• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbedaan pengaruh penerapan metode penemuan dengan metode ceramah terhadap minat, keaktifan, kemampuan membuat dan membaca grafik, serta prestasi belajar pada mata pelajaran IPA di SD Bopkri Gondolayu.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perbedaan pengaruh penerapan metode penemuan dengan metode ceramah terhadap minat, keaktifan, kemampuan membuat dan membaca grafik, serta prestasi belajar pada mata pelajaran IPA di SD Bopkri Gondolayu."

Copied!
265
0
0

Teks penuh

(1)

viii

ABSTRAK

PERBEDAAN PENGARUH PENERAPAN METODE PENEMUAN DENGAN

METODE CERAMAH TERHADAP MINAT, KEAKTIFAN, KEMAMPUAN

MEMBUAT DAN MEMBACA GRAFIK, SERTA PRESTASI BELAJAR PADA

MATA PELAJARAN IPA DI SD BOPKRI GONDOLAYU

Kata kunci : metode penemuan, metode ceramah, minat, keaktifan,

kemampuan membuat dan membaca grafik, prestasi belajar, mata

pelajaran IPA.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hasil perbandingan penerapan metode penemuan dengan metode ceramah terhadap minat, keaktifan, kemampuan membuat dan membaca grafik, serta prestasi belajar siswa kelas V SD BOPKRI Gondolayu Yogyakarta pada Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/ 2012 pada mata pelajaran IPA sub pokok bahasan daur air.

Jenis penelitian ini adalah eksperimen semu tipe non-equivalent pre test

post test control group design. Subjek peneilitian ini adalah siswa kelas V SD

BOPKRI Gondolayu yang terdiri dari kelas V. 1 sebanyak 36 siswa sebagai kelompok eksperimen dan kelas V. 2 sebanyak 32 siswa sebagai kelompok kontrol.

Instrumen penelitian berupa 20 item untuk mengukur minat, dengan skala Likert, 8 item untuk mengukur keaktifan, 4 soal essai untuk mengukur kemampuan membuat dan membaca grafik dan 10 soal pilihan ganda untuk mengukur prestasi belajar siswa. Instrumen tersebut telah memenuhi syarat validitas berdasarkan dua ahli (expert judgement). Analisis data minat, kemampuan membuat dan membaca grafik serta prestasi belajar siswa dilakukan dengan membandingan mean pre-test dan post-test, serta membandingkan rata-rata kenaikan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dengan T-test. Analisis data keaktifan dilakukan dengan membandingkan mean keaktifan siswa selama proses pembelajaran baik dikelompok eksperimen maupun dikelompok kontrol dengan uji T-test.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1) terdapat perbedaan pengaruh penerapan metode penemuan dengan metode ceramah terhadap minat belajar siswa yang ditunjukkan dengan harga sig. (2- tailed) sebesar 0, 003 (atau < 0, 05). 2) terdapat perbedaan pengaruh penerapan metode penemuan dengan metode ceramah terhadap keaktifan belajar siswa yang ditunjukkan dengan harga sig.

(2-tailed) sebesar 0, 000 (atau < 0, 05). 3) terdapat perbedaan pengaruh penerapan

metode penemuan dengan metode ceramah terhadap kemampuan membuat dan membaca grafik yang ditunjukkan dengan harga sig. (2- tailed) sebesar 0, 005 (atau < 0, 05). 4) terdapat pengaruh penerapan metode penemuan dengan metode ceramah terhadap prestasi belajar siswa yang ditunjukkan dengan harga sig.

(2)

ix ABSTRACT

The Difference between the Implementation of Discovery Method and Lecturing Method For Student’s Interest, Activeness, Ability in Drawing and Reading Graph

and Learning Achievement in the Science Subject at SD Bopkri Gondolayu

Key words: discovering method, lecturing method , interest, activeness, ability in drawing and reading graph, learning achievement, Science Subject

This research aims to find out the different result of implementation of discovery method and lecturing method toward interest, activeness, the ability in drawing and reading graph and academic learning achievement on the second semester of the fifth grade students at SD Bopkri Gondolayu Yogyakarta in the year academic 2011/ 2012 in Science Subject for the Water Cycle material.

(3)

i

PERBEDAAN PENGARUH PENERAPAN METODE PENEMUAN DENGAN

METODE CERAMAH TERHADAP MINAT, KEAKTIFAN, KEMAMPUAN

MEMBUAT DAN MEMBACA GRAFIK, SERTA PRESTASI BELAJAR PADA

MATA PELAJARAN IPA DI SD BOPKRI GONDOLAYU

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh :

Maria Desi Kurniawaty

081134022

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(4)
(5)

iii

(6)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Karya ini ku persembahankan kepada:

1. Tuhan Yesus Kritus dan Bunda Maria, sumber hidup dan kekuatan ku.

2. Almamater Universitas Sanata Dharma.

3. Dosen Pembimbing ku Bapak Atmadi dan Bu Elga.

4. Orang tua ku Bapak Agustinus Lagino dan Ibu Katarina Titik Budiati yang

selalu memberikan kasih sayang dan dukungannya kepada ku.

(7)

v

MOTTO

 KEBERHASILAN DAN KEMENANGAN ADALAH MILIK ORANG YANG BERJUANG DAN BERDOA.

 ORANG YANG TIDAK PERNAH MENCOBA TIDAK AKAN PERNAH TAU HASIL YANG AKAN DIPEROLEH, DAN ORANG YANG BERANI MENCOBA MAKA AKAN SIAP MEMPEROLEH KEMENANGAN DI KEMUDIAN HARI

(8)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak

memuat karya atau bagian orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam

kutipan dan daftar referensi sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 20 September 2012

(9)

vii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIK

Yang bertandatangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama : Maria Desi Kurniawaty

NIM : 081134022

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan

Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

PERBEDAAN PENGARUH PENERAPAN METODE PENEMUAN DENGAN

METODE CERAMAH TERHADAP MINAT, KEAKTIFAN, KEMAMPUAN

MEMBUAT DAN MEMBACA GRAFIK, SERTA PRESTASI BELAJAR PADA

MATA PELAJARAN IPA DI SD BOPKRI GONDOLAYU

Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata

Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain,

mengelolanya dalam bentuk pengkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan

mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis

tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya

selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal, 20 September 2012

Yang Menyatakan

(10)

viii

ABSTRAK

PERBEDAAN PENGARUH PENERAPAN METODE PENEMUAN DENGAN

METODE CERAMAH TERHADAP MINAT, KEAKTIFAN, KEMAMPUAN

MEMBUAT DAN MEMBACA GRAFIK, SERTA PRESTASI BELAJAR PADA

MATA PELAJARAN IPA DI SD BOPKRI GONDOLAYU

Kata kunci : metode penemuan, metode ceramah, minat, keaktifan,

kemampuan membuat dan membaca grafik, prestasi belajar, mata

pelajaran IPA.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hasil perbandingan penerapan metode penemuan dengan metode ceramah terhadap minat, keaktifan, kemampuan membuat dan membaca grafik, serta prestasi belajar siswa kelas V SD BOPKRI Gondolayu Yogyakarta pada Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/ 2012 pada mata pelajaran IPA sub pokok bahasan daur air.

Jenis penelitian ini adalah eksperimen semu tipe non-equivalent pre test

post test control group design. Subjek peneilitian ini adalah siswa kelas V SD

BOPKRI Gondolayu yang terdiri dari kelas V. 1 sebanyak 36 siswa sebagai kelompok eksperimen dan kelas V. 2 sebanyak 32 siswa sebagai kelompok kontrol.

Instrumen penelitian berupa 20 item untuk mengukur minat, dengan skala Likert, 8 item untuk mengukur keaktifan, 4 soal essai untuk mengukur kemampuan membuat dan membaca grafik dan 10 soal pilihan ganda untuk mengukur prestasi belajar siswa. Instrumen tersebut telah memenuhi syarat validitas berdasarkan dua ahli (expert judgement). Analisis data minat, kemampuan membuat dan membaca grafik serta prestasi belajar siswa dilakukan dengan membandingan mean pre-test dan post-test, serta membandingkan rata-rata kenaikan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dengan T-test. Analisis data keaktifan dilakukan dengan membandingkan mean keaktifan siswa selama proses pembelajaran baik dikelompok eksperimen maupun dikelompok kontrol dengan uji T-test.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1) terdapat perbedaan pengaruh penerapan metode penemuan dengan metode ceramah terhadap minat belajar siswa yang ditunjukkan dengan harga sig. (2- tailed) sebesar 0, 003 (atau < 0, 05). 2) terdapat perbedaan pengaruh penerapan metode penemuan dengan metode ceramah terhadap keaktifan belajar siswa yang ditunjukkan dengan harga sig.

