• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sarah Regina Virgiani (1006015). PENGGUNAAN METODE ENAM TOPI BERPIKIR (SIX THINKING HATS) DALAM PEMBELAJARAN PKN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Sarah Regina Virgiani (1006015). PENGGUNAAN METODE ENAM TOPI BERPIKIR (SIX THINKING HATS) DALAM PEMBELAJARAN PKN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA."

Copied!
44
0
0

Teks penuh

(1)

No. Skripsi : 2093/UN.40.2.2/PL/2014

PENGGUNAAN METODE ENAM TOPI BERPIKIR (SIX THINKING HATS) DALAM PEMBELAJARAN PKN UNTUK MENINGKATKAN

KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA

(STUDI KASUS DI KELAS XI IPA 2 SMA NEGERI 1 MARGAHAYU)

SKRIPSI

diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

Pendidikan Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan

oleh

Sarah Regina Virgiani

1006015

JURUSAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

PENGGUNAAN METODE ENAM TOPI BERPIKIR

(SIX THINKING HATS) DALAM PEMBELAJARAN

PKN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN

BERPIKIR KRITIS SISWA

(STUDI KASUS DI KELAS XI IPA 2 SMA NEGERI 1

MARGAHAYU)

oleh

Sarah Regina Virgiani

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Pendidikan Imu Pengetahuan Sosial

© Sarah Regina Virgiani 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

April 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI

SARAH REGINA VIRGIANI

PENGGUNAAN METODE ENAM TOPI BERPIKIR (SIX THINKING HATS)

DALAM PEMBELAJARAN PKN UNTUK MENINGKATKAN

KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA

(STUDI KASUS DI KELAS XI IPA 2 SMA NEGERI 1 MARGAHAYU)

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING:

Pembimbing 1

Prof. Dr. H. Sapriya, M.Ed. NIP. 19630820 198803 1 001

Pembimbing 2

Prof. Dr. H. A. Azis Wahab, M.A. NIP. 19430401 196709 1 001

Mengetahui,

Ketua Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan

(4)

Skripsi ini telah diuji pada

Hari, Tanggal : Selasa, 08 April 2014

Tempat : Gedung FPIPS UPI Bandung

Panitia Ujian terdiri dari:

1. Ketua :

Prof. Dr. H. Karim Suryadi, M.Si. NIP. 19700814 199402 1 001

2. Sekretaris :

Prof. Dr. H. Sapriya, M.Ed. NIP. 19630820 198803 1 001

3. Penguji : 3.1

Prof. Dr. Endang Danial AR., M.Pd, M.Si NIP. 19500502 197603 1 002

3.2

Dr. Muhammad Halimi, M.Pd. NIP. 19580605 198803 1 001

3.3

(5)

DAFTAR ISI

PERNYATAAN ... Error! Bookmark not defined. KATA PENGANTAR ... Error! Bookmark not defined. UCAPAN TERIMA KASIH ... Error! Bookmark not defined. ABSTRAK ... Error! Bookmark not defined. DAFTAR ISI ... 1 DAFTAR TABEL ... Error! Bookmark not defined. DAFTAR GAMBAR ... Error! Bookmark not defined. DAFTAR LAMPIRAN ... Error! Bookmark not defined.

BAB I Error! Bookmark not defined.PENDAHULUAN ... Error! Bookmark not

defined.

A. Latar Belakang Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

B. Identifikasi Masalah ... Error! Bookmark not defined.

C. Rumusan Masalah ... Error! Bookmark not defined.

D. Tujuan Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

1. Tujuan Umum ... Error! Bookmark not defined.

2. Tujuan Khusus ... Error! Bookmark not defined.

E. Manfaat Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

1. Manfaat Teoritis... Error! Bookmark not defined.

2. Manfaat Praktis ... Error! Bookmark not defined.

F. Struktur Organisasi Skripsi ... Error! Bookmark not defined.

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... Error! Bookmark not defined.

A. Tinjauan Mengenai Pendidikan KewaganegaraanError! Bookmark not defined.

1. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan .... Error! Bookmark not defined.

2. Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan ... Error! Bookmark not defined.

3. Fungsi Pendidikan Kewarganegaraan ... Error! Bookmark not defined.

(6)

5. Ruang Lingkup Mata Pelajaran PKn ... Error! Bookmark not defined.

B. Tinjauan Mengenai Metode Enam Topi BerpikirError! Bookmark not defined.

1. Pengertian Metode Enam Topi Berpikir (Six Thinking Hats) ... Error!

Bookmark not defined.

2. Kelebihan Menggunakan Metode Enam Topi Berpikir (Six Thinking

Hats) ... Error! Bookmark not defined.

C. Tinjauan Mengenai Berpikir Kritis ... Error! Bookmark not defined.

1. Pengertian Berpikir ... Error! Bookmark not defined.

2. Keterampilan Berpikir ... Error! Bookmark not defined.

3. Pengertian Berpikir Kritis ... Error! Bookmark not defined.

4. Tujuan Berpikir Kritis... Error! Bookmark not defined.

5. Karakteristik Berpikir Kritis ... Error! Bookmark not defined.

6. Strategi Peningkatan Berpikir Kritis daam Pembelajaran PKn ... Error!

Bookmark not defined.

7. Indikator Berpikir Kritis ... Error! Bookmark not defined.

D. Penelitian Terdahulu ... Error! Bookmark not defined.

BAB III METODE PENELITIAN ... Error! Bookmark not defined.

A. Lokasi dan Subjek Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

1. Lokasi Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

2. Subjek Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

B. Metode dan Pendekatan Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

1. Metode Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

2. Pendekatan Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

C. Definisi Operasional ... Error! Bookmark not defined.

D. Prosedur Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

1. Tahap Persiapan Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

2. Tahap Perizinan Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

3. Tahap Pelaksanaan... Error! Bookmark not defined.

(7)

F. Teknik Analisis Data ... Error! Bookmark not defined.

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN ... Error! Bookmark not

defined.

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

B. Deskripsi Hasil Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

1. Kondisi Pra Pembelajaran... Error! Bookmark not defined.

2. Pertemuan Pertama Kegiatan Pembelajaran PKn dengan Menggunakan Metode Enam Topi Berpikir (Six Thinking Hats) dalam Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa ... Error! Bookmark not defined.

3. Pertemuan Kedua Kegiatan Pembelajaran PKn dengan Menggunakan Metode Enam Topi Berpikir (Six Thinking Hats) dalam Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa ... Error! Bookmark not defined.

4. Pertemuan Ketiga Kegiatan Pembelajaran PKn dengan Menggunakan Metode Enam Topi Berpikir (Six Thinking Hats) dalam Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa ... Error! Bookmark not defined.

5. Deskripsi Hasil Kuesioner (Angket) ... Error! Bookmark not defined.

C. Pembahasan Hasil Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

1. Perencanaan Pembelajaran PKn dengan Menggunakan Metode Enam Topi Berpikir (Six Thinking Hats) ... Error! Bookmark not defined.

2. Pelaksanaan Pembelajaran PKn dengan Menggunakan Metode Enam Topi Berpikir (Six Thinking Hats) ... Error! Bookmark not defined.

3. Penggunaan Metode Enam Topi Berpikir (Six Thinking Hats) dalam Pembelajaran PKn untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa ... Error! Bookmark not defined.

4. Kendala dalam Penerapan Metode Enam Topi Berpikir (Six Thinking

Hats) ... Error! Bookmark not defined.

5. Upaya dalam Mengatasi Kendala Penggunaan Metode Enam Topi

Berpikir (Six Thinking Hats) ... Error! Bookmark not defined.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... Error! Bookmark not defined.

