OPTIMASI KOMPOSISI POLYSORBATE 80 & CETYL ALCOHOL SEBAGAI EMULSIFYING AGENT DALAM LOTION VIRGIN
COCONUT OIL DENGAN APLIKASI DESAIN FAKTORIAL
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi ( S. Farm. )
Program Studi Ilmu Farmasi
Diajukan oleh: Lucia Shintaningsih
NIM : 038114108
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA
OPTIMASI KOMPOSISI POLYSORBATE 80 & CETYL ALCOHOL SEBAGAI EMULSIFYING AGENT DALAM LOTION VIRGIN
COCONUT OIL DENGAN APLIKASI DESAIN FAKTORIAL
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi ( S. Farm. )
Program Studi Ilmu Farmasi
Diajukan oleh: Lucia Shintaningsih
NIM : 038114108
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA 2007
v
There is a t ime f or everyt hing and season f or every act ivit y under heaven. H e has made everyt hing beaut if ul i n it s t ime.
( Ecclesiast es 3 : 1, 11 ) HALAMAN PERSEMBAHAN
K arya ini kupersembahkan unt uk:
JESUS CHRIST
Sanata Dharma, almamater tercintaku Mama, Papa, Ocha, Agnes, untuk segala dukungan
Agustinus Danang F. S.atas segala yang terjadi
Adheet, 2X 7, untuk segala perhatian & bantuan
Cantus Firmus Choir, untuk semua nada & lirik
Canna Group( Diah, T yas, Anny & Ranti ) untuk motivasi & semangat
PRAKATA
Puji dan syukur kepada Tuhan atas berkat dan karunia – Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi berjudul ”Optimasi Komposisi Polysorbate
80 danCetyl Alcohol sebagaiEmulsifying AgentdalamLotion Virgin Coconut Oil
dengan Aplikasi Desain Faktorial” sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.) di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Penulis telah mendapatkan banyak bantuan dari berbagai pihak selama penelitian dan penyusunan skripsi ini. Untuk itulah penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
1. Rita Suhadi, M. Si.,Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma.
2. Sri Hartati Yuliani, M. Si., Apt. selaku Dosen Pembimbing atas segala bimbingan dan saran yang telah diberikan selama penelitian maupun dalam penyusunan skrisi ini.
3. Dewi Setyaningsih, S. Si., Apt selaku Dosen Pembimbing penyusunan usulan penelitian skripsi atas kesempatan, ide, saran dan kritiknya.
4. Yohanes Kristio Budi Asmoro, M., Si. selaku Dosen Pembimbing Akademik atas bimbingan, konsultasi, dan motivasi yang telah diberikan selama kuliah. 5. Drs. Paulus Ari Subagyo,M. Hum. atas bantuan dan dukungan selama kuliah. 6. Seluruh laboran Fakultas Farmasi yang telah membantu dalam praktikum dan
penelitian.
7. Para relawan dalam sensorry assessment.
8. Semua pihak yang telah membantu penyelesaian skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penelitian dan penyusunan skripsi ini. Namun penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi masyarakat dan perkembangan ilmu farmasi.
Penulis
INTISARI
Telah dilakukan penelitian tentang optimasi formulalotion Virgin Coconut Oildengan komposisi emulsifying agent polysorbate 80 dan cetyl alcohol. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh komposisi optimum dari kedua emulsifying agent agar didapatkanlotion yang memiliki sifat fisik sesuai kriteria dan stabil dalam penyimpanan.
Penelitian ini termasuk dalam rancangan ekperimental murni dengan desain faktorial dengan 2 faktor, yaitu komposisi emulsifying agent polysorbate 80 - cetyl alcohol, dan 2 level yaitu level tinggi-level rendah. Optimasi formula
lotion Virgin Coconut Oil menggunakan desain faktorial dengan parameter sifat
fisik lotion (daya sebar, viskositas) dan stabilitas emulsi pada penyimpanan (pergeseran viskositas, pemisahan faselotion).
Analisis data dilakukan dengan menggunakan desain faktorial. Hasil penelitian menunjukkan bahwa polysorbate 80 diprediksi dominan dalam menentukan daya sebar dan pergeseran viskositas lotion Virgin Coconut Oil dan cetyl alcohol diprediksi dominan dalam menentukan viskositas lotion Virgin
Coconut Oil. Dalam penelitian ini, ditemukan area komposisi optimum
emulsifying agentpolysorbate80-cetyl alcohol dalamlotion Virgin Coconut Oil.
Kata kunci: Virgin Coconut Oil, lotion, emulsifying agent, polysorbate 80, cetyl alcohol, desain faktorial
ABSTRACT
The research on optimization of formula Virgin Coconut Oil lotion with emulsifying agents polysorbate 80 and cetyl alcohol has been conducted. The purpose of the research is to obtain the optimal composition of both emulsifying agents in order to achieve lotion which has appropriate physical properties and the stability.
The research is pure experimental design with factorial design using two factors, which are the composition of emulsifying agents polysorbate 80-cetyl alcohol, and two levels, which are high and low. The optimization of Virgin Coconut Oil lotion applies the factorial design with parameter of lotion physical characteristics including spreadability, viscosity, and the stability of emulsion in storage including alteration of viscosity, and phase separation.
Data analysis has been conducted by applying the factorial design. The result shows that polysorbate 80 is predicted to be dominant in influencing spreadibility and viscosity changes of Virgin Coconut Oil lotion, while cetyl alcohol is predicted to be dominant in infuencing viscosity of the lotion. In this research, the optimal composition area of emulsifying agents polysorbate 80-cetyl alcohol in Virgin Coconut Oil has been figured out.
Key words: Virgin Coconut Oil, lotion, emulsifying agents, polysorbate 80, cetyl alcohol, factorial design.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii
HALAMAN PENGESAHAN ... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ... v
PRAKATA ... vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... viii
B. Lotion ... 8
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ... 28
A. Rancangan dan Jenis Penelitian ... 28
B. Variabel Penelitian ... 28
1. Variabel Bebas... 28
2. Variabel Tergantung ... 28
3. Variabel Pengacau Terkendali ... 28
4. Variabel Pengacau Tidak Terkendali ... 28
C. Definisi Operasional ... 28
D. Alat dan Bahan Penelitian ... 31
E. Tata Cara Penelitian ... 31
1. Formula Desain Faktorial ... 31
2. Alur Penelitian ... 33
3. Analisis Hasil ... 35
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 36
A. PembuatanLotion Virgin Coconut Oil ... 36
B. Penentuan Tipe Emulsi ... 38
C. Pengujian Sifat Fisik ... 41
D. Optimasi Formula ... 46
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 51
A. Kesimpulan ... 51
B. Saran ... 51
DAFTAR PUSTAKA ... 52
LAMPIRAN ... 55
BIOGRAFI PENULIS ... 79
DAFTAR TABEL
Tabel I Interim StandarVirgin Coconut OildariAsian and Pacific Coconut
Community(ACC) ... 8
Tabel II Klasifikasi surfaktan berdasarkan nilai HLB ... 12 Tabel III Level Rendah dan Level Tinggi Polysorbate 80, Level Rendah dan
Level Tinggi Cetyl Alcohol ... 32 Tabel IV FormulaLotion Virgin Coconut Oil ... 32 Tabel V Data Sifat Fisik dan StablitasLotion VCO ... 41 Tabel VI Efek Polysorbate 80, Cetyl Alcohol, dan Interaksinya Dalam
Menentukan Sifat Fisik dan StabilitasLotion VCO ... 41
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Lapisan Kulit ... 14
Gambar 2. Model konseptual pembentukan kulit kering ... 18
Gambar 3. Struktur cetyl alcohol ... 20
Gambar 4. Struktur asam stearat ... 21
Gambar 5. Struktur trietanolamin ... 22
Gambar 6. Struktur gliserin ... 22
Gambar 7. Struktur nipagin ... 23
Gambar 8. Pengenceranlotion VCOdengan aquadest ... 38
Gambar 9. Pewarnaan lotion VCOdengan methylen blue ... 39
Gambar 10. Kertas saring yang diolesilotion VCO ... 40
Gambar 11. Hubungan pengaruh polysorbate 80 dan cetyl alcohol terhadap daya sebar ... 42
Gambar 12. Hubungan pengaruh polysorbate 80 dan cetyl alcohol terhadap viskositas ... 43
Gambar 13. Hubungan pengaruh polysorbate 80 dan cetyl alcohol terhadap pergeseran viskositas... 44
Gambar 14. Contour plot daya sebar ... 46
Gambar 15. Contour plot viskositas ... 47
Gambar 16. Contour plot pergeseran viskositas ... 48
Gambar 17. Contour plot pemisahan fase ... 49
Gambar 18. Contour plot superimposed ... 50
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Data penimbangan dan notasi ... 55
Lampiran 2. Data sifat fisiklotionVCO ... 56
Lampiran 3. Perhitungan Desain Faktorial ... 61
Lampiran 4. Kuisionersensory assessment lotion VCO ... 69
Lampiran 5. Datasensory assessment lotion VCO ... 70
Lampiran 5. Dokumentasi ... 74
BAB I PENGANTAR
A. Latar Belakang
Kelapa merupakan satu dari sepuluh tumbuhan paling berguna di dunia, khususnya di daerah tropis. Indonesia merupakan negara tropis penghasil kelapa terbesar setelah Filipina, dimana kelapa tersebut memiliki banyak kegunaan dari sabutnya, tempurungnya, airnya, daging buahnya, sampai ampasnya. Sedangkan yang paling banyak digunakan untuk kosmetik dan pengobatan yaitu minyak kelapa yang dihasilkan dari daging buahnya.
