• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN PENELITIAN PASCA SARJANA UNIVERSITAS LAMPUNG PENILAIAN KRITERIA GREEN BUILDING PADA GEDUNG REKTORAT UNIVERSITAS LAMPUNG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "LAPORAN PENELITIAN PASCA SARJANA UNIVERSITAS LAMPUNG PENILAIAN KRITERIA GREEN BUILDING PADA GEDUNG REKTORAT UNIVERSITAS LAMPUNG"

Copied!
79
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN

PENELITIAN PASCA SARJANA UNIVERSITAS LAMPUNG

PENILAIAN KRITERIA GREEN BUILDING PADA GEDUNG REKTORAT

UNIVERSITAS LAMPUNG

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS LAMPUNG

2021

(2)

ii HALAMAN PENGESAHAN

PENELITIAN PASCA SARJANA UNIVERSITAS LAMPUNG

Judul Penelitian : Penilaian Kriteria Green Building pada Gedung Rektorat Universitas Lampung Manfaat Sosial Ekonomi : Krisis energi membawa kesadaran bahwa

semua kegiatan harus memenuhi persyaratan keberlanjutan, yang terdiri dari aspek people, planet dan profit. Demikian pula kampus harus berbenah menjadi eco-campus dan semua fasilitas berupa gedung harus tersertifikasi sebagai green building.

Ketua Pengusul

a. Nama Lengkap : Ika Kustiani, S.T., M.Eng.Sc., Ph.D.

b. Jabatan Fungsional : Lektor Kepala / IVa c. Program Studi : Program Profesi Insinyur

d. SINTA ID : 6098639

e. Nomor HP : 0812 8134 3223

f. Alamat surel : ika.kustiani@eng.unila.ac.id Anggota (1)

a. Nama Lengkap : Masdar Helmi b. Program Studi : Teknik Sipil

c. SINTA ID : 6041417

Jumlah mahasiswa yang terlibat : 1 (satu) orang Jumlah staf/teknisi yang terlibat : 2 (dua) orang

Lokasi : Gedung Rektorat, Universitas Lampung Lama Kegiatan : 6 (enam) Bulan

Biaya Kegiatan : Rp. 40.000.000,00 (empat puluh juta Rupiah)

Bandarlampung, 20 September 2021 Mengetahui,

Dekan,

(Prof. Dr. A. Saudi Samosir, S.T., S.T.) NIP. 197104151998031005

Ketua Pelaksana,

(Ika Kustiani, S.T., M.Eng.Sc., Ph.D.) NIP. 19691005 199703 2001

(3)

iii Menyetujui,

Ketua LPPM Universitas Lampung,

(Dr. Ir. Lusmeilia Afriani, D.E.A.) NIP. 196505101993032008

(4)

iv

KATA PENGANTAR

Assalaamu’alaikum warohmatulloohi wabarokaatuh, Salam sejahtera bagi kita,

Dengan mengucap syukur ke Hadirat Allah SWT karena dengan rahmat, nikmat dan petunjuk-Nya kegiatan Penelitian Pascasarjana dengan judul Penilaian Kriteria Green Building pada Gedung RektoratUniversitas Lampung dapat diselesaikan.

Penelitian ini merupakan bentuk kepedulian akademisi terhadap persoalan krisis energi global dimana peran serta sektor konstruksi dan infrastruktur berfokus pada green infrastruktur/green building. Kami berharap, semoga hasil temuan dari kegiatan penelitian ini dapat memberi sumbangan pengetahuan dan inspirasi bagi masyarakat konstruksi dan civitas akademika Universitas Lampung dan dapat membawa pada kerlanjutan baik secara ekonomi, lingkungan maupun sosial.

Wassalamu’alaikum warohmatulloohi wabarokaatuh

Bandarlampung, 20 September 2021 Ketua Peneliti

Ir. Ika Kustiani, ST., MEngSc., PhD.

(5)

v

DAFTAR ISI

Halaman Judul i

Halaman Pengesahan ii

Kata Pengantar iv

Daftar Isi v

Daftar Tabel vi

Daftar Gambar vii

Abstrak viii

1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang 1

1.2. Identifikasi Masalah 2

1.3. State of the Art dan Kebaruan 2

1.4. Tujuan dan Urgensi Penelitian 3

2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Sistem Rating Greenship dan Kelayakan Gedung 3 2.2. Pengukuran Kriteria Green Building 6 2.3. Matriks Sistem Rating Greenship dan Kelayakan Gedung 14

2.4. Peta Jalan Penelitian 16

3. METODE PENELITIAN

3.1. Obyek Penelitian dan Tahapan 17

3.2. Metode Penelitian 17

3.3. Metode Analisis 20

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Analisis Survei Pengguna Gedung 21 4.2. Hasil Analisis Pengukuran Parameter 12

4.3. Penilaian Greenship 26

4.4. Hasil Capaian Luaran 28

4.5. Biaya Pelaksanaan 28

4.6. Jadwal Pelaksanaan 29

(6)

vi 5. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan 29

5.2. Saran 30

Daftar Pustaka x

Lampiran

1. Curriculum Vitae (CV) Ketua dan Anggota Peneliti xi 2. Formulir Survei Kuisioner Pengguna Gedung xxi 3. Formulir Survei Wawancara Staf Rumah Tangga xxv

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Kriteria dan Tolok Ukur Greenship 4

Tabel 2. Kriteria Green Building 4

Tabel 3. Standar IKE Departemen Pendidikan Nasional RI Indonesia 6

Tabel 4. Kapasitas AC berdasarkan PK 9

Tabel 5. Desain Tingkat Bunyi untuk Ruang Kantor 10 Tabel 6. Nilai Ambang Batas Zat Kimia di Udara Tempat Kerja 11 Tabel 7. Tingkat Pencahayaan yan Direkomendasikan 11 Tabel 8. Kebutuhan Air Berdasarkan Jenis Gedung 14 Tabel 9. Deskripsi Kriteria Green Building 14

Tabel 10. Hasil Survei Pengguna Gedung 21

Tabel 11. Hasil Survei Kualitas Udara 21

Tabel 12. Hasil Survei Kualitas Termal 24

Tabel 13. Hasil Survei Kualitas Pencahayaan 25 Tabel 14. Hasil Survei Kualitas Kebisingan 26 Tabel 15. Hasil Survei Peringkatan Greenship Gedung Rektorat 26

Tabel 16. Hasil Capaian Luaran 29

(7)

vii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Alat Pengukur Kelembaban Udara 8

Gambar 2. Alat Pengukur Kebisingan 10

Gambar 3. Alat Pengukur Kualitas Udara 11

Gambar 4. Ilustrasi Lokasi TUU, TUS dan d 12

Gambar 5. Alat Pengukur Pencahayaan dalam Ruang 13

Gambar 6. Peta Jalan Penelitian 16

Gambar 7. Tahapan Penelitian 17

Gambar 8. Pelaksanaan Survei Kuisioner 18

Gambar 9. Pelaksanaan Survei Pengukuran Parameter 19

(8)

viii

RINGKASAN

Green building merupakan suatu konsep bangunan ramah lingkungan yang sudah menjadi perhatian khusus di berbagai negara dan mulai diterapkan di Indonesia. Konsep Green Building merupakan salah satu upaya penghematan energi yang dapat diterapkan pada suatu gedung. Namun, penerapan konsep eco- campus dan Green Building ini belum menjadi perhatian bagi Universitas Lampung. Oleh sebab itu, penelitian ini dilakukan untuk mengukur rating/sertifikasi Gedung Rektorat sebagai tolak ukur sudah sejauh mana tingkat green buildingdiaplikasikan pada gedung-gedung di Universitas Lampung.

