• Tidak ada hasil yang ditemukan

Optimasi komposisi polysorbate 80 & cetyl alcohol sebagai emulsifying agent dalam lotion virgin coconut oil dengan aplikasi desain faktorial - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Optimasi komposisi polysorbate 80 & cetyl alcohol sebagai emulsifying agent dalam lotion virgin coconut oil dengan aplikasi desain faktorial - USD Repository"

Copied!
95
0
0

Teks penuh

(1)

OPTIMASI KOMPOSISI POLYSORBATE 80 & CETYL ALCOHOL SEBAGAI EMULSIFYING AGENT DALAM LOTION VIRGIN

COCONUT OIL DENGAN APLIKASI DESAIN FAKTORIAL

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi ( S. Farm. )

Program Studi Ilmu Farmasi

Diajukan oleh: Lucia Shintaningsih

NIM : 038114108

FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)

OPTIMASI KOMPOSISI POLYSORBATE 80 & CETYL ALCOHOL SEBAGAI EMULSIFYING AGENT DALAM LOTION VIRGIN

COCONUT OIL DENGAN APLIKASI DESAIN FAKTORIAL

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi ( S. Farm. )

Program Studi Ilmu Farmasi

Diajukan oleh: Lucia Shintaningsih

NIM : 038114108

FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2007

(3)
(4)
(5)

v

There is a t ime f or everyt hing and season f or every act ivit y under heaven. H e has made everyt hing beaut if ul i n it s t ime.

( Ecclesiast es 3 : 1, 11 ) HALAMAN PERSEMBAHAN

K arya ini kupersembahkan unt uk:

JESUS CHRIST

Sanata Dharma, almamater tercintaku Mama, Papa, Ocha, Agnes, untuk segala dukungan

Agustinus Danang F. S.atas segala yang terjadi

Adheet, 2X 7, untuk segala perhatian & bantuan

Cantus Firmus Choir, untuk semua nada & lirik

Canna Group( Diah, T yas, Anny & Ranti ) untuk motivasi & semangat

(6)

PRAKATA

Puji dan syukur kepada Tuhan atas berkat dan karunia – Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi berjudul ”Optimasi Komposisi Polysorbate

80 danCetyl Alcohol sebagaiEmulsifying AgentdalamLotion Virgin Coconut Oil

dengan Aplikasi Desain Faktorial” sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.) di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Penulis telah mendapatkan banyak bantuan dari berbagai pihak selama penelitian dan penyusunan skripsi ini. Untuk itulah penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Rita Suhadi, M. Si.,Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma.

2. Sri Hartati Yuliani, M. Si., Apt. selaku Dosen Pembimbing atas segala bimbingan dan saran yang telah diberikan selama penelitian maupun dalam penyusunan skrisi ini.

3. Dewi Setyaningsih, S. Si., Apt selaku Dosen Pembimbing penyusunan usulan penelitian skripsi atas kesempatan, ide, saran dan kritiknya.

4. Yohanes Kristio Budi Asmoro, M., Si. selaku Dosen Pembimbing Akademik atas bimbingan, konsultasi, dan motivasi yang telah diberikan selama kuliah. 5. Drs. Paulus Ari Subagyo,M. Hum. atas bantuan dan dukungan selama kuliah. 6. Seluruh laboran Fakultas Farmasi yang telah membantu dalam praktikum dan

penelitian.

7. Para relawan dalam sensorry assessment.

(7)

8. Semua pihak yang telah membantu penyelesaian skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penelitian dan penyusunan skripsi ini. Namun penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi masyarakat dan perkembangan ilmu farmasi.

Penulis

(8)
(9)

INTISARI

Telah dilakukan penelitian tentang optimasi formulalotion Virgin Coconut Oildengan komposisi emulsifying agent polysorbate 80 dan cetyl alcohol. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh komposisi optimum dari kedua emulsifying agent agar didapatkanlotion yang memiliki sifat fisik sesuai kriteria dan stabil dalam penyimpanan.

Penelitian ini termasuk dalam rancangan ekperimental murni dengan desain faktorial dengan 2 faktor, yaitu komposisi emulsifying agent polysorbate 80 - cetyl alcohol, dan 2 level yaitu level tinggi-level rendah. Optimasi formula

lotion Virgin Coconut Oil menggunakan desain faktorial dengan parameter sifat

fisik lotion (daya sebar, viskositas) dan stabilitas emulsi pada penyimpanan (pergeseran viskositas, pemisahan faselotion).

Analisis data dilakukan dengan menggunakan desain faktorial. Hasil penelitian menunjukkan bahwa polysorbate 80 diprediksi dominan dalam menentukan daya sebar dan pergeseran viskositas lotion Virgin Coconut Oil dan cetyl alcohol diprediksi dominan dalam menentukan viskositas lotion Virgin

Coconut Oil. Dalam penelitian ini, ditemukan area komposisi optimum

emulsifying agentpolysorbate80-cetyl alcohol dalamlotion Virgin Coconut Oil.

Kata kunci: Virgin Coconut Oil, lotion, emulsifying agent, polysorbate 80, cetyl alcohol, desain faktorial

(10)

ABSTRACT

The research on optimization of formula Virgin Coconut Oil lotion with emulsifying agents polysorbate 80 and cetyl alcohol has been conducted. The purpose of the research is to obtain the optimal composition of both emulsifying agents in order to achieve lotion which has appropriate physical properties and the stability.

The research is pure experimental design with factorial design using two factors, which are the composition of emulsifying agents polysorbate 80-cetyl alcohol, and two levels, which are high and low. The optimization of Virgin Coconut Oil lotion applies the factorial design with parameter of lotion physical characteristics including spreadability, viscosity, and the stability of emulsion in storage including alteration of viscosity, and phase separation.

Data analysis has been conducted by applying the factorial design. The result shows that polysorbate 80 is predicted to be dominant in influencing spreadibility and viscosity changes of Virgin Coconut Oil lotion, while cetyl alcohol is predicted to be dominant in infuencing viscosity of the lotion. In this research, the optimal composition area of emulsifying agents polysorbate 80-cetyl alcohol in Virgin Coconut Oil has been figured out.

Key words: Virgin Coconut Oil, lotion, emulsifying agents, polysorbate 80, cetyl alcohol, factorial design.

(11)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

PRAKATA ... vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... viii

(12)

B. Lotion ... 8

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ... 28

A. Rancangan dan Jenis Penelitian ... 28

B. Variabel Penelitian ... 28

1. Variabel Bebas... 28

2. Variabel Tergantung ... 28

3. Variabel Pengacau Terkendali ... 28

4. Variabel Pengacau Tidak Terkendali ... 28

(13)

C. Definisi Operasional ... 28

D. Alat dan Bahan Penelitian ... 31

E. Tata Cara Penelitian ... 31

1. Formula Desain Faktorial ... 31

2. Alur Penelitian ... 33

3. Analisis Hasil ... 35

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 36

A. PembuatanLotion Virgin Coconut Oil ... 36

B. Penentuan Tipe Emulsi ... 38

C. Pengujian Sifat Fisik ... 41

D. Optimasi Formula ... 46

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 51

A. Kesimpulan ... 51

B. Saran ... 51

DAFTAR PUSTAKA ... 52

LAMPIRAN ... 55

BIOGRAFI PENULIS ... 79

(14)

DAFTAR TABEL

Tabel I Interim StandarVirgin Coconut OildariAsian and Pacific Coconut

Community(ACC) ... 8

Tabel II Klasifikasi surfaktan berdasarkan nilai HLB ... 12 Tabel III Level Rendah dan Level Tinggi Polysorbate 80, Level Rendah dan

Level Tinggi Cetyl Alcohol ... 32 Tabel IV FormulaLotion Virgin Coconut Oil ... 32 Tabel V Data Sifat Fisik dan StablitasLotion VCO ... 41 Tabel VI Efek Polysorbate 80, Cetyl Alcohol, dan Interaksinya Dalam

Menentukan Sifat Fisik dan StabilitasLotion VCO ... 41

(15)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Lapisan Kulit ... 14

Gambar 2. Model konseptual pembentukan kulit kering ... 18

Gambar 3. Struktur cetyl alcohol ... 20

Gambar 4. Struktur asam stearat ... 21

Gambar 5. Struktur trietanolamin ... 22

Gambar 6. Struktur gliserin ... 22

Gambar 7. Struktur nipagin ... 23

Gambar 8. Pengenceranlotion VCOdengan aquadest ... 38

Gambar 9. Pewarnaan lotion VCOdengan methylen blue ... 39

Gambar 10. Kertas saring yang diolesilotion VCO ... 40

Gambar 11. Hubungan pengaruh polysorbate 80 dan cetyl alcohol terhadap daya sebar ... 42

Gambar 12. Hubungan pengaruh polysorbate 80 dan cetyl alcohol terhadap viskositas ... 43

Gambar 13. Hubungan pengaruh polysorbate 80 dan cetyl alcohol terhadap pergeseran viskositas... 44

Gambar 14. Contour plot daya sebar ... 46

Gambar 15. Contour plot viskositas ... 47

Gambar 16. Contour plot pergeseran viskositas ... 48

Gambar 17. Contour plot pemisahan fase ... 49

Gambar 18. Contour plot superimposed ... 50

(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Data penimbangan dan notasi ... 55

Lampiran 2. Data sifat fisiklotionVCO ... 56

Lampiran 3. Perhitungan Desain Faktorial ... 61

Lampiran 4. Kuisionersensory assessment lotion VCO ... 69

Lampiran 5. Datasensory assessment lotion VCO ... 70

Lampiran 5. Dokumentasi ... 74

(17)

BAB I PENGANTAR

A. Latar Belakang

Kelapa merupakan satu dari sepuluh tumbuhan paling berguna di dunia, khususnya di daerah tropis. Indonesia merupakan negara tropis penghasil kelapa terbesar setelah Filipina, dimana kelapa tersebut memiliki banyak kegunaan dari sabutnya, tempurungnya, airnya, daging buahnya, sampai ampasnya. Sedangkan yang paling banyak digunakan untuk kosmetik dan pengobatan yaitu minyak kelapa yang dihasilkan dari daging buahnya.

