• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBEDAAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN KREATIVITAS MATEMATIK ANTARA SISWA YANG MENDAPAT PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING BERBASIS MASALAH OPEN-ENDED DENGAN SISWA YANG MENDAPAT PEMBELAJARAN EKSPOSITORI.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERBEDAAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN KREATIVITAS MATEMATIK ANTARA SISWA YANG MENDAPAT PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING BERBASIS MASALAH OPEN-ENDED DENGAN SISWA YANG MENDAPAT PEMBELAJARAN EKSPOSITORI."

Copied!
54
0
0

Teks penuh

(1)

PERBEDAAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN KREATIVITAS

MATEMATIK ANTARA SISWA YANG MENDAPAT PEMBELAJARAN

PENEMUAN TERBIMBING BERBASIS MASALAH

OPEN-ENDED DENGAN SISWA YANG

MENDAPAT PEMBELAJARAN

EKSPOSITORI

TESIS

Oleh :

ARIEF SAYLAN SIHOMBING

NIM. 8106171004

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Progran Studi Pendidikan Matematika

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

PROGRAM PASCASARJANA

(2)

PERBEDAAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN KREATIVITAS

MATEMATIK ANTARA SISWA YANG MENDAPAT PEMBELAJARAN

PENEMUAN TERBIMBING BERBASIS MASALAH

OPEN-ENDED DENGAN SISWA YANG

MENDAPAT PEMBELAJARAN

EKSPOSITORI

TESIS

Oleh :

ARIEF SAYLAN SIHOMBING

NIM. 8106171004

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Progran Studi Pendidikan Matematika

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

PROGRAM PASCASARJANA

(3)
(4)
(5)
(6)

ABSTRAK

ARIEF SAYLAN SIHOMBING. Perbedaan Kemampuan Pemecahan Masalah dan Kreativitas antara siswa yang mendapat Pembelajaran Penemuan Terbimbing berbasis Masalah open-ended dengan pembelajaran ekspositori.

Masalah dalam penelitian ini adalah kemampuan pemecahan masalah dan kreativitas siswa yang tergolong rendah, kurangnya aktivitas aktif siswa dikelas, proses jawaban siswa dalam menyelesaikan masalah masih kurang. Bertujuan untuk memperbaiki kemampuan pemecahan masalah dan kreativitas siswa, meningkatkan aktivitas aktif siswa dan memperbaiki cara siswa dalam menyelesaikan masalah.

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuasi eksperimen yang difokuskan pada kemampuan pemecahan masalah matematik dan kreativitas matematik. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 37 Medan. Dengan menggunakan teknik random sampling maka diperoleh dua kelas masing-masing sebagai kelas eksperimen dan kelas kontrol. Pada kelas eksperimen diberikan perlakuan pembelajaran penemuan terbimbing berbasis masalah open-ended dan pada kelas kontrol diberikan pembelajaran ekspositori.

Dalam pelaksanaan penelitian dikembangkan perangkat dan instrumen penelitian. Perangkatnya berupa Rencana Pembelajaran, buku siswa dan Lembar Aktivitas siswa. Instrumen yang digunakan terdiri dari tes kemampuan awal, tes pemecahan masalah dan tes kreativitas. Sebelum perangkat dan instrumen digunakan, dilakukan validasi kepada para ahli dan diuji cobakan dilapangan. Hasil validasi dari validator mengatakan perangkat dan isntrumen tergolong valid. Dari hasil uji coba pada siswa di sekolah juga reliebel dan valid.

Analisis data yang digunakan adalah anakova dan deskriptif. Hasil dari penelitian ini ialah rata-rata kemampuan pemecahan kelas eksperimen 51,2 dan rata-rata kelas kontrol 37,72, hasil uji anakova menunjukan Fhitung 36,85, Ftabel 3,94.

Dengan demikian Fhitung lebih besar Ftabel. Rata-rata kreativitas kelas eksperimen

40,57 dan kelas kontrol 28,37 hasil uji anakova menunjukan Fhitung 38,337, Ftabel

3,94. Dengan demikian Fhitung lebih besar Ftabel. Oleh karena itu disimpulkan

(7)

ABSTRACT

ARIEF SAYLAN SIHOMBING. The difference of the ability of problem solving and creativity between students who got the guided discovery learning based open-ended problem with the expository learning.

The problem in this research is the ability of problem solving and creativity of students which is low, the lack of students’ active activity in the class, the students’ answering process in solving the problem is still less. In purpose to repair the ability of students’ problem solving and creativity, improving the students’ active activity and repairing the way of students in solving the problem. This kind of research is a quasi expreriment research which is focussed on the ability of mathematic’s problem solving and mathematic creativity. The population in this research is the second grade students of SMP Negeri 37 Medan. By using sampling random technique then can be found that two classes, those are experiment and control class. In the experiment class is given guided recovery learning treatment which is based on open-ended problem and in the control class is given expository learning.

In research’s implementation, it’s developed the instrument and device research. The device ca be lesson plan, the teacher’s book, student’s book student’s activity paper. The instrument which is used consists of the beginning ability test, problem solving test and creativity test. Before the device and instrument used, the validity to the experts is done and tested in the field. The validity result from the validator said that the device and instruments is classified as a valid. From the result of the trial to the students in school is also relieble and valid.

The data analysis which is used is anakova and descriptive. The result of this research is the average of solving ability in experiment class is 51.2 and the average of control class is 37.72, the anakova result test shows Fcount 36.85, Ftable 3.94. Thus, Fcount is bigger than

Ftable. The average of experiment class creativity is 40.57 and the control class 28.37, the

anakova result test shows Fcount 38.337, Ftable 3.94. Thus, Fcount is bigger than Ftable.

(8)

KATA PENGANTAR

Terpujilah Tuhan yang Maha Besar, Tuhan Yesus Kristus yang menjadi

sumber kekuatan, semangat dan pertolongan yang senantiasa penulis dapatkan

hingga tesis ini dapat selesai. Banyak hal yang yang telah dilalui berupa kendal

dan keterbatasan dari berbagai hal dan berbagai pihak. Namun kepercayaan dan

pengharapan penuh kepadaNya memampukan penulis untuk melewati segala

kendala dan hambatan tersebut.

Tesis ini merupakan tugas akhir untuk memenuhi persyaratan dalam

memperoleh gelar magister pendidikan di Universitas Negeri Medan. Dalam

menyelesaikan penulisan tesis ini, penulis mendapat bimbingan dari para dosen

dan dorongan dari orang tua, saudara dan dari berbagai pihak. Oleh karena itu,

pada kesempatan ini penulis tidak lupa menyampaikan ucapan terimakasih yang

sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Dr. Edi Syahputra, M.Pd dan Bapak Dr. Hasrattuddin, M.Pd selaku

UNIMED serta Bapak Dapot Tua Manullang, ME selaku staf program

studi Pendidikan Matematika.

2. Bapak Prof. Dr. Bornok Sinaga, M.Pd selaku Pembimbing I dan bapak

Prof. Dian Armanto, M.Pd.,M.A.,M.Sc.,Ph.D selaku Pembimbing II yang

telah banyak memberi bimbingan serta motivasi yang kuat dalam

penyusunan tesis ini.

3. Bapak Dr. E Elvis Napitupulu, Dr. Kms M Amin Fauzi, M.Pd, Prof. Dr.

Mukhtar, M.Pd selaku narasumber yang telah member saran dan kritik

yang membangun untuk menjadikan tesis ini menjadi lebih baik.

4. Bapak Prof. Dr.H. Abdul Muin Sibuea, M.Pd. selaku Direktur PPs

Universitas Negeri Medan yang telah membantu dan mengizinkan

penelitian dalam menyelesaikan tesis ini.

5. Bapak Syarifuddin, M.Sc, Ph.D selaku asisten Direktur I program

Pascasarjana UNIMED.

6. Bapak Syarifuddin, M.Sc, Ph.D selaku Asisten Direktur I Program

(9)

7. Bapak / Ibu Dosen dan para pegawai Prodi Pendidikan Matematika PPs

Universitas Negeri Medan yang telah membantu penulis sejak dalam

perkuliahan hingga penyelesaian tesis.

8. Bapak Robert Siahaan, S.Pd selaku Kepala Sekolah, Bapak E.

Tampubolon, S.Pd selaku Wakil Kepala Sekolah dan Bapak S. Hutahaean

selaku guru matematika Negeri 37 Medan yang telah membantu dan

mengizinkan penulis untuk melakukan penelitian dalam menyelesaikan

tesis ini.

9. Rekan-rekan mahasiswa Prodi Pendidikan Matematika Program

Pascasarjana di Universitas negeri Medan 2010 Angkatan XVII yang

banyak membantu sejak dalam perkuliahan hingga penyelesaian tesis ini.

10.Secara khusus orang-orang yang penulis sayangi dan cintai melebihi

apapun di dunia ini yaitu Ibunda B. Sianturi yang sudah luar biasa

membimbing penulis bahkan apapun tak bisa mengganti segala

pengorbanannya, abang, kakak dan adek yang senantiasa memberi

dukungan doa hari lepas hari.