Minyak kelapa atau minyak kelentik sudah lama dikenal masyarakat tropis dan dibuat secara turun temurun. Sejak dahulu minyak kelapa digunakan untuk melembutkan kulit, melebatkan rambut, menyembuhkan koreng, dan mengatasi persoalan pada kulit kepala bayi. Selain itu minyak kelapa digunakan sebagai shampoo, sabun, dan krim perawatan kulit (Sukartin, 2005).
Virgin Coconut Oil (VCO) mempunyai berbagai keunggulan dibanding
minyak kelapa biasa, maupun minyak nabati lainnya. VCO memiliki kandungan asam lemak jenuh yang paling tinggi (92%), yang menyebabkan minyak kelapa [VCO] tahan terhadap ketengikan akibat oksidasi. Sedangkan oksidasi menyebabkan pembentukan radikal bebas berbahaya bagi tubuh (Sukartin, 2005).
Struktur molekul beberapa asam lemak dalam VCO yang kecil memudahkan kulit dan rambut untuk menyerapnya. Selain itu, VCO juga sangat baik untuk melembutkan kulit yang kasar dan keriput. VCO yang diolah tanpa
pemanasan akan memberi efek yang baik pada semua jaringan tubuh, khususnya jaringan ikat yang memberi elastisitas pada kulit (Sukartin, 2005).
Indonesia merupakan negara tropis sehingga kulit masyarakatnya cenderung kering. Karena itulah banyak masyarakat yang menggunakan pelembab dalam mengatasinya.
Virgin Coconut Oil (VCO) diformulasikan dalam bentuk sediaan lotion
dengan pertimbangan minyak ini mempunyai berbagai keunggulan dibanding minyak kelapa biasa. Selain itu, VCO juga mengandung asam laurat, asam kaprat, dan sebagainya yang bersifat antibakteri (Enig, 2001). Dengan demikian dalam sediaan lotion tersebut zat aktifnya sendiri sudah bersifat antibakteri sehingga dapat mempertahankan stabilitas sediaan dari mikroorganisme selama penyimpanan.
Lotion VCO diformulasikan sebagai emulsi minyak dalam air (M/A)
untuk menjaga kenyamanan pengguna karena mudah dibilas dengan air dan tidak meninggalkan kesan lengket di kulit.
Emulsifying agent yang digunakan dalam sistem emulsi akan
mempengaruhi sifat fisik dan kestabilannya. Kombinasiemulsifying agent dapat dilakukan untuk mencapai Hydrophile - Lipophile Balance (HLB) yang diinginkan. Kombinasi emulsifying agent akan mempengaruhi sifat fisik dan kestabilan sistem emulsi.
nonionik dengan HLB 2 karena gugus lipofilnya lebih dominan. Namun, cetyl alcohol sering dikombinasikan dengan emulsifying agent berHLB tinggi (13 – 16) untuk membentuk emulsi M/A (Kim, 2005) karena berfungsi sebagai
thickening agent yang membantu menjaga tekstur dan daya sebar sediaan
(Anonim, 2006e).
Dalam interfacial film theory, adanya stable interfacial complex
condensed film yang terbentuk saat emulsifying agent yang bersifat larut air
dicampurkan dengan emulsifying agent yang bersifat larut lemak mampu membentuk dan mempertahankan emulsi dengan lebih efektif dibandingkan penggunaan emulsifying agent tunggal. Kombinasi polysorbate 80 dan cetyl alcohol sebagai emulsifying agent dalam lotion VCO diharapkan mampu menghasilkanlotionyang memenuhi kriterialotionyang bisa diterima masyarakat dan stabil dalam penyimpanan.
1. Rumusan Permasalahan
a. Di antara polysorbate 80, cetyl alcohol, dan interaksinya mana yang lebih dominan dalam menentukan sifat fisik dan stabilitas lotion Virgin Coconut
Oil?
b. Apakah ditemukan area komposisi optimum polysorbate 80 dan cetyl alcohol
padacontour plot superimposed sifat fisik dan stabilitas lotion Virgin Coconut
2. Keaslian penelitian
Sejauh penelusuran pustaka yang dilakukan penulis, penelitian tentang formulasi sediaanlotion Virgin Coconut Oil yang digunakan sebagaimoisturizer
lotion dengan emulsifying agent polysorbate 80 dan cetyl alcohol belum pernah
dilakukan.
3. Manfaat penelitian a. Manfaat teoritis
Menambah khasanah ilmu pengetahuan tentang bentuk sediaan lotion
yang berasal dari bahan alam.
b. Manfaat metodologis
Menambah informasi ilmu pengetahuan dalam bidang kefarmasian mengenai penggunaan metode desain faktorial.
c. Manfaat praktis
Dengan adanya formula optimum sediaan lotion Virgin Coconut Oil
masyarakat dapat menggunakanlotion Virgin Coconut Oilsebagaimoisturizer.
B. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum :mengetahui formulalotion Virgin Coconut Oil yang optimal. 2. Tujuan khusus :
b. mengetahui area komposisi optimum polysorbate 80 dan cetyl alcohol pada
contour plot superimposed sifat fisik lotion dan stabilitas lotion Virgin
BAB II
PENELAAHAN PUSTAKA
A. Virgin Coconut Oil
Virgin Coconut Oil (VCO) merupakan salah satu hasil olahan dari daging
buah kelapa (Cocos nucifera) yang masih segar (Shilhavy, 2005). VCO hanya dapat diperoleh dari pengolahan daging kelapa segar atau disebut non kopra. Penggunaan bahan – bahan kimia dan panas yang tinggi tidak digunakan pada pemurnian lebih lanjut seperti halnya minyak kelapa biasa (Shilhavy, 2005). VCO mempunyai kandungan asam lemak jenuh yang lebih tinggi (92%) dari minyak nabati lainnya termasuk minyak kelapa biasa. Kandungan asam lemak jenuh tersebut didominasi oleh asam laurat (43 - 53%) yang merupakanMedium Chain
Fatty Acid (MCFA) yang tidak terdapat dalam sebagian besar minyak lain. Di
dalam tubuh, asam laurat (C12) akan dipecah menjadi energi dan jarang tersimpan
sebagai lemak. Oleh karena itu, asam lemak dalam VCO tidak menghasilkan lemak melainkan energi. Asam laurat juga dapat membunuh berbagai jenis mikroorganisme yang membran selnya mengandung asam lemak (Sukartin dan Sitanggang, 2005).
Pada dasarnya, pembuatan VCO dilakukan dengan tiga cara seperti berikut:
1. pemanasan
Proses pembuatan VCO dengan pemanasan hampir sama dengan cara membuat minyak kelapa secara tradisional. Pertama, kelapa dibuat santan dengan
mencampurkan 1 kg parutan kelapa segar dengan 2 liter air. Santan tersebut kemudian didiamkan selama lebih kurang 12 jam. Setelah didiamkan, santan akan terbagi menjadi tiga lapisan. Lapisan pertama disebut krim, lapisan kedua
skimyang berupa protein, dan lapisan ketiga berupa air (Sukartin dan Sitanggang, 2005).
Lapisan paling atas yang berupa krim diambil dengan cara disendok atau disedot menggunkan selang kecil supaya tidak bercampur dengan larutan lapis kedua. Selanjutnya krim tersebut dipanaskan supaya terbentuk minyak (Sukartin dan Sitanggang, 2005).
2. fermentasi
Pembuatan VCO dengan fermentasi dilakukan dengan mencampurkan mikroba atau ragi dari Saccharomyces cerevisae ke dalam lapisan krim yang dihasilkan dari pendiaman santan. Enzim yanng dihasilkan Saccharomyces
cerevisae berfungsi memecah emulsi krim. Campuran tersebut didiamkan selama
1 – 2 hari. Fermentasi dikatakan berhasil jika diperoleh tiga lapisan dalam krim yang difermentasikan yaitu minyak, blondo, dan air. Lapisan minyak dipisahkan secara hati – hati dan dipanaskan dengan suhu sekitar 60º C hingga minyak berwarna jernih dan beraroma khas (Sukartin dan Sitanggang, 2005).
3. minyak pancingan
Banyak cara dalam memurnikan minyak kelapa yang dibuat dari kopra. Namun, VCO menggunakan kelapa segar dan tidak perlu pemurnian lebih lanjut seperti minyak kelapa biasa. Kandungan antioksidan alaminya membuat VCO lebih stabil dari minyak kelapa (Shilhavy, 2005).
T abel I . I nt er im St andar Vir gin Coconut Oil dar i Asian and
Asam Linolenat (C18-3) < 0,5
B. Lotion
Lotion adalah suatu sediaan topical yang non viscous yang ditujukan
untuk kulit sehat. Kebanyakanlotion adalah emulsi minyak dalam air tapi lotion
air dalam minyak juga diformulasikan.Lotion diaplikasikan tanpa friksi dan tidak diaplikasikan pada mucus membrane (Anonim, 2006c).
sedangkan suatu lotion bersifat non-viscous dan dapat dengan mudah diaplikasikan ke area tersebut. Lotion juga mempunyai keuntungan dapat menyebar lebih tipis dibandingkan krim atau salep dan menutup permukaan kulit lebih luas (Anonim, 2006c).
