• Tidak ada hasil yang ditemukan

RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT LOKAL : Kajian Mengenai Kegiatan Tanggung Jawab Sosial Industri Geothermal Kepada Masyarakat Lokal.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "RELASI DINAMIS ANTARA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT LOKAL : Kajian Mengenai Kegiatan Tanggung Jawab Sosial Industri Geothermal Kepada Masyarakat Lokal."

Copied!
462
0
0

Teks penuh

(1)

1

Kajian Mengenai Kegiatan Tanggung Jawab Sosial Industri Geothermal Kepada Masyarakat Lokal

(2)

ii

RELASI DINAMIS

ANTARA PERUSAHAAN

DENGAN MASYARAKAT LOKAL

Kajian Mengenai Kegiatan Tanggung Jawab Sosial Industri Geothermal Kepada Masyarakat Lokal

SANTOSO T. RAHARJO

UNPAD

PRESS

(3)

iii ISBN: 978-602-9238-49-5

RELASI DINAMIS

ANTARA PERUSAHAAN

DENGAN MASYARAKAT LOKAL

(Kajian Mengenai Kegiatan Tanggung Jawab Sosial Industri Geothermal Kepada Masyarakat Lokal)

© Santoso T. Raharjo

Hak cipta yang dilindungi ada pada penulis Hak penerbitan ada pada Unpad Press

UNPAD PRESS

Jl. Raya Bandung – Sumedang km 21 Sumedang Tlp.(022) 843 88812

Website: lppm.unpad.ac.id Email:lppm.unpad.ac.id Bandung, 2013

1 Jil., 287 hlm., 17,5 cm X 24 cm ISBN: 978-602-9238-49-5

UNPAD

(4)

iv

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobbillalamin patut penulis panjatkan kehadirat Allah Subhannahuwatala, karena proses penulisan buku ini. Buku ini merupakan hasil penelitian lapangan yang ditujukan dalam rangka penyelesaian disertasi penulis. Semoga penulisan buku ini dapat memberikan sumbangan akademis dan guna laksana, baik bagi masyarakat, pemerintah dan pemerhati lainnya. Ijinkanlah penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada pihak-pihak yang berperan penting dalam proses penyusunan disertasi ini.

Ucapan terima kasih tak terhingga kepada Prof. H. Oekan Soekotjo Abdoellah, MA., Ph.D, selaku ketua tim promotor atas bimbingan, interaksi dan stimulan intelektual yang tak ternilai harganya. Demikian pula kepada Prof. Dr. Drs. H. Asep Kartiwa, SH., MS. dan Dr. H. Soni Akhmad Nulhakim, S.Sos., M.Si., selaku anggota tim promotor penulis yang telah membimbing dan dengan pengetahuan yang tak ternilai, mengingatkan dan terus menyemangati dengan penuh kesabaran dan kecermatan, sehingga membawa penulis selalu fokus mengarungi kedalaman dunia ilmu melalui pemahaman teoritik dan metodologi kritis.

Ucapan terima kasih juga penulis ucapkan kepada Bapak Prof. Dr. Drs. H. Haryo Martodirdjo; Prof. Drs. H. Sudardja Adiwikarta, MA., Ph.D; dan Prof. Dr. Drs. H. Josy Adiwisastra; para oponen ahli yang telah hati-hati memeriksa, memberikan saran perbaikan konstruktif, serta kritis.

Terima kasih yang tulus kepada Bapak Tig Yulianto dan Bapak H.Yusep Akbar, selaku staf PGPA (Policy Goverments and Public Affair) PT. Chevron Geothermal Indonesia dan Kang Hadiyan (LSM PUPUK Bandung, perwakilan Garut) yang sudi meluangkan waktu di sela kesibukannya untuk berdiskusi berkenaan dengan pengumpulan data di lapngan. Serta ucapan terima kasih penulis ucapkan kepada Farhan Aditya, S.Kesos, Dian Nugraha, S.Kesos, serta Addico Porsiana, S.Kesos., yang telah membantu dan menemani penulis di lapangan.

Ucapan terima kasih rekan-rekan sejawat di Jurusan Ilmu Kesejahteraan Sosial FISIP Unpad yang selalu membantu untuk mengingatkan penyelesaian studi, sekaligus mitra diskusi dalam penyelesaian Program Doktor.

(5)

v

memberi dukungan penuh dalam penyelesaian. Serta kepada Drs. Bambang Hermanto, M.Si., yang selalu memberikan kemudahan dan dukungan.

Kepada Saudara-saudaraku, E. Supriyadi, Budi Maryanto, S.Pd, dan Agus Pratikno, A.Md, serta Heni Nugraheni yang selalu memberikan dorongan moril kepada penulis. Rasa terima kasih penulis haturkan kepada Ibunda Marinah (almh) dan Ayahanda Mishan (alm) yang telah mendidik dan menanamkan nilai-nilai kerja keras dan kesabaran yang tanpa lelah selalu berjuang sepanjang hidup mereka, mencurahkan kasih sayang kepada anak-anaknya. Demikian pula kepada ayahanda H. Ali Ratman dan ibunda mertua Hj. Ida Badriyah, Amd., yang dengan sabar dan memotivasi penulis untuk menyelesaikan studi ini, penulis ucapkan terima kasih.

Ucapan terima kasih kepada yang terkasih dan tersayang Nurliana Cipta Apsari, S.Sos., MSW, yang dengan penuh pengertian dan pemahaman, rasanya tidak mungkin naskah disertasi ini terwujud tanpa bantuan ‘mu ibu. Terima kasih atas kesabaran, curahan pengertian, untuk terus saling berbagi dalam suka dan duka. Untuk Arya Muhammad Rafi Raharjo dan Aslam Aulia Raharjo, terima kasih atas kesabaran, pengertian, dan selalu menyemangati penyelesaian studi ini.

Mudah-mudahan karya ini dapat memotivasi penulis untuk terus berkarya dan berkontribusi kepada masyarakat, bangsa dan negara, serta agama. Amiin...

Bandung, Oktober 2013

(6)

vi DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... i

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI... v

DAFTAR TABEL... viii

DAFTAR GAMBAR... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian………. 1

B. Rumusan Masalah ... 10

C. Tujuan Penelitian ………. 12

D. Manfaat Penelitian ... 13

E. Metode Penelitian ... 15

1. Metode yang Digunakan ...………... 15

2. Sumber Data dan Penentuan Informan …... 16

3. Teknik Pengumpulan Data……… .. 19

4. Instrumen Penelitian ……… 21

5. Teknik Pengolahan dan Analisis Data . ……… 22

6. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 24

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Corporate Social Responsibility (CSR) ... 27

1. Instrumental CSR ... 31

2. Politik CSR ... 34

3. Integratif CSR ... 36

4. Etik CSR ... 39

B. Relasi Dinamis Perusahaan dengan Masyarakat Lokal ... 47

C. Operasionaliasi Tanggung Jawab Sosial Perusahaan: Struktur, Agen dan Praktik Sosial... 69

1. Konsep Agen ... 73

2. Konsep Struktur ... 77

3. Konsep Dualitas Struktur dan Praktik Sosial ... 81

4. Konsep Kesadaran ... 87

(7)

vii

BAB III GAMBARAN MASYARAKAT LOKAL DAN

PERUSAHAAN: Kasus Desa Karya Mekar Kecamatan Pasirwangi Garut dan PT. Chevron Geothermal Indonesia

(CGI) ... 101

A.Kecamatan Pasirwangi ... 102

B.Desa Karyamekar ... . 109

C.PT. Chevron Geothermal Indonesia ... 132

BAB IV PANDANGAN MASYARAKAT LOKAL AKAN PERUSAHAAN DAN KEGIATAN CSR ... 135

A. Pandangan Masyarakat Lokal akan Kehadiran PT. Chevron Geothermal Indonesia (CGI) ... 135

1. Pengetahuan Masyarakat Lokal ... 136

2. Pandangan Masyarakat Lokal... 138

3. Inisiatif Masyarakat Lokal ... 145

4. Alasan Masyarakat Lokal melakukan Aksi ... 149

B. Operasionalisasi Kegiatan Tanggung Jawab Sosial PT.CGI menurut Pandangan Masyarakat Lokal ... 154

1. Inisiatif Usulan Kegiatan ... 154

2. Tahapan Kegiatan ... 159

C. Relasi Perusahaan dengan Masyarakat Lokal menurut Masyarakat Lokal ... 181

BAB V PANDANGAN PERUSAHAAN AKAN KEGIATAN CSR DAN MASYARAKAT LOKAL ... 187

A. Pandangan Perusahaan akan Keberadaan Masyarakat Lokal ... 187

B. Operasionalisasi Kegiatan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (CSR) ... 190

1. Landasan Etis Kegiatan CSR ... 194

2. Fokus dan Mekanisme Kegiatan CSR ... 198

3. Respon Perusahaan Menghadapi Masyarakat ... 231

4. Tantangan dan Hambatan... 234

5. Harapan Perusahaan ... 243

(8)

viii

A. Relasi Perusahaan Melalui Kegiatan Tanggung Jawab

Sosial Perusahaan... 251

1. Pemahaman perusahaan : Contoh kasus PT. Chevron Geothermal akan masyarakat lokal... 254

2. Kesadaran Perusahaan: Contoh kasus PT. Chevron Geothermal Indonesia (CGI) dalam melakukan kegiatan CSR... 256

B. Relasi Masyarakat Lokal Terhadap Tanggung Jawab Sosial Perusahaan ... 260

1. Pemahaman masyarakat local akan Perusahaan : Contoh kasus warga Desa Karyamekar akan keberadaan PT. Chevron Geothermal Darajat Garut... 263

