KEBIJAKAN PENANAMAN MODAL DALAM RANGKA PELAKSANAAN
KESEPAKATAN KERJASAMA ASEAN ECONOMIC COMMUNITY 2015
Deputi Bidang Pengembangan Iklim Penanaman Modal
Indonesia Investment Coordinating Board
Disampaikan pada Seminar Nasional Sekolah Tinggi Ilmu
Administrasi Mandala Indonesia (STIAMI),
The Investment Coordinating Board of the Republic of Indonesia
Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Nasional
Kondisi saat ini:
Kepercayaan global yang mulai meningkat
2014
PDB nominal : ˜US$ 6.460 B – 8.152 B PDB nominal/kapita: $ 20.600 – 25.900
Kekuatan ekonomi 10 besar dunia
2030
2011
PDB nominal : ˜US$ 1.206 B PDB nominal/kapital: $ 4.803
Kekuatan ekonomi 14 besar dunia
2025
Asumsi: Pertumbuhan riil antara 7 – 8 %
**
PDB nominal : ˜US$ 3.760 – 4.470 B PDB nominal/kapital: $ 12.855 – 16.160 2050 PDB nominal : ˜US$ 26.679 B PDB nominal/kapital: $ 78.478Kekuatan ekonomi 6 besar dunia
*
“Mengangkat Indonesia menjadi negara maju dan merupakan kekuatan 10 besar
dunia di tahun 2030 dan 6 besar dunia pada tahun 2050 melalui pertumbuhan
ekonomi tinggi yang inklusif dan berkelanjutan”
VISI:
** Proyeksi Goldman Sachs
* Proyeksi tidak resmi dari pemerintah
The Investment Coordinating Board of the Republic of Indonesia
Target Pertumbuhan Ekonomi Dan Investasi RPJMN (Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional 2010 – 2014
Pemerintah menjadikan investasi sebagai pilar pokok pertumbuhan ekonomi
yang ditargetkan 6,3 – 6,8% setiap tahun selama 5 tahun (2010 – 2014).
Proyeksi 2010 2011 2012 2013 2014 Pertumbuhan ekonomi (%) 5,5-5,6 6,0-6,3 6,4-6,9 6,7-7,4 7,0-7,7 Pertumbuhan Investasi (%) 7,2-7,3 7,9-10,9 8,4-11,5 10,2-12,0 11,7-12,1 Kebutuhan Investasi *) (Rp Triliun) 1,894.1 2,111.1 –2,144.5 2,348.8 - 2,465.0 2,619.9 - 2,788.4 2,939.2 - 3,168.0 Peran Pemerintah
(Rp Triliun dan % dari total kebutuhan investasi) 220.0 (11,6%) 272.9 - 274.5 (12,8-12,9%) 329.9 - 336.6 (13,7-14%) 417.8 - 433.1 (15,5-15,9%) 525.6 - 552.5 (17,4-17,9%) Peran Swasta
(Rp Triliun dan % dari total kebutuhan investasi) 1,674.1 (88,4%) 1,838.2 - 1,870.0 (87,1-87,2%) 2,019.0 - 2,128.4 (86-86,3%) 2,202.1 - 2,355.3 (84,1-84,5%) 2,413.6 - 2,615.5 (82,1-82,6) Sumber: RPJMN 2010-2014 Catatan:
• Total Kebutuhan Investasi: Rp 12.460 Triliun
• Peran Investasi Pemerintah: Rp 1.816,7 Triliun (14,6%) • Peran Investasi Swasta: Rp 10.643,3 Triliun (85,4%)
• Investasi Swasta berasal dari PMA/PMDN Skala Besar, Investasi sektor Migas dan Pertambangan, Investasi Jasa Keuangan, serta Investasi UMKM dan Koperasi
The Investment Coordinating Board of the Republic of Indonesia
Kondisi Perekonomian dan Iklim Investasi
1
P er se n ta se (% ) P er tu m bu ha n P DBSource: IMF World Economic Outlook, October 2013
Note: 2013*) as IMF projection; BPS report Indonesia GDP hit 5.62% in Q3 2013
Laju Pertumbuhan PDB Indonesia
The Investment Coordinating Board of the Republic of Indonesia
Realisasi PMDN Jan-Dec 2013: Rp 128.2 T,
naik39.0% dari periode yang sama di 2012 (Rp 92.2 T).
