• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAKTOR PENDORONG DAN PENARIK KONSUMEN DEPOT MIE “LEKKER” SURABAYA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "FAKTOR PENDORONG DAN PENARIK KONSUMEN DEPOT MIE “LEKKER” SURABAYA."

Copied!
80
0
0

Teks penuh

(1)

FAKTOR PENDORONG DAN PENARIK

KONSUMEN DEPOT MIE “ LEKKER” SURABAYA

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Pertanian

Universitas Pembangunan Nasional “ Veteran” Jawa Timur

Untuk menyusun Skripsi S-1

Oleh :

ENGGARINO DIAMBONA

NPM: 0924010007

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “ VETERAN” JAWA TIMUR

SURABAYA

(2)
(3)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi karakteristik konsumen Depot Mie “Lekker” Surabaya, Menganalisis faktor pendorong dan penarik konsumen membeli Mie “Lekker” Surabaya, dan mengetahui kepuasan konsumen dalam menilai atribut-atribut “Mie Lekker” Surabaya. Analisis deskriptif digunakan untuk menguji tujuan satu, dua, dan tiga. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan

konsumen adalah faktor pendorong dan faktor penarik. Faktor pendorong meliputi merek, lokasi, tempat parkir, harga, besar porsi, kecepatan transaksi, kebersihan depot. Untuk faktor penarik meliputi promosi, aroma, keragaman menu, fasilitas delivery service,

penampilan pelayanan, keramahan pelayanan, kemasan, kecepatan layanan, kemampuan pramusaji berkomunikasi, suasana depot dan fasilitas depot. Karakteristik konsumen Depot Mie Lekker Surabaya di dominasi usia antara 30-40 tahun, mayoritas berjenis kelamin pria dengan penddikan terakhir perguruan tinggi, selain itu konsumen Depot Mie Lekker

Surabaya kebanyakan sebagai pegawai sawasta dengan pendapatan antara Rp.1.700.000 – Rp.2.500.000. hal ini disebabkan karena Depot Mie Lekker terletak didaerah perkantoran, kampus dan coorporates.

Kata kunci : faktor pendorong dan penarik, kepuasan konsumen

ABSTRACT

This study aimed to identify the characteristics of consumers depot mie lekker

surabaya, analyze push and pull factors consumers buy mie lekker Surabaya, and determine customer satisfaction in assessing the attributes of mie lekker Surabaya. Descriptive

analysis was used to test these objectives. the results showed that the factors that affect customer satisfaction is the driving factor and a pull factor. Driving factors include the brand, location, space, parking, prices, big portions, transaction speed, cleanliness depot. for the pull factors include promotion, aroma, diversity of menu, menu delivery facilities, appearance services, hospitality services, packaging, speed of service, the ability to communicate

waitress, atmosphere depot and depot facilities. Consumer characteristics depot mie lekker Surabaya in dominance between the ages of 30-40 years, the majority of the male with the latest education degree, besides consumer depot mie lekker surabaya mostly as private employees with revenues of between Rp. 1.700.000, - Rp. 2.500.000, -. this is because the mie lekker depot located in the office, campus and coorporate.

(4)

ENGGARINO DIAMBONA (0924010007), FAKTOR PENDORONG DAN PENARIK KONSUMEN DEPOT MIE “LEKKER” SURABAYA. PEMBIMBING UTAMA : PROF. DR. Ir. TEGUH SOEDARTO, MP. DOSEN PENDAMPING : Ir. H. SUMARTONO, SU

RINGKASAN

Perkembangan zaman yang semakin modern menyebabkan perubahan yang cukup signifikan pada gaya hidup masyarakat kota besar yang sibuk dengan segala rutinitasnya ingin menghabiskan akhir pekan yang berbeda dari biasanya. Sebagian orang berpendapat bahwa salah satu bentuk dari hiburan adalah makan di luar rumah bersama keluarga, teman atau relasi bisnis. Meningkatnya jumlah restoran atau depot di Surabaya menyebabkan persaingan semakin ketat, sehingga dengan persaingan ini membuat restoran atau depot berusaha mempertahankan, memperluas pangsa pasar yang dimiliki dan mampu menarik pelanggan baru. Untuk mencapai tujuan tersebut suatu depot harus mampu memberikan kepuasan kepada konsumen melalui peningkatan kinerja terhadap mutu dan pelayanan produk. Hal tersebut dapat dilakukan dengan menggali informasi mengenai apa saja keinginan konsumen, membina suatu hubungan dan menciptakan kesan baik sehingga konsumen memiliki keinginan untuk datang yang kedua kalinya. Usaha mie “Lekker” khas Solo sangat menarik untuk dijalankan akan tetapi tetap saja dalam menjalankannya tidaklah semudah yang dibayangkan, keberhasilan suatu depot atau restoran tidak hanya ditentukan jenis produk dan kualitas produk tetapi sangat ditentukan oleh kemampuan restoran atau depot untuk menarik pengunjung datang ke restoran atau depot mie “Lekker” khas Solo. Perlu memahami keragaman dan perilaku konsumen agar restoran atau depot mie “Lekker” khas Solo dapat memasarkan produk dengan baik. Restoran atau depot mie “Lekker” khas Solo harus memahami proses ketika seorang konsumen mengambil keputusan untuk membeli suatu produk atau makanan, sehingga dapat merancang strategi pemasaran yang baik untuk keberhasilan usaha depot mie “Lekker” tersebut.

Karakteristik konsumen Depot Mie Lekker Surabaya di dominasi usia antara 30-40 tahun, mayoritas berjenis kelamin pria dengan penddikan terakhir perguruan tinggi, selain itu konsumen Depot Mie Lekker Surabaya kebanyakan sebagai pegawai sawasta dengan pendapatan antara Rp.1.700.000 – Rp.2.500.000. hal ini disebabkan karena Depot Mie Lekker terletak didaerah perkantoran, kampus dan coorporates.

Didalam mengukur kepuasan konsumen, penelitian ini menggunakan analisis deskriptif. Analisis deskriptif dipilih karena dinilai mampu mendeskripsikan dan menggambarkan karakteristik konsumen yang membeli Mie Lekker dalam kaitannya keputusan pembelian dan kepuasan konsumen dengan pendekatan berbagai macam atribut yang sudah dikelompokkan kedalam kedua faktor yaitu faktor pendorong dan faktor penarik.

(5)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan karunia- Nya

sehingga penulis dapat menyusun tugas akhir/skripsi ini dengan judul “Faktor Pendorong

dan Penarik Konsumen Berkunjung di Depot Mie Lekker Surabaya” sebagai syarat untuk

mengambil gelar Sarjana Pertanian.

Dalam hal ini penulis menyadari bahwa segala keberhasilan dan kesuksesan tidak

terlepas dari sang khaliq dan juga tidak lepas dari bantuan-bantuan berbagai banyak pihak.

Penulis ingin mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Prof. Dr. Ir.

Teguh Soedarto, MP selaku Dosen Pembimbing utama dan Dr. Ir. Sumartono, SU selaku

Dosen Pendamping yang telah banyak memberikan pengarahan, motivasi, masukan serta

meluangkan waktu dan tenaganya dengan penuh kesabaran dan keikhlasan untuk

membimbing penulis.

Selain itu, penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak - pihak yang

telah membantu dalam proses penyusunan tugas akhir/skripsi ini baik secara langsung

maupun tidak langsung, kepada :

1. Dr.Ir. Ramdan Hidayat, MSi selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas

Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

2. Dr.Ir. Eko Nurhadi, MS selaku ketua Jurusan Agribisnis, Fakultas Pertanian-Universitas

Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

3. Ayahanda Agus Hendratno dan Ibunda Rulia Noviati tercinta yang telah memberi

dukungan materi maupun moril kepada penulis.

4. Rekan-rekan sejawat penulis atas bantuannya selama penulisan skripsi.

(6)

Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu

saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan untuk kesempurnaan skripsi ini.

Akhir kata, Penulis berharap semoga tulisan ini dapat memberikan manfaat kepada semua

pihak yang memerlukannya.

