• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGUASAAN KONSEP SISWA DALAM PEMBELAJARAN SIFAT ASAM, BASA DAN NETRAL PADA LARUTAN MENGGUNAKAN MODEL PROBLEM SOLVING.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGUASAAN KONSEP SISWA DALAM PEMBELAJARAN SIFAT ASAM, BASA DAN NETRAL PADA LARUTAN MENGGUNAKAN MODEL PROBLEM SOLVING."

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Penelitian

Belajar adalah suatu aktivitas atau suatu proses untuk memperoleh

pengetahuan, meningkatkan keterampilan, memperbaiki perilaku, sikap, dan

mengokohkan kepribadian (Suyono dan Hariyanto, 2011). Belajar merupakan

unsur fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenjang pendidikan.

Keberhasilan pencapaian tujuan belajar bergantung pada proses belajar yang

dialami siswa. Proses pembelajaran memerlukan pemusatan perhatian mengenai

hal-hal yang dipelajari, sehingga siswa dapat memahami dan dapat menguasai

sesuatu yang sebelumnya tidak dikuasainya. Untuk mengetahui sejauh mana siswa

telah mencapai tujuan pembelajaran atau menguasai konsep tertentu,

diperlukanlah penilaian hasil belajar.

Bloom (dalam Arikunto, 2013), mengklasifikasikan hasil belajar menjadi

tiga ranah, yaitu ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotor. Ranah

kognitif diukur dari penguasaan konsep siswa setelah siswa belajar. Maka apabila

dilihat dari ranah kognitif, siswa dikatakan berhasil belajar ketika siswa telah

mampu menguasai suatu konsep. Konsep merupakan suatu hal yang sangat

penting, namun bukan terletak pada konsep itu sendiri, tetapi terletak pada

bagaimana konsep itu dikuasai oleh siswa. Pentingnya penguasaan konsep dalam

proses belajar mengajar sangat mempengaruhi sikap, keputusan dan cara-cara

memecahkan masalah.

Trianto (2010) menyebutkan bahwa keterampilan untuk memecahkan

masalah merupakan salah satu nilai yang dapat ditanamkan dalam pembelajaran

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). IPA adalah suatu kumpulan teori yang sistematis,

penerapannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam, lahir dan

berkembang melalui langkah-langkah observasi, perumusan masalah, penyusunan

(2)

penemuan teori dan konsep. Menurut Trianto (2010) pula, secara umum IPA

meliputi tiga bidang ilmu dasar, yaitu biologi, fisika dan kimia.

Kimia merupakan bagian dari mata pelajaran IPA berdasarkan kurikulum

2013 di Sekolah Menengah Pertama (SMP). Kimia adalah salah satu ilmu yang

penting untuk kehidupan manusia. Kimia merupakan mata pelajaran yang

mengkaji berbagai fenomena alam yang meliputi struktur, komposisi, sifat dan

perubahan yang menyertai suatu materi. Ilmu kimia perlu dikembangkan oleh

para siswa untuk memahami fenomena-fenomena yang terjadi di kehidupan. Hal

tersebut sejalan dengan tujuan dari pendidikan kimia di sekolah, yaitu mampu

menerapkan konsep-konsep dan metode ilmiah untuk memecahkan masalah

dalam kehidupan.

Namun pada kenyataannya, pentingnya ilmu kimia tidak sejalan dengan

minat belajar para siswa. Bahkan bagi sebagian siswa, pelajaran kimia sering

terkesan sulit dan membosankan. Kesulitan tersebut seringkali ditemui dalam

pelaksanaan pembelajaran kimia di sekolah, yang kemudian berakibat pada

penguasaan konsep siswa yang rendah. Siswa sering mengalami kebingungan

dalam menyelesaikan permasalahan yang berkaitan dengan penerapan konsep

tersebut. Untuk mewujudkan penguasaan konsep siswa yang baik, pendidik perlu

merencanakan pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered).