Minyak kelapa atau minyak kelentik sudah lama dikenal masyarakat tropis dan dibuat secara turun temurun. Sejak dahulu minyak kelapa digunakan untuk melembutkan kulit, melebatkan rambut, menyembuhkan koreng, dan mengatasi persoalan pada kulit kepala bayi. Selain itu minyak kelapa digunakan sebagai shampoo, sabun, dan krim perawatan kulit (Sukartin, 2005).

Virgin Coconut Oil (VCO) mempunyai berbagai keunggulan dibanding

minyak kelapa biasa, maupun minyak nabati lainnya. VCO memiliki kandungan asam lemak jenuh yang paling tinggi (92%), yang menyebabkan minyak kelapa [VCO] tahan terhadap ketengikan akibat oksidasi. Sedangkan oksidasi menyebabkan pembentukan radikal bebas berbahaya bagi tubuh (Sukartin, 2005).

Struktur molekul beberapa asam lemak dalam VCO yang kecil memudahkan kulit dan rambut untuk menyerapnya. Selain itu, VCO juga sangat baik untuk melembutkan kulit yang kasar dan keriput. VCO yang diolah tanpa

(18)

pemanasan akan memberi efek yang baik pada semua jaringan tubuh, khususnya jaringan ikat yang memberi elastisitas pada kulit (Sukartin, 2005).

Indonesia merupakan negara tropis sehingga kulit masyarakatnya cenderung kering. Karena itulah banyak masyarakat yang menggunakan pelembab dalam mengatasinya.

Virgin Coconut Oil (VCO) diformulasikan dalam bentuk sediaan lotion

dengan pertimbangan minyak ini mempunyai berbagai keunggulan dibanding minyak kelapa biasa. Selain itu, VCO juga mengandung asam laurat, asam kaprat, dan sebagainya yang bersifat antibakteri (Enig, 2001). Dengan demikian dalam sediaan lotion tersebut zat aktifnya sendiri sudah bersifat antibakteri sehingga dapat mempertahankan stabilitas sediaan dari mikroorganisme selama penyimpanan.

Lotion VCO diformulasikan sebagai emulsi minyak dalam air (M/A)

untuk menjaga kenyamanan pengguna karena mudah dibilas dengan air dan tidak meninggalkan kesan lengket di kulit.

Emulsifying agent yang digunakan dalam sistem emulsi akan

mempengaruhi sifat fisik dan kestabilannya. Kombinasiemulsifying agent dapat dilakukan untuk mencapai Hydrophile - Lipophile Balance (HLB) yang diinginkan. Kombinasi emulsifying agent akan mempengaruhi sifat fisik dan kestabilan sistem emulsi.

(19)

nonionik dengan HLB 2 karena gugus lipofilnya lebih dominan. Namun, cetyl alcohol sering dikombinasikan dengan emulsifying agent berHLB tinggi (13 – 16) untuk membentuk emulsi M/A (Kim, 2005) karena berfungsi sebagai

thickening agent yang membantu menjaga tekstur dan daya sebar sediaan

(Anonim, 2006e).

Dalam interfacial film theory, adanya stable interfacial complex

condensed film yang terbentuk saat emulsifying agent yang bersifat larut air

dicampurkan dengan emulsifying agent yang bersifat larut lemak mampu membentuk dan mempertahankan emulsi dengan lebih efektif dibandingkan penggunaan emulsifying agent tunggal. Kombinasi polysorbate 80 dan cetyl alcohol sebagai emulsifying agent dalam lotion VCO diharapkan mampu menghasilkanlotionyang memenuhi kriterialotionyang bisa diterima masyarakat dan stabil dalam penyimpanan.

1. Rumusan Permasalahan

a. Di antara polysorbate 80, cetyl alcohol, dan interaksinya mana yang lebih dominan dalam menentukan sifat fisik dan stabilitas lotion Virgin Coconut

Oil?

b. Apakah ditemukan area komposisi optimum polysorbate 80 dan cetyl alcohol

padacontour plot superimposed sifat fisik dan stabilitas lotion Virgin Coconut

(20)

2. Keaslian penelitian

Sejauh penelusuran pustaka yang dilakukan penulis, penelitian tentang formulasi sediaanlotion Virgin Coconut Oil yang digunakan sebagaimoisturizer

lotion dengan emulsifying agent polysorbate 80 dan cetyl alcohol belum pernah

dilakukan.

3. Manfaat penelitian a. Manfaat teoritis

Menambah khasanah ilmu pengetahuan tentang bentuk sediaan lotion

yang berasal dari bahan alam.

b. Manfaat metodologis

Menambah informasi ilmu pengetahuan dalam bidang kefarmasian mengenai penggunaan metode desain faktorial.

c. Manfaat praktis

Dengan adanya formula optimum sediaan lotion Virgin Coconut Oil

masyarakat dapat menggunakanlotion Virgin Coconut Oilsebagaimoisturizer.

B. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum :mengetahui formulalotion Virgin Coconut Oil yang optimal. 2. Tujuan khusus :

(21)

b. mengetahui area komposisi optimum polysorbate 80 dan cetyl alcohol pada

contour plot superimposed sifat fisik lotion dan stabilitas lotion Virgin

(22)

BAB II

PENELAAHAN PUSTAKA

A. Virgin Coconut Oil

Virgin Coconut Oil (VCO) merupakan salah satu hasil olahan dari daging

buah kelapa (Cocos nucifera) yang masih segar (Shilhavy, 2005). VCO hanya dapat diperoleh dari pengolahan daging kelapa segar atau disebut non kopra. Penggunaan bahan – bahan kimia dan panas yang tinggi tidak digunakan pada pemurnian lebih lanjut seperti halnya minyak kelapa biasa (Shilhavy, 2005). VCO mempunyai kandungan asam lemak jenuh yang lebih tinggi (92%) dari minyak nabati lainnya termasuk minyak kelapa biasa. Kandungan asam lemak jenuh tersebut didominasi oleh asam laurat (43 - 53%) yang merupakanMedium Chain

Fatty Acid (MCFA) yang tidak terdapat dalam sebagian besar minyak lain. Di

dalam tubuh, asam laurat (C12) akan dipecah menjadi energi dan jarang tersimpan

sebagai lemak. Oleh karena itu, asam lemak dalam VCO tidak menghasilkan lemak melainkan energi. Asam laurat juga dapat membunuh berbagai jenis mikroorganisme yang membran selnya mengandung asam lemak (Sukartin dan Sitanggang, 2005).

Pada dasarnya, pembuatan VCO dilakukan dengan tiga cara seperti berikut:

1. pemanasan

Proses pembuatan VCO dengan pemanasan hampir sama dengan cara membuat minyak kelapa secara tradisional. Pertama, kelapa dibuat santan dengan

(23)

mencampurkan 1 kg parutan kelapa segar dengan 2 liter air. Santan tersebut kemudian didiamkan selama lebih kurang 12 jam. Setelah didiamkan, santan akan terbagi menjadi tiga lapisan. Lapisan pertama disebut krim, lapisan kedua

skimyang berupa protein, dan lapisan ketiga berupa air (Sukartin dan Sitanggang, 2005).

Lapisan paling atas yang berupa krim diambil dengan cara disendok atau disedot menggunkan selang kecil supaya tidak bercampur dengan larutan lapis kedua. Selanjutnya krim tersebut dipanaskan supaya terbentuk minyak (Sukartin dan Sitanggang, 2005).

2. fermentasi

Pembuatan VCO dengan fermentasi dilakukan dengan mencampurkan mikroba atau ragi dari Saccharomyces cerevisae ke dalam lapisan krim yang dihasilkan dari pendiaman santan. Enzim yanng dihasilkan Saccharomyces

cerevisae berfungsi memecah emulsi krim. Campuran tersebut didiamkan selama

1 – 2 hari. Fermentasi dikatakan berhasil jika diperoleh tiga lapisan dalam krim yang difermentasikan yaitu minyak, blondo, dan air. Lapisan minyak dipisahkan secara hati – hati dan dipanaskan dengan suhu sekitar 60º C hingga minyak berwarna jernih dan beraroma khas (Sukartin dan Sitanggang, 2005).

3. minyak pancingan

(24)

Banyak cara dalam memurnikan minyak kelapa yang dibuat dari kopra. Namun, VCO menggunakan kelapa segar dan tidak perlu pemurnian lebih lanjut seperti minyak kelapa biasa. Kandungan antioksidan alaminya membuat VCO lebih stabil dari minyak kelapa (Shilhavy, 2005).

T abel I . I nt er im St andar Vir gin Coconut Oil dar i Asian and

Asam Linolenat (C18-3) < 0,5

B. Lotion

Lotion adalah suatu sediaan topical yang non viscous yang ditujukan

untuk kulit sehat. Kebanyakanlotion adalah emulsi minyak dalam air tapi lotion

air dalam minyak juga diformulasikan.Lotion diaplikasikan tanpa friksi dan tidak diaplikasikan pada mucus membrane (Anonim, 2006c).

