• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERANAN KADER MUHAMMADIYAH DALAM PENGEMBANGAN AMAL USAHA BIDANG PENDIDIKAN DAN PENGAJARAN DI KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PERANAN KADER MUHAMMADIYAH DALAM PENGEMBANGAN AMAL USAHA BIDANG PENDIDIKAN DAN PENGAJARAN DI KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR"

Copied!
88
0
0

Teks penuh

(1)

PERANAN KADER MUHAMMADIYAH DALAM PENGEMBANGAN AMAL USAHA BIDANG PENDIDIKAN DAN PENGAJARAN DI

KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Agama Islam (S.Pd.I) Pada jurusan Pendidikan Agama Islam

Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar.

JUMRIANA 29 19 00603

FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 1435 H/2014 M

(2)

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Judul Skripsi : Peranan Kader Muhammadiyah dalam Pengembangan Amal Usaha Bidang Pendidikan dan Pengajaran di Kabupaten Kepulauan Selayar

Nama Penulis : Jumriana

Nim : 29 19 00603

Fakultas/Jurusan : Agama Islam/Pendidikan Agama Islam

Setelah dengan seksama, memeriksa dan meneliti, maka skripsi ini dinyatakan telah memenuhi syarat untuk diajukan dan dipertahankan dihadapan tim penguji ujian skripsi Fakultas Agama Islam Unismuh Makassar.

Makassar, 1 Rabi’ul Awal 1435 H 3 Januari 2014 M

Disetujui oleh

Pembimbing I

Markas Iskandar, S.Ag, M.Pd.I NBM : 691468

Pembimbing II

Dra. St. Rajiah Rusydi NBM : 638478

(3)

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Dengan penuh kesadaran, penulis/peneliti yang bertanda tangan di bawah ini, menyatakan bahwa skripsi ini benar adalah hasil karya penulis/peneliti sendiri. jika kemudian hari terbukti bahwa ia merupakan duplikat, tiruan, plagiat, dibuat atau dibantu secara langsung orang lain baik keseluruhan atau sebagian, maka skripsi dan gelar yang di peroleh karenanya batal demi hukum.

Makassar, 1 Rabi’ul Awal 1435 H 3 Januari 2014 M

Peneliti

Jumriana

29 19 00603

(4)

PRAKATA

ﺎﻧﺪﯿﺳ ﻦﯿﻠﺳﺮﻤﻟاو ءﺎﯿﺒﻧﻻا فﺮﺷا ﻲﻠﻋ مﻼﺴﻟاو ةﻼﺼﻟاو ،ﻦﯿﻤﻟﺎﻌﻟا بر ﺪﻤﺤﻟا ﺪﻌﺑﺎﻣأ ،ﻦﯿﻌﻤﺟا ﮫﺑﺎﺤﺻاو ﮫﻟآ ﻲﻠﻋو ﺪﻤﺤﻣ

Segala puji bagi Allah swt, atas rahmat dan hidayah-Nya yang senantiasa diperuntukkan kepada hamba-hambaNya. Salawat dan salam kepada Nabi Muhammad saw dan sahabat-sahabatnya serta orang-orang yang mengikutinya yang senantiasa berjalan sesuai dengan petunjuk syariat.

Skripsi ini, berjudul Peranan Kader Muhammadiyah dalam Pengembangan Amal Usaha Bidang Pendidikan dan Pengajaran di Kabupaten Kepulauan Selayar. Dalam penyusunannya, penulis diperhadapkan berbagai masalah, khususnya yang disebabkan oleh terbatasnya kemampuan penulis dan rumitnya obyek pembahasan dalam skripsi ini. Namun, karena usaha yang maksimal dari penulis serta bantuan dan bimbingan serta arahan secara intensif dari berbagai pihak maka skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Karena itu, sebagai tanda syukur dan penghormatan, penulis patut menyampaikan ucapan terima kasih kepada mereka yang telah membantu secara moril maupun materil kepada penulis, khususnya kepada yang mulia dan terhormat :

1. Kedua orang tua ayahanda Jumadi dan ibunda Hasmiati yang tanpa lelah berupaya melahirkan, membesarkan, mengasuh mendidik dan

(5)

membiayai penulis sejak kecil. Tak terlupakan juga kepada saudara- saudara penulis kakanda Jumriani, S.Pd serta adinda Jumrianti.

2. Bapak Dr. H. Irwan Akib, M.Pd.I Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar dan para Pembantu Rektor serta stafnya, yang telah berhasil memimpin Perguruan Tinggi ini, sehingga penulis dapat menyelesaikan Studi Strata Satu (S1) tanpa hambatan dan kendala yang berarti.

3. Bapak Drs. Mawardi Pewangi, M.Pd.I Dekan Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar dan para Pembantu Dekan, serta Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam yang telah banyak memberikan motivasi kepada penulis selama kuliah di Perguruan Tinggi ini.

4. Bapak Markas Iskandar, S.Ag, M.Pd.I dan Ibu Dra. St. Rajiah Rusydi pembimbing yang dengan ikhlas membimbing dalam penyusunan skripsi ini.

5. Bapak Drs. Abdul Gani, M.Pd.I pengelola Universitas Muhammadiyah Makassar non Reguler.

6. Bapak dan Ibu Dosen atau Asisten Dosen tanpa terkecuali yang tidak sempat penulis sebutkan nama-namanya satu persatu yang telah mendidik penulis dalam perkuliahan.

7. Kepada Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kabupaten Kepulauan Selayar yang telah banyak memberikan sumbangsi pemikiran dalam penyusunan skripsi ini.

(6)

8. Yang teristimewa buat Kakanda Sudirman, S.Pd.I yang senantiasa memberikan motivasi dan masukan yang sangat konstruktif sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

9. Kepada Saudara Pimpinan Cabang IMM Selayar yang telah banyak memberikan bantuan dalam penyusunan skripsi ini.

10. Terakhir ucapan terima kasih juga disampaikan kepada teman-teman seperjuangan yakni (Maslinda, Susanti, Kadariah, Supriani, Dewi Astini, Herlina, Asmadianto, Kamarul huda). Serta yang namanya tidak dapat penulis sebutkan satu persatu tetapi telah banyak membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.

11. Kepada semua keluarga, sahabat yang senantiasa memberikan motivasi serta semangat dalam penyelesaian skripsi yang penulis tidak bisa tulis satu persatu.

Akhirnya, kepada Allah SWT kami memohon semoga semua pihak yang telah memberikan bantuan dan bimbingannya senantiasa memperoleh balasan disisi-Nya, amin.

Makassar, 1 Rabi’ul Awal 1435 H 3 Januari 2014 M

Penulis

Jumriana

29 19 00603

(7)

ABSTRAK

JUMRIANA. 2014. 291900603. Peranan Kader Muhammadiyah dalam Pengembangan Amal Usaha Bidang Pendidikan dan Pengajaran di Kabupaten Kepulauan Selayar (dibimbing oleh Markas Iskandar dan St Rajiah Rusydi).

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peranan, tantangan dan peluang kader Muhammadiyah dalam pengembangan Amal Usaha Bidang Pendidikan dan Pengajaran di Kabupaten Kepulauan Selayar, serta upaya- upaya yang dilakukan untuk mengetahui pengembangan Amal Usaha Bidang Pendidikan dan Pengajaran di Kabupaten Kepulauan Selayar.

Dalam pembahasan skripsi ini penulis menggunakan jenis penelitian lapangn(Field Research), dimana peneliti turun langsung ke lokasi penelitian untuk memperoleh data yang konkrit yang ada hubungannya dengan masalah yang diteliti,metode yang digunakan penulis adalah deskriftif kualitatif yaitu sumber dari wawancara, observasi, angket dan dokumentasi guna memperoleh kesimpulan yang akurat dan dapat dipertanggung jawabkan.Adapun variabel terikatnya adalah peranan kader Muhammadiyah dan variabel bebasnya adalah pengembangan amal usaha bidang pendidikan dan pengajaran.Populasi Kader Muhammadiyah di Kabupaten Kepulauan Selayar yang berjumlah 660 orang dengan sampel sebanyak 25% orang.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa peranan kader Muhammadiyah dalam pengembangan amal usaha bidang pendidikan dan pengajaran di Kabupaten Kepulauan Selayar, para kader telah berperan sesuai dengan fungsinya, dengan presentase sebagai berikut bahwa 52 % menyatakan berperan , 12 % menyatakan tidak berperan, 24 % cukup berperan, dan 12 % sangat berperan.Tantangan bagi kader Muhammadiyah dalam pengembangan amal usaha bidang pendidikan dan pengajaran adalah adanya komunikasi yang kurang aktif antara kader dan Pimpinan Daerah Muhammadiyah. Dan peluangnya adalah adanya kerjasama yang terbangun antara kader dan PD Muhammadiyah sehingga dalam pengembangan amal usaha bidang pendidikan dan pengajaran berjalan dengan baik dengan presentase sebagai berikut bahwa 8 % sangat berkembang, 60 % menyatakan berkembang, 24 % kurang berkembang, dan 8% tidak berkembang. Serta upaya yang dilakukan kader Muhammadiyah dalam pengembangan amal usaha bidang pendidikan dan pengajaran adalah melakukan pendekatan kepada pengelola amal usaha Muhammadiyah sehingga terbuka ruang untuk berperan dalam mengelola amal usaha bidang pendidikan dan pengajaran. Serta mengadakan pelatihan dalam rangka untuk mengembangkan potensi kader Muhammadiyah serta para kader yang terlibat atau menjadi pengajar di Amal Usaha Muhammadiyah bidang pendidikan dan pengajaran.

