• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGGUNAAN JARGON KOMUNITAS SEPEDA SOLO RAYA DALAM PERCAKAPAN DI MEDIA SOSIAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENGGUNAAN JARGON KOMUNITAS SEPEDA SOLO RAYA DALAM PERCAKAPAN DI MEDIA SOSIAL"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

161 oleh/by

Kalpika Cahya Buana Elita Ulfiana

Tadris Bahasa Indonesia, Universitas Islam Negeri Raden Mas Said Surakarta Jalan Pandawa Pucangan, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah, Indonesia

Pos-el: kalpikapipin16@gmail.com

*) Diterima: 8 Juli 2021; Disetujui: 13 Agustus 2021

ABSTRAK

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh penelitian mengenai penggunaan jargon dalam komunitas sepeda. Tujuannya adalah mendeskripsikan penggunaan jargon dalam hal bentuk, makna, dan fungsi yang digunakan oleh komunitas Sepeda Solo Raya. Penelitian ini berjenis deskriptif kualitatif. Sumber data berupa percakapan dalam grup Facebook dan WhatsApp komunitas Sepeda Solo Raya. Data dalam penelitian ini diperoleh dengan teknik dokumentasi dan teknik catat. Penganalisisan data menggunakan metode padan dan agih. Hasil dari penelitian ini adalah ditemukan bentuk penggunaan jargon yang didasarkan pada proses pembentukan istilah beserta asal istilahnya, yakni bentuk tunggal, afiksasi, reduplikasi, pemajemukan, abreviasi, dan frasa, yang berasal dari bahasa Indonesia, bahasa Inggris, dan bahasa Jawa. Makna jargon dapat dikategorikan menjadi tiga jenis, yakni makna denotatif, konotatif, dan istilah. Berdasarkan fungsinya, jargon memiliki 13 fungsi, yakni memberikan perintah, menyampaikan imbauan, memberikan perhatian atau menyanjung, menyampaikan permintaan, memberikan persetujuan, menyampaikan penolakan, menyampaikan larangan, memberikan informasi, menyampaikan fakta, membuat pernyataan, menyampaikan pemberitahuan, menyingkap perasaan, dan memberikan pertanyaan.

Kata kunci: jargon, grup media sosial, komunitas sepeda ABSTRACT

This research is motivated by research on the use of jargon in the bicycle community. The aim is to describe the use of jargon in terms of form, meaning, and function used by the Solo Raya bicycle community. This article was a descriptive qualitative study. The data sources are conversations in the Facebook and WhatsApp groups of the Solo Raya Bike community. The data in this study were obtained by documentation and note-taking techniques. Analysis of the data using the matching and agih method. The results of this study are found forms of jargon usage based on the process of forming the term and the origin of the term, namely singular form, affixation, reduplication, compounding, abbreviation, and phrases, which come from Indonesian, English, and Javanese. The meaning of jargon can be categorized into three types, namely denotative, connotative,

(2)

162

and term meanings. Based on its function, jargon has 13 functions, namely giving orders, conveying appeals, paying attention/flattering, asking for requests, giving approval, conveying rejections, conveying prohibitions, providing information, conveying facts, making statements, conveying notifications, expressing feelings, and asking questions.

Keywords: jargon, social media group, bicycle community

PENDAHULUAN

Seiring berkembangnya peradaban manusia, bahasa juga mengalami perkembangan dalam berbagai hal.

Salah satunya adalah penggunaan bahasa yang sudah dipengaruhi oleh faktor sosial sehingga terjadi penggunaan bahasa yang beragam.

Peristiwa ini biasa disebut dengan variasi bahasa. Menurut Chaer dan Agustina (2004: 61), variasi bahasa terjadi tidak disebabkan oleh para penuturnya saja, tetapi juga kegiatan dalam interaksi sosial yang banyak ragamnya. Selain itu, seorang penutur mempunyai kemampuan komunikatif berupa kemampuan berbahasa yang pengungkapannya disesuaikan dengan fungsi dan situasi konteks sosialnya.

Variasi bahasa menurut Ohoiwutun (2002: 54) bersumber dari adanya perbedaan tingkat dan kedudukan sosial dalam masyarakat tutur yang mengakibatkan munculnya suatu keragaman yang bersifat khusus, yang lazim dituturkan oleh suatu kelompok tertentu. Pengertian tersebut sejalan dengan anggapan yang dikemukakan oleh Inderasari dan Oktavia (2018: 163–

178) bahwa terjadinya variasi bahasa akibat adanya fungsi bahasa dan keragaman sosial yang keduanya memenuhi fungsi sebagai alat untuk berinteraksi dalam kegiatan masyarakat.

Kegiatan masyarakat yang mengakibatkan terjadinya variasi bahasa salah satunya adalah kegiatan bersepeda.

Seperti yang sedang terjadi pada masa

pandemi tahun kedua ini, khususnya di daerah Solo dan sekitarnya, masyarakat diimbau untuk tetap melakukan kegiatan bekerja dan belajar dari rumah. Namun, tidak jarang ditemukan masyarakat yang mulai melakukan kegiatan di luar rumah dengan menjalankan dan mematuhi protokol kesehatan yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Salah satu kegiatan yang belakangan ini sering dilakukan oleh masyarakat di lingkungan Solo adalah bersepeda.

Kegiatan ini dilakukan oleh masyarakat Solo sebagai bentuk olahraga agar dapat menjaga imunitas tubuh dengan baik.

Kegiatan ini dilakukan oleh masyarakat dalam wadah komunitas bersepeda.

Menurut Rofek (2017: 2–3), komunitas merupakan sebuah perkumpulan dari beberapa atau banyak masyarakat yang saling memiliki keterkaitan yang erat, baik dari segi sosialnya maupun komunikasinya, khususnya dalam penggunaan bahasa. Komunitas sepeda di Solo dan sekitarnya sangat beragam, salah satu komunitas yang aktif bersepeda di setiap akhir pekan adalah Komunitas Sepeda Solo Raya.

Komunitas Sepeda Solo Raya merupakan komunitas sepeda terbesar di kota Solo. Walaupun berbasis di Kota Solo, komunitas ini tidak hanya memiliki anggota yang tinggal di Kota Solo saja, tetapi juga memiliki anggota yang tinggal di wilayah Solo Raya atau eks-Karesidenan Surakarta. Komunitas ini berdiri diawali dari pembuatan grup sebagai sarana komunikasi antarsesama pecinta sepeda di luar grup jual beli

(3)

163 sepeda. Selain itu, anggota komunitas

Sepeda Solo Raya memiliki keragaman latar belakang, seperti pengelola toko online, sales, buruh pabrik, pedagang, pengelola bengkel, pengusaha, kuli, kurir, guru, dosen, dan masih banyak latar belakang lainnya. Keberagaman latar belakang yang terdiri atas berbagai status sosial yang berbeda, profesi yang majemuk, dan rentang usia yang berbeda tersebut tidak menjadi masalah dalam pembentukan komunitas bersepeda itu. Berdasarkan kegemaran yang sama antaranggota, kemudian dibentuklah suatu perkumpulan dengan tujuan dan kecenderungan minat yang sama. Adanya tujuan dan minat yang seragam tersebut, variasi sosial yang ada pada setiap individu menjadi tersamarkan. Dengan demikian, terciptalah suatu hubungan kedekatan yang tidak lagi memandang variasi sosial antarindividu, tetapi memandang tujuan dan kegemaran yang sama, yaitu sama-sama menyalurkan hobi dalam bersepeda. Kesamaan cara pandang dan kegemaran tersebut menjadikan interaksi yang digunakan pun memiliki kesepakatan atau konvensi bersama.