Surabaya, Juni 2013

(7)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR GAMBAR ... v

DAFTAR TABEL ... vi

I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 5

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 6

A. Penelitian Terdahulu ... 6

B. Tinjauan Teoritis ... 8

III. KERANGKA PEMIKIRAN ... 30

IV. METODE PENELITIAN ... 34

A. Penentuan Lokasi Penelitian ... 34

B. Pemilihan Sample ... 34

C. Pengumpulan Data ... 34

D. Analisis Data ... 35

E. Atribut Dasar Dalam Pengukuran Kepuasan Konsumen ... 35

F. Definisi Operasional Kinerja Atribut ... 37

V. HASIL dan PEMBAHASAN ... 47

A. Keadaan Umum Depot Mie Lekker... 47

B. Karakteristik Pembeli Mie Lekker ... 51

C. Karakteristik Konsumen ... 51

D. Kepuasan Konsumen yang Membeli Mie Lekker ... 56

(8)

F. Faktor Penarik Keputusan Konsumen Membeli ... 65

VI. KESIMPULAN dan SARAN ... 77

A. KESIMPULAN ... 77

B. SARAN ... 78

Daftar Pustaka ... 78

(9)

DAFTAR GAMBAR

Nomor

Judul

Halaman

1. Tahap-tahap Pengambilan Keputusan ... 13

2. Kerangka Pemikiran ... 33

3. Denah Lokasi Depot Mie Lekker ... 49

(10)

DAFTAR TABEL

Nomor

Judul

Halaman

1. Atribut Dasar Pengukuran Konsumen... 36

2. Umur Responden Yang Membeli Mie Di Mie Lekker Surabaya... 51

3. Jenis Kelamin Yang Membeli Mie Lekker Surabaya ... 52

4. Pendidikan Terakhir Yang Membeli Mie Lekker ... 53

5. Jenis Pekerjaan Responden Yang Membeli Mie Lekker Surabaya ... 54

6. Pendapatan Responden Yang Membeli Mie Lekker Surabaya ... 55

7. Hasil Penilaian Konsumen Terhadap Atribut Rasa ... 56

8. Tanggapan Responden Terhadap Atribut Merek Mie Lekker ... 57

9. Tanggapan Respoden Terhadap Atribut Lokasi ... 58

10. Tanggapan Respoden Terhadap Atribut Tempat Parkir ... 59

11. Tanggapan Responden Terhadap Atribut Harga ... 60

12. Tanggapan Respoden Terhadap Atribut Besar Porsi ... 61

13. Tanggapan Responden Terhadap Atribut Rasa ... 62

14. Tanggapan Responden Terhadap Atribut Kecepatan Transaksi ... 63

15. Kebersihan Depot Mie Lekker ... 64

16. Promosi ... 65

17. Aroma Produk ... 66

18. Keragaman Menu ... 67

19. Delivery Service ... 68

20. Penampilan Pelayan ... 69

21. Keramahan Pelayan ... 70

22. Kemasan (Packaging) ... 71

23. Kecepatan Layanan... 72

24. Kemampuan Pramusaji Berkomunikasi ... 73

(11)
(12)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut Undang-Undang RI No. 7 Tahun 1996, keamanan pangan adalah kondisi

dan upaya yang diperlukan untuk mencegah pangan dari kemungkinan cemaran biologis,

kimia, dan benda lain yang dapat mengganggu, merugikan, dan membahayakan kesehatan

manusia. Namun ironisnya, masyarakat Indonesia beberapa bulan terakhir ini telah

diguncang oleh masalah penggunaan formalin dalam beberapa jenis bahan pangan, antara

lain mie basah, bakso, tahu, ikan asin, dan ayam potong. Selain penggunaan formalin, tidak

sedikit produsen mie yang juga menambahkan boraks, yang merupakan bahan campuran

untuk kuningan dan bahan las, kedalam produknya untuk memperbaiki tekstur menjadi jauh

lebih kenyal. Masalah keamanan pangan ini tidak dapat dihindari lagi walaupun sudah ada

peraturan yang melarang penggunaan kedua bahan tersebut. Larangan penggunaan

formalin dan boraks untuk bahan pangan telah diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan

Republik Indonesia (Permenkes) No. 722/MenKes/Per/IX/88.

Perekonomian Indonesia pernah dihadapkan kepada dampak krisis ekonomi global.

Apabila dilihat dari segi bisnis restoran di Indonesia, bisnis restoran hingga saat ini masih

diyakini sebagai salah satu bentuk usaha ekonomi yang memiliki prospek cukup bagus,

bahkan dalam kondisi krisis sekalipun. Saat ini perkembangan usaha di bidang restoran

tumbuh dengan pesat terutama dengan semakin banyaknya dibangun restoran yang dibuka

ditempat yang banyak dilewati dan dikunjungi oleh orang seperti di jalan raya maupun

dipusat pembelanjaan. Alasan mendirikan restoran atau jasa penyedia makanan yaitu

sederhana dikarenakan kebutuhan konsumen yang paling mendasar dan tidak pernah

hilang dari kebutuhannya yakni kebutuhan akan makanan.

Perkembangan zaman yang semakin modern menyebabkan perubahan yang cukup

signifikan pada gaya hidup masyarakat kota besar yang sibuk dengan segala rutinitasnya

ingin menghabiskan akhir pekan yang berbeda dari biasanya. Ada banyak pilihan yang bisa

(13)

Sebagian orang berpendapat bahwa salah satu bentuk dari hiburan adalah makan di luar

rumah bersama keluarga, teman atau relasi bisnis. Masyarakat dengan tingkat sosial

ekonomi yang baik tidak hanya memilih jenis makanan apa yang akan mereka makan, tetapi

juga memilih di mana mereka akan makan.

Meningkatnya jumlah restoran atau depot di Surabaya menyebabkan persaingan

semakin ketat, sehingga dengan persaingan ini membuat restoran atau depot berusaha

mempertahankan, memperluas pangsa pasar yang dimiliki dan mampu menarik pelanggan

baru. Untuk mencapai tujuan tersebut suatu depot harus mampu memberikan kepuasan

kepada konsumen melalui peningkatan kinerja terhadap mutu dan pelayanan produk. Hal

tersebut dapat dilakukan dengan menggali informasi mengenai apa saja keinginan

konsumen, membina suatu hubungan dan menciptakan kesan baik sehingga konsumen

memiliki keinginan untuk datang yang kedua kalinya.

Perubahan ini juga terlihat dalam pola konsumsi masyarakat yang ingin serba cepat

dan praktis, sehingga terdapat kecenderungan untuk mengkonsumsi makanan diluar rumah

yang memberi kemudahan. Dengan meningkatnya penduduk dapat memberikan kontrubusi

nyata bagi restoran untuk menjadi bisnis yang tetap berpeluang dan juga bisa dikatakan

cukup menjanjikan didalam persaingan bisnis yang semakin ketat. Ditambah lagi fungsi

restoran selain menjual makanan dan minuman restoran juga bisa menjadi tempat untuk

bersantai, rekreasi, dan juga untuk acara khusus seperti perayaan dan jamuan makan untuk

relasi bisnis. Hal ini akan membuat konsumen selalu punya alasan untuk mengunjungi

restoran diluar untuk memenuhi kebutuhan megkonsumsi makanan. Alasan-alasan

tersebutlah yang dapat mendorong pertumbuhan restoran khususnya daerah perkotaan

seperti kota Surabaya.

Menurut Astawan (2003), saat ini mie telah menjadi salah satu pangan alternatif

pengganti nasi. Dilihat dari keanekaragaman pangan mengkonsumsi mie sangat positif.

Kandungan karbohidrat yang tinggi memungkinkan jenis bahan pangan mie diposisikan

pengganti nasi, bahkan mie mempunyai kandungan gizi yang banyak. Kegemaran

(14)

tekstur mie yang halus dan mudah untuk dimakan, serta kepraktisan dalam penyajiannya. Di

Indonesia mie sudah cukup dikenal hal ini dapat dilihat dari banyaknya makanan khas

daerah indonesia dalam pembuatanya terdapat produk mie, contohnya seperti mie “Lekker”

khas Solo.

Usaha mie “Lekker” khas Solo sangat menarik untuk dijalankan akan tetapi tetap

saja dalam menjalankannya tidaklah semudah yang dibayangkan, keberhasilan suatu depot

atau restoran tidak hanya ditentukan jenis produk dan kualitas produk tetapi sangat

ditentukan oleh kemampuan restoran atau depot untuk menarik pengunjung datang ke

restoran atau depot mie “Lekker” khas Solo. Perlu memahami keragaman dan perilaku

konsumen agar restoran atau depot mie “Lekker” khas Solo dapat memasarkan produk

dengan baik. Restoran atau depot mie “Lekker” khas Solo harus memahami proses ketika

seorang konsumen mengambil keputusan untuk membeli suatu produk atau makanan,

sehingga dapat merancang strategi pemasaran yang baik untuk keberhasilan usaha depot

mie “Lekker” tersebut.

B. Rumusan Masalah

Depot mie “Lekker” khas Solo yang berada dikota surabaya haruslah mampu

menghadapi persaingan yang semakin tajam diantara kompetitor mie di kota Surabaya.

Dengan banyaknya persaingan yang ada saat ini depot mie “Lekker” tersebut harus mampu

meraih, dan mempertahankan serta meningkatkan konsumen. Agar mampu meraih,

mempertahankan dan meningkatkan konsumen depot mie “Lekker” dikota Surabaya harus

terlebih dahulu bisa memahami karakteristik konsumen.

Karakteristik konsumen restoran atau depot sangatlah beragam dalam hal umur,

status perkawinan, pekerjaan, pendidikan, dan jumlah anggota keluarga. Karakteristik

konsumen sangat mempengaruhi persepsi dan penilaian konsumen terhadap suatu produk

oleh karena itu perbedaan karakteristik konsumen akan secara langsung membentuk

penilain yang berbeda beda juga dari konsumen satu dengan konsumen yang lain. Perilaku

konsumen dapat dilihat dan dipahami melalui proses keputusan pembelian konsumen, mulai

(15)

serta tingkat keragaman atribut restoran dan produk andalan berdasarkan tingkat

kepentingan dan tingakat kepuasan. Dari proses keputusan tersebut dapat diperoleh

gambaran umum mengenai produk seperti apa sesungguhnya dibutuhkan dan diinginkan

oleh konsumen.

