• Tidak ada hasil yang ditemukan

KERJASAMA EKONOMI BILATERAL INDONESIA DAN MALAYSIA DALAM SEKTOR KOMODITI KELAPA SAWIT TAHUN 2006-2010.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KERJASAMA EKONOMI BILATERAL INDONESIA DAN MALAYSIA DALAM SEKTOR KOMODITI KELAPA SAWIT TAHUN 2006-2010."

Copied!
89
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan untuk memperoleh Gelar

Sarjana Program Studi Ilmu Komunikasi Peminatan/Konsentrasi Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur

Oleh:

AL-KHARITZA RAHMAN HAKIM NPM. 1044010008

YAYASAN KESEJAHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

PEMINATAN/KONSENTRASI HUBUNGAN INTERNASIONAL SURABAYA

(2)

SKRIPSI

KERJASAMA EKONOMI BILATERAL INDONESIA DAN MALAYSIA DALAM SEKTOR KOMODITI KELAPA SAWIT TAHUN 2006-2010

Pernyataan Tidak Melakukan Plagiat

Bagian atau keseluruhan isi skripsi ini tidak pernah diajukan untuk mendapatkan

gelar akademis pada bidang studi atau univertas lain dan tidak pernah

dipublikasikan atau ditulis oleh individu selain penulis kecuali dituliskan dengan

format kutipan dalam skripsi.

Surabaya, 24 Juni 2014

Penulis,

(3)

Disusun Oleh:

AL-KHARITZA RAHMAN HAKIM NPM. 1044010008

Telah disetujui untuk mengikuti Ujian Skripsi

Menyetujui,

Pembimbing Utama

Dr. Jojok Dwiridotjahjono, S.Sos, M.Si

NPT. 370119500421

Mengetahui

D E K A N

(4)

Disusun Oleh:

AL-KHARITZA RAHMAN HAKIM NPM. 1044010008

Telah dipertahankan dihadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi Program Studi Ilmu Komunikasi Peminatan/Konsentrasi Hubungan Internasional

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur

Pada tanggal 24 Juni 2014

Pembimbing Utama Tim Penguji:

1. Ketua

Dr.Jojok Dwiridotjahjono,S.Sos,M.Si Dr.Jojok Dwiridotjahjono,S.Sos,M.Si

NPT. 370119500421 NPT. 370119500421

2. Sekretaris

Juwito, S.Sos, M.Si NPT. 367049500361

3. Anggota

Drs. Saifuddin Zuhri, M.Si NPT. 370069400351

Mengetahui, D E K A N

(5)

Cara berpikir yang mengatakan kekayaan bangsa adalah

minyak, gas, tambang, adalah cara berpikir penjajah kolonial,

kekayaan terbesar sebuah bangsa adalah manusianya

. – Anies Baswedan

Strong minds discuss ideas, average minds discuss events, and

weak minds discuss people

.

-

Socrates

Your beliefs don’t make you a better person, your behavior

(6)

Untuk papa (alm) tercinta Ir. Agoes Santoso, mama tersayang Rr.

Siti Nirwana Ningsih, Kakakku tersayang Liza Apriani Natalina.

ST, Aulia Rahman Hakim. SE, dan untuk keponakan-keponakanku

terlucu Fayza, Farza, dan Ega, dan untuk my beloved Agviana

Hardinia.

Thank’s for everything.

(7)

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat, hidayah dan

Karunia-Nya kepada penulis sehingga skripsi dengan judul “Kerjasama Ekonomi

Bilateral Indonesia dan Malaysia Dalam Sektor Komoditi Kelapa Sawit

Tahun 2006-2010”dapat terselesaikan dengan baik.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr. Jojok Dwiridotjahjono, S.Sos,

M.Si selaku pembimbing utama dan Megahnanda A.K, S.IP, M.IP,

sebagai dosen pembimbing pendamping yang telah meluangkan waktunya untuk

memberikan bimbingan, nasehat serta motivasi kepada penulis. Penulis juga

banyak menerima bantuan dari berbagai pihak, baik itu berupa moril, spiritual

maupun materil. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Ir. H.Teguh Soedarto selaku Rektor Universitas Pembangunan

Nasional “Veteran” Jawa Timur.

2. Dra. Hj Suparwati, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik.

3. Juwito, S.Sos, M.Si, selaku Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional

(8)

Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

5. Dr. Jojok D, S.Sos, M.Si selaku Ketua Peminatan/Konsentrasi Hubungan

Internasional pada Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial

dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa

Timur.

6. Resa Rasyidah S.Hub.Int,M.Hub.Int Pjs Sekretaris Peminatan/Konsentrasi

Hubungan Internasional pada Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional

“Veteran” Jawa Timur.

7. Kedua Orang Tua tersayang, Ayah Ir.Agoes Santoso(Alm), dan Ibu Siti

Nirwana Ningsih.

8. Semua teman teman terbaiku di Prodi Hubungan Internasional Universitas

Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur khususnya angkatan 2010,

terima kasih banyak atas dukunganya.

Penulis menyadari bahwa di dalam penyusunan skripsi ini banyak terdapat

kekurangan. Untuk itu kritik dan saran yang membangun dari semua pihak sangat

diharapkan demi kesempurnaan penulis skripsi ini. Akhirnya, dengan segala

keterbatasan yang penulis miliki semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi semua

pihak umumnya dan penulis pada khususnya.

Surabaya, 24 Juni 2014

(9)

HALAMAN JUDUL ... i

PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

1.6 Metodologi Penelitian ... 14

1.6.1 Definisi Konseptual dan Definisi Operasional ... 14

BAB II MoU TAHUN 2006 DAN 2008 SEBAGAI LATAR BELAKANG TERBENTUKNYA MoU TAHUN 2010 ... 22

(10)

2.2.2.1 Lahan Kelapa Sawit di Indonesia ... 32

2.2.2.2 Lahan Kelapa Sawit di Malaysia ... 34

2.2.3 Ketersediaan Tenaga Kerja ... 35

2.2.3.1 Peran TKI Di Bidang Perkebunan Kelapa Sawit Di Malaysia ... 36

2.2.4 Dukungan Pemerintah Masing-Masing Negara ... 40

2.2.4.1 Indonesia ... 40

2.2.4.2 Malaysia ... 42

2.3 Kerjasama Indonesia Dan Malaysia Dalam Komoditi Kelapa Sawit ... 43

2.3.1 Memorandum of Understanding Indonesia-Malaysia Tahun 2006 .. 46

2.3.2 Memorandum of Understanding Indonesia-Malaysia Tahun 2008 .. 48

2.3.2.1 Pendanaan Investasi ... 49

BAB III KAMPANYE NEGATIF DARI LSM SEBAGAI FAKTOR TERBENTUKNYA MoU 2010 ANTARA INDONESIA DAN MALAYSIA 55 3.1 Memorandum of Understanding Indonesia-Malaysia Tahun 2010 ... 55

3.2 Gerakan Para Pemerhati Lingkungan ... 58

3.3 Kerjasama Indonesia-Malaysia Dalam Menghadapi Kampanye Negatif ... 60

3.4 Kampanye Negatif Sawit Dituding Ditunggangi Kepentingan ... 62

BAB IV KESIMPULAN ... 68

4.1 Kesimpulan ... 68

DAFTAR PUSTAKA ... 70

(11)
(12)

Grafik 2.1 Ekspor CPO Indonesia ke Beberapa Negara Tujuan (2010) ... 23

Grafik 2.2 Ekspor Minyak Inti Sawit Indonesia Ke Beberapa Negara Tujuan

(13)

Tabel 1.1 Negara Produsen Utama Minyak Sawit Dunia (2006-2010) ... 2

Tabel 2.1 Ekspor CPO Indonesia ke Beberapa Negara Tujuan (2007-2009) ….. 23

Tabel 2.4 Volume, Presentase, dan Pertumbuhan Produksi Minyak Sawit

Indonesia dan Malaysia (2006-2010) ... 26

Tabel 2.5 Luas Areal Perkebunan Sawit Seluruh Indonesia Menurut

Pengusahaanya (1980-2009) ... 33

Tabel 2.6 Tingkat Keunggulan Komparatif Tenaga Kerja Negara Produsen Kelapa

Sawit ... 38

(14)
(15)

