• Tidak ada hasil yang ditemukan

STUDI KUALITAS PARAMETER KIMIA AIR UNTUK USAHA BUDIDAYA IKAN DAN UDANG DI KAWASAN TAMBAK KURI CADDI KABUPATEN MAROS SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "STUDI KUALITAS PARAMETER KIMIA AIR UNTUK USAHA BUDIDAYA IKAN DAN UDANG DI KAWASAN TAMBAK KURI CADDI KABUPATEN MAROS SKRIPSI"

Copied!
53
0
0

Teks penuh

(1)

STUDI KUALITAS PARAMETER KIMIA AIR UNTUK

USAHA BUDIDAYA IKAN DAN UDANG DI KAWASAN

TAMBAK KURI CADDI KABUPATEN MAROS

SKRIPSI

ARDIANSYAH RUSMADI 105940051410

PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2014

(2)

STUDI KUALITAS PARAMETER KIMIA AIR UNTUK

USAHA BUDIDAYA IKAN DAN UDANG DI KAWASAN

TAMBAK KURI CADDI KABUPATEN MAROS

ARDIANSYAH RUSMADI 105940051410

SKRIPSI

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana

Perikanan

Strata Satu (S-1)

PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2014

(3)

HALAMAN PENGESAHAN

Judul Skripsi : Studi Kualitas Parameter Kimia Air Untuk Usaha Budidaya Ikan dan Udang Di Kawasan Tambak Kuri Caddi.

Nama Mahasiswa : Ardiansyah Rusmadi Nomor Induk Mahasiswa : 105940051410

(4)

ABSTRAK

ARDIANSYAH RUSMADI. Studi Kualitas Parameter Kimia Air Untuk Usaha

Budidaya Ikan dan Udang Di Kawasan Tambak Kuri Caddi Kabupaten Maros. Desa Nisombalie, Kecamatan Marusu, (dibimbing oleh DARMAWATI dan RAHMI).

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kualitas parameter kimia air (pH, Salinitas, DO, Nitrat, Phospat, Amonia), tentang studi kelayakan budidaya ikan dan udang di kawasan tambak Kuri Caddi Maros.

Pengambilan data dilakukan dengan melakukan pengukuran langsung (insitu) dan penelitian di Laboratorium. Lokasi penelitian dibagi menjadi tiga blok, dimana setiap blok terdiri dari tiga stasiun. Blok ke 1 terletak di daerah saluran pintu utama pemasukan air, blok ke 2 terletak di daerah tambak (tambak udang windu), dan blok ke 3 terletak di daerah tambak (tambak ikan bandeng). Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah pH meter, DO meter, Hand Refraktometer, Coolbox. Penyajian hasil penelitian dari semua parameter yang diuji disajikan secara deskriptif.

Berdasarkan hasil penelitian ini, hanya kandungan phosfat yang menunjukkan kadar yang melebihi batas toleransi. Sedangkan untuk kandungan amoniak dan nitrat menunjukkan kadar yang masih di bawah batas toleransi. Untuk kandungan pH, Salinitas, dan DO (dissolved oksigen) menunjukkan kadar yang masih berada pada batas toleransi untuk kegiatan budidaya ikan dan udang.

(5)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

memberikan nikmat dan anugrahnya sehingga penulisan skripsi yang berjudul

“Studi Kualitas Parameter Kimia Air Untuk Usaha Budidaya Ikan dan Udang Di Selanjutnya shalawat serta salam penulis hanturkan kepada junjungan Nabi

Muhammad SAW sebagai suri tauladan dalam segala aktifitas yang kita lakukan.

Penulisan skripsi ini didasarkan pada hasil penelitian yang dilakukan pada bulan

mei sampai juni 2014, berlokasi di Dusun Kuri Caddi, Desa Nisombalia,

Kecamatan Marusu, Kabupaten Maros, Provinsi Sulawesi Selatan.

Melalui kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimah kasih kepada

pihak-pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan, mulai dari

persiapan sampai dengan selesainya penulisan skripsi ini. Dengan segala

kerendahan hati penulis ingin mengucapkan terimah kasih yang sebesar-besarnya

kepada :

1. Ayahanda Dekan Fakultas Pertanian Ir. H. M. Saleh Molla, M.Si yang telah

memberikan bantuannya, baik bantuan materi dan non materi selama penulis

melakasanakan kegiatan penelitian.

2. Ibunda Ketua Jurusan Budidaya Perairan Murni, S. Pi, M. Si, yang juga telah

memberikan dukungan dan bantuannya mulai dari penelitian berlangsung

sampai dengan selesainya penulisan skripsi ini.

3. Ibunda Ir. Darmawati, M. Si dan Rahmi, S. Pi, M. Si selaku komisi

(6)

meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan kepada penulis mulai

dari awal sampai dengan akhir penelitian.

4. Ayahanda Abd. Malik, S. Pi, M. Si dan Ibunda Asni Anwar, S. Pi, M. Si

selaku komisi penguji yang telah meluangkan waktunya dan memberikan

saran-saran yang kepada penulis dalam menjalankan penelitian.

5. Bapak Abd. Haris Sambu, S. Pi, M. Si selaku dosen Pembina yang telah

memberikan banyak bantuan kepada penulis selama melaksanakan penelitian.

6. Bapak Kepala Kecamatan Marusu, Kepala Desa Nisombalia, dan Kepala

Dusun Kuri Caddi beserta seluruh aparat pemerintahannya yang telah bersedia

menerima penulis di daerahnya untuk melakukan penelitian.

7. Kedua orang tua penulis Bapak Ali Rusdi, S. Sos dan Ibu Dra. Mardiah

beserta adik-adik penulis Salman Al-Farizi, Rahmayanti Sri Rejeki, dan

Ashabul kahfi yang tak lelah untuk memberikan dukungan baik moril maupun

materil selama penulis melaksanakan penelitian.

8. Saudara dan saudariku para peneliti yang tergabung dalam kelompok

penelitian terpadu di kawasan tambak Unismuh Makassar yang turut

bekerjasama dalam melakukan penelitian.

9. Semua pihak yang telah berperan serta dalam menyukseskan penelitian

terpadu yang tidak sempat kami sebutkan satu persatu.

Sebagai penutup, mungkin di dalam penulisan skripsi ini masih terdapat

kekurangan dan kesalahan dari penulis, maka dari itu penulis mengharapkan

adanya saran dan kritik yang sifatnya membangun jika memang terdapat

(7)

nantinya skripsi ini dapat bermafaat bagi penulis dan juga pembacanya. Semoga

kita bersama-sama mendapatkan ridho dari Allah swt dalam segala aktifitas

keseharian kita. Insyaallah.

Penulis

(8)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i

HALAMAN PENGESAHAN ii

ABSTRAK iii

KATA PENGANTAR iv

DAFTAR ISI vii

DAFTAR TABEL viii

DAFTAR GAMBAR ix

DAFTAR LAMPIRAN x

I. PENDAHULUAN 1

1.1. Latar Belakang 1

1.2.Tujuan dan Kegunaan 2

II. TINJAUAN PUSTAKA 3

2.1. Pengertian Budidaya 3

2.2. Kualitas Air 3

2.3. Parameter Kimia 4

III. METODE PENELITIAN 9

3.1. Waktu dan Lokasi Penelititan 9

3.2. Alat dan Bahan 10

3.3. Persiapan 14

3.4. Penentuan Stasiun 15

3.5. Parameter Yang Diamati 16

(9)

3.7. Metode Pengambilan/ Pengukuran Sampel 17

3.8. Pengumpulan Data 18

3.9. Analisis Data 18

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 19

4.1. pH 19 4.2. DO (Dissolved Oksigen) 20 4.3. Salinitas 21 4.4. Nitrat 22 4.5. Phospat 23 4.6. Amonia 25 V. PENUTUP 28 5.1. Kesimpulan 28 5.2. Saran 29 DAFTAR PUSTAKA 30 LAMPIRAN 32

(10)

DAFTAR TABEL

No. Teks Halaman

1. Waktu pengukuran sampel insitu. 17

2. Waktu pengambilan sampel analisis laboratorium 17

3. Kriteria kualitas air bagi budidaya udang di tambak 18

4. Data hasil pengukuran pH 19

5. Data hasil pengukuran DO 20

6. Data hasil pengukuran Salinitas 21

7. Data hasil penelitian Nitrat (NO3) 22

8. Data hasil penelitian Phosfat (PO4) 23

9. Data hasil penelitian Amonia (NH3) 25

(11)

DAFTAR GAMBAR

No.

