TESIS
diajukan untuk memenuhi sebagian syarat untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling
Oleh:
Diwan Ramadhan Jauhari (1102639)
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING SEKOLAH PASCASARJANA
Oleh
Diwan Ramadhan Jauhari
S.Sos.I UIN Sunan Gunung Djati Bandung, 2009
Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) program studi Bimbingan dan Konseling pada Sekolah
Pascasarjana
© Diwan Ramadhan Jauhari 2014 Universitas Pendidikan Indonesia
Agustus 2014
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENYESUAIAN DIRI SANTRI (Studi Kuasi Eksperimen terhadap Santri Pondok Pesantren Banuraja
Kecamatan Batujajar Kabupaten Bandung Barat)
disetujui dan disahkan oleh pembimbing:
Pembimbing I
Prof. Dr. H. A. Juntika Nurihsan, M.Pd. NIP: 196606011991031005
Pembimbing II
Dr. H. Mubiar Agustin, M.Pd. NIP: 197708282003121002
Mengetahui,
Ketua Program Studi Bimbingan dan Konseling
v
Diwan Ramadhan Jauhari, 2014
DAFTAR ISI
PERNYATAAN ………... i
ABSTRAK ……… ii
KATA PENGANTAR ……….. iii
UCAPAN TERIMA KASIH………. iv
DAFTAR ISI ………. v
DAFTAR TABEL ………. vi
i DAFTAR GAMBAR ……… vi
ii BAB I PENDAHULUAN ………. 1
A. LatarBelakangPenelitian ……… 1
B. IdentifikasidanPerumusanMasalah ………... 7
C. TujuanPenelitian ………. 1
0 D. ManfaatPenelitian ………... 1
1 BAB II KONSEP BIMBINGAN KELOMPOK, TEKNIK LATIHAN KELOMPOK, DAN KEMAMPUAN PENYESUAIAN DIRI SANTRI ………. 1 2 A.KarakteristikPerkembanganRemajadanPenyesuaianDiri……….. 1
2 B. PendidikanPesantrendanProblematikaPenyesuaianDiriSantri ... 2
vi
Diwan Ramadhan Jauhari, 2014
3 D.Program
BimbinganKelompokMenggunakanTeknikLatihanKelompoksebagaiUpaya MeningkatkanKemampuanPenyesuaianDiriSantri
…..………
6 1
E.Penelitian yang Relevan ……… 6
7
F. Asumsi ……….. 6
8
G.Hipotesis ………... 6
9
BAB III METODE PENELITIAN ……… 7
0 A. Pendekatan, Metode, danDesainPenelitian ……… 7
0
B. LokasidanSubjekPenelitian ………... 7
1
C. AlurPenelitian ………. 7
2
D. DefinisiOperasional ……… 7
3 E. PengembanganInstrumenPenelitian …...……… 7
4
F. PengembanganProgram ……….. 8
4
vii
Diwan Ramadhan Jauhari, 2014
6
H. Analisis Data ……… 9
0
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ……….. 9
2
A.HasilPenelitian ………. 9
2 1. ProfilKemampuanPenyesuaianDiriSantri ………. 9
2 2. PelaksanaandanEvaluasiProgram
BimbinganKelompokMenggunakanTeknikLatihanKelompok (Group Exercises) …….
9 6 3. HasilUjiPerbedaanKemampuanPenyesuaianDiriSantriSebelumdanSesudah
PelaksanaanTreatment ………
1 1 5
B. PembahasanHasilPenelitian ………. 1
1 9 1. ProfilKemampuanPenyesuaianDiriSantri ………... 1
1 9
2. Efektivitas Program
BimbinganKelompokMenggunakanTeknikLatihanKelompok (Group Exercises) untukMeningkatkanKemampuanPenyesuaianDiriSantri ………...
1 2 2
viii
Diwan Ramadhan Jauhari, 2014
2 6
BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI ……….. 1
2 7
A.Simpulan ………... 1
2 7
B. Rekomendasi ………. 1
2 8
DAFTAR PUSTAKA ………... 1
2 9
ii ABSTRAK
Diwan RamadhanJauhari. (2014). Program
BimbinganKelompokMenggunakanTeknikLatihanKelompok(Group Exercises) untukMeningkatkanKemampuanPenyesuaianDiriSantri
(PenelitianterhadapSantriPondokPesantrenBanurajaKecamatanBatujajarKabupate n Bandung Barat). Program StudiBimbingandanKonseling, SekolahPascaSarjanaUniversitasPendidikan Indonesia, Bandung.
Penelitianinidilatarbelakangioleh: (1)fenomenasantri di PondokPesantrenBanurajayang belummencapaikemampuanpenyesuaiandiri yang optimal,artinyasantrikurangmampumengeloladanmengatasituntutanatautekanandar idalamdirinya (internal demand) dandariluardirinya (external demands) demi
tercapaiharmoniantarakeduanya; (2)
bimbinganterhadapsantribelumdilaksanakansecaraterencana,
sistematisdanmasihberupanasihat-nasihat yang disampaikan di sela-selakegiatanpengajian. Penelitianinibertujuanmenghasilkan program bimbingankelompokmenggunakantekniklatihankelompok (group exercise)untukmeningkatkankemampuanpenyesuaiandirisantri. Metode yang digunakanpadapenelitianiniadalahmetodequasi-experimentdengannon-equivalent
control group design. Pengumpulan data
menggunakankuesionerkemampuanpenyesuaiandirisantri.
Hasilpenelitianmenunjukkanbahwapeningkatanskorkelompokeksperimensetelahm endapatkanlayananbimbingankelompok,lebihbesardarikelompokkontrol yang tidakmendapatkanlayananbimbingankelompok. Dengandemikian, program bimbingankelompokmenggunakantekniklatihankelompok (group exercises)terbuktiefektifuntukmeningkatkankemampuanpenyesuaiandirisantri. HasilpenelitiandirekomendasikankepadapihakPesantrenBanuraja agar mempertimbangkanmanfaatlayananbimbingankelompokmenggunakantekniklatiha nkelompok (group exercises) inidalammeningkatkankemampuanpenyesuaiandiri para santrinya.
iii ABSTRACT
Diwan RamadhanJauhari. (2014). Group Guidance ProgramUsingGroup Exercises Technique to Improve Santri Adjustment (A Study of Santri in PesantrenBanurajaBatujajar, West Bandung). Guidance and Counseling Department, Postgraduate School, Indonesia University of Education.
The background of this study is the lack of santri adjustment and the absence of well-planed and systematic guidance program in PesantrenBanuraja. The purpose of this study is to produce group guidance program using group exercises technique to improve santri adjustment. The study was conducted in PesantrenBanurajaBatujajar, West Bandung. Quasi-Experiment with non-equivalent control group design was utilized. Data collection included adjustment questionnaire which was completed by the participants during pretest and posttest in the last session of group guidance. The results showed an increase in adjustment scores in both experimental and control group. Data showed that the improvement in experimental group was higher than control group. Thus, group guidance program using group exercises technique proved to be effective to improve santri adjustment. The results suggested to the leaders of PesantrenBanuraja to consider the benefits of group guidance services.
1 BAB I PENDAHULUAN
Bab ini merupakan pendahuluan yang membahas latar belakang penelitian, identifikasi masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian. Bagian-bagian tersebut disajikan dalam uraian sebagai berikut ini.
A.Latar Belakang Penelitian
Selama hidupnya individu senantiasa mengalami perubahan perilaku. Hal ini terjadi karena individu dihadapkan pada perubahan yang terus menerus, baik pada dirinya sendiri maupun pada lingkungannya. Seperti yang diungkapkan oleh Desmita (2011:192) bahwa “sepanjang hidupnya individu akan mengadakan perubahan perilaku, karena memang dia dihadapkan pada kenyataan dirinya maupun lingkungannya yang terus berubah”.Perubahan perilaku ini merupakan usaha penyesuaian diri individu untuk mencapai keselarasan dan keseimbangan antara perubahan yang terjadi pada dirinya dengan perubahan yang terjadi pada lingkungannya. Sebagaimana pendapat Schneiders (1964) bahwa penyesuaian diri, apakah baik ataupun buruk, merupakan usaha individu untuk mengurangi atau menghindari tekanan dan untuk mencapai kondisi yang seimbang.
dengan orang lain, maupun lingkungannya. Sistem penyesuaian diri ini merupakan kondisi untuk mengembangkan diri secara optimal”.
Pendapat yang diungkapkan oleh Desmita tersebut mengandung arti bahwa kemampuan individu dalam menyesuaikan diri dengan baik tidak hanya bermanfaat bagi dirinya sendiri, tetapi secara tidak langsung bermanfaat bagi lingkungannya, baik bagi lingkungan dengan lingkup kecil seperti keluarga sampai pada lingkup besar yaitu masyarakat bahkan negara, karena sehatnya kepribadian seseorang akan termanisfestasi dalam perilakunya sehari-hari.