Istilah-istilah tertentu yang digunakan komunitas tertentu dalam kajian sosiolinguistik disebut dengan jargon. Jargon dapat juga dikatakan sebagai kosakata bersifat khusus yang digunakan untuk berkomunikasi dalam kehidupan suatu lingkungan tertentu (Sugono dalam Kurnia, dkk., 2013: 2).

Jargon termasuk dalam salah satu bentuk variasi bahasa yang melihat pada segi pemakaiannya (Kurnia, dkk., 2013:

2). Menurut Chaer dan Agustina (2004:

68), variasi bahasa hanya dipergunakan oleh suatu kelompok sosial tertentu.

Penggunaannya dalam kelompok tertentu menjadikannya tidak dapat dipahami secara gamblang oleh

masyarakat umum, tetapi tidak bersifat rahasia. Pendapat lain menyatakan bahwa variasi bahasa merupakan sebuah bentuk dari adanya pemakaian suatu bahasa yang berbeda-beda antara satu orang penutur dengan penutur lainnya karena adanya faktor tertentu (Waridah, 2015: 86). Selain itu, menurut Muslim dan Oktavia (2019: 64) variasi bahasa termasuk juga sebagai suatu jenis ragam bahasa yang penggunaannya disesuaikan dengan situasi dan fungsinya dengan tidak mengindahkan kaidah pokok yang diberlakukan dalam bahasa yang dimaksudkan. Hal ini dapat terjadi akibat dari adanya keberagaman sosial dan fungsi dari bahasa itu sendiri.

Menurut Suminar (2018: 8), penggunaan jargon dalam komunitas sepeda masih sangat jarang diketahui oleh kebanyakan orang. Masyarakat umum cenderung tidak mengetahui bahwa komunitas sepeda memiliki

bahasa pemersatu dalam

komunikasinya. Jargon mencakup segala bentuk kata dan istilah yang dikembangkan oleh kelompok- kelompok sosial, dengan menggunakan kata atau istilah yang tidak dipahami secara luas (Ardiansyah, Indriani, dan Riyanto, 2014: 329). Dalam hal ini, jargon bukan termasuk dalam suatu bahasa yang bersifat khusus, tetapi lebih pada sebuah cara dalam bertutur secara khas dan berbeda bagi suatu kelompok tertentu yang menggunakan ungkapan- ungkapan bahasa yang lebih mudah atau bahasa sehari-hari.

Dalam berkomunitas, terutama komunitas sepeda, tentunya tidak hanya sekadar melakukan kegiatan bersepeda bersama-sama, tetapi juga terjalinnya suatu hubungan baru yang mengakibatkan adanya komunikasi untuk berbagi cerita dan pengalaman bersepeda yang telah dilaluinya.

(4)

164

Berbagai cerita dan pengalaman tidak hanya dilakukan dalam interaksi saling bertemu dalam aktivitas bersepeda, tetapi juga berlangsung di media sosial, seperti di grup dan Facebook. Grup- grup sosial media komunitas Sepeda Solo Raya dapat dikatakan cukup aktif dalam interaksi antaranggotanya.

Keaktifan ini didasari oleh obrolan mengenai kegiatan bersepeda, baik tempat tujuan yang bagus untuk didatangi dengan bersepeda atau hanya sekadar membicarakan mengenai sepeda yang digunakan. Adanya keaktifan interaksi dalam grup sosial media inilah yang memunculkan istilah- istilah khusus dalam komunitas Sepeda Solo Raya ini.

Oleh karena itu, penelitian ini dibuat dan dilakukan untuk melihat perkembangan penggunaan ragam bahasa jargon dalam Komunitas Sepeda Solo Raya berdasarkan bentuk, makna serta fungsinya. Bentuk dari suatu istilah memiliki dua dasar, yakni bentuk istilah berdasarkan proses pembentukannya dan asal bahasanya. Berdasarkan proses pembentukannya, bahasa terbagi menjadi tiga pengelompokan, yakni bentuk kompleks, bentuk tunggal, dan bentuk frasa. Menurut Ramlan (2009:

28), bentuk kompleks terdiri atas afiksasi yang berupa prefiks, sufiks, infiks, dan konfiks, pengulangan atau reduplikasi yang berupa pengulangan penuh, pengulangan sebagian, pengulangan kombinasi, pengulangan dengan perubahan fonem, dan pemajemukan. Selanjutnya, bentuk kompleks menurut Kridalaksana (2007:

12) mencakup beberapa hal, yaitu afiksasi, reduplikasi, dan abreviasi yang berupa singkatan, penggalan, dan akronim. Bentuk jargon berdasarkan asal bahasanya dapat dibagi menjadi tiga asal, yaitu kosakata bahasa

Indonesia, bahasa serumpun, dan bahasa asing dengan cara penyerapan, penerjemahan, dan atau penyerapan dan penerjemahan sekaligus (Depdiknas, 2000: 4).

Menurut Chaer (2015: 289–296) makna dalam ilmu semantik digolongkan menjadi beberapa jenis, yaitu makna leksikal, makna gramatikal, makna kontekstual, makna denotatif, makna konotatif, makna konseptual, makna asosiatif, makna istilah, dan makna idiom. Istilah fungsi juga dapat dimaknai sebagai persamaan dari kata penggunaan. Selain itu, Kridalaksana (dalam Aslinda dan Leni, 2010: 89) mengemukakan bahwa kata fungsi mengarah pada penggunaan bahasa dengan tujuan tertentu. Halliday (dalam Aslinda dan Leni, 2010: 91–92) mengemukakan bahwa fungsi bahasa dapat dibedakan menjadi tujuh, yaitu fungsi instrumental, fungsi regulasi, fungsi representasi, fungsi interaksional, fungsi personal, fungsi heuristik, dan fungsi imajinatif.

Penelitian ini memiliki kesamaan dengan penelitian yang dilakukan oleh Jusmianti Garing (2017) dengan judul

―Penggunaan Jargon oleh Komunitas Waria di Jejaring Sosial Facebook‖.

Penelitian tersebut berisi mengenai penggunaan jargon dalam komunitas waria dengan ditemukan 53 bentuk jargon yang sebagian besar istilah jargon tersebut sudah mengalami substitusi kata dari kata aslinya. Penelitian tersebut mengupas tentang jargon dalam komunitas, sama seperti penelitian yang akan dilakukan ini, tetapi perbedaan dengan penelitian ini adalah dalam objek komunitasnya. Penelitian yang dilakukan oleh Jusmiati Garing menggunakan komunitas waria, sedangkan penelitian ini menggunakan komunitas pesepeda.

(5)

165 Penelitian ini menggunakan

pendekatan deskriptif kualitatif dengan menggunakan kajian sosiolinguistik.

Walaupun menggunakan kajian sosiolinguistik, penelitian ini juga memerlukan penggunaan kajian linguistik lainnya untuk dapat meneliti mengenai bentuk, makna, serta fungsi dari ragam jargon yang ditemukan.

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini berupa tuturan dalam unggahan status dan percakapan yang dilakukan oleh anggota Komunitas Sepeda Solo Raya dalam grup WhatsApp dan Facebook.

Pengumpulan data dilakukan dengan teknik dokumentasi berupa foto tangkap layar dan teknik catat.