C. Emulsi
Untuk penentuan jenis emulsi terdapat sejumlah cara pengujian yang berguna. Metode yang digunakan untuk penentuan jenis emulsi antara lain: a. metode warna
Beberapa tetes suatu larutan bahan pewarna dalam air (metilen biru) dicampurkan ke dalam suatu contoh emulsi. Jika seluruh emulsi berwarna seragam, maka terdapat suatu emulsi dari jenis M/A, oleh karena air adalah fase luar. Contoh sebaliknya dapat dibuat dengan bahan pewarna larut lipoid, misalnya dengan beberapa tetes suatu larutan Sudan III dalam minyak. Suatu pewarnaan homogen dengan ini semata – mata berlangsung pada emulsi A/M, oleh karena bahan pewarna larut lipoid hanya mampu melintasi fase minyak yang tertutup untuk diwarnai (Voigt, 1994).
b. metode pengenceran
c. percobaan pencucian
Hanya emulsi M/A dapat mudah dicuci dengan air dari tangan atau barang. Penghilangan suatu emulsi A/M menurut pengalaman sering menunjukkan kesulitan yang berarti (Voigt, 1994).
d. percobaan cincin
Satu tetes emulsi yang diuji diberikan pada kertas saring, maka emulsi M/A setelah waktu singkat menunjukkan sebuah cincin air di sekeliling tetesan (Voigt, 1994).
e. pengukuran daya hantar
Penandaan dari jenis emulsi yang benar – benar terjamin dapat berlangsung melalui pengujian daya hantar. Dua kawat yang dihubungkan dengan sebuah batere lampu senter dicelupkan ke dalam contoh emulsi, maka akan berlangsung suatu ayunan hanya pada emulsi M/A yang terdapat pada sisipan miliampere. Semata – mata air sebagai fase luar yang memungkinkan suatu aliran listrik. Untuk ini jejak elektrolit yang diperlukan terkandung dalam setiap air. Pada emulsi A/M fase luar berfungsi sebagai isolator, sehingga suatu ayunan yang jelas pada ampermeter terhenti (Voigt, 1994).
D. Emulsifying Agent
Emulsifying agent adalah surfaktan yang mengurangi tegangan antar
Emulsifying agent bekerja dengan membentuk film atau lapisan di sekeliling butir – butir tetesan yang terdispersi dan film ini berfungsi agar mencegah terjadinya koalesen dan terpisahnya cairan dispers(Anief, 2003).
E. Sistem HLB (Hydrophile - Lipophile Balance )
Sistem HLB ( Hydrophile - Lipophile Balance ) adalah suatu nilai polaritas dari surfakan (Kim, 2005). Nilai HLB menerangkan keseimbangan hidrofil – lipofil, yang diberikan dari ukuran dan kuatnya gugus lipofil dan gugus hidrofil. Atas dasar efisiensi sistem HLB dibuat pada skala 1 – 20. Semakin lipofil suatu surfaktan, semakin rendah nilai HLB (Voigt, 1994).
T abel I I . Klasif ikasi sur f akt an ber dasar kan nilai HLB HLB Penggunaan
1 - 3 Antifoaming agent
3 – 6 W/O emulsifying agent
7 – 9 Wetting agent
8 – 16 O/W emulsifying agent
13 – 15 Detergents
15 - 18 Solubilizing agent
(Kim, 2005)
HLB Dispersibilitas di air
1 - 4 Tidak
3 – 6 Jelek
6 - 8 Dispersi seperti susu yang bersifat tidak stabil 8 – 10 Dispersi seperti susu bersifat stabil 10 – 13 Dispersi translucent
13 - Larutan jernih
F. Stabilitas Emulsi
Stabilitas sebuah emulsi adalah sifat emulsi untuk mempertahankan distribusi halus dan teratur dari fase terdispersi yang terjadi dalam jangka waktu yang panjang (Voigt, 1994).
Umumnya, suatu emulsi dianggap tidak stabil secara fisik jika:
1. fase dalam atau fase terdispersi pada pendiaman cenderung untuk membentuk agregat dari bulatan – bulatan dengan cepat.
2. jika agregat dari bulatan naik ke permukaan atau turun ke dasar emulsi tersebut akan membentuk suatu lapisan pekat dari fase dalam.
3. jika semua/sebagian dari cairan fase dalam tidak teremulsikan dan membentuk suatu lapisan yang berbeda pada permukaan/pada dasar emulsi yang merupakan hasil dari bergabungnya bulatan – bulatan fase dalam.
(Ansel, 1990). Metode evaluasi stabilitas emulsi antara lain:
1. pemisahan fase
Stabilitas fisik emulsi dapat diketahui dengan pemeriksaan tingkat
creaming atau coalecense yang terjadi dalam periode waktu tertentu. Caranya
dengan membandingkan volume terjadinya creaming atau bagian yang memisah dari suatu emulsi dengan volume totalnya (Aulton, 1988).
2. analisis ukuran partikel
Pemeriksaan secara mikroskopik/menghitung partikel secara elektronik seperti dengan coulter counter atau pengukuran laser difraksi suatu emulsi dalam waktu penyimpanan banyak dilakukan (Aulton, 1988).
3. perubahan viskositas dan sifat alir
Perbedaan ukuran partikel/perpindahan gerakan bahan pengemulsi yang berlebih selama periode waktu tertentu dapat diketahui dengan perubahan viskositas nyata supaya perbandingan stabilitas relatif dari produknya hampir sama sehubungan dengan kecepatan pembentukancreaming(Aulton, 1988).
G. Kulit
Gambar 1. Lapisan kulit
(lapisan adiposa subkutan), yang disebut dengan membran dasar (Anonim, 2007a).
1. Epidermis
Epidermis adalah lapisan terluar dari kulit. Epidermis membentuk suatu lapisan yang tahan air, melindungi seluruh permukaan tubuh dan tersusun dari lapisan – lapisan squamous epithelium dengan dasar basal lamina. Epidermis tidak mengandung pembuluh darah, dan sel – selnya pada lapisan yang terdalam mendapat makanan dengan cara difusi dari pembuluh darah kapiler menuju ke lapisan di atas dermis. Epidermis terutama tersusun dari sel keratinocytes,
melanocytes, Langerhans cellsdan Merkels cells (Anonim, 2007a).
Epidermis terbagi menjadi berbagai lapisan dimana sel – selnya terbentuk dari mitosis lapisan terdalam. Sel – sel tersebut naik ke lapisan di atasnya, berubah bentuk dan komposisi karena deferensiasi dan terisi dengan keratin. Bila sel tersebut mencapai lapisan teratas maka disebut stratum corneum dan akan terkelupas. Proses ini disebut keratinizationdan terjadi dalam beberapa minggu (± 30 hari). Lapisan epidermis terluar terdiri dari 25 – 30 lapisan sel mati (Anonim, 2007a).
Epidermis terbagi dalam 5 lapisan:
a. stratum corneum
sangat rendah, dan merupakan sel mati dalam artian tidak mengalami proses metabolisme. Kandungan terbesar dari stratum corneum adalah keratin, suatu protein yang tidak larut air dan sangat resisten terhadap reaksi kimia sehingga mampu melindungi tubuh dari pengaruh lingkungan luar tubuh. Permukaan
stratum corneum terlapisi oleh bahan berlemak yang disebut lemak kulit yang
terdiri dari keringat; cairan yang dihasilkan kelenjar keringat; sebum, lemak yang dihasilkan oleh kelenjar sebacea dan produk buangan yang dihasilkan oleh
protein seluler ( Jellinek, 1970).
b. stratum lucidum
c. stratum granulosum
Lapisan ini mengandung keratohialin yang berfungsi untuk merefleksikan cahaya dan memberikan warna opak pada kulit.
d. stratum spinosum
Lapisan ini mengandung melanin yang merupakan pigmen warna coklat.
e. stratum germinativum (stratum basale)
Divisi seluler secara konstan pada lapisan ini menyebabkan sel – sel di atasnya berpindah secara teratur menuju ke permukaan. Pada saat yang sama terjadi modifikasi pada struktur sel sehingga terjadi perubahan sel germinal
luar dan dalam mebran agar tetap berada pada pH 5. Fungsi lain Rein s barrier
adalah menjaga keseimbangan kelembapan dan keseimbangan elektrolit ( Jellinek, 1970).
2. Dermis
Dermis merupakan lapisan kulit di bawah epidermis. Dermis mengandung folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar minyak, kelenjar apokrin, dan pembuluh darah (Anonim, 2007a).
3. Hipodermis
Hipodermis berada di bawah lapisan dermis. Fungsi dari hipodermis adalah untuk perlekatan dengan tulang dan otot. Sel – sel yang terdapat pada lapisan ini adalah sel tipe fibroblast, makrofag, dan adipose (Anonim, 2007a).
