan yang cukup luas, Malaysia justru memiliki
keterbatasan lahan. Terbatasnya ketersediaan lahan untuk dikonversi menjadi
kebun kelapa sawit merupakan tantangan bagi pertumbuhan industri kelapa sawit
Malaysia. Meskipun demikian, keterbatasan lahan yang tersedia untuk perluasan
kelapa sawit tidak membuat Malaysia untuk menurunkan produksi minyak sawit.
Untuk memenuhi target ekspor dan keberlanjutan produk, maka industri kelapa
sawit Malaysia melakukan strategi penguasaan sumber daya lahan dengan
melakukan ekspansi investasi ke negara lain, yaitu Indonesia.56
Dari tahun ke tahun, luas lahan produksi di Malaysia mengalami
peningkatan dimana daerah yang paling luas penyebarannya adalah di
semenanjung malaysia. Industri kelapa sawit di Malaysia sebagian besar dipacu
oleh sektor swasta dan masih bertumpu pada industri hulu, yaitu produksi buah
tandan segar, yang diproses mulai dari ladang hingga pengolahan. Kemudian pada
tahun 2009, luas lahan kelapa sawit meningkat kembali menjadi 4,7 juta Ha.57
55
Ibid 56
Ibid 57
Dari luas lahan tersebut terdapat 416 perusahaan kilang, 34 pelumat, 51 kilang
penapis, 18 loji elokimia dan 25 loji biodiesel.58
Pelaku dalam industri perkebunan kelapa sawit di Malaysia terdiri dari tiga
pilar yang disebut dengan pengembang, pengilang, dan pedagang. Pertama
berdasarkan dari pengembang industry kelapa sawit (pelaku perkebunan kelapa
sawit), yaitu perusahaan swasta besar, Badan Usaha Milik Pemerintah Malaysia,
Milik Negara Kerajaan, dan perkebunan rakyat. Kemudian berdasarkan
pengilangnya yaitu industri prosesor minyak kelapa sawit yang terdiri dari pabrik
CPO, perusahaan minyak goreng, perusahaan elokimia, perusahaan penjernih
CPO dan perusahaan produk turunan CPO lainnya. Ketiga adalah kumpulan
pedagang dan eksportir minyak sawit dan produk turunannya.59
2.2.3. KETERSEDIAAN TENAGA KERJA
Kelapa sawit merupakan salah satu produk perkebunan yang memiliki
nilai tinggi dan industrinya bukan berbentuk pada teknologi, melainkan padat
karya.60 Dari karakteristik yang padat karya tersebut, ketersediaan tenaga kerja
yang melimpah dengan keahlian yang cukup dan tingkat upah efisien merupakan
faktor yang sangat menentukan tercapainya skala ekonomi untuk usaha
perkebunan kelapa sawit. Industri tidak bisa berjalan dengan baik tanpa
terpenuhinya permintaan tenaga kerja. Tenaga kerja (man power) adalah seluruh
58
Ibid
59
Ibid
60
Iyung Pahan. 2006. Kelapa Sawit: Manajemen Agribisnis dari Hulu Hingga Hilir. Diakses pada
penduduk dalam usia kerja (berusia 15 tahun atau lebih) yang potensial dapat
memproduksi barang dan jasa.61
Biaya transaksi industri dengan tenaga kerja cukup rumit secara ekonomi
jika menggunakan hitungan angka, teetapi hal tersebut bisa ditarik ke dalam pola
korelasi antara mata rantai industri dengan tenaga kerja lintas negara. Dalam hal
ini Indonesia dan Malaysia. Tenaga kerja yang dibutuhkan pada sektor kelapa
sawit meliputi, persiapan lahan, penanaman, pemeliharaan, dan pengolahan.
Apabila upah yang diperoleh pekerja/buruh tinggi, maka output yang dihasilkan
oleh buruh tersebut juga akan tinggi karena produktivitas tenaga kerja
mempengaruhi besar kecilnya produksi yang dihasilkan.62
2.2.3.1 PERAN TKI DI BIDANG PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DI
MALAYSIA
Kelancaran dan keberhasilan usaha perkebunan kelapa sawit selain
ditentukan oleh faktor-faktor lingkungan, juga ditentukan oleh faktor kemampuan
pengusaha atau negara dalam mengelola dan melaksanakan manajemen sumber
daya manusianya. Dengan kata lain bahwa dalam memproduksi minyak sawit dan
produk olahanya memerlukan dukungan tenaga kerja. Interaksi antara kekuatan
permintaan dan penawaran dalam pasar tenaga kerja, cesara bersama-sama
menentukan jumlah orang yang akan dipekerjakan dan tingkat upahnya karena
permintaan tenaga kerja dipengaruhi oleh kegiatan ekonomi dan tingkat upah.
Keunikan suatu negara akan terlihat dari apa yang dimiliki oleh negara tersebut
61
Pengertian Tenaga Kerja. [online] dalam http://www.datstatistik-indonesia.com. Diakses pada 8 April 2014
yang tidak dimiliki oleh negara lain. Hal tersebut akan membuat negara memiliki
keungulan yang dapat diandalkan sebagai sumber pendapatan negaranya.
Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki keunggulan tenaga
kerja tersebut apabila dibandingkan dengan negara produsen kelapa sawit lainya,
yaitu India, Kamerun, Zaire, Ghana, Thailand, Brazil, Malaysia, Kolombia, dan
Papua New Guinea.63 Sebagai negara produsen minyak sawit terbesar di duni,
Indonesia memiliki tenaga kerja yang melimpah namun kemampuan SDM masih
cukup atau terbatas, sedangkan Malaysia sebagai negara produsen kelapa sawit
memiliki keterbatasan jumlah tenaga kerja namun memiliki SDM yang
berkemampuan tinggi.64 Berikut ini adalah tabel mengenai tingkat keunggulan
komparatif tenaga kerja negara produsen kelapa sawit.
63
Iyung Pahan.2006. Kelapa Sawit : Manajemen Agribisnis dari Hulu hingga Hilir [online] dalam http://books.google.co.id/books?id=XSptqDdEIcOC%&pg diakses pada 29 April 2014.
Tabel 2.6: Tingkat Keunggulan Komparatif Tenaga Kerja Negara Produsen Kelapa Sawit
No Negara Tenaga Kerja Tingkat
Keunggulan
Jumlah Kemampuan Harga
1 India Banyak Tinggi Rendah 1
2 Indonesia Banyak Cukup Rendah 2
3 Kamerun Banyak Rendah Rendah 3
4 Zaire Banyak Rendah Rendah 3
5 Ghana Banyak Rendah Rendah 3
6 Thailand Banyak Tinggi Tinggi 4
7 Brazil Banyak Cukup Tinggi 5
8 Malaysia Cukup Tinggi Tinggi 6
9 Kolombia Cukup Cukup Tinggi 7
10 Papua New
Guinea
Sedikit Rendah Rendah 8
Sumber: FAO
Dengan adanya ekspansi Malaysia terhadap lahan perkebunan kelapa sawit
di Indonesia, maka membuka peluang bagi para migran terutama TKI untuk
mencobamencari peruntungan di Malaysia sebagai buruh perkebunan. Dari situlah
kemudian terjadi kerjasama antar dua negara, dimana Indonesia memiliki banyak
tenaga kerja dan penganggauran sedangkan Malaysia yang mengalami
pertumbuhan industrialisasi membutuhkan transfer tenaga kerja. Sumber daya
manusia atau tenaga kerja merupakan salah sattu faktor produksi yang menyerap