PENGEMBANGAN INSTRUMEN ASESMEN PERILAKU ADAPTIF
BAGI REMAJA DENGAN INTELLECTUAL DISABILITY
TESIS
diajukan untuk memenuhi sebagian syarat untuk memperoleh
gelar Magister Pendidikan pada Pendidikan Khusus
Oleh:
ERNISA PURWANDARI
NIM 1302402
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KHUSUS
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
PENGEMBANGAN INSTRUMEN ASESMEN PERILAKU ADAPTIF
BAGI REMAJA DENGAN INTELLECTUAL DISABILITY
Oleh Ernisa Purwandari
Sebuah tesis yang diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Khusus
© Ernisa Purwandari 2015
Universitas Pendidikan Indonesia
Agustus 2015
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,
dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.
ABSTRAK
PENGEMBANGAN INSTRUMEN ASESMEN PERILAKU ADAPTIF BAGI REMAJA DENGAN INTELLECTUAL DISABILITY
Ernisa Purwandari
NIM 1302402 / Prodi PKKh-SPs-UPI
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh minimnya instrumen asesmen perilaku adaptif bagi inidividu dengan intellectual disability (ID) yang dapat diakses oleh guru atau tenaga pendidik di Indonesia. Instrumen asesmen ini penting untuk mengetahui hambatan perkembangan perilaku adaptif setiap individu dengan ID sebagai salah satu pertimbangan dalam menyusun program pembelajaran. Pengembangan instrumen asesmen perilaku adaptif perlu mempertimbangkan beberapa hal, diantaranya konteks budaya dan usia. Dalam penelitian ini dibatasi pada usia perkembangan remaja (usia 12-21 tahun) dengan konteks budaya terutama pada aspek sosialisasi di Yogyakarta. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan instrumen asesmen perilaku adaptif bagi remaja dengan ID. Pendekatan penelitian yang dilakukan adalah pendekatan penelitian kualitatif dengan dua tahapan penelitian. Tahapan penelitian dilakukan secara hirarki, dalam artian tahapan dalam penelitian akan mempengaruhi tahap penelitian selanjutnya dalam rangka mencapai tujuan utama penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengembangan instrumen asesmen perilaku adaptif yang dilakukan fungsional bagi remaja dengan ID dilihat dari tiga aspek yaitu nilai praktis, kebermanfaatan, dan konten isi dari instrumen asesmen yang dikembangkan. Instrumen asesmen yang dikembangkan cukup mudah dipelajari dan diterapkan guru, memberikan kemudahan bagi guru untuk menyusun program dalam rangka intervensi, hasil asesmen mampu menampilkan profil perilaku adaptif secara keseluruhan setiap anak, serta konten isi yang disusun sudah sesuai dengan sosial budaya yang ada di masyarakat Yogyakarta.
ABSTRACT
THE DEVELOPMENT OF ADAPTIVE BEHAVIOR ASSESSMENT INSTRUMENT FOR ADOLESCENCE WITH INTELLECTUAL DISABILITY
Ernisa Purwandari
NIM 1302402 / Prodi PKh-SPs-UPI
This research is based on the lack of adaptive behavior assessment instrument for individuals with intellectual disability (ID) that can be accessed by teachers or educators in Indonesia. Assessment instrument is important to know the resistance development of adaptive behavior of each individual with ID as one of the considerations in developing learning programs. The development of adaptive behavior assessment instruments need to consider some factors, including cultural context and age. This study limits to the age of adolescents development (aged 12-21 years) with the cultural context especially social culture in Yogyakarta. This research aims at developing adaptive behavior assessment instrument for individuals with ID in adolescence. The research uses a qualitative research approach done in two stages. The stages of the research are completed in hierarchically stages which mean that in this research, the first stage will affect the next stage in order to achieve the main objectives of the research. The results showed that the development of adaptive behavior assessment instruments conducted, functionally for individuals with ID adolescence seen from three aspects: the practical value, the usefulness, and the content of assessment instruments developed. Assessment instrument developed are quite easy to be learned and applied by the teachers, making it easy for teachers to set up programs in the framework of the intervention, The results of the assessment were able to show an overall adaptive behavior profile of each child, as well the content has already compiled in accordance with the existing social culture in the people of Yogyakarta.
