• Tidak ada hasil yang ditemukan

KANDUNGAN NUTRISI WAFER RANSUM KOMPLIT BERBASIS AMPAS SAGU DENGAN LEVEL BERBEDA UNTUK TERNAK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "KANDUNGAN NUTRISI WAFER RANSUM KOMPLIT BERBASIS AMPAS SAGU DENGAN LEVEL BERBEDA UNTUK TERNAK "

Copied!
70
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

KANDUNGAN NUTRISI WAFER RANSUM KOMPLIT BERBASIS AMPAS SAGU DENGAN LEVEL BERBEDA UNTUK TERNAK

RUMINANSIA

Oleh:

DONNY DAMARA 11780113738

PROGRAM STUDI PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN DAN PETERNAKAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU PEKANBARU

2022

(2)

SKRIPSI

KANDUNGAN NUTRISI WAFER RANSUM KOMPLIT BERBASIS AMPAS SAGU DENGAN LEVEL BERBEDA UNTUK TERNAK

RUMINANSIA

Oleh:

DONNY DAMARA 11780113738

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Sarjana Peternakan

PROGRAM STUDI PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN DAN PETERNAKAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU PEKANBARU

2022

(3)

HALAMAN PENGESAHAN

Judul : Kandungan Nutrisi Wafer Ransum Berbasis Ampas Sagu Dengan Level Berbeda untuk Ternak Ruminansia

Nama : Donny Damara

NIM : 11780113738

Program Studi : Peternakan

Menyetujui,

Setelah diuji pada tanggal 13 Desember 2022

Pembimbing I

Dr. Triani Adelina, S.Pt., M.P NIP. 19760322 200312 2 003

Pembimbing II

Dewi Ananda Mucra, S.Pt., M.P NIP. 19730405 200701 2 027

Mengetahui:

Dekan,

Fakultas Pertanian dan Peternakan

Dr. Arsyadi Ali, S.Pt, M.Agr.Sc NIP. 19710706 200701 1 031

Ketua,

Program Studi Peternakan

Dr. Triani Adelina, S.Pt., M.P NIP. 19760322 200312 2 003

(4)

HALAMAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah diuji dan dipertahankan di depan tim penguji ujian Sarjana Peternakan pada Fakultas Pertanian dan Peternakan

Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau dan dinyatakan lulus pada tanggal 13 Desember 2022

No. Nama Jabatan Tanda Tangan

1. Muhamad Rodiallah, S.Pt., M.Si Ketua 1.

2. Dr. Triani Adelina, S.Pt., M.P Anggota 2.

3. Dewi Ananda Mucra, S.Pt., M.P Anggota 3.

4. Jepri Juliantoni, S.Pt., M.P Anggota 4.

5. Dr. Arsyadi Ali, S.Pt., M.Agr. Sc Anggota 5.

(5)

SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Donny Damara

Nim : 11780113738

Tempat /Tgl. Lahir : Buluh Cina/ 01 Oktober 1998 Fakultas/Pascaserjana : Pertanian dan Peternakan

Judul Skirpsi : Kandungan Nutrisi Wafer Ransum Komplit Berbasis Ampas Sagu Dengan Level Berbeda Untuk Ternak Ruminansia

Menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa:

1. Penulisan Skripsi dengan judul sebagaimana tersebut di atas adalah hasil pemikiran sendiri.

2. Semua kutipan pada karya tulis saya ini sudah disebut sumbernya.

3. Oleh karena itu Skripsi saya ini, saya nyatakan bebas dari plagiat.

4. Apabila dikemudian hari terbukti terdapat plagiat dalam penulisan Skripsi saya tersebut, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan

perundang-undangan.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan penuh kesadaran dan tanpa paksaan dari pihak manapun juga.

Pekanbaru, 13 Deseember 2022 Yang membuat pernyataan,

Donny Damara 11780113738

(6)

RIWAYAT HIDUP

Donny Damara dilahirkan di Kampar, Provinsi Riau pada tanggal 01 Oktober 1998. Lahir dari pasangan Bapak Jabar.M dan Ibu Cica, yang merupakan anak pertama dari dua bersaudara. Masuk sekolah dasar di SD Negeri 001 Buluh Cina, Kecamatan Siak Hulu pada tahun 2006 dan selesai pada tahun 2011.

Pada tahun 2011 penulis melanjutkan pendidikan ke sekolah lanjutan tingkat pertama di SMP Negeri 2 Siak Hulu dan tamat pada tahun 2014 di SMP Negeri 2 Siak Hulu. Pada tahun 2014 penulis melanjutkan pendidikan ke SMA Negeri 1 Siak Hulu dan tamat pada tahun 2017.

Pada tahun 2017 melalui jalur Ujian Tulis Mandiri penulis diterima menjadi mahasiswa pada Program Studi Peternakan Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau. Pada bulan Juli sampai Agustus tahun 2019 penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapang (PKL) di UPT Balai Besar Pembibitan Ternak Unggul dan Hijauan Pakan Ternak (BBPTU-HPT) Purwokerto. Pada bulan Juli sampai dengan Agustus 2020 penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Buluh Cina, Kecamatan Siak Hulu, Kabupaten Kampar, Provinsi Riau.

Pada bulan Februari 2022, penulis melaksanakan penelitian di Laboratorium Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau dan di Analisis Proksimat di Laboratorium Nutrisi dan Teknologi Pakan Fakultas Pertanian, Fakultas Pertanian dan peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau dengan judul skripsi “Kandungan Nutrisi Wafer Ransum Berbasis Ampas Sagu Dengan Level Berbeda Untuk Ternak Ruminansia”, dibawah bimbingan Dr. Triani Adelina, S.Pt., M.P dan Dewi Ananda Mucra, S.Pt., M.P.

Pada tanggal 13 Desember 2022 dinyatakan lulus melalui sidang tertutup di Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.

(7)

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Kandungan Nutrisi Wafer Ransum Komplit Berbasis Ampas Sagu Dengan Level Berbeda Untuk Ternak Ruminansia”. Skripsi ini dibuat sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan, Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.

Pada kesempatan bahagia ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang turut ikut serta membantu dan membimbing dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan baik secara langsung maupun tidak langsung, untuk itu penulis mengucapkan ribuan terima kasih kepada :

1. Teristimewa untuk kedua orang tua saya Ayahanda Jabar.M dan Ibunda Cica yang selalu menjadi motivator, penyemangat serta tempat berkeluh kesah dari awal pertama masuk kuliah hingga sampai saat ini. Adik tersayang Aldo Rifky Adiansyah yang selalu memberikan semangat dan senyuman kepada saya hingga saat ini. Kalianlah orang-orang yang sangat berharga dalam kehidupan saya yang tak akan tergantikan hingga kapan pun terimakasih atas jasa-jasa yang diberikan kepada saya yang tidak terhingga.

2. Bapak Prof. Dr. Hairunas, M.Ag selaku Rektor Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.

3. Bapak Dr. Arsyadi Ali, S.Pt., M.Agr.Sc. selaku Dekan Fakultas Pertanian dan Peternakan, Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.

4. Bapak Dr. Irwan Taslapratama, M.Sc. selaku Wakil Dekan I, Ibu Dr. Ir. Hj Elfawati, M.Si. selaku Wakil Dekan II dan Bapak Dr. Syukria Ikhsan Zam, M.Si selaku Wakil Dekan III Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.

5. Ibu Dr. Triani Adelina, S.Pt., M.P selaku Ketua Program Studi Peternakan, Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.

6. Ibu Dr. Triani Adelina, S.Pt., M.P selaku dosen pembimbing I dan Ibu Dewi Ananda Mucra, S.Pt., M.P selaku dosen pembimbing II sekaligus Penasehat Akademik (PA) yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini yang telah

(8)

banyak meluangkan waktu serta memberikan arahan dalam proses selama bimbingan.

7. Bapak Jepri Juliantoni, S.Pt., M.P selaku penguji I dan Dr. Arsyadi Ali, S.Pt, M.Agr.Sc. selaku penguji II saya yang telah memberikan kritikan dan saran dalam menyelesaikan perbaikan penulisan skripsi.

8. Untuk teman seperjuangan angkatan 2017 terkhusus kelas D serta teman- teman lainnya di kelas A, B, C dan E angkatan 2017 yang tidak dapat penulis sebutkan namanya yang telah menginspirasi melalui semangat kebersamaan dalam tholabul ‘ilmi.

9. Untuk teman sekaligus sahabat, Jamaludin Ahmad yang selalu memberikan semangat dan menemani saya dari awal penelitian hingga penulis mendapatkan gelar sarjana.

10. Para senior di peternakan, Halimatussa’diyah, S.Pt dan Leni Perianita, S.Pt, yang telah mengarahkan selama proses penelitian.

Atas segala peran dan partisipasi yang telah diberikan mudah-mudahan Allah Subbahanahu Wataala membalas jasa baik mereka dengan imbalan pahala berlipat ganda. Penulisan skripsi ini masih terdapat kekurangan yang perlu disempurnakan lagi dengan saran dan kritikan dari semua pihak. Semoga Allah SWT melimpahkan berkah dan taufik-Nya kepada kita semua dan semoga skripsi ini bermanfaat tidak hanya bagi penulis tetapi juga untuk seluruh pembaca. Amin ya rabbal’alamin.

