ABSTRAK
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY (TSTS) DALAM MENINGKATKAN MINAT DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS X-F PADA MATERI HEWAN INVERTEBRATA
DI SMA NEGERI 1 DEPOK, SLEMAN, YOGYAKARTA
Henny Anggita Taru Pendidikan Biologi Universitas Sanata Dharma
Berdasarkan hasil observasi, ditemukan beberapa permasalahan pada siswa kelas X-F SMAN 1 Depok seperti nilai rata-rata kelas hanya 41,21 sehingga belum mencapai KKM. Masalah lain yang muncul adalah sikap dan minat siswa dalam mengikuti pembelajaran biologi masih tergolong kurang baik.Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk meningkatkan minat dan hasil belajar siswa kelas X-F pada materi Hewan Invertebrata di SMA Negeri 1 Depok, Sleman, Yogyakarta.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei - Juni 2015. Subyek dari penelitian ini adalah siswa kelas X-F SMA Negeri 1 Depok, Sleman. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan 2 cara yaitu tes dan non tes. Tes terdiri dari hasil post-test 1 dan 2 sedangkan non tes terdiri dari kuisioner minat siswa dan observasi sikap siswa. Analisis data dilakukan dengan analisis kualitatif-kuantitatif dan deskriptif persentase.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata hasil belajar siswa kelas X-F mengalami peningkatan dari rata-rata nilai di siklus I yaitu 74,31 dengan ketuntasan klasikal sebesar 62,5% menjadi 84,68 dengan ketuntasan klasikal sebesar 87,5% dengan target ketuntasan sebesar 70%. Afektif siswa yang awalnya 65,62% meningkat menjadi 96,87% yang masuk dalam kategori tinggi serta minat belajar siswa yang awalnya 78,12% meningkat menjadi 100% yang masuk dalam kategori tinggi dengan target ketuntasan sebesar 70%.
Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TSTS) dapat meningkatkan minat dan hasil belajar siswa kelas X-F pada materi Hewan Invertebrata di SMA Negeri 1 Depok, Sleman, Yogyakarta.
Kata kunci : minat belajar, hasil belajar, metode Two Stay Two Stray (TSTS),
ABSTRACT
THE IMPLEMENTATION OF COOPERATIVE LEARNING TWO STAY TWO STRAYS (TSTS) IN INCREASING STUDENTS’ INTEREST AND LEARNING
OUTCOMES ABOUT INVERTEBRATES ANIMAL IN X-F CLASS SMA NEGERI 1 DEPOK, SLEMAN, YOGYAKARTA
Henny Anggita Taru Biology Education Sanata Dharma University
Based on the observation result, strudents problem that found in X-F class at
SMAN 1 Depok was average scores only 41,21 and it didn’t reach the minimum
passing score (KKM). The other problems is behaviour and passion of the strudents in learning bilogy subject which not really good. This classroom action research
animed to increase students’ interest and learning outcomes about invertebrate
animals in the X-F Class SMAN 1 Depok, Sleman, Yogykarta.
This study was conducted in May-June 2015. The subject of this research in the X-F students in SMAN 1 Depok, Sleman. The data collection techniques was done in 2 ways : test and non test. The test consisted of the result of the post-test 1 and 2 while the non-test consisted of questionnaires interest of students and students’ attitudes observaation. The data analysis was perfomed with qualitative-quantitative analysis and descriptive precentage.
The result showed tht average students’ learning outcomes in X-F Class has increased from an average value in the first cycle, 74,31, with classical completeness of 62,5% to 84,68 with classical completeness of 87,5% with a target completeness of
70%. Students’ affective who rose 65,2% to 96,87% were in the high category as well as students’ interest which rose 78,12% to 100% were in the high category with a target of 70% completeness.
The conclusion of this study is the application of cooperative learning Two Stay
Two Stray (TSTS) could increase students’ interest and learning outcomes X-F class on invertebrate animals in SMAN 1 Depok, Sleman, Yogyakarta.
Keywords : Interest, Learning Outcomes, Two Stay Two Stray (TSTS) Method,
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY (TSTS) DALAM MENINGKATKAN MINAT DAN
HASIL BELAJAR SISWA KELAS X-F PADA MATERI HEWAN INVERTEBRATA DI SMA NEGERI 1 DEPOK, SLEMAN,
YOGYAKARTA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Program Studi Pendidikan Biologi
Oleh :
Henny Anggita Taru
NIM : 111434029
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
i
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY (TSTS) DALAM MENINGKATKAN MINAT DAN
HASIL BELAJAR SISWA KELAS X-F PADA MATERI HEWAN INVERTEBRATA DI SMA NEGERI 1 DEPOK, SLEMAN,
YOGYAKARTA HALAMAN JUDUL
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Program Studi Pendidikan Biologi
Oleh :
Henny Anggita Taru
NIM : 11 1434 029
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
ii SKRIPSI
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY (TSTS) DALAM MENINGKATKAN MINAT DAN
HASIL BELAJAR SISWA KELAS X-F PADA MATERI HEWAN INVERTEBRATA DI SMA NEGERI 1 DEPOK, SLEMAN,
YOGYAKARTA
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING
Oleh
Henny Anggita Taru
NIM : 111434029
Telah disetujui oleh
Pembimbing
iii
iv
PERSEMBAHAN HALAMAN PERSEMBAHAN
Karya sederhanaku ini kupersembahkan kepada :
Tuhan Yesus
Papa Herman dan Mama Suharni
Adik Hera Novita Taru
Keluarga dan sanak saudara
Para sahabat
Program Studi Pendidikan Biologi
v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini
tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali telah disebutkan dalam
kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 25 Agustus 2015
Penulis
vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta :
Nama : Henny Anggita Taru
NIM : 111434029
Demi kepentingan pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada
Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, untuk
mengalihkan dalam media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data,
mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikan di internet atau media lain
untuk kepentingan akademis tanpa perlu ijin dari saya maupun memberikan
royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di : Yogyakarta Pada Tanggal : 25 Agustus 2015
Yang menyatakan,
vii ABSTRAK
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY (TSTS) DALAM MENINGKATKAN MINAT DAN
HASIL BELAJAR SISWA KELAS X-F PADA MATERI HEWAN INVERTEBRATA DI SMA NEGERI 1 DEPOK, SLEMAN,
YOGYAKARTA
Henny Anggita Taru Pendidikan Biologi Universitas Sanata Dharma
Berdasarkan hasil observasi, ditemukan beberapa permasalahan pada siswa kelas X-F SMAN 1 Depok seperti nilai rata-rata kelas hanya 41,21 sehingga belum mencapai KKM. Masalah lain yang muncul adalah sikap dan minat siswa dalam mengikuti pembelajaran biologi masih tergolong kurang baik.Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk meningkatkan minat dan hasil belajar siswa kelas X-F pada materi Hewan Invertebrata di SMA Negeri 1 Depok, Sleman, Yogyakarta.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei - Juni 2015. Subyek dari penelitian ini adalah siswa kelas X-F SMA Negeri 1 Depok, Sleman. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan 2 cara yaitu tes dan non tes. Tes terdiri dari hasil post-test 1 dan 2 sedangkan non tes terdiri dari kuisioner minat siswa dan observasi sikap siswa. Analisis data dilakukan dengan analisis kualitatif-kuantitatif dan deskriptif persentase.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata hasil belajar siswa kelas X-F mengalami peningkatan dari rata-rata nilai di siklus I yaitu 74,31 dengan ketuntasan klasikal sebesar 62,5% menjadi 84,68 dengan ketuntasan klasikal sebesar 87,5% dengan target ketuntasan sebesar 70%. Afektif siswa yang awalnya 65,62% meningkat menjadi 96,87% yang masuk dalam kategori tinggi serta minat belajar siswa yang awalnya 78,12% meningkat menjadi 100% yang masuk dalam kategori tinggi dengan target ketuntasan sebesar 70%.
Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TSTS) dapat meningkatkan minat dan hasil belajar siswa kelas X-F pada materi Hewan Invertebrata di SMA Negeri 1 Depok, Sleman, Yogyakarta.