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode padan dan metode agih. Metode padan digunakan untuk menganalisis makna dan fungsi, kemudian metode agih digunakan untuk menganalisis bentuk jargon. Proses analisis data dapat dilakukan berdasarkan langkah- langkah berikut, 1) langkah pertama, diawali dengan menelaah seluruh data yang ditemukan. 2) setelah

dilakukannya pembacaan,

pembelajaran, serta penelaahan, kemudian dilakukan penelitian sementara dengan membuat rangkuman dari inti dan proses yang terjadi dalam penelitian. 3) melakukan penyusunan data secara menyeluruh dalam satu tabel serta diklasifikasikan menurut data yang diperoleh.

HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan pengamatan pada penelitian yang dilakukan, ditemukan adanya penggunaan jargon dalam Komunitas Sepeda Solo Raya. Jargon

yang berjumlah 108 jargon. Dari keseluruhan data yang ditemukan, dapat diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu berdasarkan bentuk jargon, makna jargon, dan fungsi jargon. Berikut analisisnya.

Bentuk Jargon Komunitas Sepeda Bentuk jargon dalam penelitian ini didasarkan pada proses pembentukan dan asal bahasanya. Bentuk jargon yang digunakan oleh Komunitas Sepeda Solo Raya pada penelitian ini, terdapat bentuk afiksasi, reduplikasi, pemajemukan, singkatan, penggalan, akronim, bentuk tunggal, dan frasa.

Keseluruhan bentuk tersebut didasarkan pada proses pembentukannya. Istilah- istilah jargon yang terdata diklasifikasikan berdasarkan asal bahasanya, yaitu bahasa Indonesia, bahasa Inggris, dan bahasa Jawa.

Berikut tabel rincian jumlah bentuk jargon komunitas sepeda.

Tabel 1

Bentuk Jargon Komunitas Sepeda Bentuk Jargon

Jumlah Berdasarkan proses

pembentukan

Berdasar- kan asal

bahasa Bentuk Jenis Asal

bahasa

Afiksasi

Prefiks

B. Indo 6

15 B. Jawa +

B.Ingg 1 B. Indo + B. Jawa 4 Sufiks

B. Indo 2 B. Indo + B. Jawa 1 Konfiks B. Indo 1 Redupli-

kasi

Penuh B.Indo 2 B.Jawa 5

2 Kombi-

nasi 1

Pemaje-

mukan - B. Indo 6

B.Indo + 2 10

(6)

166

B. Jawa

B. Jawa 2

Abre- viasi

Singkatan

B. Indo 2

22 B. Ingg 7 B. Jawa 2 Penggal-

an B.Indo 1

Akronim

6 B. Jawa + B. Ingg 1 B. Jawa 3

Tunggal

- B. Indo 15

B. Ingg 13 32 Serapan B. Ingg 2

- B. Jawa 2

Frasa -

B. Indo 11

24 B. Ingg 3 B. Indo + B. Ingg 7 B. Indo + B. Jawa 3

Total3 108

Bentuk Tunggal

Bentuk tunggal dalam penelitian ini lebih mengarah pada kata dasar dari suatu istilah. Bentuk tunggal merupakan suatu satuan gramatikal yang satuannya tidak bisa lebih kecil lagi (Ramlan, 2009: 28). Jargon komunitas yang berbentuk tunggal dibagi menjadi tiga berdasarkan asal bahasanya, yaitu bahasa Indonesia, bahasa Inggris, dan bahasa Jawa. Berikut analisis datanya.

(1) A : goweser kawakaann

B : kelingan aku mas e iki, mbiyen pas gowes dewean ngetan, reti-reti ditutne seko mburi wong numpak motor, tak tunggu-tunggu kok ra nyalip, malah mepet terus, bareng aku mandek malah ketoke jenenge

C : dudu artis neng wong terkenal👍

(2) A : terpantau kak @PTarSSR arah Gentan.. wus wus..

B : Speed brp kak

A : up 40… boncengan sisan C : ngerih

A : ora sak baene… pokok e

👍👍👍 ngeten 😊

(3) A : agendakan saja… sapa tau bisa ikut mengintili dari belakang…

A : mantab joglosemar melu ahh

😃

B : siap kmrn mas Eko suruh nyolek mau remidi katanya..😃

A : siap

(4) A : mantab mas nya ini yg tadi pagi tak sapa di sepanjang Kartasuro akhirnya upload Menanjak Perih juga B : rencana mung recovery

cdak2an mlh enek sing ngejak rute kejam mau pas nang boyolali😅😄 gass 😂 A : next rute gass Telomoyo om,

siap diajak kewer xixixi Terdapat empat jargon yang termasuk dalam bentuk tunggal, yakni pada data (1) gowes, (2) speed, (3) remidi, dan (4) kewer. Gowes memiliki makna sebagai ‗sebutan untuk kegiatan bersepeda‘. Speed bermakna ‗kecepatan dalam bersepeda‘. Remidi bermakna

‗mengulang kembali‘. Kewer bermakna

‗lelah/capai/tidak kuat‘. Keempat istilah tersebut termasuk dalam bentuk tunggal karena kata tersebut termasuk kata dasar dan satuannya tidak bisa lebih kecil lagi.

Terdapat perbedaan dari keempat jargon tersebut, yakni terletak pada asal bahasanya. Jargon gowes berasal dari bahasa Indonesia, jargon speed berasal dari istilah asli bahasa Inggris, jargon remidi berasal dari serapan bahasa Inggris, dan jargon kewer berasal dari bahasa Jawa.

(7)

167 Bentuk Kompleks

Afiksasi

Afiksasi adalah proses mengimbuhkan bentuk tunggal maupun kompleks pada suatu satuan yang bertujuan untuk membentuk kata baru (Arsita, Rusminto, dan Fuad, 2014: 2). Bentuk afiks yang ditemukan dalam jargon komunitas sepeda terbagi menjadi tiga jenis, yaitu prefiks, sufiks, dan konfiks.

Berikut analisis datanya.

(5) A : terpantau kak @PTarSSR arah Gentan.. wus wus..

B : Speed brp kak

A : up 40… boncengan sisan C : ngerih

A : ora sak baene… pokok e

👍👍👍 ngeten 😊

(6) A : rute mana mas, kok sampe sore

B : rutene ngering jateng iku mas.

A : mengeringkan, hla petuk teng klego kulo jam 10 pon teko omah.. hla niki kok ngasi sore seh lanjut…

B : kayake sampe kopeng kok mas

(7) A : Nuntun pas ndangak- ndangak wae torpedone selip-selip

B : wow… ngar tenan

C : aku trimo nuntun.. mw petuk mtb do diekrak sak colt B : kui sing arep DH nan

mungkin

Pada data (5) terpantau, (6) ngering, dan (7) diekrak termasuk dalam bentuk afiksasi prefiks. Jargon terpantau berasal dari pembubuhan prefiks {ter-}

+ kata dasar {pantau}. Jargon ngering berasal dari pembubuhan prefiks atau ater-ater dalam bahasa Jawa {ng-} + kata {ring} dalam bahasa Inggris sehingga terbentuk kata ngering. Jargon diekrak berasal dari pembubuhan prefiks

{di-} + dan kata {ekrak} dalam bahasa Jawa.

{ter-}+{k. dasar} → {ter-}+{pantau}

→ terpantau

{ng-} + (k. dasar) → {ng-} + {ring}

→ ngering

{di-} + (k. dasar) {di-} + {ekrak}

→ diekrak

Kata ngering merupakan kata kerja dengan makna ‗bersepeda mengelilingi suatu daerah‘. Kata ngering terbentuk akibat adanya penggabungan antara prefiks atau ater-ater (istilah dalam bahasa Jawa) {ng-} yang bertemu dengan kata dasar dalam bahasa Inggris {ring} sehingga terbentuklah kata ngering yang bermakna ‗mengitari‘.