Pekanbaru, 13 Desember 2022

Penulis

(9)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Subbahanahu Wataala yang telah memberikan kesehatan dan keselamatan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Kandungan Nutrisi Wafer Ransum Komplit Berbasis Ampas Sagu Dengan Level Berbeda Untuk Ternak Ruminansia”.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing I Ibu Dr. Triani Adelina, S.Pt., M.P dan kepada Ibu Dewi Ananda Mucra, S.Pt., M.P sebagai dosen pembimbing II yang telah banyak memberikan bimbingan, petunjuk dan motivasi. Kepada seluruh rekan-rekan yang banyak membantu penulis di dalam penyelesaian skripsi ini, yang tidak dapat penulis sebutkan satu- persatu, penulis ucapkan terima kasih dan semoga mendapatkan balasan dari Allah Subbahanahu Wataala untuk kemajuan kita semua dalam menghampiri masa depan nanti.

Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi kesempurnaan penulisan skripsi. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua baik untuk masa kini maupun untuk masa yang akan datang.

Pekanbaru, 13 Desember 2022

Penulis

(10)

KANDUNGAN NUTRISI WAFER RANSUM KOMPLIT BERBASIS AMPAS SAGU DENGEN LEVEL BERBEDA UNTUK TERNAK

RUMINANSIA

Donny Damara (11780113738)

Di bawah bimbingan Triani Adelina dan Dewi Ananda Mucra INTISARI

Ampas sagu dapat dijadikan sebagai wafer ransum komplit (WRK) dengan level ampas sagu mencapai 30%. Wafer ransum komplit (WRK) dengan level ampas sagu mencapai 30% dapat diberikan kepada ternak kambing karena memiliki kandungan nutrisi yang cukup baik untuk ternak ruminansia khususnya ternak kambing. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui kandungan nutrisi Wafer ransum komplit (WRK) dengan penambahan level ampas sagu berbeda untuk kambing. Metode penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri 5 perlakuan dan 4 ulangan yaitu P0: WRK 0% ampas sagu, P1: WRK 10% ampas sagu, P2: WRK 20% ampas sagu, P3: WRK 30% ampas sagu.

Parameter yang diukur meliputi kandungan bahan kering , protein kasar, lemak kasar, serat kasar, kadar abu dan bahan ekstrak tanpa nitrogen. Hasil penelitian ini menunjukkan perlakuan P0, P1, P2, dan P3 berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap kandungan bahan kering protein kasar, lemak kasar, serat kasar abu, serta bahan ekstrak tanpa nitrogen. Penambahan level ampas sagu sampai 30%

dapat meningkatkan bahan kering, serat kasar, abu dan menurunkan protein kasar, lemak kasar serta bahan ekstrak tanpa nitrogen. Perlakuan terbaik dari penambahan level ampas sagu 30% dengan nilai BK 62,82%, PK 6,16%, LK 4,15%, SK 11,79%, Abu 5,21% dan BETN 72,67%.

Kata kunci : Ampas sagu, wafer ransum komplit, kandungan nutrisi.

(11)

NUTRITIONT CONTENTS OF COMPLETE WAFER RATION BASED ON SAGO WASTE WITH DIFFERENT LEVELS FOR

RUMINANT LIVESTOCK

Donny Damara (11780113738)

Under the guidance of Triani Adelina and Dewi Ananda Mucra

ABSTRACT

Sago waste can be made as complete wafer ration (CWR) with the maximum level 30%. Complete wafer ration (CWR) with the maximum level 30%

which is potential as feed for goats because it has good nutritional content for ruminants particularly for goats. This research aimed to analyze nutritional content of complete wafer ration (CWR) with different levels of sago waste for goats. The study uses the Complete Randomized Design (CDR), with 4 treatments and 4 replications, which consists of P0: CWR + 0% sago waste, P1: CWR + 10% sago waste, P2: CWR + 20% sago waste, P3: CWR + 30% sago waste. The parameters measured include the content of dry matter, crude protein, crude fat, crude fiber, ash content and nitrogen free extract. The result showed that the treatment had a highly P0, P1,P2, dan P3 significant effect (P <0.01) on the content of dry matter, crude protein, crude fat, crude fiber, ash content and nitrogen free extract. The addition of the sago waste level to 30% could improved the dry matter, crude fiber, ash content and reduce the crude protein, crude fat, and nitrogen free extract. The best treatment of the addition of 30% sago waste level with a dry matter value of 62,82%, 6,16% crude protein, 4,15% crude fat, 11,79% crude fiber, 5,21% ash content and 72,67% nitrogen free extract.

Keywords: Sago waste, complete wafer ration, nutritional content.

(12)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... i

INTISARI ... ii

ABSTRACT ... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR GAMBAR ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Tujuan Penelitian ... 3

1.3. Manfaat Penelitian ... 3

1.4. Hipotesis ... 3

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 4

2.1. Potensi Ampas Sagu ... 4

2.2. Bahan Pakan Penyusun Ransum ... 5

2.3. Wafer ... 9

2.4. Analisis Proksimat ... 10

III.MATERI DAN METODE ... 13

3.1. Waktu dan Tempat ... 13

3.2. Materi Penelitian ... 15

3.3. Prosedur Penelitian... 15

3.4. Prosedur Analisis Proksimat ... 18

3.5. Analisis Data ... 22

IV.HASIL DAN PEMBAHASAN… ... . 24

4.1. Bahan Kering ... 24

4.2. Protein Kasar ... 25

4.3. Lemak Kasar ... 26

4.4. Serat Kasar ... 27

4.5. Abu ... 28

4.6. BETN ... 29

V. PENUTUP ... 31

5.1. Kesimpulan ... 31

5.2. Saran ... 31

DAFTAR PUSTAKA ... 32

LAMPIRAN ... 37

(13)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1. Kompoisi gizi ampas tahu ... 9

3.1. Kebutuhan nutrisi kambing kacang untuk penggemukan ... 14

3.2. Kandungan nutrisi bahan pakan penyusun ransum ... 14

3.3. Formulasi Penelitian... 14

3.4. Analisis sidik ragam ... 23

4.1. Kandungan bahan kering wafer penelitian ... 24

4.2. Kandungan protein kasar wafer penelitian ... 25

4.3. Kandungan lemak kasar wafer penelitian ... 26

4.4. Kandungan serat kasar wafer penelitian ... 27

4.5. Kandungan abu wafer penelitian ... 28

4.6. Kandungan BETN wafer penelitian ... 29

(14)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1. Tanaman sagu... 4

2.2. Ampas sagu ... 5

2.3. Dedak padi ... 6

2.4. Tepung jagung ... 7

2.5. Molases ... 8

2.6. Ampas tahu ... 9

3.1. Mesin wafer ... 16

3.2. Prosedur pembuatan wafer ... 17

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Jumlah Bahan Untuk Wafer Kambing Kacang ... 37

2. Analisis Statistik Bahan Kering ... 39

3. Analisis Statistik Protein Kasar ... 42

4. Analisis Statistik Lemak Kasar ... 45

5. Analisis Statistik Serat Kasar ... 48

6. Analisis Statistik Abu ... 51

7. Analisis Statistik BETN ... 54

8. Dokumentasi Penelitian ... 57

(16)

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Tanaman sagu merupakan salah satu tanaman pangan yang berpotensi untuk dikembangkan dan dimanfaatkan di Indonesia. Kabupaten Kepulaun Meranti adalah salah satu daerah penghasil sagu di Provinsi Riau dengan luas lahan tanaman sagu pada tahun 2020 mencapai 779 ha dengan total produksi tanaman sagu sebesar 917 ton, dan petani yang memiliki usaha tani sagu mencapai 777 Jiwa. Prediksi ampas sagu yang dihasilkan adalah 688 ton. Perkebunan sagu banyak dikelola oleh masyarakat dan perusahaan swasta. (DJP, 2020).

Potensi produksi sagu dapat mencapai 20-40 ton pati kering per ha pertahun apabila dibudidayakan dengan baik. Metroxylon sp adalah tanaman monokotil penghasil tepung sagu dari keluarga palmae dan masuk dalam ordo spadiciflora.

Produksi sagu dengan kapasitas mencapai 190 kg empulur per jam memiliki hasil rendemen sekitar 25-30% pati dan limbah yang dihasilkan sekitar 70-75% limbah sagu. Limbah sagu memiliki 3 jenis yaitu kulit batang (cortex), air buangan dan ampas sagu (Louhenapessy dkk., 2010). Ampas sagu merupakan limbah hasil sampingan dari industri pengolahan pati yang berwujud padat. Limbah tersebut berpotensi menimbulkan dampak pencemaran lingkungan seperti bau yang tidak sedap dan belum dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar. Limbah ampas sagu mengandung 65,7% pati sisanya berupa serat kasar, protein kasar, lemak dan abu (Hardikawati, 2017).

Ampas sagu dapat digunakan sebagai media tanam, pakan ternak, campuran briket arang, dan kompos (Louhenapessy dkk., 2010). Ampas sagu berasal dari industri pengolahan tanamanan sagu dan dapat diolah menjadi pakan ternak dengan melakukan proses pengolahan. Secara umum, ampas sagu memiliki kandungan protein, kecernaan, dan palatabilitas yang rendah serta sifatnya yang menyulitkan dalam penanganan transportasi maupun penyimpanan sehingga memerlukan cara untuk meningkatkan nilai guna ampas sagu sebagai pakan ternak. Bahan pakan ampas sagu dapat dijadikan sebagai pakan ternak dengan tambahan bahan pakan lain agar memiliki kandungan nutrisi yang baik.