(2-tailed) sebesar 0, 000 (atau < 0, 05). 3) terdapat perbedaan pengaruh penerapan

metode penemuan dengan metode ceramah terhadap kemampuan membuat dan membaca grafik yang ditunjukkan dengan harga sig. (2- tailed) sebesar 0, 005 (atau < 0, 05). 4) terdapat pengaruh penerapan metode penemuan dengan metode ceramah terhadap prestasi belajar siswa yang ditunjukkan dengan harga sig.

(11)

ix ABSTRACT

The Difference between the Implementation of Discovery Method and Lecturing Method For Student’s Interest, Activeness, Ability in Drawing and Reading Graph

and Learning Achievement in the Science Subject at SD Bopkri Gondolayu

Key words: discovering method, lecturing method , interest, activeness, ability in drawing and reading graph, learning achievement, Science Subject

This research aims to find out the different result of implementation of discovery method and lecturing method toward interest, activeness, the ability in drawing and reading graph and academic learning achievement on the second semester of the fifth grade students at SD Bopkri Gondolayu Yogyakarta in the year academic 2011/ 2012 in Science Subject for the Water Cycle material.

(12)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Pengasih karena kasih, dan

setiaNya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan

baik. Skripsi yang berjudul Perbedaan Pengaruh Penerapan Metode Penemuan

dengan Metode Ceramah terhadap Minat, Keaktifan, Kemampuan Membuat dan

Membaca Grafik, serta Prestasi Belajar pada Mata Pelajaran IPA di SD BOPKRI

Gondolayu, ditulis sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Strata I

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Selesainya skripsi ini tidak lepas

dari dukungan, bimbingan, dan kerjasama dari beberapa pihak. Oleh karena itu,

dengan segenap hati penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Rohandi, Ph. D selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Romo G. Ari Nugrahanta, SJ, S.S., BST, M.A., selaku Ketua Program

Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta.

3. Bapak Drs. A. Atmadi, M.Si selaku dosen pembimbing I, yang dengan

sabar memberikan bimbingan dan dukungan dalam penyelesaian tugas ini.

4. Ibu Elga Andriana, S.Psi., M.Ed selaku dosen pembimbing II, yang

dengan sabar memberikan bimbingan, masukan yang menginspirasi,

dan memotivasi penulis dalam menyelesaikan karya ilmiah ini.

5. Bapak Sumardi, BA selaku kepala sekolah SD BOPKRI Gondolayu

periode yang lalu dengan kerendahan hati memberikan ijin penelitian dan

dukungan kepada penulis.

6. Ibu Ester Markis Sarwo R, S.Pd selaku kepala sekolah SD BOPKRI

Gondolayu periode yang baru yang memberikan dukungan dan semangat

kepada penulis.

7. Ibu Listina Sri Kirnowati, S.Pd, Ibu Suningsih, S.Pd dan Ibu Agnita Kristi

(13)

xi

memberikan waktu, tenaga serta ijin guna membantu menyelesaikan karya

ilmiah ini.

8. Siswa-siswi kelas V. 1 dan V. 2 SD BOPKRI Gondolayu, yang bersedia

sebagai subjek penelitian.

9. Segenap dosen Pendidikan Guru Sekolah Dasar yang senantiasa mendidik

dan membimbing penulis selama menempuh perkuliahan.

10.Orang tua penulis bapak Agustinus Lagino dan ibu Katarina Titik Budiati,

kakak alm. Yohanes Pebri Nugroho, adik Elisabeth Sari Setya Wati dan

Vitus Wismantaka yang setia dalam doa dan dukungannya kepada penulis.

11. Segenap teman-teman kelas A yang telah bersama-sama dari awal

perkuliahan, terkhusus nicho, sara, monic, shinta, retha, dita dan kurowo

yang selalu menemani hari-hari ku disaat suka maupun duka, teman

seperjuang dalam penelitian kolaboratif IPA serta teman-teman PPL atas

kerja sama serta bantuannya selama ini.

12.Segenap keluarga besar, sanak saudara, dan suster-suster Hati Kudus yang

memberikan semangat, dukungan, dan doa bagi penulis.

13.Segenap kepala sekolah, guru dan karayawan SD Kanisius Pugeran 1 yang

memberikan kepecayaan dan semangat bagi penulis untuk menyelesaikan

karya ini.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dan kelemahan dalam

penulisan karya ilmiah ini. Untuk itu, penulis sangat terbuka terhadap kritikan dan

saran dari semua pihak. Besar harapan penulis karya ilmiah ini berguna bagi

pembaca.

(14)

xii

DAFTAR ISI

JUDUL

HALAMAN SAMPUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vii

ABSTRAK ... viii

1.1 Latar Belakang Masalah ... 4

1.2 Rumusan Masalah ... 4

1.3 Tujuan Penelitian ... 5

1.4 Manfaat Penelitian ... 6

BAB II LANDASAN TEORI ... 8

2.1 Kajian Teoretis ... 8

2.2 Penelitian yang Relevan ... 32

2.3 Hipotesis Penelitian ... 35

BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 36

3.1 Jenis Penelitian ... 36

3.2 Subjek Penelitian ... 37

3.3 Variabel Penelitian ... 38

(15)

xiii

3.5 Instrumen Penelitian ... 40

3.6 Uji Validitas ... 45

3.7 Teknik Pengumpulan Data ... 46

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 53

4.1 Perbandingan Penerapan Metode Penemuan dengan Metode Ceramah terhadap Minat Siswa ... 53

4.2 Perbandingan Penerapan Metode Penemuan dengan Metode Ceramah terhadap Keaktifan Siswa ... 58

4.3 Perbandingan Penerapan Metode Penemuan dengan Metode Ceramah terhadap Kemampuan Membuat dan Membaca Grafik ... 62

4.4 Perbandingan Penerapan Metode Penemuan dengan Metode Ceramah terhadap Prestasi Belajar Siswa ... 68

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 75

5.1 Kesimpulan ... 75

5.2 Saran ... 76

(16)

xiv

DAFTAR TABEL

JUDUL TABEL HALAMAN

Tabel 1. Kisi-kisi Tes Tertulis ... 43

Tabel 2. Kisi-kisi Instrumen Minat ... 44

Tabel 3. Kisi-kisi Lembar Keaktifan ... 45

Tabel 4. Data Penelitian Minat Kelompok Kontrol ... 53

Tabel 5. Hasil Uji Normalitas Data Minat Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ... 55

Tabel 6. Hasil Uji Perbandingan Skor Mean Minat Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ... 55

Tabel 7. Hasil Perbandingan Skor Mean Data Minat Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ... 56

Tabel 8. Perbedaan Posttest Data Minat Kelompok Eksperimen Dan Kelompok Kontrol ... 57

Tabel 9. Data Penelitian Keaktifan Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ... 58

Tabel 10. Hasil Uji Normalitas Data Keaktifan Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ... 60

Tabel 11. Hasil Uji Perbandingan Skor Keaktifan Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ... 60

Tabel 12. Data Penelitian Kemampuan Membuat dan Membaca Grafik Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ... 63

Tabel 13. Hasil Uji Normalitas Pretest dan Posttest Essay Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ... 64

Tabel 14. Homogenitas Data Kemampuan Membuat dan Membaca Grafik Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ... 65

Tabel 15. Perbedaan Prestest dan Posttest Data Kemampuan Membuat dan Membaca Grafik Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ... 66

(17)

xv

Membuat dan Membaca Grafik Kelompok Eksperimen dan

Kelompok Kontrol ... 66

Tabel17. Data Penelitian Prestasi Belajar Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ... 68

Tabel 18. Hasil Uji Normalitas Data Prestasi Belajar Kelompok Ekperimen dan Kelompok Kontrol ... 70

Tabel 19. Homogenitas Data Prestasi Belajar Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ... 71

Tabel 20. Perbedaan Prestest dan Posttest Data Prestasi Belajar Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ... 72

Tabel 21. Perbedaan Posttest Data Prestasi Belajar Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ... 72

Tabel 23. Tabulasi Skor Pretest Minat Kelompok Eksperimen ... 206

Tabel 24. Tabulasi Skor Posttest Minat Kelompok Eksperimen ... 207

Tabel 25. Tabulasi Skor Pretest Minat Kelompok Kontrol ... 208

Tabel 26. Tabulasi Skor Posttest Minat Kelompok Kontrol ... 209

Tabel 27. Tabulasi Skor Keaktifan Kelompok Eksperimen ... 210

Tabel 28. Tabulasi Skor Keaktifan Kelompok Kontrol ... 211

Tabel 39. Tabulasi Skor Pretest Kemampuan Membuat dan Membaca Grafik Kelompok Eksperimen ... 212

Tabel 30. Tabulasi Skor Posttest Kemampuan Membuat dan Membaca Grafik Kelompok Eksperimen ... 213

Tabel 31. Tabulasi Skor Pretest Kemampuan Membuat dan Membaca Grafik Kelompok Kontrol ... 214