Penyesuaian diri yang baik dalam lingkungan keluarga akan menciptakan keharmonisan dalam keluarga karena setiap anggota keluarga membina hubungan dengan baik. Penyesuaian diri yang baik dalam lingkungan masyarakat akan mewujudkan kehidupan bermasyarakat sejahtera dan beradab, karena setiap anggota masyarakat saling menghormati dan menghargai hak dan kewajibannya, membina hubungan yang baik antar sesama, dan mentaati norma yang berlaku di masyarakat. Dengan terwujudnya kehidupan keluarga dan masyarakat yang berkualitas, maka akan meningkatkan kualitas kehidupan berbangsa dan bernegara.
Khususnya di lingkungan pesantren, santri yang memiliki kemampuan penyesuaian diri yang baik akan mampu mengimbangi pola kehidupan sehari-hari di pesantren. Kualitas kehidupannya akan meningkat, karena santri mampu menjalin hubungan yang harmonis dengan setiap orang, mentaati seluruh tata tertib yang berlaku, mengisi waktu luangnya dengan aktivitas yang bermanfaat, dan mengikuti seluruh proses pembelajaran.
(escape and withdrawal/flight from reality); dan (4) penyesuaian diri yang patologis (flight into illness).
Periode perkembangan individu yang rentan terjadi perilaku salah suai adalah periode remaja. Periode remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju dewasa, Schneiders (1960) mengungkapkan bahwa periode remaja merupakan periode yang rentan terjadi respon-respon yang maladjustive karena periode ini merupakan masa transisi, terjadi perubahan besar dan mendalam pada diri individu yang menyebabkan kebingungan, ketidakpastian, dan ketidakstabilan, hal ini menuntut individu untuk mengerahkan seluruh sumber dayanya untuk mengatasi situasi ini. Selaras dengan pendapat tersebut, Santrock (2004) mengungkapkan bahwa masa transisi dapat menimbulkan stress karena pada masa transisi ini perubahan-perubahan -individual, di dalam keluarga, di sekolah- terjadi secara bersamaan.
Beberapa kasus yang marak terjadi pada remaja saat ini menunjukkan ketidakmampuan remaja menyesuaikan diri dengan perubahan yang terjadi, baik perubahan pada dirinya maupun perubahan pada lingkungannya. Jika mengacu pada kategorisasi perilaku salah suai yang diungkapkan Schneider, maka perilaku salah suai yang paling banyak muncul adalah perilaku agresi dan kenakalan (aggression and delinquency) serta melarikan diri dari kenyataan (escape and withdrawal/flight from reality).
Berkaitan dengan perilaku agresi dan kenakalan (aggression and delinquency), Komisi Nasional Perindungan Anak (Komnas PA) mengungkapkan
laki-laki sebagai pelaku sebanyak 1452 orang dan anak perempuan sebanyak 43 orang. Usia yang paling banyak terjadi adalah 13-17 tahun(Kuwado, 2012).
Berdasarkan data sepanjang tahun 2011, Komnas PA mencatat 339 kasus tawuran. Kasus tawuran antar pelajar di Jabodetabek meningkat jika dibandingkan dengan kasus yang terjadi pada tahun 2010 yaitu sebanyak 128 kasus. 339 kasus kekerasan antar pelajar tersebut ditemukan 82 diantaranya meninggal dunia, selebihnya luka berat dan ringan (Komnas PA, 2011). Data akhir tahun 2012 yang dihimpun Komnas PA menunjukan angka memprihatinkan. Komnas PA mencatat 147 kasus tawuran dengan memakan korban jiwa sebanyak 82 anak(Kuwado, 2012). Sedangkan pada tahun 2013, Komnas PA mencatat 255 kasus tawuran antar pelajar di Indonesia. Angka ini meningkat tajam dibanding tahun sebelumnya. Dari jumlah tersebut, 20 pelajar meninggal dunia, saat terlibat atau usai aksi tawuran, sisanya mengalami luka berat dan ringan(Martinus, 2013).
Berkaitan dengan perilaku melarikan diri dari kenyataan (escape and withdrawal/flight from reality), kasus-kasus yang terjadi pada remaja antara lain
penyalahgunaan narkoba dan bunuh diri. Berdasarkan Catatan Akhir Tahun 2011 Komnas PA, pada tahun 2006, Badan Narkotik Nasional (BNN) mengumumkan bahwa 80% dari 3,2 juta pecandu narkoba adalah remaja dan pemuda. Sementara itu, angka siswa sekolah yang terjerat narkoba juga terus meningkat dan dalam situasi memprihatinkan. BNN mencatat sebanyak 110.870 pelajar SMP dan SMA menjadi pengguna narkoba (Komnas PA, 2011). Data tahun 2010 menunjukkan 3,8 juta anak mengkonsumsi narkoba. Bahkan, data BNN menyebutkan korban narkoba pada 2015 bisa mencapai 5-6 juta anak(Kuwado, 2012).
memilih mengakhiri hidup itu berusia 13-17 tahun. Penyebabnya, putus cinta mendapat urutan pertama dengan 13 kasus, frustrasi 7 kasus, disharmoni keluarga 8 kasus, dan masalah sekolah 3 kasus(Manumoyoso, 2012).
Masalah penyesuaian diri ini pun terjadi pada santri yang berusia remaja. Beberapa kasus yang terjadi di pesantren menunjukkan ketidakmampuan santri dalam menyesuaikan diri. Laporan hasil survey yang dilakukan Lembaga Studi Agama dan Filsafat bersama Unicef tahun 2010 di tiga pesantren di Garut menyatakan 40% santri di pesantren tersebut pernah dimarahi, 27% dilecehkan sedangkan 6% dipukul maupun ditampar. Salah satu pelakunya adalah sesama santri baik kakak kelas (senior) maupun teman sekelas(Wardah, 2012).
Berdasarkan observasi yang dilakukan di Pondok Pesantren Banuraja Kecamatan Batujajar Kabupaten Bandung Barat, terdapat beberapa perilaku salah suai yang dilakukan santri. Adapun perilaku salah suai tersebut, antara lain: (1) pelanggaran tata tertib misalnya: terlambat bangun tidur, terlambat atau tidak berjamaah shalat fardhu, tidak mengikuti kegiatan pengajian; (2) tidak betah tinggal di pondok misalnya sering meminta ijin pulang, pulang tanpa ijin kiai, menurunnya semangat belajar; (3) konflik dengan sesama santri; dan (4) mengalami kesulitan dengan cara belajar di pesantren.
Peneliti pun menemukan beberapa data yang menunjukkan adanya masalah penyesuaian diri santri. Data mengenai jumlah santri setiap tahunnya menunjukkan ada kecenderungan jumlah santri berkurang ketika sudah berjalan beberapa bulan. Pada tahun ajaran 2012-2013, terhitung bulan Juni 2012 jumlah santri yaitu 278 orang dan terhitung bulan januari 2013 jumlah santri berkurang menjadi 265 orang. Pada tahun ajaran 2013-2014, terhitung bulan Juli 2013 santri berjumlah 313 orang dan terhitung bulan Desember 2013 santri berjumlah 300 orang.
berduaan, 7 kasus santri laki-laki merokok bersama-sama di lingkungan sekolah, dan 3 kasus pencurian di warung.
Berkurangnya jumlah santri menunjukkan bahwa beberapa orang santri memutuskan untuk mengundurkan diri atau tidak melanjutkan pendidikannya di pesantren. Hal ini salah satunya disebabkan oleh ketidakmampuan untuk menyesuaikan diri. Kasus-kasus yang muncul di sekolah pun menunjukkan ketidakmampuan santri dalam menyesuaikan diri dengan baik yang menyebabkan santri berperilaku negatif yang merugikan diri sendiri dan lingkungannya.
Khususmasalah penyesuaian diri santri ini, ada beberapa hal yang menjadi penyebab timbulnya perilaku-perilaku salah suai di kalangan santri berusia remaja yang mengalami transisi ke lingkungan pesantren. Santri dalam menjalani kehidupan sehari-harinya di pesantren, harus menghadapi berbagai penyesuaian. Perilaku dan kebiasaan yang sering dilakukan di rumah diganti dengan perilaku dan kebiasaan yang sesuai dengan tata tertib yang ada di pesantren. Kegiatan santri selama 24 jam diatur sedemikian rupa, sehingga dalam kesehariannya para santri benar-benar memanfaatkan waktunya untuk belajar.
Pesantren menyediakan pondok (asrama tempat tinggal santri) selama santri menuntut ilmu di pesantren. Pondok merupakan ciri khas tradisi pesantren. Keadaan kamar-kamar pondok biasanya sederhana dan para santri harus rela berbagi kamarnya dengan orang lain. Dengan kondisi ini para santri harus terbiasa hidup sederhana dengan segala keterbatasan. Santri pun dituntut untuk mampu hidup secara kolektif, tidak egois dan mandiri. Bagi sebagian remaja yang sudah terbiasa dengan kondisi rumah dan lingkungan keluarga mungkin prinsip kesederhanaan, kolektivitas, dan kemandirian ini dapat menjadi masalah.
Penelitian Isakson dan Jarvis (1999) mengenai penyesuaian diri remaja yang mengalami masa transisi menuju sekolah menengah atas menunjukkan bahwa remaja akan mengalami peningkatan stressor pada masa transisi ke sekolah menengah atas (high school) dan berpengaruh pada menurunnya prestasi akademik. Stressor yang diidentifikasi memiliki dampak signifikan pada prestasi akademik yaitu kekhawatiran akan aktivitas ekstrakurikuler, konflik dengan teman sebaya, dan masalah dengan orang tua. Meningkatnya stressor juga berdampak pada menurunnya rasa memiliki terhadap sekolah dan keterlibatan di sekolah (sense of school membership).