Kata kunci : minat belajar, hasil belajar, metode Two Stay Two Stray
viii ABSTRACT
THE IMPLEMENTATION OF COOPERATIVE LEARNING TWO STAY TWO STRAYS (TSTS) IN INCREASING STUDENTS’ INTEREST AND LEARNING OUTCOMES ABOUT INVERTEBRATES ANIMAL IN X-F
CLASS SMA NEGERI 1 DEPOK, SLEMAN, YOGYAKARTA
Henny Anggita Taru Biology Education Sanata Dharma University
Based on the observation result, strudents problem that found in X-F class
at SMAN 1 Depok was average scores only 41,21 and it didn’t reach the minimum
passing score (KKM). The other problems is behaviour and passion of the strudents in learning bilogy subject which not really good. This classroom action
research animed to increase students’ interest and learning outcomes about
invertebrate animals in the X-F Class SMAN 1 Depok, Sleman, Yogykarta.
This study was conducted in May-June 2015. The subject of this research in the X-F students in SMAN 1 Depok, Sleman. The data collection techniques was done in 2 ways : test and non test. The test consisted of the result of the post-test 1 and 2 while the non-test consisted of questionnaires interest of students and
students’ attitudes observaation. The data analysis was perfomed with qualitative -quantitative analysis and descriptive precentage.
The result showed tht average students’ learning outcomes in X-F Class has increased from an average value in the first cycle, 74,31, with classical completeness of 62,5% to 84,68 with classical completeness of 87,5% with a
target completeness of 70%. Students’ affective who rose 65,2% to 96,87% were in the high category as well as students’ interest which rose 78,12% to 100% were in the high category with a target of 70% completeness.
The conclusion of this study is the application of cooperative learning Two
Stay Two Stray (TSTS) could increase students’ interest and learning outcomes X -F class on invertebrate animals in SMAN 1 Depok, Sleman, Yogyakarta.
Keywords : Interest, Learning Outcomes, Two Stay Two Stray (TSTS)
ix
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karna atas
berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray (TSTS)
Dalam Meningkatkan Minat Dan Hasil Belajar Siswa Kelas X-F Pada Materi
Hewan Invertebrata Di SMA Negeri 1 Depok, Sleman, Yogyakarta”
Dalam menyusun skripsi ini, penulis memperoleh banyak doa, semangat,
dukungan, bantuan serta dorongan yang membuat penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada :
1. Tuhan Yesus, yang telah mengabukan doa dan permohonan penulis
agar skripsinya dapat berjalan lancar dan dapat terselesaikan dengan
baik.
2. Papa Herman Taru dan Mama Suharni, kedua orang tua terhebat di
dunia yang tiada henti selalu mendukung baik oral maupun material
serta mendoakan yang terbaik untuk kesuksesan penulis dalam
mengerjakan skripsinya.
3. Hera Novita Taru, adik tersayang yang selalu menemani penulis baik
suka maupun duka serta tangis maupun tawa dalam mengerjakan
skripsinya hingga dapat selesai dengan baik.
4. Bapak Rohandi Ph.D selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Biologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
5. Ibu Ika Yuli Listyarini, M.Pd selaku Dosen Pembimbing yang dengan
x
6. Bapak Drs. Agus Sartono selaku guru mata pelajaran biologi kelas X-F
SMA Negeri 1 Depok, Sleman Yogyakarta.
7. Bapak Ibu Dosen Biologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta atas
bimbingannya kepada penulis selama berkuliah di Sanata Dharma.
8. Saudari Nathalyn Dwi Herlina, yang sudah memberi semangat dan
dukungan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan studi
skripsi dengan baik.
9. Para sahabat penulis Densy Radha, Marta Margaretha, Maria Benigna,
Natalia Glebove Christiany Setitit, Fara Deni, Eva Yeremia, Fransiska
Apriyani, Niluh Mega Swastini yang selalu mendukung peneliti agar
skripsi dalam segera terselesaikan.
10. Teman-teman penulis Dyah Arum Widowati, Ervin Due, Eka Puji
Lestari, Cecilia Mitha yang sudah membantu penulis sebagai observer
saat melakukan penelitian di Sekolah untuk studi Skripsi penulis.
11. Keluarga besar Pendidikan Biologi Sanata Dharma 2011 (Virion 2011
Family) yang telah bersama-sama berjuang memberikan semangat,
dukungan, waktu selama melaksanakan studi di Pendidikan Biologi
mulai dari awal perkuliahan hingga penulis dapat menyelesaikan studi
skripsinya.
12. Warga Pendidikan Biologi, baik kakak tingkat 2008 hingga adik tingkat
2014 yang memberikan dukungan bagi peneliti agar selalu semangat
xi
13. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang juga
telah memberikan dukungan dan doa dalam kelancaran penyusunan
skripsi penulis.
Penulis menyadari bahwa dalam menyusun skripsi ini masih jauh
dari sempurna, untuk itu penulis mengarapkan saran dan masukkan
yang sifatnya membangung guna dapat menyempurnakan skripsi yang
telah dibuat oleh penulis. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi
penulis, pembaca dan juga bagi perkembangan dunia pendidikan.
xii DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii
HALAMAN PENGESAHAN...iii
HALAMAN PERSEMBAHAN...iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA...v
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS...vi
ABSTRAK...vii
ABSTRACT...viii
KATA PENGANTAR...ix
DAFTAR ISI...xii
DAFTAR GAMBAR ...xiv
DAFTAR TABEL... xv
DAFTAR LAMPIRAN...xvi
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah...1
B. Rumusan Masalah...5
C. Pembatasan Masalah...5
D. Tujuan Penelitian...8
E. Manfaat Penelitian...8
BAB II. KAJIAN PUSTAKA A. Belajar...9
xiii
C. Hasil Belajar...21
D. Pembelajaran Kooperatif...23
E. Model Pembelajaran Tipe Two Stay Two Stay (TSTS)...27
F. Materi Invertebrata...34
G. Penelitian yang Relevan...35
H. Kerangka Berfikir...36
I. Hipotesis...39
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian...40
B. Setting Penelitian...42
C. Variabel Penelitian...42
D. Indikator Keberhasilan...43
E. Instrumen Penelitian...44
F. Teknik Analisis Data...49
G. Tim Peneliti...56
H. Rancangan Tindakan...57
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian...71
B. Hasil Analisis...103
C. Pembahasan...108
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan...118
B. Saran...119
DAFTAR PUSTAKA...120
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Gambar Alur Kelompok Awal...31
Gambar 2.2 Gambar Alur Kelompok Metode Two Stay Two Stray...32
Gambar 2.3 Bagan Kerangka Berfikir...38
Gambar 4.1. Siswa mengerjakan soal-soal pre-test...74
Gambar 4.2. Siswa duduk dalam kelompok awal dan mengerjakan LDS...76
Gambar 4.3. Siswa bertamu ke kelompok lain dan berdiskusi...76
Gambar 4.4. Peneliti menyampaikan tujuan pembelajaran...78
Gambar 4.5. Siswa berdiskusi dengan kelompok awal...79
Gambar 4.6. Siswa berdiskusi dengan kelompok tamu...79
Gambar 4.7. Kelompok awal mempresentasikan hasil diskusi mereka...80
Gambar 4.8. Peneliti menyampaikan materi pembelajaran...81
Gambar 4.9. Siswa mengerjakan soal post-test siklus I...82
Gambar 4.10. Peneliti menyampaikan tujuan pembelajaran...90
Gambar 4.11. Suasana kelas saat kegiatan pembelajaran berlangsung...90
Gambar 4.12. Siswa saat mengerjakan LKS...91
Gambar 4.13 Siswa saat melakukan presestasi di depan kelas...91
Gambar 4.14. Siswa mengerjakan soal post-test siklus II...98
Gambar 4.15.Diagram Batang Perbandingan Hasil Post-Test Siklus I dan Siklus II...108
Gambar 4.16. Diagram Garis Presentase Ranah Afektif Siklus I dan Siklus II...111
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Indikator Keberhasilan Penelitian...43