(25)

sedangkan suatu lotion bersifat non-viscous dan dapat dengan mudah diaplikasikan ke area tersebut. Lotion juga mempunyai keuntungan dapat menyebar lebih tipis dibandingkan krim atau salep dan menutup permukaan kulit lebih luas (Anonim, 2006c).

C. Emulsi

(26)

Untuk penentuan jenis emulsi terdapat sejumlah cara pengujian yang berguna. Metode yang digunakan untuk penentuan jenis emulsi antara lain: a. metode warna

Beberapa tetes suatu larutan bahan pewarna dalam air (metilen biru) dicampurkan ke dalam suatu contoh emulsi. Jika seluruh emulsi berwarna seragam, maka terdapat suatu emulsi dari jenis M/A, oleh karena air adalah fase luar. Contoh sebaliknya dapat dibuat dengan bahan pewarna larut lipoid, misalnya dengan beberapa tetes suatu larutan Sudan III dalam minyak. Suatu pewarnaan homogen dengan ini semata – mata berlangsung pada emulsi A/M, oleh karena bahan pewarna larut lipoid hanya mampu melintasi fase minyak yang tertutup untuk diwarnai (Voigt, 1994).

b. metode pengenceran

(27)

c. percobaan pencucian

Hanya emulsi M/A dapat mudah dicuci dengan air dari tangan atau barang. Penghilangan suatu emulsi A/M menurut pengalaman sering menunjukkan kesulitan yang berarti (Voigt, 1994).

d. percobaan cincin

Satu tetes emulsi yang diuji diberikan pada kertas saring, maka emulsi M/A setelah waktu singkat menunjukkan sebuah cincin air di sekeliling tetesan (Voigt, 1994).

e. pengukuran daya hantar

Penandaan dari jenis emulsi yang benar – benar terjamin dapat berlangsung melalui pengujian daya hantar. Dua kawat yang dihubungkan dengan sebuah batere lampu senter dicelupkan ke dalam contoh emulsi, maka akan berlangsung suatu ayunan hanya pada emulsi M/A yang terdapat pada sisipan miliampere. Semata – mata air sebagai fase luar yang memungkinkan suatu aliran listrik. Untuk ini jejak elektrolit yang diperlukan terkandung dalam setiap air. Pada emulsi A/M fase luar berfungsi sebagai isolator, sehingga suatu ayunan yang jelas pada ampermeter terhenti (Voigt, 1994).

D. Emulsifying Agent

Emulsifying agent adalah surfaktan yang mengurangi tegangan antar

(28)

Emulsifying agent bekerja dengan membentuk film atau lapisan di sekeliling butir – butir tetesan yang terdispersi dan film ini berfungsi agar mencegah terjadinya koalesen dan terpisahnya cairan dispers(Anief, 2003).

E. Sistem HLB (Hydrophile - Lipophile Balance )

Sistem HLB ( Hydrophile - Lipophile Balance ) adalah suatu nilai polaritas dari surfakan (Kim, 2005). Nilai HLB menerangkan keseimbangan hidrofil – lipofil, yang diberikan dari ukuran dan kuatnya gugus lipofil dan gugus hidrofil. Atas dasar efisiensi sistem HLB dibuat pada skala 1 – 20. Semakin lipofil suatu surfaktan, semakin rendah nilai HLB (Voigt, 1994).

T abel I I . Klasif ikasi sur f akt an ber dasar kan nilai HLB HLB Penggunaan

1 - 3 Antifoaming agent

3 – 6 W/O emulsifying agent

7 – 9 Wetting agent

8 – 16 O/W emulsifying agent

13 – 15 Detergents

15 - 18 Solubilizing agent

(Kim, 2005)

HLB Dispersibilitas di air

1 - 4 Tidak

3 – 6 Jelek

6 - 8 Dispersi seperti susu yang bersifat tidak stabil 8 – 10 Dispersi seperti susu bersifat stabil 10 – 13 Dispersi translucent

13 - Larutan jernih

(29)

F. Stabilitas Emulsi

Stabilitas sebuah emulsi adalah sifat emulsi untuk mempertahankan distribusi halus dan teratur dari fase terdispersi yang terjadi dalam jangka waktu yang panjang (Voigt, 1994).

Umumnya, suatu emulsi dianggap tidak stabil secara fisik jika:

1. fase dalam atau fase terdispersi pada pendiaman cenderung untuk membentuk agregat dari bulatan – bulatan dengan cepat.

2. jika agregat dari bulatan naik ke permukaan atau turun ke dasar emulsi tersebut akan membentuk suatu lapisan pekat dari fase dalam.

3. jika semua/sebagian dari cairan fase dalam tidak teremulsikan dan membentuk suatu lapisan yang berbeda pada permukaan/pada dasar emulsi yang merupakan hasil dari bergabungnya bulatan – bulatan fase dalam.

(Ansel, 1990). Metode evaluasi stabilitas emulsi antara lain:

1. pemisahan fase

Stabilitas fisik emulsi dapat diketahui dengan pemeriksaan tingkat

creaming atau coalecense yang terjadi dalam periode waktu tertentu. Caranya

dengan membandingkan volume terjadinya creaming atau bagian yang memisah dari suatu emulsi dengan volume totalnya (Aulton, 1988).

2. analisis ukuran partikel

(30)

Pemeriksaan secara mikroskopik/menghitung partikel secara elektronik seperti dengan coulter counter atau pengukuran laser difraksi suatu emulsi dalam waktu penyimpanan banyak dilakukan (Aulton, 1988).

3. perubahan viskositas dan sifat alir

Perbedaan ukuran partikel/perpindahan gerakan bahan pengemulsi yang berlebih selama periode waktu tertentu dapat diketahui dengan perubahan viskositas nyata supaya perbandingan stabilitas relatif dari produknya hampir sama sehubungan dengan kecepatan pembentukancreaming(Aulton, 1988).

G. Kulit

Gambar 1. Lapisan kulit

(31)

(lapisan adiposa subkutan), yang disebut dengan membran dasar (Anonim, 2007a).

1. Epidermis

Epidermis adalah lapisan terluar dari kulit. Epidermis membentuk suatu lapisan yang tahan air, melindungi seluruh permukaan tubuh dan tersusun dari lapisan – lapisan squamous epithelium dengan dasar basal lamina. Epidermis tidak mengandung pembuluh darah, dan sel – selnya pada lapisan yang terdalam mendapat makanan dengan cara difusi dari pembuluh darah kapiler menuju ke lapisan di atas dermis. Epidermis terutama tersusun dari sel keratinocytes,

melanocytes, Langerhans cellsdan Merkels cells (Anonim, 2007a).

Epidermis terbagi menjadi berbagai lapisan dimana sel – selnya terbentuk dari mitosis lapisan terdalam. Sel – sel tersebut naik ke lapisan di atasnya, berubah bentuk dan komposisi karena deferensiasi dan terisi dengan keratin. Bila sel tersebut mencapai lapisan teratas maka disebut stratum corneum dan akan terkelupas. Proses ini disebut keratinizationdan terjadi dalam beberapa minggu (± 30 hari). Lapisan epidermis terluar terdiri dari 25 – 30 lapisan sel mati (Anonim, 2007a).

Epidermis terbagi dalam 5 lapisan:

a. stratum corneum

(32)

sangat rendah, dan merupakan sel mati dalam artian tidak mengalami proses metabolisme. Kandungan terbesar dari stratum corneum adalah keratin, suatu protein yang tidak larut air dan sangat resisten terhadap reaksi kimia sehingga mampu melindungi tubuh dari pengaruh lingkungan luar tubuh. Permukaan

stratum corneum terlapisi oleh bahan berlemak yang disebut lemak kulit yang

terdiri dari keringat; cairan yang dihasilkan kelenjar keringat; sebum, lemak yang dihasilkan oleh kelenjar sebacea dan produk buangan yang dihasilkan oleh

protein seluler ( Jellinek, 1970).

b. stratum lucidum

c. stratum granulosum

Lapisan ini mengandung keratohialin yang berfungsi untuk merefleksikan cahaya dan memberikan warna opak pada kulit.

d. stratum spinosum

Lapisan ini mengandung melanin yang merupakan pigmen warna coklat.

e. stratum germinativum (stratum basale)

Divisi seluler secara konstan pada lapisan ini menyebabkan sel – sel di atasnya berpindah secara teratur menuju ke permukaan. Pada saat yang sama terjadi modifikasi pada struktur sel sehingga terjadi perubahan sel germinal

(33)

luar dan dalam mebran agar tetap berada pada pH 5. Fungsi lain Rein s barrier

adalah menjaga keseimbangan kelembapan dan keseimbangan elektrolit ( Jellinek, 1970).

2. Dermis

Dermis merupakan lapisan kulit di bawah epidermis. Dermis mengandung folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar minyak, kelenjar apokrin, dan pembuluh darah (Anonim, 2007a).

3. Hipodermis

Hipodermis berada di bawah lapisan dermis. Fungsi dari hipodermis adalah untuk perlekatan dengan tulang dan otot. Sel – sel yang terdapat pada lapisan ini adalah sel tipe fibroblast, makrofag, dan adipose (Anonim, 2007a).