A. Kesimpulan ... Error! Bookmark not defined.

(8)

DAFTAR PUSTAKA ... Error! Bookmark not defined. LAMPIRAN

(9)

ABSTRAK

Sarah Regina Virgiani (1006015). PENGGUNAAN METODE ENAM TOPI BERPIKIR (SIX THINKING HATS) DALAM PEMBELAJARAN PKN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh hasil observasi awal di kelas XI IPA 2 SMA Negeri 1 Margahayu yang memiliki beberapa masalah pada saat proses pembelajaran. Salah satunya yaitu rendahnya kemampuan berpikir kritis siswa pada mata pelajaran PKn, hal tersebut terlihat dari proses kegiatan belajar mengajar berlangsung siswa cenderung pasif saat pelajaran berlangsung hingga pelajaran selesai. Hal tersebut menuntut guru untuk membuat inovasi baru agar pembelajaran lebih baik lagi. Rumusan masalah dalam penelitian ini mencakup bagaimanakah perencanaan pembelajaran, bagaimanakah pelaksanaan proses pembelajaran, apa saja kendala yang dihadapi dan bagaimana cara yang dilakukan untuk mengatasi kendala dalam pembelajaran dengan menggunakan metode Enam Topi Berpikir (Six Thinking

Hats). Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode studi kasus. Tujuan utama adalah untuk mengetahui bagaimana hasil dari penggunaan metode Enam Topi Berpikir (Six Thinking Hats) dalam pembelajaran PKn terhadap kemampuan berpikir kritis siswa dan memberdayakan guru yang bersangkutan agar mampu melakukan perbaikan dalam menangani permasalahan dalam proses pembelajaran. Sedangkan yang menjadi subjek penelitian adalah guru PKn dan siswa kelas XI IPA 2 di SMA Negeri 1 Margahayu. Pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan metode Enam Topi Berpikir (Six Thinking Hats) dilaksanakan melalui tiga kali pertemuan. Hasil pembelajaran PKn dengan menggunakan metode Enam Topi Berpikir (Six Thinking Hats) pada umumnya meningkat. Hasil observasi pada kegiatan pembelajaran dengan berfokus kepada guru mengalami peningkatan dalam setiap pertemuannya, pertemuan pertama memberikan hasil 40 % (cukup), hasil yang didapat dalam observasi pertemuan kedua yaitu 63 % (baik). Hasil yang optimal diperoleh pada pertemuan ketiga, yaitu diperoleh hasil 96 % (sangat baik). Hasil observasi pada kegiatan pembelajaran dengan berfokus kepada siswa mengalami peningkatan dalam setiap pertemuannya, pertemuan pertama memberikan hasil 38,23 % (cukup), hasil yang didapat dalam observasi pada pertemuan kedua yaitu 68,38 % (baik). Hasil yang optimal diperoleh pada pertemuan ketiga, yaitu diperoleh hasil 92,64 % (sangat baik). Hal tersebut menunjukkan bahwa metode Enam Topi Berpikir (Six Thinking Hats) berhasil meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa terutama pada mata pelajaran PKn. Sedangkan kendala yang dihadapi ialah kurang optimalnya pelaksanaan pembelajaran menggunakan metode Enam Topi Berpikir (Six Thinking

Hats). Upaya untuk mengatasi kendala tersebut yaitu guru berusaha memahami

(10)

metode Enam Topi Berpikir (Six Thinking Hats) dan guru berusaha mengembangkan format RPP dengan baik.

ABSTRACT

Sarah Regina Virgiani (1006015). ENAM TOPI BERPIKIR METHOD OF USE (SIX THINKING HATS) PKN IN LEARNING TO IMPROVE STUDENT CRITICAL THINKING SKILLS

This research is motivated by the results of preliminary observations in class XI IPA 2 SMAN 1 Margahayu who have some problems during the learning process. One of them is lack of critical thinking skills of students in Civics subject, it is seen from the process of learning takes place when students tend to be passive learning lessons until completion. It requires teachers to create new innovations for learning better. The problems of this study include how the planning of learning, how the implementation of the learning process, what are the constraints faced and how that is done to overcome the obstacles in learning to use the Enam Topi Berpikir method (Six Thinking Hats). The approach used in this study is a qualitative approach. The method used in this study is the case study method. The main goal is to determine how the results of the use of Enam Topi Berpikir method (Six Thinking Hats) in learning Civics on students' critical thinking skills. Besides other purpose is to empower the teacher to be able to make improvements and updates to the addressing issues in the learning process. While the study subjects are Civics teacher and students in class XI IPA 2 SMAN 1 Margahayu. Civics learning outcomes using the

Enam Topi Berpikir (Six Thinking Hats) generally increased. Implementation of

(11)

1 BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Penelitian

Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) merupakan mata pelajaran yang

bertujuan untuk mendidik siswanya menjadi warga negara yang baik. Pendidikan

Kewarganegaraan sedianya harus mampu membentuk siswa agar memiliki

karakter-karakter baik yang sesuai dengan hakikat Pendidikan Kewarganegaraan,

yaitu membentuk siswa untuk dapat lebih berpartisipasi aktif dalam proses

pembelajaran di kelas dan membentuk siswa agar mampu berpikir cerdas dalam

memecahkan masalah. Pembelajaran PKn harus mampu mendorong tumbuhnya

keaktifan atau partisipasi dan kreativitas optimal serta kecerdasan berpikir dari

setiap siswa. Fungsi mata pelajaran PKn itu sendiri adalah sebagai wahana untuk

membentuk warga negara yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang setia

kepada bangsa dan negara Indonesia dengan merefleksikan dirinya dalam

kebiasaan berpikir dan bertindak sesuai dengan amanat Pancasila dan UUD NKRI

Tahun 1945. Salah satu tujuannya adalah untuk memberikan kompetensi berpikir

cerdas, yaitu berpikir secara kritis dalam menanggapi isu kewarganegaraan.

Mengingat bahwa dalam mata pelajaran PKn tidak hanya sebatas

pemahaman konsep-konsep saja, tetapi juga menuntut penguasaan

keterampilan-keterampilan tertentu seperti berbicara atau mengeluarkan pendapat secara baik

dan benar, berpartisipasi aktif di dalam kelas dan berpikir kritis. Oleh karena itu,

diperlukan upaya agar siswa terlibat langsung dan merasa terkesan dalam belajar

PKn. Kehadiran secara fisik siswa di dalam kelas belum tentu akan membawa

hasil belajar yang optimal bila tidak disertai dengan keterlibatan pikiran, mental,

dan emosionalnya secara maksimal. Upaya pelibatan siswa dalam pembelajaran

PKn bertujuan agar esensi atau makna materi dalam proses pembelajaran

dipahami secara mendalam oleh siswa. Siswa tidak hanya mendapatkan hafalan

(12)

maknanya dan memperoleh keterampilan yang sangat dibutuhkan dalam

kehidupannya, terutama dalam kehidupan di lingkungan masyarakat.

Untuk membangun masyarakat terdidik, maka harus dilakukan suatu

perubahan terhadap paradigma serta sistem pendidikan dalam proses

pembelajaran, khususnya pembelajaran PKn. Dengan paradigma baru, praktik

pembelajaran akan digeser menjadi pembelajaran yang bertumpu pada teori

kognitif dan konstruktif. Pembelajaran akan berfokus pada pengembangan

kemampuan intelektual yang berlangsung secara sosial dan kultural. Adanya

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta perubahan paradigma

pendidikan, menuntut guru untuk lebih inovatif dalam merancang pembelajaran,

artinya guru harus melakukan reformasi kelas dalam menyusun maupun

melaksanakan pembelajaran. Proses pembelajaran inovatif ini dibutuhkan agar

siswa dapat lebih berpartisipasi aktif di dalam kelas.

Guru memegang peranan yang sangat penting dalam proses pembelajaran di

dalam kelas, terutama dalam upaya membentuk watak bangsa melalui

pembelajaran PKn. Seorang guru dapat dikatakan kompeten apabila ia memiliki

kemampuan berinovasi dalam menyampaikan materi pelajaran, memiliki pula

kriteria yang dapat dipergunakan untuk memilih cara-cara yang tepat dalam

menyajikan pengalaman belajar mengajar sesuai materi yang akan disampaikan.

Tugas guru di dalam kelas, khususnya guru PKn, tidak hanya menyampaikan

informasi demi pencapaian tujuan pembelajaran, tetapi juga menciptakan

pengalaman belajar siswa. Selain itu, guru harus berupaya agar kegiatan di dalam

kelas dapat memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada siswa untuk

berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran. Namun, pada kenyataanya selama

ini guru kurang kreatif menerapkan inovasi pembelajaran. Hal ini terjadi karena

pola pikir belajar diartikan sebagai perolehan pengetahuan saja dan mengajar

adalah proses memindahkan pengetahuan kepada siswa. Di samping itu,

pembelajaran ditekankan pada hasil, bukan pada proses. Akibatnya, proses belajar

(13)

3

ceramah serta cara siswa belajar lebih dominan dengan menghafal, sehingga siswa

kurang berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran.

Berdasarkan observasi awal yang dilakukan oleh penulis selama

pembelajaran PKn di kelas XI IPA 2 SMA Negeri 1 Margahayu, diperoleh hasil

temuan sebagai berikut:

1. Guru cenderung menggunakan metode ceramah, sehingga siswa kurang

termotivasi untuk mengikuti pelajaran PKn.

2. Dari 38 siswa yang dapat mengerti dan menyerap pelajaran hanya sebagian

kecil saja.

3. Sebagian besar siswa kurang aktif di kelas dan kurang fokus dalam mengikuti

pelajaran PKn.

