• Tidak ada hasil yang ditemukan

LEMBAR PENGESAHAN ARTIKEL JURNAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LEMBAR PENGESAHAN ARTIKEL JURNAL"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

1 LEMBAR PENGESAHAN

ARTIKEL JURNAL

ANALISIS PARAMETER DINAMIKA POPULASI

IKAN CAKALANG (Katsuwonus pelamis) YANG DIDARATKAN DI PANGKALAN PENDARATAN IKAN KELURAHAN TENDA

KECAMATAN HULONTHALANGI KOTA GORONTALO

OLEH OPIN TILOHE

633408026

Pembimbing I Pembimbing II

Sitti Nursinar, S.Pi, M.Si Dr. Aziz Salam, ST, M.Agr NIP. 197405312003122001 NIP. 197201022006041026

(2)

2 ANALISIS PARAMETER DINAMIKA POPULASI IKAN CAKALANG (Katsuwonus pelamis) yang DIDARATKAN di PANGKALAN PENDARATAN IKAN (PPI) KELURAHAN TENDA

KECAMATAN HULONTHALANGI KOTA GORONTALO

Opin Tilohe 1), Sitti Nursinar S.Pi, M.Si 2), Dr. Aziz Salam ST, M.Agr 3) Email : Tiloheopin@yahoo.co.id

Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Universitas Negeri Gorontalo

ABSTRAK

Opin Tilohe. Analisis Parameter Dinamika Populasi Ikan Cakalang (Katsuwonus pelamis) yang Didaratkan di Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Kelurahan Tenda Kecamatan Hulonthalangi Kota Gorontalo. Skripsi. Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Universitas Negeri Gorontalo. Tahun 2014. Pembimbing I Sitti Nursinar S.Pi, M.si dan Pembimbing II Dr. Aziz Salam, ST, M.Agr.

Penelitian ini bertujuan untuk melakukan analisis parameter dinamika populasi ikan cakalang yang terdiri dari hubungan panjang berat, struktur umur, pertumbuhan dan mortalitas. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei sampai Desember tahun 2014. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey yang dianalisis menggunakan metode Bhattacharya (1967), Von Bertalanffy (1967), Gulland dan Holt (1959), Beverton dan Holt (1956), rumus Pauly (1980) dan Metode Hile (1936). Hasil penelitian diperoleh bahwa hubungan panjang ikan cakalang dengan berat ikan cakalang memiliki persamaan dengan korelasi 0,9855, yang bersifat isometris. Jumlah sampel ikan cakalang yang diperoleh 933 ekor dengan kisaran panjang tubuh total 19,80-53,10 cm, sehingga ditemukan 3 kelompok umur dengan modus panjang tubuh L1 26,8935 cm, L2 36,6316 cm dan L3 40,6452 cm. Panjang Maksimum adalah 86,9185 cm, koefisien laju pertumbuhan 0,4163 pertahun dan umur teoritis mula-mula -0,2751 tahun. Laju mortalitas total (Z) 1,3987 pertahun, mortalitas alami (M) 0,1086 pertahun dan mortalitas penangkapan (F) 1,2901pertahun.

Kata Kunci : Dinamika Populasi, Ikan Cakalang, Kota Gorontalo

(3)

3 PENDAHULUAN

Ikan cakalang (Katsuwonus pelamis) tergolong sumberdaya perikanan pelagis penting dan merupakan salah satu komoditi ekspor non-migas. Ikan cakalang terdapat hampir di seluruh perairan Indonesia, terutama di Bagian Timur Indonesia (Kekenusa et al,2010). Berdasarkan data Organisasi Pangan Dunia (FAO), produksi ikan pelagis besar secara nasional termasuk di dalamnya cakalang dan tongkol pada tahun 2010 sebesar 955.520 ton (KKP, 2012 dalam Saidi, 2013).