Penelitian Perveen dan Kazmi (2011) membandingkan dinamika kepribadian siswa yang tinggal di asrama dengan siswa yang tidak tinggal di asrama pada madrasah dan sekolah umum menunjukkan bahwa tempat tinggal berpengaruh pada kepribadian siswa, apabila dibandingkan dengan siswa madrasah yang tidak tinggal di asrama, siswa madrasah yang tinggal di asrama memperlihatkan ketidakstabilan emosi, gugup, permusuhan, depresi. Hal ini terjadi, karena mereka tinggal di lingkungan asrama yang ketat dan terbatas.
Pesantren tidak memiliki layanan bimbingan yang terencana dan terorganisasi sebagai bentuk upaya penanganan masalah penyesuaian diri ini. Pemberian bimbingan masih dilakukan secara spontan oleh kyai, pengurus dan para ustadz disela-sela kegiatan pengajian, pemberian bimbingan pun masih berupa nasihat-nasihat. Melihat kondisi tersebut, penting untuk diterapkan program layanan bimbingan dalam membantu para santri untuk mengembangkan kemampuan penyesuaian diriya sehingga mencapai perkembangan yang optimal dan menjadi lulusan yang berkualitas sesuai dengan tujuan pendidikan pesantren.
B. Identifikasi dan Perumusan Masalah
Layanan bantuan yang diberikan kepada individu yang mengalami masalah penyesuaian diri dapat klasifikasikan sesuai dengan tingkat masalah yang dihadapi individu, sebagaimana pendapat Schneiders (1964) bahwa masalah penyesuaian diri dapat diatasi dengan empat jenis layanan atau treatment, yaitu: (1) pengajaran (instruction) dan pelatihan (training), apabila terdapat kekurangan (deficiency) sehingga memerlukan perbaikan atau peningkatan; (2) informational dan advisory, apabila masalah yang dihadapi pada umumnya tidak terlalu mendalam secara psikologis; (3) psychotherapeutic, apabila terdapat maladjustment yang serius atau gangguan mental (mental disorder) yang pada
dasarnya psikogenik; (4) medical, apabila layanan bantuan membutuhkan penggunaan atau manipulasi pada bagian-bagian fisik.
Merujuk pada pendapat Schneiders, maka pada penelitian ini bentuk pengajaran (instruction) dan pelatihan (training) serta informational dan advisory dapat dipandang tepat untuk digunakan dalam membantu santri meningkatkan kemampuan penyesuaian dirinya. Bentuk layanan tersebut dapat diakomodasi dengan melaksanakan layanan bimbingan kelompok, sebagaimana pendapat Rusmana (2009) mengenai bentuk kegiatan bimbingan kelompok yang instruksional dan berfungsi sebagai upaya pengembangan wawasan, sikap, dan keterampilan.
Penelitian Nelson dan Dykeman(1996) terhadap siswa yang mengalami behavioral adjustment problem menunjukkan bahwa intervensi kelompok dapat
digunakan untuk mengubah tingkah laku penyesuaian diri siswa yang terjadi dilingkungan sekitar, sehingga dapat menyelesaikan masalah sosial dan meningkatkan kemandirian siswa dalam menghadapi kehidupan. Penelitian Haeny (2010) terhadap siswa SMP mengenai penerapan program bimbingan kelompok untuk mengembangkan penyesuaian diri siswa menunjukkan bahwa bimbingan kelompok efektif untuk mengembangkan penyesuaian diri siswa.
Penelitian ini didukung pula oleh studi literatur yang dilakukan oleh Schmied dan Tully (2009) terhadap hasil-hasil penelitian yang membahas strategi intervensi yang efektif dalam menghadapi remaja usia 12-18 tahun, studi ini dilakukan terhadap jurnal-jurnal antara tahun 1995-2006 yang dapat diakses pada data baseseperti Psychology and Behavioural Sciences, PsycARTICLES,
SocINDEX, MEDLINE, PsycINFO, PsycBOOKS, PsycEXTRA,and Family and
Society and Cochrane Controlled Trials Register, hasil studi menunjukkan bahwa
remaja banyak mengambil manfaat dari hubungan yang bermakna dan aktivitas kelompok yang diberikan melalui strategi layanan yang berbasis praktik karena karakter remaja yang berorientasi pada tindakan (action oriented).
Teknik latihan kelompok (group exercise) merupakan teknik yang dapat digunakan dalam bimbingan kelompok sehingga layanan yang diberikan berorientasi pada tindakan karena membuat anggota kelompok aktif, bergerak, dan dinamis. Penelitian Chan dkk. (2003) terhadap remaja yang mengalami transisi ke tempat dan sekolah baru yang mengikuti program pengembangan diri remaja melalui group exercises seperti written, trust exercise, feedback exercise, dan experiential exercise menunjukkan bahwa program tersebut efektif membantu remaja tersebut untuk berinteraksi dengan teman satu kelasnya.
simulasi efektif digunakan untuk meningkatkan penyesuaian diri siswa SMA. Hasil-hasil penelitian mengenai penggunaan latihan kelompok (group exercises) ini relevan dengan pendapat Jacobs dkk. (2012:219), bahwa “exercise that are
well thought out and used properly can be of great benefit in almost all groups”. Penggunaan latihan kelompok (group exercises) yang dipikirkan dengan baik dan digunakan dengan benar dapat memberikan manfaat bagi proses bimbingan kelompok, sehingga diharapkan bimbingan kelompok dapat membantu santri meningkatkan kemampuan penyesuaian dirinya.
Berdasarkan uraian di atas, masalah pokok dalam penelitian ini adalah “Bagaimana program bimbingan kelompok menggunakan teknik latihan kelompok (group exercises) yang dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan penyesuaian diri santri di pesantren?”. Secara operasional, masalah penelitian ini diuraikan ke dalam pertanyaan penelitian sebagai berikut.
1. Bagaimana profil penyesuaian diri santri Pondok Pesantren Banuraja?
2. Bagaimana program bimbingan kelompok menggunakan teknik latihan kelompok (group exercises) untuk meningkatkan kemampuan penyesuaian diri santri Pondok Pesantren Banuraja?
3. Bagaimana efektifitas program bimbingan kelompok menggunakan teknik latihan kelompok (group exercises) untuk meningkatkan kemampuan penyesuaian diri santri Pondok Pesantren Banuraja?
B.Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan program bimbingan kelompok menggunakan teknik latihan kelompok (group exercises) untuk meningkatkan kemampuan penyesuaian diri santri Pondok Pesantren Banuraja. Adapun tujuan khusus dari penelitian ini sebagai berikut:
1. Memperoleh gambaran penyesuaian diri santri Pondok Pesantren Banuraja. 2. Menyusunprogram bimbingan kelompok menggunakan teknik latihan
3. Mengetahui efektifitas program bimbingan kelompok menggunakan teknik latihan kelompok (group exercises) untuk meningkatkan kemampuan penyesuaian diri santri Pondok Pesantren Banuraja.
C.Manfaat Penelitian
1. Secara teoritis,hasil penelitian ini dapat memberikan kontribusi bagi pengembangan ilmu pengetahuan khususnya mengenai pengembangan program bimbingan kelompokdi pesantren untuk meningkatkan penyesuaian diri santri menggunakan teknik latihan kelompok (group exercises).
2. Secara praktis, hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat sebagai berikut: a. Dapat memberikan masukan kepada pimpinan pesantren dalam menentukan
kebijakan terkait pengembangan pendidikan pesantren dan pentingnya dilaksanakan layanan bimbingan di pesantren sebagai upaya penanggulangan permasalahan santri khususnya dalam upaya meningkatkan kemampuan penyesuaian diri.
70 BAB III
METODE PENELITIAN
Bab ini membahas metode penelitian yang terdiri dari: pendekatan, metode, dan desain penelitian, lokasi dan subjek penelitian, alur penelitian, definisi operasional, pengembangan instrumen, pengembangan program, prosedur pengolahan data, dan analisis data.
A.Pendekatan, Metode dan Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode quasi-experiment.Pada penelitian eksperimen,peneliti bermaksud meneliti sebab dan
akibat antara variabel bebas (independent variable) dan variabel terikat (dependent variable).Peneliti berusaha mengontrol semua variabel yang mempengaruhi hasil penelitian kecuali variabel bebas (independent variable). Metode quasi-experiment digunakan karena sulitnya peneliti meminimalisasi ancaman lain yang tidak menjadi fokus pada penelitian.
Desain penelitian yang digunakan adalah nonequivalent control-group design. Pada desain ini, peneliti mengelompokkan subjek penelitian ke dalam dua
kelompok, yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, kedua kelompok tersebut diberikan pretest dan posttest (Campbell dan Stanley, 1963). Perbedaan hasil antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dapat menunjukkan efektif atau tidaknya penerapan program bimbingan kelompok menggunakan teknik latihan kelompok (group exercises) pada kelompok eksperimen. Desain penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut.
