BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Penelitian
Belajar adalah suatu aktivitas atau suatu proses untuk memperoleh
pengetahuan, meningkatkan keterampilan, memperbaiki perilaku, sikap, dan
mengokohkan kepribadian (Suyono dan Hariyanto, 2011). Belajar merupakan
unsur fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenjang pendidikan.
Keberhasilan pencapaian tujuan belajar bergantung pada proses belajar yang
dialami siswa. Proses pembelajaran memerlukan pemusatan perhatian mengenai
hal-hal yang dipelajari, sehingga siswa dapat memahami dan dapat menguasai
sesuatu yang sebelumnya tidak dikuasainya. Untuk mengetahui sejauh mana siswa
telah mencapai tujuan pembelajaran atau menguasai konsep tertentu,
diperlukanlah penilaian hasil belajar.
Bloom (dalam Arikunto, 2013), mengklasifikasikan hasil belajar menjadi
tiga ranah, yaitu ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotor. Ranah
kognitif diukur dari penguasaan konsep siswa setelah siswa belajar. Maka apabila
dilihat dari ranah kognitif, siswa dikatakan berhasil belajar ketika siswa telah
mampu menguasai suatu konsep. Konsep merupakan suatu hal yang sangat
penting, namun bukan terletak pada konsep itu sendiri, tetapi terletak pada
bagaimana konsep itu dikuasai oleh siswa. Pentingnya penguasaan konsep dalam
proses belajar mengajar sangat mempengaruhi sikap, keputusan dan cara-cara
memecahkan masalah.
Trianto (2010) menyebutkan bahwa keterampilan untuk memecahkan
masalah merupakan salah satu nilai yang dapat ditanamkan dalam pembelajaran
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). IPA adalah suatu kumpulan teori yang sistematis,
penerapannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam, lahir dan
berkembang melalui langkah-langkah observasi, perumusan masalah, penyusunan
penemuan teori dan konsep. Menurut Trianto (2010) pula, secara umum IPA
meliputi tiga bidang ilmu dasar, yaitu biologi, fisika dan kimia.
Kimia merupakan bagian dari mata pelajaran IPA berdasarkan kurikulum
2013 di Sekolah Menengah Pertama (SMP). Kimia adalah salah satu ilmu yang
penting untuk kehidupan manusia. Kimia merupakan mata pelajaran yang
mengkaji berbagai fenomena alam yang meliputi struktur, komposisi, sifat dan
perubahan yang menyertai suatu materi. Ilmu kimia perlu dikembangkan oleh
para siswa untuk memahami fenomena-fenomena yang terjadi di kehidupan. Hal
tersebut sejalan dengan tujuan dari pendidikan kimia di sekolah, yaitu mampu
menerapkan konsep-konsep dan metode ilmiah untuk memecahkan masalah
dalam kehidupan.
Namun pada kenyataannya, pentingnya ilmu kimia tidak sejalan dengan
minat belajar para siswa. Bahkan bagi sebagian siswa, pelajaran kimia sering
terkesan sulit dan membosankan. Kesulitan tersebut seringkali ditemui dalam
pelaksanaan pembelajaran kimia di sekolah, yang kemudian berakibat pada
penguasaan konsep siswa yang rendah. Siswa sering mengalami kebingungan
dalam menyelesaikan permasalahan yang berkaitan dengan penerapan konsep
tersebut. Untuk mewujudkan penguasaan konsep siswa yang baik, pendidik perlu
merencanakan pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered).
Pembelajaran yang berpusat pada siswa bisa diupayakan dengan
membangun para siswa sebagai pemecah masalah yang baik, mereka tidak hanya
dipersiapkan untuk memiliki penguasaan konsep yang baik melainkan juga
kemampuan memecahkan masalah dengan percaya diri terhadap tantangan hidup
yang dihadapinya. Belajar kimia dengan problem solving yang menantang dan
terbuka sangat memungkinkan siswa menjadi aktif dan membantu pengembangan
gaya belajarnya, serta membuka pemahaman terhadap konsep-konsep kimia
secara fleksibel dalam arti dapat mengadaptasikannya terhadap situasi baru.
