• Tidak ada hasil yang ditemukan

BENTUK TARI BEKHU DIHE PADA MASYARAKAT ALAS KABUPATEN ACEH TENGGARA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "BENTUK TARI BEKHU DIHE PADA MASYARAKAT ALAS KABUPATEN ACEH TENGGARA."

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

BENTUK TARI BEKHU DIHEPADA MASYARAKAT

ALAS KABUPATEN ACEH TENGGARA

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh :

DESI PELITA WATI

NIM : 2101142005

JURUSAN SENDRATASIK

FAKULTAS BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha

Esa atas berkat rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

Skripsi yang berjudul “Bentuk Tari Bekhu Dihe Pada Masyarakat Alas

Kabupaten Aceh Tenggara”. Skripsi ini disusun untuk memperoleh Gelar

Sarjana S-1 Pendidikan Seni Tari Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri

Medan. Shalawat dan salam dipersembahkan kehadiran Nabi besar Muhammad

SAW sebagai pembawa rahmat bagi alam semesta.

Penulis menyadari bahwa penulisan Skripsi ini tidak akan dapat

terselesaikan dengan baik tanpa bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu

penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih yang sedalam-dalamnya kepada

semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan Skripsi ini.

Maka pada kesempatan ini dengan rasa hormat, ketulusan dan kerendahan

hati, penulis mengucapkan terimakasih kepada :

1. Prof. Dr. Ibnu Hajar Damanik, M.Si. selaku Rektor Universitas Negeri

Medan

2. Dr. Isda Pramuniati, M.Hum, selaku Dekan Fakultas Bahasa dan Seni

Universitas Negeri Medan.

3. Dra. Tuti Rahayu, M.SI selaku Ketua Jurusan Sendratasik

4. Nurwani, S.S.T, M.Hum selaku Ketua Prodi Pendidikan Seni Tari

Jurusan Sendratasik.

5. Martozet, S.Sn, M.A, selaku Dosen Pembimbing Skripsi I

(7)

7. Drs. Inggit Prasetiawan, M,Sn, selaku Dosen Pembimbing Akademik

8. Kedua orang tua yaitu Ayahanda tercinta Zulfan dan Ibunda tersayang

Megawati yang telah memberikan segenap kasih sayang serta

dukungan penuh kepada penulis serta doa yang selalu menyertai

sehingga dapat menyelesaikan Skripsi ini dalam meraih gelar S-1

pendidikan Universitas Negeri Medan

9. Abang tersayang Pipit Eko Setiawan, Adinda tercinta Yuliana Sari dan

Yossy Adetya yang telah memberi doa dan semangat bagi penulis

untuk dapat dengan segera menyelesaikan Skripsi ini.

10.Bapak Jumaidin selaku narasumber

Disadari bahwa Skripsi ini masih memiliki kelemahan baik isi maupun

tata bahasa, oleh karenanya penulis mengharapkan kritik dan saran

yang membangun dari pembaca demi sempurnanya Skripsi ini.

Kiranya isi Skripsi dapat bermanfaat dalam memperkaya khasanah

ilmu Pengetahuan. Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih.

Medan, 2014 Penulis

(8)

ABSTRAK

DESI PELITA WATI, NIM 2101142005 Bentuk Tari Bekhu Dihe Pada Masyarakat Alas Kabupaten Aceh Tenggara. Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan, 2014.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana bentuk tari Bekhu Dihe diantaranya tema, gerak, iringan musik dan busana yang digunakan dalam tari Bekhu Dihe pada Masyarakat Alas Kabupaten Aceh Tenggara.