Pengukuran dilaksanakan secara langsung oleh peneliti berdasarkan kriteria standar nasional Greenship-GBCI. Lingkup penelitian ini hanya mencakup seluruh kriteria utama dari green building. Hasil dari penelitian ini berupa pengukuran kriteria green building sesuai standar Greenship dan penilaian rating sertifikasi green building pada Gedung Rektorat Universitas Lampung. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Gedung Rektorat belum memenuhi persyaratan terendah Green Building. Dimana penilaian minimum untuk kategori Bronze adalah 35, sementara nilai yang diperoleh Gedung Rektorat hanya 23. Terdapat kategori yang Gedung Rektorat sama sekali tidak memndapatkan poin yaitu hasil pengukuran manajemen lingkungan bangunan (building and environment management/BEM). Untuk itu masih banyak yang perlu dibenahi dalam pengelolaan operasional dan pemeliharaan Gedung Rektorat. Hasil ini kemudian dapat menjadi tolak ukur bagi gedung-gedung lainnya di lingkungan Universitas Lampung di masa yang akan dating. Termasuk juga untuk perencanaan gedung baru dan peningkatan kualitas green building dari gedung-gedung yang ada.

Kata Kunci: Green Building, Greenship, Rating/Sertifikasi

(9)

1

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Saat ini krisis energi menjadi ancamanglobal karena pemakaian yang terus meningkat sementara terdapat keterbatasan ketersediaan yang ada di alam.

Beberapa upaya telah dilakukan oleh negara-negara di dunia, salah satunya adalah Aksi Earth Houryang melibatkan 132 negara di dunia. Aksi ini bertujuan untuk memberikan pemahaman dan kesadaran cinta lingkungan serta hemat energi kepada warga dunia. Pemerintah Indonesia saat ini pun telah memulai gerakan nasional penghematan energi, dalam bentuk penghematan penggunaan dan pemilihan bahan bangunan, penghematan listrik dan air di kantor-kantor pemerintah, BUMN, UMD, serta penghematan energi penerangan jalan. Aksi nyata Pemerintah adalah menerapkankonsep Green Building.

Konsep Bangunan Hijau (Green Building) merupakan upaya penghematan energi yang dapat diterapkan pada suatu gedung. Dengan menerapkan konsep Green Building, bangunan akan lebih hemat energi karena dirancang, dibangun dan dioperasikan dengan tujuan meminimalkan dampak lingkungan total (Indonesia Green Building Council, 2008). Konsep ini dapat diterapkan pada bangunan komersial, perkantoran dan pendidikan. Kampus-kampus dunia telah lama menerapkan konsep eco-campus-nya. Kini sudah saatnya bagi Universitas Lampung untuk mulai menerapkan konsep ini. Terkait bangunan yang sudah ada, hampir semuanya tidak dirancang dengan konsep gedung ramah lingkungan. Oleh karena itu perlu adanya penelitian tentang penerapan penilaian kriteria green building pada gedung-gedung di Unila agar dapat diketahui rating/sertifikasinya.

Sebagai langkah awal, penelitian ini akan menilai sejauh mana tingkat penerapan kriteria green building Gedung Rektorat. Kriteria kinerja green building Gedung Rektorat ini diharapkan dapat dijadikan pembanding dalam mengkaji gedung- gedung lain di kampus Unila. Selain itu, hasil penilaian ini nantinya juga dapat digunakan sebagai tolak ukur atau acuan dalam mengembangkan program Eco- campus Universitas Lampung. Adapun acuan yang dipergunakan dalam Penelitian sertifikasi green buildingGedung Rektorat ini adalah standard nasional (Greenship- GBCI).

(10)

2 1.2 Identifikasi Masalah

Gedung Rektorat Universitas Lampung (Unila) dipilih sebagai obyek penelitian karena gedung ini kondisinya masihbaik walaupun sudah berusia 30 tahun, sehingga menarik untuk dilakukan kajian. Pokok permasalahan, secara lebih rinci dirumuskan dalam bentuk pertanyaan sebagaiberikut:

1. Bagaimana kondisi eksisting Gedung Rektorat Unila?

2. Bagaimana hasil penilaian Gedung Rektorat Unila dengan menggunakangreenship untuk bangunan baru v1.2 milik GBCI?

3. Bagaimana kelayakan Gedung Rektorat Universitas Lampung untuk dapat dinilai sebagaibangunan hijau menurut perangkat penilaian greenship untuk bangunan lama v1.2 milikGBCI?

1.3 State of the Art dan Kebaruan

Konsep pembangunan berkelanjutan mensyaratkan keseimbangan antara faktor lingkungan, sosial, dan ekonomi. Pembangunan berkelanjutan memerlukan tiga sektor yang sama kuat, saling menunjang dan saling mendukung, yaitu:

pertumbuhan ekonomi, perlindungan lingkungan akibat buruk pembangunan dan peningkatan kualitas hidup masyarakat. Hal ini juga berlaku untuk konsep bangunan hijau dan berkelanjutan(Green and Sustainable Building) dimana suatu gedung harus memiliki keseimbangan antara manusia, lingkungan dan manfaatnya (people, planet and profit).

Penilaian greenship umumnya dilakukan untuk bangunan baru (v1.2 GBCI) ataupun belum lama berdiri. Adapun pada penelitian ini, hal yang baru yang akan diteliti adalah penilaian greenship untuk gedung yang sudah lama berdiri, yaitu Gedung Rektorat yang sudah berusia 30 tahun (mendekati akhir pemanfaatan bangunan, 40 tahun). Dalam penelitian ini penilaian greenship hanya mengidentifikasi rating/sertifikat khusus untuk penilaian akhir (final assessment - FA).

(11)

3 1.4 Tujuan dan Urgensi Penelitian

Konsep bangunan hijau (Green Building) merupakan salah satu upaya penghematan energi yang dapat diterapkan pada suatu gedung. Konsep bangunan hijau bukan hanya diterapkan untuk bangunan-bangunan besar layaknya gedung perkantoran ataupun sejenisnya, tetapi juga sudah mulai diterapkan dari bangunan rumah tinggal dan fasilitas umum lainnya, dan salah satunya yaitu fasilitas pendidikan. Oleh sebab itu, penting bagi Universitas Lampung untuk mulai menerapkan pronsip keberlanjutan dalam infrastruktur kampusnya.

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sistem Rating Greenship dan Kelayakan Gedung

Pengertian menurut GBCI (2012), bahwa bangunan hijau adalah bangunan baru yang direncanakan dan dilaksanakan atau bangunan sudah terbangun yang dioperasian dengan memperhatikan faktor-faktor lingkungan/ekosistem dan memenuhi kinerja; bijak guna lahan, hemat air, hemat energi, hemat bahan kurangi limbah, kualitas udara dalam ruangan.

Suatu bangunan dapat disebut sudah menerapkan konsep bangunan hijau apabila berhasil melalui suatu proses evaluasi untuk mendapatkan sertifikasi bangunan hijau. Didalam evaluasi tersebut tolok ukur penilaian yang dipakai adalah sistem rating (rating system).Salah satu program GBCI adalah menyelenggarakan kegiatan sertifikasi bangunan hijau di Indonesia berdasarkan perangkat penilaian khas Indonesia yang disebut Greenship.

Menurut Green Building Council Indonesia (GBCI, 2012), sistem rating adalah suatu alat berisi butir-butir dari aspek penilaian yang disebut rating dan setiap butir rating mempunyai nilai (poin nilai). Apabila suatu bangunan berhasil melaksanakan butir rating, maka bangunan itu akan mendapatkan poin nilai dari butir tersebut. Bila jumlah semua poin nilai yang berhasil dikumpulkan mencapai suatu jumlah yang ditentukan, maka bangunan tersebut dapat disertifikasi untuk tingkat sertifikasi tententu. Namun sebelum mencapai tahap penilaian rating terlebih dahulu dilakukan pengkajian bangunan untuk pemenuhan persyaratan awal

(12)

4 penilaian (eligibilitas). Adapun kriteria kelayakan yang ditetapkan oleh GBCI antara lain:

1. Minimum luas gedung adalah 2.500 m2.

2. Kesediaan data gedung untuk diakses GBCI terkait proses sertifikasi.

3. Fungsi gedung sesuai dengan peruntukan lahan berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) setempat.

4. Kepemilikan analisis mengenai dampak lingkungan (AMDAL) dan/atau rencana upaya pengelolaan lingkungan (UKL) / upaya pemantauan lingkungan (UPL).