Kata ekrak berasal dari bahasa Jawa yang berarti ‗keranjang untuk mengangkut sampah‘. Akan tetapi, kata diekrak dalam hal ini bermakna lain, yaitu ‗diangkut menggunakan mobil karena ada masalah saat bersepeda‘.

Dengan demikian, jargon ngering termasuk dalam bentuk afiksasi prefiks yang berasal dari campuran antara bahasa Indonesia dan bahasa Inggris dan jargon diekrak termasuk dalam bentuk afiksasi prefiks yang berasal dari bahasa Indonesia dan bahasa Jawa.

(8) A : goweser kawakaann

B : kelingan aku mas e iki, mbiyen pas gowes dewean ngetan, reti-reti ditutne seko mburi wong numpak motor, tak tunggu-tunggu kok ra nyalip, malah mepet terus, bareng aku mandek malah salaman mas Ariyanto ketoke jeneng e 😅

C : dudu artis neng wong terkenal👍

(9) Ampun dibully namung goes keweran 😂😂

Data (8) goweser dan (9) keweran, termasuk dalam bentuk afiksasi sufiks.

(8)

168

Sufiks adalah pembubuhan afiks yang terletak di bagian belakang kata dasar.

Jargon goweser dan keweran berasal dari kata dasar {gowes} + sufiks {–er}

dan kata {kewer} dalam bahasa Jawa + sufiks {–an}.

{k. dasar} + {-er}→ {gowes} + {-er}

→ goweser

{k. dasar} + {-an} → {kewer} + {-an}

→ keweran

Jargon goweser dan keweran tersebut memiliki kata dasar yang berasal dari dua bahasa yang berbeda.

Kata gowes berasal dari bahasa Indonesia dan kata kewer berasal dari bahasa Jawa sehingga jargon keweran termasuk dalam bentuk afiksasi sufiks yang berasal dari campuran antara bahasa Jawa dengan bahasa Indonesia.

(10) A : genah wiuuu wiuuuu B : enggih, tapi engga ikut kak

🙏 pengawalan

C : ngawal sopo😄diperjelas ndak tumbukan ko

B : ngawal garangan😂😂😂

Pada data (10) pengawalan termasuk dalam bentuk afiksasi konfiks.

Konfiks adalah pembubuhan afiks pada bagian depan dan belakang kata dasar.

Jargon pengawalan berasal dari pembubuhan konfiks {peN-/-an} + kata dasar {kawal}, sehingga terbentuklah kata pengawalan.

{peN-} + {k. dasar} + {-an}

→ {peN-} + {kawal} + {-an}

→ pengawalan

Jargon pengawalan dalam kamus bermakna ‗penjagaan, pengawasan‘, sedangkan jargon pengawalan dalam komunitas sepeda bermakna ‗kegiatan dalam mendampingi dan menjaga atau mengantar seseorang ke suatu daerah tujuan‘.

Reduplikasi

Reduplikasi dapat diartikan sebagai suatu proses morfemis yang dilakukan dengan merepetisi atau mengulang bentuk dasarnya secara menyeluruh maupun sebagian (Verhaar, 2008:

152). Dalam komunitas sepeda ditemukan juga adanya jargon dengan bentuk reduplikasi. Berikut analisis datanya.

(11) A : tipis-tipis ning cemoro sewu.

Sik gandel nanjak gunung lawu kie. Semboyane mesti banter-banter sing penting kelakon.

(12) B : timik-timik oom penting tekan 😅😆

A : pernah ketemu pas gowes di Kemuning, sampeyan pas arah sandi cetho saya turun.

Hoby nanjak-nanjak ya mas.

B : iya omm 😅

(13) A : aku mau malah ketemu mas yutuber pas neng IP, karo mas dan mbak atlet hehehe B : who mengkih nek pun online

nyuwun mas kersane di jak rute syahdu

C : janu joni to

C : siap mas… bakalan dieret- eret

Terdapat dua jargon berbentuk reduplikasi, yaitu jargon pada data (11) tipis-tipis, (12) timik-timik, dan (13) dieret-eret. Pada data (11) dan (12) sama-sama termasuk dalam pengulangan penuh atau seluruh karena terdapat pengulangan keseluruhan pada kata dasarnya, yakni kata tipis diulang menjadi tipis-tipis dan kata timik diulang menjadi timik-timik. Kata tipis dalam kamus bermakna ‗tipis, atau sedikit antara permukaan yang satu dengan yang lainnya (barang-barang yang pipih)‘. Hal ini tentu berbeda dengan makna jargon dalam komunitas sepeda.

Jargon tipis-tipis dan timik-timik dalam

(9)

169 komunitas sepeda sama-sama dapat

diartikan sebagai ‗pelan-pelan‘. Selain itu, jargon timik-timik yang memiliki kata dasar timik berasal dari bahasa Jawa sehingga jargon timik-timik termasuk dalam bentuk reduplikasi yang berasal dari bahasa Jawa. Sementara itu, jargon pada data (9) termasuk dalam reduplikasi kombinasi. Hal ini disebabkan terdapat kombinasi antara bentuk afiks dengan reduplikasi, yakni afiks {di-} + kata reduplikasi {eret- eret}. Kata eret-eret sendiri berasal dari kata eret dalam bahasa Jawa sehingga jargon dieret-eret berbentuk reduplikasi kombinasi yang berasal dari bahasa Jawa.

Pemajemukan

Pemajemukan adalah digabungkannya dua kata dasar atau lebih secara padu sehingga menghasilkan suatu makna yang baru (Muslich, 2010: 57). Dalam komunitas sepeda ditemukan juga adanya jargon dengan bentuk pemajemukan. Berikut analisis datanya.

(14) A : penak e gowes ditemani istri B : SIM biar lancar kayak jalan

tol 😂😂 mo nyang sarangan napak tilas mu jane mau mas… neng sikilku wis kram2 e.. pilih balik ae abott yen sarangan mesti ambyar baline

A : besok tak tiru ah caranya…

😂😂

(15) A : tukang banter muncul (16) B : mantep pokok e… wong

bakoh kabeh C : joss om

Data (14) napak tilas, (15) tukang banter, dan (16) wong bakoh termasuk dalam bentuk pemajemukan. Hal ini disebabkan adanya penggabungan antara dua kata dasar yang menghasilkan makna baru. Jargon

napak tilas memiliki arti yang berbeda ketika kedua penggabungan kata antara napak dan tilas dipisahkan. Napak tilas dalam komunitas sepeda bermakna

‗mengulang jalur/rute sebelumnya‘.

Jargon tukang banter dan wong bakoh pada data (11) dan (12) juga memiliki arti yang berbeda ketika penggabungan kedua katanya dipisahkan. Jargon tukang banter dapat diartikan sebagai

‗sebutan bagi orang yang bersepeda dengan cepat‘. Jargon ini berasal dari campuran bahasa Indonesia pada kata tukang dan bahasa Jawa banter.

Selanjutnya, jargon wong bakoh dapat diartikan sebagai ‗sebutan bagi orang yang kuat bersepeda‘. Jargon ini berasal dari bahasa Jawa karena kedua kata dasarnya sama-sama berasal dari bahasa Jawa.

Abreviasi Singkatan

Singkatan merupakan sebuah proses

memendekkan huruf lalu

menggabungkan huruf termasuk juga yang dieja huruf demi huruf (Kridalaksana, 2007: 162). Berikut analisis datanya.

(17) A : pun pindo PP mayan wkwkwk

B : rono terakhir desember tesih ditutup

(18) A : NR tipis-tipis

B : mantap kak… kangen NR jane

C : Absen NR

(19) Gowes IP bersama teman2 pisroti pemandangan nya pas bagus…

mantap lur.