Cakalang (Katsuwonus pelamis) adalah ikan aktif famili Scomridae yang terdapat di seluruh samudra yang beriklim tropis dan subtropis, menyebar mulai dari perairan pantai hingga lepas pantai dan karena memiliki nilai ekonomis penting, cakalang menjadi sasaran penangkapan (Sam, et al 1986). Ikan spesies ini memberikan kontribusi besar bagi perekonomian skala lokal karena berfungsi sebagai bahan baku bagi industri pengolahan. Secara ekonomis ikan cakalang memberikan kontribusi besar yang ditunjukan oleh sebagian besar masyarakat pesisir memiliki pekerjaan sebagai nelayan baik pada usaha pengolahan, perdagangan dan penangkapan (Mantjoro, et al 2013). Peluang dan permintaan pasar untuk jenis ikan cakalang sangatlah tinggi, akan tetapi nelayan hanya mengandalkan hasil tangkapan yang berasal dari alam, sehingga peluang akan berkurangnya populasi ikan tersebut tidak menutup kemungkinan akan terjadi.

Kota Gorontalo mempunyai potensi yang cukup besar dalam mengembangkan produksi ikan cakalang. Menurut data yang diperoleh dari Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Kota Gorontalo (2007), produksi ikan cakalang di Kota Gorontalo, pada tahun 2007 mencapai 106.040 ton/tahun, sedangkan produksi pada tahun 2008 mencapai 206.570 ton/tahun, kemudian pada tahun 2009 mencapai 266.280 ton/tahun.

Produksi perikanan tangkap kota Gorontalo adalah 51,3% dari produksi tahunan perikanan Provinsi Gorontalo (Bustami, 2011). Salah satu produksi perikanan tangkap yang bernilai ekonomis penting dan paling banyak didaratkan di Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Kota Gorontalo adalah ikan cakalang setelah ikan layang pada peringkat pertama.

Ikan cakalang (Katsuwonus pelamis) merupakan ikan yang mempunyai nilai ekonomis tinggi dan peluang untuk permintaan pasar yang sangat terbuka, akan tetapi dalam hal upaya memperolehnya nelayan hanya mengandalkan hasil tangkapan yang berasal dari alam yang dilakukan secara terus menerus, sehingga hal ini dikhawatirkan akan menimbulkan suatu dampak negatif terhadap kondisi populasinya. Maka dengan itu penulis tertarik untuk melakukan suatu penelitian untuk mengetahui parameter dinamika

(4)

4

populasi ikan cakalang yang didaratkan di Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Kelurahan Tenda, Kecamatan Hulonthalangi, Kota Gorontalo.

(5)

5 METODOLOGE PENELITIAN

1. Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai Desember tahun 2014. Penelitian ini dilakukan di Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Kelurahan Tenda Kecamatan Hulonthalangi Kota Gorontalo.

2. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu timbangan, mistar, thermometer dan kamera, adapun bahan adalah ikan cakalang (Katsuwonus pelamis).

3. Prosedur Pengambilan Sampel

Metode yang digunakan dalam pengambilan sampel ikan cakalang adalah metode

Simple random sampling (pengambilan sampel secara acak). Metode pengambilan sampel

secara acak merupakan suatu metode rancangan pengembilan sampel yang paling sederhana yaitu Seluruh sampel diberi nomor, selanjutnya ditentukan berapa jumlah sampel yang harus diambil. (Setyobudiandi dkk., 2009 dalam Monoarfa, 2013).

Dalam penelitian ini jumlah ikan cakalang (Katsuwonus pelamis) yang diambil sebanyak jumlah sampel ikan yang terpilih yaitu dibawah 100 ekor ikan cakalang yang disesuaikan dengan kondisi di lapangan. Pengambilan sampel ikan cakalang dilakukan setiap hari di Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Kelurahan Tenda Kecamatan Hulonthalangi Kota Gorontalo, yang disesuaikan dengan kondisi lapangan. Jumlah sampel ikan cakalang yang diambil dalam penelitian yaitu sebanyak 933 ekor.