Sistem pengaturan air pada kulit
Gambar 2a. Kulit nor mal Gambar 2b. Kulit ker ing Gambar 2. Model konsept ual pembent ukan kulit ker ing
Kulit kering adalah fenomena komplek dimana kulit terasa kasar, berkerut, gatal, dan secara visual terlihat kering. Kulit kering disebabkan adanya gangguan pada proses deskuamasi, degradasi progresif pada tenaga kohesif yang mengikatcorneocytes pada stratum corneum.Pada kulit sehat, deskuamasi diatur dimana permukaan corneocytes dilepaskan dalam keadaan seimbang dengan pembentukancorneocytes pada stratum granulosum tanpa mengubah keseluruhan integritas jaringan kulit (Rawlings, Harding, Wakinson, Chandar, Scott, 2002). Kekeringan yang terjadi pada epidermis menyebabkan kulit menjadi bersisik dan kurang elastis. Kadar kelembapan di stratum corneum ditentukan oleh laju suplai air dan laju penguapan air. Penghilangan kelembapan terutama dipengaruhi oleh kelembapan (humiditas) udara lingkungan. Sebum yang dihasilkan oleh kelenjar minyak tidak sepenuhnya bersifat permeabel terhadap air, namun mampu menahan air, kemudian menunda penguapan. Sebum terdiri dari asam lemak jenuh (C9 – C15) dan asam lemak tak jenuh (C14 – C22) ( Jellinek, 1970).
Faktor luar: - RH
rendah - Deterjen
H. Moisturizer
Moisturizer adalah suatu campuran kompleks dari bahan kimia yang secara khusus dirancang untuk membuat lapisan terluar kulit menjadi lebih lunak dan lebih kenyal dengan meningkatkan kandungan air (Anonim, 2006e).
Moisturizer adalah produk yang diformulasikan secara khusus sebagai krim yang bersifat nongreasy dan lotion yang dapat menyuplai pelunak kulit yang melembabkan kulit kering. Produk ini biasanya digunakan sepanjang hari, kadang – kadang sebelum memakai make-up (Ash dan Michael, 1977).
Moisturizer bekerja pada lapisan terluar dari kulit, yang disebut stratum corneum, yang sebagian besar dibentuk dari squamus cells atau keratinocytes. Kebanyakan, walau tidak semua, agen yang terdapat dalam moisturizer tidak bisa menembus lapisan yang lebih dalam seperti dermis dan hipodermis. (Anonim, 2006f).
Ada tiga cara melembabkan kulit : 1. menghaluskan bagian yang kasar (emoliensi) 2. mengurangi penguapan air dari kulit (oklusif)
3. membantu mempertahankan keberadaan air pada kulit (humektansi)
(Rawling, dkk, 2002)
I. Polysorbate 80
dengan konsentrasi 1-15% sebagai solubilizer. Polysorbate 80 digunakan secara luas pada kosmetik sebagai emulsifying agent(Smolinske, 1953).
Polysorbate 80 merupakan ester oleat dari sorbitol di mana tiap molekul anhidrida sorbitolnyanya berkopolimerisasi dengan 20 molekul etilenoksida (anhidrida sorbitol : etilenoksida = 1:20). Polysorbate 80 berupa cairan kental berwarna kuning muda sampai kuning sawo (Anonim, 1993), berbau karamel yang dapat menyebabkan pusing (Greenberg, 1954), panas dan kadang-kadang pahit (Anonim, 1993).
Polysorbate 80 sangat larut dalam air, larut dalam etanol (95%) P dan etilasetat P, tidak larut dalam parafin cair P (Anonim, 1993), tidak larut dalam alkohol polihidrik (Greenberg, 1954). Polysorbate 80 mempunyai titik lebur yang berada pada suhu 5°-6°C, nilai pH 6.0-8.0, dan stabil dalam larutan dengan pH 2-12. Polysorbate 80 digunakan sebagai emulsifier pada krim dan lotion, pelarut minyak esensial dalam air (Greenberg, 1954).
J. Cetyl Alcohol
HO
Gambar 3. St r ukt ur cet yl alcohol
Cetyl alcohol (CH 3(CH2)15OH) merupakan surfaktan nonionik dari
(Voigt, 1994). Cetyl alcohol bila dikombinasikan dengan emulsifying agent yang larut air dapat meningkatkan stabilitas emulsi M/A. Campuranemulsifying agent
tersebut membentuk susunan yang rapat menjadi barrier monomolekular di sekeliling permukaan tetesan minyak yang mampu mencegah koalesensi. Pada sediaan semisolid, cetyl alcohol dikombinasikan denganemulsifying agent yang larut air untuk membentuk fase luar yang kental (Boyland, 1986).
Cetyl alcohol berupa kristal putih, tidak larut air, bercampur dengan alkohol, glikol, minyak kosmetik, minyak aromatik (Windholz,1976).
K. Asam Stearat
Gambar 4. St r ukt ur asam st ear at
Asam stearat dapat mengentalkan lotion. Penggunaan asam stearat berkisar antara 3 – 5 % Serbuk asam stearat bersifat iritatif, namun sifat tersebut akan hilang bila terjadi netralisasi (Boyland, 1986).
L. Trietanolamin
N
HO OH
HO
Gambar 5. St r ukt ur t r iet anolamin
Trietanolamin adalah cairan kental jernih, berwarna kekuningan, dan berbau seprti amonia. Trietanolamin bersifat higroskopis. Trietanolamin dapat bereaksi dengan asam membentuk garam dan ester. Reaksi yang terjadi antara trieetanolamin dan asam lemak bebas membentuk sabun yang dapat berfungsi sebagai detergen ataupun emulsifying agent. Garam yang dihasilkan dari reaksi trietanolamin dengan asam lemak bebas mempunyai pH netral dan tidak mengiritasi kulit (Boyland, 1986). Secara umum, trietanolamin merupakan senyawa basa yang aman bila digunakan dalam kosmetik (Jellinek, 1970).
M. Gliserin
OH HO
OH
Gambar 6. St r ukt ur gliser in
bersifat tidak berwarna, tidak berbau, higroskopis, rasanya manis, dan berupa cairanviscous. Gliserin merupakan gula alkohol dan mempunyai tiga gugus –OH yang bertanggungjawab terhadap kelarutannya di air (Anonim, 2006f).
Gliserin digunakan sebagai humektan, dan lubricant pada produk – produk perawatan tubuh seperti pasta gigi, mouthwash, produk perawatan kulit, krim cukur, produk untuk rambut, dan sabun (Anonim, 2006f). Gliserin digunakan sebagai humektan pada jumlah 3 – 8 % (Anonim, 2006c).
N. Nipagin O
HO O
Gambar 7. St r ukt ur nipagin
Nipagin disebut juga metil paraben (CH3(C6H4(OH)COO) merupakan
penghambat pertumbuhan jamur dan merupakan pengawet yang sering digunakan dalam makanan dan kosmetik (Kim, 2005). Metil paraben telah terbukti aman
O. Desain Faktorial
Desain faktorial merupakan aplikasi persamaan regresi yaitu teknik untuk memberikan model hubungan antara variabel respon dengan satu atau lebih variabel bebas. Desain faktorial digunakan dalam percobaan untuk menentukan secara simulasi efek dari beberapa faktor dan interaksinya yang signifikan. Signifikan berarti perubahan dari level rendah ke level tinggi pada faktor-faktor akan menyebabkan perubahan besar pada responnya (Bolton, 1990).
Desain faktorial dua level berarti ada dua faktor (misal A dan B) yang masing-masing faktor diuji pada dua level yang berbeda, yaitu level rendah dan level tinggi. Dengan desain faktorial dapat didesain suatu percobaan untuk mengetahui faktor dominan yang berpengaruh secara signifikan terhadap suatu respon. Desain faktorial dengan dua faktor dalam suatu percobaan memberikan pertanyaan sebagai berikut :
a. apakah faktor A memiliki pengaruh yang signifikan terhadap suatu respon?
b. apakah faktor B memiliki pengaruh yang signifikan terhadap suatu respon?
c. apakah interaksi faktor A dan B memiliki pengaruh yang signifikan terhadap suatu respon? (Bolton, 1990)
rendah dan level tinggi. Efek adalah perubahan respon yang disebabkan variasi tingkat dari faktor. Efek faktor atau interaksi merupakan rata-rata respon pada level tinggi dikurangi rata-rata respon pada level rendah. Respon merupakan sifat atau hasil percobaan yang diamati. Respon yang diukur harus dikuantitatifkan (Bolton, 1990).
Persamaan umum dari desain faktorial adalah sebagai berikut : Y = b0 + b1XA + b2XB + b12XAXB
dimana : Y = respon hasil atau sifat yang diamati XA,XB = level bagian A dan B
b0 = rata-rata dari semua percobaan
b1, b2, b12 = koefisien (dapat dihitung dari hasil percobaan)
Pada desain faktorial dua level dan dua faktor diperlukan empat percobaan yaitu (1) A dan B masing-masing pada level rendah, (a) A pada level tinggi dan B pada level rendah, (b) A pada level rendah dan B pada level tinggi, dan (ab) A dan B masing-masing pada level tinggi. Selain faktor dominan yang berpengaruh yang dapat diketahui dari metode ini, dapat juga diketahui komposisi optimum melalui contour plot super imposed pada level yang diteliti (Bolton, 1990).