4. Kemampuan berpikir kritis siswa masih rendah.

Salah satu strategi yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan

pembelajaran PKn adalah strategi pembelajaran dengan menggunakan metode

Enam Topi Berpikir (Six Thinking Hats). Beberapa penelitian yang menggunakan

metode Enam Topi Berpikir (Six Thinking Hats) pernah dilakukan oleh beberapa

peneliti diantaranya oleh Eva Dewi Nur Kholifah dengan judul penelitiannya “Peningkatan Pembelajaran Menulis Argumentasi Siswa dengan Metode Topi Pemikiran (Six Thinking Hats) De Bono (Penelitian Tindakan Kelas terhadap Siswa Kelas X SMAN 3 Bandung Tahun Ajaran 2008/2009)”. Hasil penelitian

dengan menggunakan metode Enam Topi Berpikir (Six Thinking Hats) ternyata

mampu meningkatkan pembelajaran menulis argumentasi siswa, karena siswa

dapat berpikir kreatif dalam menuangkan gagasan mereka terhadap suatu masalah

ke dalam bentuk tulisan argumentasi.

Penelitian lainnya juga dilakukan oleh Ratna Rizky Wulandari dengan judul “Penerapan Metode Six Thinking Hats Edward De Bono dalam Pembelajaran Berdiskusi (Kuasi Eksperimen pada Siswa Kelas XI SMK Negeri 13 Bandung Tahun Ajaran 2009/2010)”. Hasil penelitian tersebut membuktikan bahwa metode Six Thinking Hats efektif menanggulangi kesulitan siswa dalam mengemukakan

(14)

Thinking Hats yang diterapkan dalam pembelajaran PKn, maka penulis merasa

tertarik untuk meneliti penerapan metode Six Thinking Hats dalam pembelajaran

PKn. Penulis merasa metode ini cocok diterapkan pada pembelajaran PKn, karena

metode ini berkaitan dengan alur berpikir pada saat memecahkan suatu masalah

sebagai upaya untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa.

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis memilih judul “Penggunaan Metode Enam Topi Berpikir (Six Thinking Hats) dalam Pembelajaran PKn untuk

Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa (Studi kasus di kelas XI IPA 2 SMA Negeri 1 Margahayu)”.

B.Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis mengidentifikasi masalah

penelitian ini dari beberapa faktor, diantaranya sebagai berikut:

a. Masih kurangnya partisipasi aktif siswa dalam pembelajaran PKn di dalam

kelas.

b. Teknik yang digunakan guru dalam pembelajaran PKn belum variatif.

c. Kurangnya pelatihan untuk meningkatkan kemampuan berpikir siswa dalam

pembelajaran PKn.

C.Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka penulis merumuskan

masalah sebagai berikut: Bagaimana hasil dari penggunaan metode Enam Topi

Berpikir (Six Thinking Hats) dalam pembelajaran PKn sebagai upaya

meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa?

Melihat rumusan masalah tersebut begitu luas, maka penulis akan

membatasi masalah penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana perencanaan pembelajaran PKn dengan menggunakan metode

Enam Topi Berpikir (Six Thinking Hats) dalam upaya meningkatkan

(15)

5

2. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran PKn dengan menggunakan metode

Enam Topi Berpikir (Six Thinking Hats) dalam upaya meningkatkan

kemampuan berpikir kritis siswa?

3. Apa saja kendala dalam upaya meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa

dengan menggunakan metode Enam Topi Berpikir (Six Thinking Hats)?

4. Bagaimana cara yang dilakukan untuk mengatasi kendala dalam upaya

meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa dengan menggunakan metode

Enam Topi Berpikir (Six Thinking Hats)?

D.Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Sesuai dengan rumusan permasalahan, secara umum penelitian ini bertujuan

untuk mengetahui hasil dari penggunaan metode pembelajaran Enam Topi

Berpikir (Six Thinking Hats) dalam pembelajaran PKn sebagai upaya

meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa.

2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus dari penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:

a. Mendeskripsikan perencanaan pembelajaran PKn dengan menggunakan

metode Enam Topi Berpikir (Six Thinking Hats) dalam upaya meningkatkan

kemampuan berpikir kritis siswa.

b. Mendeskripsikan proses pelaksanaan PKn dengan menggunakan metode Enam

Topi Berpikir (Six Thinking Hats) dalam upaya meningkatkan kemampuan

berpikir kritis siswa.

c. Mendeskripsikan kendala apa saja yang dihadapi dalam upaya meningkatkan

kemampuan berpikir kritis siswa dengan menggunakan metode Enam Topi

Berpikir (Six Thinking Hats).

d. Mendeskripsikan bagaimana cara mengatasi kendala yang dihadapi dalam

upaya meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa dengan menggunakan

(16)

E.Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini merupakan suatu upaya peningkatan kemampuan berpikir

siswa kritis yang dapat dijadikan bahan kajian bagi peningkatan kualitas

pembelajaran PKn. Penelitian ini sangat bermanfaat sebagai salah satu acuan para

praktisi guru PKn dalam mengembangkan konsep-konsep baru tentang cara dan

upaya melakukan pembelajaran inovatif dengan tujuan untuk meningkatkan

kemampuan berpikir kritis siswa.

2. Manfaat Praktis

Manfaat praktis dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Bagi Guru

1) Guru dapat memakai metode Enam Topi Berpikir (Six Thinking Hats)

sebagai alternatif dalam pembelajaran PKn dalam meningkatkan

kemampuan berpikir kritis siswa di sekolah.

2) Metode Enam Topi Berpikir (Six Thinking Hats) ini akan memudahkan guru

dalam proses pembelajaran PKn dalam meningkatkan kemampuan berpikir

kritis siswa.

b. Bagi Siswa

1) Siswa mendapatkan wawasan dan pengalaman baru dalam pembelajaran

PKn dengan menggunakan metode Enam Topi Berpikir (Six Thinking Hats).

2) Memotivasi siswa untuk mengembangkan kemampuan berpikirnya. Metode

Enam Topi Berpikir (Six Thinking Hats) dapat memudahkan siswa dalam

memecahkan suatu hal atau permasalahan.

c. Bagi Sekolah

1) Meningkatkan mutu pembelajaran pada mata pelajaran PKn.

2) Sekolah dapat mengoptimalkan sumber daya yang tersedia untuk

memajukan sekolahnya melalui penggunaan metode Enam Topi Berpikir

(17)

7

3) Sekolah diharapkan mampu mencermati kebutuhan siswa yang bervariasi,

baik itu dari segi harapan masyarakat terhadap sekolah maupun tuntutan

dunia kerja untuk memperoleh mutu lulusan yang berguna.

d. Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan

1) Menambah referensi kepustakaan jurusan Pendidikan Kewarganegraan

khususnya yang berhubungan penelitian mengenai penggunaan metode

Enam Topi Berpikir (Six Thinking Hats) untuk meningkatkan kemampuan

berpikir kritis siswa.

2) Diharapkan metode Enam Topi Berpikir (Six Thinking Hats) menjadi salah

satu metode pembelajaran yang dikembangkan dalam kegiatan belajar

pembelajaran bagi mahasiswa PKn sebagai persiapan menjadi guru PKn di

lapangan nantinya.

3) Membantu mahasiswa PKn apabila akan melakukan penelitian yang

topiknya sama.

e. Bagi Penulis

1) Penelitian ini memberikan gambaran secara jelas mengenai pembelajaran

PKn dengan menggunakan metode Enam Topi Berpikir (Six Thinking Hats).

2) Memotivasi penulis untuk terus meneliti dan menemukan metode-metode

baru dalam bidang pendidikan, khususnya PKn.

F. Struktur Organisasi Skripsi

Struktur organisasi skripsi ini berisi rincian tentang urutan penulisan dari

setiap bab dan bagian demi bagian dalam skripsi. Skripsi ini terdiri dari lima bab.