DAFTAR ISI
PERNYATAAN ... ii
ABSTRAK ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
UCAPAN TERIMA KASIH ... v
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... x
BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Penelitian... 1
B.Rumusan Masalah ... 5
C.Pertanyaan Penelitian ... 5
D.Tujuan Penelitian ... 6
E.Manfaat Penelitian ... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A.Hakikat Remaja dengan Intellectual Disability ... 7
1. Pengertian Remaja dengan Intellectual Disability ... 7
2. Dampak Intellectual Disability pada Individu dengan ID ... 11
B.Hakikat dan Unsur-unsur Perilaku Adaptif ... 13
1. Pengertian Perilaku Adaptif ... 13
2. Unsur-unsur Perilaku Adaptif ... 14
C.Hakikat Asesmen Perilaku Adaptif ... 17
D.Penelitian yang Relevan ... 21
1. Penelitian yang dilakukan oleh Russell, P.S.S., et.al. (2004) ... 21
2. Penelitian yang dilakukan oleh Aricak, O.T. and Oakland, T. (2010) 22 BAB III METODE PENELITIAN A. Tahap I (Perumusan Instrumen) ... 25
1. Subjek Penelitian ... 26
2. Teknik Pengumpulan Data ... 26
viii
B. Tahap II (Uji Coba Instrumen) ... 29
1. Subjek Penelitian ... 30
2. Teknik Pengumpulan Data ... 30
3. Teknik Analisis Data ... 32
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Pemaparan Hasil Penelitian ... 33
Penelitian Tahap I 1. Perencanaan Pengembangan Perilaku Adaptif ... 33
2. Pelaksanaan Pengembangan Perilaku Adaptif ... 47
3. Evaluasi Pelaksanaan Pengembangan Perilaku Adaptif ... 51
Penelitian Tahap II 1. Desiminasi Guru ... 139
2. Hasil Uji coba Lapangan ... 141
B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 151
Penelitian Tahap I 1. Perencanaan Pengembangan Perilaku Adaptif ... 151
2. Pelaksanaan Pengembangan Perilaku Adaptif ... 160
3. Evaluasi Pelaksanaan Pengembangan Perilaku Adaptif ... 164
Penelitian Tahap II 1. Desiminasi Guru ... 166
2. Hasil Uji coba Lapangan ... 167
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 173
B. Saran ... 174
DAFTAR PUSTAKA ... 176
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Kisi-kisi Wawancara Awal ... 28
Tabel 3.2 Fokus Diskusi Desiminasi Guru ... 31
Tabel 3.3 Kisi-kisi Wawancara Hasil Ujicoba ... 31
Tabel 4.1 Temuan Hasil Penelitian Tahap I ... 53
x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Instrumen Wawancara 1 ... 179
Lampiran 2 Transkip Wawancara 1 ... 182
Lampiran 3 Data Hasil Wawancara 1 ... 216
Lampiran 4 Instrumen Wawancara 2 ... 245
Lampiran 5 Transkip Wawancara 2 ... 246
Lampiran 6 Data Hasil Wawancara 2 ... 267
Lampiran 7 Grafik Profil Siswa Hasil Ujicoba ... 279
Lampiran 8 Dokumentasi Catatan Guru ... 303
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Istilah individu berkebutuhan khusus bukan merupakan terjemahan
atau kata lain dari individu penyandang cacat tetapi individu berkebutuhan
khusus mencakup spectrum yang luas. Alimin (2013, hlm. 24) mendefinisikan
individu berkebutuhan khusus sebagai individu yang memerlukan pendidikan
yang disesuaikan dengan hambatan belajar dan kebutuhan masing-masing
secara individual. Individu berkebutuhan khusus meliputi individu
berkebutuhan khusus temporer dan individu berkebutuhan khusus permanen.
Salah satu bagian dari individu berkebutuhan khusus permanen adalah
individu dengan gangguan perkembangan kecerdasan dan kognisi atau yang
lebih dikenal dengan istilah intellectual disability (selanjutnya ditulis ID) atau
di Indonesia lebih popular dengan istilah individu tunagrahita. American
Assosiation of Intellectual Develompental Disability (AAIDD, 2013)
mendefinisikan, “intellectual disability is a disability characterized by
significant limitations in both intellectual functioning and in adaptive
behavior, which covers many everyday social and practical skills. This
disability originates before the age of 18”. Berdasarkan definisi yang
ditetapkan AAIDD tersebut maka individu dikatakan mengalami ID apabila
memenuhi tiga kriteria kelemahan, yakni rendahnya fungsi kecerdasan dan
perilaku adaptif, serta terjadi sebelum usia 18 tahun.