Terdapat tiga data jargon yang berbentuk singkatan, yaitu (17) PP, (18) NR, dan (19) IP. Ketiga jargon tersebut merupakan bentuk dari memendekkan lalu menggabungkan yang dieja huruf demi huruf.

(10)

170

Pulang Pergi PP

Dapat dilihat dari ilustrasi di atas, jargon PP dibentuk dengan cara memendekkan kata aslinya yang diambil dari setiap huruf awal katanya kemudian digabungkan dengan pemendekan kata berikutnya. Jargon PP merupakan pemendekan dari Pulang Pergi. Begitu pula pada jargon NR pada data (18) yang merupakan pemendekan dari Night Ride, dan jargon IP pada data (19) yang merupakan pemendekan dari Irung Petruk. Terdapat perbedaan antara ketiga jargon tersebut, yakni asal bahasa pada katanya. Jargon PP (Pulang Pergi) memiliki kata yang berasal dari bahasa Indonesia, jargon NR (Night Ride) memiliki kata yang berasal dari bahasa Inggris, sedangkan jargon IP (Irung Petruk) memiliki kata yang berasal dari bahasa serumpun/bahasa Jawa.

Penggalan

Penggalan dapat diartikan sebagai suatu proses memendekkan yang mengekalkan salah satu bagian dari leksemnya (Kridalaksana, 2007: 162).

Berikut analisis datanya.

(20) A : 😂😂😂 jebul eeee adohhh ter 😂

B : tetap idolahhh speed argo C : loh sampeyan melu tow mas,

kok ra temu D : fatamorgana

Terdapat satu data jargon yang termasuk dalam bentuk penggalan, yakni data jargon (20) ter. Istilah ter berasal dari kata master dengan proses memendekkan dan mengekalkan salah satu bagian dari kata tersebut. Kata ter biasa digunakan dalam percakapan antara anggota komunitas sepeda untuk memenggal kata master yang juga merupakan jargon komunitas sepeda.

Akronim

Akronim dapat diartikan sebagai salah satu pemendekan dalam suatu suku kata, huruf, atau bagian lain yang dapat ditulis serta diucapkan seperti sebuah kata (Kridalaksana, 2007: 162). Berikut analisis datanya.

(21) Nderek absen..gocapan.. no pading yo gringgingen

(22) A : pit e opname no gonaku B : numpak BMX tekan ngendi

kui?

C : nyoride ning RF wae A : mbuh kui… takkon nyubo

mo jenggrik..

D : lapangan kertonatan (23) KEMPIT (Kemis Ngepit)

Tepat ketika ulat mengira dunia tekah berakhir, dia berubah menjadi kupu-kupu. #SHB

#GowesExplore #GowesPitnik

#bedojalurtetepsedulur #Musuk

#Boyolali #Solo #MTB26

#Specialized #Giant

Terdapat tiga data jargon yang berbentuk akronim, yakni (21) gocapan, (22) nyoride, dan (23) kempit.

Gowes Cari Sarapan GoCaPan

Jargon gocapan berasal dari hasil pemendekan istilah gowes cari sarapan, dengan mengambil satu suku kata pertama pada kata pertama dan keduanya dan suku kata terakhir pada kata ketiganya, kemudian pemendekan tersebut digabungkan menjadi satu sehingga dapat diucapkan menjadi sebuah kata, yakni gocapan. Begitu pula, jargon pada data (22) dan (23).

Jargon nyoride berasal dari istilah nyore dan ride. Kata nyore berasal dari proses afiksasi ({ny-} + {sore} menjadi {nyore}) yang dipendekkan menjadi nyo- dan kata ride digunakan tetap seperti kata aslinya sehingga menjadi

(11)

171 nyoride. Terkadang jargon ini juga

dituliskan dengan nyored dan jargon ini memiliki kata yang berasal dari campuran antara bahasa Jawa dan bahasa Inggris. Jargon kempit berasal dari pemendekan istilah Kemis ngepit.

Kata Kemis dipendekkan dengan mengambil suku kata pertamanya menjadi Kem, kemudian kata ngepit dipendekkan dan diambil suku kata terakhirnya menjadi pit sehingga dapat terucap seperti sebuah kata, yakni kempit. Istilah jargon kempit memiliki kata yang berasal dari bahasa serumpun sehingga jargon kempit berasal dari bahasa serumpun.

Bentuk Frasa

Frasa adalah satuan gramatik yang terdiri atas dua kata atau lebih dengan tidak melampaui batas fungsi dari unsur klausa (Ramlan, 2005: 138). Pada penelitian ini ditemukan jargon berbentuk frasa. Berikut analisis datanya.

(24) A : Salam dua pedal. Satu aspal. Walau beda komunitas sepeda tetap kita saudara

B : 👍👍👍

(25) Bismillah. C1000 jilid 5. Salam dulur SSR. Tetap solo Ride, Single Ride.

(26) A : Kadang single gowes itu asyik, ora ono sing disalip, raono sing nyalip…

B : lokasi mana ni kak… pakai sepeda apa kak…

A : lokasi Giritontro-Wonogiri sepeda mtb, di upgrade jd hybrid

(27) A : team ngorak-arik peleton.

B : was wus…

Data jargon (24) salam dua pedal, (25) single ride, (26) single gowes, dan (27) team ngorak-arik peleton termasuk

dalam bentuk frasa. Keempat jargon tersebut termasuk dalam bentuk frasa karena pada kata salam, single, single, dan team ngorak-arik merupakan unsur pusat, sedangkan kata dua pedal, ride, gowes, dan peleton merupakan unsur atributif. Selain itu, pada keempat contoh tersebut terdapat penggabungan dua kata dengan tidak melampaui batas fungsi dari unsur klausa. Terdapat perbedaan dari keempat jargon tersebut yaitu terletak pada asal bahasanya.

Jargon salam dua pedal berasal dari bahasa Indonesia, jargon single ride berasal dari bahasa Inggris, jargon single gowes berasal dari campuran antara bahasa Inggris dengan bahasa Indonesia, dan jargon team ngorak-arik peleton berasal dari campuran antara bahasa Indonesia dengan bahasa Jawa.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa jargon komunitas Sepeda Solo Raya memiliki enam bentuk, yakni bentuk afiksasi, reduplikasi, pemajemukan, abreviasi, bentuk tunggal, dan bentuk frasa yang berasal dari bahasa Indonesia, bahasa Inggris, bahasa Jawa, dan bahasa campuran. Kemudian bentuk jargon komunitas Sepeda Solo Raya didominasi oleh bentuk tunggal. Bentuk tunggal ini ditemukan paling banyak karena penggunaan kata atau istilah berbentuk tunggal mudah dituturkan dan diingat dari segi struktur dan maknanya.

Makna Jargon Komunitas Sepeda Makna jargon komunitas sepeda cenderung bermakna jelas sesuai dengan kata atau istilah yang digunakan, baik makna yang sebenarnya maupun makna yang tidak sebenarnya. Jadi, makna jargon komunitas sepeda cenderung bermakna sebenarnya sesuai konteks atau makna yang tidak sebenarnya atau

(12)

172

makna kias. Ditemukan 108 jargon komunitas sepeda dengan tiga jenis makna dalam penelitian ini yang terdiri atas 49 jargon makna denotatif, 24 jargon makna konotatif, dan 35 jargon makna istilah. Berikut penelitian makna jargon Komunitas Sepeda Solo Raya.

Makna Denotatif

Makna denotatif dan makna leksikal merupakan jenis makna yang sama.