2. Pemahaman masyarakat akan CSR: Contoh kasus warga Desa Karyamekar terhadap program CSR PT. Chevron Geothermal Darajat Garut ... 265

C. Relasi Dinamis Antar Masyarakat Lokal dan Perusahaan Melalui Kegiatan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan ... 268

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN ... 293

A.Kesimpulan ... 293

B.Rekomendasi ... 296

1. Saran Akademik ... 296

2. Saran Praktis ... 297

DAFTAR PUSTAKA ………... 301

(9)

ix

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Kategori Informan... 18

Tabel 2. Fokus dan Aspek Kajian... 19

Tabel 3. Corporate social responsibilities theories and related ... approaches... 42

Tabel 4. Perbandingan Perspektif teoritis terhadap strategi CSR ... 47

Tabel 5. Tipe Kelompok Sosial ... 49

Tabel 6. Kecenderungan Relasi Korporasi-Stakeholder... 67

Tabel 7. Operasionalisasi Konsep ”Keadilan dan Pemerataan” ... 68

Tabel 8. Penggunaan Lahan di Kecamatan Pasirwangi ... 103

Tabel 9. Keadaan Penduduk Laki-laki, Perempuan dan KK di Kecamatan Pasirwangi, 2012 ... 104

Tabel 10. Jenis Mata pencaharian Penduduk kecamatan Pasirwangi 105 Tabel 11. Kondisi Sarana dan Prasarana Pendidikan di kecamatan Pasirwangi ... 106

Tabel 12. Fasilitas Kesehatan di Kecamatan Pasirwangi ... 107

Tabel 13. Orbitrasi Desa Karyamekar Kecamatan Pasirwangi... 110

Tabel 14. Jumlah Penduduk per Dusun Desa Karyamekar Kecamatan Pasirwangi... 113

Tabel 15. Jumlah Penduduk menurut Usia Laki-laki dan Perempuan Desa Karyamekar Kecamatan Pasirwangi... 114

Tabel 16. Mata Pencaharian Penduduk di Desa Karyamekar Kecamatan Pasirwangi ... 115

Tabel 17. Jumlah Penduduk menurut Pendidikan Desa Karyamekar Kecamatan Pasirwangi... 116

Tabel 18. Jumlah Sarana dan Prasarana Pendidikan Desa Karyamekar Kecamatan Pasirwangi... 117

(10)

x

Tabel 20. Kegiatan Usaha Ekonomi Masyarakat Desa Karyamekar

Kecamatan Pasirwangi... 120 Tabel 21. Kepemilikan Ternak oleh Masyarakat Desa Karyamekar

Kecamatan Pasirwangi... 121 Tabel 22. Sarana Keagamaan (Islam) Desa Karyamekar Kecamatan

Pasirwangi ... 122 Tabel 23. Sarana Olah Raga di Desa Karyamekar Kecamatan

Pasirwangi... 123 Tabel 24. Kelompok Kesenian dan Budaya di Desa Karyamekar

Kecamatan Pasirwangi ... 124 Tabel 25. Kelembagaan dan Organisasi di Desa Karyamekar Kecamatan

Pasirwangi ... 125 Tabel 26. Catatan Pembangunan Desa Karyamekar Kecamatan

Pasirwangi ... 131 Tabel 27. Deskripsi pelaksanaan program community engagement

unggulan bidang pendidikan dan pelatihan... 204 Tabel 28. Deskripsi bidang unggulan peningkatan ekonomi masyarakat

melalui pengembangan domba terpadu ... 210 Tabel 29. Deskripsi bidang unggulan local economic development

(LED) dan inisiatives economic engagement and

empowering (I3E)... 230 Tabel 30. Jenis Program dan Bantuan dari PT. Chevron Geothermal

Indonesia, menurut masyarakat local ... 276 Tabel 31. Sejumlah Aksi atau Tuntutan Sosial Masyarakat kepada

(11)

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Struktur, Sistem dan Strukturasi ... 80 Gambar 2. Model Stratifikasi (tindakan) Agen (Giddens, 2010:8)... 90 Gambar 3. Dimensi-dimensi dualitas struktur (Giddens, 2010:46) ... 91 Gambar 4. Kerangka Alur Pikir Relasi Perusahaan dengan Masyarakat

Lokal ... 95 Gambar 5. Struktur Departemen Policy Government and Public Affair

(PGPA) CGI , (sumber, Chevron: 2012) ... 191 Gambar 6. Program Community Engagement CGI, Sebuah Pendekatan

Keberlanjutan Untuk Memberdayakan Komunitas (sumber Chevron, 2010) ... 200 Gambar 7. Program Education For Forestry Community - Ed4Comm

2009-2014, (Sumber: Chevron 2010) ... 203 Gambar 8. Project Grand Design : Income Generation For Community

(IGP4Com) and Beneficiaries Target: Woman/Youth Farming Labor (Chevron, 2010) ... 208 Gambar 9. Roadmap – Pengembangan Ternak Domba terpadu,

(Chevron, 2010) ... 209 Gambar 10. Relasi ‘Agen’ Perusahaan - ‘Struktur’ kegiatan tanggung jawab sosial perusahaan ... 253 Gambar 11. Relasi ‘Agen’ Masyarakat lokal –‘Struktur’ kegiatan

tanggung jawab sosial perusahaan ... 261 Gambar 12. Skema Relasi Dinamis antara Masyarakat Lokal dengan

Perusahaan Melalui Kegiatan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan . (Sumber: Gidden, Gidden 2009, 2010,

modifikasi oleh peneliti, 2013) 270

(12)

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Peraturan Pemeritah Nomor 47 Tahun 2012 tentang Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan Perseroan Terbatas

Lampiran 2 Undang Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal

Lampiran 3 Undang Undang Nomor 27 Tahun 2003 tentang Panas Bumi Lampiran 4 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan

(13)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Kehadiran industri tidak terlepas dari penerapan teknologi

modern dalam proses industrialisasi dan pengembangan industri, yang

secara langsung maupun tidak langsung akan membawa perubahan

baik fisik maupun non fisik (sosial-ekonomi) pada masyarakat

sekitarnya. Hal tersebut sejalan dengan pendapat yang diungkapkan

oleh Schneider(1986:429), bahwa

“..., industri tidak terlepas dalam keterisolasian. Sebaliknya, industri kita berada dalam matriks sosial yang kita sebut komunitas dan masyarakat, industri di satu pihak serta komunitas dan masyarakat di lain pihak terus-menerus saling mempengaruhi dengan berbagai cara”.

Dengan demikian kehadiran industri pada suatu komunitas atau

masyarakat tidak dapat dilepaskan dengan keadaan dan kondisi dari

masyarakat tersebut. Keberadaan industri di suatu daerah sedikit

banyak akan berpengaruh kepada masyarakat sekitar.

Perubahan yang berlangsung cepat di masyarakat sebagai akibat

perkembangan industri yang pesat ini di satu sisi telah membawa

dampak kemajuan yang berarti, terutama dalam mendorong percepatan

pertumbuhan ekonomi. Namun di lain pihak, perubahan itu pun tidak

luput pula membawa efek terhadap pergeseran tata nilai kehidupan

(14)

2

ekonomi dapat juga menimbulkan kemunduran nilai-nilai dalam

kehidupan masyarakat (Soemardjan, 1986).

Keberadaan industri di daerah tentunya akan berkaitan dengan

adanya nilai-nilai baru, sikap dan pola tingkah laku yang lebih

bercirikan perindustrian. Hal ini akan berbeda dengan masyarakat

sekitar yang lebih bercirikan tradisional. Perbedaan-perbedaan antara

masyarakat industri dan masyarakat sekitarnya yang terlalu mencolok

akan mengarah pada timbulnya gejolak-gejolak sosial. Dengan

demikian, proses penyesuaian dan penserasian sosial bagi industri dan

masyarakat sekitar menjadi begitu penting. Harapan adanya keserasian

ini tidak hanya milik dari masyarakat setempat, tetapi juga merupakan

harapan pihak industri. Sebab, dari adanya keserasian akan menumbuhkan hubungan yang ‘mutualis’ antara industri dan

masyarakat sekitar. Keadaan dimana lembaga-lembaga kemasyarakatan

melaksanakan fungsinya masing-masing dan saling mengisi

kekosongan fungsi akan menimbulkan harmoni dalam masyarakat yang

pada akhirnya akan menciptakan social equilibrium (Soemardjan,

1986).