Tabel 32. Tabulasi Skor Posttest Kemampuan Membuat dan Membaca Grafik Kelompok Kontrol ... 214

(18)

xvi

Kelompok Eksperimen ... 216

Tabel 34. Tabulasi Skor Posttest Prestasi Belajar

Kelompok Eksperimen ... 217

Tabel 35. Tabulasi Skor Pretest Prestasi Belajar

Kelompok Kontrol ... 218

Tabel 36. Tabulasi Skor Posttest Prestasi Belajar

(19)

xvii

DAFTAR GAMBAR

JUDUL GAMBAR HALAMAN

Gambar 1. Skema Daur Air ... 17

Gambar 2. Bagan Proses Daur Air ... 18

Gambar 3. Struktur Daur Ulang Air ... 19

(20)

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

HALAMAN

Lampiran 1. Silabus ... 81

Lampiran 2. RPP ... 91

Lampiran 3. LKS ... 111

Lampiran 4. Lembar Angket Minat ... 114

Lampiran 5. Lembar Keaktifan ... 155

Lampiran 6. Lembar Tes Proses ... 160

Lampiran 7. Lembar Tes Produk ... 177

Lampiran 8. Kunci Jawaban ... 194

Lampiran 9. Rubrik Penilaian Tas Proses ... ... 202

Lampiran 10. Tabulasi Data ... 205

Lampiran 11. Perhitungan Statistik dengan PSAW 18 ... 220

Lampiran 12. Foto-foto... 238

Lampiran 13. Surat-surat... 241

(21)

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah suatu usaha sadar menyiapkan siswa melalui kegiatan

bimbingan, pengajaran atau latihan bagi perannya sebagai manusia di masa yang

akan datang (Masidjo, 2004: 3). Pendidikan juga bertugas mengembangkan segala

aspek kemampuan siswa, sehingga siswa memiliki pengalaman-pengalaman

belajar dan dapat menerapkan pengalaman-pengalaman tersebut di lingkungan

dan masyarakat (Masidjo, 2004: 3). Agar dapat mengembangkan segala aspek

kemampuan yang dimiliki oleh siswa, dibutuhkan proses pembelajaran yang lebih

baik.

Belajar pada hakikatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi

yang ada di sekitar individu. Belajar dapat dipandang sebagai proses yang

diarahkan kepada tujuan dan proses berbuat melalui berbagai pengalaman. Belajar

juga merupakan proses melihat, mengamati, dan memahami sesuatu hal yang

baru. Dari proses melihat, mengamati, dan memahami sesuatu, siswa memperoleh

pengetahuan baru yang dapat melekat pada dirinya sehingga terbentuklah konsep

baru.

Konsep yang telah diterima oleh siswa dapat dikembangkan menjadi suatu

karya, misalnya pada mata pelajaran IPA, dari suatu konsep kemudian

dikembangkan menjadi berbagai percobaan yang dikemas didalam buku paket

atau buku penunjang pendidikan lainnya. Jika dilihat perkembangannya, sejak

(22)

peradaban manusia telah berusaha untuk mendapatkan sesuatu dari alam

sekitarnya. Mereka telah mampu membedakan hewan atau tumbuhan yang dapat

dimakan. Mereka mulai mempergunakan alat untuk memperoleh makan dan

mengenal api untuk memasak. Semuanya itu menandakan bahwa mereka telah

memperoleh pengetahuan dari pengalaman.

Selain itu, setelah mereka mengamati, menggosok-gosokan tangan

menimbulkan rasa panas, maka mereka berusaha untuk menggosok-gosokan

bambu (kayu kering) atau batu dan akhirnya untuk mendapatkan api. Dorongan

ingin tahu yang telah ada sejak kodrat dan penemuan yang ditemukan

mempercepat bertambahnya pengetahuan, dan dari sinilah perkembangan sains

dimulai, yang di dunia pendidikan dimaksudkan sebagai IPA.

Mata pelajaran IPA merupakan mata pelajaran wajib di taraf Sekolah

Dasar (SD). Mata pelajaran IPA juga diujikan di Ujian Akhir Nasional (UAN)

atau Ujian Nasional (UN). Banyak konsep yang diterima oleh siswa di dalam

mata pelajaran IPA, dan salah satu konsepnya ialah materi mengenai daur air.

Materi ini dipilih karena air sangat dibutuhkan oleh makhluk hidup, baik manusia,

hewan, dan tumbuhan bahkan sebagian besar tubuh makhluk hidup terdiri dari air.

Begitu pentingnya air sehingga tanpanya makhluk hidup tidak dapat hidup, oleh

sebab itu manusia harus menjaga air itu tetap ada salah satunya dengan mendaur

ulang air (Tim Bina IPA, 2010: 134).

Salah satu permasalahan yang dihadapi saat ini di dalam pembelajaran IPA

adalah metode pembelajarannya. Hampir semua guru masih memegang atau

(23)

dari guru atau yang sering disebut metode konvensional atau metode ceramah.

Metode ceramah hanya menuntut siswa untuk mendengarkan, mencatat, duduk

dan menghafal. Berdasarkan pengamatan pada saat penelitian prestasi belajar

siswa kurang optimal karena siswa tidak dapat mengekspresikan atau

mengeksplor gagasan atau ide yang ada pada dirinya dan ingin dikembangkannya.

Rasa ingin tahu yang tidak tersalurkan tersebut menimbulkan kebosanan dan

kejenuhan dalam menerima pembelajaran yang disampaikan oleh guru. Hal ini

didukung pula oleh pendapat Muslich (2007: 200) yang menyatakan bahwa, “anak

didik yang lebih tanggap dari visi visual akan lebih rugi dan anak didik yang lebih

tanggap indra pendengaranya dapat lebih menerimanya.”

Untuk mengatasi permasalahan tersebut, guru perlu meningkatkan prestasi

belajar siswa, membangkitkan minat dan keaktifan siswa, serta kemampuan yang

dimilikinya dengan menggunakan metode pembelajaran yang lebih inovatif,

dimana siswa yang lebih mengambil bagian dalam proses pembelajaran, sehingga

siswa dapat mengekspresikan atau mengeksplorasi gagasan atau ide mengenai

konsep-konsep IPA. Pembelajaran yang lebih inovatif salah satunya dengan

menggunakan metode penemuan. Menurut Djamarah (Muslich, 2007: 202)

metode penemuan merupakan metode pemberian kepada siswa perorangan atau

kelompok, untuk dilatih untuk melakukan proses atau percobaan. Dalam

penerapan metode penemuan, siswa dihadapkan kedalam masalah-masalah yang

terjadi didalam kehidupan sehari-hari siswa dalam bentuk pertanyaan yang

diberikan oleh guru. Melalui pertanyaan-pertanyaan tersebut siswa dilatih untuk

(24)

tersebut kemudian dibuktikan melalui percobaan. Dari hasil percobaan tersebut

terlihat perbandingan-perbandingan hasil yang dituangkan melalui grafik. Hal ini

juga sesuai dengan pendapat Hamdani (2011: 91) yang menyatakan bahwa,

“grafik adalah gambar sederhana yang menggunakan titik-titik, garis, atau

gambar. Grafik berfungsi menggambarkan data kuantitatif secara teliti,

menerangkan perkembangan atau perbandingan suatu objek atau peristiwa yang

saling berhubungan secara singkat dan jelas yang bermanfaat untuk mempelajari

dan mengingat data-data kuantitatif dan hubungan-hubungannya.” Pengalaman

siswa yang telah didapat dari pengamatan, percobaan serta kegiatan membuat dan

membaca grafik diharapkan mampu mengembangkan minat belajar,

meningkatkan keaktifan dalam belajar dan pada akhirnya mempengaruhi prestasi

belajarnya.

Dari pemaparan tersebut, penelitian ini bertujuan untuk melihat perbedaan

pengaruh penerapan metode penemuan dengan metode ceramah terhadap minat,

keaktifan, kemampuan membuat dan membaca grafik, serta prestasi belajar pada

mata pelajaran IPA di SD BOPKRI Gondolayu.

1.2 Rumusan Masalah

Dilandasi latar belakang yang sudah dipaparkan di atas, masalah dalam

penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:

1. Apakah ada perbedaan minat pada siswa dengan menerapkan metode

(25)

ceramah pada mata pelajaran IPA kelas V di SD BOPKRI Gondolayu

pada semester genap 2011/2012?

2. Apakah ada perbedaan keaktifan pada siswa dengan menerapkan

metode penemuan dibandingkan keaktifan pada siswa yang

menerapkan metode ceramah pada mata pelajaran IPA kelas V di SD

BOPKRI Gondolayu pada semester genap 2011/2012?