Keberadaan konsumen sangatlah penting bagi suatu usaha depot mie “Lekker”

karena konsumen merupakan suatu aset yang sangat berharga bagi kelangsungan dan

pengembangan suatu usaha. Perhatian yang baik dapat dilakukan dengan melihat dan

memahami kebutuhan dan keinginan konsumen. Hal tersebut dapat diatasi dan dilihat dari

keinginan konsumen agar konsumen tidak beralih ketempat lain yang dapat mengakibatkan

terjadinya penurunan penjualan. Sebagai langkah awal yang perlu dilakukan adalah studi

perilaku konsumen yang dapat memberikan rekomendasi kebijakan pemasaran bagi pihak

pengelola usaha depot mie “Lekker” khas Solo.

Berdasarkan uraian diatas, maka perumusan masalah penelitian ini sebagai berikut :

1. Bagaimana karakteristik konsumen restoran atau depot mie “Lekker”

Surabaya?

2. Apakah faktor pendorong dan penarik yang mempengaruhi pembelian di

restoran atau depot mie “Lekker” Surabaya?

3. Apakah konsumen puas dengan atribut-atribut “Mie Lekker” Surabaya?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah:

1. Mengidentifikasi karakteristik konsumen Depot Mie “Lekker” Surabaya.

2. Analisis faktor pendorong dan penarik konsumen membeli Mie “Lekker” Surabaya.

3. Mengetahui kepuasan konsumen dalam menilai atribut-atribut “Mie Lekker” Surabaya.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan berguna bagi:

1. Depot Mie “Lekker” Surabaya, sebagai bahan masukan dalam menjalankan usaha.

2. Peneliti, untuk menerapakan ilmu dan teori-teori yang diperoleh selama di bangku kuliah,

(16)
(17)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Penelitian Terdahulu

Evy Marini (2003), mengadakan penelitian tentang perilaku konsumen restoran fast

food “Hoka-Hoka Bento” cabang bogor. Metode penelitian yang dilakukan adalah metode

survey, sedangkan pengambilan sample responden dilakukan dengan purposive (sengaja).

Analisis yang dilakukan dengan menggunakan “Importance performance analysis”. Metode

tabulasi deskriptif digunakan untuk mengetahui karakteristik konsumen Bogor dan proses

keputusan pada pembelian Hoka-Hoka Bento. Hasil analisis menunjukan 45% dari seluruh

respoden menyatakan bahwa alasan mereka melakukan pembelian produk Hoka-Hoka

Bento adalah menghilangkan rasa lapar dengan motivasi terbesar 62% karena rasa enak,

indikator yang menjadi dasar pertimbangan awal responden dalam pembelian 53% adalah

rasa, sedangkan faktor penting bagi responden dalam pembelian adalah harga dengan

65%. Hampir seluruh konsumen Hoka-Hoka Bento merasa puas setelah mengkonsumsi

produk Hoka-Hoka Bento. Konsumen boleh dikatakan loyal terhadap restoran ini. Dari segi

atribut produk, tingkat kepuasan konsumen tidak terdapat atribut yang menjadi prioritas

utama. Hanya satu yang dirasa konsumen terlalu berlebihan yaitu “aroma produk”, padahal

aroma tidak terlalu penting menurut konsumen. Tingkat kepuasan konsumen terhadap

Hoka-Hoka Bento secara umum baik, tetapi ada beberapa yang harus diperbaiki.

Wijaya (2004) melakukan penelitian yang berjudul ”Studi Eksploratif Perilaku

Mahasiswa Universitas Kristen Petra dalam Memilih Fast Food Restaurant dan Non Fast

Food di Surabaya”. Penelitian ini merupakan penelitian eksploratif deskriptif, Di mana

penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan bagaimana preferensi mahasiswa Universitas

Kristen Petra Surabaya dalam mengkonsumsi makanan dan minuman di rumah makan.

Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa aktif studi dibagi dalam kelompok-kelompok

sesuai dengan jurusan di mana mereka menempuh studi. Besarnya sampel ditetapkan

sebanyak 200 orang. Penyebaran kuesioner dilaksanakan selama 3 minggu, mulai akhir

(18)

adalah deskriptif kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan

sehubungan dengan frekuensi kunjungan dan dengan siapa responden berkunjung ke

sebuah restoran. Selain itu, keputusan makan di fast food restaurant lebih dipengaruhi oleh

faktor kualitas makanan, kecepatan layanan, dan harga yang relatif terjangkau. Sedangkan

kualitas makanan, keramahan layanan dan kenyamanan restoran merupakan faktor yang

lebih mempengaruhi pembelian di non fast food restaurant.

Agustina (2005), meneliti analisis perilaku konsumen terhadap proses keputusan

pembelian teh dalam botol, kasus mahasiswa IPB, didapatkan proses pembelian,

faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian dan sikap konsumen dalam menentukan,

atribut-atribut penting dan merek ideal dari produk teh dalam botol. Metode pemilihan

sampel menggunakan metode insidental. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan

program komputer yang berupa software SPSS dan Excel. Dalam menganalisis data

dibnantu dengan analisis deskriptif, analisis faktor serta menggunakan analisis sikap angka

ideal. Dari penelitian tersebut motivasi terbesar yang mendorong konsumen untuk membeli

teh botol adalah karena kebutuhan fisiologis serta rasanya. Mereka yang paling digemari

oleh konsumen di tiga lokasi berbeda adalah teh botol sosro. Penelitian tersebut

menyarankan agar produsen agar memperhatikan ukuran botol yang terkait dengan volume

produk.

Bekti Setiawati (2006), mengadakan penelitian pengaruh kualitas produk dan

promosi terhadap keputusan pembelian krupuk rambak “Dwijoyo” Desa Penanggulan kec.

Pegandon kab.Kendal. Variabel yang digunakan terdiri dari 2 variabel Independent yaitu

kualitas produk dan promosi. Variabel dependent adalah keputusan pembelian. Metode

analisis yang digunakan adalah analisis linear berganda. Hasil pengujian hipotesis dengan

menggunakan uji t pada penelitian ini menunjukkan bahwa kedua variabel indipendent yang

(19)

B. Tinjauan Teoritis

1. Sejarah Mie

Selama bertahun-tahun, asal usul mie masih menjadi perdebatan. Masih simpang

siur siapa yang pertama kali membuatnya. Beberapa pendapat mengatakan bahwa mie

pertama kali dibuat di daratan Mediterania. Lain lagi mengungkapkan teknologi pembuatan

mie dikembangkan di Timur Tengah. Ada pula sebuah catatan tua yang merekam bahwa

mie pertama kali dibuat saat jaman Dinasti Han di China tahun 25-200. Kemudian pada

tahun 2005, ditemukan mie tertua yang berumur 4000 tahun di daratan China. Penemuan ini

menjadi bukti bahwa penduduk China modern adalah yang pertama membuat mie. Namun,

apakah teknologi pembuatannya diadopsi dari Timur Tengah atau tidak, masih terus menjadi

perdebatan. Banyak orang yang juga menyangka bahwa mie berawal dari pasta sehingga

menunjuk Italia yang pertama membuat mie. Namun, banyak sejarahwan percaya bahwa

ketika Marco Polo berkunjung ke China pada abad ke-13, dia menyukai mie dan

membawanya ke Italia dan memengaruhi masakan di negaranya. Pada kenyataannya, mie

tidak menjadi makanan pokok di Italia sampai abad ke-17 dan 18. Di benua Asia, mie tidak

begitu banyak menyebar sampai kira-kira tahun 100. Pada tahun tersebut, mie mulai dikenal

dan disukai di beberapa negara seperti, Jepang, Korea, Vietnam, Laos, bahkan sampai

negara-negara pulau di Asia tenggara dan asia.

Dalam budaya China, mie adalah simbol kehidupan yang panjang. Makanya, mie

secara tradisional sering disajikan pada acara ulang tahun dan saat Tahun Baru Cina

sebagai lambang umur panjang. Sehingga versi kue ulang tahun China adalah mie ulang

tahun. Di Jepang, mie dimasukkan ke dalam upacara minum teh Jepang dan membuat mie

dianggap sebagai seni tersendiri di negara tersebut. Mie bahkan menjadi lebih penting di

Jepang setelah Perang Dunia II, ketika kekurangan makanan dan hanya mie kering yang

tersedia. Di Indonesia, mie banyak digunakan sebagai bahan dasar dalam pembuatan

makanan khas seperti mie nyemek, mie Bangka, mie kari, mie Aceh, mie rebus padang, mie

betawi, mie ceker, mie rebus jawa dan mie lekker Surabaya. Hal ini menunjukan bahwa

(20)

kebudayaan dalam bentuk makanan khas daerah. Berdasarkan kondisi sebelum

dikonsumsi, mie dapat digolongkan kedalam beberapa kelompok, yaitu mie basah, mie

kering, mie instan, dan mie mentah. (http://aksesdunia.com. Februari 11, 2012).

