i
HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DAN KETERAMPILAN INTERPERSONAL DENGAN INTERAKSI SOSIAL DI SEKOLAH
PADA SISWA KELAS XI SMK NEGERI 1 SEYEGAN
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh
Iriena Nurfadhilah NIM. 11104244001PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
iii
v
MOTTO
“Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu, damaikanlah (perbaiki hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah kepada Allah SWT,
supaya kamu mendapat rahmat”.
(terjemahan Q.S. Al-Hujarat: 10)
Orang yang kuat bukanlah orang yang hebat dalam bertengkar, sesungguhnya orang yang kuat adalah orang yang dapat menahan emosi ketika harus marah.
(HR. Bukhari)
“Tidak ada yang dapat mengubah takdir kecuali doa dan usaha. Kamu bisa ketika kamu percaya bahwa kamu bisa, tetaplah berfikir positif terhadap kemampuan diri
sendiri dan selalu berhusnudzon terhadap ketentuan Allah SWT”.
vi
PERSEMBAHAN
Karya ini penulis persembahkan untuk:
1. Bapak, Ibu dan kakak tercinta, terimakasih atas kasih sayang dan segalanya
yang telah diberikan untukku.
vii
HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DAN KETERAMPILAN INTERPERSONAL DENGAN INTERAKSI SOSIAL DI SEKOLAH
PADA SISWA KELAS XI SMK NEGERI 1 SEYEGAN
Oleh Iriena Nurfadhilah NIM. 11104244001
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan positif dan signifikan (1) kecerdasan emosional dengan interaksi sosial di sekolah, (2) keterampilan interpersonal dengan interaksi sosial di sekolah, dan (3) kecerdasan emosional dan keterampilan interpersonal dengan interaksi sosial di sekolah pada siswa kelas XI SMK Negeri 1 Seyegan.
Pendekatan penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan jenis penelitian korelasional. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI SMK N 1 Seyegan dengan populasi sebesar 399 siswa. Jumlah sampel pada penelitian ini adalah 120 siswa dengan teknik proportional random sampling. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan skala, yaitu skala kecerdasan emosional, keterampilan interpersonal dan interaksi sosial di sekolah. Validitas instrumen menggunakan expert jugdement dan uji coba instrumen dengan penentuan gugur atau tidaknya item dengan rumus product moment. Reliabilitas instrumen diukur menggunakan alpha cronbach
dengan koefisien reliabilitas sebesar 0,9 pada skala kecerdasan emosional, 0,882 pada skala keterampilan interpersonal dan 0,877 pada skala interaksi sosial di sekolah. Analisis data menggunakan teknik korelasi product moment dan korelasi ganda.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif dan signifikan (1) kecerdasan emosional dengan interaksi sosial di sekolah dengan koefisien korelasi sebesar 0,416, (2) keterampilan interpersonal dengan interaksi sosial di sekolah dengan koefisien korelasi sebesar 0,656, dan (3) kecerdasan emosional dan keterampilan interpersonal dengan interaksi sosial di sekolah dengan koefisien korelasi sebesar 0,657. Pada penelitian ini kecerdasan emosional dan keterampilan interpersonal memberikan kontribusi pada interaksi sosial di sekolah sebesar 43,1 %.
viii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirobbil’alamin, puji syukur penulis panjatkan kehadirat
Allah SWT atas segala rahmat, nikmat, serta kasih sayang yang berlimpah sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi yang berjudul “Hubungan
Kecerdasan Emosional dan Keterampilan Interpersonal dengan Interaksi Sosial di Sekolah Pada Siswa Kelas XI SMK N 1 Seyegan” ini dengan baik.
Penyusunan skripsi ini tidak akan selesai tanpa adanya bantuan, do’a dan dukungan dari berbagai pihak sehingga dapat meminimalisir segala keterbatasan, kekurangan dan memperlancar penulisan. Oleh karena itu penulis haturkan terima
kasih setulusnya kepada:
1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) yang telah memberi
kesempatan bagi peneliti untuk menempuh dan menyelesaikan studi.
2. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta yang telah
memberikan fasilitas kemudahan dan izin penelitian.
3. Ketua Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan yang telah memberikan saran dan masukan terutama dalam pemilihan judul penelitian.
4. Ibu Dr. Budi Astuti, M.Si dan Bapak Sugiyanto, M.Pd, dosen pembimbing yang dengan penuh kesabaran telah memberikan bimbingan, arahan, nasihat
serta masukan yang sangat berarti terhadap penelitian ini.
5. Ibu Dr. Budi Astuti, M.Si., dosen pembimbing akademik yang penuh kesabaran mendampingi dan membimbing menjalani masa studi.
ix
7. Guru-guru SMK N 1 Seyegan yang telah membantu selama proses penelitian.
8. Siswa kelas XI SMK N 1 Seyegan yang telah bersedia meluangkan waktu untuk menjadi responden penelitian.
9. Sahabat tercinta Ghassani dan Dinar yang telah membantu proses penelitian. Dini, Hesti, Dita, Tya yang tak pernah lelah mengingatkan, memberi semangat serta do’a. Ruly Ningsih dan Fenny yang telah membantu
penyelesaian skripsi ini. Serta seluruh teman-teman mahasiswa BK kelas C angkatan 2011, mengajarkan saya arti bersyukur.
10.Semua pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu, yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.
Demikian, semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak. Atas perhatiannya penulis ucapkan terima kasih.
Yogyakarta, 22 September 2015
x 1. Pengertian Kecerdasan Emosional ... 15
2. Aspek-aspek Kecerdasan Emosional ... 17
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kecerdasan Emosional ... 21
4. Upaya Meningkatkan Kecerdasan Emosional ... 23
5. Cara Pengukuran Kecerdasan Emosional ... 26
xi
2. Aspek-aspek Keterampilan Interpersonal ... 28
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keterampilan Interpesonal .. 32
4. Upaya Meningkatkan Keterampilan Interpersonal ... 35
5. Cara Pengukuran Keterampilan Interpersonal ... 38
C. Kajian Interaksi Sosial di Sekolah 1. Pengertian Interaksi Sosial di Sekolah ... 38
2. Syarat-syarat Terjadinya Interaksi Sosial di Sekolah... 40
3. Bentuk-bentuk Interaksi Sosial di Sekolah ... 43
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Interaksi Sosial di Sekolah . 46 5. Cara Pengukuran Interaksi Sosial di Sekolah ... 50
D. Siswa SMK Sebagai Remaja 1. Pengertian Remaja ... 50
2. Ciri-ciri Remaja ... 52
3. Tugas Perkembangan Remaja ... 55
4. Perkembangan Emosi Remaja... 56
5. Perkembangan Sosial Remaja ... 58
E. Kerangka Berfikir... 60
E. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi Penelitian ... 69
2. Sampel Penelitian ... 69
F. Definisi Operasional 1. Kecerdasan Emosional ... 71
2. Keterampilan Interpersonal ... 72
3. Interaksi Sosial di Sekolah ... 72
xii H. Instrumen Penelitian
1. Skala Kecerdasan Emosional ... 74
2. Skala Keterampilan Interpersonal ... 75
3. Skala Interaksi Sosial di Sekolah ... 76
I. Uji Coba Instrumen 1. Uji Validitas ... 76
2. Uji Reliabilitas ... 79
J. Teknik Analisis Data 1. Uji Persyaratan Analisis ... 80
2. Uji Hipotesis ... 81
3. Interpretasi Koefisien Korelasi ... 82
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Gambaran Umum Subjek ... 83
2. Deskripsi Data Hasil Penelitian ... 84
3. Uji Persyaratan Analisis ... 92
4. Uji Hipotesis ... 93
B. Pembahasan ... 96
C. Keterbatasan Penelitian ... 109
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 110
B. Saran ... 111
DAFTAR PUSTAKA ... 113
xiii
DAFTAR TABEL
Hal.