Bab I merupakan bagian awal dari skripsi, yang berisi enam bagian yaitu latar

belakang penelitian, identifikasi dan perumusan masalah, tujuan penelitian,

metode penelitian dan struktur organisasi skripsi. Bab II menjelaskan kajian

pustaka yang berkaitan dengan masalah yang sedang diteliti. Bagian bab II terdiri

dari tiga subbab. Subbab utama, yaitu tinjauan mengenai Pendidikan

Kewarganegaraan, tinjauan mengenai metode Enam Topi Berpikir (Six Thinking

(18)

Bab III berisi penjabaran mengenai metode penelitian dan

komponen-komponen lainnya seperti lokasi dan subjek penelitian, desain penelitian, metode

penelitian, definisi operasional, pedoman penelitian, teknik pengumpulan data dan

teknik analisis data. Bab IV merupakan bab yang memaparkan hasil penelitian

dan pembahasan., terdiri dari dua hal utama, yakni hasil penelitian dan

pembahasan. Bab V merupakan bab terakhir yang menyajikan penafsiran dan

pemaknaan peneliti terhadap hasil analisis temuan penelitian. Bab V terdiri dari

(19)
(20)

BAB III

METODE PENELITIAN

A.Lokasi dan Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian adalah tempat melakukan penelitian guna memperoleh

data penelitian. Sejalan dengan pendapat Sukardi (2003: 53) yang mengemukakan

bahwa “yang dimaksud dengan lokasi penelitian atau tempat penelitian tidak lain adalah tempat di mana proses studi yang digunakan untuk memperoleh

pemecahan masalah penelitian berlangsung”. Penelitian ini berlangsung di SMA Negeri 1 Margahayu. Lokasi sekolah tersebut terletak di Jalan K.H. Wahid

Hasyim No. 387 Margahayu Kabupaten Bandung. Alasan pemilihan lokasi

penelitian ini adalah:

a. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada observasi awal terlihat bahwa

kemampuan berpikir kritis siswa dalam pembelajaran PKn masih rendah.

b. Adanya keterbukaan dari pihak sekolah terutama guru mata pelajaran PKn

terhadap penelitian yang akan dilaksanakan.

c. Lokasi SMA Negeri 1 Margahayu yang strategis, sehingga memudahkan

peneliti untuk mengadakan penelitian di sekolah tersebut.

2. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ialah sumber penelitian yang memberikan data atau

informasi. Nasution (2003: 32) mengemukakan bahwa “subjek penelitian adalah

sumber penelitian yang dapat memberikan informasi, dipilih secara purposif dan

bertalian dengan purfose atau tujuan tertentu.” Jadi dalam penelitian kualitatif

subjek penelitiannya adalah pihak-pihak yang menjadi sasaran penelitian atau

sumber yang dapat memberikan informasi yang dipilih sesuai dengan tujuannya.

Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Margahayu Kabupaten

(21)

38 a. Guru

Guru mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) yang menjadi

mitra peneliti dan juga subjek penelitian adalah Ibu Dra. Yuyun Windi Asih, lahir

di Majalengka, 3 Desember 1964. Pendidikan dasar beliau tempuh di SD Negeri 1

Jatiwangi dan lulus tahun 1977, kemudian melanjutkan di SMP Negeri 1

Jatiwangi dan lulus tahun 1980. Setelah itu, melanjutkan ke SMA Negeri 1

Jatiwangi dan lulus pada tahun 1983. Setelah lulus SMA beliau melanjutkan

pendidikannya ke Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) Bandung, yang

kini sudah berganti nama menjadi Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), beliau

mengambil jurusan Pendidikan Kewarganegaraan (PKn). Pendidikan di bangku

kuliah beliau tempuh dari tahun 1983-1989.

Setelah lulus kuliah, beliau ditempatkan mengajar di SMA Negeri 1

Margahayu. Guru mitra mengajar bidang studi PKn di kelas X MIA 1, X MIA 2,

X MIA 3, X MIA 4, X MIA 5, X MIA 6, X MIA 7, X Bahasa, XI IPA 1, XI IPA 2

dan XI Bahasa. Beliau bertempat tinggal di Permata Kopo D9 Kabupaten

Bandung.

b. Siswa

Siswa yang dijadikan sebagai subjek penelitian adalah siswa kelas XI IPA 2

SMA Negeri 1 Margahayu. Jumlah siswa ialah 38 orang yang terdiri dari 14 orang

siswa laki-laki dan 24 orang siswa perempuan. Pelajaran PKn dilaksanakan setiap

hari Sabtu yaitu pukul 07.00-08.30 WIB. Alasan dipilihnya kelas XI IPA 2

sebagai subjek penelitian dikarenakan beberapa faktor diantaranya:

1) Kelas XI IPA 2 merupakan kelas IPA yang menganggap bahwa pelajaran

PKn hanyalah pelajaran tambahan dan tidak akan ada di Ujian Nasional

(UN).

2) Mempunyai motivasi belajar yang sangat kurang dibandingkan dengan kelas

yang lainnya.

(22)

4) Ketika proses pembelajaran siswa terlihat pasif, karena ketika guru bertanya

hanya sebagian kecil siswa yang aktif menjawab.

B.Metode dan Pendekatan Penelitian 1. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah

metode studi kasus. Sugiyono (2011: 3) mengemukakan bahwa “metode

penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan

tujuan dan kegunaan tertentu”. Penelitian ini memusatkan diri secara intensif pada satu objek tertentu yang mempelajarinya sebagai suatu kasus. Menurut Creswell

(Sugiyono, 2011: 14):

Studi kasus merupakan salah satu jenis penelitian kualitatif, dimana peneliti melakukan eksplorasi secara mendalam terhadap progam, kejadian, proses, aktivitas, terhadap satu atau lebih orang. Sebagai sebuah studi kasus maka data yang dikumpulkan berasal dari berbagai sumber dan hasil penelitian ini hanya berlaku pada kasus yang diselidiki.

Nasution (2009: 27) mengungkapkan bahwa “studi kasus adalah bentuk

penelitian yang mendalam tentang suatu aspek lingkungan sosial termasuk

manusia di dalamnya”. Selanjutnya Arikunto (2006: 142) mengemukakan bahwa “studi kasus adalah suatu penelitian yang dilakukan secara intensif, terinci dan mendalam terhadap suatu organisasi, lembaga atau gejala tertentu”. Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut, maka terdapat batasan dalam studi kasus yang

meliputi:

a. Memusatkan diri secara intensif pada satu objek tertentu.

b. Data yang dikumpulkan dari berbagai sumber dan hasil penelitian hanya

berlaku pada kasus yang diselidiki.

c. Sasaran-sasaran tersebut ditelaah secara terperinci dan mendalam terhadap

(23)

40

Alasan penulis melakukan penelitian dengan menggunakan metode studi

kasus karena peneliti ingin memberikan gambaran yang sebenarnya tentang

keefektifan penggunaan metode Enam Topi Berpikir (Six Thinking Hats) dalam

meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa di kelas XI IPA 2 di SMA Negeri

1 Margahayu Kabupaten Bandung.

2. Pendekatan Penelitian

Secara metodologis, pendekatan yang yang digunakan dalam penelitian ini

adalah pendekatan kualitatif. Pemilihan pendekatan dalam penelitian sangat

penting untuk mengarahkan peneliti demi mencapai tujuan yang ingin dicapai

dalam penelitian. Pendekatan kualitatif digunakan untuk mendeskripsikan hasil

penelitian berupa fenomena-fenomena yang dialaminya dalam bentuk kata-kata

dan bahasa yang dapat dibuktikan kebenarannya secara keilmuan. Kirk dan Miller

(Moleong, 2002: 3) mengemukakan bahwa:

Penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial secara fundamental bergantung pada pengamatan manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasannya dan dalam peristilahannya.

Pada pengertian ini disebutkan tentang peranan penting dari apa yang

seharusnya diteliti yaitu konsep, perilaku, persepsi dan persoalan tentang manusia

yang diteliti. Penelitian ini merupakan studi deskripstif analitis dengan pendekatan

studi kasus, maka data yang diambil di lapangan diperoleh secara mendalam

melalui berbagai teknik yang disusun secara sistematis. Kemudian Sugiyono

(2010: 5) mengemukakan bahwa:

Penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, pengambil sampel sumber data dilakukan secara

purposive dan snowbaal, teknik pengumpulan dengan trianggulasi

(24)

Denzin dan Lincoln (Moleong, 2007: 5) menyatakan bahwa ‘penelitian

kualitatif adalah penelitian yang menggunakan latar alamiah, dengan maksud

menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan jalan melibatkan

berbagai metode yang ada’. Bogdan dan Taylor (Moleong, 2002: 3) mengemukakan bahwa ‘data yang dikumpulkan melalui penelitian kualitatif lebih

berupa kata-kata daripada angka-angka, namun bukan berarti peneliti

mengabaikan data yang bersifat dokumen sepanjang memang menunjang

pencapaian tujuan penelitian’.

Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa

penelitian kualitatif adalah penelitian yang bertujuan untuk memahami fenomena

tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi,

motivasi, tindakan dan lain sebagainya secara holistik dan dengan cara deskriptif

yaitu dinyatakan dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada suatu konteks khusus

yang alamiah dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.