4. Analisis Data

a. Hubungan Panjang Berat

Menurut Hile (1936) dalam Biring (2011), dalam menganalisis pertumbuhan dengan menggunakan parameter panjang dengan berat tubuh ikan cakalang digunakan rumus :

Kemudian ditransformasikan ke dalam bentuk logaritma, sehingga membentuk persamaan garis lurus sebagai berikut:

(6)

6

Setelah melakukan transformasi ke bentuk logaritma terhadap data aslinya, nilai-nilai a dan b dapat diselesaikan dengan menggunakan metode kuadrat terkecil (Akyol et al, 2007

dalam Biring, 2011) dan nilai a yang diperoleh harus di-antilogkan.

Dimana :

N= Jumlah ikan cakalang (ekor) W= Berat tubuh ikan cakalang (gram) L= Panjang Tubuh (cm)

a= intersep (perpotongan kurva hubungan panjang-bobot dengan sumbu y b= Penduga pola pertumbuhan panjang dan bobot.

b. Struktur Umur

Pendugaan kelompok umur menurut metode Bhattacharya (1967) dalam Monoarfa (2013), adalah dengan membagi ikan cakalang ke dalam kelompok panjang tubuh, selanjutnya dilakukan perhitungan logaritma dari frekuensi masing-masing kelompok panjang tubuh. Dari hasil perhitungan logaritma dicari selisih logaritma ( log F) diantara kelompok yang ada, kemudian dilakukan pemetaan nilai tengah masing-masing kelas panjang tubuh sebagai sumbu X terhadap selisih logaritma, frekuensi kelas panjang tubuh sebagai sumbu Y, dengan menarik suatu garis lurus dari titik terbesar ke titik yang terkecil, maka diperoleh kelompok umur yang berpotongan dari sumbu X. Perpotongan garis lurus dengan sumbu X memberikan nilai (rata-rata panjang individu setiap kelompok umur), nilai juga dapat dihitung dengan rumus :

= - Dimana : a = intersep

b = Slope persamaan garis linier.

c. Pertumbuhan

Model pertumbuhan yang digunakan untuk menghitung laju pertumbuhan ikan cakalang didasarkan pada metode von Bertalanffy (1967) dalam Monoarfa (2013), dengan formula sebagai berikut :

Lt = L (1- ) Dimana :

= Panjang tubuh pada umur t (cm) = Panjang tubuh maksimum (cm)

(7)

7

K = Koefisien laju pertumbuhan (per tahun)

= Umur teoritis cakalang pada saat panjang mula-mula (L =0)

Untuk menentukan panjang tubuh maksimum ( ) dan koefisien pertumbuhan (K), digunakan metode Gulland dan Holt (1959) dalam Monoarfa (2013), yaitu dengan memplotkan pertumbuhan relatif ( ) dengan panjang tubuh rata-rata ( ) sebagai berikut : Dimana : = - = + Y = X = Lm Sehingga : K = -b

Persamaan regresinya menjadi : Y = a + bx

Selanjutnya untuk menentukan digunakan rumus Pauly (1980) dalam Monoarfa (2013), yaitu :

Log (- ) = -0,3922- 0,2752 (Log L ) – 1,0380 (Log K)

d. Mortalitas

Pendugaan laju mortalitas total seketika (Z), dihitung dengan menggunakan rumus yang dikemukakan oleh Beverton dan Holt (1956) dalam Monoarfa (2013), sebagai berikut :

Dimana :

Z = Laju mortalitas total seketika (per tahun) K = Koefisien laju pertumbuhan (per tahun)

L∞ = Panjang tubuh maksimum ikan cakalang (cm) = Panjang tubuh rata-rata cakalang yang tetangkap (cm)

= Batas terkendali ukuran kelas dari panjang tubuh ikan cakalang yang tetangkap (cm)

Mortalitas alami (M) diduga dengan menggunakan rumus Pauly (1980) dalam Monoarfa (2013), sebagai berikut :

(8)

8

Dimana :

M = Laju mortalitas alami (per tahun)

L = Panjang maksimum ikan cakalang (cm) K = Koefisien laju pertumbuhan (per tahun) = Suhu rata-rata (

Selanjutnya dari hasil pendugaan nilai (Z) dan (M) dapat ditentukan laju mortalitas penangkapan (F) diperoleh dari :

Z = F - M F = Z – M

Dimana :

Z = Mortalitas total seketika (per tahun) F = Mortalitas penangkapan (per tahun) M = Mortalitas alami (per tahun).