Tabel 1. Keadaan Populasi Subjek Penelitian ... 69
Tabel 2. Sampel Penelitian ... 71
Tabel 3. Ketentuan Penelitian ... 73
Tabel 4. Kisi-kisi Skala Kecerdasan Emosional ... 74
Tabel 5. Kisi-kisi Skala Keterampilan Interpersonal ... 75
Tabel 6. Kisi-kisi Skala Interaksi Sosial di Sekolah ... 76
Tabel 7. Pedoman Interpretasi Koefisien Korelasi ... 82
Tabel 8. Deskripsi Data Kecerdasan Emosional ... 84
Tabel 9. Kategorisasi Data Kecerdasan Emosional ... 85
Tabel 10. Deskripsi Data Keterampilan Interpersonal ... 87
Tabel 11. Kategorisasi Data Keterampilan Interpersonal ... 88
Tabel 12. Deskripsi Data Interaksi Sosial di Sekolah ... 89
xiv
DAFTAR GAMBAR
Hal.
Gambar 1. Paradigma Ganda dengan Dua Variabel Independen ... 67
Gambar 2. Diagram Kecerdasan Emosional Siswa... 86
Gambar 3. Diagram Keterampilan Interpersonal Siswa ... 89
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Hal.
Lampiran 1. Instrumen Penelitian ... 119
Lampiran 2. Tabulasi Data ... 128
Lampiran 3. Penghitungan Reliabilitas Kecerdasan Emosional, Keterampilan Interpersonal dan Interaksi Sosial di Sekolah ... 137
Lampiran 4. Hasil Uji Normalitas ... 143
Lampiran 5. Hasil Uji Linearitas ... 144
Lampiran 6. Hasil Uji Multikolinieritas ... 145
Lampiran 7. Hasil Uji Hipotesis ... 146
Lampiran 8. Hasil Deskripsi Data Kecerdasan Emosional, Keterampilan Interpersonal dan Interaksi Sosial di Sekolah ... 148
Lampiran 9. Penghitungan Kategorisasi Setiap Variabel ... 149
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pada dasarnya dalam rentang kehidupan, setiap manusia mengalami beberapa tahap perkembangan. Tahapan perkembangan merupakan suatu proses alamiah yang menjadikan manusia sebagai makhluk sempurna.
Perkembangan manusia diawali dalam kandungan sampai dengan meninggal dunia. Tahap perkembangan tersebut dimulai dari prenatal, masa bayi,
kanak-kanak, remaja, dewasa dan usia lanjut. Masing-masing tahapan perkembangan memiliki ciri atau karakteristik tersendiri.
Salah satu tahapan yang dijalani individu yaitu masa remaja. Jika ditinjau dari rentang kehidupan manusia merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang ditandai dengan pertumbuhan dan
perkembangan biologis dan psikologis dalam dirinya (Rita Eka Izzaty, dkk., 2013: 122). Awal masa remaja berlangsung kira-kira dari usia 13 tahun hingga 16 atau 17 tahun dan akhir masa remaja bermula dari usia 16 atau 17 tahun
sampai 18 tahun, yaitu usia matang secara hukum (Hurlock; Rita Eka Izzaty, dkk., 2013: 122). Batas usia remaja berdasarkan usia kronologis yaitu 13
tahun hingga 18 tahun.
Siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) termasuk ke dalam usia remaja. Pada masa ini, siswa SMK juga dihadapkan pada tugas-tugas
2
kebahagiaan dan penerimaan diri dari lingkungannya. Akan tetapi, jika
individu tidak dapat memenuhi tugas perkembangannya maka dapat menimbulkan sikap pesimis, rasa cemas yang berlebihan, kesepian, keraguan,
dan penilaian negatif terhadap diri sendiri maupun orang lain. Perilaku tersebut dapat berdampak kurang baik bagi perkembangan dirinya dan juga dalam berhubungan dengan orang lain.
Salah satu tugas perkembangan remaja menurut Havighurst dalam Hurlock (Rita Eka Izzaty, dkk., 2013: 124) yaitu mengharapkan dan mencapai
perilaku sosial yang bertanggung jawab. Artinya remaja dapat bekerja sama dan bertingkah laku secara sosial, bertanggung jawab atas apa yang dilakukan
dengan tidak melanggar aturan-aturan yang berlaku di masyarakat, karena remaja merupakan harapan-harapan sosial masyarakat.
Masyarakat mengharapkan remaja karena remaja memiliki semangat
dan potensi yang nantinya akan menjadi generasi penerus bangsa, akan tetapi remaja seringkali terlibat dengan hal-hal yang negatif. Masa remaja merupakan masa yang sangat peka dan rentan terhadap lingkungan sosial.
Remaja sebagai makhluk sosial, juga membutuhkan orang lain untuk memenuhi kebutuhan sosialnya. Kebutuhan sosial tersebut dapat terpenuhi
dengan melakukan interaksi sosial. Individu dapat merasakan kasih sayang, kepuasan dan pengawasan dengan melakukan interaksi sosial (Suranto AW, 2011: 2). Individu diharapkan mampu memiliki kemampuan interaksi dengan
3
Bonner menyebutkan bahwa interaksi sosial adalah suatu hubungan
antara dua orang atau lebih, yang saling mempengaruhi, mengubah, dan memperbaiki perilaku individu satu dengan yang lainnya (Gunawan; Ahmad
Efendi Siregar, 2011: 32). Interaksi sosial tidak hanya di dalam rumah namun juga ditemui di lingkungan masyarakat maupun lingkungan sekolah. Interaksi sosial di sekolah lebih luas jika dibanding dengan interaksi di dalam rumah.
Di sekolah, siswa melakukan interaksi dengan sesama siswa, guru, dan pihak yang berada dalam lingkungan sekolah dengan berbagai macam kepribadian.
Pada kenyataannya, tidak semua individu dapat berinteraksi dengan baik di sekolah. Goleman (Al. Tridhonanto & Beranda Agency, 2010:8)
mengatakan apabila seseorang pandai menyesuaikan diri dengan suasana hati individu yang lain atau berempati, maka individu tersebut akan memiliki tingkat emosional yang baik dan akan lebih mudah menyesuaikan diri dan
berinteraksi dalam pergaulan sosial serta lingkungan. Individu yang pandai menyesuaikan diri, dapat dikatakan memiliki kecerdasan emosional yang tinggi.
Individu dikatakan memiliki kecerdasan emosional rendah mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: tidak mempunyai rasa tanggung jawab terhadap diri
sendiri maupun orang lain, suka menyalahkan orang lain, bereaksi berlebihan terhadap kejadian yang sederhana, tidak memiliki keseimbangan emosi, tidak mempunyai rasa empati, berorientasi pada kepentingan sendiri, sulit menerima
4
sangat penting untuk dimiliki karena dapat mempengaruhi dalam berinteraksi
sosial.
Menurut Cooper dan Sawaf (Al. Tridhonanto & Beranda Agency,
2010: 8) kecerdasan emosional adalah kemampuan merasakan, memahami, dan secara selektif menerapkan daya dan kepekaan emosi sebagai sumber energi dan pengaruh yang manusiawi. Kecerdasan emosional mempunyai
peranan yang sangat penting dalam melakukan interaksi sosial di sekolah. Al. Tridhonanto & Beranda Agency (2010: 3) menyatakan jika seorang remaja
merasa kegiatan di sekolah tidak mampu menampung gejolak energi, maka remaja akan meluapkan kelebihan energinya untuk hal-hal yang cenderung
negatif, misalnya tawuran, kebut-kebutan di jalan raya, dan merusak sarana umum. Hal ini berpengaruh pada hubungan remaja dengan lingkungan sekitarnya.
Selain mempunyai kecerdasan emosional yang baik, setiap individu juga dituntut untuk memiliki keterampilan interpersonal yang baik dalam berinteraksi dan menjalin hubungan dengan orang lain. Keterampilan
interpersonal menjadi sangat penting dalam kehidupan sosial karena pada dasarnya manusia tidak dapat menyendiri, melainkan selalu berkeinginan
untuk tinggal bersama sekaligus menjalin hubungan dengan individu-individu lainnya dan saling memerlukan satu sama lain (Safari; Akhtim Wahyuni, 2011: 1). Keberhasilan proses penyesuaian individu dalam interaksi di
5
yang mempengaruhi kecerdasan emosional adalah keterampilan sosial dan
keterampilan interpersonal.