ABSTRAK

KERJASAMA EKONOMI BILATERAL INDONESIA DAN MALAYSIA DALAM SEKTOR KOMODITI KELAPA SAWIT TAHUN 2006 - 2010

Kelapa sawit adalah komoditi unggulan bagi Indonesia dan Malaysia dengan berbagai macam produk olahanya. Perkembangan minyak kelapa sawit dunia menjadi produk yang sangat potensial dipasar internasional sampai saat inikarena dapat dijadikan sebagai sumber energi baru pengganti minyak bumi yang cadanganya semakin menipis, sedangkan minyak kelapa sawit dapat diperbarui dan diharapkan dapat sebagai sumber energi alternatif dalam jangka panjang. Fokus menarik dalam kajian kerjasama ekonomi bilateral ini adalah keberadaan Indonesia dan Malaysia sebagai negara produsen dan eksportir minyak kelapa sawit. Kedua negara merupakan pemain utama dalam perdagangan minyak sawit (CPO) di dunia. Untuk menghadapi permintaan akan minyak sawit dunia, maka Indonesia dan Malaysia melakukan kerjasama dalam sektor komoditi kelapa sawit. Dalam penelitian ini penulis menggunakan teori permintaan, kerjasama ekonomi bilateral, dan interdependensi untuk menganalisis kajian didalamnya, dan dalam tipe penelitian penulisan ini menggunakan deskriptif-kuantitatif untuk mengolah data yang ada. Dalam penelitian ini terdapat isu yang dapat dijadikan rumusan masalah, yaitu apa latar belakang terjadinya MoU 2010 yang disepakati antara Indonesia dan Malaysia. MoU ini berisi tentang kerjasama kedua negara dalam menghadapi isu tentang kampanye negatif terkait komoditi kelapa sawit, sebelum MoU 2010 ditandatangani, pada tahun 2006 dan tahun 2008 Indonesia dan Malaysia juga menyepakati MoU tentang pengembangan lahan, investasi, dan tenaga kerja. Pemerintah kedua negara sadar betul akan potensi di sektor kelapa sawit ini yang sangat potensial dan menguntungkan negara maka dari itu keduanya membuat MoU tentang kelapa sawit ini guna meningkatkan produksi kelapa sawit yang akan di ekspor ke negara-negara yang membutuhkan komoditi ini. Keadaan ini membuat beberapa LSM pecinta lingkungan melakukan aksi-aksi kampanye negatif guna mengurangi pengembangan lahan sawit, karena mereka menganggap perluasan lahan ini membuat kerusakan lingkungan khususnya hutan dan habitat sekitanya. Dari isu-isu inilah yang akhirnya pada tahun 2010 dibuat MoU dan disepakati oleh Indonesia-Malaysia untuk menghadapi kampanye negatif yang nanti dampaknya kurang baik bagi pertumbuhan komoditi kelapa sawit ini.

Kata Kunci: Indonesia, Malaysia, Kerjasama Ekonomi Bilateral, Komoditi

(16)
(17)

1.1.Latar Belakang

Hubungan Indonesia dan Malaysia merupakan salah satu contoh kajian dari

studi hubungan internasional yang cukup menarik, kedua negara merupakan negara

serumpun yang letak geografisnya pun berdekatan, meski sudah banyak sekali

kontroversi antara persahabatan kedua negara ini nyatanya Indonesia – Malaysia pun

juga saling berhubungan baik dan bekerja sama. Indonesia adalah negara tetangga

dekat Malaysia dan berbatasan baik dari sisi darat maupun laut, hubungan keduanya

pun juga juga sudah lama terjalin. Sejarah telah mencatatkan bahwa hubungan

persahabatan antar kedua negara pun telah berlangsung secara resmi sejak tahun

1959 yang disimbolkan dengan adanya sebuah treaty of friendship yang

ditandatangani di Kuala Lumpur.1 Sampai saat ini, kerjasama yang dilakukan

Indonesia dan Malaysia terjadi dalam banyak hal yaitu di bidang ekonomi, sosial

budaya, politik, tenaga kerja, pendidikan dan lain sebagainya.

Indonesia dan Malaysia sama-sama merupakan negara penghasil dan

pengekspor kelapa sawit terbesar di dunia, karena komoditi ini juga yang membuat

kedua negara menjadi pemain utama dalam perdagangan minyak sawit dunia. Di

Indonesia produk komoditi kelapa sawit merupakan salah satu produksi perkebunan

terbesar dan juga sebagai salah satu penghasil devisa negara. Sampai saat ini kelapa

sawit masih menjadi komoditas tanaman perkebunan yang potensial mengisi peluang

(18)

di pasar domestik maupun intenasional.2 Industri kelapa sawit yang kemudian

diproses menjadi minyak mentah kelapa sawit (CPO: Crude Palm Oil) merupakan

komoditi yang serbaguna dalam industri makanan dan kimia, dan permintaan kelapa

sawit yang juga meningkat karena digunakan sebagai bahan baku bahan bakar nabati.

Biofuel / energi biodiesel tersebut juga dapat menjadi salah satu alternatif pilihan

pengganti sumber energi minyak bumi yang semakin menipis, selain itu biodiesel ini

merupakan bahan bakar ramah lingkungan.3

Komoditas minyak sawit mentah Indonesia mempunyai daya saing yang

cukup diperhitungkan oleh negara-negara eksportir CPO lainya. Hal ini dikarenakan

Indonesia merupakan negara produsen dan eksportir minyak terbesar dunia saat ini,

sedangkan Malaysia berada pada peringkat kedua.4

Tabel: 1.1. Negara Produsen Utama Minyak Sawit Dunia (2006-2010)

Sumber : Oil World Annual (2006-2010)

2

Dina Meria Sinaga dan MulyoHendarto. 2012. Analisis Kebijakan Pengelolaan Perkebunan Kelapa Sawit di Provinsi Sumatera Utara.Diponegoro Journal of Economics Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012.

3 Ibid 4

(19)

Jika dilihat dari sektor sumber daya alam Indonesia memang lebih unggul

daripada Malaysia, Indonesia masih mempunyai cadangan ketersediaan sumber daya

lahan yang cukup luas karena sampai saat ini kelapa sawit memang merupakan

komoditi yang paling mendominasi luas areal perkebunan di Indonesia. Hal ini

bertujuan agar lebih mengembangkan perkebunan kelapa sawit sehingga Indonesia

masih dapat terus berpeluang untuk mempertahankan posisi Indonesia sebagai

produsen minyak kelapa sawit terbesar didunia.5

Lalu pada sektor ketenagakerjaan Indonesia memiliki tenaga kerja yang

memadai, sementara Malaysia memiliki permodalan yang kuat dan kemampuan

teknis yang memadai. Kedua negara ini memiliki kekuatan mengembangkan industri

minyak kelapa sawit sebagai bentuk aliansi untuk mengisi kebutuhan dunia akan

komoditas minyak sawit. Komoditi kelapa sawit ini tentunya berperan besar dalam

mendorong berkembangnya sektor ekonomi masing-masing negara, dan juga bisa

menjadi faktor pengentas kemiskinan dan menciptakan kesempatan kerja bagi

masing-masing negara.6 Adapun kesepakatan yang dilakukan oleh kedua negara

terkait dengan komoditas kelapa sawit adalah dengan adanya nota

kesepahaman/Memorandum of Understanding (MoU) yang ditanda tangani pada

tahun 2006, 2008, dan 2010.7 Fokus ekonomi antara keduanya adalah dalam hal

peningkatan produksi dalam komoditi kelapa sawit dikarenakan adanya permintaan

pasar yang potensial, peningkatan produksi ini dilakukan dalam hal pengembangan

lahan, investasi, dan juga tenaga kerja yang banyak guna kebutuhan pemenuhan

5

Ibid 6

Indonesia Eximbank. RI-Malaysia Sepakat Bekerjasama. [online] dalam

http://www.indonesiaeximbank.go.id/ri-malaysia-sepakat-bekerja-sama. diakses pada 21 Maret 2014 7

(20)

produksi kelapa sawit, karena proses produksi tanaman kelapa sawit hanya dapat

menggunakan tenaga manusia.8

1.2. Rumusan Masalah

Setelah terbentuknya MoU 2006 dan 2008 apa yang melatarbelakangi

terbentuknya MoU 2010 antara Indonesia dan Malaysia tentang kampanye negatif?

1.3.Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan yang ingin dicapai penulis

adalah memberikan penjelasan tentang bentuk kerjasama bilateral Indonesia dan

Malaysia dalam mengatur perdagangan, investasi, tenaga kerja, dan menghadapi isu

lingkungan di sektor komoditi kelapa sawit pada tahun 2006-2010.

1.4. Kerangka pemikiran

1.4.1. Level of Analysis

Dalam melihat peran pengambil kebijakan dapat dianalisa melalui dua level,

yakni level individu dan kelompok. Artikel dari Neack (2008) dan Breunning (2007)

sama-sama menjelaskan mengenai dua level analisis ini. Di mana Breunning lebih

gamblang menjelaskan mengenai masing-masing level, sedangkan Neack lebih

spesifik untuk menjelaskan metode menganalisa kedua level serta contoh kasus

nyata. Penulis sendiri beropini bahwa kedua level ini menarik jika digunakan di

dalam sebuh penelitian. Namun untuk menganalisa keduanya perlu data-data yang

8

(21)

lebih kuat karena berhubungan mengenai kepribadian seseorang dan sistem dalam

kelompok.9

Level analisis sangat berguna untuk dijadikan metodologi penelitian, karena

level analisis membantu peneliti dalam memahami fenomena yang ada dan

memberikan analisis secara sistematis dan lebih efisien. Penulis beranggapan bahwa

level analisis sangat membantu dalam memahami suatu fenomena dan sifat kebijakan

luar negeri suatu negara, namun perlu diperhatikan bahwa penggunaan level analisis

harus menyesuaikan dengan tujuan dan permasalahan penelitian, sehingga level

analisis dapat memberikan pemahaman yang sesuai.