Teks Halaman

1. Lokasi tambak Kuri Caddi Kabupaten Maros 9

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

No

Teks Halaman

1. Data hasil penelitian di Laboratorium BPPBAP Maros 33

2. Data hasil pengukuran di tambak (insitu) Kuri Caddi Maros 35

(13)

PENGESAHAN KOMISI PENGUJI

Judul Skripsi : Studi Kualitas Parameter Kimia Air Untuk Usaha Budidaya Ikan dan Udang Di Kawasan Tambak Kuri Caddi.

Nama Mahasiswa : Ardiansyah Rusmadi Nomor Induk Mahasiswa : 105940051410 Program Studi : Budidaya Perairan

(14)
(15)

1

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam kegiatan usaha budidaya ikan, air merupakan media pemeliharaan

yang sangat penting untuk diperhatikan. Keberhasilan suatu usaha budidaya

sangat bergantung pada kualitas air yang digunakan. Kualitas air adalah sifat air

dan kandungan makhluk hidup, zat, energi, atau komponen lain di dalam air.

Kualitas air dinyatakan dengan beberapa parameter, yaitu parameter fisika (suhu,

kekeruhan, dan padatan terlarut, dan sebagainya), parameter kimia (pH, oksigen

terlarut, BOD, kadar logam, dan sebagainya), dan parameter biologi (keberadaan

plankton, bakteri, jamur, dan sebagainya) (Effendi, 2003).

Masalah utama yang dihadapi oleh sumber daya air meliputi kuantitas air

yang sudah tidak mampu memenuhi kebutuhan yang terus menerus meningkat

dan kualitas air untuk keperluan domestik yang semakin menurun. Kegiatan

industri, domestik, dan kegiatan lain berdampak negatif terhadap sumber daya air,

antara lain menyebabkan penurunan kualitas air. Kondisi ini dapat menimbulkan

gangguan, kerusakan, dan bahaya bagi semua makhluk hidup yang bergabung

pada sumber daya air. Oleh karena itu, diperlukan pengelolaan dan perlindungan

sumber daya air secara seksama.

Lokasi pertambakan Kuri Caddi di Kabupaten Maros adalah kawasan yang

merupakan daerah hutan manggrove yang dikonversi menjadi lahan

pertambakan.Lokasi tambak berbatasan langsung dengan Teluk Makassar yang

sangat dipadati oleh lalu lintas pelayaran. Selain itu, perairan laut kuri caddi

(16)

2

pesisir pantai dilokasi tersebut. Aktifitas pelayaran dan penangkapan di perairan

ini sedikit banyaknya dapat mempengaruhi kondisi perairan di perairan tersebut.

Berdasarkan hal tersebut, maka perlu untuk melakukan penelitian terhadap

parameter kualitas air pada kawasan tambak Kuri Caddi yang merupakan lokasi

pertambakan yang akan direhabilitasi menjadi tambak yang lebih produktif.

Dengan dasar tersebut penelitian parameter kualitas air secara terpadu ini dapat

memberikan informasi tentang kualitas perairan pada lokasi pertambakan tersebut.

1.2.Tujuan dan Kegunaan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi kualitas kimia air di

kawasan Tambak Kuri Caddi dan mengetahui kelayakan lokasi tersebut untuk

digunakan sebagai wadah budidaya. Diharapkan penelitian ini dapat digunakan

(17)

3

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Budidaya Perairan

Istilah budidaya perairan (akuakultur) berasal dari bahasa lnggris

aquaculture yang berarti pengusahaan budidaya organisme akuatik termasuk ikan,

moluska, krustase dan tumbuhan akuatik. Kegiatan budidaya menyiratkan

semacam intervensi dalam proses pemeliharaan untuk meningkatkan produksi,

seperti penebaran yang teratur, pemberian pakan, perlindungan terhadap

pemangsa (predator) pencegahan terhadap serangan penyakit dan sebagainya

(Pusat Riset Perikanan Budidaya, 2001; Hermanto, 2007). Kegiatan budidaya

dapat dilaksanakan di lingkungan air payau, air tawar dan air laut. Pemilihan

jenis (spesies) tertentu akan berkaitan langsung dengan lingkungan perairan

sebagai habitat dari spesies yang dipelihara. (Hermanto, 2007).

Tambak merupakan salah satu jenis habitat yang dipergunakan sebagai

tempat untuk kegiatan budidaya air payau yang berlokasi di daerah pesisir.

Secara umum tambak biasanya dikaitkan langsung dengan pemeliharaan udang

windu, walaupun sebenarya masih banyak spesies yang dapat dibudidayakan di

tambak misalnya ikan bandeng, ikan nila, ikan kerapu, kakap putih dan ikan

bandeng dan sebagainya (Hermanto, 2007).

2.2. Kualitas Air

Air sebagai media tempat hidup ikan yang dibudidayakan harus memenuhi

berbagai persyaratan dari segi fisika, kimia, maupun biologi. Dari segi fisika, air

(18)

4

dipelihara. Sedangkan dari segi kimia, air sebagai pembawa unsur-unsur hara,

mineral, vitamin, gas-gas terlarut dan sebagainya. Dari segi biologi, air

merupakan media untuk kegiatan biologis dalam pembentukan dan penguraian

bahan-bahan organik (Buwono, 1993).

Kadar kuantitas dan kualitas air tambak juga ditentukan oleh pasang surut

air laut sebagai suplai air tambak. Pada dasarnya pasang surut yang diterima oleh

daerah pantai dan estuaria adalah pasang surut semi diurnal, dengan dua kali

pasang dan dua kali surut terjadi pergantian dalam satu hari. Tambak-tambak air

payau kebanyakan dibangun di daerah pasang surut yaitu diantara pasang

tertinggi dan surut terendah. Situasi tersebut diperlukan untuk mempermudah

dalam memenuhi kebutuhan air selama masa pemeliharaan udang. Ukuran pasang

surut tertentu sangat diperlukan agar konstruksi tambak dan pengelolaanya dapat

dilakukan secara efisien. Pasang surut yang ideal untuk tambak udang adalah

sebesar 1,5 - 2,5 (Buwono, 1993).

Menurut Rukmini (2012), Kualitas air merupakan salah satu faktor penting

yang harus diperhatikan dalam pemilihan lokasi pemeliharaan ikan. Beberapa

parameter fisika dan kimia perairan yang dapat mempengaruhi kehidupan ikan

adalah suhu, oksigen terlarut, karbon dioksida, ammonia, pH, alkalinitas, dan

kekeruhan.

2.3. Parameter Kimia

Dalam melihat kondisi kelayakan tempat untuk dijadikan sebagai lokasi

budidaya, kita dapat mengukur dari kondisi parameter airnya. Salah satu

(19)

5

2.3.1. (pH) Derajat Keasaman

Derajat keasaman atau pH merupakan gambaran jumlah ion hidrogen atau

lebih tepatnya aktivitas ion hidrogen dalam perairan. Secara umum, nilai pH

menggambarkan seberapa dalam atau basa suatu perairan. Nilai pH : 7 dikatakan

netral, lebih besar dari 7 adalah basa, lebih kecil dari 7 adalah asam. Semakin jauh

jaraknya dari angka 7, semakin asam atau semakin basa. Nilai pH yang normal

bagi suatu perairan payau adalah antara 7-9, sementara pH air laut antara 8,0-8,5

(Widigdo, 2013).