3. Apakah ada perbedaan kemampuan membuat dan membaca grafik

pada siswa dengan menerapkan metode penemuan dibandingkan

kemampuan membuat dan membaca grafik pada siswa yang

menerapkan metode ceramah pada mata pelajaran IPA kelas V di SD

BOPKRI Gondolayu pada semester genap 2011/2012?

4. Apakah ada perbedaan prestasi belajar pada siswa dengan menerapkan

metode penemuan dibandingkan prestasi belajar pada siswa yang

menerapkan metode ceramah pada mata pelajaran IPA kelas V di SD

BOPKRI Gondolayu pada semester genap 2011/2012?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui perbedaan pengaruh penerapan metode penemuan

dengan metode ceramah terhadap minat siswa pada mata pelajaran

IPA siswa kelas V di SD BOPKRI Gondolayu pada semester genap

2011/2012.

2. Untuk mengetahui perbedaan pengaruh penerapan metode penemuan

(26)

IPA siswa kelas V di SD BOPKRI Gondolayu pada semester genap

2011/2012.

3. Untuk mengetahui perbedaan pengaruh penerapan metode penemuan

dengan metode ceramah terhadap kemampuan membuat dan membaca

grafik siswa pada mata pelajaran IPA siswa kelas V di SD BOPKRI

Gondolayu pada semester genap 2011/2012.

4. Untuk mengetahui perbedaan pengaruh penerapan metode penemuan

dengan metode ceramah terhadap prestasi belajar siswa pada mata

pelajaran IPA siswa kelas V di SD BOPKRI Gondolayu pada semester

genap 2011/2012.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Bagi Peneliti

Manfaat yang dapat diambil peneliti dari penelitian ini adalah

bertambahnya pengalaman dalam menerapkan metode penemuan.

2. Bagi Guru

Penelitian ini dapat menjadi inspirasi dalam menerapkan metode

penemuan untuk materi pokok lain, di kelas lain dan bahkan pada

mata pelajaran lainnya yang diajarkan disekolah.

3. Bagi Siswa

Siswa mendapat pengalaman yang bermakna dalam pembelajarannya

(27)

konsep, serta semakin menumbuhkan minat dan keaktifan yang pada

akhirnya meningkatkan prestasi belajarnya.

4. Sekolah

Laporan penelitian ini dapat menambah bacaan di perpustakaan

(28)

BAB II

suatu rangkaian kegiatan pembelajaran yang melibatkan secara maksimal seluruh

kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, dan

logis sehingga mereka dapat menemukan sendiri pengetahuan, sikap dan

keterampilan sebagai wujud adanya perubahan perilaku.

Gulo (2002: 20) menyatakan, strategi penemuan berarti suatu rangkaian

kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa

untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, analitis, sehingga

mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri.

Sasaran utama kegiatan pembelajaran penemuan adalah (1) keterlibatan siswa

secara maksimal dalam proses kegiatan belajar; (2) keterarahan kegiatan secara

logis dan sistematis pada tujuan pembelajaran; dan (3) mengembangkan sikap

percaya pada diri siswa tentang apa yang ditemukan dalam proses pembelajaran.

Jadi metode penemuan adalah metode mengajar yang dirancang untuk

mengatur proses pembelajaran sehingga siswa menemukan konsep dan prinsip,

serta memperoleh pengetahuan melalui proses mentalnya sendiri yang bertolak

dari pengetahuan awal siswa tersebut.

(29)

b. Langkah-langkah Metode Penemuan

Langkah-langkah pokok metode penemuan menurut Hamalik (2005:

185-186) adalah: (1) menyajikan kesempatan untuk berbuat dan mengamati

akibat-akibat dari tindakan siswa; (2) tes terhadap pemahaman tentang hubungan

sebab-akibat; (3) mempertanyakan atau mengamati kegiatan selanjutnya; (4) penyajian

kesempatan guna penerapan hal yang baru saja dipelajari ke dalam situasi atau

masalah-masalah yang nyata.

Menurut Hanafiah dkk. (2009: 78) langkah yang harus diperhatikan oleh

guru dalam metode penemuan, diantaranya: (1) mengidentifikasi kebutuhan

siswa; (2) seleksi pendahuluan terhadap konsep yang akan dipelajari; (3) seleksi

bahan atau masalah yang akan dipelajari; (4) menentukan peran yang akan

dilakukan masing-masing peserta didik; (5) memeriksa pemahaman siswa

terhadap masalah yang akan diselidiki dan ditemukan; (6) mempersiapkan setting

kelas; (7) mempersiapkan fasilitas yang diperlukan; (8) memberikan kesempatan

kepada siswa untuk melakukan penyelidikan dan penemuan; (9) siswa

menganalisis sendiri atas data temuan; (10) merangsang terjadinya percakapan

mengenai temuan antar siswa; (11) memberi penguatan kepada siswa untuk giat

dalam melakukan penemuan; dan (12) memfasilitasi siswa dalam merumuskan

prinsip-prinsip dan generalisasi atas hasil temuannya.

Metode ini menggunakan sistem dua arah (penemuan terbimbing) di mana

siswa dilibatkan dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan dari guru. Dalam

(30)

mendiagnosis kesulitan-kesulitan siswa dan memberikan bantuan dalam

memecahkan masalah yang mereka hadapi.

Jadi langkah-langkah yang metode penemuan adalah mengidentifikasi

kebutuhan siswa, menyeleksi materi yang akan dipelajari, memeriksa kemampuan

awal siswa, memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan percobaan

untuk menemukan konsep dan prinsipnya, menganalisis hasil percobaan,

memeriksa kemampuan akhir siswa dan memberikan penguatan kepada siswa

untuk giat dalam melakukan penemuan.

c. Kelebihan dan KekuranganMetode Penemuan

Kelebihan dari metode penemuan ini menurut Hanafiah sebagai berikut:

1. Membantu siswa untuk mengembangkan keterampilan proses dalam

mata pelajaran IPA, memperbanyak kesiapan, serta penguasaan

ketrampilan dalam proses kognitif/pengenalan siswa.

2. Memungkinkan siswa memperoleh pengetahuan serta konsep yang

bersifat mendalam.

3. Dapat membangkitkan kegairahan belajar belajar para siswa.

4. Mampu memberikan kesempatan kepada siswa untuk berkembang dan

maju sesuai dengan kemampuan masing-masing siswa.

5. Mampu mengarahkan cara siswa belajar, sehingga lebih memiliki

motivasi yang kuat untuk belajar lebih giat.

6. Membantu siswa untuk memperkuat dan menambah kepercayaan pada

(31)

Selain kelebihan, terdapat juga kekurangan penggunaan metode

penemuan, seperti waktu yang dibutuhkan cukup lama, tidak semua siswa dapat

melakukan penemuan dan tidak berlaku untuk semua topik.

2.1.2 Metode Ceramah

a. Pengertian Metode Ceramah

Menurut Zain dan Djamarah(2010: 97), metode ceramah adalah suatu cara

mengajar yang digunakan untuk menyampaikan keterangan atau informasi, atau

uraian tentang suatu pokok persoalan atau bahasan secara lisan. Dengan demikian

metode ceramah merupakan cara penyajian pelajaran yang dilakukan pendidik

dengan penuturan atau penjelasan lisan secara langsung terhadap siswa.

Metode ceramah merupakan metode yang sangat sederhana yang disebut

juga metode konvensional dengan menyampaikan pengetahuan atau materi

pembelajaran secara komunikasi lisan satu arah (Gulo, 2005: 137). Metode

ceramah merupakan metode yang paling ekonomis karena tidak perlu memerlukan

banyak biaya dalam menyampaikan materi pembelajaran.

Jadi metode ceramah adalah metode yang digunakan dalam

menyampaikan materi pembelajaran kepada siswa secara lisan baik didalam

(32)

b. Langkah-langkah Metode Ceramah

Agar metode ceramah dapat berhasil maka ada beberapa hal yang harus

dilakukan, baik pada saat persiapan maupun pelaksanaannya. Berikut merupakan

langkah-langkah metode ceramah menurut Sanjaya (2006: 147):

1. Merumuskan tujuan yang ingin dicapai.

2. Menentukan pokok-pokok materi yang akan diceramahkan.

3. Mempersiapan alat dan bahan.

4. Menyampaikan apersepsi dan tujuan pembelajaran.

5. Penyampaian materi pembelajaran dengan cara bertutur.

6. Memberikan umpan balik kepada siswa.

7. Memberikan penguatan.

8. Memberikan kesimpulan dari pembelajaran yang telah berlangsung.

9. Evaluasi guna mengetahui kemampuan siswa dalam menguasai materi

pembelajaran.

Jadi dalam penerapan metode ceramah, ada tiga langkah yang perlu

dilakukan, langkah pertama yaitu merumuskan tujuan pembelajaran, merumuskan

materi yang akan disampaikan, mempersiapkan media yang akan diperlukan.

