• Tidak ada hasil yang ditemukan

Optimasi cetyl alcohol sebagai emulsifying agent serta carbopol sebagai gelling agent dalam sediaan emulgel gel lidah buaya (Aloe barbadensis Mill.) dengan aplikasi desain faktorial.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Optimasi cetyl alcohol sebagai emulsifying agent serta carbopol sebagai gelling agent dalam sediaan emulgel gel lidah buaya (Aloe barbadensis Mill.) dengan aplikasi desain faktorial."

Copied!
102
0
0

Teks penuh

(1)

OPTIMASI CETYL ALCOHOL SEBAGAI EMULSIFYING AGENT SERTA CARBOPOL SEBAGAI GELLING AGENT DALAM SEDIAAN EMULGEL GEL LIDAH BUAYA (Aloe barbadensis Mill.) DENGAN APLIKASI DESAIN

FAKTORIAL

Disusun Oleh : Malvin Choco / 128114088

INTISARI

Penelitian ini bertujuan untuk melakukan optimasi bentuk sediaan emulgel gel Aloe barbadensis yang memiliki komponen yaitu aloin yang berfungsi sebagai sunscreen

dengan cara mengetahui faktor yang berpengaruh signifikan di antara emulsifying agents

yaitu cetyl alcohol dan gelling agent yaitu carbopol serta interaksi kedua agent tersebut dalam menentukan stabilitas fisik (pergeseran viskositas) dan sifat fisik (daya sebar dan viskositas) serta untuk mendapatkan komposisi yang optimal sehingga diperoleh emulgel dengan stabilitas fisik dan sifat fisik yang diharapkan.

Penelitian menggunakan aplikasi desain faktorial dua faktor dua level yaitu cetyl alcohol dan carbopol pada dua level yaitu level tinggi dan level rendah. Sifat dan stabilitas fisik dievaluasi seperti organoleptis, uji pH, uji viskositas, tipe emulsi, dan daya sebar sediaan secara freeze-thaw. Viskositas dengan rentang 200- 250 dPa.s dan daya sebar dengan rentang 3-5 cm dianalisis secara statistik dengan Software Design Expert 9.0.6

dengan taraf kepercayaan 95 % untuk mendapat efek dan area optimum cetyl alcohol dan carbopol. R studio digunakan untuk mengetahui kestabilan sediaan.

Hasil penelitian menunjukan carbopol memiliki efek yang berpengaruh terhadap viskositas dan daya sebar. Area optimum cetyl alcohol dan carbopol dapat ditemukan.

(2)

ABSTRACT

The purpose of the research is to optimize emulgel of Aloe barbadensis gel for the use of sunscreen to understand which factors were effectively significants between cetyl alcohol as emulsifying agent, carbopol as gelling agent and the interaction of both agents in order to determine desireable physics and characteristic stability of Aloe barbadensis

emulgel.

The study was performed with design factorial method of 2 factor with 2 level (22) where cetyl alcohol and carbopol were on 2 level, high level and low level. Characteristic and physical stability were evaluated such as organoleptis, pH test, viscosity test, emulsion type, and spreadability dosage form using freeze-thaw cycle. Range of viscosity 200-350 dPa.s and range of spreadability 3-5 cm were analysed statistically using Design Expert 9.0.6 with confidence interval at 95% to gain the optimum area and effect of cetyl alcohol and carbopol. Rstudio was also used to indicate the stability of emulgel form.

The result shows carbopol has significant effect on both viscosity and spreadability of emulgel form. The optimum area of cetyl alcohol and carbopol can be found.

Keyword : cetyl alcohol, design faktorial, emulgel, Aloe barbadensis gel

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(3)

OPTIMASI CETYL ALCOHOL SEBAGAI EMULSIFYING AGENT SERTA CARBOPOL SEBAGAI GELLING AGENT DALAM SEDIAAN EMULGEL

GEL LIDAH BUAYA (Aloe barbadensis Mill.) DENGAN APLIKASI DESAIN FAKTORIAL

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm)

Program Studi Farmasi

Diajukan oleh: Malvin Choco NIM : 128114088

FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2016

(4)

ii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(5)
(6)

HALAMAN PERSEMBAHAN

“And, behold, I come quickly and my reward is with me, to give every man

according as his work shall be”

- Revelation 22 : 12-

“ Be grateful for what you have, and you will end up having more. If you

concentrate on what you don’t have, you will never, ever have enough”

-Oprah Winfrey-

“All great movements are popular movements. They are the volcanic eruptions of

human passions and emotions, stirred into activity by the ruthless Goddess of

Distress or by the torch of the spoken word cast into the midst of the people”

- Adolf Hitler-

I dedicated my little masterpiece to,

My Mighty God, the one and only Lord i worship for all eternity

Mom and Dad, I thank deeply for both of you that always support me through

your love, tolerance, and in any way you would try to always believe in me

My Only Brother, Kevin Choco

My 2012’s batch and Almamater, Sanata Dharma University

iv

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(7)
(8)

vi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(9)

PRAKATA

Puji Syukur kepada Tuhan yang Maha Kuasa atas berkat dan karunia-Nya yang telah diberikan kepada penulis sehingga mampu menyelesaikan skripsi dengan judul “Optimasi Cetyl Alcohol sebagai Emulsifying Agent serta Carbopol

sebagai Gelling Agent dalam Sediaan Emulgel Gel Aloe barbadensis (Aloe barbadensis) dengan Aplikasi Desain Faktorial” dengan baik. Skripsi ini disusun

sebagai syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Farmasi.

Dalam proses penyusunannya, penulis mengalami kesulitan dan rintangan yang tidak sedikit selama penyelesaian skripsi ini. Namun rintangan tersebut dapat dilalui karena dukungan dari berbagai pihak berupa doa, kritik, saran, dan semangat yang telah dituangkan dalam diri penulis. Oleh karena itu, dengan rasa syukur, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Kedua orang tua atas kasih sayang, perhatian, motivasi, harapan, saran, dan semangat, serta kepercayaan yang telah diberikan kepada penulis.

2. Aris Widayati, M.Si., Apt., Ph.D., selaku dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma

3. Septimawanto Dwi P. M.Si., S.Farm., Apt. selaku dosen pembimbing dan penguji yang dengan sabar telah memberikan bimbingan, diskusi, arahan, saran, dan dukungan kepada penulis selama penyusunan proposal, penelitian, dan penyusunan laporan akhir.

4. Dr. Erna Tri Wulandari, M.Si., Apt dan Wahyuning Setyani, M.Sc., Apt. atas waktu yang telah diluangkan untuk menguji, serta arahan, kritik, dan saran terhadap penulis.

(10)

5. Pak Musrifin, Pak Bimo, Pak Agung dan laboran laboran lain atas bantuan yang diberikan selama penelitian dan menempuh perkuliahan.

6. Lucia Effelin Cindya Diniayu dan Diah Fani Gita Sri Utami selaku teman satu tim atas kekompakan, canda tawa, suka duka, dukungan, dan semangat untuk melewati kesulitan bersama sama.

7. Ineke Andrayani atas dukungan, motivasi, inspirasi, semangat, kesabaran, pengertian, doa yang diberikan kepada penulis.

8. Sahabat sahabat penulis : Pho Vania Wirawan, Ira Felisia, Felicia Inesa, Andita Prastiti, Nanda Ayu Sari Pujiningtyas, Stepani Elsa, Johan Setiawan, Stephanie Irmina Rouli Marini Munthe, Ridho Egan John Purba, Jessica Sutjiadi, Velycia Hanna Maria Silalahi, Ira Yoshida atas semangat dan dukungan yang telah diberikan kepada penulis.

9. Kevin Choco, Andreas Sukarsa, Jessica Sukarsa, Jonathan Effendi, Livia Effendi, dan keluarga Kwok yang senantiasa menyemangati dan mendoakan selalu terhadap kelancaran penyusunan skripsi oleh penulis.

10. Putri, Dika, Josse, Yosef, David, Celly, Bertha, dan teman teman kost Griya Kanna atas doa, dukungan, kebersamaan, keceriaan, penghiburan selama ini, serta kesediaan untuk selalu direpotkan.

11. Teman teman angkatan 2012 Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta atas kebersamaan selama proses perkuliahan.

12. Seluruh pihak yang telah membantu selama proses penelitian ini yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

viii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(11)

Penulis menyadari bahwa adanya keterbatasan selama penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari semua pihak. Semoga laporan skripsi ini berguna bagi semua pihak dalam bidang akademik, terutama dalam bidang farmasi.