11.Rekan-rekan di Paduan Suara Filadelpia UNIMED, yang selalu membantu

dan memberi dukungan doa dan semangat.

12.Rekan-rekan Ikatan Alumni SMA/SMK Lintongnihuta yang telah banyak

membantu dalam penyusunan tesis ini.

13.Semua pihak yang telah membantu dan memberikan masukan serta arahan

dalam penyelesaian tesis ini.

Semoga Alah Bapa sumber berkat memberikan balasan yang baik atas bantuan

dan bimbingan yang diberikan. Jika dalam penulisan tesis ini terdapat kekurangan

penulis terlebih dahulu minta maaf. Dengan penuh harapan kiranya tesis ini

bermanfaat bagi siapa saja yang membutuhkannya. Amin.

Medan, Maret 2013

Penulis,

(10)

DAFTAR ISI

2.1.1. Belajar, Pembelajaran dan Matematika ... 25

2.1.1.1. Belajar Matematika ... ... 25

2.1.1.2. Pembelajaran Matematika ... 27

2.1.2. Kemampuan Pemecahan Masalah ... 30

2.1.3. Hakekat Kreatifitas ... 35

2.1.4. Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran ... 41

2.1.5. Respon Siswa ... 44

2.1.6. Pendekatan pembelajaran ... 46

2.1.7. Pendekatan Penemuan Terbimbing... . 53

2.1.8. Langkah-langkah Pembelajaran dalam Penemuan Terbimbing ... 55

(11)

2.1.10.Penemuan Terbimbing Berbasis

Masalah Open-ended ... .... 63

2.1.11.Pendekatan Pembelajaran Ekspositori... 64

2.1.12.Teori Belajar Yang Relevan ... 67

2.1.13.Hasil Penelitian yang Relevan ... 72

2.2. Kerangka Konseptual ... 74

3.6.Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data ... 91

3.6.1. Lembar aktivitas ... 91

3.6.2. Respon Siswa ... 93

3.6.3. Tes Kemampuan Pemecahan Masalah ... 94

3.6.4. Tes Kreativitas Matematik ... 98

3.7. Hasil Validasi perangkat pembelajaran dan instrumen ... 102

3.7.1. Validasi ahli terhadap perangkat pembelajaran ... 102

3.7.2. Validasi ahli terhadap instrumen penelitian ... 102

3.7.3. Analisis validasi dan reliabilitas tes ... 104

3.8. Tehnik Analisis Data ... 105

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 126

4.1.Deskripsi hasil penelitian ... 126

4.1.1.Analisis deskripsi hasil penelitian tentang kemampuan awal siswa ... 127

(12)

kemampuan pemecahan masalah ... 131

4.1.3.Deskripsi Hasil Penelitian Tentang Kreativitas matematik siswa ... 136

4.1.4. Analisis deskriptif kadar aktivitas aktif siswa ... 140

4.1.5. Hasil Penelitian Respon Siswa terhadap Kegiatan Pembelajaran ... 142

4.1.6. Analisis Proses jawaban siswa ... 145

4.2. Analisis statistik inferensial Anakova kemampuan pemecahan masalah ... 170

4.2.1. Uji Normalitas ... 170

4.2.2. Uji Homogenitas Data ... 172

4.2.3. Model Regresi Lineritas ... 174

4.2.4. Uji lineritas persamaan regresi pemecahan masalah matematik kelas kontrol dan kelas eksperimen ... 175

4.2.5. Uji keberartian Persamaan Regresi Pemahaman matematik kelas Kontrol dan kelas Eksperimen. ... 178

4.2.6. Uji kesejajaran dan Kesamaan ... 180

4.3.Analisis statistik inferensial anakova kemampuan kreativitas matematik ... 185

4.3.1. Uji Normalitas ... 185

4.3.2. Uji Homogenitas Data ... 187

4.3.3. Model Regresi Linier ... 189

4.3.4. Uji Lineritas persmaan regresi kreativitas matematik kelas kontrol dan eksperimen ... 190

4.3.5. Uji keberartian persamaan regresi kreativitas matemtik kelas kontrol Dan kelas eksperimen ... 192

4.3.6. Uji Kesejajaran dan Kesamaan. ... 194

4.4.Temuan penelitian ... 200

4.5.Pembahasan Hasil Penelitian. ... 207

(13)

5.2Saran ... 220

(14)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Pendekatan Inverensi untuk Penemuan

Terbimbing ... 55

Tabel 2.2. Perbedaan Pedagogi PTBMOE dan Pembelajaran Ekspositori ... 66

Tabel 3.1. Desain Eksperimen ... 90

Tabel 3.2. Kisi-kisi Aktivitas Siswa ... 92

Tabel 3.3. Kisi-kisi Angket Respon Siswa ... 93

Tabel 3.4. Kisi-kisi Kemampuan Pemecahan Masalah ... 94

Tabel 3.5. Kisi-kisi Kemampuan Kreativitas Matematik ... 98

Tabel 3.6. Hasil Validasi Perangkat Pembelajaran ... 102

Tabel 3.7. Hasil Validasi Tes Awal ... 103

Tabel 3.8. Hasil Validasi Kemampuan Pemecahan Masalah ... 103

Tabel 3.9. Hasil Validasi Tes Kreativitas ... 103

Tabel 3.10. Hasil Validasi Butir Tes Awal ... 104

Tabel 3.11. Hasil Validasi Butir Tes Kemampua Pemecahan Masalah ... 104

Tabel 3.12.Hasil Validasi Butir Tes Kreativitas ... 105

Tabel 3.13. Kualifikasi Nilai Perolehan Tes Kemamampuan Pemecahan Masalah ... 106

Tabel 3.14. Kualifikasi nilai Perolehan tes Kreativitas ... 106

Tabel 3.15. Kriteria Pencapaian waktu Ideal Aktifitas siswa... 109

Tabel 3.16. Rata-rata Pre-tes dan Postes ... 112

Tabel 3.17. Weiner ... 113

Tabel 3.11. Tabel Keterkaitan ... 124

Tabel 4.1. Kemampuan awal siswa kelas kontrol secara Kuantitatif... 127

Tabel 4.2. Ukuran gejala pusat dan variansi tes awal kontrol ... 127

Tabel 4.3. Deskriptif Kemampuan awal siswa eksperimen secara Kualitatif... 129

(15)

Tabel 4.5. Rekapitulasi kemampuan awal siswa ... 131

Tabel 4.6. Kemampuan pemecahan msalah matematik

kelas kontrol secara kualitatif ... 131

Tabel 4.7. Ukuran gejala pusat dan varaiansi data tentang

Tes kemampuan pemcahan masalah kelas kontrol ... 132

Tabel 4.8. Kemampuan pemecahan masalah kelas eksperimen ... 134

Tabel 4.9. Ukuran gejala pusat dan varaiansi kemampuan

kelas eksperiemen ... 134

Tabel 4.10. Rekapitulasi hasil kemampuan pemecahan masalah ... 136

Tabel 1.11. Kemampuan kreativitas matemati kelas kontrol

secara kuantitatif ... 136

Tabel 4.12. Ukuran gejala pusat dan varians data tes kemampuan

kreativitas kelas kontrol ... 137

Tabel 4.13. Kemampuan kreativitas matematik kelas eksperimen

secara kuantitatif ... 138

Tabel 4.14. Ukuran gejala pusat dan varians data tentang

kemampuan kreativitas kelas eksperimen ... 139

Tabel 4.15. Rekapitulasi kemampuan kreativitas ... 140

Tabel 4.16. Kadar kativitas aktif siswa selama kegiatan pembelajaran

berlangsung di kelas penemuan terbimbing berbasis masalah

open-ended ... 141

Tabel 4.17. Persentase Respon Siswa terhadap Kegiatan Pembelajaran

penemuan terbimbing berbasis masalah Open-Ended

Kelas Eksperimen ... 143

Tabel 4.18. Deskripsi hasil proses jawaban penyelesaian masalah ... 151

Tabel 4.19. Deskripsi hasil proses jawaban kreativitas ... 165

Tabel 4.20. Deskripsi kemampuan awal siswa kelas eksperimen

dan kelas kontrol ... 171

Tabel 4.21. Hasil uji normalitas kemampuan pemecahan

masalah kelas control dan eksperimen ... 172

(16)

eksperimen dan kontrol ... 173

Tabel 4.23. Hasil uji homogenitas kemampuan pemecahan masalah kelas eksperimen dan kontrol ... 174

Tabel 4.24. Koefisien regresi kemampuan pemecahan masalah pada kelas kontrol ... 174

Tabel 4.25. Koefisien regresi kemampuan pemecahan masalah pada kelas eksperimen ... 175

Tabel 4.26. Analisis varians untuk uji linieritas regresi kemampuan pemecahan masalah matematika kelas control... 176

Tabel 4.27. Analisis varians untuk uji linieritas regresi kemampuan pemecahan masalah matematika kelas eksperimen ... 177

Tabel 4.28. Analisis Varians Untuk Uji Keberartian Regresi Kemampuan pemecahan masalah Matematis Kelas Kontrol ... 178

Tabel 4.29. Analisis varians untuk uji keberartian regresi kemampuan pemecahan masalah matematis kelas eksperimen ... 180