Keterbatasan intelektual pada individu dengan ID berdampak pada
layanan pendidikan yang diberikan, dimana harus ada penyesuian isi
kurikulum dengan kebutuhan individu dengan ID. Hal tersebut sesuai tujuan
pendidikan bagi individu dengan ID yaitu untuk mengembangkan potensinya
secara optimal agar ia dapat mandiri dan menyesuaikan diri dengan
lingkungannya (Alimin, 2010, hlm. 53). Bentuk layanan pendidikan untuk
mewujudkan tujuan pendidikan tersebut adalah dengan mempertimbangkan
2
Pertimbangan tersebut penting dalam melayani individu dengan ID
karena apabila tidak, mereka cenderung mengalami banyak kegagalan dan
frustasi yang berpengaruh terhadap perkembangan kepribadian (Alimin, 2010,
hlm. 57). Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Mortweet et al. 1999,
Stancliffe et al. 2002 (Russell et al. 2004, hlm. 383) yang melaporkan bahwa
hambatan pada perilaku adaptif dapat menyebabkan kekhawatiran berlebih
dari masyarakat akan definisi yang sebenarnya dari individu dengan ID
sehingga terjadi keterbatasan dalam pengaturan di pendidikan umum. Oleh
karena itu, perlu adanya proses pembelajaran yang mempertimbangkan
hambatan belajar, hambatan perkembangan, dan kebutuhan individual dari
individu dengan ID. Data untuk merencanakan proses pembelajaran tersebut
hanya dapat diperoleh melalui proses asesmen.
Salah satu asesmen yang diperlukan untuk mempertimbangkan proses
pembelajaran individu dengan ID adalah asesmen perkembangan perilaku
adaptif. Alimin (2010, hlm. 62) menjelaskan bahwa:
Perilaku adaptif merupakan salah satu aspek dari asesmen horizontal dimana data hasil asesmen inilah yang dijadikan dasar dalam menentukan bahan ajar untuk disesuaikan dengan kebutuhan individu dengan ID.
Secara formal, terdapat beberapa instrumen asesmen perilaku adaptif
yang telah dikembangkan. Overton (2012, hlm. 344-345) menyebutkan ada
empat pedoman asesmen perilaku adaptif formal, yaitu Vineland-II, Vineland
Adaptive Behavior-Expanded Form, AAMR-Adaptive Behavior Scale-2, dan
Adaptive Behavior Assesment System. Masing-masing asesmen perilaku
adaptif tersebut memiliki domain perilaku adaptif yang berbeda, dimana
didalamnya terdapat kelebihan dan kekurangannya masing-masing.
Hasil penelitian Aricak dan Oakland (2010, hlm. 579) mengenai
penggunaan asesmen formal perilaku adaptif tersebut menyatakan bahwa
penelitian menggunakan ABAS-II telah memberikan dukungan kuat untuk
model satu keterampilan adaptif yang ditetapkan AAIDD tahun 1992 dan
memberikan dukungan lemah untuk tiga domain yang telah ditetapkan
3
perilaku adaptif tersebut juga terjadi di Indonesia, khususnya di beberapa
sekolah maupun lembaga yang melayani individu ID. Hal ini dapat dilihat dari
hasil studi pendahuluan yang dilakukan peneliti dengan menggunakan teknik
pengumpulan data berupa wawancara.
Hasil wawancara yang dilakukan peneliti dengan beberapa guru dan
pengurus di yayasan yang khusus menangani individu dengan ID menemukan
berbagai permasalahan terkait instrumen asesmen perilaku adaptif.
Permasalahan tersebut diantaranya, yaitu pertama, baik sekolah maupun
yayasan yang menangani individu dengan ID belum menggunakan ataupun
memiliki instrumen asesmen perilaku adaptif individu dengan ID. Hal ini
dibuktikan dari hasil wawancara yang dilakukan dengan pengasuh asrama
yang menyatakan bahwa saat ini pelaksanaan asesmen belum menggunakan
instrumen asesmen tertulis. Asesmen dilakukan dengan melihat perilaku anak
tanpa ada pedoman tertulis. Sedangkan di sekolah, beberapa guru sudah
menggunakan instrumen asesmen tertulis tetapi belum mengetahui jika
pencatatan yang dilakukan merupakan bagian dari perilaku adaptif.
Kedua, terbatasnya pengetahuan guru tentang perilaku adaptif.
Berdasarkan hasil wawancara diperoleh data bahwa layanan perilaku adaptif
anak diartikan sebagai layanan keterampilan menolong diri sehingga fokus
pengembangan perilaku adaptif terbatas pada aspek keterampilan menolong
diri. Ketiga, instrumen asesmen formal yang ada sangat terbatas dan masih
dalam bentuk bahasa Inggris. Hasil wawancara menyebutkan bahwa guru dan
pengurus kesulitan dalam menemukan instrumen asesmen formal tersebut.