(17)

Berdasarkan hasil dari analisis Laboratorium Pusat Penelitian Sumberdaya Hayati dan Bioteknologi LPPM IPB (2018) melaporkan bahwa ampas sagu memiliki kandungan nutrisi Bahan Kering (BK) 88,33%, Protein Kasar (PK) 1,97%, Serat Kasar (SK) 8,62%, Lemak Kasar (LK) 0,63%, Abu 3,68% dan Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen (BETN) 85,10%. Ampas sagu merupakan limbah dari empulur sagu yang telah diambil patinya. Kandungan pati sagu sebesar 18,5%

dan sisanya 81,5% merupakan ampas sagu yang memiliki kandungan selulosa sebesar 20% dan lignin 21% (Kiat, 2006).

Salah satu cara untuk meningkatkan daya simpan dan kualitas ampas sagu adalah dilakukan pengolahan pakan dalam bentuk wafer. Wafer adalah pakan hijauan dan konsentrat berbentuk segi empat yang diolah dengan metode pemanasan dan pemadatan sehingga dalam pemberian ke ternak lebih mudah dan efisien. Kadar air yang terkandung dalam wafer yaitu kurang dari 14% sehingga tidak mudah rusak serta memiliki kualitas nutrisi yang lengkap (Pratama dkk, 2015).

Pemberian wafer ransum komplit dapat diberikan pada ternak ruminansia yaitu kambing kacang. Wafer ransum komplit merupakan susatu bentuk pakan yang memiliki bentuk fisik kompak dan ringkas sehingga diharapkan dapat memudahkan dalam penanganan dan transportasi, di samping itu memiliki kandungan nutrisi yang lengkap dan menggunakan teknologi yang relative sederhana sehingga mudah diterapkan (Trisyulianti dkk., 2003). Wafer juga bisa diberikan kepada teknak kambing kacang.

Kambing kacang merupakan bangsa kambing lokal Indonesia dengan ciri tubuh relatif kecil, pemeliharaannya sangat sederhana dan memiliki daya adaptasi yang cukup tinggi terhadap alam setempat dan reproduksinya digolongkan sangat tinggi (Murtidjo, 1995). Kambing ini memiliki keterbatasan dengan rataan bobot badan dewasa yang cukup rendah yaitu sekitar 4 20–25 kg, dengan tinggi pundak pada jantan dewasa dan betina dewasa adalah 55,7 ± 2,88 cm dan 55,3 ± 7,38 cm (Setiadi et al., 1997).

(18)

Berdasarkan hasil penelitian Perianita, (2019), dalam wafer ransum komplit dengan penambahan level ampas sagu sampai 30%, dan diberikan untuk ternak sapi bali memiliki bahan kering 91,80%, protein kasar 11,92%, lemak kasar 2,10%, serat kasar 18,47%, abu 7,50% dan BETN 60,02%.

Berdasarkan potensi ampas sagu dalam wafer tersebut, penulis telah melakukan penelitian dengan judul “Kandungan Nutrisi Wafer Ransum Berbasis Ampas Sagu dengan Level Berbeda untuk Ternak Ruminansia”.

1.2. Tujuan

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Bahan Kering (BK), Protein Kasar (PK), Lemak Kasar (LK), Serat Kasar (SK), Abu, Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen (BETN) wafer ransum komplit berbasis ampas sagu.

1.3. Manfaat

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Memberikan informasi tentang kandungan nutrisi wafer ransum komplit dengan penambahan level ampas sagu berbeda sebagai pakan alternatif ternak ruminansia.

2. Meningkatkan pemanfaatan ampas sagu sebagai bahan pakan ternak kambing kacang

1.4. Hipotesis

Penambahan ampas sagu sampai 30% dalam wafer ransum komplit dapat meningkatkan kandungan nutrisi wafer dilihat dari meningkatnya kandungan bahan kering (BK), bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN) serta menurunnya kandungan protein kasar (PK), serat kasar (SK), lemak kasar (LK) dan kadar abu.

(19)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Potensi Ampas Sagu

Tanaman sagu (Metroxylon sp.) secara taksonomi masuk ke dalam ordo Spadicifora, family Palmae, genus Metroxylon, spesies Metroxylon sp. Kata Metroxylon barasal dari bahasa Yunani, yaitu Metro berarti isi batang dan xylon yang berarti xylem (Tenda dkk., 2009). Menurut Bintaro dkk. (2010) sagu dari genus metroxylon dapat digolongkan menjadi dua, yaitu tanaman sagu yang berbunga atau berbuah dua kali (Plaenanthic) dengan kandungan pati rendah dan kedua, tanaman sagu yang berbunga atau berbuah sekali (Hepaxanthic) yang mempunyai kandungan pati tinggi sehingga bernilai ekonomis untuk diusahakan.

Gambar pohon sagu dapat dilihat pada Gambar 2.1.

Gambar 2.1 Tanaman Sagu

Sumber: Dokumentasi penelitian (2022)

Menurut Bintoro dkk. (2010) kandungan pati dalam empulur batang sagu berbeda-beda, tergantung jenis pohon sagu, umur dan lingkungan tumbuhnya.

Tanaman sagu dapat dipanen apabila telah mencapai masak secara fisiologis yang ditandai dengan fase menyorong (munculnya calon bunga) yaitu umur tanaman 10-12 tahun. Proses produksi sagu menghasilkan tiga jenis limbah, yaitu limbah empelur sagu berserat (ampas sagu), kulit batang sagu (bark) dan air buangan (waste water). Kulit batang sagu dan ampas sagu yang dihasilkan dari proses produksi sagu berturut-turut sekitar 26% dan 14% berdasarkan bobot total batang sagu (Idral dkk., 2012). Ampas sagu dapat menjadi bahan pakan alternatif sumber

(20)

energi karena mengandung BETN yang tinggi yaitu 76,51% tetapi ampas sagu harus dilakukan pengolahan karena ampas sagu kurang baik jika digunakan sebagai bahan pakan tunggal karena berdasarkan bahan keringnya, ampas sagu memiliki kandungan protein kasar yang rendah. Meskipun kandungan nutrien terutama protein kasar rendah sekitar antara 2,30-3,36%, pati dalam ampas sagu masih cukup tinggi yaitu 52,98% (Ralahalu, 2012).

Nuraini dkk. (2005) menyatakan bahwa ampas sagu berupa serat–serat empelur yang diperoleh dari pemarutan dan pemerasan isi batang sagu dalam pengolahan batang sagu menjadi tepung sagu. Tepung sagu yaitu ampas sagu yang telah dilakukan proses pengeringan, penggilingan dan dihasilkan tepung ampas sagu yang telah dipisahkan dengan serat ampas sagu. Komposisi ampas sagu dan nilai nutrisi ampas sagu dipengaruhi oleh spesies, umur, tempat hidup dan proses pengolahannya. Adelina (2008), menyatakan bahwa kandungan nutrisi ampas sagu adalah kadar air KA 11,68%, PK 3,38%, LK 1,01%, SK 12,44% dan abu 12,43%. Gambar ampas sagu disajikan pada Gambar 2.2 berikut:

Gambar 2.2 Ampas Sagu

Sumber: Dokumentasi penelitian (2022)

2.2. Bahan Pakan Penyusun Ransum Komplit 2.2.1. Dedak Padi

Dedak padi adalah hasil ikutan penggilingan padi atau sisa penumbukan padi, dedak padi berasal dari gabah yang digiling akan menghasilkan beras sebanyak 50-60%, sisanya menir 1-17%, sekam 20-25%, dedak 10-15%, dan

(21)

bekatul 3% (Setiawan, 2017). Menurut Schalbroeck (2001), produksi dedak padi di Indonesia cukup tinggi per tahun dapat mencapai 4 juta ton dan setiap kuwintal padi dapat menghasilkan 18-20 gram dedak, sedangkan menurut Yudono dkk. (1996) proses penggilingan padi dapat menghasilkan beras giling sebanyak 65% dan limbah hasil gilingan sebanyak 35%, yang terdiri dari sekam 23%, dedak dan bekatul sebanyak 10%. Protein dedak berkisar antara 12-14%, lemak sekitar 7-9%, serat kasar sekitar 8-13% dan abu sekitar 9-12%

(Murni dkk., 2008).

Dedak padi merupakan bahan pakan yang telah digunakan secara luas oleh sebagian peternak di Indonesia. Sebagian bahan pakan yang berasal dari limbah agroindustri. Dedak mempunyai potensi yang besar sebagai bahan pakan sumber energi bagi ternak (Scott et al., 1982). Kelemahan utama dedak padi adalah kandungan serat kasarnya yang cukup tinggi, yaitu 13,0% dan adanya senyawa fitat yang dapat mengikat mineral dan protein sehingga sulit dapat dimanfaatkan oleh enzim pencernaan. Namun, dilihat dari kandungan proteinnya yang berkisar antara 12-13,5 %, bahan pakan ini sangat diperhitungkan dalam penyusunan ransum unggas. Dedak padi mengandung energi termetabolis berkisar antara 1640 – 1890 kkal/kg. Kelemahan lain pada dedak padi adalah kandungan asam aminonya yang rendah, demikian juga halnya dengan vitamin dan mineral (Rasyaf, 2004). Dedak padi dapat dilihat pada Gambar 2.3. berikut ini.