Oak (Muhammad Yaumi, 2012:144) menyatakan bahwa keterampilan
interpersonal adalah keterampilan yang dibutuhkan untuk berinteraksi dalam situasi sosial. Individu yang memiliki keterampilan interpersonal rendah menunjukkan sikap, diantaranya tidak mampu mengembangkan dan
menciptakan relasi sosial baru yang efektif, tidak mampu memecahkan masalah dengan baik, tidak dapat bergaul dengan berbagai perbedaan, tidak
mempunyai rasa empati, dan tidak dapat bekerjasama dengan baik (Risalatun Nisa, 2014: 33).
Berdasarkan observasi yang telah dilakukan selama masa Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) pada tanggal 29 Juni hingga 17 September 2014 di SMK Negeri 1 Seyegan, terdapat beberapa permasalahan yang terjadi
terkait dengan kecerdasan emosional, di antaranya sebagai berikut: terdapat beberapa siswa yang sering tidak masuk sekolah tanpa keterangan sehingga hampir dikeluarkan, saling ejek dengan teman satu kelas sehingga
menimbulkan perkelahian, maraknya kasus tawuran dikarenakan permasalahan yang sepele dan berakhir pada tindak pidana, mengajak
berkelahi teman satu kelas hanya karena siswa tersebut diingatkan untuk tidak berisik.
Wawancara yang dilakukan pada 3 Februari 2015 dengan salah satu
6
dengan keterampilan interpersonal, antara lain sebagai berikut: pernah terlibat
perkelahian antar pelajar, menertawakan dan meledek teman yang tidak bisa mengerjakan tugas guru sehingga mengakibatkan siswa yang bersangkutan
merasa minder dan tidak percaya diri dan kesalah pahaman dengan teman satu sekolah yang menimbulkan konflik.
Pada tanggal 19 November 2014 terjadi perkelahian antar pelajar SMK
Negeri 1 Seyegan dengan SMK N 5 Yogyakarta karena saling ejek saat turnamen futsal. Fakta lain yang terjadi adalah adanya kasus ± 50 siswa SMK
Negeri 1 Seyegan melakukan penyerangan terhadap SMA Negeri 1 Sleman sebagai bentuk balas dendam dikarenakan salah satu siswa kelas X SMK
Negeri 1 Seyegan menjadi korban pengeroyokan pelajar SMA 1 Sleman saat pulang sekolah pada tanggal 6 November 2014 hingga korban meninggal dunia.
Data pra penelitian berupa analisis angket sosiometri yang disebarkan pada tanggal 3 September sampai dengan 11 September 2014 kepada siswa kelas X dan XI dengan jumlah ±600 siswa oleh guru bimbingan dan
konseling, juga menunjukkan beberapa permasalahan yang terkait dengan hubungan pertemanan antar siswa di sekolah, di antaranya terdapat siswa yang
tidak diharapkan kehadirannya dikarenakan tidak dapat menjaga tutur katanya, membuat kegaduhan ketika di dalam kelas, sering datang terlambat, berani bermain tangan. Hasil angket sosiometri di atas menunjukkan bahwa terdapat
7
individu yang setipe dan sulit untuk membaur dengan siswa lain. Terdapat
juga siswa yang enggan membaur dengan siswa lain dan lebih memilih menyendiri di kelas.
Paparan observasi dan wawancara mengenai kecerdasan emosional dan keterampilan interpersonal siswa SMK Negeri 1 Seyegan menunjukkan permasalahan siswa yang tidak dapat membina hubungan baik dengan orang
lain, siswa kurang dapat mengelola emosinya dengan baik dan juga siswa tidak dapat memahami dan berempati dengan orang lain. Hal ini juga di
dukung dengan analisis angket sosiometri menunjukkan bahwa masih terdapat siswa yang mengalami kesulitan dalam melakukan interaksi sosial dengan
lingkungan sekolahnya sehingga siswa merasa terisolir.
Berdasarkan hasil tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa kecerdasan emosional mempengaruhi keterampilan interpersonal setiap individu sehingga
akan berdampak pada interaksi sosialnya juga. Hal ini menuntut siswa untuk memiliki kecerdasan emosional yang baik, supaya siswa memiliki keterampilan interpersonal yang baik sehingga siswa mampu berinteraksi
sosial di sekolah dengan baik pula.
Fenomena di atas tentu menyebabkan adanya kesenjangan dalam
pergaulan di sekolah dan dapat menghambat siswa dalam mencapai tugas perkembangannya secara optimal. Diperlukan adanya dukungan dari berbagai pihak, salah satunya yaitu pihak sekolah agar siswa-siswi yang memiliki
8
berinteraksi di sekolah diberikan layanan bimbingan dan konseling agar
tercapai tingkat kemampuan interaksi sosial yang optimal.
Bimbingan dan konseling memberikan kontribusi yang positif bagi
perkembangan siswa dalam rangka mendorong siswa untuk mencari bantuan dalam menyelesaikan masalahnya. Permasalahan yang terkait dengan kecerdasan emosional, keterampilan interpersonal, maupun interaksi sosial di
lingkungan sekolah menjadi perhatian khusus bagi pihak sekolah, khususnya bimbingan dan konseling pada bidang pribadi-sosial. Syamsu Yusuf & Juntika
Nurihsan (2006: 11) menyatakan bahwa bimbingan pribadi-sosial adalah bantuan yang diberikan kepada individu untuk menyelesaikan masalah
pribadi-sosial yang dialaminya, seperti masalah hubungan sosial, permasalahan sifat dan kemampuan diri, penyesuaian diri di lingkungan sekolah dan masyarakat, dan penyelesaian konflik. Kecerdasan emosional,
keterampilan interpersonal, dan interaksi sosial di sekolah merupakan kemampuan dalam diri individu dan juga kemampuan yang berhubungan dengan orang lain, sehingga setiap siswa dituntut untuk memiliki kecerdasan
emosional dan keterampilan interpersonal yang baik agar dapat berinteraksi sosial dengan baik di sekolah.
Bimbingan dan konseling mempunyai peranan yang sangat penting dalam memberikan layanan terkait dengan permasalahan ini. Pada kenyataannya, sampai saat ini layanan bimbingan dan konseling di sekolah
9
secara optimal dalam mengatasi permasalahan yang terjadi pada siswa terkait
dengan kecerdasan emosional, keterampilan interpersonal, maupun interaksi sosial di sekolah. Selama ini guru bimbingan dan konseling memberikan
layanan ketika permasalahan sudah terjadi, dengan melakukan konseling dengan siswa yang bersangkutan, konseling kelompok dan melakukan home visite.
Pemberian layanan bimbingan dan konseling ketika masalah sudah terjadi menjadi kurang optimal, sebaiknya guru bimbingan dan konseling
memberikan layanan preventif atau pencegahan kepada siswa mengenai beberapa permasalahan yang mungkin terjadi pada usia remaja dan berdampak
tidak baik bagi dirinya maupun orang lain. Salah satu layanan preventif yang paling mudah diberikan kepada siswa yaitu pada saat bimbingan klasikal, akan tetapi hal ini menjadi salah satu kendala bagi guru bimbingan dan konseling
karena tidak adanya jam masuk kelas guru bimbingan dan konseling untuk memberikan layanan bimbingan klasikal.
Layanan preventif bimbingan dan konseling yang dapat dilakukan guru
bimbingan dan konseling selain memanfaatkan waktu bimbingan klasikal, guru bimbingan dan konseling juga dapat mengadakan kegiatan bimbingan
kelompok saat jam pulang sekolah, menyelenggarakan kegiatan seminar tentang permasalahan yang dialami remaja pada saat masa orientasi siswa, memanfaatkan papan bimbingan sebagai layanan informasi, dan berkolaborasi
10
menjadi salah satu usaha dalam meminimalisir munculnya permasalahan dan
kenakalan pada remaja yang dapat berdampak buruk bagi siswa maupun orang lain.