Tabel 3.2 Kisi-kisi Kuisioner Minat Awal Belajar Siswa...47
Tabel 3.3 Kisi-kisi Kuisioner Minat Akhir Belajar Siswa...47
Tabel 3.4 Penetapan Skor Pilihan Ganda...51
Tabel 3.5. Panduan Penskoran Afektif Siswa...53
Tabel 3.6. Kategori Persentase Hasil Observasi Siswa Aspek Afektif...53
Tabel 3.7 Panduan Penskoran Minat Siswa...54
Tabel 3.8. Kategori Presentasi Minat Siswa...55
Tabel 4.1. Hasil Belajar Siswa Ranah Kognitif Siklus I...82
Tabel 4.2. Data Afektif Siswa Siklus I...85
Tabel 4.3. Data Hasil Minat Awal Siswa...87
Tabel 4.4. Tabel Hasil Belajar Siswa Ranah Kognitif Siklus II...98
Tabel 4.5. Data Afektif Siswa Siklus II...100
Tabel 4.6. Data Hasil Minat Akhir Siswa...102
Tabel 4.7. Perbandingan Post-Test siklus I dan siklus II...104
Tabel 4.8. Perbandingan Ranah Afektif Siswa dari Siklus I ke Siklus II...106
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat Ijin Kampus...123
Lampiran 2. Surat Ijin Dinas...124
Lampiran 3. Surat Keterangan Selesai Penelitian...127
Lampiran 4. Silabus...128
Lampiran 5. RPP Siklus I dan II...131
Lampiran 6. Materi Pembelajaran...145
Lampiran 7. LDS dan LKS...158
Lampiran 8. Kisi-kisi Kuisioner Minat...171
Lampiran 9. Lembar Kuisioner Minat...172
Lampiran 10. Kisi-kisi Hasil Belajar Aspek Afektif...179
Lampiran 11. Lembar Observasi Aspek Afektif...180
Lampiran 12. Kisi-kisi Soal Pretest...182
Lampiran 13. Kisi-kisi Post-test Siklus I...189
Lampiram 14. Kisi-kisi Soal Post-test Siklus II...195
Lampiran 15. Soal Pre-test...202
Lampiran 16. Soal Post-test Siklus I...207
Lampiran 17. Soal Post-test Siklus II...211
Lampiran 18. Tabel Penskoran Pre-test...214
Lampiran 19. Tabel Penskoran Post-test Siklus I...216
Lampiran 20. Tabel Penskoran Post-test Siklus II...220
Lampiran 21. Tabel Penskoran Aspek Afektif...223
Lampiran 22. Tabel Penskoran Minat Belajar Siswa...229
xvii
Lampiran 24. Hasil Observasi Minat Belajar Siswa...238
Lampiran 25. Hasil Post-test Siklus I...242
Lampiran 26. Hasil Post-test Siklus II...252
Lampiran 27. Hasil Observasi Afektif...264
Lampiran 28. Hasil Kuisioner Minat Belajar Siswa...268
1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Baik buruknya kualitas pendidikan disuatu negara tentu dipengaruhi
oleh beberapa faktor, misalnya adalah sarana dan prasarana penunjang
kegiatan belajar mengajar, tenaga pendidik (guru), peserta didik (siswa)
ataupun lingkungan sekitar. Guru merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi keberhasilan suatu proses pembelajaran di dalam kelas.
Menurut peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 16 tahun 2007
mengenai Standar Kompetensi Guru menyatakan bahwa guru harus
memiliki empat kompetensi utama, yaitu kompetensi pedagogik,
kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional
(Daryanto, 2011). Salah satu aspek kompetensi pedagogik adalah guru
mampu melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas
pembelajaran.
Sebagian besar guru dalam menyampaikan atau memberikan materi
pembelajaran hanya menggunakan metode ceramah atau diskusi saja
sehingga siswa menjadi jenuh dan bosan serta menganggap pelajaran
biologi adalah pelajaran yang membosankan, pelajaran yang isinya hanya
hafalan, tidak menarik, dan sulit dipahami. Menurut Daryanto (2011), guru
yang inovatif, kreatif, dan produktif adalah guru yang selalu mencari dan
menemukan hal-hal baru dan mutakhir untuk kepentingan kualitas
guru dapat menerapkan model-model pembelajaran yang bervariasi dan
tidak hanya dengan metode ceramah maupun diskusi saja. Model
pembelajaran yang akan diterapkan juga harus sesuai dengan kemampuan
dan kebutuhan peserta didik. Adanya variasi dalam model pembelajaran
akan mengatasi kejenuhan siswa, sehingga dapat dikatakan bahwa model
pembelajaran berpengaruh terhadap hasil belajar dan juga pemahaman siswa
terhadap materi pembelajaran.
Berdasarkan wawancara dengan guru biologi di SMA Negeri 1 Depok
yaitu Pak Agus, materi yang dirasa masih sulit bagi siswa adalah Dunia
Hewan, terutama hewan invertebrata. Materi dirasa sulit karena banyak
menggunakan bahasa latin sehingga siswa kesulitan melakukan klasifikasi.
Dari wawancara tersebut, diketahui bahwa minat kelas XF dalam mengikuti
pelajaran sangat kurang. Kurangnya minat ini karena perubahan kurikulum
dari Kurikulum 2013 menjadi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan,
sehingga kelas ini yang pada semester ganjil kemarin merupakan kelas
Ilmu-Ilmu Sosial (IIS) berubah kembali menjadi kelas X umum yang
kembali mempelajari materi IPA. Perubahan kurikulum dan kelas ini
membuat siswa menjadi malas dalam mengikuti pelajaran, karena kelas ini
memiliki kemampuan penguasaan materi dan minat yang rendah dalam
pelajaran biologi.
Pada ulangan harian untuk materi hewan invertebrata tahun lalu,
menunjukkan hasil yang masih rendah, yaitu rata-rata perolehan nilai siswa
pada ulangan tersebut adalah sebesar 45,21 sedangkan KKM nya adalah 75.
Dari jumlah 32 siswa, yang memperoleh nilai >75 sebanyak 31,25% (10
siswa) saja dan siswa yang memperoleh nilai dibawah KKM (Kriteria
Ketuntasan Minimal) sebanyak 68,75% (22 siswa). Berdasarkan data
tersebut, banyaknya siswa yang belum tuntas atau banyaknya nilai yang
berada dibawah KKM menunjukkan bahwa tujuan pembelajaran tersebut
belum tercapai. Saat observasi kegiatan pembelajaran pada hari Selasa 31
Maret 2015 di kelas XF, kondisi kelas sangat ribut. Siswa sibuk dengan
kegiatan masing-masing sehingga tidak fokus dalam mengikuti pelajaran
yang disampaikan oleh guru. Ada yang berbicara dengan teman sebangku
dan ada juga yang sibuk bermain gadget (hp dan tab).
Berdasarkan hasil wawancara pada hari Sabtu 28 Februari 2015 juga,
guru tersebut mengatakan bahwa metode yang digunakan dalam
pembelajaran biologi adalah metode ceramah sehingga kurang adanya
variasi dalam metode pembelajarannya. Untuk itu, peneliti ingin melakukan
penelitian dengan melakukan variasi metode pembelajaran yaitu dengan
menerapkan metode pembelajaran kooperatif dimana ada banyak variasi
pembelajaran yang dapat digunakan.
Metode pembelajaran kooperatif adalah salah satu metode
pembelajaran yang dapat membuat siswa ikut berperan aktif saat proses
pembelajaran berlangsung. Salah satu variasi dalam metode pembelajaran
kooperatif yang dapat mendukung ketercapaian pembelajaran yang kondusif
model pembelajaran kooperatif yang dikembangkan oleh Spencer Kagan
(1992). Struktur dua tinggal dua tamu memberi kesempatan kepada
kelompok untuk membagi hasil dan informasi dengan kelompok lain.
Struktur Two Stay Two Stray memberikan kesempatan kepada kelompok
untuk membagi hasil informasi dengan kelompok lain (Lie, 2002).
Pembelajaran dengan metode ini diawali dengan membentuk kelompok dan
mendiskusikan jawaban dari soal yang diberikan. Kemudian dua anggota
dari kelompok bertamu ke kelompok lain.Kelompok yang didatangi tamu
dari kelompok lain bertugas membagikan apa yang mereka pelajari,
sementara anggota tamu mendengarkannya. Setelah selesai bertamu,
anggota kelompok tamu kembali ke kelompok asal dan bertugas
mensharingkan apa yang mereka dapatkan dan dengar dari bertamu ke
kelompok lain. Model pembelajaran dengan tipe Two Stay Two Stray ini
bertujuan untuk mendukung komunikasi antar siswa yang satu dengan siswa
yang lain. Dengan metode tipe TSTS ini, siswa dapat belajar untuk
berbicara ataupun menjelaskan tentang materi yang sudah didiskusikan
bersama teman-teman kelompoknya dan juga kepada kelompok yang
lainnya.