2. Konsumen

Menurut undang-undang nomor 8 tahun 1999 tentang perlindungan konsumen,

defenisi konsumen adalah setiap orang pemakai barang atau jasa yang tersedia dalam

masyarakat, baik bagi keperluan sendiri, keluarga, orang lain, maupun mahkluk hidup lain

dan tidak untuk diperdagangkan.

Sumarwan (2003) mengelompokan konsumen dibagi menjadi dua bagian, yaitu:

1. Konsumen individu adalah individu atau rumah tangga yang membeli suatu barang atau

jasa yang digunakan untuk memenuhi kebutuhannya.

2. Konsumen organisasi lembaga lainya yang membeli barang atau jasa untuk menjalankan

seluruh kegiatan organisasinya.

Perilaku konsumen adalah proses dan aktivitas ketika seorang berhubungan dengan

pencarian, pemilihan, pembelian, penggunaan, serta pengevaluasian produk dan jasa demi

memenuhi kebutuhan dan keinginan. Perilaku konsumen merupakan hal-hal yang

mendasari konsumen untuk membuat keputusan pembelian. Untuk barang berharga jual

rendah (low involvement) proses pengambilan keputusan dilakukan dengan mudah,

sedangkan untuk barang berharga jual tinggi (high involvement) proses pengambilan

keputusan dilakukan dengan pertimbangan yang sangat matang.

Menurut Schiffman dan Kanuk Suryani (2008; 6) menjelaskan bahwa : “Perilaku

konsumen merupakan studi yang mengkaji bagaimana individu membuat keputusan

membelanjakan sumberdaya yang tersedia dan dimiliki (waktu, uang dan usaha) dan untuk

mendapatkan barang atau jasa yang nantinya akan dikonsumsi.”

Mangkunegara (2009; 3) bahwa : “Perilaku konsumen sebagai tindakan-tindakan

individu yang secara langsung terlibat dalam usaha memperoleh dan menggunakan

barang-barang jasa ekonomis termasuk proses pengambilan keputusan yang mendahului dan

(21)

Menurut Assael Simamora (2001; 75) bahwa ada empat tipe perilaku pembelian

konsumen berdasarkan pada tingkat keterlibatan pembeli dan tingkat perbedaan di antara

merek sebagai berikut :

a. Perilaku membeli yang rumit (complex buying behavior) Perilaku membeli yang rumit

membutuhkan keterlibatan tinggi dalam pembelian. Perilaku ini menyingkapkan adanya

perbedaan-perbedaan yang jelas di antara merek-merek yang ada. Perilaku membeli ini

terjadi pada waktu membeli produk-produk yang mahal, tidak sering dibeli, berisiko dan

dapat mencerminkan diri pembelinya, seperti mobil, televisi, pakaian, jam tangan,

komputer dan lain-lain. Biasanya konsumen tidak tahu terlalu banyak tentang kategori

produk dan harus belajar untuk mengetahuinya, sehingga pemasar harus menyusun

strategi untuk memberikan informasi kepada konsumen tentang atribut, kepentingannya,

tentang merek perusahaan, dan atribut penting lainnya.

b. Perilaku membeli untuk mengurangi ketidakcocokan (dissonance reducing buying

behavior) Perilaku membeli mempunyai keterlibatan yang tinggi dan konsumen

menyadari hanya sedikit perbedaan antara berbagai merek. Perilaku membeli ini terjadi

untuk pembelian produk yang mahal, tidak sering dilakukan, berisiko, dan membeli

secara relative cepat karena perbedaan merek tidak terlihat. Contoh, karpet, keramik,

pipa PVC, dan lain-lain. Pembeli biasanya mempunyai respons terhadap harga atau yang

memberikan kenyamanan. Konsumen akan memperhatikan informasi yang

mempengaruhi keputusan pembeliannya.

c. Perilaku membeli berdasarkan kebiasaan (habitual buying behaviour) dalam hal ini,

konsumen membeli suatu produk berdasarkan kebiasaan, bukan berdasarkan kesetiaan

terhadap merek. Konsumen memilih produk secara berulang bukan karena merek

produk, tetapi karena konsumen sudah mengenal produk tersebut. Setelah membeli

produk tersebut konsumen tidak mengevaluasi kembali mengapa mereka membeli

produk tersebut. Perilaku ini biasanya terjadi pada produk-produk seperti gula, garam, air

(22)

antara produk dan konsumennya, misalnya dengan menciptakan produk yang melibatkan

situasi atau emosi personal melalui iklan.

d. Perilaku membeli yang mencari keragaman (variety seeking buying behaviour) Perilaku

ini memiliki keterlibatan yang rendah, namun masih terdapat perbedaan merek yang

jelas. Konsumen berperilaku dengan tujuan mencari keragaman dan bukan kepuasan.

Jadi merek dalam perilaku ini bukan merupakan suatu yang mutlak. Sebagai market

leader, pemasar dapat melakukan strategi seperti menjaga agar jangan sampai

kehabisan stok atau dengan promosi-promosi yang dapat mengingatkan konsumen akan

produknya. Perilaku pembeli yang mencari keragaman biasanya terjadi pada

produk-produk yang sering dibeli, harganya murah dan konsumen sering mencoba merek-merek

baru.

Engel, et al. (1994), mendefinisikan perilaku konsumen adalah tindakan yang

langsung terlibat dalam mendapatkan, mengkonsumsi, dan menghabiskan barang dan jasa,

termasuk proses keputusan sebelum dan sesudah tindakan dilakukan. Menurut Nugroho

(2002), perilaku konsumen didefinisikan sebagai proses pengambilan keputusan dan

aktivitas masing-masing individu yang dilakukan dengan rangka evaluasi, mendapatkan

penggunaan atau mengatur barang-barang atau jasa.

Perilaku konsumen dipengaruhi dan dibentuk oleh banyak faktor. Menurut Engel,

et,al. (1994), perilaku konsumen dipengaruhi dan dibentuk oleh faktor pengaruh lingkungan,

perbedaan individu dan proses psikologis. Titik tolak tolak untuk memahami perilaku

konsumen adalah model rangsangan tanggapan yang dimulai dari rangsangan pemasaran

dan lingkungan yang mulai memasuki kesadaran konsumen, kemudian karakteristik

konsumen dan proses pengambilan keputusan menimbulkan keputusan pembelian tertentu

(23)

3. Proses Keputusan Pembelian

Menurut Pujangkoro (2003), konsumen dalam memutuskan pembelian suatu produk

ada dua kepentingan utama yang diperhatikannya yaitu:

a. Keputusanya pada ketersediaan dan kegunaan suatu produk. Konsumen akan

memutuskan untuk membeli suatu produk, jika produk yang ditawarkan tersebut

tersedia dan bermanfaat bagi konsumen.

b. Keputusan pada hubungan dari produk atau jasa, konsumen akan memeutuskan

untuk membeli suatu produk jika produk tersebut mempunyai hubungan dengan yang

diinginkan konsumen.

Proses keputusan pembelian yang dilakukan oleh konsumen muncul melalui suatu

tahap tertentu. Menurut Engel, et al. (1994), terdapat lima tahapan proses pengambilan

keputusan pembelian yang dilakukan oleh konsumen, yaitu: pengenalan kebutuhan,

pencarian informasi, evaluasi alternatif, proses pembelian, dan hasil penilain kosumen

terhadap produk yang telah dibeli. Tahapan-tahapan tersebut dilihat jelas pada Gambar 1.

Gambar 1. Tahap-tahap Proses Pengambilan Keputusan Pembelian

a. Pengenalan kebutuhan

Keputusan oleh konsumen dapat digolongkan dalam pengambilan keputusan yang

kompleks karena bersifat psikologis. Proses keputusan oleh konsumen dimulai dengan

adanya pengenalan kebutuhan yang mulai dirasakan dan dikenal. Adanya kebutuhan

tersebut disebabkan karena konsumen merasakan adanya ketidaksesuaian antara keadaan

yang aktual dengan keadaan yang diinginkan. Namun jika ketidaksesuaian itu berada

dibawah tingkat ambang, maka pengenalan tingkat kebutuhan pun tidak terjadi (Engel, et al.

1995). Pendapat yang sama juga dikemukakan oleh Nugroho (2002), pengenalan masalah

(24)

atau aktualnya namun ketidaksesuaian sudah cukup untuk menimbulkan dan menilai proses

keputusan.

Menurut Kotler (2000), proses pembelian dimulai saat pembeli mengenali sebuah

masalah atau kebutuhan. Timbulnya kebutuhan dapat dipicu oleh faktor-faktor seperti

keadaan yang berubah, pemorelehan produk, konsumsi produk, pengaruh pemasaran serta

perbedaan individu.

b. Pencarian Informasi

Dengan teridentifikasinya kebutuhan dan masalah, hal ini mendorong konsumen

mencari dan mengumpulkan informasi tentang produk. Konsumen akan berusaha

mengumpulkan informasi yang lebih banyak sebelum memutuskan untuk melakukan

pembelian. Pencarian informasi tergantung pada kekuatan dorongan dan stimuli untuk

mendapatkan informasi, jumlah informasi yang telah dimiliki, kemudahan untuk

mendapatkan informasi tambahan, serta nilai yang diberikan oleh informasi tambahan

(Kotler, 1995).

