BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam upaya memenuhi kebutuhannya, seseorang akan melakukan sesuatu kegiatan yang disebut konsumsi. Konsumsi merupakan suatu kegiatan menikmati nilai daya guna dari suatu barang dan jasa demi memenuhi kebutuhan dasarnya. Seseorang yang melakukan kegiatan konsumsi disebut juga dengan konsumen, adapun kebutuhan dasar merupakan segala sesuatu yang wajib dipenuhi oleh konsumen tersebut. Kemudian ciri – ciri dari barang atau jasa yang biasa dikonsumsi oleh konsumen antara lain :
Untuk memperolehnya diperlukan pengorbanan (barang ekonomi) Digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia
Manfaat nilai atau jumlah barang yang digunakan tersebut akan habis sekaligus atau berangsur – angsur habis
Pengeluaran konsumsi rumah tangga merupakan suatu pengeluaran yang dipergunakan untuk tujuan konsumsi murni, dimana pada konsumsi rumah tangga ini mereka bertindak sebagai konsumen akhir dari segala barang dan jasa yang tersedia. Adapun definisi rumah tangga menurut BPS adalah seorang atau sekelompok orang yang mendiami sebagian atau seluruh bangunan fisik, dan biasanya tinggal bersama serta makan dari satu dapur.
Konsumsi rumah tangga turut berperan serta terhadap terbentuknya komponen
produk domestik bruto (PDB) yang terdiri dari konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah,
investasi serta ekspor – impor barang dan jasa. Produk domestik bruto menurut Mankiw
diartikan sebagai ukuran pendapatan setiap orang dalam perekonomian dan pengeluaran total terhadap output barang dan jasa perekonomian.
Berdasarkan data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistika mengenai produk domestik bruto dengan harga konstan tahun 2000, pada tahun 2008 hingga tahun 2013 terlihat bahwa pengeluaran konsumsi rumah tangga memberikan kontribusi paling besar setiap tahunnya dibandingkan komponen lainnya. Di tengah krisis global yang terjadi pada tahun 2008, konsumsi rumah tangga di Indonesia mencatatkan pertumbuhan yang positif yaitu sebesar 57.20 persen. Bahkan pada tahun 2009, meski dampak krisis global menggerogoti beberapa sektor perekonomian di Indonesia, namun pertumbuhan konsumsi rumah tangga tetaplah menunjukkan suatu pertumbuhan yang positif meskipun hanya mengalami kenaikan sebesar 0.13 persen menjadi 57.33 persen.
Tabel 1.1 :
Distribusi Persentase Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 , 2008 - 2013 (Persen)
Jenis Pengeluaran 2008 2009 2010 2011* 2012* 2013 Pengeluaran Konsumsi
Rumah Tangga 57.20 57.33 56.17 55.58 55.07 54.81 Pengeluaran Konsumsi
Pemerintah 8.13 8.99 6.09 8.23 7.84 7.77
Pembentukan Modal
Domestik 23.71 23.41 23.47 24.32 25.11 24.85
Perubahan Inventori 0.10 -0.09 1.21 0.37 1.92 1.94 Diskrepansi Statistik 1.30 0.10 2.51 0.18 0.87 -0.01 Ekspor Barang dan Jasa 49.57 42.79 47.04 49.55 47.57 47.35 Dikurangi Impor Barang
dan Jasa 40.02 32.52 36.50 38.23 38.38 36.72
Produk Domestik Bruto 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00
Sumber : BPS, diolah
Pengeluaran konsumsi rumah tangga terdiri dari dua kelompok yaitu pengeluaran untuk makanan dan pengeluaran bukan makanan. Publikasi yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) setiap tahunnya mencatat persentase pengeluaran rata – rata per kapita menurut kelompok barang tersebut, dimana untuk kelompok pengeluaran konsumsi rumah tangga pada makanan persentase terbesar pada kelompok padi – padian disusul oleh tembakau dan sirih.
Meskipun padi - padian mencatatkan persentase terbesar dalam pengeluaran konsumsi rumah tangga dibandingkan kelompok makanan yang lainnya, namun persentase pertumbuhan konsumsi sebenarnya mengalami penurunan setiap tahunnya. Tercatat semenjak tahun 1999, persentase pengeluaran rata – rata per kapita sebulan menurut kelompok barang padi – padian dengan tahun dasar 1999 menunjukkan penurunan persentase dari 16.78 persen dan pada tahun 2010 hanya menunjukkan pertumbuhan konsumsi sebesar 8.89 persen. Pada grafik 1.1 , terlihat juga bahwa konsumsi kalori per kapita untuk kelompok padi – padian memiliki tren kecenderungan menurun.
Berdasarkan grafik 1.1 , dapat diketahui bahwa sempat terjadi peningkatan konsumsi
kalori (KKal) per harinya pada tahun 2008 yaitu sebesar 968.4 KKal. Sebelumnya pada tahun
2007 mengalami trend penurunan yang dimulai sejak tahun 2003 dimana konsumsi kalori yaitu
sebesar 1035.07 KKal dan 953.1 KKal (2007). Penurunan konsumsi kelompok makanan jenis
ini tak terlepas dari upaya pemerintah mengurangi ketergantungan akan konsumsi padi –
padian.