2.3.2. DO (Dissolved Oksigen)

Oksigen terlarut atau dikenal dengan istilah DO (Dissolved Oksigen)

adalah parameter yang sangat penting bagi hewan perairan. Sumber utama

oksigen terlarut dalam air adalah proses fotosintesis dari fitoplankton. Semakin

subur perairan, semakin banyak fitoplankton yang hidup di dalamnya. Semakin

banyak fitoplankton akan semakin banyak oksigen yang dihasilkan dan terlarut di

dalam air (Widigdo, 2013).

2.3.3. Salinitas

Salinitas merupakan konsentrasi ion terlarut yang diekspresikan dalam

miligram per liter (mg/L) dalam satuan internasional atau dalam sistem inggris

dikenal dengan nama part per thousand (ppt). Salinitas juga didefenisikan sebagai

jumlah semua garam dalam air setelah semua karbonat dirubah menjadi

(20)

6

dalam lambang 0/00. Salinitas membedakan jenis air menjadi air tawar, air laut, dan

air payau (Pramono, 2009).

Masing-masing jenis ikan atau udang mempunyai kisaran toleransi

salinitas yang berbeda antara spesies satu dengan yang lainnya dan antara

kelompok umur spesies yang sama. Meskipun demikian disepakati bahwa

salinitas 10-250/00 adalah baik untuk dipertahankan. Salinitas dapat diukur baik

dengan alat yang praktis yaitu salinometer atau handrefraktometer (Pramono,

2009).

2.3.4. Phosphat

Nitrat adalah sumber nitrogen yang penting bagi fitoplankton baik

diperairan laut maupun di perairan air tawar (Boney, 1983; Erlina, 2006). Nutrien

ini digunakan dalam beberapa proses seperti fotosintesis, sintesa protein dan

penyusun gen serta pertumbuhan organisme (Erlina, 2006). Menurut Erlina (2006)

nitrogen dan phospat kemungkinan besar merupakan faktor pembatas bagi

pertumbuhan fitoplankton. Phospat merupakan salah satu unsur hara yang

potensial dalam pembentukan protein dan metabolisme sel. Kandungan

orthophosphat yang terlarut dalam air dapat menunjukkan kesuburan perairan

(Erlina, 2006).

Anggapan bahwa kadar nitrogen konstan di seluruh kolom air adalah tidak

benar. Lapisan-lapisan air teratas pada umumnya mengandung lebih sedikit

nitrogen dari pada lapisan-lapisan air yang terletak jauh dari permukaan laut. Hal

tersebut sama dengan pengaruh intensitas cahaya bagi produksi fitoplankton.

(21)

7

produksi fitoplankton di kedalaman 100 m lebih kecil dari pada produksi

dikedalaman 10 m. Menurunnya kandungan nitrogen di bagian permukaan kolom

air sangat besar dipengaruhi oleh peningkatan jumlah sel fitoplankton. Dengan

semakin besarnya populasi fitoplankton dari permukaan sampai kedalaman 100

m, semakin banyak pula cahaya yang diabsorpsi oleh fitoplankton. Akibatnya

semakin sedikit cahaya yang dapat mencapai kedalaman sekitar 100 m. Bila

intensitas cahaya berkurang, kedalaman kompensasi akan bergeser keatas

mendekati permukaan air. Dengan demikian, persediaan zat hara dalam lapisan air

permukaan setebal 100 m akan makin berkurang dan sejalan dengan

meningkatnya kepadatan populasi fitoplankton, semakin lama kolom air dan zat

hara yang tersedia semakin tidak mencukupi kebutuhan fitoplankton (Erlina,

2006). Lebih lanjut perairan dikatakan baik jika mempunyai kandungan phospat

berada pada kisaran 0,05 – 0,50 ppm (DKP, 2004; Erlina, 2006).

2.3.5. Nitrogen (amoniak), Nitrat, Nitrit

Amonia diperairan berasal dari hasil samping metabolisme hewan (yang

dikeluarkan ekskresi) dan hasil proses dekomposisi bahan organik dan bakteri.

Hasil analisis kandungan amonia di laboratorium adalah amonia total, dimana

belum dipisahkan antara amonia tak terionisasi (amonia bebas, NH3) yang toksik

dan amonium (NH4+) yang relatif tidak bersifat toksik. Kandungan amonia bebas

yang toksik sangat bergantung pada pH, suhu, dan salinitas perairan. Semakin

tinggi pH dan suhu, semakin tinggi persentase amonia bebas yang terkandung

(22)

8

Sifat toksik amonia bebas biasanya mulai terjadi pada konsentrasi 0,6-2

mg/L di kolam-kolam budidaya, sedangkan efek sublethal terjadi pada konsentrasi

0,1-0,3 mg/L, idealnya untuk keperluan budidaya kadar amonia di dalam air harus

0 ppm. Kecuali amonia, nitrat, nitrit dan ortophosphat, perairan perlu juga diamati

dalam kaitannya untuk mengetahui sediaan nutrient yang ada. Dalam hal ini

amonia, nitrit, dan nitrat menggambarkan jumlah bioavailablenitrogen, yakni

nutrient N (nitrogen) terlarut yang ada yang dapat langsung digunakan oleh

organisme (fitoplankton, tumbuhan) untuk tumbuh dan berkembang. Sedangkan

orthophosphat merepresentasikan nutrien phospor (P) terlarut dan merupakan

bioavailablephosphorus. Ketersediaan kedua nutrient ini merupakan gambaran

tingkat kesuburan perairan, yang merupakan faktor penting bila perairan hendak

dimanfaatkan untuk keperluan perikanan, khususnya budidaya. Kandungan total P

yang diharapkan pada perairan tambak adalah lebih dari 0,5 ppm. Perbandingan

N:P menentukan komposisi fitoplankton, untuk jenis diatome perbandingan N:P

(23)

9

III. METODE PENELITIAN

3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April-Mei tahun 2014 yang

berlokasi di Kawasan Tambak Unismuh Makassar tepatnya Di Dusun Kuri Caddi,

Desa Nisombalie, Kecamatan Marusu, Kabupaten Maros, Provinsi Sulawesi

Selatan. Adapun lokasi tambak tersebut dapat dilihat pada gambar dibawah ini :

Gambar 1. Lokasi Tambak Kuri Caddi Kabupaten Maros.

Sedangkan lokasi untuk analisis laboratorium kandungan Nitrat, Phosphat

dan Amonia dilakukan di Laboratorium Kualitas Air Balai Pengembangan dan

(24)

10

3.2. Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan dalam melaksanakan penelitian terhadap

parameter kimia air di Kawasan Tambak Kuri Caddi Maros akan diuraikan pada

penjelasan di bawah ini :

3.2.1. pH

Alat yang digunakan dalam mengukur pH adalah pH meter yang berfungsi

untuk mengukur kandungan pH pada sampel yang diukur. Sedangkan bahan yang

digunakan adalah akuades yang digunakan untuk mensterilkan dan membersihkan

elektroda pada pH meter. Tissue yang digunakan untuk membersihkan dan

mengeringkan elektroda.

Sedangkan cara kerja dari alat-alat tersebut adalah dengan menekan tombol

On/Off pada pH meter untuk mengaktifkan alat tersebut. Kemudian mencelupkan

elektroda ke dalam air sampel sambil digoyangkan. Selanjutnya menunggu

sampai nilai pH tidak berubah/stabil dan mencatat hasil yang ditunjukkan pada

layar pH meter. Setelah mencatat nilai pH, diakhiri dengan mencuci elektroda

dengan akuades dan mengeringkannya dengan tissue.