Terdapat dua alasan dipillihnya pendekatan kualitatif dalam penelitian ini.

Pertama, permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini membutuhkan sejumlah

data lapangan yang sifatnya aktual dan kontekstual. Kedua, pemilihan pendekatan

ini didasarkan pada keterkaitan masalah yang dikaji dengan sejumlah data primer

dari subjek penelitian yang tidak dapat dipisahkan dari latar alamiahnya.

C.Definisi Operasional

Dalam bagian ini akan dijelaskan istilah-istilah operasional yang digunakan

untuk menghindari kekeliruan mengenai maksud tujuan yang ingin dicapai.

Istilah-istilah tersebut, yaitu:

1. Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) merupakan mata pelajaran yang

memfokuskan pada pembentukan warga negara yang baik, yaitu membentuk

warga negara yang merasakan kepemilikan hak dan kewajiban sosial dalam

komunitas politik (negara) serta bertujuan untuk menjadikan warga negara

Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh

(25)

42

2. Kemampuan berpikir kritis siswa yaitu kemampuan berpikir siswa dalam

memahami materi pelajaran, dalam hal ini Pendidikan Kewarganegaraan

dengan melakukan pertimbangan-pertimbangan atau menganalisis suatu ide

secara mendalam dengan didukung oleh kriteria yang dapat

dipertanggungjawabkan.

3. Metode Enam Topi Berpikir (Six Thinking Hats) yaitu suatu metode

pembelajaran inovatif yang menitikberatkan pada kreativitas dalam berpikir

dengan kemampuan untuk berkonsentrasi menyelesaikan suatu hal dalam

sekuens waktu serta kemampuan untuk menerima dan menghargai pendapat

orang lain. Enam Topi Berpikir (Six Thinking Hats) merupakan sebuah metode

yang melihat bahwa otak manusia memiliki berbagai sudut pandang yang

berbeda dalam berpikir. Tujuan dari konsep topi tersebut bukan untuk

menempatkan seseorang dalam golongan-golongan yang tertentu, melainkan

untuk mendorong seseorang menggunakan semua jenis pikiran itu. Edward De

Bono (2007: 95-96) menyatakan bahwa ada enam topi dengan warna yang

berbeda-beda. Setiap warna mewakili satu jenis kegiatan berpikir. Keenam

warna tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

1) Topi Putih : Fakta, angka-angka, informasi. Informasi apa yang kita punya? Informasi apa yang perlu kita cari?

2) Topi Merah : Emosi, perasaan, intuisi. Bagaimana perasaan saya tentang hal ini sekarang?

3) Topi Hitam : Kehati-hatian. Kebenaran, penilaian, pencocokan data. Apa datanya cocok? Apakah akan berhasil? Apakah aman? Apakah bisa dilaksanakan?

4) Topi kuning : Sisi yang menguntungkan, manfaat, penghematan. Mengapa ini bisa dilaksanakan? Apa keuntungannya? Mengapa ini baik dilaksanakan?

5) Topi Hijau : Eksplorasi, proposal, saran-saran, ide-ide baru. Tindakan-tindakan alternatif. Apa yang bisa kita lakukan di sini? Adakah ide lain?

(26)

D. Prosedur Penelitian

Untuk memudahkan proses penelitian, maka terdapat beberapa tahap dalam

penelitian yang disusun secara sistematis. Tahap tersebut antara lain:

1. Tahap Persiapan Penelitian

Tahap persiapan penelitian diawali dengan melakukan pengamatan awal

dengan mendatangi SMA Negeri 1 Margahayu dengan melakukan kegiatan pra

penelitian guna memperoleh informasi dari guru PKn di sekolah tersebut untuk

menggali mengenai permasalahan dalam proses pembelajaran PKn dan untuk

menentukan fokus kajian dalam penelitan dan selanjutnya, peneliti mengajukan

judul dan proposal skripsi sesuai dengan apa yang akan diteliti.

2. Tahap Perizinan Penelitian

Perizinan ditempuh untuk melaksanakan prosedur yang semestinya harus

dilewati dalam proses penelitian dan perizininan juga diupayakan kepada instansi

terkait untuk memudahkan peneliti dalam melaksanakan proses penelitian.

Adapun prosedur yang ditempuh peneliti adalah sebagai berikut:

a. Mengajukan surat permohonan izin untuk mengadakan penelitian kepada

Ketua Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan untuk mendapatkan surat

rekomendasi untuk disampaikan kepada Dekan FPIPS UPI.

b. Mengajukan surat permohonan izin untuk mengadakan penelitian kepada

Pembantu Dekan I atas nama Dekan FPIPS UPI untuk mendapatkan surat

rekomendasinya untuk disampaikan kepada Rektor UPI.

c. Dengan membawa surat rekomendasi dari UPI, penulis meminta izin penelitian

kepada Lembaga Kesatuan Bangsa (Dinas Pendidikan) untuk memberikan izin

untuk mengadakan penelitian.

d. Setelah mendapatkan izin kemudian penulis melakukan penelitian di tempat

(27)

44 3. Tahap Pelaksanaan

Tahap ini merupakan inti dari penelitian yang dilakukan, dimana peneliti

mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan penelitian yang telah disusun untuk

memecahkan fokus masalah. Penelitian ini berupa penelitian studi kasus, jadi

pelaksanaan yang dilakukan dalam studi kasus ini mengacu pada penelitian secara

mendalam terhadap pelaksanaan penggunaan metode Enam Topi Berpikir (Six

Thinking Hats) berlangsung dalam pembelajaran PKn.

E.Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data dan informasi yang akurat dalam suatu penelitian

maka dibutuhkan teknik pengumpulan data yang sesuai, dimana peneliti bertindak

sebagai instrumen utama (key instrumen) yang menyatu dengan sumber data

dalam situasi yang alamiah (natural setting). Data merupakan suatu bahan yang

sangat diperlukan untuk selanjutnya dianalisis guna mendapatkan suatu

kesimpulan. Menurut Lofland (Moleong, 2002: 112) ‘sumber data utama dalam

penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan

seperti dokumen, foto dan statistik’.

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Studi Dokumen

Studi dokumen ini digunakan untuk mempelajari dokumen-dokumen seperti

daftar nama dan jumlah siswa, daftar hadir siswa, daftar nilai siswa dan lain-lain.

Sebagaimana yang diungkapkan oleh Wirartha (2006: 36) yaitu:

Jika data dicari dalam dokumen atau sumber pustaka maka kegiatan pengumpulan data seperti ini disebut studi dokumen atau sumber pustaka. Data ini merupakan data sekunder karena sudah tertulis atau diolah oleh orang lain.

2. Pengamatan atau Observasi

Observasi kelas merupakan pengamatan langsung terhadap aktivitas atau

kegiatan guru dan siswa di dalam kelas, mengamati perubahan-perubahan yang

(28)

ketika diterapkannya metode Enam Topi Berpikir (Six Thinking Hats). Wirartha

(2006: 37) menyatakan bahwa:

Data dapat diperoleh melalui pengamatan terhadap gejala yang diteliti. Dalam hal ini, panca indera manusia (penglihatan dan pendengaran) diperlukan untuk menangkap gejala yang diamati. Hasil penangkapan tersebut dicatat dan selanjutnya dianalisis oleh peneliti untuk menjawab masalah penelitian. Tujuan pengamatan terutama adalah mencatat atau mendeskripsikan perilaku objek serta memahaminya.

3. Wawancara

Wawancara dilakukan untuk menggali informasi. Wirartha (2006: 37)

mengungkapkan bahwa “wawancara merupakan salah satu metode pengumpulan

data dengan jalan komunikasi, yaitu melalui kontak atau hubungan pribadi antara

pengumpul data (pewawancara) dan sumber data (responden)”. Dengan cara ini peneliti menggali informasi atau keterangan dengan cara tanya jawab secara lisan

untuk mengetahui apa yang ada dalam pikiran dan hati siswa berkenaan dengan

kemampuan berpikir krtitis dan tanggapan mereka terhadap penerapan metode

Enam Topi Berpikir (Six Thinking Hats) dalam pembelajaran PKn. Untuk

memperkuat hasil observasi wawancara juga dilakukan dengan guru kelas.

4. Kuesioner (Angket)

Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data dengan memberikan

sejumlah pertanyaan atau pernyataan secara tertulis kepada responden.

Sebagaimana Sugiyono (2009: 142) mengungkapkan bahwa “Kuesioner

merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi

seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada reponden untuk

dijawabnya”. Angket diberikan kepada siswa, diperlukan untuk membantu

melengkapi lembar observasi dalam hal mengukur kemampuan berpikir kritis

siswa dan masukan untuk perbaikan mengajar guru dalam menggunakan metode

Enam Topi Berpikir (Six Thinking Hats).