Sistem pengaturan air pada kulit

(34)

Gambar 2a. Kulit nor mal Gambar 2b. Kulit ker ing Gambar 2. Model konsept ual pembent ukan kulit ker ing

Kulit kering adalah fenomena komplek dimana kulit terasa kasar, berkerut, gatal, dan secara visual terlihat kering. Kulit kering disebabkan adanya gangguan pada proses deskuamasi, degradasi progresif pada tenaga kohesif yang mengikatcorneocytes pada stratum corneum.Pada kulit sehat, deskuamasi diatur dimana permukaan corneocytes dilepaskan dalam keadaan seimbang dengan pembentukancorneocytes pada stratum granulosum tanpa mengubah keseluruhan integritas jaringan kulit (Rawlings, Harding, Wakinson, Chandar, Scott, 2002). Kekeringan yang terjadi pada epidermis menyebabkan kulit menjadi bersisik dan kurang elastis. Kadar kelembapan di stratum corneum ditentukan oleh laju suplai air dan laju penguapan air. Penghilangan kelembapan terutama dipengaruhi oleh kelembapan (humiditas) udara lingkungan. Sebum yang dihasilkan oleh kelenjar minyak tidak sepenuhnya bersifat permeabel terhadap air, namun mampu menahan air, kemudian menunda penguapan. Sebum terdiri dari asam lemak jenuh (C9 – C15) dan asam lemak tak jenuh (C14 – C22) ( Jellinek, 1970).

Faktor luar: - RH

rendah - Deterjen

(35)

H. Moisturizer

Moisturizer adalah suatu campuran kompleks dari bahan kimia yang secara khusus dirancang untuk membuat lapisan terluar kulit menjadi lebih lunak dan lebih kenyal dengan meningkatkan kandungan air (Anonim, 2006e).

Moisturizer adalah produk yang diformulasikan secara khusus sebagai krim yang bersifat nongreasy dan lotion yang dapat menyuplai pelunak kulit yang melembabkan kulit kering. Produk ini biasanya digunakan sepanjang hari, kadang – kadang sebelum memakai make-up (Ash dan Michael, 1977).

Moisturizer bekerja pada lapisan terluar dari kulit, yang disebut stratum corneum, yang sebagian besar dibentuk dari squamus cells atau keratinocytes. Kebanyakan, walau tidak semua, agen yang terdapat dalam moisturizer tidak bisa menembus lapisan yang lebih dalam seperti dermis dan hipodermis. (Anonim, 2006f).

Ada tiga cara melembabkan kulit : 1. menghaluskan bagian yang kasar (emoliensi) 2. mengurangi penguapan air dari kulit (oklusif)

3. membantu mempertahankan keberadaan air pada kulit (humektansi)

(Rawling, dkk, 2002)

I. Polysorbate 80

(36)

dengan konsentrasi 1-15% sebagai solubilizer. Polysorbate 80 digunakan secara luas pada kosmetik sebagai emulsifying agent(Smolinske, 1953).

Polysorbate 80 merupakan ester oleat dari sorbitol di mana tiap molekul anhidrida sorbitolnyanya berkopolimerisasi dengan 20 molekul etilenoksida (anhidrida sorbitol : etilenoksida = 1:20). Polysorbate 80 berupa cairan kental berwarna kuning muda sampai kuning sawo (Anonim, 1993), berbau karamel yang dapat menyebabkan pusing (Greenberg, 1954), panas dan kadang-kadang pahit (Anonim, 1993).

Polysorbate 80 sangat larut dalam air, larut dalam etanol (95%) P dan etilasetat P, tidak larut dalam parafin cair P (Anonim, 1993), tidak larut dalam alkohol polihidrik (Greenberg, 1954). Polysorbate 80 mempunyai titik lebur yang berada pada suhu 5°-6°C, nilai pH 6.0-8.0, dan stabil dalam larutan dengan pH 2-12. Polysorbate 80 digunakan sebagai emulsifier pada krim dan lotion, pelarut minyak esensial dalam air (Greenberg, 1954).

J. Cetyl Alcohol

HO

Gambar 3. St r ukt ur cet yl alcohol

Cetyl alcohol (CH 3(CH2)15OH) merupakan surfaktan nonionik dari

(37)

(Voigt, 1994). Cetyl alcohol bila dikombinasikan dengan emulsifying agent yang larut air dapat meningkatkan stabilitas emulsi M/A. Campuranemulsifying agent

tersebut membentuk susunan yang rapat menjadi barrier monomolekular di sekeliling permukaan tetesan minyak yang mampu mencegah koalesensi. Pada sediaan semisolid, cetyl alcohol dikombinasikan denganemulsifying agent yang larut air untuk membentuk fase luar yang kental (Boyland, 1986).

Cetyl alcohol berupa kristal putih, tidak larut air, bercampur dengan alkohol, glikol, minyak kosmetik, minyak aromatik (Windholz,1976).

K. Asam Stearat

Gambar 4. St r ukt ur asam st ear at

(38)

Asam stearat dapat mengentalkan lotion. Penggunaan asam stearat berkisar antara 3 – 5 % Serbuk asam stearat bersifat iritatif, namun sifat tersebut akan hilang bila terjadi netralisasi (Boyland, 1986).

L. Trietanolamin

N

HO OH

HO

Gambar 5. St r ukt ur t r iet anolamin

Trietanolamin adalah cairan kental jernih, berwarna kekuningan, dan berbau seprti amonia. Trietanolamin bersifat higroskopis. Trietanolamin dapat bereaksi dengan asam membentuk garam dan ester. Reaksi yang terjadi antara trieetanolamin dan asam lemak bebas membentuk sabun yang dapat berfungsi sebagai detergen ataupun emulsifying agent. Garam yang dihasilkan dari reaksi trietanolamin dengan asam lemak bebas mempunyai pH netral dan tidak mengiritasi kulit (Boyland, 1986). Secara umum, trietanolamin merupakan senyawa basa yang aman bila digunakan dalam kosmetik (Jellinek, 1970).

M. Gliserin

OH HO

OH

Gambar 6. St r ukt ur gliser in

(39)

bersifat tidak berwarna, tidak berbau, higroskopis, rasanya manis, dan berupa cairanviscous. Gliserin merupakan gula alkohol dan mempunyai tiga gugus –OH yang bertanggungjawab terhadap kelarutannya di air (Anonim, 2006f).

Gliserin digunakan sebagai humektan, dan lubricant pada produk – produk perawatan tubuh seperti pasta gigi, mouthwash, produk perawatan kulit, krim cukur, produk untuk rambut, dan sabun (Anonim, 2006f). Gliserin digunakan sebagai humektan pada jumlah 3 – 8 % (Anonim, 2006c).

N. Nipagin O

HO O

Gambar 7. St r ukt ur nipagin

Nipagin disebut juga metil paraben (CH3(C6H4(OH)COO) merupakan

penghambat pertumbuhan jamur dan merupakan pengawet yang sering digunakan dalam makanan dan kosmetik (Kim, 2005). Metil paraben telah terbukti aman

(40)

O. Desain Faktorial

Desain faktorial merupakan aplikasi persamaan regresi yaitu teknik untuk memberikan model hubungan antara variabel respon dengan satu atau lebih variabel bebas. Desain faktorial digunakan dalam percobaan untuk menentukan secara simulasi efek dari beberapa faktor dan interaksinya yang signifikan. Signifikan berarti perubahan dari level rendah ke level tinggi pada faktor-faktor akan menyebabkan perubahan besar pada responnya (Bolton, 1990).

Desain faktorial dua level berarti ada dua faktor (misal A dan B) yang masing-masing faktor diuji pada dua level yang berbeda, yaitu level rendah dan level tinggi. Dengan desain faktorial dapat didesain suatu percobaan untuk mengetahui faktor dominan yang berpengaruh secara signifikan terhadap suatu respon. Desain faktorial dengan dua faktor dalam suatu percobaan memberikan pertanyaan sebagai berikut :

a. apakah faktor A memiliki pengaruh yang signifikan terhadap suatu respon?

b. apakah faktor B memiliki pengaruh yang signifikan terhadap suatu respon?

c. apakah interaksi faktor A dan B memiliki pengaruh yang signifikan terhadap suatu respon? (Bolton, 1990)

(41)

rendah dan level tinggi. Efek adalah perubahan respon yang disebabkan variasi tingkat dari faktor. Efek faktor atau interaksi merupakan rata-rata respon pada level tinggi dikurangi rata-rata respon pada level rendah. Respon merupakan sifat atau hasil percobaan yang diamati. Respon yang diukur harus dikuantitatifkan (Bolton, 1990).

Persamaan umum dari desain faktorial adalah sebagai berikut : Y = b0 + b1XA + b2XB + b12XAXB

dimana : Y = respon hasil atau sifat yang diamati XA,XB = level bagian A dan B

b0 = rata-rata dari semua percobaan

b1, b2, b12 = koefisien (dapat dihitung dari hasil percobaan)

Pada desain faktorial dua level dan dua faktor diperlukan empat percobaan yaitu (1) A dan B masing-masing pada level rendah, (a) A pada level tinggi dan B pada level rendah, (b) A pada level rendah dan B pada level tinggi, dan (ab) A dan B masing-masing pada level tinggi. Selain faktor dominan yang berpengaruh yang dapat diketahui dari metode ini, dapat juga diketahui komposisi optimum melalui contour plot super imposed pada level yang diteliti (Bolton, 1990).

P. Landasan Teori

(42)

mempunyai kandungan asam lemak jenuh rantai sedang dalam kadar tinggi (92%), salah satunya adalah asam laurat (43-53%). Asam laurat (C12) mempunyai

ukuran molekul yang dapat dengan mudah mempenetrasi lapisan stratum corneum dan bersifat seperti sebum alami kulit sehingga dapat memberikan efek

moisturizeryang lebih efektif.

