• Tidak ada hasil yang ditemukan

Blusukan ke Rumah-Rumah Warga, Mahasiswa UNAIR Ikut Tekan Penyebaran DBD

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Blusukan ke Rumah-Rumah Warga, Mahasiswa UNAIR Ikut Tekan Penyebaran DBD"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Blusukan ke Rumah-Rumah Warga, Mahasiswa UNAIR Ikut Tekan Penyebaran DBD

UNAIR NEWS – Pengabdian masyarakat mahasiswa program studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) PDD UNAIR Banyuwangi, berlanjut. Setelah diawali pada 11 Februari lalu, kemudian pekan lalu (2/3) melaksanakan edukasi pencegahan dan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) di Kelurahan Boyolangu, Kec. Giri, Kab. Banyuwangi, Minggu (6/3) kemarin, puncaknya dengan “blusukan” mengidentifikasi jentik ke rumah- rumah warga, sekaligus memberikan edukasi dengan pendekatan komunikasi interpersonal di wilayah yang sama. Sasarannya adalah bak mandi, jamban-jamban keluarga, dsb.

Mengapa harus dilaksanakan identifikasi terhadap jentik?

Menurut Syifa, staf pengajar FKM UNAIR Banyuwangi, dengan fogging saja tidak akan menyelesaikan masalah Demam Berdarah Dengue (DBD), sebab asap hasil fogging hanya membunuh nyamuk dewasa, sedang jentik-jentik yang tumbuh di tempat-tempat air tetap hidup dan akan tumbuh menjadi nyamuk dewasa, dan nyamuk ini membawa virus dengue dari kecil.

”Jadi kalau mau memberantas demam berdarah harus dari sarangnya dan jentik-jentiknya,” ujar Syifa. Seperti diketahui, DBD adalah salah satu wabah penyakit yang harus diwaspadai saat ini. Penyakit yang disebabkan virus dengue dan dibawa/ditularkan oleh nyamuk Aedes Aegypti (AE) ini, bila terlambat tertangani bisa berpotensi menyebabkan kematian.

Menurut data dari Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur, tahun 2015 lalu DBD di Banyuwangi dinyatakan berstatus KLB (Kejadian Luar Biasa), yakni mencapai 154 kasus hanya dalam kurun waktu Januari hingga Februari dan menimbulkan korban jiwa.

Wabah ini harus diwaspadai saat awal musim penghujan dan akhir

(2)

musim penghujan, saat-saat terdapat genangan air yang tidak tersiram oleh air hujan lagi dan menjadi tempat strategis berkembang-biaknya nyamuk AE. Karena itu dalam sosialisasi kemarin, warga diminta mewaspadai tempat-tempat genangan air seperti, bak mandi, selokan yang mampat, dan barang bekas yang berpotensi menampung air dan sifatnya terbuka.

Koordinator pengmas FKM UNAIR Banyuwangi, Azis, berharap kegiatan ini dapat menekan kejadian kasus DBD yang secara epidemiologis diprediksi akan mengalami lonjakan pada April mendatang.

”Kami sangat senang bisa menerapkan ilmu yang telah kami pelajari, dan semoga dapat bermanfaat sebagai salah satu langkah preventif dalam memutus daur hidup nyamuk AE, apapun spesiesnya. Saya juga berharap kegiatan ini tidak putus sampai hari ini saja, tetapi terus dan bermanfaat bagi masyarakat,”

kata Azis.

Pengendalian berbasis pencegahan yang langsung oleh masyarakat, dinilai cara paling efisien dan sangat mudah dilakukan. Masyarakat hanya perlu melakukan pola hidup bersih dan sehat, termasuk melakukan 4N (Ngubur, Nguras, Nutup dan Ngawasi – dari gigitan nyamuk) atau juga dikenal dengan istilah 3M plus (Mengubur, Menguras, Menutup dan Hindari gigitan nyamuk). Kepada masyarakat juga diminta untuk menebarkan bubuk larvasida atau bubuk abate pada bak mandi, dan melakukan pengawasan pada anak-anak yang sangat rawan terjangkit penyakit ini. (*)

Penulis : Ahmad Zakky Multazam Editor : Bambang ES

(3)

Alumni dan Mahasiswa All Out Bantu Korban Banjir Sampang

UNAIR NEWS – Tim UNAIR yang terjun ke lokasi bencana banjir Sampang benar-benar all out. Mereka mengerahkan segenap tenaga untuk meringankan beban masyarakat di sana.

Rachmat Muttaqin, alumni FISIP yang dulu aktif di UKM Menwa menjelaskan, pada Rabu malam (2/3), lima personel berangkat ke Sampang. Mereka meluncur ke Pulau Garam dengan menggunakan tiga unit sepeda motor. Selain Muttaqin, ada pula tiga anggota Menwa dari berbagai fakultas dan seorang sukrelawan dari Fakultas Psikologi.