Langkah kedua yaitu menyampaikan tujuan dan apersepsi pembelajaran,

penyampaian materi kepada siswa secara lisan, memberikan umpan balik dan

penguatan kepada siswa. Langkah yang ketiga yaitu memberikan kesimpulan

(33)

c. Kelebihan dan Kelemahan Metode Ceramah

Menurut Munthe (2009: 61), kelebihan dari metode ceramah sebagai

berikut:

1. Dapat digunakan untuk kelas besar.

2. Materi yang banyak dapat disampaikan dalam waktu singkat.

3. Dari segi biaya metode ceramah lebih ekonomis.

4. Guru lebih mudah untuk menerangkan pelajaran dengan baik.

Sedangkan kelemahan metode ceramah yaitu:

1. Metode ini membuat siswa menjaga daya tahan untuk berkonsentrasi

dengan menggunakan indra telinga yang terbatas.

2. Membuat siswa sulit menentukan gagasan.

3. Siswa cenderung disamaratakan oleh guru.

4. Guru lebih bersifat otoriter dan suasana kelas menjadi monoton

sehingga siswa menjadi pasif.

2.1.3 Pembelajaran IPA SD

a. Pengertian dan Hakikat IPA

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) didefinisikan sebagai kumpulan

pengetahuan yang tersusun secara terbimbing. Hal ini sejalan dengan kurikulum

KTSP (Depdiknas, 2007), bahwa IPA berhubungan dengan cara mencari tahu

tentang alam secara sistematis, sehingga bukan hanya penguasaan kumpulan

pengetahuan yang berupa fakta, konsep, atau prinsip saja tetapi juga merupakan

(34)

empirik dan membahas tentang fakta serta gejala alam. Fakta dan gejala alam

tersebut menjadikan pembelajaran IPA tidak hanya verbal tetapi juga faktual.

Dari pengertian yang sudah dijabarkan diatas maka perlu diciptakan

kondisi pembelajaran IPA di Sekolah Dasar yang dapat mendorong siswa untuk

aktif dan ingin tahu. Dengan demikian, pembelajaran merupakan kegiatan untuk

menggali pengetahuan terhadap permasalahan alam di sekitarnya. Setelah

melakukan pencarian akan terungkap fakta atau memperoleh data. Data yang

diperoleh dari kegiatan penemuan tersebut perlu dipertegas agar siswa memiliki

pemahaman konsep yang baik. Kegiatan belajar IPA seperti ini, dapat

menumbuhkan sikap ilmiah dalam diri siswa.

Pelaksanaan pembelajaran IPA seperti diatas dipengaruhi oleh tujuan apa

yang ingin dicapai melalui pembelajaran tersebut. Tujuan pembelajaran IPA di

Sekolah Dasar telah dirumuskan dalam kurikulum yang sekarang ini berlaku di

Indonesia. Kurikulum yang sekarang berlaku di Indonesia adalah Kurikulum

Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Dalam kurikulum KTSP selain dirumuskan

tentang tujuan pembelajaran IPA juga dirumuskan tentang ruang lingkup

pembelajaran IPA, standar kompetensi, kompetensi dasar, dan arah

pengembangan pembelajaran IPA untuk mengembangkan materi pokok, kegiatan

pembelajaran dan indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian. Sehingga

setiap kegiatan pendidikan formal di SD harus mengacu pada kurikulum tersebut.

Tujuan pembelajaran IPA di SD menurut Kurikulum KTSP (Depdiknas,

2007) secara terperinci adalah: (1) memperoleh keyakinan terhadap kebesaran

(35)

ciptaann-Nya; (2) mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep

IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari; (3)

mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya

hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan

masyarakat; (4) mengembangkan ketrampilan proses untuk menyelidiki alam

sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan; (5) meningkatkan

kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan

lingkungan alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan;

serta (6) memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan ketrampilan IPA sebagai

dasar untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang selanjutnya.

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu yang menawarkan

bagaimana memahami kejadian, fenomena, dan keragaman yang terdapat di alam

semesta ini. Adapun hakikat IPA sebagai berikut:

1) IPA sebagai proses, yaitu urutan atau langkah-langkah atau suatu

kegiatan untuk memperoleh hasil pengumpulan data melalui metode

ilmiah.

2) IPA sebagai sikap, yaitu sikap yang dikembangkan pada diri siswa

seperti sikap ingin tahu, sikap ingin mendapatkan sesuatu, sikap bekerja

sama, sikap tidak putus asa, sikap tidak berprasangka, sikap mawas diri,

sikap bertanggung jawab,sikap berpikir bebas dan sikap kedisplinan

diri.

3) IPA sebagai produk, adalah hasil yang diperoleh dari suatu

(36)

b. Pentingnya Pembelajaran IPA di SD

Kompetensi-kompetensi IPA di jenjang SD bertujuan untuk

mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang

bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari dan

mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positip dan kesadaran tentang adanya

hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan

masyarakat. Pembelajaran IPA di SD merupakan wahana untuk membekali siswa

dengan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang diperlukan untuk melanjutkan

pendidikan dan untuk menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan di

sekelilingnya. Serta untuk menghadapi tantangan hidup dalam dunia yang makin

kompetitif, sehingga mereka mampu turut serta memilih dan mengolah informasi

untuk digunakan dalam mengambil keputusan.

c. Kompetensi Dasar IPA Kelas V

Kompetensi IPA kelas V yang digunakan untuk penelitian ini adalah

standar kompetensi 7 tentang “memahami perubahan yang terjadi di alam dan

hubungannya dengan penggunaan sumber daya alam” pada kompetensi dasar 7.4

“mendeskripsikan proses daur air dan kegiatan manusia yang dapat

mempengaruhinya” (Depdiknas, 2007).

Daur air merupakan sirkulasi (perputaran) air secara terus-menerus dari

bumi ke atmosfer dan kembali ke Bumi. Daur air ini terjadi melalui proses

evaporasi (penguapan), presipitasi (pengendapan), dan kondensasi

(37)

Gambar 1. Skema Daur Air

http://tugino230171.wordpress.com/2011/10/20/daur-air/

Menurut Sulistyanto dan Wiyono (2008: 169) dikatakan bahwa, air di

laut, sungai, dan danau menguap karena pengaruh panas dari sinar matahari.

Tumbuhan juga mengeluarkan uap air ke udara. Proses penguapan ini disebut

evaporasi. Uap air naik dan berkumpul di udara. Lama-kelamaan, udara tidak

dapat lagi menampung uap air (jenuh). Proses ini disebut presipitasi

(pengendapan). Jika suhunya turun, uap air akan berubah menjadi titik-titik air.

Titik-titik air ini membentuk awan. Proses ini disebut kondensasi (pengembunan).

Titik-titik air di awan kemudian akan turun menjadi hujan. Air hujan akan turun di

darat maupun di laut. Air hujan itu akan jatuh ke tanah atau perairan. Air hujan

yang jatuh di tanah akan meresap menjadi air tanah. Selanjutnya, air tanah akan

keluar melalui sumur. Air tanah juga akan merembes ke danau atau sungai. Air

hujan juga ada yang jatuh ke perairan, misalnya sungai atau danau. Kondisi ini

(38)

laut. Di lain pihak sebagian air di sungai dapat menguap kembali. Air sungai yang

menguap membentuk awan bersama dengan uap dari air laut dan tumbuhan.

Gambar 2. Bagan Proses Daur Air

http://tugino230171.wordpress.com/2011/10/20/daur-air/skema-daur-air/

Kegiatan manusia sangat berpengaruh terhadap daur air, seperti gas-gas

beracun yang dikeluarkan dari bahan bakar kendaraan bermotor dan mesin pabrik.

Pabrik-pabrik yang mengeluarkan gas-gas beracun dapat mencemari air secara

langsung, yaitu melalui pembuangan limbah. Air limbah sisa proses dari pabrik

langsung di buang ke sungai. Akibatnya, air menjadi tercemar. Tentu saja

masyarakat yang tinggal di sekitarnya menjadi sulit mendapatkan air bersih.

Menurut Sulistyanto dkk (2008: 171) mengatakan, untuk menghemat air

juga perlu dilakukan hal-hal seperti berikut:

(39)

2) Mencuci pakaian setelah mencapai jumlah yang cukup banya.

Semakin sering kita mencuci pakaian sedikit demi sedikit, semakin

banyak air yang kita gunakan.

3) Menggunakan air bekas mencuci beras atau sayuran untuk menyiram

tanaman.

4) Usahakan tidak mencuci kendaraan setiap hari.