Atas dasar kesesuaian dan keserasian, maka industri sebagai

suatu unit produksi berteknologi tinggi sudah selayaknya berusaha

sedapat mungkin menempatkan diri pada lingkungan masyarakat

setempat, melalui kegiatan tanggung jawab sosial perusahaan.

Persoalannya adalah bagaimana industri membangun dan

mengembangkan relasi yang saling menguntungkan dengan masyarakat

sekitar, dan bagaimana pula masyarakat sekitar mengembangkan pola

(15)

3

Konsep tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) dapat

dipandang sebagai salah satu upaya membangun relasi yang baik atau

harmonis dengan masyarakat sekitar. Berbagai cara dan pendekatan

dilakukan oleh perusahaan dalam rangka membangun hubungan yang

serasi dengan masyarakat sekitar dalam lingkup tanggung jawab sosial

perusahaan kepada masyarakat sekitar.

Konsep CSR didasari oleh tiga prinsip dasar yang dikenal

dengan istilah triple bottom lines yang dikenal sebagai 3P (people,

profit, planet) yaitu kepedulian perusahaan yang menyisihkan sebagian

keuntungannya (profit) bagi kepentingan pembangunan manusia

(people) dan lingkungan (planet) agar keberadaan perusahaan dapat

tumbuh dan berkelanjutan. Pertimbangan implementasi CSR terkait

dengan upaya memenuhi regulasi, hukum dan aturan yang

mengaturnya. Selain itu CSR juga berperan sebagai investasi sosial

perusahaan untuk mendapatkan image yang positif, sebagai bagian dari

strategi bisnis perusahaan, sehingga perusahaan memperoleh licence to

operate dari masyarakat setempat. Hal lain adalah sebagai bagian dari

risk management perusahaan untuk meredam atau menghindari konflik.

Penerapan tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) di

Indonesia diatur menurut Undang-Undang No. 40/2007 tentang

Perseroan Terbatas dan Undang-Undang No.25/2007 tentang

Penanaman Modal. Perusahaan yang wajib melaksanakan CSR,

berdasarkan UU PT tersebut yaitu:

1. Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang sumber daya alam wajib melaksanakan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan

(16)

4

dianggarkan dan diperhitungkan sebagai biaya Perseroan yang pelaksanaannya dilakukan dengan memperhatikan kepatutan dan kewajaran.

3. Perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Namun demikian kehadiran UU PT tersebut di kalangan dunia usaha

telah menimbulkan pro dan kontra. Sebagaimana dikemukakan oleh

Sukarmi (2008:11), bahwa.

Pro dan kontra terhadap ketentuan tersebut masih tetap berlanjut sampai sekarang. Kalangan pelaku bisnis yang tergabung dalam Kadin dan Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) yang sangat keras menentang kehadiran dari pasal tersebut. Pertanyaan yang selalu muncul adalah kenapa CSR harus diatur dan menjadi sebuah kewajiban? Alasan mereka adalah CSR kegiatan di luar kewajiban perusahaan yang umum dan sudah ditetapkan dalam perundang-undangan formal, seperti : ketertiban usaha, pajak atas keuntungan dan standar lingkungan hidup. Jika diatur sambungnya selain bertentangan dengan prinsip kerelaan, CSR juga akan memberi beban baru kepada dunia usaha. Apalagi kalau bukan menggerus keuangan suatu perusahaan.

Dengan keluarnya UU PT No 40 tahun 2007, berikut dengan Peraturan

Pemerintah No 47 tahun 2012, maka konsep CSR yang semula

merupakan kewajiban moral, menjadi kewajiban yang dapat

dipertanggungjawabkan dalam hukum, tetapi khusus hanya perseroan

yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan /atau berkaitan

dengan sumber daya alam. Bagi perseroan lainnya, CSR hanya

merupakan kewajiban moral.

Sebagai suatu agent of development’, sangat penting bagi

industri untuk mengetahui kondisi-kondisi sosial budaya masyarakat

(17)

5

pihak industri akan terlihat dari adanya interaksi yang ‘assosiatif’

antara pihak industri dengan masyarakat sekitar, sehingga tidak

menimbulkan gejolak-gejolak sosial. Akan tetapi, apabila kegiatan

tanggung jawab sosial perusahaan tidak terselesaikan dengan baik

maka akan dapat menimbulkan kondisi sosial yang kurang menunjang

terhadap keberadaan industri di tengah-tengah masyarakat.

Kegiatan-kegiatan tanggung jawab sosial perusahaan dengan

demikian membutuhkan pemahaman yang baik dan mendalam kondisi

masyarakat setempat dimana kegiatan tanggung jawab sosial

perusahaan tersebut diwujudkan. Peran serta masyarakat dan

stakeholder menjadi penting untuk dilibatkan dalam kegiatan tersebut.

Tanggung jawab sosial perusahaan masyarakat merupakan suatu proses

yang bergerak dan bertalian dengan sumber-sumber yang ada di

masyarakat, yang saat ini mulai dimanfaatkan secara maksimal oleh

perusahaan dan industri.

Konsep CSR dipopulerkan pada tahun 1953 dengan diterbitkan buku yang bertajuk “Social Responsibility of the Businessman” karya Howard R. Bowen yang kemudian dikenal dengan bapak CSR

(Garriga & Mele, 2004). Gema CSR mulai berkembang pada tahun

1960-an dimana persoalan-persoalan kemiskinan dan keterbelakangan

mulai mendapat perhatian lebih luas dari berbagai kalangan.

Perkembangan konsep CSR kemudian diperkuat pada KTT

Bumi (earth summit), tahun 1992 di Rio De Janeiro menegaskan

konsep pembangunan berkelanjutan (sustainable development) yang

didasarkan atas perlindungan lingkungan hidup, pembangunan ekonomi

dan sosial sebagai hal yang harus diimplementasikan. Lalu, World

(18)

6

Yohannesberg, Afrika Selatan memunculkan konsep Social

Responsibility yang mengiringi dua konsep sebelumnya yaitu economic

and environment sustainability. Kemudian rencana diberlakukannya

sertifikasi ISO 26000 mengenai Guidance on Social Responsibility

pada tahun 2010. Dalam draft akhir (final draft) ISO 26000 berkaitan

dengan labour practices, fair operating practices, consumer issues, the

environment, community involvement and development dan human

rights. Rangkaian tersebut mendorong banyak kalangan menaruh

perhatian lebih terhadap perlunya kajian-kajian mengenai tanggung

jawab sosial perusahaan kepada masyarakat sekitar.

Sejumlah penelitian telah dilakukan berkaitan dengan relasi antara

korporasi dengan masyarakat sekitar melalui kegiatan tanggung jawab

sosial perusahaan, baik itu relasi yang positif maupun negatif (konflik)

(sebagai contoh, Suharto, 2010; Idemudia, 2009; Eweje, 2007; Imbun,

2007; Wahyudi & Muzni, 2005; Prayogo, 2004, Ngadisah, 2002),

namun kesemua penelitian tersebut belum menyentuh persepsi atau

pandangan masyarakat sekitar mengenai tanggung jawab sosial

perusahaan yang berada di lingkungan sekitar mereka.

Ada pula penelitian CSR dari sudut pandang komunikasi, seperti

misalnya (Chariri & Nugroho, 2009; Harmoni, 2009) kedua penelitian

tersebut mengungkapkan pentingnya pelaporan CSR dalam rangka

membangun imej perusahaan, namun kedua penelitian tersebut masih

bersifat informatif saja, sehingga rekomendasi yang dihasilkan adalah

menekankan pada pentingnya komunikasi yang terjalin antara pihak

perusahaan dengan para stakeholder.

Sementara itu, penelitian yang berkaitan dengan CSR dalam

(19)

7

Alfitri, Yenrizal, & Hakim, 2004; Nanlohy, 2005; Wahyudi & Muzni,

2005; Alfitri, 2010) memunculkan fakta mengenai kurang harmonisnya

relasi antara perusahaan dengan masyarakat sekitar, dan bahwa

perusahaan melaksanakan CSR tanpa melibatkan masyarakat,

mengakibatkan program CSR yang dilaksanakan perusahaan selalu

berujung pada ketidakpuasan masyarakat terhadap perusahaan tersebut.