Berdasarkan latar belakang yang telah disampaikan, maka akan
dilakukan penelitian tentang strategi pembelajaran menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TSTS) dengan judul
“ PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY (TSTS) DALAM MENINGKATKAN MINAT DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS XF PADA MATERI HEWAN INVERTEBRATA DI SMA NEGERI 1 DEPOK, SLEMAN YOGYAKARTA”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah disampaikan diatas,
permasalahan yang ada dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Apakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two
Stray (TSTS) dapat meningkatkan minat belajar siswa kelas X-F pada
materi Hewan Invertebrata di SMA Negeri 1 Depok, Sleman,
Yogyakarta ?
2. Apakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two
Stray dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas X-F pada materi
Hewan Invertebrata di SMA Negeri 1 Depok, Sleman, Yogyakarta ?
C. Batasan Masalah
Batasan masalah dibuat oleh peneliti agar ruang lingkup permasalahan
yang akan dibahas lebih sempit lagi sehingga peneliti dapat lebih fokus dan
dapat mendalaminya. Adapun batasan masalahnya adalah :
1. Hasil Belajar
Hasil belajar siswa terkait pada ranah kognitif dan afektif. Ranah
kognitif yaitu pada materi dunia hewan dengan jenjang soal mengingat
Sedangkan pada ranah afektif yang diukur adalah pada aspek
penerimaan, pemberian respon, penghargaan dan pengorganisasian.
Teknik dalam mengukur hasil belajar pada aspek kognitif adalah
dengan nilai post test siswa pada siklus I dan siklus II dan pada aspek
afektif adalah dengan menggunakan lembar observasi.
2. Minat Belajar
Minat belajar yang diteliti adalah terkait pada aspek ketertarikan,
kesiapan, kepuasan, antusias, dan juga perhatian siswa dalam mengikuti
pembelajaran. Teknik pengumpulan data untuk minat belajar siswa
adalah dengan lembar kuisioner yang diisi oleh siswa pada awal
pembelajaran siklus I (awal pertemuan) dan akhir siklus II (akhir
pertemuan).
3. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas XF SMA Negeri 1 Depok.
Jumlah siswa dikelas XF ini adalah 32 siswa dengan siswa laki-laki
berjumlah 10 orang dan siswi perempuan berjumlah 22 orang
4. Materi Hewan Invertebrata yang akan dibahas adalah Phylum
Platyhelminthes, Nemathelminthes, dan Annelida dengan Standar
Kompetensi 3. Memahami manfaat keanekaragaman hayati dan
Kompetensi Dasar 3.4 Mendeskripsikan ciri-ciri Phylum dalam Dunia
Hewan dan peranannya bagi kelangsungan hidup di bumi.
5. Model pembelajaran yang digunakan adalah tipe Two Stay Two Stray
(TSTS). Metode Two Stay Two Stray atau dua tinggal dua tamu adalah
Spencer Kagan (1992). Struktur dua tinggal dua tamu memberi
kesempatan kepada kelompok untuk membagi hasil dan informasi
dengan kelompok lain. Metode ini dapat diterapkan pada semua
kelas/tingkatan dan kecenderungan belajar siswa menjadi lebih
bermakna. Metode ini menambah kekompakan dan rasa percaya diri
siswa. Pembelajaran metode Two Stay Two Stray adalah dengan cara
siswa berbagi pengetahuan dan pengalaman dengan kelompok lain.
Sintaknya adalah kerja kelompok , dua siswa bertamu ke kelompok lain
dan dua siswa lainnya tetap dikelompoknya untuk menerima dua orang
dari kelompok lain, kerja kelompok, kembali ke kelompok asal, kerja
kelompok, dan laporan kelompok (Suyatno, 2009).
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan diatas, maka tujuan
dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui apakah penggunaan modele pembelajaran tipe Two
Stay Two Stray (TSTS) dapat meningkatkan minat belajar siswa kelas
XF pada materi pembelajaran Hewan Invertebrata di SMA Negeri 1
Depok, Sleman, Yogyakarta
2. Untuk mengetahui apakah penggunaan model pembelajaraan tipe Two
Stay Two Stray (TSTS) terhadap hasil belajar siswa kelas XF pada
materi Hewan Invertebrata di SMA Negeri 1 Depok, Sleman
E. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dapat diperoleh dari hasil penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1. Manfaat bagi siswa
a. Memberikan pengalaman kepada siswa melalui pembelajaran
kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TSTS) sehingga dapat
meningkatkan hasil belajar siswa
b. Memberikan suasana baru bagi siswa dalam proses pembelajaran
di dalam kelas sehingga diharapkan dapat meningkatkan minat
belajar siswa
2. Manfaat bagi guru/sekolah
a. Dapat meningkatkan kemampuan guru dalam melakukan inovasi
pembelajaran di kelas
b. Meningkatkan kemampuan guru untuk mampu mengembangkan
model-model pembelajaran kooperatif di kelas
3. Manfaat bagi peneliti
a. Peneliti mendapatkan pengetahuan baru tentang strategi
pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Two
Stay Two Stray (TSTS)
b. Peneliti dapat menerapkan ilmu-ilmu yang didapatkan saat kuliah
9 BAB II
KAJIAN PUSTAKA A. Belajar
1. Pengertian Belajar
Belajar adalah suatu proses dan aktivitas yang selalu dilakukan
dan dialami manusia sejak manusia didalam kandungan, buaian,
tumbuh berkembang dari anak-anak, remaja sehingga menjadi dewasa,
sampai liang lahat, sesuai dengan prinsip pembelajaran sepanjang hayat
(Suyono, 2011). Adapula beberapa pendapat dari para ahli mengenai
pengertian belajar. Salah satunya adalah Gagne dalam (Suprijono,
2009) mengatakan bahwa belajar adalah perubahan disposisi atau
kemampuan yang dicapai seseorang melalui aktivitas. Salah satu tanda
bahwa seseorang telah belajar sesuatu adalah adanya perubahan tingkah
laku dalam dirinya. Perubahan tingkah laku tersebut menyangkut
perubahan yang bersifat pengetahuan (kognitif) dan keterampilan
(psikomotorik) maupun yang menyangkut nilai dan sikap (afektif).
Slameto (2010) menyebutkan bahwa belajar ialah suatu proses
usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan
tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil
pengalamannyasendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Harold
Spears dalam (Siregar, 2010) mengemukakan pengertian belajar dalam
prespektif yang lebih detail. Menurut Spears learning is to observe, to
read, to imitate, to try something them selves, tolisten, to follow
sesuatu pada dirinya sendiri, mendengar dan mengikuti aturan).
Menurut Siregar (2010), belajar adalah proses yang kompleks yang
didalamnya terkandung beberapa aspek. Aspek-aspek tersebut adalah :
bertambahnya jumlah pengetahuan, adanya kemampuan mengingat dan
memproduksi, adanya penerapan pengetahuan, menyimpulkan makna,
menafsirkan dan mengkaitkannya dengan realistis, dan adanya
perubahan sebagai pribadi.
Sementara Hamalikdalam (Susanto, 2013) menjelaskan bahwa
belajar adalah memodifikasi atau memperteguh perilaku melalui
pengalaman (learning is defined as the modificator or strengthening of
behavior through experiencing). Menurut pengertian ini, belajar
merupakan suatu proses, suatu kegiatan, dan bukan merupakan suatu
hasil atau tujuan. Dengan demikian, belajar itu bukan sekedar
mengingat atau menghafal saja, namun lebih luas dari itu merupakan
mengalami. Tujuan belajar yang utama ialah bahwa apa yang dipelajari
itu berguna di kemudian hari, yakni membantu kita untuk dapat belajar
2. Jenis-Jenis Belajar
Jenis-jenis belajar menurut Bloom dkk dalam Siregar (2010)
dibedakan menjadi tiga ranah (domain), yaitu ranah kognitif, afektif,
dan psikomotor. Khusus pada ranah kognitif, Anderson dan Krathwohl
dalam Gunawan dkk (2013) merevisi taksonomi Bloom, yaitu :
a. Ranah Kognitif
1) Mengingat (C1)
Mengingat merupakan usaha mendapatkan kembali
pengetahuan dari memori atau ingatan yang telah lampau, baik
yang baru saja didapatkan maupun yang sudah lampau.
Mengingat merupakan dimensi yang berperan penting dalam
proses pembelajaran yang bermakna (meaningful learning) dan
pemecahan masalah (problem solving).