Pretest Posttest
Kelompok Eksperimen O X O
Kelompok Kontrol O O
Gambar 3.1
Keterangan:
O : tes yang diberikan X : perlakuan (treatment) B.Lokasi dan Subjek Penelitian
Lokasi yang dijadikan tempat penelitian adalah pesantren Banuraja di Kecamatan Batujajar Kabupaten Bandung Barat. Populasi pada penelitian ini adalah santri pesantren Banuraja tahun ajaran 2013/2014 yang berusia remaja berjumlah 300 orang.
Dengan pertimbangan efektivitas dan efisiensi, maka dilakukan pengambilan sampel menggunakan teknik simple random sampling. Dalam simple random sampling, peneliti menentukan partisipan untuk sampel, setiap individu
memiliki peluang yang sama untuk terpilih dari populasi (Creswell, 2012).Ukuran sampel ditentukan dengan menggunakan rumus dari Taro Yamane (Israel, 1992) sebagai berikut:
� = �
1 +�(�)2
Keterangan: n = ukuran sampel
N = ukuran populasi
e = presisi
Pada penelitian ini, peneliti mengambil presisi sebesar 5 %, hasil perhitungan ukuran sampelmenunjukkan n = 171,42 kemudian dibulatkan sehingga diperoleh ukuran sampel sebesar 171 orang. Perhitunganukuran sampel sebagai berikut:
� = 300
1 + 300(0,05)2
Kemudian dalam penentuan sampel, peneliti mengacu pada pendapatCreswell (2012) bahwa ukuran partisipan untuk penelitian eksperimen kurang lebih15 orang. Kemudian menurut Rusmana (2009), jumlah anggota dalam bimbingan kelompok antara 2 sampai 15 orang. Maka dari itu, peneliti memilih 18 orang santri untuk dijadikan partisipan dalam penelitian. Selanjutnya, 18 orang santri ini dibagi kedalam dua kelompok dengan jumlah yang sama, yaitu kelompok eksperimen 9 orang dan kelompok kontrol9 orang. Kelompok eksperimen diberikan perlakuan dan kelompok kontrol tidak diberikan perlakuan. Uraian jumlah sampel dalam penelitian ini dapat digambarkan dalam tabel 3.1 sebagai berikut.
Tabel 3.1
Jumlah Sampel dalam Penelitian
No Subjek Jumlah
1 Studi pendahuluan 171 2 Kelompok eksperimen 9 3 Kelompok kontrol 9
C.Alur Penelitian
Langkah-langkah yang ditempuh dalam penelitian ini sebagai berikut. 1. Melakukan studi pendahuluan dan kajian teori mengenai konsep penyesuaian
diri santri.
4. Melakukan validasi empirik untuk menguji efektivitas program bimbingan kelompok menggunakan teknik latihan kelompok (group exercises) untuk meningkatkan kemampuan penyesuaian diri santri menggunakan nonequivalent control-group design.
5. Merekomendasikan program hipotetik yang telah diuji.
Langkah-langkah penelitian di atas dapat digambarkan sebagai berikut.
Gambar 3.2 Alur Penelitian
D.Definisi Operasional
1. Program Bimbingan Kelompok Menggunakan Teknik Latihan Kelompok (Group Exercises)
Program bimbingan kelompokmenggunakan teknik latihan kelompok (Group Exercises)dalam penelitian ini adalah suatu rangkaian kegiatan bimbingan kepada kelompok santri melalui aktivitas yang mengarahkan perilaku, diskusi, atau perhatian dari anggota kelompok, secara berkesinambungan, terencana, terorganisasi, dan terkoordinasi selama periode waktu tertentuyang memungkinkan santri untuk belajar berpartisipasi aktif dan berbagi pengalaman dalam upaya pengembangan wawasan, sikap dan atau keterampilan yang
Kajian Teori
Kajian Empirik
Menyusun Program Bimbingan Kelompok Menggunak an Teknik Latihan Kelompok
(Group Exercises)
Program Bimbingan Kelompok Menggunakan Teknik Latihan
Kelompok (Group Exercises) yang
Direkomen-dasikan Validasi
diperlukan dalam upaya mencegah timbulnya masalah atau dalam upaya pengembangan pribadi.
2. Penyesuaian Diri Santri
Kemampuan penyesuaian diri dalam penelitian ini adalah suatu kemampuan yang melibatkan respon-respon mental dan perilaku yang dimiliki santri untuk mengelola dan mengatasi tuntutan atau tekanan dari dalam dirinya sendiri (internal demand) dan dari lingkungan pesantren tempat santri tinggal (external demand) sehingga tercapai harmoni antara kedua tuntutan atau tekanan tersebut. Adapun aspek-aspek kemampuan penyesuaian diri santri ini diuraikan sebagai berikut.
a. Wawasan dan pengetahuan diri. b. Objektivitas diri dan penerimaan diri. c. Kontrol diri dan pengembangan diri. d. Integrasi pribadi.
e. Tujuan yang terarah dan jelas.
f. Pandangan, skala nilai, dan filsafat hidup yang adekuat. g. Selera humor.
h. Rasa tanggung jawab. i. Kematangan respon.
j. Perkembangan kebiasaan yang bermanfaat. k. Kemampuan beradaptasi.
l. Terhindar dari respon yang merusak dan simtomatik.
m.Kemampuan untuk berinteraksi dan memiliki minat terhadap orang lain. n. Minat yang luas terhadap pekerjaan dan bermain.
o. Kepuasaan dalam bekerja dan bermain. p. Orientasi yang adekuat terhadap realitas.
Data mengenai kemampuan penyesuaian diri santri dikumpulkan menggunakan kuesioner dengan model skala Likert. Kuesioner terdiri dari dua jenis butir pernyataan yaitu pernyataan positif (favorable) dannegative (unfavorable). Setiap butir pernyataan diberikan lima alternatif jawaban, yaitu sangat sesuai (SS), sesuai (S), ragu-ragu (R), tidak sesuai (TS), dan sangat tidak sesuai (STS).
2. Kisi-Kisi Instrumen
Instrumen penelitian yang digunakan untuk mengumpulkan data kemampuan penyesuaian diri santri dikembangkan oleh peneliti berdasarkan teori Schneiders tentang kriteria penyesuaian diri. Kriteria yang diberikan Schneiders (1964:73-88) sebagai berikut.
a. Wawasan dan pengetahuan diri (self-knowledge and self- insight).
b. Objektivitas diri dan penerimaan diri (self-objectivity and self-acceptance). c. Kontrol diri dan pengembangan diri (self-control and self-development). d. Integrasi pribadi (personal integration).
e. Tujuan yang terarah dan jelas (well-defined goals and goals direction).
f. Pandangan, skala nilai, dan filsafat hidup yang adekuat (adequate perspective, scale of values, philosophy of life).
g. Selera humor (sense of humor).
h. Rasa tanggung jawab (sense of responsibility). i. Kematangan respon (maturity of response).
j. Perkembangan kebiasaan yang bermanfaat (development of worth-while habits).
k. Kemampuan beradaptasi (adaptability).
l. Terhindar dari respon yang merusak dan simtomatik (freedom from disabling or symptomatic responses).
n. Minat yang luas terhadap pekerjaan dan bermain (wide range of interest in work and play).
o. Kepuasaan dalam bekerja dan bermain (satisfaction in work and play). p. Orientasi yang adekuat terhadap realitas (adequate orientation to reality).
Berikut ini kisi-kisi instrumen kemampuan penyesuaian diri santri disajikan pada tabel 3.2.
Tabel 3.2
Kisi-Kisi Kuesioner Kemampuan Penyesuaian Diri Santri
Aspek Indikator No. Butir Jml
Positif Negatif 1 Pengetahuan
diri dan wawasan diri
Mengetahui kemampuan dan kelemahan diri
1, 2 2
Menyadari motivasi yang mendasari pemikiran dan perilaku
3, 4 5 3
2 Objektivitas diri dan penerimaan diri
Mengetahui kelemahan yang dimiliki dan dampak
negatifnya terhadap diri sendiri
6, 7 8 3
Mengetahui kelemahan yang dimiliki dan dampak
negatifnya dalam berhubungan dengan orang lain
9, 10 11 3
Menghargai diri sendiri 12, 13, 14
15, 16 5
Menerima diri apa adanya 17, 19 18, 20 4 3 Kontrol diri
dan
pengembangan diri
Berperilaku sesuai prinsip, standar, atau aturan yang dikenakan oleh diri sendiri, hukum, dan masyarakat
Mengembangkan potensi yang dimiliki 24, 25, 26, 27, 28 5
4 Integrasi pribadi
Memanfaatkan kemampuan pribadi secara efisien untuk mengatasi permasalahan sehari-hari
29, 30 2
Mampu meresolusi konflik dalam diri dan mengurangi frustasi dengan cara yang positif
31, 32, 33
3
5 Tujuan yang jelas dan terarah
Memiliki tujuan dalam bertindak
34, 35, 36
3
Tindakan yang dilakukan terorganisasi
37, 38,39
3
6 Pandangan, skala nilai, dan filsafat hidup yang adekuat
Mengetahui hak dan kewajiban yang berkaitan dengan diri sendiri, masyarakat, dan Tuhan
40, 41, 42
3
Memiliki skala prioritas dalam bertindak
43, 45 44, 46 4
7 Selera humor Tidak terlalu serius dalam memandang peristiwa-peristiwa dalam kehidupan sehari-hari
47, 48 49, 50 4
Memandang sisi "humor" dari situasi yang penuh tekanan (stress)
51, 52 2
8 Rasa tanggung jawab
Bersedia menerima
konsekuensi dari perilakunya
53 54, 55 3
Mampu memahami dan menerima tuntutan atau kewajiban yang dibebankan
56, 58, 60
57, 59, 61
6
9 Kematangan respon
Kematangan emosional 63 62, 64 3
Kematangan sosial 66 65 2
Kematangan moral 67, 68 2
Kematangan religius 69, 70 2
10 Perkembangan kebiasaan yang bermanfaat
Melakukan aktivitas atau kegiatan yang bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari
Merespon tuntutan-tuntutan dalam kehidupan sehari-hari dengan cepat dan efisien
73, 74, 75
3
11 Kemampuan beradaptasi
Mampu mengubah sikap dan perilaku sesuai dengan pola interaksi di pesantren
76, 77, 78, 79, 80, 81
6
Mampu mengubah sikap dan perilaku sesuai dengan pola belajar di pesantren
82, 83 2
Mampu mengubah sikap dan perilaku sesuai dengan tata tertib di pesantren
84, 85, 86
87 4
Mampu mengubah sikap dan perilaku sesuai dengan pola kehidupan sehari-hari di pesantren