Sejumlah penelitian yang telah dilakukan tersebut, belum memetakan

secara tegas mengenai pandangan dan pemahaman masyarakat lokal

serta pihak perusahaan dalam melihat program tanggung jawab sosial

perusahaan. Berdasarkan hal inilah, maka penelitian ini berupaya

memetakan relasi antara perusahaan dengan masyarakat lokal,

khususnya pelaksanaan kegiatan tanggung jawab sosial perusahaan dari

sudut pandang masyarakat lokal dan pihak perusahaan. Kemudian

dalam kajian sosiologi belum banyak penelitian yang mencoba

memetakan relasi perusahaan dengan masyarakat lokal, khususnya

dengan menggunakan teori struktur–agen (Giddens 1999, 2006, 2010,

dan 2011). Oleh karena itu, urgensi penelitian ini adalah memperkaya

kajian-kajian sosiologis tentang CSR yang telah ada pada industri

ektraktif di Indonesia, khususnya dengan menggunakan kerangka teori

struktur-agen yang memang masih terbatas. Kajian sosiologi

kontemporer khususnya dengan menggunakan kerangka teori

struktur-agen Giddens dalam melihat relasi sosial antara masyarakat dengan

perusahaan melalui kegiatan tanggung jawab sosial perusahaan (CSR).

Sejumlah isu muncul berkaitan dengan kehadiran perusahaan di

dalam lingkungan dan masyarakat, apalagi pada industri yang

memanfaatkan sumber daya alam. Isu-isu tersebut, sebagaimana

(20)

8

1. The utilization of natural resouces as a part of its production processes

2. The effect of competition between it self and other organizations in the same market

3. The enrichment of a local community throught the creation of employment opportunities.

4. Transformation of the landscape due raw material extraction or waste product storage

5. The distribution of wealth created within the firm to the owners of that firm (via dividends) and the workers of that firm (throught wages) and the effect of this upon the welfare of individuals.

6. And more recently the greatest concern has been with climate change and the way in which the emission of greenhouse are exacerbating this.

Pelaksanaan otonomi daerah juga memunculkan persoalan

tersendiri yang harus dihadapi oleh perusahaan multinasional di daerah.

Seiring pula dengan meningkatnya kesadaran masyarakat akan

hak-haknya untuk turut serta mengatur penyelenggaraan negara, masyarakat

mulai ingin memperoleh manfaat dari keberadaan perusahaan yang

beroperasi di daerahnya. Perusahaan nasional maupun multinasional

dituntut untuk memberikan kontribusi langsung pada pemenuhan

kebutuhan masyarakat, antara lain melalui pemberdayaan masyarakat di

tempat mereka melakukan operasi. Hal ini didukung oleh tuntutan

penerapan konsep tanggung jawab sosial perusahaan (corporate social

responsibility) baik secara lokal melalui berbagai aksi masyarakat,

secara nasional melalui legitimasi hukum, serta iklim perindustrian di

seluruh penjuru dunia. Seluruh perusahaan diminta untuk mewujudkan

tanggung jawab sosialnya tidak lagi semata-mata bekerja untuk

(21)

9

pemegang saham, melainkan juga memberikan manfaat pada

masyarakat pada umumnya dan pada komunitas sekitar khususnya.

Berbagai dampak sosial, ekonomi, dan lingkungan yang timbul akibat

berdirinya suatu kawasan industri, mengharuskan perusahaan untuk

bertanggung jawab kepada publik melalui aktivitas yang nyata.

Bentuk pemberian dari para perusahaan dikenal dengan semangat

filantropi. Philanthropy atau kedermawanan, memiliki arti kebaikan

hati yang diwujudkan dalam perbuatan baik dengan menolong dan

memberikan sebagian harta, tenaga maupun pikiran secara sukarela

untuk kepentingan orang lain. Sumbangan, amal, derma memang

merupakan salah satu bentuk dari filantropi, namun barulah tahap yang

paling awal. Bentuk akhir dari filantropi adalah sebagai investasi: yaitu

investasi sosial (Ibrahim, 2005). Berdasarkan dari filantropi tersebut

maka pelaku bisnis yang memiliki perusahaan besar maupun kecil

(korporat) memiliki tanggung jawab untuk turut mengembangkan

masyarakat di sekitarnya untuk menghindari terjadinya ketimpangan,

kesenjangan serta kecemburuan sosial yang dapat mengakibatkan

disharmonisasi sosial. Namun Paradigma tanggung jawab sosial

perusahaan tesebut perlu disikapi secara positif oleh seluruh perusahaan

untuk menjaga keberlanjutan usahanya. Dalam penerapan CSR oleh

perusahaan, perlu hati-hati dan cara-cara yang benar agar tidak

memperkuat kondisi relasi ketergantungan dari masyarakat akan

kehadiran perusahaan. Keuntungan-keuntungan yang secara otomatis

didapat dari pelaksanaan tanggung jawab sosial masyarakat di sini

adalah adanya pengurangan resiko, meningkatnya good will,

mengurangi biaya, membangun sumber daya manusia, serta

(22)

10

Desa Karyamekar Kecamatan Pasirwangi Kabupaten Garut dan

Chevron Geothermal Indonesia (CGI) menjadi lokus dari penelitian

relasi antara masyarakat lokal dengan perusahaan ini. Pemilihan lokasi

penelitian tersebut memenuhi kebutuhan penelitian sebagai berikut,

pertama PT. CGI merupakan perusahaan ekstraktif yang

menyelenggarakan program CSR, kedua di Desa Karyamekar mewakili

masyarakat lokal yang hidup di sekitar lokasi perusahaan dalam hal ini

yang menyelenggarakan kegiatan CSR.

B. Rumusan Masalah

Keberadaan perusaaan di tengah lingkungan masyarakat

berpengaruh langsung dan tidak langsung terhadap lingkungan

eksternal yaitu masyarakat. Eksistensi perusahaan berpotensi besar

mengubah lingkungan masyarakat, baik ke arah negatif maupun positif.

Dengan demikian perusahaan perlu mencegah timbulnya dampak

negatif, karena hal tersebut dapat memicu konflik dengan masyarakat,

yang selanjutnya dapat mengganggu jalannya perusahaan dan aktifitas

masyarakat. Perubahan-perubahan yang terjadi pada masyarakat

setempat akibat dari keberadaan industri, pada akhirnya menuntut

masyarakat setempat untuk menyesuaikan diri dengan

perubahan-perubahan yang terjadi di sekelilingnya baik secara sosial, ekonomi,

politik dan budaya. Jika proses penyesuaian diri masyarakat setempat

mengalami hambatan sebagai akibat dari ketidakmampuan

anggota-anggota masyarakat untuk menyesuaikan diri, atau ketidakmampuan

lingkungan sekitar menyediakan sumber yang dibutuhkan oleh

(23)

11

diperkirakan mereka akan mencari sumber-sumber saluran perubahan

lain yang belum tentu baik dan cocok buat mereka, seterusnya akan

menimbulkan masalah sosial. Peran serta industri dalam kegiatan

pengembangan masyarakat sebagai wujud tanggung jawab sosial

perusahaan yang ditujukan pada masyarakat setempat diharapkan dapat

membantu proses penyesuaian masyarakat setempat terhadap

perubahan-perubahan yang terjadi di sekelilingnya.

Relasi antara perusahaan dengan komunitas di kawasan operasi

perusahaan di Indonesia dapat merupakan relasi yang dinamis, artinya

dapat berubah seiring perubahan kepentingan, perubahan kondisi

lingkungan dan politik lokal. Kendati memiliki karakteristik yang amat

jauh berbeda antara korporasi dan masyarakat lokal namun keberadaan

perusahaan di antara komunitas atau masyarakat sekitar merupakan

kondisi yang tidak terelakkan. Keberadaan perusahaan multinasional

yang notabene (sebagian besar) merupakan perusahaan asing yang

dikelola bukan oleh warga setempat kerap menimbulkan berbagai

permasalahan besar yang berkaitan dengan perbedaan kepentingan

yang tidak difahami oleh kedua belah pihak. Hal tersebut disebabkan

keberadaan perusahaan di tengah-tengah komunitas berkaitan dengan

pemanfaatan sumberdaya alam serta ekonomi masyarakat. Selanjutnya

hal tersebut akan merembet pada permasalahan sosial-budaya dan

politik masyarakat setempat.

Dinamika relasi antara perusahaan dengan masyarakat lokal amat

tergantung pada kesadaran masyarakat lokal akan kehadiran perusahaan

di tengah-tengah mereka. Demikian pula sebaliknya pandangan dan

kesadaran perusahaan akan keberadaan masyarakat lokal akan

(24)

12

masyarakat sekitar. Berdasarkan uraian tersebut maka rumusan

permasalahan penelitian ini adalah bagaimana perusahaan dan

masyarakat lokal membangun relasi melalui operasionalisasi kegiatan

tanggung jawab sosial perusahaan. Dari rumusan tersebut kemudian

memunculkan dua isyu atau masalah utama yaitu

1) Bagaimana pelaksanaan kegiatan tanggung jawab sosial

perusahaan sebagai media relasi antara masyarakat dan

perusahaan.

2) Bagaimana model relasi dinamis dari upaya masyarakat lokal

dan perusahaan membangun relasi melalui operasionalisasi

kegiatan tanggung jawab sosial perusahaan dalam kerangka

teori struktur-agen.