Realisasi PMA Jan-Dec 2013: Rp 270.4 T, naik 22.4% dari periode yang sama di 2012 (Rp 221 T).
Dari 2010-2013, ada 53% projek investasi baru
senilai Rp. 621,1 T, dan
47% projek perluasan
senilai Rp. 550,5 T.
Kinerja Investasi di Indonesia
Realisasi Investasi di Indonesia
2010 - 2013
(dalam Triliun Rupiah) Excl. migas dan sektor finansial
Source: BKPM Rp . Tri li un Projek Baru dan Perluasan 2010 2010 2010 2010 2010 Perluasan Baru
Kondisi Perekonomian dan Iklim Investasi
The Investment Coordinating Board of the Republic of Indonesia
Kondisi Perekonomian dan Iklim Investasi
1
Realisasi Investasi berdasarkan Koridor Ekonomi
January – December 2013 Berdasarkan Koridor Ekonomi pada January – December 2013,
realisasi tertinggi dari PMDN dan PMA adalah Koridor Jawa.
Untuk realisasi PMA tertinggi selanjutnya Sumatera, Maluku dan Papua, Sulawesi, terakhir Koridor Bali dan Nusa Tenggara.
Untuk realisasi PMDN tertinggi selanjutnya adalah Kalimantan, Sumatera, Bali and Nusa Tenggara, Sulawesi, terakhir Koridor Maluku dan Papua. Sumatera Rp. 55 T (13.8%) Java Rp. 230 T (58.7%) Kalimantan Rp. 55 T (13.8%)
Papua & Maluku Rp. 27.8 T
(7%) Sulawesi
Rp. 17.7 T (4.4%)
Bali & Nusa Tenggara Rp. 12.8 T
(3.2%)
PMDN dan PMA
(dalam Triliun Rupiah)
The Investment Coordinating Board of the Republic of Indonesia PRINSIP DASAR
UU NO. 25/2007
PERLAKUAN YANG SAMA
Perlakuan yang sama bagi penanam modal dalam negeri dan penanam modal asing dengan tetap memperhatikan kepentingan nasional
JAMINAN HAK MELAKUKAN REPATRIASI INVESTASI DAN KEUNTUNGAN
Investor diberikan hak untuk melakukan transfer dan repatriasi dalam valuta asing
SEKTOR BISNIS
Semua bidang usaha atau jenis usaha terbuka bagi kegiatan penanaman modal, kecuali bidang usaha atau jenis usaha yang dinyatakan tertutup dan terbuka dengan persyaratan (Daftar Negatif)
FASILITAS PENANAMAN MODAL
Pemerintah memberikan fasilitas kepada penanam modal Fasilitas Fiskal dan Nonfiskal
PELAYANAN PENANAMAN MODAL
Dalam rangka koordinasi pelaksanaan kebijakan dan pelayanan penanaman modal, BKPM memiliki tugas dan fungsi, antara lain, mengkoordinasikan dan melaksanakan pelayanan terpadu satu pintu (PTSP)
UU Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal
The Investment Coordinating Board of the Republic of Indonesia
Daya Saing Indonesia
2
The Investment Coordinating Board of the Republic of Indonesia
Daya Saing Indonesia
2
Indonesia rank 38 from 144 economies in Global
Competitiveness Index (GCI) 2013-2014.