2) Memahami(C2)
Memahami berkaitan dengan membangun sebuah
pengertian dari berbagai sumber seperti pesan, bacaan dan
komunikasi. Memahami/mengerti berkaitan dengan aktivitas
mengklasifikasikan (classification) dan membandingkan
(comparing). Mengkalsifikasikan akan muncul ketika seorang
siswa berusaha mengenali pengetahuan yang merupakan
3) Menerapkan(C3)
Menerapkan menunjukkan pada proses kognitif
memanfaatkan atau mempergunakan suatu prosedur untuk
melaksanakan percobaan atau menyelesaikan permasalahan.
Menerapkan berkaitan dengan dimensi pengetahuan procedural
(procedural knowledge). Menerapkan meliputi kegiatan
menjalankan prosedur (executing) dan mengimplementasikan
(implementing).
4) Menganalisis(C4)
Menganalisis merupakan memecahkan suatu
permasalahan dengan memisahkan tiap-tiap bagian dari
permasalahan dan mencari keterkaitan dari tiap-tiap bagian
tersebut dan mencari tahu bagaimana keterkaitan tersebut
dapat menimbulkan permasalahan. Kemampuan menganalisis
merupakan jenis kemampuan yang banyak dituntut dari
kegiatan pembelajaran di sekolah-sekolah.
5) Mengevaluasi (C5)
Evaluasi berkaitan dengan proses kognitif memberikan
penilaian berdasarkan kriteria dan standar yang sudah ada.
Kriteria biasanya digunakan adalah kualitas, efektivitas,
efisiensi, dan konsistensi. Kriteria atau standar ini berupa
kuantitatif dan kualitatif dan dapat pula ditentukan sendiri oleh
(critiquing). Mengecek mengarah pada kegiatan pengujian
hal-hal yang tidak konsisten atau kegagalan dari suatu operasi atau
produk sedangkan mengkritisi mengarah pada penilaian suatu
produk atau operasi berdasarkan pada kriteria dan standar
eksternal. Mengkritisi berkaitan erat dengan berfikir kritis.
6) Menciptakan(C6)
Menciptakan mengarah pada proses kognitif meletakkan
unsur-unsur secara bersama-sama untuk membentuk kesatuan
yang koheren dan mengarahkan siswa untuk menghasilkan
suatu produk baru dengan mengorganisasikan beberapa unsur
menjadi bentuk atau pola yang berbeda dari sebelumnya.
Menciptakan disini mengarahkan siswa untuk dapat
melaksanakan dan menghasilkan karya yang dapat dibuat oleh
semua siswa.
b. Ranah Afektif
Ranah afektif menurut Bloom dkk dalam Siregar (2010),
meliputi tujuan belajar yang berkenaan dengan minat, sikap dan
nilai serta pengembangan penghargaan dan penyesuaian diri.
Kawasan ini dibagi dalam lima jenjang tujuan, yaitu :
1) Penerimaan: meliputi kesadaran akan adanya suatu sistem
nilai, ingin menerima nilai, dan memperhatikan nilai tersebut,
misalnya siswa menerima sikap jujur sebagai sesuatu yang
2) Pemberian respon: meliputi sikap ingin merespon terhadap
sistem, puas dalam memberi respon, misalnya bersikap jujur
dalam setiap tindakannya
3) Pemberian nilai atau penghargaan: penilaian meliputi
penerimaan terhadap suatu sistem nilai, memilih sistem nilai
yang disukai, dan memberikan komitmen untuk menggunakan
sistem nilai tertentu, misalnya jika seseorang telah menerima
sikap jujur, ia akan selalu komit dengan kejujuran,
mengahargai orang yang bersikap jujur, dan ia juga berperilaku
jujur
4) Pengorganisasian : meliputi memilah dan menghimpun sistem
nilai yang digunakan, misalnya berperilaku jujur ternyata
berhubungan dengan nilai-nilai yang lain seperti kedisiplinan,
kemandirian, keterbukaan, dan lain-lain.
c. Ranah Psikomotor
Ranah ini berbentuk gerakan tubuh, antara lain seperti berlari,
melompat, melempar, berputar, memukul, menendang, dan
lain-lain. Dave dalam (Siregar, 2010) mengemukakan lima jenjang
tujuan belajar pada ranah psikomotor. Kelima jenjang tersebut
adalah sebagai berikut :
1) Meniru : kemampuan mengamati suatu gerakan agar dapat
2) Menerapkan : kemampuan mengikuti pengarahan, gerakan
pilihan dan pendukung dengan membayangkan gerakan orang
lain
3) Memantapkan : kemampuan memberikan respons yang
terkoreksi atau merespon dengan kesalahan-kesalahan terbatas
atau minimal
4) Naturalisasi : gerakan yang dilakukan secara rutin dengan
menggunakan energi fisik dan psikis yang minimal
3. Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran berdasarkan makna klasikal berarti proses, cara,
perbuatan mempelajari. Perbedaan esensial istilah ini dengan
pengajaran adalah pada tindak ajar. Pada pengajaran, guru mengajar
dan peserta didik belajar. Sementara pada pembelajaran, guru mengajar
diartikan sebagai upaya guru mengorganisir lingkungan terjadinya
pembelajaran (Suprijono, 2009). Pembelajaran adalah sesuatu yang
dilakukan oleh siswa, bukan dibuat untuk siswa. Pembelajaran pada
dasarnya merupakan upaya pendidik untuk membantu peserta didik
melakukan kegiatan belajar. Tujuan pembelajaran adalah terwujudnya
efisiensi dan efektivitas kegiatan belajar yang dilakukan peserta didik
(Isjoni, 2009). Pembelajaran menurut Siregar (2010) adalah seperangkat
tindakan yang diracang untuk mendukung proses belajar siswa, dengan
memperhitungkan kejadian-kejadian ekstrim yang berperan terhadap
Menurut Susanto (2013), kata pembelajaran merupakan
perpaduan dari dua aktivitas belajar dan mengajar. Aktivitas belajar
secra metodologis cenderung lebih dominan pada siswa, sementara
mengajar secara instruksional dilakukan oleh guru. Jadi, istilah
pembelajaran adalah ringkasan dari kata belajar dan mengajar. Dengan
kata lain, pembelajaran adalah penyederhanaan dari kata belajar dan
mengakar (BM), proses belajar mengajar (PBM), atau kegiatan belajar
mengajar (KBM). Kata atau istilah ini pembelajaran dan pengunaannya
masih tergolong baru, yang mulai popular semenjak lahirnya
Undang-Undang Sistem Pendididkan Nasional No. 20 Tahun 2003. Menurut
undang-undang ini, pembelajaran diartikan sebagai proses interaksi
peserta didik dengn pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan
belajar.
Menurut pengertian ini, pembelajaran merupakan bantuan yang
diberikan pendidik agar terjadi proses mendapatkan ilmu dan
pengetahuan, penugasan, kemahiran, dan tabiat, serta pembentukan
sikap dan keyakinan pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran
adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan
baik (Siregar, 2010)
B. Minat Belajar
1. Pengertian Minat Belajar
Secara sederhana, minatberarti kecenderungan dan kegairahan
Menurut Slameto (2010), minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa
ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh.
Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara
diri sendiri dengan sesuatu diluar diri. Semakin kuat atau dekat
hubungan tersebut, semakin besar minat. Siswa yang memiliki minat
terhadap subyek tertentu cenderung untuk memberikan perhatian yang
lebih besar terhadap subyek tersebut.
Sukardi, 1988 dalam (Susanto, 2013), minat dapat diartikan
sebagai suatu kesuksesan, kegemaran, atau kesenangan akan sesuatu.
Dalam praktiknya, minat atau dorongan dalam diri siswa terkait dengan
apa dan bagaimana siswa dapat mengaktualisasikan dirinya melalui
belajar. Di mana identifikasi diri memiliki kaitan dengan peluang atau
hambatan siswa dalam mengekspresikan potensi atau kreativitas dirinya
sebagai perwujudan dari minat spesifik yang dia miliki. Adapun faktor
keturunan dan pengaruh eksternal atau lingkungan lebih berkaitan
dengan perubahan-perubahan yang terjadi dari minat siswa akibat dari
pengaruh situasi kelas, sistem, dan dorongan keluarga.