3.2.2. DO (Dissolved Oksigen)

Alat yang digunakan dalam mengukur DO (Dissolved Oksigen) adalah DO

meter yang berfungsi untuk mengukur kandungan DO pada sampel. Sedangkan

bahan yang digunakan adalah akuades yang digunakan untuk membersihkan dan

mensterilkan elektroda pada Do meter. Tissue yang digunakan untuk

(25)

11

Sedangkan cara kerja dari alat-alat tersebut adalah yang pertama dengan

menekan tombol On/Off pada DO meter untuk mengaktifkan alat tersebut.

Kemudian mencelupkan elektroda ke dalam air sampel sambil digoyangkan.

Selanjutnya menunggu sampai nilai DO tidak berubah/ stabil pada layar. Mencatat

nilai DO (Dissolved Oksigen) pada layar DO meter. Diakhiri dengan mencuci

elektroda dengan akuades dan mengeringkannya dengan tissue.

3.2.3. Salinitas

Alat yang digunakan dalam mengukur salinitas adalah refraktometer yang

berfungsi untuk mengukur kandungan salinitas sampel. Sedangkan bahan yang

digunakan adalah pipet tetes berfungsi untuk memasukkan sampel air ke dalam

prisma ukur yang terdapat pada alat refraktometer. Tissue berfungsi untuk

membersihkan dan mengeringkan prisma yang terdapat dalam alat refraktometer.

Akuades berfungsi untuk menetralkan kandungan salinitas pada prisma sebelum

mengukur sampel.

Sedangkan cara kerja dari alat-alat tersebut adalah dengan terlebih dahulu

mengkalibrasi refraktometer dengan meneteskan 1 atau 2 tetes akuades pada

prisma. Selanjutnya menutup dan membaca skala salinitas pada refraktometer,

bila batas garis bidang gelap dan terang menunjukkan angka nol, maka

refraktometer siap untuk digunakan. Setelah itu, bersihkan prisma dengan

menggunakan tissue halus sampai kering. Selanjutnya adalah dengan meneteskan

air sampel dan membaca skala yang ditunjukkan pada prisma. Setelah melakukan

pengukuran, tahapan yang terakhir adalah dengan mencuci prisma dengan

(26)

12

salinitas dinyatakan dalam ppt (part per thousand), yaitu setara dengan gram

NaCl per liter.

3.2.4. Nitrat

Alat yang digunakan dalam mengukur nitrat yang pertama adalah

spektrofotometer yang berfungsi untuk membaca kadar nitrat sampel. Kedua

adalah kertas saring whatman nomor 42 adalah kertas yang digunakan untuk

menyaring air sampel. Ketiga adalah tabung reaksi 50 ml yang digunakan untuk

menampung air sampel hasil penyaring. Keempat adalah corong yang digunakan

pada saaat melakukan penyaringan sampel. Kelima adalah rak tabung yang

digunakan untuk meletakkan tabung reaksi setelah berisi dengan sampel. Keenam

adalah kolom reduksi yang digunakan untuk menyaring sampel setelah

sebelumnya disaring dengan kertas saring whatman nomor 42. Ketujuh adalah

Labu ukur 25 ml yang digunakan untuk mengukur volume sampel. Kedelapan

adalah Pipet 1 dan 5 ml yang digunakan untuk memberikan pereaksi pada sampel.

Sedangkan tahapan prosedur pengukuran yang dilakukan untuk sampel

nitrat adalah dengan menyaring sampel air dengan kertas saring whatman no. 42.

Tahapan selanjutnya adalah mengambil 50 ml sampel yang telah disaring lalu

memasukkannya dalam tabung tes. Setelah itu, menambahkan 1 ml ammonium

khlorida pekat dan dilanjutkan dengan mengocok sampel dengan hati-hati.

Kemudian melewatkan 15 ml air sampel kekolom reduksi. Membuang 15 ml air

pertama yang keluar melalui kolom reduksi (sebagai pembilas kolom reduksi

(27)

13

membuang sampel sebanyak 20 ml. Setelah itu menampung 15 ml air yang keluar

berikutnya dari kolom reduksi untuk dianalisis.

Sebelum dianalisis sampel ditambahkan 0,5 ml larutan sulfanilamide lalu

dikocok dengan hati-hati. Selanjutnya menambahkan 0,5 ml larutan nafthylamin

lalu dikocok. Diamkan sampel tersebut selama 10 menit lalu lanjutkan pembacaan

absorban dengan mengunakan spektrofotometer pada panjang gelombang 543 nm.

Tahapan terakhir adalah menghitung konsentrasi nitrat dengan menggunakan

kurva kalibrasi (r = > 0,95).

3.2.5. Phosfat

Alat yang digunakan dalam mengukur sampel phospat yang pertama adalah

spektrofotometer yang berfungsi untuk membaca kadar phospat pada sampel.

Kedua adalah kertas saring whatman nomor. 42 yang digunakan dalam menyaring

sampel air. Ketiga adalah corong yang digunakan dalam proses penyaringan air

sampel. Keempat adalah tabung reaksi 25 ml yang digunakan untuk menampung

air sampel setelah melalui penyaringan. Kelima adalah rak tabung yang digunakan

untuk meletakkan tabung yang sudah berisi dengan sampel yang telah disaring.

Sedangkan tahapan yang dilakukan untuk pengukuran sampel phospat

adalah dengan memasukkan 25 ml sampel yang telah disaring kedalam tabung tes.

Setelah itu menambahkan 2,5 ml larutan campuran lalu dilanjutkan dengan

mengocok botol sampel dengan hati-hati. Kemudian diamkan selama 20 menit.

Setelah itu, tahap selanjutnya adalah mengukur absorban pada panjang gelombang

(28)

14

menghitung konsentrasi phospat dalam sampel dengan menggunakan kurva

standar.

3.2.6. Amonia

Alat yang digunakan dalam mengukur sampel phospat yang pertama adalah

spektrofotometer yang berfungsi untuk membaca kandungan phospat pada

sampel. Kedua adalah kertas saring whatman nomor.42 yang berfungsi sebagai

penyaring sampel. Ketiga adalah tabung reaksi 25 ml yang digunakan untuk

menampung air hasil penyaringan. Keempat adalah rak tabung yang digunakan

untuk meletakkan tabung reaksi yang telah berisi dengan sampel. Kelima adalah

corong yang digunakan pada saat melakukan penyaringan. Keenam adalah pipet

25 cc yang digunakan untuk memasukkan/ memberikan cairan pereaksi pada

sampel.

Tahapan pengukuran pada-hati sampel amonia yang pertama adalah

dengan memasukkan 25 ml sampel yang telah disaring ke dalam tabung tes.

Kedua yaitu menambahkan 1 ml larutan phenol kedalam tabung reaksi lalu

mengocoknya dengan hati-hati. Ketiga yaitu menambahkan 1 ml larutan sodium

nitroprussid lalu mengocoknya. Keempat yaitu menambahkan 2,5 ml larutan

oksidizing lalu mengocoknya. Kelima yaitu membiarkan atau mendiamkan sampel

selama 1 jam. Setelah 1 jam, dilanjutkan dengan mengukur absorban pada

panjang gelombang 640 m dengan menggunakan akuades sebagai blanko.

Tahapan yang terakhir adalah menghitung konsentrasi amonia dalam sampel

(29)

15

3.3. Persiapan

Sebelum melakukan penelitian ada beberapa persiapan yang dilakukan

diantaranya adalah dengan melakukan pengumpulan informasi mengenai kondisi

umum lokasi penelitian, studi literatur, observasi lokasi penelitian, penentuan

stasiun pengamatan, serta persiapan alat dan bahan yang akan digunakan dalam

penelitian.

Dalam melakukan penentuan stasiun pengamatan, dilakukan dengan cara

purposive (Nasution, 2001 dalam Alexander, 2006) yang mengacu pada fisiografi

lokasi agar sedapat mungkin bisa mewakili atau menggambarkan keadaan

perairan tersebut.