(9)

9 HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Hubungan Panjang Berat

Jumlah ikan cakalang (Katsuwonus pelamis) yang diukur sebagai sampel dalam penelitian ini sebanyak 933 ekor. Dari hasil pengukuran, diperoleh kisaran panjang tubuh ikan cakalang antara 19,80-53,10 cm dengan kisaran berat tubuh 130-2500 gram. Hubungan antara panjang dan berat tubuh ikan cakalang pada penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Hubungan antara panjang dengan berat tubuh ikan cakalang di Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Kelurahan Tenda, Kota Gorontalo. Dari Gambar 1 didapatkan hubungan antara panjang tubuh dengan berat tubuh ikan cakalang memiliki persamaan dengan korelasi = 0,9855. Nilai korelasi menunjukan korelasi yang sangat kuat antara panjang tubuh dan berat tubuh, artinya penambahan berat tubuh berhubungan erat dengan panjang tubuh. Pertumbuhan ikan cakalang bersifat isometris, dimana pertambahan panjang tubuh seimbang dengan pertambahan berat tubuh, dengan pola pertumbuhan isometris maka diperoleh nilai b sebesar 3,1565, hal ini diduga karena ketersediaan makanan di alam yang melimpah, sehingga pertambahan panjang tubuh dan berat tubuh seimbang atau dikatakan bentuk tubuh ikan montok.

2. Kelompok Umur

Berdasarkan hasil analisis ukuran kelas ikan cakalang (Katsuwonus pelamis) menunjukan bahwa distribusi frekuensi panjang tubuh total, tengah kelas dan nilai selisih logaritma frekuensi ikan cakalang yang terkumpul selama penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 1 berikut: W = 0,0091L3,1565 R² = 0,9855 0 500 1000 1500 2000 2500 3000 0,0 10,0 20,0 30,0 40,0 50,0 60,0 B e rat (gr ) Panjang (cm)

(10)

10

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Panjang Tubuh Total, Ukuran Kelas, Tengah Kelas dan Persentase Ikan Cakalang.

Berdasarkan ukuran kelas yang ada, frekuensi terbanyak terdapat pada kisaran panjang tubuh 19,80 - 41,07 cm sebanyak 604 ekor ikan cakalang, sedangkan frekuensi paling sedikit terdapat pada kisaran panjang tubuh 41,08 - 53,10 cm sebanyak 329 ekor ikan cakalang. Hal ini menggambarkan bahwa ikan yang paling banyak tertangkap adalah ikan yang belum layak untuk ditangkap.

Berdasarkan hasil analisis Bhattacharya (1967) dalam Monoarfa (2013), dengan menggunakan hasil pemetaan selisih logaritma terhadap nilai tengah kelas diperoleh panjang rata-rata dari setiap kelompok umur pada ikan cakalang, dengan ukuran rata-rata panjang tubuh masing-masing L1 26,8935 cm, L2 36,6316 cm, dan L3 40,6452. Gambar 2 menunjukan hasil pemetaan selisih logaritma panjang tubuh total (sumbu Y) terhadap nilai tengah kelas (sumbu X) ikan cakalang masing-masing umur relatif satu tahun di Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Kelurahan Tenda, Kecamatan Hulonthalangi, Kota Gorontalo.