Tabel 4.30. Uji kesamaan regresi kemampuan pemecahan masalah matematik ... 181

Tabel 4.31. Analisis kovarians untuk rancanganlengkap kemampuan Pemecahan masalah matematis... 184

Tabel 4.32. Deskripsi kemampuan awal siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol ... 186

Tabel 4.33. Uji normalitas kemampuan kreativitas siswa ... 187

Tabel 4.34. Uji homogenitas kemampuan awal siswa ... 188

Tabel 4.35. Uji homogenitas kemampuan kreativitas ... 189

Tabel 4.36. Koefisien regresi kemampuan kreativitas pada kelas kontrol ... 189

Tabel 4.37. Koefisien regresi kemampuan kreativitas pada kelas eksperimen ... 190

Tabel 4.38.Analisis varians untuk uji linieritas regresi kemampuan kreativitas matematika kelas kontrol ... 190

(17)

kemampuan kreativitas matematika kelas eksperimen ... 191

Tabel 4.40. Analisis varians untuk uji keberartian regresi

kemampuan kreativitas matematis kelas kontrol ... 193

Tabel 4.41. Analisis varians untuk uji keberartian regresi

kemampuan kreativitas matematis kelas eksperimen ... 194

Tabel 4.42. Uji Kesamaan Koefisien Regresi Kemampuan

kreativitas Matematis ... 196

Tabel 4.43. Analisis kovarians untuk rancangan

(18)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1. Frekuensi Perolehan Nila Tes Kemampuan awal

Kelas Kontrol... 128

Gambar 4.2. Gambar frekuensi perolehan nilai tes kemampuan Awal pada kelas eksperimen ... 130

Gambar 4.3. Kemampuan pemecahan msalah Siswa kelas kontrol ... 133

Gambar 4.4. Tingkat kemampuan pemecahan masalah Kelas eksperimen... 135

Gambar 4.5. Kemampuan kreativitas matematik siswa pada kelas Kontrol ... 137

Gambar 4.6. Kemampuan kreativitas matematik siswa pada kelas eksperimen ... 139

Gambar 4.7. Penyelesaian Soal Nomor 1 Kelas Ekperimen ... 145

Gambar 4.8. Penyelesaian Soal Nomor 1 Kelas Kontrol ... 146

Gambar 4.9. Penyelesaian Soal Nomor 2 Kelas Ekperimen ... 147

Gambar 4.10. Penyelesaian Soal Nomor 2 Kelas Kontrol ... 147

Gambar 4.11. Penyelesaian Soal Nomor 3 Kelas Ekperimen ... 148

Gambar 4.12. Penyelesaian Soal Nomor 3 Kelas Kontrol ... 149

Gambar 4.13. Penyelesaian Soal Nomor 4 Kelas Ekperimen ... 150

Gambar 4.14. Penyelesaian Soal Nomor 4 Kelas Kontrol ... 151

Gambar 4.15. Perolehan siswa untuk Indikator Memahami Masalah Kelas Eksperimen ... 152

Gambar 4.16. Perolehan siswa untuk Indikator Memahami Masalah KelasKotrol ... 152

Gambar 4.17. Perolehan siswa untuk Indikator Merencanakan Penyelesaian Masalah Kelas Eksperimen ... 153

Gambar 4.18. Perolehan siswa untuk Indikator Merencanakan Penyelesaian Masalah KelasKontrol ... 153

(19)

Gambar 4.20. Perolehan siswa untuk Indikator Penyelesaian

Masalah Kelas Kontrol ... 154

Gambar 4.21. Perolehan siswa untuk Indikator Pemeriksaan

Kembali Kelas Eksperimen ... 155

Gambar 4.22. Perolehan siswa untuk Indikator Pemeriksaan

Kembali Kelas Kontrol ... 155

Gambar 4.23. Penyelesaian Soal Nomor 1 Kelas Ekperimen untuk

Tes Kreativitas ... 158

Gambar 4.24. Penyelesaian Soal Nomor 1 Kelas Kontrol untuk

Tes Kreativitas ... 158

Gambar 4.25. Penyelesaian Soal Nomor 2 Kelas Ekperimen untuk

tes kreativitas ... 160

Gambar 4.26. Penyelesaian Soal Nomor 2 Kelas Kontrol untuk

Tes Kreativitas ... 160

Gambar 4.27. Penyelesaian Soal Nomor 3 Kelas Ekperimen untuk

Tes Kreativitas ... 162

Gambar 4.28. Penyelesaian Soal Nomor 3 Kelas Kontrol untuk

Tes Kreativitas ... 162

Gambar 4.29. Penyelesaian Soal Nomor 4 Kelas Ekperimen untuk

Tes Kreativitas ... 164

Gambar 4.30. Penyelesaian Soal Nomor 4 Kelas Kontrol untuk

Tes Kreativitas ... 164

Gambar 4.31. Perolehan siswa untuk Indikator Keluwesan

Kelas Eksperimen ... 166

Gambar 4.32. Perolehan siswa untuk Indikator keluwesan

Kelas Kotrol ... 166

Gambar 4.33. Perolehan siswa untuk Indikator kelancaran

Kelas Eksperimen ... 167

Gambar 4.34. Perolehan siswa untuk Indikator kelancaran

Masalah KelasKontrol ... 167

(20)

Kelas Eksperimen ... 168

Gambar 4.36. Perolehan siswa untuk Indikator Penguraian

Kelas Kontrol... 168

Gambar 4.37. Perolehan siswa untuk Indikator Keaslian

Kelas Eksperimen ... 169

Gambar 4.38. Perolehan siswa untuk Indikator Keaslian

(21)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN A

1. Rencana Pembalajaran Penemuan Terbimbing

Berbasis Masalah Open-ended . ... 227

2. Rencana Pembelajaran Ekspositori. ... 265

3. Lembar Aktivitas Siswa. ... 278

4. Buku Petunjuk Guru. ... 302

5. Buku Siswa . ... 342

LAMPIRAN B 1. Soal Pretes. ... 362

2. Tes Kemampuan Pemecahan Masalah ... 363

3. Tes Kreativitas ... 364

4. Penyelesaian Pretes ... 365

5. Penyelesaian Tes kemampuan Pemecahan Masalah ... 367

6. Alternatif Penyelesaian Tes Kreativitas ... 371

7. Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Pemecahan Masalah ... 376

8. Pedoman Penskoran Tes Kreativitas ... 377

9. Lembar Aktivitas Aktif Siswa Kelas Penemuan Terbimbing Berbasis Masalah Open-ended ... 378

10.Angket Respon Siswa ... 379

LAMPIRAN C 1. Validsi Ahli Perangkat Pembelajaran ... 380

2. Laporan Hasil Uji Coba RPP dan LAS ... 389

LAMPIRAN D 1. Kemampuan Awal siswa Kelas Eksperimen ... 404

2. Kemampuan Awal siswa Kelas Kontrol ... 405

3. Kemampuan Pemecahan Masalah Kelas Kontrol ... 406

4. Kemampuan Pemecahan Masalah Kelas Eksperimen ... 407

5. Kemampuan kreativitas Kelas eksperimen ... 408

6. Kemampuan kreativitas Kelas Kontrol ... 409

(22)

8. Uji Independensi Tes Pemecahan Masalah Kelas Eksperimen ... 401

9. Uji Independensi Tes Kreativitas Kelas Kontrol ... 409

10.Uji Independensi Tes Kreativitas Kelas Eksperimen ... 409

11.Anakova Kemampuan Pemecahan Masalah ... 410

12.Anakova Kreativitas ... 411

LAMPIRAN E

1. Dokumentasi Kelas Eksperimen ... 433

(23)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) pada masa

sekarang ini berdampak pada sendi-sendi kehidupan manusia. Kemajuan Ilmu

Pengetahuan dan Teknologi dirasa memiliki peran penting dalam mengubah

sistem nilai dan pola pikir masyarakat. Perkembangan IPTEK tersebut tidak lepas

dari peranan matematika sebagai Ilmu dasar, boleh dikatakan bahwa landasannya

adalah matematika. Matematika yang hakikatnya sebagai ilmu yang terstruktur

dan sistematis, sebagai suatu kegiatan manusia melalui proses yang aktif, dinamis,

dan generatif, serta sebagai ilmu yang mengembangkan sikap berpikir kritis,

objektif, dan terbuka, menjadi sangat penting untuk dimiliki dalam menghadapi

perkembangan IPTEK yang terus berkembang.

Masykur dan Fathani (2007:43) mengemukakan bahwa: “kedudukan

matematika dalam ilmu pengetahuan adalah sebagai ilmu dasar, sehingga untuk

dapat berkecimpung di dunia Sains Teknologi atau disiplin ilmu lainnya, langkah

awal yang harus ditempuh adalah menguasai ilmu dasarnya yaitu matematika”.

Hal senada juga dikatakan Hudojo (1998:1) bahwa:

Matematika berfungsi mendasari perkembangan Ilmu Pengetahuan dan

Teknologi. Merupakan pengetahuan esensial sebagai dasar untuk

(24)

terhadap matematika diperlukan bagi semua siswa agar kelak dalam

hidupnya mendapat pekerjaan yang layak.