Pembelajaran yang berpusat pada siswa bisa diupayakan dengan

membangun para siswa sebagai pemecah masalah yang baik, mereka tidak hanya

dipersiapkan untuk memiliki penguasaan konsep yang baik melainkan juga

kemampuan memecahkan masalah dengan percaya diri terhadap tantangan hidup

yang dihadapinya. Belajar kimia dengan problem solving yang menantang dan

terbuka sangat memungkinkan siswa menjadi aktif dan membantu pengembangan

gaya belajarnya, serta membuka pemahaman terhadap konsep-konsep kimia

secara fleksibel dalam arti dapat mengadaptasikannya terhadap situasi baru.

Pada dasarnya tujuan akhir pembelajaran adalah menghasilkan siswa yang

memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam memecahkan masalah yang

dihadapi kelak di masyarakat (Wena, 2011). Untuk menghasilkan siswa yang

(3)

pembelajaran pemecahan masalah (problem solving). Pemecahan masalah

dipandang sebagai suatu proses untuk menemukan kombinasi dari sejumlah

aturan yang dapat diterapkan dalam upaya mengatasi permasalahan yang baru.

Model pembelajaran problem solving merupakan salah satu bentuk

pembelajaran yang berlandaskan paradigma konstruktivisme. Pada pembelajaran

problem solving aktivitasnya bertumpu kepada pemecahan masalah. Model ini

mengkaji masalah-masalah aktual yang terjadi, masalah bisa dari guru maupun dari

peserta didik, lalu dari masalah ini peserta didik dirangsang untuk mempelajari

masalah berdasarkan pengetahuan dan pengalaman yang telah mereka miliki

sebelumnya (prior knowledge) sehingga dari prior knowledge ini akan terbentuk

pengetahuan dan pengalaman baru.

Menurut Eggen dan Don (2012), kesuksesan pembelajaran berbasis

pemecahan masalah tergantung pada kemampuannya menghadapkan siswa

dengan masalah-masalah realistis yang akan membantu mereka mengembangkan

keterampilan pemecahan masalah dan kemampuan untuk mandiri. Satu tujuan

penting ketika menggunakan model ini adalah membawa dunia nyata ke ruang

kelas untuk diselidiki dan dianalisa.

Salah satu sub materi pelajaran kimia di SMP adalah sifat asam, basa dan

netral pada larutan. Sub materi ini merupakan sub materi kimia yang dekat dengan

kehidupan siswa, contohnya yaitu penggunaan cuka dalam makanan, penggunaan

sabun atau detergen dan penggunaan obat maag. Kebanyakan pendidik

mengajarkan materi ini dengan metode ceramah dan memperbanyak soal latihan.

Sub materi sifat asam, basa dan netral pada larutan dipilih karena sub materi ini

merupakan suatu konsep dasar dan penting dalam materi klasifikasi zat dalam

ilmu kimia.

Model problem solving merupakan model pembelajaran yang cocok untuk

diterapkan pada sub materi sifat asam, basa dan netral pada larutan, karena pada

pembelajarannya siswa dihadapkan pada suatu permasalahan nyata yang harus

dipecahkan dengan menerapkan konsep-konsep kimia yang relevan. Problem

solving sebagai model pembelajaran telah dikembangkan oleh beberapa ahli,

(4)

pada pembelajaran sains. Menurut Mothes, pembelajaran model problem solving

mencakup 8 tahapan, yaitu: motivasi, penjabaran masalah, penyusunan opini,

perencanaan dan konstruksi, eksperimen, kesimpulan, abstraksi, dan konsolidasi

pengetahuan.

