• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERANAN DAN DAMPAK INVESTASI SEKTOR PETERNAKAN DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA SKRIPSI FAHMI ISMAIL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PERANAN DAN DAMPAK INVESTASI SEKTOR PETERNAKAN DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA SKRIPSI FAHMI ISMAIL"

Copied!
92
0
0

Teks penuh

(1)

PERANAN DAN DAMPAK INVESTASI SEKTOR PETERNAKAN DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA

SKRIPSI FAHMI ISMAIL

PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

(2)

RINGKASAN

FAHMI ISMAIL. D34104082. 2008. Peranan dan Dampak Investasi Sektor Peternakan dalam Perekonomian Indonesia. Skripsi. Program Studi Sosial Ekonomi Industri Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

Pembimbing utama : Ir. Dewi Ulfah Wardani, MS.

Pembimbing anggota : Ir. Dwi Joko Setyono, MS.

Sektor peternakan merupakan salah satu subsektor pertanian yang menjadi prioritas utama untuk dikembangkan dalam program Revitalisasi Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan (RPPK) karena dinilai memiliki potensi yang baik. Salah satu cara untuk mengembangkan potensi sektor peternakan di Indonesia adalah dengan mengakselerasi peningkatan produksi dan nilai tambah usaha peternakan melalui investasi.

Tujuan penelitian ini adalah: 1) menganalisis besarnya peranan sektor peternakan terhadap perekonomian Indonesia dalam pembentukan struktur permintaan dan penawaran, konsumsi, investasi, ekspor dan impor, nilai tambah dan output sektoral, 2) menganalisis besarnya keterkaitan ke depan dan ke belakang sektor peternakan dengan sektor-sektor lainnya di Indonesia, 3) menganalisis posisi sektor peternakan dalam penetapan sektor prioritas berdasarkan empat kelompok sektor, dan 4) menganalisis besarnya dampak investasi karena program RPPK yang ditimbulkan oleh sektor peternakan terhadap pembentukan nilai output, nilai tambah, pendapatan, dan kesempatan kerja dalam perekonomian Indonesia.

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus 2007 sampai Februari 2008.

Data yang digunakan adalah data sekunder berupa tabel Input-Output tahun 2005 klasifikasi 66 sektor dalam bentuk Tabel Transaksi Domestik Atas Dasar Harga Produsen, kemudian diagregasi menjadi 18 sektor yang berkaitan dengan sektor peternakan lalu diolah menggunakan software PyIO dan Microsoft Excell.

Berdasarkan hasil analisis tabel Input-Output Indonesia tahun 2005 tentang peranan dan dampak investasi sektor peternakan dalam perekonomian Indonesia dapat disimpulkan sebagai berikut: 1) peranan sektor peternakan yang terdiri dari (ternak potong, ternak perah, ternak lainnya, pemotongan hewan dan ternak unggas) secara total dalam perekonomian Indonesia adalah relatif kecil. Peranan sektor peternakan yang terbesar adalah dalam struktur konsumsi rumah tangga, yaitu sebesar 3,42 persen. Peranan sektor peternakan yang kecil adalah dalam struktur investasi, yaitu investasi negatif sebesar Rp 2,04 triliun dan pada struktur ekspor dan impor, yaitu mengalami defisit perdagangan Internasional sebesar Rp 1,74 triliun.

Sektor peternakan meskipun peranannya relatif kecil tetapi mempunyai rasio antar upah dan surplus usaha (U/S) cukup bagus, yaitu pada ternak lainnya (0,90) dan peternakan unggas (0,80), 2) sektor ternak potong memiliki nilai keterkaitan ke depan terbesar dan belakang terkecil (langsung dan tidak langsung), pemotongan hewan memiliki nilai keterkitan ke belakang terbesar, ternak lainnya memiliki nilai keterkaitan ke depan dan keterkaitan ke belakang (langsung) terkecil, 3) hasil penetapan sektor prioritas berdasarkan empat kelompok sektor, maka pemotongan hewan dan peternakan unggas termasuk dalam kelompok sektor prioritas ke dua, sedangkan ternak potong, ternak perah dan ternak lainnya termasuk kelompok sektor prioritas terakhir/keempat, 4) Investasi sebesar Rp 51,3 triliun dalam program RPPK,

(3)

akan menambah output total diseluruh sektor perekonomian sebesar Rp 80,57 triliun atau 1,42 persen, nilai tambah bruto sebesar Rp 48,39 triliun atau 1,68 persen, pendapatan sebesar Rp 15,19 triiun atau 1,72 persen, dan mengurangi jumlah pengangguran sebanyak 2,72 juta orang atau 22,87 persen.

Berdasarkan kesimpulan di atas, maka dapat dikemukakan beberapa saran, yaitu: 1) untuk penelitian selanjutnya diharapkan adanya penelitian mengenai faktor- faktor yang mempengaruhi kecilnya peranan sektor peternakan dalam perekonomian Indonesia terutama dari sisi mikro, 2) investasi yang kecil pada sektor peternakan terutama pada komponen pembentukan modal tetap harus segera diatasi karena akan menyebabkan pengurasan populasi ternak, 3) sektor peternakan mempunyai rasio upah dan gaji dengan surplus usaha (U/S) yang cukup bagus yaitu: pada ternak lainnya dan ternak unggas, sehingga untuk penelitian lebih lanjut dapat melakukan penelitian yang lebih aplikatif mengenai hubungan antara upah dan gaji dengan surplus usaha yang berguna sebagai pertimbangan dalam dunia investasi.

Kata-kata kunci: sektor peternakan, revitalisasi pertanian, perikanan, dan kehutanan (RPPK), investasi

(4)

ABSTRACT

The Role and Impact of Investment Livestock Sector in Indonesia’s Economy Ismail, F., D.U. Wardani, and D.J. Setyono

The aims of this research were: 1) to analyze the role of livestock sector in Indonesia’s economy in terms of demand and supply, consumption, investment, export and import, value added, and sectoral output structure, 2) to analyze forward and backward linkage livestock sector with the others sector, 3) to analyze position of livestock sectors in determining sector priority based on four category sector, and 4) to analyze the impact of livestock sector investment cause Revitalization of Agriculture, Fishery, and Forestry (RAFF) program in terms of output, value added, income, and employment opportunity. This research was carried out from August, 2007–February, 2008. The data used for this research are the 66 sector classification for the Indonesian Input-Output table 2005 from Badan Pusat Statistik (BPS) Jakarta.

The data were analyzed by PyIO and Microsoft Excell. Result of this research were:

1) the role of livestock sector in Indonesia’s economy is low. The biggest role is in terms of household consumption (3,42%), 2) the livestock sector have the largest value of direct as long as direct and undirect forward linkage is beef-cattle sector, whereas the livestock sector have the largest value of direct as long as direct and undirect backward linkage is slaughtering animal sector, 3) slaughtering animal and poultry husbandry sector belonging to second priority sector category, whereas beef- cattle, dairy-cattle, and other’s livestock sector belonging to fourth priority sector category, and 4) the impact of livestock sector investment cause RAFF program is increasing total output 1,42 percent, total value added 1,68 percent, income 1,72 percent, and decreasing total employment 22,87 percent.

Keywords: livestock sector, revitalization of Agriculture, fishery, and forestry (RAFF), investment

(5)

PERANAN DAN DAMPAK INVESTASI SEKTOR PETERNAKAN DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA

FAHMI ISMAIL D34104082

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada

Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor

PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

(6)

PERANAN DAN DAMPAK INVESTASI SEKTOR PETERNAKAN DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA

Oleh FAHMI ISMAIL

D34104082

Skripsi ini telah disetujui dan disidangkan di hadapan Komisi Ujian Lisan pada tanggal

14 April 2008

Pembimbing Utama Pembimbing Anggota

Ir. Dewi Ulfah Wardhani, MS Ir. Dwi Joko Setyono, MS NIP. 131 878 941 NIP. 131 849 391

Dekan Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor

Dr. Ir. Luki Abdullah, M. Sc.,Agr NIP. 131 955 531

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Fahmi Ismail lahir di Sukabumi, 29 April 1986. Penulis merupakan anak kedua dari pasangan Ujang Sutandi dan Ade Sumarni. Pendidikan yang ditempuh penulis dari tahun 1993–1998 di Sekolah Dasar Negeri Cisaat Gadis, Sukabumi. Penulis kemudian melanjutkan di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri 1 Cisaat, Sukabumi pada tahun 1998 –2001. Selanjutnya penulis melanjutkan studinya di Sekolah Menengah Umum Negeri 3 Sukabumi pada tahun 2001–2004.

Penulis diterima sebagai mahasiswa pada Departemen Sosial Ekonomi Industri Peternakan, Fakultas peternakan, Institut Pertanian Bogor pada tahun 2004 melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB). Tahun 2005, penulis masuk minat Ekonomi dan Perencanaan. Penulis pernah mendapatkan penghargaan sebagi finalis dalam The Meat Livestock Australia (MLA) Project Proposal Competition ”Read Meat Feel Good” tahun 2006. Selama mengikuti pendidikan, penulis aktif dalam kegiatan organisasi Himpunan Mahasiswa Sosial Ekonomi Industri Peternakan di Departemen Ilmu dan Keprofesian (Ilprof) pada tahun 2005 – 2006 dan di Departemen Informasi dan Teknologi (IT) pada tahun 2006-2007.