5. Kesesuaian gedung terhadap standar keselamatan untuk kebakaran.

6. Kesesuaian gedung terhadap standar ketahanan gempa.

7. Kesesuaian gedung terhadap standar aksesibilitas difabel.

Sistem Penilaian dalam Greenship dibagi berdasarkan enam kategori, yaitu:

1. Tepat guna lahan (appropriate site development/ASD)

2. Konservasi dan efisiensi energi (energy efficiency and conservation/EEC) 3. Konservasi air (water conservation/WAC)

4. Siklus dan sumber material (material resources and cycle/MRC)

5. Kesehatan dan kenyamanan dalam ruang (indoor health and comfort/IHC) 6. Manajemen lingkungan bangunan (building and environment

management/BEM)

Penilaian dan kriteria dalam Greenshipmenggunakan penilaian akhir (final assessment – FA), dengan maksimum nilai 101 poin. Penjabaran nilai pada setiap kategori sesuai tahapan dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 1. Kriteria dan Tolok Ukur Greenship

Prasyarat Kredit Bonus

ASD 17

EEC 26 5

WAC 21

MRC 14

IHC 10

BEM 13

Jumlah Kriteria dan Tolok 101 5

Kategori Jumlah Kriteria FA

(13)

5 Setiap kategori terdapat beberapa kriteria yang memiliki jenis berbeda, yaitu:

1. Kriteria prasyarat (P), merepresentasikan standar minimum gedung ramah lingkungan. Apabila salah satu prasyarat tidak dipenuhi, maka kriteria kredit dan kriteria bonus dalam semua kategori tidak dapat dinilai.

2. Kriteria kredit adalah kriteria yang ada di setiap kategori dan tidak harus dipenuhi. Pemenuhan kriteria ini tentunya disesuaikan dengan kemampuan gedung tersebut. Bilakriteria ini dipenuhi, gedung yang bersangkutan mendapat nilai dan apabila tidak dipenuhi, gedung yang bersangkutan tidak akan mendapat nilai.

3. Kriteria bonus adalah kriteria yang memungkinkan pemberian nilai tambah, gedung yang dapat memenuhi kriteria bonus dinilai memiliki prestasi tersendiri.

Kriteria green building yang dianggap paling utama seperti terlihat di bawah ini:

Tabel 2. Kriteria Green Building

Dari sekian banyak kriteria, aspek yang dianggap paling utama antara lain:

1. Alternatife Water Resource 2. Energy Efficiency Measure 3. Thermal Comfort

4. Visual Comfort 5. Natural Lightning 6. Water Use Reduction

Site Selection Regional Material On Site Renewable Energy

Water Fixtures Advance Waste Management Certified Wood

Thermal Comfort Water Use Reduction Water Recycling

Rainwater Harvesting Micro Climate Pollution of construction

Site Landscaping Non ODS Usage Building and Material

CO2 Monitoring Alternative Water Resource Public Transportation

Storm Water Management Energy Efficiency Measure Visual Comfort

Environmentally Friendly Water Efficiency landscaping Climate Change Impact

Natural Lighting Community Accessibility Acoustic Level

Ventilation Chemical Pollutants Bicycle

Environmental Tobacco Smoke Control

Kriteria Green Building

(14)

6 2.2 Pengukuran Kriteria Green Building

Berikut ini penjelasan tentang pengukuran aspek paling utama yang disebutkan di atas.

1. Energy Efficiency Measure

Pengukuran efisiensi energy dapat dilakukan dengan Intensitas Konsumsi Energi (IKE) dan nilai transfer panas keseluruhan (overall thermal transfer value, OTTV). IKE listrik merupakan istilah yang digunakan untuk menyatakan besarnya pemakaian energi tiap meter persegi luas gross bangunan dalam suatu kurun waktu tertentu. IKE dinyatakan dalam satuan kWh/m2 per tahun (Hadiputra, 2007). IKE telah diterapkan di berbagai negara (ASEAN APEC). Besaran IKE listrik untuk Indonesia ditetapkan berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh ASEAN-USAID pada tahun 1987 (namun laporannya baru dikeluarkan pada tahun 1992) dengan rincian sebagai berikut:

a. IKE untuk perkantoran (komersial) = 240 kWh/m2 per tahun b. IKE untuk pusat belanja = 330 kWh/m2 per tahun c. IKE untuk hotel/apartemen = 230 kWh/m2 per tahun d. IKE untuk rumah sakit = 380 kWh/m2 per tahun

Selain itu, pada tahun 2004, Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia menetapkan pedomannilai standar IKE untuk bangunan di Indonesia sebagai berikut:

Tabel 3. Standar IKE Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia

(sumber: Dewi, 2012)

Perhitungan intensitas konsumsi energi dapat dihitung sebagai berikut:

IKE =Total kWh

Luas gross

Ruangan Non-AC (kWh/m2/bulan)

Sangat efisien 4,17 - 7,92 0,84 - 1,67

Efisien 7,92 - 12,08 1,67 - 2,5

Cukup efisien 12,08 - 14,58

Agak boros 14,58 - 19,17

Boros 19,17 - 23,75 2,5 - 3,34

Sangat boros 23,75 - 37,75 3,34 - 4,17

Kriteria Ruangan AC

(kWh/m2/bulan)

(15)

7 Selain IKE, pengukuran juga dapat dilakukan dengan menghitung nilai OTTV pada suatu gedung dengan rumus yang sudah ditetapkan pada SNI 03-6389- 2000 (badan Standardisasi Nasional, 2000).

a. Rumus untuk menghitung OTTV dinding dengan orientasi tertentu adalah sebagai berikut:

OTTV = α [(Uw x ( 1 - WWR)] x TDek + ( SC x WWR x SF)+ ( Uf x WWR x ΔT)

dimana:

OTTV =harga perpindahan termal menyeluruh pada dinding luar yang memiliki

arah atau orientasi tertentu (W/m2).

b. Rumus untuk menghitung OTTV seluruh dinding luar:

OTTV = Ao1 x OTTV1 + ⋯ + Aoi x OTTVi Ao1 + ⋯+ Aoi

dimana :

Aoi = luas dinding pada bagian dinding luar i (m2).Luas total ini termasuk semua

permukaan dinding tak tembus cahaya dan luas permukaan jendela yang terdapat

pada bagian dinding tersebut.

OTTVi = nilai perpindahan termal menyeluruh pada bagian dinding i.

2. Kenyamanan dalam Ruang

Kenyamanan dalam ruang (thermal comfort) dapat dinilai dari temperature humidity index (THI) dan kelembaban relatif udara (relative humidity, RH), kebisingan dan kualitas udara.

a. Temperature humidity index (THI)

Hasil penelitian Mulyana et.al. (2003, dalam Kurnia et.al.), menyatakan bahwa indeks kenyamanan dalam kondisi nyaman berada pada kisaran THI 20-26. Penentuan THI atau indeks kenyamanan dapat ditentukan dari

(16)

8 nilai suhu udara (°C) dan kelembaban (RH) dengan persamaan sebagai berikut:

THI = 0,8Ta +𝑅𝐻 𝑥 𝑇𝑎

500

Dimana:

THI = Temperature humidity index Ta = Suhu udara (°C)

RH = Kelembaban udara (%)

Gambar 1. Alat Pengukur Kelembaban Udara

b. Thermal Comfort

Kelembaban relatif udara (relative humidity, RH) dan suhu udara dapat diukur langsung dengan bantuan alat, yaitu thermo-hygrometer (Gambar 1). Pada setiap ruangan, pengukuran dilakukan kurang lebih selama 5 menit pada setiap ruangan, yang dilakukan pada waktu pagi, siang dan sore hari.