P. Landasan Teori
mempunyai kandungan asam lemak jenuh rantai sedang dalam kadar tinggi (92%), salah satunya adalah asam laurat (43-53%). Asam laurat (C12) mempunyai
ukuran molekul yang dapat dengan mudah mempenetrasi lapisan stratum corneum dan bersifat seperti sebum alami kulit sehingga dapat memberikan efek
moisturizeryang lebih efektif.
Dalam penelitian ini, Virgin Coconut Oil akan diformulasikan dalam sediaan lotion yang merupakan emulsi minyak dalam air dengan pertimbangan kenyamanan pemakai. Sistem emulsi ini menggunakan komposisi emulsifying
agentpolysorbate 80 – cetyl alcohol. Komposisiemulsifying agentini diharapkan
akan menurunkan tegangan antar muka minyak – air sehingga memberikan sistem emulsi yang memenuhi kriteria. Komposisi emulsifying agent akan menentukan sifat fisik dan stabilitas dari lotion.Stabilitas sistem emulsi yang terbentuk dapat dicapai dengan adanya cetyl alcohol dan polysorbate 80 yang diprediksi dapat membentuk stable interfacial complex condensed film. Lapisan ini bersifat fleksibel,viscous, koheren, dan tidak mudah pecah selama molekul – molekulnya tertata dengan efisien satu dengan yang lainnya.
Untuk mendapatkan formula yang optimum dilihat dari sifat fisik dan stabilitaslotiondapat dilakukan dengan metode desain faktorial. Dengan metode ini efek tiap – tiap faktor maupun interaksi keduanya dapat teridentifiksi dan dapat ditentukan faktor mana yang paling mempengaruhi sifat fisik, dan stabilitas
Q. Hipotesis
Diduga ada efek yang dominan dari komposisi polysorbate 80 dan cetyl alcohol sebagai emulsifying agent dalam menentukan sifat fisik dan stabilitas
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Rancangan dan Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan rancangan eksperimental murni menggunakan desain faktorial dan bersifat eksploratif, yaitu mencari formula lotion Virgin
Coconut Oil yang optimal yang dapat berfungsi sebagaimoisturizer, stabil dalam
penyimpanan dan dapat diterima masyarakat.
B. Variabel Penelitian
1. Variabel bebas : komposisi emulsifying agent polysorbate 80 dan cetyl alcohol level tinggi dan level rendah.
2. Variabel tergantung : daya sebar, viskositas, pergeseran viskositas, dan pemisahan faselotion.
3. Variabel pengacau terkendali : lama dan kecepatan pencampuran, lama penyimpananlotion, kemasanlotion, posisi viscotester.
4. Variabel pengacau tidak terkendali :suhu ruangan, kelembapan udara
C. Definisi operasional
1. Virgin Coconut Oil adalah minyak kelapa murni yang mengandung asam
laurat dalam kadar 43-53%.
2. Lotion adalah suatu sediaan topikal yangnonviscous yang dapat diaplikasikan pada kulit yang berambut dan mempunyai daya sebar yang luas dengan membentuk lapisan tipis pada kulit.
3. Emulsifying agent merupakan suatu senyawa yang dapat menurunkan
tegangan permukaan yang berada di antara dua cairan yang tidak saling campur sehingga salah satu cairan dapat terdispersi di dalam cairan yang lainnya.
4. Komposisi emulsifying agent adalah banyaknya polysorbate 80 dan cetyl alcohol yang digunakan dalam formulalotion Virgin Coconut Oil yaitu 4 dan 8 gram polysorbate 80 dan 2 dan 4 gram cetyl alcohol.
5. Desain faktorial merupakan suatu desain penelitian yang mengevaluasi efek dari berbagai faktor dan interaksinya dalam waktu yang bersamaan.
6. Respon adalah hasil percobaan yang perubahannya diamati secara kuantitatif dalam penelitian, dalam hal ini sifat fisik (daya sebar dan viskositas) dan stabilitaslotion(pergeseran viskositas dan persentase pemisahan fase).
7. Faktor adalah tiap besaran yang memberikan pengaruh terhadap respon kuantitatif dan kualitatif. Dalam penelitian ini digunakan dua faktor yaitu polysorbate 80 dan cetyl alcohol.
9. Efek adalah pengaruh perubahan faktor terhadap respon karena adanya variasi level, dapat dihitung secara matematis berdasarkan rumus desain faktorial dengan menghitung selisih rata-rata respon level tinggi dikurangi respon level rendah.
10. Sifat fisiklotion adalah parameter yang digunakan untuk mengetahui kualitas fisiklotion,dalam penelitian ini meliputi daya sebar dan viskositas.
11. Daya sebar adalah diameter penyebaran lotion pada alat uji daya sebar yang selama 5 menit diberi kaca pemberat dan 1 menit kemudian diberikan beban seberat 200 gram. Kriteria daya sebar optimumlotionadalah 7 – 16 cm. 12. Viskositas adalah hambatan lotion untuk mengalir setelah adanya pemberian
gaya. Semakin besar viskositas lotion, maka lotion semakin tidak mudah mengalir atau kental. Kriteria viskositas optimumlotionadalah 20 – 60 d Pa.s. 13. Pergeseran viskositas adalah persentase dari selisih viskositas lotion dalam waktu penyimpanan 30 hari dengan viskositas lotion sesaat setelah dibuat. Kriteria pergeseran viskositas optimum adalah < 30 %.
14. Pemisahan fase lotion adalah persentase volume lotion yang stabil dibandingkan dengan volume totallotion dalam tabung berskala pada hari ke-0, 1, 3, 5, 7, 14, 21, 28, dan 30 setelah pembuatanlotion.
15.Sensory assessment adalah penilaian kriteria lotion oleh 29 sukarelawan
berusia antara 20 - 50 tahun, jenis kelamin laki – laki dan perempuan, dengan cara mengoleskan lotionsecara langsung pada tangan sukarelawan.
menunjukkan komposisi polysorbate 80 dan cetyl alcohol yang menghasilkan
lotion yang memenuhi sifat fisik dan stabilitaslotion.
D. Alat dan Bahan Penelitian 1. Bahan penelitian
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Virgin Coconut Oil
(VCO Wonder®, PT. Sakafarma Laboratories), gliserin (kualitas farmasetis), minyak melati (kualitas farmasetis), polysorbate 80 (kualitas farmasetis), cetyl alcohol (kualitas farmasetis), asam stearat (kualitas farmasetis), trietanolamin (kualitas farmasetis), metil paraben (kualitas farmasetis), dan aquadest.
2. Alat penelitian
Alat yang digunakan dalam penelitian ini mortir, gelas ukur (Iwaki TE-32 Pirex® Japan Under lic.), beaker glass (Iwaki TE-32 Pirex® Japan Under lic.), timbangan analitik (Precise 2000C – 2000D1), pipet tetes, termometer, pengaduk
kaca, penangas air,stopwatch (Casio®), alat uji daya sebar, dan viskotester Rion® VT 04 (RION – Japan).
E. Tata Cara Penelitian 1. Formula desain faktorial
1 – 15 % (Smolinske, 1953). Penggunaan cetyl alcohol dalam sediaan semi solid sebesar 2 – 4 % ( Anonim, 2006d ).
Penentuan level rendah dan level tinggi emulsifying agentdari formula
lotion VCO mengacu pada literatur dan berdasarkan pada orientasi formula yang
dilakukan oleh penulis. Level rendah dan level tinggi emulsifying agent dari formulalotionVCO adalah:
T abel I I I . Level Rendah dan Level T inggi Polysor bat e 80, Level Rendah dan Level T inggi Cet yl Alcohol
Formula Polysorbate 80 Cetyl alcohol
1 4 2
a 8 2
b 4 4
ab 8 4
Keterangan : F (1) = polysorbate 80 level rendah, cetyl alcohol level rendah F (a) = polysorbate 80 level tinggi, cetyl alcohol level rendah F (b) = polysorbate 80 level rendah, cetyl alcohol level tinggi F (ab) = polysorbate 80 level tinggi, cetyl alcohol level tinggi Berdasarkan tabel IV, dibuat 4 formulalotionVCO:
T abel I V. For mula Lot ion Vir gin Coconut Oil
Formula 1 a b ab
Virgin Coconut Oil 27,6 27,6 27,6 27,6
Polysorbate 80 4 8 4 8
Cetyl alcohol 2 2 4 4
Asam stearat 3 3 3 3
Nipagin 1,36 1,36 1,36 1,36
Tri Etanol Amin 0,6 0,6 0,6 0,6
Gliserin 5 5 5 5
Minyak melati q.s q.s q.s q.s
2. Alur penelitian a. Pembuatanlotion
Bahan – bahan yang dikelompokkan menjadi bagian A (VCO), B (cetyl alcohol dan asam stearat), dan C (Polysorbate 80, Nipagin, TEA, Gliserin, Aquadest) masing – masing dicampur secara terpisah. Campuran B dilelehkan di atas waterbath sampai meleleh seluruhnya. A dituangkan ke B dan dipanaskan di atas waterbath sampai suhu 50° C. Campuran C dipanaskan di atas waterbath sampai suhu 50° C. Tuangkan campuran A dan B ke mortir hangat, aduk. Campuran C dituang sedikit demi sedikit ke mortir sambil diaduk dengan kuat dan cepat selama 10 menit. Minyak melati dimasukkan, kemudian diaduk. Setelah dingin, dimasukkan ke kemasan.
b. Penentuan Tipe Emulsi 1) Metode Pengenceran
Lotion diletakkan di gelas arloji kemudian ditambahkan aquades dengan
volume dua kali lipat volumelotion dan diaduk dengan batang pengaduk hingga merata. Lakukan pengamatan apakahlotion masih tercampur merata atau tidak. 2) Metode Pewarnaan
Lotion diletakkan di gelas arloji kemudian ditambahkan 5 tetesmethylen
3) Metode Kertas Saring
Lotion dioleskan pada kertas saring. Kertas saring yang telah diolesi
lotion dikeringkan, kemudian diamati ada tidaknya noda transparan pada kertas
saring.