Yogyakarta, 5 Januari 2016

Penulis

(12)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vi

PRAKATA ... vii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

INTISARI ... xvii

ABSTRACT ... xviii

BAB I. PENGANTAR ... 1

A. Latar Belakang ... 1

1. Perumusan Masalah ... 5

2. Keaslian Penelitian ... 6

3. Manfaat Penelitian ... 6

B. Tujuan Penelitian ... 7

1. Tujuan Umum ... 7

2. Tujuan Khusus ... 7

BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA ... 8

A. Lidah Buaya ... 8

x

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(13)

C. Sinar Ultraviolet dan Sunscreen ... 11

D. Emulgel ... 12

E. Desain Faktorial ... 13

F. Uji Sifat Fisik ... 14

1. Viskositas ... 14

2. Daya Sebar ... 14

G. Freeze-thaw Cycle ... 15

H. Monografi Bahan Baku ... 15

1. Emulsifying agent ... 15

2. Gelling agent ... 18

3. Parafin ... 19

4. Propilen Glikol ... 20

5. Metil Paraben ... 21

6. Propil Paraben ... 22

7. Triethanolamine ... 23

I. Landasan Teori ... 23

J. Hipotesis ... 25

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ... 26

A. Jenis dan Rancangan Penelitian ... 26

B. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 26

1. Variabel Penelitian ... 26

2. Definisi Operasional ... 27

(14)

C. Bahan Penelitian ... 29

D. Alat Penelitian ... 29

E. Tata Cara Penelitian ... 29

1. Gel Aloe barbadensis ... 29

2. Formula Emulgel Gel Aloe barbadensis ... 29

3. Pembuatan Emulgel Gel Aloe barbadensis ... 30

4. Evaluasi Sediaan Emulgel ... 31

F. Optimasi dan Analisis Data... 33

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 35

A. Identifikasi Aloebarbadensis... 35

B. Formulasi Emulgel Gel Aloebarbadensis ... 35

C. Pembuatan Emulgel Gel Aloebarbadensis ... 38

D. Evaluasi Sediaan Emulgel ... 39

1. Uji Sifat Fisik Emulgel ... 42

2. Uji Tipe Emulsi ... 42

3. Uji pH ... 43

4. Uji Viskositas ... 44

5. Uji Daya Sebar ... 50

6. Optimasi Formula ... 52

E. Uji Stabilitas Emulgel Gel Aloe barbadensis Selama Freeze Thaw Cycle ... 54

1. Stabilitas Organoleptis ... 55

2. Pergeseran Viskositas ... 55

xii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(15)

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN... 58

A. Kesimpulan ... 58

B. Saran ... 58

DAFTAR PUSTAKA ... 59

LAMPIRAN ... 63

BIOGRAFI PENULIS ... 85

(16)

DAFTAR TABEL

Tabel I. Rancangan penelitian desain faktorial ... 14

Tabel II. Aktifitas dan nilai HLB surfaktan ... 18

Tabel III. Formula basis emulgel 100g ... 29

Tabel IV. Formula emulgel gel Aloe barbadensis ... 30

Tabel V. Uji pH emulgel gel Aloe barbadensis ... 41

Tabel VI. Hasil uji viskositas emulgel gel Aloe barbadensis ... 43

TabelVII. Nilai efek cetyl alcohol, carbopol, dan interkasinya terhadap respon viskositas ... 44

Tabel VIII. Hasil uji daya sebar emulgel gel Aloe barbadensis ... 48

Tabel IX. Respon daya sebar cetyl alcohol, carbopol, dan interaksinya terhadap respon daya sebar ... 49

Tabel X. Hasil validasi countour plot superimposed ... 53

xiv

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(17)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Lidah buaya ... 8

Gambar 2. Struktur cetyl alcohol ... 16

Gambar 3. Struktur tween 80 ... 17

Gambar 4. Struktur carbopol... 19

Gambar 5. Struktur propilen glikol ... 20

Gambar 6. Struktur metil paraben ... 21

Gambar 7. Struktur propil paraben... 22

Gambar 8. Struktur triethanolamine... 23

Gambar 9. Uji tipe emulsi emulgel gel Aloe barbadensis : fase minyak (a) dan fase air (b)... 40

Gambar 10.Grafik hubungan carbopol terhadap viskositas ... 45

Gambar 11.Grafik hubungan cetyl alcohol terhadap viskositas ... 46

Gambar 12.Contour plot viskositas emulgel Aloe barbadensis ... 46

Gambar 13.Grafik hubungan carbopol terhadap daya sebar ... 50

Gambar 14.Grafik hubungan cetyl alcohol terhadap daya sebar ... 51

Gambar 15.Contour plot daya sebar emulgel Aloe barbadensis... 51

Gambar 16.Grafik contour plot superimposed emulgel Aloe barbadensis ... 52

Gambar 17.Grafik kestabilan viskositas emulgel gel Aloe barbadensis ... 56

Gambar 18.Grafik daya sebar emulgel gel Aloe barbadensis ... 57

(18)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Certificate of Analysis Aloe barbadensis Gel ... 66

Lampiran 2. Perhitungan nilai SPF ... 67

Lampiran 3. Emulgel Gel Aloe barbadensis ... 69

Lampiran 4. Data sifat dan stabilitas fisik emulgel gel Aloe barbadensis ... 73

Lampiran 5. Hasil analisis statistik data viskositas dan daya sebar emulgel gel Aloe barbadensis ... 75

Lampiran 6. Hasil analisis statistik data validasi persamaan desain faktorial ... 83

xvi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(19)

INTISARI

Penelitian ini bertujuan untuk melakukan optimasi bentuk sediaan emulgel gel Aloe barbadensis yang memiliki komponen yaitu aloin yang berfungsi sebagai

sunscreen dengan cara mengetahui faktor yang berpengaruh signifikan di antara

emulsifying agents yaitu cetyl alcohol dan gelling agent yaitu carbopol serta interaksi kedua agent tersebut dalam menentukan stabilitas fisik (pergeseran viskositas) dan sifat fisik (daya sebar dan viskositas) serta untuk mendapatkan komposisi yang optimal sehingga diperoleh emulgel dengan stabilitas fisik dan sifat fisik yang diharapkan.

Penelitian menggunakan aplikasi desain faktorial dua faktor dua level yaitu cetyl alcohol dan carbopol pada dua level yaitu level tinggi dan level rendah. Sifat dan stabilitas fisik dievaluasi seperti organoleptis, uji pH, uji viskositas, tipe emulsi, dan daya sebar sediaan secara freeze-thaw. Viskositas dengan rentang 200- 250 dPa.s dan daya sebar dengan rentang 3-5 cm dianalisis secara statistik dengan

Software Design Expert 9.0.6 dengan taraf kepercayaan 95 % untuk mendapat efek dan area optimum cetyl alcohol dan carbopol. R studio digunakan untuk mengetahui kestabilan sediaan.

Hasil penelitian menunjukan carbopol memiliki efek yang berpengaruh terhadap viskositas dan daya sebar. Area optimum cetyl alcohol dan carbopol dapat ditemukan.

Kata kunci: cetyl alcohol, desain faktorial, emulgel, gel Aloe barbadensis

(20)

ABSTRACT

The purpose of the research is to optimize emulgel of Aloe barbadensis gel for the use of sunscreen to understand which factors were effectively significants between cetyl alcohol as emulsifying agent, carbopol as gelling agent and the interaction of both agents in order to determine desireable physics and characteristic stability of Aloe barbadensis emulgel.

The study was performed with design factorial method of 2 factor with 2 level (22) where cetyl alcohol and carbopol were on 2 level, high level and low level. Characteristic and physical stability were evaluated such as organoleptis, pH test, viscosity test, emulsion type, and spreadability dosage form using freeze-thaw cycle. Range of viscosity 200-350 dPa.s and range of spreadability 3-5 cm were analysed statistically using Design Expert 9.0.6 with confidence interval at 95% to gain the optimum area and effect of cetyl alcohol and carbopol. Rstudio was also used to indicate the stability of emulgel form.

The result shows carbopol has significant effect on both viscosity and spreadability of emulgel form. The optimum area of cetyl alcohol and carbopol can be found.

Keyword : cetyl alcohol, design faktorial, emulgel, Aloe barbadensis gel

xviii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(21)

BAB I PENGANTAR

A. Latar Belakang

Salah satu organ terpenting dalam tubuh manusia yaitu organ kulit, dimana organ kulit ini membentuk 15% dari jumlah berat badan keseluruhan. Kulit yang kerap kali terpapar sinar matahari menjadi penyebab/pemicu utama pada kanker kulit serta terjadinya peningkatan produksi melanin yang berperan dalam pewarnaan kulit dari coklat hingga hitam (Setiadi, 2007). Radiasi Ultraviolet (UV) terutama UV B secara eksperimental merupakan sinar yang sangat efektif memicu kanker kulit dan menyebabkan kerusakan DNA yang menyebabkan stimulasi mutasi pada sel epidermis yang mengarah ke pengembangan sel kanker. Radiasi UV telah terbukti sebagai penyebab kerusakan DNA secara langsung dan secara tidak langsung menghasilkan senyawa radikal bebas yaitu Reactive Oxygen Species (ROS) (Ichihashi et al., 2003).

Reactive Oxygen Species (ROS) telah ditunjukkan sebagai pengaktivasi faktor transkripsi yang bertanggung jawab dalam poliferasi sel dan kematian sel secara apoptosis (Ichihashi et al.,2003). ROS termasuk superoksida, radikal anion, radikal hidroksil, dan hydrogen peroxide (H2O2), ikut berperan dalam memicu generasi pada ROS (Hanson et al., 2006). Keberadaan ROS dalam jumlah yang cukup banyak dalam kulit diyakini sebagai penginduksi terjadinya kerusakan sel, penuaan dini, dan kanker kulit (Priani et al., 2014).