(8)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... iii

HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI... iv

HALAMAN PRAKATA ... v

HALAMAN ABSTRAK ... vii

DAFTAR ISI... viii

DAFTAR TABEL ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 6

A. Pengertian Kader ... 6

B. Muhammadiyah/Persyarikatan... 14

C. Pengembangan Amal Usaha Bidang Pendidikan Dan Pengajaran ... 20

D. Peranan Kader Muhammadiyah dalam Pengembangan Amal Usaha Bidang Pendidikan dan Pengajaran... 27

BAB III METODE PENELITIAN... 30

A. Jenis Penelitian ... 30

B. Lokasi dan Objek Penelitian... 30

C. Variabel Penelitian ... 31

(9)

D. Defenisi Operasional Variabel... 31

E. Populasi dan Sampel ... 32

a. Populasi ... 32

b. Sampel... 33

F. Instrumen Penelitian ... 35

G. Teknik Pengumpulan Data ... 36

H. Teknik Analisis Data... 38

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Selayang pandang Muhammadiyah Kabupaten Kepulauan Selayar... 40

1. Sejarah singkat Berdiri dan Berkembangnya ... 40

2. Visi dan Misi Muhammdiyah Kab. Kep. Selayar... 43

3. Keadaan Muhammadiyah Kab. Kep. Selayar ... 44

B. Peranan Kader Muhammadiyah dalam pengembangan amal usaha bidang pendidikan di Kabupaten Kepulauan Selayar ... 46

C. Tantangan dan peluang Kader Muhammadiyah dalam Pengembangan amal usaha bidang pendidikan dan pengajaran di Kabupaten Kepulauan Selayar ... 53

D. Upaya yang dilakukan untuk mengatasi tantangan dalam Pengembangan amal usaha bidang pendidikan dan pengajaran di Kabupaten Kepulauan Selayar ... 58

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 67

B. Saran-saran ... 68

DAFTAR PUSTAKA... 69

(10)

LAMPIRAN-LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

No Teks Halaman

1. Keadaan Populasi Muhammadiyah

Kabupaten Kepulauan Selayar... 32

2. Populasi Amal Usaha Muhammadiyah Bidang Pendidikan Kabupaten Kepulauan Selayar... 33

3. Sampel Muhammadiyah Kabupaten Kepulauan Selayar... 34

4. Nama-nama sampel Penelitian yang aktif di Bidang Pendidikan... 34

5. Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kabupaten Kepulauan Selayar... 41

6. Nama-nama Pimpinan Cabang Muhammadiyah di Kabupaten Kepulauan Selayar... 42

7. Nama-nama Ortom Muhammadiyah Kabupaten Kepulauan Selayar... 42

8. Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kabupaten Kepulauan Selayar periode 2010-2015... 46

9. Pernyataan Kader Muhammadiyah tentang peranan kader Muhammadiyah dalam pengembangan amal usaha bidang pendidikan dan pengajaran... 48

10. Pernyataan Kader Muhammadiyah dalam memberikan konstribusi dalam pengembangan Amal usaha bidang pendidikan dan pengajaran... 50

11. Pernyataan kader Muhammadiyah dalam membangun kerjasama dengan PDM dalam pengembangan amal usaha bidang pendidikan dan pengajaran... 52

(11)

12. Pernyataan kader Muhammadiyah dalam memberikan sumbangsi pemikiran dan tenaga dalam pengembangan amal usaha bidang

pendidikan dan pengajaran di Kabupaten Kepulauan Selayar... 55 13. Pernyataan kader Muhammadiyah dalam pengembangan

amal usaha bidang pendidikan dan pengajaran

di Kabupaten Kepulauan Selayar... 56 14. Pernyataan Kader Muhammadiyah dalam membantu

Muhammadiyah dalam pengembangan amal usaha bidang

pendidikan dan pengajaran... 60 15. Pernyataan Kader Muhammadiyah dalam dalam memberikan

Kontribusi dalam pengembangan amal usaha bidang

pendidikan dan pengajaran... 62 16. Pernyataan Kader Muhammadiyah dalam dalam memberikan

Kontribusi dalam pengembangan amal usaha bidang

pendidikan dan pengajaran... 63 17. Pernyataan Kader Muhammadiyah tentang setujukah

anda mengenai perkembangan amal usaha bidang

pendidikan dan pengajaran... ... 64 18. Pernyataan Kader Muhammadiyah tentang setujukah anda

bahwa amal usaha bidang pendidikan dan pengajaran

tidak mengalami perkembangan... 66

(12)
(13)
(14)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Para tokoh pendiri Muhammadiyah melihat bahwa persaudaraan dan kebersamaan adalah sebuah kebenaran, olehnya itu kelahiran Muhammadiyah dalam perspektif ini menjadi sebuah keharusan karena didorong oleh kesadaran yang mendalam tentang sebuah tanggung jawab secara bersama untuk mengembalikan posisi umat Islam sesuai dengan amanah Rasulullah Saw, kepedulian Sosial, kemasyarakatan, kesehatan, maupun bidang pendidikan dan berbagai aspek kehidupan senantiasa menjadi tanggung jawab bersama dalam kaitan ini kita dapat melihat secara mendalam tentang berbagai persoalan dalam tubuh Muhammadiyah.

Dalam perkembangannya yang kini telah berusia lebih dari 1 abad, tentu ini usaha yang sangat panjang karena berbagai tantangan dan hambatan telah terlewati namun prinsip dasar Muhammadiyah dengan seruan pembaharuan dalam bidang keagamaan berarti penemuan kembali ajaran atau prinsip dasar yang berlaku abadi seperti yang terdapat dalam Al- Quran dan sunah yang karena waktu,lingkungan,situasi dan kondisi memungkinkan banyak hal yang tidak jelas dan tertutup oleh kebiasaan dan pemikiran lain dalam masalah aqidah.

Usia satu abad Muhammadiyah yang telah diperingati di beberapa kota besar beberapa bulan lalu dan menyongsong muktamar 2015, menjadi

(15)

momentum strategis bagi Muhammadiyah untuk bersatu padu dalam membangun kehidupan ummat dan bangsa di negeri ini. Gerakan penting Muhammadiyah mulai dari gerakan amal usaha di bidang pendidikan, kesehatan, sosial dan dakwah terus dikembangkan. Di bidang pendidikan, secara kuantitatif jumlah sekolah atau lembaga pendidikan yang dimiliki Muhammadiyah luar biasa banyaknya.

Amal usaha yang dimiliki Muhammadiyah tersebut belum dimiliki oleh ormas lainnya yang menyebar di berbagai daerah/wilayah baik dalam negeri maupun diluar negeri. Dengan modal ini, maka kedepan persyarikatan Muhammadiyah akan menciptakan masyarakat yang betul-betul hasanah baik di dunia maupun diakhirat. Insya Allah.

Lembaga pendidikan Muhammadiyah adalah fungsi perkaderan, karena dalam sejarahnya sekolah atau lembaga pendidikan yang sejak awal dirintis oleh KH Ahmad Dahlan, selain untuk mencerdaskan anak-anak bangsa juga didesain untuk mencetak kader-kader Muhammadiyah.

Meskipun demikian, dari sekian ribu lembaga pendidikan dan amal usaha tersebut harus diakui masih memerlukan kerja keras agar dapat terkelola dengan baik dan menjadi lembaga amal usaha yang unggul atau bermutu.

Tujuan awal didirikannya Muhammadiyah oleh KH Ahmad Dahlan adalah sebagai mediator pembelajaran agama Islam kepada masyarakat.

Gagasan Ahmad Dahlan mendirikan Muhammadiyah sebagai gerakan dakwah dan pemberdayaan umat Islam bukan sekedar kebetulan, tetapi telah

(16)

melalui proses kreatif. Lihat KH Ahmad Dahlan, Berpikir Visioner berbasis Qur'ani. Pergumulan pemikiran yang “merasuki otak” Ahmad Dahlan telah melahirkan gerakan yang cukup memberi pencerahan kepada umat Islam, karena di satu sisi membawa umat kepada sikap kritis dalam beragama, dalam arti beragama harus benar-benar berdasar pada sumbernya yang murni dan tetap komit untuk memperjuangkan dan menegakkan ajaran Islam, dan bukan sebagai organisasi politik.

Dalam kaitan itu setiap anggota dan pimpinan Muhammadiyah senantiasa ditekankan untuk menonjolkan keMuhammadiyahannya di tengah masyarakat, melaksanakan aturan-aturan dan kewajiban yang ada dalam organisasi, serta memahami bahwa amanah yang diberikan adalah pengabdian pada Allah SWT, sebagaimana yang biasa diajarkan dalam pendidikan Muhammadiyah. Ketika menuntut Ilmu di Ibtidaiyah hingga Tsanawiyah Muhammadiyah, para ustad (guru) selalu menegaskan ”Setiap anak dan keluarga Muhammadiyah harus senantiasa mampu mengabdi dan beribadah kepada Allah SWT, mampu menghidup-hidupi Muhammadiyah, bukan semata-mata hidup dari Muhammadiyah. Semoga saja prinsip ini masih senantiasa menjiwai kekaderan kita warga Muhammadiyah hingga Muhammadiyah dapat lebih survive kedepan. Dalam mengembangkan amal usaha Muhammadiyah di bidang pendidikan tidak terlepas dari peranan kader-kader muhammadiyah. usaha muhammadiyah dalam bidang pendidikan di kabupaten kepulauan selayar sangat membutuhkan perhatian

(17)

khusus dan metode serta strategi yang lebih modern dan memiliki muatan materi yang lebih sederhana dan actual sesuai dengan kondisi yang dihadapinya.

B. Rumusan Masalah

Bertolak dari Latar belakang di atas maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan yang akan diteliti yakni :

1. Bagaimana Peranan Kader Muhammadiyah dalam pengembangan amal usaha bidang pendidikan dan pengajaran di Kabupaten Kepulauan Selayar ?