Selain itu, kenyamanan dalam ruang dapat dicapai secara buatan dengan pemasangan air conditioner (AC). Kompresor menurut Najamudin (2014) adalah sebuah alat yang berfungsi untuk menyalurkan gas refrigeran ke seluruh sistem. Ukuran dari kapasitas AC adalah PK (paardekracth) yang artinya tenaga kuda (horse power, HP). Satu PK sama artinya dengan 735.5 watt/jam yang setara dengan 0,986 HP. Berikut adalah rumus perhitungan kebutuhan daya dan kapasitas AC dalam ruangan:

(17)

9 Kebutuhan AC (BTU⁄h) = (LxWxHxIxE⁄60)

Dimana:

BTU/h = british thermal unit per hour L = panjang ruangan (feet) W = lebar ruangan (feet) H = tinggi ruangan (feet)

I = nilai 10 jika ruang berinsuli (berada di lantai bawah, atau Berhimpit dengan ruang lain); nilai 18 jika ruang tidak berinsulasi (di atas lantai).

E = nilai 16 jika dinding terpanjang menghadap utara; nilai17 jika menghadap timur; nilai 18 jika menghadap selatan; dan nilai 20 jika menghadap barat.

1 meter = 3,28 feet

Tabel 4. Kapasitas AC Berdasarkan PK

c. Kebisingan (Acoustic Level)

Hasil pengukuran menunjukkan tingkat bunyi di ruang kerja sesuai dengan SNI 03-6386-2000 tentang Spesifikasi Tingkat Bunyi dan Waktu Dengung dalam Bangunan Gedung dan Perumahan (Kriteria Desain yang direkomendasikan) seperti diperlihatkan oleh table berikut ini:

Kapasitas AC Kebutuhan AC

AC ½ PK ± 5000 BTU/h

AC ¾ PK ± 7000 BTU/h

AC 1 PK ± 9000 BTU/h

AC 1 ½ PK ± 12000 BTU/h

AC 2 PK ± 18000 BTU/h

AC 2 ½ PK ± 24000 BTU/h

(18)

10 Tabel 5. Desain Tingkat Bunyi yang Dianjurkan untuk Kantor

Gambar 2. Alat Pengukur Kebisingan

d. Kualitas Udara

Untuk ruangan-ruangan dengan kepadatan tinggi (ruang kerja umum) dilengkapi dengan instalasi sensor gas karbon dioksida (CO2) yang memiliki mekanisme untuk mengatur jumlah ventilasi udara luar sehingga konsentrasi CO2 di dalam ruangan tidak lebih dari 1.000 ppm. Sensor diletakkan 1,5 m di atas lantai dekat return air grille. Berikut ini nilai ambang batas zat kimia di udara tempat kerja berdasarkan SNI 19‐0232‐

2005.

(19)

11 Tabel 6. Nilai Ambang Batas Zat Kimia di Udara Tempat Kerja

No. Parameter Konsentrasi maksimal

(mg/m3) 1 Volatile Organic Compound

(VOC)

0,37

2 Formaldehid (HCHO) 0,10

Gambar 3. Alat Pengukur Kualitas Udara

3. Visual Comfort

Pengukuran tingkat pencahayaan atau iluminasi dilakukan dengan alat lux meter (Gambar 4). Pengukuran dilakukan di beberapa titik pada setiap ruangan, sehingga dihasilkan pola pencahayaan dan rata-rata pencahayaan pada setiap ruangan dapat diukur. Pengukuran ini akan dianalisis sesuai dengan SNI 03-6197-2000seperti yang terlihat pada tabel berikut ini.

Tabel 7. Tingkat Pencahayaan Rata-rata yang Direkomendasikan No. Fungsi Ruangan Tingkat Pencahayaan

1. Ruang direktur 350

2. Ruang kerja 350

3. Ruang komputer 350

4. Ruang rapat 300

5. Ruang gambar 750

6. Ruang arsip 150

7. Ruang arsipaktif 300

4. Pencahayaan dalam Ruangan

a. Pencahayaan Alami (Natural Lighting)

Pencahayaan alami menurut Snyder dan Catanese (1997) yang dikutip Aziz (2013) adalah pencahayaan yang menggunakan sinar matahari waktu

(20)

12 pagi dan siang hari atau yang dikenal pula dengan sistem matahari plat.

Dimana desain bangunan itu sendiri harus memudahkan pengumpulan dan penyimpanan energi matahari dengan biaya tambahan yang kecil.

Faktor pencahayaan alami siang hari (FPASH) pada suatu titik dalam ruangan adalah perbandingan antara iluminasi horisontal dibidang kerja dalam ruangan (Ei [lux]) terhadap iluminasi horisontal di lapangan terbuka di luar ruangan (Eo [lux]) pada saat yang sama.

FPASH =Ei

Eo x 100%

Pengukuran FPASH minimal dilakukan pada 1 titik ukur utama (TUU) dan 2 titik ukur samping (TUS)pada ketinggian 75 cm dari lantai serta pada jarak d/3 (d = kedalaman ruangan) dari bidang dimana terdapat lubang cahaya. TUU berada pada tengah-tengah dari kedua dinding samping, sedangkan TUS berada pada jarak 0,5 m dari dinding samping yang terdekat.

Pengukuran pencahayaan alami dapat dilakukan dengan alat lux meter (Gambar 5) untuk mendapatkan tingkat pencahayaan alami pada suatu ruangan, dalam kondisi lampu dalam keadaan mati seluruhnya dan seluruh tirai dalam keadaan terbuka, dan membandingkan tingkat pencahyaan yang masuk dengan luas ruangan yang diukur, untuk mengetahui pemanfaatan cahaya alami pada ruangan. Berikut ini gambar ilustrasi TUU dan TUS:

Gambar 4. Ilustrasi Lokasi TUU, TUS dan d

(21)

13 Gambar 5. Alat Pengukur Pencahayaan dalam Ruang

b. Pencahayaan Buatan

Cahaya buatan menurut UU Republik Indonesia tentang Bangunan Gedung No. 28 tahun 2002adalah penyediaan penerangan buatan melalui instalasi listrik atau sistem energi dalam bangunan gedung agar orang didalamnya dapat melakukan kegiatan sesuai bangunan gedung. Untuk menghitung jumlah lampu yang diperlukan untuk sebuah ruangan menggunakan rumus:

N = 𝐸 𝑥 𝐴

∅ lampu x LLF x CU

Dimana:

E = kuat penerangan (lux) A = luas bidang kerja

CU = koefisien penggunaaan (coefisien of utilization, 50% - 60%)

LLF = faktor kehilangan cahaya (light lost factor) Nilai LLF kantor ber AC = 0,8

Nilai LLF Industri bersih = 0,7 Ø lampu = lumen lampu

5. Alternatife Water Resource and Water Use Reduction

Pengukuran kriteria ini dilakukan dengan cara menghitung konsumsi air bersih dari setiap sumber air yang digunakan setiap bulan lalu dibandingkan dengan kebutuhan pemakain air pada suatu bangunan berdasarkan SNI 03-7065-2005.

(22)

14 Selanjutnya, dapat dihitung penurunan presentase konsumsi air bersih dari sumber primer.Penentuan jumlah kebutuhan air dihitung berdasarkan jumlah populasi yang terdapat pada gedung. Dengan mengetahui pemakaian rata-rata perorang perhari maka akan diketahui jumlah kebutuhan air bersih dalam sehari. Perhitungan kebutuhan air bersih menurut (Noerbambang, 2000) adalah sebagai berikut:

Q = ∑Populasi x Kebutuhan air (L⁄o⁄hari)

Perhitungan kebutuhan air penghuni gedung kondisi awal menggunakan asumsi sebagai berikut :

Tabel 8. Kebutuhan Air Berdasarkan Jenis Gedung

(sumber : Noerbambang, 2000)

2.3 Matriks Sistem Rating Greenship dan Kelayakan Gedung Tabel 9. Deskripsi Kriteria Green Building

Penggunaan Gedung Pemakaian Air Satuan

Apartemen 200-250 L/penghuni/hari

Hotel/Penginapan 250-300 L/tamu/hari

Restoran 15 L/kursi

Kantor 50 L/karyawan

Siram Taman 5 L/m2

NO.