Dari pendapat ahli di atas maka pelajaran matematika sangat perlu

diajarkan di sekolah sehingga para peserta didik memiliki bekal dasar tersebut.

Selain alasan matematika sebagai ilmu dasar IPTEK, ada juga pertimbangan lain

yang tidak kalah penting untuk diperhatikan seperti yang dikemukakan Cockroft

dalam Abdulrrahman (2003:253):

Matematika perlu diajarkan kepada siswa karena: (1) selalu digunakan

dalam segala kehidupan: (2) semua bidang studi memerlukan

keterampilan matematika yang sesuai: (3) merupakan sarana

komunikasi yang kuat, singkat dan jelas: (4) dapat digunakan untuk

menyajikan informasi dalam berbagai cara: (5) meningkatkan

kemampuan berpikir logis, ketelitian, dan kesadaran keruangan: (6) dan

memberikan kepuasan terhadap usaha memecahkan masalah yang

menantang.

Pendapat tersebut sudah cukup menunjukkan bahwa matematika memiliki

peranan yang sangat besar dalam sendi kehidupan. Besarnya peranan matematika,

mengharapkan guru dapat mengoptimalisasikan siswa untuk menguasai konsep

dan memecahkan masalah dengan kebiasaan berpikir kritis, logis, sistematis dan

terstruktur. Hal ini sejalan dengan tujuan pembelajaran matematika pada

(25)

1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antara konsep dan

mengaplikasikan konsep atau algoritma secara luwes, akurat, efisien dan tepat

dalam pemecahan masalah.

2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi

matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti atau gagasan dan

pernyataan matematika.

3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah,

merancang model matematika, menyelesaikan dan menapsirkan solusi yang

diperoleh.

4. Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram atau media lain

untuk memperjelas keadaan atau masalah.

5. Memiliki sikap menghargai matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa

ingin tahu, perhatian dan minat dalam pembelajaran matematika, serta sikap

ulet dan percaya diri dalam memecahkan masalah.

Merujuk pada salah satu tujuan pembelajaran matematika di atas, yaitu

memecahkan masalah, maka sudah selayaknya siswa senang mempelajari

matematika, karena membantu siswa bagaimana memecahkan masalah dalam

kehidupan sehari-hari. Sebagaimana yang dikemukakan Buchori (dalam Trianto

2007:1) bahwa “pendidikan yang baik adalah pendidikan yang tidak hanya

mempersiapkan para siswanya untuk suatu profesi atau jabatan, tetapi untuk

menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapinya dalam kehidupan sehari-hari”.

Mengingat masalah dalam kehidupan kedepan semakin rumit, maka sekolah

(26)

mempersiapkan anak didiknya untuk menghadapi masalah-masalah yang pasti

datang ketika anak didik tersebut sudah terjun kemasyarakat.

Pemecahan masalah merupakan strategi kognitif dengan aktifitas yang

alami merupakan bagian terpenting dari proses yang terjadi dalam diri pelajar.

Memecahkan masalah merupakan proses untuk menerima tantangan untuk

menjawab masalah. Untuk dapat memecahkan masalah, siswa harus dapat

menunjukkan data yang ditanyakan dan tahu langkah apa yang digunakan untuk

menyelesaikannya. Dengan mengajarkan pemecahan masalah siswa-siswa akan

mampu mengambil keputusan.

Namun pada kenyataan yang ditemukan bahwa sebagian besar siswa yang

mengikuti pembelajaran kurang mampu memecahkan masalah matematika seperti

yang diharapkan, bahkan lebih banyak siswa kesulitan dalam pemecahan masalah

matematika. Hasil survei Trends in Mathematics and Sciences Study (TIMSS)

dalam Jalla (2008) menunjukkan bahwa:

Dari 49 negara yang ikut serta dalam TIMSS 2007, prestasi siswa

Indonesia dalam matematika berada di urutan ke-36, dengan skor

rata-rata 405 (skor rata-rata-rata-rata internasional = 500). Dalam pencapaian prestasi

belajar Matematika, lima urutan terbaik dunia diduduki oleh Taiwan

diikuti oleh Korea Selatan, Singapura, Hong Kong, dan Jepang.

Kedudukan Indonesia masih jauh lebih baik dibandingkan dengan Siria,

Mesir, Aljazair, Columbia, Oman, Palestina, Boswana, Kuwait,

(27)

Hasil TIMSS 2007 tersebut juga mengatakan bahwa siswa Indonesia

mempunyai pengetahuan dasar matematika tetapi tidak cukup untuk dapat

memecahkan masalah rutin (manipulasi bentuk, memilih strategi, dan sebagainya)

apalagi yang non-rutin (penalaran intuitif dan induktif berdasarkan pola dan

kereguleran). Berdasarkan hasil studi TIMSS 2007 (Awalludin Jalla 2008)

diperoleh pula temuan tentang perkiraan faktor penyebab kelemahan siswa

Indonesia, antara lain sebagai berikut:

Siswa kurang bisa mengorganisasi dan menyimpulkan informasi,

membuat generalisasi dan memecahkan masalah yang tidak rutin;

Memecahkan bermacam-macam rasio dan masalah persentase;

Menerapkan pengetahuannya untuk menghubungkan konsep bilangan

dan aljabar; Membuat generalisasi model matematika secara aljabar;

Mengaplikasikan pengetahuannya pada geometri dalam masalah yang

kompleks; dan Menggunakan data dari berbagai sumber untuk

memecahkan berbagai masalah.

Dari hasil pemaparan tersebut, maka sudah selayaknya dipertanyakan

mengapa hal itu bisa terjadi? Mungkin yang menjadi salah satu jawaban dari

pertanyaan itu adalah seperti yang dikemukakan oleh Marpaung (dalam Sugiman

2000:167) bahwa “masalah dalam pembelajaran matematika adalah siswa hampir

tidak pernah dituntut untuk mencoba strategi sendiri atau cara alternatif untuk

menyelesaikan masalah”. Siswa datang, duduk, diam, mendengar dan mencatat

(28)

berarti yang ditemui di dalam kelas, siswa-siswa Indonesia kurang dilatih untuk

menyelesaikan masalah-masalah matematika.

Untuk memperjelas pendapat Marpaung tersebut, maka dilakukan studi

observasi proses pembelajaran yang terjadi di sekolah SMP Negeri 37 Medan

kelas VIII. Dalam kegiatan pembelajarannya guru menggunakan metode ataupun

pendekatan pembelajaran yang bersifat tradisional ataupun ekspositori yang tidak

dimodifikasi supaya siswa terlibat langsung dalam proses penemuan pengetahuan.

Kebanyakan dari siswa mengalami pengalaman yang kurang menyenangkan yang

akibanya siswa jadi kurang menyenangi matematika. Hal ini bisa saja berakibat

pada kebencian terhadap apa saja yang berhubungan dengan matematika.

Soal-soal latihan yang diberikan guru pun berasal dari buku paket yang dibeli dari luar.

Kondisi yang demikian menyebabkan permasalahan yang ditemukan siswa

dalam buku paket tersebut tidak dapat melatih kemampuan pemecahan masalah

siswa. Salah satu soal yang terdapat pada buku tersebut adalah: sebuah lingkaran

berjari-jari 6 cm, berapakah luas dan keliling lingkaran? Soal tersebut adalah soal

biasa yang menggunakan rumus tanpa membutuhkan proses berfikir yang rumit.

Pastilah dengan paradigma seperti yang berlangsung di sekolah tersebut tidak

akan membuat perubahan yang signifikan terhadap perkembangan kemampuan

pemecahan masalah siswa. Seharusnya guru menyusun latihan-latihan pemecahan

masalah yang sesuai dengan situasi dunia nyata siswa.

Selain kemampuan pemecahan masalah perlu

ditumbuhkembangkan, kreativitas juga perlu untuk diperhatikan.

(29)

(fleksibilitas), dan originalitas dalam berfikir, serta kemampuan untuk

mengelaborasi (mengembangkan, memperkaya, memperinci suatu gagasan).

Munandar(1999:48) menyatakan bahwa:

“Kreativitas (berpikir kreatif atau berpikir divergen) adalah kemampuan

berdasarkan data atau informasi yang tersedia menemukan banyak

kemungkinan jawaban terhadap suatu masalah, dimana penekanannya

adalah pada kuantitas,ketepatgunaan dan keragaman jawaban”.

Makin banyak kemungkinan jawaban yang dapat diberikan terhadap suatu

masalah makin kreatiflah seseorang. Tentu saja jawaban-jawaban itu harus sesuai

dengan masalahnya. Jadi, tidak semata-mata banyaknya jawaban yang dapat

diberikan yang menentukan kreativitas seseorang, tetapi juga kualitas atau mutu

dari jawabannya.