3.4. Penentuan Stasiun

Dalam pengambilan sampel air, dilakukan pembagian blok yang terdiri

dari blok I, II, III. Dari ketiga blok ini kemudian dibagi kedalam tiga stasiun

pengambilan sampel. Letak dari setiap blok yang ditetapkan adalah sebagai

berikut:

a. Blok I terdapat di pintu utama saluran air yang terdiri dari tiga titik stasiun

dengan titik koordinat S: 05o01.973o,T: 119o28.068o, Elev : -56 ft.

b. Blok II berada di daerah tambak yang terdiri dari 3 stasiun dengan titik

koordinat S: 05o01.403o, T: 119o28.219o, Elev: -49 ft. Adapun letak stasiun I di pintu pemasukan air, stasiun II di pelataran tambak, dan stasiun III di pintu

(30)

16

c. Blok III berada di daerah tambak yang terdiri dari 3 stasiun dengan titik

koordinat S: 05o01.301o, T: 119o28.301o, Elev: 37 ft. Adapun letak stasiun I di pintu pemasukan air, stasiun II di pelataran tambak, dan stasiun III di pintu

pengeluaran air.

Pada penelitian tentang kualitas parameter kualitas air ini, pengambilan

sampel air pada setiap blok dilakukan setiap minggu dalam kurun waktu 2 bulan

dengan frekuensi 1 kali pengambilan sampel.

Di bawah ini akan disajikan gambar lokasi stasiun pengambilan sampel

parameter kimia air di pertambakan Kuri Caddi.

Gambar 2. Lokasi pengambilan sampel penelitian.

3.5. Parameter Yang Diamati

Dalam penelitian ini ada 6 parameter kimia air yang akan diamati adalah

(31)

17

3.6. Prosedur Penelitian

Dalam penelitian ini ada dua prosedur kerja yang akan dilakukan, yaitu

pengukuran sampel insitu dan pengambilan sampel untuk analisis laboratorium.

Untuk parameter pH, salinitas, dan DO (Dissolved Oksigen) dilakukan

pengukuran dilokasi penelitian insitu. Sedangkan untuk parameter, nitrat, phospat,

dan amonia dilakukan pengukuran di Laboratorium.

Tabel 1. Waktu pengukuran sampel in situ.

No Parameter Waktu Pengukuran Frekuensi

Pertama Kedua

1 pH 08.00 Wita 17.00 Wita

1 X Se-Minggu 2 Salinitas 08.10 Wita 17.10 Wita

3 DO 08.20 Wita 17.20 Wita

Tabel 2. Waktu pengambilan sampel analisis laboratorium

No Parameter Waktu Pengambilan Frekuensi

1 Nitrat 09.00 Wita

2 X Se- Bulan 2 Phosphat 09.00 Wita

3 Amoniak 09.0 Wita

3.7. Metode Pengambilan/ Pengukuran Sampel

Metode yang digunakan dalam pengambilan sampel adalah dengan cara

setiap lokasi pengamatan dibagi menjadi tiga stasiun pengambilan sampel.

Pengambilan sampel dilakukan satu kali dalam seminggu untuk pengukuran in

situ sedangkan pengambilan sampel untuk analsisis di laboratorium dilakukan dua

kalidalam satu bulan. Proses penelitian ini akan berlangsung selama 2 bulan.

Dalam melakukan pengukuran sampel untuk parameter pH, Salinitas, dan

DO dilakukan dengan mengambil sampel pada setiap stasiun menggunakan ember

(32)

18

parameter phospat, nitrat, dan amonia dilakukan dengan menggunakan gayung

kemudian dituang kedalam ember. Sempel air yang berada di ember kemudian

dipindahkan kedalam botol-botol sampel yang telah disiapkan. Untuk menjaga

kondisi sampel agar tidak terkontaminasi, botol sampel dimasukkan kedalam

coolbox yang berfungsi untuk melindungi sampel agar kandungannya tidak

mengalami perubahan.

3.8. Pengumpulan Data

Data hasil pengukuran di lapangan dikumpulkan dan digabungkan dengan

data hasil analisa di Laboratorium Kualitas Air BPPBAP (Balai Penelitian dan

Pengembangan Budidaya air Payau) Kabupaten Maros. Data hasil pengujian di

Laboratorium akan diidentifikasi dan dibandingkan dengan kriteria parameter

kualitas air menurut standar kelayakan yang telah dirumuskan oleh para ahli

dibidang kualitas air.

3.9. Analisis Data

Dari semua data yang didapatkan dari hasil pengujian yang dilakukan baik

secara insitu dan analisa laboratorium akan diolah secara deskriptif dengan

membandingkan hasil dari lapangan dengan studi literatur tentang kelayakan

parameter kimia air untuk budidaya tambak. Adapun literatur tentang kelayakan

(33)

19

Tabel 3. Kriteria Kualitas Air Bagi Budidaya Udang Di Tambak .

No Parameter Batas Kelayakan Literatur

1 Ph 7,0-9,0 7,5-8,5 Widigdo (2013) 2 DO 4-7 ppm 4-7 ppm Widigdo (2013) 3 Salinitas 5-35 ppt 15-25 ppt Widigdo (2013) 4 Nitrat 0,09-3,5 mg/l 0,09 Mustofa (2008),Widigdo (2013) 5 Phosphat 0,05-0,50 ppm 0,5 ppm Widigdo (2013) 6 Amonia 0,6-2 mg/l ≤ 0,1 mg/l Widigdo (2013) Sumber : Poernomo (1991), KepMenLH (2004), dan Widigdo (2007).

(34)

20

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Proses pengambilan sampel air dilakukan pada saat air laut pasang dan

surut. Selain itu, waktu pengambilan sampel dilakukan pada pagi dan siang hari.

Setelah melakukan penelitian di lapangan (insitu) dan laboratorium. Maka

didapatkan data hasil penelitian yang terdiri dari 6 parameter diantaranya adalah

pH, DO (Dissolved Oksigen), salinitas nitrat, phospat, dan amonia yang akan

dijelaskan pada uraian di bawah ini :

4.1. pH

Berdasarkan hasil pengukuran yang dilakukan untuk kandungan pH pada

lokasi penelitian, didapatkan hasil data yang dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 4. Data hasil pengukuran pH.

Tabel di atas menunjukkan bahwa konsentrasi pH pada ketiga lokasi

penelitian ini tidak memiliki perbedaan yang signifikan walaupun pengukuran

dilakukan pada waktu yang berbeda. Kandungan pH pada semua lokasi selama

pengukuran berkisar antara 7.4-8,1. Berdasarkan nilai rata-rata tersebut di atas

yang berkisar antara 7,6-7.9, selanjutnya dapat disimpulkan bahwa kandungan pH

pada perairan tambak ini masih dalam kondisi yang layak untuk digunakan

sebagai lokasi budidaya ikan dan udang. Hal ini sesuai dengan pendapat Widigdo

No Sampel Pengamatan Rata-rata

1 2 3 4

1 A 7.8 7.6 8.1 7.7 7.8 2 B 7.7 7.4 7.8 7.5 7.6 3 C 7.8 7.7 8.1 7.9 7.9

(35)

21

(2013) yang menyatakan bahwa nilai pH yang normal bagi suatu perairan payau

adalah antara 7-9 dengan kondisi optimum 7.5-8.5.

4.2. DO (Dissolved Oksigen)

Berdasarkan hasil pengukuran yang dilakukan untuk konsentrasi DO

(Dissolved Oksigen) pada lokasi penelitian, didapatkan hasil data yang dapat

dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 5. Data hasil pengukuran DO.