88, 89, 90
3
12 Terhindar dari respon yang merusak dan simtomatik.
Perilaku yang merugikan diri sendiri akibat stress
91, 92 2
Penyakit fisik yang disebabkan oleh stress
93, 94 2
13 Kemampuan untuk berinteraksi dan memiliki minat terhadap orang lain. Kemampuan berhubungan dengan orang lain
95, 96 2
Menumbuhkan minat yang tulus terhadap orang lain
97, 98, 99, 100
4
14 Minat yang luas terhadap berbagai aktivitas di pesantren
Selalu antusias dengan semua kegiatan yang dilakukan
101, 102
2
Tidak terlalu memilih-milih pekerjaan/tugas
103, 104
2
15 Kepuasaan dalam
melaksanakan aktivitas di pesantren
Aktivitas yang dijalani dalam kehidupan sehari-hari sesuai dengan minat
105 106, 107
3
Menikmati aktivitas yang dijalani dalam kehidupan sehari-hari 108, 109, 110, 111, 112 5
16 Orientasi yang adekuat terhadap realitas.
Bersikap realistis 113 114 2
Memiliki orientasi yang wajar terhadap waktu
116 115, 117
Jumlah 117
3. Penilaian (Judgement) Instrumen Penelitian
Penilaian dilakukan untuk menilai validitas isi dan konstruk dari kuesioner yang telah disusun.Penilaian dilakukan oleh dua orang pakar bimbingan dan konseling, yaitu: Prof. Dr. Syamsu Yusuf LN, M.Pd. dan Dr. Suherman, M.Pd. Pelaksanaan validasi berupa penilaian terhadap konstruk, isi, dan redaksi dari kuesioner kemampuan penyesuaian diri santri yang telah disusun. Dari 16 aspek penyesuaian diri santri menghasilkan 38 indikator, yang kemudian dikembangkan menjadi 117 butir pernyataan. Masing-masing pernyataan dikelompokkan dalam kualifikasi memadai (M) atau tidak memadai (TM). Memadai atau tidaknya sebuah butir pernyataan dilihat dari konstruk, isi, dan redaksi kuesioner tersebut. Pernyataan yang dikategorikan memadai (M) dapat langsung digunakan sebagai butir dalam instrumen penelitian sementara yang berkualikasi tidak memadai (TM) perlu diperbaiki.
4. Uji Keterbacaan Instrumen
Uji keterbacaan kuesioner kemampuan penyesuaian diri santri dilakukan terhadap lima orang santri pondok pesantren Albidayah Cangkorah yang memiliki karakteristik yang hampir sama dengan sampel penelitian. Hal ini dilakukan untuk mengetahui keterbacaan pernyataan-pernyataan yang terdapat dalam kuesioner oleh responden sebelum kuesioner digunakan dalam penelitian. Hasilnya, pernyataan-pernyataan dalam kuesionerdapat dipahami oleh kelima santri tersebut.
5. Penentuan Nilai Skala
penelitian (Azwar, 2011). Kelompok tersebut adalah santri pondok pesantren Albidayah Cangkorah yang berjumlah 30 orang. Setiap pernyataan yang dijawab oleh responden akan diperoleh distribusi frekuensi respon bagi setiap kategori jawaban, kemudian secara kumulatif dilihat deviasinya menurut distribusi normal. Melalui proses ini dapat ditentukan nilai skala yang merupakan bobot atau skor dari setiap kategori jawaban responden pada setiap butir pernyataan. Perhitungan penentuan nilai skala dengan deviasi normal dilakukan dengan bantuan Microsoft Excel 2013(hasil perhitungan terlampir).
6. Validitas Instrumen
Uji validitas instrumen dilakukan untuk menilai valid atau tidaknya instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data. Instrumen yang valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur.
Instrumen diujicobakan pada santri Pondok Pesantren Albidayah Cangkorah yang berjumlah 30 orang. Pengujian validitas dilakukan terhadap setiap butir pernyataan dalam instrumen dengan cara mengkorelasikan skor setiap butir dengan skor total yang merupakan jumlah dari skor tiap butir menggunakan rumus korelasi product moment.
Butir yang memiliki korelasi yang positif dengan skor total dan tingkat korelasinya tinggi (r ≥ 0,3), berarti butir tersebut mempunyai validitas yang tinggi. Jika korelasi antara butir dan skor total kurang dari 0,3 maka butir tersebut dinyatakan tidak valid (Sugiyono, 2008).
Perhitungan korelasi dilakukan dengan bantuan Microsoft Excel 2013, hasil pengujian menunjukkan bahwa dari 117 butir pernyataan,99 butir dinyatakan valid dan 18 butir dinyatakan tidak valid.Berikut ini merupakan hasil pengujian validitas instrumen kemampuan penyesuaian diri santri.
No Butir Keterangan Jumlah 1, 2, 3, 4, 5, 6, 8, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 18, 19, 21,
22, 24, 26, 28, 29, 30,31, 32, 33, 34, 35, 37, 38, 39, 40, 41, 42, 43, 46, 48, 49, 50, 51, 52, 53, 54, 55, 56, 57, 59, 60, 61, 62, 64, 65, 66, 67, 68, 69, 70, 71, 72, 73, 75, 76, 77, 78, 79, 81, 82, 83, 85, 86, 87, 88, 89, 90, 91, 92, 93, 94, 95, 96, 97, 98, 99, 100, 101, 102, 103, 104, 105, 106, 107, 108, 109, 110, 113, 114, 115, 116, 117
Valid 99
7, 9, 17, 20, 23, 25, 27, 36, 44, 45, 47, 58, 63, 74, 80, 84, 111, 112
Tidak Valid 18
Butir pernyataan yang dinyatakan valid dapat langsung digunakan untuk mengumpulkan data penelitian sedangkan butir pernyataan yang tidak valid tidak digunakan untuk mengumpulkan data penelitian. Jadi, butir instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 99 butir. Hasil perhitungan uji validitas dapat dilihat pada lampiran.
7. Reliabilitas Instrumen
Uji reliabilitas instrumen dilakukan untuk menilai reliabel atau tidaknya instrumen yang akan digunakan dalam penelitian. Instrumen yang reliabel adalah instrumen yang akan menghasilkan data yang sama, jika digunakan beberapa kali untuk mengukur obyek yang sama.
[image:32.595.108.517.111.327.2]Pengujian reliabilitas dalam penelitian ini dilakukan dengan menghitung koefisien reliabilitas instrumen (cronbach’s alpha). Kriteria untuk mengetahui tingkat reliabilitas dapat menggunakan kriteria yang dikemukakanoleh Sugiyono (2007) sebagai berikut ini.
Tabel 3.4
Interval Koefisien Tingkat Hubungan 0.80 – 1.000 Derajat reliabilitas sangat tinggi 0.60 – 0.799 Derajat reliabilitas tinggi 0.40 – 0.599 Derajat reliabilitas sedang 0.20 – 0.399 Derajat reliabilitas rendah
0.00 – 0.199 Derajat reliabilitas sangat rendah
Pengujian reliabilitas dilakukan pada butir instrumen yang memiliki validitas yang tinggi. Perhitungancronbach’s alpha dilakukan dengan menggunakan Microsoft Excel 2013. Hasil perhitungan diperoleh cronbach’s alpha (α) sebesar 0,98. Jika merujuk pada kriteria reliabilitas instrumen dapat disimpulkan bahwa instrumen kemampuan penyesuaian diri santri memiliki tingkat reliabilitas sangat tinggi.Hasil perhitungan uji validitas dapat dilihat pada lampiran.