Gambar 2.3 Dedak Padi

Sumber: Dokumentasi penelitian (2022)

2.2.2. Tepung Jagung

Tepung jagung merupakan butiran butiran halus yang berasal dari jagung kering yang dihancurkan. Pengolahan jagung menjadi bentuk tepung lebih dianjurkan dibanding produk setengah jadi lainnya, karena tepung lebih tahan disimpan, mudah dicampur, dapat diperkaya dengan zat gizi, dan serta mudah

(22)

digunakan untuk proses pengolahan lanjutan. Selama proses pengolahan tepung jagung, cara penanganan yang diterapkan oleh pekerja akan berdampak terhadap mutu jagung. Cara cara yang kasar, tidak bersih dan higienis akan menyebabkan penurunan mutu dan tercemarnya jagung hasil olahan (Arief dkk., 2014).

Kandungan nutrisi tepung jagung terdiri atas KA 14,77%, abu 1,88%, SK 1,63%, LK 7,78%, PK 7,35% dan (BETN) 81,35% (Umam dkk., 2014). Tepung jagung dimanfaatkan sebagai pakan karena sumber energi yaitu 3370 Kkal/kg, protein berkisar 8-10%, namun rendah kandungan lysine dan tryptopan, tepung jagung yang digunakan sebagai sumber energi utama dan sumber xantofil (Kiay, 2014).

Kandungan energi yang tinggi dapat dilihat dari persentase pati yang ada didalamnya yakni berkisar antara 72-73%. Pati ini terdiri atas amilosa, dan amilopiktin, kadar gula sederhana jagung (glukosa, fruktosa, dan sukrosa) berkisar anatar 1-3%. Jagung dapat menyediakan karbohidrat fermentasi karena merupakan sumber non fiber carbohydrate (NFC) yang dapat digunakan sebagai bahan tambahan hijauan dalam proses ensilase sehingga dapat mempercepat penurunan pH selama fermentasi (Yang et al., 2004). Selain itu ketersediaan karbohidrat pada jagung akibat panas yang ditimbulkan selama proses ensilase dapat meningkatkan pertumbuhan bakteri asam laktat selama fermentasi (Theurer et al. 1999). Gambar tepung jagung dapat dilihat pada Gambar 2.4 dibawah ini:

Gambar 2.4 Tepung Jagung

Sumber: Dokumentasi penelitian (2022)

2.2.3. Molases

Menurut Wahyono dan Hardianto (2004), molases adalah hasil sampingan dari pengolahan gula tebu, molases sering disebut sebagai tetes atau pith. Molases merupakan limbah dari pabrik gula yang kaya kabohidrat yang mudah larut (48- 68% berupa gula) untuk sumber energi dan mineral disamping membantu fiksasi

(23)

nitrogen urea dalam rumen juga fermentasinya menghasilkan asam-asam lemak atsiri yang merupakan sumber energi yang penting untuk biosintesis dalam rumen.

Menurut Sano et al. (1999) serta Reyed dan El-Diwany (2007) penambahan molases pada pakan ternak mampu meningkatkan kecernaan serat dan asupan pakan namun sebaliknya menurunkan urea nitrogen. Secara garis besar, sampai saat ini molases dimanfaatkan sebagai sumber energi bentuk cair yang sangat efektif dan efisien pada ruminansia.

Molasses bermanfaat untuk digunakan sebagai suplemen ruminansia karena memiliki palatabilitas yang tinggi dan harganya murah serta dapat diberikan kepada ternak dalam berbagai bentuk dan proporsi (Senthilkumar et al., 2016). Hasil analisis Laboratorium Pusat Penelitian Sumberdaya Hayati dan Bioteknologi LPPM IPB (2018) melaporkan bahwa molases memiliki kandungan nutrisi bahan kering (BK) 73,13%, protein kasar (PK) 3,31%, serat kasar (SK) 0,11%, lemak kasar (LK) 0,19%, abu 7,55% dan BETN 88,84%.

Molases dapat dilihat pada Gambar 2.5. berikut ini:

Gambar 2.5 Molases

Sumber: Dokumentasi penelitian (2022)

2.2.4. Ampas Tahu

Ampas tahu merupakan limbah dari pengolahan tahu yang masih dapat dimanfaatkan kembali sebagai pakan kambing. Hasil Laboratorium yang dilakukan oleh Hernaman, dkk (2005) melaporkan ampas tahu mengandung bahan kering 8,69%, protein kasar 18,67%, serat kasar 24,43%, lemak kasar 9,43%, abu 3,42% dan BETN 41,97%.

(24)

Kandungan nutrisi yang terdapat dalam ampas tahu bervariasi, hal ini antara lain disebabkan oleh perbedaan varietas dari kedelai yang digunakan sebagai bahan dasar pembuatan tahu. Ampas tahu juga mengandung unsur-unsur mineral mikro yaitu Fe sebanyak 200-500 ppm, Mn sebanyak 30-100 ppm, Cu sebanyak 5-15 ppm, Co kurang dari 1 ppm, Zn lebih dari 50 ppm. Kadar air ampas tahu segar sekitar 84,5%. Kadar air yang tinggi dapat menyebabkan umur simpan yang pendek. Ampas tahu basah tidak tahan disimpan dan menjadi busuk setelah 2-3 hari. Ampas tahu kering mengandung air sekitar 10,0-15,5 % sehingga umur simpannya lebih panjang dibandingkan dengan ampas tahu segar (Noor, 2012). Komposisi gizi ampas tahu disajikan pada Tabel 2.1 dan gambar ampas tahu disajikan pada Gambar 2.6 berikut ini.

Tabel 2.1 Komposisi Gizi Ampas Tahu

Zat Gizi Kadar (%)

Protein 23,55

Lemak 5,54

Karbohidrat 26,92

Air 10,43

Abu 17,03

Serat Kasar 16,53

Sumber: Noor (2012)

Gambar 2.6 Ampas Tahu

Sumber: Dokumentasi penelitian (2022)

2.3. Wafer

Wafer adalah salah satu bentuk pakan ternak yang merupakan modifikasi bentuk cube, dalam proses pembuatannya mengalami pemadatan dengan tekanan dan pemanasan dalam suhu tertentu (Noviagama, 2002). Menurut Manley (2000), wafer adalah jenis biskuit khusus yang membutuhkan peralatan berbeda untuk membuatnya, wafer dibentuk diantara sepasang lempengan besi panas, bentuk lapisan wafer biasanya tipis dan memiliki pola tertentu pada bagian permukaan akibat dari tekanan lapisan besi.

(25)

Wafer ransum komplit adalah suatu produk pengolahan pakan ternak yang terdiri dari pakan sumber serat yaitu hijauan dan konsentrat dengan komposisi yang disimpan berdasarkan kebutuhan nutrisi ternak dan dalam proses pembuatannya mengalami pemadatan (Jayusmar, 2000). Wafer ransum komplit yang terdiri dari campuran hijauan dan konsentrat dapat meningkatkan efisiensi penggunaan pakan karena ternak tidak dapat memilih antara pakan hijauan dan konsentrat, berdasarkan hal tersebut diharapkan dapat tercukupi kebutuhan nutrisinya (Lalitya, 2004). Wafer ransum komplit merupakan suatu bentuk pakan yang memiliki bentuk fisik kompak dan ringkas sehinga diharapkan dapat memudahkan dalam hal penanganan dan transportasi, sehingga memiliki kandungan nutrisi yang lengkap dan menggunakan teknologi yang relatif sederhana sehingga mudah diterapkan dan ekonomis (Trisyulianti dkk., 2003).

2.4. Analisis Proksimat

Analisis proksimat merupakan suatu metoda analisis kimia untuk mengidentifikasi kandungan nutrisi seperti protein, karbohidrat, lemak dan serat pada suatu zat makanan (Winedar dkk., 2006). Analisis proksimat dapat digunakan untuk mengevaluasi dan memformulasi ransum seperti mencari kekurangan nutrien sehingga kita dapat menyusun formula ransum baru dengan menambahkan zat makanan yang diperlukan (Mulyono, 2000).

Sutardi (2009) menyatakan bahwa pada prinsipnya bahan pakan terdiri dari air dan bahan kering dengan melalui pemanasan pada suhu 105°C. Bahan kering dapat dipisahkan antara kadar abu dan kadar bahan organik melalui pembakaran dengan suhu 500°C. Bahan organik dapat dipisahkan menjadi komponen nitrogennya yang kemudian dihitung sebagai protein dengan teknik kjeldahl dan bagian lainya adalah bahan organik tanpa nitrogen. Bahan organik tanpa N dapat dipisahkan menjadi karbohidrat dan lemak. Selanjutnya karbohidrat dapat dipisah menjadi serat kasar dan bahan ekstrak tanpa nitrogen. McDonald et al, (1995) menjelaskan bahwa analisa proksimat dibagi menjadi enam fraksi nutrien yaitu kadar air, abu, protein kasar, lemak kasar, serat kasar, dan bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN).

Analisis kadar abu bertujuan untuk memisahkan bahan organik dan bahan anorganik suatu bahan pakan. Kandungan abu suatu bahan pakan menggambarkan

(26)

kandungan mineral pada bahan tersebut. Menurut Cherney (2000), abu terdiri dari mineral yang larut dalam detergen dan mineral yang tidak larut dalam detergen.