Penulis juga aktif dalam beberapa kepanitiaan seperti kepanitiaan Pelatihan Desain Grafis pada tahun 2005, Bulan Bakti Peternakan pada tahun 2005, LCT SEIP (Lomba Cepat Tepat Sosial Ekonomi Industri Peternakan) pada tahun 2005, Koordinator Kesekretariatan LCT SEIP (Lomba Cepat Tepat Sosial Ekonomi Industri Peternakan) pada tahun 2006, Ketua panitia Pelatihan SPSS 13 tahun 2007, Seip goes to Bali pada tahun 2007, Seminar Kredit UMKM tahun 2007.

(8)

KATA PENGANTAR Bismillaahirrahmanirrahiim,

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelasaikan skripsi ini. Skripsi yang berjudul Peranan dan Dampak Investasi Sektor Peternakan dalam Perekonomian Indonesia, merupakan salah satu syarat untuk gelar Sarjana Peternakan pada Program Studi Sosial Ekonomi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

Sektor peternakan merupakan salah satu sektor yang sangat berperan vital dalam perekonomian nasional karena sektor ini berkaitan erat dengan kebutuhan dasar manusia, yaitu kebutuhan manusia akan protein hewani. Perencanaan pembangunan sektor peternakan membutuhkan analisis data-data awal, tetapi ketersediaan data-data awal tersebut sangatlah terbatas didapat dari sektor peternakan sehingga dengan penelitian ini diharapkan ketersedian data-data awal tersebut dapat terpenuhi.

Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan semua pihak. Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan proposal, pelaksanan survei, penelitian dan penulisan skripsi. Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari sempurna, karena itu penulis mengharapkan saran dan masukan yang membangun untuk perbaikan skripsi ini di masa yang akan datang. Penulis berharap mudah-mudahan skripsi ini dapat bermanfaat. Semoga Allah SWT selalu melimpahkan rahmat-Nya kepada kita semua.

Amin.

Bogor, April 2008

Penulis

(9)

DAFTAR ISI

Halaman

RINGKASAN ... i

ABSTRACT ... ii

RIWAYAT HIDUP ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang... 1

Rumusan Masalah... 2

Tujuan Penelitian ... 3

Kegunaan Penelitian ... 3

KERANGKA PEMIKIRAN ... 4

TINJAUAN PUSTAKA... 7

Sektor Peternakan dalam Pembangunan ... 7

Revitalisasi Pertanian, Perikanan dan Peternakan (RPPK) ... 8

Tabel Input-Output ... 10

Pengertian Tabel Input-Output ... 10

Struktur Tabel Input-Output ... 13

Analisis Input-Output ... 17

Analisis Keterkaitan ... 17

Analisis Dampak Penyebaran ... 17

METODE PENELITIAN ... 19

Waktu Penelitian ... 19

Data dan Instrumentasi ... 19

Metode Analisis ... 19

Analisis Keterkaitan ... 20

Analisis Dampak Penyebaran ... 22

Analisis Penetapan Sektor Prioritas ... 23

Analisis Dampak Investasi ... 24

Definisi Istilah ... 24

GAMBARAN UMUM PERKEMBANGAN EKONOMI PETERNAKAN DI INDONESIA ... 27

Periode Penjajahan ... 27

(10)

Periode Awal Kemerdekaan ... 28

Periode Pelita I-IV ... 29

Periode Pelita V-VI... 32

Periode Pasca Pelita (2000-2005) ... 34

HASIL DAN PEMBAHASAN... 35

Peranan Sektor Peternakan terhadap Struktur Perekonomian Indonesia... 35

Struktur Permintaan dan Penawaran ... 35

Struktur Konsumsi Rumah Tangga ... 36

Struktur Investasi ... 38

Struktur Ekspor dan Impor ... 40

Struktur Nilai Tambah Bruto ... 42

Struktur Output Sektoral ... 46

Analisis Keterkaitan ... 47

Keterkaitan ke Depan ... 47

Keterkaitan ke Belakang ... 50

Analisis Penetapan Sektor Prioritas ... 52

Koefisien Penyebaran ... 53

Kepekaan Penyebaran ... 54

Penetapan Sektor Prioritas ... 54

Investasi Sektor Peternakan dalam Program RPPK ... 56

Dampak Investasi Sektor Peternakan dalam Perekonomian Indonesia... 58

Dampak Investasi Sektor Peternakan terhadap Nilai Output... 58

Dampak Investasi Sektor Peternakan terhadap Nilai Tambah... 60

Dampak Investasi Sektor Peternakan terhadap Pendapatan ... 61

Dampak Investasi Sektor Peternakan terhadap Penyerapan Tenaga Kerja ... 62

KESIMPULAN DAN SARAN... 64

UCAPAN TERIMAKASIH ... 66

DAFTAR PUSTAKA ... 67

LAMPIRAN ... 69

(11)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Ilustrasi Tabel Input-Output... 14 2. Kriteria Penentuan Peringkat Prioritas Sektor Kunci ... 23 3. Populasi dan Pertumbuhan Ternak di Indonesia Tahun 1970-

1975 ... 29 4. Produksi dan Pertumbuhan Komoditi Peternakan Tahun 1970-

2005 ... 30 5. Konsumsi Perkapita Komoditi Peternakan Tahun 1970-2005 ... 30 6. Produk Domestik Bruto Indonesia Tahun 1971-2000 Atas Dasar

Harga Konstan Tahun 1993 (Rp Milyar)... 31 7. Pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia Tahun 1971-

2000 Atas Dasar Harga Konstan Tahun 1993 (%/tahun) ... 31 8. Struktur Permintaan Antara dan Permintaan Akhir Sektor-Sektor

Perekonomian Indonesia Tahun 2005 (Triliun Rupiah) ... 35 9. Struktur Konsumsi Rumah Tangga dan Konsumsi Pemerintah

Sektor-Sektor Perekonomian Indonesia Tahun 2005 (Triliun

Rupiah)... 37 10. Struktur Investasi Sektor-Sektor Perekonomian Indonesia Tahun

2005 (Triliun Rupiah) ... 39 11. Struktur Ekspor dan Impor Sektor-Sektor Perekonomian

Indonesia Tahun 2005 (Triliun Rupiah) ... 40 12. Struktur Nilai Tambah Bruto Sektor-Sektor Perekonomian

Indonesia Tahun 2005 (Triliun Rupiah) ... 45 13. Peringkat Output Domestik Sektor-Sektor Perekonomian

Indonesia Tahun 2005 (Triliun Rupiah) ... 46 14. Keterkaitan ke Depan dan ke Belakang Sektor-Sektor

Perekonomian di Indonesia Tahun 2005 (Persen) ... 48 15. Keterkaitan Ke Depan Langsung Serta Langsung dan Tidak

Langsung Sektor Peternakan dalam Perekonomian Indonesia

Tahun 2005 ... 49 16. Keterkaitan Ke Belakang Langsung Serta Langsung dan Tidak

Langsung Sektor peternakan dalam Perekonomian Indonesia

Tahun 2005 ... 51 17. Indeks Pengembangan Peringkat Prioritas Sektor Kunci Sektor-

Sektor Perekonomian Indonesia Tahun 2005 ... 55 18. Perkiraan Proporsi Kebutuhan Investasi Tiga Komoditas

Peternakan Unggulan Tahun 2005-2010 (Triliun Rupiah) ... 58

(12)

19. Dampak Investasi Sektor Peternakan dalam Program RPPK terhadap Pembentukan Output di Indonesia (Triliun Rupiah)... 59 20. Dampak Investasi Sektor Peternakan dalam Program RPPK

terhadap Pembentukan Nilai Tambah di Indonesia (Triliun Rupiah)... 60 21. Dampak Investasi Sektor Peternakan dalam Program RPPK

terhadap Pembentukan Pendapatan di Indonesia (Triliun Rupiah) . 61 22. Dampak Investasi Sektor Peternakan dalam Program RPPK

terhadap Penyerapan Tenaga Kerja di Indonesia (Orang) ... 63

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Agregasi 17 Sektor Tabel Input-Ouput Indonesia Tahun 2005... 70 2. Klasifikasi 20 Sektor Tabel Input-Output Indonesia Tahun 2005... 72 3. Tabel Input-Output Indonesia Tahun 2005 Klasifikasi 20 Sektor... 73 4. Matrik Koefisien Teknis Klasifikasi 20 Sektor ... 75 5. Matrik Kebalikan Leontief Terbuka Klasifikasi 20 Sektor ... 77

(14)

PENDAHULUAN Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu negara agraris di dunia yang dikaruniai Tuhan dengan kekayaan alam yang berlimpah berupa alam yang subur dan kaya akan daratan seluas 2 juta km2 dan laut seluas 5,8 juta km2 yang terbentang sepanjang 8.000 km di khatulistiwa. Indonesia berpotensi menjadi produsen bahan pangan di dunia karena memiliki kondisi alam yang subur dan agroklimat yang baik.