No Sampel Pengamatan Rata-rata

1 2 3 4

1 A 3.8 1.7 6.2 1.9 3.4 2 B 1.3 1.3 7.3 0.9 2.7 3 C 3 1.9 7.3 2.2 3.6

Tabel di atas dapat dijelaskan bahwa konsentrasi oksigen terlarut pada

lokasi penelitian memiliki perbedaan yang signifikan. Perbedaan ini disebabkan

oleh perbedaan waktu pada saat pengukuran dilakukan. Pada pengukuran minggu

ke-1, 2, dank ke-4 dilakukan pada pagi hari pukul 06.00-08.00 Wita. Hal ini

menyebabkan konsentrasi oksigen terlarut pada minggu tersebut lebih rendah dari

nilai optimum. Sedangkan pada pengukuran minggu ke-3 konsentrasi oksigen

terlarut berada pada kisaran optimum antara 4-7 mg/l. Hal ini disebabkan karena

pada pengukuran minggu ke-3 dilakukan pada siang hari pukul 13.00-14.00 Wita.

Berdasarkan nilai-nilai rata-rata di atas dapat disimpulkan bahwa nilai

oksigen terlarut yang berkisar antara 2.7-3.6 mg/l. Dari kisaran nilai tersebut dapat

disimpulkan bahwa konsentrasi oksigen terlarut pada lokasi pertambakan ini

(36)

22

ini berdasarkan pernyataan Widigdo (2013) yang menyatakan bahwa kadar

oksigen terlarut yang ideal untuk budidaya udang adalah antara 4 ppm pada pagi

pagi hari dan mendekati tingkat jenuh (7-9 ppm) pada siang hari.

4.3. Salinitas

Berdasarkan hasil pengukuran yang dilakukan untuk konsentrasi salinitas

pada loksai penelitian, didapatkan hasil data yang dapat dilihat pada tabel di

bawah ini :

Tabel 6. Data hasil pengukuran Salinitas.

No Sampel Pengamatan Rata-rata

1 2 3 4

1 A 35 35 35 35 35

2 B 35 35 30 37 34

3 C 35 33 30 36 34

Tabel di atas menjelaskan bahwa konsentrasi nilai salinitas pada lokasi

pertambakan ini cukup tinggi berkisar antara 30-37 ‰. Nilai yang ditunjukkan

tidak terlalu berbeda walaupun pengukuran dilakukan pada waktu yang berbeda.

Setelah dirata-ratakan, nilai salinitas pada perairan ini berkisar antara 34-35 ‰.

Pada kondisi tersebut, salinitas pada perairan ini masih berada pada kisaran batas

yang ditolerir untuk kegiatan budidaya udang. Hal ini didasarkan pada pendapat

Widigdo (2013) yang menyatakan bahwa batas toleransi nilai salinitas untuk

budidaya udang berkisar antara 5-35 ‰ dengan nilai optimum 15-25 ‰.

4.4. Nitrat (NO3)

Berdasarkan hasil penelitian pada sampel untuk parameter nitrat,

(37)

23 Tabel 7. Data hasil penelitian Nitrat (NO3).

No Sampel Pengamatan Rata-rata

1 2 3 4

1 A 2.020 0.058 0.030 0.096 0.551 2 B 0.227 0.063 0.039 0.052 0.095 3 C 2.656 0.055 0.015 0.097 0.706

Tabel di atas menjelaskan bahwa konsentrasi nilai nitrat pada semua lokasi

berkisar antara 0,015-2,656 mg/l. Setelah dirata-ratakan, nilai nitrat pada ketiga

lokasi berkisar antara 0.095-0.706 mg/l. Dari nilai hasil rata-rata di atas,

menunjukkan kadar nitrat yang masih memenuhi standar mutu yang diatur di PP

NO. 82 tahun 2001 kelas III yaitu 20 mg/l. Selain itu, menurut Resti (2007) dalam

Mustofa (2008) alga khususnya fitoplankton dapat tumbuh optimal pada

kandungan nitrat sebesar 0,09-3,5 mg/l. Pada konsentrasi di bawah 0,01 mg/l atau

diatas 4,5 mg/l nitrat dapat menjadi faktor pembatas.

Tabel di atas menunjukkan bahwa kadar nitrat yang terendah terdapat pada

blok C (Tambak) sampel minggu ke 3 yang pengambilan sampelnya dilakukan

pada pukul 13.00-14.30 WITA dengan nilai 0,015 mg/l. Rendahnya nilai sampel

pada blok ini selain dipengaruhi oleh kondisi air laut yang sedang surut juga

dipengaruhi oleh tidak adanya kegiatan budidaya yang dilakukan pada lokasi

penelitian tersebut. Dengan tidak adanya kegiatan budidaya diperairan tersebut

mengakibatkan kurangnya limbah domestik atau pemupukan yang dapat

meningkatkan kandungan nitrat pada lokasi penelitian tersebut. Sedangkan kadar

nitrat tertinggi terdapat pada blok C (Tambak) sampel minggu ke 1 dengan nilai

2,656 mg/l. Sampling dilakukan pada pukul 05.30-08.00 Wita dimana kondisi air

(38)

24

dengan pendapat Hutagalung dan Rozak (1997) dalam Hendrawati, dkk (2008)

yang menyatakan bahwa meningkatnya kadar nitrat pada perairan disebabkan oleh

masuknya limbah domestik atau pertanian (pemupukan) yang banyak

mengandung nitrat. Selain itu, sumber potensial lain yang dapat memperkaya

nitrat di perairan adalah hujan dan bahan-bahan buangan dari daratan, termasuk

limbah (Faizal, 2007).

4.5. Phospat (PO4)

Berdasarkan hasil penelitian pada sampel untuk parameter phosfat,

didapatkan data hasil penelitian pada tabel di bawah ini :

Tabel 8. Data hasil penelitian Phosfat (PO4).

No Sampel Pengamatan Rata-rata

1 2 3 4

1 A 0.221 0.093 0.653 0.002 0.242 2 B 0.022 0.119 0.636 0.002 0.195 3 C 0.072 0.063 1.014 0.002 0.288

Tabel di atas menunjukkan bahwa nilai konsentrasi phosfat berkisar antara

0,002-1,014 mg/l. Berdasarkan nilai rata-rata dari ketiga lokasi berkisar antara

0.195-0.288 mg/l. Dari kisaran nilai tersebut dapat diuraikan bahwa konsentrasi

phospat pada lokasi pertambakan ini masih dalam kondisi yang layak untuk

dijadikan sebagai lahan budidaya ikan dan udang. Hal ini didasari oleh pernyataan

Widigdo (2013) yang menyatakan bahwa batas nilai optimum bagi phospat adalah

0,5 mg/l dengan batas toleransi 0,05-0,5 mg/l.

Tabel di atas menunjukkan bahwa nilai kadar phospat yang terendah

(39)

25

Pengambilan sampel minggu ke 4 dilakukan pada waktu pagi hari pukul

07.00-08.00 Wita dengan kondisi air laut dalam keadaan pasang. Dari semua hasil

pengamatan, peningkatan kadar phospat yang signifikan hanya terjadi pada

pengamatan minggu ke 3 di blok C dengan nilai 1.014 mg/l. Dimana nilai pada

pengamatan minggu sebelumnya adalah 0.063 mg/l. Peningkatan nilai kadar

phospat pada blok C ini dapat dipengaruhi oleh fraksi lain, seperti hasil ekskresi

organisme dan hasil autolisis organisme yang mati.

Konsentrasi phospat yang tergolong rendah ini dipengaruhi oleh masih

kurangnya pengaruh dari luar tambak yang masuk kedalam tambak yang

mengandung unsur-unsur yang dapat menghasilkan senyawa tersebut. Keberadaan

fosfor secara berlebihan yang disertai keberadaan nitrat dapat menstimulir ledakan

pertumbuhan alga di perairan yang dapat menggunakan oksigen dalam jumlah

besar sehingga berdampak pada penurunan kadar oksigen terlarut. Berdasarkan

kadar fosfor total, perairan diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu : perairan dengan

tingkat kesuburan rendah kadar fosfor total berkisar antara 0 – 0.02 mg/liter;

perairan dengan tingkat kesuburan sedang yang memiliki kadar fosfor total

berkisar antara 0.021 – 0.05 mg/l; dan perairan dengan tingkat kesuburan tinggi

yang memiliki kadar phospat total 0.051 – 0.1 mg/l (Faizal, 2007).