NILAI KRITERIA MAKSIMUM

KETERANGAN PER KATEGORI

HASIL

PENELITIAN KETERANGAN Tepat Guna Lahan (Appropriate Site Development - ASD )

ASD P Area Dasar Hijau (Basic Grey Area ) P ASD 1 Pemilihan Tapak (Site Selection ) 2 ASD 2 Aksesibilitas Komunitas (Community

Accessibility ) 2

ASD 3 Transportasi Umum (Public Transportation ) 2 ASD 4 Fasilitas Pengguna Sepeda (Bicycle Facility ) 2 ASD 5 Lansekap pada Lahan (Site Landscape ) 3

ASD 6 Iklim Mikro (Micro Climate ) 3

ASD 7 Manajemen Air Limpasan Hujan

(Stormwater Management ) 3

Total Nilai Kategori ASD 17

Efisiensi dan Konservasi Energi (Energy Efficiency and Conservation - EEC) EEC P1 Pemasangan Sub-Meter (Electrical Sub-

Metering ) P

EEC P2 Perhitungan OTTV (OTTV Calculation ) P EEC 1 Langkah Penghematan Energi (Energy

Efficiency Measures ) 15

EEC 2 Pencahayaan Alami (Natural Lighting ) 4

EEC 3 Ventilasi (Ventilation ) 1

EEC 4 Pengaruh Perubahan Iklim (Climate Change

Impact ) 1

EEC 5 Energi Terbarukan dalam Tapak (On-site

Renewable Energy ) (Bonus) 5

Total Nilai Kategori EEC 26

Konservasi Air (Water Conservation - WAC )

WAC P1 Meteran Air (Water Metering ) P

WAC P2 Perhitungan Bangunan Air (Water

Calculation ) P

WAC 1 Pengurangan Penggunaan Air (Water Use

Reduction ) 8

WAC 2 Perlengkapan Air (Water Fixtures ) 3 WAC 3 Daur Ulang Air (Water Recycling ) 3 WAC 4 Sumber Air Alternative (Alternative Water

Resources ) 2

WAC 5 Penampungan Air Hujan (Rainwater

Harvesting ) 3

WAC 6 Efisiensi Penggunaan Air Lansekap (Water

Efficiency Landscaping ) 2

Total Nilai Kategori WAC 21

Sumber dan Siklus Material (Material Resources and Cycle - MRC ) MRC P Refrigerant Fundamental (Fundamental

Refrigerant ) P

MRC 1 Penggunaan Gedung dan Material Bekas

(Building and Material Reuse ) 2

MRC 2 Material Ramah Lingkungan

(Environmentally Friendly Material ) 3 MRC 3 Penggunaan Refrigeran tanpa ODP (Ozone

Depleting Potential ) (Non ODS Usage ) 2 MRC 4 Kayu Bersertifikat (Certified Wood ) 2 MRC 5 Material Prafabrikasi (Pre-fabricated

Material ) 3

MRC 6 Material Regional (Regional Material ) 2

Total Nilai Kategori MRC 14

Kesehatan dan Kenyamanan dalam Ruang (Indoor Health and Comfort - IHC ) IHC P Introduksi Udara Luar (Outdoor Air

Introduction ) P

IHC 1 Pemantauan Kadar CO2 (CO2 Monitoring ) 1 IHC 2 Kendali Asap Rokok di Lingkungan

(Environmental Tobacco Smoke Control ) 2 IHC 3 Polutan Kimia (Chemical Pollutant ) 3 IHC 4 Pemandangan ke Luar Gedung (Outside

View ) 1

IHC 5 Kenyamanan Visual (Visual Comfort ) 1 IHC 6 Kenyamanan Thermal (Thermal Comfort ) 1 IHC 7 Tingkat Kebisingan (Acoustic Level ) 1

Total Nilai Kategori IHC 10

Manajemen Lingkungan Bangunan (Building Environment Management - BEM ) BEM P Dasar Pengelolaan Sampah (Basic Waste

Management ) P

BEM 1 GP sebagai Anggota Tim Proyek (GP as a

Member of Project Team ) 1

BEM 2 Polusi dan Aktivitas Konstruksi (Pollution of

Construction Activity ) 2

BEM 3 Pengelolaan Sampah Tingkat Lanjut

(Advanced Waste Management ) 2

BEM 4 Sistem Komisioning yang Baik dan Benar

(Proper Commissioning ) 3

BEM 5 Penyerahan Data Green Building (Green

Building Submission Data ) 2

BEM 6 Kesepakatan dalam Melakukan Aktivitas Fit-

Out (Fit-Out Agreement ) 1

BEM 7 Survei Penggunaan Gedung (Occupancy

Survey ) 2

Total Nilai Kategori BEM 13

101 TOTAL NILAI KESELURUHAN

5.

1 kriteria prasyarat;

6 kriteria kredit

2 kriteria prasyarat;

7 kriteria kredit

1 kriteria prasyarat;

7 kriteria kredit 6.

2 kriteria prasyarat;

6 kriteria kredit 2.

3.

4.

KATEGORI KRITERIA

1 kriteria prasyarat;

7 kriteria kredit

1 kriteria prasyarat;

4 kriteria kredit; 1 kriteria bonus 1.

(23)

15 Tabel 9. Deskripsi Kriteria Green Building (lanjutan)

NO.

NILAI KRITERIA MAKSIMUM

KETERANGAN PER KATEGORI

HASIL

PENELITIAN KETERANGAN

Tepat Guna Lahan (Appropriate Site Development - ASD ) ASD P Area Dasar Hijau (Basic Grey Area ) P ASD 1 Pemilihan Tapak (Site Selection ) 2 ASD 2 Aksesibilitas Komunitas (Community

Accessibility ) 2

ASD 3 Transportasi Umum (Public Transportation ) 2 ASD 4 Fasilitas Pengguna Sepeda (Bicycle Facility ) 2 ASD 5 Lansekap pada Lahan (Site Landscape ) 3

ASD 6 Iklim Mikro (Micro Climate ) 3

ASD 7 Manajemen Air Limpasan Hujan

(Stormwater Management ) 3

Total Nilai Kategori ASD 17

Efisiensi dan Konservasi Energi (Energy Efficiency and Conservation - EEC)

EEC P1 Pemasangan Sub-Meter (Electrical Sub-

Metering ) P

EEC P2 Perhitungan OTTV (OTTV Calculation ) P EEC 1 Langkah Penghematan Energi (Energy

Efficiency Measures ) 15

EEC 2 Pencahayaan Alami (Natural Lighting ) 4

EEC 3 Ventilasi (Ventilation ) 1

EEC 4 Pengaruh Perubahan Iklim (Climate Change

Impact ) 1

EEC 5 Energi Terbarukan dalam Tapak (On-site

Renewable Energy ) (Bonus) 5

Total Nilai Kategori EEC 26

Konservasi Air (Water Conservation - WAC )

WAC P1 Meteran Air (Water Metering ) P

WAC P2 Perhitungan Bangunan Air (Water

Calculation ) P

WAC 1 Pengurangan Penggunaan Air (Water Use

Reduction ) 8

WAC 2 Perlengkapan Air (Water Fixtures ) 3 WAC 3 Daur Ulang Air (Water Recycling ) 3 WAC 4 Sumber Air Alternative (Alternative Water

Resources ) 2

WAC 5 Penampungan Air Hujan (Rainwater

Harvesting ) 3

WAC 6 Efisiensi Penggunaan Air Lansekap (Water

Efficiency Landscaping ) 2

Total Nilai Kategori WAC 21

Sumber dan Siklus Material (Material Resources and Cycle - MRC )