8. Revisi Akhir Instrumen
[image:33.595.171.454.126.226.2]Butir-butir pernyataan dalam instrumen yang memenuhi syarat direvisi sesuai kebutuhan, dengan demikian dapat dihasilkan seperangkat instrumen yang dapat digunakan untuk mengumpulkan data mengenai profil kemampuan penyesuaian diri santri. Berikut disajikan kisi-kisi instrumen kemampuan penyesuaian diri santri setelah uji coba dalam Tabel 3.5.
Tabel 3.5 Kisi-Kisi Instrumen
Kemampuan Penyesuaian Diri Santri setelah Uji Coba
Aspek Indikator No. Butir Jml
Positif Negatif 1 Pengetahuan diri
dan wawasan diri
Mengetahui kemampuan dan kelemahan diri
1,2 2
Menyadari motivasi yang mendasari pemikiran dan perilaku
2 Objektivitas diri dan penerimaan diri
Mengetahui kelemahan yang dimiliki dan dampak
negatifnya terhadap diri sendiri
6 7 2
Mengetahui kelemahan yang dimiliki dan dampak
negatifnya dalam
berhubungan dengan orang lain
8 9 2
Menghargai diri sendiri 10, 11, 12
13, 14 5
Menerima diri apa adanya 16 15 2 3 Kontrol diri dan
pengembangan diri
Berperilaku sesuai prinsip, standar, atau aturan yang dikenakan oleh diri sendiri, hukum, dan masyarakat
17, 18 2
Mengembangkan potensi yang dimiliki
19, 20, 21
3
4 Integrasi pribadi Memanfaatkan kemampuan pribadi secara efisien untuk mengatasi permasalahan sehari-hari
22, 23 2
Mampu meresolusi konflik dalam diri dan mengurangi frustasi dengan cara yang positif
24, 25, 26
3
5 Tujuan yang jelas dan terarah
Memiliki tujuan dalam bertindak
27, 28 2
Tindakan yang dilakukan terorganisasi
29, 30, 31
3
6 Pandangan, skala nilai, dan filsafat hidup yang adekuat
Mengetahui hak dan kewajiban yang berkaitan dengan diri sendiri, masyarakat, dan Tuhan
32, 33, 34
3
Memiliki skala prioritas dalam bertindak
35 36 2
7 Selera humor Tidak terlalu serius dalam memandang peristiwa-peristiwa dalam kehidupan sehari-hari
Memandang sisi "humor" dari situasi yang penuh tekanan (stress)
40, 41 2
8 Rasa tanggung jawab
Bersedia menerima
konsekuensi dari perilakunya
42 43, 44 3
Mampu memahami dan menerima tuntutan atau kewajiban yang dibebankan
45, 48 46, 47, 49
5
9 Kematangan respon
Kematangan emosional 50, 51 2
Kematangan sosial 53 52 2
Kematangan moral 54, 55 2
Kematangan religius 56,57 2
10 Perkembangan kebiasaan yang bermanfaat
Melakukan aktivitas atau kegiatan yang bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari
58, 59 2
Merespon tuntutan-tuntutan dalam kehidupan sehari-hari dengan cepat dan efisien
60, 61 2
11 Kemampuan beradaptasi
Mampu mengubah sikap dan perilaku sesuai dengan pola interaksi di pesantren
62, 63, 64, 65,
66
5
Mampu mengubah sikap dan perilaku sesuai dengan pola belajar di pesantren
67, 68 2
Mampu mengubah sikap dan perilaku sesuai dengan tata tertib di pesantren
69, 70 71 3
Mampu mengubah sikap dan perilaku sesuai dengan pola kehidupan sehari-hari di pesantren
72, 73, 74
3
12 Terhindar dari respon yang merusak dan simtomatik.
Perilaku yang merugikan diri sendiri akibat stress
75, 76 2
Penyakit fisik yang disebabkan oleh stress
77,78 2
13 Kemampuan untuk
berinteraksi dan memiliki minat terhadap orang
Kemampuan berhubungan dengan orang lain
79, 80 2
Menumbuhkan minat yang tulus terhadap orang lain
81, 82, 83, 84
lain.
14 Minat yang luas terhadap
berbagai aktivitas di pesantren
Selalu antusias dengan semua kegiatan yang dilakukan
85, 86 2
Tidak terlalu memilih-milih pekerjaan/tugas
87, 88 2
15 Kepuasaan dalam
melaksanakan aktivitas di pesantren
Aktivitas yang dijalani dalam kehidupan sehari-hari sesuai dengan minat
89 90, 91 3
Menikmati aktivitas yang dijalani dalam kehidupan sehari-hari
92, 93, 94
3
16 Orientasi yang adekuat terhadap realitas.
Bersikap realistis 95 96 2
Memiliki orientasi yang wajar terhadap waktu
98 97, 99 3
Jumlah 99
F. Pengembangan Program
Tabel 3.6
Hasil Penimbangan Pakar terhadap Program Bimbingan Kelompok
Menggunakan Teknik Latihan Kelompok (Group Exercises) untuk Meningkatkan Kemampuan Penyesuaian Diri Santri
Komponen Program Hasil Penimbangan Pakar
Rasional Rasional menjadi landasan teoritis dan empiris program. Hasil penimbangan menunjukkan bahwa rasional program sudah memadai.
Deskripsi kebutuhan Deskripsi kebutuhan berisi tentang gambaran kemampuan penyesuaian diri santri hasil pre-test, sehingga dapat diketahui kebutuhan santri terhadap layanan bimbingan. Hasil penimbangan pakar menunjukkan bahwa deskripsi kebutuhan sudah memadai.
Tujuan Tujuan program berisi gambaran perlaku santri yang diharapkan setelah mengikuti layanan bimbingan kelompok. Hasil penimbangan pakar menunjukkan bahwa tujuan program sudah memadai.
Strategi layanan Srategi layanan berisi teknik bimbingan kelompok yang digunakan dan tahapan bimbingan kelompok yang meliputi tahap awal, tahap transisi, tahap kerja, dan tahap terminasi. Hasil penimbangan pakar menunjukkan bahwa startegi layanan sudah memadai.
Sasaran program Sasaran program berisi uraian mengenai objek bimbingan kelompok yang akan menerima layanan. Hasil penimbangan pakar menunjukkan bahwa sasaran program sudah memadai.
Rencana operasional Rencana operasional berisi uraian rencana pelaksanaan program bimbingan kelompok. Hasil penimbangan pakar menunjukkan bahwa rencana operasional sudah memadai.
Pengembangan tema Pengembangan tema berisi uraian tema materi bimbingan kelompok berdasarkan hasil deskripsi kebutuhan. Hasil penimbangan pakar menunjukkan bahwa pengembangan tema sudah memadai.
selama proses bimbingan kelompok menggunakan pedoman observasi, dan evaluasi melalui jurnal harian yang diisi oleh para santri yang diberikan layanan bimbingan kelompok.
SKLB Hasil penimbangan pakar terhadap satuan kegiatan layanan bimbingan (SKLB) menunjukkan perlunya perbaikan pada penggunaan teknik, dan proses dinamika kelompok pada tahap kerja yaitu tahap eksperientasi harus diuraikan secara jelas dan rinci.
G.Prosedur Pengolahan Data 1. Penyeleksian Data
Penyeleksian data dilakukan untuk memeriksa kelengkapan jumlah kuesioner dan respon kuesioner yang terkumpul. Menurut pemeriksaan jumlah kuesioner dan respon yang terkumpul sebanyak 171 lembar.
2. Perhitungan Skor
[image:38.595.169.457.521.736.2]Perhitungan skor dilakukan dengan mengacu pada pedoman pemberian skor berdasarkan nilai skala yang diperoleh dari proses penentuan skala dengan deviasi normal. Pedoman pemberian skor tersebut sebagai berikut ini.