Sebagai negara agraris, maka pertanian harus menjadi prioritas utama dalam perekonomian nasional. Hal ini sesuai dengan program Revitalisasi Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (RPPK), yang dicanangkan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada tanggal 11 Juni 2005. Program ini dilatarbelakangi oleh fakta empiris, bahwa sektor pertanian masih tetap berperan vital dalam mewujudkan tujuan nasional untuk memajukan kesejahteraan umum, namun vitalitas kinerjanya kini cenderung mengalami degradasi sehingga timbul kesadaran untuk menempatkan kembali arti penting pertanian dalam perekonomian nasional.

Melalui program RPPK sektor pertanian beserta sub-subsektornya harus menjadi prioritas utama untuk dikembangkan terutama yang memiliki potensi. Sektor peternakan merupakan salah satu subsektor pertanian yang memiliki potensi untuk dikembangkan.

Sektor peternakan di Indonesia mempunyai potensi yang sangat baik untuk dikembangkan. Ditinjau dari kekayaan sumberdaya alam dan daya dukung ekosistem yang sangat besar, Indonesia sangat berpotensi untuk dapat menghasilkan produk dan jasa peternakan secara meluas seperti bahan pangan dan pakan, farmasi, bioenergi, kosmetika, agrowisata, estetika, dan sebagainya.

Pengembangan potensi sektor peternakan di Indonesia salah satunya dengan cara mengakselerasi peningkatan produksi dan nilai tambah usaha peternakan. Faktor kunci untuk dapat mengakselerasi sektor peternakan adalah peningkatan dan perluasan kapasitas produksi yang bisa diwujudkan melalui investasi. Pada intinya, investasi adalah modal yang digunakan untuk meningkatkan atau memfasilitasi peningkatan kapasitas produksi.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka perlu suatu penelitian yang mendalam mengenai besarnya peranan dan dampak investasi sektor peternakan

(15)

dalam perekonomian Indonesia. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan informasi untuk pengembangan sektor peternakan di Indonesia.

Rumusan Masalah

Mengingat sektor peternakan merupakan salah satu sektor ekonomi yang berpotensi dan memiliki prospek yang baik, maka pemerintahan Indonesia yang dipimpin oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam program RPPK menjadikan sektor peternakan sebagai salah satu sektor ekonomi yang menjadi prioritas untuk dikembangkan. Sektor ini juga diharapkan dapat memajukan sektor peternakan itu sendiri maupun sektor-sektor lainnya dan pada akhirnya dapat berperan lebih besar lagi dalam perekonomian nasional.

Perencanaan pembangunan sektor peternakan memerlukan analisis data-data awal. Ketersediaan data-data awal tersebut sangatlah terbatas sehingga dalam penelitian ini diharapkan dapat diperoleh data-data awal mengenai peranan sektor peternakan diantara sektor-sektor lainnya dalam perekonomian nasional. Beberapa masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah:

1. Berapa besar peranan sektor peternakan terhadap perekonomian Indonesia dalam pembentukan struktur permintaan dan penawaran, konsumsi, investasi, ekspor dan impor, nilai tambah dan output sektoral?

2. Berapa besar keterkaitan ke depan dan keterkaitan ke belakang sektor peternakan dengan sektor-sektor lainnya di Indonesia?

3. Dimanakah posisi sektor peternakan dalam penetapan sektor prioritas berdasarkan empat kelompok sektor?

4. Berapa besar dampak investasi karena program RPPK yang ditimbulkan oleh sektor peternakan terhadap pembentukan output, nilai tambah, pendapatan, dan kesempatan kerja dalam perekonomian Indonesia?

Tujuan

1. Menganalisis besarnya peranan sektor peternakan terhadap perekonomian Indonesia dalam pembentukan struktur permintaan dan penawaran, konsumsi, investasi, ekspor dan impor, nilai tambah dan output sektoral.

2. Menganalisis besarnya keterkaitan ke depan dan keterkaitan ke belakang sektor peternakan dengan sektor-sektor lainnya di Indonesia.

(16)

3. Menganalisis posisi sektor peternakan dalam penetapan sektor prioritas berdasarkan empat kelompok sektor.

4. Menganalisis besarnya dampak investasi karena program RPPK yang ditimbulkan oleh sektor peternakan terhadap pembentukan output, nilai tambah, pendapatan, dan kesempatan kerja dalam perekonomian Indonesia.

Kegunaan Penelitian

1. Diharapkan bagi penulis untuk menambah pengetahuan tentang peranan dan dampak investasi sektor peternakan dalam perekonomian Indonesia.

2. Diharapkan dapat bermanfaat sebagai bahan masukan dalam merencanakan arah pembangunan sektor peternakan di Indonesia.

3. Sebagai acuan atau rujukan untuk penelitian selanjutnya.

(17)

KERANGKA PEMIKIRAN

Perekonomian nasional Indonesia yang didasarkan pada pendekatan sektoral, terdiri dari bermacam-macam sektor. Struktur perekonomian Indonesia pada tabel Input-Output diklasifikasikan menjadi 175 sektor, 66 sektor, dan yang terkecil sembilan sektor. Dalam penelitian ini untuk mengetahui peranan sektor peternakan dalam perekonomian Indonesia, dapat dianalisis dengan menggunakan tabel Input- Output tahun 2005 klasifikasi 66 sektor, yang kemudian diagregasi menjadi 20 sektor dengan mempertimbangkan sektor yang sejenis dan sektor yang akan diteliti lebih lanjut, khususnya bagi sektor yang memiliki keterkaitan dengan sektor peternakan.

Sektor-sektor yang terdapat dalam tabel Input-Ouput Indonesia tahun 2005 klasifikasi 20 sektor secara umum terdiri dari sektor pertanian lainnya (sektor tanaman pangan, perkebunan, perikanan, dan kehutanan), sektor–sektor lainnya (seperti: sektor industri dan jasa), dan sektor peternakan yang menjadi fokus penelitian (Lampiran 1).

Berdasarkan kegiatan budidaya peternakan, maka sektor peternakan dalam tabel Input-Output tahun 2005 klasifikasi 20 sektor dibagi atas lima sektor, yaitu: 1) sektor ternak dan hasil-hasilnya kecuali susu segar yang diperjelas menjadi sektor ternak potong, 2) sektor susu segar yang diperjelas menjadi sektor ternak perah, 3) sektor unggas dan hasil-hasilnya yang diperjelas menjadi sektor ternak unggas, 4) sektor pemotongan hewan, dan 5) sektor hasil pemeliharaan hewan lainnya yang diperjelas menjadi sektor ternak lainnya.

Hasil dari analisis dengan menggunakan tabel Input-Output, akan didapatkan seberapa besar peranan sektor peternakan dalam struktur perekonomian Indonesia dan pengaruhnya terhadap sektor-sektor lain melalui analisis keterkaitan dan analisis dampak penyebaran. Melalui analisis dampak penyebaran, dapat diketahui juga posisi sektor peternakan dalam penetapan sektor prioritas berdasarkan empat kelompok sektor.

Peranan sektor peternakan dalam perekonomian nasional perlu ditingkatkan melalui investasi, salah satunya investasi dalam program RPPK. Investasi sektor peternakan dalam program RPPK dengan menggunakan analisis Input-Output.

Analisis ini dapat melihat seberapa besar dampak pada peningkatan produktivitas yang berimplikasi pada peningkatan produksi output, nilai tambah, pendapatan, dan

(18)

kesempatan kerja pada sektor peternakan itu sendiri maupun kepada sektor-sektor perekonomian lainnya.

Berdasarkan hasil yang didapat dari analisis Input-Output tersebut, maka dapat diketahui peranan dan dampak investasi sektor peternakan dalam perekonomian Indonesia. Kerangka pemikiran penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1.

(19)

Gambar 1. Alur Kerangka Pemikiran Penilitian Keterangan:

Sektor Peternakan

Analisis Input-Output

(Tabel Input-Output Tahun 2005, Klasifikasi 66 Sektor dengan Agregasi 20 Sektor)

- Output, nilai tambah, pendapatan, tenaga kerja - Analisis keterkaitan

- Analisis dampak penyebaran (analisis penetapan sektor Prioritas)

Investasi Sektor Peternakan dalam

Program RPPK Sektor Pertanian

Lainnya

Sektor-Sektor Lainnya

Ternak Unggas Ternak

Potong

Ternak Perah

Ternak Lainnya

Pemotongan Hewan

Peranan dan Dampak Investasi Sektor Peternakan dalam Perekonomian Indonesia Perekonomian Nasional

= metode analisis

= ruang lingkup analisis Input-Output

= fokus penelitian

(20)

TINJAUAN PUSTAKA

Sektor Peternakan dalam Pembangunan

Ternak adalah hewan yang dipelihara manusia dengan sengaja untuk mendapatkan hasil dari tubuhnya (Nasoetion, 2004). Peternakan adalah subsektor pertanian yang kegiatannya meliputi kegiatan pemeliharaan/pembibitan, pengembangbiakan, dan pemungutan hasil tenak (Badan Pusat Statistik, 2003).