Menurut Hutagalung dan Rozak (1997) dalam Hendrawati (2008)

menyatakan bahwa keberadaan phospat yang tinggi disebabkan oleh masuknya

limbah domestik, pertanian, insdustri dan perikanan yang mengandung phospat.

Pada sedimen, sumber utama fosfor adalah dari endapan terestrial yang

(40)

26

dari phospat yang terlarut yang sebagian berbentuk koloid berasal dari ekskresi

organisme dan juga terbentuk dari hasil autolisis organisme yang mati (Faizal

2007). Keberadaan berbagai bentuk phospat di laut dikendalikan oleh proses

biologi dan fisika, diantaranya penyerapan oleh fitoplankton pada proses

fotosintesis, penggunaan oleh bakteri serta adanya absorpsi oleh lumpur dasar

akibat kelebihan Ca2+ pada pH tinggi.

Sumber-sumber alami fosfor di perairan adalah pelapukan batuan mineral

dan dekomposisi bahan organik. Sumber antropogenik fosfor adalah dari limbah

industri dan limbah domestik, yakni yang berasal dari deterjen. Sumbangan dari

daerah pertanian yang menggunakan pupuk juga memberikan kontribusi yang

cukup besar bagi keberadaan fosfor. (Effendi, 2003 dalam Faizal 2007).

4.6. Amoniak (NH3)

Berdasarkan hasil penelitian pada sampel untuk parameter amoniak,

didapatkan data hasil penelitian yang dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 9. Data hasil penelitian Amoniak (NH3).

No Sampel Pengamatan Rata-rata

1 2 3 4

1 A 0.231 0.084 0.002 0.003 0.080 2 B 0.156 0.090 0.003 0.002 0.063 3 C 0.173 0.145 0.002 0.003 0.081

Tabel di atas menunjukkan bahwa nilai konsentrasi amoniak berkisar

antara 0.002-0.231 mg/l. Berdasarkan nilai rata-rata amoniak yang berkisar antara

0.063-0.081 mg/l, dapat dijelaskankan bahwa konsentrasi amoniak pada perairan

(41)

27

udang. Hal ini didasarkan pada pendapat Widigdo (2013) yang menyatakan

bahwa sifat toksik amonia bebas biasanya mulai terjadi pada konsentrasi 0,6-2

mg/l di kolam-kolam budidaya, sedangkan efek sublhetal terjadi pada konsentrasi

0,1-0,3 mg/l. Akan tetapi idealnya konsentrasi amonia pada perairan untuk

keperluan budidaya harus 0 ppm.

Setelah melihat tabel di atas dapat dijelaskan bahwa kadar amonia yang

tertinggi dengan nilai 0,231 mg/l terdapat di sampel minggu pertama pada sampel

blok A (Saluran utama pintu air). Dimana pengambilan sampel pada minggu

pertama dilakukan pada pagi hari pukul 05.30-07.30 wita dengan kondisi air laut

dalam keadaan pasang. Tingginya kandungan amonia pada sampel tersebut dapat

disebabkan oleh masih tingginya suhu air di lokasi tersebut. Hal ini didukung oleh

waktu pengambilan sampel yang dilakukan pada waktu pagi hari sehingga suhu di

perairan tersebut belum mengalami penurunan. Hal ini sesuai dengan sifat air

yang mempunyai panas laten yang tinggi, air dapat menyimpan panas cukup baik

dan melepaskannya dengan bertahap (Hamdani, 2014).

Jika melihat kondisi lingkungan ada beberapa hal yang dapat

menyebabkan keadaan ini terjadi diantaranya adalah lokasi saluran utama yang

berdekatan dengan laut dan daerah mangrove, masih tingginya suhu perairan di

lokasi sampling yaitu 30oC. Hal ini sesuai dengan pendapat Raswin (2003) amonia diperairan berasal dari hasil pemecahan nitrogen organik (protein dan

urea) dan nitrogen anorganik yang terdapat dalam tanah dan air, dapat pula berasal

dari dekomposisi bahan organik (tumbuhan dan biota akuatik yang telah mati)

(42)

28

pembesaran juga dipengaruhi oleh konsentrasi pH dan suhu. Semakin tinggi

konsentrasi pH dan suhu air maka semakin tinggi pula kadar NH3 perairan

tersebut.

Sedangkan kadar amoniak yang memiliki nilai terendah dengan nilai 0,002

mg/l terdapat di sampel minggu ke 3 pada sampel blok A (Saluran utama pintu

air), dan blok C (Tambak) dimana pengambilan sampel dilakukan pada pukul

13.00-14.30 WITA dengan kondisi air laut pada saat itu dalam kondisi surut.

Selain itu, nilai terendah juga berada pada sampel minggu ke 4 di blok B

(Tambak) yang mempunyai nilai yang sama dengan nilai sampel minggu ke 3

pada blok A (saluran utama pintu air) dan C (Tambak) dengan nilai 0,002 mg/l.

Pengambilan sampel dilakukan pada pukul 06.30-08.00 wita disertai dengan

kondisi air pada saat itu sedang pasang.

Hasil analisis kandungan amoniak di laboratorium adalah amonia total,

dimana belum dipisahkan antara amonia tak terionisasi (amonia bebas, NH3) yang

toksik dan ammonium (NH4+) yang relatif tidak bertoksik. Kandungan amonia

bebas yang toksik sangat bergantung pada pH, suhu, dan Salinitas perairan.

Semakin tinggi pH dan suhu, semakin tinggi persentase amonia bebas yang

terkandung dalam amonia total yang ada. Sedangkan faktor salinitas bersifat

sebaliknya, semakin tinggi salinitas, kandungan amonia bebas cenderung semakin

rendah. Di antara ketiga faktor ini, pH yang paling berperan, peningkatan pH

sedikit saja menyebabkan peningkatan amonia bebas yang cukup besar (Widigdo,

(43)

29

V. PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, penulis dapat menyimpulkan

bahwa :

1. Konsentrasi nilai pH, DO, dan salinitas di perairan tambak Kuri Caddi Maros

menunjukkan nilai yang masih layak untuk digunakan sebagai lokasi budidaya

ikan dan udang.

2. Kandungan nitrat, phospat, dan amoniak di perairan tambak Kuri Caddi Maros

masih berada pada kisaran nilai yang optimal dan batas toleransi untuk

kegiatan budidaya ikan dan udang.

5.2. Saran

Untuk melakukan kegiatan budidaya pada lokasi pertambakan Kuri Caddi

Maros, kita memerlukan sarana dan prasarana yang menunjang untuk melakukan

kegiatan budidaya. Di samping itu penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi

adalah hal yang terpenting untuk diterapkan pada lokasi pertambakan Kuri Caddi

(44)

30

DAFTAR PUSTAKA

Alexander. 2006.Studi Penentuan Lokasi Untuk Pengembangan Budidaya Laut Berdasarkan Parameter Fisika, Kimia, dan Biologi Di Teluk Kupang Nusa Tenggara Timur. UNDIP. Semarang.

Buwono. 1993. Tambak Udang Windu Sistem Pengelolaan Berpola Intensif. Yogyakarta. Penerbit Kanisius.

Efendi H. 2003.Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan Perairan. Yogyakarta. Penerbit Kanisius.

Erlina A. 2006. Kualitas Perairan Di Sekitar BBPBAP Jepara Ditinjau Dari Aspek produktivitas Primer Sebagai Landasan Operasional Pengembangan Budidaya Udang dan Ikan.UNDIP. Semarang.