(22)

2

Radiasi UV yaitu UV-B jika terpapar oleh kulit, maka akan terjadi absorbsi oleh DNA keratinosit pada kulit, dimana paparan jangka panjang UV-B menyebabkan degradasi sel yang minimal. Di sisi lain, jika degradasi sel berada pada tingkat maksimal dapat menyebabkan kerusakan sel yang permanen, pembengkakan akut, yang ditunjukan sebagai skyn erythema atau sunburn dan diikuti oleh pigmentasi yaitu kemerahan pada kulit (Puvabanditsin P dan Rujirat V, 2005). Oleh karena itu, pada situasi ini membutuhkan zat yang berperan dalam melindungi kulit baik dari paparan radiasi sinar ultraviolet, sintesis melanin maupun oxidative stress-ROS.

Gel Aloe barbadensis akan berperan sebagai sunscreen, dimana sunscreen mengandung UV filters yang berfungsi mengurangi efek karsinogenik dan photo damaging radiasi solar UV (Hanson et al., 2006). Senyawa/zat aktif yang digunakan sebagai sunscreen ini yaitu gel Aloe barbadensis, Aloe barbadensis memiliki komponen utama yaitu aloin (Tian dan Hua, 2004). Senyawa ini digunakan karena khasiatnya sebagai sunscreen (Grindlay dan Reynolds, 1985).

Pengaplikasian pada gel Aloe barbadensis ini dibuat dengan formulasi topikal yang dirancang dengan tujuan penggunaan lokal pada kulit. Berbagai variasi bentuk sediaan formulasi dapat digunakan terkait penggunaan topikal seperti gel, lotion, cream

dan emulgel. Dari variasi yang ada tersebut, gel Aloe barbadensis akan dibuat dalam bentuk sediaan emulgel. Dipilih dalam bentuk emulgel karena gel secara umum merupakan suatu sistem semi-solid yang terdiri dari suatu dispersi yang tersusun dari partikel anorganik atau molekul organik baik ukuran kecil maupun besar dan masing masing diresapi oleh cairan (Ansel, 1989). Gel menjerat sejumlah besar cairan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(23)

encer/hydro alcoholic dalam sebuah jaringan pada partikel koloid padat. Formulasi gel umumnya menyediakan pelepasan obat lebih cepat karena terdiri dari komponen yang mempunyai disolusi lebih baik pada obat dibandingkan pada sediaan salep dan krim. Gel dapat membentuk cross linked network dimana gel menangkap partikel kecil obat dan menyediakan pelepasan obat secara terkendali karena adanya efek muco-adhesive

maka akan memperpanjang masa kontak pengobatan pada kulit (Meenakshi, 2013). Emulsi ialah dispersi yang terdiri dari 2 fase yaitu terdispers yang berbentuk bulatan kecil zat air yang didistribusikan ke seluruh pembawa yang tidak bercampur (Ansel, 1989). Emulsi merupakan sistem pelepasan yang terkendali yang terjerat, dimana partikel obat dalam fase internal melewati fase external menuju kulit dan secara lambat terabsorbsi. Fase internal ini bertindak sebagai tempat penyimpanan obat dan secara perlahan melepas obat menuju fase eksternal yang kemudian menuju kulit. Oleh sebab itu karena emulgel memiliki kedua sifat dari emulsi dan gel maka akan bertindak sebagai sistem pelepasan obat rangkap dua (Ajazuddin et al., 2013). Dengan adanya kelebihan gel serta emulsi, pembuatan sediaan dalam bentuk emulgel akan memberikan keamanan dan kenyamanan dalam sistem penghantaran/pelepasan obat ke kulit yang baik untuk bahan aktif yang ada dalam sediaan ketika akan digunakan pada kulit.

Kestabilan bentuk sediaan baik secara fisik dan stabilitasnya dipengaruhi oleh 2 agen dari tiap sistemnya yaitu emulsifying agent dan gelling agent. Emulsifying agent

(24)

4

permukaan dan zat pengemulsi dapat dikategorikan susunan kimianya sebagai keseimbangan antara hidrofil-lipofilnya atau biasa disebut HLB (Hidrophil Lyphophil Balance). Menurut angka HLB yang ada pada tween 80, aktifitas bahan bahan tersebut digolongkan sebagai pengemulsi tipe M/A (minyak dalam air) (Ansel,1989). Emulsi yang stabil terbentuk ketika lapisan padat terbentuk dari 2 komponen, antara larut air dan larut minyak, 2 jenis molekul ini menunjukan affinitasnya masing masing, dimana keduanya tertahan pada penghubung antara masing masing komponen dan berorientasi pada gugus polar pada fase air dan gugus hidrokarbon pada fase minyak. Lapisan ini menunjukan atraksi lateral yang kuat antar molekul dan membentuk pelindung yang efektif melawan penggabungan pada fase disperse (Takamura et al., 1979). Gelling agent berfungsi dalam menyediakan sistem pelepasan obat yang sesuai serta menunjukan sifat fisik yang dapat diterima terkait dengan warna, homogenitas, konsistensi, kemampuan daya sebar, dan nilai pH (Patel et al., 2011). Carbopol ialah eksipien yang berperan sebagai gelling agent dimana carbopol ini merupakan synthetic carboxyvinylic polimer yang mempunyai kelebihan diantaranya yaitu lebih stabil, lebih seragam dan lebih memiliki daya tahan terhadap mikroba serta pertumbuhan fungi terkait viskositasnya yang tinggi. Carbopol mempunyai sifat yang kompatibel terhadap berbagai zat aktif, mempunyai bioadhesive yang baik, secara thermal stabil, dan dapat diterima oleh pasien (Ortan et al., 2013). Selain itu, dengan adanya emulsifying agent

dan gelling agent ini, penentuan sifat fisik dan stabilitas fisik pada sediaan menjadi peran penting dalam pembuatan sediaan emulgel ini.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(25)

Aplikasi desain faktorial digunakan dalam optimalisasi formula sediaan emulgel. Desain faktorial merupakan metode yang tepat untuk mengamati dan mengevaluasi faktor-faktor dan interaksi yang berpengaruh dengan tujuan untuk mengetahui efek mana yang menunjukan efek yang signifikan dari cetyl alcohol dan carbopol, beserta interaksi diantara keduanya dalam penentuan baik sifat fisik maupun stabilitas fisik. Dengan adanya desain faktorial ini, formulasi sediaan diharapkan memiliki formulasi yang optimum. Kualitas yang baik dari sediaan emulgel sangat diharapkan dalam pembuatannya menggunakan cetyl alcohol dan carbopol sehingga daya sebar, viskositas dan sediaan secara fisik dapat dikonsumsi dengan aman dan nyaman oleh masyarakat.

1. Perumusan Masalah

a. Interaksi manakah pada level yang diteliti diantara cetyl alcohol dan carbopol dengan menggunakan aplikasi desain faktorial yang berpengaruh secara signifikan terkait dengan sifat fisik dan stabilitas fisik emulgel Aloe barbadensis?

(26)

6

2. Keaslian Penelitian

Sejauh penelusuran pustaka yang dilakukan penulis, penelitian tentang optimasi komposisi cetyl alcohol sebagai emulsifying agent serta carbopol sebagai

gelling agent dalam sediaan emulgel gel Aloe barbadensis (Aloe barbadensis) dengan aplikasi desain faktorial belum pernah dilakukan.

3. Manfaat Penelitian a. Manfaat teoritis

Menambah informasi dalam ilmu pengetahuan, khususnya dalam bidang kefarmasian mengenai bentuk sediaan emulgel yang menggunakan bahan alam sebagai zat aktifnya.

b. Manfaat Metodologis

Menambah wawasan dalam bidang kefarmasian mengenai penggunaan metode desain faktorial dalam melakukan optimasi formula emulgel gel Aloe barbadensis.

c. Manfaat Praktis

Memperoleh formula optimum yang dapat diaplikasikan sehingga menghasilkan sediaan emulgel gel Aloe barbadensis yang memiliki sifat fisik dan stabilitas fisik yang diharapkan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(27)

B. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Membuat sediaan emulgel dengan bahan aktif gel Aloe barbadensis

(Aloe barbadensis). 2. Tujuan Khusus

a. Menentukan interaksi pada level yang diteliti antara cetyl alcohol dan carbopol yang memberikan efek yang signifikan terkait dengan sifat fisik dan stabilitas fisik emulgel gel Aloe barbadensis.

(28)

BAB II

PENELAAHAN PUSTAKA A. Lidah buaya

Gambar 1. Lidah Buaya (Qadir, 2009)

Lidah buaya diketahui mempunyai banyak manfaat. Lidah buaya memiliki komponen utama yaitu aloin (Tian dan Hua, 2004). Senyawa aloin digunakan karena khasiatnya sebagai sunscreen (Grindlay dan Reynolds, 1985).

Lidah buaya telah banyak dikenal dan digambarkan sebagai tanaman yang luar biasa. Jaringan parenkim pada daun lidah buaya yang tidak berwarna dan jelly-like ini telah banyak digunakan sebagai produk sehari hari, mulai dari kebutuhan sediaan maupun kebutuhan makanan. Lidah buaya pada umumnya merupakan tanaman yang dipelihara, tetapi di alam dapat ditemukan pada tempat yang kering, berbatuan dan pada wilayah yang terpapar lingkungan (Anonim, 2015).

8

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(29)

Taksonomi dari lidah buaya (Aloe barbadensis) : Kingdom : Plantae (Tumbuhan)

Sub-kingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh) Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji) Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga) Kelas : Liliopsida (Berkeping satu/monokotil) Ordo : Asparagales

Famili : Asphodelaceae Genus : Aloe

Spesies : Aloe barbadensis Miller

(30)

10

tersebut dengan cara menghambat enzim yang menjadi penyebab utama yang berperan sebagian besar terhadap oksidasi (Krishnamoorthy et al., 2009).

