TUGAS MATA KULIAH IBADAH AKHLAK
“ MATERI PUASA”
DISUSUN OLEH :
Imelda Surya Santoso (2002055009) Salma Hamida Wahab (2002055032)
Dosen Pengampu : Pak Toto Tohari
Universitas Muhammadiyah Prof. DR.HAMKA Jakarta, 2021
A. Hikmah puasa
Setiap perintah Allah Subhanahu wa ta'ala dan apa yang dicontohkan oleh Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam pasti memiliki hikmah dan manfaat yang dapat manusia peroleh.
Bukan hanya sebagai bentuk ibadah kepada Allah, namun juga dapat dirasakan manfaatnya bagi yang menjalankan.
Termasuk ketika menjalankan ibadah puasa, maka akan ada manfaat yang dapat kita peroleh.
Tentu saja hikmah apa yang dijalankan setiap orang akan berbeda-beda, namun dalam menjalankan-nya ada
beberapa hal yang kita rasakan bersama.
Hal ini disampaikan dalam hadist sebagai berikut Setiap amal anak Adam akan dilipat gandakan, satu kebaikan menjadi sepuluh hingga tujuh ratus kebaikan sekehendak Allah, Allah berfirman, “Kecuali puasa, puasa adalah untuk-Ku dan Aku yang akan membalasnya, ia tinggalkan makan dan minumnya karena Aku.
Orang yang berpuasa itu mempunyai dua kebahagiaan, satu kebahagiaan ketika tiba waktu berbuka, dan satu
kebahagiaan lagi ketika berjumpa dengan Rabbnya. Dan sungguh, bau mulut orang yang berpuasa di sisi Allah lebih harum dari bau minyak kesturi. ” (HR Ibnu Majah)
Beberapa hikmah dalam menjalan kan ibadah puasa :
1. Melatih diri melawan hawa nafsu
Puasa yang dilaksanakan dari subuh hingga adzan magrib berkumandang tentu bukan hal mudah jika kita tidak
terbiasa menahan diri.
Larangan saat berpuasa seperti makan dan berhubungan suami istri tentu mengajarkan agar manusia dapat
mengelola emosi dan dorongan hawa nafsunya, tentu saja bukan untuk dihilangkan namun dapat dikelola
dengan baik agar dapat mencapai tujuan hidup menurut islam, dan tujuan penciptaan manusia.
2. Mengajarkan untuk hidup sederhana
Dengan berpuasa kita pun juga dapat melatih untuk hidup sederhana. Ketika berpuasa kita tidak banyak untuk membeli makanan atau minuman, dan menahan diri dari segala hal duniawi.
Hal ini juga sekaligus mengajarkan kita untuk hidup
berempati sosial pada lingkungan sekitar yang mungkin hidupnya lebih kurang beruntung dari kita.
3. Menjaga kesehatan
Manfaat dari puasa adalah kesehatan tubuh lebih terjaga dan dapat melakukan detoksifikasi atau pengeluaran
racun dalam tubuh. Hal ini tentu saja dapat membuat tubuh kita lebih fit dan sehat.
Hal ini karena tubuh kita beristirahat dari segala macam makanan atau minuman yang tidak sehat serta dibatasi agar tidak banyak makan berlebihan. Bahkan, para pakar kesehatan banyak merekomendasikan orang-orang yang sedang mengalami penyakit tertentu untuk melakukan puasa.
B. Pengertian puasa
Dalam bahasa Arab kata shaum atau shiyam diartikan dengan imsak yang berarti menahan. Di dalam Al-Qur'an kata shaum menunjukkan makna lebih umum ketimbang shaum yang justru sering digunakan untuk menunjukkan makna yang lebih khusus yaitu berpuasa dengan menahan
makan dan minum.
Sedangkan arti puasa menurut bahasa adalah menahan diri dari segala yang membatalkannya dengan cara-cara yang khusus.
Sedangkan menurut istilah, puasa adalah menahan diri dari makan, minum, hubungan seksual suami istri dan segala yang membatalkan sejak dari terbit fajar hingga terbenam matahari dengan niat karena Allah SWT.
C. Hukum puasa
Bagi setiap muslim yang telah baligh, berakal, dalam keadaan sehat dan dalam keadaan mukim (tidak
melakukan safar/perjalanan jauh) puasa ramadhan hukumnya adalah wajib.
Kaum muslimin juga telah sepakat tentang wajibnya
puasa ini dan sudah ma’lum minnad dini bidhoruroh yaitu seseorang akan kafir jika mengingkari wajibnya puasa Ramadan.
Namun bagi orang yang tengah berpergian jauh, sakit, wanita hamil, haid, nifas atau menyusui maka dapat
meninggalalkan kewajiban puasa Ramadan tetapi wajib menggantinya, sebagaimana yang tertulis dalam surat Al Baqarah 185.
“Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia
berpuasa pada bulan itu, dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya
berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain”
Namun apabila seseorang tidak mampu berpuasa karena usia yang sudah cukup tua atau sakit-sakitan, maka
kewajiban puasa Ramadan dapat diganti dengan
membayar fidiah. Fidiah merupakan barang yang wajib diberikan kepada fakir miskin sebagai ganti ibadah yang telah ditinggalkan, dalam hal ini puasa.
D. Tata cara puasa wajib
Secara garis besar, tata cara berpuasa terdiri dari 4
langkah, yakni membaca niat, bangun dan makan sahur, menahan diri dari hal-hal yang membatalkan puasa dan
terkahir adalah berbuka. Serangkaian kegiatan tersebut harus dilakukan secara urut.
1. Membaca niat puasa Niat merupakan penentuan puasa kita diterima atau tidak. Jika membaca niat dengan
setengah hati atau tidak sungguh-sungguh, maka puasa kita tidak dihitung sebagai ibadah dan hanya akan merasa lapar serta haus saja.
2. Bangun dan Makan Sahur
Tata cara berpuasa yang kedua adalah bangun dan makan sahur. Bagi yang mengerjakan sahur, maka akan
mendapat berkah dari Allah SWT sesuai hadits dari Nabi Muhammad SAW yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim berikut ini.
"Bersahurlah kamu sekalian, karena sesungguhnya dalam sahur itu terdapat barakah." (HR. Bukhari &
Muslim)
3. Melaksanakan puasa mulai dari terbit fajar, orang yang berpuasa harus dapat menahan diri dari hal-hal yang
membatalkannya. Mulai dari memasukkan makanan dan minuman dari mulut atau dua jalan masuk (depan dan
belakang), keluar air mani karena bersentuhan,
berhubungan suami istri, atau muntah dengan sengaja.
Selain itu, ucapan, tindakan, pendengaran dan penglihatan juga harus dijaga. Jangan sampai kita berlaku kasar, buruk dan tidak sopan kepada orang lain. Bahkan jika hanya
berpikiran negatif itupun juga akan membuat puasa kita menjadi tidak sah.
4. Berbuka puasa, terakhir adalah berbuka puasa yang menutup rangkaian tuntunan puasa. Berbukalah segera pada saat masuk waktu sholat maghrib atau matahari telah tenggelam. Seperti hadits yang diriwayatkan oleh Anas bin Malik RA berikut
"Segerakanlah berbuka dan akhirkanlah sahur."
Sebaik-baiknya berbuka adalah minum air hangat satu gelas dan makan tiga buah biji kurma. Apabila tidak ada kurma maka boleh menggantinya dengan cemilan lain yang bisa mengganjal perut. Kemudian laksanakan sholat maghrib barulah dilanjutkan dengan makan makanan
yang berat.
E. Tata cara puasa sunnah
Puasa sunnah ada beberapa macam seperti : puasa senin – kamis, puasa ayyumul bidh, puasa syaban, puasa syawal, puasa arafah dan puasa daud.
Dan tatacara puasa sunnah dan wajib tidak jauh berbeda hanya saja niat nya yang membedakan .
Tatacara nya seperti :
1. Membaca Niat. Niat Puasa sunnah sebaiknya dilakukan di malam hari, sebelum terbit fajar.
2. Makan Sahur.
3. Menahan Diri dari yang Membatalkan Puasa.
4. Berbuka.
F. Hal – hal yang membatalkan puasa
1. Makan dan minum
Orang yang sengaja makan dan minum, sebenarnya ia telah membatalkan puasanya. Karena puasa itu artinya menahan salah satunya makan dan minum.
Namun, berbeda cerita jika makan dan minum dilakukan dalam keadaan lupa.
Rasulullah SAW bersabda:
Dari Abi Hurairah ra bahwa Rasulullah SAW
bersabda, "Siapa lupa ketika puasa lalu dia makan atau minum, maka teruskan saja puasanya. Karena sesungguhnya Allah telah memberinya makan dan minum." (HR. Bukhari dan Muslim).
1. Menyengajakan muntah bisa juga membatalkan puasa.
Namun muntah itu tidak membuat puasanya batal, jika ia muntah karena terpaksa atau
karena dorongan dalam diri sebab sakit yang tidak ia sengaja.
2. Memasukkan sesuatu ke rongga mulut
Salah satu hal yang membatalkan puasa adalah
memasukkan segala sesuatu ke rongga mulut, hidung, telinga, dan kemaluan.
3. Keluar darah haid dan nifas
Hal-hal yang membatalkan puasa bagi wanita adalah keluarnya darah haid dan nifas. Wanita yang sedang puasa ketika siang hari tiba-tiba keluar darah haidnya maka puasanya batal.
4. Berhubungan badan secara sengaja
Berhubungan badan pada siang hari pada bulan Ramadhan akan membatalkan puasa. Selain
berkewajiban mengganti puasa, ada juga denda atau kafarat yang harus dibayarkan.
Denda tersebut berupa memerdekakan hamba sahaya perempuan yang beriman. Jika tak mampu maka
diperbolehkan mengganti dengan puasa selama dua bulan secara berturut-turut.