Dalam penelitian ini memakai Level of Analysis kelompok. Dalam analisa

level kelompok ini, menganalisa mengenai keterlibatan kelompok yang menyokong

pemimpin sebagai pengambil keputusan. Asumsi dasar dari LoA kelompok ini

adalah dalam pengambilan suatu keputusan, seringkali seorang pemimpin

dipengaruhi oleh pihak-pihak yang menjadi penyokong di dalamnya. Hermann dalam

artikel Neack (2008) menyebutkan bahwa pengaruh-pengaruh dalam pengambilan

kebijakan luar negeri disalurkan melalui struktur politik pemerintahan.10

1.4.2. Landasan Teori

1.4.2.1.Kerjasama Ekonomi Bilateral

Latar belakang ekonomi bilateral melalui kerjasama yang dilakukan dengan

adanya kesepakatan yang dicapai dan selanjutnya diwujudkan dalam berbagai

kegiatan operasional yang melibatkan pihak pemerintah dan terutama dunia usaha

9

Neack, Laura (2008). The New Foreign Policy: Power Seeking in a Globalized Era. Plymouth: Rowman & Littlefield Publishers.

(22)

dari negara-negara yang terlibat dalam kerjasama.11 Walaupun demikian, dalam

kerjasama bilateral masih ditemui berbagai kendala dan permasalahan yang dihadapi

dalam mewujudkan suatu pola kerjasama yang saling menguntungkan (mutual

benefit) diantara pihak-pihak yang bekerjasama. Dalam rangka itu, diperlukan suatu

upaya penilaian dan evaluasi yang seksama terhadap kinerja yang dimiliki

masing-masing pihak yang terlibat, serta secara optimal mengupayakan perbaikan dan

penyempurnaan yang dibutuhkan untuk lebih meningkatkan daya saing dan daya

guna kerjasama yang dilakukan bersama.12

Hubungan ekonomi setidaknya mencakup tiga hubungan, antara lain:

1. Pertukaran hasil atau output negara satu dengan negara lainya, output bisa berupa

barang atau jasa

2. Pertukaran atau aliran sarana produksi (faktor produksi) seperti tenaga kerja,

modal, teknologi dan tidak berlaku pada bantuan kewiraswastaan lainya. Modal

disini juga termasuk penanaman modal asing maupun bantuan luar negeri.

3. Hubungan utang-piutang (kredit) sebagai konsekuensi dari hubungan

perdagangan. Pada asasnya hubungan kredit termasuk semua batuan luar negeri

berupa pinjaman lunak. Namun kredit ini tidak berlaku pada bantuan yang

berbentuk hibah.13

Tujuan Kerjasama Ekonomi Bilateral

a. Mencukupi kebutuhan dalam negeri

b. Meningkatkan produktivitas dalam negeri

11

Dikti. Pengembangan Kerjasama Ekonomi Regional. 1997 [online] dalam

http://ebookbrowsee.net/perkembangan-hubungan-perdagangan-bilateral-pdf-d77789509. diakses pada 29 April 2014

12 Ibid 13

(23)

c. Memperluas lapangan kerja

d. Meningkatkan Pendapatan Negara melalui Ekspor

e. Memperkuat rasa persahabatan antar Negara

f. Membantu pertumbuhan ekonomi antar negara

g. Menyeimbangkan Neraca Pembayaran

h. Melindungi Industri Dalam Negeri.

Faktor – Faktor Penyebab Timbulnya Kerjasama Antar Negara

a. Persamaan kekayaan Sumber Daya Alam

b. Perbedaan Faktor Produksi

c. Perbedaan Jumlah Penduduk

d. Perbedaan Kondisi Geografis

e. Persamaan Nasib dan Letak Geografis.

Dampak Kerjasama Antar Negara.

-Dampak Positif

a. Peningkatan Devisa Negara (pendapatan negara)

b. Peningkatan produktivitas bagi suatu negara

c. Peningkatan keuangan dan modal untuk melaksanakan pembangunan

d. Peningkatan arus penanaman modal asing ke Indonesia.

-Dampak Negatif

a. Masuknya tenaga asing

(24)

c. Kadang terjadi kesalahan dalam pembuatan kebijakan ekonomi.14

Jadi kerjasama ekonomi bilateral adalah sebuah proses dalam pencapaian

kepentingan bersama yang saling menguntungkan antar dua negara didalam sektor

ekonomi baik dalam perdagangan, investasi, pertukaran tenaga kerja, dan lain-lain

yang bertujuan untuk mencapai kemapanan ekonomi kedua negara dengan dasar

perjanjian-perjanjian yang telah dibuat bersama sebelumnya.

1.4.2.2. Teori Permintaan

Permintaan adalah keinginan yang disertai dengan kesediaan serta

kemampuan untuk membeli barang yang bersangkutan. Permintaan terhadap suatu

barang dibedakan menjadi dua yaitu permintaan potensial dan permintaan efektif.

Permintaan yang didasarkan oleh keinginan saja disebut permintaan potensial,

sedangkan permintaan yang didukung oleh daya beli disebut permintaan efektif.15

Permintaan dapat didefinisikan sebagai jumlah barang dan jasa yang diminta

oleh konsumen dari suatu perusahaan pada berbagai tingkat harga menurut Sadorno

Sukirno.16 Menurut Vincent Gaspersz permintaan konsumen terhadap suatu barang

dan jasa yang dihasilkan perusahaan merupakan faktor utama yangg menentukan

penerimaan penjualan perusahaan tersebut, dan oleh karena itu permintaan menjadi

perhatian utama setiap perusahaan. Pada tingkat harga yang konstan, semakin tinggi

permintaan konsumen maka penerimaan penjualan perusahaan juga semakin

14

Pengertian Kerjasama Antar Negara. [online] dalam

http://id.shvoong.com/social-sciences/economics/2336078-pengertian-kerjasama-ekonomi-antar-negara/#ixzz2x90DBVzw. Diakses pada 27 Maret 2014

15

Suherman Rosyidi. 2004. Pengantar teori ekonomi. Jakarta PT. Raja Grafindo Persada. Hal 64. 16

(25)

meningkat, demikian sebaliknya jika permintaan konsumen menurun maka

penerimaan penjualan perusahaan akan menurun.17 Perusahaan berani mengeluarkan

sejumlah biaya untuk mengefektifkan permintaan konsumen, manakala kemungkinan

penerimaan penjualan yang diperoleh menghasilkan laba.

Hendry Faisal Noor mengatakan ada beberapa faktor-faktor penentu

permintaan di antaranya18 adalah pertama pendapatan konsumen merupakan faktor

penentu permintaan konsumen tersebut terhadap suatu barang dan jasa, kedua

penawaran produksi barang dan jasa baru sebagai akibat dari inovasi yang dilakukan

sehingga menciptakan penawaran, ketiga harga barang itu sendiri, keempat corak

distribusi pendapatan dalam masyarakat, kelima selera konsumen, keenam jumlah

penduduk, dan yang terakhir ekspetasi mengenai keadaan di masa datang.

1.4.2.3. Teori Interdependensi

Interdependensi dalam politik internasional dipengaruhi oleh situasi oleh efek

resiprokal (timbal balik) antara berbagai negara atau antara aktor-aktor di berbagai

negara. Efek ini biasanya didapatkan sebagai hasil dari transaksi internasional –

aliran uang, barang, orang dan pesan komunikasi yang melintasi batas-batas wilayah.

Beberapa transaksi telah meningkat drastis sejak PD II : beberapa dekade belakangan

ini memperlihatkan suatu kecendrungan akan berbagai bentuk keterkaitan antar

manusia yang melintasi batas-batas negara akan semakin meningkat setiap sepuluh

17

Ibid 26 18

(26)

tahun. Keterkaitan ini tidaklah sama dengan interdependensi, efek transaksi dari

interdependensi akan tergantung kepada hambatan dan biaya.19

Interdependensi menurut Soeprapto adalah, menciptakan dunia

hubungan internasional yang jauh lebih kooperatif dan menguntungkan bagi pihak –

pihak yang berinteraksi di dalamnya. Saling ketergantungan menyebabkan adanya

interaksi antar Negara.20 Menurut Mohtar Mas’oed, interdepedensi adalah sebagai

kontak atau pertukaran (exchange) diantara bangsa – bangsa, interdepedensi timbul

akibat tindakan suatu pemerintah dan sebagian oleh pemerintah lain. Pengertian

interdepedensi ini bersifat positif, karena bisa membuka suatu ikatan kerjasama yang

saling menguntungkan.21 Secara umum Interdependensi adalah ketergantungan

antara pihak satu dengan pihak yang lain, dalam penelitian ini dikhususkan antar

negara yang saling membutuhkan akan kebutuhan yang tidak dimiliki oleh satu

negara sehingga membutuhkan negara lain yang bertujuan untuk memenuhi

kebutuhan negara dan begitu sebaliknya.

Fakta bahwa sektor-sektor ekonomi Malaysia ditopang oleh 2,3 juta tenaga

kerja asing yang lebih dari lima puluh persen berasal dari Indonesia, mengharuskan

kedua negara terus mengawal interdependensi dan jejaring agar pertumbuhan

ekonomi yang dirasakan beberapa tahun belakangan ini dapat terus terjaga. Hal ini

diungkapkan oleh Atase Tenaga Kerja KBRI Kuala Lumpur pada acara sosialisasi

mengenai peraturan terkait penempatan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) ke Luar

Negeri kepada lebih kurang enam puluh perwakilan perusahaan yang berasal dari

19

Robert Keohane and Joseph Nye. Power and Interdependence 3rd Edition. 2001. Chapter I.