Mereka juga enggan mencari karena instrumen asesmen dalam bentuk bahasa
Inggris sehingga mereka merasa kesulitan untuk memahaminya. Selain itu,
instrumen asesmen perilaku adaptif yang disusun di luar negeri juga belum
tentu adaptif apabila digunakan di Indonesia dengan latar budaya yang jelas
berbeda.
Adanya permasalahan terkait penggunaan instrumen asesmen perilaku
adaptif dalam mengembangkan perilaku adaptif individu dengan ID tersebut
4
satu kebutuhan belajar individu dengan ID yang harus mempertimbangkan
hambatan perkembangan anak tidak terpenuhi. Oleh karena itu perlu upaya
untuk memenuhi prasyarat tersebut, salah satunya dengan melakukan asesmen
informal. Soendari & Nani (2011, hlm. 16) menyebutkan bahwa asesmen
informal merupakan cara terbaik untuk memperoleh informasi tentang anak
berkebutuhan khusus.
Penelitian ini akan mengembangkan instrumen asesmen perilaku
adaptif bagi remaja dengan ID. Batasan pada masa perkembangan dalam
penyusunan instrumen asesmen ini dilakukan berdasar pada faktor-faktor yang
menjadi pertimbangan dalam asesmen perilaku adaptif yang diungkapkan
Duffy. Menurut Duffy (2007, hlm. 283), terdapat sembilan faktor yang perlu
diperhatikan dalam asesmen perilaku adaptif yaitu ketersediaan alat ukur,
pertimbangan kontekstual, budaya, lingkungan, usia, keterbatasan fisik,
keterampilan yang diperoleh versus keterampilan yang ditunjukkan, sumber
informasi, dan metode lain dalam asesmen. Oleh karena itu, penting untuk
memperhatikan batasan usia dalam pengembangan instrumen asesmen
perilaku adaptif, dalam penelitian ini dibatasi pada usia remaja.
Pengembangan instrumen asesmen perilaku adaptif bagi individu
dengan ID difokuskan pada perkembangan remaja dengan beberapa
pertimbangan, salah satunya tugas perkembangan remaja. Hasil studi
pendahulan di lapangan ditemukan permasalahan remaja dengan ID
diantaranya yaitu sikap penolakan masyarakat. Hasil ini diperoleh dari
wawancara dengan salah satu orangtua remaja dengan ID yang menyatakan
bahwa sampai saat ini masyarakat masih melakukan penolakan terhadap
kondisi anaknya. Penolakan yang dilakukan berupa sering mengolok-olok dan
meniru gaya bicara anaknya yang masih cadal. Selain itu, anak juga tidak
dilibatkan dalam kegiatan karang taruna sehingga anak jarang dan bahkan
hampir tidak pernah bergabung dalam kegiatan remaja di kampungnya.
Kondisi anak yang sudah beranjak remaja dan belum terlibat dalam kegiatan
5
seorang remaja harusnya sudah banyak terlibat dalam berbagai kegiatan
masyarakat.
Peran serta remaja yang mulai dituntut di masyarakat ini sesuai dengan
tugas-tugas remaja yang dikemukakan Monks & Knoers. Menurut Monks &
Knoers (2006, hlm. 322) pada periode ini, keadaan fisik dan sekolah sudah
tidak merupakan pusat perhatian lagi, sehingga permasalahan pekerjaan dan
kehidupan bermasyarakat merupakan tugas-tugas sentral yang mendapat
perhatian khusus. Tugas-tugas tersebut hanya dipakai sebagai pemicu agar
orangtua dan lingkungan membantu seoptimal mungkin sehingga individu
dengan ID dapat melampaui setiap periode perkembangan dengan alami
sesuai keterbatasannya, dan mereka dapat hidup layak, bahagia, dapat diterima
lingkungan tanpa tekanan, serta dapat mencapai prestasi sesuai potensinya.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah :
Instrumen asesmen perilaku adaptif yang bagaimana yang fungsional bagi
remaja dengan ID?
C. Pertanyaan Penelitian
Terkait dengan rumusan masalah dalam penelitian ini, dirumuskan
pertanyaan penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimana upaya yang dilakukan guru untuk mengetahui perilaku adaptif
remaja dengan ID di sekolah dan lembaga lain yang melayani individu
dengan ID saat ini?