Terdapat penelitian terdahulu yang membahas mengenai permasalahan sosial, di antaranya penelitian yang dilakukan oleh Adi Farman (2007) berjudul “Hubungan Antara Kecerdasan Emosional Dengan Kemampuan
Berinteraksi Sosial Mahasiswa UIN Malang.” Hasil penelitian menunjukkan
terdapat hubungan yang positif antara kecerdasan emosional dengan
kemampuan berinteraksi sosial pada mahasiswa UIN Malang. Penelitian lainnya dilakukan oleh Realino Todisha Permana (2013) dengan judul “Hubungan Kecerdasan Emosi Dengan Kemampuan Sosial Siswa Kelas VII
SMP N 2 Cepu, Blora.” Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat
hubungan positif yang signifikan antara kecerdasan emosi dengan kemampuan
sosial siswa SMP Negeri 2 Cepu Kabupaten Blora.
Kecerdasan emosional dan keterampilan interpersonal penting untuk dimiliki remaja karena merupakan faktor yang mempengaruhi kemampuan
interaksi sosial dengan lingkungannya. Siswa SMK Negeri 1 Seyegan sebagai makhluk sosial diharapkan mampu berinteraksi sosial di lingkungannya agar
dapat membangun dan menjaga hubungan yang baik dengan orang lain. Hal tersebut dikarenakan siswa SMK memiliki orientasi untuk langsung bekerja setelah lulus dari sekolah, sehingga penting bagi siswa untuk memiliki
11
Kecerdasan Emosional dan Keterampilan Interpersonal dengan Interaksi
Sosial di Sekolah pada Siswa Kelas XI SMK N 1 Seyegan.”
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, peneliti dapat mengidentifikasikan beberapa masalah sebagai berikut:
1. Terdapat beberapa siswa yang enggan membaur dengan siswa lain.
2. Terdapat siswa yang tidak diharapkan kehadirannya karena sering
membuat gaduh.
3. Terdapat siswa yang menunjukkan perilaku kurangnya kemampuan
kecerdasan emosional seperti saling ejek dan menimbulkan perkelahian. 4. Adanya siswa yang pernah terlibat perkelahian antar pelajar dan berakhir
pada tindak pidana.
5. Terdapat beberapa siswa yang tidak dapat membangun hubungan yang baik dengan siswa lain.
6. Adanya kesalah pahaman antar siswa yang menimbulkan konflik.
C. Batasan Masalah
Mengingat luasnya identifikasi masalah, maka peneliti membatasi permasalahan pada hubungan kecerdasan emosional dan keterampilan interpersonal dengan interaksi sosial di sekolah pada siswa kelas XI SMK
12
D. Rumusan masalah
Berdasarkan pembatasan masalah, maka penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Adakah hubungan positif dan signifikan kecerdasan emosional dengan interaksi sosial di sekolah pada siswa kelas XI SMK Negeri 1 Seyegan? 2. Adakah hubungan positif dan signifikan keterampilan interpersonal
dengan interaksi sosial di sekolah pada siswa kelas XI SMK Negeri 1 Seyegan?
3. Adakah hubungan positif dan signifikan kecerdasan emosional dan keterampilan interpersonal dengan interaksi sosial di sekolah pada siswa
kelas XI SMK Negeri 1 Seyegan?
E. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah:
1. Mengetahui hubungan positif dan signifikan kecerdasan emosional dengan interaksi sosial di sekolah pada siswa kelas XI SMK Negeri 1 Seyegan. 2. Mengetahui hubungan positif dan signifikan keterampilan interpersonal
dengan interaksi sosial di sekolah pada siswa kelas XI SMK Negeri 1 Seyegan.
13
F. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan dan berguna bagi beberapa pihak yang terkait, antara lain:
1. Manfaat Teoritis
Manfaat penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi ilmu pengetahuan, informasi, dan pemikiran, khusunya di bidang bimbingan
dan konseling, dan juga untuk mengetahui lebih jauh tentang variabel-variabel yang signifikan dalam menjelaskan kecerdasan emosional,
keterampilan interpersonal dan interaksi sosial di sekolah. 2. Manfaat Praktis
a. Bagi Siswa
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kesadaran kepada siswa SMK N 1 Seyegan akan pentingnya kecerdasan emosional dan
keterampilan interpersonal dalam menjalin hubungan atau berinteraksi sosial dengan kelompok teman sebaya di sekolah.
b. Bagi Guru Bimbingan dan konseling
1) Memberikan sumbangan pemikiran bagi guru bimbingan dan konseling khususnya tentang pentingnya interaksi sosial di sekolah.
14
3) Guru bimbingan dan konseling dapat membantu siswa untuk
mencapai tahap perkembangan yang optimal dan mampu menyesuaikan diri terhadap diri sendiri dan lingkungan sosialnya.
c. Bagi peneliti selanjutnya
Diharapkan hasil penelitian ini dapat bermanfaat serta digunakan sebagai dasar atau tolak ukur bagi penelitian-penelitian selanjutnya
15
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Kecerdasan Emosional
1. Pengertian Kecerdasan Emosional
Istilah kecerdasan emosional pertama kali dilontarkan pada tahun 1990 oleh psikolog Peter Salovey dan John Mayer untuk menerangkan kualitas-kualitas emosional yang tampaknya penting bagi keberhasilan
(Shapiro, 2003: 5). Kualitas-kualitas ini antara lain: empati, mengendalikan amarah, kemampuan menyesuaikan diri, kemampuan memecahkan masalah
antar pribadi, disukai, ketekunan dan sikap hormat. Salovey (Goleman, 2007: 57) menempatkan kecerdasan pribadi dari Gardner sebagai definisi dasar dari kecerdasan emosional. Kecerdasan yang dimaksud adalah
kecerdasan antar pribadi dan kecerdasan intrapribadi.
Goleman (2005: 512) menyatakan bahwa kecerdasan emosional atau
emotional intelligence merupakan kemampuan emosi yang meliputi kemampuan untuk mengenali perasaan diri sendiri dan perasaan orang lain,
kemampuan memotivasi diri sendiri, dan kemampuan mengelola emosi diri sendiri atau mengendalikan suasana hati, dan kemampuan membina hubungan dengan orang lain. Hal ini menjelaskan bahwa dengan
kecerdasan emosional seseorang dapat menempatkan emosinya pada porsi yang tepat, memilah kepuasan dan dapat mengatur suasana hatinya.
16
emosi sebagai sumber energi dan pengaruh yang manusiawi. Cooper dan
Sawaf menjelaskan bahwa kecerdasan emosional menuntut seseorang untuk mengenal jenis-jenis perasaan, menghargai dan menanggapi perasaan baik
pada diri sendiri maupun orang lain dengan tepat, serta menerapkan secara efektif energi emosi dalam kehidupan sehari-hari. Segala sesuatu yang dihasilkan emosi tersebut bila dimanfaatkan dengan benar dapat diterapkan
sebagai sumber energi yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas, mempengaruhi orang lain dan menciptakan hal-hal baru.
Ahli lain Salovey dan Mayer (Hariwijaya, 2005: 9) mendefinisikan kecerdasan emosional sebagai kemampuan memantau dan mengendalikan
emosi sendiri dan orang lain, serta menggunakan emosi-emosi itu untuk memandu pikiran dan tindakan. Menurut Salovey dan Mayer setiap individu yang memiliki kecerdasan emosional akan dapat mengendalikan
emosi sendiri maupun orang lain serta dapat memanfaatkan emosinya dengan baik dalam berfikir dan sebelum melakukan suatu tindakan.
Pendapat yang tidak jauh berbeda dari tiga ahli di atas dikemukakan
oleh Agus Efendi (2005: 172) mendefinisikan kecerdasan emosional dengan jenis kecerdasan yang fokusnya memahami, mengenali, merasakan,
mengelola, dan memimpin perasaan diri sendiri juga orang lain serta mengaplikasikannya dalam kehidupan pribadi sosial. Individu yang memiliki kecerdasan emosional dituntut untuk dapat mengaplikasikannya
17
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
kecerdasan emosional adalah kemampuan seseorang dalam menggunakan atau mengelola emosi pada diri sendiri maupun orang lain dengan baik, dan
menggunakannya secara efektif untuk memotivasi diri dan bertahan terhadap tekanan, serta mengendalikan diri dalam membina hubungan yang produktif dengan orang lain.