Interdependence in World Politics New York. Longman Publishing. Hal 7. 20

Drs. RSoeprapto, Hubungan Internasional, Sistem Interaksi dan Prilaku.2004. 21

(27)

Johor, Melaka dan Pahang pada 20 Februari 2014 di Johor Bahru. Diungkapkan pula

bahwa Indonesia dan Malaysia masing-masing memiliki regulasi pada tingkat

nasional dan untuk mengatasi berbagai perbedaan maka telah dijembatani oleh

beberapa Memorandum of Understanding.22

Berbagai peraturan yang ada itupun dimaksudkan untuk memberikan

perlindungan dan perlakuan sebanding kepada para tenaga kerja termasuk kepada

perusahaan yang mempekerjakannya. Konsul Jenderal RI Johor Bahru Taufiqur Rijal

dalam kesempatan ini menyatakan bahwa manajemen perusahaan merupakan mitra

kerja perwakilan dalam melakukan pembinaan terhadap masyarakat Indonesia yang

berada di negara akreditasi. Karena itu, diharapkan kerja sama yang sudah terjalin

dapat terus ditingkatkan di masa mendatang.23

1.4.2.4. Kampanye Negatif

Kerjasama antara Indonesia dan Malaysia tidak selamanya berjalan dengan

baik, isu-isu negatif tentang kelapa sawit pun bermunculan terutama dari pihak LSM

pecinta lingkungan yang melakukan kampanye negatif. Kampanye negatif bisa

diartikan sebagai kampanye kotor menjatuhkan lawan dengan menggunakan isu

negatif tidak berdasar. Dahulu “kampanye hitam ini” juga dikenal sebagai

whispering campaign melalui mulut ke mulut, selanjutnya dapat lebih canggih

dengan menggunakan media elektronik. Secara umum negative campaign memiliki

ciri yang sangat pokok yaitu lebih banyak bual daripada fakta. Memang mungkin

22Interdependensi Dukung Kesinambungan Pertumbuhan Ekonomi. [online] dalam

http://www.kemlu.go.id/johorbahru/Pages/Embassies.aspx?IDP=63&l=id diakses pada 27 Maret 2014.

(28)

saja terdapat satu atau dua fakta tetapi akan diolah sedemikian rupa untuk

dilontarkan untuk mempengaruhi opini publik kearah yang negatif. Black campaign

bisa merupakan serangan terbuka. Metode ini sangat mudah dikenali berniat

menjatuhkan lawan. Berisi sisi negatif lawan dan selalu dilebih-lebihkan dengan

fakta yang tidak jelas kebenarannya.24

Model lain adalah dengan melakukan bunuh diri. Biasanya “sang penyerang”

melakukan hal ini juga dengan tertutup. Hebatnya ini adalah model negative

campaign yang sistematis. Kelompok lawan akan berupaya menyusupkan

“orangnya” masuk ke kubu lawan. Bila si penyusup sudah masuk maka dia akan

berupaya membuat sesuatu yang merugikan kelompok yang disusupi. Seringkali

pernyataan yang keluar justru kontraproduktif, misalnya membuat pernyataan yang

membuat pemilih marah, benci dan kehilangan simpati. Hal ini tentu akan merugikan

kelompok yang disusupi dengan merusak citra.25

Kampanye negatif dari penelitian ini adalah isu negatif yang di sebarkan oleh

pihak LSM pecinta lingkungan, industri kelapa sawit dianggap sebagai kontributor

utama kerusakan hutan/deforestasi, rusaknya keanekaragaman hayati dan habitat

satwa langka, meningkatnya CO2 akibat dari pembukaan lahan dengan cara

membakar, dan lingkungan yang rusak akibat pemanfaatan lahan gambut yang tidak

terkendali. Dari isu lingkungan yang disebarkan oleh pihak LSM ini bisa saja

ditunggangi oleh kepentingan yang mungkin merasa dirugikan dan ingin mengambil

market share dari Indonesia dan Malaysia.

24

NN. 2014. [online] dalam www.leadership-park.com/new/more-about-u/black-campaign.html. diakses pada 30 Juni 2014.

(29)

1.4.3. Kerangka Pemikiran

Gambar 1.1 : Kerangka Pemikiran

Sintesa pemikiran dalam penelitian ini yaitu permintaan komoditi kelapa

sawit yang terus meningkat menghasilkan kerjasama bilateral antara Indonesia dan

Malaysia. Setelah diadakan kerjasama bilateral maka terbentuk MoU yang juga

menyebabkan adanya interdependensi kedua negara tersebut. Setelah itu dari MoU

tersebut muncul kampanye negatif dari para LSM pecinta lingkungan

1.5.Hipotesis

Indonesia dan Malaysia sama-sama merupakan negara penghasil kelapa sawit

yang saling membutuhkan dalam sektor kelapa sawit yang diwujudkan dalam

permintaan. Untuk mempertahankan posisi kedua negara tersebut sebagai negara

eksportir terkuat di dunia dan untuk menghadapi isu-isu kampanye negatif yang

berkembang terkait dengan industri minyak sawit, maka Indonesia dan Malaysia

menjalin kerjasama ekonomi bilateral dalam berbagai bentuk melalui perdagangan,

investasi, dan transfer tenaga kerja yang diwujudkan dalam Memorandum of

Understanding (MoU) pada tahun 2006, 2008, 2010. Dimana keduanya merupakan

negara yang saling ketergantungan (Interdependensi) baik dalam pemenuhan barang

dan jasa.

Kampanye Negatif LSM tentang kelapa

sawit MoU 2006 &

MoU 2008 Permintaan Komoditi

Kelapa Sawit

(30)

1.6. Metodologi Penelitian

1.6.1. Konseptual dan Operasionalisasi

1.6.1.1. Permintaan

Definisi konseptual permintaan menurut Ace adalah, dalam kehidupan

sehari-hari manusia di dunia ini memerlukan barang-barang dan jasa karena pada

hakekatnya barang dan jasa tersebut memberi kepuasan, manfaat dan guna.26

Sedangkan permintaan menurut Henry adalah, Permintaan akan barang dan jasa

diartikan jumlah barang dan jasa yang ingin didapatkan (secara ekonomis akan

dibeli) oleh konsumen.27 Selain itu faktor yang mempengaruhi tingkat permintaan

menurut Rosyidi ada 5 yaitu perilaku konsumen(selera konsumen), ketersediaan dan

harga barang sejenis pengganti dan pelengkap, pendapatan atau penghasilan

konsumen, perkiraan harga dimasa depan, lalu banyaknya/ intensitas kebutuhan

konsumen. Jadi secara umum definisi konseptual permintaan adalah kebutuhan

konsumen akan suatu barang atau jasa tertentu yang ingin didapatkan dan

disesuaikan dengan daya beli konsumen itu sendiri.

Definisi operasional permintaan dalam penelitian ini yang dimaksud adalah

kebutuhan negara negara yang membutuhkan barang dan jasa yang dimiliki oleh

negara Indonesia demi memenuhi kebutuhan nasional negaranya khususnya di

sub-sektor kelapa sawit, contohnya India yang merupakan pengimpor terbesar CPO dari

Indonesia dengan daya beli yang besar mampu melakukan permintaan dengan

jumlah yang besar, begitu juga dengan Malaysia selain membutuhkan impor kelapa

sawit dari Indonesia. Malaysia membutuhkan jasa TKI dari Indonesia untuk menjadi

26

Ace Paradiredja. Pengantar Ekonomika, (Yogyakarta : BPFE, 2002), hlm. 161. 27

(31)

pekerja disana guna memenuhi kebutuhan nasional negaranya antara lain di sektor

perkebunan, PRT, sampai tenaga ahli.

1.6.1.2. Kerjasama Ekonomi Bilateral

Bentuk kerja sama dengan negara lain dapat berupa kerja sama di bidang

politik, ekonomi, sosial, pendidikan, pertahanan, keamanan, dan sebagainya.

Tujuannya pun berbeda-beda bagi setiap negara, salah satu diantaranya adalah untuk

meningkatkan kegiatan ekonomi dan pembangunan ekonomi negara tersebut.28

Secara umum definisi kerjasama ekonomi bilateral adalah sebuah kerja sama

ekonomi antar 2 negara yang diharapkan bisa meningkatkan kesejahteraan negara

yang terlibat dalam perjanjian perdagangan, yaitu dengan mengandalkan komoditas

yang memiliki keunggulan komparatif maupun keunggulan kompetitif.

Definisi operasional kerjasama ekonomi bilateral dalam penelitian ini yang

dimaksud adalah bentuk kerjasama antara Indonesia – Malaysia di bidang ekonomi

khususnya kelapa sawit. Keduanya sangat unggul di dunia dalam sektor komoditi

kelapa sawit, meskipun Malaysia memiliki kuota CPO yang besar Malaysia tetap

mengimpor dari Indonesia yang akan diolah kembali untuk dijadikan produk jadi

yang ekonomis yang bisa dijual kembali, selain itu Malaysia juga membutuhkan

tenaga kerja dari Indonesia untuk bekerja disektor perkebunan, perindustrian, dan

lain-lain karena kurangnya SDM di Malaysia. Keduanya saling membutuhkan

dengan melakukan kerjasama bilateral di bidang ekonomi demi memenuhi kebutuhan

masing-masing negara.