Pada dasarnya tujuan akhir pembelajaran adalah menghasilkan siswa yang
memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam memecahkan masalah yang
dihadapi kelak di masyarakat (Wena, 2011). Untuk menghasilkan siswa yang
pembelajaran pemecahan masalah (problem solving). Pemecahan masalah
dipandang sebagai suatu proses untuk menemukan kombinasi dari sejumlah
aturan yang dapat diterapkan dalam upaya mengatasi permasalahan yang baru.
Model pembelajaran problem solving merupakan salah satu bentuk
pembelajaran yang berlandaskan paradigma konstruktivisme. Pada pembelajaran
problem solving aktivitasnya bertumpu kepada pemecahan masalah. Model ini
mengkaji masalah-masalah aktual yang terjadi, masalah bisa dari guru maupun dari
peserta didik, lalu dari masalah ini peserta didik dirangsang untuk mempelajari
masalah berdasarkan pengetahuan dan pengalaman yang telah mereka miliki
sebelumnya (prior knowledge) sehingga dari prior knowledge ini akan terbentuk
pengetahuan dan pengalaman baru.
Menurut Eggen dan Don (2012), kesuksesan pembelajaran berbasis
pemecahan masalah tergantung pada kemampuannya menghadapkan siswa
dengan masalah-masalah realistis yang akan membantu mereka mengembangkan
keterampilan pemecahan masalah dan kemampuan untuk mandiri. Satu tujuan
penting ketika menggunakan model ini adalah membawa dunia nyata ke ruang
kelas untuk diselidiki dan dianalisa.
Salah satu sub materi pelajaran kimia di SMP adalah sifat asam, basa dan
netral pada larutan. Sub materi ini merupakan sub materi kimia yang dekat dengan
kehidupan siswa, contohnya yaitu penggunaan cuka dalam makanan, penggunaan
sabun atau detergen dan penggunaan obat maag. Kebanyakan pendidik
mengajarkan materi ini dengan metode ceramah dan memperbanyak soal latihan.
Sub materi sifat asam, basa dan netral pada larutan dipilih karena sub materi ini
merupakan suatu konsep dasar dan penting dalam materi klasifikasi zat dalam
ilmu kimia.
Model problem solving merupakan model pembelajaran yang cocok untuk
diterapkan pada sub materi sifat asam, basa dan netral pada larutan, karena pada
pembelajarannya siswa dihadapkan pada suatu permasalahan nyata yang harus
dipecahkan dengan menerapkan konsep-konsep kimia yang relevan. Problem
solving sebagai model pembelajaran telah dikembangkan oleh beberapa ahli,
pada pembelajaran sains. Menurut Mothes, pembelajaran model problem solving
mencakup 8 tahapan, yaitu: motivasi, penjabaran masalah, penyusunan opini,
perencanaan dan konstruksi, eksperimen, kesimpulan, abstraksi, dan konsolidasi
pengetahuan.
Penelitian yang dilakukan oleh Swistoro (2011), menyebutkan bahwa
pembelajaran problem solving dalam mata pelajaran fisika dapat meningkatkan
penguasaan konsep siswa. Pada mata pelajaran biologi, telah dilakukan penelitian
oleh Zubaidah (2010) dan Linda (2012), hasilnya adalah penguasaan konsep siswa
pada mata pelajaran biologi mengalami peningkatan setelah menggunakan model
pembelajaran problem solving. Dalam hal ini, penulis belum menemukan
penelitian mengenai pengaruh model problem solving terhadap penguasaan
konsep siswa yang diterapkan pada sub materi sifat asam, basa dan netral pada
larutan, sehingga penulis tertarik untuk melakukan penelitian serupa pada sub
materi kimia SMP tersebut.
B.Identifikasi dan Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang penelitian, teridentifikasi
permasalahan mengenai model pembelajaran yang biasanya digunakan dalam
pembelajaran IPA di sekolah terutama pada sub materi sifat asam, basa dan netral
pada larutan, yaitu model pembelajaran yang hanya menekankan pada aspek
menghafal konsep dan kurang dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari. Dengan
demikian diperlukan suatu model pembelajaran yang dapat mengoptimalkan
penguasaan konsep siswa khususnya dalam hal memahami dan mengaplikasikan
konsep yaitu model problem solving. Untuk lebih memfokuskan arah penelitian,
maka penelitian ini dibatasi pada tipe problem solving yang digunakan yaitu
model Mothes.