(29)

46

Studi literatur yaitu mengkaji teori-teori yang relevan dengan objek

penelitian yang akan digunakan sebagai landasan teoritis, bersumber dari

buku-buku, jurnal, artikel dan sumber-sumber lainnya.

6. Catatan Lapangan

Catatan lapangan berisi catatan mengenai apa saja yang ditemukan dalam

proses penelitian. Menurut Bogdan dan Biklen (Moleong, 2007: 209) ‘catatan

lapangan merupakan catatan tertulis mengenai apa yang didengar, dilihat, dialami

dan dipikirkan dalam rangka pengumpulan data dalam penelitian kualitatif’.

Catatan harian ini ditulis peneliti selama proses pengambilan data.

F. Teknik Analisis Data

Analisis data adalah proses mengorganisasikan data ke dalam pola atau

kategori yang kemudian dideskripiskan. Bogdan dan Biklen (Moleong, 2007: 248)

mengungkapkan bahwa:

Analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.

Jadi, dalam proses analisis data harus dilakukan dengan sebaik-baiknya agar

data yang terkumpul dapat diolah dan disajikan dengan baik. Seiddel (Moleong,

2007: 248) menyatakan bahwa analisis data kualitatif prosesnya berjalan sebagai

berikut:

1. Mencatat yang menghasilkan catatan lapangan, dengan hal itu diberi kode agar sumber datany tetap dapat ditelusuri.

2. Mengumpulkan, memilah-milah, mengklarifikasikan, mensintesiskan, membuat ikhtisiar dan membuat indeksnya.

3. Berpikir, dengan jalan membuat agar ketegori data itu mempunyai makna, mancari dan menemukan pola dan hubungan-hubungan dan membuat temuan-temuan umum.

Sementara, menurut Miles dan Huberman (Sugiyono, 2009: 92-99), analisis

data dalam penelitian kualitatif dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu:

(30)

Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya dan membuang yang tidak perlu. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang jelas dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya dan mencarinya bila diperlukan.

2. Data Display (Penyajian Data)

Penyajian data dapat dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisya. Dalam penelitian kualitatif yang paling sering digunakan untuk penyajian data adalah dengan pesan teks yang bersifat naratif. Dengan mendisplay , maka akan memudahkan untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami tersebut. Selain dengan teks naratif dalam penyajian data dapat juga berupa grafik, matrik,

network (jejaring kerja) dan chart.

3. Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi

Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara dan akan berubah apabila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang dilakukan pada tahap awal, didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan saat mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.

Dengan mengacu pada pendapat tersebut, maka proses analisis data yang

dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Penyeleksian dan Pengelompokkan Data.

Data yang sudah terkumpul diseleksi, dirangkum dan disesuaikan dengan

fokus penelitian yang telah ditetapkan. Setelah itu untuk mempermudah dalam

mengolah data maka data tersebut dikelompokkan berdasarkan kategori tertentu

untuk dicari tema dan polanya berdasarkan rumusan masalah yang telah dibuat.

Kategorisasi data didasarkan pada tiga aspek, yakni:

a. Latar atau konteks kelas, yaitu berupa informasi umum dan khusus tentang

latar fisik kelas dan latar para pelaku (guru dan siswa).

b. Proses pembelajaran, yaitu berupa informasi umum tentang interaksi sosial

guru dengan siswa, interaksi siswa dengan kelompoknya, interaksi antar

kelompok siswa di dalam kelas dan suasana kelas selama pembelajaran selama

(31)

48

c. Aktivitas, yaitu berupa informasi umum tentang tindakan para pelaku yaitu

tindakan guru dan siswa.

2. Validasi data

Validasi data dilakukan untuk membuktikan kesesuaian antara yang telah

diamati peneliti dengan sesungguhnya ada dalam dunia nyata. Validasi data

dilakukan dengan memeriksa kembali keterangan-keterangan atau informasi yang

diperoleh selama observasi atau wawancara dari narasumber. Selanjutnya

memeriksa analisis yang telah dibuat dan membandingkannya dengan hasil orang

lain, misalnya mitra peneliti lain yang hadir dan menyaksikan situasi yang sama.

Kemudian memeriksa catatan-catatan yang ditulis oleh peneliti atau pengamat

mitra penelitian lainnya. Setelah itu pengecekan terakhir terhadap temuan-temuan

penelitian oleh pakar yang profesional dibidang ini, yakni dosen pembimbing.

Pada tahapan akhir ini dilakukan perbaikan, modifikasi atau penghalusan

berdasarkan arahan atau opini pakar (pembimbing).

3. Interpretasi data

Setelah data dikumpulkan, diseleksi, dikelompokkan dan diperiksa

keabsahannya, tahap berikutnya adalah dilakukan interpretasi terhadap

keseluruhan data penelitian untuk memberikan makna terhadap data-data yang

telah diperoleh, sehingga masalah penelitian bisa dipecahkan atau dijawab.

Interpretasi dilakukan untuk menafsirkan terhadap keseluruhan temuan penelitian

berdasarkan acuan normatif praktis dan aturan teoritik yang telah disepakati

mengenai proses pembelajaran. Kemudian peneliti menginterpretasikan data yang

telah dikumpulkan. Ada beberapa hal yang dilakukan peneliti, yaitu:

a. Mendeskripsikan perencanaan pelaksanaan pembelajaran.

b. Mendeskripsikan pelaksanaan pembelajaran pada setiap pertemuan.

c. Mengolah dan menganalisis hasil observasi aktivitas guru dan aktivitas siswa

dengan cara menghitung persentase dari keseluruhan aktivitas guru dan siswa:

Persentase aktivitas guru = Jumlah perolehan skor X 100

Jumlah item pernyataan X Skor Idela

(32)

Jumlah item pernyataan X Skor Idela

d. Mendeskripsikan hasil observasi aktivitas guru dan siswa berdasarkan analisis

di atas.

4. Tringulasi Data

Tringulasi menurut Sugiyono (2012: 241) adalah “teknik pengumpulan data

yang bersifat menggabungkan berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data

yang ada”. Selanjutnya Sugiyono (2012: 241) membagi tringulasi atas dua jenis,

yaitu sebagai berikut:

Tringulasi teknik, berarti peneliti menggunakan teknik pengumpulan data yang berbeda-beda untuk mendapatkan data dari sumber yang sama. Peneliti menggunakan observasi partisipatif, wawancara mendalam dan dokumentasi untuk sumber data yang sama secara serempak. Tringulasi sumber berarti, untuk mendapatkan data dari sumber yang berbeda-beda dengan teknik yang sama.

Tujuan digunakannya teknik tringulasi dalam pengumpulan data, yaitu agar

data yang diperoleh lebih konsisten, tuntas dan pasti. Agar lebih jelas mengenai

teknik tringulasi ini, maka dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 3.1

Teknik Pengumpulan Data Tringulasi (Bermacam-Macam Cara pada Sumber yang Sama)

Sumber: Sugiyono (2012: 242)

Observasi partisipatiif

Wawancara mendalam

Dokumentasi

Sumber data yang

(33)

50

Untuk lebih mendukung dalam meningkatkan kekuatan data, maka dalam

penelitian ini peneliti menggunakan tringulasi sebagai pengumpul data. Adapun

(34)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis, refleksi, diskusi, serta rencana pembelajaran

yang telah dilakukan pada setiap pertemuan, mulai dari pertemuan pertama hingga

pertemuan ketiga pada pembelajaran PKn yang dilaksanakan di kelas XI IPA 2

SMA Negeri 1 Margahayu mengenai “Penggunaan Metode Enam Topi Berpikir

(Six Thinking Hats) dalam Pembelajaran PKn untuk Meningkatkan Kemampuan

Berpikir Kritis Siswa”, maka secara garis besar dapat diambil beberapa

kesimpulan, diantaranya sebagai berikut:

1. Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan di kelas XI IPA 2, kondisi

awal pembelajaran di kelas tersebut yaitu siswa kurang tertarik pada

pelajaran PKn, karena materi PKn banyak hafalan dan guru hanya

menjelaskan dengan ceramah di depan kelas tanpa menggunakan media atau

metode yang menarik yang dapat membantu siswa memahami materi.

Peneliti melihat bahwa motivasi siswa dalam belajar PKn masih kurang serta

kemampuan berpikir kritis siswa pun dinilai masih rendah. Hal tersebut

terlihat dalam proses pembelajaran, hanya beberapa siswa yang aktif bertanya

dan menjawab pertanyaan dari guru.