No. Countries Ranking
2009 - 2010 2010 - 2011 2011 - 2012 2012 - 2013 2013-2014 1. Swiss 1 1 1 1 1 2. USA 2 4 5 7 5 3. Singapura 3 3 2 2 2 4. Jepang 8 6 9 10 9 5. Malaysia 24 26 21 25 24 6. China 29 27 26 29 29 7. Thailand 36 38 39 38 37 8. Indonesia 54 44 46 50 38 9. India 49 51 56 59 60 10. Brazil 56 58 53 48 56 11. Russia 63 63 66 67 64 12. Vietnam 75 59 65 75 70 13. Filipina 87 85 75 65 59 s/d 148 Total 131 139 140 144 148
The Investment Coordinating Board of the Republic of Indonesia
Daya Saing Indonesia
2
Indonesia Rank with Other Countries in Ease of Doing Business 2014
Source: EODB, IFC report 2014
6
6
Malaysia
88 Regional Average (East Asia & Pacific)
96 China 120 Indonesia 108 Philippine 134 India 99 Vietnam 18 Thailand
Singapore 1 Indonesia Ranked 120from 189 economies
The Investment Coordinating Board of the Republic of Indonesia
Daya Saing Indonesia
2
Source: Japan Bank for International Cooperation (JBIC)
Rank 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
1 China China China China China China China China Indonesia
2 India India India India India India India India India
3 Thailand Vietnam Vietnam Vietnam Vietnam Vietnam Thailand Indonesia Thailand
4 Vietnam Thailand Thailand Russia Thailand Thailand Vietnam Thailand China
5 USA USA Russia Thailand Rusia Brazil Indonesia
& Brazil Viet Nam Vietnam
6 Russia Russia USA Brazil Brazil Indonesia - Brazil Brazil
7 Korea Brazil Brazil USA USA Russia Russia Mexico Mexico
8 Indonesia Korea Indonesia Indonesia Indonesia USA USA Rusia Myanmar
9 Brazil Indonesia Korea Korea Korea Korea Malaysia USA Rusia
10 Taiwan Taiwan Taiwan Taiwan Malaysia Malaysia/
Taiwan Taiwan Myanmar USA
JBIC Survey : Ranking of Promising Countries For Overseas Business
The Investment Coordinating Board of the Republic of Indonesia
Daya Saing Indonesia
2
The Survey Report on Overseas Business Operations by Japanese Manufacturing Companies 2013 launched on November 29th 2013.
Indonesia ranked in the
FIRST
place, above: (2) India, (3) Thailand, (4) China, (5) Vietnam, (6) Brazil, (7) Mexico, (8) Myanmar, (9) Russia, and (10) United States.Positive factors
influenced Indonesia rank: 1. Future growth potential of local market 2. Inexpensive source of labor3. Current size of local market 4. Supply base for assembler 5. Industrial cluster development
However,
negative issues
still became concerned from Japanese investors, among others: 1. Rising labor costs2. Underdeveloped infrastructures
3. Execution of legal system unclear (frequent changes) 4. Intents competition with other companies
5. Difficult to secure management-level staff.
The Investment Coordinating Board of the Republic of Indonesia
Kebijakan Penanaman Modal
3
Dalam Konstitusi mengamanatkan agar pembangunan ekonomi nasional harus
berdasarkan prinsip demokrasi ekonomi. Oleh karena itu, upaya Pemerintah untuk
mendorong kegiatan penanaman modal hendaknya mampu menciptakan sinergi
yang saling menguntungkan antara pelaku usaha besar, menengah, kecil dan
koperasi.
Tujuan penyelenggaraan penanaman modal:
1. meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional
2. menciptakan lapangan kerja
3. meningkatkan pembangunan ekonomi berkelanjutan
4. meningkatkan kemampuan daya saing dunia usaha nasional
5. meningkatkan kapasitas dan kemampuan teknologi nasional
6. mendorong pengembangan ekonomi kerakyatan
7. mengolah ekonomi potensial menjadi kekuatan ekonomi riil dengan
menggunakan dana yang berasal, baik dari dalam negeri maupun dari luar
negeri, dan
8. meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
The Investment Coordinating Board of the Republic of Indonesia
Kebijakan Penanaman Modal
3
UU NO25 TAHUN 2007 tentang Penanaman Modal
Kebijakan Dasar Penanaman Modal
(1) Pemerintah menetapkan kebijakan dasar penanaman modal untuk:
a. mendorong terciptanya iklim usaha nasional yang kondusif bagi penanaman modal untuk penguatan daya saing perekonomian nasional; dan
b. mempercepat peningkatan penanaman modal. (2) Dalam menetapkan kebijakan dasar, Pemerintah:
a. memberi perlakuan yang sama bagi penanam modal dalam negeri dan penanam modal asing dengan tetap memperhatikan kepentingan nasional;
b. menjamin kepastian hukum, kepastian berusaha, dan keamanan berusaha bagi penanam modal sejak proses pengurusan perizinan sampai dengan berakhirnya kegiatan penanaman modal sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; dan
c. membuka kesempatan bagi perkembangan dan memberikan perlindungan kepada usaha mikro, kecil, menengah, dan koperasi.