Munandar (1999:45-46) mengatakan Kreativitas penting dipupuk dan

dikembangkan dalam diri anak karena:

“Pertama, dengan berkreasi orang dapat mewujudkan dirinya, dan

perwujudan diri termasuk salah satu kebutuhan pokok manusia, dan

kreativitas merupakan manifestai dari individu yang berfungsi

sepenuhnya dalam perwujudan dirinya. Kedua, kreativitas atau berpikir

kreatif, sebagai kemampuan untuk melihat bermacam – macam

kemungkinan penyelesaian terhadap suatu masalah. Ketiga, bersibuk

diri secara kreatif tidak hanya bermanfaat, tetapi juga memberikan

kepuasaan bagi individu, Keempat, kreativitaslah yang memungkinkan

(30)

Begitu pentingnya kreativitas mengakibatkan taksonomi Bloom yang

terdiri dari mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis, sintesis dan

evaluasi, harus direvisi oleh Anderson menjadi mengingat, memahami,

menerapkan, menganalisis, evaluasi, dan mencipta (create) (Anderson

2001). Artinya kedepan, kondisi menuntut manusia harus lebih kreatif.

Oleh karena itu, diupayakan para pendidik mengasah anak-anak didiknya

untuk bisa mencapai pembelajarannya sampai pada tahap mencipta

(create).

Selanjutnya uraian di Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22

Tahun 2006 tanggal 23 Mei 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan

Dasar dan Menengah menyatakan bahwa mata pelajaran matematika perlu

diberikan kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar untuk membekali

peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan

kreatif, serta kemampuan bekerjasama. Selain itu, pada salah satu Standar

Kompetensi Lulusan (SKL) dari lulusan sekolah menengah pertama pada

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dikemukakan bahwa setiap lulusan

Sekolah Menengah Pertama (SMP) diharapkan memiliki kemampuan berpikir

logis, kritis, kreatif dan inovatif.

Jelaslah dari urain tersebut bahwa kemampuan kreativitas matematika

merupakan salah satu tujuan pembelajaran matematika yang perlu mendapat

perhatian dari setiap guru dan peneliti untuk meningkatkannya. Oleh karena itu,

maka harusnya yang diharapkan dari siswa-siswa di Indonesia memiliki daya

(31)

rendah. Dari hasil studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti di SMP Negeri

37 Medan terlihat jelas bahwa siswa tidak kreatif dalam menyelesaian soal.

Hasil studi pendahuluan di atas menunjukkan siswa bisa menyelesaikan

soal tetapi tidak memahami tujuan akhir dari soal, dan proses penyelesaianpun

tidak kreatif. Bahkan untuk soal kedua siswa tidak bisa melihat bahwa ada

lingkaran di dalam persegi panjang itu. Jika siswa tersebut memiliki kreativitas

maka harusnya bisa melihat jalan penyelesaian dari ketidaklengkapan soal

terebut.

Dian Armanto (2001: 2) menyatakan, pembelajaran selama ini

(32)

selalu mohon petunjuk, dan kurang gigih dalam melakukan uji coba. Hal ini

berarti bahwa kemampuan kreativitas siswa tidak bertumbuh dengan baik.

Ketika siswa diberi soal-soal yang menggunakan rumus-rumus maka

dengan mudah akan dikerjakan karena telah dibiasakan menyelesaikan pertanya

prosedur yang rutin. Siswa lebih sering hanya diberikan rumus-rumus yang siap

pakai tanpa memahami makna dari rumus-rumus tersebut (Trianto, 2010:6).

Tetapi jika diberi soal-soal non rutin yang membutuhkan kreativitas yang tinggi

untuk mencari solusi permasalahan maka siswa tersebut akan kesulitan, kalau

siswa itu sudah buntu dalam pengerjaan soal tersebut siswa tersebut akan banyak

bertanya, dan hampir tidak ada keinginan untuk mencari cara untuk

menyelesaikannya. Pada hal ciri-ciri siswa yang kreatif menurut Utami Monandar

(1990):

1. Senang mencari pengalaman baru.

2. Memiliki keasyikan dalam mengerjakan tugas-tugas yang sulit.

3. Memiliki inisiatif.

4. Memiliki ketekunan yang tinggi.

5. Cenderung kritis terhadap orang lain.

6. Berani menyatakan pendapat dan keyakinannya.

7. Selalu ingin tahu.

8. Peka atau perasa.

9. Enerjik dan ulet.

10.Menyukai tugas-tugas yang majemuk.

(33)

12.Mempunyai rasa humor.

13.Memiliki rasa keindahan.

14.Berwawasan masa depan dan penuh imajinasi.

Pembelajaran di sekolah belum mengaktifkan daya kreatifitias siswa,

terlihat dari pembelajaran yang terjadi di kelas. Daya kreatif siswa bisa

ditumbuhkan jika pembelajaran menyajikan permasalahan yang kurang lengkap

sehingga ada rasa ingin tahu siswa untuk menyelesaikannya. Hal ini berbanding

terbalik dengan pembelajaran yang terjadi di sekolah, guru menyajikan defenisi,

konsep, rumus dan contoh soal secara lengkap sehingga siswa tinggal mencatat

dan menyelesaikan soal-soal dengan meniru cotoh yang ada. Tentulah hal ini tidak

akan menumbuhkan kreativitas, karena dalam pembelajaran jika siswa ingin

kreatif seharusnya guru menghadirkan ketidaklengkapan dan keterbukaan.

Sehingga timbul banyak pertanyaan dalam benak siswa yang akhirnya akan

menghasilkan sesuatu yang berguna untuk dirinya dan dengan mengkaji sendiri

pengetahuannya maka akan ada rasa tanggung jawab dan kemandirian.

Selanjutnya Guilford (dalam Munandar 1990) mengatakan pengembangan

kreativitas dalam pendidikan formal masih kurang mendapat perhatian. Hal ini

terbukti dalam pembelajaran di sekolah, kreativitas belum menjadi prioritas untuk

dikembangkan. Sama halnya seperti kemampuan pemecahan masalah matematik

siswa di SMP Negeri37 Medan, kemampuan kreativitas matematik siswa juga

belum maksimal dikembangkan. Bahkan boleh dikatakan soal-soal yang

digunakan guru juga dalam membuat penilaian terhadap siswa kurang mengukur

(34)

kreativitas karena sulit. Baik tes prestasi belajar maupun tes intelijensi

kebanyakan hanya tugas-tugas yang mencari satu jawaban benar (berfikir

konvergen), kemampuan berfikir divergen (kreatif) yaitu menjajaki berbagai

kemungkinan jawaban atas satu masalah jarang diukur. Dapat disimpulkan juga

bahwa kemampuan kreativitas siswa tersebut hampir tidak pernah diukur oleh

guru.

Hal senada juga diucapkan oleh Munandar (2009) yaitu: kendala terhadap

“gerakan kreativitas” terletak pada alat ukur (tes) yang biasanya dipakai di sekolah-sekolah yaitu tes intelijen tradisional yang mengukur kemampuan siswa

untuk belajar dan tes prestasi belajar untuk menilai kemajuan siswa selama

program pendidikan. Memang tidak mudah melakukan pembelajaran yang melatih

siswa untuk kreatif, salah satu kendalanya adalah sistem evaluasi yang dibuat

untuk mengukur kreativitas.

Mengingat pembelajaran matematika selama ini kurang memberikan

kesempatan pada siswa untuk memahami matematika yang sedang mereka

pelajari, maka fokus utama dari pembelajaran matematika selama ini adalah

mendapatkan jawaban. Para siswa menyandarkan sepenuhnya pada guru untuk

menentukan apakah jawabannya benar. Sehingga setiap pelajaran matematika

yang disampaikan di kelas lebih banyak bersifat hafalan. Memang dimungkinkan

siswa memperoleh nilai yang tinggi, tetapi mereka bukanlah pemikir yang baik di

kelas dan akan kesulitan dalam menyelesaikan masalah-masalah matematika

terutama untuk soal-soal pemecahan masalah (problem solving) yang selanjutnya

(35)

Dari ulasan di atas maka tidak sepenuhnya siswa dipersalahkan, perlu juga

dikaji cara mengajar guru di kelas. Dari pengalaman dan perbincangan beberapa

guru di sekolah tentang metode mengajar yang masih menggunakan metode

mengajar yang ekspositori, siswa duduk mendengar dan memperhatikan cara guru

menggunakan rumus yang ada untuk menyelesaikan soal. Tentu hal ini tidak

melibatkan siswa secara aktif dalam penemuan pengetahuannya, mereka

menganggap rumus yang diberikan guru adalah ilmu selamat jika ingin pintar

matematika. Cara yang demikian sangat bertolak belakang dengan pendapat Van

de Walle (2006:3) yang menyatakan bahwa “para siswa harus belajar matematika dengan pemahaman, secara aktif membangun pengetahuan baru dari pengalaman

dan pengetahuan sebelumnya”.

Selain itu guru sebagai motivator dalam proses belajar mengajar dirasa

kurang sesuai, karena metode yang digunakan cenderung hanya untuk menggurui,

tanpa memberi kesempatan pada siswa untuk membangun kemampuan

pemecahan masalah dan daya kreativitas. Guru selalu berperan sebagai sumber

informasi yang dibutuhkan siswa, sedangkan siswa adalah orang yang haus akan

informasi. Hal ini mengakibatkan pembelajaran menjadi satu arah.