No Ukuran Kelas (cm) Tengah Kelas (cm) Frekuensi (ekor) Persentase (%) 1 19,80 - 22,83 22,84 25,88 28,92 31,96 35,00 38,04 41,08 44,12 47,16 50,20 17 1,8221 2 22,84 - 25,87 83 8,8960 3 25,88 - 28,91 106 11,3612 4 28,92 - 31,95 48 5,1447 5 31,96 - 34,99 131 14,0407 6 35,00 – 38.03 113 12,1115 7 38,04 – 41,07 106 11,3612 8 41,08 – 44,11 199 21,3290 9 44,12 – 47,15 86 9,2176 10 47,16 – 50,19 21 2,2508 11 50,20 - 53,10 23 2,4652 Jumlah 933 100

(11)

11

Gambar 2. Grafik Pemetaan Selisih Logaritma Panjang Tubuh Total (sumbu Y) Terhadap Nilai Tengah Kelas (sumbu X) Ikan Cakalang pada Umur Relatif Satu Tahun di Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Kelurahan Tenda, Kecamatan Hulonthalangi, Kota Gorontalo.

Berdasarkan Gambar 2 di atas terlihat bahwa kelompok umur satu tahun (L1) memiliki panjang rata-rata 26,8935 cm dengan kisaran panjang antara 19,80-31,95 cm.

Ukuran panjang tubuh ikan cakalang yang berumur dua tahun berdasarkan hasil pemetaan selisih logaritma panjang tubuh total (sumbu Y) terhadap nilai tengah kelas (sumbu X) ikan cakalang yang berumur dua tahun dapat dilihat pada Gambar 3berikut :

Gambar 3. Grafik Pemetaan Selisih Logaritma Panjang Tubuh Total (sumbu Y) Terhadap Nilai Tengah Kelas (sumbu X) Ikan Cakalang pada Umur Relatif Dua Tahun di Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Kelurahan Tenda, Kecamatan Hulonthalangi, Kota Gorontalo. Berdasarkan Gambar 3 di atas terlihat bahwa kelompok umur dua tahun (L2) memiliki panjang rata-rata 36,6316 cm dengan kisaran panjang antara 28,92-41,07 cm.

Kelompok umur ikan cakalang pada umur relatif tiga tahun dapat ditunjukkan melalui hasil pemetaan selisih logaritma panjang tubuh total (sumbu Y) terhadap nilai tengah kelas (sumbu X) ikan cakalang dapat dilihat pada Gambar 4 berikut :

y = -0,169x + 4,545 R² = 0,994 L1 = 26,8935 cm -0,6000 -0,4000 -0,2000 0,0000 0,2000 0,4000 0,6000 0,8000 0,00 10,00 20,00 30,00 40,00 Δ Log F Tengah Kelas (cm) y = -0,076x + 2,784 R² = 0,691 L2 = 36,6316 cm -0,2000 -0,1000 0,0000 0,1000 0,2000 0,3000 0,4000 0,5000 30,00 32,00 34,00 36,00 38,00 40,00 Δ Lo g F Tengah Kelas (cm)

(12)

12

Gambar 4. Grafik Pemetaan Selisih Logaritma Panjang Tubuh Total (sumbu Y) Terhadap Nilai Tengah Kelas (sumbu X) Ikan Cakalang pada Umur Relatif Tiga Tahun di Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Kelurahan Tenda, Kecamatan Hulonthalangi, Kota Gorontalo.

Berdasarkan Gambar 4 di atas terlihat bahwa kelompok umur tiga tahun (L3) memiliki panjang rata-rata 40,6452 cm dengan kisaran panjang antara 38,04-53,10 cm.