The Investment Coordinating Board of the Republic of Indonesia PRINSIP DASAR
UU NO. 25/2007
PERLAKUAN YANG SAMA
Perlakuan yang sama bagi penanam modal dalam negeri dan penanam modal asing dengan tetap memperhatikan kepentingan nasional
JAMINAN HAK MELAKUKAN REPATRIASI INVESTASI DAN KEUNTUNGAN
Investor diberikan hak untuk melakukan transfer dan repatriasi dalam valuta asing
SEKTOR BISNIS
Semua bidang usaha atau jenis usaha terbuka bagi kegiatan penanaman modal, kecuali bidang usaha atau jenis usaha yang dinyatakan tertutup dan terbuka dengan persyaratan (Daftar Negatif)
FASILITAS PENANAMAN MODAL
Pemerintah memberikan fasilitas kepada penanam modal Fasilitas Fiskal dan Nonfiskal
PELAYANAN PENANAMAN MODAL
Dalam rangka koordinasi pelaksanaan kebijakan dan pelayanan penanaman modal, BKPM memiliki tugas dan fungsi, antara lain, mengkoordinasikan dan melaksanakan pelayanan terpadu satu pintu (PTSP)
UU Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal
The Investment Coordinating Board of the Republic of Indonesia
Kebijakan Nasional Penanaman Modal
ARAH KEBIJAKAN PENANAMAN MODAL 1. Perbaikan Iklim Penanaman Modal
2. Mendorong Persebaran Penanaman Modal
3. Fokus Pengembangan Pangan, Infrastruktur, dan Energi
4. Penanaman Modal yang Berwawasan Lingkungan (Green Investment)
5. Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil, Menengah, dan Koperasi (UMKMK) 6. Pemberian Fasilitas, Kemudahan,
dan/atau Insentif Penanaman Modal 7. Promosi Penanaman Modal
RUPM
(Rencana Umum
Penanaman Modal)
2025
Sampai dengan
The Investment Coordinating Board of the Republic of Indonesia
• Diversifikasi Ekonomi • Lebih banyak Nilai
Tambah • Daya Saing Source: BKPM, 2011 Main Goals Pendekatan klaster industri
Infrastructure
Energy
Food
Didukung oleh sektor manufaktur (melalui backward & forward
linkages) Kebijakan Nasional Penanaman Modal
The Investment Coordinating Board of the Republic of Indonesia
PERPRES NOMOR 36 TAHUN 2010: Daftar Negatif Investasi
1. DAFTAR BIDANG USAHA YANG TERTUTUP (LAMPIRAN I):
Dilarang bagi kegiatan penanaman modal baik untuk penanam modal dalam negeri maupun penanam modal asing.
2. DAFTAR BIDANG USAHA YANG TERBUKA DENGAN PERSYARATAN
(LAMPIRAN II):
a. Dicadangkan untuk UMKMK (Usaha Mikro, Kecil, Menengah, dan Koperasi)
b. Kemitraan
c. Kepemilikan modal asing
d. Lokasi tertentu
e. Perizinan khusus
f. Modal dalam negeri 100%
g. Kepemilikan modal asing serta lokasi
h. Perizinan khusus dan kepemilikan modal asing
i. Modal dalam negeri 100% dan perizinan khusus
j. Persyaratan kepemilikan modal asing dan/atau lokasi bagi penanam modal dari
negara-negara ASEAN
Kebijakan Penanaman Modal
The Investment Coordinating Board of the Republic of Indonesia
LATAR BELAKANG PERUBAHAN:
1. Peningkatan kegiatan penanaman modal di Indonesia.
2. Pelaksanaan komitmen Indonesia dalam kaitannya dengan Association of Southeast
Asian Nations/ ASEAN Economic Community (AEC).