B. Ekstraksi

Ekstraksi ialah penarikan zat pokok yang diinginkan dari bahan mentah obat dengan menggunakan pelarut yang dipilih dimana zat yang diinginkan larut. Bahan mentah obat yang berasal dari tumbuh tumubuhan atau hewan tidak perlu di proses lebih lanjut kecuali dikumpulkan dan dikeringkan. Karena tiap bahan mentah obat berisi sejumlah unsur yang dapat larut dalam pelarut tertentu, hasil dari ekstraksi disebut “ekstrak”, tidak mengandung hanya satu unsur saja tetapi berbagai macam

unsur, tergantung pada obat yang digunakan dan kondisi dari ekstraksi (Ansel, 1989). Maserasi merupakan cara ekstraksi yang cukup sederhana, dimana istilah maceration

ini berasal dari bahasa latin macere yang artinya “merendam”. Oleh sebab itu,

maserasi dapat dinyatakan sebagai suatu proses dimana obat yang sudah halus dapat memungkinkan untuk direndam sampai meresap dan melunakkan susunan sel, dimana zat zat yang mudah larut akan melarut. Maserasi biasanya dilakukan pada temperature 15o – 20oC dalam waktu selama 3 hari sampai bahan bahan yang larut, melarut (Ansel, 1989).

Ekstrak ialah sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi zat aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(31)

diperlakukan sedemikian hingga memenuhi baki yang telah ditetapkan (Depkes RI, 2014).

Ekstrak air ialah sediaan air simplisia nabati yang mengandung etanol sebagai pelarut atau sebagai pengawet atau sebagai pelarut dan pengawet (Depkes RI, 2014).

C. Sinar Ultraviolet dan Sunscreen

Sinar matahari terdiri dari UVA (320-400 nm), UVB (290-320 nm), dan UVC (200-290 nm), dimana radiasi tersebut mempunyai efek potensial yang dapat membahayakan kulit. Sinar UV ini merupakan salah satu dari spektrum sinar matahari dimana sinar ini berbahaya bagi kesehatan kulit terkait reaksi reaksi yang dihasilkan berpengaruh buruk terhadapa kulit manusia (Satiadarma, 1986).

(32)

12

kulit, inflamasi pada mata dan stimulasi pigmentasi (Tahir, 2002). Oleh karena itu, dengan adanya pengaruh buruk radiasi UV ini dibutuhkan suatu barrier pada kulit untuk menghalangi radiasi UV.

Sunscreen telah diformulasikan untuk menyediakan perlindungan dari kerusakan akibat radiasi UV (Ultraviolet). Formulasi sunscreen modern melindungi kulit dari kedua radiasi UV yaitu rentang gelombang pendek UV (UVB : 290-320 nm) dan rentang gelombang panjang UV (UVA : 320-400 nm). Penggunaan sunscreen dapat melawan semua jenis peningkat kerusakan kulit seperti photoallergies, keriput pada kulit, kerusakan kulit (sunburn), atau bahkan kanker (Schulz, 2002). Kulit juga mengandung pigmen melanin yang merupakan suatu pigmen yang berwarna hitam pada lapisan terdalam epidermis yang melindungi terhadap sinar ultraviolet sinar matahari (Setiadi, 2007). Peranan utama melanin bertindak sebagai sunscreen alami untuk melindungi kulit dari radiasi UV cahaya matahari (Morison, 1985). Peningkatan produksi melanin berlangsung jika terpajan matahari (Setiadi, 2007). Telah dipercaya bahwa pigmentasi kulit ini merupakan faktor photoprotective yang penting yaitu melanin, selain berfungsi sebagai absorbent pada UV, juga berfungsi sebagai antioksidan (Hearing, 2007).

D. Emulgel

Emulgel ialah emulsi dengan tipe baik minyak dalam air (M/A) atau air dalam minyak (A/M) yang dicampurkan dengan gelling agent. Digunakan sebagai media penghantaran berbagai macam obat ke kulit. Mempunyai tingkat acceptability yang tinggi terkait dengan keuntungan dari gel dan emulsi, dimana gel secara dermatological

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(33)

mempunyai beberapa kekayaan seperti kandungan minyak rendah, daya sebar mudah, mudah dilepas, sebagai emollient, non-staining, kompatibel dengan beberapa eksipien, dan larut air. Serta emulsi memiliki derajat keelegan-an dan mudah dibersihkan kapanpun jika diinginkan, juga kemampuan penetrasinya yang tinggi ke dalam kulit (Meenakshi, 2013).

E. Desain Faktorial

Desain faktorial merupakan metode yang tepat untuk mengamati dan mengevaluasi faktor-faktor dan interaksi yang berpengaruh dengan tujuan untuk mengetahui efek mana yang menunjukan efek yang signifikan. Dua faktor dengan dua level atau tingkat desain faktorial telah digunakan untuk menjelajahi respon dari permukaan. Dua level desain faktorial secara spesifik dipilih karena hanya memerlukan beberapa langkah dibandingkan dengan desain eksperimental lainnya. Notasi yang sering ditemui pada studi dua faktor dua level ini dimulai dari A. Beberapa percobaan yang menggunakan desain faktorial ini menghubungkan level tertinggi dengan level terendahnya. Sehingga jika faktor A berada pada level tinggi maka akan dirancang percobaan “a”. Percobaan dimana semua faktornya ada pada level rendah di notasikan sebagai percobaan “1”,dan jika faktor A dan B berada pada level tinggi maka

dinotasikan sebagai percobaan “ab”. Tanda yang diberikan pada level rendah yaitu“-“ sedangkan pada level tinggi yaitu “+”. Rancangan penelitian desain faktorial dengan

(34)
[image:34.612.103.529.166.525.2]

14

Tabel I. Rancangan Penelitian Desain Faktorial

Experiment Faktor A Faktor B Interaction of A and B

(1) - - +

a - + -

b + - -

ab + + +

(Armstrong dan James, 1996)

F. Uji Sifat Fisik 1. Viskositas

Viskositas ialah sebuah pengukuran dari perlawanan aliran atau ketebalan dan elastisitas yang mengarah ke keadaan lengket atau terstruktur. Semakin tinggi besar viskositas yang diberikan, semakin besar perlawanan bahan untuk mengalir (Sandman dan Mansoor, 2003).

Viskositas merupakan suatu besaran penting untuk menjelaskan sifat aliran dari bahan bahan. Dirumuskan sebagai suatu gaya, yang diperlukan, untuk melampaui tahanan gesekan dalamnya (Voight, 1994).

2. Daya Sebar

Daya sebar ialah suatu kemampuan untuk disebarkan pada kulit. Penentuannya dilakukan dengan extensometer. Sediaan semisolid dengan volume tertentu dibawa ke pusat antara dua lempeng gelas, lempeng sebelah atas dalam

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(35)

interval waktu tertentu dibebani oleh peletakan dari anak timbangan. Permukaan penyebaran yang dihasilkan dengan menaiknya pembebanan menggambarkan suatu karakteristikum untuk daya sebar (Voight, 1994).

G. Freeze-Thaw Cycle

Freeze-thaw cycle atau siklus beku-air merupakan pembekuan dan pencairan yang dilakukan berulang-ulang. Siklus ini khususnya dirancang untuk bentuk sediaan air dan semi-solid. Suhu rancangan pengujian pada pembekuan berada pada temperatur rendah yaitu di bawah 0oC dan pencairan pada temperatur tertentu (Manurung, 2005).

H. Monografi Bahan Baku 1. Emulsifying Agent

Emulsifying agent digunakan untuk meningkatkan emulsifikasi dan mengendalikan stabilitas selama masa hidup sediaan. Emulsifying agents membantu membuat emulsi yang stabil dengan cara mengurangi tegangan antar muka dan menjaga pemisahan droplet dengan membentuk sebuah pelindung pada antar muka.

Emulsifying agents yang ideal ialah tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa, tidak toksik, tidak mengiritasi, dan dapat menghasilkan emulsi yang stabil pada konsentrasi yang rendah (Winfield dan Richards, 2004).

(36)

16

Non-ionic surfactants ini kompatibel dengan kedua zat anionik dan kationik, dan sangat tinggi resisten terhadap perubahan pH (Winfield dan Richards, 2004).

[image:36.612.104.528.170.560.2]

a. Cetyl Alcohol

Gambar 2. Struktur Cetyl Alcohol (Rowe et al., 2009)

Cetyl alcohol merupakan campuran dari alkohol alifatik padat yang berisikan 1- hexadecanol. Cetyl alcohol dimanfaatkan sebagai emulsifying agent, yang mana penggunaannya sebagai emulsifying agent ini berada pada konsentrasi 2 – 5 % . Pada emulsi tipe minyak dalam air cetyl alcohol digunakan dalam membuat stabilitas menjadi lebih baik dengan mengkombinasikan cetyl alcohol ini dengan emulsifying agent larut air.