2. Guru PKn SMA Negeri 1 Margahayu menyusun perencanaan pembelajaran

sesuai dengan standar kurikulum satuan pendidikan nasional. RPP dijabarkan

dari silabus untuk mengarahkan kegiatan belajar siswa dalam upaya mencapai

Kompetensi Dasar (KD). Guru menyusun RPP secara lengkap dan sistematis

agar pembelajaran berlangsung secara interaktif, inspiratif, menantang,

menyenangkan dan memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif aktif dalam

proses pembelajaran, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa,

kreativitas dan kemandirian sesuai dengan minat, bakat dan perkembangan

fisik serta psikologis siswa. Perencanaan yang dilakukan guru untuk

(35)

Enam Topi Berpikir (Six Thinking Hats) dalam meningkatkan kemampuan

berpikir kritis siswa yaitu meliputi penyusunan silabus dan Perencanaan

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sesuai dengan langkah-langkah dalam

pembelajaran dengan menggunakan metode Enam Topi Berpikir (Six

Thinking Hats).

3. Pelaksanaan Pembelajaran PKn dengan menggunakan metode Enam Topi

Berpikir (Six Thinking Hats) ini dilakukan hanya sampai tiga kali pertemuan,

karena pada pertemuan ketiga peneliti menganggap bahwa pelaksanaan

pembelajaran dengan menggunakan metode ini telah mencapai hasil maksimal

yang sesuai dengan tujuan yang diharapkan.

4. Kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan penggunaan metode Enam Topi

Berpikir (Six Thinking Hats), yaitu kurang optimalnya pelaksanaan

pembelajaran menggunakan metode Enam Topi Berpikir (Six Thinking Hats),

hal ini disebabkan guru belum terbiasa menggunakan metode Enam Topi

Berpikir (Six Thinking Hats) sebagai metode dalam pembelajaran PKn,

kurangnya kemampuan guru mengkondisikan kelas ketika siswa

mendiskusikan artikel, siswa kurang aktif ketika proses pembelajaran, banyak

siswa mengobrol dan mengandalkan temannya dalam diskusi, keterbatasan

waktu, siswa kurang kondusif, banyak siswa yang masih bergurau dan tidak

serius dalam menganalisis artikel, kurangnya kemampuan guru dalam

mengalokasikan waktu secara efektif, sehingga pembelajaran dengan

menggunakan metode Enam Topi Berpikir (Six Thinking Hats) kurang

berjalan secara optimal, siswa kurang aktif ketika proses pembelajaran, siswa

kurang memahami konsep metode Enam Topi Berpikir (Six Thinking Hats)

dan kemampuan berpikir kritis siswa dalam pengerjaan tugas yang diberikan

oleh guru dinilai masih kurang.

5. Upaya yang dilakukan untuk mengatasi kendala tersebut diantaranya yaitu

guru berusaha menguasai materi terlebih dahulu dengan baik agar

penyampaian materi kepada siswa pun dapat berjalan dengan baik, sehingga

memudahkan siswa dalam memahami materi yang disampaikan oleh guru,

(36)

menggunakan metode Enam Topi Berpikir (Six Thinking Hats) dengan baik

sebelum diterapkan kepada siswa, agar ketika diterapkan dalam proses

pembelajaran guru tidak salah langkah dan dapat menggunakan metode

tersebut dengan baik pula, sehingga tercapai apa yang diinginkan dalam

kegiatan proses belajar mengajar tersebut, siswa pun dapat lebih memahami

penggunaan metode tersebut, guru melakukan refleksi dalam setiap

pelaksanaan penggunaan metode Enam Topi Berpikir (Six Thinking Hats). Hal

tersebut dilakukan untuk menginstrospeksi diri dan memperbaikinya dalam

pembelajaran selanjutnya, guru senantiasa mengoptimalkan kemampuan

dirinya dalam hal mengajar, seperti pembuatan Rancangan Pembelajaran

(RPP), penggunaan metode, media dan kemampuan dalam pengelolaan kelas,

guru mengembangkan format RPP yang telah dibuat dengan baik, agar

kegiatan pembelajaran lebih terencana dan berjalan lebih optimal, guru

berusaha mengembangkan manajemen kelas dengan meninjau psikologis

anak. Seperti lebih peka terhadap masalah yang dihadapi oleh siswa, karena

dalam hal ini guru menjadi orang tua kedua bagi siswa di sekolah, guru harus

selalu membangkitkan motivasi, minat belajar, dan kepercayaan diri siswa,

agar siswa secara aktif terlibat dalam kegiatan pembelajaran di dalam kelas.

Selain itu, dengan memberikan reward atau penghargaan atas keberanian

siswa dalam berpartisipasi aktif di dalam kelas seperti pujian atau nilai

tambahan akan membuat siswa lebih bersemangat dan merasa dihargai serta

guru senantiasa membimbing dan mengarahkan siswa agar selalu berpikir

secara kritis dan membantu siswa dalam mengembangkan kemampuan

berpikir kritisnya. Guru senantiasa meningkatkan kemampuan secara optimal

dengan menambah wawasan ilmu pengetahuan baik tentang metode

pembelajaran maupun media pembelajaran serta guru senantiasa membimbing

dan mengarahkan siswa agar selalu berpikir secara kritis.

6. Peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa dengan menggunakan metode

Enam Topi Berpikir (Six Thinking Hats), melalui pelaksanaan pembelajaran

(37)

untuk dapat menganalisis suatu permasalahan yang berhubungan dengan

materi yang diambil dari contoh dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini

dilakukan agar siswa lebih memahami materi dan dapat berpikir secara kritis

serta siswa dapat mengingat kembali konsep-konsep yang telah dijelaskan

oleh guru, dengan demikian siswa mampu menemukan pemahaman yang lebih

mendalam.

7. Keunggulan proses pembelajaran PKn dengan menggunakan metode Enam

Topi Berpikir (Six Thinking Hats), yaitu meningkatnya motivasi, minat belajar

dan rasa ingin tahu siswa terhadap pembelajaran PKn, meningkatnya

kemampuan berpikir kritis siswa, yaitu dilihat dari observasi selama proses

pembelajaran, meningkatnya respon siswa dalam belajar PKn, meningkatnya

pemahaman konsep siswa, meningkatnya aktivitas siwa dalam proses

pembelajaran, guru hanya berperan sebagai fasilitator, dimana guru hanya

mengarahkan serta mengkondisikan jalannya diskusi di dalam kelas.

B.Saran

Dari hasil penelitian ini, sebagai bahan rekomendasi dengan

mempertimbangkan hasil temuan baik di lapangan maupun secara teoritis, maka

beberapa hal yang dapat menjadi bahan rekomendasi adalah sebagai berikut:

1. Bagi Guru

a. Guru adalah pembimbing, guru bukan hanya sebagai pengajar yang

menyampaikan materi di depan kelas saja, melainkan membimbing siswanya

agar mampu secara nyata mewujudkan konsep dari materi yang dipelajarinya

itu dalam kehidupan sehari-hari. Guru diharapkan senantiasa membimbing dan

mengarahkan siswa agar selalu berpikir secara kritis dalam segala hal.

b. Guru adalah teladan bagi siswa, guru merupakan panutan, guru bukan hanya

sebagai aktor yang memerankan peran strategis dalam menentukan

keberhasilan pembelajaran siswa saja, melainkan guru juga dituntut untuk

(38)

pembelajaran dan menciptakan budaya belajar pada siswa, karena suatu

keberhasilan siswa tidak hanya ditentukan oleh kecerdasan intelektual, tetapi

diperlukan juga kecerdasan emosional dan spiritual.

c. Guru adalah orang tua kedua bagi siswa di sekolah, oleh karena itu guru

dituntut untuk mampu memahami kondisi psikologis siswa dengan baik.

d. Guru diharapkan mampu mengembangkan materi pembelajran PKn dengan

baik dan kreatif agar tercipta suasana kelas yang demokratis. Guru wajib

menguasai Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) Mata

Pelajaran PKn, karena penguasaan materi sangat diperlukan dalam setiap

pembelajaran.

e. Guru senantiasa meningkatkan kemampuan secara optimal dengan menambah

wawasan ilmu pengetahuan baik tentang metode pembelajaran maupun media

pembelajaran. Guru dituntut untuk lebih kreatif dalam pembuatan serta

penggunaan media pembelajaran disesuaikan dengan materi pelajaran, agar

siswa tidak jenuh dan termotivasi dalam belajar, khususnya pada mata

pelajaran PKn. Hal ini dikarenakan model pembelajaran sangat berpengaruh

besar terhadap motivasi belajar siswa.

f. Guru dituntut untuk mampu berinovasi dalam menggunakan metode

pembelajaran, agar siswa lebih termotivasi untuk belajar dan mampu

memahami materi pelajaran dengan baik.

g. Guru diharapkan dapat memanfaatkan sarana dan prasarana lingkungan

sekolah secara optimal sebagai salah satu usaha dalam memberikan suasana

baru dalam proses pembelajaran, seperti lapangan sekolah, taman sekolah,

lapangan upacara serta ruang sekolah lain yang dapat dijadikan sebagai sarana

dalam proses pembelajaran.