MRC P Refrigerant Fundamental (Fundamental

Refrigerant ) P

MRC 1 Penggunaan Gedung dan Material Bekas

(Building and Material Reuse ) 2 MRC 2 Material Ramah Lingkungan

(Environmentally Friendly Material ) 3 MRC 3 Penggunaan Refrigeran tanpa ODP (Ozone

Depleting Potential ) (Non ODS Usage ) 2 MRC 4 Kayu Bersertifikat (Certified Wood ) 2 MRC 5 Material Prafabrikasi (Pre-fabricated

Material ) 3

MRC 6 Material Regional (Regional Material ) 2

Total Nilai Kategori MRC 14

Kesehatan dan Kenyamanan dalam Ruang (Indoor Health and Comfort - IHC )

IHC P Introduksi Udara Luar (Outdoor Air

Introduction ) P

IHC 1 Pemantauan Kadar CO2 (CO2 Monitoring ) 1 IHC 2 Kendali Asap Rokok di Lingkungan

(Environmental Tobacco Smoke Control ) 2 IHC 3 Polutan Kimia (Chemical Pollutant ) 3 IHC 4 Pemandangan ke Luar Gedung (Outside

View ) 1

IHC 5 Kenyamanan Visual (Visual Comfort ) 1 IHC 6 Kenyamanan Thermal (Thermal Comfort ) 1 IHC 7 Tingkat Kebisingan (Acoustic Level ) 1

Total Nilai Kategori IHC 10

Manajemen Lingkungan Bangunan (Building Environment Management - BEM )

BEM P Dasar Pengelolaan Sampah (Basic Waste

Management ) P

BEM 1 GP sebagai Anggota Tim Proyek (GP as a

Member of Project Team ) 1

BEM 2 Polusi dan Aktivitas Konstruksi (Pollution of

Construction Activity ) 2

BEM 3 Pengelolaan Sampah Tingkat Lanjut

(Advanced Waste Management ) 2

BEM 4 Sistem Komisioning yang Baik dan Benar

(Proper Commissioning ) 3

BEM 5 Penyerahan Data Green Building (Green

Building Submission Data ) 2

BEM 6 Kesepakatan dalam Melakukan Aktivitas Fit-

Out (Fit-Out Agreement ) 1

BEM 7 Survei Penggunaan Gedung (Occupancy

Survey ) 2

Total Nilai Kategori BEM 13

101 TOTAL NILAI KESELURUHAN

5.

1 kriteria prasyarat;

6 kriteria kredit

2 kriteria prasyarat;

7 kriteria kredit

1 kriteria prasyarat;

7 kriteria kredit 6.

2 kriteria prasyarat;

6 kriteria kredit 2.

3.

4.

KATEGORI KRITERIA

1 kriteria prasyarat;

7 kriteria kredit

1 kriteria prasyarat;

4 kriteria kredit; 1 kriteria bonus 1.

NO.

NILAI KRITERIA MAKSIMUM

KETERANGAN PER KATEGORI

HASIL

PENELITIAN KETERANGAN

Tepat Guna Lahan (Appropriate Site Development - ASD ) ASD P Area Dasar Hijau (Basic Grey Area ) P ASD 1 Pemilihan Tapak (Site Selection ) 2 ASD 2 Aksesibilitas Komunitas (Community

Accessibility ) 2

ASD 3 Transportasi Umum (Public Transportation ) 2 ASD 4 Fasilitas Pengguna Sepeda (Bicycle Facility ) 2 ASD 5 Lansekap pada Lahan (Site Landscape ) 3

ASD 6 Iklim Mikro (Micro Climate ) 3

ASD 7 Manajemen Air Limpasan Hujan

(Stormwater Management ) 3

Total Nilai Kategori ASD 17

Efisiensi dan Konservasi Energi (Energy Efficiency and Conservation - EEC) EEC P1 Pemasangan Sub-Meter (Electrical Sub-

Metering ) P

EEC P2 Perhitungan OTTV (OTTV Calculation ) P EEC 1 Langkah Penghematan Energi (Energy

Efficiency Measures ) 15

EEC 2 Pencahayaan Alami (Natural Lighting ) 4

EEC 3 Ventilasi (Ventilation ) 1

EEC 4 Pengaruh Perubahan Iklim (Climate Change

Impact ) 1

EEC 5 Energi Terbarukan dalam Tapak (On-site

Renewable Energy ) (Bonus) 5

Total Nilai Kategori EEC 26

Konservasi Air (Water Conservation - WAC )

WAC P1 Meteran Air (Water Metering ) P

WAC P2 Perhitungan Bangunan Air (Water

Calculation ) P

WAC 1 Pengurangan Penggunaan Air (Water Use

Reduction ) 8

WAC 2 Perlengkapan Air (Water Fixtures ) 3 WAC 3 Daur Ulang Air (Water Recycling ) 3 WAC 4 Sumber Air Alternative (Alternative Water

Resources ) 2

WAC 5 Penampungan Air Hujan (Rainwater

Harvesting ) 3

WAC 6 Efisiensi Penggunaan Air Lansekap (Water

Efficiency Landscaping ) 2

Total Nilai Kategori WAC 21

Sumber dan Siklus Material (Material Resources and Cycle - MRC ) MRC P Refrigerant Fundamental (Fundamental

Refrigerant ) P

MRC 1 Penggunaan Gedung dan Material Bekas

(Building and Material Reuse ) 2

MRC 2 Material Ramah Lingkungan

(Environmentally Friendly Material ) 3 MRC 3 Penggunaan Refrigeran tanpa ODP (Ozone

Depleting Potential ) (Non ODS Usage ) 2 MRC 4 Kayu Bersertifikat (Certified Wood ) 2 MRC 5 Material Prafabrikasi (Pre-fabricated

Material ) 3

MRC 6 Material Regional (Regional Material ) 2

Total Nilai Kategori MRC 14

Kesehatan dan Kenyamanan dalam Ruang (Indoor Health and Comfort - IHC ) IHC P Introduksi Udara Luar (Outdoor Air

Introduction ) P

IHC 1 Pemantauan Kadar CO2 (CO2 Monitoring ) 1 IHC 2 Kendali Asap Rokok di Lingkungan

(Environmental Tobacco Smoke Control ) 2 IHC 3 Polutan Kimia (Chemical Pollutant ) 3 IHC 4 Pemandangan ke Luar Gedung (Outside

View ) 1

IHC 5 Kenyamanan Visual (Visual Comfort ) 1 IHC 6 Kenyamanan Thermal (Thermal Comfort ) 1 IHC 7 Tingkat Kebisingan (Acoustic Level ) 1

Total Nilai Kategori IHC 10

Manajemen Lingkungan Bangunan (Building Environment Management - BEM ) BEM P Dasar Pengelolaan Sampah (Basic Waste

Management ) P

BEM 1 GP sebagai Anggota Tim Proyek (GP as a

Member of Project Team ) 1

BEM 2 Polusi dan Aktivitas Konstruksi (Pollution of

Construction Activity ) 2

BEM 3 Pengelolaan Sampah Tingkat Lanjut

(Advanced Waste Management ) 2

BEM 4 Sistem Komisioning yang Baik dan Benar

(Proper Commissioning ) 3

BEM 5 Penyerahan Data Green Building (Green

Building Submission Data ) 2

BEM 6 Kesepakatan dalam Melakukan Aktivitas Fit-

Out (Fit-Out Agreement ) 1

BEM 7 Survei Penggunaan Gedung (Occupancy

Survey ) 2

Total Nilai Kategori BEM 13

101 TOTAL NILAI KESELURUHAN

5.

1 kriteria prasyarat;

6 kriteria kredit

2 kriteria prasyarat;

7 kriteria kredit

1 kriteria prasyarat;

7 kriteria kredit 6.

2 kriteria prasyarat;

6 kriteria kredit 2.

3.

4.

KATEGORI KRITERIA

1 kriteria prasyarat;

7 kriteria kredit

1 kriteria prasyarat;

4 kriteria kredit; 1 kriteria bonus 1.