2. Bagaimana tantangan dan peluang Kader Muhammadiyah dalam Pengembangan amal usaha bidang pendidikan dan pengajaran di Kabupaten Kepulauan Selayar ?

3. Bagaimana upaya yang dilakukan untuk mengatasi tantangan dalam pengembangan amal usaha bidang Pendidikan dan pengajaran di Kabupaten Kepulauan Selayar ?

C. Tujuan Penelitian

Setiap aktivitas manusia tentunya memiliki tujuan. tujuan ini ditentukan sebelum melakukan suatu kegiatan atau suatu pekerjaan. Berdasarkan masalah di atas maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

(18)

1. Untuk mengetahui Peranan Kader Muhammadiyah dalam Pengembangan Amal Usaha bidang Pendidikan dan pengajaran di Kabupaten Kepulauan Selayar

2. Untuk mengetahui tantangan dan peluang kader Muhammadiyah dalam Pengembangan Amal Usaha bidang Pendidikan dan pengajaran di Kabupaten Kepulauan Selayar.

3. Untuk mengetahui upaya-upaya yang dilakukan dalam Pengembangan Amal Usaha bidang Pendidikan dan pengajaran di Kabupaten Kepulauan Selayar.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan oleh peneliti dari pelaksanaan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi insan akademisi dalam menambah wawasan dan memperkaya pengetahuan tentang peranan Kader Muhammadiyah dalam pengembangan Amal Usaha Bidang Pendidikan dan Pengajaran di Kabupaten Kepulauan Selayar.

2. Secara praktis penelitian ini dilakukan untuk dijadikan masukan bagi kader-kader Muhammadiyah dalam pengembangan Amal Usaha Bidang Pendidikan dan Pengajaran di Kabupaten Kepulauan Selayar.

(19)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Kader

Seringkali kita menjumpai kata Kader dalam kehidupan sehari-hari terutama yang sering berkecimpung di dunia organisasi, baik organisasi politik, kemasyarakatan maupun organisasi keagamaan. Sebelum kita membahas tentang kader persyarikatan Muhammadiyah, maka kita akan mencoba memahami dulu apa yang dimaksud dengan kader baik definisi maupun posisinya dalam sebuah organisasi.

Kader dalam bahasa Perancis : cadre (2007:8) atau les cadres maksudnya adalah anggota inti yang menjadi bagian terpilih dalam lingkup lingkungan pimpinan serta mendampingi di sekitar kepemimpinan. Kader bisa berarti pula sebagai jantung suatu organisasi. Jika kader dalam suatu kepemimpinan lemah, maka seluruh kekuatan kepemimpinan juga lemah.

Kader berarti pula pasukan inti. Daya juang pasukan inti ini sangat tergantung dari nilai kadernya yang berkualitas, berwawasan, militan, dan penuh semangat. Dalam pengertian lain, kader (latin:quadrum),(2007:8) berarti empat persegi panjang atau kerangka. Dengan demikian kader dapat didefinisikan sebagai kelompok manusia yang terbaik karena terpilih, yaitu merupakan tulang punggung ( kerangka ) dari kelompok yang lebih besar dan terorganisasi secara permanen. Jadi, jelas bahwa orang- orang yang

(20)

berkualitas itulah yang terpilih dalam berorganisasi, taat asas dan berinisiatif, yang dapat disebut kader. (MPK PP Muhammadiyah.2007:43-46)

Dari definisi kata kader diatas, maka dapat kita tarik kesimpulan apakah yang dimaksud dengan kader persyarikatan Muhammadiyah. Kader persyarikatan Muhammadiyah adalah orang-orang berkualitas yang terpilih dan berpengalaman dalam berorganisasi, taat pada aturan atau asas persyarikatan, berinisiatif, berwawasan, militan serta penuh semangat dalam mengemban tugas persyarikatan Muhammadiyah.

Dibagian sebelumnya telah dijelaskan bahwa kader berarti elite, yakni bagian yang terpilih dan terbaik karena terlatih. Berarti pula merupakan jantung organisasi. Kader juga berarti inti tetap dari suatu resimen. Daya juang resimen ini sangat tergantung dari nilai kadernya yang merupakan tulang punggung, pusat semangat dari inti gerakan suatu organisasi. Karena itu hanya orang-orang yang bermutu itulah yang terpilih dan berpengalaman dalam berbagai medan perjuangan, yang taat dan berinisiatif, yang dapat disebut sebagai kader. Hadits tersebut kedudukannya sebagai Hadits Shahih.

ْﻦَﻋ َﻞﯿِﺋا َﺮْﺳِإ ْﻦَﻋ ٍﻖِﺑﺎَﺳ ُﻦْﺑ ُﺪﱠﻤَﺤُﻣ ﺎَﻨَﺛﱠﺪَﺣ ﱡي ِﺮْﺼَﺒْﻟا ﱡيِد ْزَ ْﻷا ﻰَﯿْﺤَﯾ ُﻦْﺑ ُﺪﱠﻤَﺤُﻣ ﺎَﻨَﺛﱠﺪَﺣ َﻋ ُ ﱠ ا ﻰﱠﻠَﺻ ِ ﱠ ا ُلﻮُﺳ َر َلﺎَﻗ َلﺎَﻗ ِ ﱠ ا ِﺪْﺒَﻋ ْﻦَﻋ َﺔَﻤَﻘْﻠَﻋ ْﻦَﻋ َﻢﯿِھا َﺮْﺑِإ ْﻦَﻋ ِﺶَﻤْﻋَ ْﻷا َﻢﱠﻠَﺳ َو ِﮫْﯿَﻠ

ٌﺚﯾِﺪَﺣ اَﺬَھ ﻰَﺴﯿِﻋ ﻮُﺑَأ َلﺎَﻗ ِءيِﺬَﺒْﻟا َﻻ َو ِﺶ ِﺣﺎَﻔْﻟا َﻻ َو ِنﺎﱠﻌﱠﻠﻟا َﻻ َو ِنﺎﱠﻌﱠﻄﻟﺎِﺑ ُﻦِﻣ ْﺆُﻤْﻟا َﺲْﯿَﻟ

ِﮫْﺟ َﻮْﻟا اَﺬَھ ِﺮْﯿَﻏ ْﻦِﻣ ِ ﱠ ا ِﺪْﺒَﻋ ْﻦَﻋ َيِو ُر ْﺪَﻗ َو ٌﺐﯾ ِﺮَﻏ ٌﻦَﺴَﺣ

(ﻢﻠﺴﻣ هاور ) .

(21)

Artinya :

Muhammad bin yahya al-azdi al-bashri telah bercerita kepadaku, telah bercerita kepada kami Muhammad bin sabiq dari israil dari a’masy dari ibrahim dari ‘alqomah dari abdillah berkata, rasullah SAW. Berkata orang mukmin itu bukan penikam, bukan pelaknat, bukan orang yang berbuat keji dan kotor dan bukan orang yag pendendam. Abu ‘isa berkata bahwa hadits ini adalah hadits hasan yang ghorib dan telah diceritakan dari abdillah dari selain pendapat tersebut. (H.R.Muslim buku Al Jami’ Abu Husain Muslim bin al- Hajjaj al-Naisaburi 261 H) Dari hadis di atas dapat digambarkan bahwa seorang kader adalah kader yang di dalam hatinya tidak ada rasa dendam, kebencian apalagi salaing mencacimaki atau saling mencederai dan saling berbuat keji.

(MPK PP Muhammadiyah : 2007:44-45) Profil kader Muhammadiyah sebagai hasil proses perkaderan adalah anggota inti yang diorganisir secara permanen dan berkemampuan dalam menjalankan tugas serta misi di lingkungan persyarikatan, umat dan bangsa guna mencapai tujuan Muhammadiyah.

Oleh karena itu hakikat kader Muhammadiyah bersifat tunggal, dalam arti hanya ada satu profil kader Muhammadiyah. Sedangkan fungsi dan tugas kader Muhammadiyah adalah bersifat majemuk dan berdimensi luas, baik ke dalam maupun keluar, yakni sebagai kader persyarikatan, kader umat, dan kader bangsa.

Fungsi dan tugas serta posisi kader dalam persyarikatan Muhammadiyah ini sangatlah penting karena kader dapat dikatakan sebagai inti pergerakan organisasi disamping sebagai syarat penting bagi

(22)

berlangsungnya regenerasi kepemimpinan. Bagi sebuah organisasi regenerasi kepemimpinan yang sehat karena ditopang oleh keberadaan kader-kader yang (qualified), selain akan menjadikan organisasi bergerak dinamis, juga formasi kepemimpinannya akan segar dan energik.

Kader Muhammadiyah sebagai hasil dari proses perkaderan adalah anggota inti yang diorganisir secara permanen dan berkemampuan dalam menjalankan tugas serta misi di lingkungan Persyarikatan, umat dan bangsa guna mencapai tujuan Muhammadiyah. Karena itu hakekat kader Muhammadiyah bersifat tunggal, dalam arti hanya ada satu profil kader Muhammadiyah. Sedangkan fungsi dan tugasnya bersifat majemuk dan berdimensi luas, yakni sebagai kader Persyarikatan, kader umat dan kader bangsa.

Sesuai dengan materi pembinaan dalam perkaderan, maka kader Muhammadiyah tersebut harus memiliki kriteria tertentu dalam aspek ideologi, ilmu pengetahuan, wawasan, dan kepemimpinan, sehingga kualitas Iman, Islam dan Ihsan terpadu pada dirinya dalam menjalankan tugas Persyarikatan. Profil kader Muhammadiyah harus mampu menunjukkan integritas dan kompetensi akademis dan intelektual, kompetensi keberagamaan dan kompetensi sosial-kemanusiaan guna menghadapi tantangan organisasi di masa depan.