28

(32)

1.6.1.3. Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM)

Definisi konseptual LSM yaitu organisasi di luar pemerintah yang bertujuan

untuk menyeimbangkan kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah.29

Kemerdekaan berserikat dan berkumpul mengeluarkan pikiran dengan lisan, tulisan

dan sebagainya ditetapkan dengan undang-undang. Setiap orang berhak untuk

memajukan dirinya dalam memperjuangkan haknya secara kolektif untuk

membangun masyarakat, bangsa, dan negaranya.30 Setiap orang berhak atas

kebebasan berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan pendapat.31 LSM menjadi

media aspirasi bagi masyarakat untuk dapat bersuara dan menetukan kebijakan

pemerintah. Dengan adanya LSM banyak isu-isu yang seingkali luput dari perhatian

pemerintah dapat menjadi terangkat kembali. Seperti isu lingkungan, kesadaran akan

penyakit, energi, dan lain-lain.

Tujuan dibentuknya LSM sendiri tidak dapat dilihat dari satu sisi saja. LSM

bekerja di dalam banyak sektor baik di lingkup nasional maupun internasional.

Betsill dan Corell melihat bahwa LSM dapat berdiri dengan beberapa tujuan. Tujuan

tersebut antara lain; pertama meningkatkan kesadaran publik terhadap isu-isu di

sekitar, kedua melobi para pembuat keputusan, mampu untuk mempengaruhi

kebijakandomestik maupun luar negeri, ketiga mampu untuk berpartisipasi di dalam

29

DR.Ir. Suhatmansyah IS, Msi. 2009. Pembinaan Organisasi Mitra Pemerintah. Direktorat Jendral Kesatuan Bangsa dan Politik: Departemen Dalam Negeri.

30

Undang-Undang Nasional Republik Indonesia Pasal 28 C Ayat 2 Tahun 1945 tentang kebebasan berserikat dan berkumpul, 1945. Jakarta : DPR RI.

31

(33)

dan beberapa tujuan lain. Tujuan-tujuan ini kemudian diselaraskan dengan isu-isu

spesifik yang menjadi konsentrasi dari dibentuknya sebuah LSM.32

Definisi operasional dari LSM di penelitian ini adalah LSM pecinta

lingkungan yang berusaha mengkampanyekan tentang isu negatif kelapa sawit yang

ada di Indonesia dan Malaysia, beberapa LSM seperti Greenpeace, WWF, dan

Friends of the Earth adalah LSM yang bersuara terkait kampanye negatif ini. Pihak

LSM menganggap bahwa industri kelapa sawit dianggap sebagai kontributor utama

kerusakan hutan/deforestasi, rusaknya keanekaragaman hayati dan habitat satwa

langka, meningkatnya CO2 akibat dari pembukaan lahan dengan cara membakar, dan

lingkungan yang rusak akibat pemanfaatan lahan gambut yang tidak terkendali. Dari

isu lingkungan yang disebarkan oleh pihak LSM ini bisa saja ditunggangi oleh

kepentingan yang mungkin merasa dirugikan dan ingin mengambil market share dari

Indonesia dan Malaysia.

1.6.2. Tipe Penelitian

Metode penelitian pada dasarnya merupakan suatu cara ilmiah untuk

mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Cara ilmiah berarti

merupakan kegiatan penelitian yang didasarkan pada ciri-ciri keilmuan yaitu

rasional, empiris, dan juga sistematis. Kemudian, data yang diperoleh melalui

penelitian itu adalah data empiris (teramati) yang mempunyai kriteria tertentu yaitu

32Elisabeth, Corell dan Michele M. Betsill. 2001. “

LSM Influence in International Environmental

Negotiations: A Framework for Analysis” dalam Global Environmental Politics 1:4, November 2001.

(34)

valid, reliable dan juga obyektif.33 Menurut Prof. Dr. Sugiyono, bermacam-macam

metode penelitian yang dilihat dari landasan filsafat, data dan analisisnya yang dapat

dikelompokkan menjadi tiga, yaitu tipe metode penelitian Kuantitatif, metode

penelitian Kualitatif dan juga metode penelitian Kombinasi (mixed methods).34

Penelitian menggunakan metode penelitian kuantitatif, yaitu dapat diartikan

sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan

untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu. Teknik pengambilan sampel pada

umumnya dilakukan secara random, pengumpulan data menggunakan instrumen

penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik dengan tujuan untuk menguji

hipotesis yang telah ditetapkan.35

Metode kuantitatif sering juga disebut metode tradisional, positivistik,

ilmiah/scientific dan metode discovery. Metode kuantitatif dinamakan metode

tradisional, karena metode ini sudah cukup lama digunakan sehingga sudah

mentradisi sebagai metode untuk penelitian. Metode ini disebut sebagai metode

positivistik karena berlandaskan pada filsafat positivisme. Metode ini disebut sebagai

metode ilmiah (scientific) karena metode ini telah memenuhi kaidah-kaidah ilmiah

yaitu konkrit, empiris, obyektif, terukur, rasional dan sistematis. Metode ini juga

disebut metode discovery karena dengan metode ini dapat ditemukan dan

dikembangkan berbagai iptek baru.36

33

Prof. Dr. Sugiyono. 2010. “Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods)”. Bandung : Alfabeta CV. Hal :3.

34

Ibid. Hal: 9-10. 35

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

(35)

Berdasarkan tujuan penelitian, maka penelitian ini di identifikasi sebagai tipe

penelitian deskriptif tentang kerjasama ekonomi bilatteral antara Indonesia dan

Malaysia yang diwujudkan dengan MoU.

1.6.3 Jangkauan Penelitian

Masalah dalam penelitian kualitatif bertumpu pada suatu fokus. Fokus

penelitian merupakan suatu ruang lingkup permulaan yang dijadikan sebagai wilayah

pelaksanaan penelitian sehingga peneliti memperoleh gambaran yang jelas dan

menyeluruh tentang situasi yang diteliti. Penetapan fokus penelitian sebagai pusat

perhatian dimaksudkan sebagai batas yang berguna untuk mencegah terjadinya

pembiasan dalam mempersepsikan dan membahas masalah yang diteliti.

Berdasarkan hal tersebut, maka peneliti memberi batasan fokus penelitian.

Yang pertama, fokus pada materi mengenai kerjasama Indonesia dengan Malaysia

terutama fokus pada sub sektor industri kelapa sawit karena sektor ini memberikan

porsi besar bagi keberlangsungan pertumbuhan industri dan perekonomian Indonesia

dan Malaysia serta membuka lapangan pekerjaan yang luas bagi penyerapan tenaga

kerja. Yang kedua adalah fokus tahun digunakan untuk lebih memudahkan dalam

menjawab konteks kerjasama bilateral, yaitu kurun waktu 2006-2010. Rentang waktu

tersebut dipilih karena penulis ingin melihat bagaimana kerjasama kedua negara

terjalin ketika ada MoU pada tahun 2006-2010.

Penulis mengambil tahun 2006 – 2010 karena selain jangkauan penelitian

awal penulis dimulai tahun 2006, di tahun 2006 juga terjadi kerjasama bilateral

antara Indonesia dan Malaysia dengan mewujudkan MoU tentang pengembangan

(36)

membuat kembali MoU tentang kelapa sawit yang berisi investasi dan

ketenagakerjaan. Selanjutnya pada tahun 2010 kedua negara kembali menyepakati

MoU tentang kampanye negative dari LSM pecinta lingkungan dikarenakan kedua

negara sepakat memperluas area/lahan kelapa sawit demi terwujudnya Indonesia dan

Malaysia sebagai negara penghasil dan pengekspor kelapa sawit terbesar di dunia

untuk memajukan ekonomi masing-masing negara.

1.6.4 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan suatu langkah yang paling utama dalam

penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Teknik

pengumpulan data yang yang digunakan penulis adalah studi literatur (studi pustaka)

dengan analisis data sekunder. Data sekunder adalah data yang diperoleh atau

dikumpulkan oleh orang yang melakukan penelitian dari sumber-sumber yang sudah

ada. Data tersebut diambil dari sumber-sumber sekunder seperti buku, dokumen, dan

jurnal serta dilengkapi dengan informasi yang didapat dari internet, majalah, ataupun

surat kabar.37 Teknik pengumpulan data dapat diawali dengan mengumpulkan data

yang sesuai sebanyak mungkin, kemudian penulis akan menyeleksi dan

mengelompokkan data-data yang telah dikumpulkan kedalam beberapa bab

pemabahasan yang disesuaikan dengan sistematika penulisan untuk selanjutnya

dianalisis.