Faizal, 2010. Analisis Nitrat dan Fosfat Pada Sedimen Manggrove. Kabupaten Barru.(onlne),(andifaizalbahriskel.blogspot.com/.../analisis-nitrat-dan-fosfat-pada-sedim. Diakses senin,10 Agustus 2014).

Hamdani, 2014. Sifat-Sifat Air (online) (http://catatankimia.com/catatan/sifat-air.html.diakses senin, 10 Agustus 2014).

Hendrawati. et.all, 2008. Analisis Kadar Phosfat dan N-Nitrogen (Amonia, Nitrat, Nitrit) pada Tambak Air Payau Akibat Rembesan Lumpur Lapindo di Sidoarjo, Badan Riset Kelautan dan Perikanan, Jakarta Selatan. UIN Syarif Hidayatullah. Jakarta.

Hermanto.2007.PengelolaanBudidayaTambakBerwawasan Lingkungan.Widya iswara BPPP Belawan-Medan.

Mustofa, 2008. Daya Dukung Lingkungan Perairan Tambak Desa Mororejo Kabupaten Kendal. (online) Jurnal Saintek Perikanan UNDIP. Vol. 4.No. 1, 2008:50:55. Diakses 10 Agustus 2014).

Pramono B, Soedibya PHT. 2009.Aquaculture Engineering. Jakarta. Penerbit Cahaya Pineleng.

(45)

31

Raswin, 2003. Pembesaran Ikan Bandeng, Modul Pengelolaan Air Tambak. Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional.

Rukmini. 2012. Teknologi Budidaya Biota Air. Bandung. Penerbit Karya Putra Darwati.

Sutrisyani, dkk. 2009. Panduan Praktis Analisis Kualitas Air Payau. Pusat Riset Perikanan Budidaya. Jakarta Selatan.

Widigdo B. 2013.Bertambak Udang Dengan Teknologi Biocrete.Jakarta. Penerbit Buku Kompas.

(46)
(47)

37 Lampiran 3. Foto kegiatan penelitian

DO Meter pH Meter

Pengukuran Kadar DO Pengukuran Kadar pH

(48)

38

Pengambilan sampel Pengambilan sampel

Botol sampel Kertas saring

(49)

39

(50)

33 Lampiran 1. Data Hasil Penelitian di Laboratorium BPPBAP Kab. Maros.

Sampel 23 Mei 2014

Sampel 30 Mei 2013

No Parameter Satuan Kode sampel Spesifikasi

Metode A1 A2 A3 B1 B2 B3 C1 C2 CC3 1 Nitrat,NO3-N mg/L 0.0677 0.0657 0.0405 0.0709 0.0352 0.0815 0.0415 0.0657 0.0574 Spektrofotometrik 2 Amonia, NH3-N mg/L 0.0900 0.0988 0.0628 0.0831 0.0943 0.0925 0.1168 0.1305 0.187 Spektrofotometrik 3 Fosfat, PO4-P mg/L 0.1232 0.0828 0.0730 0.0849 0.0685 0.2027 0.0582 0.0662 0.0631 Spektrofotometrik Sampel 06 Juni 2013

No Parameter Satuan Kode sampel Spesifikasi

Metode

A1 A2 A3 B1 B2 B3 C1 C2 CC3

1 Nitrat,NO3-N mg/L 0.0331 0.0051 0.0520 0.0102 0.0229 0.0841 0.0061 ttd 0.0243 Spektrofotometrik

2 Amonia, NH3-N mg/L 0.0018 0.0024 0.0029 0.0025 0.0034 0.0026 0.0018 0.0030 0.0022 Spektrofotometrik

3 Fosfat, PO4-P mg/L 0.1620 0.8947 0.9031 0.1154 1.3006 0.4912 1.5920 0.9663 0.4837 Spektrofotometrik

No Parameter Satuan Kode sampel Spesifikasi

Metode

A1 A2 A3 B1 B2 B3 C1 C2 CC3

1 Nitrat,NO3-N mg/L 5.3407 0.2502 0.4696 0.2079 0.3101 0.1614 1.3830 5.6002 0.9852 Spektrofotometrik

2 Amonia, NH3-N mg/L 0.2710 0.2050 0.2165 0.1919 0.1461 0.1295 0.1887 0.1830 0.1469 Spektrofotometrik

(51)

34

Sampel 13 Juni 2013

No Parameter Satuan Kode sampel Spesifikasi Metode

A1 A2 A3 B1 B2 B3 C1 C2 CC3

1 Nitrat,NO3-N mg/L 0.0794 0.0488 0.1611 0.0551 0.0523 0.0480 0.0524 0.131 0.1076 Spektrofotometrik

2 Amonia, NH3-N mg/L 0.0021 0.0047 0.0031 0.0017 0.0025 0.0030 0.0021 0.0028 0.0028 Spektrofotometrik

(52)

35 Lampiran 2. Data hasil pengukuran di tambak (insitu) Kuri Caddi Maros.

Sampel 23 Mei 2013

No Parameter Satuan Kode sampel

Spesifikasi Metode A B C 1 Salinitas - 35 35 35 Insitu 2 pH Ppt 7.78 7.66 7.82 Insitu 3 DO Mg/l 3.81 1.33 3.04 Insitu Sampel 30 Mei 2013

No Parameter Satuan Kode sampel Spesifikasi Metode

A B C

1 Salinitas - 35 35 33 Insitu

2 pH Ppt 7.64 7.42 7.69 Insitu

3 DO Mg/l 1.68 1.28 1.85 Insitu

Sampel 06 Juni 2013

No Parameter Satuan Kode sampel Spesifikasi Metode

A B C

1 Salinitas - 35 30 30 insitu

2 pH Ppt 8.1 7.8 8.1 insitu

(53)

36

Sampel 13 Juni 2013

No Parameter Satuan Kode sampel Spesifikasi Metode

A B C

1 Salinitas - 35 37 36 insitu

2 pH ppt 7.7 7.5 7.9 insitu

Gambar

Gambar 1. Lokasi Tambak Kuri Caddi Kabupaten Maros.
Gambar 2. Lokasi pengambilan sampel penelitian.
Tabel 1. Waktu pengukuran sampel in situ.
Tabel 3. Kriteria Kualitas Air Bagi Budidaya Udang Di Tambak .  No  Parameter  Batas  Kelayakan  Literatur
+7

Referensi

Dokumen terkait

Apabila ada anggota jemaat yang berkeberatan terhadap nama-nama calon mempelai yang diwartakan oleh karena tidak terpenuhi syarat-syarat IKRAR NIKAH, maka

Hasil penelitian menunjukkan adanya perubahan pada masing-masing tambak yang mengandung BOT dan Terdapat empat macam sumber penghasil bahan organik dalam air, yaitu yang berasal

Lingkup penelitian ini adalah mengkaji kelayakan usaha budidaya ikan dan merumuskan strategi yang tepat untuk pengembangan usaha budidaya ikan konsumsi air tawar

Keseluruhan dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ovulasi pada ikan mas betina yang disuntik atau tidak disuntik ovaprim dapat memberikan pengaruh imbas pada

Kausa dapat juga diartikan sebagai dasar objektif yang menjadi latar belakang terjadinya suatu perjanjian. Kausa bukan merupakan keinginan subjektif dari para pihak yang

Adapun yang perlu bertanggung jawab adalah : (1) Pemerintah Kecamatan selaku pencetus inovasi tersebut dengan menugaskan operator yang mengelolanya; (2) Pemerintah

Prinsip dasar atau prinsip umum yang harus diperhatikan adalah : setiap perumusan ketentuan pidana dalam Undang-undang di luar KUHP harus tetap berada dalam sistem hukum

Penanaman mangrove dilaksanakan di pulau tirang, dengan Penanaman mangrove menggunakan bibit mangrove jenis Rhizophora Mucronata, penyampaian teknik penanaman mangrove