Dalam penelitian ini, Virgin Coconut Oil akan diformulasikan dalam sediaan lotion yang merupakan emulsi minyak dalam air dengan pertimbangan kenyamanan pemakai. Sistem emulsi ini menggunakan komposisi emulsifying

agentpolysorbate 80 – cetyl alcohol. Komposisiemulsifying agentini diharapkan

akan menurunkan tegangan antar muka minyak – air sehingga memberikan sistem emulsi yang memenuhi kriteria. Komposisi emulsifying agent akan menentukan sifat fisik dan stabilitas dari lotion.Stabilitas sistem emulsi yang terbentuk dapat dicapai dengan adanya cetyl alcohol dan polysorbate 80 yang diprediksi dapat membentuk stable interfacial complex condensed film. Lapisan ini bersifat fleksibel,viscous, koheren, dan tidak mudah pecah selama molekul – molekulnya tertata dengan efisien satu dengan yang lainnya.

Untuk mendapatkan formula yang optimum dilihat dari sifat fisik dan stabilitaslotiondapat dilakukan dengan metode desain faktorial. Dengan metode ini efek tiap – tiap faktor maupun interaksi keduanya dapat teridentifiksi dan dapat ditentukan faktor mana yang paling mempengaruhi sifat fisik, dan stabilitas

(43)

Q. Hipotesis

Diduga ada efek yang dominan dari komposisi polysorbate 80 dan cetyl alcohol sebagai emulsifying agent dalam menentukan sifat fisik dan stabilitas

(44)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Rancangan dan Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan rancangan eksperimental murni menggunakan desain faktorial dan bersifat eksploratif, yaitu mencari formula lotion Virgin

Coconut Oil yang optimal yang dapat berfungsi sebagaimoisturizer, stabil dalam

penyimpanan dan dapat diterima masyarakat.

B. Variabel Penelitian

1. Variabel bebas : komposisi emulsifying agent polysorbate 80 dan cetyl alcohol level tinggi dan level rendah.

2. Variabel tergantung : daya sebar, viskositas, pergeseran viskositas, dan pemisahan faselotion.

3. Variabel pengacau terkendali : lama dan kecepatan pencampuran, lama penyimpananlotion, kemasanlotion, posisi viscotester.

4. Variabel pengacau tidak terkendali :suhu ruangan, kelembapan udara

C. Definisi operasional

1. Virgin Coconut Oil adalah minyak kelapa murni yang mengandung asam

laurat dalam kadar 43-53%.

(45)

2. Lotion adalah suatu sediaan topikal yangnonviscous yang dapat diaplikasikan pada kulit yang berambut dan mempunyai daya sebar yang luas dengan membentuk lapisan tipis pada kulit.

3. Emulsifying agent merupakan suatu senyawa yang dapat menurunkan

tegangan permukaan yang berada di antara dua cairan yang tidak saling campur sehingga salah satu cairan dapat terdispersi di dalam cairan yang lainnya.

4. Komposisi emulsifying agent adalah banyaknya polysorbate 80 dan cetyl alcohol yang digunakan dalam formulalotion Virgin Coconut Oil yaitu 4 dan 8 gram polysorbate 80 dan 2 dan 4 gram cetyl alcohol.

5. Desain faktorial merupakan suatu desain penelitian yang mengevaluasi efek dari berbagai faktor dan interaksinya dalam waktu yang bersamaan.

6. Respon adalah hasil percobaan yang perubahannya diamati secara kuantitatif dalam penelitian, dalam hal ini sifat fisik (daya sebar dan viskositas) dan stabilitaslotion(pergeseran viskositas dan persentase pemisahan fase).

7. Faktor adalah tiap besaran yang memberikan pengaruh terhadap respon kuantitatif dan kualitatif. Dalam penelitian ini digunakan dua faktor yaitu polysorbate 80 dan cetyl alcohol.

(46)

9. Efek adalah pengaruh perubahan faktor terhadap respon karena adanya variasi level, dapat dihitung secara matematis berdasarkan rumus desain faktorial dengan menghitung selisih rata-rata respon level tinggi dikurangi respon level rendah.

10. Sifat fisiklotion adalah parameter yang digunakan untuk mengetahui kualitas fisiklotion,dalam penelitian ini meliputi daya sebar dan viskositas.

11. Daya sebar adalah diameter penyebaran lotion pada alat uji daya sebar yang selama 5 menit diberi kaca pemberat dan 1 menit kemudian diberikan beban seberat 200 gram. Kriteria daya sebar optimumlotionadalah 7 – 16 cm. 12. Viskositas adalah hambatan lotion untuk mengalir setelah adanya pemberian

gaya. Semakin besar viskositas lotion, maka lotion semakin tidak mudah mengalir atau kental. Kriteria viskositas optimumlotionadalah 20 – 60 d Pa.s. 13. Pergeseran viskositas adalah persentase dari selisih viskositas lotion dalam waktu penyimpanan 30 hari dengan viskositas lotion sesaat setelah dibuat. Kriteria pergeseran viskositas optimum adalah < 30 %.

14. Pemisahan fase lotion adalah persentase volume lotion yang stabil dibandingkan dengan volume totallotion dalam tabung berskala pada hari ke-0, 1, 3, 5, 7, 14, 21, 28, dan 30 setelah pembuatanlotion.

15.Sensory assessment adalah penilaian kriteria lotion oleh 29 sukarelawan

berusia antara 20 - 50 tahun, jenis kelamin laki – laki dan perempuan, dengan cara mengoleskan lotionsecara langsung pada tangan sukarelawan.

(47)

menunjukkan komposisi polysorbate 80 dan cetyl alcohol yang menghasilkan

lotion yang memenuhi sifat fisik dan stabilitaslotion.

D. Alat dan Bahan Penelitian 1. Bahan penelitian

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Virgin Coconut Oil

(VCO Wonder®, PT. Sakafarma Laboratories), gliserin (kualitas farmasetis), minyak melati (kualitas farmasetis), polysorbate 80 (kualitas farmasetis), cetyl alcohol (kualitas farmasetis), asam stearat (kualitas farmasetis), trietanolamin (kualitas farmasetis), metil paraben (kualitas farmasetis), dan aquadest.

2. Alat penelitian

Alat yang digunakan dalam penelitian ini mortir, gelas ukur (Iwaki TE-32 Pirex® Japan Under lic.), beaker glass (Iwaki TE-32 Pirex® Japan Under lic.), timbangan analitik (Precise 2000C – 2000D1), pipet tetes, termometer, pengaduk

kaca, penangas air,stopwatch (Casio®), alat uji daya sebar, dan viskotester Rion® VT 04 (RION – Japan).

E. Tata Cara Penelitian 1. Formula desain faktorial

(48)

1 – 15 % (Smolinske, 1953). Penggunaan cetyl alcohol dalam sediaan semi solid sebesar 2 – 4 % ( Anonim, 2006d ).

Penentuan level rendah dan level tinggi emulsifying agentdari formula

lotion VCO mengacu pada literatur dan berdasarkan pada orientasi formula yang

dilakukan oleh penulis. Level rendah dan level tinggi emulsifying agent dari formulalotionVCO adalah:

T abel I I I . Level Rendah dan Level T inggi Polysor bat e 80, Level Rendah dan Level T inggi Cet yl Alcohol

Formula Polysorbate 80 Cetyl alcohol

1 4 2

a 8 2

b 4 4

ab 8 4

Keterangan : F (1) = polysorbate 80 level rendah, cetyl alcohol level rendah F (a) = polysorbate 80 level tinggi, cetyl alcohol level rendah F (b) = polysorbate 80 level rendah, cetyl alcohol level tinggi F (ab) = polysorbate 80 level tinggi, cetyl alcohol level tinggi Berdasarkan tabel IV, dibuat 4 formulalotionVCO:

T abel I V. For mula Lot ion Vir gin Coconut Oil

Formula 1 a b ab

Virgin Coconut Oil 27,6 27,6 27,6 27,6

Polysorbate 80 4 8 4 8

Cetyl alcohol 2 2 4 4

Asam stearat 3 3 3 3

Nipagin 1,36 1,36 1,36 1,36

Tri Etanol Amin 0,6 0,6 0,6 0,6

Gliserin 5 5 5 5

Minyak melati q.s q.s q.s q.s

(49)

2. Alur penelitian a. Pembuatanlotion

Bahan – bahan yang dikelompokkan menjadi bagian A (VCO), B (cetyl alcohol dan asam stearat), dan C (Polysorbate 80, Nipagin, TEA, Gliserin, Aquadest) masing – masing dicampur secara terpisah. Campuran B dilelehkan di atas waterbath sampai meleleh seluruhnya. A dituangkan ke B dan dipanaskan di atas waterbath sampai suhu 50° C. Campuran C dipanaskan di atas waterbath sampai suhu 50° C. Tuangkan campuran A dan B ke mortir hangat, aduk. Campuran C dituang sedikit demi sedikit ke mortir sambil diaduk dengan kuat dan cepat selama 10 menit. Minyak melati dimasukkan, kemudian diaduk. Setelah dingin, dimasukkan ke kemasan.

b. Penentuan Tipe Emulsi 1) Metode Pengenceran

Lotion diletakkan di gelas arloji kemudian ditambahkan aquades dengan

volume dua kali lipat volumelotion dan diaduk dengan batang pengaduk hingga merata. Lakukan pengamatan apakahlotion masih tercampur merata atau tidak. 2) Metode Pewarnaan

Lotion diletakkan di gelas arloji kemudian ditambahkan 5 tetesmethylen

(50)

3) Metode Kertas Saring

Lotion dioleskan pada kertas saring. Kertas saring yang telah diolesi

lotion dikeringkan, kemudian diamati ada tidaknya noda transparan pada kertas

saring.