Dari beberapa definisi minat diatas, dapat ditegaskan bahwa
minat merupakan dorongan dalam diri seseorang atau faktor yang
menimbulkan ketertarikan atau perhatian secara efektif. Hal ini
menyebabkan dipilihnya suatu objek atau kegiatan yang
menguntungkan, menyenangkan, dan lama-kelamaan akan
2. Macam-macam Minat
Rosyidah dalam (Susanto, 2013), mengatakan bahwa timbulnya
minat pada diri seseorang pada prinsipnya dapat dibedakan menjadi dua
jenis, yaitu : minat yang berasal dari pembawaan dan minat yang timbul
karena adanya pengaruh dari luar. Pertama, minat yang berasal dari
pembawaan timbul dengan sendirinya dari setiap individu, hal ini
biasanya dipengaruhi oleh faktor keturunan atau bakat ilmiah. Kedua,
minat yang timbul karena adanya pengaruh dari luar individu timbul
seiring dengan proses perkembangan individu bersangkutan. Minat ini
sangatdipengaruhi oleh lingkungan, dorongan orang tua, dan kebiasaan
atau adat.
Gagne dalam Susanto (2010) juga membedakan sebab timbulnya
minat pada diri seseorang kepada dua macam, yaitu minat spontan dan
minat terpola. Minat spontan yaitu minat yang timbul secara spontan
dari dalam diri seseorang tanpa dipengaruhi oleh pihak luar. Adapun
minat terpola adalah minat yang timbul sebagai akibat adanya pengaruh
dari kegiatan-kegiatan yang terencana dan terpola, misalnya dalam
kegiatan-kegiatan yang terencana dan terpola, misalnya dalam kegiatan
belajar mengajar, baik di lembaga sekolah maupun diluar sekolah.
3. Indikator Minat Belajar
Menurut Safari (2005) definisi konsep minat belajar adalah
pilihan kesenangan dalam melakukan kegiatan dan dapat
belajar. Definisi operasional : minat belajar adalah skor siswa yang
diperoleh dari tes minat belajar yang mengukur aspek : (1) kesukaan,
(2) ketertarian, (3) perhatian, dan (4) keterlibatan.
Menurut Winkel (1983) perasaan merupakan faktor psikis yang
nonintelektual, yang khusus berpengaruh terhadap semangat/gairah
belajar. Dengan melalui perasaannya siswa mengadakan penilaian yang
agak spontan terhadap pengalaman-pengalaman belajar disekolah.
Penilaian yang positif akan terungkap dalam “perasaan senang” (rasa
puas, rasa gembira, rasa simpati, dan lain sebagainya). Perasaan senang
akan menimbulkan minat pula, yang diperkuat lagi oleh sikap yang
positif.
4. Pengaruh Minat Terhadap Kegiatan Belajar Siswa
Minat merupakan faktor yang sangat penting dalam kegiatan
belajar siswa. Suatu kegiatan belajar yang dilakukan tidak sesuai
dengan minat siswa akan memungkinkan berpengaruh negatif terhadap
hasil belajar siswa yang bersangkutan. Dengan adanya minat dan
tersedianya rangsangan yang ada sangkut pautnya dengan diri siswa,
maka siswa akan mendapatkan kepuasan batin dari kegiatan belajar tadi
(Susanto, 2013)
Dalam dunia pendidikan di sekolah, minat memegang peranan
penting dalam belajar. Hal ini dikarenakan minat ini merupakan suatu
kekuatan motivasi yang menyebabkan seseorang memusatkan perhatian
demikian, minat merupakan unsur yang menggerakkan motivasi
seseorang sehingga orang tersebut dapat berkonsentrasi terhadap suatu
benda atau kegiatan tertentu. Dengan adanya unsur minat belajar pada
diri siswa, maka siswa akan memusatkan perhatiannya pada kegiatan
belajar tersebut. Dengan demikian, minat merupakan faktor yang sangat
penting untuk menunjang kegiatan belajar siswa. Kenyataan ini
diperkuat oleh pendapat Sardiman, yang menyatakan bahwa proses
belajar itu akan berjalan lancar kalau disertai dengan minat.
Dari penjelasan tersebut, maka semakin jelaslah bahwa minat
akan berdampak terhadap kegiatan yang dilakukan seseorang. Dalam
hubungannya dengan kegiatan belajar, minat tertentu dimungkinkan
akan berpengaruh terhadap hasil belajar siswa, hal ini dikarenakan
adanya minat siswa terhadap sesuatu dalam kagiatan belajar itu sendiri.
Dalam kegiatan belajar, juga dalam proses pembelajaran, maka
tentunya minat yang diharapkan adalah minat yang timbul dengan
sendirinya dari diri siswa itu sendiri, tanpa ada paksaan dari luar, agar
siswa dapat belajar lebih aktif dan baik. Akan tetapi, dalam
kenyataannya tidak jarang siswa mengikuti pelajaran dikarenakan
terpaksa atau karena adanya suatu keharusan, sementara siswa tersebut
tidak menaruh minat terhadap pelajaran tersebut. Berdasarkan uraian
singkat tersebut, maka dapat ditegaskan bahwa minat belajar siswa
efektivitas proses belajar mengajar, yang pada akhirnya akan
berpengaruh terhadap hasil belajar siswa yang bersangkutan.
C. Hasil Belajar
1. Pengertian Hasil Belajar
Secara sedehana, yang dimaksud dengan hasil belajar siswa
adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan
belajar. Karena belajar itu sendiri merupakan suatu proses dari
seseorang yang berusaha untuk memperoleh suatu bentuk perubahan
perilaku yang relatif menetap. Dalam kegiatan pembelajaran atau
kegiatan instruksional, biasanya guru menetapkan tujuan belajar. Anak
yang berhasil dalam belajar adalah yang berhasil mencapai
tujuan-tujuan pembelajaran atau tujuan-tujuan instruksional.Kemudian, menurut
Lindgren dalam (Suprijono, 2009) mengatakan bahwa hasil belajar
meliputi kecakapan, informasi, pengertian, dan sikap.
2. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Menurut Syah (2008), faktor-faktor yang mempengaruhi belajar
siswa dapat dibedakan menjadi tiga macam, yakni :
a. Faktor Internal (Faktor dari dalam siswa)
Faktor yang berasal dari dalam diri siswa sendiri meliputi dua
aspek, yakni aspek fisiologis (yang bersifat jasmaniah) dan aspek
1) Aspek Fisiologi
Kondisi umum jasmani dan tonus (tegangan otot) yang
menandai tingkat kebugaran organ-organ tubuh dan
sendi-sendinya, dapat mempengaruhi semangat dan intensitas siswa
dalam mengikuti pelajaran
2) Aspek Psikologis
Banyak faktor yang termasuk aspek psikologis yang dapat
memengaruhi kuantitas dan kualitas perolehan belajar siswa.
Namun, di antara faktor-faktor rohaniah siswa yang pada
umumnya dipandang lebih esensial itu adalah tingkat
kecerdasan/intelegensi siswa, sikap siswa, bakat siswa, minat
siswa, dan motivasi siswa
b. Faktor Eksternal (Faktor dari luar siswa)
Seperti faktor internal siswa, faktor eksternal siswa juga terdiri atas
dua mcam, yakni faktor lingkungan sosial dan faktor lingkungan
non sosial
1) Faktor lingkungan sosial
Lingkungan sosial seperti para guru, para staf administasi, dan
teman-teman sekelas dapat mempengaruhi semangat belajar
seorang siswa.
2) Faktor Lingkungan Nonsosial
Faktor-faktor yang termasuk lingkungan nonsosial ialah
siswa dan letaknya, alat-alat belajar, keadaan cuaca, dan waktu
belajar yang digunakan siswa. Faktor-faktor ini dipandnag
turut menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa.
D. Pembelajaran Kooperatif
1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran yang
saat ini banyak digunakan untuk mewujudkan kegiatan belajar mengajar
yang berpusat pada siswa, terutama untuk mengatasi permasalahan
yang ditemukan guru dalam mengaktifkan siswa, yang tidak dapat
bekerja sama dengan orang lain, siswa yang agresif dan tidak peduli
pada yang lain.Menurut Suprijono (2009), pembelajaran kooperatif
adalah konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok
termaksud bentuk-bentuk yang lebih dipimpin oleh guru atau diarahkan
oleh guru.Secara umum, pembelajaran kooperatif dianggap lebih
diarahkan oleh guru, dimana guru menetapkan tugas dan
pertanyaan-pertanyaan serta menyediakan bahan-bahan dan informasi yang
dirancang untuk membantu peserta didik menyelesaikan masalah yang
dimaksud. Guru biasanya menetapkan bentuk ujian tertentu pada akhir
tugas.