Penelitian yang dilakukan oleh Swistoro (2011), menyebutkan bahwa

pembelajaran problem solving dalam mata pelajaran fisika dapat meningkatkan

penguasaan konsep siswa. Pada mata pelajaran biologi, telah dilakukan penelitian

oleh Zubaidah (2010) dan Linda (2012), hasilnya adalah penguasaan konsep siswa

pada mata pelajaran biologi mengalami peningkatan setelah menggunakan model

pembelajaran problem solving. Dalam hal ini, penulis belum menemukan

penelitian mengenai pengaruh model problem solving terhadap penguasaan

konsep siswa yang diterapkan pada sub materi sifat asam, basa dan netral pada

larutan, sehingga penulis tertarik untuk melakukan penelitian serupa pada sub

materi kimia SMP tersebut.

B.Identifikasi dan Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang penelitian, teridentifikasi

permasalahan mengenai model pembelajaran yang biasanya digunakan dalam

pembelajaran IPA di sekolah terutama pada sub materi sifat asam, basa dan netral

pada larutan, yaitu model pembelajaran yang hanya menekankan pada aspek

menghafal konsep dan kurang dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari. Dengan

demikian diperlukan suatu model pembelajaran yang dapat mengoptimalkan

penguasaan konsep siswa khususnya dalam hal memahami dan mengaplikasikan

konsep yaitu model problem solving. Untuk lebih memfokuskan arah penelitian,

maka penelitian ini dibatasi pada tipe problem solving yang digunakan yaitu

model Mothes.

Berdasarkan uraian di atas, maka masalah yang dikaji dalam penelitian ini

adalah “Bagaimana penguasaan konsep siswa dalam pembelajaran sub materi sifat asam, basa dan netral pada larutan menggunakan model problem solving?”

Permasalahan yang umum di atas, diuraikan menjadi pertanyaan penelitian

(5)

1. Bagaimana keterlaksanaan pembelajaran sub materi sifat asam, basa dan netral

pada larutan dengan menggunakan model problem solving?

2. Bagaimana peningkatan penguasaan konsep siswa kelas eksperimen yang

menggunakan model problem solving pada sub materi sifat asam, basa, dan

netral pada larutan?

3. Bagaimana penguasaan konsep siswa kelas eksperimen berdasarkan jenjang

kognitif pada sub materi sifat asam, basa dan netral pada larutan menggunakan

model problem solving?

C.Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh informasi mengenai:

1. Keterlaksanaan pembelajaran sub materi sifat asam, basa dan netral pada

larutan dengan menggunakan model problem solving.

2. Peningkatan penguasaan konsep siswa kelas eksperimen yang menggunakan

model problem solving pada sub materi sifat asam, basa, dan netral pada

larutan.

3. Penguasaan konsep siswa kelas eksperimen berdasarkan jenjang kognitif pada

sub materi sifat asam, basa dan netral pada larutan menggunakan model

problem solving.

D.Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang bisa diambil dari hasil penelitian ini adalah :

1. Manfaat bagi siswa

a. Membantu dan mempermudah siswa dalam memahami sub materi sifat

asam, basa dan netral pada larutan.

b. Meningkatkan penguasaan konsep siswa terhadap mata pelajaran kimia.

2. Manfaat bagi guru

a. Membantu dalam menjelaskan sifat asam, basa dan netral pada larutan.

b. Dapat digunakan sebagai bahan rekomendasi sebagai alternatif

(6)

3. Manfaat bagi peneliti

a. Sebagai bahan pertimbangan untuk penelitian selanjutnya dalam hal

penerapan model problem solving pada materi lain.

b. Dapat memberikan informasi tentang penguasaan konsep siswa pada

pembelajaran sub materi sifat asam, basa dan netral pada larutan

menggunakan model problem solving.

E.Struktur Organisasi Skripsi

Untuk memahami alur berfikir dalam penulisan skripsi ini, diperlukan

struktur organisasi yang disusun secara sistematis. Skripsi ini terdiri atas lima bab

dari Bab I Pendahuluan; Bab II Kajian Pustaka, Kerangka Pemikiran dan

Hipotesis Penelitian; Bab III Metode Penelitian; Bab IV Hasil dan Pembahasan;

serta Bab V Kesimpulan dan Saran. Setiap bab terdiri dari bagian bab yang

disusun secara terstruktur sesuai dengan penelitian yang dilakukan.