C. Tujuan Penelitian

Maksud penelitian ini adalah untuk memahami secara lebih

mendalam mengenai pola relasi yang terbangun antara perusahaan

dengan masyarakat setempat melalui kegiatan (CSR) coorporate social

responsibility.

Tujuan penelitian ini diharapkan dapat menjawab persoalan

yang muncul berkaitan dengan implementasi program tanggung jawab

sosial perusahaan sebagai media relasi perusahaan dengan masyarakat

setempat. Beberapa tujuan penelitian yang ingin diperoleh antara lain:

1) Tergambarkannya pelaksanaan kegiatan tanggung jawab sosial

perusahaan sebagai media relasi antara masyarakat dan

(25)

13

2) Tergambarkannya model relasi dinamis dari upaya masyarakat

lokal dan perusahaan membangun relasi melalui

operasionalisasi kegiatan tanggung jawab sosial perusahaan

dalam kerangka teori struktur-agen.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

1) Diharapkan memperkaya penggunaan teori sosiologi

kontemporer khususnya teori struktur-agen Giddens yang dapat

menjelaskan hubungan struktur tanggung jawab sosial

perusahaan (CSR) dengan agen masyarakat lokal dan

perusahaan dalam konteks Indonesia.

2) Diharapkan dapat memunculkan model relasi yang terjadi

antara struktur-agen, dan antar agen dalam kegiatan tanggung

jawab sosial perusahaan industri ekstraktif.

3) Diharapkan akan memunculkan model kegiatan corporate

social responsibility (CSR) yang sesuai dengan kondisi sosial

masyarakat setempat

2. Manfaat Praktis

1) Bagi Masyarakat

Kajian ini diharapkan bermanfaat bagi peningkatan pemahaman

masyarakat akan keberadaan industri ektraktif berikut dampak

yang ditimbulkannya, sehingga dapat membangun hubungan

(26)

14

jauh lagi masyarakat setempat dapat berperan serta dalam

kegiatan tanggung jawab sosial perusahaan, khususnya pada

kegiatan yang terkait dengan kebutuhan masyarakat setempat

2) Bagi Perusahaan

Kajian ini akan bermanfaat untuk keberlanjutan perusahaan;

menjadi acuan dan informasi dalam mengembangkan

program-program tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) yang sesuai

dengan kebutuhan masyarakat setempat.

3) Bagi Pemerintah

Terdapat peningkatan pemahaman akan pentingnya keberadaan

industri besar ekstraktif sebagai mitra pembangunan baik pusat

maupun di daerah. Sejalan peningkatkan pemahaman tersebut,

diharapkan akan tercipta koordinasi yang baik dalam

pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan dengan kegiatan

pembangunan masyarakat.

Pemerintah pusat dan daerah dapat memanfaatkan kajian

ini sebagai acuan data dan informasi dalam merencanakan,

melaksanakan dan mengevaluasi suatu proyek pembangunan

yang lebih sinergis, sehingga tidak saling tumpang tindih tetapi

saling menguatkan. Pemerintah dapat menfasilitasi peran serta

perusahaan dan masyarakat, khususnya masyarakat setempat

(sekitar industri), pada kegiatan pembangunan agar tercipta

kegiatan pembangunan yang berkesinambungan dan sesuai

(27)

15

E. Metode Penelitian

1. Metode yang Digunakan

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, merujuk pada

penjelasan Creswell (2002:4) tentang asumsi pendekatan kualitatif

dengan mempertimbangkan realitas subyektif yang dianut oleh obyek

penelitian, dalam hal ini relasi yang terjadi antara korporasi dengan

masyarakat lokal. Pemilihan pendekatan kualitatif digunakan untuk

mencari informasi yang mendalam tentang kesadaran masyarakat lokal

akan keberadaan perusahaan dan upaya membangun hubungan dengan

perusahaan, serta kesadaran perusahaan akan keberadaan masyarakat

lokal dan kegiatan tangggung jawab sosial perusahaan dalam

membangun relasi dengan masyarakat sekitar.

Metode studi kasus yang digunakan peneliti, dalam rangka

mendalami unit-unit sosial terkecil seperti organisasi dan berbagai

bentuk unit sosial lainnya secara komprehensif, intens, rinci dan

mendalam. Studi kasus digunakan dalam penelitian ini untuk menggali

fenomena relasi industri yaitu PT. Chevron Geothermal Indonesia

dengan masyarakat sekitar melalui kegiatan corporate social

responsibility-nya sebagai sebuah kasus, dengan mengumpulkan

informasi rinci dan mendalam dengan menggunakan prosedur

pengumpulan data.

Obyek penelitian ini adalah relasi perusahaan dengan

masyarakat sekitar yang dipilah menjadi 2 (dua) bagian. Pertama,

upaya masyarakat lokal membangun relasi dengan perusahaan untuk

melihat bagaimana kesadaran masyarakat lokal lingkungannya melalui

(28)

16

relasi dengan masyarakat sekitar, kedua kesadaran masyarakat setempat

dalam melihat dan merespon keberadaan perusahaan agar diperoleh

informasi mengenai cara-cara masyarakat lokal dalam membangun

relasi dengan perusahaan, dan ketiga informasi lainnya dari pihak

pemerintah setempat dan lembaga swadaya masyarakat dalam melihat

relasi industri dengan masyarakat setempat, agar diperoleh informasi

mengenai pandangan lain akan relasi tersebut.

Unit analisisnya adalah masyarakat setempat (komunitas) dan

perusahaan untuk melihat relasi dinamis yang muncul antara

perusahaan dengan masyaakat setempat.

2. Sumber Data dan Penentuan Informan

Data yang dibutuhkan meliputi data tentang upaya-upaya

perusahaan dan masyarakat setempat dalam membangun relasi, serta

pola relasi yang terbentuk antara perusahaan dengan masyarakat

setempat.

Data dan informasi yang diperoleh dalam penelitian ini dapat

dikelompokkan menjadi data primer dan data sekunder. Data primer

dapat diperoleh melalui wawancara dengan informan dan hasil

pengamatan di lapangan. Sedangkan data sekunder yang dibutuhkan

berupa catatan-catatan tertulis, gambar, grafik, kliping koran dan

rekaman, demikian pula dengan media elektronik.

Informan penelitian adalah subjek yang memahami informasi objek

penelitian sebagai pelaku maupun orang lain yang memahami objek

penelitian (Bungin, 2008:76). Pemilihan dan jumlah informan yang

(29)

17

dimintai keterangan dengan masalah yang diteliti dan kecukupan

informasi yang sudah diperoleh dan tidak ada informasi baru lagi

(Sarwono, 2006:6). Oleh karena itu, seleksi sampel dalam penelitian

kualitatif tidak statis, melainkan bersifat dinamis, dari fase ke fase,

berurut (sequential), berkembang (developmental), dan kontekstual

(Alwasilah, 2002:148). Dalam penelitian ini informan diambil dengan

cara purposeful sampling yaitu pengambilan sampel dengan maksud

tertentu dari penyeleksian kasus yang kaya informasi untuk dikaji

dengan mendalam (Patton, 1991:81).

Pemilihan informan bukan bergantung pada jumlah informan

yang diambil, namun lebih pada sejauhmana data dan informasi tentang

relasi antara perusahaan dengan masyarakat lokal yang diperoleh

mampu menjawab permasalahan. Sifat sampling ini disebut juga

criterion based selection (Goetz dan Comte dikutip Moleong, 1999:22)

Untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan, maka data dari

informan yang mengetahui secara mendalam tentang pola relasi yang

terjadi antara perusahaan dengan masyarakat setempat. Untuk itu pada

penelitian ini informan dikelompokkan menjadi dua yaitu:

1. Informan kunci

Informan kunci yaitu informan yang mengetahui secara

mendalam mengenai permasalahan yang dikaji dalam penelitian

ini, informan kunci dalam penelitian ini adalah tokoh-tokoh

masyarakat setempat baik formal, serta pihak perusahaan.

2. Informan biasa

Informan biasa yaitu anggota masyarakat setempat lainnya yang

mengetahui fenomena relasi yang terjadi antara masyarakat

(30)

18

tanggung jawab sosial PT. Geothermal kepada masyarakat

lokal.

3. Informan pendukung

Informan-informan lainnya baik formal maupun informal baik

pemerintah daerah setempat atau organisasi masyarakat lainnya

yang mengetahui tentang pelaksanaan kegiatan tanggung jawab

sosial perusahaan kepada masyarakat setempat.

Informan-informan dalam penelitian ini terdiri dari warga

masyarakat lokal yang merupakan penduduk asli masyarakat Desa

Karyamekar, yang terdiri dari orang dewasa, tokoh pemuda, tokoh

masyarakat, para ibu. Kemudian terdapat pula informan dari aparat

pemerintah, baik dari desa, dan dua kecamatan; kemudian dari pihak

perusahaan dan LSM mitra perusahaan.