Makna denotatif merupakan makna yang dimiliki oleh suatu leksem atau merupakan makna yang sebenarnya, dan atau merupakan makna yang ada dalam kamus. Penjelasan selengkapnya dapat dilihat pada data berikut.

(28) Menanjak again setelah terkendala cuaca 😅😄

tanjakan e marai mele2 😅😄

(29) A : jos

B : 👍 👍 👍 👍 C : kelas elite D : mantep

Jargon pada data (28) Menanjak dan (29) Kelas Elite merupakan jargon yang memiliki makna denotatif, yakni makna yang dimiliki oleh suatu leksem, makna yang sebenarnya, dan atau makna yang ada di dalam kamus. Istilah menanjak di dalam kamus bermakna

‗menganjur ke atas, mendaki, memanjat, naik agak miring (tentang jalan)‘. Istilah menanjak dalam komunitas sepeda bermakna ‗jalan yang naik atau melewati jalan yang lebih tinggi‘. Hal ini menandakan bahwa makna jargon menanjak sama dengan makna kata menanjak yang ada dalam kamus.

Selanjutnya, jargon kelas elite dalam komunitas sepeda memiliki makna sebagai sebutan bagi orang yang dianggap paling baik dalam bersepeda.

Kemudian, istilah kelas elite dalam kamus dipisah antara kelas dan elite.

Kata kelas dalam kamus bermakna

‗tingkatan, golongan‘, sedangkan kata elite bermakna ‗orang-orang terbaik atau pilihan dalam suatu kelompok‘.

Berdasarkan makna dari kedua hal tersebut, makna kelas elite dalam kamus dan jargon komunitas sepeda adalah sama.

Makna Konotatif

Makna konotatif dapat diartikan sebagai makna yang diimbuhkan pada makna denotatif yang disertai dengan nilai-nilai rasa dari seorang penutur yang memakai kata tersebut. Selain itu, makna konotatif biasa juga disebut dengan makna tidak sebenarnya. Penjelasan selengkapnya dapat dilihat pada data berikut.

(30) Minggu ngaspal 28022021 Tgc Pekanbaru

#jembatansiak4

(31) A : nyus nyoss syahduuu,ki..

B : eksekusi mas A : ngendi ki mas

B : arah Purwantoro (64/A) Pada jargon (30) ngaspal dan (31) eksekusi merupakan dua jargon komunitas sepeda yang memiliki makna konotatif. Hal ini disebabkan pada kedua jargon tersebut mengandung makna yang tidak sebenarnya. Jargon ngaspal atau mengaspal (bahasa Indonesia) dalam kamus bahasa Indonesia berarti melapisi jalan dengan aspal. Kemudian ,makna jargon ngaspal dalam komunitas sepeda berarti melakukan kegiatan bersepeda.

Selanjutnya jargon eksekusi. dalam kamus bermakna ‗pelaksanaan hukuman badan peradilan‘. Namun, dalam jargon komunitas sepeda istilah eksekusi bermakna ‗dilakukan atau dikejakan (bersepeda)‘. Hal ini memiliki kesamaan seperti jargon ngaspal, jargon eksekusi ini juga sebagai bentuk

(13)

173 pergantian atas melakukan atau

mengerjakan kegiatan bersepeda. Dapat dilihat penggunaannya pada penggalan data di atas.

Makna Istilah

Makna istilah dapat diartikan sebagai makna yang jelas, makna yang pasti, dan tidak meragukan walaupun tanpa adanya konteks. Makna ini lebih dipakai dalam bidang keilmuan atau kegiatan- kegiatan tertentu saja. Berikut penjelasan selengkapnya.

(32) A : sanggang, tikum alkit jam 6 (33) B : artise seli

C : katane kamu ke tawangmangu kak

D : yohhh

Terdapat data jargon (32) tikum dan (33) seli yang memiliki makna istilah, yakni makna yang bersifat jelas, pasti dan tidak meragukan tanpa adanya konteks. Jargon tikum berasal dari akronim kata titik kumpul yang bermakna titik berkumpulnya para anggota. Berdasarkan kata tersebut sudah jelas terlihat dan pasti sehingga bisa disimpulkan bahwa kata tikum adalah tempat atau titik berkumpul. Hal ini sejalan antara makna dan katanya yang sudah pasti dan bersifat jelas.

Begitu pula dengan jargon seli.

Jargon seli berasal dari akronim kata sepeda lipat yang bermakna sepeda yang dapat dilipat menjadi lebih kecil dari ukuran yang sebenarnya. Sama halnya seperti jargon tikum, jargon seli juga dapat diketahui dengan pasti dan jelas maknanya berdasarkan kata pembentuknya.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa makna jargon komunitas Sepeda Solo Raya memiliki tiga jenis, yakni jargon yang bermakna denotatif, jargon bermakna konotatif, dan jargon yang bermakna istilah.

Makna jargon komunitas Sepeda Solo Raya didominasi oleh jargon yang bermakna denotatif. Hal ini disebabkan penggunaan kata atau istilah yang memiliki makna denotatif atau makna yang sebenarnya dapat dengan mudah diingat maksud atau maknanya, serta mudah dipahami.

Fungsi Jargon Komunitas Sepeda Penggunaan istilah jargon dalam kehidupan maupun dalam suatu komunitas tentunya tidak terlepas dari adanya fungsi-fungsi tertentu. Dalam hal ini penggunaan jargon memiliki beberapa fungsi yang dapat diketahui melalui penelitian ini. Fungsi jargon yang ditemukan dalam komunitas sepeda terdapat 13 fungsi, yang terdiri atas fungsi untuk memberikan perintah, menyampaikan imbauan, memberikan perhatian/menyanjung, meminta permintaan, memberikan persetujuan,

menyampaikan penolakan,

menyampaikan larangan, memberikan informasi, menyampaikan fakta, pembuat pernyataan, menyampaikan pemberitahuan, menyingkap perasaan, dan fungsi untuk memberikan pertanyaan. Berikut tabel fungsi jargon komunitas sepeda.

Tabel 2

Fungsi Jargon Komunitas Sepeda

No. Fungsi Jumlah

1. Memberikan Perintah 1 2. Menyampaikan Imbauan 9 3. Memberikan

Perhatian/Menyanjung 12 4. Meminta Permintaan 3 5. Memberikan Persetujuan 2 6. Menyampaikan Penolakan 3 7. Menyampaikan Larangan 1 8. Memberikan Informasi 43 9. Menyampaikan Fakta 20 10. Pembuat Pernyataan 1

(14)

174

11. Menyampaikan

Pemberitahuan 2

12. Menyingkap Perasaan 5 13. Memberikan Pertanyaan 6

Total 108

Fungsi Memberikan Perintah dan Meminta Permintaan

(34) A : gas ngawi mas, tapi mulih e loading wkwkw 😂

B : yen gur Ngawi mosok loading… yo ngisin2i

😂😂😂 (32/A), (33/A) Data jargon (34) pada kalimat awal, kata gas berfungsi sebagai pemberi perintah. Hal ini dapat diketahui pada makna jargon gas sendiri yang berarti ‗ayo berangkat‘.

Berdasarkan hal tersebut, jargon gas dapat diartikan sebagai ‗ayo berangkat Ngawi, Mas‘. Makna tersebut dapat dikategorikan sebagai bentuk perintah karena kalimat tersebut ditujukan kepada orang lain seakan memberikan perintah untuk pergi berangkat ke Ngawi.

Selanjutnya pada data (34) di kalimat kedua, kata loading berfungsi sebagai meminta permintaan. Hal ini disebabkan jargon loading bermakna

‗berhenti untuk istirahat‘. Berdasarkan hal tersebut, jargon loading dapat diartikan sebagai bentuk permintaan untuk berhenti istirahat pada saat bersepeda ke Ngawi dan tidak dilaju.