Selain usaha-usaha tersebut, kita juga harus memikirkan cara yang tepat

agar masyarakat bisa menggunakan air yang bersih dan layak untuk digunakan

misalnya dengan mendaur ulang air. Struktur daur ulang air berupa benda-benda

berikut ini: Kapas, tisu, ijuk, pasir, batu kerikil dan batu karang. Berikut

merupakan gambar struktur daur ulang air:

Gambar 3. Struktur Daur Ulang Air

(40)

2.1.4 Minat Siswa

a. Pengertian Minat

Untuk mencapai prestasi yang baik disamping kecerdasan juga diperlukan

minat, sebab tanpa adanya minat segala kegiatan akan dilakukan kurang efektif

dan efesien. Pengertian minat menurut Tim Reality dalam Kamus Terbaru Bahasa

Indonesia (2008: 450) “minat adalah keinginan yang kuat, gairah, kecenderungan

hati yang sangat tinggi terhadap sesuatu.”

Menurut Siregar dan Nara (2010: 176) minat adalah kecenderungan dan

kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar untuk melakukan sesuatu.

Dalam hal ini, terdapat hal-hal yang harus diperhatikan yaitu: minat pembawaan,

minat ini muncul dengan tidak dipengaruhi oleh faktor-faktor lain, baik kebutuhan

maupun lingkungan. Minat yang muncul karena adanya pengaruh dari luar. Minat

seseorang bisa saja berubah karena adanya pengaruh lingkungan dan kebutuhan.

Menurut Djaali (2006: 121) minat adalah rasa lebih suka dan rasa

ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada dorongan dari luar. Minat

pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan

sesuatu di luar diri. Semakin kuat atau dekat hubungannya, maka akan semakin

besar minatnya. Jadi, minat dapat diekspresikan melalui pernyataan yang

menunjukkan bahwa siswa lebih menyukai suatu hal dari pada hal lainnya.

b. Klasifikasi Minat Belajar

Minat merupakan sumber motivasi yang mendorong orang untuk

(41)

penting dalam kehidupan seseorang dan mempunyai dampak yang besar atas

perilaku dan sikap. Minat juga dapat diklasifikasi menjadi beberapa bentuk minat.

Krites (dalam Suhartini, 2001: 25) mengklasifikasikan minat menjadi

empat jenis berdasarkan bentuk pengekspresian dari minat:

1. Experessed interest, minat yang diekspresikan melalui verbal yang

menunjukkan apakah seseorang itu menyukai atau tidak menyukai

suatu objek atau aktivitas.

2. Manifest interest, minat yang disimpulkan dari keikutsertaan individu

pada suatu kegiatan tertentu.

3. Tested interest, minat yang disimpulkan dari tes pengetahuan atau

keterampilan dalam suatu kegiatan.

4. Inventoried interest, minat yang diungkapkan melalui inventori minat

atau daftar aktivitas dan kegiatan yang sama dengan pernyataan.

Minat dapat ditimbulkan dari beberapa pengaruh. Berikut merupakan

pandangan Surya (2004: 122) berdasarkan sebab akibat atau alasan timbulnya

minat yaitu:

1. Minat Volunter, minat yang timbul dari dalam diri siswa tanpa adanya

pengaruh dari luar.

2. Minat Involunter, minat yang berasal dari dalam diri siswa dengan

adanya pengaruh situasi yang diciptakan oleh guru.

3. Minat Nonvolunter, minat yang timbul dari dalam diri siswa secara

(42)

Kemudian, Krapp (dalam Suhartini, 2001: 23) mengkategorikan minat

2. Minat situasional, yaitu minat yang tergantung dari pengaruh luar

yang dapat berupa metode mengajar guru, penggunaan sumber belajar

dan media yang menarik, suasana kelas, serta dorongan dari pihak

keluarga.

3. Minat psikologikal, yaitu minat yang timbul dari interaksi minat

personal dan minat situasional. Jika siswa memiliki pengetahuan yang

cukup tentang suatu mata pelajaran, memiliki kesempatan untuk

mendalami aktivitas di dalam maupun di luar kelas dan ada penilaian

yang lebih terhadap mata pelajaran tersebut.

c. Indikator Minat

Pada umumnya minat seseorang terhadap sesuatu akan diekspresikan

melalui kegiatan atau aktivitas yang berkaitan dengan minatnya. Sehingga untuk

mengetahui minat dapat dilihat dengan cara menganalisa kegiatan-kegiatan yang

dilakukan oleh individu atau objek yang disenanginya, karena minat merupakan

(43)

indikator meliputi keinginan untuk mengetahui sesuatu, keinginan yang disenangi,

jenis kegiatan dan usaha untuk merealisasikannya.

Beberapa indikator menurut Purnomo (2009: 253) yang menunjukkan

bahwa siswa berminat pada suatu proses pembelajaran yaitu:

1. Siswa memiliki perhatian terhadap pelajaran.

2. Siswa sering bertanya sebagai wujud rasa ingin tahu.

3. Siswa memiliki semangat tinggi ketika mengikuti pembelajaran.

4. Siswa memiliki kreativitas yang sering muncul dalam proses

pembelajaran.

d. Cara Menumbuhkan Minat

Suatu minat dapat diekspresikan melalui pernyataan yang menunjukan

bahwa siswa lebih menyukai suatu hal daripada hal lainnya, dapat pula dilihat

melalui partisipasi dalam suatu aktivitas. Siswa yang memiliki minat terhadap

subjek tertentu cenderung untuk memberikan perhatian yang lebih besar terhadap

subjek tersebut.

Minat tidak dibawa sejak lahir, melainkan diperoleh kemudian. Minat

terhadap sesuatu dipelajari dan mempengaruhi belajar selanjutnya serta

mempengaruhi penerimaan minat-minat baru. Jadi minat terhadap sesuatu

merupakan hasil belajar dan menyokong belajar selanjutnya. Walapun minat

terhadap suatu hal tidak merupakan hal yang hakiki untuk dapat mempelajari hal

(44)

bermanfaat sebagai pendorong yang kuat, dalam tercapainya prestasi belajar

siswa.

Terdapat berbagai cara dalam membangkitkan minat siswa agar tertarik

pada materi pembelajaran yang disampaikan oleh guru. Menurut Djiwandono

(2002: 358) yang harus dilakukan oleh guru adalah: materi pembelajaran yang

disampaikan hendaknya berguna bagi siswa dan menumbuhkan keingintahuan

siswa, cara penyampaian pelajaran menarik dan bervariasi, menggunakan

permainan dan simulasi, serta menggunakan tehnik-tehnik kerjasama dalam

kelompok.

Slameto (2003: 180) mengemukakan bahwa, “mengembangkan minat

terhadap sesuatu pada dasarnya adalah membantu siswa melihat bagaimana

hubungan antara materi yang diharapkan untuk dipelajari dengan dirinya sendiri

sebagai individu.” Proses ini berarti menunjukan pada siswa bagaimana

pengetahuan atau kecakapan tertentu mempengaruhi dirinya, melayani

tujuan-tujuannya, memuaskan kebutuhan-kebutuhannya. Bila siswa menyadari bahwa

belajar merupakan suatu alat untuk mencapai beberapa tujuan yang dianggapnya

penting dan bila siswa melihat bahwa hasil dari pengalaman belajar akan

membawa kemajuan pada dirinya, kemungkinan besar ia akan berminat untuk

mempelajarinya. Jika siswa memiliki minat yang tinggi dalam mengikuti suatu

pembelajaran, terlihat dari keinginan siswa dalam bertanya, mengerjakan tugas

maupun melakukan percobaan.

Siswa yang memiliki minat yang tinggi terhadap mata pelajaran tertentu,

(45)

tersebut menyebabkan semangat belajar siswa menjadi meningkat yang akan

berdampak pada hasil prestasi belajarnya yang meningkat. Maka dapat

disimpulkan bahwa minat merupakan suatu kecenderungan dalam diri individu

sebagai kekuatan yang menjadi daya penggerak dalam melakukan

aktivitas-aktivitas yang disenangi dan dipilih secara bebas serta dilakukan dengan penuh

ketekunan.

2.1.5 Keaktifan

a. Pengertian Keaktifan

Keaktifan belajar siswa merupakan unsur dasar yang penting bagi

keberhasilan proses pembelajaran. Berikut ini dapat dikemukakan beberapa

pengertian dari keaktifan belajar siswa: Dalam kamus besar bahasa Indonesia

(2002) keaktifan diartikan sebagai, “kegiatan, kesibukan, atau aktivitas. Aktivitas

siswa dalam proses belajar mengajar merupakan salah satu kunci keberhasilan

pencapaian peranan pendidikan.” Aktivitas sendiri tidak hanya aktivitas fisik saja

tetapi juga aktivitas psikis. Aktivitas fisik adalah siswa giat dan aktif dengan

anggota badan, membuat sesuatu, bermain ataupun bekerja, ia tidak dapat hanya

duduk mendengarkan, melihat hanya pasif. Aktivitas psikis adalah daya jiwa

siswa yang dapat bekerja dan berfungsi dalam rangka pengajaran (Rohani, 2004:

6).