Isjoni (2009) mengatakan bahwa, pembelajaran kooperatif adalah
suatu bentuk pembelajaran berdasarkan faham konstruktivis.
Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar dengan sejumlah
berbeda. Menurut Rusman (2012), pembelajaran kooperatif adalah
teknik pengelompokkan yang didalamnya siswa bekerja terarah pada
tujuan belajar bersama dalam kelompok kecil yang umumnya terdiri
dari 4-5 orang. Belajar kooperatif adalah pemanfaatan kelompok kecil
dalam pembelajaran yang memungkinkan siswa bekerja sama untuk
memaksimalkan belajar mereka dan belajar anggota lainnya dalam
kelompok tersebut.
2. Tujuan Pembelajaran Kooperatif
Tujuan pembelajaran kooperatif adalah membentuk semua
anggota kelompok menjadi pribadi yang lebih kuat. Menurut Isjoni
(2009), tujuan utama penerapan model pembelajaran koopertaif adalah
agar peserta didik dapat belajar secara berkelompok bersama
teman-temannya dengan cara saling menghargai pendapat dan memberikan
kesempatan kepada orang lain untuk mengemukakan gagasannya
dengan menyampaikan pendapat mereka secara berkelompok. Model
pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai hasil belajar
berupa prestasi akademik.
3. Unsur-unsur Dasar dalam Pembelajaran Kooperatif
Roger dan David dalam (Suprijono, 2009) mengatakan bahwa
tidak semua belajar kelompok bisa dianggap pembelajaran kooperatif.
Untuk mencapai hasil yang maksimal, lima unsur dalam model
pembelajaran kooperatif harus diterapkan. Lima unsur tersebut adalah
a. Positive interdependence (Saling ketergantungan positif)
Unsur ini menunjukkan bahwa dalam pembelajaran
kooperatif ada dua pertanggungjawaban kelompok. Pertama,
mempelajari bahan yang ditugaskan kepada kelompok. Kedua,
menjamin semua anggota kelompok secara individu mempelajari
bahan yang ditugaskan tersebut.
b. Personal responsibility (Tanggungjawab perseorangan)
Pertanggungjawaban ini muncul jika dilakukan pengukuran
terhadap keberhasilan kelompok. Tujuan pembelajaran kooperatif
adalah membentuk semua anggota kelompok menjadi pribadi yang
kuat. Tanggungjawab perseorangan adalah kunci untuk menjamin
semua anggota yang diperkuat oleh kegiatan belajar bersama.
Artinya, setelah mengikuti kelompok belajar bersama, anggota
kelompok harus dapat menyelesaikan tugas yang sama.
c. Face to face promotive interaction (interaksi promotif)
Unsur ini penting karena dapatmenghasilkan saling
ketergantungan positif. Ciri-ciri interaksi promotif adalah saling
membantu secara efektif dan efisien, saling memberikan informasi
dan saran yang diperlukan, memproses informasi bersama secara
lebih efektif dan efisien, saling mengingatkan, saling membantu
dalam merumuskan dan mengembangkan argumentasi serta
dihadapi, saling percaya, dan saling memotivasi untuk memperoleh
keberhasilan bersama.
d. Interpersonal skill (komunikasi antaranggota)
Untuk mengkoordinasikan kegiatan siswa dalam pencapaian
tujuan siswa harus saling mengenal dan mempercayai, mampu
berkomunikasi secara akurat dan tidak ambisius, saling menerima
dan sling mendukung, serta mampu menyelesaikan konflik secara
konstruktif.
e. Group processing (pemprosesan kelompok)
Pemprosesan mengandung arti menilai. Melalui pemrosesan
kelompok dapat diidentifikasi dari urutan atau tahapan kegiatan
kelompok dan kegiatan dari anggota kelompok. Siapa diantara
anggota kelompok yang sangat membantu dan siapa yang tidak
membantu. Tujuan pemrosesan kelompok adalah meningkatkan
efektivitas anggota dalam memberikan kontribusi terhadap kegiatan
kelompok. Ada dua tingkat pemrosesan yaitu kelompok kecil dan
kelas secara keseluruhan.
4. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif
Prosedur atau langkah-langkah pembelajaran kooperatif menurut
Rusman (2012) pada prinsipnya terdiri atas empat tahap, yaitu :
a. Penjelasan Materi, tahap ini merupakan tahapan penyampaian
kelompok. Tujuan utama tahap ini adalah pemahaman siswa
terhadap pokok materi pelajaran.
b. Belajar Kelompok, tahap ini dilakukan setelah guru memberikan
penjelasan materi, siswa bekerja dalam kelompok yang telah
dibentuk sebelumnya.
c. Penilaian, penilaian dalam pembelajaran kooperatif bisa dilakukan
melalui tes atau kuis, yang dilakukan secara individu atau
kelompok. Tes individu akan memberikan penilaian kemampuan
individu, sedangkan kelompok akan memberikan penilaian pada
kemampuan kelompoknya
d. Pengakuan Tim, adalah penetapan tim yang dianggap paling
menonjol atau tim paling berprestasi untuk kemudian diberikan
penghargaan atau hadiah, dengan harapan dapat memotivasi tim
untuk terus berprestasi lebih baik lagi.
E. Model Pembelajaran Tipe Two Stay Two Stay (TSTS)
1. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray
Teknik belajar Dua tinggal dua tamu (Two Stay Two Stray)
dikembangkan oleh Spencer Kagan (Sugiyanto, 2010). Struktur dua
tinggal dua tamu memberi kesempatan kepada kelompok untuk
membagi hasil dan informasi dengan kelompok lain.
2. Ciri-ciri Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray
Rusman (2012) meyebutkan bahwa karakteristik atau ciri-ciri
a. Pembelajaran Secara Tim
Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran dilakukan
secara tim. Tim merupakan tempat untuk mencapai tujuan. Setiap
anggota tim harus saling membantu untuk mencapai tujuan
pembelajaran.
b. Didasarkan pada Manajemen Kooperatif
Manajemen memiliki tiga fungsi yaitu fungsi manajemen
sebagai perencanaan pelaksanaan, fungsi manajemen sebagai
organisasi, dan fungsi manajemen sebagai kontrol.
c. Kemauan Untuk Bekerja Sama
Keberhasilan pembelajaran kooperatif ditentukan oleh
keberhasilan secara berkelompok, oleh karenanya prinsip
kebersamaan atau kerja sama perlu ditekankan dalam pembelajaran
kooperatif. Tanpa kerja sama yang baik, pembelajaran kooperatif
tidak akan mencapai hasil yang optimal.
d. Keterampilan Bekerja Sama
Kemampuan bekerja sama itu dipraktikkan melalui aktivitas
dalam kegiatan pembelajaran secara berkelompok. Dengan
demikian, siswa perlu didorong untuk mau dan sanggup
berinteraksi dan berkomunikasi dengan anggota lain dalam rangka
mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
Menurut Lie (2002) pembelajaran kooperatif model Two Stay
Two Stray terdiri dari beberapa tahapan sebagai berikut :
a. Persiapan
Pada tahap persiapan ini, hal yang dilakukan adalah membuat
silabus dan sistem penilaian, desain pembelajaran, menyiapkan
tugas siswa dan membagi siswa menjadi beberapa kelompok
dengan masing-masing anggota 4 siswa dan setiap anggota
kelompok harus heterogen berdasarkan prestasi akademik siswa
dan suku.
b. Presentasi guru
Pada tahap ini guru menyampaikan indikator pembelajaran,
mengenal dan menjelaskan materi sesuai dengan rencana
pembelajaran yang telah dibuat.
c. Kegiatan kelompok.
Pada kegiatan ini pembelajaran menggunakan lembar
kegiatan yang berisi tugas-tugas yang harus dipelajari oleh tiap-tiap
siswa dalam satu kelompok. Setelah menerima lembar kegiatan
yang berisi permasalahan-permasalahan yang berkaitan dengan
konsep materi danb klasifikasinya, siswa mempelajarinya dalam
kelompok kecil (4 siswa) yaitu mendiskusikan masalah tersebut
bersama-sama anggota kelompoknya. Masing-masing kelompok
menyelesaikan atau memecahkan masalah yang diberikan dengan
Setelah itu, 2 dari 4 anggota dari masing-masing kelompok
meninggalkan kelompoknya dan bertamu dalam kelompok yang
lain, sementara 2 anggota yang tinggal dalam kelompok bertugas
menyampaikan hasil kerja dan informasi mereka ke tamu. Setelah
memperoleh informasi dari 2 anggota yang tinggal, tamu mohon
diri dan kembali ke kelompok masing-masing dan melaporkan
temuannya serta mencocokkan dan membahas kerja mereka.
d. Formalitas
Setelah belajar dalam kelompok dan menyelesaikan
permasalahan yang diberikan, salah satu kelompok
mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya untuk
dikomunikasikan atau didiskusikan dengan kelompok lainnya.