Kandungan bahan organik suatu pakan terdiri protein kasar, lemak kasar, serat kasar, dan bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN).

Kadar protein pada analisis proksimat bahan pakan pada umumnya mengacu pada istilah protein kasar. Protein kasar adalah banyaknya kandungan nitrogen (N) yang terkandung pada bahan tersebut dikali dengan 6,25. Definisi tersebut berdasarkan bahwa rata-rata kandungan N dalam bahan pakan adalah 16 gram per 100 gram protein (NRC, 2001). Protein kasar terdiri dari protein dan nitrogen bukan protein (NPN) (Cherney, 2000).

Cherney (2000), menyatakan bahwa lemak kasar terdiri dari lemak dan pigmen. Zat-zat nutrien yang bersifat larut dalam lemak seperti vitamin A, D, E dan K diduga terhitung sebagai lemak kasar. Pigmen yang sering terekstrak pada analisis lemak kasar seperti klorofil atau xanthophil. Analisis lemak kasar pada umumnya menggunakan senyawa eter sebagai bahan pelarutnya, maka analisis lemak kasar juga sering disebut sebagai ether extract.

Serat kasar merupakan bagian dari karbohidrat dan didefinisikan sebagai fraksi yang tersisa setelah didigesti dengan larutan asam sulfat standar dan sodium hidroksida pada kondisi terkondosi (Suparjo, 2010). Serat kasar sebagian besar berasal dari sel dinding tanaman dan mengandung selulosa, hemiselulosa, dan lignin (Suparjo, 2010). Lu et al, (2005) menyatakan bahwa serat pakan secara kimiawi dapat digolongkan menjadi serat kasar, neutral detergent fiber, acid detergent fiber, acid detergent lignin, selulosa dan hemiselulosa. Peran serat pakan sebagai sumber energi erat kaitannya denagan proporsi penyusunan komponen serat seperti selulosa , hemiselulosa dan lignin (Suparjo, 2010).

Menurut Cherney (2000), serat kasar terdiri dari lignin yang tidak larut dalam alkali, serat yang berikatan dengan nitrogen dan selulosa.

Bahan ekstrak tanpa nitrogen merupakan bagian dari karbohidrat yang mudah dicerna atau golongan karbohidrat non-struktural. Karbohidrat nonstruktural ditemukan didalam sel tanaman dan mempunyai kecernaan yang lebih tinggi dibandingkan dengan karbohidrat struktural. Gula, pati, asam organik dan bentuk lain dari kabohidrat seperti fruktan termasuk ke dalam kelompok

(27)

karbohidrat non-struktural dan menjadi sumber energi utama bagi sapi perah yang berproduksi tinggi. Kemampuan karbohidrat non-struktural untuk difermentasi dalam rumen nilainya bervariasi tergantung dari tipe pakan, cara budidaya dan pengolahan (NRC, 2001). Menurut Cherney (2000), bahan ekstrak tanpa nitrogen tersusun dari gula, asam organik, pektin, hemiselulosa dan lignin yang larut dalam alkali.

(28)

III. MATERI DAN METODE

3.1. Waktu dan Tempat

Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Februari – Maret 2022. Lokasi penelitian adalah di Laboratorium Nutrisi dan Teknologi Pakan Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.

3.2. Materi Penelitian 3.2.1. Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah ampas sagu yang diperoleh dari Kabupaten Kepulauan Meranti dan bahan penyusun wafer ransum komplit; ampas sagu, dedak padi, tepung jagung, ampas tahu, molasses yang diperoleh dari toko penjualan di sekitar Kota Pekanbaru. Bahan aditif yang digunakan adalah molases.

Bahan yang digunakan untuk analisis proksimat adalah aquadest, asam klorida (HCl), kalium sulfat (K3SO4), magnesium sulfat (MgSO4), natrium hidroksida (NaOH), asam benzoat, asam borat (H3BO3), eter, benzena, metilen red, brom kresol green dan aceton.

3.2.2. Alat

Alat yang digunakan pada pembuatan wafer adalah mesin penggiling pakan (grinder), timbangan (untuk menimbang bahan), baskom (tempat bahan), mesin wafer, terpal (alas penjemur wafer), plastik (tempat wafer yang akan disimpan), karung (tempat ampas sagu basah), pisau, aluminium foil, gunting, kamera, penggaris, cawan liter, galon air. Alat analisis proksimat adalah perangkat analisis proksimat yaitu pemanas, gelas piala 300 mL, labu ukur, timbangan analitik, soxtec, kertas saring, tanur listrik, crucible tang, gelas piala, buret, destilator, digestion tubes straight, crusible, aluminium cup lengkap dengan erlemeyer.

3.2.3. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode ekperimen dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan 5 ulangan. Perlakuan

(29)

adalah penambahan ampas sagu pada wafer ransum komplit dengan level yang berbeda. Rincian perlakuan ransum adalah sebagai berikut:

P0. Wafer Ransum Komplit dengan 0% ampas sagu P1. Wafer Ransum Komplit dengan 10% ampas sagu P2. Wafer Ransum Komplit dengan 20% ampas sagu P3. Wafer Ransum Komplit dengan 30% ampas sagu

Kebutuhan nutrisi kambing kacang dapat dilihat pada tabel 3.1 berikut ini:

Tabel 3.1 Kebutuhan Nutrisi Kambing Kacang untuk Penggemukan

Zat Pakan Jumlah Kebutuhan % Protein (%) 10,00 – 18,00 TDN (%) 60 – 68

Sumber : Permentan No 10 Tahun 2014.

Masing – masing dari perlakuan telah dibuat formulasi ransum wafer kambing kacang. Formulasi ransum wafer kambing kacang untuk penggemukan dapat dilihat pada Tabel 3.1., Tabel 3.2. berikut:

Tabel 3.2. Kandungan Nutrisi Bahan Pakan Penyusun Wafer (%)

Bahan Pakan PK SK LK TDN

Ampas sagu* 3,38 12,44 1,01 81,83

Dedak padi*** 7,55 9,69 2,50 55,90

Tepung jagung*** 8,48 2,08 6,50 80,80

Ampas tahu* 23,70 23,60 3,45 78,00

Molases*** 4,00 0,40 0,00 80,00

Sumber: *Sukria, H.A dan R. Krisnan (2009) **Adelina (2008)

*** Laboratorium Analisis Hasil Pertanian, Universitas Riau (2018)

Tabel 3.3. Formulasi Penelitian (%)

Bahan Pakan P0 P1 P2 P3

Ampas sagu 0 10 20 30

Dedak halus 47 47 44 35

Tepung jagung 18 10 10 8

Ampas Tahu 30 31 24 25

Molases 2 2 2 2

Total 100 100 100 100

PK 12,38 12,16 10,61 10,33

TDN 68,22 68,31 69,35 71,66

(30)

3.2.4. Parameter yang Diamati

Peubah yang akan diukur meliputi analisis proksimat yaitu bahan kering BK(%), protein kasar PK(%), lemak kasar LK(%), serat kasar SK(%), kadar abu(%) dan BETN(%).

3.3. Prosedur Penelitian

3.3.1. Persiapan Materi Penelitian 1. Ampas Sagu

Ampas sagu segar diambil dari wilayah di Kepulauan Meranti. Banyak jumlah ampas sagu yang diambil sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan pada saat penelitian. Sebelum pembuatan wafer, ampas sagu terlebih dahulu dilakukan pengurangan kadar air dengan cara dikeringkan di bawah matahari setelah itu dilakukan penggilingan lalu melakukan pengayakan.

2. Dedak Padi

Dedak padi yang diperoleh dari toko penjualan disekitar Kota Pekanbaru.

Besar jumlah dedak padi yang diambil sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan pada saat penelitian. Sebelum pembuatan wafer dedak padi terlebih dahulu dilakukan penggilingan lalu melakukan pengayakan.

3. Ampas Tahu

Ampas tahu yang diperoleh dari tempat pabrik pengolahan tahu yang ada di Kota Pekanbaru Provinsi Riau. Besar jumlah ampas tahu yang diambil sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan pada saat penelitian. Sebelum pembuatan wafer ampas tahu terlebih dahulu dilakukan pengeringan lalu penggilingan.

4. Tepung Jagung

Biji jagung pecah yang diperoleh dari toko penjualan pakan ternak yang ada di Kota Pekanbaru. Besar jumlah biji jagung pecah yang diambil sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan pada saat penelitian. Sebelum pembuatan wafer biji jagung pecah terlebih dahulu dilakukan penggilingan.

5. Molases

Molases yang diperoleh dari toko penjualan di sekitar Kecamatan Siak Hulu Kabupaten Kampar Provinsi Riau. Besar jumlah molases yang diambil sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan pada saat penelitian.

(31)

3.3.2. Proses Pembuatan Wafer

Pembuatan wafer dilakukan setelah semua bahan yang telah dibutuhkan telah tersedia berbentuk tepung. Masing-masing bahan ditimbang sesuai dengan kebutuhan yang akan digunakan dalam susunan ransum. Susunan ransum yang digunakan untuk ransum pada ternak ruminansia yaitu kambing kacang.

Semua bahan ditimbang sesuai formulasi ransum kampolit dengan penambahan P0 0% AS, P1 10% AS, P2 20% AS, 30% AS dan bahan dihomogenkan sampai semua bahan tercampur rata. Bahan sudah tercampur rata, selanjutnya ditambahkan dengan molases sesuai kebutuhan saat penelitian. Semua bahan dicampur dan dihomogenkan bahan-bahan tersebut dicetak di mesin wafer.