Sumber-sumber informasi konsumen terdiri dari empat kelompok yaitu: (a) sumber

pribadi; keluarga, teman, tetangga dan kerabat, (b) sumber komersil; iklan, tenaga penjual,

pedagang perantara, (c) sumber publik; media masa, organsasi penilaian konsumen, (d)

sumber pengalaman; penaganan, pemeriksa, pengguna produk (Kotler, 1995).

Menurut Sumarwan (2003), pencarian informasi dilakukan konsumen ketika

memandang bahwa kebutuhan tersebut dapat dipenuhi dengan membeli dan

mengkomsumsi suatu produk (pencarian informasi eksternal), pencarian informasi ini

dilakukan konsumen untuk mencari informasi yang tersimpan dalam ingatanya (pencarian

informasi internal). Pencarian informasi internal dari memori konsumen dilakukan dengan

dua langkah yaitu:

1. Konsumen akan meningkatkan semua produk dan merek.

(25)

Sedangkan pencarian eksternal yaitu konsumen mencari informasi dari luar, proses

pencarian informasi eksternal ini biasanya meliputi:

1. Alternatif merek yang tersedia.

2. Kriteria evaluasi untuk membandingkan merek.

3. Tingkat kepentingan dari berbagai evaluasi.

Faktor lain yang memepengaruhi tahap pencarian adalah: situasi, ciri-ciri produk,

lingkungan eceran, dan konsumen itu sendiri (Engel, et al. 1994). Tekanan waktu

merupakan salah satu sumber tekanan situasi. Ciri-ciri produk dapat mempengaruhi

pencarian informasi, jika konsumen yakin bahwa semua merek adalah sama, maka hanya

sedikit pencarian ekstensif yang diperlukan, tetapi bila dirasakan merek berbeda, maka hasil

yang diharapkan makin besar. Lingkungan eceran akan mempengaruhi pencarian oleh

konsumen, karena jarak antara pesaing eceran dapat menentukan banyaknya toko yang

menjadi tempat belanja konsumen selama pengambilan keputusan. Terakhir yang dapat

mempengaruhi tahapan ini adalah karakteristik konsumen yang meliputi pengetahuan,

keterlibatan, kepercayaan, sikap, serta karakteristik demografi.

c. Evaluasi Alternatif

Kotler (1995) mengemukakan bahwa konsumen yang melakukan evaluasi alternatif

berusaha memuaskan kebutuhan dan mecari manfaat tertentu dari solusi produk.

Konsumen akan memandang suatu produk sebagai serangkaian produk dengan atribut

yang berbeda. Atribut-atribut produk yang dianggap relevan dan menonjol akan mendapat

perhatian dari konsumen, selain itu pasar suatu produk dapat disegmentasikan berdasarkan

atribut-atribut yang menonjol bagi kelompok atau konsumen yang berbeda.

Konsumen akan mengembangkan serangkaian kepercayaan merek dimana posisi

merek menurut masing-masing atribut. Kepercayaan konsumen pada suatu merek akan

bervariasi menurut pengalamanya, pengaruh dari persepsi selektif, distorsi selektif dan

ingatan selektif. Kemudian konsumen akan sampai pada pendirian

(26)

Kriteria evaluasi menurut Engel, et al. (1995), tidak lebih dari dimensi atau atribut

tertentu yang digunakan dalam menilai alternatif-alternatif pilihan. Kriteria evaluasi diantara

lainya mencakup harga, nama merek dan negara asal. Setelah menentukan kriteria

evaluasi, konsumen menentukan alternatif mana yang akan dipilih. Sedangkan determinan

yang digunakan konsumen selama pengambilan keputusan tediri dari pengaruh situasi,

kesamaan alternatif pilihan, motivasi, keterlibatan dan pengetahuan. Kaidah keputusan

sebagai strategi untuk membuat keputusan terakhir, disimpan dalam ingatan dan diperoleh

kembali jika dibutuhkan.

Menurut Nugroho (2002), kriteria evaluasi merupakan titik tolak standar dan kriteria

dipakai konsumen untuk menilai perbedaan produk dan merek. Komponen utama dalam

proses evaluasi alternatif adalah evaluasi belief, sikap dan intention. Belief adalah persepsi

tentang penampilan alternatif pada kriteria evaluasi biasanya terekam dalam memori jangka

panjang, belief terhadap sesuatu yang membawa bentuk sikap yang merupakan evaluasi

terhadap alternatif. Kriteria evaluasi khsus yang dipakai konsumen dalam menentukan

produk yang dipertimbangkan.

d. Keputusan Pembelian

Pada tahap ini konsumen mengambil keputusan mengenai kapan pembeli, dimana

membeli dan dimana membayar. Engel, et al. (1995), mengungkapkan bahwa pembelian

merupakan fungsi dari dua determinan, yaitu niat pembelian dan pengaruh lingkungan, atau

perbedaan individu. Niat pembelian konsumen dibedakan menjadi dua kategori yaitu: (a)

produk dan merek, (b) kelas produk.

Niat pembelian kategori pertama umumnya disebut pembelian terencana penuh

dimana pembelian yang terjadi merupakan hasil keterlibatan yang tingi dan pemecahan

masalah yag diperluas. Kategori kedua juga disebut sebagai pembelian yang terencana jika

merek dibuat ditempat pembelian. Selain niat pembelian, pengaruh lingkungan atau

perbedaan individu juga mempengaruhi keputusan pembelian. Keputusan pembelian

(27)

1. faktor pendirian orang lain, terjadi karena dua hal yaitu: banyaknya pengaruh negatif

orang lain terhadap alternatif yang disukai oleh konsumen dan motivasi konsumen

untuk memenuhi keinginan orang lain.

2. faktor situasi yang tidak diantisipasi, faktor ini dapat muncul dan mengubah niat

pembeli, seperti; kehilangan pekerjaan, beberapa pembeli mungkin mendesak atau

percaya, dan pelayanan restoran mematikan semangat konsumen.

Menurut Nugroho (2002), pembelian dipengaruhi oleh sikap dari pengalaman dan

intensitas pembelian yang lebih konsisten dari pada pengalaman yang tidak langsung.

Sedangkan sikap dan intensitas pembelian dipengaruhi oleh empat hal penting yaitu aksi,

target, waktu dan konteks.

e. Hasil Keputusan Pembelian

Setelah pembelian terjadi, konsumen akan mengevaluasi hasil pembelian yang

dilakukanya. Hasil evaluasi pasca pembelian dapat berupa kepuasan atau ketidakpuasan.

Jika konsumen merasa puas, maka keyakinan dan sikap yang terbentuk akan beperngaruh

positif terhadap pembelian yang selanjutnya. Kepuasan berfungsi untuk mengukuhkan

loyalitas pembeli, sementara ketidak puasan dapat mengakibatkan keluhan komunikasi lisan

yang negatif dan upaya minta ganti rugi melalui saran. Ini berarti bahwa upaya

mempertahankan pelanggan menjadi hal yang sangat penting dalam strategi pemasaran.

Pernyataan sama dikemukakan oleh Nugroho (2002), tingkat kepuasan dan ketidak

puasan merupakan hasil “feedback” kepada memori dan akan mempengaruhi

keputusan-keputusan berikutnya baik pada tingkat kepuasan maupun pada proses lain yang serupa.

4. Faktor yang Menarik Konsumen Membeli

Penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Iqbal Siregar (2008) yang berjudul

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Konsumen Berkunjung Pada Rumah Makan

Lubuk Arai Jl. Dr. Mansur Medan, bertujuan untuk mengetahui seberapa besar faktor

produk, harga, lokasi, dan faktor promosi dapat mempengaruhi konsumen untuk melakukan

kunjungan. Dengan hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan faktor produk,

(28)

Rumah Makan Lubuk Arai Jl. Dr. Mansur Medan, yang dapat dilihat dari nilai Fhitung >

Ftabel (76.106 > 3,74).

a. Produk (Product)

Kotler (2005) mendefinisikan bauran produk adalah rangkaian semua produk dan

unit produk yang ditawarkan suatu penjual tertentu pada pembeli. Pengertian produk itu

sendiri adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan kesuatu pasar untuk memenuhi

keinginan atau kebutuhan. Bauran produk suatu perusahaan memiliki lebar, panjang,

kedalaman, dan konsistensi tertentu. Keempat dimensi bauran produk ini memberikan

pegangan untuk mendefinisikan strategi perusahaan. Perusahaan dapat memperluas

bisnisnya dengan empat cara yaitu Perusahaan dapat menambah lini produknya,

Perusahaan dapat memperpanjang tiap lini produk, Perusahaan dapat menambah lebih

banyak varian produk dan memperdalam bauran produknya. Sedangkan untuk bauran

pelayanan merupakan salah satu alat utama untuk mendiferensiasikan satu restoran dengan

restoran lainnya. Suasana restoran merupakan unsur lainnya, suatu restoran mempunyai

tata letak fisik yang memudahkan atau menyulitkan untuk berputar-putar didalamnya.