Fungsi Menyampaikan Imbauan (35) A : team bakoh

B : mantapp👍👍

C : sang petualang.. pancal terus master coach

Pada data (35) jargon pancal berfungsi untuk menyampaikan imbauan. Hal ini didasarkan pada makna pancal yang berarti bersepeda.

Jika dikaitkan dengan kalimat yang ada, kalimat yang dimaksudkan berfungsi sebagai imbauan kepada lawan tuturnya yang dianggap sebagai guru untuk terus melakukan kegiatan bersepeda.

Fungsi Memberikan Perhatian/

Menyanjung

(36) A : edyan tukang tarik e numpak MTB…

B : helejhh.. kui mung seolaholah mas.

A : kowe pancen bakoh tenan…👍👍👍

B : aku ketok bakoh ki mung nang sosmed mas. Asline ya klipuk😂

Pada data (36) jargon tukang tarik berfungsi sebagai memberi perhatian atau sanjungan. Hal ini didasarkan pada makna tukang tarik sendiri yang berarti sebagai sebutan bagi orang yang bertugas sebagai penarik kawannya dalam bersepeda agar memiliki kecepatan yang sama. Berdasarkan hal tersebut fungsi dari kalimat yang menyertai jargon tukang tarik adalah sebagai pemberi perhatian atau sanjungan kepada lawan tuturnya yang menjadi tukang tarik hanya menggunakan sepeda MTB.

Fungsi Memberikan Persetujuan (37) A : penting kowe mburi ojo le

narik.. nek narik tak tinggal mlipir ngko 😂😂

B : siap pak kulo tak dadi swiper mawon

B : minggu depan tgl 3 januari C : siap kewer ki ban gede B : bane gede kabeh yo… gak

ono ban cilik

C : sampean gowo cascade ae mas

(15)

175 B : RD ne rusak kok seng abang

bar ketabrak kae dadi trobel meneh

Pada data (37) jargon swiper berfungsi sebagai pemberi persetujuan.

Jargon swiper bermakna sebagai sebutan bagi orang yang bertugas mendorong kawannya atau sebagai penutup peleton. Berdasarkan hal tersebut, jargon swiper dapat diartikan sebagai bentuk persetujuan dari si penutur atas apa yang dituturkan oleh lawan tuturnya dengan syarat si penutur hanya menjadi swiper saja.

Fungsi Menyampaikan Penolakan (38) A : enjih leres sanget mz suhu,

lnjut keatas lg ada watu goyang, dll

B : waduh..ampun ngoten to mbak.. kok mas suhu. Kulo namung pemula penikmat rute mbak.

A : ampun ngoten hla kulon amung tim hore niki, penikmat jalur bubur mawon mz suhu

Pada data (38) jargon pemula berfungsi sebagai penyampaian penolakan. Hal ini disebabkan pada kalimat yang menyertai jargon tersebut dapat diartikan sebagai bentuk penolakan si penutur atas anggapan lawan tutur kepadanya sebagai seorang guru. Kemudian, si penutur menyampaikan bahwa ia menganggap dirinya sendiri hanya pesepeda yang baru mengikuti dan mengenal kegiatan bersepeda bukan seorang guru yang sudah mahir di bidangnya.

Fungsi Menyampaikan Larangan (39) A : ayo kak… kita pitnik lagi…

ssr road to borobudur B : agenda pitnik ssr to

borobudur versi pandemi

rute : solo - klaten – ringroad jogja – borobudur - ringroad jogja - klaten - solo tanggal : 4 april 2021 tikum : fly over purwosari jam : 05.30 wib ( 6 budal ) sepeda : bebas

jersey : wajib jersey ssr kuota peserta : 20 orang ( kuota terbatas khusus dimasa pandemi )

Nb :

- Wajib protokol kesehatan - Wajib helm

- Wajib lampu depan belakang (antisipasi kalau pulang sampai malam) - Wajib bawa tolkit dan ban

cadangan

- Wajib mengikuti arahan rc/leader

- Wajib bawa uang saku - Dilarang menghasut

kawan balik kanan - Utamakan kebersamaan

dan ketertiban peleton di sepanjang perjalanan - Tertib berlalu lintas - Gowes Mandiri

Pada data (39) jargon balik kanan berfungsi sebagai penyampaian larangan. Hal ini terlihat jelas pada kalimat yang menyertainya menggunakan kata dilarang. Kalimat tersebut dapat diartikan sebagai bentuk larangan untuk menghasut temannya balik kanan atau putar balik untuk pulang.

Fungsi Memberikan Informasi (40) Minggu ngaspal 28022021

Tgc Pekanbaru

#jembatansiak4

Pada data (40) jargon ngaspal berfungsi sebagai bentuk pemberi informasi. Hal ini disebabkan pada contoh tersebut, data yang digunakan berbentuk sebuah takarir yang biasanya

(16)

176

berisi suatu informasi. Pada contoh data (40), dapat diartikan sebagai bentuk pemberian informasi atas kegiatan si penutur yang melakukan kegiatan ngaspal atau bersepeda di hari Minggu tanggal 28 Februari 2021 menuju ke jembatan siak.

Fungsi Penyampaian Fakta

(41) A : perlu dilaporne mbah uti iki, jebule yen gowes ngejak konco liyo

B : 😂😂😂

C : sering gowes senyap…

ternyata

Pada data (41) jargon gowes senyap berfungsi sebagai penyampaian fakta. Hal ini disebabkan si penutur dapat menyimpulkan bahwa lawan tuturnya sering melakukan gowes senyap atau melakukan kegiatan bersepeda dengan tidak memberikan informasi apa pun.

Fungsi Pembuat Pernyataan

(42) A : Salam dua pedal. Satu aspal. Walau beda komunitas sepeda tetap kita saudara

B : 👍👍👍

Pada data (42) jargon salam dua pedal berfungsi sebagai pembuat penyataan. Hal ini dapat dilihat pada data tersebut bahwa si penutur menyampaikan sebuah penyataan tentang salam antarsesama anggota komunitasnya, yakni salam dua pedal.

Walaupun berbeda komunitas sepeda, tetap saudara.

Fungsi Menyampaikan

Pemberitahuan

(43) Pagi ini di bukit Sidoguro Jombor Klaten Rute datar

#GSM Tambah jalur nambah sedulur

#SSR Nandur srawung panen sedulur

Pada data (43) jargon rute datar berfungsi sebagai pemberitahuan. Hal ini disebabkan pada data tersebut, berbentuk takarir. Pada pembahasan sebelumnya takarir biasanya berisikan suatu informasi. Selain informasi, takarir juga sebagai bentuk pemberitahuan kepada khalayak ramai mengenai suatu hal. Untuk itu, pada data tersebut dapat diartikan sebagai bentuk pemberitahuan mengenai kegiatan yang telah dilakukan oleh si penutur, yaitu bersepeda pagi hari menuju ke bukit Sidoguro Jombor Klaten yang memiliki rute datar atau jalan yang datar dan tidak ada jalan menaik.

Fungsi Menyingkap Perasaan

(44) A : suhu ne mas ariez niku lho mbak… 🙏 🙏

B : waduh malah kejawil…

Pada data (44) jargon kejawil berfungsi sebagai penyingkap perasaan.

Hal ini disebabkan pada contoh tersebut, si penutur merasa sedih atau senang ketika dirinya kejawil atau diajak melakukan kegiatan bersepeda oleh temannya.

Fungsi Memberikan Pertanyaan (45) A : rekomendasi warung

mana om di waceng?