PRINSIP PERUBAHAN:
1. Mengutamakan kepentingan nasional dalam rangka peningkatan daya saing nasional. 2. Menjaga pertumbuhan perekonomian Indonesia dan mengantisipasi dampak
perlambatan perekonomian global dengan mendorong peningkatan investasi PMDN dan
PMA.
3. Kebijakan Penanaman Modal yang lebih terbuka, sederhana, dan memberikan kepastian kepada investor.
4. Menyesuaikan dengan Undang-Undang dan peraturan terkait sehingga memberikan kepastian hukum.
5. Harmonisasi dan penyederhanaan pengaturan bidang usaha.
Kebijakan Penanaman Modal
3
The Investment Coordinating Board of the Republic of Indonesia
Pembebasan bea masuk atas impor mesin, barang dan bahan untuk
pembangunan atau pengembangan industri dalam rangka penanaman modal
Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 176/PMK.011/2009 jo PMK Nomor 76/PMK.011/2012
Diberikan kepada industri yang menghasilkan barang dan industri yang menghasilkan jasa.
Pembebasan bea masuk diberikan sepanjang mesin, barang dan bahan tersebut : a. Belum diproduksi di dalam negeri;
b. Sudah diproduksi di dalam negeri namun belum memenuhi spesifikasi yang dibutuhkan; atau
c. Sudah diproduksi di dalam negeri namun jumlahnya belum mencukupi kebutuhan industri
Daftar Industri Jasa yang mendapat Fasilitas Pembebasan Bea Masuk:
1. Pariwisata dan Kebudayaan
2. Transportasi/Perhubungan (untuk Jasa Transportasi Publik)
3. Pelayanan Kesehatan Publik
4. Pertambangan 5. Konstruksi 6. Industri Telekomunikasi 7. Kepelabuhan
IMPOR
BARANG
MODAL
Insentif Penanaman Modal
The Investment Coordinating Board of the Republic of Indonesia Insentif Daerah
Berbagai insentif investasi atau fasilitas yang akan disediakan oleh pemerintah daerah, berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2008 tentang Pedoman Pemberian Insentif dan Pemberian Kemudahan Penanaman Modal di Daerah.
Pengurangan Tarif PPh
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 81 Tahun 2007 tentang Penurunan Tarif
Pajak Penghasilan Bagi Wajib Pajak Badan Dalam Negeri Yang Berbentuk Perseroan Terbuka.
Pengurangan tarif pajak penghasilan 5% dari tingkat tertinggi (dari 25% menjadi 20%) apabila jumlah kepemilikan saham publiknya 40% (empat puluh persen) atau lebih dari keseluruhan saham yang disetor dan saham tersebut dimiliki paling sedikit oleh 300 (tiga ratus) Pihak.
Pajak Penghasilan Pribadi
Berdasarkan Undang-Undang No. 36 Tahun 2008.
Rentang Penghasilan (Rp. Juta) Tarif < 25 5% 25 – 50 5% 50 – 100 15% 100 – 200 15% 200 – 250 15% 250 – 500 25% > 500 30%
Insentif Penanaman Modal
The Investment Coordinating Board of the Republic of Indonesia
Fasilitas Pajak Penghasilan Untuk Penanaman Modal di Bidang Usaha Tertentu dan/atau di Daerah Tertentu
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No 1 Tahun 2007 jo No. 62 Tahun 2008 jo
No. 52 Tahun 2011
Fasilitas yang diberikan:
• Pengurangan pendapatan bersih 30% dari total investasi, dibebankan dalam
6 tahun dengan masing-masing 5% per tahun.
• Pembebanan biaya penyusutan dan amortisasi yang dipercepat (bangunan dan non-bangunan)
• Kompensasi kerugian diperpanjang dari 5 tahun menjadi paling lama 10 tahun.
Ketentuan khusus dalam PP No. 52 Tahun 2011:
Fasilitas ini juga dapat dimanfaatkan oleh Wajib Pajak yang telah mendapat izin penanaman modal sebelum berlakunya Peraturan Pemerintah ini sepanjang: a. Memiliki rencana penanaman modal paling sedikit Rp1 Triliun; dan
b. Belum beroperasi secara komersial pada saat PP 52/2011 diundangkan.