Kombinasi emulsifier tersebut menghasilkan penghalang (barrier) mono-molekular pada antar muka minyak – air dimana membentuk sebuah

barrier mekanik melawan droplet coalescence. Cetyl Alcohol dikatakan sebagai consistency improver atau bodying agent, meskipun harus dikombinasikan terlebih dahulu dengan hidrofilik emulsifier. Cetyl alcohol

mempunyai ciri khas agak berlilin, white flakes, seperti granul, dan mempunyai bau serta rasa yang redam (Rowe et al., 2009).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(37)
[image:37.612.100.529.124.635.2]

b. Tween 80

Gambar 3. Struktur Tween 80 (Rowe et al., 2009)

Gambar 3 menunjukkan struktur tween 80 yang merupakan rangkaian sebagian asam lemak ester dari sorbitol dan anhidridanya copolimerized

dengan kurang lebih 20, 5, atau 4 mol dari ethylene oxide untuk setiap mole sorbitol dan anhidridanya. Tween 80 merupakan surfaktan non-ionik hidrofilik yang digunakan secara luas sebagai emulsifying agents dalam pembuatan emulsi farmasetika tipe minyak dalam air yang stabil. Tween 80 larut dalam etanol dan air, tetapi tidak larut baik dalam minyak mineral maupun minyak sayur. Tween dijadikan sebagai emulsifying agent tipe minyak dalam air (M/A) ini yaitu pada konsentrasi 1-15%, dengan nilai HLB 15 (Rowe et al., 2009).

c. Hydrophile-Lypohile Balance (HLB)

(38)

18

[image:38.612.101.528.191.536.2]

atau hidrophile-lypohile balance (HLB). Berdasarkan metode tersebut, setiap bahan ditandai dengan nilai HLB atau bilangan yang mengindikasikan polaritas bahan.

Tabel II. Aktifitas dan Nilai HLB Surfaktan

Aktifitas Penandaan HLB

Antibusa 1-3

Pengemulsi (A/M) 3-6

Pembasah 7-9

Pengemulsi (M/A) 8-18

Solubilisasi 15-20

Detergen 13-16

(Agoes, 2008) Umumnya rentang HLB antara 1 hingga 20. Bahan yang sangat polar atau hidrofilik ditandai dengan bilangan yang tinggi dibandingkan yang kurang polar atau lebih lipofilik (Ansel, 2011).

2. Gelling Agent

Gel ialah suatu sistem setengah padat yang terdiri dari suatu disperse yang tersusun baik dari partikel anorganik yang kecil atau molekul organic yang besar dan saling diresapi cairan (Ansel, 1989).Gelling agent ialah bahan pembawa yang mempunyai pengaruh dalam menentukan stabilitas fisik dari sediaan emulgel. Syarat gelling agent yaitu inert, aman dan bersifat tidak reaktif terhadap komponen lainnya dalam formulasi emulgel (Zatz dan Kushla, 1996).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(39)

Carbopol digunakan untuk menstabilkan emulsi dengan mengentalkan fase kontinyu yang berfungsi sebagai emulsifier pada konsentrasi kurang dari 1% dimana carbopol ini merupakan dari kelompok acrylic polymer yaitu polimer sintesis yang membentuk rantai silang dengan polyalkenyl eter (Zatz dan Kushla, 1996). Carbopol mempunyai banyak keuntungan yaitu bentuknya yang seragam, lebih stabil, dan lebih resisten terhadap serangan mikroba dan pertumbuhan fungi terkait tingginya viskositas carbopol tersebut meskipun pada konsentrasi yang rendah sekalipun. Dan juga bersifat kompatibel dengan bahan lainnya, mempunyai

[image:39.612.104.529.254.545.2]

bio-adhesive yang baik, secara thermal stabil, dan dapat ditolerir pemakaiannya oleh pasien (Ortan et al., 2011)

Gambar 4. Struktur Carbopol (Rowe et al., 2009) 3. Parafin

(40)

20

bercahaya dengan api yang agak kehitaman. Ketika meleleh, paraffin tidak berfluoresensi, dan sedikit bau dapat muncul (Rowe et al., 2009).

[image:40.612.101.528.180.591.2]

4. Propilen Glikol

Gambar 5. Struktur Propilen Glycol (Rowe et al., 2009)

Propilen glikol pada umumnya digunakan sebagai solven/pelarut, geltan, dan pengawet dalam berbagai variasi formulasi farmasetika baik parenteral maupun non- parenteral. Propilen glikol mempunyai ciri khas jernih, tidak berwarna, viskos, praktis cairan yang tidak berbau, dengan rasa yang manis sedikit berbau menusuk layaknya gliserin. Propilen glikol merupakan pelarut yang lebih baik dibandingkan dengan gliserin dan melarutkan sebagian besar bahan seperti kortikosteroid, fenol, obat sulfa, barbiturat, vitamin (A dan D), hampir semua alkaloid, dan banyak anestetik lokal. Sebagai anitseptik sama halnya dengan etanol, dan terhadap cetakan sama halnya dengan gliserin tetapi hanya sedikit kurang efektif dibandingkan etanol. Pada umumnya, propilen glycol penggunaannya dalam kosmetik sebagai pembawa untuk emulsifier (Rowe et al.,

2009).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(41)
[image:41.612.105.530.131.594.2]

5. Metil Paraben

Gambar 6. Struktur Metil Paraben (Rowe et al., 2009)

(42)

22

ditingkatkan dengan adanya penambahan eksipien seperti propilen glikol (2-5%), feniletil alkohol, dan asam edetat (Rowe et al., 2009).

[image:42.612.102.525.179.535.2]

6. Propil Paraben

Gambar 7. Struktur Propil Paraben (Rowe et al., 2009)

Propil paraben digunakan secara luas sebagai pengawet antimikrobial dalam kosmetik, produk makanan, formulasi farmasetika. Dapat digunakan sendiri, kombinasinya dengan paraben ester lain, atau dengan agen antimikrobial lainnya. Propil paraben memiliki karakteristik yaitu putih, kristal, tidak berbau, dan serbuk yang tidak memiliki rasa. Propil paraben ini merupakan yang paling sering digunakan sebagai pengawet dalam kosmetik. Metil paraben ini mempunyai keefektifan yang cukup luas pada berbagai pH dan mempunyai spektrum yang luas terkait aktifitas antimikrobial, meskipun senyawa ini lebih efektif melawan jamur. Propil paraben menunjukan aktifitas antimikrobial antara pH 4 – 8 . Efikasi pengawet berkurang dengan meningkatnya pH disebabkan oleh formasi anion fenolat. Propil paraben telah digunakan bersamaan dengan metil paraben pada preparasi parenteral serta topikal dan oral (Rowe et al., 2009).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(43)
[image:43.612.101.527.104.615.2]

7. Triethanolamine (TEA)

Gambar 8. Struktur Triethanolamin (TEA) (Rowe et al., 2009)

Triethanolamine dengan ciri khas yaitu jernih, cairan viskos tidak berwarna sampai pucat kekuningan, dan mempunyai sedikit bau amoniak. Triethanolamine merupakan campuran 2,2’,2”- nitrilotriethanol, meskipun juga mengandung 2,2’

– imonobisethanol (diethanolamine) dan sejumlah kecil 2- aminoethanol

(monoethanolamine). TEA ini sering digunakan dalam formulasi farmasetika topikal , terutama dalam pembuatan emulsi. TEA juga digunakan dalam pembentukan garam untuk larutan yang ditujukan untuk injeksi dan dalam pembuatan topikal analgesik serta digunakan dalam pembuatan produk sunscreen. Penggunaan lainnya digunakan sebagai buffer, pelarut, dan polimer plasticiser, dan sebagai humektan (Rowe et al., 2009).

I. Landasan Teori

(44)

24

sejumlah penelitian menunjukan adanya antioksidan tersebut di dalam lidah buaya. Lidah buaya mempunyai kandungan golongan antrakuinon yaitu aloin yang berfungsi sebagai sunscreen, serta sebagai scavenging radikal bebas Dengan adanya kandungan tersebut, lidah buaya dapat menjadi salah satu alternatif yang berpotensi sebagai

sunscreen untuk mencegah masuknya radiasi UVA dan UVB yang membahayakan kulit.

Bentuk sediaan emulgel yang terdiri dari emulsi dan gel merupakan media penghantaran obat dengan tingkat acceptability yang tinggi terkait dengan kelebihan dari emulsi dan gel. Gel mempunyai daya sebar yang mudah dan larut air sedangkan emulsi memiliki kemampuan penetrasi yang tinggi ke dalam kulit. Sistem emulsi yang digunakan pada emulgel menggunakan emulsifying agent yaitu cetyl alcohol. Emulsifying agent berfungsi mengurangi tegangan antar muka dan menjaga pemisahan droplet sehingga membantu membuat emulsi yang stabil. Dalam hal ini Tween 80 dan

Cetyl Alcohol dapat membentuk tegangan antar muka tersebut dimana lapisan yang dibentuk bersifat fleksibel. Gelling agent yang digunakan yaitu carbopol dimana

gelling agent ini merupakan eksipien yang merupakan faktor dalam menentukan stabilitas fisik pada sediaan emulgel. Dalam hal ini komposisi antara emulsifying agent

dan gelling agent dijadikan sebagai faktor penentu baik sifat fisik maupun stabilitas fisik sediaan emulgel.