Integritas dan kompetensi kader Muhammadiyah dalam tiga aspek ini dapat dipahami dalam nilai-nilai dan indikatornya yakni Memiliki Kompetensi

(23)

keberagamaan, yang dicirikan dengan nilai-nilai yakni Kemurnian aqidah (keyakinan berbasis tauhid yang bersumber pada ajaran Al Qur’an dan Sunnah Nabi yang sahih/maqbullah) kemudian Ketekunan beribadah senantiasa menjalankan ibadah mahdhah, baik yang wajib maupun yang (sunnat tathawwu’) sesuai tuntunan Rasullah, Keikhlasan (melakukan sesuatu semata-mata karena Allah SWT), Shidiq (jujur dan dapat dipercaya), Amanah (komitmen dan tanggung jawab moral yang tinggi dalam mengemban tugas) dan juga Berjiwa gerakan (semangat untuk aktif dalam Muhammadiyah sebagai panggilan jihad di jalan Allah).

Selain memiliki kompetensi keberagamaan juga memiliki Kompetensi akademis dan intelektual, yang dicirikan dengan nilai-nilai sebagai berikut Fathonah (kecerdasan pikiran sebagai (Ulil Albab), Tajdid (pembaruan dan berpikiran maju dalam mengembangkan kehidupan sesuai ajaran Islam), Istiqomah (konsisten dalam pikiran dan tindakan), Etos belajar (semangat dan kemauan keras untuk selalu belajar), dan Moderat (arif dan mengambil posisi di tengah).

Kader juga memiliki Kompetensi sosial kemanusiaan, yang dicirikan dengan nilai-nilai adalah sebagai berikut : Kesalehan (kepribadian yang baik dan utama), Kepedulian sosial (keterpanggilan dalam meringankan beban hidup orang lain), Suka beramal (gemar melaksanakan amal saleh untuk kemaslahatan hidup), dan Tabligh (menyampaikan kebaikan kepada orang lain, komunikatif dan terampil membangun jaringan). Keberadaan kader bagi

(24)

Muhammadiyah dengan segala kompetensinya, seolah memanifestasikan sosok ciptaan Allah yang terbaik ( khairul bariyyah), seperti dalam Q.S. Al Bayyinah ayat 7.





















Terjemahnya :

Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh, mereka itu adalah sebaik-baik makhluk. (Kementrian Agama RI :2010:

907)

Bagian dari umat yang terbaik ( khairu ummah ) Q.S. Ali Imran ayat 110

),

















































Terjemahnya :

Kamu adalah Umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. sekiranya ahli kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, diantara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik. (Kementrian Agama RI :2010: 80)

Menjadi kewajiban seluruh elemen persyarikatan Muhammadiyah terutama bagi kader dan pimpinan Muhammadiyah untuk senantiasa menjaga dan menghidupkan Persyarikatan Muhammadiyah di setiap tingkatan dalam rangka melaksanakan visi dan misi Muhammadiyah. Untuk

(25)

itu sebagai tindakan konkrit dalam menghidupkan Persyarikatan, maka disetiap ranting, cabang maupun Amal Usaha Muhammadiyah perlu dirumuskan beberapa hal prioritas.

Membangun kekuatan dan kualitas pelaku gerakan serta peran dan ideologi gerakan Muhammadiyah dengan mengoptimalkan sistem kaderisasi yang menyeluruh dan berorientasi ke masa depan. Keberadaan kader dan perkaderan tidak bisa ditawar-tawar lagi bagi kelangsungan gerak dan perjuangan Muhammadiyah sekarang dan dimasa depan. Baik buruknya organisasi Muhammadiyah pada masa yang akan datang dapat dilihat dari baik-buruknya pendidikan kader yang sekarang dilakukan. Jika pendidikan kader Muhammadiyah sekarang ini baik, maka Muhammadiyah pada masa yang akan datang akan baik. Sebaliknya apabila jelek, maka Muhammadiyah pada masa yang akan datang juga jelek.

Kewajiban dan tanggung jawab moril untuk menaruh kepedulian terhadap kader dan perkaderan ini tidak berbeda dengan peringatan Allah bagi umat islam agar memperhatikan anak keturunan atau generasi selanjutnya.

Jika Muhammadiyah harus merancang dan menyiapkan para kadernya secara sistematis dan organisatoris sehingga dapat dipastikan Muhammadiyah sebagai suatu organisasi akan lemah, loyo tidak berkembang, tidak ada aktifitas dan tidak memiliki prospek masa depan, karena itulah suatu organisasi harus memiliki konsep yang jelas terencana

(26)

dan sistematis dalam menyiapkan dan mengembangkan suatu sistem yang dapat menjamin keberlangsungan transformasi dan diversifikasi kader serta regenerasi kepemimpinan.

Perkaderan pada hakikatnya merupakan pembinaan personil anggota dan pimpinan secara terprogram dengan tujuan tertentu bagi persyarikatan, di Muhammadiyah perkaderan diarahkan pada pembinaan ideologi, (Muktamar Ke 45 di Malang ), pembinaan kepemimpinan (Muktamar ke 46 di Yogyakarta) membangun kekuatan dan kualitas para pelaku gerakan, ideologi gerakan dapat mengoptimalkan sistem kaderisasi yang menyeluruh dan beriorentasi ke masa depan dengan demikian perkaderan Muhammadiyah menjadi upaya penanaman nilai, sikap cara berpikir, serta peningkatan kompetensi dan integritas terutama dalam aspek ideologi, kualitas kepemimpinan, ilmu pengetahuan dan wawasan segenap pimpinan, kader, anggota serta warga Muhammadiyah, dengan kata lain dalam perkaderan harus terjadi penyadaran, peneguhan dan pengayaan.

Demikian pula dengan gerakan Muhammadiyah, dalam memasuki abad baru yang kedua, Muhammadiyah tidak akan lepas dari masalah dan tantangan yang harus dihadapi.

Tugas anggota, lebih-lebih kader dan pimpinan Muhammadiyah ialah bagaimana menghadapi masalah dan tantangan yang menghadang di depan itu dengan mencari jalan keluar dan langkah yang terbaik disertai komitmen dan kegigihan yang tinggi sebagaimana uswah hasanah nabi dalam

(27)

menghadapi masalah dan tantangan dalam perjuangan islam. Bukan menghindar, menjauh dan tunggang langgang dari masalah dan tantangan karena dirasa berat.

Kader – kader Muhammadiyah harus mampu mencari ruang yang tepat serta media yang bisa diterima oleh seluruh lapisan masyarakat awam sehingga dakwah Muhammadiyah dapat menembus di setiap tingkatan dan ragam budaya masyarakat. SDM Muhammadiyah harus senantiasa cerdik dan cermat memanfaatkan setiap media yang memungkinkan terbukanya peluang dakwah di semua kalangan terutama kalangan masyarakat bawah atau tradisional. Dari uraian diatas pada akhirnya tugas seorang kader persyarikatan Muhammadiyah adalah berkewajiban memelihara, melangsungkan dan menyempurnakan gerak dan langkah persyarikatan dengan penuh komitmen yang istiqomah, berkepribadian mulia ( shidiq, amanah, tabligh dan fatonah ) wawasan pemikiran dan visi yang luas, keahlian tinggi dan amaliah yang unggul sehingga Muhammadiyah menjadi gerakan Islam yang benar-benar menjadi rahmatan lil ‘alamin. (Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah, PP Muhammadiyah, 2000:5).

B. Muhammadiyah/Persyarikatan

Organisasi Islam Muhammadiyah yang kini lebih dikenal dengan sebutan Persyarikatan Muhammadiyah, didirikan oleh Muhammad Darwis yang kemudian dikenal dengan nama K.H. Ahmad Dahlan di

(28)

Kauman Yogyakarta, pada tanggal 8 Dzulhijjah 1330 H/18 Nopember 1912. Beliau adalah pegawai kesultanan Kraton Yogyakarta sebagai seorang Khatib dan sebagai pedagang. Melihat keadaan ummat Islam pada waktu itu dalam keadaan jumud, beku dan penuh dengan amalan - amalan yang bersifat mistik, beliau tergerak hatinya untuk mengajak mereka kembali kepada ajaran Islam yang sebenarnya berdasarkan Qur`an dan Hadist.

Pada masa kepemimpinan KH. Ahmad Dahlan (1912-1922), daerah pengaruh Muhammadiyah masih terbatas di karesidenan Yogyakarta, Surakarta, Pekalongan, dan Pekajangan. Selain Yogya, cabang-cabang Muhammadiyah berdiri di kota-kota tersebut pada tahun 1922. Pada tahun 1925, Abdul Karim Amrullah membawa Muhammadiyah ke Sumatera Barat dengan membuka cabang di Sungai Batang, Agam. Dalam tempo yang relatif singkat, arus gelombang Muhammadiyah telah menyebar ke seluruh Sumatera Barat, dan dari daerah inilah kemudian Muhammadiyah bergerak ke seluruh Sumatera, Sulawesi, dan Kalimantan. Pada tahun 1938, Muhammadiyah telah tersebar keseluruh Indonesia.

KH. A. Dahlan memimpin Muhammadiyah dari tahun 1912 hingga tahun 1922 dimana saat itu masih menggunakan sistem permusyawaratan rapat tahunan. Pada rapat tahun ke 11, Pemimpin Muhammadiyah dipegang oleh KH Ibrahim yang kemudian memegang Muhammadiyah hingga tahun 1934. Rapat Tahunan itu sendiri

(29)

kemudian berubah menjadi Kongres Tahunan pada tahun 1926 yang di kemudian hari berubah menjadi Muktamar tiga tahunan dan seperti saat ini menjadi Muktamar 5 tahunan. (Yusron Asrofie, KH. Ahmad Dahlan:

Pemikiran dan Kepemimpinannya, 2005:31-46)

Muhammadiyah juga mendirikan organisasi Otonom untuk kaum perempuan dengan Nama ‘Aisyiyah yang disitulah Istri KH. A. Dahlan, yakani Nyi Walidah Ahmad Dahlan berperan serta aktif dan sempat juga menjadi pemimpinnya.