4) Metode Pencucian

Lotion dioleskan pada tangan. Tangan yang telah diolesi lotion dibasuh

dengan air mengalir dan diamati mudah tidaknyalotiontercuci air. c. Pengujian daya sebar

Lotion ditimbang seberat 0.5 gram dan diletakkan di tengan kaca bulat

berskala. Kaca bulat lain yang telah ditimbang beratnya diletakkan di atasnya dan biarkan selama 5 menit. Beri beban 200 gram, diamkan selama 1 menit dan catat diameter penyebaranlotion yang terjadi. Pengujian ini dilakukan sebanyak 6 kali untuk tiap-tiap formula.

d. Pengujian viskositas

Lotion dimasukkan dalam wadah dan dipasang pada viskotester tipe VT

04. Nilai viskositas akan ditunjukkan oleh jarum penunjuk saat viskotester dinyalakan. Pengambilan data sebanyak 6 kali untuk tiap-tiap formula. Pengujian ini dilakukan sebanyak 2 kali yaitu segera setelahlotion selesai dibuat dan setelah

lotion disimpan selama 30 hari.

e. Pengujian pemisahan fase

(51)

lotion yang stabil dibandingkan dengan total volume lotion dalam tabung berskala.

Pemisahan faselotion dapat dihitung dengan rumus:

%

f. Subjective assessment

Lotion dioleskan pada tangan sukarelawan. Sukarelawan diminta untuk

menilai beberapa kriteria seperti yang tercantum dalam kuisioner. Sukarelawan yang dipilih adalah yang berusia antara 20 - 50 tahun, jenis kelamin laki – laki dan perempuan. Jumlah sukarelawan adalah 29 orang (Garg dkk, 2002).

F. Analisis Hasil

Data yang terkumpul dianalisis dengan metode desain faktorial. Dengan desain faktorial dihitung besarnya efek polysorbate 80, efek cetyl alcohol, dan efek interaksi antara keduanya sehingga dapat diketahui efek yang paling dominan dalam menentukan sifat fisik lotion. Dari perhitungan berdasar persamaan dalam desain faktorial akan diperoleh contour plot untuk masing –

(52)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. PembuatanLotion Virgin Coconut Oil

Pembuatan lotion Virgin Cocout Oil dimulai dengan mencampurkan bahan – bahan sesuai dengan fasenya. Ada 2 fase berbeda yang tidak saling campur pada formula lotion Virgin Cocout Oil, yaitu fase air dan fase minyak. Yang termasuk fase air antara lain: aquadest, gliserin, trietanolamin, dan nipagin. Sedangkan yang termasuk fase minyak antara lain: Virgin Coconut Oil, asam stearat, dan minyak melati. Dalam penelitian ini, fase minyak didispersikan ke fase air dengan emulsifying agent polysorbate 80 dan cetyl alcohol untuk membentuk emulsi bertipe M/A.

Secara umum, prinsip proses emulsifikasi yang melibatkan panas adalah dengan memanaskan fase minyak. Fase air juga harus dipanaskan. Pencampuran dilakukan setelah kedua fase berada pada temperatur yang sama (Anonim, 2006d). Pada penelitian ini, cetyl alcohol dan asam stearat dicampur dan dilelehkan di atas waterbath sampai meleleh seluruhnya. Kemudian Virgin

Coconut Oil dan polysorbate 80 dimasukkan ke campuran cetyl alcohol dan asam

stearat yang telah meleleh sempurna, kemudian dipanaskan hingga suhu 50° C. Sementara itu, nipagin, TEA, gliserin, dan aquadest dicampur kemudian dipanaskan hingga mencapai suhu 50°C. Pemanasan berfungsi untuk memudahkan proses emulsifikasi, karena pada suhu tersebut, asam stearat dan

(53)

cetyl alcohol telah meleleh sempurna sehingga mudah dicampur dengan bahan – bahan lain yang berupa cairan.

Afektifitas proses emulsifikasi ditentukan oleh efisiensi pembentukan dan stabilisasi droplet. Seiring penambahan emulsifying agent saat proses emulsifikasi, tegangan antar muka antara fase minyak dan fase air akan turun. Turunnya tegangan antar muka pada kedua fase menyebabkan emulsifying agent

membentuk lapisan mengelilingi fase minyak sehingga terbentuk tetesan / droplet minyak yang terdispersi dalam fase air. Stabilitas sistem emulsi yang terbentuk dapat dicapai dengan adanya cetyl alcohol dan polysorbate 80 yang diprediksi dapat membentukstable interfacial complex condensed film. Lapisan ini bersifat fleksibel,viscous, koheren, dan tidak mudah pecah selama molekul – molekulnya tertata dengan efisien satu dengan yang lainnya.

Cetyl alcohol dan asam stearat dalam sediaanlotion Virgin Coconut Oil

berfungsi sebagaithikening agent yang menjaga stabilitas dengan mengentalkan fase air (fase luar). Asam stearat dapat menyebabkan iritasi karena sifatnya yang asam. Untuk mengatasinya, ditambahkan trietanolamin yang bersifat basa. Gliserin yang bersifat higroskopis berfungsi mencegah penguapan air dari lotion

sehingga viskositasnya tidak semakin besar. Untuk mempertahankan stabilitas biologis, pertumbuhan jamur padalotion perlu dicegah. Nipagin (metil paraben) ditambahkan kelotionuntuk mencegah pertumbuhan jamur dan mikroorganisme lainnya. Minyak melati dalam penelitian ini digunakan sebagai parfum dalam

(54)

Coconut Oil.Bau kelapa perlu ditutup dengan parfum karena bau tersebut kurang menarik dan kurang nyaman untuk pemakai.

Efekmoisturizer dari sediaan ini diduga disebabkan adanya asam – asam lemak jenuh rantai sedang dan asam lemak tak jenuh pada VCO. Tidak semua asam lemak yang terkandung dalam VCO bertanggungjawab pada efek moisturizer, namun hanya asam kaprat (C10), asam laurat (C12), asam miristat

(C14), asam oleat (C18-1), asam linoleat (C18-2), dan asam linolenat (C18-3). Asam –

asam lemak tersebut akan bertindak seperti sebum {asam lemak jenuh (C9 – C15)

dan asam lemak tak jenuh (C14 – C22)} yang mempertahankan kelembapan kulit

dengan mengurangi penguapan air pada kulit. VCO juga membantu menghaluskan bagian kulit yang kasar karena kurangnya kelembapan pada kulit.

B. Penentuan Tipe Emulsi

Penentuan tipe emulsi dilakukan dengan berbagai metode, antara lain: 1. metode pengenceran

(8a) For mula 1 (8b) For mula a

(55)

Lotion diencerkan dengan aquadest pada gelas arloji. Hasilnya lotion

menjadi lebih encer, tetap menyatu sebagai suatu sistem emulsi, dan tidak mengalami pecahnya emulsi. Fase dimana suatu emulsi dapat diencerkan dengan pelarut air tanpa mengalami kerusakan atau pecah, maka emulsi tersebut bertipe M/A. Pada metode ini dihasilkan semualotionmenyebar dan menjadi lebih encer setelah ditambahkan air tanpa mengalami pecah. Hal ini menunjukkan lotion

dalam penelitian ini semua bertipe M/A. 2. metode pewarnaan

(9a) For mula 1 (9b) For mula a

(9c) For mula b (9d) For mula ab Gambar 9. Pewar naan lot ion VCO dengan met hylen blue

Methylen blue merupakan zat warna yang larut air. Penambahan methylen blue pada lotion menyebabkan formula 1, a, b, dan ab berwarna biru merata. Hal ini menunjukkan lotion VCO ini mempunyai fase luar air sehingga

(56)

3. metode kertas saring

Gambar 10. Ker t as sar ing yang diolesi lot ion VCO

Penentuan tipe emulsi lotion VCO dengan metode kertas saring dilakukan dengan mengoleskan lotion VCO ke kertas saring. Seluruh formula

lotion VCO mudah menyebar pada kertas saring saat dioleskan. Pada gambar 9

terlihat bahwa tidak ada bekas noda yang ditinggalkan lotion VCO pada kertas saring. Hal ini menunjukkan bahwa semua formula lotion Virgin Coconut Oil

dalam penelitian ini bertipe M/A. Sedangkan, emulsi tipe A/M akan sulit menyebar pada kertas saring saat dioleskan, dan akan meninggalkan noda transparan pada kertas saring bila sudah kering.

4. metode pencucian

Darisensory assessmentditunjukkan bahwa semua formulalotion Virgin

Coconut Oil dapat dicuci dengan air tanpa menemui kesukaran. Hal ini

(57)

C. Pengujian Sifat Fisik

Parameter sifat fisik yang harus dipenuhi dalam lotion Virgin Coconut Oil adalah daya sebar, viskositas, pergeseran viskositas dan stabilitas.

T abel V. Dat a Sif at Fisik dan St ablit as Lot ion VCO

Efek Daya Sebar Viskositas Viskositas

Pemisahan Fase Polysorbate 80 -3,775 22,735 -29,64431 0

Cetyl alcohol -1,765 42,565 12,66015 0

(58)

1. Uji Daya Sebar

Pengujian daya sebar bertujuan melihat sejauh mana lotion dapat menyebar merata bila diaplikasikan ke kulit. Daya sebar berbanding terbalik dengan viskositas. Semakin encer suatulotion, semakin besar daya sebarnya.

0

Dari gambar 11 terlihat bahwa polysorbate 80 dan cetyl alcohol pada level rendah maupun level tinggi menyebabkan penurunan daya sebar. Dari perhitungan efek, polysorbate 80 mempunyai efek yang dominan dalam

menurunkan daya sebar yaitu sebesar -3,775. Polysorbate 80 dominan

(59)

alcohol merupakan thickening agent yang bersifat menaikkan viskositas dari sediaan sehingga daya sebar akan turun seiring kenaikan jumlah cetyl alcohol dalam sediaan, namun penurunan daya sebarnya lebih kecil dibandingkan dengan penurunan daya sebar yang disebabkan oleh polysorbate 80. Dari gambar 11 terlihat adanya interaksi diantara kedua emusifying agent yang ditunjukkan dengan ketidaksejajaran grafik.