Agribisnis berbasis peternakan (sektor peternakan) mempunyai keunggulan dibandingkan dengan sektor lainnya. Menurut Saragih (2001) keunggulannya adalah 1) kegiatan peternakan, khususnya subsistem budidaya, relatif bersifat tidak bergantung pada ketersediaan lahan dan tidak terlalu menuntut kualitas tenaga kerja yang tinggi, 2) kegiatan budidaya peternakan memiliki kelenturan bisnis dan teknologi yang luas dan luwes. Kelenturan bisnis yang luas yang dimaksud adalah bahwa ternak yang dipelihara dapat dijual pada umur berapa saja dan pasarnya telah tersedia, 3) produk yang dihasilkan oleh agribisnis berbasis peternakan merupakan produk yang memiliki nilai elastisitas terhadap perubahan pendapatan yang tinggi, artinya konsumsi akan meningkat bila pendapatan meningkat, 4) sifat permintaan produk peternakan yang memiliki nilai elastisitas permintaan terhadap perubahan pendapatan yang tinggi dan kegiatan peternakan yang dilihat sebagai suatu sistem agribisnis, akan mampu menciptakan kesempatan kerja, kesempatan berusaha dan peningkatan pendapatan, mulai pada agribisnis hulu, budidaya, agribisnis hilir dan peningkatan jasa terkait seperti transportasi, perbankan, dan lain-lain, dan 5) memiliki pangsa pasar yang luas di kawasan nasional (seperti DKI Jakarta) bahkan di kawasan Internasional (seperti: ASEAN, Asia Timur, Timur Tengah, Afrika, dan kawasan lainnya).

Menurut Saragih (2001) salah satu subsektor pertanian (peternakan) yang paling berprestasi dalam pembangunan nasional adalah sektor peternakan unggas dan hampir tidak ada subsektor pertanian lainnya yang hampir menyamai prestasinya.

Hal ini terjadi pada awal tahun 1960-an, sektor peternakan unggas skala usahanya masih bersifat budidaya skala keluarga (backyard poultry farming), tetapi hanya dalam tempo kurang dari 25 tahun mampu melakukan pendalaman struktur ke industri yang lebih hulu maupun ke industri hilirnya. Menurut hasil penelitian Ikhsan (2005) yang mengadakan penelitian mengenai peranan sektor peternakan unggas dan

(21)

dampak flu burung terhadap perekonomian di Indonesia pada tahun 2000, menjelaskan bahwa peran sektor peternakan unggas jika dilihat dari struktur permintaan output dan permintaan akhir masih rendah. Hal ini terjadi karena sektor peternakan unggas hanya berkontribusi sebesar 1,32 persen dari keselurahan sektor- sektor perekonomian di Indonesia, tetapi jika dilihat dari nilai multiplier, sektor peternakan unggas memiliki peranan yang cukup baik dalam peningkatan output, pendapatan, dan penyerapan tenaga kerja.

Peranan sektor pertanian (termasuk di dalamnya sektor peternakan) dalam pembangunan ekonomi menurut Mardianto (2001) adalah: 1) penyedia kebutuhan pangan masyarakat atau penduduk suatu negara, 2) penghasil devisa yang cukup besar bagi sebagian besar negara berkembang, 3) sebagai pendorong tumbuhnya sektor industri melalui keterkaitan permintaan yang semakin meningkat, dan 4) memperbaiki kesejahteraan masyarakat pedesaan. Menurut Sudaryanto et al., (2002) sektor peternakan memegang peranan penting dalam perekonomian Indonesia dalam bentuk kontribusi GDP (Gross Domestic Product), penyumbang kesempatan kerja, sumber pendapatan, perolehan devisa, dan sumber pangan hewani bagi penduduk.

Saragih (2001) mengatakan sesuai dengan tujuan peternakan pada Pelita VI maka peranan sektor peternakan harus diarahkan untuk meningkatkan pendapatan petani peternak, mendorong diversifikasi pangan, perbaikan mutu gizi masyarakat, dan mengembangkan ekspor.

Revitalisasi Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (RPPK)

Kabinet Indonesia bersatu telah menetapkan program pembangunannya dengan menggunakan strategi tiga jalur (triple track strategy) yang berazas pro- gowth, pro-employment, dan pro-poor. Operasionalisasi konsep strategi tiga jalur tersebut dirancang melalui: 1) peningkatan pertumbuhan ekonomi di atas 6,5 persen per tahun melalui percepatan investasi dan ekspor, 2) pembenahan sektor riil untuk mampu menyerap tambahan angkatan kerja dan menciptakan lapangan kerja baru, dan 3) revitalisasi sektor pertanian dan perdesaan untuk berkontribusi pada pengentasan kemiskinan (Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2005).

RPPK pada awalnya hanya akan digunakan istilah “revitalisasi pertanian”

dengan pemahaman akan “pertanian dalam arti luas” yang juga mencakup perikanan dan kehutanan. Namun guna mengakomodasi kondisi aktual pengelolaan

(22)

pembangunan yang kenyataannya memang menggunakan pendekatan sektoral, dimana sektor perikanan dan sektor kehutanan berbeda dengan sektor pertanian maka digunakan istilah Revitalisasi Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (RPPK). Dengan menggunakan istilah tersebut maka RPPK mencakup pertanian dalam arti luas, termasuk peternakan, perkebunan, hortikultura, dan tanaman pangan. Perikanan, termasuk perikanan tangkap dan budidaya. Kehutanan, termasuk kayu dan non kayu.

RPPK juga mencakup semua kegiatan hulu-hilir: lahan, air, bibit, pembiayaan, alat dan mesin budidaya, industri, distribusi, eceran, dan sebagainya; serta semua pelaku, seperti petani, peternak, nelayan, pekebun, petambak, pembudi-daya ikan, petani hutan, pengusaha dan perusahaan agribisnis, BUMN, koperasi, perbankan, universitas, asosiasi dan sebagainya (Krisnamurthi, 2006).

RPPK merupakan pernyataan politik pemerintah yang dicanangkan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada tanggal 11 Juni 2005 di Jatiluhur, Jawa Barat yang dilatarbelakangi oleh fakta empiris bahwa sektor pertanian masih tetap berperan vital dalam mewujudkan tujuan nasional untuk memajukan kesejahteraan umum, namun vitalitas kinerjanya kini cenderung mengalami degradasi sehingga perlu direvitalisasi secara sungguh-sungguh sehingga muncul kesadaran mengenai pentingnya pertanian bagi kehidupan seluruh rakyat dan bangsa Indonesia.

Kesadaran bahwa Indonesia justru akan menjadi negara besar jika mampu mendayagunakan pertaniannya (Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2005).

RPPK dapat diartikan sebagai kesadaran untuk menempatkan kembali arti penting pertanian, perikanan dan kehutanan secara proposional dan kontekstual.

RPPK juga diartikan untuk menyegarkan kembali “vitalitas’’ pertanian, perikanan, dan kehutanan, memberdayakan kemampuannya, dan meningkatkan kinerjanya dalam pembangunan nasional dengan tidak mengabaikan sektor lain. Kedua arti

”revitalisasi” tersebut bersifat saling mempengaruhi, saling tergantung, dan harus dapat dikembangkan secara seimbang.

Dalam rangka menempatkan kembali arti penting pertanian, perikanan, dan kehutanan secara proposional dan kontekstual, maka ditawarkan tiga aspek revitalisasi yaitu:

(23)

1. Revitalisasi Ideologis dan Politis

RPPK harus dimulai dengan kesadaran ideologis bahwa demi kemanusiaan, keadilan, dan kerakyatan, serta kedaulatan maka pertanian, perikanan, dan kehutanan harus dipentingkan. Hal ini sekaligus juga menegaskan bahwa pertanian, perikanan, dan kehutanan memang bukan hanya komoditi atau produk yang harus tunduk pada mekanisme pasar. Oleh karenanya, sesuatu yang obyektif dan logis apabila pertanian, perikanan, dan kehutanan memiliki posisi politik yang kuat.

2. Revitalisasi Output dan Outcome

Dalam agribisnis terminologi produk yang dipergunakan telah bergeser menjadi lebih berorientasi pada pandangan konsumen. Pengkategorian output pertanian, perikanan, dan kehutanan telah berubah menjadi: 1) pangan dan pakan, 2) biofarmaka, 3) bioenergi, 4) serat, dan 5) wisata dan estetika.

3. Revitalisasi Ekonomi

Pandangan pertanian, perikanan dan kehutanan dalam perekonomian yang ditempatkan dalam posisi “melayani” industri harus dirubah kepada posisi semula yaitu hubungan pertanian, perikanan, dan kehutanan dengan industri bersifat saling terkait dan saling ketergantungan. Demikian juga dengan pandangan dalam perekonomian Indonesia, dimana kemajuan terjadi jika ada transformasi dari pertanian menuju industri dan jasa perlu dikoreksi agar tidak diartikan meninggalkan pertanian, tetapi justru membangun keterkaitan pertanian-industri- jasa yang lebih sinergis.

