• Tidak ada hasil yang ditemukan

BUKU JAWABAN TUGAS MATA KULIAH TUGAS 1

N/A
N/A
novita ayuk

Academic year: 2023

Membagikan "BUKU JAWABAN TUGAS MATA KULIAH TUGAS 1"

Copied!
4
0
0

Teks penuh

(1)

BUKU JAWABAN TUGAS MATA KULIAH TUGAS 1

Kode/Nama Mata Kuliah : HKUM4304/Hukum Perdata International

Masa Ujian : 2023/2024 Ganjil (2023.2)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS TERBUKA

Nama Mahasiswa : Novita Ayu Kustianingsih

Nomor Induk Mahasiswa/ NIM : 044413291

Kode/Nama UPBJJ : 16/Pekanbaru

(2)

1. Kasus Bima yang manakah yang dapat dikategorikan sebagai kasus HPI? Uraikan analisis anda!

Kasus Bima yang dapat dikategorikan sebagai kasus HPI (Hukum Perkawinan Internasional) adalah pernikahan beda agama antara Bima dan Mia yang berlangsung di Australia. HPI adalah sebuah istilah hukum yang digunakan untuk merujuk pada pernikahan antara dua orang yang berasal dari negara yang berbeda dan memiliki perbedaan hukum perkawinan yang signifikan.

Dalam kasus ini, Bima adalah warga negara Indonesia dan Mia adalah warga negara New Zaeland.

Ketika mereka memutuskan untuk menikah di Australia, yang bukan merupakan negara asal mereka, mereka menghadapi perbedaan hukum dalam hal perkawinan karena mereka berdua memiliki agama yang berbeda. Pernikahan beda agama ini menjadi kasus HPI karena peraturan dan aturan hukum yang berbeda antara Indonesia dan New Zaeland dalam hal perkawinan beda agama. Selain itu, setelah bercerai, kasus Bima yang melaporkan kehilangan barang bawaannya kepada maskapai penerbangan Australia juga dapat dikategorikan sebagai kasus HPI karena melibatkan warga negara dari negara yang berbeda dalam masalah hukum yang mungkin melibatkan proses di negara lain. Dalam kasus ini, Bima yang merupakan warga negara Indonesia melaporkan hilangnya barang bawaannya kepada maskapai penerbangan Australia. Hal ini menunjukkan perlunya penyelesaian kasus melalui hukum internasional, karena melibatkan pihak-pihak dari negara yang berbeda. Dalam kasus HPI, biasanya diperlukan pengetahuan dan pemahaman tentang peraturan dan hukum yang berlaku di negara-negara yang terlibat, serta adanya upaya kolaboratif antara sistem hukum di negara masing-masing untuk menyelesaikan kasus tersebut dengan adil dan dengan memperhatikan hak-hak semua pihak yang terlibat.

2. Dari contoh kasus yang merupakan peristiwa HPI, uraikan titik pertalian primernya!

Titik-titik taut primer dalam HPI adalah fakta-fakta di dalam sebuah perkara atauperistiwa hukum yang menunjukkan peristiwa hukum ini mengandung unsur-unsur asing (foreigent elemens) Dan karena itu peristiwa hukum yang dihadapiadalah peristiwa HPI dan bukan peristiwa hukum Interen (HATAH INTEREN) perlu disadari bahwa Pemahaman terhadap titik-titik taut dalam arti primer iniharus selalu dilihat dari sudut pandang lex spori tertentu. kemudian faktor-faktor yang tergolong titik Pertalian primer adalah sebagai berikut:

a) Kewarganegaraan;

b) Bendera kapal atau pesawat udara;

c) Domisili;

d) Tempat kediaman;

e) Tempat kedudukan badan hukum;

(3)

f) Pihak hukum dalam hubungan hukum intern;

g) Tempat dilaksanakannya perbuatan hukum.