Wafer dibuat dengan cara menggunakan mesin kempa panas, dengan cara bahan ransum dimasukkan di dalam cetakan berbentuk segi empat dengan ukuran 5 × 5

× 1 cm3, setelah itu dilakukan pengepresan pada suhu 120⁰C dengan tekanan 200 kg / cm2 dengan lama waktu 15 menit dan mesin cetak wafer memiliki kapasitas 25 kotak/cetak. Berikut mesin wafer dapat dilihat pada Gambar 3.1 berikut ini.

Gambar 3.1. Mesin Wafer Sumber: Dokumentasi Penelitian (2022)

(32)

3.3.3. Prosedur pembuatan Wafer Pakan Komplit

Prosedur pembuatan wafer pakan komplit dapat dilihat pada Gambar 3.2 berikut.

Gambar 3.2. Prosedur Pembuatan Wafer

Persiapan Bahan Wafer

Jagung Dedak Padi

AmpasTahu Ampas Sagu

Pengeringan

Penggilingan

Pencampuran bahan setelah ditimbang dengan perlakuan sesuai dengan

formulasi Molases

Pencetakan wafer menggunakan mesin kempa dengan ukuran 5 x 1 cm3, setelah itu dilakukan pengempaan selama 10 menit pada suhu 120⁰ C dengan

Pendinginan dan penjemuran

Analisis Proksimat

Analisis Data P0 : 0% AS + 47% DP +18% TJ +

30% AT + 2% molases

P1 : 10% AS + 47% DP + 10%

TJ + 31% AT + 2% molases

P2: 20% AS + 44% DP + 10% TJ + 24% AT + 2% molases

P3: 30% AS + 35% DP + 8% TJ + 25% AT + 2% molasses

(33)

3.2.4. Analisis Proksimat

Setelah wafer dilakukan penjemuran selama 30 menit dibawah panas sinar matahari untuk mengurangi kadar air dalam wafer agar tidak mudah berjamur.

Selanjutnya dilakukan persiapan untuk analisis proksimat di Laboratorium Nutrisi dan Teknologi Pakan Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.

3.4. Prosedur Analisis Proksimat

Masing-masing ulangan diambil sampel untuk dilakukan analisis proksimat. Analisis proksimat dilakukan di Laboratorium Nutrisi dan Teknologi Pakan Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.

1. Penentuan Bahan Kering (AOAC, 1993) Cara kerja :

1. Crusible yang bersih dikeringkan di dalam oven listrik pada temperature 105⁰C - 110⁰C selama 1 jam.

2. Crusible kemudian didinginkan di dalam desikator selama 1 jam.

3. Crusible ditimbang dengan timbangan analitik, beratnya (X).

4. Sampel ditimbang lebih kurang 5 g (Y).

5. Sampel bersama crusible dikeringkan dalam oven listrik pada temperature 105⁰C -110⁰C selama 8 jam.

6. Sampel dan crusible didinginkan dalam desikator selama 1 jam lalu

timbang dengan timbangan analitik beratnya (Z), selanjutnya cara kerja 4,5 dan 6 dilakukan sebanyak 3 kali atau hingga beratnya konstan.

Penghitungan kandungan bahan kering:

%Ka Keterangan:

X = Berat Crusible Y = Berat Sampel

Z = Berat Crusible dan sampel yang telah dikeringkan Perhitungan penetapan bahan kering: % BK = 100% - % KA Keterangan % KA = kandungan air bahan

(34)

2. Penentuan Kandungan Protein Kasar (Foss Analytical, 2003) Cara kerja :

1. Sampel ditimbang 1 gr dan dimasukkan ke dalam digestion tubes straight.

2. Sampel kemudian ditambahkan dengan katalis (1,5 gram K3SO4 dan 7,5 gram MgSO4) sebanyak 2 buah dan larutan H2SO4 sebanyak 6 mL ke dalam digestion tubes straight.

3. Sampel didestruksi pada lemari asam dengan suhu 425⁰C selama 4 jam sampai cairan menjadi jernih (kehijauan).

4. Sampel didinginkan, ditambahkan aquadest 30 mL secara perlahan-lahan.

5. Sampel dipindahkan ke dalam alat destilasi.

6. Erlenmeyer 125 mL yang berisi 25 mL larutan H3BO3 7 mL metilen red dan 10 ml brom kresol green disiapkan. Ujung tabung kondensor harus terendam di bawah larutan H3BO3.

7. Larutan NaOH 30 mL ditambahkan ke dalam Erlenmeyer, kemudian didestilasi selama 5 menit.

8. Tabung kondensor dibilas dengan air dan bilasannya ditampung dalam Erlenmeyer yang sama.

9. Sampel dititrasi dengan HCL 0,1 N sampai terjadi perubahan warna menjadi merah muda dan selanjutnya penetapan blanko dilakukan.

Penghitungan :

% N ( )

( )

% PK = % N × faktor konversi

Keterangan : Faktor konversi untuk pakan ternak adalah 6,25

3. Penentuan Kandungan Serat Kasar (Foss Analytical, 2006) Cara kerja :

1. NaOH dan H2SO4 ditambah aquadest menjadi 1000 mL NaOH 1,25%

(dilarutkan 12,5 g NaOH kedalam aquadest sehingga volumenya menjadi 1000 mL) dan H2SO4 96% (larutkan 13,02 ml H2SO4 dalam aquadest sehingga volumenya menjadi 1000 mL).

2. Sampel ditimbang dan dimasukkan ke dalam crusible (yang telah ditimbang beratnya (W1).

(35)

3. Crusible diletakkan pada cold extraction lalu aceton dimasukkan ke dalam crusible sebanyak 25 mL atau sampai sampel tenggelam, kemudian diamkan selama 10 menit untuk menghilangkan lemak (lakukan 3 kali berturut-turut), selanjutnya bilas dengan aquadest sebanyak 2 kali.

4. Crusible dipindahkan ke fibertec.

a. H2SO4 dimasukkan ke dalam masing-masing crusible pada garis ke 2 (150 mL), setelah dihidupkan kran air, crusible ditutup dengan reflector.

b. Fibertec dipanaskan sampai mendidih. Fibertec dalam keadaan tertutup dan air dihidupkan.

c. Aquadest dipanaskan dalam wadah lain.

d. Sampel di fibertec mendidih lalu ditambahkan octanol (untuk menghilangkan buih) sebanyak 2 tetes lalu panasnya dioptimumkan dan dibiarkan selama 30 menit dan setelah 30 menit fibertec dimatikan.

5. Larutan di dalam fibertec disedot, posisi fibertec dalam keadaan vacuum dan kran air dibuka.

6. Aquadest yang telah dipanaskan dimasukkan kedalam semprotan lalu semprotan ke crusible. Posisi fibertec tetap dalam keadaan vacuum dan kran air terbuka (lakukan pembilasan sebanyak 3 kali).

7. Fibertec ditutup, NaOH yang telah dipanaskan dimasukkan kedalam crucible pada garis ke 2, kran air pada posisi terbuka, fibertec dihidupkan dengan suhu optimum. Sampel yang telah mendidih diteteskan octanol sebanyak 2 tetes ke dalam tabung yang berbuih, kemudian dipanaskan selama 30 menit, selanjutnya matikan fibertec (off) kran ditutup suhu dioptimumkan, selanjutnya lakukan pembilasan dengan aquadest panas sebanyak 3 kali (fibertec pada posisi vacum) setelah selesai membilas, fibertec pada posisi tertutup.

8. Crusible dipindahkan ke cold extraction lalu dibilas dengan aceton. Cold extraction pada posisi vacuum, kran air dibuka (lakukan sebanyka 3 kali) untuk pembilasan.

9. Crusible dimasukkan ke dalam oven selama 2 jam dengan suhu 130⁰C.

10. Crusible didinginkan dalam desikator 1 jam selanjutya ditimbang (W2).

(36)

11. Crusible dimasukkan ke dalam tanur selama 3 jam dengan suhu 525⁰C, kemudian didinginkan dalam desikator salama 1 jam dan ditimbang (W3).

Perhitungan :

%SK = Keterangan :

WI = Berat Sampel

W2 = Berat Sampel + crusible setelah dioven (gram) W3 = Berat Sampel + crusible setelah ditanur (gram) Penentuan Kandungan Lemak Kasar (Foss Analytical, 2003)

Cara kerja :

1. Sampel ditimbang sebanyak 2 g, dimasukkan ke dalam timbel dan ditutup dengan kapas (Y).

2. Timbel yang berisi sampel diletakkan pada soxtec, alat dihidupkan dan dipanaskan sampai suhu 135⁰C dan air dialirkan, timbel diletakkan pada soxtec pada posisi rinsing.

3. Aluminium cup selanjutnya dimasukkan (sudah ditimbang beratnya Z) yang berisi petroleum benzene 70 mL ke soxtec, lalu tekan start dan jam, soxtec pada posisi boiling, dilakukan selama 20 menit.

4. Soxtec kemudian ditekan pada posisi rincing selama 40 menit, kemudian dilakukan recovery 10 menit, posisi kran pada soxtec dengan posisi melintang.