2. Aspek-aspek Kecerdasan Emosional
Kecerdasan emosional terbagi dalam beberapa aspek kemampuan
yang membentuknya. Aspek-aspek kemampuan yang membentuk kecerdasan emosional tidak seragam untuk setiap ahli tergantung dari sudut
pandang dan pemahaman. Lima aspek utama yang terdapat dalam kecerdasan emosional menurut Salovey (Goleman, 2007: 57-59), sebagai berikut:
a. Mengenali emosi diri
Mengenali emosi diri merupakan suatu kemampuan untuk mengenali perasaan sewaktu perasaan itu terjadi. Kemampuan mengenali emosi diri
sendiri disebut juga dengan kesadaran diri. Kemampuan ini merupakan dasar dari kecerdasan emosional.
b. Mengelola emosi
Mengelola emosi merupakan kemampuan individu dalam menangani perasaan agar dapat terungkap dengan tepat atau selaras, sehingga tercapai
18 c. Memotivasi diri sendiri
Memotivasi diri sendiri adalah salah satu kunci keberhasilan dalam mengerjakan sesuatu. Memotivasi diri sendiri dapat diartikan sebagai
mampu menata emosi guna mencapai tujuan yang akan dicapai. Kemampuan ini didasari oleh kemampuan mengendalikan emosi, yaitu menahan diri terhadap kepuasan dan mengendalikan dorongan hati,
memiliki dorongan menjadi pribadi yang lebih baik, optimis menghadapi kegagalan dan hambatan, dan mampu untuk berfikir positif.
d. Mengenali emosi orang lain
Kemampuan mengenali emosi orang lain sangat bergantung pada kesadaran
diri emosional. Menurut Goleman kemampuan seseorang untuk mengenali emosi orang lain atau peduli, menunjukkan empati seseorang. Individu yang memiliki kemampuan empati lebih mampu menangkap sinyal-sinyal
sosial yang tersembunyi dan mengisyaratkan apa yang dibutuhkan oleh orang lain sehingga lebih mampu menerima sudut pandang orang lain, peka terhadap perasaan orang lain dan lebih mampu untuk mendengarkan orang
lain.
e. Membina hubungan dengan orang lain
Kemampuan membina hubungan sebagian besar merupakan keterampilan mengelola emosi orang lain. Keterampilan ini merupakan keterampilan yang menunjang popularitas, kepemimpinan, dan keberhasilan antar
19
dengan orang lain. Orang yang dapat membina hubungan dengan orang lain
akan sukses dalam bidang apapun yang mengandalkan pergaulan yang mulus dengan orang lain.
Pendapat yang dikemukakan oleh Goleman, Boyatzis & McKee (2005: 42-45) tidak jauh berbeda dengan pendapat Salovey mengenai aspek-aspek kecerdasan emosional, yaitu:
a. Kesadaran diri
Kesadaran diri merupakan kemampuan untuk mengenali perasaan sewaktu
perasaan itu terjadi. Kesadaran diri ini meliputi kemampuan untuk membaca emosi diri sendiri dan mengenali dampaknya, mengetahui
kekuatan dan keterbatasan diri, keyakinan tentang harga diri dan kemampuan diri.
b. Pengelolaan emosi
Mengelola emosi merupakan kemampuan untuk menangani perasaan agar perasaan dapat diungkapkan dengan tepat. Kemampuan ini meliputi kemampuan mengendalikan emosi dan dorongan yang meledak-ledak,
mampu menyalurkan emosi dengan tepat, keluwesan dalam beradaptasi terhadap perubahan situasi, menunjukkan kejujuran, integritas dan
kelayakan untuk dipercaya. c. Kesadaran sosial
Kesadaran sosial merupakan kemampuan untuk mengenali, merasakan atau
20
memahami sudut pandang orang lain, mampu membaca situasi yang terjadi
di lingkungan sekitar sehingga mampu bertindak dengan tepat, mampu mengenali dan memenuhi kebutuhan orang lain. Kesadaran sosial yang
tinggi ditandai dengan kemampuan empati yang tinggi. d. Pengelolaan relasi
Kemampuan mengelola relasi merupakan kemampuan untuk membimbing
dan memotivasi orang lain, mempengaruhi orang lain, memberikan umpan balik kepada orang lain dan memelihara pertemanan, serta kerjasama
dengan orang lain.
Pendapat lain dikemukakan oleh Al. Tridhonanto & Beranda Agency
(2009: 5) mengenai aspek-aspek kecerdasan emosional, sebagai berikut: a. Kecakapan pribadi, yaitu kemampuan mengelola diri sendiri
b. Kecakapan sosial, yaitu kemampuan menangani suatu hubungan
c. Keterampilan sosial, yaitu kepandaian menggugah tanggapan yang dikehendaki orang lain.
Aspek-aspek kecerdasan emosional yang dikemukakan oleh
Goleman setelah peneliti kaji merupakan jabaran dari pendapat Tridhonanto. Hal ini didasarkan pada pendapat Goleman (2005: 42-43)
yang menyebutkan bahwa kecerdasan emosional terdiri atas kecakapan pribadi meliputi kesadaran diri atau mengenali emosi diri, pengaturan atau mengelola emosi diri, dan motivasi. Kecakapan sosial meliputi empati atau
21
Berdasarkan uraian di atas aspek-aspek kecerdasan emosional,
meliputi: mengenali emosi diri, mengelola emosi, memotivasi diri, mengenali emosi orang lain, dan membina hubungan dengan orang lain .
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi Kecerdasan Emosional
Kecerdasan emosional tidak ditentukan sejak lahir tetapi dapat dilakukan melalui proses pembelajaran. Ada beberapa faktor yang
mempengaruhi kecerdasan emosional individu. Menurut Goleman (2007: 19-32) faktor yang mempengaruhi kecerdasan emosional seseorang salah
satunya adalah anatomi saraf emosinya atau otak. Otak adalah organ yang penting dalam tubuh manusia. Otaklah yang mengatur dan mengontrol
seluruh kerja tubuh. Struktur otak manusia sebagai berikut:
a. Batang otak, merupakan bagian yang mengelola insting untuk mempertahankan hidup.
b. Amigdala, merupakan spesialis masalah-masalah emosional yang menyimpan semua kenangan yang dialami oleh setiap individu baik tentang kejayaan, kegagalan, harapan, ketakutan, dan frustasi.
c. Neokorteks/ otak pikir, tugasnya melakukan penalaran, berfikir secara intelektual dan rasional dalam menghadapi setiap persoalan.
Goleman (2007: 267-282) juga mengatakan faktor dari luar individu yang dapat mempengaruhi kecerdasan emosional, sebagai berikut:
a. Lingkungan keluarga
22
oleh anak, diinternalisasi yang pada akhirnya akan menjadi bagian dari
kepribadian anak. Kehidupan emosi yang dibangun di dalam keluarga sangat berguna bagi anak kelak, bagaimana anak dapat cerdas secara
emosional.
b. Lingkungan non-keluarga
Lingkungan yang dimaksud dalam hal ini adalah lingkungan masyarakat
dan lingkungan pendidikan yang dianggap bertanggung jawab terhadap perkembangan kecerdasan emosional. Pergaulan dengan teman sebaya,
guru dan masyarakat luas juga mempengaruhi kecerdasan emosional setiap individu.
Pendapat yang senada juga disampaikan oleh Al. Tridhonanto & Beranda Agency (2010: 12-16) bahwa faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kecerdasan emosional, sebagai berikut:
a. Faktor pengaruh lingkungan
Lingkungan masyarakat dapat dikatakan sebagai bagian dari hidup manusia. Kesuksesan seseorang ditentukan oleh hubungan sosialnya
dengan orang lain. Hal inilah yang akan berpengaruh terhadap perkembangan emosi setiap individu.
b. Faktor pengasuhan
Orangtua mempunyai tanggung jawab terhadap tugas-tugas perkembangan anaknya karena orangtua merupakan lingkungan sosial yang paling dekat
23 c. Faktor pendidikan
Hidup selalu dipengaruhi oleh lingkungan dan orang lain sebagai bagian dari proses pendidikan. Proses pendidikan dapat menjadikan individu
belajar agar dapat mengenal dan memahami dirinya sendiri dengan baik, berkomunikasi dan berinteraksi dengan sesama, dan menjadi individu yang bertanggung jawab.