Ketiga bentuk revitalisasi tersebut telah memberikan argumentasi yang sangat tegas mengenai peran pertanian, perikanan, dan kehutanan yang penting, strategis, dan terhormat (Krisnamurthi, 2006).

Tabel Input-Output Pengertian Tabel Input-Output

Input-Output adalah suatu model yang dapat digunakan untuk melihat hubungan antar sektor dengan sektor lain, dalam perekonomian model Input-Output ini pertama kali ditemukan oleh Francois Quesnay pendiri mahzab Physiochart pada

(24)

abad 18 dalam teori distribusinya yang disebut Tableu Economique (Budiharsono, 2001). Model ini pertama kali dikembangkan oleh Wasilly Leontief pada tahun 1930-an, idenya sangat sederhana namun mampu menjadi salah satu alat analisis yang ampuh dalam melihat hubungan antar sektor dalam suatu perekonomian (Nazzara, 2005). Konsep dasar yang dikembangkan oleh Leontief adalah: 1) struktur perekonomian tersusun dari berbagai sektor yang satu sama lain berinteraksi melalui transaksi jual beli, 2) output suatu sektor dijual kepada sektor-sektor lainnya dan untuk memenuhi permintaan akhir, 3) input suatu sektor dibeli dari sektor-sektor lainnya, rumah tangga (dalam bentuk jasa tenaga kerja), dan pemerintah (misalnya pembayaran pajak tidak langsung, penyusutan, surplus usaha, serta impor), 4) hubungan input dengan output bersyarat linier, 5) dalam satu kurun waktu analisis (biasanya satu tahun) total input sama dengan total output, dan 6) suatu sektor terdiri dari satu atau beberapa perusahaan dan output tersebut diproduksikan oleh satu teknologi.

Model Input-Output memiliki beberapa kegunaan, diantaranya: 1) dapat mengestimasi ketergantungan struktural antara berbagai sektor yang menyusun perekonomian suatu wilayah secara konsisten, 2) mampu meramalkan dampak langsung ataupun tidak langsung dari kegiatan ekonomi yang direncanakan, dan 3) mampu secara konsisten meramalkan kecenderungan pertumbuhan perekonomian sekurang-kurangnya untuk kurun waktu 3 sampai 5 tahun (Budiharsono, 2001).

Pengertian tabel Input-Output adalah uraian statistik dalam bentuk matriks yang menggambarkan transaksi barang dan jasa antar berbagai sektor ekonomi dalam waktu tertentu. Isian sepanjang baris Tabel Input-Output menunjukkan pengalokasian output yang dihasilkan oleh suatu sektor untuk memenuhi permintaan antara dan permintaan akhir. Disamping itu, isian sepanjang kolom menunjukkan komposisi penciptaan nilai tambah sektoral dan struktur input yang digunakan oleh masing-masing sektor (Badan Pusat Statistik, 2000).

Tabel Input-Output Indonesia dibuat oleh BPS dan pertama kali diterbitkan tahun 1976 untuk tabel Input-Output 1971. Tabel Input-Output lainnya yang telah dihasilkan adalah tabel Input-Output untuk tahun 1975, 1980, 1985, 1990, 2000, 2003, dan 2005. Kerangka dasar yang digunakan pada setiap tabel Input-Output diusahakan untuk konsisten satu sama lain. Akibat perkembangan jenis dan mutu

(25)

data yang digunakan, maka penyusunan tabel Input-Output pun pada prakteknya mengalami berbagai pengembangan dan penyempurnaan, khususnya dalam hal klasifikasi, metode penyusunan, dan cara penyajian (Badan Pusat Statistik, 2005).

Angka-angka dalam tabel Input-Output dapat digunakan untuk berbagai tujuan yang berhubungan dengan perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembangunan nasional. Sebagai suatu metode kuantitatif tabel Input-Output memberikan gambaran menyeluruh tentang: 1) struktur perekonomian negara atau wilayah tertentu yang mencakup output, input dan nilai tambah masing-masing sektor, 2) struktur input antara, yaitu transaksi penggunaan barang dan jasa antar sektor produksi, 3) struktur penyediaan barang dan jasa baik berupa impor atau yang berasal dari provinsi lain, dan 4) struktur permintaan barang dan jasa, baik permintaan oleh berbagai sektor produksi maupun permintaan untuk konsumsi, investasi, dan ekspor (Pesoth, 2001).

Beberapa tahun belakangan ini, model Input-Output telah dikembangkan untuk keperluasan yang lebih luas dalam analisis ekonomi. Beberapa kegunaan dari analisis input-output antara lain: 1) untuk memperkirakan dampak permintaan akhir terhadap output, nilai tambah, impor, penerimaan pajak dan penyerapan tenaga kerja di berbagai sektor produksi, 2) untuk melihat komposisi penyediaan dan penggunaan barang dan jasa terutama dalam analisis terhadap kebutuhan impor dan kemungkinan subsitusinya, 3) untuk analisis perubahan harga, yaitu dengan melihat pengaruh secara langsung dan tidak langsung dari perubahan harga input terhadap output, 4) untuk mengetahui sektor-sektor yang pengaruhnya paling dominan terhadap pertumbuhan ekonomi dan sektor-sektor yang peka terhadap pertumbuhan ekonomi, dan 5) untuk menggambarkan perekonomian suatu wilayah dan mengidentifikasikan karakteristik struktural suatu perekonomian wilayah.

Menurut Badan Pusat Statistik (2005), dalam menyusun tabel Input-Output sangat penting dilakukan asumsi-asumsi untuk menunjang transaksi yang ada dalam tabel Input-Output tersebut, asumsi-asumsi tersebut antara lain:

1. Keseragaman (Homogenitas)

Setiap sektor ekonomi hanya memproduksi satu jenis barang dan jasa dengan susunan input tunggal dan tidak ada subsitusi otomatis antar input.

(26)

2. Kesebandingan (Proportionality)

Suatu prinsip atau asumsi dimana hubungan antar input atau output pada setiap sektor produksi merupakan fungsi linier, artinya kenaikan dan penurunan output suatu sektor akan sebanding dengan kenaikan dan penurunan input yang digunakan oleh sektor itu dan dalam keadaan constan return to scale.

3. Penjumlahan (Additivitas)

Efek total dari kegiatan produksi berbagai sektor merupakan penjumlahan dari efek masing-masing kegiatan termasuk ekonomi eksternal dan disekonomi sepanjang efek tersebut strategis.

Akibat adanya asumsi-asumsi tersebut maka model Input-Output memiliki bebrapa keterbatasan, agar tidak menimbulkan kekeliruan dalam interpetasi hasil analisisnya. Keterbatasan-keterbatasan tersebut meliputi:

1. Koefisien input atau koefisien teknis diasumsikan tetap (konstan) selama periode analisis atau proyeksi. Karena koefisien teknis dianggap konstan, maka teknologi yang digunakan oleh sektor-sektor ekonomi dalam proses produksi juga dianggap konstan. Akibatnya perubahan kuantitas dan harga input akan selalu sebanding dengan perubahan kuantitas harga output. Hal ini menyebabkan harus dilakukan penyesuaian terhadap koefisien agar tidak timbul bias terhadap hasil produksi.

2. Besarnya biaya yang harus dikeluarkan dalam penyusunan tabel Input-Output dengan menggunakan metode survey.

3. Semakin banyak agregasi yang dilakukan terhadap sektor-sektor yang ada akan menyebabkan pula kecenderungan pelanggaran terhadap asumsi homogenitas dan akan banyak informasi ekonomi yang terperinci tidak terungkap dalam analisisnya.

Struktur Tabel Input-Output

Format dari Tabel Input-Output biasanya berupa matrik “n x n” yang dibagi menjadi empat bagian dan tiap bagian mendeskripsikan status hubungan tertentu (Nazzara, 2005). Hubungan antar sektor perekonomian dapat disajikan dalam sebuah tabel. Dalam tabel tersebut, sektor produksi (sektor asal) disajikan di sebelah kiri dan sektor tujuan disajikan di sebelah atas tabel. Input-input yang diperlukan oleh masing-masing sektor disajikan searah kolom, sedangkan searah baris menunjukkan output-output yang diproduksi oleh masing-masing sektor.

(27)

Tabel Input-Output menurut Nazzara (2005), dapat menunjukkan transaksi antar komponen dari suatu perekonomian, dimana sebagai ilustrasi terdapat dua sektor produksi dengan empat komponen permintaan akhir, yaitu konsumsi rumah tangga (C), investasi (I), pengeluaran pemerintah (G), dan ekspor luar negeri (E); dua faktor produksi, yaitu tenaga kerja (L) dan kapital dengan balas jasa sewa (N).