Jadi keaktifan adalah aktivitas siswa baik di dalam kelas maupun di luar

kelas yang dapat diamati secara nyata dalam proses pembelajaran. Seluruh

(46)

a. Indikator Keaktifan

Keaktifan siswa dapat dilihat melalui beberapa indikator yang muncul

dalam proses pembelajaran. Indikator tersebut pada dasarnya adalah ciri-ciri yang

tampak dan dapat diamati serta diukur oleh siapa pun yang tugasnya berkenaan

dengan pendidikan dan pengajaran, yakni guru dan tenaga kependidikan lainnya.

Indikator tersebut berupa tingkah laku siswa yang muncul pada umumnya seperti:

aktif memberikan jawaban terhadap pertanyaan guru, aktif mengajukan

pertanyaan kepada guru, aktif memberikan pendapat dalam pembelajaran, aktif

menunjukkan kerjasama terhadap teman, aktif menunjukkan inisiatif untuk turut

memecahkan masalah saat kegiatan pembelajaran, aktif mengamati dengan penuh

perhatian, aktif menawarkan bantuan kepada teman yang mengalami kesulitan,

dan aktif menunjukkan inisiatif untuk mengungkapkan hasil temuan/percobaan.

Menurut Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP-UPI (2007: 117),

keaktifan siswa di dalam kegiatan belajar merupakan indikator belajar efektif.

Sehingga dengan kata lain kegiatan dikatakan lebih efektif apabila siswa terlibat

secara aktif di dalam proses pembelajaran. Di dalam kegiatan proses pembelajaran

keaktifan siswa yang berupa fisik seperti siswa melakukan percobaan dengan

menggunakan motoriknya, sedangkan keaktifan siswa yang berupa psikis seperti

(47)

2.1.6 Kemampuan Membuat dan Membaca Grafik

a. Ketrampilan IPA

Keterampilan proses IPA menurut Komarodin, dkk (Purnomo, P, 2009:

269) adalah keterampilan yang dilakukan oleh para ilmuan di antaranya, adalah:

(1) pengamatan, yaitu proses pengumpulan informasi dengan mempergunakan

semua indera atau memakai alat untuk membantu pancaindera; (2)

Pengklasifikasian adalah mengatur, menyusun atau mendistribusikan objek-objek,

kejadian-kejadian, atau informasi ke dalam golongan atau kelas dengan

mempergunakan cara tertentu atau sistem tertentu; (3) Pengukuran yaitu

menggunakan alat ukur dengan membuat observasi kuantitatif dengan jalan

membandingkan suatu standar konvensional atau non konvensional; (4)

Identifikasi dan pengendalian variabel yaitu menandai karakteristik objek atau

faktor dalam kejadian/peristiwa yang tetap dan yang berubah di dalam kondisi

yang berbeda-beda. Mengendalikan variabel merupakan salah satu komponen

penting dalam kegiatan melakukan kegiatan ilmiah; (5) perumusan hipotesis yaitu

dugaan tentang hubungan alasan yang mungkin ditemukan di dalam

percobaan/penelitian. Hipotesis digunakan sebagai penuntun dalam penelitian; (6)

melakukan eksperimen yaitu melakukan kegiatan percobaan-percobaan, yang

nantinya dapat digunakan untuk mendapatkan data yang baik; dan (7)

Pengkomunikasian yaitu menyampaikan hasil data yang didapat sebagai hasil

eksperimen dalam bentuk yang dapat dipahami oleh orang lain. Anak-anak belajar

berkomunkiasi dengan banyak cara, mereka belajar mengambil gambar dengan

(48)

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan grafik sebagai keterampilan

proses untuk menemukan konsep pembelajaran dan melatih kemampuan atau

keterampilan siswa. Namun peneliti tidak hanya meminta siswa untuk membuat

grafik saja namun setelah membuat siswa diharapkan dapat membaca grafik yang

telah dibuat dari data-data yang berbentuk kuantitatif.

b. Kemampuan Membuat dan Membaca Grafik

Menurut Munadi (2010: 89) grafik adalah gambar sederhana yang

merupakan penggambaran data kuantitatif yang akurat dalam bentuk yang

menarik dan mudah dimengerti. Grafik memiliki fungsi yang sangat penting

dalam menggambarkan data secara teliti yang kurang efektif jika dijelaskan secara

lisan. Dengan menggunakan grafik pendidik dapat menerangkan perkembangan

atau perbandingan suatu objek peristiwa yang saling berhubungan secara singkat

dan jelas.

Pada kesehariannya siswa pada umumnya telah belajar grafik dengan

melihat grafik disurat kabar, majalah-majalah, dan buku-buku pelajaran sehingga

grafik bukanlah hal yang asing bagi pengalaman anak. Tetapi hakikatnya suatu

grafik adalah penyajian secara lebih ringkas.

Grafik menvisualisasikan jumlah dan hubungan di antara

jumlah-jumlah melalui suatu jangka waktu. Grafik menjelaskan kesimpulan kuantitas

tertentu tentang suatu subjek utama. Dari penjelasan tersebut maka diharapkan

(49)

semakin dapat berfikir logis dan sistematis dalam menyimpulkan persoalan dalam

dunia pendidikan maupun hal-hal lain yang bersifat umum.

2.1.7 Prestasi Belajar

a. Pengertian Prestasi Belajar

Prestasi dalam belajar merupakan keinginan bagi setiap orangtua terhadap

anaknya. Prestasi yang baik tentu akan didapat dengan proses belajar yang baik

juga. Belajar merupakan proses dari sesuatu yang belum bisa menjadi bisa, dari

perilaku lama ke perilaku yang baru, dari pemahaman lama ke pemahaman baru.

Dalam proses belajar, hal yang harus diutamakan adalah bagaimana anak dapat

menyesuaikan diri terhadap lingkungan dan rangsangan yang ada, sehingga

terdapat reaksi yang muncul dari anak. Prestasi belajar merupakan hal yang tidak

dapat dipisahkan dari kegiatan belajar, karna kegiatan belajar merupakan proses,

sedangkan prestasi merupakan hasil dari proses belajar.

Menurut Siregar dan Nara(2010: 3) belajar merupakan sebuah proses yang

kompleks yang terjadi pada semua orang dan berlangsung seumur hidup, sejak

masih didalam kandungan hingga meninggal dunia. Salah satu hal yang

menandakan bahwa seseorang telah belajar ialah adanya perubahan positif

terhadap tingkah laku dalam dirinya. Perubahan tersebut menyangkut perubahan

yang bersifat pengetahuan (kognitif), keterampilan (psikomotorik), maupun

menyangkut nilai dan sikap seseorang (afektif). Faktor-faktor yang mempengaruhi

(50)

1) Faktor Internal

Faktor internal adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam diri anak atau

siswa itu sendiri baik kondisi jasmani maupun rohani siswa. Adapun faktor

internal dibedakan menjadi:

a) Faktor fisiologis, merupakan suatu kondisi atau keadaan yang

berhubungan dengan keadaan jasmani anak atau siswa. Misalnya:

kondisi badan, dan keadaan fungsi-fungsi fisiologis tertentu.

b) Faktor psikologis, merupakan suatu kondisi atau keadaan yang

berhubungan dengan kejiwaan siswa. Faktor psikologis ini dapat

ditinjau dari aspek bakat, inteligensi, dan motivasi.

2) Faktor Eksternal

Faktor eksternal adalah faktor yang timbul dari luar diri siswa. Faktor

ekternal dibagi menjadi dua, yaitu:

a) Faktor sosial, di golongkan menjadi kategori lingkungan yaitu seperti

lingkungan keluarga, lingkungan guru, dan lingkungan masyarakat.

Didalam lingkungan terdapat faktor penting yang ikut mempengaruhi

prestasi belajar siswa seperti orang tua, suasana rumah, kemampuan

ekonomi keluarga, dan latar belakang kebudayaan. Lingkungan guru

juga ikut mempengaruhi prestasi belajar seperti interaksi guru dan

murid, hubungan antar murid, dan cara penyampaian materi serta

penyajian bahan pelajaran. Selain itu lingkungan masyarakat juga

(51)

bergaul, pola hidup lingkungan, kegiatan dalam masyarakat, dan

media.

b) Faktor non-sosial, didalamnya menyakut hal seperti sarana dan

prasarana sekolah (kurikulum, media pendidikan, keadaan gedung,

sarana belajar), waktu belajar, rumah, dan alam.

b. Cara Mengukur Prestasi Belajar

Secara formal, pengukuran dapat diartikan sebagai pemberian angka

terhadap suatu karakteristik tertentu yang dimiliki oleh seseorang, hal, atau objek

tertentu menurut aturan atau rumusan yang jelas. Dalam hal ini, pengukuran

prestasi belajar merupakan proses membandingkan tingkat keberhasilan belajar

pembelajaran dengan ukuran keberhasilan atau prestasi belajar dan pembelajaran

yang telah ditentukan secara kuantitatif.