Berdasarkan uraian di atas, maka masalah yang dikaji dalam penelitian ini
adalah “Bagaimana penguasaan konsep siswa dalam pembelajaran sub materi sifat asam, basa dan netral pada larutan menggunakan model problem solving?”
Permasalahan yang umum di atas, diuraikan menjadi pertanyaan penelitian
1. Bagaimana keterlaksanaan pembelajaran sub materi sifat asam, basa dan netral
pada larutan dengan menggunakan model problem solving?
2. Bagaimana peningkatan penguasaan konsep siswa kelas eksperimen yang
menggunakan model problem solving pada sub materi sifat asam, basa, dan
netral pada larutan?
3. Bagaimana penguasaan konsep siswa kelas eksperimen berdasarkan jenjang
kognitif pada sub materi sifat asam, basa dan netral pada larutan menggunakan
model problem solving?
C.Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh informasi mengenai:
1. Keterlaksanaan pembelajaran sub materi sifat asam, basa dan netral pada
larutan dengan menggunakan model problem solving.
2. Peningkatan penguasaan konsep siswa kelas eksperimen yang menggunakan
model problem solving pada sub materi sifat asam, basa, dan netral pada
larutan.
3. Penguasaan konsep siswa kelas eksperimen berdasarkan jenjang kognitif pada
sub materi sifat asam, basa dan netral pada larutan menggunakan model
problem solving.
D.Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang bisa diambil dari hasil penelitian ini adalah :
1. Manfaat bagi siswa
a. Membantu dan mempermudah siswa dalam memahami sub materi sifat
asam, basa dan netral pada larutan.
b. Meningkatkan penguasaan konsep siswa terhadap mata pelajaran kimia.
2. Manfaat bagi guru
a. Membantu dalam menjelaskan sifat asam, basa dan netral pada larutan.
b. Dapat digunakan sebagai bahan rekomendasi sebagai alternatif
3. Manfaat bagi peneliti
a. Sebagai bahan pertimbangan untuk penelitian selanjutnya dalam hal
penerapan model problem solving pada materi lain.
b. Dapat memberikan informasi tentang penguasaan konsep siswa pada
pembelajaran sub materi sifat asam, basa dan netral pada larutan
menggunakan model problem solving.
E.Struktur Organisasi Skripsi
Untuk memahami alur berfikir dalam penulisan skripsi ini, diperlukan
struktur organisasi yang disusun secara sistematis. Skripsi ini terdiri atas lima bab
dari Bab I Pendahuluan; Bab II Kajian Pustaka, Kerangka Pemikiran dan
Hipotesis Penelitian; Bab III Metode Penelitian; Bab IV Hasil dan Pembahasan;
serta Bab V Kesimpulan dan Saran. Setiap bab terdiri dari bagian bab yang
disusun secara terstruktur sesuai dengan penelitian yang dilakukan.
Bab I Pendahuluan terdiri dari lima bagian bab yaitu Latar Belakang
Penelitian, Identifikasi dan Perumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat
Penelitian, serta Struktur Organisasi Skripsi. Pada sub bab latar belakang
penelitian dipaparkan mengenai fakta yang berkaitan dengan permasalahan yang
diteliti serta solusi yang disarankan untuk menyelesaikan permasalahan tersebut.
Pada sub bab identifikasi dan perumusan masalah dijabarkan tentang
permasalahan yang teridentifikasi dari latar belakang yang telah diuraikan,
selanjutnya masalah yang teridentifikasi tersebut dinyatakan dalam bentuk
rumusan masalah. Pada sub bab tujuan penelitian dijelaskan tentang informasi
yang akan diperoleh mengenai penguasaan konsep siswa pada pembelajaran sub
materi sifat asam, basa dan netral pada larutan. Pada sub bab manfaat penelitian
dijelaskan secara terperinci manfaat yang akan diperoleh dari penelitian yang
dilakukan baik bagi siswa, guru dan peneliti. Sub bab struktur organisasi berisi
penjelasan mengenai bagian bab dan sub bab dalam penulisan skripsi ini.