Berdasarkan pendapat Goleman dan Tridhonanto di atas, faktor-faktor yang mempengaruhi kecerdasan emosional setiap individu dapat
diklasifikasikan menjadi dua faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yang mempengaruhi kecerdasan emosional setiap
individu yaitu anatomi saraf emosi atau otak. Faktor eksternal meliputi lingkungan keluarga dan lingkungan non keluarga.
4. Upaya Meningkatkan Kecerdasan Emosional
Kecerdasan emosional bukan faktor bawaan sejak lahir, akan tetapi dapat dipelajari dan ditingkatkan. Proses meningkatkan kecerdasan emosional dapat menciptakan emosi mulai dari rasa gembira sampai
frustrasi, hal ini alami dan wajar. Berikut cara untuk meningkatkan kecerdasan emosional yang sukses (Hariwijaya, 2005: 128-130), yaitu:
a. Pemeliharaan daya pikir aktif
24
b. Keterlibatan orang lain sebagai referensi
Meminta pendapat orang lain atau ahli dan tidak hanya mengandalkan persespi dan ide sendiri, jika menemui hambatan atau ingin
mengembangkan pandangan.
c. Mendekatkan diri dengan cita-cita
Menjadikan cita-cita sebagai titik tolak dan motivator untuk bertindak. Hal
ini dapat menjaga diri dengan target, dapat juga digunakan untuk menilai kemajuan dan ketepatan proyeksi diri.
d. Keterbukaan dalam berfikir
Pertimbangkan beberapa alternatif dan cara pandang baru, usahakan untuk
tidak berpandangan sempit.
e. Bertanggung jawab dan menghadapi kenyataan
Mengubah sebuah pendekatan ketika menghadapi jalan buntu pada saat
melihat suatu konsep dengan segala variasi dalam pemecahan masalah. f. Beristirahat ketika merasa putus asa
Beristirahatlah jika mulai merasa frustasi, putus asa ataupun marah.
Tinggalkan masalah tersebut sampai memperoleh kembali antusias agar dapat memulai kembali dengan tujuan baru dan pendekatan yang berbeda.
g. Memrioritaskan permasalahan yang dihadapi
Menyelesaiakan permasalahan tahap demi tahap jika merasa masalah yang sedang dihadapi terlalu kompleks atau sulit diatasi, agar dapat membuka
25 h. Bekerja mengikuti metode
Menikmati setiap proses saat bekerja agar tidak kehilangan banyak langkah penting dalam proses kreatif dan tidak merasa putus asa atau gagal
mencapai tujuan.
Upaya meningkatkan kecerdasan emosional yang telah dikemukakan olah Hariwijaya diharapkan dapat menjadikan setiap individu memiliki
kecerdasan emosional yang sukses. Upaya tersebut yaitu: pemeliharaan daya pikir aktif, keterlibatan orang lain sebagai referensi, mendekatkan diri
dengan cita-cita, keterbukaan dalam berfikir, bertanggung jawab dan tidak menghindari kenyataan, beristirahatlah ketika merasa putus asa,
memrioritaskan masalah yang dihadapi, dan bekerja mengikuti metode. Pendapat lain dikemukakan oleh Claude Steiner (Agus Nggermanto, 2005: 100) mengembangkan tiga langkah utama dalam mengembangkan
kecerdasan emosional, yaitu: a. Membuka hati
Membuka hati adalah langkah pertama karena hati merupakan simbol pusat
emosi. Hatilah yang dapat membuat individu merasa senang, sedih, bahagia, takut, marah, dan cinta. Membuka hati berarti memulai membuka
perasaan dari impuls dan pengaruh yang membatasi perasaan dalam diri. b. Menjelajahi dataran emosi
Menjelajah dataran emosi adalah pernyataan tindakan/ perasaan, menerima
26
emosi akan menjadi lebih bijak menanggapi perasaan sendiri maupun orang
lain.
c. Mengambil tanggung jawab
Membuka hati dan memahami peta dataran emosional orang lain saja tidak cukup, mengambil tanggung jawab juga perlu untuk menyelesaikan, memperbaiki dan mengubah kerusakan hubungan atau permasalahan yang
terjadi dengan orang lain. Ciri-ciri orang yang bertanggung jawab: mengakui kesalahan, meminta maaf dan memaafkan, dan menerima atau
menolak pengakuan.
Upaya mengembangkan kecerdasan emosional menurut Claude
Steiner yaitu membuka hati, menjelajah dataran emosi, dan mengambil tanggung jawab. Berdasarkan beberapa upaya untuk meningkatkan dan mengembangkan kecerdasan emosional yang telah dipaparkan di atas dapat
disimpulkan sebagai berikut: memelihara daya pikir, menjadikan orang lain sebagai referensi, mendekatkan diri dengan cita-cita, berfikir dan bersikap terbuka, membuka hati, menjelajah dataran emosi, dan mengambil
tanggung jawab.
5. Cara Pengukuran Kecerdasan Emosional
Pengukuran kecerdasan emosional siswa pada penelitian ini berdasarkan aspek-aspek atau indikator yang telah dijelaskan oleh Goleman. Terdapat lima aspek yang telah dirumuskan oleh Goleman,
27
Pada penelitian ini indikator-indikator dari aspek kecerdasan emosional
disusun menjadi suatu pernyataan-pernyataan. Pada setiap pernyataan diberi skala-skala, untuk mengukur tinggi rendahnya kecerdasan emosional.
B. Kajian Keterampilan Interpersonal
1. Pengertian Keterampilan Interpersonal
Individu sebagai makhluk sosial akan selalu membutuhkan orang lain untuk memenuhi kebutuhan sosialnya. Hal ini menjadikan
interpersonal skills atau keterampilan interpersonal sangat penting dalam kehidupan sehari-hari. Individu yang memiliki keterampilan interpersonal
yang tinggi dapat menumbuhkan kuatnya rasa percaya diri, berkomunikasi dengan orang lain, dan membangun hubungan yang harmonis dengan orang lain.
Pusdiklat (2007: 2) mendefinisikan keterampilan interpersonal sebagai keterampilan untuk mengenali dan merespon secara layak perasaan, sikap dan perilaku, motivasi serta keinginan orang lain. Hal ini
dimaksudkan agar setiap individu dapat membangun hubungan yang harmonis dengan mampu memahami dan merespon orang lain.
Senada dengan pendapat Pusdiklat, Ubaydillah Anwar (2008: 5) menyatakan bahwa interpersonal skills atau keterampilan interpersonal adalah kemampuan seseorang dalam menjalin hubungan dengan orang lain.
28
interpersonal akan mampu berinteraksi dan menjalin hubungan yang baik
dengan orang lain.
Pendapat yang sama dikemukakan oleh Johnson (2009: 8)
mengungkapkan keterampilan interpersonal adalah jumlah keseluruhan dari kemampuan seseorang untuk berinteraksi secara efektif dengan orang lain, yaitu kemampuan untuk memulai, mengembangkan dan memelihara
hubungan yang penuh perhatian dan produktif. Keterampilan interpersonal merupakan suatu keharusan yang dimiliki oleh setiap individu, dengan
keterampilan interpersonal individu dapat berinteraksi secara efektif dengan orang lain dan memelihara hubungan yang produktif sehingga dapat
memahami reaksi orang lain, dan memberikan tanggapan yang sesuai terhadap orang lain.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan definisi
keterampilan interpersonal adalah kemampuan dan kecakapan yang harus dimiliki setiap individu untuk berinteraksi secara efektif dengan orang lain, merespon secara layak perasaan dan perilaku terhadap orang lain, guna
membangun dan memelihara hubungan yang harmonis dengan orang lain.