Landasan teoritis yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori-teori yang berhubungan dengan topik pembahasan. Adapun teori yang digunakan adalah teori bentuk dengan kerangka konseptual sebagai penjabaran masalah yang terdapat di dalamnya.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif yang memberikan gambaran, uraian, keterangan, tentang suatu keadaan yang sedang terjadi berdasarkan fakta-fakta yang ada di lapangan. Pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi lapangan dan wawancara dengan beberapa narasumber untuk mendapatkan data yang valid. Adapun yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah tokoh seniman atau penari dan masyarakat yang mengetahui tentang tari Bekhu Dihe.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tari Bekhu Dihe merupakan tari kreasi daerah yang berasal dari kabupaten Aceh Tenggara. Tarian ini diciptakan oleh seniman Alas yang bernama Alm. Uan Serakat pada tahun 1987. Secara tematis tari Bekhu Dihe diangkat dari kisah legenda cinta segitiga antara Bekhu Dihe, sipihir ,dan Bekhu Dinam. Namun koreografer tidak menuangkan kisah percintaan mereka melainkan menggambarkan tentang bagaimana sosok Bekhu Dihe. Bekhu Dihe merupakan anak dari seorang raja yang memiliki paras yang cantik, dan kepribadian yang baik. Tarian ini ditarikan oleh penari wanita dengan gerakan yang lemah lembut yang mencerminkan kemolekan dan keceriaan yang dimiliki oleh Bekhu Dihe. Busana yang dipakai oleh penari adalah busana adat Alas umumnya yaitu baju mesikhat dengan paduan celana panjang dan uis atau kain songket khas Alas. Adapun alat musik yang digunakan sebagai pengiring tari adalah canang tilu dan bansi. Tidak ada pola lantai yang khusus didalamnya, pola lantai tergantung pada kebutuhan yang diinginkan dalam suatu pertunjukan.

(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1. Kecamatan di Kabupaten Aceh Tenggara ... 23

Tabel 4.2. Data tentang Kabupaten Aceh Tenggara ... 25

(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1. Peta Letak Geografis Kabupaten Aceh Tenggara ... 24

Gambar 4.2. Simbol Pemerintahan Kabupaten Aceh Tenggara ... 25

Gambar 4.1. Bansi ... 49

Gambar 4.2. Canang Situ ... 49

Gambar 4.3. Baju Meusikhat Tampak Depan dan Belakang ... 50

Gambar 4.5. Uis atau Kain Songket ... 50

(11)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Provinsi Aceh merupakan salah satu provinsi yang ada di Indonesia yang

terletak diujung pulau Sumatera. Provinsi Aceh terbagi menjadi 18 wilayah

kabupaten dan 5 (lima) wilayah kotamadya. Kutacane merupakan salah satu

kabupaten yang terletak di Tenggara provinsi Aceh yang berbatasan dengan

kabupaten Karo, provinsi Sumatera Utara. Aceh Tenggara lebih multikultural

dibanding Aceh bagian Tengah (Aceh Tengah, Bener Meriah dan Gayo Lues)

yakni didiami oleh lebih dari 3 suku yaitu: suku Alas sebagai suku dominan yang

menempati kabupaten ini diikuti oleh suku Singkil, Aceh, Karo, Batak, Gayo,

Jawa, Minangkabau, Mandailing, Nias dan suku Aneuk Jamee.

Kabupaten ini memiliki suatu hal yang disyukuri, karena mempunyai

masyarakat yang majemuk tetapi hampir tidak ada terdengar sama sekali

kerusuhan yang melibatkan sara (suku, agama, dan ras), masyarakatnya mampu

menjaga perdamaian sampai saat ini. Suku Alas merupakan suku terbesar yang

mendiami kabupaten Aceh Tenggara (yang juga lazim disebut Tanah Alas). Kata

"alas" dalam bahasa Alas berarti "tikar". Hal ini ada kaitannya dengan keadaan

daerah itu yang membentang datar seperti tikar disela-sela Bukit Barisan. Daerah

Tanah Alas dilalui banyak sungai, salah satu diantaranya adalah Lawe Alas

(Sungai Alas).

Sama halnya dengan suku yang lainnya yang ada diseluruh pelosok

(12)

yang diwariskan oleh nenek moyang mereka sebagai identitas masyarakat

tersebut.

Kebudayaan merupakan perwujudan dari hasil pemikiran manusia yang

diaplikasikan kedalam kehidupan sehari-hari dalam bermasyarakat. Begitu

banyaknya suku budaya yang tersebar diseluruh nusantara memiliki warisan

kebudayaan yang berbeda-beda, itu menyimbolkan sebagai pencerminan karakter

atau ciri khas dari masing-masing manusia yang ada pada tiap suku budaya.