TAX ALLOWANCE
Peraturan Pemerintah No 52 Tahun 2011
Insentif Penanaman Modal
The Investment Coordinating Board of the Republic of Indonesia
Fasilitas PPh PP 1/2007 PP 62/2008 PP 52/2011
Lampiran I 53 67 52
Lampiran II 19 34 77
Jumlah 72 101 129
Penyesuaian bidang usaha dan daerah tertentu dilakukan dengan memperhatikan: • Mendukung hilirisasi;
• Mendukung Kebijakan Industri Nasional dan MP3EI;
• Pengembangan di wilayah Indonesia Bagian Timur, antara lain: Industri Garam di Nusa Tenggara Timur
Industri Ingot Kuningan, Ingot Alumunium, Ingot Tembaga, dan Logam Dasar Bukan Besi Lainnya di Kalimantan, Papua, Maluku, dan Sulawesi.
• Pengembangan UMKM melalui usaha kemitraan dengan usaha yang mendapat fasilitas.
Perkembangan Jumlah Bidang Usaha dan Daerah Tertentu Penerima Fasilitas Tax Allowance
Peraturan Pemerintah No 52 Tahun 2011
Insentif Penanaman Modal
The Investment Coordinating Board of the Republic of Indonesia
Langkah-langkah dalam Menghadapi Tantangan Asean Economy Community 2015
5
Beberapa tantangan yang akan dihadapi oleh Indonesia dalam AEC 2015
TANTANGAN
INFRASTRUKTUR SUMBER DAYA MANUSIADAYA SAING
Penyebab : 1. Buruknya kinerja perekonomian nasional 2. lemahnya peningkatan produksi dan inovasi, dan nilai praktik manajerial yang belum profesionalKeterbatasan infrastruktur, baik fisik maupun teknologi, dan infrastruktur dasar terkait kebutuhan kesehatan &
pendidikan masyarakat
Penyebab :
1. Pasar tenaga kerja yang belum optimal 2. Rendahnya produktivitas tenaga kerja 3. Buruknya efisiensi kelembagaan pemerintah dalam mengembangkan kebijakan pengelolaan keuangan negara dan kebijakan fiskal
The Investment Coordinating Board of the Republic of Indonesia
Langkah-langkah dalam Menghadapi Tantangan Asean Economy Community 2015
5
• Mengembangkan SDM Indonesia agar memiliki
keahlian di atas keahlian SDM Asing (hard skill,
soft skill, moral, dan etika) Peningkatan
SDM berpengaruh terhadap peningkatan nilai
jual produk, maupun nilai jual tenaga kerja
Pengembangan
sumber daya
manusia
• Meningkatkan kualitas produk dan mengatasi persaingan
pemasaran produk
• Memperbaiki nilai manajerial dalam kegiatan industri • Pemanfaatan modal dan tenaga kerja secara optimal dalam
perindustrian
• Penegakkan hukum yang tegas terhadap produk ilegal
Peningkatan daya
saing industri
• Memberikan investasi yang memadai untuk para pengusaha
kecil dan melakukan pendampingan dalam kegiatan produksi serta manajemen usaha
• Memberikan akses pemasaran dan modal yang luas untuk
para pengusaha domestik
• Pengawasan terhadap ekspor dan impor untuk melindungi
produk domestik
Penguatan pasar
domestik
The Investment Coordinating Board of the Republic of Indonesia
Langkah-langkah dalam Menghadapi Tantangan Asean Economy Community 2015
5
Pemanfaatan UKM terkait Ekspor Impor dalam Menghadapi tantangan AEC 2015
PERKEMBANGAN DATA USAHA MIKRO, KECIL, MENENGAH (UMKM) DAN USAHA BESAR (UB) TAHUN 2011 - 2012
The Investment Coordinating Board of the Republic of Indonesia
Kasus Perekonomian Indonesia dan Filipina
The Investment Coordinating Board of the Republic of Indonesia
•Kementerian Koperasi dan UKM menganggarkan untuk bidang produksi terdiri dari
bantuan sosial senilai Rp45,2 miliar, dan anggaran fasilitasi senilai Rp21,16 miliar pada tahun 2014
•57,89 juta unit serta jumlah koperasi sebanyak 203.701, pada akhir Tahun 2013
memberikan peluang dan tantangan menunjukkan eksistensinya siap bersaing dengan UKM negara lain
•Keberhasilan UKM meningkatkan perekonomian negara bisa terlihat pada data
akhir Tahun 2013 yang menunjukkan pertumbuhan ekonomi nasional mencapai 5,8 %. Rata-rata pertumbuhan ekonomi nasional dari 2009 sampai 2013 naik signifikan, yakni sebesar 5,9% per tahun.