2. Aspek-aspek Keterampilan Interpersonal
Aspek-aspek keterampilan interpersonal yang dikemukakan oleh Johnson (2009: 8-9) adalah sebagai berikut:
a. Self disclosure (keterbukaan diri)
29
agar orang lain mengetahuinya melalui komunikasi dalam hubungan yang
baik.
b. Membangun Kepercayaan
Kepercayaan merupakan dasar dalam membangun sebuah relasi. Seseorang belajar untuk mengambil resiko dengan cara saling mengungkapkan lebih banyak pikiran, perasaan, dan reaksi mengenai situasi yang sedang di
hadapi, atau dengan cara saling menunjukkan penerimaan, membalas pembukaan diri terhadap orang lain, dukungan dan kerjasama. Saling
percaya dibangun melalui resiko dan peneguhan, serta dihancurkan dengan resiko dan penolakan.
c. Komunikasi
Komunikasi berarti seseorang mampu berbicara dengan orang lain dan mampu mengelola kata-katanya guna menyampaikan pesan atau informasi
kepada orang lain. Keterampilan berkomunikasi sangat penting dalam kehidupan sehari-hari untuk melakukan kesepakatan dan mencapai tujuan yang ingin dicapai. Keterampilan ini perlu diasah dan dikembangkan agar
seseorang dapat beradaptasi dan berinteraksi dalam berbagai kelompok masyarakat.
d. Mengekspresikan Perasaan secara Verbal dan Non Verbal
Mengekspresikan perasaan secara verbal yaitu mengungkapkan apa yang dirasakan dengan menggunakan kata-kata, baik secara langsung
30
bertanya. Sedangkan secara non verbal yaitu mengungkapkan perasaan
dengan menggunakan isyarat lain, seperti tatapan mata, raut muka, kepalan tinju, menangis, dan sebagainya.
e. Listening and Responding (mendengarkan dan menanggapi)
Mendengarkan dengan baik merupakan salah satu aspek keterampilan interpersonal sebagai kunci untuk memahami apa yang orang lain katakan
baik cerita maupun masukan, dan memberikan tanggapan dengan tepat sesuai dengan pesan yang disampaikan.
f. Solve conflict (menyelesaikan konflik)
Seseorang yang mampu menyelesaikan konflik berarti mampu meredam
emosinya dalam memecahkan persoalan serta bersikap adil dan bertanggung jawab dalam mengambil keputusan. Seseorang yang memiliki keterampilan interpersonal dalam menyelesaikan konflik dapat memberikan
sumbangan keseimbangan yang penting dalam pikiran dan tidak akan terjadi konflik yang berkelanjutan.
Aspek keterampilan interpersonal menurut Johnson yaitu
keterbukaan diri, membangun kepercayaan, berkomunikasi, mengekspresikan perasaan secara verbal dan non verbal, mendengarkan
dan menanggapi, dan menyelesaikan konflik.
31 a. Empati
Aktivitas untuk memahami apa yang sedang dipikirkan dan dirasakan orang lain, serta apa yang dipikirkan dan dirasakan orang yang bersangkutan
terhadap kondisi yang sedang dialami orang lain, tanpa kehilangan kontrol dirinya.
b. Tanggung jawab sosial
Tanggung jawab sosial merupakan upaya untuk sungguh-sungguh menjalankan peran sebagai anggota masyarakat.
c. Relasi interpersonal
Relasi interpersonal merupakan kemampuan membina hubungan dengan
orang lain secara baik. Individu dalam berinteraksi dituntut untuk mampu bekerjasama dengan orang lain untuk membangun hubungan yang baik antara satu dengan yang lain.
Aspek keterampilan interpersonal yang dikemukakan oleh Bar-on yaitu empati, tanggung jawab sosial dan relasi interpersonal. Berdasarkan paparan di atas, aspek-aspek yang harus dimiliki seseorang agar
keterampilan interpersonal berlangsung secara efektif adalah sebagai berikut: keterbukaan diri, membangun kepercayaan, berkomunikasi,
32
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keterampilan Interpersonal
Terdapat banyak faktor yang mempengaruhi kualitas hubungan antarpribadi seseorang. Jalaludin Rahmat (2004:79) mengidentifikasi empat
faktor penting yang mempengaruhi kualitas interpersonal seseorang, yaitu: a. Persepsi Interpersonal
Faktor yang mempengaruhi persepsi interpersonal seseorang yaitu faktor
situasional dan personal. Faktor situasional terdiri dari deskripsi verbal, petunjuk proksemik, petunjuk kinestik, petunjuk wajah, petunjuk
paralinguistik dan petunjuk artifaktual. Faktor personal terdiri dari pengalaman, motivasi dan kepribadian.
b. Konsep diri
Konsep diri merupakan faktor lain yang sangat menentukan dalam membangun kualitas hubungan antar pribadi. Orang yang memiliki konsep
diri yang negatif, cenderung akan menghindari dialog terbuka, dan bersikeras mempertahankan pendapatnya yang keliru. Orang yang memiliki konsep diri yang positif ditandai dengan lima hal, yaitu yakin akan
kemampuannya mengatasi masalah, merasa setara dengan orang lain, menerima pujian tanpa rasa malu, menyadari bahwa setiap orang
mempunyai berbagai perasaan, keinginan, dan perilaku yang tidak seluruhnya disetujui masyarakat, dan mampu memperbaiki dirinya karena sanggup mengungkapkan aspek-aspek kepribadian yang tidak disenanginya
33 c. Atraksi interpersonal
Atraksi interpersonal merupakan kecenderungan seseorang untuk menyukai, bersikap positif, dan tertarik pada seseorang atau sesuatu.
d. Hubungan interpersonal
Komunikasi yang baik akan ditandai dengan hubungan interpersonal yang baik. Seseorang ketika melakukan komunikasi, sesungguhnya tidak sekedar
menyampaikan isi pesan, akan tetapi juga menentukan kadar hubungan interpersonal. Terdapat empat faktor penting yang menentukan kadar
kualitas hubungan interpersonal seseorang, yaitu persepsi interpersonal seseorang, konsep diri, atraksi interpersonal, serta hubungan interpersonal
itu sendiri.
Jalaludin Rahmat mengemukakan empat faktor yang mempengaruhi kualitas keterampilan interpersonal seseorang yakni: persepsi interpersonal
seseorang, konsep diri, atraksi interpersonal, dan hubungan antar pribadi itu sendiri.
Pendapat lain dikemukakan oleh Risalatun Nisa (2014: 24) mengenai
faktor keterampilan interpersonal berdasarkan proses keterampilan interpersonal, yaitu:
a. Keterbukaan
Keterbukaan diri akan mengkomunikasikan informasi mengenai diri yang selama ini disembunyikan dari orang lain. Keterbukaan diri bearti terbuka,
34 b. Membangun kepercayaan
Percaya didefiniskan sebagai mengandalkan orang untuk mencapai tujuan yang dikehendaki, yang pencapaianya tidak pasti dan dalam situasi yang
penuh resiko. Kunci untuk membangun dan memelihara kepercayaan adalah menjadi dapat dipercaya. Semakin seseorang bersikap menerima dan mendukung orang lain, semakin besar keterbukaan orang lain terhadap
orang tersebut dan semakin seseorang dipercaya maka semakin dalam keterbukaan orang lain. Kepercayaan dibangun melalui perbuatan
mempercayai dan dapat dipercaya. c. Komunikasi
Komunikasi yaitu perilaku individu yang membawa pesan dan diterima orang lain. Perilaku tersebut dapat berupa verbal maupun non verbal. d. Mendengarkan
Mendengarkan adalah suatu proses yang disengaja untuk mencari pengertian dan menyimpan stimulus yang berhubungan dengan pendengaran.
Berdasarkan paparan menurut Risalatun Nisa faktor-faktor keterampilan interpersonal terdiri dari keterbukaan, membangun
kepercayaan, komunikasi, dan mendengarkan.
35 a. Faktor internal
Faktor internal yakni kebutuhan untuk berinteraksi dan pengaruh perasaan dari dalam diri individu tersebut termasuk didalamnya ada konsep diri dan
kematangan beragama. b. Faktor eksternal
Faktor eksternal yakni kedekatan dan daya tarik termasuk didalamnya
kontak dengan orang tua, interaksi dengan teman sebaya, aktivitas dan partisipasi sosial, serta lingkungan tempat tinggalnya
c. Faktor interaksi
Faktor interaksi yakni meliputi persamaan dan perbedaan serta bagaimana
orang tersebut menyukai orang-orang disekitarnya.