Bab II Kajian Pustaka, Kerangka Pemikiran dan Hipotesis Penelitian
terdiri dari empat bagian bab yaitu Kajian Pustaka, Penelitian Terdahulu yang
disajikan terdiri dari pengertian belajar dan pembelajaran, ruang lingkup
penguasaan konsep, model pembelajaran problem solving tipe Mothes, dan
tinjauan sub materi sifat asam, basa dan netral pada larutan. Bab III Metode
Penelitian terdiri dari delapan bagian bab yaitu Lokasi dan Subjek Penelitian,
Desain Penelitian, Definisi Operasional, Instrumen Penelitian, Proses
Pengembangan Instrumen, Teknik Pengumpulan Data, dan Teknik Analisis Data.
Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan terdiri dari tiga sub bab. Sub bab
pertama mengenai keterlaksanaan setiap tahapan model pembelajaran problem
solving pada sub materi sifat asam, basa dan netral pada larutan. Sub bab kedua
mengenai peningkatan penguasaan konsep siswa kelas eksperimen yang
menggunakan model problem solving pada sub materi sifat asam, basa, dan netral
pada larutan. Sub bab ketiga mengenai penguasaan konsep siswa kelas
eksperimen berdasarkan jenjang kognitif pada sub materi sifat asam, basa dan
netral pada larutan menggunakan model problem solving.
Bab V Kesimpulan dan Saran terdiri dari dua sub bab, yaitu Kesimpulan
dan Saran. Pada sub bab kesimpulan dipaparkan secara rinci mengenai
kesimpulan hasil keterlaksanaan model problem solving dan informasi
penguasaan konsep siswa pada pembelajaran menggunakan model problem
solving. Pada sub bab saran dipaparkan saran yang diajukan peneliti untuk para
pembaca. Daftar pustaka berisi semua sumber referensi yang digunakan dalam
penyusunan skripsi. Lampiran berisi semua dokumen yang digunakan dalam
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bab ini diuraikan kesimpulan yang diperoleh dari pembahasan. Selain
itu, dikemukakan pula saran-saran yang dapat dijadikan acuan untuk penelitian
selanjutnya.
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, maka kesimpulan yang
diperoleh adalah sebagai berikut:
1. Pelaksanaan pembelajaran sub materi sifat asam, basa dan netral pada larutan
dengan menggunakan model problem solving dibagi kedalam dua pertemuan,
yang sesuai dengan kedelapan langkah pembelajaran model problem solving
tipe Mothes. Pada pertemuan pertama dilaksanakan langkah motivasi,
penjabaran masalah, penyusunan opini, perencanaan dan konstruksi. Pada
pertemuan kedua dilaksanakan langkah percobaan, kesimpulan, abstraksi dan
konsolidasi pengetahuan. Hasil observasi keterlaksanaan pembelajaran
dengan model problem solving adalah 100% (seluruh) siswa pada setiap
kelompok melakukan aktivitas sesuai dengan tahapan pembelajaran model
problem solving yang tercantum dalam lembar observasi, kecuali tahap ke 8
yaitu tahapan konsolidasi pengetahuan, tidak ada satupun kelompok yang
melakukannya, hal ini disebabkan waktu pembelajaran yang tidak
mencukupi.
2. Penguasaan konsep siswa pada kelas eksperimen yang menggunakan model
problem solving termasuk ke dalam kriteria baik, dengan persentase sebesar
73,4%, sedangkan kelas kontrol termasuk ke dalam kriteria cukup, dengan
presentase sebesar 47,0%. Peningkatan penguasaan konsep diukur dari nilai
gain. Hasil uji statistik independent t-test menunjukkan bahwa nilai rata-rata
gain untuk kelas eksperimen (57,7%), berbeda secara signifikan
dibandingkan dengan nilai rata-rata gain kelas kontrol (31,4%) .
3. Penguasaan konsep siswa kelas eksperimen pada setiap jenjang kognitif yaitu
sebesar 89,4%, jenjang menerapkan (C3) dan jenjang menganalisis (C4)
keduanya termasuk kriteria baik dengan nilai rata-rata berturut-turut sebesar
61,4% dan 73,5%. Sedangkan penguasaan konsep siswa kelas kontrol pada
setiap jenjang kognitif yaitu jenjang memahami (C2) termasuk kriteria baik
dengan nilai rata-rata sebesar 70,5%, jenjang menerapkan (C3) dan jenjang
menganalisis (C4) keduanya termasuk kriteria kurang dengan nilai rata-rata
berturut-turut sebesar 37,5% dan 36,4%.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian, beberapa saran yang dikemukakan antara
lain:
1. Bagi guru disarankan untuk menggunakan model problem solving dalam
proses pembelajaran, karena dapat mewujudkan penguasaan konsep siswa
yang baik. Guru yang akan menggunakan model problem solving disarankan
menyelidiki karakteristik siswa terlebih dahulu, karena model problem
solving memerlukan karakteristik siswa yang menyukai tantangan serta
percaya diri. Kemudian guru harus menyajikan artikel mengenai fenomena
dalam kehidupan sehari-hari agar pembelajaran menggunakan model problem
solving dapat menghasilkan produk yang sesuai harapan.