Metode yang diaplikasikan pada pembuatan sediaan ini yaitu metode desain faktorial dimana metode ini digunakan untuk mengetahui persamaan desain faktorial yang mana dapat memberikan hasil yang signifikan dalam menentukan sifat fisik dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(45)

stabilitas fisiknya. Dengan menggunakan metode ini, diharapkan tiap langkah maupun interaksi antara ketiganya dapat diamati secara signifikan yang memberikan pengaruh terhadap sifat fisik dan stabilitas fisik yang baik. Selain itu metode ini juga merupakan metode yang digunakan untuk mengoptimalkan pembuatan sediaan emulgel yang diharapkan berdasarkan contour plot dari tiap respon sifat fisik dan stabilitas fisik yang dihasilkan. Pengaplikasian dengan desain faktorial diharapkan dapat menemukan efek yang signifikan antara carbopol dan cetyl alcohol, serta dapat ditemukan komposisi optimum yang sesuai agar dapat menghasilkan sifat fisik dan stabilitas fisik yang diharapkan.

I.Hipotesis

1. Interaksi pada level yang diteliti antara cetyl alcohol dan carbopol memberikan efek yang signifikan terkait dengan sifat fisik (daya sebar,viskositas) dan stabilitas fisik ( pergeseran viskositas) emulgel gel Aloe barbadensis.

(46)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian menggunakan aplikasi desain faktorial yang bersifat eksperimental dengan dua faktor dua level dengan tujuan melihat persamaan dalam memprediksi respon baik stabilitas fisik maupun sifat fisik dan untuk mengetahui faktor faktor serta interaksinya secara signifikan dalam penentuan stabilitas dan sifat fisik sediaan emulgel.

B. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 1. Variabel Penelitian

a. Variabel bebas pada penelitian ini ialah komposisi emulsifying agents cetyl alcohol beserta komposisi gelling agents sehingga didapatkan hasil emulgel yang optimum.

b. Variabel tergantung pada penelitian ini ialah sifat fisik emulgel terkait dengan viskositas, daya sebar dan kestabilannya seperti pergeseran viskositas yang terjadi pada sediaan emulgel, serta gel Aloe barbadensis

dalam sediaan.

c. Variabel pengacau terkendali yang ada pada penelitian ini yaitu waktu pencampuran yaitu 15 menit, suhu pencampuran yaitu 70oC dengan kecepatan putar skala 1 pada emulsi dan pada gel, serta lama waktu penyimpanan yaitu 1 bulan.

26

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(47)

d. Variabel pengacau tak terkendali pada penelitian ini yaitu suhu tempat bekerja, kelembaban lingkungan tempat pembuatan, cahaya.

2. Definisi Operasional

a. Emulgel ialah emulsi dengan tipe baik minyak dalam air (M/A) atau air dalam minyak (A/M) yang dicampur dengan gelling agent.

b. Gel Aloe barbadensis ialah sampel yang digunakan dengan karakteristik fisik yaitu cair, jernih, dan berbau khas Aloe barbadensis

c. Emulsifying agent ialah kemampuan untuk membentuk emulsi dan menjaga stabilitas dari emulsi tersebut agar tercapai shelf life dari produk tersebut dengan cara mengurangi tegangan antar muka dan menjaga pemisahan droplet dengan membentuk sebuah pelindung pada antar muka.

d. Gelling Agent ialah salah satu fungsi eksipien dalam sediaan yang dapat mempengaruhi sifat fisik sediaan dimana pada penelitian ini menggunakan carbopol.

e. Faktor ialah satuan untuk mengetahui respon yang ada dan yang terjadi dalam penelitian yaitu Emulsifying agent (cetyl alcohol) dan gelling agent (carbopol).

(48)

28

g. Respon ialah hasil perlakuan yang secara kuantitatif diamati perubahan perubahan yang terjadi. Respon yang diamati pada penelitian ini yaitu respon stabilitas fisik seperti pergeseran viskositas dan respon sifat fisik seperti daya sebar dan viskositas emulgel.

h. Efek ialah respon yang mengalami perubahan akibat perlakuan terhadap variasi level dan faktor.

i. Daya sebar ialah suatu kemampuan pada emulgel untuk menyebar. j. Viskositas ialah ketahanan emulgel untuk mengalir.

k. Pergeseran viskositas ialah rentang antara viskositas emulgel yang dilihat pada siklus 0 (a) dibandingkan dengan viskositas emulgel setelah pengkondisiannya pada siklus 3 (b).

l. Desain faktorial ialah metode yang digunakan untuk mengetahui efek yang dalam menentukan sifat fisik emulgel secara signifikan dan optimal.

m. Contour plot ialah profil daya sebar, viskositas, dan pergeseran viskositas pada sediaan emulgel.

n. Komposisi optimum yaitu komposisi antara emulsifying agent dan

gelling agent yang menghasilkan sediaan emulgel dengan daya sebar 3- 5 cm dan viskositas 200-350 dPa.s.

o. R Studio ialah aplikasi yang digunakan sebagai media untuk pengolahan data mentah yang didapatkan dari hasil penelitian sediaan emulgel gel lidah buaya untuk mengetahui stabilitas sediaan selama pengkondisian

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(49)

C. Bahan Penelitian

Bahan bahan percobaan yang digunakan dalam pembuatan sediaan yaitu gel lidah buaya (Aloe barbadensis Mill.), carbopol, cetyl alcohol, aquadest, parafin cair, propilen glikol, metil paraben, propil paraben, triethanolamin.

D. Alat Penelitian

Alat yang digunakan antara lain : gelas ukur, gelas beaker, cawan porselen, mangkok plastik, mixer, timbangan analitik, pipet tetes, penangas air, stopwatch, alat uji daya sebar, Viscotester Rion Seri VT-04F, dan Design Expert 9.0.6.

E. Tata Cara Penelitian 1. Gel Aloe barbadensis (Aloe barbadensis)

[image:49.596.99.498.258.749.2]

Lidah buaya (Aloe barbadensis) berasal dari Eteris Nusantara Yogyakarta dan telah dibuktikan lewat Certificate of Analysis. 2. Formula emulgel gel Aloe barbadensis

Tabel III. Formula Basis emulgel 100 g (Yassin, 2014) Bahan Berat (g)

Clotrimazole 1

Carbopol 1

Paraffin Air 5

Tween 60 1

Span 80 1,5

(50)

30

[image:50.596.101.514.246.600.2]

Dilakukan modifikasi formulasi dengan mengganti beberapa bahan baik zat aktif maupun eksipien. Formulasi hasil modifikasi dapat dilihat pada tabel IV

Tabel IV. Formula Emulgel Gel Aloe barbadensis

Bahan F1 (g) Fa (g) Fb (g) Fab (g)

Gel Aloe barbadensis (Aloe barbadensis)

0,3 0,3 0,3 0,3

Carbopol ®940 132 132 165 165

Cetyl Alcohol 6,6 9,9 6,6 9,9

Tween 80 23,1 23,1 23,1 23,1

Paraffin liq. 16,5 16,5 16,5 16,5

Propilen Glycol 33 33 33 33

Metil Paraben 0,495 0,495 0,495 0,495

Propil Paraben 0,495 0,495 0,495 0,495

Aquadest 108 108 108 108

3. Pembuatan emulgel gel Aloe barbadensis a. Pembuatan emulgel

Gel dalam formulasi disiapkan dengan cara carbopol didispersikan dalam aquadest yang didiamkan semalam sebelumnya kemudian ditambahkan TEA sambil diaduk menggunakan stirrer selama 1 menit dengan kecepatan mixer pada skala 1, kemudian pH dicek sampai pH 6- 8. Kemudian dibuat sistem emulsi dengan cara cetyl alcohol, parafin cair dan tween 80 serta air juga dipanaskan di atas waterbath pada suhu 70oC.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(51)

Setelah cetyl alcohol meleleh sepenuhnya. Fase minyak pada emulsi disiapkan dengan mencampur cetyl alcohol dalam paraffin air sedangkan fase air pada emulsi disiapkan dengan mencampur tween 80 ke dalam aquadest. Kemudian fase minyak dituangkan ke dalam fase air lalu campuran tersebut di aduk homogen menggunakan mixer selama 2 menit dengan kecepatan mixer pada skala 1. Selanjutnya gel Aloe barbadensis dicampurkan ke dalam sistem emulsi dan di aduk dengan menggunakan mixer dengan kecepatan putar skala 1 selama 1 menit.

Metil dan propil paraben dicampur ke dalam propilene glycol.

Kemudian emulsi yang telah terbentuk dicampurkan dengan gel sampai terbentuk emulgel. Setelah terbentuk emulgel, campuran propil paraben, metil paraben,dan propilen glikol dicampurkan ke dalam emulgel lalu di mixer dengan kecepatan putar skala 1 selama 1 menit. Kemudian di tambahkan sisa aquadest ke dalam campuran emulgel sampai homogen dengan kecepatan putar skala 1 selama 3 menit. 4. Evaluasi Sediaan Emulgel

a. Penentuan tipe emulsi dengan metode pengenceran

Emulgel yang didapat diletakkan pada kaca arloji dan ditambahkan parafin cair kurang lebih dua kali lipat dari volume emulgel. Selanjutnya, dilakukan hal yang sama dengan mengganti parafin cair menggunakan aquadest, pengamatan dilakukan dengan melihat apakah emulgel bercampur atau tidak.