Adanya anggapan bahwa pengetahuan adalah serangkaian fakta-fakta yang

harus dihafal mengakibatkan kelas hanya berfokus pada bagaimana fakta itu dapat

diterima siswa, sehingga metode yang dirasa cocok adalah pembelajaran

ekspositori. Pada pembelajaran ini suasana kelas menjadi cendrung teacher-centre

(36)

model tersebut, sebab tidak memerlukan alat dan bahan praktik, cukup

menjelaskan konsep-konsep yang ada dalam buku ajar (Trianto, 6: 2010).

Kondisi dimana siswa pasif dan guru cenderung memindahkan informasi

yang sebanyak-banyaknya kepada siswa sehingga konsep, prinsip dan

aturan-aturan sulit dipahami oleh siswa, akibatnya tidak dapat menerapkan konsep dan

sukar untuk mengadaptasikan pengetahuannya terhadap lingkungan belajarnya

dan menjadikan matematika tidak bermakna bagi siswa. Walaupun banyak siswa

mampu menghafal materi yang diterimanya tetapi sering kali tidak memahami

secara mendalam substansi materinya, yang ada di dalam pikiran siswa bahwa

matematika merupakan kumpulan dari rumus-rumus tanpa mengetahui apa

kegunaannya dalam kehidupan sehari-hari.

Padahal semua yang dipelajari oleh siswa sangat berguna sekali dalam

kehidupan, dan sangat dekat dengan kehidupan. Sebagian besar siswa tidak

mampu menghubungkan antara yang dipelajari dengan bagaimana pengetahuan

tersebut akan dimanfaatkan. Sebagai contoh soal, masalah yang berkaitan dengan

sistem persamaan linear misalnya di dalam dompet Yuda terdapat 25 lembar uang

seribu rupiah dan lima ratus rupiah. Jumlah uang itu adalah Rp20.000,00. Berapa

uang itu masing-masing? Banyak siswa kesulitan menyelesaikan soal tersebut,

padahal soal tersebut adalah soal yang biasa ditemui siswa dalam kehidupannya.

Dengan pemahaman yang demikian maka siswa hanya mampu

menggunakan pengetahuan dengan terbatas, karena konsep yang dimiliki hanya

berupa hafalan yang diberikan guru, siswa hanya memperoleh informasi

(37)

diberdayakan. Siswa memperoleh pengetahuan karena diberitahukan oleh

gurunya dan bukan karena menemukan sendiri oleh siswa secara langsung.

Kegiatan belajar yang dilakukan berorientasi pada target penguasaan

materi, sehingga hanya berhasil dalam kompetensi ingatan jangka pendek

saja. Namun gagal dalam membekali siswa dengan ilmu dan pengetahuan,

jangka panjang.

Dominansi guru dalam kelas (teacher centred) hendaknya

dikurangi, seperti yang diungkapkan Trianto (8:2010): salah satu perubahan

paradigma pembelajaran adalah orientasi pembelajaran yang semula berpusat

pada guru beralih pada murid, metodologi yang semula lebih didominasi

ekspositori berganti ke partisipatori. Dengan demikian maka peran serta siwa di

kelas dalam menyusun pengetahuannya akan besar, siswa akan membangun

(Konstruk) pengetahuan melalui pengalaman belajar. Bruner mengatakan

(dalam Ratna Wilis 1989:105) bahwa:

belajar lebih bermakna jika siswa mengkonstruksi dan

menemukan sendiri pengetahuannya, sehingga jika siswa lupa

maka siswa tersebut bisa membangun kembali pengetahuannya.

Hal ini berakibat pada pengetahuan yang diperoleh siswa bisa

bertahan lama atau lama diingat.

Paradigma baru pendidikan menekankan agar peserta didik sebagai

manusia yang memiliki potensi, harus belajar dan berkembang. Siswa harus aktif

dalam penemuan dan peningkatan pengetahuan. Kebenaran ilmu tidak terbatas

(38)

dan selalu membuat persiapan mulai dari perencanaan, pengorganisasian,

pemilihan metode, media, serta alat evaluasi yang dapat mengukur tingkat

ketercapain pelajaran.

Harus ditemukan strategi atau pendekatan pembelajaran yang efektif di

kelas yang lebih memberdayakan potensi siswa. Sebab proses-proses yang

dilakukan siswa dalam memilih, mengatur dan mengintegrasikan pengetahuan

baru, perilaku dan buah pikirannya akan mempengaruhi sikapnya dan pada

akhirnya akan berhubungan dengan strategi belajarnya (Weinstein & Mayer dalam

Anthony, 1996). Keberadaan, pemilihan dan penggunaan startegi belajar siswa

merupakan variabel yang kritis dalam proses belajar aktif (Anthony, 1996).

Salah satu pendekatan yang bisa meningkatkan kemampuan pemecahan

masalah dan kreativitas siswa adalah Penemuan Terbimbing berbasis Masalah

open-ended. Dalam pengajan dengan Penemuan Terbimbing berbasis Masalah

open-ended guru dituntut untuk bagaimana siswa belajar, dan bagaimana siswa

seharusnya menyelesaikan masalah. Bruner (dalam Trianto, 2007:67) mengatakan

berusaha sendiri untuk mencari pemecahan masalah serta pengetahuan yang

menyertainya, menghasilkan pengetahuan yang benar-benar bermakna.

Pengajaran dengan Penemuan Terbimbing tidak dirancang untuk

membantu guru memberikan informasi sebanyak-banyaknya kepada siswa, namun

dikembangkan untuk membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir,

pemecahan masalah, dan keterampilan intelektual dan kreativitas dalam

(39)

Masalah open-ended dapat membantu siswa untuk meningkatkan daya

kreativitas dalam menyelesaikan soal. Masalah open-ended disajikan setiap

pembelajaran matematika, sehingga siswa akan terbiasa menyelesaikan masalah

terbuka, dan siswa akan terpacu mencari cara penyelesaian yang tidak biasa.

Soal-soal terbuka akan diselesaikan siswa dengan caranya sendiri tanpa harus melalui

prosedur yang biasa, bisa juga dengan menggunakan rumus yang ada namun telah

mengalami modifikasi, dimana proses modifikasi dilakukan oleh siswa sendiri.

Pembelajaran dengan penemuan terbimbing berbasis masalah

open-ended dianggap mampu untuk meningkatkan kemampuan pemecahan

masalah siswa dan kreativitas siswa dalam pembelajaran matematika, yang

pada akhirnya prestasi matematika siswa dapat diperbaiki. Kemudian

penemuan terbimbing berbasis masalah open-ended dapat diterapkan pada

semua materi pelajaran SMP khususnya kelas VIII, salah satunya meteri

Lingkaran.

Lingkaran merupakan pokok bahasan dalam matematika SMP kelas VIII.

Penggunaan materi ini banyak ditemukan dalam kehidupan sehari-hari serta

banyak digunakan dalam pemodelan. Untuk dapat memahami lingkaran maka hal

yang pertama yang harus dilakukan adalah dengan memberika masalah sehari-hari

siswa dituntun untuk menemukan rumus keliling dan luas lingkaran serta

mengetahui nilai phi. Baik siswa maupun guru sering beranggapan bahwa phi

adalah suatu ketetapan yang ada begitu saja, sebagian dari siswa dan guru kurang

mengetahui dari mana asal ketetapan phi tersebut. Melalui penemuan terbimbing

(40)

Terbimbing berbasis masalah open-ended sangat cocok diterapkan untuk materi

lingkaran.

Hal ini yang membangkitkan semangat penulis untuk melakukan

penelitian yang ditujukan untuk mengetahui bagaimana dampak

pengajaran dengan penemuan terbimbing berbasis masalah open-ended

terhadap kemampuan pemecahan masalah dan kreativitas yang akan

dianalisis berdasarkan fakta-fakta yang diperoleh siswa dalam bentuk skor

sebagai salah satu wujud belajar akademik setelah pembelajaran. Oleh

karena itu penelitian yang berjudul ”Perbedaan Kemampuan

Pemecahan Masalah dan Kreativitas antara siswa yang mendapat

Pembelajaran Penemuan Terbimbing berbasis Masalah open-ended

dengan pembelajaran ekspositori” diharapkan dapat menjawab

permasalahan.

1.2. Identifikasi Masalah

Salah satu masalah yang umum dalam pendidikan di Indonesia

adalah rendahnya mutu pendidikan yang diketahui dengan rendahnya

pencapaian kemampuan pemecahan masalah matematika yang berakibat

pada kreativitas matematik siswa menjadi rendah juga. Siswa sering

dijadikan sebagai objek yang disalahkan karena memang posisi siswa

sebagai objek pendidikan tersebut, padahal guru dan perangkat-perangkat

pendidikan juga perlu dievaluasi apakah pembelajaran yang selama ini

(41)

pendidikan matematika. Sesuai dengan latar belakang masalah di atas,

bahwa rendahnya kemampuan pemecahan masalah matematika siswa akan

mempengaruhi kreativitas matematika juga serta dengan pembelajaran

yang menerapkan pembelajaran ekspositori dimana peran serta siswa

kurang dilibatkan artinya siswa cendrung pasif sehingga tidak ada aktivitas

siswa yang berarti, maka dapat diidentifikasi beberapa permasalahan sebagai

berikut :

1. Kemampuan pemecahan masalah matematika siswa masih tergolong rendah.

2. Kreativitas siswa rendah, Siswa fokus pada perolehan jawaban dari soal-soal

yang diberi guru dengan menggunakan rumus-rumus yang ada, sehingga

kreativitas siswa tidak berkembang.