“Di sana, kami langsung berkoordinasi dengan posko-posko. Kami dipersilakan melakukan survey dan pengamatan lapangan. Dari situ, kami tahu kalau ada di kawasan yang belum tersentuh bantuan. Yakni, Panggung dan Paseyan,” kata dia.

(4)

Penuh sesak : suasana di dalam posko kesehatan (Foto: UNAIR NEWS)

Mereka pun memutuskan untuk fokus mendistribusikan bantuan berupa barang dan tenaga guna ikut bersih-bersih lingkungan di sana. Barang yang diberikan pada penduduk sekitar antara lain bahan makanan, pakaian, obat-obatan, serta perkakas atau kebutuhan sehari-hari lainnya.

Pada Jum’at (4/3), sejumlah alumni dan Mahasiswa Tanggap Bencana (Mahagana) menyusul hadir. Mahagana adalah sekumpulan mahasiswa lintas UKM dan eksponen. Misalnya, Menwa, Pramuka, KSR PMI, Wanala, Mapanza, BEM, dan lain-lain. Tepatnya, pada Sabtu sore (5/3) tim dari UNAIR itu baru kembali dari Sampang.

“Ini merupakan tugas dan tanggungjawab sosial kami. Wujud nyata pengabdian untuk masyarakat bangsa dan negara,” kata Muttaqin. (*)

(5)

Penulis: Rio F. Rachman

Waspadai Leptospirosis di Kala Banjir

UNAIR NEWS – Salah satu penyakit yang patut diwaspadai saat musim hujan dan banjir adalah leptospirosis. Penyakit yang disebabkan oleh bakteri Leptospira sp. ini bisa mengakibatkan kematian. Menurut data yang dilansir pada Februari 2015 oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, tercatat 435 kasus dengan 62 kematian akibat penyakit Leptospirosis.

Penyakit ini memang patut diwaspadai saat banjir tiba.

Pasalnya, pada saat banjir, luapan air yang masuk ke pemukiman warga mengakibatkan tingkat penularan penyakit menjadi lebih tinggi. Namun, menurut M. Atoillah, dr., M.Kes, penyakit Leptospirosis perlu diwaspadai tidak hanya saat banjir. Warga perlu mewaspadai tempat-tempat genangan air, seperti selokan, parit, dan gorong-gorong. Bisa saja, genangan air sudah terkontaminasi dengan bakteri Leptospira sp. yang cukup mudah ditularkan melalui urin tikus.

“Ketika bakteri itu sudah masuk dalam tubuh inang, dia akan mencari tempat favoritnya. Salah satu tempat favorit Leptospira adalah saluran kencing pada tikus,” tutur dr.

Atoillah, pengajar pada Departemen Epidemiologi, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Airlangga.

Penyakit ini menular pada manusia melalui kulit manusia yang terluka, dan selaput lendir seperti mulut dan hidung. Masa inkubasi bakteri dalam tubuh manusia paling lama adalah 14 hari. Ketika bakteri sudah masuk ke tubuh manusia, Leptospira sp. akan menyerang hati dan pembuluh darah. Tubuh manusia yang

(6)

terjangkiti bakteri ini akan mengalami gejala demam tinggi, nyeri otot, mual, mimisan, dan kuning. Kematian yang disebabkan oleh penyakit ini berkisar antara 3 – 16 persen.

“Rasa nyeri otot inilah yang membedakan penyakit Leptospirosis dengan Hepatitis. Karena penderita sama-sama terlihat kuning.

Parah atau tidaknya penyakit ini bergantung pada lama tidaknya penderita mencari pertolongan, dan daya tahan tubuh. Ditangani lebih cepat lebih baik,” ujar dr. Atoillah.

Golongan manusia dari segi usia yang rentan terkena penyakit ini adalah anak-anak kecil dan orang lanjut usia. Sebab, daya tahan tubuh anak kecil belum kebal, sedangkan pada daya tahan tubuh lansia sudah mulai menurun. Dari segi pekerjaan, para petugas kebersihan adalah golongan yang paling rentan terinfeksi bakteri Lepstospira sp.

Pengendalian penyakit berbasis pencegahan di masyarakat merupakan salah satu cara untuk menjaga agar penyakit Leptospirosis tidak meluas. Masyarakat perlu menjaga perilaku hidup bersih dan sehat, termasuk memberantas sarang tikus di rumah. Selain itu, orang tua perlu berperan dalam melakukan pengawasan terhadap si kecil agar tak bermain di genangan air.

(*)

Penulis: Defrina Sukma S Editor : Nuri Hermawan

Dinkes Sampang Apresiasi Tim Tanggap Bencana UNAIR

UNAIR NEWS – Hujan yang mengguyur Sampang sejak Jumat (26/2) lalu telah mengakibatkan 13 desa terendam banjir. Ketinggian

(7)

air di beberapa titik bervariasi tergantung kontur masing- masing daerah, mulai dari 70 – 100 sentimeter. Dampak banjir kini mulai dirasakan. Selain aktivitas warga yang sempat lumpuh total, mereka juga mewaspadai penyakit yang berbahaya.