B : warung legend mbah bayan tempat nongkrong pegowes- pegowes legends

A : sebelah mana om

B : agak masukke dalam depan ringin masuk ke selatan belakang warung-warung pinggir jalan

A : siap om… makasih infonya.

(66/A)

(17)

177 Pada data (45) jargon waceng

berfungsi sebagai pemberi pertanyaan.

Hal ini disebabkan bahwa si penutur menanyakan kepada anggota lain warung makan yang direkomendasikan ketika sedang bersepeda ke Waceng atau Waduk Cengklik. Selain itu, juga terlihat jelas pada data yang dicontohkan tersebut, pada jargon yang dimaksudkan menggunakan tanda tanya yang identik dengan kalimat tanya.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa fungsi jargon komunitas Sepeda Solo Raya didominasi oleh fungsi memberikan informasi. Hal ini disebabkan bahasa

jargon digunakan untuk

menginformasikan kepada sesama anggota komunitas Sepeda Solo Raya sebagai bentuk membagi pengalaman dan menjaga tali silaturahmi dengan bertemu secara langsung. Selain itu, fungsi jargon komunitas Sepeda Solo Raya tidak dapat dilihat hanya dari jargonnya, tetapi dapat dilihat juga berdasarkan konteks dan kalimat yang menyertainya. Untuk itu, fungsi jargon komunitas sepeda didasarkan pada konteksnya.

SIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan, penggunaan jargon oleh komunitas Sepeda Solo Raya sangatlah beragam.

Ragam penggunaan ini didasarkan pada bentuk, makna, dan fungsi dari jargon- jargon yang ditemukan. Jargon komunitas sepeda memiliki enam bentuk, yakni bentuk afiksasi, reduplikasi, pemajemukan, abreviasi, bentuk tunggal, dan bentuk frasa.

Keseluruhan jargon komunitas Sepeda Solo Raya didominasi oleh bentuk tunggal. Hal ini disebabkan kemudahan

penutur atau para anggotanya dalam mengucapkan jargon tersebut.

Jargon komunitas Sepeda Solo Raya menggandung makna yang sebenarnya atau denotatif, makna kias atau konotatif, dan makna yang jelas atau istilah. Ketiga jenis makna tersebut didominasi oleh jargon yang bermakna denotatif, hal ini disebabkan penggunaan jargon yang memiliki makna denotatif dapat memudahkan penutur atau anggota komunitas tersebut dalam memahami jargon yang dimaksudkan. Selain itu, jargon komunitas Sepeda Solo Raya memiliki tiga belas fungsi yang didominasi oleh fungsi untuk memberikan informasi. Hal ini disebabkan jargon ini lebih banyak berfungsi sebagai bentuk memberikan suatu informasi mengenai kegiatan bersepeda.

DAFTAR PUSTAKA

Ardiansyah, Erlan Aditya, Lia Maulia Indriani, dan Sugeng Riyanto. 2014.

―Jargon Peretas yang Dibentuk Melalui Proses Perluasan Makna.‖ Jurnal Humaniora, 26(3): 328–

336.

Arsita, Tika Yuni, Nurlaksana Eko Rusminto, dan Muhammad Fuad. 2014 ―Afiks dalam Berita Utama Surat Kabar Lampung Post.‖ Jurnal Kata, 2(2): 1–13.

Aslinda, dan Syafyahya Leni. 2010.

Pengantar Sosiolinguistik.

Bandung: PT Refika Aditama.

Chaer, Abdul. 2015. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.

(18)

178

Chaer, Abdul, dan Leonie Agustina.

2004. Sosiolinguistik Perkenalan Awal. Jakarta:

Rineka Cipta.

Depdiknas. 2000. Pedoman Umum Pembentukan Istilah.

Jakarta: Pusat Bahasa.

Garing, Jusmianti. 2017.

―Penggunaan Jargon oleh Komunitas Waria di

Jejaring Sosial

Facebook.‖ Jurnal Ranah, 6(1): 1–29.

Inderasari, Elen, dan Wahyu Oktavia. 2018. ―Pemakaian Register Bahasa Kru Bus

AKAP di Terminal

Tirtonadi Surakarta.‖

Jurnal Dialektika, 5(2):

159–178.

Kridalaksana, Harimurti. 2007.

Pembentukan Kata dalam Bahasa Indonesia.

Jakarta: Gramedia.

Kurnia, Vivi, Ermanto, dan

Emidar. 2013.

―Penggunaan Jargon Oleh Komunitas Chatting Facebook di Kalangan Mahasiswa Universitas Negeri Padang.‖ Jurnal Bahasa Dan Sastra, 1(2):

1–17.

Muslich, Masnur. 2010. Text Book Writing: Dasar-Dasar Pemahaman, Penulisan dan Pemakaian Buku Teks. Yogyakarta: Ar- Ruzz Media.

Muslim, Faris, dan Wahyu Oktavia. 2019. ―Variasi

Bahasa Jargon Dakwah Komunitas Mahasiswa UKMI (Unit Kegiatan Mahasiswa Islam) Nurul Ilmi.‖ Jurnal IMAJERI, 1(2): 62–69.

Ohoiwutun, Paul. 2002.

Sosiolinguistik. Jakarta:

Kesaint Blanc.

Ramlan, M. 2005. Ilmu Bahasa Indonesia Sintaksis.

Yogyakarta: CV Karyono.

__________. 2009. Morfologi

Suatu Tinjauan

Deskriptif. Yogyakarta:

CV Karyono.

Rofek, Aenor. 2017. ―Bahasa Jargon pada Komunitas Remaja di Situbondo (Analisis Diskripsi Kualitatif Penggunaan Bahasa Jargon pada Komunitas Remaja Di Situbondo).‖ Jurnal IKA, 5(1): 1–18.

Suminar, Mentari. 2018. ―Jargon Jual Beli Online dalam Media Sosial Instagram (Kajian Sosiolinguistik).‖

Jurnal Simki-Pedagogia, 2(4): 1–11.

Verhaar, J. W. M. 2008. Asas-Asas

Linguistik Umum.

Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Waridah. 2015. ―Penggunaan Bahasa dan Variasi Bahasa dalam Berbahasa dan Berbudaya.‖ Jurnal Simbolika, 1(1): 84–92.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian yang diperoleh adalah peningkatan kemampuan komunikasi matematika siswa dalam kelas yang mendapatkan pembelajaran dengan penerapan model pembelajaran

Adapun langkah studi dalam pengerjaan skripsi ini sebagai berikut : Perencanaan volume lalu lintas rencana, menghitung lendutan balik, menentukan tebal lapis tambahan

Hasil analisis tutupan terumbu karang di Perairan Kota Makassar ditemukan dalam tiga kondisi menurut standar ukuran Braun-Blanquet (1965) yaitu Bagus (50-75%) ditemukan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana sistem pemberian kredit terhadap usaha kecil yang diterapkan oleh Bank Rakyat Indonesia Unit Girimulyo, apakah sudah sesuai

2015, 'Karakterisasi Enzim Selulase dari Isolat Bakteri Selulolitik Asal Limbah Ampas Tebu', Skripsi, Sarjana Farmasi, Universitas Katolik Widya Mandala

Untuk menginput data pada Excel 2010, klik pada posisi sel yang diinginkan, lalu.

Secara konseptual, hal penting yang harus dimasukkan dalam UU No.5/1999, diantaranya adalah: (i) ketentuan tentang amnesti bagi pelaku usaha pertama

digunakan sebagai instrumen final untuk mengukur strategi komunikasi guru. Konstelasi Hubungan