Bab I Pendahuluan terdiri dari lima bagian bab yaitu Latar Belakang

Penelitian, Identifikasi dan Perumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat

Penelitian, serta Struktur Organisasi Skripsi. Pada sub bab latar belakang

penelitian dipaparkan mengenai fakta yang berkaitan dengan permasalahan yang

diteliti serta solusi yang disarankan untuk menyelesaikan permasalahan tersebut.

Pada sub bab identifikasi dan perumusan masalah dijabarkan tentang

permasalahan yang teridentifikasi dari latar belakang yang telah diuraikan,

selanjutnya masalah yang teridentifikasi tersebut dinyatakan dalam bentuk

rumusan masalah. Pada sub bab tujuan penelitian dijelaskan tentang informasi

yang akan diperoleh mengenai penguasaan konsep siswa pada pembelajaran sub

materi sifat asam, basa dan netral pada larutan. Pada sub bab manfaat penelitian

dijelaskan secara terperinci manfaat yang akan diperoleh dari penelitian yang

dilakukan baik bagi siswa, guru dan peneliti. Sub bab struktur organisasi berisi

penjelasan mengenai bagian bab dan sub bab dalam penulisan skripsi ini.

Bab II Kajian Pustaka, Kerangka Pemikiran dan Hipotesis Penelitian

terdiri dari empat bagian bab yaitu Kajian Pustaka, Penelitian Terdahulu yang

(7)

disajikan terdiri dari pengertian belajar dan pembelajaran, ruang lingkup

penguasaan konsep, model pembelajaran problem solving tipe Mothes, dan

tinjauan sub materi sifat asam, basa dan netral pada larutan. Bab III Metode

Penelitian terdiri dari delapan bagian bab yaitu Lokasi dan Subjek Penelitian,

Desain Penelitian, Definisi Operasional, Instrumen Penelitian, Proses

Pengembangan Instrumen, Teknik Pengumpulan Data, dan Teknik Analisis Data.

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan terdiri dari tiga sub bab. Sub bab

pertama mengenai keterlaksanaan setiap tahapan model pembelajaran problem

solving pada sub materi sifat asam, basa dan netral pada larutan. Sub bab kedua

mengenai peningkatan penguasaan konsep siswa kelas eksperimen yang

menggunakan model problem solving pada sub materi sifat asam, basa, dan netral

pada larutan. Sub bab ketiga mengenai penguasaan konsep siswa kelas

eksperimen berdasarkan jenjang kognitif pada sub materi sifat asam, basa dan

netral pada larutan menggunakan model problem solving.

Bab V Kesimpulan dan Saran terdiri dari dua sub bab, yaitu Kesimpulan

dan Saran. Pada sub bab kesimpulan dipaparkan secara rinci mengenai

kesimpulan hasil keterlaksanaan model problem solving dan informasi

penguasaan konsep siswa pada pembelajaran menggunakan model problem

solving. Pada sub bab saran dipaparkan saran yang diajukan peneliti untuk para

pembaca. Daftar pustaka berisi semua sumber referensi yang digunakan dalam

penyusunan skripsi. Lampiran berisi semua dokumen yang digunakan dalam

(8)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini diuraikan kesimpulan yang diperoleh dari pembahasan. Selain

itu, dikemukakan pula saran-saran yang dapat dijadikan acuan untuk penelitian

selanjutnya.