2. Indikator apa saja yang fungsional untuk merumuskan instrumen asesmen
perilaku adaptif bagi remaja dengan ID?
3. Apakah instrumen asesmen perilaku adaptif dapat mengungkap perilaku
6
D. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah:
Mengembangkan instrumen asesmen perilaku adaptif yang fungsional bagi
remaja dengan ID.
E. Manfaat Penelitian
Manfaat teoritis, penelitian ini diharapkan memberikan urunan dalam
memperkaya khasanah model pengembangan instrumen asesmen perilaku
adaptif remaja dengan ID.
Manfaat praktis, sekolah yang melayani individu dengan ID dapat
mempertimbangkan hasil penelitian ini sebagai media untuk melakukan
asesmen perilaku adaptif remaja dengan ID yang belum terasesmen. Hasil
penelitian juga dapat dijadikan rujukan bagi guru atau praktisi yang ingin
mengembangkan instrumen asesmen perilaku adaptif sesuai kondisi dan
kebutuhan di sekolah. Selain itu, hasil asesmen juga dapat dipertimbangkan
BAB III
METODE PENELITIAN
Tujuan utama penelitian ini adalah mengembangkan instrumen
asesmen perilaku adaptif yang fungsional bagi remaja dengan ID. Mengingat
tujuan penelitian yang ingin dicapai, penelitian ini memerlukan dua tahap
penelitian. Tahap dalam penelitian ini dilakukan secara hirarkis. Maksudnya,
pelaksanaan tahapan dalam penelitian yang satu akan mempengaruhi tahap
penelitian selanjutnya dalam rangka mencapai tujuan utama penelitian.
Secara garis besar, kedua tahapan penelitian ini menggunakan
pendekatan penelitian kualitatif. Tohirin (2012, hlm. 3) mengemukakan
bahwa:
Penelitian kualitatif merupakan suatu penelitian yang bermaksud memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada suatu konteks khusus yang alamiah serta dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.
Masing-masing tahapan dalam penelitian memiliki subjek dan teknik
pengumpulan data yang berbeda. Teknik analisis data pada kedua tahapan
menggunakan teknik analisis data yang dikembangkan oleh Miles dan
Huberman yang terdiri dari tiga tahapan yaitu reduksi data, penyajian data,
dan penarikan konklusi dan verifikasi. Adapun bagan prosedur penelitian yang
25
Bagan 3.1 Prosedur Penelitian
Masing-masing tahapan dalam penelitian tersebut akan dijelaskan sebagai berikut:
A. Tahap I (Perumusan Instrumen)
Tahapan pertama penelitian ini adalah perumusan instrumen asesmen
perilaku adaptif. Tahap ini diawali dengan melakukan studi literatur dan studi
26
perilaku adaptif, sementara studi lapangan diperlukan untuk mengetahui
upaya-upaya yang dilakukan guru, pengasuh asrama, dan orang tua untuk
mengetahui dan mengembangkan perilaku adaptif remaja dengan ID.
Hasil studi literatur dan studi lapangan kemudian dianalisis untuk
dijadikan dasar pengembangan draf instrumen asesmen. Draf instrumen yang
telah disusun kemudian diujikan untuk melihat komponen isi, konstruk, dan
rasionalisme instrumen dengan menggunakan teknik delphie. Hasil akhir pada
tahap ini berupa draf instrumen yang sudah divalidasi. Adapun subjek
penelitian, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data pada tahap ini
akan dijelaskan sebagai berikut:
1. Subjek Penelitian
Subjek penelitian pada tahap ini terbagi menjadi dua, yaitu:
a. Studi lapangan
Dalam studi lapangan ini terdapat lima subjek penelitian yang terdiri
dari: 1 guru di SLB WM dan 1 guru di SLB ST, 1 pengasuh asrama di
Yayasan LSPPAG, dan 2 orang tua dari remaja dengan ID.
b. Uji delphie
Penilaian dengan teknik Delphi ini dilakukan pada 3 dosen
pendidikan khusus yang mengambil konsentrasi pendidikan bagi
individu dengan ID serta 2 guru SLB yang berpengalaman menangani
individu dengan ID kurang lebih selama 10 tahun.
2. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan pada tahap perumusan
instrumen ini terbagi menjadi tiga, yaitu:
a. Studi literatur
Teknik yang digunakan adalah studi literatur yaitu dengan
mengkaji pustaka dari beberapa ahli yang membahas tentang asesmen
dan perilaku adaptif bagi individu dengan ID. Tujuan utama
dilakukannya studi literatur adalah mendapatkan konsep dasar dari
27
b. Studi lapangan
Teknik pengumpulan data pada studi lapangan menggunakan
dua cara, yaitu wawancara dan dokumentasi. Jenis wawancara yang
digunakan adalah wawancara semiterstruktur dengan merekam
wawancara dan menuliskannya.
Wawancara ini dikonstruksi untuk memperoleh data tentang
upaya-upaya yang dilakukan guru, pengasuh asrama, dan orang tua
dalam merencanakan, mengembangkan, dan mengevaluasi perilaku
adaptif individu dengan ID. Dokumentasi diperlukan untuk melihat
instrumen yang selama ini digunakan guru untuk merencanakan,
mengembangkan, dan mengevaluasi perilaku adaptif remaja dengan
28
Tabel 3.1
Kisi-kisi Wawancara Awal
No. Aspek
Wawancara
Indikator No.
Item
I. Perencanaaan Pengembangan Perilaku Adaptif
A. Pedoman yang digunakan untuk menggali data kemampuan perilaku adaptif remaja dengan ID.
1
B. Aspek perilaku adaptif yang dikembangakan (aspek keterampilan menolong diri,
keterampilan sosial, keterampilan komunikasi, keterampilan vokasional, keterampilan
akademik fungsional).
2-6
C. Permasalahan yang dialami dalam
merencanakan program pengembangan perilaku adaptif bagi remaja dengan ID.
7
II. Pelaksanaan Pengembangan Perilaku Adaptif
A. Setting pengembangan perilaku adaptif bagi remaja dengan ID.
8
B. Metodeyang digunakan untuk mengembangkan perilaku adaptif bagi remaja dengan ID.
9
C. Permasalahanyang dihadapi selama
melaksanakan pengembangan perilaku adaptif bagi remaja dengan ID.
10
III. Evaluasi Pelaksanaan Pengembangan Perilaku Adaptif
A. Media yang digunakan untuk melakukan evaluasi pelaksanaan pengembangan perilakuadaptif bagi remaja dengan ID.
11
B. Permasalahan yang dihadapi dalam mengevaluasi pelaksanaan pengembangan perilakuadaptif bagi remaja dengan ID.
12
c. Teknik Delphie
Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah kuisioner.
Teknik delphie dilakukan dengan memberikan draf instrumen kepada
dosen maupun guru yang menjadi subjek penelitian dalam bentuk
kuisioner, kemudian peneliti melakukan diskusi secara langsung guna
mengkonfirmasi saran yang diberikan. Kuisioner kelayakan instrumen
asesmen disusun dalam rangka memperoleh data dari ahli pendidikan
khusus dan dari guru untuk menganalisis kelayakan isi, praktis, dan
rasional instrumen yang disusun.
Data ini diperlukan dalam rangka pengembangan draf
29
layak uji. Kuisioner ini dirancang dalam bentuk pertanyaan dengan
tiga skala penilaian yaitu: ya, belum, dan tidak. Masing-masing aspek
diberi kolom tanggapan sebagai saran dan kritik untuk perbaikan
instrumen.
3. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan pada tahap ini menggunakan
kerangka yang dikembangkan oleh Miles dan Huberman baik untuk studi
literature, studi lapangan, maupun teknik delphie. Teknik analisis yang
dikembangkan oleh Miles dan Huberman (Basrowi & Suwandi, 2008, hlm.
209-210) terdiri dari tiga fase, yaitu reduksi data (data reduction),
penyajian data (data display), dan penarikan konklusi dan verifikasi.
Reduksi data adalah proses menyeleksi, memfokuskan,
menyederhanakan, mengabstraksikan, dan mentransformasikan data yang
tercantum dalam hasil wawancara. Reduksi data ini tidak hanya
dimaksudkan agar data menjadi padat sehingga mudah dikelola, tetapi juga
agar lebih mudah dipahami dari perspektif masalah yang dibahas.
Penyajian data adalah menentukan bagaimana data itu akan
disajikan. Sajian data ini menampilkan rakitan informasi yang padat dan
terorganisasi untuk memudahkan penarikan konklusi. Sajian data tersebut
dimaksudkan untuk mempermudah analis membuat ekstrapolasi dari data
karena dengan sajian ini analis dapat dengan lebih cepat melihat adanya
pola-pola dan hubungan-hubungan yang sistematik.