Tabel 1 Kategori Infoman

Kategori informan Jumlah (orang) Pihak Perusahaan (PP) 2

Pemerintah Desa (PD) 2 Pemerintah Kecamatan (PK) 3

LSM (LS) 2

(31)

19 Tabel 2 Fokus dan Aspek Kajian

Fokus Penelitian Aspek-aspek

Jenis dan cara perusahaan membangun hubungan dengan masyarakat lokal

Jenis dan cara perusahaan membangun hubungan dengan masyarakat lokal

Data yang diperlukan untuk menjelaskan penelitian ini

dikumpulkan dari dua sumber utama, yaitu sumber data primer (melalui

wawancara dan observasi) dan data sekunder (dokumen-dokumen).

Untuk mengetahui upaya perusahaan membangun relasi dengan

(32)

20

dari pihak perusahaan dilakukan dengan wawancara dan studi

dokumentasi, untuk menelaah upaya masyarakat membangun relasi

dengan perusahaan dengan wawancara. Sedangkan untuk mengetahui

bagaimana program tanggung jawab sosial perusahaan

mempertimbangkan kebutuhan masyarakat setempat dapat

menggunakan teknik wawancara dan pengamatan. Sebagaimana

menurut Koentjaraningrat (1979:130), pengumpulan data dalam

penelitian dilakukan melalui pengamatan dan wawancara serta studi

dokumentasi.

Untuk memperoleh data primer dalam penelitian ini, peneliti

dapat memperolehnya dari:

1. Pengamatan (observasi)

Cara ini digunakan untuk mengetahui hubungan (struktur sosial)

antara masyarakat sekitar dengan korporasi melalui tindakan

dan hasil dari tindakan relasi tersebut.

2. Wawancara mendalam

Merujuk pada penjelasan Moleong (1999:135), peneliti

melakukan wawancara mendalam, dengan maksud untuk

mengumpulkan data secara akurat. Tema pokok yang

ditanyakan dalam wawancara, diantaranya menyangkut

beberapa hal sebagai berikut:

a) Upaya perusahaan membangun relasi dengan

masyarakat setempat melalui program tanggung jawab

sosial (CSR).

b) Upaya masyarakat membangun relasi dengan

(33)

21

c) Bagaimana program tanggung jawab sosial perusahaan

mempertimbangkan kebutuhan masyarakat setempat.

d) Pola relasi yang terjadi antara perusahaan dengan

masyarakat setempat.

3. Studi dokumentasi

Untuk memperoleh data sekunder, dapat diperoleh dari pihak

pemerintah daerah yang terkait erat dengan isyu tanggung

jawab sosial perusahaan, serta pemerintah desa dan kecamatan

yang berkait dengan bukti-bukti dari relasi dinamis. Kemudian

pihak perusahaan, yaitu berkaitan dengan dokumen tanggung

jawab sosial perusahaan. .

4. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian mengenai relasi antara perusahaan dengan masyarakat

lokal khususnya mengenai pelaksanaan kegiatan tanggung jawab sosial

PT. Chevron kepada masyarakat sekitar ini dipergunakan sejumlah alat

(instrumen) pengumpulan data, yaitu:

a. Pedoman wawancara (guide interview) disusun berdasarkan

kategori informasi yang telah ditentukan sebelumnya, agar proses

wawancara dapat menggali informasi sesuai tujuan penelitian.

b. Pedoman Observasi, merupakan panduan bagi peneliti terhadap

objek penelitian agar data yang terkumpul sesuai dengan tujuan

penelitian.

c. Catatan lapangan, yaitu catatan tertulis tentang apa yang didengar,

dilihat, dialami dan dipikirkan dalam rangka pengumpulan data

(34)

22

Alat bantu yang dipergunakan dalam penelitian ini antara lain tape

recorder dan mp3. Perekaman dengan menggunakan tape recorder

dan mp3 sangat penting karena dapat digunakan untuk menilai/

memperkirakan asumsi-asumsi dan kemungkinan-kemungkinan tujuan

yang ingin dicapai. Dengan rekaman maka peneliti dapat menemukan

hal hal yang mungkin luput dari perhatian peneliti atau mungkin

mengingatkan hal-hal yang terlupakan.

5. Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Prosedur analisis data kualitatif dalam penelitian tentang

operasionalisasi kegiatan tanggung jawab sosial PT. Geothermal ini

dilakukan, setelah data diperoleh melalui proses wawancara, observasi

dan studi dokumentasi yang dikumpulkan dari lapangan. Selanjutnya,

data dianalisa supaya dengan segera menemukan proposisi untuk

mengarahkan peneliti pada pengumpulan data selanjutnya. Data

terkumpul selanjutnya diproses seiring berjalannya proses penelitian,

sehingga apabila mendapatkan kekurangan dalam menggali data maka

dapat langsung ditanyakan kembali pada informan untuk melengkapi

kekurangannya. Data yang diperoleh dapat dianalisis melalui tahapan

sebagai berikut:

a) Kategorisasi dan mereduksi data, yaitu data yang diperoleh

berupa informasi penting terkait penelitian, selanjutnya

dikelompokkan sesuai dengan topik permasalahan yang

dibahas;

b) Pengelompokkan data, yaitu data yang telah dikelompokkan

(35)

23

penelitian tentang relasi dinamis antara perusahaan dengan

masyarakat setempat, yang dikelompokkan dalam masalah

penelitian sebagai berikut:

1. Upaya perusahaan membangun relasi dengan

masyarakat setempat melalui program tanggung jawab

sosial (CSR).

2. Upaya masyarakat membangun relasi dengan

perusahaan.

3. Bagaimana program tanggung jawab sosial perusahaan

mempertimbangkan kebutuhan masyarakat setempat.

4. Pola relasi yang terjadi antara perusahaan dengan

masyarakat setempat.

c) Verifikasi data yaitu data yang telah diinterpretasi dicek

kembali pada informan untuk menghindari kesalahan

interpretasi dari hasil wawancara dengan sejumlah informan

penelitian.

d) Interpretasi data yaitu dengan menganalisis data yang telah

dikelompokkan sesuai dengan obyek penelitian.

e) Penarikan kesimpulan, yaitu berdasarkan proposisi yang

dibangun dari interpretasi data, sehingga dijadikan jawaban atas

masalah penelitian.

Untuk keabsahan data yang didapatkan dari lapangan, maka

peneliti menggunakan teknik triangulasi data dan metode. Triangulasi

data dilakukan dengan jalan membandingkan data yang diperoleh dari

(36)

24

a) Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum

dengan apa yang dikatakan secara pribadi

b) Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan

berbagai pendapat dan pandangan orang lain.

Sementara itu, triangulasi metode dilakukan dengan cara menggunakan

berbagai teknik pengumpulan data yaitu wawancara langsung,

observasi non partisipasi dan studi dokumentasi:

a) Membandingkan apa yang dikatakan informan dengan hasil

pengamatan peneliti di lapangan.

b) Membandingkan hasil wawancara dengan isi dokumen yang

berkaitan dengan penelitian.

6. Lokasi, dan Waktu Penelitian

Alasan pemilihan lokasi penelitian 1) Perusahaan yang

menyelenggarakan program CSR, dalam hal ini PT. Chevron

Geothermal Indonesia, 2) Masyarakat yang berada di sekitar lokasi

perusahaan yang menyelenggarakan kegiatan CSR, yaitu desa-desa

yang berdekatan dengan lokasi perusahaan; dan 3) Pemerintah Daerah

Kabupaten Garut. Dengan waktu penelitian selama 10 bulan

Penelitian secara terencana dilakukan pada beberapa tahap

sebagai berikut:

a. Tahap persiapan

Tahap ini peneliti mempelajari berbagai fenomena relasi antara

perusahaan dengan masyarakat lokal yang diteliti, hingga

menemukan permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini.

(37)

25

Penelitian, Seminar Usulan Penelitian, dan dilanjutan dengan

perbaikan usulan penelitian berikut isntrumen pengumpulan

data.

b. Tahap pengumpulan data

Dalam tahap ini pengumpulan data utama mengenai relasi

perusahaan dengan masyarakat lokal dilakukan melalui

wawancara dan pengamatan. Demikian pula dengan data

sekunder yang mendukung data utama dan sesuai dengan

kebutuhan penelitian dikumpulkan.

c. Tahap pengolahan data

d. Tahap penulisan laporan

e. Proses konsultasi

(38)
(39)

27

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN

A. Konsep Corporate Social Responsibility (CSR)

Batasan mengenai tanggung jawab sosial perusahaan atau

Corporate Social Responsibility (CSR) yang dikemukakan oleh para

ahli berbeda-beda, sesuai dengan sudut pandang dan pemahaman

masing-masing mengenai CSR. Namun demikian perlu dikemukakan

beberapa definisi, sebagai koridor dan memagari kajian mengenai CSR.