3. Guru masih menggunakan soal-soal latihan pada buku paket yang

hanya mengharapkan satu jawaban dengan menggunakan

rumus-rumus saja, tanpa ada usaha untuk merancang masalah-masalah

open-ended yang membutuhkan banyak penyelesaian masalah.

4. Pembelajaran di sekolah cenderung pembelajaran ekspositori, hal ini

kurang relevan dengan tujuan pembelajaran matematika saat ini.

5. Dengan pembelajaran ekspositori siswa menjadi pasif, tanpa ada

aktifitas yang berarti ditemukan di dalam kelas.

6. Respon siswa terhadap pembelajaran matematika rendah.

7. Dalam menyelesaikan suatu masalah siswa kurang memperhatikan proses

(42)

8. Pendekatan yang digunakan guru selama ini kurang relevan dengan tujuan

pembelajaran di sekolah. Untuk itu perlu mempertimbangkan pendekatan

yang sesuai dengan paradigma konstruktivisme salah satunya Pendekatan

Penemuan terbimbing berbasis masalah open-ended.

1.3. Batasan Masalah

Banyaknya faktor yang dapat mempengaruhi tinggi rendahnya

kemampuan pemecahan masalah matematika dan kreativitas matematika

siswa serta metode atau pendekatan yang dapat meningkatkan kemampuan

pemecahan masalah dan kreativitas matematik siswa dalam proses

pembelajaran matematika, sehingga perlu pembatasan masalah dalam

penelitian ini mengingat keterbatasan dana, waktu dan kemampuan

peneliti. Penelitian ini dibatasi pada ruang lingkup lokasi penelitian,

subyek penelitian, waktu penelitian dan variabel penelitian. Berkaitan

dengan lokasi penelitian, penelitian ini terbatas pada SMP Negeri 37

Medan. Penelitian ini melibatkan siswa kelas VIII pada materi pelajaran

Lingkaran, dan akan dilakukan bulan Januari tahun 2013 dengan meneliti

permasalahan sebagai berikut:

1. Kemampuan pemecahan masalah matematika siswa rendah yang

menjadi kendala dalam pencapaian tujuan pembelajaran.

2. Kreativitas siswa masih rendah, dimana siswa hanya fokus pada

(43)

3. Guru cenderung menggunakan pembelajaran ekspositori yang kurang

melibatkan siswa untuk menemukan pengetahuannya. Padahal ada

banyak pendekatan yang bisa melibatkan siswa dalam penemuan

pengetahuan siswa salah satunya Pendekatan Penemuan Terbimbing

berbasis Masalah open-ended. Dengan mengajarkan matematika

melalui penemuan maka pengetahuan yang diperoleh siswa akan

bertahan lama dalam ingatan siswa.

4. Siswa kurang memberi respon terhadap pembelajaran matematika.

5. Siswa lebih fokus pada jawaban akhir tanpa memperhatikan proses

jawabannya.

1.4.Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah di atas, yang menjadi rumusan masalah

dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah kemampuan pemecahan masalah matematik siswa yang

mendapat pembelajaran penemuan terbimbing berbasis masalah

open-ended lebih tinggi dari pada siswa yang mendapat pembelajaran

ekspositori?

2. Apakah kreativitas matematik siswa yang mendapat pembelajaran

penemuan terbimbing berbasis masalah open-ended lebih tinggi dari

pada siswa yang mendapat pembelajaran ekspositori?

3. Bagaimana aktivitas aktif siswa selama proses pembelajaran baik pada

pembelajaran dengan penemuan terbimbing berbasis masalah open-ended dan

(44)

4. Bagaimana respon siswa terhadap kegiatan pembelajaran matematika dengan

menerapkan pembelajaran penemuan terbimbing berbasis masalah

open-ended?

5. Bagaimana proses jawaban siswa menyelesaikan soal kemampuan pemecahan

masalah dan soal kreativitas?

1.5.Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah dan pertanyaan penelitian di atas, yang

menjadi tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui kemampuan pemecahan masalah matematik siswa

yang mendapat pembelajaran penemuan terbimbing berbasis masalah

open-ended lebih tinggi dari pada siswa yang mendapat pembelajaran

ekspositori.

2. Untuk mengetahui kreativitas matematik siswa yang mendapat

pembelajaran penemuan terbimbing berbasis masalah open-ended

lebih tinggi dari pada siswa yang mendapat pembelajaran ekspositori.

3. Mendeskripsikan aktivitas siswa saat pembelajaran berlangsung baik pada

pembelajaran penemuan terbimbing berbasis msalah open-ended dan

ekspositori.

4. Mendeskripsikan respon siswa terhadap kegiatan pembelajaran dengan

menerapkan pembelajaran penemuan terbimbing berbasis masalah

(45)

5. Mendeskripsikan bagaimana proses jawaban siswa dalam menyelesaikan soal

kemampuan pemecahan masalah dan soal kreativitas.

1.6. Manfaat penelitian

Dengan mengacu pada permasalahan dan tujuan penelitian di atas

maka manfaat penelitian ini adalah:

1. Bagi peneliti, diharapkan dapat menghasilkan informasi tentang

alternatif model pembelajaran matematika bagi usaha-usaha perbaikan

proses pembelajaran.

2. Bagi siswa, diharapkan peranan pembelajaran dengan metode penemuan

terbimbing berbasis masalah open-ended dapat memacu kemampuan

pemecahan masalah dan kreativitas siswa dalam pembelajaran

matematika, sehingga siswa berperan aktif dalam belajar matematika

dibawah bimbingan guru sebagai fasilitator dan dalam suasana yang

menyenangkan. Diharapkan pula, dengan meningkatnya kemampuan

pemecahan masalah dan kreativitas, siswa dapat aktif membangun

pengetahuannya, mampu mengembangkan pemahamannya

matematika, tenteram dalam menghadapi permasalahan yang dihadapi

serta memperoleh pengalaman baru dan belajar menjadi bermakna.

Siswa akan semakin terbuka dalam menyelesaikan masalah tanpa

harus menggunakan rumus-rumus.

3. Bagi guru menambah wawasannya untuk dapat menyusun srategi

(46)

Selain itu guru bisa menambahkan masalah-masalah open-ended ke

dalam pembelajaran di kelas sehingga anak terbiasa menyelesaikan

masalah dengan berbagai cara dan bahkan tanpa menggunakan rumus.

4. Untuk memperkaya dan menambah wawasan ilmu pengetahuan guna

mengkaji kualitas pembelajaran khususnya yang berkaitan dengan

pembelajaran penemuan terbimbing berbasis masalah open-ended untuk

meningkatkan kemampuan pemecahan masalah dan kreativitas siswa.

5. Sebagai sumbangan pemikiran dan bahan acuan pengembang

kurikulum, lembaga pendidikan dan pengelolaannya dalam

penerapannya menjadi salah satu alternatif.

1.7. Defenisi Operasional

Untuk penelitian ini, digunakan beberapa istilah. Supaya makna dan

interpretasi terhadap istilah sesuai dengan apa yang dimaksud dalam penelitian

ini maka perlu defenisi operasional dari istilah-istilah yang digunakan yaitu:

1. Pendekatan penemuan terbimbing adalah suatu pendekatan pembelajaran

yang menekankan pada aktivitas siswa dalam menemukan sendiri

pemahaman mereka terhadap konsep-konsep matematika.

2. Masalah open-ended adalah masalah yang memiliki lebih dari satu

penyelesaian yang benar dan siswa boleh menjawab dengan caranya sendiri

tanpa harus mengikuti proses pengerjaan yang sudah ada.

3. Pendekatan penemuan terbimbing berbasis masalah open-ended adalah proses

(47)

menemukan pengetahuan siswa sendiri dengan bantuan masalah masalah

yang memiliki banyak cara penyelesaian masalah.

4. Pembelajaran ekspositori adalah pembelajaran dimana guru menerangkan dan

memberi contoh soal selanjutnya memberikan soal latihan pada siswa.

5. Pemecahan masalah merupakan penyelesaian masalah (soal) cerita yang tidak

rutin, sangat kompleks, mengaplikasikan matematika dalam kehidupan

sehari-hari atau keadaan lain, atau menciptakan/membuktikan yang memuat

aktivitas matematika secara aktif, dinamik, eksploratif.

6. Kreativitas matematik siswa adalah kemampuan siswa memecahkan masalah

yang memenuhi indikator kelancaran (fluency), keluwesan atau fleksibilitas

(flexibility), Kerincian atau elaborasi (elaboration), orisinalitas (originality).

7. Respon siswa merupakan perilaku yang timbul sebagai hasil masuknya

stimulus yang diberikan guru kepada siswa atau tanggapan untuk mempelajari

sesuatu dengan perasaan senang.

8. Aktifitas aktif siswa adalah segala bentuk kegiatan belajar yang dilakukan

oleh siswa ketika proses pembelajaran berlangsung.