2. Uji Viskositas

Viskositas adalah tahanan untuk mengalir. Viskositas merupakan bagian dari reologi. Reologi berperan dalam pembuatan, pengemasan, pengeluaran produk dari kemasan, konsistensi, dan stabilitas. Viskositaslotion Virgin Coconut Oil diukur dengan viskotester Rion® VT 04. Pengaduk akan berputar karena digerakkan oleh energi yang dihasilkan baterei, putaran pengaduk membuatlotion

teraduk dan jarum akan menunjukkan besarnya viskositas darilotion.

(60)

Dari gambar 12 terlihat bahwa polysorbate 80 dan cetyl alcohol pada level rendah maupun level tinggi menyebabkan kenaikan viskositas. Hal ini berarti bahwa setiap penambahan jumlah emulsifying agent akan menyebabkan pertambahan nilai viskositas. Dari gambar 12 terlihat adanya interaksi diantara kedua emusfying agent yang ditunjukkan dengan ketidaksejajaran grafik. Dari perhitungan efek, cetyl alcohol mempunyai efek yang dominan dalam menaikkan viskositas yaitu sebesar 42,565. Cetyl alcohol secara dominan mempengaruhi viskositas karena merupakanthickening agentyang bersifat menaikkan viskositas dari sediaan. t er hadap per geser an viskosit as

(61)

dominan dalam menurunkan pergeseran stabilitas. Semakin banyak polysorbate 80 yang digunakan maka pergeseran viskositas akan semakin kecil sehingga

lotion VCO menjadi lebih stabil. Cetyl alcohol level rendah berpengaruh

menurunkan pergeseran viskositas, sedangkan cetyl alcohol level tinggi berpengaruh menaikkan pergeseran viskositas. Interaksi yang terjadi antara polysorbate 80 dan cetyl alcohol dalam mempengaruhi pergeseran viskositas dapat dilihat dari ketidak – sejajaran garis pada gambar 13. Pergeseran viskositas dalam seluruh formulalotion Virgin Coconut Oilmenyebabkan konsistensilotion

menjadi lebih encer. Penyebab dari pergeseran viskositas pada seluruh formula

lotion Virgin Coconut Oiladalah pertambahan jumlah fase air karena pengikatan

air oleh gliserin dan trietanolamin yang bersifat higroskopis. 4. Uji Pemisahan FaseLotion

(62)

D. Optimasi Formula

Optimasi formula dilakukan dengan membuat contour plot dari sifat fisik lotion Virgin Coconut Oil yang diperoleh dari persamaan desain faktorial sehingga dapat diketahui area optimum dari tiap – tiap sifat fisik. Area optimum dari masing – masing sifat fisik digabung menjadi contour plot super imposed

sehingga diperoleh area optimum polysorbate 80 dan cetyl alcohol terbatas pada level yang telah ditentukan.

1. Daya Sebar

Persamaan desain faktorial untuk daya sebar adalah Y = 26,79 - 1,7575 XA - 2,51 XB + 0,27125 XAXB. Dari persamaan tersebut, dibuat countour plot

untuk daya sebar adalah sebagai berikut:

(63)

Menurut Garg et al kriteria daya sebar untuk sediaan semifluid creams

adalah 5,0 – 7,0 cm. Lotion mempunyai konsistensi yang lebih encer dari

semifluid creams, jadi daya sebarlotion lebih besar. Kriteria daya sebar optimum

dalam penelitian ini adalah 7,0 – 16 cm.

2. Viskositas

Persamaan desain faktorial untuk viskositas adalah Y = - 2,04 - 1,865 XA

+ 6,185 XB + 2,51625 XAXB. Dari persamaan tersebut, dibuatcontour plot untuk

daya sebar adalah sebagai berikut:

Gambar 15. Cont our plot viskosit as

(64)

bertutup flip top dengan lubang kecil. Kriteria viskositas optimum pada penelitian ini ditentukan berdasarkansensory assessment yaitu sebesar 20 – 60 d Pa. s. Pada viskositas optimum,lotion dapat dengan mudah dimasukkan dan dikeluarkan dari kemasan, juga dapat dengan mudah menyebar saat diaplikasikan ke kulit.

3. Pergeseran Viskositas

Persamaan desain faktorial untuk pergeseran viskositas adalah Y = 164,85707 - 23,1130175 XA - 25,073805XB + 5,23413 XAXB. Dari persamaan

tersebut, dibuatcontour plotuntuk daya sebar adalah sebagai berikut:

Gambar 16. Cont our plot per geser an viskosit as

(65)

adalah <30%. Pergeseran viskositas menunjukkan ketidakstabilan emulsi, karenanya pergeseran viskositas harus diminimalkan.

4. Pemisahan FaseLotion

Uji pemisahan faselotionmenunjukkan polysorbate 80 dan cetyl alcohol mampu mempertahankan stabilitaslotion VCO selama penyimpanan dalam waktu 30 hari. Contour plotuntuk pemisahan faselotion adalah sebagai berikut:

Gambar 17. Cont our plot pemisahan f ase

(66)

5. Contour Plot Superimposed

Dari data area optimum untuk masing – masing sifat fisik dapat dibuat

contour plot super imposedsebagai berikut:

Gambar 18. Cont our plot super imposed

Daricontour plot super imposed diperoleh area optimum polysorbate 80

(67)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari penelitian yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan :

1. Polysorbate 80 diprediksi memberikan efek yang dominan terhadap penurunan daya sebar dan pergeseran viskositaslotion Virgin Coconut Oil. 2. Cetyl alcohol diprediksi memberikan efek yang dominan terhadap kenaikan

viskositaslotion Virgin Coconut Oil.

3. Ditemukan area komposisi optimum dari polysorbate 80 dan cetyl alcohol pada formula lotion Virgin Coconut Oil.

B. Saran

1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang optimasi proses pembuatan

lotion VCOdenganemulsifying agent polysorbate 80 dan cetyl alcohol.

2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang uji iritasi lotion VCO dengan

emulsifying agent polysorbate 80 dan cetyl alcohol.

3. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang optimasi komposisi

emulsifying agent polysorbate 80 dan cetyl alcohol pada lotion VCO pada

level yang sama dengan uji stabilitas dengan mengamati ukuran droplet secara mikroskopis.

(68)

DAFTAR PUSTAKA

Allen, L.V., 2002, The Art, Science, and Technology of Pharmaceutical

Compounding, Second Edition, 263, 276, American Pharmaceutical

Association, USA

Anief, Moh., 2003,Ilmu Meracik Obat, 132-148, UGM Press : Yogyakarta Anonim, 1993, Kodeks Kosmetika Indonesia, Edisi II, Volume I, 389-390

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta

Anonim, 1995, Farmakope Indonesia, Edisi IV, 6 – 7, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta

Anonim, 2006a, Cetyl Alcohol, http://www.en.wikipedia.org/wiki/CetylAlcohol

Diakses pada 15 Januari 2006

Anonim, 2006b, Glycerol, http://www.en.wikipedia.org/wiki/Glycerol. Diakses pada 7 Desember 2006

Anonim, 2006c, Lotion, http://www.en.wikipedia.org/wiki/Lotion. Diakses pada 13 Januari 2006

Anonim 2006d, Lotion Making, http://www.fromnaturewithlove.com/ library/lotion making. asp. Diakses pada 23 Maret 2006

Anonim, 2006e, Making Lotions (and Creams),

http://www.glenbrookfarm.com/face_creams.htm. Diakses pada 23 Maret 2006

Anonim, 2006f, Moisturizer, http://www.en.wikipedia.org/wiki/Moisturizer. Diakses pada 13 Januari 2006

Anonim, 2007a, Skin, http://www.en.wikipedia.org/wiki/Skin. Diakses pada 16 Februari 2007

Anonim, 2007b, Stearic Acid , http://www.en.wikipedia.org/wiki/StearicAcid . Diakses pada 16 Februari 2007

Ansel, H. C., 1989, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, diterjemahkan oleh Farida Ibrahim, Edisi IV, 377 – 379, 382 - 387, Universitas Indonesia, Jakarta

Ansel, H. C., and Popovich (Eds),1990, Pharmacueutical Dosage Form and

Delivery System, Edisi V, 271, 274, 279, 280, Lea & Febiger,

(69)

Armstrong, N. A., James, K. C., 1996, Pharmaceutical Experimental Design and

Interpretation, 131 – 140, Taylor and Francis Ltd., London

Ash, I. and Michael, 1977, A Formulary of Cosmetic Preparations, 278-279, Chemical Publishing Co., New York

Aulton, M. E. (Ed), 1988, Pharmaceutics The Science of Dosage Form Design, 297, EBS & Churchill Livingstone Medical Devision of Longman Group UK Ltd., UK

Bolton, S., 1990, Pharmaceutical Statistics, Practical and Clinical Application, 2nd Edition, 308-553, Marcel Dekker, Inc., New York

Boylan, J. C. , Cooper, J., and Chowhan, Z. T., 1986, Handbook of

Pharmaceutical Excipients, 63 – 65, 184 – 185, 298 – 300, 334 – 335,

American Pharmaceutical Assocation, Washington DC

Enig, Mary G., 2002,Coconut In Support of Good Health in 21th Century,Nexus Magazine, Volume 9, No.2, Presented at the AVOC Lauric Oils Symposium, Ho Chi Min City, Vietnam, 25 April 1996, available from URLhttp://www.conuq.com/research.html