(24)

16 2.4 Peta Jalan Penelitian

Dunia konstruksi semakin berkembang sejalan dengan perkembangan teknologi dan global trend, oleh sebab itu arah pengembangan penelitian (road map) Kelompok Bidang Ilmu Manajemen Konstruksi FT Unila secara dinamik mengimplementasikan agenda penelitian dengan judul “Konstruksi Berkelanjutan”

sesuai kaidah Triple Bottom Line: People, Planet and Profit Aspects. Berbagai topik yang diakomodasi antara lain pengembangan industri konstruksi yang berwawasan lingkungan, peningkatan kualitas bisnis konstruksi (kinerja konstruksi Indonesia yang kompetitif), operasi konstruksi di lapangan (manajemen proyek, manajemen operasi dan pemeliharaan) serta Ekonomi Teknik dan K3.

Penelitian ini sejalan dengan peta jalan penelitian untuk bidang ilmu Manajemen Konstruksi seperti digambarkan dalam skema berikut ini:

Gambar 6. Peta Jalan Penelitian

Traditional Constructability Design & Build

Construction Analysis Integration Lean Process Resource & Energy

Planning Lean Assembly Efficiency Sustainable

Prefabrication Waste Reduction Consumption &

Product Design Concurrent Engineering Batch Design & Elimination Practices Activity Centered Constructability Buffer Management

Variation Control

Productivity Work Sampling Operation Simulation

Quality Assurance Total Quality Management

Project Management Framework: Sustainability:

10 Knowledge Areas Logistics & Supply Chain Lean Supply

Risk Mangement Decision Making Techniques

Policy & Regulatory National Construction Strategic Framework & Mechanism Development Program

Project Delivery:

Traditional Design & Build Taylor Made:

BOO, BOOT, BOT, DBFM, dll.

Green Building &

Green Infrastructure Risk Disaster Management

Construction Management Infrastructure Management

Asset Management

2005 - 2010 2010 - 2015 2015 - 2020

ENGINEERING MANAGEMENTPROJECT MANAGEMENTCONSTRUCTION INDUSTRI & CONSTRUCTION MANAGEMENT

2020 - 2025 Earned Value Performance

Measurements

Risk, HR, Communication

&Procurement

People, Planet, Profit

Early Contractor Involvement (ECI):

Lean Project Delivery System

DEVELOPMENT IMPROVEMENT LEAN CONSTRUCTION SUSTAINABLE CONSTRUCTION &

DEVELOPMENT

(25)

17

BAB 3. METODE PENELITIAN

3.1 Obyek Penelitian dan Tahapan Penelitian

Sebagai obyek penelitian kriteria green building ini adalah Gedung Rektorat Universitas Lampung. Sedangkan metode penelitian yang digunakan adalah kuantitatif melalui kuisioner, dan observasi/pengamatan. Data yang dipakai dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data sekunder adalah data as built drawing dari Gedung Rektorat Universitas Lampung. Sedangkan data primer adalah data dari pengukuran/pengamatan langsung, survei pengguna tetap Gedung Rektorat, serta wawancara dengan staf rumah tangga pengelola Gedung rektorat.

Adapun proses tahapan penelitian ini dapat dilihat pada bagan alir berikut ini:

Gambar 7. Tahapan Penelitian

3.2 Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan melakukan pengukuran penilaian terhadap beberapa kriteria green building yang mengacu pada standar nasional (Greenship-

Mulai

Data Primer:

Wawancara dan Pengukuran Langsung

Data Sekunder:

Gambar Kerja, Ringkasan Kriteria dan Tolok Ukur Bangunan Gedung V1.2 GBCI

Menganalisis Kelayakan 3 P (People, Planet & Profit Gedung Rektorat menggunakan Perangkat Penilaian

Greenship V1.2 GBCI

Mengidentifikasikan dan Membuat Penilaian Tolok Ukur/Parameter Greensghip V1.2 GBCI untuk Gedung

Rektorat Universitas Lampung

Praktik ekowisata yang aman dan berkelanjutan

Mulai

(26)

18 GBCI) dengan cara pengukuran langsung dan kuisioner yang difokuskan pada Gedung Rektorat Universitas Lampung. Kuisioner survei kenyamanan pengguna gedung antara lain meliputi suhu udara, tingkat pencahayaan ruang, kenyamanan suara, kebersihan gedung dan keberadaan hama pengganggu (pest control).

Responden minimal sebanyak 30% dari total pengguna tetap Gedung Rektorat, yaitu sebanyak 87 orang responden dari total 260 pengguna gedung. Hasil survey tersebut di analisa dengan metode statistik yaitu mean dan standar deviasi.

Pertanyaan terdiri dari 20 bertipe close-end (lihat Lampiran 2) yang menggunakan penilaian Skala Likert.

Gambar 8. Pelaksanaan Survey Kuisioner

Sedangkan kriteria di bawah ini yang mengacu pada lembaga sertifikasi nasional (Greenship GBCI), didapatkan melalui wawancara dengan staf rumah tangga:

1. Tepat Guna Lahan (Appropriate Site Development/ASD)

2. Efisiensi Energi & Refrigeran (Energy Efficiency & Refrigerant/EER) 3. Konservasi Air (Water Conservation/WAC)

4. Sumber & Siklus Material (Material Resources & Cycle/MRC)

5. Kualitas Udara & Kenyamanan Udara (Indoor Air Health & Comfort/IHC) 6. Manajemen Lingkungan Bangunan (Building & Enviroment Management)

(27)

19 Untuk kualitas udara dan kenyamanan, pengukuran dilakukan pada sekitar 100 ruangan yang terdapat pada Lantai I hingga Lantai IV Gedung Rektorat.

Berikut dokumentasi pelaksanaan survei:

Gambar 9. Pelaksanaan Survei Pengukuran

(28)

20 3.3 Metode Analisis

Metode analisis yang digunakan untuk survei pengguna Gedung Rektorat adalah analisis statistik deskripsi frekuensi. Frekuensi adalah angka/bilangan yang menunjukkan seberapa kali suatu variable (dilambangkan dengan angka) berulang dalam deretan angka. Distribusi frekuensi adalah penyusunan data kedalam kelas- kelas tertentu dimana setiap individua tau item hanya termasuk kedalam salah satu kelas saja. Tujuan distribusi frekuensi adalah:

1. Memudahkan dalam penyajian data, mudah dipahami dan dibaca sebagai bahan informasi; dan

2. Memudahkan dalam menganalisis atau menghitung data, membuat tabel dan grafik.

Analisis distribusi frekuensi merupakan analisis yang mencakup gambaran frekuensi variabel data secara umum seperti mean, media, modus, deviasi, standar, varian, minimum, maksimum dan sebagainya. Analisis ini juga masuk pada jenis analisis deskriptif. Analisis statistik deskripsi frekuensi merupakan statistik deskripsi yang menggambarkan data dalam bentuk kuantitatif yang tidak menyertakan pengambilan keputusan melalui hipotesis.

Terdapat tiga jenis analisis distribusi frekuensi yaitu: distribusi frekuensi biasa, distribusi frekuensi relatif dan distribusi frekuensi kumulatif. Pada penelitian ini digunakan analisis distribusi frekuensi biasa, yaitu distribusi frekuensi yang berisikan jumlah frekuensi dari setiap kelompok data (kriteria).

Data yang dipakai untuk statistik deskriptif bisa kualitatif dan kuantatif.

Distribusi frekuensi biasa ini dibagi menjadi dua jenis, yaitu:

1. Distribusi frekuensi numerik, adalah distribusi frekuensi yang pembagian kelasnya dinyatakan dalam angka; dan

2. Distribusi frekuensi peristiwa (kategori), adalah distribusi frekuensi yang pembagian kelasnya dinyatakan berdasarkan data atau golongan data yang ada.

Pada penelitian ini, respon reponden diukur melalui Skala Likert yaitu:

sangat tidak nyaman, kurang nyaman, cukup nyaman, nyaman dan sangat nyaman.