(52)

32

Emulgel yang telah dibuat ditimbang seberat satu gram dan diletakkan di tengah lempeng kaca bulat berskala. Pengukuran emulgel ini dilakukan setiap akhir siklus penyimpanan. Kemudian kaca bulat diletakkan di atas gel dan pemberat sehingga berat kaca bulat dan pemberat mempunyai berat total 125 gram, didiamkan selama 1 menit, kemudian dicatat diameter sebar yang dihasilkan selama 1 menit (Garg

et al., 2002). c. Uji Viskositas

Uji viskositas dilakukan dengan menggunakan alat Viscotester Rion

seri VT 04 F dengan cara: sediaan emulgel dimasukkan dalam wadah dan dipasang pada portable viscotester. Viskositas emulgel dilihat dengan mengamati gerakan jarum penunjuk viskositas. Viskositas yang diinginkan dalam penelitian ini antara 200-350 dPa.s. Pengujian dilakukan 48 jam setelah pembuatan emulgel, dan dilakukan pengujian kembali setiap 24 jam setelah melewati pengkondisian freeze-thaw cycle.

d. Uji pH

Uji pH dilakukan dengan cara mengukur pH sediaan emulgel gel

Aloe barbadensis setelah dibuat menggunakan indikator kertas pH. Nilai pH yang diinginkan ialah dalam rentang pH yang tidak mengiritasi kulit, yaitu 6-8.

e. Freeze-thaw cycle

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(53)

Tiap formula dalam satu siklus disimpan pada suhu -21oC selama 16 jam kemudian disimpan pada suhu 25oC selama 8 jam. Penyimpanan dengan siklus freeze-thaw dilakukan sebanyak tiga kali. Di setiap akhir siklus dilakukan pengamatan organoleptis, pengujian pH, viskositas dan daya sebar sediaan.

F. Optimasi dan Analisis Data

Optimasi dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode desain faktorial. Metode yang digunakan untuk mendapatkan persamaan desain faktorial untuk tiap respon sifat fisik dan stabilitas fisik sediaan emulgel. Hasil yang didapat kemudian dianalisis normalitasnya menggunakan Shapiro – Wilk Test’s

untuk mengetahui apakah formula yang didapat normal atau tidak, apabila data dikatakan normal maka dilanjutkan dengan uji homogenitas antar formula menggunakan Levenne Test’s.Tetapi, apabila data yang didapat pada formula tidak menghasilkan data yang normal maka pengujian menggunakan Kruskal – Wallis

(54)

34

Software Design Expert 9.0.6. Taraf kepercayaan yang digunakan untuk uji statistik adalah 95% (Bolton, 1997; Muth, 1999). Faktor dikatakan mempunyai pengaruh apabila nilai p (probability value) kurang dari 0,05.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(55)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN A. Identifikasi Aloe barbadensis

fPada penelitian ini digunakan gel lidah buaya (Aloe barbadensis M.) yang berasal dari Eteris Nusantara, Yogyakarta. Kebenaran gel lidah buaya ini telah dibuktikan lewat Certificate of Analysis (CoA) (Lampiran 1).

B. Formulasi Emulgel Gel Aloe barbadensis

Zat aktif yang digunakan dalam pembuatan sediaan emulgel ini yaitu gel

Aloe barbadensis yang diyakini memiliki manfaat sebagai pembentuk antioksidan alami yang baik bagi kulit (Hadi et al., 2013). Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Hadi et al. (2013), gel Aloe barbadensis dapat mencegah radikal bebas yaitu SO4- . Sediaan emulgel menjadi opsi dalam pembuatan sunscreen ini terkait zat aktif yang digunakan yaitu gel Aloe barbadensis yang memiliki sifat yang sukar larut dalam air. Sifatnya yang berminyak mengakibatkan sukarnya dalam pencucian dengan air dan ketidaknyamanannya dalam pemakaian sehingga dibuat sediaan yang dapat menutupi ketidaknyamanan tersebut. Oleh sebab itu, gel ini diformulasikan ke dalam sediaan emulgel dengan tipe emulsi minyak dalam air M/A, dimana dominan pada sediaan ini yaitu air yang lebih tinggi acceptability nya bagi konsumen yaitu terkait kemudahannya untuk dicuci.

Sistem emulsi yang digunakan kemudian ditambahkan suatu gelling agent

yang akan mengentalkan fase kontinyu dengan tujuan untuk membuat sistem emulsi menjadi lebih stabil. Sediaan emulgel merupakan pembawa obat yang baik

(56)

36

terutama yang bersifat sukar larut dalam air atau hidrofobik dan bersifat lebih stabil (Ajazuddin et al., 2013). Gelling Agent menentukan sifat fisik dari sediaan dan juga sebagai pengental yang meningkatkan viskositas sediaan. Dengan pengentalan inilah yang membuat droplet pada sistem emulsi sukar dalam bergerak sehingga probabilitas terjadinya koalesense menjadi semakin kecil. Selain itu kombinasi antara emulsifying agent yang digunakan menghasilkan suatu penghalang yang melawan terjadinya koalesense antar droplet.

Emulgel yang dibuat ditujukan sebagai sunscreen dengan pemberiannya secara topikal. Bahan yang digunakan dalam pembuatan emulgel ini yaitu gel Aloe barbadensis, carbopol 940, triethanolamin, parafin cair, tween 80, cetyl alcohol, propilen glikol, metil paraben, dan propil paraben. Cetyl alcohol dipilih sebagai

emulsifying agent karena menurut Rowe et al. (2009), cetyl alcohol dapat membuat stabilitas emulsi menjadi lebih baik jika penggunaannya dikombinasikan dengan

emulsifying agent water soluble, dalam penelitian ini cetyl alcohol dikombinasikan dengan tween 80 yang merupakan emulsifier bersifat hidrofilik dan dapat mudah larut baik dalam etanol maupun air. Sehingga dengan adanya kombinasi tersebut

cetyl alcohol dapat berperan sebagai consistency improver. Fungsi peningkat konsistensi sediaan juga ditunjukan oleh adanya carbopol 940, dimana menurut Zatz dan Kushla (1996), carbopol merupakan kelompok dari akrilik polimer yaitu sintesis polimer yang membentuk rantai silang dengan polyalkenyl eter. Manfaat dari rantai silang yang terbentuk akan menjerat droplet droplet emulsi sehingga kestabilan lebih terjamin selama penyimpanan. Carbopol yang digunakan bersifat asam ketika bereaksi di dalam air, pH yang didapat yaitu ± 3, sehingga diperlukan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(57)

netralisasi dengan penambahan basa. Triethanolamin menurut Rowe et al. (2009), disebut sebagai polimer plasticiser dimana akan terjadi pergeseran kesetimbangan ionik yang disebabkan oleh penambahan TEA ini dimana ion akan saling tolak menolak yang menyebabkan polimer menjadi lebih rigid dan kaku, sehingga viskositas akan meningkat. Pada sediaan emulgel ini cetyl alcohol dan carbopol yang menjadi faktor yang akan dioptimasi agar dapat formula dengan sifat fisik dan stabilitas yang diinginkan.

(58)

38

eksipien tersebut jika dikombinasikan ke dalam metil dan propil paraben ini (Rowe

et al., 2009).

C. Pembuatan Emulgel Gel Aloe barbadensis

Gel yang sebelumnya dikembangkan selama 24 jam dalam aquadest ditetesi beberapa tetes TEA. Kemudian diaduk menggunakan mixer dengan kecepatan putar skala 1 selama 1 menit. TEA yang telah ditambahkan berfungsi sebagai penetral carbopol dan meningkatkan konsistensi dari gel.

Kemudian emulgel dibuat dengan cara mencampurkan sistem emulsi ke dalam gel. Sistem emulsi yang dibuat yaitu tipe M/A, dimana fase air merupakan fase eksternal sedangkan fase minyak merupakan fase internal. Fase air dibuat dengan cara mencampur tween 80 dan sebagian aquadest pada suhu 70oC di atas waterbath. Fase minyak dibuat dengan cara mencampurkan cetyl alcohol dengan parafin cair diatas waterbath pada suhu 70oC. Tujuan dilakukan pemanasan meningkatkan energi pada proses emulsifikasi sehingga diharapkan pencampuran dapat tercampur optimal, selain itu pemanasan dilakukan karena bahan yang digunakan berbeda konsistensinya yang membuat sukar untuk bercampur, oleh karena itu pemanasan ini juga berfungsi untuk menyamakan konsistensi dari bahan. Sistem emulsi dibuat dengan menambahkan fase minyak ke dalam fase air kemudian dilakukan pengadukan menggunakan mixer selama 2 menit. Peningkatan proses emulsifikasi dapat terus meningkat dikarenakan adanya energi kinetik yang membantu proses emulsifikasi ini yaitu pengadukannya menggunakan mixer.

Emulsi yang terbentuk ditambahkan dengan gel Aloe barbadensis lalu kembali diaduk dengan mixer selama 1 menit. Selanjutnya, emulsi ditambahkan ke

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(59)

dalam gel dan diaduk dengan mixer dengan kecepatan putar skala 1 selama 1 menit. Metil paraben dan propil paraben yang telah dilarutkan ke dalam propilen glikol ditambahkan ke dalam sistem emulgel. Pencampuran ketiga bahan tersebut akan meningkatkan aktifitas antimikrobial pada sediaan emulgel. Kemudian kembali dilakukan pengadukan dengan mixer dengan kecepatan putar skala 1 selama 1 menit. Selanjutnya, penambahan sisa aquadest ke dalam sediaan emulgel, kemudian dilakukan pengadukan selama 3 menit sampai sediaan tercampur homogen.