4) Metode Pencucian
Lotion dioleskan pada tangan. Tangan yang telah diolesi lotion dibasuh
dengan air mengalir dan diamati mudah tidaknyalotiontercuci air. c. Pengujian daya sebar
Lotion ditimbang seberat 0.5 gram dan diletakkan di tengan kaca bulat
berskala. Kaca bulat lain yang telah ditimbang beratnya diletakkan di atasnya dan biarkan selama 5 menit. Beri beban 200 gram, diamkan selama 1 menit dan catat diameter penyebaranlotion yang terjadi. Pengujian ini dilakukan sebanyak 6 kali untuk tiap-tiap formula.
d. Pengujian viskositas
Lotion dimasukkan dalam wadah dan dipasang pada viskotester tipe VT
04. Nilai viskositas akan ditunjukkan oleh jarum penunjuk saat viskotester dinyalakan. Pengambilan data sebanyak 6 kali untuk tiap-tiap formula. Pengujian ini dilakukan sebanyak 2 kali yaitu segera setelahlotion selesai dibuat dan setelah
lotion disimpan selama 30 hari.
e. Pengujian pemisahan fase
lotion yang stabil dibandingkan dengan total volume lotion dalam tabung berskala.
Pemisahan faselotion dapat dihitung dengan rumus:
%
f. Subjective assessment
Lotion dioleskan pada tangan sukarelawan. Sukarelawan diminta untuk
menilai beberapa kriteria seperti yang tercantum dalam kuisioner. Sukarelawan yang dipilih adalah yang berusia antara 20 - 50 tahun, jenis kelamin laki – laki dan perempuan. Jumlah sukarelawan adalah 29 orang (Garg dkk, 2002).
F. Analisis Hasil
Data yang terkumpul dianalisis dengan metode desain faktorial. Dengan desain faktorial dihitung besarnya efek polysorbate 80, efek cetyl alcohol, dan efek interaksi antara keduanya sehingga dapat diketahui efek yang paling dominan dalam menentukan sifat fisik lotion. Dari perhitungan berdasar persamaan dalam desain faktorial akan diperoleh contour plot untuk masing –
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. PembuatanLotion Virgin Coconut Oil
Pembuatan lotion Virgin Cocout Oil dimulai dengan mencampurkan bahan – bahan sesuai dengan fasenya. Ada 2 fase berbeda yang tidak saling campur pada formula lotion Virgin Cocout Oil, yaitu fase air dan fase minyak. Yang termasuk fase air antara lain: aquadest, gliserin, trietanolamin, dan nipagin. Sedangkan yang termasuk fase minyak antara lain: Virgin Coconut Oil, asam stearat, dan minyak melati. Dalam penelitian ini, fase minyak didispersikan ke fase air dengan emulsifying agent polysorbate 80 dan cetyl alcohol untuk membentuk emulsi bertipe M/A.
Secara umum, prinsip proses emulsifikasi yang melibatkan panas adalah dengan memanaskan fase minyak. Fase air juga harus dipanaskan. Pencampuran dilakukan setelah kedua fase berada pada temperatur yang sama (Anonim, 2006d). Pada penelitian ini, cetyl alcohol dan asam stearat dicampur dan dilelehkan di atas waterbath sampai meleleh seluruhnya. Kemudian Virgin
Coconut Oil dan polysorbate 80 dimasukkan ke campuran cetyl alcohol dan asam
stearat yang telah meleleh sempurna, kemudian dipanaskan hingga suhu 50° C. Sementara itu, nipagin, TEA, gliserin, dan aquadest dicampur kemudian dipanaskan hingga mencapai suhu 50°C. Pemanasan berfungsi untuk memudahkan proses emulsifikasi, karena pada suhu tersebut, asam stearat dan
cetyl alcohol telah meleleh sempurna sehingga mudah dicampur dengan bahan – bahan lain yang berupa cairan.
Afektifitas proses emulsifikasi ditentukan oleh efisiensi pembentukan dan stabilisasi droplet. Seiring penambahan emulsifying agent saat proses emulsifikasi, tegangan antar muka antara fase minyak dan fase air akan turun. Turunnya tegangan antar muka pada kedua fase menyebabkan emulsifying agent
membentuk lapisan mengelilingi fase minyak sehingga terbentuk tetesan / droplet minyak yang terdispersi dalam fase air. Stabilitas sistem emulsi yang terbentuk dapat dicapai dengan adanya cetyl alcohol dan polysorbate 80 yang diprediksi dapat membentukstable interfacial complex condensed film. Lapisan ini bersifat fleksibel,viscous, koheren, dan tidak mudah pecah selama molekul – molekulnya tertata dengan efisien satu dengan yang lainnya.
Cetyl alcohol dan asam stearat dalam sediaanlotion Virgin Coconut Oil
berfungsi sebagaithikening agent yang menjaga stabilitas dengan mengentalkan fase air (fase luar). Asam stearat dapat menyebabkan iritasi karena sifatnya yang asam. Untuk mengatasinya, ditambahkan trietanolamin yang bersifat basa. Gliserin yang bersifat higroskopis berfungsi mencegah penguapan air dari lotion
sehingga viskositasnya tidak semakin besar. Untuk mempertahankan stabilitas biologis, pertumbuhan jamur padalotion perlu dicegah. Nipagin (metil paraben) ditambahkan kelotionuntuk mencegah pertumbuhan jamur dan mikroorganisme lainnya. Minyak melati dalam penelitian ini digunakan sebagai parfum dalam
Coconut Oil.Bau kelapa perlu ditutup dengan parfum karena bau tersebut kurang menarik dan kurang nyaman untuk pemakai.
Efekmoisturizer dari sediaan ini diduga disebabkan adanya asam – asam lemak jenuh rantai sedang dan asam lemak tak jenuh pada VCO. Tidak semua asam lemak yang terkandung dalam VCO bertanggungjawab pada efek moisturizer, namun hanya asam kaprat (C10), asam laurat (C12), asam miristat
(C14), asam oleat (C18-1), asam linoleat (C18-2), dan asam linolenat (C18-3). Asam –
asam lemak tersebut akan bertindak seperti sebum {asam lemak jenuh (C9 – C15)
dan asam lemak tak jenuh (C14 – C22)} yang mempertahankan kelembapan kulit
dengan mengurangi penguapan air pada kulit. VCO juga membantu menghaluskan bagian kulit yang kasar karena kurangnya kelembapan pada kulit.
B. Penentuan Tipe Emulsi
Penentuan tipe emulsi dilakukan dengan berbagai metode, antara lain: 1. metode pengenceran
(8a) For mula 1 (8b) For mula a
Lotion diencerkan dengan aquadest pada gelas arloji. Hasilnya lotion
menjadi lebih encer, tetap menyatu sebagai suatu sistem emulsi, dan tidak mengalami pecahnya emulsi. Fase dimana suatu emulsi dapat diencerkan dengan pelarut air tanpa mengalami kerusakan atau pecah, maka emulsi tersebut bertipe M/A. Pada metode ini dihasilkan semualotionmenyebar dan menjadi lebih encer setelah ditambahkan air tanpa mengalami pecah. Hal ini menunjukkan lotion
dalam penelitian ini semua bertipe M/A. 2. metode pewarnaan
(9a) For mula 1 (9b) For mula a
(9c) For mula b (9d) For mula ab Gambar 9. Pewar naan lot ion VCO dengan met hylen blue
Methylen blue merupakan zat warna yang larut air. Penambahan methylen blue pada lotion menyebabkan formula 1, a, b, dan ab berwarna biru merata. Hal ini menunjukkan lotion VCO ini mempunyai fase luar air sehingga
3. metode kertas saring
Gambar 10. Ker t as sar ing yang diolesi lot ion VCO
Penentuan tipe emulsi lotion VCO dengan metode kertas saring dilakukan dengan mengoleskan lotion VCO ke kertas saring. Seluruh formula
lotion VCO mudah menyebar pada kertas saring saat dioleskan. Pada gambar 9
terlihat bahwa tidak ada bekas noda yang ditinggalkan lotion VCO pada kertas saring. Hal ini menunjukkan bahwa semua formula lotion Virgin Coconut Oil
dalam penelitian ini bertipe M/A. Sedangkan, emulsi tipe A/M akan sulit menyebar pada kertas saring saat dioleskan, dan akan meninggalkan noda transparan pada kertas saring bila sudah kering.