B. Tahap II (Uji Coba Instrumen)
Tahap kedua dalam penelitian ini adalah uji coba instrumen yang
sudah divalidasi. Uji coba ini diawali dengan melakukan desiminasi instrumen
pada guru dengan cara diskusi. Desiminasi ini penting untuk mengetahui
seberapa siap guru menggunakan instrumen tersebut dilihat dari pemahaman
guru terhadap panduan asesmen, prosedur asesmen, instrumen asesmen, serta
30
menggunakan instrumen diperlukan untuk menghindari adanya kesalahan uji
coba.
Setelah guru dianggap mumpuni untuk menggunakan instrumen
tersebut, kemudian guru diminta menggunakan instrumen tersebut untuk
mengasesmen perilaku adaptif individu dengan ID. Tahap ini diakhiri dengan
melakukan analisis hasil ujicoba instrumen guna menganalisis fungsionalnya
instrumen dilihat dari aspek nilai praktis, kebermanfaatan, dan konten isi dari
instrumen asesmen perilaku adaptif yang dikembangkan. Adapun subjek
penelitian, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data pada tahap ini
adalah sebagai berikut:
1. Subjek Penelitian
Subjek penelitian pada tahap ini adalah lima guru yang terdiri dari
dua guru di SLB WM dan dua guru di SLB ST, serta 24 remaja dengan ID.
Guru terlibat dalam semua langkah pada tahap ini, sementara siswa hanya
menjadi subjek pada langkah uji coba instrumen.
2. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data pada tahap ini terdiri dari tiga teknik
yang disesuaikan dengan setiap langkah pada tahapan ini. Adapun teknik
pengumpulan data di setiap langkahnya adalah sebagai berikut :
a. Desiminasi instrumen
Teknik yang digunakan adalah diskusi. Diskusi digunakan
untuk mengungkap pemahaman guru terhadap panduan asesmen,
prosedur asesmen, instrumen asesmen, serta analisis dan interpretasi
data hasil asesmen. Sebelum diskusi dimulai, sebelumnya guru
diberikan draf instrumen yang akan didiskusikan. Draf instrumen ini
diberikan tiga hari sebelum dilakukan diskusi. Harapannya, guru akan
mempelajari terlebih dahulu draf instrumen yang akan didiskusikan
sehingga guru mempunyai pengetahuan awal sebelum diskusi. Adapun
31
Tabel 3.2
Fokus Diskusi Desiminasi Guru
No. Fokus Diskusi
1. Pemahaman guru terhadap panduan asesmen 2. Pemahaman guru terhadap prosedur asesmen 3. Pemahaman guru terhadap instrumen asesmen
4. Pemahaman guru terhadap analisis dan interpretasi data
b. Uji coba instrumen
Teknik yang digunakan adalah kuisioner. Kuisioner ini berupa
instrumen asesmen yang siap diterapkan.
c. Hasil uji coba
Teknik yang digunakan adalah wawancara dan dokumentasi.
Wawancara digunakan untuk menggali data akan fungsionalnya
instrumen asesmen dilihat dari nilai praktis, kebermanfaatan, dan
konten isi. Dokumentasi untuk melihat hasil asesmen yang telah
dilakukan. Adapun kisi-kisi wawancara analisis hasil ujicoba adalah
sebagai berikut:
Tabel 3.3
Kisi-kisi Wawancara Hasil Ujicoba
No. Aspek
Wawancara
Indikator No.
Item
I. Nilai praktis A. Kemudahan memahami panduan asesmen.
1
B. Kemudahan memahami prosedur asesmen.
2
C. Kemudahan dalam mengolah data hasil asesmen.
3
D. Kemudahan dalam menginterpretasi data hasil asesmen.
4
II. Kebermanfaatan A. Kebermanfaatan hasil terhadap penyusunan program dalam rangka intervensi.
5
B. Kebermanfaatan dalam menyusun profil anak.
6
III. Konten isi dari asesmen
perilaku adaptif
A. Kesesuaian antara teori perilaku adaptif dengan instrumen asesmen perilaku adaptif yang dikembangkan
32
3. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan pada tahap ini menggunakan
kerangka yang dikembangkan oleh Miles dan Huberman baik untuk
desiminasi instrumen dan analisis hasil uji coba. Teknik analisis yang
dikembangkan oleh Miles dan Huberman (Basrowi & Suwandi, 2008, hlm.
209-210) terdiri dari tiga fase, yaitu reduksi data (data reduction),
Daftar Pustaka
AAIDD. (2013). Definition of intellectual disability. (Online). Tersedia di: http://aaidd.org/intellectual-disability/definition#.VHY6QqJgdmo. Diakses 20 November 2014.