2. Bagi siswa

a. Meskipun siswa sudah mendapatkan peningkatan kemampuan berpikir kritis

dengan menggunakan metode Enam Topi Berpikir (Six Thinking Hats), namun

(39)

kemampuan pemahaman konsep atau materi PKn, yaitu dengan terus menggali

informasi baik dari buku paket maupun dari sumber lainnya seperti televisi,

surat kabar, internet dan lain sebagainya.

b. Siswa diharapkan dapat ikut berperan aktif dalam proses pembelajaran,

sehingga pada pembelajaran PKn menjadi lebih interaktif.

3. Bagi Sekolah

Agar proses pembelajaran di sekolah menjadi lebih maksimal, maka

hendaknya sekolah:

a. Memberikan kebebasan yang bertanggungjawab kepada guru untuk berekspresi

secara kreatif dan inovatif dalam menentukan media dan metode pembelajaran

yang akan diterapkan di sekolah, sehingga dapat meningkatkan kualitas

pembelajaran.

b. Kepala sekolah hendaknya dapat memfasilitasi sarana dan prasarana yang

dibutuhkan dalam rangka mengoptimalkan proses pembelajaran agar lebih baik

dan berkualitas.

4. Bagi Peneliti selanjutnya

Bagi peneliti yang ingin meneliti tentang penggunaan metode Enam Topi

Berpikir (Six Thinking Hats), sebaiknya mengadakan penelitian lebih mendalam

mengenai penggunaan metode Enam Topi Berpikir (Six Thinking Hats) terhadap

peningkatan motivasi, partisipasi, minat dan prestasi belajar siswa pada mata

pelajaran PKn.

5. Bagi Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan

a. Memperbanyak materi mengenai metode pembelajaran yang inovatif yang

dapat meningkatkan kualitas pembelajaran PKn.

b. Memperbanyak materi mengenai media pembelajaran terutama media yang

menarik dan mudah dibuat oleh guru.

c. Memberikan sarana dan prasarana yang menunjang bagi mahasiswa untuk bisa

(40)
(41)

176

DAFTAR PUSTAKA

A.Sumber Buku

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian: suatu Pendekatan Praktik. Yogyakarta: Rineka Cipta.

De Bono, E. (2007). Revolusi Berpikir. Bandung: PT. Mizan Pustaka.

Djamarah, et al. (2006). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Feldman, Daniel A. (2010). Berpikir Kritis. Jakarta: PT. Indeks.

Hamalik, Oemar (2001). Proses Belajar Mengajar. Jakarta : Bumi Aksara.

Hassoubah, Z. I. (2008). Mengasah Pikiran Kreatif dan Kritis. Bandung: Nuansa.

Komalasari, K. (2010). Pembelajaran Konstekstual Konsep dan Aplikasi. Bandung: Refika Aditama.

Kuswana, W.S. (2011). Taksonomi Berpikir. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Moleong, L.J. (2002). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.

_____________ . (2007). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosda.

Nasution. (2003). Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung: Tarsito.

_______ . (2009). Metode Research (Penelitian Ilmiah). Jakarta: Bumi Aksara.

Nurmalina, K dan Syaifullah. (2008). Memahami Pendidikan Kewarganegaraan. Bandung: Laboratorium PKn UPI.

Rahmat. et al. (2009). Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Bandung: Laboratorium PKn UPI.

Sapriya. (2012). Pendidikan IPS. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

(42)

Somantri, Numan. (2001). Menggagas Pembaharuan Pendidikan IPS. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Sugiyono. (2009). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

_______ . (2010). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

_______ . (2011). Metode penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

_______ . (2012). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D (Metode

Penelitian dan Pengembangan). Bandung: Alfabeta.

Sukardi. (2003). Metode Penelitian Pendidikan. Yogyakarta: Bumi aksara

Sumarsono, et al. (2008). Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Suryabrata, S. (2008). Psikologi Pendidikan (Edisi Kelima). Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Wijaya, C. (1999). Pendidikan Remedial. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Wirartha, I.M (2006). Pedoman Penulisan Usulan Penelitian, Skripsi, dan Tesis. Yogyakarta: C.V Andi Offset.

Wuryan, S dan Syaifullah. (2008). Ilmu Kewarganegaraan (Civics).Bandung: Laboratorium PKn UPI.

B.Sumber Dokumen

Permendiknas No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi.

Undang-Undang No.2 Tahun 1989 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.

C.Sumber Jurnal

Redhana, I Wayan. (2003). Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Melalui

Pembelajaran Kooperatif dengan Strategi Pemecahan Masalah. Jurnal

(43)

178

Sapriya dan Bunyamin. (2005). Jurnal Civicus: Implementasi KBK Pendidikan

Kewarganegaraan dalam Berbasis Konteks. Bandung: Jurusan PMPKN

FPIPS.

Nursiti, N. (2013). Keterampilan Berpikir Kritis (Critical Thinking Skill)

dalam Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial. Dalam LPMP Jawa Barat.

[Online]. Tersedia: http://www.lpmpjabar.go.id/?q=node/910. [24 Januari 2014].

Zafri. (2012). “Berpikir Kritis Pembelajaran Sejarah”. Dalam Jurnal Diakronika

FIS UNP. [Online]. Tersedia:

http://jurnaldiakronikafisunp.blogspot.com/2012/05/berpikir-kritis-pembelajaran-sejarah.html?m=1. [24 Januari 2014].

D.Sumber Skripsi

Kholifah, Eva D.N. (2009). Peningkatan Pembelajaran Menulis Argumentasi

Siswa dengan Metode Topi Pemikiran (Six Thinking Hats) De Bono. Skripsi

Sarjana pada FPBS UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Pahala, Silvia Rani M.D. (2011). “Efektivitas Penggunaan Metode Enam Tahapan Berpikir (Six Thinking Hats) dalam Pembelajaran Menulis Biografi”.

Skripsi Sarjana pada FPBS UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Wulandari, Ratna R. (2010). Penerapan Metode Six Thinking Hats Edward De

Bono Dalam Pembelajaran Berdiskusi (Kuasi Eksperimen pada Siswa kelas XI SMK Negeri 13 Bandung Tahun Ajaran 2009/2010). Skripsi Sarjana pada

FPBS UPI Bandung: tidak diterbitkan.

E.Sumber Internet

(44)

Sutrisno, J. (2008). Menggunakan Keterampilan Berpikir untuk Meningkatkan

Mutu Pembelajaran. [Online]. Tersedia:

Gambar

Gambar 3.1 Teknik Pengumpulan Data Tringulasi (Bermacam-Macam Cara pada

Referensi

Dokumen terkait

Permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini adalah apakah kemampuan mengambil keputusan pada siswa kelas XI SMA Negeri 11 Medan T.A 2013/2014 dapat

Penelitian ini menggunakan metode kuasieksperimen dengan desain pretest-postest control group design, bertujuan untuk mendeskripsikan profil pembelajaran menulis teks

PENGGUNAAN METODE ENAM TOPI BERPIKIR (SIX THINKING HATS) DENGAN MEDIA AUDIOVISUAL DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS ARGUMENTASIA. Universitas Pendidikan Indonesia |

Oleh karena itu, artikel ini bermaksud untuk merancang sebuah konsep penilaian kemampuan berpikir kritis dengan mengadopsi model tes critical thinking yang dikembangkan oleh

Tujuan utama dari high order thinking skills adalah bagaimana meningkatkan kemampuan berpikir peserta didik pada level yang lebih tinggi, terutama yang berkaitan dengan

Berdasarkan hasil penelitian mengenai penggunaan metode enam topi berpikir (six thinking hats) dengan media audiovisual dalam pembelajaran menulis teks argumentasi,

Sintak Problem Based Learning Deskripsi Kegiatan Tahapan Pendekatan Metaphorical Thinking Indikator Kemampuan Berpikir Kritis Guru memberikan arahan untuk

Saputra 2016 menyebutkan tujuan utama dari high order thinking skills adalah bagaimana meningkatkan kemampuan berpikir peserta didik pada level yang lebih tinggi, terutama yang