• Kementrian Koperasi dan UKM akan mengalokasikan dana sebesar Rp 60 miliar
untuk pengembangan program kewirausahaan untuk meningkatkan jumlah wirausaha Indonesia mencapai 2 & dari populasi penduduk.
Kekuatan UKM Indonesia
• Belum meratanya usaha UKM untuk menjaga dan
meningkatkan daya saing sebagai industri kreatif dan inovatif.
• Kurangnya peningkatan standar, desain, dan kualitas
produk yang sesuai dengan standar ASEAN.
• Belum optimalnya usaha diversifikasi output dan stabilitas
UKM
Kelemahan UKM Indonesia
Kasus Perekonomian Indonesia dan Filipina
The Investment Coordinating Board of the Republic of Indonesia
The Asian Development Bank (ADB) di Manila menaikkan proyeksi pertumbuhan ekonomi
Filipina tahun 2014 menjadi 6 %
Filipina mampu mempertahankan pertumbuhan ekonomi yang kuat
selama 2 tahun ke depan karena belanja konsumen yang besar &
investasi yang meningkat
Pemerintah Filipina yang reformis dan manajemen yang hati-hati telah
menjadi dasar yang kuat bagi pertumbuhan ekonomi negara Filipina
Perkembangan Perekonomian Filipina Tahun 2014
Kasus Perekonomian Indonesia dan Filipina
The Investment Coordinating Board of the Republic of Indonesia
UKM Indonesia
• Masih kualitas rendahnya SDM • Struktur kemitraan yang belum
stabil dengan usaha besar
• Keterbatasan pengolahan bahan
baku
• Pengetahuan ekspor dan impor
masih belum kuat
• Kesulitan akses permodalan
• Lemahnya quality control terhadap
produk
• Lemahnya kemampuan pemasaran
yang luas
UKM Filipina
• Mempunyai export zone • Mempunyai orientasi ekspor • Bahan baku lokal
• Perubahan pola subkontrak menjadi original
equipment manufacturing (OEM)
• Belum stabilnya industrui manufaktur masuk
dalam persaingan pasar
• Infrastruktur yang belum memadai secara
optimal
Kasus Perekonomian Indonesia dan Filipina
The Investment Coordinating Board of the Republic of Indonesia
Kasus Perekonomian Indonesia dan Filipina
6
* Dapat disimpulkan bahwa perkembangan perekonomian Filipina berdasarkan
UKM yang ada sudah mulai stabil dibandingkan Indonesia walaupun masih
terdapat kelemahan di bidang infrastruktur dan industri manufaktur.
* Peran pemerintah yang begitu maksimal mendukung peran UKM dalam
perekonomian dan manajemen yang baik menjadikan Filipina memiliki dasar
kestabilan perekonomian yang kuat.
•Bila dikaitkan dengan kemampuan dalam menghadapi tantangan dan peluang
ekspor&impor dalam AEC 2015 nanti, Indonesia harus banyak belajar dari negara
Filipina karena negara ini dapat terus meningkatan peran UKM yang berdampak
positif bagi perekonomian negara
CONTACT US
BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL (BKPM)
Jl. Jend. Gatot Subroto No. 44, Jakarta 12190 P.O. Box 3186, Indonesia
P : +62 21 5292 1334 F : +62 21 5264 211 E : info@bkpm.go.id
Indonesia Investment Promotion Center (IIPC)