Sektor-sektor produksi maupun pengguna jasa akhir juga dapat membeli barang dari luar negeri dalam bentuk impor (M). Secara lengkap tabel tersebut dapat dilihat sebagai berikut:

Tabel 1. Ilustrasi Tabel Input-Output

Sektor Produksi Permintaan Akhir Total Output 1 2 C I G E (X) 1 Z11 Z12 C1 I1 G1 E1 X1

Sektor

Produksi 2 Z21 Z22 C2 I2 G2 E2 X2

L L1 L2 L Nilai

Tambah N N1 N2 N Impor M M1 M2 M Total Input (X) X1 X2 C I G E X Sumber : Miller and Blair (1985)

Dalam konteks input antara, terjadi arus perpindahan barang antar sektor yaitu dari sektor i ke sektor j dan perpindahan intrasektor yaitu perpindahan yang terjadi di dalam sektor itu sendiri. Tabel 1 menunjukkan bahwa terjadinya arus perpindahan barang dari sektor i ke sektor j, dimana i=j. Nilai uang arus barang dan jasa dari sektor i ke sektor j diberi notasi zij, total output sektor i dinotasikan dengan Xi, dan total permintaan akhir sektor i dinotasikan Yi. Dengan demikian persamaannya dapat dituliskan sebagai berikut:

Xi = zi1 + zi2 +… + zin + Yi (1) Persamaan (1) menunjukkan distribusi output ke sektor i. Output sektor i tersebut didistribusikan ke sektor-sektor produksi yang lain, dan dialokasikan ke pemakai akhir. Pemakai akhir tersebut adalah pelaku-pelaku ekonomi di dalam perekonomian yang secara agregat bisa diklasifikasikan ke dalam rumah tangga, perusahaan, pemerintah, dan pihak luar negeri. Permintaan akhir rumah tangga adalah konsumsi rumah tangga (Ci), permintaan akhir perusahaan adalah investasi (Ii), permintaan akhir pemerintah adalah pengeluaran pemerintah (Gi), dan

(28)

permintaan akhir luar negeri adalah ekspor (Ei). Pada persamaan (1) terlihat bahwa terdapat n sektor yang sama seperti persamaan untuk seluruh perekonomian, yaitu:

X1 = z11 + z12 + z13 + … + z1n + Y1

X2 = z21 + z22 + z23 + … + z2n + Y2 (2)

Xn = zn1 + zn2 + zn3 + … + znn + Yn

Kurung kurawal di depan persamaan (2) menunjukkan bahwa keseluruhan n persamaan tersebut merupakan suatu sistem persamaan.

Selain dari sudut pandang distribusi output, sisi inputpun perlu diperhatikan.

Berarti suatu sektor tidak dilihat menurut baris tetapi kolom. Dengan mengurutkan input antara yang digunakan oleh sektor 1, lazim dituliskan dalam suatu vektor kolom berikut:

z11 z21 z31

zn1

Koefisien z11 mencerminkan jumlah input antara yang diperlukan oleh sektor 1 yang berasal dari sektor 1 itu sendiri. Begitu pula, z21 adalah jumlah input antara bagi sektor 1 yang berasal dari sektor 2. Dengan begitu, vektor kolom 1 menunjukkan struktur input antara sektor 1 tersebut.

Input yang dibutuhkan dalam proses produksi sektor i tidak hanya input antara. Sektor produksi juga memerlukan input lain yang disebut input primer. Input primer adalah faktor produksi seperti faktor produksi tenaga kerja dengan balas jasa upah dan gaji (L) dan faktor produksi kapital dengan balas jasa sewa atau bunga modal (N). Balas jasa faktor-faktor produksi inilah yang disebut sebagai nilai tambah dari proses produksi.

Faktor-faktor produksi yang ada di dalam perekonomian tersebut juga tidak semuanya terpakai di sektor-sektor produksi. Ada pula faktor-faktor produksi yang dipakai sebagai permintaan akhir dari rumah tangga, perusahaan, pemerintah, dan luar negeri.

Selain input antara yang dibeli dari sektor–sektor lain di dalam perekonomian, dan input primer yang berupa faktor-faktor produksi, proses produksi

(29)

sektor tertentu juga dapat membeli inputnya dari luar negeri (M), dalam bentuk impor.

Sesuai dengan definisi tabel Input-Output, total input harus sama dengan total output dan berdasarkan sifatnya yang linier, maka dapat dituliskan sebagai berikut:

X1 + X2 + L + N + M = X = X1 + X2 + C + I + G + E (3)

persamaan (3) adalah identitas dari pendapatan nasional, yang ditunjukkan oleh persamaan sebelah kiri, dimana pendapatan nasional sebagai penjumlahan dari balas jasa faktor-faktor produksi dalam perekonomian. Dalam perekonomian ini, hanya ada dua faktor produksi, yaitu tenaga kerja dan kapital, yang balas jasanya adalah upah atau gaji (L) dan bunga modal (N). Persamaan (4) bagian kanan menunjukkan bahwa, pendapatan nasional sebagai penjumlahan dari pengeluaran yang dilakukan oleh pelaku ekonomi dalam perekonomian tersebut. Dua persamaan di atas yang menghasilkan nilai X yang sama, dapat dijabarkan sebagai berikut dengan menghilangkan X1 dan X2, sehingga menjadi:

L + N + M = C + I + G + E atau L + N = C + I + G + (E- M) (4) Persamaan (4) pada analisis Input-Output memegang peranan penting yaitu sebagai dasar analisis ekonomi mengenai keadaan perekonomian suatu wilayah.

Secara umum matrik dalam tabel Input-Output dapat dibagi menjadi empat kuadran yaitu kuadran I, kuadran II, kuadran III, dan kuadran IV, dengan masing-masing penjelasan dan arti kuadran tersebut sebagai berikut:

1. Kuadran I (Intermediate Demand Quadrant)

Kuadran I disebut juga sebagai kuadran permintaan antara, setiap sel pada kuadran ini merupakan transaksi barang atau jasa yang digunakan dalam proses produksi. Kuadran ini memberikan informasi mengenai sifat saling ketergantungan antar sektor produksi dalam suatu perekonomian. Kuadran I dalam analisis Input- Output memiliki peranan yang sangat penting, karena kuadran inilah yang menunjukkan keterkaitan antar sektor ekonomi dalam melakukan proses produksinya.

2. Kuadran II (Final Demand Quadrant)

Menunjukkan penjualan barang atau jasa yang dihasilkan oleh sektor-sektor perekonomian untuk memenuhi permintaan akhir. Permintaan akhir adalah output

(30)

suatu sektor yang digunakan langsung oleh rumah tangga, pemerintah, pembentukan modal tetap, perubahan stok, dan ekspor.

3. Kuadran III (Primary Inputs Quadrant)

Menunjukkan pembelian yang dihasilkan di luar sistem produksi oleh sektor- sektor dalam kuadran antara. Kuadran ini umumnya terdiri dari penyusutan, pajak tidak langsung, upah dan gaji, surplus usaha, dan nilai tambah lainnya. Jumlah keseluruhan nilai tambah ini akan menghasilkan produk domestik bruto yang dihasilkan wilayah tersebut.

4. Kuadran IV (Primary Inputs – Final Demand Quadrant)

Menunjukkan input primer yang diserap oleh permintaan akhir artinya adanya transaksi langsung antar kuadran input primer dengan permintaan akhir tanpa melalui sistem produksi atau kuadran antara.

Analisis Input-Output Analisis Keterkaitan

Menurut Pesoth (2001), analisis keterkaitan sangat diperlukan dalam perencanaan pembangunan. Melalui analisis keterkaitan ini, pengaruh peningkatan suatu sektor akan terlihat pada sektor-sektor yang menyediakan bahan baku sebagai inputnya (keterkaitan ke belakang) dan juga pengaruhnya terhadap sektor lain yang menggunakan output yang dihasilkannya sebagai input mereka (keterkaitan ke depan).

Keterkaitan ke belakang (backward linkage) terjadi jika peningkatan sektor tertentu akan mendorong peningkatan output sektor-sektor lainnya. Keterkaitan ini bersumber dari mekanisme penggunaan input produksi. Keterkaitan ke depan (forward linkage) menghitung total output yang tercipta akibat meningkatnya output suatu sektor industri melalui mekanisme distribusi output dalam perekonomian (Ikhsan, 2005).

Analisis Dampak Penyebaran

Analisis dampak penyebaran berguna untuk mengetahui distribusi manfaat pengembangan suatu sektor terhadap sektor lainnya melalui mekanisme transaksi pasar output dan input (Badan Pusat Statistik, 2000). Analisis dampak penyebaran dianalisis berdasarkan koefisien penyebaran dan kepekaan penyebaran.

(31)

1. Koefisien Penyebaran

Konsep ini berguna untuk mengetahui distribusi manfaat dari pengembangan suatu sektor terhadap perkembangan sektor-sektor lainnya melalui mekanisme transaksi pasar input. Konsep ini juga sering diartikan sebagai kemampuan suatu sektor untuk meningkatkan pertumbuhan sektor hulunya.

2. Kepekaan Penyebaran

Konsep ini bermanfaat untuk mengetahui tingkat kepekaan suatu sektor terhadap sektor-sektor lainnya melalui mekanisme pasar output. Konsep ini sering juga diartikan sebagai kemampuan suatu sektor untuk mendorong pertumbuhan produksi sektor-sektor lain yang memakai input dari sektor ini.