3. Pertumbuhan

Hasil analisis dengan metode von Bertallanffy (1967) dalam Monoarfa (2013), diperoleh nilai panjang maksimum ikan cakalang (Katsuwonus pelamis) di Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Kelurahan Tenda Kecamatan Hulonthalangi Kota Gorontalo sebesar 86,9185 cm, koefisien laju pertumbuhan (K) adalah -0,4163 pertahun sedangkan umur teoritis (to) dengan menggunakan rumus Pauly (1980) dalam Monoarfa (2013) yaitu -0,2751 tahun. Ikan cakalang mempunyai nilai laju pertumbuhan (K) yang rendah karena dibawah 0,5 per tahun yaitu sebesar 0,4163 per tahun dan nilai panjang maksimum . Hal ini sesuai dengan pernyataan Sparre dan Venema (1999) dalam Djamali (2005) bahwa ikan yang mempunyai koefisiensi laju pertumbuhan (K) yang tinggi berarti mempunyai kecepatan pertumbuhan yang tinggi dan biasanya ikan-ikan tersebut memerlukan waktu yang singkat untuk mencapai panjang maksimumnya, sedangkan ikan yang laju koefisiennya rendah membutuhkan waktu yang lama untuk mencapai panjang maksimumnya. Berdasarkan nilai to yang diperoleh dengan menggunakan persamaan von Bertallanffy Lt = L

) didapatkan persamaan pertumbuhan ikan cakalang di Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Kelurahan Tenda Kecamatan Hulonthalangi Kota Gorontalo sebagai berikut:

Lt=86,9185(1- )

Berdasarkan hasil persamaan di atas diketahui panjang tubuh ikan cakalang dari umur relatif, sehingga pertambahan panjang tubuh dapat dihitung untuk setiap tahunnya sampai

y = -0,031x + 1,260 R² = 0,095 L3 = 40,6452 cm -0,8000 -0,6000 -0,4000 -0,2000 0,0000 0,2000 0,4000 0,00 20,00 40,00 60,00 Δ Log F Tengah Kelas (cm)

(13)

13

mencapai panjang maksimum. Dari persamaan di atas diperoleh kurva pertumbuhan ikan cakalang seperti yang terlihat pada Gambar 5 berikut ini :

Gambar 5. Kurva Pertumbuhan Ikan Cakalang di Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Kelurahan Tenda, Kecamatan Hulonthalangi,Kota Gorontalo. Berdasarkan kurva pertumbuhan ikan cakalang (Katsuwonus pelamis) yang terlihat pada Gambar 5 terlihat bahwa pertumbuhan ikan cakalang pada umur satu tahun relatif cepat dan pada saat mencapai umur dua sampai tiga tahun pertumbuhannya mulai lambat dan sampai mencapai panjang tubuh maksimum.

4. Mortalitas

Pendugaan laju mortalitas total (Z) dianalisis dengan menggunakan metode Sparre dan Siebren (1999) dalam Monoarfa (2013). Nilai dugaan mortalitas seketika untuk ikan cakalang (Katsuwonus pelamis) diperoleh sebesar 1,3987 pertahun dan untuk mortalitas alami (M) dengan menggunakan rumus Pauly (1980) dalam Monoarfa (2013) dengan memasukan nilai K = 0,4163 pertahun, dan suhu perairan , sehingga diperoleh nilai mortalitas alami (M) = 0,1086 pertahun, sedangkan untuk mortalitas penangkapan (F) diperoleh dengan mengurangi nilai Z terhadap M sehingga diperoleh nilai dugaan mortalitas penangkapan (F) ikan cakalang adalah 1,2901 pertahun.

Tabel 2. Analisis Laju Mortalitas Total, Mortalitas Alami dan Mortalitas Penangkapan Ikan Cakalang di Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Kelurahan Tenda, Kecamatan Hulonthalangi, Kota Gorontalo.

0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 -1 0 1 2 3 4 Pan jan g Tu b u h Umur Relatif Lt = 86,9185 (1- e 0,,4163(t ( 0,2751))

(14)

14 Parameter Populasi Nilai Dugaan (Per Tahun)

Mortalitas Total (Z) 1,3987

Mortalitas Alami (M) 0,1086

Mortalitas Penangkapan (F) 1,2901

Sumber : Olahan Data Primer, 2014.

Berdasarkan hasil perhitungan di atas nilai mortalitas alami (M) lebih kecil dari mortalitas penangkapan (F). Besarnya nilai mortalitas penangkapan (F) ikan cakalang diduga karena adanya faktor penangkapan yang dilakukan secara terus menerus dan tidak adanya peraturan yang mengatur tentang ukuran ikan cakalang yang boleh ditangkap, sehingga hal ini dapat mengakibatkan penurunan jumlah stok dari ikan cakalang.