Daftar Pimpinan Muhammadiyah Indonesia sejak berdirinya sampai sekarang, yang dapat penulis susun adalah sebagai berikut :

1. KH Ahmad Dahlan 1912-1922 2. KH Ibrahim 1923-1934

3. KH Hisyam 1935-1936 4. KH Mas Mansur 1937-1941 5. Ki Bagus Hadikusuma 1942-1953 6. Buya AR Sutan Mansur 1956 7. H.M. Yunus Anis 1959

8. KH. Ahmad Badawi 1962-1965 9. KH. Faqih Usman 1968

10. KH. AR Fachruddin 1971-1985 11. KHA. Azhar Basyir, M.A. 1990 12. Prof. Dr. H. M. Amien Rais 1995

(30)

13. Prof. Dr. H.A. Syafii Ma’arif 1998-2005 14. Prof. Dr. HM Din Syamsuddin 2005-2010 15. Prof. Dr. HM Din Syamsuddin 2010-2015

Sebagaimana disebutkan pada bagian pendahuluan di atas bahwa persyarikatan Muhammadiyah merupakan organisasi yang memiliki cita-cita ideal yaitu mewujudkan masyarakat Islam yang sebenar-benarnya. Hal itu sesuai dengan apa yang termaktub dalam Anggaran Dasar Muhammadiyah, Pasal 6 Maksud dan Tujuan: “Maksud dan tujuan Muhammadiyah ialah menegakkan dan menjunjung tinggi Agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam yang sebenar-benarnya”. Dengan cita-cita yang ingin diwujudkan itu, Muhammadiyah memiliki arah yang jelas dalam gerakannya (yakni dalam bentuk amal usaha, program, dan kegiatannya).

Untuk mencapai maksud dan tujuan itu, Muhammadiyah melaksanakan Da’wah Amar Ma’ruf Nahi Munkar dan Tajdid yang diwujudkan dalam usaha di segala bidang kehidupan . Agar dalam pelaksanannya tidak terjadi gesekan dan benturan yang dapat mengancam kesatuan umat, walaupun gesekan dan benturan pasti ada, namun diupayakan untuk diminimalisir. Maka diperlukan adanya pemikiran-pemikiran yang komprehensif di kalangan cendekiawan Muslim Muhammadiyah dan gerakan-gerakan yang nyata amaliyahnya.Namun dalam perjalanannya terjadi banyak varian pemikiran. Konteks sosial diklaim menjadi penyebab munculnya varian pemikiran dalam Muhammadiyah.

(31)

Ini terjadi dikarenakan Muhammadiyah memang banyak bergerak dalam bidang sosial; baik pendidikan, kesehatan, panti sosial yatim piatu, dll.

Dalam Muhammadiyah, seperti dalam pengantar Muhajir Effendy dan Din Syamsuddin pada acara Kolokium Nasional Kaum Muda Muhammadiyah pada tanggal 11-13 Februari 2008 di Universitas Muhammadiyah Malang, dinyatakan bahwa pemikiran-pemikiran dalam Muhammadiyah itu sangat variatif; ada yang sekte ulama, sekte cendekiawan, sekte pelayan, dan sekte penggembira. Keempat-empat berkembang dan ada pengikutnya masing- masing. Oleh sebab itu melihat Muhammadiyah hanya satu sekte saja sebenarnya agak kurang proporsional.

Melihat Muhammadiyah, karena itu, mestinya menyeluruh keempat sekte tersebut, sekalipun dikatakan paling banyak sebenarnya sekte penggembira dan pelayan, bukan ulama maupun cendekiawan.

Hal yang paling penting untuk kasus ini adalah bahwa semua varian pemikiran Islam itu merupakan proses pembaharuan (Tajdid) dan akan menjadi bahan pembaharuan di masa datang yang memang dihormati dalam khazanah persyarikatan Muhammadiyah.

Suandi Hamid (2003:97-107), mensinyalir bahwa pembaruan pemikiran modern Islam abad ke-20 adalah :

sebenarnya tidak jauh berbeda dengan gerakan pembaruan abad sebelumnya. Sebagian besar berkonsentrasi pada seruan untuk kembali pada alquran dan sunnah (hadits), ketaatan pada syariah. Jika bisa dikategorikan dalam tipologi maka ada pemikiran pra-modern,

(32)

modernisme, puritanisme, neo-tradisionalisme, sufisme, neo-sufirmse, fundamentalisme dan isme-isme yang lainnya.

Gerakan pembaruan sebelum abad ke-20 juga mengambil tipologi yang hampir sama, yakni ada neo-sufisme, radikalisme (seperti Kaum Padri) dan puritanisme.

Muhammad Azhar, (2005: 153). Adalah bahwa :

Pemikiran-pemikiran itu dibenarkan sepanjang dimaksudkan untuk menegakkan syariah Islamiyah, memperkokoh ukhuwah, menyempurnakan aqidah, meningkatkan semangat sosial, dan memperbaiki metodologi pelanyanan umat dan amal usaha Muhammadiyah, baik bidang pendidikan, kesehatan, dan sosial.

Kini Muhammadiyah makin dewasa dan arif dalam menyikapi tuntutan umat. Itulah sebabnya mengapa setiap lima tahun sekali diadakan muktamar Muhammadiyah sebagai wahana mempertemukan dan mempersatukan pemikiran-pemikiran yang berkembang di masyarakat terutama warga Muhammadiyah.

Dalam perkembangannya, Muhammadiyah sebagai organisasi sosial keagamaan, oleh Haedar Nasir (1994:125-127) mengatakan :

sebagai organisasi yang demikian hidmat dalam masalah amal (perbuatan nyata) seperti membangun sekolah, rumah sakit, panti asuhan, sehingga agak kurang memberikan perhatian serius pada pembaruan pemikiran, sebagai sebuah konsekuensi dari organisasi yang berusaha menterjemahkan tesis-tesis pembaruan pemikiran yang telah mendahuluinya.

Dari sana Muhammadiyah akhirnya terpusat perhatiannya pada amal dakwah, sehingga kurang perhatiannya pada perkembangan pemikiran, yang berakibat pada munculnya kegersangan intelektual, sebagai refleksi atas

(33)

tesis-tesis pembaruan pemikiran yang pernah muncul atau sebagai evaluasi terhadap amal dakwah yang diselenggarakan, hal ini berakibat pula pada membawa amal dakwah Muhammadiyah berlangsung dalam rutinitas dan berada di luar ide dasar penyelenggaraan, hal ini berakibat pula pada kurang efektifnya Muhammadiyah sebagai gerakan reformasi Islam.

Mobilisasi yang relatif besar dari Muhammadiyah untuk menyelenggarakan berbagai bentuk amal usaha dakwah dewasa ini agak kurang memiliki signifikansi bagi tuntutan terjadinya rekulturisasi” Islam Indonesia.

Padahal, jika amal usaha dakwah Muhammadiyah dibarengi dengan penguatan pembaruan pemikiran dalam Muhammadiyah, sungguh akan lain dampaknya. Inilah yang sebenarnya menjadi bagian penting dari masa depan Muhammadiyah yang memiliki banyak amal usaha dakwah dan jamaah yang relatif besar dibanding dengan ormas Islam lainnya.

Tentu, Muhammadiyah tidak boleh mengabaikan peran-peran dari kelompok (organisasi Islam) lainnya, tetapi Muhammadiyah juga tidak boleh berhenti dengan menyatakan organisasi Islam lain lebih maju atau kurang berperan di tanah air.

C. Pengembangan Amal Usaha Bidang Pendidikan dan Pengajaran

Amal Usaha Muhammadiyah adalah salah satu dari usaha-usaha untuk mencapai maksud dan tujuan persyarikatan yakni menegakkan dan menjunjung tinggi Amal Usaha Muhammadiyah sehingga terwujud

(34)

masyarakat islam yang sebenar-benarnya oleh karena itu semua bentuk Amal Usaha Muhammadiyah harus mengarah pada terlaksananya maksud dan tujuan persyarikatan dan seluruh pimpinan serta pengelola Amal Usaha berkewajiban untuk melaksanakan misi utama Muhammadiyah dengan sebaik-baiknya.

Amal Usaha Muhammadiyah milik persyarikatan sehingga persyarikan bertindak sebagai badan Hukum/ yayasan dari seluruh amal usaha, sehingga semua bentuk kepemilikan pesyarikatan hendaknya dan diinventarisasi dengan baik serta dilindungi dengan bukti kepemilikan yang sah menurut hukum yang berlaku, karena itu setiap pimpinan dan pengelolahan amal usaha Muhammadiyah di berbagai bidang dan tingkatan berkewajiban menjadikan amal usaha sebagai pengelolanya secara keseluruhan sebagai amanat umat yang harus ditentukan atau harus dijalankan dan dipertanggung jawabkan dengan sebaik-baiknya. Sebagaimana dijelaskan dalam surah Annisa ayat 57











































Terjemahnya :

“ dan orang-orang yang beriman dan mengerjakan amalan-amalan yang shaleh, kelak akan kami masukkan mereka kedalam surga yang didalamnya mengalir sungai-sungai, kekal mereka didalamnya, mereka didalamnya mempunyai isteri-isteri yang suci, dan kami

(35)

masukkan mereka ketempat yang teduh lagi nyaman” (Kementrian Agama RI :2010:113)

Berkembangnya amal usaha pendidikan yang maju, berkualitas dengan ciri khas pendidikan Muhammadiyah yang bersifat holistik, bertata kelola baik yang didukung oleh pengembangan sumberdaya sebagai wujud gerakan dakwah dan tajdid dalam membentuk manusia yang utuh sebagaimana tujuan pendidikan Muhammadiyah. Menurut malik Fajar bahwa gerak pendidikan adalah gerak menuju terwujudnya peradaban baru atau peradaban utama atau dengan kata lain Masyarakat madani yang didalamnya menggambarkan tingkat pencapaian tertentu dalam berbagai bidang keagamaan, pendidikan, moral, etika, kesenian, ilmu pengetahuan dan teknologi serta wawasan pemikiran.