Setiap restoran mempunyai penampilan, ada yang kotor, yang lainnya menarik,

megah dan suram. Level paling dasar adalah manfaat inti (core benefit) yaitu jasa atau

manfaat dasar yang sesungguhnya dibeli oleh pelanggan. Pada level kedua pemasar harus

berubah manfaat inti tersebut menjadi produk dasar (basic product). Pada level ketiga,

pemasar menyiapkan produk yang diharapkan (expected product), yaitu serangkaian atribut

dan kondisi yang biasanya diharapkan oleh para pembeli ketika mereka membeli produk

tersebut. Pada level keempat, pemasar menyiapkan produk yang ditingkatkan yang

melampaui harapan pelanggan. Pada level terakhir terdapat produk potensial yang

mencakup semua peningkatan dan transformasi yang pada akhirnya akan dialami produk

tersebut dimasa yang akan datang.

b. Kualitas Produk

Menurut Irawan (2007), kepuasan atau satisfaction adalah kata dari bahasa latin

(29)

Jadi, produk atau jasa yang dapat memuaskan adalah produk atau jasa yang sanggup

memberikan sesuatu yang dicari oleh konsumen sampai pada tingkat yang cukup tinggi.

Kepuasan juga dapat didefinisikan dari perspektif pengalaman konsumen setelah

mengkonsumsi atau menggunakan produk atau jasa. Sedangkan menurut Engel et al

(1994), kepuasan pelanggan merupakan evaluasi purna beli termasuk alternatif yang dipilih

sekurang-kurangnya sama atau melampaui harapan pelanggan, sedangkan ketidakpuasan

timbul apabila hasil tidak memenuhi harapan pelanggan. Kotler (2000) menyatakan

kepuasan adalah perasaan senang atau kekecewaan seseorang yang muncul setelah

membandingkan antara persepsi terhadap kinerja suatu produk dengan

harapanharapannya. Apabila dijabarkan sebagai berikut :

1. Jika kinerja berada dibawah harapan maka konsumen menjadi tidak puas.

2. Jika kinerja sama dengan harapan maka konsumen akan puas.

3. Jika kinerja melampaui harapan maka konsumen akan sangat puas atau sangat senang.

Kualitas produk adalah driver kepuasan yang multidimensi. Bagi konsumen, kualitas

mempunyai beberapa dimensi, paling tidak terdapat enam dimensi yang perlu diperhatikan

oleh setiap produsen yang ingin mengejar kepuasan pelanggan terhadap kualitas produk.

Dimensi pertama adalah performance. Dimensi ini adalah dimensi yang paling basic dan

berhubungan dengan fungsi utama suatu produk. Konsumen akan sangat kecewa apabila

harapan mereka terhadap dimensi ini tidak terpenuhi. Bagi setiap produk/jasa, dimensi

performance bisa berlainan, tergantung pada functional value yang dijanjikan oleh

perusahaan. Untuk bisnis makanan, dimensi permormance adalah rasa yang enak. Dimensi

kualitas produk yang kedua adalah reability.

Dimensi performance dan reability sekilas hampir sama tetapi mempunyai

perbedaan yang jelas. Reability lebih menunjukkan probabilitas produk menjalankan

fungsinya. Dimensi yang ketiga adalah feature atau fitur. Dimensi ini dapat dikatakan aspek

sekunder karena berfungsi sebagai karakteristik pelengkap atau penambah fungsi dasar

yang berhubungan dengan pilihan produk atau pengembangannya. Apabila ditanyakan fitur

(30)

walaupun performance adalah dimensi kualitas yang sama, tetapi daya bedanya tidak

sebesar fitur. Pada titik tertentu, performance dari setiap merek hampir sama tetapi justru

perbedaannya terletak pada fiturnya. Ini juga mengakibatkan harapan pelanggan terhadap

dimensi performance relatif homogen dan harapan terhadap fitur relatif heterogen. Bagi

pelaku bisnis, suatu yang heterogen biasanya memberikan peluang yang lebih besar dalam

menciptakan keunggulan bersaing.

Dimensi kualitas produk yang keempat adalah durability (keawetan). Durability

menunjukkan suatu pengukuran terhadap siklus produk baik secara teknis maupun waktu.

Produk disebut awet kalau sudah banyak digunakan atau sudah lama sekali digunakan.

Dimensi kualitas produk yang kelima adalah conformance. Dimensi ini menunjukkan

seberapa jauh produk dapat menyamai standar atau spesifikasi tertentu. Produk yang

mempunyai conformance yang tinggi berarti produk tersebut sesuai dengan standar yang

ditentukan, misalnya pada produk makanan kebersihan merupakan aspek yang penting

karena menyangkut kesehatan konsumen. Selain itu, salah satu aspek dari conformance

adalah konsistensi. Dimensi kualitas produk yang keenam adalah design (desain). Dimensi

desain adalah dimensi yang unik. Dimensi ini banyak mempengaruhi pada emosional

pelanggan. Seperti nama restorannya, menu utama Restoran Ayam Geprek Istimewa

adalah ayam geprek dengan sambal yang khas. Dari wawancara dengan pemilik diketahui

sekitar 80 persen penjualan menu restoran adalah untuk ayam geprek. Oleh sebab itu,

penelitian ini hanya mengukur kepuasan terhadap produk ayam geprek sebagai produk

utama. Tidak semua dimensi yang dijelaskan Irawan dapat digunakan dalam penelitian.

Dimensi-dimensi yang digunakan untuk mengukur kualitas produk pada penelitian ini

disesuaikan dengan subjek yang diteliti yaitu produk ayam geprek. Variabel kualitas produk

yang digunakan pada penelitian ini adalah

Variabel cita rasa produk yaitu ayam geprek. Variabel ini didapatkan dari dimensi

performance. Variabel rasa yang mempengaruhi kepuasan konsumen yaitu kandungan

(31)

rasa gurih, garing, dan empuk diperoleh dari wawancara peneliti dengan 10 orang

konsumen atau responden sebagai rujukan.

c. Promosi (promotion)

Promosi merupakan salah satu variabel bauran pemasaran yang digunakan oleh

perusahaan untuk mengadakan komunikasi dengan pasarnya, karena dengan adanya

promosi maka konsumen akan mengetahui hadirnya suatu produk. Promosi juga dapat

diartikan sebagai komunikasi, karena melalui komunikasi yang efektif akan terjadi suatu

interaksi yang saling menguntungkan. Komunikasi pemasaran sangat diperlukan karena

pemasaran modern konsumen memerlukan lebih dari pengembangan produk yang baik,

penawaran dengan harga yang menarik dan kemudahan untuk dijangkau. Perusahaan juga

harus berkomunikasi dengan para pemercaya (stakeholder) yang ada sekarang dan yang

potensial karena dengan komunikasi dapat menginformasikan keberadaan produk. Bauran

promosi disebut juga bauran komunikasi pemasaran yang terdiri atas lima cara komunikasi

utama. Kotler (2005) membagi bauran promosi kedalam lima elemen penting, yaitu :

1. Personal selling

Personal selling adalah langsung antara penjual dan calon konsumen untuk

memperkenalkan suatu produk kepada calon konsumen dan membentuk pemahaman

konsumen terhadap produk sehingga mereka kemudian akan mencoba dan membelinya.

2. Mass selling

Mass selling terdiri atas periklanan dan publisitas. Mass selling merupakan

pendekatan yang menggunakan media komunikasi untuk menyampaikan informasi kepada

khalayak ramai dalam satu waktu. Metode ini tidak sefleksibel Personal selling namun

merupakan alternatif yang lebih murah untuk menyampaikan informasi kekhalayak (pasar

sasaran) yang jumlahnya sangat banyak dan tersebar luas.

3. Promosi penjualan

Promosi penjualan adalah bentuk persuasi langsung melalui penggunaan berbagai

insentif yang dapat diatur untuk merangsang pembelian produk dengan segera dan

(32)

dapat menarik konsumen baru, mempengaruhi konsumennya untuk mencoba produk baru,

mendorong konsumen membeli lebih banyak, menyerang aktifitas promosi bersaing,

meningkatkan impulse buying (pembelian tanpa perencanaan sebelumnya), atau

mengupayakan kerjasama yang lebih erat dengan restoran. Promosi penjualan yang

dilakukan oleh penjualan dapat dibagi menjadi empat yaitu : Customer promotion, Trade

promotion, Sales force promotion, dan Business promotion.

4. Public relation

Public relation merupakan upaya komunikasi menyeluruh dari suatu perusahaan

untuk mempengaruhi persepsi, opini, keyakinan, dan sikap berbagai kelompok terhadap

perusahaan tersebut. Yang dimaksud dengan kelompokkelompok itu adalah mereka yang

terlibat, mempunyai kepentingan dan dapat mempengaruhi kemampuan perusahaan dalam

mencapai tujuannya.