Didalam kebudayaan mencakup begitu banyak aspek-aspek kehidupan baik dari

segi nilai-nilai dalam kehidupan, hukum adat, bahasa, organisasi sosial, kesenian

dan lain sebagainya.

Koentjaraningrat (1925 : 25) menyatakan “kebudayaan adalah keseluruhan

dari hasil kelakuan manusia yang teratur oleh tata kelakuan yang harus didapat

dengan cara belajar dan semua itu tersusun dalam kehidupan masyarakat. Salah

satu bentuk nyata atau wujud dari kebudayaan yang merupakan kompleks ide–ide,

gagasan serta hasil karya manusia adalah kesenian”.

Kalimat terakhir dari pendapat Kontjaraningrat diatas menyatakan

perwujudan yang kompleks dari suatu kebudayaan adalah kesenian. Semua suku

budaya didunia pastilah memiliki berbagai bentuk kesenian sesuai dengan ciri

khas budayanya masing-masing. Begitu juga dengan kesenian yang ada

dimasyarakat suku Alas, Kutacane kabupaten Aceh Tenggara.

Suku Alas mempunyai banyak tradisi kebudayaan yang unik dan

merupakan salah satu warisan untuk suku asli di Indonesia. Tradisi ini diwariskan

(13)

keasliannya. Tradisi yang sudah menjadi bagian dari adat istiadat dan kesenian

daerah ini diantaranya adalah Tangis Dilo (Tangisan Sebelum Subuh),

Pemamanen (Undangan dari Pihak perempuan), Melagam (Syair dalam bentuk

cerita yang didramakan), Sesukuten (Cerita legenda, dongeng), Ngerane

(berpantun) yang dilakukan oleh orang tua yang pandai bicara, Anggun Dodang

(Mengayun Anak) dan masih banyak kesenian lainnya, termasuk jenis tari-tarian

yang menjadi tradisi sosial kebudayaan asli suku Alas Aceh Tenggara. Beberapa

tarian yang berasal dari suku Alas seperti tari Meusekat, tari Ndurung, tari Bekhu

Dihe, tari Belo Mesusun, tari Muwed Kuang, Pelebat, Landok Alun, dan

dalam memperebutkan cinta Bekhu Dihe. Setelah cinta Bekhu Dihe jatuh kepada

Si Pihir, Konflik lain yang terjadi adalah terjadi kembali cinta segitiga antara

Bekhu Dihe, Si pihir dan Bekhu Dinam, namun akhir dari kisah ini adalah

bersatunya cinta Bekhu Dihe dan Si Pihir laki-laki yang sangat dicintainya.

Tari Bekhu Dihe diciptakan oleh seorang seniman suku Alas yang bernama

Alm. Uan Serakat pada tahun 1987. Beliau adalah seorang koreografer yang

menciptakan tarian ini karena tertarik dan terinspirasi dari cerita rakyat yang

(14)

tidak menuangkan kisah percintaan Bekhu Dihe dalam tarian ini melainkan

menggambarkan tentang kepribadian, kecantikan, kemolekan dan keceriaan yang

dimiliki oleh Bekhu Dihe, tujuannya agar dapat menjadi panutan bagi masyarakat

Alas untuk memilki kepribadian yang baik seperti Bekhu Dihe.

Tarian ini merupakan tarian tunggal yang dapat ditarikan secara

berpasangan maupun kelompok, dengan jumlah penari genap maupun ganjil

sesuai pola lantai yang diinginkan. Bentuk gerak yang ada pada tarian ini

memiliki berbagai ragam gerak, diantaranya adalah gerakan lemah gemulai yang

mencerminkan bagaimana kepribadian dan kemolekan yang dimiliki oleh Bekhu

Dihe.

Busana yang digunakan dalam tarian ini adalah busana khas adat Aceh

Tenggara yaitu mesikhat dan uis, adapun alat musiknya adalah bansi ( alat musik

tiup ), dan canang tilu ( alat musik pukul ). Tempo yang digunakan beraturan,

mulai dari pelan hingga agak cepat, gerakan-gerakan yang dilakukan dalam tari

Bekhu Dihe sesuai dengan tempo musik.