Garg, A.,Aggarwal, D.,Garg, S., and Singla, A.K., 2002, Spreading of Semisolid

Formulation : An update,Pharmaceutical Technology,September 2002,

84-105,www.pharmtech.com

Greenberg, L.A., 1954, Handbook of Cosmetic Materials, 325, Interscience Publishers, Inc., New York

Jellinek, J. S., 1970,Formulation and Function of Cosmetics, diterjemahkan dari bahasa Jerman oleh G. L. Fenton, 4 – 13, 55 – 57, 140, 143, 146 – 147, 155, 158, 351 – 356, Wiley – Interscience a Division of Wiley & Sons, Inc., New York

Kim, Cherng – ju, 2004, Advanced Pharmaceutics: Physicohemical Principles, 214 – 220, CRC Press LLC, Florida

Lachman, L., 1989, Teori dan Praktek Indusri Farmasi, diterjemahkan oleh Siti Suyatmi, Edisi III, Jilid 2, 1029 – 1180, Universitas Indonesia, Jakarta Rawlings, A. V., Harding, C.R, Wakinson, A., Chandar, P., Scott, I.R., 2002,Skin

Moisturization, Edited by Leyden, J.J., Rawlings, A.V., 245 – 251, 365 –

367, Marcel Dekker, Inc., New York

(70)

Smolinske, S.C., 1953, Handbook of Food, Drug, and Cosmetic Exipients, 295, 296, CRC Press : United States of America

Sukartin, J.K. dan Sitanggang, M., 2005,Gempur Penyakit dengan VCO, 14-17, 22-25, Agro Media Pustaka, Jakarta

Visscher, M. O., 2000, Common Ingredients in Skin Care Products, Available fromURL:

http://www.netwellness.org/healthtopics/skincare/

faq4.cfm.

Voigt, R., 1994, Buku Pelajaran Teknologi Farmasi, 399- 443, UGM Press, Yogyakarta

Windholz, M., 1976,Merck Index, 9th Edition, 254, 581-582, Merck & Co., Inc., USA

Zatz, J.L., Berry, J.J., Alderman, D.A., 1996, Pharmaceutical Dosage Form

Disperse System, Edited by Lieberman, H.A., Rieger, M.M., Banker, G.S.,

(71)

LAMPIRAN Lampiran 1. Data Penimbangan dan notasi Data penimbangan

Formula 1 a b ab

Virgin Coconut Oil 27,6 27,6 27,6 27,6

Polysorbate 80 4 8 4 8

Cetyl alcohol 2 2 4 4

Asam stearat 3 3 3 3

Nipagin 1,36 1,36 1,36 1,36

Tri Etanol Amin 0,6 0,6 0,6 0,6

Gliserin 5 5 5 5

Minyak melati 10 gtt 10 gtt 10 gtt 10 gtt

Aquades 25 25 25 25

(72)

Lampiran 2. Data sifat fisiklotionVCO 1. Data daya sebar

Formula 1 a b ab

1 17,68 11,76 13,88 10,76

2 17,14 11,55 14,14 11,38

3 17,00 11,54 14,16 11,51

4 16,95 12,52 13,63 11,49

5 16,26 12,32 14,30 10,77

6 16,41 12,64 14,24 11,10

X 16,9063 12,0546 14,0588 11,1681

SD 0,470448959 0,453863048 0,453863048 0,31492945

(73)
(74)

Formula ab

Hari ke - Volume tabung ke-(ml)

(75)

Formula a

Hari ke - Volume tabung ke-(ml)

X SD % stabiltas 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0

Formula b

Hari ke - Volume tabung ke-(ml)

(76)

Formula ab

Hari ke - Volume tabung ke-(ml)

X SD 1 2 3 4 5 6

0 21,0 21,0 22,0 22,0 21,0 20,4

0,0

1 21,0 21,0 22,0 22,0 21,0 20,4

2 21,0 21,0 22,0 22,0 21,0 20,4

3 21,0 21,0 22,0 22,0 21,0 20,4

5 21,0 21,0 22,0 22,0 21,0 20,4

7 21,0 21,0 22,0 22,0 21,0 20,4

14 21,0 21,0 22,0 22,0 21,0 20,4

21 21,0 21,0 22,0 22,0 21,0 20,4

28 21,0 21,0 22,0 22,0 21,0 20,4

30 21,0 21,0 22,0 22,0 21,0 20,4

hu/ho 21,0 21,0 22,0 22,0 21,0 20,4 1,0

(77)

Lampiran 3. Perhitungan Desain Faktorial Perhitungan Desain Faktorial Daya Sebar

Formula A B Interaksi Respon

1 - - + 16,91

dimana : Y = respon hasil atau sifat yang diamati XA,XB = level bagian A dan B

b0 = rata-rata dari semua percobaan

(78)
(79)

Subtitusi b12 ke persamaan ( III )

Formula A B Interaksi Respon

(80)

b. Efek Cetyl Alcohol

dimana : Y = respon hasil atau sifat yang diamati XA,XB = level bagian A dan B

b0 = rata-rata dari semua percobaan

(81)
(82)

Perhitungan Desain Faktorial Pergeseran Viskositas

Formula A B Interaksi Respon

1 - - + 64,1304

dimana : Y = respon hasil atau sifat yang diamati XA,XB = level bagian A dan B

b0 = rata-rata dari semua percobaan

(83)
(84)

Subtitusi b12 ke persamaan ( III )

8,27457 = -2 b2- 8b12

8,27457 = -2 b2- 8 (5,23413)

b2 = -25,073805

Subtitusi b1,b2 ,b12 ke persamaan (1)

64,13043 = b0 + 4 b1 + 2 b2 + 8 b12

64,13043 = b0 + 4 (-23,1130175)+ 2 (-25,073805) + 8 (5,23413)

b0 = 164,85707

Y = b0 + b1XA + b2XB + b12XAXB

(85)

Lampiran 4. Kuisionersensory assessment lotion VCO

SENSORY ASSESSMENT

LOTION VIRGIN COCONUT OIL DENGAN EFEK MOISTURIZER

Nama : ... Usia : ... Hari, tanggal : ... No kemasan : ...

Berilah tanda (√) pada kolom yang Anda anggap paling sesuai (tanpa memperhitungkan adanya buih) dengan pertanyaan di bawah ini!

No Pertanyaan Ya Sedang Tidak

1. Apakah lotion ini memiliki penampilan yang menarik?

2. Apakah lotion ini memiliki warna yangmenarik?

3. Apakah lotion ini memiliki bau yang enak?

4. Apakah lotion ini mudah dituang dari kemasannya?

5. Apakah lotion ini mudah dioleskan di kulit?

6. Apakah lotion ini sudah cukup halus dan lembut di kulit?

7. Apakah lotion ini sudah cukup homogen? 8. Apakah lotion ini terasa lengket di kulit?

9. Apakah lotion ini memberikan rasa lembab di kulit?

10. Apakah lotion ini memberikan efek berminyak di kulit?

11. Apakah lotion ini mudah dicuci dengan air dari kulit?

12.

Apakah lotion ini meninggalkan bekas minyak di kulit setelah lotion dicuci dengan air?

13.

Apakah lotion ini masih memberikan efek melembabkan di kulit setelah lotion dicuci dengan air?

14.

(86)

70 Keterangan skor jawaban:

∴ ya = 4

∴ sedang = 3

(87)

71 Keterangan skor jawaban:

∴ ya = 4

∴ sedang = 3

(88)

72 Keterangan skor jawaban:

∴ ya = 4

∴ sedang = 3

(89)

Lampir

an

5. Do

k

um

enta

si

Keterangan skor jawaban:

∴ ya = 4

∴ sedang = 3

∴ tidak = 2

(90)
(91)

Gambar 2.a

(92)

Gambar 3.a

Gambar

Tabel I  Interim Standar Virgin Coconut Oil dari Asian and Pacific Coconut
Tabel I .  I nterim Standar Virgin Coconut Oil dari Asian and
Tabel I I .  Klasif ikasi surf aktan berdasarkan nilai HLB
Gambar 1.  Lapisan kulit
+7

Referensi

Dokumen terkait

Jika posisi RUU Ormas ini memayungi semua badan hukum termasuk yayasan dan dikembalikan lagi pada konsistensi Pasal 13 serta dengan alasan bahwa UU Yayasan belum mengatur

Hasil uji koefisien korelasi sebesar 0,516 lebih besar dari taraf signifikansi 5% maupun 1% yang berarti pula telah terbukti adanya korelasi antara variabel

Proses penghitungan timer dilakukan pada bagian layanan interupsi dengan proses perhitungan mundur dari nilai awal yang sebelumnya telah dimasukkan melalui keypad. Selama

Berdasarkan fungsi pelayanannya di terminal saat ini, yaitu melayani kendaraan umum untuk angkutan antar kota dalam propinsi, angkutan kota dan angkutan pedesaan maka

Verifier ini tidak dinilai ( not applicable ) karena selama periode November 2014 s/d Januari 2015 IKM Wana Galuh Lestari tidak memanfaatkan bahan baku yang berasal

sosial apabila tidak ditangani secara maksimal. d) Tuntutan penerapan teknologi pengeboran. e) Distribusi minyak mentah yang unggul (Tepat waktu, tepat mutu, tepat

Terdiri dari deskuamasi kulit kepala dengan sisik yang halus dan berbentuk serbuk dalam jumlah yang besar umumnya disebut ketombe (dandruff). Hal ini

The task is to model the projection pro- cess of a camera system as the basis for a bundle adjustment for a multi-view camera system, which consists of mutually fixed single