Berikut definisi CSRyang dikemukakan oleh Pemerintah Inggris,

“The voluntary actions that business can take, over and above

compliance with minimum requirements, to address both its own competitive interest and interests of wider society” (www.csr.gov.uk UK Government)

Lebih lanjut World Business Council and Sustainability Development

(WBCSD), memberikan pengertian tanggung jawab sosial perusahaan

sebagai berikut:

“The continuing commitment by business to behave ethically and contribute to economic development while improving the quality of life of the workforce and their families as well as of the local community and society at large”(WBCSD, 1999, Business Association)

Pendapat tanggung jawab sosial lainnya dikemukakan dalam

(40)

28

“A company’s commitment to operating in an economically, socially, and environmentally sustainable manner while

balancing the interests of the diverse stakeholders”(

www.csr-asia.com, social enterprise)

Definisi-definisi tersebut menunjukkan adanya keragaman

dalam mengartikan dan mengimplementasikan CSR, sehingga, hingga

saat ini tidak ada terdapat kesepakatan mengenai batasan tanggung

jawab sosial perusahaan (McWilliams, et.al., dalam Radyati, M.R. &

Nindita. 2008). Namun demikian terdapat suatu pemahaman yang sama

di masyarakat Eropa mengenai CSR, sebagaimana pernyataan berikut:

There is broad agreement in Europe on the definition of CSR as a concept whereby companies integrate social and environmental concerns – on a voluntary basis- into their business operations as well as their interactions with

stakeholders”.(European Communities 2007)

Berdasarkan definisi-definisi tersebut dapat ditarik inti bahwa

CSR merupakan konsep sebagai berikut:

1. Perusahaan harus mempunyai perhatian terhadap persoalan

sosial dan lingkungannya

2. Berdasarkan prinsip sukarela

3. Kegiatan bisnis dan interaksi dengan pemangku kepentingan

harus memperhatikan persoalan sosial dan lingkungan

Setidaknya ada 2 (dua) landasan berkenaan dengan corporate

social responsibility (CSR) yaitu berasal dari etika bisnis (bisa

berdasarkan agama, budaya atau etika kebaikan lainnya) dan dimensi

(41)

29

untuk orang yang berbeda dalam negara yang berbeda pula. Artinya

penerapan CSR di masing-masing negara harus disesuaikan dengan

konteks sosial dan lingkungannya. Sehingga perlu kehati-hatian dalam

menerapkan konsep CSR dari negara-negara maju di negara-negara

yang sedang berkembang (Frynas, 2009).

Blowfield dan Frynas (2005) mengibaratkan CSR sebagai sebuah ‘payung’ bagi beragam teori dan praktek yang mengakui dan memahami persoalan-persoalan berikut:

(a) Bahwa perusahaan memiliki tanggung jawab terhadap

dampaknya terhadap masyarakat dan lingkungan alam, yang

terkadang lebih jauh lagi sekedar memenuhi aspek legal dan

pertanggungjawaban individual.

(b) Bahwa perusahaan memiliki suatu tanggung jawab untuk

berperilaku dengan siapa mereka melakukan bisnis.

(c) Bahwa bisnis harus (perlu) mengelola hubungannya dengan

masyarakat yang lebih luas, dengan alasan komersial atau untuk

nilai tambah terhadap masyarakat.

Sebagai konsep ‘payung’ maka menjadi hal yang lumrah ketika melihat banyak dan beragamnya pengertian dan pemahaman mengenai

CSR, memunculkan banyak interpretasi mengenai CSR sebagaimana

yang dikemukakan oleh Ameshi and Adi, 2007 dan dikutip oleh

Frynas, 2009:5, yaitu:

1. Etika dan moralitas bisnis

2. Akuntabilitas perusahaan

(42)

30 4. Bantuan dan pilantropi perusahaan

5. Perusahaan hijau dan pemasaran hijau

6. Manajemen keragaman

7. Tanggungjawab lingkungan

8. Hak asasi manusia

9. Rantai manajemen pembelian dan penyediaan yang

bertanggungjawab

10.Investasi sosial yang bertanggung jawab

11.Perjanjian (kesepakatan) stakeholder

12.Keberlanjutan

Sementara itu, Garriga & Mele (2004: 51-71) mencoba

memetakan konsep-konsep CSR ke dalam empat kelompok besar,

sebagai berikut:

1. Kelompok pertama yang berasumsi bahwa perusahaan adalah

instrumen untuk menciptakan kesejahteraan dan bahwa ini

merupakan satu-satunya tanggung jawab sosial. Hanya aspek

ekonomi dari interaksi antara bisnis dan masyarakat yang

dipertimbangkan. Jadi sekiranya terdapat aktivitas sosial yang

diterima, jika dan hanya jika hal tersebut konsisten dengan

penciptaan kesejahteraan. Kelompok teori ini dapat disebut

instrumental theories karena mereka memahami CSR sebagai

alat belaka untuk memperoleh keuntungan.

2. Kelompok kedua yang melihat kekuatan sosial dari perusahaan

yang menjadi tekanan, khususnya dalam hubungannya dengan

masyarakat dan tanggung jawabnya dalam arena politis

(43)

31

perusahaan untuk menerima tugas-tugas dan hak-hak sosial atau

berpartisipasi dalam kerjasama sosial tertentu. Kita dapat

menyebut kelompok ini dengan political theories.

3. Kelompok ketiga termasuk teori-teori yang mempertimbangkan

bisnis seharusnya to integrate tuntutan sosial. Biasanya

berpendapat bahwa bisnis tergantung pada masyarakat untuk

kelanjutan dan pertumbuhannya, bahkan untuk keberadaan

bisnisnya sendiri. Kelompok ini adalah integrative theories.

4. Kelompok keempat teori dari pemahaman hubungan antara

bisnis dan masyarakat adalah penanaman nilai-nilai etis. Hal

tersebut mengarahkan visi CSR dari suatu perspektif etis dan

sebagai konsekuensinya, perusahaan harus menerima tanggung

jawab sosial sebagai sebuah kewajiban etis di atas pertimbangan

lainnya. kelompok ini disebut dengan ethical theories

1. Instrumental CSR

Kelompok pertama, kelompok instrumental theories,

menganggap bahwa CSR atau kegiatan sosial adalah sebuah alat untuk

mencapai tujuan ekonomi yang pada akhirnya adalah menghasilkan

kekayaan. Pendekatan instrumental theories ini didukung oleh

pandangan yang diungkapkan oleh Friedman (1970) bahwa

satu-satunya tanggung jawab bisnis kepada masyarakat adalah

memaksimalkan profit untuk para pemegang saham, sesuai dengan

kerangka hukum dan kebiasaan etika dari negara tempat bisnis tersebut

berada. Kelompok teori ini kemudian banyak diakui dan diterima oleh

(44)

32

dengan menggunakan dasar teori ini. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Windsor (2001: hal. 226) bahwa “a leit-motiv of wealth creation progressively dominates the managerial conception of responsibility”.

Ada tiga tujuan ekonomi yang kemudian dapat diidentifikasi

dari kelompok instrumental theories ini menurut Garriga & Mele

(2004: 53) yaitu maximization of shareholder value; the strategic goal

of achieving competitive advantages; dan cause-related marketing.

Dalam tujuan maximization of shareholder value, Garriga & Mele

(2004) menjelasan bahwa investasi untuk menjawab tuntutan sosial

yang akan meningkatkan nilai para investor dimata masyarakat harus

dilakukan, sedangkan jika tuntutan sosial tersebut mengakibatkan

kerugian bagi perusahaan, maka investasi tersebut seharusnya ditolak.

Konsep ini memuat tujuan untuk pencarian nilai atau value-seeking

atau long-term values maximization sebagai tujuan utamanya dan pada

saat yang bersamaan, tujuan ini digunakan sebagai kriteria dalam

transaksi penting diantara para pemangku kepentingan (Jensen, 2000;

Garriga & Mele, 2004).

Dalam tujuan the strategic goal of achieving competitive

advantages, perusahaan fokus kepada bagaimana mengalokasikan

sumber daya untuk mencapai tujuan sosial jangka panjang dan

menciptakan keuntungan yang kompetitif. Hal ini sesuai dengan yang

diungkapkan oleh Husted & Allen, 2000, yang dikutip oleh Garriga & Mele (2004:54) “…focused on how to allocate resources in order to achieve long-term social objectives and create competitive advantage”.

Ada tiga pendekatan yang dapat digunakan dalam mencapai tujuan

tersebut, yaitu social investments in a competitive context melalui

(45)

33

dynamic capabilities melalui unique interplay of human, organizational

and physical resources over time; dan strategies for the bottom of the

economic pyramid melalui disruptive innovations (Garriga & Mele,

2004; Porter & Kramer, 2002; Christensen, et al., 2001; Christensen &

Overdorf, 2000; Barney, 1991; Wernerfelt, 1984).

Cause-related marketing, merupakan sebuah proses kegiatan

pemasaran perusahaan yang menghasilkan keuntungan melalui adanya

pertukaran yang menguntungkan yang sesuai dengan tujuan perusahaan

dan juga individual. Misalnya dengan menjual produk dengan label

bebas pestisida atau non-animal tested. Varadjan & Menon (1988:60)

mendefinisikan cause-related marketing sebagai

The process of formulating and implementing marketing activities that are characterized by an offer from the firm to contribute a specified amount to a designated cause when costumers engage in a revenue-providing exchange that satisfy organizational and invididual objectives.