2. Bagi siswa yang akan melaksanakan pembelajaran menggunakan model
problem solving disarankan untuk melakukan persiapan terlebih dahulu,
misalnya dengan membaca referensi tentang materi pokok sebelum
DAFTAR PUSTAKA
Anderson, L.W. dan Krathwohl, D. R. (2010). Kerangka Landasan Untuk Pembelajaran, Pengajaran, dan Asesmen. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Ali, M. (2010). Metodologi dan Aplikasi Riset Pendidikan. Bandung: Pustaka Cendikia Utama.
Ali, M. (2013). Penelitian Kependidikan Prosedur dan Strategi. Bandung: Angkasa.
Arifin, Z. (2011). Evaluasi Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Arikunto. (2013). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Arikunto, S. dan Jabar, C. S. A. (2009). Evaluasi Program Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Aunurrahman. (2009). Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.
Brady, J.E. (2010). Kimia Universitas Asas dan Struktur. Tangerang: Binarupa Aksara Publisher.
Broman, K. And Parchmann, I. (2014). “Students’ application of chemical concepts when solving chemistry problems in different contexts”. Journal Royal Society of Chemistry.
Cardellini, L. (2005). “Fostering creative problem solving in chemistry through group work”. Journal Royal Society of Chemistry, 7 (2), 131-140.
Chang, Raymond. (2004). Kimia Dasar Konsep-Konsep Inti. Jakarta: Erlangga.
Cooper, M. M. et al. (2007). “Reliable multi method assessment of metacognition use in chemistry problem solving”. Journal Royal Society of Chemistry, 9 18–24.
Dahar, R. W. (2011). Teori-Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Erlangga.
Dornyei, Z. and Taguchi, T. (2010). Questionnaires in Second Language Research Construction Administration and Procesing 2nd Edition. New York: Routledge.
Hake, R.R. (1998). “Interactive-engagement methods in introductory mechanics courses”. Journal of Physics Education Research.
Huda, M. (2013). Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka.
Jensen, E. (2011). Pembelajaran Berbasis Otak. Jakarta: Indeks.
Kampourakis, C. dan Tsaparlis, G.( 2003). “A Study Of The Effect Of A Practical Activity On Problem Solving In Chemistry”. Journal Royal Society of Chemistry, Vol. 4, No. 3, pp. 319-333.
Lee, K. W. L. et al. (2001). “The Predicting Role Of Cognitive Variables In Problem Solving In Mole Concept”. Journal Royal Society of Chemistry, Vol. 2, No. 3, pp. 285-301.
Majid, A. (2013). Strategi Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Martono, N. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Nasution, S. (2009). Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.
Overton, T. et al. (2013). “A study of approaches to solving open-ended problems in chemistry”. Journal Royal Society of Chemistry, 2013, 14, 468-475.
Purwanto, N. (2012). Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Rosbiono, M. (2007). Teori problem solving untuk sains. Jakarta: Direktorat Jendral Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan Depdiknas.
Sagala, S. (2011). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.
Sanjaya, W. (2006). Strategi Pembelajaran Beroriantasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media.
Santrock, J. W. (2011). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Kencana.
Sugiyono. (2014). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Sukardi. (2012). Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Suryatna, Asep. dkk. (2008). IPA: Fisika, Kimia, Biologi. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
Suyono dan Hariyanto. (2012). Belajar dan Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Thompson, H. S. C. (2012). “Mental capacity and working memory in chemistry: algorithmic versus open-ended problem solving”. Journal Royal Society of Chemistry, 13, 484–489.
Trianto. (2010). Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta: Bumi Aksara.
Uyanto. (2009). Pedoman Analisis Data dengan SPSS. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Wasis, dkk. (2008). Contextual Teaching and Learning Ilmu Pengetahuan Alam. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.