D. Evaluasi Sediaan Emulgel 1. Uji Sifat Fisik Emulgel

Sediaan emulgel yang telah dibuat dilanjutkan dengan pengujian sifat fisik. Sifat fisik yang diuji diantaranya yaitu organoleptis, viskositas, daya sebar, pH, dan tipe emulsi. Sifat fisik mempunyai peran penting akan pengaruhnya terhadap acceptability bagi konsumen. Evaluasi terutama terhadap viskositas dan daya sebar ini dilakukan setelah penyimpanan selama 48 jam, dengan tujuan untuk menghilangkan shearing stress yang terjadi akibat energi kinetik yang diberikan selama proses pembuatannya. Evaluasi stabilitas fisik dilakukan selama 3 hari, pada hari ke-1, ke-2, dan ke-3 setelah pembuatan. Penyimpanan sediaan untuk mengetahui stabilitas fisik yang terjadi menggunakan freeze-thaw stability. Evaluasi organoleptis dilakukan dengan pengamatan secara visual, didapatkan sediaan emulgel gel Aloe barbadensis

berwarna putih, berbentuk kental, dengan bau gel Aloe barbadensis

(60)

40

2. Uji Tipe Emulsi

Uji tipe emulsi dilakukan, hal ini untuk memverifikasi bahwa sediaan yang dibuat benar merupakan tipe sediaan yang diinginkan, yaitu tipe emulsi yang ada dalam sediaan. Pada penelitian diinginkan tipe M/A dikarenakan zat aktif lidah buaya ini bersifat hidrofobik atau sukar larut dalam air. Pemilihannya dalam tipe M/A agar zat aktif lebih stabil. Metode yang dilakukan untuk mengetahui tipe emulsi pada sediaan emulgel gel Aloe barbadensis ini dengan cara menggunakan metode pengenceran, dimana sejumlah sediaan dilarutkan ke dalam baik fase air maupun fase minyak yang ditambahkan berlebihan. Hasil ditunjukan dari larutnya sediaan di antara salah satu fase tersebut. Pada sediaan emulgel yang dibuat memberikan hasil bahwa sistem emulsi yang ada yaitu merupakan sistem emulsi tipe M/A .

[image:60.596.102.511.206.588.2]

(a) (b)

Gambar 9. Uji tipe emulsi emulgel gel Aloe barbadensis : fase minyak (a) dan fase air (b)

Pada hasil ditunjukan bahwa emulgel tidak larut dalam fase minyak (gambar 9a) dan larut dalam fase air (gambar 9b).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(61)

3. Uji pH

[image:61.596.100.496.253.606.2]

Pada uji pH, pH sediaan yang diinginkan yaitu pH 6-8. Tujuan dibuat dalam kondisi pH demikian, untuk menghindari iritasi yang terjadi pada kulit pada saat pengaplikasiannya. pH sediaan diukur dengan menggunakan indikator pH stick universal. Hasil uji pH dapat dilihat pada tabel V.

Tabel V. Uji pH emulgel gel Aloe barbadensis

Formula pH

F1 Replikasi 1 6 Replikasi 2 6 Replikasi 3 6 Fa Replikasi 1 6 Replikasi 2 6 Replikasi 3 6 Fb Replikasi 1 6 Replikasi 2 6 Replikasi 3 6 Fab Replikasi 1 6 Replikasi 2 6 Replikasi 3 6

(62)

42

4. Uji Viskositas

Viskositas ialah suatu sebutan yang digunakan dari kemampuan ketahanan suatu cairan untuk mengalir, dimana semakin tinggi viskositas yang ada, semakin besar tahanan yang terjadi (Martin, Swarbrick, dan Cammarata, 1983). Viskositas menggambarkan karakteristik sifat fisik sediaan emulgel ini, dan mewakili kestabilannya juga. Viskositas sediaan harus sesuai dengan yang diinginkan, karena apabila viskositas sediaan terlalu tinggi maka akan terjadi kesukaran dalam penggunaannya yaitu sulitnya dikeluarkan dari kemasan, sebaliknya jika terlalu rendah maka akan menurunkan waktu lama tinggalnya sediaan tersebut ketika diaplikasikan pada kulit. Dari hasil orientasi yang dilakukan, diapatkan viskositas yang diinginkan yaitu 200 – 350 dPa.s.

Pengukuran dilakukan dengan penggunaan alat viscotester Rion Japan seri VT – 04 F dengan rotor nomor 2. Ketentuan viskositas dikatakan demikian karena pada viskositas 200 dPa.s dirasa tidak terlalu encer begitu juga dengan viskostas 350 dPa.s yang tidak begitu kental. Pengukuran viskositas pada siklus 0 dilakukan setelah penyimpanannya setelah pembuatan selama 48 jam dengan tujuan untuk menghilangkan shearing stress yang diakibatkan oleh pengaruh energi kinetik yang diberikan selama pembuatan yang mungkin dapat mempengaruhi nilai viskositas.

Berdasarkan tabel VI, hasil uji viskositas sediaan emulgel dapat diketahui yang menunjukan bahwa semua formula memenuhi kriteria emulgel yang diinginkan yaitu 200 – 350 dPa.s. Sementara, nilai SD yang di dapat, terdapat dua formula yang lebih dari 10% yaitu Fa dan Fab sehingga bisa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(63)
[image:63.596.97.498.183.571.2]

dikatakan bahwa data belum homogen. Viskositas tertinggi yang didapat yaitu pada formula a sedangkan formula terendah yaitu formula b.

Tabel VI. Hasil Uji Viskositas Emulgel Gel Aloe barbadensis

Formula Viskositas

(dPa.s)

X(dPa.s) ± SD F1 Replikasi 1 250 243,33±7,64

Replikasi 2 245 Replikasi 3 235

Fa Replikasi 1 290 280±10 Replikasi 2 280

Replikasi 3 270

Fb Replikasi 1 250 241,67±12,58 Replikasi 2 240

Replikasi 3 230

Fab Replikasi 1 270 261,67±10,41 Replikasi 2 265

Replikasi 3 250

Viskositas emulgel gel Aloe barbadensis ini, kemudian diuji secara statistik menggunakan Design Expert 9.0.6 agar diketahui efek antara cetyl alcohol dan carbopol terhadapa viskositas. Uji statistik menggunakan uji ANAVA pada tingkat signifikansi p-value < 0,05.

Persamaan desain faktorial pada respon viskositas ini yaitu :

(64)

44

Dengan Y yang menunjukan respon viskositas, X1 sebagai Carbopol, X2 sebagai cetyl alcohol dan X1X2 sebagai interaksi carbopol dengan cetyl alcohol. Model persamaan yang digunakan ini memiliki p-value > 0,05 sehingga dapat dikatakan signifikan yang berarti dapat dilanjutkan ke tahap optimasi.

Kemudian, dilihat efek dari kedua faktor tersebut, dimana efek ini akan menunjukan dari cetyl alcohol, carbopol, atau interaksinya, yang mana yang berperan dalam menentukan respon viskositas. Efek yang didapat dapat dilihat pada tabel VII.

[image:64.596.103.515.270.706.2]

Dari tabel VII, nilai efek yang diberikan tampak memberikan hasil positif pada carbopol yang menunjukan bahwa carbopol mempunyai efek dalam meningkatkan viskositas sediaan emulgel gel Aloe barbadensis. Sebaliknya, pada cetyl alcohol dan interaksi cetyl alcohol-carbopol menunjukkan hasil negatif sehingga mempunyai efek dalam menurunkan viskositas s

Gambar

Tabel I. Rancangan penelitian desain faktorial .........................................
Gambar 1. Lidah Buaya (Qadir, 2009)
Tabel I. Rancangan Penelitian Desain Faktorial
Gambar 2. Struktur Cetyl Alcohol (Rowe et al., 2009)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kenaikan konsentrasi gelling agent karbopol 934 berbanding terbalik dengan kenaikan diameter zona hambat pada formulasi gel ekstrak daun lidah buaya atau dengan naiknya

Hasil uji menunjukkan bahwa gel ekstrak daun lidah buaya formula III (10%), semakin tinggi konsentrasi basis menyebabkan daya sebar semakin luas, daya lekat lebih lama,

Komposisi natrium alginat dan Na-CMC sebagai gelling agentakan mempengaruhi sifat fisik (viskositas dan daya sebar) dan stabilitas gel (pergeseran viskositas) dari gel

Komposisi natrium alginat dan Na-CMC sebagai gelling agentakan mempengaruhi sifat fisik (viskositas dan daya sebar) dan stabilitas gel (pergeseran viskositas) dari gel

Penulis skripsi dengan judul “Optimasi Carbopol Sebagai Gelling Agent Dan Virgin Coconut Oil Sebagai Fase Minyak Dalam Sediaan Emulgel Sunscreen Ekstrak Lidah Buaya Dengan

Penelitian yang dilakukan merupakan jenis penelitian eksperimental murni dengan metode desain faktorial dengan dua faktor dan dua level, yaitu untuk melihat

Kuswahyuning, R., dan Sulaiman, T.N., 2008, Teknologi dan Formulasi Sediaan Semipadat, Pustaka Laboratorium Teknologi Farmasi, Fakultas Farmasi Universitas Gadjah

Semakin tinggi konsentrasi HPMC sebagai gelling agent dalam sediaan, maka nilai yang di dapat dari daya sebar semakin kecil. Berbeda dengan viskositas semakin tinggi konsentrasi