Tujuan dari cause-related marketing dari berbagai hasil

penelitian yang dilakukan adalah meningkatkan pendapatan perusahaan

dan penjualan atau hubungan konsumen dengan membangun merk

perusahaan melalui akuisisi dan asosiasi dengan dimensi etika atau

dimensi tanggung jawab sosial, sehingga menghasilkan situasi yang

saling menguntungkan, dalam konteks perusahaan dan sosial (Gerriga

& Mele, 2004; Murray & Montanari, 1986; Varadarajan & Menon,

(46)

34

2. Politik CSR

Kelompok teori kedua yang dipetakan oleh Garriga & Mele

(2004) adalah kelompok political theories. Kelompok teori ini

memusatkan perhatiannya pada bagaimana menggunakan tanggung

jawab dari kekuatan bisnis dalam arena politik. Yang dimaksud dengan political theories, menurut Garriga & Mele (2004:55) adalah “a group of CSR theories and approaches focus on interactions and connections

between business and society and on the power and position of business

and its inherent responsibility”. (sekelompok teori-teori dan pendekatan CSR yang memusatkan perhatiannya pada interaksi dan

koneksi antara bisnis dan masyarakat dan pada kekuasaan dan posisi

bisnis dan tanggung jawab yang melekat pada bisnis tersebut). Ada tiga

teori utama yang diungkapkan oleh Garriga & Mele (2004), yaitu

Corporate Constitutionalism, Integrative Social Contract Theory dan

Corporate Citizenship.

Teori Corporate Constitutionalism pertama kali dikemukakan

oleh Davis (1960). Ia adalah orang pertama yang berpendapat bahwa

bisnis adalah institusi sosial dan sehingga bisnis harus menggunakan

kekuasaannya secara bertanggung jawab. Garriga & Mele (2004:55) mengungkapkan bahwa Davis (1960) “was one of the first to explore the role of power that business has in society and the social impact of

this power”. Kemudian Davis (1960) memperkenalkan kekuatan bisnis

sebagai sebuah elemen baru dalam debat mengenai CSR. Davis (1960)

menekankan pada pendapat bahwa tanggung jawab sosial bisnis

tergantung pada kekuasaan sosial yang dimiliki bisnis tersebut. Hal ini

(47)

35

social responsibilities of businessmen arise from the amount of social power that they have ….the equation of social power responsibility has

to be understood through the functional role of business and

managers”. Ini berarti bahwa tanggung jawab sosial kekuasaan

dimanifestasikan melalui peran fungsional bisnis dan manager dalam

masyarakat.

Teori integrative social contract theory yang diungkapkan oleh

Donaldson & Dunfee (1994, 1999) berawal dari pertimbangan bahwa

ada hubungan antara bisnis dan masyarakat berdasarkan pada tradisi

kontrak sosial. Kontrak sosial ini kemudian berimplikasi kepada

beberapa kewajiban tidak langsung dari bisnis untuk masyarakat

(Garriga & Mele, 2004; Prayogo, 2011). Lebih lanjut, teori ini

mengungkapkan sebuah proses yang memberikan legitimasi kepada

kontrak yang terjadi diantara sistem industri, departemen, dan ekonomi

(Garriga & Mele, 2004). Sementara itu, Prayogo (2011:74)

mengungkapkan bahwa

kontrak sosial merupakan kesepakatan yang bersifat “implicit

masyarakat memberikan legitimasi sosial (the right to exist) atas kehadiran korporasi dan sebaliknya manfaat ekonomi yang dihasilkan bisnis harus terdistribusi pula kepada masyarakat (in return for certain benefits).

Sementara itu, teori corporate citizenship lebih memusatkan

perhatiannya pada hak-hak, tanggung jawab dan kemungkinan

partnership dari bisnis dalam masyarakat. Sebelumnya, corporate

citizenship selalu dikaitkan dengan “a sense of belonging to a community” atau rasa kepemilikan kepada sebuah masyarakat (Matten,

et al., 2003; Wood & Lodgson, 2002), sehingga sudah menjadi hal yang

(48)

36

bisnis perlu memperhatikan masyarakat tempat bisnis itu beroperasi.

Oleh karena itu, menurut teori ini, bisnis dipahami sebagai seperti

warga dengan keterlibatan tertentu dalam masyarakat.

3. Integratif CSR

Kelompok teori ketiga yang diungkapkan oleh Garriga & Mele

(2004) adalah kelompok integrative theories. Kelompok ini

berpendapat bahwa bisnis sangat tergantung pada masyarakat untuk

menjaga keberadaan, keberlanjutan dan perkembangan bisnis tersebut.

Integrative theories memandang pada bagaimana bisnis

mengintegrasikan tuntutan sosial dan biasanya fokus kepada

mendeteksi, mencari dan memberikan respon kepada tuntutan sosial

untuk mencapai legitimasi sosial, penerimaan sosial yang lebih tinggi

dan prestige (Garriga & Mele, 2004). Pendekatan yang diurai dalam

kelompok teori ini adalah issues management, the principle of public

responsibility, stakeholder management dan corporate social

performance (Garriga & Mele, 2004:58-59).

Issues management menurut Wartick & Rude (1986:124) diartikan sebagai “the processes by which the corporation can identify, evaluate and respond to those social and political issues which may

impact significantly upon it”. Issues management merupakan pelebaran dari konsep social responsiveness yang muncul di tahun 1970-an

(Sethi, 1975). Konsep social responsiveness ini menekankan pada

pentingnya untuk menutupi gap diantara apa yang diharapkan oleh

masyarakat kepada perusahaan dan apa yang perusahaan lakukan secara

(49)

37

(1973:92) sebagai “zone of discretion (neither regulated nor illegal nor sanctioned) where the company receives some unclear signals from the

environment”. Ini berarti bahwa issues management menekankan pada proses memberikan respon dari pihak perusahaan terhadap

masalah-masalah sosial dan bahwa issues management berfungsi sebagai

peringatan dini atas potensi munculnya ancaman-ancaman lingkungan

dan juga kesempatan-kesempatan, sehingga dapat meminimalisir

kejutan dari adanya perubahan sosial dan politik (Garriga & Mele,

2004).

Pendekatan the principle of public responsibility pertama kali

diungkapkan oleh Preston & Post (1975, 1981). Mereka menekankan pada kegunaan kata “public” daripada “social”, untuk menunjukkan pada pentingnya proses publik dalam mendefinisikan scope dari

tanggung jawab, daripada pandangan personal-morality atau

berdasarkan minat kelompok tertentu saja (Garriga & Mele, 2004:58).

Preston & Post dalam Garriga & Mele (2004) berpendapat bahwa

aturan yang sesuai untuk melegitimasi perilaku manajerial dapat

ditemukan dalam kerangka kebijakan publik yang relevan dan bahwa

kebijakan publik tidak hanya berisi aturan-autran dan

perundang-undangan tetapi juga mengandung pola yang sangat luas dari arah

sosial yang terefleksikan dalam opini publik, isu-isu yang muncul,

kebutuhan akan hukum formal dan praktik-praktik dukungan atau

implementasi.

Pendekatan berikutnya adalah pendekatan stakeholder

management. Pendekatan ini berorientasi kepada para stakeholders atau

pihak-pihak atau orang-orang yang mempengaruhi dan atau

Gambar

Tabel 2 Fokus dan Aspek Kajian
Tabel 3 Corporate social responsibilities theories and related approaches
Tabel 4 Perbandingan Perspektif teoritis terhadap strategi CSR
Tabel 5 Tipe Kelompok Sosial
+7

Referensi

Dokumen terkait

HUBUNGAN ANTARA IMPLEMENTASI CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) HOTEL PURI ASRI DENGAN CITRA PERUSAHAAN (Studi Korelasi Pada Masyarakat Desa Banyuwangi, Magelang).

Uraian di atas dapat diketahui bahwa pada dasarnya antara perusahaan yang menjalankan kegiatan ekonomi dengan masyarakat mempunyai hubungan timbal balik, dan keduanya

Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui hubungan antara persepsi masyarakat tentang Program Desa Siaga dengan praktik PHBS di Desa Kandangan.. Jenis penelitian

Penelitian dengan judul “Program Pengelolaan Sumberdaya Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) Perum Perhutani sebagai implementasi tanggung jawab sosial perusahaan”

Pada saat awal beradaptasi dengan lingkungan yang baru dan perubahan jenis tanah dari tempat tinggal asal yang dihadapi oleh transmigran lokal Dayak membuat masyarakat merubah cara

Pada saat awal beradaptasi dengan lingkungan yang baru dan perubahan jenis tanah dari tempat tinggal asal yang dihadapi oleh transmigran lokal Dayak membuat masyarakat merubah cara