(32)

METODE PENELITIAN Waktu Penelitian

Penelitian mengenai peranan dan dampak investasi sektor peternakan dalam perekonomian Indonesia dilaksanakan pada bulan Agustus sampai dengan Februari tahun 2008 meliputi penyusunan proposal, pengumpulan data, pengolahan data, analisis data dan penulisan laporan dalam bentuk skripsi.

Data dan Instrumentasi

Jenis data yang digunakan dalam penelitian adalah data sekunder berupa tabel Input-Output Indonesia tahun 2005 klasifikasi 66 sektor dari Badan Pusat Statistik dan data-data penunjang lainnya. Data-data tersebut diolah dengan menggunakan software PyIO dan Microsoft Excel.

Metode Analisis

Metode yang digunakan untuk menganalisis peranan dan dampak investasi sektor peternakan dalam perekonomian Indonesia adalah dengan menganalisis tabel Input-Ouput. Dari tabel Input-Output dapat dianalisis seberapa besar peranan sektor peternakan dalam pembentukan struktur permintaan dan penawaran, konsumsi, investasi, ekspor dan impor, nilai tambah, dan output sektoral.

Pengaruh sektor peternakan dengan sektor-sektor lain dapat dianalisis berdasarkan analisis keterkaitan dan dampak penyebaran. Hasil dari analisis dampak penyebaran juga dapat mengetahui sektor-sektor prioritas untuk dikembangkan.

Dampak investasi sektor peternakan terhadap pembentukan nilai output, pendapatan, kesempatan kerja, dan nilai tambah dapat dianalisis berdasarkan matrik permintaan akhir, sebagaimana ditunjukkan oleh persamaan (1) dibawah ini:

X1 = z11 + z12 + z13 + ... + z1n + Y1

X2 = z21 + z22 + z23 + ... + z2n + Y1

. . . . . . . . . . . . . .

Xn = zn1 + zn2 + zn3 + ... + znn + Yn...(1)

(33)

jika diketahui matriks koefisien input:

j ij

ij X

a = z ...(2)

dan jika persamaan (2) didistribusikan ke persamaan (1) maka didapat persamaan (3) sebagai berikut:

nn ni n n

n i

n i

a a a a

a a a a

a a a a A

L L L

L L L

L L L

2 1

2 2 22 21

1 1 12 11

=

dimana I merupakan matriks identitas berukuran n x n, sehingga dari notasi matriks tersebut dapat dituliskan dalam persamaan sebagai berikut:

(I-A) X = Y...(4) Jika terdapat perubahan dalam permintaan akhir, maka akan terjadi perubahan pola pendapatan nasional, menjadi:

X = (I-A)-1 Y ...(5) dimana (I-A)-1 sering dikenal dengan nama matriks kebalikan Leontief (Leontief inverse matrix).

keterangan:

I = matriks identitas yang elemennya memuat angka satu pada diagonalnya dan nol pada selainnya.

Y = jumlah output (I-A) = matriks Leontief

(I-A)-1 = matriks kebalikan Leontief Terbuka

Persamaan (5) menunjukkan bahwa output setiap sektor memiliki hubungan fungsional terhadap permintaan akhir, dengan (I-A)-1 sebagai koefisien antaranya.

Matriks kebalikan ini mempunyai peranan penting sebagai alat analisis ekonomi karena menunjukkan adanya saling keterkaitan antara tingkat permintaan akhir terhadap tingkat produksi. Dengan memasukkan berbagai nilai Y, maka nilai X dapat ditentukan.

Analisis Keterkaitan

1. Keterkaitan Langsung ke Depan (KD)

Menunjukkan akibat suatu sektor terhadap sektor-sektor yang menggunakan sebagian output sektor tersebut secara langsung per unit kenaikan permintaan total. Keterkaitan tipe ini dirumuskan sebagai berikut:

X1

X2 Xn

Y1

Y2 Yn

=

(34)

Kdi =

= n

j

aij 1

keterangan:

Kdi = keterkaitan langsung ke depan sektor aij = unsur matriks koefisien teknis n = jumlah sektor

2. Keterkaitan Langsung ke Belakang (KB)

Menunjukkan akibat suatu sektor tertentu terhadap sektor-sektor yang menyediakan input antara bagi sektor tersebut secara langsung per unit kenaikan permintaan total. Keterkaitan tipe ini dirumuskan sebagai berikut:

KBi =

= n

i

aij 1

keterangan:

KBi = keterkaitan langsung ke belakang sektor i aij = unsur matriks koefisien teknis

n = jumlah sektor

3. Keterkaitan Langsung dan Tidak Langsung ke Depan (KDLT)

Menunjukkan akibat suatu sektor tertentu terhadap sektor-sektor yang menggunakan sebagian output sektor tersebut secara langsung maupun tidak langsung per unit kenaikan permintaan total. Keterkaitan tipe ini dirumuskan sebagai berikut:

KDLTi =

= n

j

qij 1

keterangan:

KDLTi = keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan sektor i qij = unsur matriks kebalikan Leontief model terbuka

n = jumlah sektor

4. Keterkaitan Langsung dan Tidak Langsung ke Belakang (KBLT)

Menunjukkan akibat suatu sektor yang diteliti terhadap sektor-sektor yang menyediakan input antara bagi sektor tersebut secara langsung maupun tidak langsung per unit kenaikan permintaan total. Rumus untuk mencari keterkaitan langsung dan tidak langsung ke belakang adalah sebagai berikut :

(35)

KBLTi =

= n

i

qij 1

keterangan:

KBLTi= keterkaitan langsung dan tidak langsung ke belakang sektor i qij = unsur matriks kebalikan Leontief model terbuka

qij = unsur matriks kebalikan Leontief model terbuka n = jumlah sektor

Analisis Dampak Penyebaran

Indeks keterkaitan langsung dan tidak langsung baik ke depan maupun ke belakang seperti yang diuraikan sebelumnya, belum memadai dipakai sebagai landasan pemilihan sektor kunci. Indikator-indikator tersebut tidak dapat diperbandingkan antar sektor karena peranan permintaan akhir setiap sektor tidak sama. Oleh karena itu setiap indeks tersebut haruslah dinormalkan dengan cara membandingkan rata-rata dampak yang ditimbulkan oleh sektor tersebut dengan rata- rata dampak seluruh sektor. Analisis ini disebut dengan dampak penyebaran, yang terbagi dua, yaitu:

1. Koefisisen Penyebaran/Daya Penyebaran ke Belakang/Daya Menarik (Bd)

Koefisien penyebaran disebut juga indeks daya penyebaran ke belakang.

Analisa ini menunjukkan koefisien kaitan yang memberikan gambaran tentang pengaruh yang ditimbulkan oleh satu unit permintaan akhir untuk semua sektor di dalam sistem perekonomian. Koefisien penyebaran merupakan keterkaitan langsung dan tidak langsung ke belakang yang dinormalkan dengan jumlah sektor dan seluruh koefisien matriks kebalikan Leontief. Secara matematis dapat ditulis dalam bentuk rumus sebagai berikut :

Bdj =

∑∑

= =

= n

i n

j ij n

j ij

q q n

1 1

1

keterangan:

Bdj = koefisien penyebaran sektor j qij = unsur matriks kebalikan Leontief n = jumlah sektor

(36)

2. Kepekaan Penyebaran /Daya Penyebaran ke Depan/Daya mendorong (Fd)

Kepekaan penyebaran disebut juga indeks daya penyebaran ke depan.

Kepekaan penyebaran ini memberikan gambaran tentang pengaruh yang timbul oleh satu unit permintaan akhir terhadap semua sektor di dalam perekonomian.

Kepekaan penyebaran merupakan keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan yang dinormalkan dengan jumlah sektor dan jumlah seluruh koefisien matriks kebalikan Leontief. Rumus yang digunakan untuk mencari nilai kepekaan penyebaran adalah:

Fdi =

∑∑

= =

= n

i n

j ij n

j ij

q q n

1 1

1

keterangan:

Fdi = koefisien penyebaran sektor i qij = unsur matriks kebalikan Leontief n = jumlah sektor

Apabila nilai indeks Bd dari sektor i > 1, hal ini menunjukkan bahwa sektor tersebut memperoleh pengaruh dari sektor lainnya yang juga tinggi (peka terhadap sektor lain). Apabila indeks Fd dari sektor j > 1, berarti pengaruh sektor tersebut terhadap sektor lainnya atau terhadap perekonomian secara keseluruhan juga tinggi.

Analisis Penetapan Sektor Prioritas

Penetapan sektor-sektor prioritas dalam perekonomian Indonesia dapat ditentukan berdasarkan pada tinggi rendahnya nilai kepekaan dan koefisien penyebarannya (analisis dampak penyebaran) yang didasarkan pada peringkat yang dimilikinya (BPS, 2000). Kriteria penentuan sektor kunci dapat menggunakan Tabel 2 berikut ini.