Kemudian guru membahas dan mengarahkan siswa ke bentuk
formal.
e. Evaluasi kelompok dan penghargaan
Tahap evaluasi ini bertujuan untuk mengetahui seberapa
besar kemampuan siswa dalam memahami materi materi yang telah
diperoleh dengan menggunakan model pembelajaran Two Stay Two
Stray. Masing-masing siswa diberi kuis yang berisi
pertanyaan-pertanyaan dari hasil pembelajaran dengan model Two Stay Two
Stay, yang selanjutnya dilanjutkan dengan pemberian penghargaan
Berikut merupakan bagan mengenai langkah-langkah dalam metode
TSTS :
[image:51.595.104.522.166.613.2]Kelompok Awal
Gambar 2.1 Gambar Alur Kelompok Awal
Keterangan : A (Kelompok 1), B (Kelompok 2), C (Kelompok 3), D (Kelompok
4), E (Kelompok 5), F (Kelompok 6), G (Kelompok7), H (Kelompok 8).
A1 A2
A3 A4
B1 B2
B3 B4
C1 C2
C3 C4
D1 D2
D3 D4
F1 F2
F3 F4
E1 E2
E3 E4
G1 G2
G3 G4
H1 H2
Kelompok Tamu
Gambar 2.2 Gambar Alur Kelompok Metode Two Stay Two Stray
Keterangan : Setiap dua anggota dari kelompok awal bertamu ke kelompok lain
(kelompok tamu), jadi setelah bertamu, kelompok yang terbentuk terdiri dari
anggota-anggota kelompok dari kelompok yang berbeda (1 kelompok terdiri dari
2 anggota kelompok awal dan 2 anggota dari kelompok lain).
A1 A2
G4 H3
B1 B2
A3 H4
C1 C2
A4 B3
D1 D2
B4 C3
E1 E2
C4 D3
F1 F2
D4 E3
G1 G2
E4 F3
H1 H2
4. Kelebihan dan Kekurangan dari Model Pembelajaran Tipe Two Stay
Two Stray
Menurut Lie (2004), kelebihan dan kekurangan dari model
pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray adalah sebagai
berikut :
a. Kelebihan Model Pembelajaran Two Stay Two Stray adalah :
1) Dapat diterapkan pada semua kelas/tingkatan
2) Kecenderungan belajar siswa menjadi lebih bermakna
3) Lebih berorientasi pada keaktifan
4) Diharapkan siswa akan berani mengungkapkan pendapatnya
5) Menambah kekompakan dan rasa percaya diri siswa
6) Kemampuan berbicara siswa dapat ditingkatkan
7) Membatu meningkatkan minat dan prestasi belajar.
b. Kekurangan Model Pembelajaran Two Stay Two Stray adalah :
1) Membutuhkan waktu yang lama
2) Siswa cenderung tidak mau belajar dalam kelompok
3) Bagi guru, membutuhkan banyak persiapan (materi, dana dan
tenaga)
F. Materi Invertebrata
Materi Invertebrata merupakan materi yang pengelompokkan anggota
filumnya yang sangat banyak. Materi ini juga banyak menggunakan bahasa
latin baik dalam klasifikasi maupun struktur tubuh nya sehingga sangat
membosankan jika hanya digunakan metode ceramah oleh guru. Secara
garis besar, materi Invertebrata yang akan dibahas atau diajarkan adalah
sebagai berikut :
1. Phylum Platyhelminthes
a. Ciri-ciri umum Platyhelminthes
b. Klasifikasi phylum Platyhelminthhes
c. Siklus hidup phylum Platyhelminthes
d. Peranan phylum Platyhelminthes dalam kehidupan
2. Phylum Nemathelminthes
a. Ciri-ciri umum Nemathelminthes
b. Klasifikasi kelas phylum Nematheminthes
c. Siklus hidup phylum Nemathelminthes
d. Peranan phylum Nemathelminthes dalam kehidupan
3. Phylum Annelida
a. Ciri-ciri umum phylum Annelida
b. Klasifikasi phylum Annelida
G. Penelitian yang Relevan
Ada beberapa penelitian terdahulu yang relevan terkait dengan
penelitian dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Two
Stay Two Stray. Beberapa penelitian terdahulu adalah sebagai berikut :
Susilomurti (2014) dalam Penelitian Tindakan Kelas dengan judul
“Penerapan Model Pembelajaran Kooperatis Tipe Two Stay Two Stray
Untuk Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Sistem
Reproduksi XI Ipa SMA Negeri 4 Yogyakarta” didapatkan hasil bahwa
penerapan pembelajaran model Two Stay Two Stray dapat meningkatkan
aktivitas dan hasil belajar siswa kelas XI IPA 2 SMA Negeri 4 Yogyakarta
pada materi Sistem reproduksi dengan hasil penelitian pada aspek aktivitas
siswa pada siklus I memiliki kategori tinggi sebesar 95,65% ; kategori
sedang sebesar 4,35% ; dan kategori rendah sebesar 0% serta pada siklus II
diperoleh hasil dengan kategori tinggi 100%. Hasil kuisioner dan
wawancara pada penelitian ini juga menunjukkan peningkatannya, yaitu
menunjukkan kategori siswa yang sangat aktif hingga 100%. Ketercapaian
KKM pada siklus I yakni 13,04% ; sedangkan pada siklus II sebesar
60,86%. Peningkatan ini juga terlihat pada nilai rata-rata dari 65,22 pada
siklus I menjadi 78,26.
Penelitian relevan yang lainnya terkait penelitian ini adalah penelitian
yang dilakukan oleh Firmando (2012) tentang Penelitian Tindakan Kelas
dengan judul “Peningkatan Keaktifan Dan Hasil Belajar Materi Pengelolaan
Lingkungan Dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two
Ajaran 2011-2012” dapat disimpulkan adanya peningkatan keaktifan dan
hasil belajar siswa setelah mengikuti proses pembelajaran kooperatif tipe
Two Stay Two Stray (TSTS). Hasil penelitian menunjukkan bahwa
penerapan pembelajaran kooperatif model Two Stay Two Stray dapat
meningkatkan : 1) aktivitas siswa dalam 5 unsur pembelajaran kooperatif
tipe Two Stay Two Stray dari siklus I ke siklus II, yaitu pada tingkat K
sebesar 17,9% menjadi 7,3% ; tingkat C sebesar 44,3% menjadi 33,9% ; dan
tingkat B sebesar 37,6% menjadi 58,6% dan 2) Hasil belajar siswa yang
diukur dengan skor rata-rata dan presentase ketuntasan belajar secara
klasikal dari data awal siklus I dan siklus II. Skor rata-rata diperoleh hasil
(57,06 ; 53,33 ; dan 73,66) dan ketuntasa belajar klasikal diperoleh hasil
(20,68% ; 30% ; dan 83,3%).
H. Kerangka Berfikir
Guru merupakan salah satu aspek yang berpengaruh dalam kegiatan
pembelajaran di dalam kelas. Guru juga merupakan salah satu aspek
penentu dalam keberhasilan suatu proses pembelajaran. Berdasarkan hasil
obeservasi kelas yang dilakukan di kelas XF dapat dilihat bahwa metode
yang guru tersebut lakukan hanya dengan ceramah serta tanya jawab. Hal ini
tentunya membuat siswa kurang bersemangat dalam mengikuti pelajaran,
terlihat dengan beberapa anak yang sibuk bermain gadget dan bercerita
Perubahan kurikulum dari kurikulum 2013 menjadi KTSP menjadikan
siswa XF yang awalnya merupakan jurusan IIS (Ilmu-Ilmu Sosial) harus
kembali lagi menjadi kelas umum dimana mereka belajar lagi pelajaran
biologi yang membuat mereka kurang bersemangat dalam belajar yang
mengakibatkan minat mereka kura