Keadaan tersebut menggugah Tim Tanggap Darurat Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga-RSUD Dr. Soetomo untuk berperan dalam menangani warga korban banjir di Sampang.

Kunjungan tim tanggap darurat diterima langsung oleh Wakil Bupati Sampang H. Fadhilah Budiono dan Kepala Dinas Kesehatan dr. Firman Pria Abadi pada Senin (29/2).

Dalam sambutannya, Dekan FK UNAIR Prof. Soetojo, Dr., dr., Sp.U, yang turut serta mendatangi korban banjir Sampang, menyampaikan bahwa pihaknya mengaku khawatir dengan penyakit Leptospirosis yang dapat mengancam kesehatan warga pasca banjir. Kedatangan tim tanggap bencana ke Sampang memperoleh apresiasi positif dari Pemerintah Kabupaten Sampang.

“Saya senang sekali terhadap respon dari pihak UNAIR yang mencari informasi terlebih dahulu mengenai kebutuhan yang sangat dibutuhkan masyarakat. Hal ini memudahkan kami dalam menangani berbagai masalah kesehatan yang timbul pasca banjir,” ujar dr. Firman Pria Abad, Kepala Dinas Kesehatan Pemkab Sampang.

Keterlibatan UNAIR memang diharapkan untuk membantu pemulihan keadaan warga di bidang kesehatan. Sulistiawati, dr., yang turut serta dalam rombongan mengatakan bahwa sebelum mengunjungi Sampang, pihak UNAIR terlebih dahulu berkoordinasi dengan pemerintah setempat, untuk mengetahui kebutuhan warga.

“Bantuan seperti logistik, minuman isotonik, obat-obatan khususnya antibiotik sangat bermanfaat membunuh dan menghambat bakteri penyebab infeksi terutama bakteri Leptospira sp. Agar tidak terjadi overlap, tim tanggap bencana berinisiatif untuk menghubungi Dinkes Sampang. Kami juga mengusulkan beberapa bantuan yang dibutuhkan oleh masyarakat terutama pasca

(8)

banjir,” tutur Sulistiawati, dr.

Pendirian posko

Bertepatan dengan kunjungan tim, aktivitas warga di Sampang sudah berangsur normal. Debit air sungai sudah menyusut, pertokoan kembali dibuka, dan siswa mulai bersekolah. Sejumlah warga juga mulai bergotong royong membersihkan sisa-sisa banjir.

Dari total 13 desa yang terendam banjir, tim medis mengunjungi 12 desa. Bertempat di Dusun Grugul, tim tanggap bencana dibantu oleh Cindy Cecilia, dr., (dokter internship lulusan FK UNAIR) mendirikan posko kesehatan. Posko kesehatan UNAIR didirikan di pelataran rumah warga dan menyelenggarakan pengobatan gratis.

Dalam waktu yang relatif singkat, posko kesehatan UNAIR langsung dikerumuni warga. Warga berdatangan dengan keluhan masing-masing. Sebagian besar diantara mereka mengeluhkan penyakit gatal-gatal. Dengan adanya posko kesehatan ini, diharapkan dampak pasca bencana terutama di bidang kesehatan dapat diminimalisir dan memberikan kemudahan akses bagi warga korban banjir. (*)

Penulis: Dwi Astuti Editor: Defrina Sukma S

Referensi

Dokumen terkait

Peristiwa cahaya yang kedua adalah ditandai dengan Perkawinan di Kana (Yoh 2:1-11), ketika Kristus mengubah air menjadi anggur dan peristiwa ini membuka hati dan menambah iman

dilakukan terhadap kontrol infeksi oleh komite PPI bila ada rencana perbaikan, renovasi, dan pembangunan baru atau pembangunan kembali bangunan yang ada

Observasi adalah teknik pengumpulan data dengan cara mengamati setiap kejadian yang sedang berlangsung dan mencatatnya dengan alat observasi tentang hal-hal yang akan

Aplikasi Sistem Informasi Pembelajaran Budidaya Udang Windu dan Ikan Bandeng Pada Area Tambak Udang Windu di Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan (Pangkep), dapat

Dalam hal ini tumbuhan hiperakumulator memiliki kemampuan untuk melarutkan unsur logam pada rizosfer dan menyerap logam bahkan dari fraksi tanah yang tidak bergerak sekali

informasi yang dihasilkan dari sistem informasi dapat digunakan dengan mudah oleh semua pihak yang membutuhkan informasi terkait data manajemen pergudangan. Selama ini

Hasil penelitian sejalan dengan Kharisma (2013) dengan judul Pengaruh Ukuran Perusahaan, Likuiditas dan Profitabilitas terhadap Kebijakan Hutang (Studi Kasus pada Perusahaan

PPK berhak atas kepemilikan semua barang/bahan yang terkait langsung atau disediakan sehubungan dengan jasa yang diberikan oleh Penyedia Jasa Konsultansi kepada