Selain ke enam titik taut pembeda atau hubungan hukum perdata internasional,dapat pula terjadi karena faktor tempat dilaksanakannya perbuatan hukum. ika ada dua orang WNI yang melakukan pernikahan di luar negeri, maka akantimbul atau akan melahirkan suatu hubungan internasional pula. Banyak ditemui WNI yang melangsungkan pernikahan di luar negeri khususnya bagi WNI yangsalah satu calon pasangannya Bukan beragama Islam dengan yang beragamaIslam dengan maksud untuk menghindari hukum Indonesia, khususnya Undang- Undang nomor 1 tahun 1974 tentang pokok-pokok perkawinan yang tidakmemperbolehkan melakukan perkawinan yang berbeda agama. Ada kesulitan untuk melakukan perkawinan bagi WNI yang beda agama, untukmengatasi hal tersebut mereka melangsungkan perkawinan di negara-negara yangmemungkinkan atau membolehkan terlaksananya perkawinan tersebut.Permasalahannya bagi mereka itu bahwa pada saat kembali ke Indonesia untukmelakukan pendaftaran baik di kantor urusan agama, catatan sipil, atau gereja,maka Instansi tersebut tidak mau mencatatkan adanya perkawinan tersebut karenasistem hukum di Indonesia tidak mengakui adanya perkawinan berbeda agama.Apabila mereka akan bercerai, maka perceraian nya tidak bisa dilakukan diIndonesia tetapi dinegara dimana mereka melakukan pernikahan.

3. Hukum negara manakah yang dapat digunakan berdasarkan status nasionalitas pada kasus HPI diatas? Uraikan jawaban anda!

Mengkaji pada teori-teori HPI di bidang perkawinan tersebut, maka bagi pasangan calon suami istri yang melakukan perkawinan di luar negeri yang memberikan kebebasan kepada setiap pasangan untuk melakukan perkawinan tanpa mempersoalkan keagaamaan, namun negara tempat dimana perkawinan itu dilangsungkan tetap harus juga memperhatikan sistem hukum materil dari masing-masing pasangan berdomisili ataupun persyaratan perkawinan dari sistem hukum para pihak yang dalam hal ini adalah UndangUndang No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan khususnya Pasal 2 ayat (1) yang menyebutkan bahwa : “Perkawinan adalah sah apabila dilakukan menurut hukum masingmasing agama dan kepercayaannya itu”. Tindakan pasangan calon suami istri yang berbeda agama kemudian melakukan perkawinan di luar negeri disebut dengan istilah penyelundupan hukum yang dalam bahasa Belanda dikenal dengan istilah

“Wetsontduiking”, istilah Perancis, “fraude a la loi, istilah Latin, “Gesetzesumgehung”, dan istilah Inggris, “fraudulent creation of point contact”, 22 yaitu cara yang dilakukan pasangan yang

(4)

memiliki perbedaan keagamaan tersebut untuk mendapatkan keabsahan perkawinan di suatu negara yang tidak mempersoalkan perbedaan keagamaan, tetapi dengan cara melanggar aturan hukum nasionalnya dalam hal ini aturan Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 mengenai keabsahan perkawinan. Akibat penyelundupan hukum perkawinan tersebut berakibat bahwa sikap tindak hukum tersebut batal demi hukum yang dikenal dengan asas “fraus omnia corrumpit”.

Referensi

Dokumen terkait

Apabila Pegawai Pencatat Perkawinan yang mewilayahi tempat tinggal suami atau istri berbeda dengan Pegawai Pencatat Perkawinan tempat perkawinan mereka

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dinamika psikologis pasangan suami istri yang menjalani perkawinan beda agama dilihat dari sudut pandang agama katolik. Subjek

Pandangan Katolik berkenaan dengan perkawinan antar agama menyatakan bahwa: “Katolik tidak memperbolehkan perkawinan antar agama dan yang terjadi adalah jika calon suami atau

Guna menghasilkan putusan yang baik, adil, dan benar dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah sehingga dapat diterima oleh semua pihak yang terlibat dalam suatu sengketa atau perkara,

Untuk kasus yang telah dilaukanm oleh pak joko dan pak Susilo tidak menimbulkan terhadap pak roni, krena hal ini tidak tertuang dalam perjanjian antara pak joko dan pak Susilo, sehingga

Jawab : Pertumbuhan berat dan tinggi badan anak pada usia 8-12 tahun saat ini berjalan secara perlahan stabil, tidak secepat saat masa bayi dan akan masa remaja.. Dengan rata-rata,

Selain karena sebuah aturan operasi adalah kesepakatan, buatlah argumentasi bahwa salah satu dari dua pernyataan di bawah adalah benar atau yang lain adalah salah?... Perhatikan gambar

Seperti yang dikemukakan oleh calon pasangan pengantin bahwa: Tujuan bimbingan perkawinan ‎ini calon pengantin memiliki kesadaran akan hak dan tanggung jawabnya sebagai suami dan istri