Tari Bekhu Dihe berfungsi sebagai tari hiburan, hingga saat ini tari Bekhu

Dihe terus dipertunjukan, tidak hanya sebagai tarian yang digunakan untuk

menyambut tamu yang dihormati, tari Bekhu Dihe juga hadir ditengah-tengah

masyarakat untuk festival, dan acara hiburan lainnya.

Mengingat agar tari Bekhu Dihe tetap hidup dan berkembang dalam

kehidupan masyarakat suku Alas. Pendeskripsian ini merupakan salah satu upaya

untuk menjaga dan melestarikan. Berdasarkan uraian diatas, peneliti merasa

(15)

judul Bentuk Tari Bekhu Dihe Pada Masyarakat Alas Kabupaten Aceh

Tenggara”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan penjabaran diatas, penulis membuat beberapa identifikasi

masalah agar dapat diketahui hal-hal apa saja yang akan dibahas dalam penelitian

ini selanjutnya, yaitu:

1. Bagaimana sejarah tari Bekhu Dihe pada masyarakat Alas kabupaten Aceh

Tenggara?

2. Bagaimana bentuk tari Bekhu Dihe pada masyarakat Alas kabupaten Aceh

Tenggara?

3. Bagaimana fungsi tari Bekhu Dihe pada masyarakat Alas kabupaten Aceh

Tenggara?

4. Bagaimana peranan tari Bekhu Dihe pada masyarakat Alas kabupaten Aceh

Tenggara?

5. Bagaimana perkembangan tari Bekhu Dihe pada masyarakat Alas

kabupaten Aceh Tenggara?

C. Pembatasan Masalah

Ada beberapa masalah yang diuraikan pada identifikasi masalah, penulis

membatasi beberapa masalah tersebut menjadi satu titik fokus permasalahan yaitu

(16)

Bagaimana bentuk tari Bekhu Dihe pada masyarakat Alas Kabupaten

Aceh Tenggara?”

D. Perumusan Masalah

Melihat uraian dan penjabaran dari latar belakang diatas maka akan

muncul berbagai macam masalah dan pertanyaan-pertanyaan. Maka agar

penelitian ini lebih terarah, lebih fokus dan tidak terlalu melebar maka penulis

merumuskan masalah dalam penelitian ini mengenai “Bagaimana Bentuk Tari

Bekhu Dihe pada masyarakat Alas Kabupaten Aceh Tenggara”.

E. Tujuan Penelitian

Segala hal yang dilakukan oleh seseorang pastilah memiliki suatu tujuan.

Pada dasarnya penelitian ini berusaha menggali suatu bentuk karya tari yang ada

pada masyarakat suku Alas. Penelitian ini difokuskan pada tari Bekhu Dihe yang

mencerminkan kecantikan dan kemolekan seorang gadis. Penelitian ini

merupakan langkah untuk merealisasikan, melestarikan dan mengembangkan

serta menyebarluaskan kesenian tradisional sehingga perlu dikaji keberadaan tari

ini dalam seni budaya daerah. Didorong keinginan untuk menerapkan

pengetahuan diperoleh semasa kuliah, maka penelitian ini bertujuan untuk:

Mendeskripsikan bentuk tari Bekhu Dihe pada masyarakat Alas

(17)

F. Manfaat Penelitian

Selain memiliki tujuan, suatu penelitian juga diharapkan memiliki

manfaat. Dengan adanya tujuan yang tertera diatas, maka terdapat beberapa

manfaat dalam penelitian ini. Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1.Sebagai informasi kepada penulis dalam menambah pengetahuan dan

wawasan mengenai tari Bekhu Dihe

2.Sebagai sumber informasi bagi setiap pembaca, khususnya dibidang seni

tari.

3.Sebagai bahan referensi bagi mahasiswa Universitas Negeri Medan

maupun peneliti-peneliti lainnya yang akan melaksanakan penelitian

dengan topik yang berkaitan.