5. Aluminium cup dan lemak dimasukkan ke dalam oven selama 2 jam pada suhu 135⁰C, lalu dimasukkan dalam desikator, setelah dingin dilakukan penimbangan (Y).

Perhitungan :

%LK = Keterangan :

Z = Berat Aluminium Cup + Lemak X = Berat Aluminium Cup

Y = Berat Sampel

4. Penentuan Kandungan Kadar Abu (AOAC, 1993) Cara kerja :

1. Crusible yang bersih dimasukkan ke dalam oven pada suhu 110⁰C selama 1 jam.

(37)

2. Crusible kemudian didinginkan ke dalam desikator selama lebih kurang 1 jam, setelah crusible dingin ditimbang beratnya (W1).

3. Sampel ditimbang sebanyak 1 g (Y) lalu masukkan ke dalam crusible.

4. Crusible beserta sampel kemudian dimasukkan ke dalam tanur pengabuan dengan suhu 525⁰C selama 3 jam.

5. Sampel dan crusible dimasukkan ke dalam desikator selama 1 jam.

6. Crusible dingin, lalu abunya ditimbang (W3).

Penghitungan :

% kandungan = ( ) Keterangan:

W1 = Berat Crusible W2 = Berat Sampel W3 = Berat Crusible + Abu

5. Penentuan Kandungan BETN (Hermayati et al, 2006)

Penentuan kandungan bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN) dengan cara pengurangan angka 100% dengan persentase abu, protein kasar, lemak kasar, dan serat kasar.

Perhitungan :

% BETN = 100% - (% PK + % SK + % LK + % Abu) 3.5 Analisis Data

Analisis data yang digunakan yaitu dengan menggunakan analisis keragaman rancangan acak lengkap (RAL) menurut Steel dan Torrie (1992), perbedaan pengaruh perlakuan diuji menurut Duncan’s Multiple Range Text (DMRT). Model linier rancangan acak lengkap adalah sebagai berikut.

Yij = μ + τi+ εij

Keterangan :

Yij : Nilai pengamatan pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j μ : Rataan Umum

τi : Pengaruh perlakuan ke-i

εij : Pengaruh galat percobaan pada dari perlakuan ke-I ulangan ke-j i : 1, 2, 3, dan 4 (Perlakuan)

j : 1,2,3,4, 5, (Ulangan)

(38)

Tabel 3.4. Analisis Sidik Ragam

Sumber Ftabel

DB JK KT Fhitung

Keragaman 0,05 0,01

Perlakuan t-1 JKP KTP KTP/KTG - -

Galat t(r-1) JKG KTG - -

Total rt-1 JKT - - -

Keterangan :

Faktor Koreksi (FK) = Y..2

r.t

Jumlah Kuadrat Total (JKT) = ∑ (Yij)2 – FK Jumlah Kuadrat Perlakuan (JKP) = ∑ (Yj)2 – FK

r

Jumlah Kuadrat Galat (JKG) = JKT – JKP

Kuadrat Tengah Perlakuan (KTP) = JKP/dbP

Kuadrat Tengah Galat (KTG) = JKG/dbG

F. hitung = KTP/KTG

Uji lanjut dengan Duncan’s Multiple Range Test (DMRT) dilakukan jika terdapat pengaruh yang nyata (Steel dan Torrie, 1992).

(39)

V. PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa:

1 Hasil kandungan nutrisi dari wafer ransum komplit penelitian ini yaitu dapat meningkatkan BETN 64,57% - 72,67%, dan menurunkan bahan kering 68,84% - 62,82%. Perlakuan penambahan level ampas sagu sampai 30% menurunkan protein kasar 9,01% - 6,16%, lemak kasar 5,27% - 4,15%, serat kasar 14,36% - 11,79%, dan abu 7,04 – 5,21%.

2 Perlakuan terbaik dari 30% ampas sagu dapat dilihat dari menurunnya SK 11,79%, menurunnya LK 4,15% dan menaikkan BETN 72,67%.

5.2. Saran

Adapun saran dari penelitian ini adalah perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan pengaplikasian terhadap ternak kambing.

(40)

DAFTAR PUSTAKA

Adelina, T. 2008. Pengaruh Komposisi Substrat dan Dosis Inokulum Laru terhadap Nilai Gizi Ampas Sagu (Metroxylon sp) Fermentasi. Jurnal Peternakan. Vol. 5 (2) : 71-74.. Pekanbaru.

Amrullah, L.K. 2003. Nutrisi Ayam Petelur. Lembaga Satu Gunung Budi. Bogor.

AOAC. 1993. Official Methods of Analysis of The Association of Official Analitycal Chemists. Association of Official Analytical Chemists.

Washington DC.

Arief, R.W., A. Yani, Asropi dan F. Dewi. 2014. Kajian pembuatan tepung jagung dengan proses pengolahan yang berbeda. Prosiding Seminar Nasional “ Inovasi Teknologi Pertanian Spesifik Lokasi”, Banjarbaru 6-7 Agustus 2014. Hlm. 611-618.

Bintaro, H.M.H., H.M.Yanuar., J. Purwanto, dan S. Amarilis. 2010. Sagu di Lahan Gambut. IPB Press. Bogor. 169 hlm.

Canny, A.C., H. Latifah., dan C. Imam. 2016. Perbandingan Metode ANN-PSO dan ANN-GA Dalam Pemodelan Komposisi Pakan Kambing Peranakan Etawa (PE) Untuk Optimasi Kandungan Gizi. Jurnal Teknologi Informasi dan Ilmu Kompute. Fakultas Ilmu Komputer Universitas Brawijaya.

Malang.

Cherney, D. J. R. 2000. Characterization of Forages by Chemical Analysis. In:

D.I. Given, E. Owen, R.F.E. Axford, and H.M. Omed eds. Forage Evaluation in Ruminant. CAB International. Wallingford. Pp. 281 – 300.

Direktorat Jenderal Perkebunan (DJP). 2017. Statistik Perkebunan Indonesia.

Kementerian Pertanian. Jakarta.

Foss Analytical. 2006. Fibertec M. 6 1020/ 1021. User Manual. 1000. 1537/ Rev 3. Foss Analytical A. B. Sweden.

Hardikawati, M.I. 2017. Uji Kandungan Nitrogen dan Phospor Pupuk Organik Cair Kombinasi Ampas Sagu dan Daun Lamtoro dengan Penambahan Kotoran Itik sebagai Bioaktivator. Skripsi. UMS. Surakarta.

Hartadi, H., Rekshohadiprodijo, S., dan Tillman, A.D. 1997. Tabel Komposisi Pakan untuk Indonesia. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Herbowo, F. 2018. Kualitas Nutrisi Pakan Wafer Ransum Komplit dengan Penambahan Tepung Ampas Tebu sebagai Subtitusi Rumput Lapang pada Lama Penyimpanan yang Berbeda. Skripsi. Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.

Pekanbaru.

(41)

Hermayati, Y., dan G. Eli. 2006. Modul Analisa Proksimat. Padang: SMAK 3 Padang.

Hernaman, I., R. Hidayat dan Mansyur. 2005. Ampas adalah limbah hasil pengolahan kedelai menjadi tahu. Jurnal Ilmu Peternakan. 5 (2) : 94-99.

Idral, D.D., S. Marniati, dan Elida. 2012. Pembuatan bioetanol dari ampas sagu dengan proses hidrolisis asam dan menggunakan Saccharomyces cerevisiae. Jurnal Kimia, 1 (01). Padang. Sumatera Barat.

Jayusmar. 2000. Pengaruh suhu dan tekanan pengempaan terhadap sifat fisik wafer ransum komplit dari limbah pertanian sumber serat dan leguminosa untuk ternak ruminansia. Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Kiat, L.J. 2006. Preparation and Characterization Of carboxymethyl Sago Waste and Its Hydrogel Tesis. Malaysia : Universitas Putra Malaysia.

Kiay, M, Z. 2014. Level penambah tepung daun lamtoro (Laucaena leucocephala) dalam ransum untuk meningkatkan kualitas kuning telur puyuh. Skripsi.

Fakultas PeternakanUniversitas Negeri Gorontalo.Gorontalo.

Laboratorium Pusat Penelitian Sumberdaya Hayati dan Bioteknologi. 2018. Hasil Analisis Proksimat Molases, Indigofera sp, Dedak Padi, Onggok dan Ampas Sagu. Lembaga Penelitian dan Pemberdayaan Masyarakat. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Lalitya, D. 2004. Pemanfaatan serabut kelapa sawit dalam wafer ransum komplit domba. Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Louhenapessy, J.E., M. Luhukay., S. Talakua., H. Salampessy., dan J. Riry. 2010.

Sagu Harapan dan Tantangan. Bumi Aksara. Jakarta. 288 Hal.

L, Perianita. 2018. Kandungan Fraksi Serat Wafer Ransum Komplit Dengan Penambahan Level Ampas Sagu Berbeda Pada Ransum Sapi Bali. Skripsi.

Fakultas Pertanian dan Peternakan. Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau. Pekanbaru. .

Lu, C.D. J.R. Edwards, and O.G. Mahgoup. 2005. Fiber Digestion and Ultilization in Goats. Small Rumin. Res. 60: 45 – 65.

Manley, D. J. R. 2000. Technology of Biscuits, Crackers and Cookies. Ellis Horwood Limited. United Kingdom. Chiecester Publisher.

McDonald, P., R. Edwards, and J. Greenhalgh. 1995. Animal Nutrition. 5th Edition Logman Scientific and Technical. Inc New York.