4. metode pencucian
Darisensory assessmentditunjukkan bahwa semua formulalotion Virgin
Coconut Oil dapat dicuci dengan air tanpa menemui kesukaran. Hal ini
C. Pengujian Sifat Fisik
Parameter sifat fisik yang harus dipenuhi dalam lotion Virgin Coconut Oil adalah daya sebar, viskositas, pergeseran viskositas dan stabilitas.
T abel V. Dat a Sif at Fisik dan St ablit as Lot ion VCO
Efek Daya Sebar Viskositas Viskositas
Pemisahan Fase Polysorbate 80 -3,775 22,735 -29,64431 0
Cetyl alcohol -1,765 42,565 12,66015 0
1. Uji Daya Sebar
Pengujian daya sebar bertujuan melihat sejauh mana lotion dapat menyebar merata bila diaplikasikan ke kulit. Daya sebar berbanding terbalik dengan viskositas. Semakin encer suatulotion, semakin besar daya sebarnya.
0
Dari gambar 11 terlihat bahwa polysorbate 80 dan cetyl alcohol pada level rendah maupun level tinggi menyebabkan penurunan daya sebar. Dari perhitungan efek, polysorbate 80 mempunyai efek yang dominan dalam
menurunkan daya sebar yaitu sebesar -3,775. Polysorbate 80 dominan
alcohol merupakan thickening agent yang bersifat menaikkan viskositas dari sediaan sehingga daya sebar akan turun seiring kenaikan jumlah cetyl alcohol dalam sediaan, namun penurunan daya sebarnya lebih kecil dibandingkan dengan penurunan daya sebar yang disebabkan oleh polysorbate 80. Dari gambar 11 terlihat adanya interaksi diantara kedua emusifying agent yang ditunjukkan dengan ketidaksejajaran grafik.
2. Uji Viskositas
Viskositas adalah tahanan untuk mengalir. Viskositas merupakan bagian dari reologi. Reologi berperan dalam pembuatan, pengemasan, pengeluaran produk dari kemasan, konsistensi, dan stabilitas. Viskositaslotion Virgin Coconut Oil diukur dengan viskotester Rion® VT 04. Pengaduk akan berputar karena digerakkan oleh energi yang dihasilkan baterei, putaran pengaduk membuatlotion
teraduk dan jarum akan menunjukkan besarnya viskositas darilotion.
Dari gambar 12 terlihat bahwa polysorbate 80 dan cetyl alcohol pada level rendah maupun level tinggi menyebabkan kenaikan viskositas. Hal ini berarti bahwa setiap penambahan jumlah emulsifying agent akan menyebabkan pertambahan nilai viskositas. Dari gambar 12 terlihat adanya interaksi diantara kedua emusfying agent yang ditunjukkan dengan ketidaksejajaran grafik. Dari perhitungan efek, cetyl alcohol mempunyai efek yang dominan dalam menaikkan viskositas yaitu sebesar 42,565. Cetyl alcohol secara dominan mempengaruhi viskositas karena merupakanthickening agentyang bersifat menaikkan viskositas dari sediaan. t er hadap per geser an viskosit as
dominan dalam menurunkan pergeseran stabilitas. Semakin banyak polysorbate 80 yang digunakan maka pergeseran viskositas akan semakin kecil sehingga
lotion VCO menjadi lebih stabil. Cetyl alcohol level rendah berpengaruh
menurunkan pergeseran viskositas, sedangkan cetyl alcohol level tinggi berpengaruh menaikkan pergeseran viskositas. Interaksi yang terjadi antara polysorbate 80 dan cetyl alcohol dalam mempengaruhi pergeseran viskositas dapat dilihat dari ketidak – sejajaran garis pada gambar 13. Pergeseran viskositas dalam seluruh formulalotion Virgin Coconut Oilmenyebabkan konsistensilotion
menjadi lebih encer. Penyebab dari pergeseran viskositas pada seluruh formula
lotion Virgin Coconut Oiladalah pertambahan jumlah fase air karena pengikatan
air oleh gliserin dan trietanolamin yang bersifat higroskopis. 4. Uji Pemisahan FaseLotion
D. Optimasi Formula
Optimasi formula dilakukan dengan membuat contour plot dari sifat fisik lotion Virgin Coconut Oil yang diperoleh dari persamaan desain faktorial sehingga dapat diketahui area optimum dari tiap – tiap sifat fisik. Area optimum dari masing – masing sifat fisik digabung menjadi contour plot super imposed
sehingga diperoleh area optimum polysorbate 80 dan cetyl alcohol terbatas pada level yang telah ditentukan.
1. Daya Sebar
Persamaan desain faktorial untuk daya sebar adalah Y = 26,79 - 1,7575 XA - 2,51 XB + 0,27125 XAXB. Dari persamaan tersebut, dibuat countour plot
untuk daya sebar adalah sebagai berikut:
Menurut Garg et al kriteria daya sebar untuk sediaan semifluid creams
adalah 5,0 – 7,0 cm. Lotion mempunyai konsistensi yang lebih encer dari
semifluid creams, jadi daya sebarlotion lebih besar. Kriteria daya sebar optimum
dalam penelitian ini adalah 7,0 – 16 cm.
2. Viskositas
Persamaan desain faktorial untuk viskositas adalah Y = - 2,04 - 1,865 XA
+ 6,185 XB + 2,51625 XAXB. Dari persamaan tersebut, dibuatcontour plot untuk
daya sebar adalah sebagai berikut:
Gambar 15. Cont our plot viskosit as
bertutup flip top dengan lubang kecil. Kriteria viskositas optimum pada penelitian ini ditentukan berdasarkansensory assessment yaitu sebesar 20 – 60 d Pa. s. Pada viskositas optimum,lotion dapat dengan mudah dimasukkan dan dikeluarkan dari kemasan, juga dapat dengan mudah menyebar saat diaplikasikan ke kulit.
3. Pergeseran Viskositas
Persamaan desain faktorial untuk pergeseran viskositas adalah Y = 164,85707 - 23,1130175 XA - 25,073805XB + 5,23413 XAXB. Dari persamaan
tersebut, dibuatcontour plotuntuk daya sebar adalah sebagai berikut:
Gambar 16. Cont our plot per geser an viskosit as
adalah <30%. Pergeseran viskositas menunjukkan ketidakstabilan emulsi, karenanya pergeseran viskositas harus diminimalkan.
4. Pemisahan FaseLotion
Uji pemisahan faselotionmenunjukkan polysorbate 80 dan cetyl alcohol mampu mempertahankan stabilitaslotion VCO selama penyimpanan dalam waktu 30 hari. Contour plotuntuk pemisahan faselotion adalah sebagai berikut:
Gambar 17. Cont our plot pemisahan f ase
5. Contour Plot Superimposed
Dari data area optimum untuk masing – masing sifat fisik dapat dibuat
contour plot super imposedsebagai berikut:
Gambar 18. Cont our plot super imposed
Daricontour plot super imposed diperoleh area optimum polysorbate 80
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari penelitian yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan :
1. Polysorbate 80 diprediksi memberikan efek yang dominan terhadap penurunan daya sebar dan pergeseran viskositaslotion Virgin Coconut Oil. 2. Cetyl alcohol diprediksi memberikan efek yang dominan terhadap kenaikan
viskositaslotion Virgin Coconut Oil.
3. Ditemukan area komposisi optimum dari polysorbate 80 dan cetyl alcohol pada formula lotion Virgin Coconut Oil.
B. Saran
1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang optimasi proses pembuatan
lotion VCOdenganemulsifying agent polysorbate 80 dan cetyl alcohol.
2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang uji iritasi lotion VCO dengan
emulsifying agent polysorbate 80 dan cetyl alcohol.
3. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang optimasi komposisi
emulsifying agent polysorbate 80 dan cetyl alcohol pada lotion VCO pada
level yang sama dengan uji stabilitas dengan mengamati ukuran droplet secara mikroskopis.