5. Direct marketing

Direct marketing adalah pemasaran yang bersifat interaktif yang memanfaatkan

suatu atau beberapa media iklan untuk menimbulkan respon terukur dan transaksi

disembarang lokasi.

d. Loyalitas Konsumen

Upaya mempertahankan pelanggan harus mendapat prioritas yang lebih besar lagi

dibandingkan upaya mendapatkan pelanggan baru. Pertama, umumnya lebih murah untuk

mempertahankan pelanggan yang sudah ada dari pada menarik pelanggan baru. Lebih

jauh, kehilangan pelanggan dapat menjadi bencana di dalam pasar yang sudah matang

yang mengalami sedikit sekali pertumbuhan nyata. Oleh karena itu loyalitas pelanggan

berdasarkan kepuasan yang murni dan terus menerus merupakan salah satu asset terbesar

yang mungkin didapat oleh perusahaan (Engel et al. 1995). Faktor yang dapat

mempengaruhi loyalitas adalah kepuasan itu sendiri, pembelian ulang dan hubungan antara

pelanggan. Faktor yang dapat dijadikan indikator kekuatan hubungan pelanggan adalah

promosi dan pesaing. Griffin (2003), menyatakan bahwa loyalitas konsumen adalah

(33)

terhadap produk atau jasa yang disukai secara konsisten dan dalam jangka panjang, tanpa

terpengaruh oleh situasi dan usaha-usaha marketing dari produk lain yang berusaha

membuat mereka untuk membeli produk lain tersebut. Jadi, loyalitas konsumen adalah

suatu sikap yang berkomitmen untuk tetap menggunakan produk atau pelayanan dari

penyedia dan produk tertentu. Untuk mendiskripsikan perilaku loyalitas, Griffin (2003)

membagi loyalitas konsumen menjadi beberapa kriteria, yaitu :

1. Suspect (Tersangka), meliputi semua orang yang mungkin akan membeli barang atau

jasa perusahaan. Dikatakan suspect, karena mereka mempunyai keyakinan akan

membeli tetapi belum mengetahui apapun mengenai barang dan jasa ditawarkan

perusahaan.

2. Prospect (yang diharapkan), adalah orang-orang yang memiliki kebutuhan akan barang

dan jasa tertentu dan mempunyai keyakinan untuk membelinya. Para prospect,

meskipun belum melakukan pembelian, mereka telah mengetahui keberadaan

perusahaan yang menawarkan barang dan jasa. Hal ini terjadi karena seorang telah

merekomendasikan barang dan jasa tersebut kepadanya.

3. Disqualified prospect (yang tidak berkemampuan), yaitu prospect yang telah

mengetahui keberadaan barang dan jasa, tetapi tidak mempunyai kemampuan untuk

membelinya.

e. Pemasaran

Menurut Kotler dan Keller (2006), pemasaran adalah suatu proses sosial yang di

dalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan

dengan menciptakan, menawarkan, dan secara bebas mempertukarkan produk yang

bernilai dengan pihak lain. Dalam Kotler dan Keller (2006) Asosiasi Pemasaran Amerika

mengungkapkan bahwa pemasaran adalah satu fungsi organisasi dan seperangkat proses

untuk menciptakan, mengkomunikasikan, dan menyerahkan nilai kepada pelanggan dan

mengelola hubungan pelanggan dengan cara yang menguntungkan organisasi dan para

(34)

dan mendapatkan, menjaga, dan menumbuhkan pelanggan dengan menciptakan,

menyerahkan, dan mengkomunikasikan nilai pelanggan yang unggul.

5. Faktor yang Mendorong Konsumen Membeli

a. Harga (Price)

Menurut Kotler (2005), harga merupakan satu-satunya elemen dari bauran

pemasaran (empat P) yang menghasilkan pendapatan, sedangkan ketiga P lainnya hanya

menghasilkan biaya. Harga berperan sebagai penentu utama dari pilihan pembeli.

Walaupun faktor- faktor non harga telah menjadi semakin penting dalam perilaku pembeli

selama beberapa dasawarsa ini, harga masih tetap merupakan salah satu unsur terpenting

yang menentukan pangsa pasar dan profitabilitas perusahaan. Selain itu, harga juga

merupakan satu-satunya element bauran pemasaran yang menghasilkan pendapatan,

elemen lainnya menimbulkan biaya. Harga juga merupakan salah satu element bauran

pemasaran yang paling fleksibel dimana harga dapat berubah dengan cepat tidak seperti ciri

khas (feature) produk dan perjanjian distribusi. Pada saat yang sama, penetapan dan

persaingan harga juga merupakan masalah nomor satu yang dihadapi perusahaan.

Terdapat enam langkah penetapan harga menurut Kotler (2005), yang sebaiknya dijalankan

oleh perusahaan, yaitu : 1) Memilih tujuan penetapan harga, 2) Menentukan permintaan, 3)

Memperkirakan biaya, 4) Menganalisis biaya, harga, dan tawaran, 5) Memilih metode

penetapan harga, dan 6) Memilih harga terakhir.

b. Kualitas Pelayanan

Atribut mutu layanan Menurut Zeithaml et al. dalam Umar (2005) ada lima dimensi

dalam menentukan mutu pelayanan yaitu :

1. Reliability (keandalan), yaitu kemampuan untuk memberikan pelayanan yang sesuai

dengan janji yang ditawarkan.

2. Assurance (jaminan), yaitu meliputi kemampuan karyawan atas pengetahuan terhadap

produk secara tepat, keramah-tamahan, perhatian dan kesopanan dalam memberi

pelayanan, keterampilan dalam memberikan informasi, kemampuan dalam memberikan

(35)

menanamkan kepercayaan konsumen terhadap perusahaan. Dimensi kepastian atau

jaminan ini merupakan gabungan dari dimensi :

a. Kompetensi (Competence), yaitu keterampilan dan pengetahuan yang dimiliki oleh

para karyawan untuk melakukan pelayanan.

b. Kesopanan (Courtesy), yaitu meliputi keramahan, perhatian, dan sikap para

karyawan.

c. Kredibilitas (Credibility), yaitu hal-hal yang berhubungan dengan kepercayaan

kepada perusahaan seperti reputasi, prestasi, dan sebagainya.

3. Tangibles ( kasat mata), yaitu meliputi penampilan fisik seperti gedung dan ruangan

front office, tersedianya tempat parkir, kebersihan, kerapihan, dan kenyamanan

ruangan, kelengkapan peralatan komunikasi, dan penampilan karyawan.

4. Emphaty (empati), yaitu perhatian secara individual yang diberikan perusahaan kepada

pelanggan seperti kemudahan untuk menghubungi perusahaan, kemampuan karyawan

untuk berkomunikasi kepada konsumen dan usaha perusahaan untuk memahami

keinginan dan kebutuhan pelanggannya. Dimensi emphaty ini merupakan

penggabungan dari dimensi:

a. Akses, yaitu meliputi kemudahan untuk memanfaatkan jasa yang ditawarkan

perusahaan.

b. Komunikasi, yaitu kemampuan melakukan komunikasi untuk menyampaikan

informasi kepada konsumen atau memperoleh masukan dari konsumen.

c. Pemahaman pada konsumen, yaitu meliputi usaha perusahaan untuk mengetahui

dan memahami kebutuhan dan keinginan konsumen.

5. Responsiveness (cepat tanggap), yaitu respon atau kesigapan karyawan dalam

membantu konsumen dan memberikan pelayanan yang cepat dan tanggap.

c. Merek

Merek merupakan nama, istilah, tanda, simbol atau desain atau kombinasi

semuanya. Merek berfungsi untuk mengidentifikasi barang atau jasa seorang atau

(36)

merek menjadi tanda pengenal penjual atau pembuat. Pada dasarnya merek juga

merupakan janji pemasar untuk memberikan beberapa ciri, manfaat dan layanan terus

menerus kepada pembeli (Kotler, 2000). Engel, Blackwell dan Miniard (1994),

mengemukakan bahwa merek memiliki tiga dimensi. Dimensi pertama adalah atribut fisik

(physical atribute), seperti warna, harga, dan bahan. Dimensi kedua adalah atribut

fungsional (functional atribute), atau konsekuensi pemakaian suatu merek. Dimensi ketiga

adalah karakterisasi dan kepribadian merek sebagaimana dirasakan oleh konsumen.

Elemen-elemen ini, dijembatani oleh pengolahan informasi dari individu yang berinteraksi

dengan merek dan diubah bentuknya ke dalam benak konsumen, sehingga konsumen

berpendapat bahwa merek tersebut cocok atau tidak cocok dengannya.

d. Saluran Distribusi/tempat (place)

Saluran pemasaran adalah serangkaian organisasi yang saling tergantung dan

terlibat dalam proses untuk menjadikan produk atau jasa siap untuk digunakan atau

dikonsumsi (Kotler, 2000). Keputusan saluran pemasaran merupakan salah satu keputusan

yang paling kritis dihadapi manajemen. Saluran yang dipilih perusahaan sangat

mempengaruhi semua keputusan pemasaran lain, hal ini disebabkan oleh saluran distribusi

yang akan menjamin ketersediaan produk di pasaran. Menurut Kotler (1997) terdapat empat

level saluran pemasaran untuk barang konsumen, yaitu : (1) saluran level nol (saluran

pemasaran langsung) terdiri dari perusahaan manufaktur yang langsung menjual kepada

pelanggan, (2) saluran satu level berisi satu perantara penjual seperti pengecer, (3) saluran

dua level berisi dua perantara, umumnya adalah pedagang besar, pemborong dan

pengecer. Terdapat juga saluran pemasaran yang lebih panjang. Dari sudut pandang

konsumen, semakin banyak jumlah level pemasaran, semakin sulit untuk memperoleh

(37)

e. Besar Porsi

Besar porsi merupakan salah satu yang dapat dinilai dalam menilai atau

mempersepsikan mutu suatu produk. Besar porsi adalah seberapa banyak makanan yang

dihidangkan. Cukup atau tidaknya porsi yang disajikan tergantung dari karakteristik

(38)

III. KERANGKA PEMIKIRAN

Penelitian yang dilakukan oleh Riki Ruhmat (2008), menunjukkan bahwa karakteristik

konsumen lokal dan wisatawan mancanegara (wisman) didominasi oleh laki-laki yang

berumur antara 21-40 tahun dan berstatus sudah menikah. Jenis pekerjaan sebagian besar

konsumen adalah pegawai swasta dengan pendidikan terakhir sarjana dan pasca sarjana.