37

(37)

1.6.5 Teknik Analisis Data

Menurut Bogdan dan Bilken dalam moleong, analisis data kualitatif adalah

upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, meLSMrganisasikan data,

memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensitesiskannya, mencari

dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan

memutuskan apa yang dapat diceritakan pada orang lain.38

1.6.6 Sistematika Penulisan

Sistem penulisan dalam laporan skripsi ini akan dibagi menjadi 4 bab, yaitu

sebagai berikut:

Bab 1 merupakan bab pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah,

rumusan masalah atau pertanyakan masalah, tujuan dari penelitian, kerangka

pemikiran atau landasan pemikiran yang digunakan dalam penelitian ini yang juga

terkait dengan peringkat analisis dan juga landasan teoritik, dan dilengkapi dengan

hipotesa serta metodologi penelitian.

Bab 2 MoU Indonesia-Malaysia tahun 2006 dan 2008 sebagai latar belakang terbentuknya MoU Indonesia-Malaysia tahun 2010

Bab 3 Kampanye negatif dari LSM sebagai faktor terbentuknya MoU 2010 antara Indonesia dan Malaysia

Bab 4 merupakan kesimpulan.

38

(38)

TAHUN 2010

Produk kelapa sawit Indonesia dan Malaysia sudah tidak diragukan lagi

kualitasnya sehingga dipercaya oleh beberapa negara besar untuk memenuhi

kebutuhan minyak sawit nasionalnya. Indonesia dan Malaysia merupakan

penghasil minyak sawit terbesar di dunia, Indonesia di urutan pertama dan

Malaysia di urutan kedua, dapat dibuktikan dari kuota ekspor kedua negara. Total

kebutuhan minyak sawit dunia, 80 persen dipasok dari Indonesia dan Malaysia

sehingga jenis komoditi kelapa sawit ini sudah pasti sangat menguntungkan dan

sangat potensial kedepanya apalagi didukung oleh sumber daya alam yang

memadai, tetapi bukan berarti tidak ada hambatan atas kesuksesan kedua negara

tersebut dalam mengolah tanaman kelapa sawit dan menjadikan sebagai devisa

negara yang besar.39

2.1. PERMINTAAN KELAPA SAWIT

Produk ekspor dari komoditas kelapa sawit antara lain: minyak kelapa

sawit (CPO), dan minyak inti sawit (KPO). Indonesia mengekspor kelapa sawit ke

berbagai negara tujuan, seperti: Uni Eropa, India, China, Pakistan, Malaysia, dan

lain-lain.

39

(39)

Tabel 2.1: Ekspor CPO Indonesia ke Beberapa Negara Tujuan (2007-2009)

Grafik 2.1: Ekspor CPO Indonesia ke Beberapa Negara Tujuan (2010)

Sumber: Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Kementrian Pertanian

(40)

Tabel diatas menunjukan bahwa ekspor CPO Indonesia menunjukan

bahwa tiga pasar ekspor CPO utama pada tahun 2007 sampai 2009 adalah Uni

Eropa, India, dan Cina, sementara Malaysia berada di urutan kelima.

Kemudian pada tahun 2010 pada tabel selanjutnya menunjukan bahwa

pasar ekspor utama tidak lagi Uni Eropa melainkan India dengan nilai ekspor

sebesar US$ 3,63 milyar (47,44%), diikuti ekspor ke Malaysia yaitu sebesar US$

1,06 milyar (13,85%), Belanda sebesar US$ 800 juta (10,47%), Italia sebesar US$

474 juta (6,20%), Singapura sebesar US$ 460 juta (6,02%), Jerman sebesar US$

240 juta (3,14%), dan Spanyol sebesar US$ 230 juta (3,01%).40 Dari data diatas

dapat terlihat bahwa meskipun Malaysia merupakan negara produsen kelapa sawit

tetapi pada kenyataaanya Malaysia masih mengimpor CPO dari Indonesia.

Selain mengekspor CPO, Indonesia juga mengekspor minyak inti sawit

mentah kebeberapa negara tujuan, antara lain: Malaysia, Cina, Belanda, India, dan

negara lainya seperti grafik dibawah ini.

40

Pusat data dan Sistem Informasi Pertanian Kementrian Pertanian.2011. Analisis Kinerja

Perdagangan Komoditas Pertanian Vol 3 No.2 Tahun 2011. [online] dalam

(41)

Grafik 2.2: Ekspor Minyak Inti Sawit Indonesia ke Beberapa Negara Tujuan (2010)

Sumber: Pusat Data dan Sistem Informasi PertanianKementrian Pertanian

Pada tabel diatas menunjukan bahwa negara tujuan ekspor utama minyak

inti sawit mentah pada tahun 2010 sebesar 37,78% diekspor ke malaysia dengan

nilai ekspor sebesar US$ 553 juta, kemudian ke Cina sebesar 20,22%, Belanda

sebesar 20,11%, India sebesar 14,55%, dan negara lainya sebesar 7,34%.41 Dari

data ini juga menunjukan bahwa selain Malaysia masih mengimpor CPO ternyata

juga masih mengimpor minyak inti sawit mentah dari Indonesia. Malaysia

mengimpor bahan baku tersebut untuk kemudian diolah lagi menjadi produk

turunan yang nanti memiliki nilai ekonomis yang lebih tinggi.

41 Ibid

EKSPOR INTI SAWIT

Malaysia

China

Belanda

India

(42)

Tabel 2.4: Volume, Presentase, dan Pertumbuhan Produksi Minyak Sawit

mencapai 39,42 juta ton pada tahun 2006, dimana sebanyak 84,29 persen dipasok

dari dua negara penghasil minyak sawit yaitu Indonesia dan Malaysia dengan

produksi masing – masing 17, 35 ton (44,01%) dan 15,88 juta ton (40,28%). Pada

tahun yang sama pertumbuhan produksi minyak sawit dunia mengalami

pertumbuhan tertinggi yaitu mencapai 14,83 persen.

Pada tahun 2007, pertumbuhan produksi minyak sawit dunia mengalami

penurunan karena hanya mencapai nilai pertumbuhan sebesar 0,86%. Total

produksi minyak sawit dunia mencapai 39,76 ton, dimana sebanyak 84,22%

dipasok dari Indonesia dan Malaysia dengan rincian Indonesia memproduksi

17,66 juta ton (44,43%) dan Malaysia memproduksi 15,82 juta ton (39,79%).

(43)

(81,58% dari total Indonesia dan Malaysia). Dengan rincian Indonesia

memproduksi 17,53 juta ton (40,56%) dan Malaysia memproduksi 17,73 juta ton

(41,02%). Malaysia mengalami peningkatan jumlah produksi dari 15,85 juta ton

pada tahun sebelumnya menjadi 17,73 juta ton pada tahun 2008. Sedangkan

Indonesia justru mengalami penurunan jumlah produksi.

Pada tahun 2009, total produksi minyak sawit di dunia mencapai 45,08

juta ton (81,82% dari total Indonesia dan Malaysia). Indonesia mengalami numlah

peningkatan jumlah produksi yaitu menjadi 19,32 juta ton (42,86%), sedangkan

Malaysia mengalami penurunan jumlah produksi yaitu menjadi 17,56 juta ton

(38,96%). Kemudian pada tahun 2010, total produksi minyak sawit di dunia

mencapai 44,35 juta ton (82,86% dari total Indonesia dan Malaysia). Indonesia

mengalami peningkatan jumlah produksi lagi pada tahun ini yaitu mencapai 19,76

juta ton (44,55%), sedangkan Malaysia mengalami penurunan lagi menjadi 16,99

juta ton (38,31%).

Tingkat pertumbuhan produksi minyak sawit di Indonesia selama tahun

2066-2010 mengalami masa terendah pada tahun 2008 yaitu sebesar -0,70 persen

padahal pertumbuhan produksi tahun sebelumnya mencapai 1,80 persen.

Sementara itu Malaysia justru mengalami masa tertinggi dalam periode yang sama

mencapai 12,07 persen. Namun pada tahun berikutnya 2009, pertumbuhan minyak

sawit Malaysia mengalami penurunan tajam menjadi -0,95 persen, sementara

(44)

Indonesia dan Malaysia akan terus menjadi pemain utama dalam ekspor

minyak kelapa sawit mengingat belum adanya perkembangan yang signifikan dari

negara-negara penghasil minyak sawit lainnya.

2.2. FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP

PENAWARAN DAN PRODUKSI MINYAK SAWIT DALAM MEMENUHI PERMINTAAN KONSUMSI DUNIA

Semakin meningkatnya permintaan global untuk lemak nabati tetap

menjadi faktor utama yang mendorong harga minyak sawit di pasar komoditas

internasional. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap penawaran dan produksi

minyak sawit dalam memenuhi permintaan konsumsi dunia, antara lain: (1) iklim,

(2) luas lahan yang tersedia, (3) ketersediaan tenaga kerja, (4) dukungan

pemerintah masing-masing negara.42 Faktor-faktor tersebut akan dijelaskan lebih

mendalam, sebagai berikut :

2.2.1. IKLIM

Tanaman kelapa sawit memerlukan kondisi lingkungan yang baik agar

mampu tumbuh dan berproduksi secara optimal. Terdapat tiga unsur iklim yang

penting untuk di perhatikan dalam budi daya tanaman kelapa sawit, yaitu curah

hujan, suhu, dan intensitas cahaya. Kelapa sawit merupakan tanaman yang

berproduksi sepanjang tahun sehingga membutuhkan suplai air yang relatif

sepanjang tahun pula. Suplai air tesebut berhubungan dengan jaminan

ketersediaan air dalam tanah sepanjang pertumbuhan tanaman yang didapat dari

42

(45)

curah hujan. Curah hujan yang ideal untuk tanaman kelapa sawit berkisar

2.000-3.500 mm/th yang merata sepanjang tahu dengan minimal 100 mm/bulan.43

Unsur kedua yaitu suhu rata-rata tahunan untuk pertumbuhan dan produksi

kelapa sawit antara 24-29 derajat celcius, dengan produksi terbaik antara 25-27

derajat celcius. Nilai geografis merupakan fungsi dari iklim. Jika ditinjau dari

iklim, semakin jauh letak suatu negara dari daerah tropis, maka akan semakin

rendah nilai geografisnya atau semakin tidak cocok untuk budi daya kelapa sawit.