Tabel 3.7
Pedoman Pemberian Skor Setiap Butir Pernyataan
No. Butir
Kategori Jawaban Jenis Pernyataan
STS TS R S SS
1 1 2 3 4 5 Favorable
2 1 2 3 4 5 Favorable
3 1 2 3 3 4 Favorable
4 1 2 3 4 5 Favorable
5 5 4 3 2 1 Unfavorable
6 1 2 2 3 4 Favorable
7 4 3 2 2 1 Unfavorable
8 1 2 3 4 5 Favorable
9 4 3 2 2 1 Unfavorable
10 1 2 3 4 5 Favorable
12 1 1 2 3 4 Favorable
13 4 3 2 2 1 Unfavorable
14 4 3 2 2 1 Unfavorable
15 4 4 3 2 1 Unfavorable
16 1 2 2 3 4 Favorable
17 1 2 3 4 5 Favorable
18 1 2 3 3 4 Favorable
19 1 2 3 3 4 Favorable
20 1 2 3 4 5 Favorable
21 1 2 3 3 4 Favorable
22 1 2 3 4 5 Favorable
23 1 2 3 4 5 Favorable
24 1 2 3 3 4 Favorable
25 1 2 3 3 4 Favorable
26 1 2 3 3 4 Favorable
27 1 2 3 4 5 Favorable
28 1 2 2 3 4 Favorable
29 1 2 3 3 4 Favorable
30 1 2 3 3 4 Favorable
31 1 2 3 4 5 Favorable
32 1 1 2 3 4 Favorable
33 1 2 3 4 5 Favorable
34 1 2 2 3 4 Favorable
35 1 2 2 3 4 Favorable
36 4 3 3 2 1 Unfavorable
37 1 2 2 3 4 Favorable
38 4 3 3 2 1 Unfavorable
39 4 3 3 2 1 Unfavorable
40 1 2 2 3 4 Favorable
41 1 2 2 3 4 Favorable
42 1 2 3 4 5 Favorable
43 4 3 3 2 1 Unfavorable
44 4 3 2 2 1 Unfavorable
45 1 2 3 4 5 Favorable
46 4 3 2 2 1 Unfavorable
47 4 3 2 2 1 Unfavorable
48 1 2 2 3 4 Favorable
49 4 3 2 2 1 Unfavorable
50 4 3 3 2 1 Unfavorable
52 4 3 2 2 1 Unfavorable
53 1 2 3 3 4 Favorable
54 1 2 3 4 4 Favorable
55 1 2 2 3 4 Favorable
56 4 3 2 2 1 Unfavorable
57 4 3 2 2 1 Unfavorable
58 1 2 3 4 5 Favorable
59 1 2 2 3 4 Favorable
60 4 3 3 2 1 Unfavorable
61 4 3 2 2 1 Unfavorable
62 1 2 3 3 4 Favorable
63 1 2 2 3 4 Favorable
64 1 2 3 3 4 Favorable
65 1 2 2 3 4 Favorable
66 1 2 2 3 4 Favorable
67 4 3 3 2 1 Unfavorable
68 4 3 2 2 1 Unfavorable
69 1 2 3 3 4 Favorable
70 1 2 3 3 4 Favorable
71 4 3 2 2 1 Unfavorable
72 1 2 2 3 4 Favorable
73 1 2 2 3 4 Favorable
74 1 2 3 3 4 Favorable
75 4 3 2 2 1 Unfavorable
76 4 3 2 2 1 Unfavorable
77 4 3 2 2 1 Unfavorable
78 4 3 3 2 1 Unfavorable
79 1 2 2 3 4 Favorable
80 1 2 3 4 5 Favorable
81 1 1 2 3 4 Favorable
82 1 2 2 3 4 Favorable
83 1 1 2 3 4 Favorable
84 1 1 2 3 4 Favorable
85 1 2 3 3 4 Favorable
86 1 2 3 3 4 Favorable
87 4 3 2 2 1 Unfavorable
88 4 3 3 2 1 Unfavorable
89 1 1 2 3 4 Favorable
90 4 3 2 2 1 Unfavorable
92 1 2 2 3 4 Favorable
93 1 2 2 3 4 Favorable
94 1 2 3 4 5 Favorable
95 1 1 2 3 4 Favorable
96 4 3 2 2 1 Unfavorable
97 5 4 3 2 1 Unfavorable
98 1 2 2 3 4 Favorable
99 5 4 3 2 1 Unfavorable
Kemudianuntuk mengetahui makna skor yang dicapai santridan untuk melakukan pengelompokkan tingkat kemampuan penyesuaian diri santri, ditetapkan standardisasi penafsiran skor melalui pengelompokkan skor berdasarkan skor setiap aspek dan skor total yang diperoleh subjek penelitian.Kategori pada skor disusun menjadi tiga kategori kemampuan penyesuaian diri santri.Langkah-langkahnya sebagai berikut.
a. Menentukan Skor maksimal ideal yang diperoleh sampel: Skor maksimal ideal = jumlah soal x skor tertinggi
b. Menentukan Skor terendah ideal yang diperoleh sampel: Skor minimal ideal = jumlah soal x skor terendah c. Menghitung rentang skor ideal yang diperoleh sampel: Rentang skor = Skor maksimal ideal – skor minimal ideal d. Menghitung mean (� ) teoritis:
� = Skor minimal ideal + Skor maksimal ideal 2
e. Menghitung simpangan baku (s):
� = Rentang skor 6
f. Menghitung z-score (� = 0,� = 1) dengan rumus (Furqon, 2009):
g. Menghitung skor standar (� = 50,�= 10)dengan rumus (Azwar, 2011):
T = 50 + 10 � − � �
[image:42.595.133.492.272.337.2]Dari langkah langkah tersebut, kemudian didapat kategori(Azwar, 2013) sebagai berikut.
Tabel 3.8
Kategori Gambaran Umum Variabel
Kategori Rentang
Tinggi X ≥(� + 1,0�)
Sedang (� −1,0�) ≤ X <(� + 1,0�)
Rendah X <(� −1,0�)
H. Analisis Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif mengenai kemampuan penyesuaian diri santri. Untuk menganalisis data yang diperoleh digunakan analisis statistik. Proses analisis data ini dimaksudkan untuk menjawab pertanyaan penelitian yang telah dirumuskan dalam penelitian ini.
Untuk menjawab pertanyaan penelitian tentang profil kemampuan penyesuaian diri santri, peneliti mengacu pada tabel 3.8 tentang kategori gambaran umum penyesuaian diri santri. Berdasarkan tabel 3.8, peneliti dapat mengelompokkan santri sesuai dengan tingkat kemampuan penyesuaian dirinya, baik gambaran secara menyeluruh maupun gambaran setiap aspeknya. Selain itu peneliti dapat mengelompokkan aspek dan indikator kemampuan penyesuaian diri santri sesuai dengan tingkat ketercapaiannya.
mengacu pada indikator kemampuan penyesuaian diri santri yang dikelompokkan pada kategori rendah.
Untuk menjawab pertanyaan penelitian tentang efektifitasprogram hipotetik bimbingan kelompok menggunakan teknik latihan kelompok (group exercises) untuk meningkatkan kemampuan penyesuaian diri santri Pondok
Pesantren Banuraja, peneliti melakukan uji-t dua data sampel independen. Uji-t ini dilakukan dengan cara membandingkan data Pretest dan Posttest, antara kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol. Peneliti bermaksud mengkajiefektivitas suatu perlakuan (treatment) dalam mengubah suatu perilaku dengan caramembandingkan antara keadaan sebelum dengan keadaan sesudah perlakuan itu diberikan (Furqon, 2011).
Adapun prosedur pengujian efektivitas ini sebagai berikut.
1. Menguji normalitas data dengan uji Shapiro-Wilk, untuk memperlihatkan bahwa data sampel yang diperoleh berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Dasar pengambilan keputusannya adalah jika nilai signifikansi (sig.)>0,05, maka data tersebut berdistribusi normal, dan jika nilai signifikansi (sig.)< 0,05, maka data tersebut tidak berdistribusi normal.Perhitungan dilakukan dengan menggunakan IBM SPSS Statistic Version 20.
2. Menguji homogenitas untuk mengetahui bahwa data yang dibandingkan bersifat homogen. Dasar pengambilan keputusannya adalah jika nilai signifikansi (sig.) > 0,05, maka data tersebut homogen, dan jika nilai signifikansi (sig.) < 0,05, maka data tersebut tidak homogen. Perhitungan dilakukan dengan menggunakan IBM SPSS Statistic Version 20.
3. Menghitung data Gain (selisih antara skor pretest dan posttest) pada kelompok eksperimen dan kontrol.
4. Menguji efektivitas dengan uji-t dua data sampel independen.Perhitungan menggunakan IBM SPSS Statistic Version 20. Kriteria untuk uji-t tersebut berpandangan pada hipotesis penelitian.
1 2
Hitung 2 2
1 2
1 2
Y Y
t
n n
S S
Keterangan:
1
Y = rata-rata data kontrol n1 = banyak sampel kelas kontrol
2
Y = rata-rata data eksperimen n2 = banyak sampel kelas eksperimen s12 = varians kelompok kontrol s22 = varians kelompok eksperimen
127
Diwan Ramadhan Jauhari, 2014
BAB V
SIMPULAN DAN REKOMENDASI
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka diperoleh simpulan dan rekomendasi yang dapat dijadikan masukan dalam pelaksanaan bimbingan kelompok menggunakan teknik latihan kelompok (group exercises) untuk meningkatkan kemampuan penyesuaian diri santri.
A. Simpulan
1. Secara umum kemampuan penyesuaian diri santri pesantren Banuraja berada pada kategori sedang. Apabila dilihat berdasarkan aspeknya, terdapat dua aspek kemampuan penyesuaian diri yang berada pada kategori rendah yaitu: aspek perkembangan kebiasaan yang bermanfaat dan aspek orientasi yang adekuat terhadap realitas. Kemudian apabila dilihat berdasarkan indikatornya, terdapat empat indikator kemampuan penyesuaian diri yang berada pada kategori rendah yaitu: (1) indikator kematangan emosional dalam aspek kematangan respon; (2) indikator merespon tuntutan-tuntutan dalam kehidupan sehari-hari dengan cepat dan efisien dalam aspek perkembangan kebiasaan yang bermanfaat; (3) indikator tidak terlalu memilih-milih pekerjaan atau tugas dalam aspek minat yang luas terhadap berbagai aktivitas di pesantren; dan (4) indikator memiliki orientasi yang wajar terhadap waktu dalam aspek orientasi yang adekuat terhadap realitas.