Pendidikan Muhammadiyah kedepan dengan paradigma pembaruan, lebih lanjut Malik Fadjar harus terus menerus mengembangkan kemampuan mengantisipasi, mengerti dan mengatasi mengakomodasi, mereorientasi terhadap tantangan, tuntutan dan perubahan masa depan. Pendidikan Islam dalam kajian mempunyai lima tujuan umum yang asasi bagi pendidikan Islam yakni :

1. untuk membantu pembentukan akhlak mulia, kaum muslimin telah setuju bahwa pendidikan akhlak adalah jiwa pendidikan Islam.

2. persiapan untuk kehidupan dunia dan kehidupan akhirat.

3. persiapan untuk mencari rezeki dan pemeliharaan sebagai kemanfaatan.

(36)

4. menumbuhkan roh ilmiah pada pelajar dan memasukkan keinginan arti untuk mengetahui dan memungkinkan untuk mengkaji Ilmu.

5. Menyiapkan pelajar dari segi professional, teknis dan perusahaan supaya dapat menguasai profesi tertentu.

Pendidikan dalam Islam ditempatkan sebagai suatu yang esensial dalam kehidupan manusia melalui Pendidikan, manusia membentuk kepribadiannya, selain itu, melalui pendidikan manusia dapat memahami dan menerjemahkan lingkungan yang dihadapinya sehingga dapat menciptakan suatu karya yang gemilan.

Organisasi Muhammadiyah sebagai suatu gerakan dalam mengikuti perkembangan dan perubahan senantiasa mempunyai kepentingan untuk melaksanakan amar ma’ruf nahi munkar.Seperti halnya disebutkan dalam Al- Qur’an surah Ali Imran ayat 104































Terjemahnya :

“ dan hendaklah diantara kamu ada segolongan orang yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh berbuat yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar dan mereka itulah orang-orang yang beruntung”

(Kementrian Agama RI : 2010: 79)

(LPID UMS, 2006 :86-88) Adapun Usaha dan kegiatan Muhammadiyah yang terdiri dari 17 substansi sebagaimana yang tercantum

(37)

dalam konstitusi atau Anggaran Dasar Muhammadiyah sebagaimana terdapat pada Pasal 3 yakni sebagai berikut :

1. Menyebarluaskan Agama Islam terutama dengan memperingati dan menggembirakan tablig.

2. Memperingati dan memperdalam pengkajian ajaran Islam untuk mendapatkan kemurnian dan kebenarannya,

3. Memperteguh iman, mempergiat ibadah,meningkatkan semangat jihad dan mempertinggi akhlak.

4. Memajukan dan memperbaharui pendidikan dan kebudayaan, mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni serta memperingati penelitian menurut tuntunan Islam.

5. Menggembirakan dan membimbing Masyarakat untuk berwakaf serta membangun dan memelihara tempat ibadah.

6. Meningkatkan harkat dan martabat manusia menurut tuntunan islam, 7. Membina dan menggerakkan angkatan muda sehingga menjadi manusia

muslim yang berguna bagi agama, nusa, dan bangsa.

8. Membimbing masyarakat kearah perbaikan kehidupan dan mengembangkan ekonomi sesuai dengan ajaran islam,

9. Memelihara, melestarikan, dan memberdayakan kekayaan alam untuk kesejahteraan masyarakat,

10. Membina dan memberdayakan petani, nelayan, pedagang kecil, dan buruh untuk meningkatkan taraf hidupnya,

(38)

11. Menjalin hubungan kemitraan dengan dunia usaha,

12. Membimbing masyarakat dalam menunaikan zakat, infaq, shadaqah, hibah, dan wakaf.

13. Menggerakkan dan menghidup-suburkan amal tolong menolong dalam kebijakan dan taqwa dalam bidang pendidikan, kesehatan, social, pengembangan masyarakat dan keluarga sejahtera,

14. Menumbuhkan dan meningkatkan ukhuwah Islamiyah dan kekeluargaan dalam Muhammadiyah,

15. Menanamkan kesadaran agar tuntunan dan peraturan Islam diamalkan dalam masyarakat,

16. Memantapkan kesatuan dan persatuan bangsa serta peran dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, dan

17. Usaha-usaha lain yang sesuai dengan maksud dan tujuan Persyarikatan.

Dari 17 amal usaha yang dilakukan Muhammadiyah di atas, amal Usaha Muhammadiyah yang pertama kali dilakukan adalah melalui jalur pendidikan, baik secara formal maupun nonformal. hal ini sesuai dengan jalur pendidikan nasional yang disebutkan dalam pasal 13 bahwa jalur pendidikan terdiri atas pendidikan formal, nonformal, dan informal yang dapat saling melengkapi dan memperkaya.

Muhammadiyah dengan segala aspek terjangnya itu hanyalah merupakan konstruksi sosial dari surat Al-Ma’un. oleh karena itu secara ideologi Muhammadiyah adalah Al-Ma’unisme, sehingga warga

(39)

Muhammadiyah bisa disebut sebagai kaum Al-Ma’unis sebagai konsekuensi logis dari ideologi Al-Ma’unisme, maka orientasi keislaman kaum Al-maunis menjadi lebih antroposentris dari pada teosentris, dengan berbagai macam implikasinya, kaum Al-Ma’unis lebih eksoteris dalam beragama, lebih empati terhadap masalah-masalah berkaitan dengan yang tercipta dari pada sang pencipta.

Kiprah Muhammadiyah yang sangat ekstansif di bidang Pendidikan, kesehatan, dan kesejahteraan sosial adalah konsepsi, formulasi dan realisasi dari karakter Islam yang terpusat pada yang tercipta tersebut, dalam gerakan Muhammadiyah, konsep tentang yatim dan miskin dewasa ini belum mengalami perluasan makna, yatim sebetulnya bukan hanya secara harfiah anak yang sudah tidak memiliki orang tua, begitu juga dengan konsep miskin tidak sekedar kalangan masyarakat yang tidak berkecukupan dasar secara ekonomis, tetapi juga social bahkan spiritual. Gerakan Muhammadiyah di bidang pendidikan menemukan momentum sebagai pelopor. ketika Negara dan kelompok Masyarakat yang lain belum melakukannya namun setelah memasuki satu abad kiprahnya Muhammadiyah mulai kehilangan kepeloporan.

Peran Muhammadiyah di bidang Pendidikan mulai diadopsi oleh institusi dan terutama telah diakui oleh Negara. sehingga kiprah Muhammadiyah di bidang pendidikan dewasa ini mengalami kemerosotan yang agak tajam karena gagal melakukan inovasi dalam menghadapi

(40)

kompotitor yang sebetulnya mereka dulu meniru Muhammadiyah, kompotitor itu termasuk Negara. Dalam pembahasan pengembangan Amal Usaha Muhammadiyah di atas penulis dapat mnyimpulkan bahwa di dalam pengembangan amal usaha Muhammadiyah harus mempunyai niat yang tulus dan ikhlas dalam melaksanakan kegiatan yang ada tanpa mengharapkan imbalan demi mencapai maksud dan tujuan persyarikatan dan seluruh pimpinan serta pengelola amal usaha Muhammadiyah berkewajiban melaksanakan misi utama Muhammadiyah dengan sebaik- baiknya sebagai misi dakwah.

D. Peranan Kader Muhammadiyah dalam Pengembangan Amal Usaha Bidang Pendidikan dan Pengajaran.

(Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2002:854) bahwa Peran adalah seperangkat tingkah yang diharapkan memiliki oleh orang yang berkedudukan dalam masyarakat Muhammadiyah sebagai gerakan dakwah amar ma’ruf nahi munkar serta tajdid adalah salah satu kreasi manusia muslim dalam upaya untuk menggerakkan dan membimbing umat agar mampu melaksanakan fungsi dan peranannya. Dalam rangka kelangsungan hakekat dan misinya Muhammadiyah sangat memerlukan tumbuhnya kader pelopor, pelangsung dan penyempurna cita-cita sekaligus sebagai stabilisator, dinamisator dalam gerak perjuangannya. Muhammadiyah, Gerakan Sosial, Keagamaan Modernis, Muhammadiyah didirikan oleh KH.A.

Dahlan didasari oleh dua faktor, yaitu:

(41)

1. Faktor internal : Faktor internal yaitu faktor yang berkaitan dengan

ajaran Islam itu sendiri secara menyeluruh

2. Faktor eksternal : Faktor eksternal adalah faktor-faktor yang berada di

luar Islam.