Hal tersebut karena penyebaran geografis areal kelapa sawit terkonsentrasi pada

daerah tropis. Kelapa sawit akan tumbuh dengan baik pada dataran rendah di

daerah tropis yang beriklim basah, yaitu sepanjang garis khatulistiwa antara 23,5

derajat lintang utara sampai 23,5 derajat lintangg selatan.44

Unsur yang ketiga adalah intensitas cahaya matagari, dimana hal tersebut

menentukan laju fotosintesis pada daun kelapa yang nantinya berpengaruh

terhadap tingkat produksi yang dihasilkan. Kelapa sawit memerlukan lama waktu

penyinaran antara 5-12 jam/hari.45

Dari ketiga unsur yang harus diperhatikan dalam penanaman kelapa sawit

maka kesesuaian iklim bagi pertumbuhan kelapa sawit akan berpengaruh terhadap

kualitas dan kuantitas produksi kelapa sawit serta produk turunan/olahannya. Jika

dilihat dari indikator iklim yang tepat untuk produksi kelapa sawit, maka

Indonesia secara geografis sangat memenuhi kualifikasi tersebut karena indonesia

beriklim tropis, berada tepat di jantung khatulistiwa, hanya memiliki musim hujan

dan kemarau sehingga kebutuhan proses pengembangan kelapa sawit sangat

43

Ibid

44

Ibid

45

(46)

potensial. Dari indikator tersebut, secara iklim Indonesia sudah diuntungkan

sehingga menangkap peluang memenuhi target pemenuhan permintaan kelapa

sawit dunia yang trendnya naik dari tahun ke tahun. 46

Begitu juga dengan iklim di Malaysia tidak beda jauh dengan Indonesia

yang juga memiliki karakteristik yang sama, di Malaysia pun juga iklimnya

merupakan iklim tropis yang hanya memiliki musim hujan dan kemarau dan

intensitas keduanya pun seimbang sehingga dapat dikatakan cuaca di Malaysia

juga sangat cocok untuk industri kelapa sawit dan unsur-unsur seperti suhu, curah

hujan, dan intensitas cahaya juga kurang lebih sama dengan Indonesia dimana

ketiga unsur itupun juga sangat penting dalam penanaman kelapa sawit guna

terciptanya tumbuhan kelapa sawit yang unggul.

2.2.2 LUAS LAHAN YANG TERSEDIA

Lahan merupakan sumber daya alam yang penting dalam menunjang

kehidupan atau aktivitas manusia, karena di atas lahan inilah segala aktivitas

berlangsung dalam rangka pemenuhan kebutuhan dan keberlangsungan hidup

manusia. Dari segi fisik geografi, lahan adalah tempat dimana sebuah hunian

mempunyai kualitas fisik yang penting dalam penggunaanya. Sedangkan bila

ditinjau dari segi ekonomi, lahan adalah sumber daya alam yang mempunyai

peranan penting dalam produksi.47 Dalam pengembangan perkebunan kelapa

sawit, membutuhkan luas lahan dengan tingkat kesuburan tanah yang baik,

46

Ibid

47

Lichrield dan Drabkin. Konsep Guna Lahan. [online] dalam

(47)

sehingga dengan lahan yang subur akan mencukupi sebagian besar unsur hara

yang dibutuhkan oleh tanaman kelapa sawit.48

Dari pernyataan diatas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa lahan erat

kaitanya dengan produksi karena suatu luas lahan dapat menghasilkan kuantitas

kelapa sawit dengan jumlah tertentu. Sehingga dalam pemenuhan target produksi

dan ditambah dengan perhitungan masa tanam dan panen, maka ketersediaan

lahan bagi pengembangan dan produksi sawit sangat potensial dan vital. Untuk itu

indikator ini berusaha dipenuhi dengan berbagai cara, khususnya adalah perluasan

lahan–lahan baru.

Kebutuhan dunia akan minyak kelapa sawit dan produk turunannya,

membuat Indonesia dan Malaysia memanfaatkan peluang tersebut dengan

melakukan ekspansi pada perkebunan kelapa sawit kedua negara. Pemerintah

Malaysia telah mengumumkan akan membuka lahan yang akan digunakan untuk

pengolahan kelapa sawit. Hal ini akan menambah area lahan nasional kelapa sawit

Malaysia dari 4,67 juta Ha menjadi 5,4 juta Ha.49 Untuk lebih lanjut mengetahui

bagaimana kondisi lahan dan persebaran perkebunan kelapa sawit di Indonesia

dan Malaysia sebagai negara produsen terbesar didunia, bisa dilihat pada sub-bab

berikut ini.

48

Iyung Pahan. 2006. Kelapa Sawit: Manajemen Agribisnis dari Hulu Hingga Hilir. Diakses pada 10 April 2014

49

(48)

2.2.2.1. LAHAN KELAPA SAWIT DI INDONESIA

Perkebunan kelapa sawit di Indonesia dapat dibagi menjadi 3 berdasarkan dari

pengusahaanya atau pelaku perkebunan kelapa sawit, yaitu:

1. Perkebunan Besar Negara (PBN).

2. Perkebunan Besar Swasta (PBS)

3. Perkebunan Rakyat (PR)50

Perkebunan besar negara adalah bentuk usaha perkebunan yang

kepemilikan, pengusahaan, dan pengelolaanya dilakukan secara bersama melalui

Kantor Pemasaran Bersama (KPB), kemudian perkebunan besar swasta dilakukan

oleh masing-masing perusahaan, sedangkan perkebunan rakyat dilaksanakan oleh

rakyat secara perorangan atau berkelompok. Tingkat produktivitas kelapa sawit

juga tergantung dari kepemilikanya, dimana produktivitas perkebunan rakyat

masih rendah jika dubandingkan perkebunan besar negara dan perkebunan besar

swasta.51 Luas areal perkebunan sawit di Indonesia berdasarkan pengusahaanya

adalah sebagai berikut:

50

Dina Meria Sinaga dan Mulyo Hendarto. 2012. Analisis Kebijakan Pengelolaan Perkebunan

Kelapa Sawit di Provinsi Sumatra Utara. Diponegoro Journal of Economics Volume 1, Nomor 2,

tahun 2012 51

(49)

Tabel 2.5:Luas Areal Perkebunan Sawit Seluruh Indonesia Menurut

1980an, ketika PBS mulai sektor perkebunan dan pengolahan minyak kelapa

sawit dalam jumlah yang besar. Sebelumnya, perkebunan kelapa sawit didominasi

oleh PBN. Lahan kelapa sawit setiap tahunya selalu mengalami perluasan, dan

sejauh ini PBS memiliki lahan yang lebih luas dibandingkan dengan PR dan PBN.

Berdasarkan tabel diatas pada tahun 1980 hanya PBN dan PBS saja yang

banyak memiliki lahan perkebunan sawit, yaitu 68% (200 ribu Ha) untuk PBN

28,9% (84 ribu Ha) untuk PBS sementara untuk PR hanya memiliki sebagian

kecil saja yaitu 2% (6 ribu Ha).52 Tetapi pada tahun 2007 luas area lahan sawit

yang dimiliki oleh PR meningkat tajam hingga pada akhirnya mengungguli PBN

yaitu meningkat menjadi 40,7% (2,7 juta Ha); PBN 9% (607 ribu Ha); dan 50%

(3,4 juta Ha) milik PBS.53 Kemudian pada tahun 2008 terjadi peningkatan

kembali oleh PR yaitu sebesar 41,4% (2,9 juta Ha); PBN 8,7% (608 ribu Ha); dan

(50)

47,8% (3,5 juta Ha) dimiliki oleh PBS.55 Jika dilihat perkembangan lahan kelapa

sawit yang dimiliki PR, PBN dan PBS dari tahun ke tahun, maka bisa dikatakan

luas lahan perkebunan di Indonesia mengalami peningkatan.

2.2.2.2. LAHAN KELAPA SAWIT DI MALAYSIA

Kelapa sawit bagi Malaysia juga merupakan produk unggulan pertanian

dengan penggunaan lahan pertanian negara sebanyak 79%. Berbeda dengan

Indonesia yang memiliki potensi lahan yang cukup luas, Malaysia justru memiliki

keterbatasan lahan. Terbatasnya ketersediaan lahan untuk dikonversi menjadi

kebun kelapa sawit merupakan tantangan bagi pertumbuhan industri kelapa sawit

Malaysia. Meskipun demikian, keterbatasan lahan yang tersedia untuk perluasan

kelapa sawit tidak membuat Malaysia untuk menurunkan produksi minyak sawit.