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, maka kesimpulan yang

diperoleh adalah sebagai berikut:

1. Pelaksanaan pembelajaran sub materi sifat asam, basa dan netral pada larutan

dengan menggunakan model problem solving dibagi kedalam dua pertemuan,

yang sesuai dengan kedelapan langkah pembelajaran model problem solving

tipe Mothes. Pada pertemuan pertama dilaksanakan langkah motivasi,

penjabaran masalah, penyusunan opini, perencanaan dan konstruksi. Pada

pertemuan kedua dilaksanakan langkah percobaan, kesimpulan, abstraksi dan

konsolidasi pengetahuan. Hasil observasi keterlaksanaan pembelajaran

dengan model problem solving adalah 100% (seluruh) siswa pada setiap

kelompok melakukan aktivitas sesuai dengan tahapan pembelajaran model

problem solving yang tercantum dalam lembar observasi, kecuali tahap ke 8

yaitu tahapan konsolidasi pengetahuan, tidak ada satupun kelompok yang

melakukannya, hal ini disebabkan waktu pembelajaran yang tidak

mencukupi.

2. Penguasaan konsep siswa pada kelas eksperimen yang menggunakan model

problem solving termasuk ke dalam kriteria baik, dengan persentase sebesar

73,4%, sedangkan kelas kontrol termasuk ke dalam kriteria cukup, dengan

presentase sebesar 47,0%. Peningkatan penguasaan konsep diukur dari nilai

gain. Hasil uji statistik independent t-test menunjukkan bahwa nilai rata-rata

gain untuk kelas eksperimen (57,7%), berbeda secara signifikan

dibandingkan dengan nilai rata-rata gain kelas kontrol (31,4%) .

3. Penguasaan konsep siswa kelas eksperimen pada setiap jenjang kognitif yaitu

(9)

sebesar 89,4%, jenjang menerapkan (C3) dan jenjang menganalisis (C4)

keduanya termasuk kriteria baik dengan nilai rata-rata berturut-turut sebesar

61,4% dan 73,5%. Sedangkan penguasaan konsep siswa kelas kontrol pada

setiap jenjang kognitif yaitu jenjang memahami (C2) termasuk kriteria baik

dengan nilai rata-rata sebesar 70,5%, jenjang menerapkan (C3) dan jenjang

menganalisis (C4) keduanya termasuk kriteria kurang dengan nilai rata-rata

berturut-turut sebesar 37,5% dan 36,4%.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian, beberapa saran yang dikemukakan antara

lain:

1. Bagi guru disarankan untuk menggunakan model problem solving dalam

proses pembelajaran, karena dapat mewujudkan penguasaan konsep siswa

yang baik. Guru yang akan menggunakan model problem solving disarankan

menyelidiki karakteristik siswa terlebih dahulu, karena model problem

solving memerlukan karakteristik siswa yang menyukai tantangan serta

percaya diri. Kemudian guru harus menyajikan artikel mengenai fenomena

dalam kehidupan sehari-hari agar pembelajaran menggunakan model problem

solving dapat menghasilkan produk yang sesuai harapan.

2. Bagi siswa yang akan melaksanakan pembelajaran menggunakan model

problem solving disarankan untuk melakukan persiapan terlebih dahulu,

misalnya dengan membaca referensi tentang materi pokok sebelum

(10)

DAFTAR PUSTAKA

Anderson, L.W. dan Krathwohl, D. R. (2010). Kerangka Landasan Untuk Pembelajaran, Pengajaran, dan Asesmen. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Ali, M. (2010). Metodologi dan Aplikasi Riset Pendidikan. Bandung: Pustaka Cendikia Utama.

Ali, M. (2013). Penelitian Kependidikan Prosedur dan Strategi. Bandung: Angkasa.

Arifin, Z. (2011). Evaluasi Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Arikunto. (2013). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Arikunto, S. dan Jabar, C. S. A. (2009). Evaluasi Program Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Aunurrahman. (2009). Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

Brady, J.E. (2010). Kimia Universitas Asas dan Struktur. Tangerang: Binarupa Aksara Publisher.

Broman, K. And Parchmann, I. (2014). “Students’ application of chemical concepts when solving chemistry problems in different contexts”. Journal Royal Society of Chemistry.

Cardellini, L. (2005). “Fostering creative problem solving in chemistry through group work”. Journal Royal Society of Chemistry, 7 (2), 131-140.