Grafik 1.1 :
Rata - rata Konsumsi Kalori (KKal) per Kapita Sehari Jenis Padi - padian Tahun 2002 - 2013**
Sumber : BPS, diolah
Keterangan : * = Data bulan September, ** = Data bulan Maret
Kemudian untuk pengeluaran konsumsi rumah tangga pada kelompok bukan makanan, pengeluaran konsumsi terbesar pada perumahan dan fasilitas rumah tangga disusul oleh barang dan jasa. Adapun persentase pengeluaran konsumsi pada perumahan dan fasilitas rumah tangga cenderung mengalami fluktuasi, seperti saat terjadinya pemilu pada tahun 2004 persentase pertumbuhan sebesar 20.65 persen atau mengalami tren positif dari tahun sebelumnya yang mencatat pertumbuhan sebesar 19.15 persen. Krisis global yang melanda Eropa dan Amerika Serikat terutama pada bisnis properti ternyata berdampak juga terhadap pengeluran konsumsi pada perumahan dan fasilitas rumah tangga, dimana persentase pertumbuhan sebelumnya 20.21 persen (tahun 2008) mengalami penurunan menjadi 19.89 persen (tahun 2009).
1039.91 1035.071024.081009.13 992.93
953.16 968.48
939.99 927.05
893.3 886.84 876.58
2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011* 2012* 2013**
Padi - padian
Bank Indonesia sebagaimana dikutip dari Republika memprediksi konsumsi rumah tangga akan terus meningkat. Keyakinan akan meningkatnya konsumsi rumah tangga didasari oleh survei konsumen yang dirilis oleh Bank Indonesia pada bulan Februari 2014, pada survei yang melibatkan 4.600 responden di 18 kota besar diperoleh hasil bahwa Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) pada Januari 2014 naik menjadi 116.7 dibandingkan pada bulan Desember 2013 sebesar 116.5. Sebagaimana diketahui, Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) menggambarkan persepsi konsumen terhadap kondisi ekonomi enam bulan sebelumnya dan ekspektasi terhadap kondisi perekonomian enam bulan yang akan datang.
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta sebagai daerah otonom setingkat provinsi hampir setiap tahunnya mencatatkan pertumbuhan yang positif pada pendapatan domestik regional bruto dengan harga konstan tahun 2000 sebagaimana data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik pada grafik 1.2.
Dari grafik 1.2 dapat diketahui bahwa bencana krisis global tahun 2008 tidak berpengaruh terhadap PDRB DIY, sektor kerajinan yang menjadi unggulan di DIY ternyata mampu mengalihkan pangsa pasar dari Eropa ke Afrika sehingga dampak yang dirasakan saat itu sangat minim. Bahkan PDRB di DIY cenderung mengalami peningkatan terus setiap tahunnya.
Badan Pusat Statistik Daerah Istimewa Yogyakarta melalui Survei Sosial Ekonomi
Nasional (SUSENAS) pada tahun 2012 dengan melibatkan 1.066.280 rumah tangga di DIY
mencatatkan pengeluaran makanan terbesar terdapat pada golongan pengeluaran per kapita
sebulan pada tingkat Rp 100.000 hingga Rp 149.999 yang mengeluarkan 2/3 untuk konsumsi
makanan atau sebesar 75.42 persen. Berbeda untuk pengeluaran non makanan justru yang
terbesar pada tingkat Rp 750.000 hingga Rp 999.999 yang mengeluarkan 2/3 untuk konsumsi
non makanan dengan persentase sebesar 52.44 persen. Hal ini tentu juga menggambarkan teori dari Keynes yang mengatakan bahwa semakin besar pendapatan seseorang, maka ia akan cenderung mengurangi kegiatan konsumsinya. Disini dapat dilihat bahwa pendapatan masyarakat yang meningkat dialihkan kebutuhan tidak hanya untuk memenuhi konsumsi makanan saja, namun dialihkan untuk kebutuhan konsumsi non makanan juga.
Grafik 1.2 :
Pendapatan Domestik Regional Bruto dengan Harga Konstan Tahun 2000 Di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, 2004 – 2012 (Milyar Rupiah)
Sumber : BPS, diolah
Keterangan : * = Angka sementara , ** = Angka sangat sementara
16 146 16911 17536 18292 19212 20064 21044 22132 23309
2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011*) 2012**)
PDRB
Tabel 1.2 :
Pengeluaran Rata-Rata per Kapita Sebulan untuk Makanan dan Non Makanan menurut Golongan Pengeluaran per Kapita Sebulan di D.I. Yogyakarta
Golongan Pengeluaran Per Kapita Sebulan
Pengeluaran Makanan Pengeluaran Non Makanan
Jumlah (Rp) % Jumlah (Rp) %
< 100 000
98,598 71.65 39,020 28.35
100 000 – 149 999
98,019 75.42 31,942 24.58
150 000 – 199 999
126,109 70.64 52,416 29.36
200 000 – 299 999
167,140 65.97 86,224 34.03
300 000 – 499 999
245,751 61.97 151,474 38.13
500 000 – 749 999334,153 53.88 286,011 46.12
750 000 – 999 999
411,086 47.56 453,228 52.44
1 000 000 +
530,595 27.78 1,379,340 72.22
Jumlah / Total 308,587 42.44 418,516 57.56 Sumber : SUSENAS 2012, Badan Pusat Statistik (BPS) DIY