Tabel 2. Kriteria Penentuan Peringkat Prioritas Sektor Kunci

Koefisien Penyebaran Kepekaan Penyebaran Prioritas Tinggi

Tinggi Rendah Rendah

Tinggi Rendah Tinggi Rendah

I II III IV

Sumber: Badan Pusat Statistik, 2000

(37)

Analisis Dampak Investasi

Rumus yang digunakan untuk menghitung dampak investasi sektor peternakan terhadap perekonomian Indonesia (BPS, 2000) sebagai berikut:

1. Dampak terhadap pembentukan output (Xfid) Xfid = (I-A)-1 (Fid)

2. Dampak terhadap kesempatan kerja (Lik) Lik = e (I-A)-1 (Fid)

3. Dampak terhadap pembentukan nilai tambah bruto (Vfid) Vfid = V (I-A)-1 (Fid)

4. Dampak terhadap pendapatan (I) I = Vfid

Vx Px

∑ ∑

1 1

keterangan:

(I-A)-1 = matriks kebalikan Leontief terbuka

E = matriks koefisien tenaga kerja sektor i pada matriks koefisien teknis V = matriks koefisien nilai tambah sektor i pada matriks koifisien teknis Fid = nilai investasi sektor peternakan

Pxi = nilai Upah dan Gaji Sektor i pada Matriks Transaksi Domestik Vxi = nilai Tambah Bruto Sektor i pada Matriks Transaksi Domestik

Penelitian ini akan dilakukan penambahan alokasi investasi pada komponen pembentukan modal tetap bruto yang merupakan komponen dari struktur investasi dalam tabel Input-Output. Dampak dari penambahan investasi tersebut akan memberikan gambaran mengenai dampak investasi sektor peternakan, terutama terhadap pembentukan nilai output, pendapatan, penyerapan tenaga kerja, dan nilai tambah bruto. Nilai investasi menggunakan data nilai investasi dari Balitbang Pertanian, yang dibutuhkan untuk mengembangkan tiga komoditi peternakan unggulan dalam program RPPK tahun 2005. Komoditi tersebut atara lain: 1) komoditi unggas sebesar Rp 24,5 triliun, 2) komoditi kambing-domba sebesar Rp 2,8 triliun, dan 3) komoditi sapi sebesar Rp 24 triliun.

Daftar Istilah

1. Output: output dalam pengertian Tabel Input-Output adalah output domestik, yaitu nilai dari barang dan jasa yang dihasilkan oleh sektor-sektor produksi di

(38)

wilayah dalam negeri (domestik), tanpa membedakan asal usul pelaku produksinya. Dalam hal ini pelaku produksi dapat berupa perusahaan dan perorangan dari dalam negeri atau perusahaan dan perorangan asing. Bagi unit usaha yang produksinya berupa barang, maka output merupakan hasil perkalian kuantitas produksi barang yang bersangkutan dengan harga produsen per unit barang tersebut. Sedangkan bagi unit usaha yang bergerak di bidang jasa, maka output merupakan nilai peneriamaan dari jasa yang diberikan ke pihak lain.

2. Transaksi antara: transaksi yang terjadi antara sektor yang berperan sebagai konsumen dan produsen. Sektor yang berperan sebagai produsen atau sektor produksi merupakan sektor pada masing-masing baris, sedangkan sektor sebagai konsumen ditunjukkan oleh sektor pada masing-masing kolom. Transaksi yang dicakup dalam transaksi antara hanya transaksi barang dan jasa yang terjadi dalam hubungannya dengan proses produksi. Isian sepanjang baris pada transaksi antara memperlihatkan alokasi output suatu sektor dalam memenuhi kebutuhan input sektor-sektor lain untuk keperluan produksi dan disebut sebagai permintaan antara. Sedangkan isian sepanjang kolomnya menunjukkan input barang dan jasa yang digunakan dalam proses produksi suatu sektor dan disebut juga sebagai input antara.

3. Permintaan akhir dan impor: permintaan atas barang dan jasa untuk keprluan konsumsi, bukan untuk proses produksi. Permintaan akhir terdiri dari pengeluaran konsumsi rumah tangga, pengeluaran konsumsi pemerintah, pembentukan modal tetap bruto, perubahan stok dan ekspor.

4. Pengeluaran konsumsi rumah tangga: pengeluaran yang dilakukan rumah tangga untuk semua pembelian barang dan jasa dikurangi dengan penjualan netto barang bekas. Barang dan jasa dalam hal ini mencakup barang tahan lama dan barang tidak tahan lama kecuali pembelian rumah tempat tinggal. Pengeluaran konsumsi rumah tangga mencakup yang dilakukan di dalam dan luar negeri. Untuk menjaga konsistensi data, maka konsumsi penduduk suatu negara yang dilakukan di luar negeri diperlakukan sebagai impor, sebaliknya konsumsi oleh penduduk asing di wilayah negara tersebut diperlakuakn sebagai ekspor.

5. Pengeluaran konsumsi pemerintah: pengeluaran pemerintah yang mencakup semua pengeluaran barang dan jasa untuk pelaksanaan kegiatan-kegiatan

(39)

administrasi pemerintahan dan pertahanan, baik yang dilakukan oleh pemerintah pusat maupun oleh pemerintah daerah.

6. Pembentukan modal tetap: pembentukan modal yang meliputi pengadaan, pembuatan atau pembelian barang-barang modal baru baik dari dalam maupun impor, termasuk barang modal bekas dari luar daerah.

7. Perubahan stok: selisih antara nilai stok barang pada akhir tahun dengan nilai stok barang pada awal tahun. Perubahan stok dapat digolongkan menjadi : (1) perubahan stok barang jadi dan setengah jadi yang disimpan oleh produsen, termasuk perubahan jumlah ternak dan unggas serta barang-barang strategis yang merupakan cadangan nasional, (2) perubahan stok barang mentah dan bahan baku yang belum digunakan oleh produsen, (3) perubahan stok perdagangan, yang tersiri dari barang-barang dagangan yang belum terjual.

8. Ekspor dan impor barang dan jasa: transaksi barang dan jasa antara penduduk suatu negara/daerah dengan penduduk negara/daerah lain. Transaksi tersebut terdiri dari asuransi dan berbagai jasa lainnya.

9. Input primer: balas jasa atas pemakaian faktor-faktor produksi yang terdiri dari tenaga kerja, tanah, modal dan kewiraswastaan. Input primer disebut juga nilai tambah bruto dan merupakan selisih antara output dengan input antara.

10. Upah dan gaji: semua balas jasa dalam benti uang maupun barang dan jasa kepada tenaga kerja yang ikut dalam kegiatan produksi selain pekerja keluarga yang tidak dibayar.

11. Surplus usaha: balas jasa atas kewiraswastaan dan pendapatan atas pemilikan modal. Surplus usaha antara lain terdiri dari keuntungan sebelum dipotong pajak penghasilan, bunga atas modal, sewa tanah dan pendapatan atas kepemilikan lainnya. Besarnya nilai surplus usaha adalah sama sengan nilai tambah bruto dikurangi dengan upah/gaji, penyusutan dan pajak tak langsung netto.

12.Penyusutan: penyusutan barang-barang modal tetap yang digunakan dalam proses produksi. Penyusutan merupakan nilai pengganti terhadap penurunan nilai barang modal yang digunakan dalam proses produksi.

13. Pajak tak langsung netto: selisih antara pajak tak langsung dengan subsidi. Pajak tak langsung mencakup pajak impor, pajak ekspor, bea masuk, pajak pertambahan nilai, cukai dan sebagainya.

(40)

14. Subsidi: bantuan yang diberikan pemerintah kepada produsen. Subsidi pada dasarnya adalah tambahan pendapatan bagi produsen. Poleh karena itu subsidi disebut juga sebgai pajak tak langsung negatif.

Gambar

Gambar 1.   Alur Kerangka Pemikiran Penilitian        Keterangan:

Referensi

Dokumen terkait

Bagi Investor, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel Profitabilitas, Ukuran Perusahaan dan Debt To Equity Ratio berpengaruh terhadap Kinerja pada Bank Umum

Labai svarbu kaip naujajame Baudžiamojo proceso kodekse bus reglamentuotas specialių žinių panaudojimas, kokiomis formomis įstatymas leis naudoti specialias žinias

Penentuan cadangan disesuaikan dengan metode Illinois terdapat persyaratan yang harus terpenuhi yaitu nilai premi bersih tahunan yang dibayarkan tertanggung lebih besar dari

Dahulu pembelajaran yang hanya dapat dilakukan secara langsung, kini dapat dilakukan tanpa adanya proses tatap muka antara guru dan siswa, dan saat ini pembelajaran

Hasil penelitian menunjukkan tidak terjadi interaksi antara komposisi media tumbuh dengan lama waktu pengomposan terhadap hasil jamur tiram putih, namun secara mandiri faktor

Salah satu fenomena cuaca global yang juga mempengaruhi jumlah curah hujan di Indonesia, khususnya daerah dekat khatulistiwa adalah osilasi gugusan awan yang lazim

Di Indonesia pun kemudian muncul perundang-undangan yang sejalan dengan deklarasi tersebut, yakni: (1) Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1989 dan Peraturan

Dr.dr.Amira Permatasari Tarigan,MKed(Paru),Sp.P(K) sebagai Ketua Program Studi Departemen Pulmonologi & Ilmu Kedokteran Respirasi FK USU/ SMF Paru RSUP H Adam Malik Medan,