Untuk memenuhi target ekspor dan keberlanjutan produk, maka industri kelapa

sawit Malaysia melakukan strategi penguasaan sumber daya lahan dengan

melakukan ekspansi investasi ke negara lain, yaitu Indonesia.56

Dari tahun ke tahun, luas lahan produksi di Malaysia mengalami

peningkatan dimana daerah yang paling luas penyebarannya adalah di

semenanjung malaysia. Industri kelapa sawit di Malaysia sebagian besar dipacu

oleh sektor swasta dan masih bertumpu pada industri hulu, yaitu produksi buah

tandan segar, yang diproses mulai dari ladang hingga pengolahan. Kemudian pada

tahun 2009, luas lahan kelapa sawit meningkat kembali menjadi 4,7 juta Ha.57

55

Ibid 56

Ibid 57

(51)

Dari luas lahan tersebut terdapat 416 perusahaan kilang, 34 pelumat, 51 kilang

penapis, 18 loji elokimia dan 25 loji biodiesel.58

Pelaku dalam industri perkebunan kelapa sawit di Malaysia terdiri dari tiga

pilar yang disebut dengan pengembang, pengilang, dan pedagang. Pertama

berdasarkan dari pengembang industry kelapa sawit (pelaku perkebunan kelapa

sawit), yaitu perusahaan swasta besar, Badan Usaha Milik Pemerintah Malaysia,

Milik Negara Kerajaan, dan perkebunan rakyat. Kemudian berdasarkan

pengilangnya yaitu industri prosesor minyak kelapa sawit yang terdiri dari pabrik

CPO, perusahaan minyak goreng, perusahaan elokimia, perusahaan penjernih

CPO dan perusahaan produk turunan CPO lainnya. Ketiga adalah kumpulan

pedagang dan eksportir minyak sawit dan produk turunannya.59

2.2.3. KETERSEDIAAN TENAGA KERJA

Kelapa sawit merupakan salah satu produk perkebunan yang memiliki

nilai tinggi dan industrinya bukan berbentuk pada teknologi, melainkan padat

karya.60 Dari karakteristik yang padat karya tersebut, ketersediaan tenaga kerja

yang melimpah dengan keahlian yang cukup dan tingkat upah efisien merupakan

faktor yang sangat menentukan tercapainya skala ekonomi untuk usaha

perkebunan kelapa sawit. Industri tidak bisa berjalan dengan baik tanpa

terpenuhinya permintaan tenaga kerja. Tenaga kerja (man power) adalah seluruh

58

Ibid

59

Ibid

60

Iyung Pahan. 2006. Kelapa Sawit: Manajemen Agribisnis dari Hulu Hingga Hilir. Diakses pada

(52)

penduduk dalam usia kerja (berusia 15 tahun atau lebih) yang potensial dapat

memproduksi barang dan jasa.61

Biaya transaksi industri dengan tenaga kerja cukup rumit secara ekonomi

jika menggunakan hitungan angka, teetapi hal tersebut bisa ditarik ke dalam pola

korelasi antara mata rantai industri dengan tenaga kerja lintas negara. Dalam hal

ini Indonesia dan Malaysia. Tenaga kerja yang dibutuhkan pada sektor kelapa

sawit meliputi, persiapan lahan, penanaman, pemeliharaan, dan pengolahan.

Apabila upah yang diperoleh pekerja/buruh tinggi, maka output yang dihasilkan

oleh buruh tersebut juga akan tinggi karena produktivitas tenaga kerja

mempengaruhi besar kecilnya produksi yang dihasilkan.62

2.2.3.1 PERAN TKI DI BIDANG PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DI

MALAYSIA

Kelancaran dan keberhasilan usaha perkebunan kelapa sawit selain

ditentukan oleh faktor-faktor lingkungan, juga ditentukan oleh faktor kemampuan

pengusaha atau negara dalam mengelola dan melaksanakan manajemen sumber

daya manusianya. Dengan kata lain bahwa dalam memproduksi minyak sawit dan

produk olahanya memerlukan dukungan tenaga kerja. Interaksi antara kekuatan

permintaan dan penawaran dalam pasar tenaga kerja, cesara bersama-sama

menentukan jumlah orang yang akan dipekerjakan dan tingkat upahnya karena

permintaan tenaga kerja dipengaruhi oleh kegiatan ekonomi dan tingkat upah.

Keunikan suatu negara akan terlihat dari apa yang dimiliki oleh negara tersebut

61

Pengertian Tenaga Kerja. [online] dalam http://www.datstatistik-indonesia.com. Diakses pada 8 April 2014

(53)

yang tidak dimiliki oleh negara lain. Hal tersebut akan membuat negara memiliki

keungulan yang dapat diandalkan sebagai sumber pendapatan negaranya.

Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki keunggulan tenaga

kerja tersebut apabila dibandingkan dengan negara produsen kelapa sawit lainya,

yaitu India, Kamerun, Zaire, Ghana, Thailand, Brazil, Malaysia, Kolombia, dan

Papua New Guinea.63 Sebagai negara produsen minyak sawit terbesar di duni,

Indonesia memiliki tenaga kerja yang melimpah namun kemampuan SDM masih

cukup atau terbatas, sedangkan Malaysia sebagai negara produsen kelapa sawit

memiliki keterbatasan jumlah tenaga kerja namun memiliki SDM yang

berkemampuan tinggi.64 Berikut ini adalah tabel mengenai tingkat keunggulan

komparatif tenaga kerja negara produsen kelapa sawit.

63

Iyung Pahan.2006. Kelapa Sawit : Manajemen Agribisnis dari Hulu hingga Hilir [online] dalam http://books.google.co.id/books?id=XSptqDdEIcOC%&pg diakses pada 29 April 2014.

(54)

Tabel 2.6: Tingkat Keunggulan Komparatif Tenaga Kerja Negara Produsen Kelapa Sawit

No Negara Tenaga Kerja Tingkat

Keunggulan

Jumlah Kemampuan Harga

1 India Banyak Tinggi Rendah 1

2 Indonesia Banyak Cukup Rendah 2

3 Kamerun Banyak Rendah Rendah 3

4 Zaire Banyak Rendah Rendah 3

5 Ghana Banyak Rendah Rendah 3

6 Thailand Banyak Tinggi Tinggi 4

7 Brazil Banyak Cukup Tinggi 5

8 Malaysia Cukup Tinggi Tinggi 6

9 Kolombia Cukup Cukup Tinggi 7

10 Papua New

Guinea

Sedikit Rendah Rendah 8

Sumber: FAO

Dengan adanya ekspansi Malaysia terhadap lahan perkebunan kelapa sawit

di Indonesia, maka membuka peluang bagi para migran terutama TKI untuk

mencobamencari peruntungan di Malaysia sebagai buruh perkebunan. Dari situlah

kemudian terjadi kerjasama antar dua negara, dimana Indonesia memiliki banyak

tenaga kerja dan penganggauran sedangkan Malaysia yang mengalami

pertumbuhan industrialisasi membutuhkan transfer tenaga kerja. Sumber daya

manusia atau tenaga kerja merupakan salah sattu faktor produksi yang menyerap

Gambar

Gambar 1.1 : Kerangka Pemikiran
Grafik 2.1: Ekspor CPO Indonesia ke Beberapa Negara Tujuan (2010)
Grafik 2.2: Ekspor Minyak Inti Sawit Indonesia ke Beberapa Negara Tujuan (2010)
Tabel 2.4: Volume, Presentase, dan Pertumbuhan Produksi Minyak Sawit Indonesia dan Malaysia (2006-2010)
+3

Referensi

Dokumen terkait

19/Permentan/OT/140/3/2011 tentang Pedoman Perkebunan Kelapa Sawit Berkelanjutan Indonesia ( Indonesian Sustainable Palm Oil – ISPO), menyatakan bahwa : “Perusahaan Perkebunan

308111047, Implementasi Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak Di Perumnas Kelapa Sawit Kecamatan Stabat (Studi Kasus Komisi Perlindungan Anak

Judul Tugas Akhir : Analisis Pengaruh Variabel Makro Ekonomi Dan Harga Kelapa Sawit (CPO) Terhadap Kinerja Bursa Efek Indonesia (BEI) Januari 2010 Desember

Minyak dari olahan kelapa sawit ini tergolong minyak nabati yang efisien dan produktivitasnya lebih tinggi jika dibandingkan dengan jenis minyak nabati yang

Kelapa sawit merupakan tumbuhan yang dapat diproses menjadi bermacam-macam produk, contohnya seperti biskuit, roti, mie, shampo, lilin, dan detergen. Penggunaan kelapa

Pemerintah Indonesia mengeluarkan Peraturan Menteri Pertanian No.19/Permentan/OT.140/3/2011 tentang Pedoman Perkebunan Kelapa sawit Berkelanjutan Indonesia ISPO pada tahun 2011,