2. Hasil validasi rasional pakar bimbingan dan konseling terhadap rumusan program bimbingan kelompok menggunakan teknik latihan kelompok (group exercises) dinilai layak sebagai suatu kerangka kerja layanan untuk
Diwan Ramadhan Jauhari, 2014
sasaran program; (6) rencana operasional; (7) pengembangan tema; dan (8) evaluasi.
3. Programbimbingan kelompok menggunakan teknik latihan kelompok (group exercises) terbukti efektif untuk meningkatkan kemampuan penyesuaian diri
santri. Ada enam aspek kemampuan penyesuaian diri yang meningkat secara signifikan yaitu: (1) integrasi pribadi (aspek 4); (2) tujuan yang jelas dan terarah (aspek 5); (3) kematangan respon (aspek 9); (4) perkembangan kebiasaan yang bermanfaat (aspek 10); (5) minat yang luas terhadap berbagai aktivitas di pesantren (aspek 14); dan (6) orientasi yang adekuat terhadap realitas (aspek 16).
B.Rekomendasi
Berdasarkan hasil penelitian, berikut ini beberapa hal yang dapat direkomendasikan kepada pihak-pihak terkait dalam bidang pendidikan khususnya pendidikan pesantren.
1. Bagi Pimpinan atau Pengelola Pesantren
Kiai sebagai pemimpin dan pengelola pesantren yang memiliki otoritas tertinggi di pesantren hendaknya mempertimbangkan manfaat layanan bimbingan kelompok menggunakan teknik latihan kelompok (group exercises) ini untuk meningkatkan kemampuan penyesuaian diri para santrinya, sehingga keberadaan guru pembimbing di pesantren menjadi sesuatu yang juga perlu dipertimbangkan.
2. Bagi Peneliti Selanjutnya
Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan simple random sampling sehingga pada proses pengambilan sampel peneliti tidak
Diwan Ramadhan Jauhari, 2014
129
DAFTAR PUSTAKA
Agustiani, Hendriati. (2009). Psikologi Perkembangan: Pendekatan Ekologi Kaitannya dengan Konsep Diri dan Penyesuaian Diri pada Remaja.
Bandung: Refika Aditama.
Azwar, Saifuddin. (2011). Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Azwar, Saifuddin. (2013). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Bakry, Sama’un. (2005). Menggagas Ilmu Pendidikan Islam. Bandung: Pustaka Bani Quraisy.
Burlingame, G.M., Fuhriman, A., dan Mosier, J. (2003). The differential effectiveness of group psychotherapy: a meta-analysis perspective. Group Dynamics: Theory, Research, and Practice, 7(1), hlm. 3-12.
Campbell, D.T. dan Stanley, J.C. (1963). Experimental and Quasi-Experimental Designs for Research. Boston: Houghton Mifflin Company.
Card, N. dkk. (2008). Direct and indirect aggression during childhood and adolescence: a meta-analytic review of gender differences, intercorrelations, and relations to maladjustment. Child Development, 79(5), 1185-1229.
Chan, S., Yuen, M.T., dan Lau, PSY. (2003). The effect of a group guidance programme on the self esteem of newly arrived children from the Chinese Mainland to Hong Kong. Asia Pasific Journal of Education, 23(2), hlm. 171-182.
Cheng, Helen & Adrian Furnham. (2002). “Personality, peer relations, and self
-confidence as predictors of happiness and loneliness”. Journal of Adolescence. 25, 327-339.
Corey, M.S., Corey, G., dan Corey, C. (2010). Groups: Process and Practice. 8th Edition. Belmont, CA: Brook/Cole-Cengage Learning.
Creswell, J.W. (2012). Educational Research : Planning, Conducting, and Evaluating Quantitative and Qualitative Research. 4th Edition. Boston: Pearson.
Crockett, Lisa J. dkk. (1989). "School Transitions and Adjustment During Early Adolescence" Faculty Publications, Department of Psychology. Paper 252. Tersedia:
http://digitalcommons.unl.edu/psychfacpub/252 [9 Oktober 2012]
Dahir, Carol A. dan Carolyn Bishop Stone. (2012). The Transformed School Counselor, 2nd Edition. Belmont: Brooks/Cole.
Desmita. (2011). Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: Remaja Rosda Karya.
Dhofier, Zamaksyari. (2011). Tradisi Pesantren: Studi Pandangan Hidup Kyai dan Visinya Mengenai Masa Depan Indonesia. Jakarta: LP3ES.
Dinkmeyer, Don dan Edson Caldwell. (1970). Developmental Counseling & Guidance: A Comprehensive School Approach. New York: McGraw-Hill, Inc.
Doyle, Anna Beth dkk. Parent-Child Relationships and Adjustment in Adolescence: Findings from the HBSC Cycle 3 and NLSCY Cycle 2
Studies. [Online]. Tersedia:
http://acsa-caah.ca/Portals/0/Member/PDF/en/acsa/Parent.pdf. [9 Oktober 2012]
DuBois, D. dkk. (2002). Race and gender influences on adjustment in early adolescence: investigation of an integrative model. Child Development, 73(5), 1573-1592.
http://www.benthamscience.com/open/tofamsj/articles/V002/66TOFAM SJ.pdf [9 Oktober 2012]
Espelage, D. L., & Swearer, S. M. (2003). Research on school bullying and victimization: What we have learned and where do we go from here? School Psychology Review, 32, 365-383.
Fahmy, Mustafa. (1982). Penyesuaian Diri: Pengertian dan Peranannya dalam Kesehatan Mental . Terj. Zakiyah Daradjat, Jakarta: Bulan Bintang.
Feldman, R. (2010). The relational basis of adolescent adjustment: trajectories of mother-child interactive behaviors from infancy to adolescence shape adolescents' adaptation. Attachment & Human Development, 12(1-2), 173-192.
Forsyth, Donelson R. (2010). Group Dynamics. 5th Edition. Belmont, CA: Wadsworth, Cengage Learning.
Furqon. (2011). Statistika Terapan untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta.
Glanz, Edward C. (1964). Foundations and Principles of Guidance. Boston: Allyn and Bacon, Inc.
Goldfield, Gary S. dkk. (2011). Physical Activity and Psychological Adjustment in Adolescents. Dalam Journal of Physical Activity and Health [Online], Vol 8, 157-163. Tersedia:
http://www.theroyal.ca/flament/files/2011/07/2011_Goldfield_Physical-Activity-and-Psychological-Adjustment-in-Adolescents-.pdf [9 Oktober 2012]
Graham, S. (2006). Peer victimization in school: Exploring the ethnic context. Current Directions in Psychological Science, 15, 317-321.
Gysbers, Norman C. dan Patricia Henderson. (2012). Developing and Managing Your School Guidance and Counseling Program, 5th Edition. Alexandria:
American School Counseling Association.
Kabupaten Pandeglang Tahun Pelajaran 2009-2010. (Tesis). Sekolah
Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.
Hartinah, Sitti. (2009). Konsep Dasar Bimbingan Kelompok. Bandung: Refika Aditama.
Hoglund, Wendy L. G. & Naheed E. Hosan. (2012). “The Context of Ethnicity: Peer Victimization and Adjustment Problems in Early Adolescence”.
The Journal of Early Adolescence. 20, (10), 1-25.
Humpreys, J.A. dkk. (1960). Guidance Services. Chicago: Science Research Associates, Inc.
Isakson, K., & Jarvis, P. (1999). The adjustment of adolescents during the transition into high school: A short-term longitudinal study. Journal of Youth and Adolescence, 28(1), 1–26.
Israel, Glenn D. (1992). Determining Sample Size. [Online]. Tersedia di: http://edis.ifas.ufl.edu/pd006 [diakses 25 April 2014].
Jacobs, Ed E. dkk. (2012). Group Counseling: Strategies and Skills. 7th Edition. Belmont, CA: Brook/Cole-Cengage Learning.
Kartadinata, Sunaryo. (2011). “Adekuasi Penyesuaian Diri: Konsep
Perkembangan Optimal”, dalam Menguak Tabir Bimbingan dan
Konseling sebagai Upaya Pedagogis. Bandung: UPI Press.
Kartono, Kartini. (2000). Hygiene Mental. Bandung: Mandar Maju.
Kiesner, J. dkk. (2002). Group identification in early adolescence: its relation with peer adjustment and its moderator effect on peer influence. Child Development, 73(1), 196-208.
Komisi Nasional Perlindungan Anak. (2011). Catatan Akhir Tahun Komisi Nasional Perlindungan Anak. [Online]. Tersedia di: http://komnaspa.wordpress.com/2011/12/21/catatan-akhir-tahun-2011-komisi-nasional-perlindungan-anak/ [Diakses 2 November 2013].
http://megapolitan.kompas.com/read/2012/12/21/10534239/82.Pelajar.Te was.Sia-sia.karena.Tawuran [Diakses 2 November 2013].
Kuwado, Fabian Januarius. (2012). Tahun 2012, "Kiamat" Anak Indonesia. 22 Desember [Online]. Tersedia di:
http://nasional.kompas.com/read/2012/12/22/13370183/Tahun.2012.Kia mat.Anak.Indonesia%20diakses%2014%20April%202013 [Diakses 2 November 2013].
Lazarus, Richard S. (1969). Patterns of Adjustment and Human Effectiveness. New York: McGraw-Hill.
Lopez, C., & Dub