AAIDD. (2013). Definition of intellectual disability. (Online). Tersedia di:
http://aaidd.org/intellectual-disability/diagnostic-adaptive-behavior-scale#.U5XMl3bNIgM. 20 November 2014.
Alimin, Z. (2010a). Orientasi ulang pendidikan anak tunagrahita. Dalam Dharta Ranu Wijaya, dkk (Penyunting), Praktik-praktik terbaik pendidikan untuk semua: isu-isu pendidikan khusus di Indonesia dan Malaysia (hlm. 53-65).
Bandung: Rizqi Press.
Alimin, Z. (2013b). Anak Berkebutuhan Khusus. Dalam Astati, dkk (Penyunting),
Pendidikan anak berkebutuhan khusus (hlm. 24-33). Bandung: PKh UPI.
Aricak, O.T., and Oakland, T. (2010). Multigroup confirmatory factor analysis for the teacher form, age 5 to 21, of the Adaptive Behaviour Assessment System-II. Sage Publication. Journal of Psychoeducational Assessment,28(6), hlm. 578-584.
Astati. (2013). Anak dengan Hambatan Perkembangan. Dalam Astati, dkk (Penyunting), Pendidikan anak berkebutuhan khusus (hlm. 89-106).
Bandung: PKh UPI.
Berk, L.E. (2003). Child development. Boston: Pearson.
Basrowi & Suwandi. (2008). Memahai Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rineka Cipta.
Duffy and Borthwick, S.A. (2007). Adaptive Behavior. Dalam Jacobson, J.W., Mulick, J.A., and Rojahn, J. (Penyunting). Handbook of Intellectual and Developmental Disabilities. New York: Springer.
Gunzburg, H.C. (1975). Social Competence and Mental Handicap. London: Bailliere and Tindall.
Hassiontis, A., et al. (2011). Applied Behaviour Analysis and Standar Treatment in Intellectual Disability: 2-years outcomes. British Journal of Psychiatry 198,
hlm. 490-491.
Johnsen, B.H. (2004). Kurikulum untuk Pluralitas Kebutuhan Belajar Individual.
Didi Tarsidi (Penyunting). Pendidikan kebutuhan khusus, sebuah pengantar
177
Kemenpan. (2011). Peraturan menteri negara pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak republik Indonesia nomor 10 tahun 2011 tentang
kebijakan penanganan anak berkebutuhan khusus. Tersedia di:
http://www.kemenpppa.go.id/v3/index.php/peraturan-perundang- undangan/peraturan-menteri?download=66%3Apermen-no-10-th-2011-ttg-kebijakan-penanganan-abk-. Diakses 20 November 2014.
Kirk, S. et al. (2009). Educating exceptional children. New York: Houghton Mifflin Harcourt Publishing Company.
Monks, F.J. & Knoers, A.M.P. (2006). Psikologi perkembangan, pengantar dalam berbagai bagian. Siti Rahayu Haditono (Penyunting). Yogyakarta: UGM Press.
Overton, T. (2012). Assessing learners with special needs. Boston: Pearson.
Purwandari. (2005). Perkembangan Peserta Didik. Yogyakarta: FIP UNY.
Russell, P.S.S., et al. (2004). Family intervention and acquisition of adaptive behaviour among intellectual disable children. Sage Publication. Journal of Learning Disabilities, 8(4), hlm. 383-395.
Suntrok, J.W. (2007). Remaja. Jakarta: Erlangga.
Smith, D.D., & Tyler, N.C. (2010). Introduction to special education. Canada: Pearson.
Smith, M.B., Ittenbach, R.F., Patton, J.R. (2002). Mental retardation. Ohio: Merrill Prentice Hall.
Soendari, T. (2011). Model bimbingan dan konseling kolaboratif dalam pengembangan perilaku adaptif anak intellectual disability ringan di sekolah dasar. Disertasi. Sekolah Pascasarjana: UPI.
Soendari, T. & Nani, E. (2011). Asesmen dalam pendidikan anak berkebutuhan khusus. Bandung: Amanah Offset.
Sunardi & Sunaryo. (2007). Intervensi Dini Anak Berkebutuhan Khusus. Jakarta: Depdiknas.
Tasse´, M.J., et al. (2012). The construc of adaptive behavior: Its conceptualizon, measurement, and use in the field of intellectual disability. AAIDD. American Journal on Intellectual and Developmental Disabilities, 117 (4),
hlm. 291-303.
178