9. Proses jawaban siswa adalah uraian jawaban siswa dalam menyelesaikan

(48)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1.Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan temuan penelitian selama pembelajaran

penemuan terbimbing berbasis masalah open-ended dengan menekankan pada

kemampuan pemecahan masalah dan kreativitas matematik maka peneliti

memperoleh kesimpulan sebagai berikut :

a. Kemampuan pemecahan masalah matematik siswa yang mendapat

pemeblajaran penemuan terbimbing berbasis masalah open-ended lebih baik

dibanding siswa yang mendapat pembelajaran ekspositori.

b. Kreativitas siswa yang mendapat pembelajaran penemuan terbimbing

berbasis masalah open-ended lebih baik dari pada siswa yang mendapat

pembelajaran ekspositori.

c. Aktvitas aktif siswa dengan pembelajaran penemuan terbimbing berbasis

masalah open-ended memenuhi batas toleransi waktu ideal.

d. Respon siswa terhadap komponen dan proses pembelajaran penemuan

terbimbing berbasis masalah open-ended adalah positif. Pembelajaran ini

membuat siswa senang, lebih berani, tertarik untuk mengikuti pembelajaran

berikutnya dengan pendekatan penemuan terbimbing berbasis masalah

open-ended serta menumbuhkan rasa kebersamaan dalam belajar melalui diskusi

(49)

5.2.saran

Berdasarkan hasil penelitian ini, pembelajaran matematika dengan

pendekatan penemuan terbimbing berbasis masalah open-ended baik diterapkan

pada kegiatan pembelajaran matematika. Saran yang dapat diberikan oleh peneliti

adalah sebagai berikut:

1. Bagi guru

a. Pembelajaran penemuan terbimbing berbasis masalah open-ended baik

diterapkan pada pembelajaran matematika di sekolah karena dapat

meningkatkan kemampuan pemecahan masalah dan kreativitas matematik.

b. Guru matematika hendaknya dapat menciptakan suasana pembelajaran yang

menyenangkan, memberi kesempatan pada siswa untuk mengungkapkan

gagasannya dalam bahasa dan cara mereka sendiri, berani beragumentasi

sehingga siswa akan lebih percaya diri dan kreatif dalam menyelesaikan

masalah yang dihadapinya seperti pada pembelajaran penemuan terbimbing

berbasis masalah open-ended.

2. Bagi lembaga terkait

Adapun saran yang dapat peneliti berikan adalah:

a. Pembelajaran penemuan terbimbing masih asing bagi guru, padahal semua

rumus matematika merupakan hasil dari penemuan. Oleh karena itu perlu

disosialisaikan pada sekolah atau lebaga terkait.

b. Masalah open-ended merupakan masalah yang memiliki banyak cara

(50)

lembaga terkait selalu mengupayakan pembelajaran sehari-hari selalu

memasukkan masalah open-ended dalam pembelajaran yang dapat

meningkatkan kemampuan pemecahan masalah dan memacu daya

kreativitas siswa dalam menyelesaikannya.

3. Bagi penelitian lanjutan

a. Dapat dilakukan penelitian lanjutan dengan pembelajaran penemuan

terbimbing berbasis masalah open-ended dalam meningkatkan

kemampuan pemecahan masalah dan kreativitas matematik siswa dengan

lebih masikmal sehingga diperoleh hasil penelitian yang maksimal

tentunya.

b. Penelitian lanjutan yang membandingkan penemuan terbimbing dengan

ekspositori hendaknya menyajikan masalah yang sama juga agar tidak

terjadi kesenjangan, artinya yang menyebkan perbedaan bukan karena

(51)

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, (2003), Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta.

Agung, IGN. (1992). Metode Penelitian Sosial (Pengertian dan Pemakaian

Praktisi). Bagian I. Jakarta: Garamedia.

Ambarita, J. Pembelajaran Matematika SMU Dengan Pendekatan PMR, Seminar

Nasional dan Workshop Pendidikan Matematika di Jurusan Matematika FMIPA UNIMED, tanggal 29-30 agustus 2004.

Ambarita, (2005), Belajar Mengajar Matematika, FMIPA UNIMED, Medan.

Anderson, Lorin W, Kartwohl,David R, (2001), A taxonomy for learning,

teaching and Assessing, a revision of bloom taxonomy for education objectivis, New York, Addition Wesly Longmann, inc.

Arends, I.R. (2008). Learning to Teach. (7rd Edition). New York : McGraw HillCompanies.

Arikunto, Suharsimi. (1993). Dasar-dasar evaluasi pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara

Armanto, Dian. (2001). Aspek perubahan pendidikan dasar matematika melalui

pendidikan matematika realistik.Makalah, disajikan dalam seminar

nasional “RME”. Medan: Depag Propinsi Sumatera Utara.

Brooks, J.G, dan Brooks, M.G. (1993). In research of understanding the case of

instructional classrooms. Alexandria. Virginia: AECD

Coney, TJ, Davis, EJ, Henderson, KB, (1973). Dynamic of Teaching secondary

school Matemathic, Boston: Houcton Mifflin Compeny.

Dahar, R W, (1989), Teori-teori Belajar, Jakarta, Erlangga.

Depdiknas. (2003). Kurikulum 2004 mata pelajaran matematika SMA. Jakarta: Depdiknas.

--- (2004). Peraturan Dirjen Dikdasmen No. 506/C/PP/2004 tanggal

11November 2004 tentang Penilaian Perkembangan Anak Didik Sekolah MenengahPertama (SMP). Jakarta: Ditjen Dikdasmen Depdiknas.

Dimyati dan Mudjiono, (2000), Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Rineka Cipta. Djamarah, B.S. (2006). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta Rineka Cipta

(52)

Hamalik, Oemar. (1999). Kurikulum dan pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

Herman Tatang (2004) Prosiding Seminar Nsional Matematika: “pembelajaran matematika Berbasis masalah dalam Upaya Meningktkan Kemampuan

Penalaran siswa SMP”, Bandung, UPI.

Heru Basuki, (2008) http://www.peduli-matematika.org/news.php?extend.13

Hudojo. (1990). Strategi belajar mengajar matematika. Jakarta Depdikbud.

---, (1998), Belajar Mengajar Matematika, Depdikbud P2LPTK, Jakarta.

---, (2001). Mengembangkan kurikulum dan pembelajaran matematika. Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA UM Malang.

Hudojo, Herman. (1988). Mengajar belajar matematika. Jakarta: Depdikbud.

Tjalla, Awaluddin (2008), Potret Mutu Pendidikan Indonesia Ditinjau dari

Hasil-hasil Studi

Internasional,(http://www.webometrics.info/top100_continent.asp?cont=

asia

Kasma. (2006). Peningkatan model kooperatif dengan kemampuan pemecahan masalah. Bandung:Program pasca sarjana UPI bandung

Kuhlthau, C.C. (2006). Guided Inquiry Learning In The 21st Century. Westport,

CT:Libraries Unlimited

Marpaung,Yansen, (2005). Meningkatkan kualitas pendidikan matematika dengan

pembelajaran yang manusiawi (Makalah disampaikan pada seminar

nasional matematika di FKIP UIM). Malang: Universitas Islam Malang

Masykur, M., dan Fathani, AH. 2007. Mathematical Intelligece, Yogyakarta: Ar-Ruzz Media

Munandar,U. (1990). Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah.Jakarta: PT GramediaWidiasarana Indonesia.

--- (1999), kreativitas dan keberbakatan, strategi mewujudkan potensi kreatif dan bakat. Jakarta. PT. Gramedia.

--- (2009). Pengembangan Kreativitas anak berbakat. Rineka Cipta, Jakarta.

Gambar

Tabel 4.40. Analisis varians untuk uji keberartian regresi
Gambar 4.36. Perolehan siswa untuk Indikator  Penguraian

Referensi

Dokumen terkait

Penulis selaku calon pengajar merasa berkewajiban untuk menanggulangi permasalahan tersebut yaitu dengan melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan taktis

[r]

X = perlakuan, yaitu pembelajaran permainan kasti dengan menggunakan model pendekatan taktis. Di dalam desain ini, observasi dilakukan sebanyak dua kali yaitu sebelum

Hak-hak atas tanah bekas hak barat yang didaftar menurut Overschrijvingsordonnantie (S. 1884), yang terletak di daerah-daerah di mana pendaftaran tanah belum diselenggarakan menurut

Studi Perbandingan Kemampuan Komunikasi Matematik dan Kemandirian Belajar Siswa pada Kelompok Siswa yang Belajar Reciprocal Teaching dengan Pendekatan Metakognitif

Berdasarkan hasil wawancara yang telah penulis lakukan dengan Harun Zainal selaku ketua Umum Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Pao Tombolo menerangkan bahwa strategi

Penelitian yang dilakukan oleh Gian Dwi Oktiana, dalam skripsinya yang berjudul, " Pengembangan Media Pembelajaran Berbasis Android Dalam Bentuk Buku Saku Digital

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penelitian pengembangan yang dilakukan telah menghasilkan bahan perkuliahan kompilasi mata kuliah Persamaan