Maka pendidikan Muhammadiyah adalah salah satu faktor internal yang mendasari Muhammadiyah didirikan. Pada masa awal berdirinya Muhammadiyah lembaga-lembaga pendidikan yang ada dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok besar sistem pendidikan. Dua sistem pendidikan yang berkembang saat itu yakni adalah Sistem pendidikan tradisional pribumi yang diselenggarakan dalam pondok-pondok pesantren dengan Kurikulum seadanya. Proses penanaman pendidikan pada sistem ini pada umumnya masih diselenggarakan secara tradisional, dan secara pribadi oleh para guru atau kyai dengan menggunakan metode srogan (murid secara individual menghadap kyai satu persatu dengan membawa kitab yang akan dibacanya, kyai membacakan pelajaran, Selain itu al-Qur’an sendiri merupakan materi pertama yang harus diajarkan kepada siswa. Rasulullah SAW telah bersabda:

ِﻔﻟْا ﻰَﻠَﻋ ُﺪَﻟ ْﻮُﯾ ٍد ْﻮُﻟ ْﻮَﻣ ﱡﻞُﻛ : ﱡﻲِﺒﱠﻨﻟا َلﺎَﻗ : َلﺎَﻗ ُﮫْﻨَﻋ ُﷲ ﻲ ِﺿ َر َة َﺮْﯾ َﺮُھ ِﻲﺑَا ْﻦَﻋ ِة َﺮْﻄ

ُﯾ ْوَا ِﮫِﻧاَدِّﻮَﮭُﯾ ُها َﻮْﺑَﺎَﻓ ِنﺎَﺴ ِّﺠَﻤُﯾ ْوَا ِﮫِﻧا َﺮ ِّﺼَﻨ

(ﻢﻠﺴﻣ هاور) .

Artinya:

(42)

‘Dari Abi Hurairah ra, bahwa Nabi saw. bersabda: setiap anak yang lahir, dilahirkan dalam keadaan fitrah, maka orang tualah yang menjadikan ia Yahudi, Nasrani atau Majusi’. (HR. Muslim, Abu Hurairah 1427 H/ 2007 M).

Tipe pendidikan pertama menghasilkan pelajar yang minder dan terisolasi dari kehidupan modern, akan tetapi taat dalam menjalankan perintah agama, sedangkan tipe kedua menghasilkan para pelajar yang dinamis dan kreatif serta penuh percaya diri, akan tetapi tidak tahu tentang agama, bahkan berpandangan negatif terhadap agama. Hadis Rasulullah Saw bersabda :

ﺎَﻣُﻋ ُنْﺑ ُدْﯾِﻌَﺳ ﺎَﻧَـﺛ شٍﺎﱠﺑَﻋ ُنْﺑ ﱡﻲِﻠَﻋ ﺎَﻧــَﺛ ﱡﻲِﻘْﺷِﻣِّدﻟا ِدْﯾِﻟ َوﻟْا ُنْﺑ ُسﺎﱠﺑَﻌﻟْا ﺎَﻧَﺛﱠدَﺣ ﻰَﻧ ْرَﺑ ْﺧَا َة َر

َسَﻧَأ ُتْﻌ ِﻣَﺳ نِﺎَﻣْﻌُﻧ ُنْﺑ ُثرِﺎَﺣﻟْا ِ ْوُﺳ َر ْنَﻋ ُثِّدَﺣُﯾ ٍكﻟِﺎَﻣ َنْﺑ

ﺳو ﮫﯾﻠﻋ ﷲ لﺻ َلﺎَﻗ مﻠ

ِﻛَا .ْمُﮭَﺑﱠدَاا ْوُﻧِﺳْﺣَا َو ْمُﻛَدَﻻ ْوَااوُﻣر (يرﺎﺧﺑ هاور)

Artinya:

Diwirayatkan kepada 'Abbs Ibn al-Wald al-Dimisqiy, diriwayatkan kepada 'Aliy Ibn 'Abbs, diriwayatkan Sa'd Ibn 'Umrah, disampaikan kepda al-Ibn Nu'mn, saya mendengar Anas Ibn Mlik bahwa Rasululah Saw. bersabda:

"Muliakanlah anak-anakmu dan perbaikilah pendidikannya". (Muhammad bin Ismail Abu Abdillah al-Bukhari, buku Shahih Al Bukhari 1427 H/ 2007 M).

Memajukan dan memperbaharui pendidikan dan kebudayaan, mengembangakan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni serta mempergiat penelitian menurut tuntunan Islam. menggembirakan dan membimbing masyarakat untuk membangun dan memelihara tempat ibadah dan waqaf, membina, menggerakkan kader muda Muhammadiyah dan mengembangkan ekonomi sesuai dengan ajaran Islam.

(43)

BAB III

METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian lapangan (Field Reserch) yakni penulis turun langsung ke lokasi penelitian untuk memperoleh data tentang peranan Kader Muhammadiyah dalam Pengembangan Amal Usaha Bidang Pendidikan di Kabupaten Kepulauan Selayar.

Menurut Beni Ahmad Saebani (2008:122) mengatakan bahwa kualitatif adalah sebagai berikut :

Kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti kondisi objek yang alamiah (sebagai lawannya adalah eksperimen), yaitu penelitian adalah instrument kunci, teknik gabungan, analisis data bersifat induktif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi.

Jenis penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian deskriptif kualitatif dengan melalui wawancara, observasi, dan dokumentasi, guna memperoleh suatu kesimpulan yang akurat dan dapat dipertanggung jawabkan ataupun kondisi konkrit yang terjadi pada masa sekarang.

B. Lokasi dan Objek Penelitian

Lokasi penelitian ini adalah lokasi dimana tempat melakukan penelitian, Sebagaimana yang tercantum pada judul skripsi ini dengan jelas menunjukkan bahwa penelitian ini berlokasi di Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kabupaten Kepulauan Selayar, sedangkan objek penelitian

(44)

adalah Kader Muhammadiyah sebagai responden dalam penulisan skripsi ini.

C. Variabel Penelitian

Variabel adalah kondisi-kondisi yang oleh peneliti dimanipulasi, dikontrol atau diobservasi dalam satu penelitian. Jadi gejala-gejala menunjukkan variasi baik dalam jenisnya maupun dalam tingkatannya disebut variabel.

Oleh karena itu maka variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel bebas dan terikat yaitu peranan Kader Muhammadiyah sebagai variabel terikat sedangkan Pengembangan Amal Usaha Bidang Pendidikan sebagai variabel bebas.

D. Defenisi Operasional Variabel

Peranan Kader Muhammadiyah adalah untuk mengembangkan Muhammadiyah di Kabupaten Kepualauan Selayar dari sisi amal usaha bidang pendidikan sehingga amal usaha Muhammadiayah pada bidang pendidikan mengalami perkembangan. terlepas dari itu kader Muhammadiyah harus lebih mengembangkan perannya dalam konteks pengembangan amal usaha bidang pendidikan. Kader Muhammadiayah menjadi tumpuan atau menjadi harapan bagi Muhammadiyah di Kabupaten Kepulauan Selayar dalam mengembangkan amal usaha Muhammadiyah pada bidang pendidikan, sehingga Muhammadiyah di Kabupaten Kepulauan Selayar memiliki perhatian yang serius terhadap pendidikan dan pengajaran.

(45)

E. Populasi dan Sampel a. Populasi

Populasi adalah seluruh jumlah orang atau penduduk di suatu daerah atau keseluruhan dari obyek penelitian. Menurut S. Margono menyebutkan bahwa :

Populasi adalah keseluruhan obyek penelitian yang terdiri dari manusia, gejala-gejala, nilai tersebut, atau peristiwa-peristiwa sebagai sumber data yang memiliki karakteristik tertentu di dalam suatu penelitian.

Populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan Kader Muhammadiyah di Kabupaten Kepulauan Selayar yang terdiri Pimpinan Daerah Muhammadiyah 50 orang. Kader Muhammadiyah 610 orang, yang terdiri dari IMM Kabupaten Kepulauan Selayar, Asyiah Kabupaten Kepulauan Selayar, Pemuda Muhammadiyah Kabupaten Kepulauan Selayar, Jadi semuanya jumlah populasi sebanyak 660 orang. Untuk lebih jelasnya keadaan populasi dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 1

Keadaan Populasi

No Kader dan Lembaga Jenis Kelamin

Jumlah Laki-laki Perempuan

1 IMM Selayar 250 150 400

2 Aisyiah Selayar - 60 60

3 Pemuda Muhammadiyah 100 50 150

4 PD Muhammadiyah Selayar 50 - 50

Jumlah 400 260 660

Sumber Data : Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kabupaten Kepulauan Selayar Tahun 2013

(46)

Populasi Amal Usaha Muhammadiyah Bidang Pendidikan Kabupaten Kepulauan Selayar adalah sebagai berikut :

Tabel 2

No Amal Usaha Bidang Pendidikan Lokasi Jumlah

1 SMA Muhammadiyah Benteng 1 Unit

2 SMP Muhammadiyah Benteng 2 Unit

3 MI Aisyiyah benteng Benteng 2 unit

4 TK Aisyiyah Benteng 1 Unit

Jumlah 6 Unit

Sumber Data : Sekretariat Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kabupaten.

Kepulauan Selayar tahun 2013.

b. Sampel

Sampel adalah sebagian objek atau wakil dari populasi yang akan diteliti. Dinamakan penelitian sampel apabila kita bermaksud menggeneralisasikan hasil penelitian sampel. Menggeneralisasikan adalah mengangkat kesimpulan penelitian sebagai sesuatu yang berlaku bagi populasi tujuan penelitian sampel adalah untuk memperoleh keterangan tentang objek penelitian dengn cara mengambil sebagian dari populasi.

Mardalis mangatakan (2009:35) mendefinisikan : bahwa sampel sebagai contoh yaitu sebagian dari seluruh individu yang menjadi obyek penelitian.

Sampel yang digunakan harus dapat mewakili populasi. Suharsimi Arikunto (2002) Penelitian ini berbentuk penelitian kualitatif sesuai prosedur penelitian

(47)

apabila subjek kurang dari seratus maka lebih baik diambil semua untuk diteliti dan apabila subjeknya lebih dari seratus maka diambil antara 10-15 % atau 20-25 atau lebih, Karena subjeknya lebih dari seratus maka peneliti mengambil sampel 25 orang atau 24,1% atau sesuai dengan kemampuan peneliti, maka besarnya sampel yang akan di ambil sebanyak 25 orang.