Mucra, D. A. 2007. Pengaruh Fermentasi Serat Buah Kelapa Sawit Terhadap Komposisi Kimia dan Kecernaan Nutrisi Secara In-Vitro. Tesis Pasca Sarjana Peternakan. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

(42)

Mulyono. 2000. Metode Analisis Proksimat. Erlangga. Jakarta.

Murtidjo, BA. 1995. Memelihara Kambing Potong dan Perah, Kanisius.

Yogyakarta.

Murni, R., Suparjo, Akmal, dan B. L. Ginting. 2008. Buku Ajar Teknologi Pemanfaatan Limbah untuk Pakan. Laboratorium Makanan Ternak.

Fakultas Peternakan. Universitas Jambi. Jambi.

National Research Council. 2001. Nutrient Requirement of Dairy Cattle. 7th Reviced Edition. National Acedemy Press. Washington D.C, USA.

Nuraini., H. Abbas., Y. Rizal, dan Y. Marlida. 2005. Pemanfaatan ampas sagu fermentasi kaya β karoten dalam ransum terhadap produksi dan kualitas telur ayam ras. Jurnal Ilmiah Ilmu Peternakan Jambi, (8) : 55 - 59.

Noor, T.F.D., 2012. Pemanfaatan Tepung Ampas Tahu pada Pembuatan Produk Cookies (Chocolate Cookies, Bulan Sabit Cookies, dan Pie Lemon Cookies). Proyek Akhir. Universitas Negeri Yogyakarta.

Noviagama, V. R. 2002. Penggunaan tepung gaplek sebagai bahan perekat alternatif dalam pembuatan wafer ransum komplit. Skripsi. Fakultas Peternakan.

Perianita, L. 2019. Kandungan Nutrisi Wafer Ransum Komplit Dengan Penambahan Level Ampas Sagu Berbeda Untuk Sapi Bali. Skripsi.

Fakultas Pertanian dan Peternakan. Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau. Riau.

Pratama. T., F. Fathul dan Muhtarudin. 2015. Organoleptik Wafer dengan Berbagai Komposisi Limbah Pertanian di Desa Bandar Baru Kecamatan Sukau Kabupaten Lampung Barat. Jurnal Ilmiah Peternakan Terpadu.

3(2) : 92-97.

Ralahalu, T.N. 2012. Potensi Ampas Sagu dan Limbah Udang sebagai Sumber Serat dalam Ransum dan Pengaruhnya terhadap Kadar Kolesterol serta Kualitas Karkas Babi. Disertasi. Sekolah Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Rasyaf, M. 2004. Seputar Makanan Ayam Kampung. Catatan ke-8, Penerbit Kanisius. Yogyakarta.

Reyed, R.M., and El-Diwany, A. 2007. Molasses as bifidus promoter on bifidobacteria and lactic acid bacteria growing in skim milk. Internet J Microbiol, 5 (1):1-8.

Sano, H., A. Takebayashi., Y. Kodama., K. Nakamura., H. Ito., Y. Arino., T.

Fujita., H. Takahashi., and K. Ambo. 1999. Effects of feed restriction and cold exposure on glucose metabolism in response to feeding and insulin in sheep. J. Anim. Sci., 77(9): 564-2573. doi:10.2527/1999.7792564x

(43)

Sudarmadji, S dan H. Bambang . 2003. Prosedur Analisis Bahan Makanan dan Pertanian. Liberty. Yogyakarta. 138 hlm.

Schalbroeck. 2001. Toxicologikal Evolution of Red Mold Rice. DPG- Senate Comision on Food Savety. Ternak Monogastrik. Karya Ilmiah. Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Scott, M. L., M. C. Neisheim and R. J. Young. 1982. Nutrition of Chicken. 3rd Edition, Published M, L Scott and Associates: Ithaca, New York.

Senthilkumar, S., T., Suganya., K., Deepa., J., Muralidharan, and K., Sasikala.

2016. Supplementation Of Molasses In Livestock Feed. International Journal of Science, Environment and Technology, 5 (3) : 1243-1250.

Setiadi, B., D. Priyanto dan M. Martawidjaja. 1997. Komparatif Morpologik Kambing. Laporan Hasil Penelitian APBN 1996/1997. Balai Penelitian Ternak. Ciawi-Bogor.

Setiawan, B. 2017. Kandungan Protein Kasar dan Serat Kasar Dedak Padi yang Difermentasi dengan Mikroorganisme Lokal. Skripsi. Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin. Makassar.

Soejono, M. 1990. Petunjuk Laboratorium Analisis dan Evaluasi Pakan. Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Steel, R.G.D. dan J.H. Torrie. 1992. Prinsip dan Prosedur Statistika. Gramedia.

Jakarta. 748 hlm.

Sudarmadji, S dan H. Bambang . 2003. Prosedur Analisis Bahan Makanan dan Pertanian. Liberty. Yogyakarta. 172 hlm.

Suparjo, 2010. Diktat Laboratorium Makanan Ternak. Fakultas Peternakan Universitas Jambi. Jambi.

Sutardi, T. 2009. Landasan Ilmu Nutrisi Jilid 1. Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor.

Suyitno dan Karimarinjani. 1996. Dasar-Dasar Pengemasan. Rineka Cipta.

Jakarta.

Tenda,E. T., R.T.P. Hutapea dan M.Syakir. 2009. Sagu tanaman perkebunan penghasil bahan bakar nabati. Jurnal. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan. Hlm. 143-160.

Theurer, C. B., J. T. Huber, A. Delgado-Elorduy, and R. Wanderlay. 1999. Invited Review; Summary of Steam-Flaking Corn or Sorghum Grain for Lactating Dairy Cows. Journal Dairy Sci,82:1950-1959.

(44)

Trisyulianti, E., Suryahadi dan V. N. Rakhma. 2003. Pengaruh Penggunaan Molases dan Tepung Glapek Sebagai Bahan Perekat Terhadap Sifat Fisik Wafer Ransum Komplit. Media Peternakan. (26) : 35-40.

Umam, S., N.P. Indriani dan A. Budiman. 2014. Pengaruh tingkat penggunaan tepung jagung sebagai aditif pada silase rumput gajah (Pennisetum purpureum) terhadap asam laktat, NH3 dan pH. Jurnal. Fakultas Peternakan Universitas Padjajaran. Bandung. Vol.4. No.1.

Wahyono, D.E. dan R. Hardianto. 2004. Pemanfaatan Sumber Daya Pakan Lokal untuk Pengembangan Usaha Sapi Potong. Makalah disampaikan pada Lokakarya Nasional Sapi Potong 2004. Pusat Penlitian dan Pengembangan Peternakan, Bogor. Hlm 66-76.

Wajizah, S., Samadi., Yunasri., Usman dan E. Mariana. 2014. Peningkatan Kualitas Pelepah Kelapa Sawit (Oil Palm Fronds) Melalui Teknik Fermentasi sebagai Sumber Pakan Sapi Aceh. Universitas Syah Kuala.

Laporan Tahunan Penelitian Unggulan Perguruan Tinggi. Banda Aceh.

Winedar, H., S. Listyawati dan Sutarno. 2006. Daya Cerna Protein Pakan, Kandungan Protein Daging, dan Pertambahan Berat Badan Ayam Broiler setelah Pemberian Pakan yang Difermentasi dengan Effective Microorganisms-4 (EM-4). Bioteknologi 3 (1): 14-19

Yang, C., M. J., S.C Huang, T. Chang, Y.H. Cheng, and C. T. Chang. 2004.

Fermentation Acids, Aerobic Fungal Growth, and intake of Napier Grass Ensiled with non Fiber Carbohidrates. Journal Dairy Sci, 87 : 630-636.

Yudono, B., F. Oesman, dan Hermansyah. 1996. Komposisi Asam Lemak Sekam dan Dedak Padi. Majalah Sriwijaya. 32 (2) : 8-11.

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Menimbang : bahwa berdasarkan Buku Pedoman Pendidikan Universitas Brawijaya, setiap mahasiswa Universitas Brawijaya yang telah lulus diwajibkan mengikuti wisuda dan

Dalam penelitian ini Personal Relationship yang mendapat kepuasan tertinggi berarti, Majalah SCG dapat digunakan untuk mencari topik untuk berdiskusi, serta

Benih ditanam secara langsung atau melalui persemaian. Benih ditanam sebanyak 3 butir per lubang tanam, kemudian tutup dengan tanah. Beberapa bentuk pemeliharaan

Konsep komedi Opera Van Java terinspirasi dari wayang kulit yang dimainkan dalang dengan mengubah peran yang dimainkan wayang kulit menjadi orang sungguhan,

Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 2004 tentang Kedudukan Protokoler dan Keuangan Pimpinan dan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah selain dimaksudkan

Berdasarkan hasil estimasi model persamaan regresi yang telah dilakukan di atas diperoleh nilai koefisien determinasi (R 2 ) pada (lampiran 5) menghasilkan nilai

Pelaksanaan penjabaran APBD yang ditetapkan dalam Peraturan Walikota ini dituangkan lebih lanjut dalam Dokumen Pelaksanaan Anggaran Satuan Kerja Perangkat

Kajian coreflooding test di laboratorium injeksi surfactant- polymer ini meliputi pengukuran tegangan antarmuka larutan surfaktan pada berbagai konsentrasi dan tipe