4.Berguna untuk membangkitkan semangat masyarakat agar tetap menjaga

kelestarian tari tradisi, dalam hal ini tari Bekhu Dihe menanamkan

kreatifitas pada masyarakat. Semoga penelitian ini dapat menjadikan tari

Bekhu Dihe makin lebih dikenal tidak hanya dikalangan masyarakat Alas

tetapi juga masyarakat lain diluar Kutacane, sehingga tari Bekhu Dihe

dapat terjaga kelestariannya.

5.Menambah kajian pustaka bagi Universitas Negeri Medan khususnya

(18)

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kebudayan adalah suatu perilaku atau perbuatan yang biasa dilakukan

oleh seseorang atau suatu kelompok masyarakat sehingga hal ini menjadi suatu

tradisi yang nantinya akan dapat diterusakan dari satu generasi ke generasi

selanjutnya, kebudayaan terbentuk dari banyak unsur termasuk yang berhubungan

dengan manusia misalnya suku bangsa, cara berfikir masyarakat, sistem

kekerabatan, sifat serta tabiat maupun kelaziman berpikir manusia. Kebudayaan

yang tidak dapat terpisahkan dalam kehidupan masyarakat, oleh karena

kebudayaan lahir dan tumbuh dari diri masyarakatnya sendiri. Kebudayaan adalah

manusia adalah dua hal yang saling berkaitan. Manusia dengan kemampuan

akalnya membentuk budaya, dan kebudayaan dengan nilai-nilainya menjadi

landasan moral dalam kehidupan manusia.

Setelah melakukan penelitian secara menyeluruh, melalui observasi dan

pengamatan dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Tari Bekhu Dihe merupakan salah satu tarian warisan budaya masyarakat

Alas di Kutacane, kabupaten Aceh Tenggara. Tarian diangkat dari legenda

atau cerita rakyat Bekhu Dihe yang menceritakan kisah cinta segitiga antara

Bekhu Dihe, si Pihir dan Bekhu Dinam, namun koreografer tertarik untuk

mengangkat kedalam sebuah tarian bukan karena kisah cinta tersebut

melainkan tertarik dengan kemolekan dan keceriaan yang dimiliki oleh

(19)

memberi tema keceriaan untuk menggambarkan sosok Bekhu Dihe sebagai

wanita tercantik di zamannya.

2. Untuk bentuk penyajiannya, tarian ini merupakan tarian tunggal yang dapat

ditarikan secara berpasangan maupun kelompok, ditarikan oleh wanita, atau

gadis-gadis remaja. Sebagai pengiring digunakan alat musik yaitu bansi dan

canang tilu. Tari Bekhu Dihe merupakan tarian yang hadir ditengah-tengah

masyarakat untuk menyambut tamu, perkawinan bahkan tarian ini kerap

digunakan sebagai perlombaan untuk acara tertentu.

B. Saran

1. Pengkajian khusus untuk tari tradisi Alas agar tidak terancam

kepunahannya dari berbagai bidang, baik dari penulisan sejarahnya

ataupun pendokumentasian bentuk tarinya secara utuh, sehingga tetap

bertahan dan dapat ditunjukan kepada generasi selanjutnya.

2. Mempertahankan tiap ragam gerak Tari Bekhu Dihe kepada para generasi

muda atau para seniman agar tetap terjaga keberadaannya ditengah-tengah

masyarakat Alas sebagai warisan budaya yang menjadi simbol dan cermin

budaya suku Alas yang dapat dibanggakan.

3. Terus berupaya untuk melestarikan kesenian tradisional khusunya tari

Bekhu Dihe dengan kondisi yang asli, agar tidak mengalami kemerosotan

(20)

4. Melestarikan Tari Bekhu Dihe agar generasi muda penerus bangsa baik

yang berasal dari suku Alas di Kutacane maupaun diluar dari itu dapat

(21)

DAFTAR PUSTAKA

Ariga, Silvi, 2007, Lima Tari Wajib Pada Upacara Perkawinan Masyarakat Singkil di Kecamatan Subulussalam Simpang Kiri Kabupaten Aceh Singkil ( Skripsi di Jurusan Sendratasik Fakultas Bahasa dan Seni UNIMED), FBS, Unimed, Medan

Arikunto, 1995.Management Penelitian, RinekaCipta, Jakarta

_______, 1996. ProsedurPenelitian.RinekaCipta, Jakarta

Bahari, Nooryan, 2008, Kritik Seni, Pustaka Pelajar, Jakarta.