Tes prestasi belajar biasanya dibuat oleh guru sendiri dalam bentuk tes

lisan maupun tertulis. Tes tertulis dibedakan menjadi dua yaitu tes objektif dan tes

essay. Tes objektif ialah tes yang dibuat sedemikian rupa kemudian dinilai oleh

siapapun menghasilkan skor yang sama. Sedangkan tes essay adalah tes yang

berbentuk pertanyaan tertulis, membutuhkan jawaban yang sifatnya menjabarkan

atau merangkai kalimat yang panjang. Dalam penelitian ini menggunakan tes

tertulis yang berupa 10 soal objektif/pilihan ganda untuk mengukur kognitif

produk yaitu prestasi belajar. Sedangkan tes dalam bentuk essay terdiri dari 4 soal

(52)

Menurut Djaali dan Muljono (2007: 4), menyatakan bahwa prestasi belajar

dapat diukur dengan menggunakan tes yang dibedakan menjadi dua macam yaitu

tes baku dan tes buatan guru. Tes baku merupakan tes yang telah diuji di lapangan

dengan maksud mendapatkan data tentang tingkat reliabilitas dan validitas

pengukuran serta standar normatif yang dipakai untuk menafsirkan skor tes.

Sedangkan, tes buatan guru merupakan tes yang dibuat oleh seseorang atau

kelompok untuk digunakan sesaat dan hanya berlakukan secara intern serta hanya

(53)

2.2 Penelitian yang Relevan

Berikut ini beberapa penelitian sebelumnya tentang metode inkuiri,

prestasi belajar, minat, keaktifan, serta keterampilan membuat dan membaca

grafik dalam pembelajaran.

1. Utami (2011), meneliti upaya meningkatkan pemahaman siswa

tentang materi sifat benda dan perubahan wujud dengan metode

penemuan terbimbing. Sampel dalam penelitian yaitu siswa kelas V

SD N Nyamplung Gamping Sleman yang berjumlah 17 orang. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa metode penemuan terbimbing dapat

meningkatkan pemahaman siswa kelas V SD N Nyamplang Gamping

Sleman Tahun ajaran 2010/ 2011 dalam mata pelajaran IPA

khususnya pada materi sifat benda dan perubahan wujud. Peningkatan

pemahaman siswa ditandai dengan nilai rata-rata siswa pada kondisi

awal 60,35 meningkat pada akhir siklus 1 yaitu 62,05 dan mencapai

70,82 pada akhir siklus 2. Nilai rata-rata untuk kerja siswa pada siklus

1 mencapai 61,70 dan pada siklus 2 mencapai 72,23. Sedangkan pada

siklus 1 adalah 64,7 %, dan pada akhir siklus 2 adalah 88,23%.

2. Utaminingsih (2008), meneliti tentang pembelajaran dengan

pendekatan penemuan terhadap prestasi belajar Fisika perlu diungkap

melalui sebuah penelitian yang dirancang dan diimplementasikan

dalam suatu studi eksperimen untuk dilihat efektifitasnya. Sampel

dalam penelitian ini yaitu siswa kelas X semester gasal Tahun Ajaran

(54)

dipilih sebagai sampel, yaitu kelas X.B sebagai kelompok penelitian

dan kelas X.A sebagai kelompok kontrol dengan jumlah

masing-masing kelas terdiri dari 21 siswa. Dari hasil analisis data prestasi,

minat dan keaktifan siswa, dapat diketahui bahwa pendekatan metode

penemuan (discovery) pada pembelajaran Fisika mempunyai

pengaruh yang berarti terhadap prestasi belajar siswa kelas X SMA

BOPKRI II Yogyakarta, yaitu ada peningkatan hasil belajar yang

cukup signifikan pada kelas penelitian, yang memperoleh

pembelajaran dengan pendekatan penemuan. Minat belajar siswa di

kelas penelitian lebih tinggi dibanding kelas kontrol, dimana siswa

lebih menyukai proses pengajaran, siswa dapat mencerna materi

pelajaran, serta siswa lebih berminat untuk mempelajari bidang studi

Fisika. Selain itu, diperoleh hasil bahwa dengan pendekatan

penemuan, keaktifan siswa dalam belajar di kelas lebih baik, dimana

siswa kelas menjadi lebih aktif dalam mengemukakan pendapat,

bertanya pada guru, bertanya pada siswa lain, berdiskusi dengan siswa

lain, pengerjaan tugas/laporan serta dalam menjawab pertanyaan lisan

dari guru.

Jadi melalui kedua penelitian diatas telah membuktikan bahwa metode

penemuan dapat meningkatkan pemahaman siswa tentang materi sifat benda dan

(55)

2.3 Hipotesis Penelitian

Hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini adalah :

1. Terdapat perbedaan terhadap minat siswa yang menerapkan metode

penemuan dibandingkan minat siswa menerapkan metode ceramah

pada mata pelajaran IPA siswa kelas V di SD BOPKRI Gondolayu

pada semester genap 2010/2011.

2. Terdapat perbedaan terhadap keaktifan siswa yang menerapkan

metode penemuan dibandingkan keaktifan siswa yang menerapkan

metode ceramah pada mata pelajaran IPA siswa kelas V di SD

BOPKRI Gondolayu pada semester genap 2010/2011.

3. Terdapat perbedaan terhadap kemampuan membuat dan membaca

grafik siswa yang menerapkan metode penemuan dibandingkan

kemampuan membuat dan membaca grafik siswa yang menerapkan

metode ceramah pada mata pelajaran IPA siswa kelas V di SD

BOPKRI Gondolayu pada semester genap 2010/2011.

4. Terdapat perbedaan terhadap prestasi belajar siswa yang menerapkan

metode penemuan dibandingkan prestasi belajar siswa yang

menerapkan metode ceramah pada mata pelajaran IPA siswa kelas V

(56)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif dengan metode

eksperimen semu yaitu tipe pretest posttest non ekuivalent control group design

(Sugiyono, 2010: 112). Berikut design penelitian ini :

B O1 X1 O2

A O3 X 2 O4

Keterangan :

B : Kelompok Eksperimen

A : Kelompok Kontrol

X1 : Perlakuan Metode Penemuan

X2 : Perlakuan Metode Ceramah

O1, O3 : pre test Pilihan Ganda dan essay, minat awal

O2, O4 : post test Pilihan Ganda dan essay, minat akhir

Dalam jenis penelitian ini terdapat dua kelompok, yaitu kelompok

eksperimen dan kelompok kontrol. Kelompok eksperimen maupun kelompok

kontrol tidak dipilih secara acak. Kelompok eksperimen (kelas V. 1) diberi

perlakuan metode penemuan dan kelompok kontrol (kelas V. 2) mendapat

perlakuan metode ceramah.

Sebelumnya kedua kelompok ini diberikan pretest PG dan essay, lembar

kuesioner minat, hal ini untuk mengetahui keadaan awal, tentang kemungkinan

(57)

perbedaan di kelompok eksperimen atau kelompok kontrol. Dalam pembelajaran,

dilakukan juga observasi untuk melihat keaktifan mereka. Setelah beberapa kali

pembelajaran, kemudian diberikan kembali posttest PG dan essay, lembar

kuesioner minat terhadap kedua kelompok untuk melihat hasil pembelajaran yang

telah dilakukan.

3.2 Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas V SD BOPKRI Gondolayu yang

beralamat di Jalan Jenderal Sudirman 24, Gowongan, Jetis, Yogyakarta.

Pemilihan tempat penelitian berdasarkan tempat praktek pelaksanaan program

pengalaman lapangan (PPL) peneliti di sekolah tersebut.

Dalam penelitian ini dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok

eksperimen dan kelompok kontrol. Kelompok eksperimen yaitu siswa kelas V. 1

SD BOPKRI Gondolayu Yogyakarta yang berjumlah 36 siswa. Sedangkan

kelompok kontrol yaitu siswa kelas V. 2 SD BOPKRI Gondolayu Yogyakarta

yang berjumlah 32 siswa.

Pembelajaran pada kelompok eksperimen dilakukan oleh peneliti dan

kelompok kontrol dilakukan oleh guru mitra yaitu guru bidang studi IPA. Hal itu

dilatar belakangi oleh kemampuan dari guru dan tujuan peneliti yang akan

Gambar

Gambar 1. Skema Daur Air
Gambar 2. Bagan Proses Daur Air
Gambar 3. Struktur Daur Ulang Air
grafik saja namun setelah membuat siswa diharapkan dapat membaca grafik yang
+7

Referensi

Dokumen terkait