DAFTAR PUSTAKA
Allen, L.V., 2002, The Art, Science, and Technology of Pharmaceutical
Compounding, Second Edition, 263, 276, American Pharmaceutical
Association, USA
Anief, Moh., 2003,Ilmu Meracik Obat, 132-148, UGM Press : Yogyakarta Anonim, 1993, Kodeks Kosmetika Indonesia, Edisi II, Volume I, 389-390
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta
Anonim, 1995, Farmakope Indonesia, Edisi IV, 6 – 7, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta
Anonim, 2006a, Cetyl Alcohol, http://www.en.wikipedia.org/wiki/CetylAlcohol
Diakses pada 15 Januari 2006
Anonim, 2006b, Glycerol, http://www.en.wikipedia.org/wiki/Glycerol. Diakses pada 7 Desember 2006
Anonim, 2006c, Lotion, http://www.en.wikipedia.org/wiki/Lotion. Diakses pada 13 Januari 2006
Anonim 2006d, Lotion Making, http://www.fromnaturewithlove.com/ library/lotion making. asp. Diakses pada 23 Maret 2006
Anonim, 2006e, Making Lotions (and Creams),
http://www.glenbrookfarm.com/face_creams.htm. Diakses pada 23 Maret 2006
Anonim, 2006f, Moisturizer, http://www.en.wikipedia.org/wiki/Moisturizer. Diakses pada 13 Januari 2006
Anonim, 2007a, Skin, http://www.en.wikipedia.org/wiki/Skin. Diakses pada 16 Februari 2007
Anonim, 2007b, Stearic Acid , http://www.en.wikipedia.org/wiki/StearicAcid . Diakses pada 16 Februari 2007
Ansel, H. C., 1989, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, diterjemahkan oleh Farida Ibrahim, Edisi IV, 377 – 379, 382 - 387, Universitas Indonesia, Jakarta
Ansel, H. C., and Popovich (Eds),1990, Pharmacueutical Dosage Form and
Delivery System, Edisi V, 271, 274, 279, 280, Lea & Febiger,
Armstrong, N. A., James, K. C., 1996, Pharmaceutical Experimental Design and
Interpretation, 131 – 140, Taylor and Francis Ltd., London
Ash, I. and Michael, 1977, A Formulary of Cosmetic Preparations, 278-279, Chemical Publishing Co., New York
Aulton, M. E. (Ed), 1988, Pharmaceutics The Science of Dosage Form Design, 297, EBS & Churchill Livingstone Medical Devision of Longman Group UK Ltd., UK
Bolton, S., 1990, Pharmaceutical Statistics, Practical and Clinical Application, 2nd Edition, 308-553, Marcel Dekker, Inc., New York
Boylan, J. C. , Cooper, J., and Chowhan, Z. T., 1986, Handbook of
Pharmaceutical Excipients, 63 – 65, 184 – 185, 298 – 300, 334 – 335,
American Pharmaceutical Assocation, Washington DC
Enig, Mary G., 2002,Coconut In Support of Good Health in 21th Century,Nexus Magazine, Volume 9, No.2, Presented at the AVOC Lauric Oils Symposium, Ho Chi Min City, Vietnam, 25 April 1996, available from URLhttp://www.conuq.com/research.html
Garg, A.,Aggarwal, D.,Garg, S., and Singla, A.K., 2002, Spreading of Semisolid
Formulation : An update,Pharmaceutical Technology,September 2002,
84-105,www.pharmtech.com
Greenberg, L.A., 1954, Handbook of Cosmetic Materials, 325, Interscience Publishers, Inc., New York
Jellinek, J. S., 1970,Formulation and Function of Cosmetics, diterjemahkan dari bahasa Jerman oleh G. L. Fenton, 4 – 13, 55 – 57, 140, 143, 146 – 147, 155, 158, 351 – 356, Wiley – Interscience a Division of Wiley & Sons, Inc., New York
Kim, Cherng – ju, 2004, Advanced Pharmaceutics: Physicohemical Principles, 214 – 220, CRC Press LLC, Florida
Lachman, L., 1989, Teori dan Praktek Indusri Farmasi, diterjemahkan oleh Siti Suyatmi, Edisi III, Jilid 2, 1029 – 1180, Universitas Indonesia, Jakarta Rawlings, A. V., Harding, C.R, Wakinson, A., Chandar, P., Scott, I.R., 2002,Skin
Moisturization, Edited by Leyden, J.J., Rawlings, A.V., 245 – 251, 365 –
367, Marcel Dekker, Inc., New York
Smolinske, S.C., 1953, Handbook of Food, Drug, and Cosmetic Exipients, 295, 296, CRC Press : United States of America
Sukartin, J.K. dan Sitanggang, M., 2005,Gempur Penyakit dengan VCO, 14-17, 22-25, Agro Media Pustaka, Jakarta
Visscher, M. O., 2000, Common Ingredients in Skin Care Products, Available fromURL:
http://www.netwellness.org/healthtopics/skincare/
faq4.cfm.Voigt, R., 1994, Buku Pelajaran Teknologi Farmasi, 399- 443, UGM Press, Yogyakarta
Windholz, M., 1976,Merck Index, 9th Edition, 254, 581-582, Merck & Co., Inc., USA
Zatz, J.L., Berry, J.J., Alderman, D.A., 1996, Pharmaceutical Dosage Form
Disperse System, Edited by Lieberman, H.A., Rieger, M.M., Banker, G.S.,
LAMPIRAN Lampiran 1. Data Penimbangan dan notasi Data penimbangan
Formula 1 a b ab
Virgin Coconut Oil 27,6 27,6 27,6 27,6
Polysorbate 80 4 8 4 8
Cetyl alcohol 2 2 4 4
Asam stearat 3 3 3 3
Nipagin 1,36 1,36 1,36 1,36
Tri Etanol Amin 0,6 0,6 0,6 0,6
Gliserin 5 5 5 5
Minyak melati 10 gtt 10 gtt 10 gtt 10 gtt
Aquades 25 25 25 25
Lampiran 2. Data sifat fisiklotionVCO 1. Data daya sebar
Formula 1 a b ab
1 17,68 11,76 13,88 10,76
2 17,14 11,55 14,14 11,38
3 17,00 11,54 14,16 11,51
4 16,95 12,52 13,63 11,49
5 16,26 12,32 14,30 10,77
6 16,41 12,64 14,24 11,10
X 16,9063 12,0546 14,0588 11,1681
SD 0,470448959 0,453863048 0,453863048 0,31492945
Formula ab
Hari ke - Volume tabung ke-(ml)
Formula a
Hari ke - Volume tabung ke-(ml)
X SD % stabiltas 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0
Formula b
Hari ke - Volume tabung ke-(ml)
Formula ab
Hari ke - Volume tabung ke-(ml)
X SD 1 2 3 4 5 6
0 21,0 21,0 22,0 22,0 21,0 20,4
0,0
1 21,0 21,0 22,0 22,0 21,0 20,4
2 21,0 21,0 22,0 22,0 21,0 20,4
3 21,0 21,0 22,0 22,0 21,0 20,4
5 21,0 21,0 22,0 22,0 21,0 20,4
7 21,0 21,0 22,0 22,0 21,0 20,4
14 21,0 21,0 22,0 22,0 21,0 20,4
21 21,0 21,0 22,0 22,0 21,0 20,4
28 21,0 21,0 22,0 22,0 21,0 20,4
30 21,0 21,0 22,0 22,0 21,0 20,4
hu/ho 21,0 21,0 22,0 22,0 21,0 20,4 1,0
Lampiran 3. Perhitungan Desain Faktorial Perhitungan Desain Faktorial Daya Sebar
Formula A B Interaksi Respon
1 - - + 16,91
dimana : Y = respon hasil atau sifat yang diamati XA,XB = level bagian A dan B
b0 = rata-rata dari semua percobaan
Subtitusi b12 ke persamaan ( III )
Formula A B Interaksi Respon
b. Efek Cetyl Alcohol
dimana : Y = respon hasil atau sifat yang diamati XA,XB = level bagian A dan B
b0 = rata-rata dari semua percobaan
Perhitungan Desain Faktorial Pergeseran Viskositas
Formula A B Interaksi Respon
1 - - + 64,1304
dimana : Y = respon hasil atau sifat yang diamati XA,XB = level bagian A dan B
b0 = rata-rata dari semua percobaan
Subtitusi b12 ke persamaan ( III )
8,27457 = -2 b2- 8b12
8,27457 = -2 b2- 8 (5,23413)
b2 = -25,073805
Subtitusi b1,b2 ,b12 ke persamaan (1)
64,13043 = b0 + 4 b1 + 2 b2 + 8 b12
64,13043 = b0 + 4 (-23,1130175)+ 2 (-25,073805) + 8 (5,23413)
b0 = 164,85707
Y = b0 + b1XA + b2XB + b12XAXB
Lampiran 4. Kuisionersensory assessment lotion VCO
SENSORY ASSESSMENT
LOTION VIRGIN COCONUT OIL DENGAN EFEK MOISTURIZER
Nama : ... Usia : ... Hari, tanggal : ... No kemasan : ...
Berilah tanda (√) pada kolom yang Anda anggap paling sesuai (tanpa memperhitungkan adanya buih) dengan pertanyaan di bawah ini!
No Pertanyaan Ya Sedang Tidak
1. Apakah lotion ini memiliki penampilan yang menarik?
2. Apakah lotion ini memiliki warna yangmenarik?
3. Apakah lotion ini memiliki bau yang enak?
4. Apakah lotion ini mudah dituang dari kemasannya?
5. Apakah lotion ini mudah dioleskan di kulit?
6. Apakah lotion ini sudah cukup halus dan lembut di kulit?
7. Apakah lotion ini sudah cukup homogen? 8. Apakah lotion ini terasa lengket di kulit?
9. Apakah lotion ini memberikan rasa lembab di kulit?
10. Apakah lotion ini memberikan efek berminyak di kulit?
11. Apakah lotion ini mudah dicuci dengan air dari kulit?
12.
Apakah lotion ini meninggalkan bekas minyak di kulit setelah lotion dicuci dengan air?
13.
Apakah lotion ini masih memberikan efek melembabkan di kulit setelah lotion dicuci dengan air?
14.
70 Keterangan skor jawaban:
∴ ya = 4
∴ sedang = 3
71 Keterangan skor jawaban:
∴ ya = 4
∴ sedang = 3
72 Keterangan skor jawaban:
∴ ya = 4
∴ sedang = 3
Lampir
an
5. Do
k
um
enta
si
Keterangan skor jawaban:
∴ ya = 4
∴ sedang = 3
∴ tidak = 2
Gambar 2.a
Gambar 3.a