Dharsono, 2007, Estetika, Rekayasa Sains, Bandung.

Endraswara, Suwardi, 2006, Metode, Teori, Teknik Penelitian Kebudayaan, Pustaka Widyatama, Sleman..

Ihromi, 1981, Pokok Antropologi Budaya, Gramedia, Jakarta.

Ismaini Maya, 2011, AdatdanBudaya Aceh. NAD

Kayam, Umar, 1981, Seni Tradisi dan Masyarakat, Sinar Harapan, Jakarta.

Koentjaraningrat, 2004, Kebudayaan Mentalitas dan Pengembangan, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Kusumahayati, Hermin, AM.(1990). Makna Tari Dalam Upacara di Indonesia. Pidato Ilmiah Pada Dies Natalis, VI, ISI, Yogyakarta.

Mery La, 1986.Dance Composition Thebasis elements. TerjemahanSoedarsono, Yogyakarta :legaligo

Mohammad, Ali, 1983, Penelitian Pendidikan Ilmiah dan Metode Tehnik, Tasiro, Bandung

Parani, Yulianti, 1953, Sejarah Tari Umum, Lembaga Pendidikan Tinggi Kesenian, Jakarta

Sedyawati, Edi 2006, Budaya Indonesia Kajian Arkeologi, Seni dan Sejarah, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.

(22)

__________, 1976, Pengantar Pengetahuan Tari dan Komposisi Tari, Akademi Seni Tari Indonesia, Yogyakarta.

Suwandi, Basrow, 2008, Memahami Penelitian Kualitatif, Rineka Cipta, Jakarta

Suryabrata, Sumadi, 1983, Metodologi Penelitian, UGM, Yogyakarta.

W.J.S. Poerwadarminta, 1982, Kamus Umum Bahasa Indonesia, PN Balai Pustaka

Eka Yulina Fitri, 2013, Keberadaan Tari pada Masyarakat Suku Alas Kutacane Kajian Tentang :Tari Ngaleng Lawe. ( Skripsi di Jurusan Sendratasik Fakultas Bahasa dan Seni UNIMED), FBS, Unimed, Medan

Daftar Acuan Internet Dan Multimedia

http://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Aceh_Tenggara

Gambar

Tabel 4.1. Kecamatan di Kabupaten Aceh Tenggara .........................................
Gambar 4.1. Peta Letak Geografis Kabupaten Aceh Tenggara .......................... 24

Referensi

Dokumen terkait

Sebagai salah satu pemain dalam industri elektronik, PT. Max Top juga menghadapi beberapa pesaing potensial yang bermaksud akan mengikuti inovasi yang dilakukan

atau terdiri dari orang tua, kaum muda, dan sebagainya. Mengenai kelompok tua dan muda, Aristoteles dengan tepat mengemukakan pendapatnya “ kaum muda sangat optomis, sangat

Pengertian potensi diri adalah kemampuan yang dimiliki setiap pribadi (individu) yang mempunyai kemungkinan untuk dikembangkan dalam berprestasi.. Potensi diri adalah

Subsistem pra produksi merupakan bagian yang terpenting yang perlu diperhatiakan untuk memaksimalkan hasil yang akan diperoleh dari usaha agribisnis bawang merah.

ما ساسأ ىلع ما عم ةلباق ملع ةغللا دما ذ ي ةيبرعلا ةسر ةذاتسأ ي ماع لا نسح ،اهسيردت نع نأ ةيبرعلا ةغللا سيردتلا ةيلمع عامتساا ةراهم ي توص مدختسي ما كلذلو

Diketahui data penduduk Kecamatan Wanareja pada tahun 2000 menurut kelompok umur sebagai berikut

procedure atasbawahClick(Sender: TObject); procedure atasClick(Sender: TObject); procedure bawahClick(Sender: TObject); procedure kananClick(Sender: TObject);

[r]