(15)

15 KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tentang dinamika populasi ikan cakalang (Katsuwonus

pelamis) yang tertangkap dan didaratkan di Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Kelurahan

Tenda, Kecamatan Hulonthalangi, Kota Gorontalo maka dapat disimpulkan bahwa kondisi sumberdaya ikan cakalang di perairan sekitar lokasi penelitian di Teluk Tomini ini sudah mulai terganggu kelestariannya meskipun diduga ketersediaan makanan di habitatnya melimpah.

Kesimpulan tersebut diambil berdasarkan hasil-hasil penelitian sebagai berikut :

1. Hubungan panjang dengan berat tubuh bersifat isometris, artinya pertambahan panjang seimbang dengan pertambahan berat atau bentuk tubuh ikan dalam keadaan montok, hal ini diduga karena ketersediaan makanan di alam yang cukup melimpah.

2. Populasi ikan cakalang yang tertangkap dan didaratkan di PPI Kelurahan Tenda paling banyak ikan yang belum layak tangkap (L1+L2 = 64,7%) dibandingkan dengan jumlah ikan cakalang yang sudah layak tangkap (L3 = 35,3%),

3. Ikan cakalang mempunyai koefisien laju pertumbuhan (K) yang rendah sebesar 0,4163 pertahun, hal ini menunjukan bahwa pertumbuhan ikan cakalang sangat lambat, dimana untuk mencapai panjang maksimum membutuhkan waktu yang cukup lama.

4. Laju mortalitas total ikan cakalang yang tertangkap dan didaratkan di PPI Kelurahan Tenda adalah (Z) 1,3987 pertahun dengan laju mortalitas alami (M) 0,1086 pertahun dan laju mortalitas penangkapan (F) 1,2901 pertahun. Hal ini menunjukan bahwa kematian ikan cakalang paling besar disebabkan oleh aktivitas penangkapan.

2. Saran

Ada beberapa hal yang diharapkan dalam penelitian ini :

1. Sebaiknya ukuran ikan cakalang yang ditangkap berada pada ukuran panjang tubuh mencapai 40 cm, hal ini untuk menjaga kelestarian dari populasi ikan cakalang agar tidak mengalami kepunahan dimasa yang akan datang.

2. Perlu adanya pembatasan trip penangkapan dan ukuran alat tangkap ikan cakalang di Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Kelurahan Tenda Kecamatan Hulonthalangi Kota Gorontalo.

3. Perlu adanya pengawasan dari instansi yang terkait tentang dinamika populasi ikan cakalang.

(16)

16 DAFTAR PUSTAKA

Biring, D. 2011. Hubungan Bobot Panjang dan Faktor Kondisi Ikan Pari (Dasyatis Kuhlii dan Muller, Henle 1984) yang di Daratkan di Tempat Pelelangan Ikan Paotere Makasar Sulawesi Selatan. Skripsi (Tidak dipublikasikan). Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan Jurusan Perikanan Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Universitas Hasanuddin. Makasar.

Djamali, A dan Harahap, RST. 2005. Pertumbuhan Ikan Terbang (Hirundichthys

oxycephalus) di Perairan Binuangeun, Banten. Jurnal Ikhtiologi Indonesia, Volume 5, Nomor 2, Desember 2005.

Jamal M, Sondita AFM, Haluan J dan Wiryawan B. 2011. Pemanfaatan Data Biologi Ikan Cakalang (Katsuwonus pelamis) dalam rangka Pengelolaan Perikanan Bertanggung Jawab di Perairan Teluk Bone. Jurnal Natur Indonesia 14 (1), Oktober 2011.

Kekenusa SJ, Viktor NRW, dan Djoni H. 2010. Analisis Penentuan Musim Penangkapan Ikan Cakalang (Katsuwonus pelamis) di Perairan Manado Sulawesi Utara. Jurnal

Ilmiah Sains Vol. 12 No. 2, Oktober.