Chang, Raymond. (2004). Kimia Dasar Konsep-Konsep Inti. Jakarta: Erlangga.

Cooper, M. M. et al. (2007). “Reliable multi method assessment of metacognition use in chemistry problem solving”. Journal Royal Society of Chemistry, 9 18–24.

Dahar, R. W. (2011). Teori-Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Erlangga.

Dornyei, Z. and Taguchi, T. (2010). Questionnaires in Second Language Research Construction Administration and Procesing 2nd Edition. New York: Routledge.

(11)

Hake, R.R. (1998). “Interactive-engagement methods in introductory mechanics courses”. Journal of Physics Education Research.

Huda, M. (2013). Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka.

Jensen, E. (2011). Pembelajaran Berbasis Otak. Jakarta: Indeks.

Kampourakis, C. dan Tsaparlis, G.( 2003). “A Study Of The Effect Of A Practical Activity On Problem Solving In Chemistry”. Journal Royal Society of Chemistry, Vol. 4, No. 3, pp. 319-333.

Lee, K. W. L. et al. (2001). “The Predicting Role Of Cognitive Variables In Problem Solving In Mole Concept”. Journal Royal Society of Chemistry, Vol. 2, No. 3, pp. 285-301.

Majid, A. (2013). Strategi Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Martono, N. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Nasution, S. (2009). Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

Overton, T. et al. (2013). “A study of approaches to solving open-ended problems in chemistry”. Journal Royal Society of Chemistry, 2013, 14, 468-475.

Purwanto, N. (2012). Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Rosbiono, M. (2007). Teori problem solving untuk sains. Jakarta: Direktorat Jendral Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan Depdiknas.

Sagala, S. (2011). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

Sanjaya, W. (2006). Strategi Pembelajaran Beroriantasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media.

Santrock, J. W. (2011). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Kencana.

Sugiyono. (2014). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

(12)

Sukardi. (2012). Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Suryatna, Asep. dkk. (2008). IPA: Fisika, Kimia, Biologi. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.

Suyono dan Hariyanto. (2012). Belajar dan Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Thompson, H. S. C. (2012). “Mental capacity and working memory in chemistry: algorithmic versus open-ended problem solving”. Journal Royal Society of Chemistry, 13, 484–489.

Trianto. (2010). Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta: Bumi Aksara.

Uyanto. (2009). Pedoman Analisis Data dengan SPSS. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Wasis, dkk. (2008). Contextual Teaching and Learning Ilmu Pengetahuan Alam. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.

Referensi

Dokumen terkait

Efektivitas Model Pembelajaran Problem Solving Pada Materi Asam-basa Dalam Meningkatkan Keterampilan Memprediksi Siswa SMAN Terbanggi Besar. Pengantar

Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Untuk Meningkatkan Literasi Sains Dan Kepercayaan Diri Siswa Pada Konsep Larutan Asam Basa.. Universitas Pendidikan Indonesia

Hasil belajar kimia pada konsep larutan asam basa dapat ditingkatkan dengan pendekatan inkuiri yang sesuai dengan materi; bimbingan dan arahan guru dalam

PENGUASAAN KONSEP PESERTA DIDIK PADA PEMBELAJARAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LAJU REAKSI.. MENGGUNAKAN MODEL

Karena ion-ion garam dalam air ada yang terhidrolisis maka pelarutan garam-garam di dalam air dapat mengubah pH larutan menjadi bersifat asam atau basa.. Larutan Garam

Menyajikan data hasil percobaan dan pengamatan sifat asam, basa, atau garam suatu larutan dengan menggunakan indikator alami, indikator buatan, dan indikator

Selain itu, terdapat lembar penilaian yang digunakan yaitu lembar observasi keterlaksanaan model problem solving , angket respon siswa terhadap pelaksanaan

mendiskusikan cara mengenali sifat larutan, bahan alam apa saja yang dapat digunakan sebagai indikator larutan asam dan basa serta menganalisis asupan sayuran