Tabel 3 Sampel Penelitian

No Kader dan Lembaga Jenis Kelamin

Jumlah Laki-laki Perempuan

1 IMM Selayar 5 6 11

2 Aisyiah Selayar - 4 4

3 Pemuda Muhammadiyah 4 - 4

4 PD Muhammadiyah Selayar 6 - 6

Jumlah 16 9 25

Tabel 4

Nama-nama Sampel Penelitian yang aktif di Bidang Pendidikan

No Lembaga Nama Mata Pelajaran/jabatan

1. IMM Selayar 1. Muh. Irfan, S.Pd Matematika

2. Nur Ida. S.Pd.I PAI

3. Jumriana, S.Pd.I PAI

4. Mesrawati, S.Pd.I PAI

5. Salwati Umar Mulok

6. Masita, S.Pd.I SBK

7. Muh. Amin PAI

8. Firdaus, S.Pd.I PAI

9. Yunita Mahdalena TU

10. Sudarsono, S.Pd.I BHS. Arab

11. Nur Alim, S.Pd.I PKN

2. Aisyiah Selayar 1. Sitti Ihdani, S.Ag BHS. Arab 2. Dra. Sitti Ruhana BHS. Indonesia 3. Jumriana Palaloi, S.Pd PAI 4. Andi Fitriani, S.Pd Sosiologi 3. Pemuda Muhammadiyah 1. Hasrianto, S.Pd.I BHS. Arab

2.Nur Rahmat Jaya, S.Pd.I PAI 3. Sudirman. M, S.Pd.I PAI

4. Roslani, S.Pd.I PAI

4. PDM Selayar 1. Drs. Ruknuddin, MM Kepala Sekolah

(48)

2. Drs. Abdul Gani, M.Pd.I DIKDASMEN

3. Drs. Tasman Kepala Sekolah

4. H. Muh.Idris, S.Pd.I BHS. Arab 5. Drs. Abdullah BHS Indonesia 6. Drs Gazali.M.Pd Kepala Sekolah

F. Instrumen Penelitian

Menurut Suharsimi Arikunto instrumen penelitian adalah alat yang di gunakan pada waktu melaksanakan penelitian. dalam hal ini penulis menggunakan beberapa teknik sebagai berikut:

1. Pedoman Observasi

Menurut Rachman (2006:77) mengatakan bahwa observasi adalah pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap gejela-gejela yang tampak pada objek penelitian. Teknik ini dimaksudkan adalah pengamatan secara langsung dan pencatatan seperlunya tentang data- data dan keterangan-keterangan yang menyangkut pembahasan skripsi ini.

2. Pedoman Interview

Menurut Rachman (2006:83) mengatakan bahwa wawancara adalah pengamatan informasi dengan cara mengajukan pertanyaan secara lisan untuk dijawab secara lisan.

Ciri utama dari wawancara adalah kontak langsung dangan tatap muka antara interview dan sumber informasi. Penulis mengumpulkan data dengan cara mengadakan wawancara atau Tanya jawab secara

(49)

langsung dengan para Kader-kader Muhammadiyah di Kabupaten Kepulauan Selayar.

3. Pedoman Angket

Pedoman angket Menurut Abdurrahmat Fathoni (2006:111) mengatakan bahwa:

Angket adalah teknik pengumpulan data melalui penyebaran kusioner(daftar pertanyaan atau isian) untuk diisi langsung oleh responden seperti yang dilakukan dalam penelitian untuk menghimpun pendapat umum.

Berpijak dari defenisi itu, maka penulis mengedarkan angket dengan berupa pertanyaan tertulis kepada Kader Muhammadiyah dalam rangka untuk memperoleh keterangan tentang peranan Kader Muhammadiyah dalam pengembangan Amal Usaha Bidang Pendidikan dan pengajaran di Kabupaten Kepulauan Selayar.

4. Dokumentasi

Menurut Suharsimi Arikunto (2002:236) mengatakan bahwa dokumentasi adalah metode mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, prasasti, agenda dalam penelitian. Metode pengumpulan data melalui arsip-arsip atau sumber-sumber tertulis yang relevan dengan permasalahan penelitian.

G. Teknik Pengumpulan Data

Dalam pengumpulan data-data yang ada dilapangan, maka penulis menempuh dua tahap yakni sebagai berikut :

(50)

1. Tahap persiapan

Tahap persiapan ini merupakan tahap awal yakni melalui suatu kegiatan sebelum penulis terjung kelapanagan untuk mengumpulkan data yakni meliputi kegiatan administrasi atau bersifat teknis seperti membuat draf skripsi dan mengurus surat-surat izin penelitian yang bersangkutan. Dalam tahap ini observasi dilakukan sebagai tahap awal dalam memulai penelitian lebih lanjut

2. Tahap pengumpulan data

Dalam tahap pengumpulan data penelitian menggunakan dua macam cara pengumpulan data yakni :

a) penelitian lapangan (field research) yaitu teknik pengumpulan data dengan jalan mengadakan penelitian data di lapangan, maka penulis menggunakan teknik-teknik pengumpulan data adalah sebagai berikut : 1) Observasi adalah pengamatan dan pencatatan dengan sistematis

fenomena-fenomena yang akan diteliti atau diselidiki.

2) Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data yang di peroleh melalui dokumen-dokumen.

3) Wawancara adalah suatu bentuk komunikasi verbal yaitu semacam percakapan yang bertujuan memperoleh informasi.

4) Angket adalah daftar pertanyaan yang tertulis yang digunakan untuk memperoleh data atau keterangan tertentu dari responden.

(51)

a) Penelitian Kepustakaan (Library Research) yaitu dengan membaca buku yang berkaitan atau mempunyai relevansi dengan objek pembahasan skripsi, maka dari itu penulis menggunakan cara sebagai berikut :

1) Kutipan langsung yakni penulis mengutip pendapat-pendapat para ahli secara langsung yang sesuai redaksi aslinya. Tanpa mengolah kata- kata teks yang tertulis dari suatu buku atau karya ilmiah.

2) Kutipan tidak langsung yaitu dengan mengutip pendapat-pendapat para ahli dengan sedikit merubah redaksinya namun maksud dan tujuannya sama.

3) Ikhtisar, yaitu penulis menyaring pendapat yang telah dikutip kemudian menarik suatu kesimpulan.

H. Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini analisis data yang dimaksud adalah sebagai serangkaian kegiatan mengelola data yang dikumpulkan dari lapangan untuk dianalisa menjadi seperangkat informasi atau setelah penulis mengumpulkan data, selanjutnya penulis mengelola data.

Sebagaimana Menurut pendapat Moleong sebagaimana yang dikutip oleh Syaiful Annur (2005:12):

Analisis data adalah proses merinci data secara formal untuk menemukan tema dan hipotesis seperti di sarankan oleh data yang bertujuan untuk mengorganisasikan data yaitu mengatur, mengurutkan, mengelompokkan, memberi kode dan mengomentari

(52)

sehingga proses analisis data tersebut melibatkan sikap peneliti terhadap responden.

Adapun teknik analisis data tersebut dengan menggunakan teknik sebagai berikut :

1) Induktif dalam teknik penulisan pengelolahan data yang dimulai dari hal-hal yang bersifat khusus kemudian disimpulkan pada hal-hal yang bersifat umum.

2) Deduktif dalam teknik ini penulis mengelola data mulai dari hal-hal yang bersifat umum ke hal-hal yang bersifat khusus.

3) Metode komperatif dalam tehnik ini penulis mengelola data dengan membandingkan antara pendapat yang satu dengan pendapat yang lain kemudian mengambil suatu kesimpulan.

Adapun Rumus yang digunakan penulis dalam pengelolaan data sebagai berikut:

P = F/N X 100%

P = Persentase jawaban diamati F = Frekuensi jawaban responden N = Jumlah responden

Gambar

Tabel 3 Sampel Penelitian
Tabel  di atas  menunjukkan  bahwa 2 orang atau  8 persen  yang menyatakan sangat  berkembang, kemudian 15 orang  atau 60 persen  yang menyatakan berkembang, 6 orang  atau 24 persen menyatakan kurang berkembang,dan  2  orang  atau  8  persen  menyatakan  t

Referensi

Dokumen terkait

Sehubungan dengan evaluasi Dokumen Penawaran Saudara untuk pekerjaan REHABILITASI PUSKESMAS BABAT KECAMATAN BABAT, maka bersama ini diharap kehadirannya besok pada :.. Membawa

Berdasarkan berita acara hasil evaluasi dokumen penawaran bahwa hanya 1 (satu) peserta yang memasukkan yaitu nomor 17/PK-ULP.MRS/PIV.042/APBD- RSUD/VII/2015 tangggal 24 Juli 2015

Populasi dalam penelitian ini adalah Pembudidaya Ikan di Kecamatan Pinoh Utara yang terkumpul dalam Kelompok Pembudidaya Ikan dengan jumlah 5 Kelompok yang terdiri dari 75

suatu unit konseptual. 13 Dimana struktur kognitif berhubungan dengan struktur ingatan yang secara tetap terbentuk dari apa yang sudah dibentuk sebelumnya.

Pada makalah ini rumah pasangan batu bata akan di modelkan dan dianalisis menggunakan bantuan software ETABS v9.7.4 dengan asumsi rumah pasangan batu bata tersebut berada

Dari penelitian yang telah dilakukan dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut. 1) Link state ISIS yang sering digunakan sebagai protocol routing pada jaringan

Dimulai dari tahap Pengetesan Material Agregat Kasar & Agregat Halus, perhitungan campuran beton Mix Desain, pengecekan kandungan air dalam material (pasir