Limbong, M. 2008. Pengaruh Suhu Permukaan Laut Terhadap Jumlah dan Ukuran Hasil Tangkapan Ikan Cakalang (Katsuwonus pelamis) di Perairan Teluk Palabuhanratu Jawa Barat. Skripsi [Tidak dipublikasikan]. Departemen Sumberdaya Perikanan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor.

Mantjoro E, Keren WL, dan Max W. 2013. Nilai Ekonomi Sumberdaya Perikanan di Sulawesi Utara (Studi Kasus Ikan Cakalang). Jurnal Ilmiah Platax Vol.1-2, Januari. Monoarfa, S. 2013. Analisis Parameter Dinamika Populasi Kepiting Bakau (Scylla serata) di

Kecamatan Kwandang Kabupaten Gorontalo Utara. Skripsi [Tidak dipublikasikan]. Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan Jurusan Teknologi Perikanan Fakultas Ilmu-Ilmu Pertanian. Universitas Negeri Gorontalo.

Saidi RMS. 2013. Pendugaan Kelompok Umur dan Optimasi Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Cakalang (Katsuwonus pelamis) di Kabupaten Boalemo Provinsi Gorontalo.

Skripsi [Tidak dipublikasikan]. Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan

Jurusan Teknologi Perikanan Fakultas Ilmu-Ilmu Pertanian. Universitas Negeri Gorontalo.

Tadjuddah, M. 2005. Analisis Daerah Penangkapan Ikan Cakalang (Katsuwonus pelamis) dan Madidihang (Thunnus albacores) Dengan Menggunakan Data Satelit di Perairan Kabupaten Wakatobi Sulawesii Tenggara. Skripsi [Tidak dipublikasikan]. Sekolah Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor.

Gambar

Gambar  1.  Hubungan  antara  panjang  dengan  berat  tubuh  ikan  cakalang  di  Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Kelurahan Tenda, Kota Gorontalo
Gambar  3.  Grafik  Pemetaan  Selisih  Logaritma  Panjang  Tubuh  Total  (sumbu  Y)  Terhadap  Nilai  Tengah  Kelas  (sumbu  X)  Ikan  Cakalang  pada  Umur  Relatif  Dua  Tahun  di  Pangkalan  Pendaratan  Ikan  (PPI)  Kelurahan Tenda, Kecamatan Hulonthalan
Gambar  5.  Kurva  Pertumbuhan  Ikan  Cakalang  di  Pangkalan  Pendaratan  Ikan               (PPI) Kelurahan Tenda, Kecamatan Hulonthalangi,Kota Gorontalo

Referensi

Dokumen terkait

Angka harapan hidup penduduk Kabupaten Kepulauan Anambas mencapai 67,40 tahun. Ini mengandung arti bahwa bayi yang lahir pada tahun 2010 diperkirakan dapat mencapai usia

Dibuatnya Panduan Pelaksanaan Magang ini merupakan upaya Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Islam Kalimantan Muhammad Arsyad Al Banjari Banjarmasin

90 cm terdeteksi Tidak terdeteksi terdeteksi Tidak terdeteksi terdeteksi 120 cm Tidak terdeteksi Tidak terdeteksi Tidak terdeteksi Tidak terdeteksi Tidak terdeteksi

Distribusi Proporsi Responden Berdasarkan Kategori Pengetahuan Responden Penelitian Mengenai Kesiapsiagaan Masyarakat dalam Menghadapi Bencana Wabah Rabies di Wilayah

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Histopatologi

Sarung tangan yang kuat, tahan bahan kimia yang sesuai dengan standar yang disahkan, harus dipakai setiap saat bila menangani produk kimia, jika penilaian risiko menunjukkan,

[r]

stearothermopillus DSM 22 di dalam media Nakamura sebagai kontrol (K), akar kelap sawit tanpa ekstraksi (ASA) dan akar kelapa sawit ekstraksi (ASE) menggunakan shaker inkubator