Persepsi konsumen lokal terhadap kinerja Cafe De’Daunan dapat dikatakan sudah baik,

yaitu menurut penilaian konsumen secara umum menyatakan setuju terhadap tingkat kinerja

cafe dan menilai sangat penting terhadap pelaksanaan atribut bauran pemasaran.

Sedangkan atribut yang dinilai cukup setuju adalah penampilan pramusaji, pemilihan media

iklan serta potongan harga makanan dan minuman. Secara umum konsumen wisman

menilai setuju dengan kinerja cafe untuk setiap atribut bauran pemasaran dan menilai

sangat penting terhadap setiap pelaksanaan bauran pemasaran yang ditawarkan pihak Cafe

De’Daunan.

Atribut yang dinilai kurang penting oleh konsumen wisman adalah potongan harga

makanan. Sebagian besar konsumen lokal dan wisman menilai sudah puas dengan kinerja

Cafe De’Daunan. Atribut-atribut yang harus dipertahankan adalah variasi menu makanan

dan minuman, kebersihan makanan dan minuman, kecepatan transaksi pembayaran,

kecepatan penyajian, sikap pramusaji dan kondisi cafe. Atribut yang harus ditingkatkan

adalah aroma makanan, fasilitas cafe, penanganan keluhan pengunjung, dan kemampuan

pramusaji dalam berkomunikasi dan melayani konsumen.

Menjamurnya usaha makanan yang ada di Surabaya menimbulkan persaingan yang

ketat. Ditengah persaingan yang ketat ini, depot Mie Lekker Surabaya membutuhkan

pengetahuan tentang perilaku konsumen. Salah satu depot yang muncul dalam persaingan

ketat di Kota Surabaya sehingga membuat pelaku usaha ini berusaha untuk

mempertahankan pelanggannya dengan cara mempelajari pengetahuan tentang

karakteristik pelanggan, dan faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat loyalitas pelanggan.

(39)

proses keputusan pembelian konsumen, faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian

dan sikap konsumen terhadap atribut-atribut depot berdasarkan tingkat kepentingan dan

tingkat kepuasan konsumen.

Karakteristik pelanggan dari depot Mie Lekker Surabaya sangatlah beragam, oleh

karena itu sangat penting bagi pihak depot Mie Lekker Surabaya untuk mengetahui

bagaimana karakteristik dari pelanggannya tersebut agar restoran mendapatkan informasi

yang tepat tentang pelanggannya, dilakukan analisis deskriptif melalui tabulasi sederhana,

dimana data yang diperoleh dari hasil pengisian kuesioner oleh responden

ditransformasikan ke dalam suatu bentuk yang mudah dipahami. Untuk mengetahui

pengukuran faktor-faktor pendorong dan penarik konsumen berkunjung di depot Mie Lekker

Surabaya yang mempengaruhi tingkat loyalitas pelanggan dilakukan pengukuran sikap

dengan analisis deskriptif. Untuk mengetahui loyalitas pelanggan diperlukan pemahaman

tentang pengaruh faktor persepsi pelanggan, nilai pelanggan, daya saing, kualitas

pelayanan jasa, dan perilaku pelanggan terhadap loyalitas pelanggan depot Mie Lekker

Surabaya digunakan metode analisis regresi linier berganda. Berdasarkan hasil tersebut,

maka akan menghasilkan suatu rekomendasi bagi depot Mie Lekker Surabaya.

Rekomendasi tersebut dapat digunakan sebagai alat evaluasi faktor pendorong dan penarik

konsumen berkunjung ke depot Mie Lekker Surabaya agar dapat mempertahankan loyalitas

pelanggannya untuk memenuhi karakteristik konsumen dan tahapan dalam proses

keputusan pembelian dimana data-data yang diperoleh dijawaban responden

ditransformasikan kedalam suatu bentuk yang mudah dimengerti dan diterjemahkan. Proses

pengambilan keputusan pembelian melalui lima tahap yaitu; (1) pengenalan kebutuhan, (2)

pencarian informasi, (3) evaluasi alternatif, (4) pembelian dan (5) hasil. Proses pengambilan

keputusan pembelian ini dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti, pengaruh lingkungan,

perbedaan individu, dan proses psikologis.

Penilaian konsumen terhadap atribut-atribut depot dan produk yang berdasarkan

tingkat kepentingan dan kepuasan konsumen menggunakan model analisis Fishbein.

(40)

pelayanan, fasilitas delivery service, kecepatan penyajian, kecepatan transaksi, tanggapan

terhadap keluhan, suasana depot, pemutaran musik, dekorasi ruangan, kebersihan toilet

dan wastafel, kebersihan perlengkapan makan, kebersihan depot, menu produk, porsi, rasa,

aroma, dan harga produk serta promosi.

Model analisis fishbein yang digunakan untuk mengidentifikasi bagaimana konsumen

merangkai kepercayaan terhadap atribut suatu produk, sehingga membentuk sikap tentang

berbagai obyek. Lebih jelasnya terdapat kerangka pemikiran dalam bentuk skema yang

(41)

IV. METODE PENELITIAN

A. Penentuan Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan di depot Mie Lekker, jl Ngagel Jaya Selatan no 20,

Surabaya. Penentuan lokasi dilakukan dengan pertimbangan bahwa depot Mie Lekker

sudah mempunyai konsumen yang cukup banyak dan memiliki letak yang sangat strategis.

B. Pemilihan Sample

Pada penelitian ini populasi yang digunakan adalah konsumen yang berkunjung ke

depot Mie lekker Surabaya setiap bulannya dilihat dari jumlah struk pembelian yang didata

oleh pihak pengelola depot. Berdasarkan data diketahui (Infinit) maka pengambilan sampel

dilakukan secara tidak acak (Non random Sampling).

Adapun sebaran populasi konsumen depot Mie Lekker tersebut terbagi berdasarkan

saat-saat pembeliannya yaitu waktu pagi hari (pukul 10.00-11.00 WIB), waktu siang (pukul

15.00-17.00 WIB) dan waktu malam (pukul 18.00-20.00 WIB). Dengan jumlah 30 konsumen

depot Mie Lekker tersebut terbagi dalam konsumen membeli pagi hari 5 orang, kemudian 20

orang konsumen yang membeli siang/sore hari, dan 5 orang konsumen yang membeli

malam hari. Dengan hal tersebut bertujuan supaya mewakili semua konsumen yang

membeli mie ayam di depot Mie Lekker Surabaya baik konsumen waktu pagi hari,

konsumen siang/sore hari, dan konsumen malam hari serta mengetahui perilaku konsumen

didepot Mie Lekker Surabaya berdasarkan waktu pembeliannya.

C. Pengumpulan Data

Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan data primer

yaitu merupakan data yang diambil dengan cara terjun dilapang serta berkomunikasi

langsung dengan responden melalui bantuan kuesioner.

D. Analisis Data

1. Analisis Deskriptif

Nazir (1999) menyatakan bahwa analisis deskriptif, merupakan suatu metode

Gambar

Gambar 2. Kerangka Pemikiran  •
Tabel 1. Atribut-atribut dasar pengukuran konsumen.
Gambar 3. Denah Lokasi Depot Mie “Lekker”
Gambar 4. Struktur Organisasi
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dampak positif dari dukungan keluarga dalam menjalankan diet bagi penderita DM yaitu dapat mengontrol apa yang dianjurkan oleh tenaga kesehatan dalam menjalankan

Hasil sortasi manual menunjukkan bahwa distribusi biji kopi yang keluar dari corong keluaran I, pada kecepatan putar tenaga penggerak 1.450 rpm dan kemiringan

Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap proses transfer tacit knowledge antar individu dalam satu divisi adalah: (1) karakteristik sumber, yang terdiri dari faktor motivasi, kemampuan

Pengembangan buku karakter anak berbasis CTL ini pada tahap uji validasi ahli materi dan bahasa, ahli desain, dan hasil uji kemenarikan oleh siswa dan

Terdapat pengaruh antara sistem pengendalian intern barang milik negara yang meliputi lingkungan pengendalian, penilaian risiko, kegiatan pengendalian, dan

temporal dengan menggunakan sistem penginderaan jauh untuk mengetahui perubahan luas, kerapatan dan kondisi vegetasi mangrove di muara Sungai Gangsal Kabupaten

Pakan sapi potong diutamakan menggunakan bahan berasal dari limbah pertanian atau perkebunan dan limbah agroindusti, karena bahan-bahan tersebut memiliki kandungan

[r]