(29)

21 Analisis validasi juga dilakukan memvalidasi apakah terdapat data yang tidak diisi oleh responden (missing value).

Selain survei pengguna, wawancara juga dilakukan terhadap staf rumah tangga pengelola Gedung Rektorat. Kuisioner survei pengguna dan formulir wawancara dapat dilihat pada Lampiran 2 dan 3. Survei pengguna dan wawancara pengelola ini merupakan bagian dari Matriks Sistem Rating Greenship dan Kelayakan Gedung. Penilaian kriteria di dalam matriks ini hanya dapat dilakukan setelah survey pengguna dan wawancara dengan pengelola.

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Analisis Survei Pengguna Gedung

Analisis statistik deskripsi frekuensi pada penelitian ini adalah untuk mengetahui distribusi respon dari setiap pengguna Gedung Rektorat terhadap 20 pertanyaan terkait kenyamanan pengguna gedung dari kriteria suhu udara, tingkat pencahayaan ruang, tingkat kebisingan, kebersihan gedung dan keberadaan hama.

Jumlah responden adalah 87 (sekitar 30%) orang dari 260 orang pengguna Gedung rektorat. Setelah penyebaran kuesioner kenyaman responden, analisis dilakukan untuk mengidentifikasi persentase jawaban yang ditabelkan di bawah ini. Analisis dilakukan dengan bantuan Statistical Program for Social Science (SPSS) Software.

Hasil analisis survei pengguna dapat dilihat pada table berikut ini:

Tabel 10. Hasil Survei Pengguna Gedung

SUHU UDARA PENCA-

HAYAAN KEBISINGAN HAMA

PENGGANGGU LAINNYA KESELURUHAN

KRITERIA

SANGAT TIDAK

NYAMAN 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0

KURANG

NYAMAN 0,0 2,3 3,4 1,1 0,0 0,0

CUKUP

NYAMAN 4,6 16,1 18,4 10,3 2,3 4,6

NYAMAN 64,4 54,0 42,5 48,3 12,6 67,8

SANGAT

NYAMAN 31,0 27,6 35,6 40,2 85,1 27,6

Total 100,0 100,0 99,9 99,9 100,0 100,0

% KRITERIA

(30)

22 Hasil survei menunjukkan bahwa 95,4% pengguna merasa nyaman bekerja di Gedung Rektorat. Karena lebih dari 80% dari total responden merasa nyaman, maka gedung yang dinilai memperoleh 2 (dua) poin. Secara garis besar dari keseluruhan kriteria yang disurvei, 68 persen responden menyatakan nyaman bekerja di Gedung Rektorat. Selain itu, berdasarkan analisis validitas juga diketahui bahwa tidak terdapat missing value. Hal ini dapat dilihat dari row missing yang menunjukkan nilai nol untuk semua kolom (variabel).

4.2 Hasil Analisis Pengukuran Parameter

Survei primer dilakukan dengan ala tantara lain thermo-hygrometer, air quality monitor, light/lux meter, digital sound level meter dan laser distance measure. Survei ini dilaksanakan selama 10 hari dari tanggal 15 hingga 24 September 2021. Hasil pengukuran dapat dilihat pada tabel-tabel berikut ini:

1. Pengukuran Kualitas Udara

Pengukuran kualitas udara dengan air quality monitor didapatkan hasil seperti diperlihatkan oleh Tabel 10.

Tabel 11. Hasil Pengukuran Kualitas Udara

Lantai Ruangan HCHO VOC

1

Lobi Utama 0.005 0.001 0.005 0.027

Biro Akademik dan

Kemahasiswaan 0.039 0.026 0.177 0.038

2

Wakil Rektor Bidang

Kemahasiswaan dan alumni 0.001 0.015 0.003 0.003 Wakil Rektor Bidang Akademik 0.001 0.013 0.005 0.006

Bagian Keuangan 0.019 0.017 0.088 0.008

3 Biro Perencanaan 0.001 0.001 0.127 0.127

Bagian Kepegawaian 0.019 0.011 0.05 0.101

4 SDGS 0.03 0.001 0.002 0.008

Sidang 0.001 0.002 0.008 0.076

5 Ketua LPPM 0.001 0.005 0.005 0.003

Sekretaris LPPM 0.001 0.013 0.002 0.005

Kabag Data dan Informasi 0.011 0.019 0.008 0.003 Nilai Rata-rata kulitas udara 0.0105 0.036875

Data Hasil Pengukuran Kualitas Udara di gedung rektorat universitas lampung didapatkan nilai kadar Volatile Organic Compound (VOC) dan

(31)

23 Formaldehide (HCHO) dibawah konsentrasi maksimal yang diizinkan. Maka tolok ukur pertama dan kedua mendapatkan nilai maksimal, yaitu 2 (dua) poin. Tolok ukur ketiga yaitu melakukan pengukuran kadar asbes. Untuk tolok ukur ini tidak memperoleh poin karena gedung belum pernah melakukan pengukuran.

Tolok ukur keempat pembersihan filter, coil pendingin dan alat bantu VAC (Ventilation and Air Conditioning) sesuai dengan jadwal perawatan berkala.

Tujuannya sebagai pencegahan terbentuknya lumut dan jamur sebagai tempat berkembangnya mikroorganisme. Berdasarkan wawancara dengan pihak bagian rumah tangga rektorat Universitas Lampung, pembersihan filter, coil pendingin dan alat bantu VAC dilaksanakan setiap sebulan sekali. Oleh karena itu, untuk tolok ukur ini, gedung memperoleh 1 (satu) poin.

Tolok ukur kelima yaitu melakukan pengukuran jumlah bakteri dengan jumlah maksimal kuman 700 koloni/m3 udara dan bebas kuman pathogen pada ruangan. Untuk tolok ukur ini tidak memperoleh poin karena gedung belum pernah melakukan pengukuran.

2. Pengukuran Kenyamanan Termal

Pengukuran kenyamanan termal dengan alat thermo-hygrometer didapatkan hasil seperti diperlihatkan oleh Tabel 11. Berdasarkan SNI 6390 - 2011 tentang Konservasi Energi Sistem Tata Udara Bangunan Gedung, kondisi termal ruangan secara umum dinyatakan sesuai jika memiliki suhu 24°C-27°C dan kelembaban relatif 60% ± 5%. Dan berdasarkan hasil pengukuran termal Gedung Rektorat Universitas Lampung didapatkan suhu rata-rata adalah 27.6°C dan kelembaban relatif 61.19%. Karena hasil pengukuran sedikit di atas SNI maka, maka untuk kriteria ini tidak memperoleh poin.

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari penelitian ini adalah melakukan analisis kesesuaian dan penilaian pada Gedung AHN Rektorat IPB berdasarkan kriteria green building dalam aspek sumber dan

Dengan demikian, gedung dianggap belum memenuhi kriteria sebagai gedung terbangun yang menerapkan konsep Green Building sesuai perangkat penilaian dari GBCI yang

Berdasarkan kriteria green building yang menetapkan perencanaan kondisi termal ruangan secara umum pada suhu 25 o C dan kelembaban relatif 60%, dan disesuaikan dengan

Dengan demikian, gedung dianggap belum memenuhi kriteria sebagai gedung terbangun yang menerapkan konsep Green Building sesuai perangkat penilaian dari GBCI yang

Penilaian Kriteria Green Building pada Gedung

Kemudian rekomendasi dokumen dan manajemen akan menambahkan total 9 (sembilan) poin dengan rincian: kriteria prasyarat kategori konservasi air dan kesehatan dan

Dengan demikian, gedung dianggap telah memenuhi kriteria sebagai gedung terbangun yang menerapkan konsep Green Building sesuai perangkat penilaian dari GBCI Dan

Penilaian Kriteria Green Building Pada Pembangunan Gedung IsDB Project Berdasarkan Skala Indeks Menggunakan Greenship Versi 1.2 Studi Kasus: Gedung Engineering Biotechnology Universitas