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi keterampilan interpersonal yang dimiliki oleh seseorang menurut Suwarno & Meinarno yaitu faktor
internal, faktor eksternal dan faktor interaksi. Berdasarkan pendapat yang dikemukakan oleh Jalaludin Rahmat dan Risalatun Nisa dapat dikategorikan menjadi faktor internal, eksternal, dan interaksi. Paparan
tiga ahli di atas dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi keterampilan interpersonal seseorang yaitu faktor internal,
faktor eksternal, dan faktor interaksi.
4. Upaya Meningkatkan Keterampilan Interpersonal
Keterampilan interpersonal bukan merupakan bagian dari karakter
36
yang dapat dipelajari. Menurut Maryanto (2013: 5) perilaku yang dapat
meningkatkan keterampilan interpersonal yakni: a. Berfikir optimis
Optimis merupakan bagian penting dari sukses bagi siapa saja, jika seseorang mencari sesuatu disertai dengan tekad yang optimis maka prosentase kemungkinan keberhasilan tinggi.
b. Berfikir positif
Berfikir positif yang dimaksud yaitu berfikir positif terhadap orang lain,
yaitu dalam berinteraksi seseorang harus berpersepsi baik atau positif terhadap orang yang sedang dihadapi.
c. Menghargai orang lain
Menghargai orang lain merupakan rumus penting dalam keterampilan interpersonal, oleh karena setiap manusia pada prinsipnya senang dihormati
dan dihargai.
d. Memberikan senyum dan humor
Setiap orang senang berhadapan dengan orang yang suka tersenyum, oleh
karena senyum menunjukkan ketertarikan dan perhatian kepada orang lain. Senyum lebih mudah dilakukan dari pada cemberut oleh karena kerja otot
lebih ringan.
Upaya meningkatkan keterampilan interpersonal menurut Maryanto yaitu berfikir optimis, berfikir positif, menghargai orang lain dan
37
Pendapat yang tidak jauh berbeda juga dikemukakan oleh Islahulben
(2013: 10) cara meningkatkan interpersonal skills yaitu: a. Mengatasi persepsi negatif
Melihat sebelum bertindak, baiknya melihat sesuatu dari berbagai sudut pandang yang tidak memihak dan mencampuradukan emosi pribadi agar terhindar dari persepsi negatif.
b. Menerima pesan dengan baik
Menerima pesan dengan baik dengan cara mendengarkan bertujuan agar
dapat memahami maksud yang disampaikan oleh lawan bicara sehingga dapat menumbuhkan rasa empati.
c. Open minded
Belajar menerima dan menghargai pendapat orang lain untuk dapat meningkatkan keterampilan interpersonal yang dimiliki.
d. Empati
Empati adalah sikap dimana seorang individu dapat menempatkan diri seolah-olah berada di posisi lawan bicara.
e. Menghadapi konflik
Keterampilan interpersonal seseorang sangat diuji ketika terjadi konflik.
Lakukan dengan kepala dingin supaya komunikasi berjalan dengan lancar dan masalah dapat terselesaikan dengan baik.
Islahulben mengemukakan upaya meningkatkan keterampilan
38
pendapat dua ahli di atas upaya meningkatkan keterampilan interpersonal
dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut: berfikir optimis, berfikir positif, menghargai orang lain, memberikan senyum dan humor, open
minded, empati, mendengarkan dan menyelesaikan konflik.
5. Cara Pengukuran Keterampilan Interpersonal
Pengukuran keterampilan interpersonal siswa pada penelitian ini
berdasarkan aspek-aspek atau indikator yang telah dijelaskan oleh Johnson yaitu: keterbukaan diri, membangun kepercayaan, komunikasi,
mengekspresikan perasaan verbal dan nonverbal, mendengarkan dan menanggapi, dan menyelesaikan konflik. Pada penelitian ini deskriptor dari
aspek keterampilan interpersonal disusun menjadi suatu pernyataan-pernyataan. Pada setiap pernyataan diberi skala-skala, untuk mengukur tinggi rendahnya keterampilan interpersonal.
C. Kajian Interaksi Sosial di Sekolah
1. Pengertian Interaksi Sosial di Sekolah
Seseorang dapat hidup sebagai manusia apabila hidup di tengah-tengah masyarakat. Hidup ditengah-tengah-tengah-tengah masyarakat dituntut untuk dapat
berinteraksi dengan sesama anggota masyarakat. Interaksi sosial merupakan bentuk-bentuk aktivitas individu dalam memenuhi kebutuhannya. Arti lain, interaksi sosial adalah hubungan dan pengaruh timbal balik antara individu
39
balik antara kelompok individu dan kelompok individu yang lain (Supardi
2011: 89).
Sadali, dkk. (2007: 46-47) juga mendefinisikan interaksi sosial
sebagai suatu hubungan timbal balik antara dua atau lebih individu. Proses interaksi ide, pandangan dan tingkah laku individu yang satu saling memperngaruhi, mengubah atau memperbaiki individu lain, atau
sebaliknya. Pendapat yang sama dikemukakan oleh Bimo Walgito (Tri Dayakisni, 2012: 5) menyatakan interaksi sosial sebagai suatu hubungan
antara individu satu dengan individu lainnya dimana individu yang satu dapat mempengaruhi individu yang lainnya sehingga terdapat hubungan
yang saling timbal balik.
Interaksi sosial yang dikemukakan oleh tiga pendapat di atas pada dasarnya mempunyai makna yang sama yaitu hubungan timbal balik antara
individu atau kelompok yang satu dengan yang lainnya dan mempunyai pengaruh antara satu dengan yang lainnya.
Sekolah dalam penelitian ini disebutkan sebagai salah satu agen
sosialisasi dalam sistem pendidikan formal, seseorang mempelajari hal baru yang belum dipelajarinya dalam keluarga maupun kelompok bermain,
pendidikan formal mempersiapkan untuk penguasaan peran-peran baru dikemudian hari, dikala seseorang tidak tergantung lagi pada orang tuanya.
Berdasarkan beberapa uraian beberapa pendapat di atas dapat peneliti
40
dengan guru, karyawan, maupun antar siswa, dan masing-masing siswa
yang terlibat di dalamnya memainkan peran secara aktif dalam bentuk mempengaruhi, mengubah atau memperbaiki kelakuan individu yang lain,
atau sebaliknya.
2. Syarat-syarat Terjadinya Interaksi Sosial di Sekolah
Interaksi sosial tidak akan mungkin terjadi apabila tidak memenuhi
dua syarat yaitu kontak sosial dan komunikasi (Soerjono Soekanto, 2013: 58-61), tanpa kedua unsur tersebut maka sangatlah mustahil interaksi sosial
dapat terjadi. Berikut penjabaran syarat terjadinya interaksi sosial: a. Kontak sosial
Kontak sosial berasal dari bahasa latin con atau cum (yang berarti bersama-sama) dan tango (yang berarti menyentuh). Jadi, kontak berarti bersama-sama menyentuh secara fisik atau terjadi persentuhan secara badaniah.
Namun demikian dalam kontak sosial tidak harus terjadi persentuhan. Orang dapat melakukan kontak sosial melalui pihak-pihak lain, atau dengan menggunakan sarana tertentu.
b. Komunikasi
Komunikasi adalah bahwa seseorang yang memberi tafsiran kepada orang
lain (yang berwujud pembicaraan, gerak-gerik badaniah atau sikap), perasaan-perasaan apa yang ingin disampaikan oleh orang tersebut. Orang yang bersangkutan kemudian memberi reaksi terhadap perasaan yang ingin
41
bahan untuk menentukan reaksi apa yang akan dilakukannya. Adanya
komunikasi memungkinkan kerja sama antar perorangan dan atau antar kelompok. Komunikasi juga dapat menghasilkan pertikaian apabila terjadi
salah paham yang masing-masing tidak mau mengalah.
Menurut Soerjono Soekanto syarat terjadinya interaksi sosial yaitu adanya kontak sosial dan komunikasi. Hal ini juga berlaku ketika siswa
melakukan interaksi sosial di sekolahnya, tanpa adanya kontak sosial dan komunikasi baik antar siswa, guru, maupun karyawan interaksi sosial tidak
terjadi.
Pendapat yang sama juga di kemukakan oleh Abdulsyani (2012:
154-155), bahwa syarat terjadinya interaksi sosial yaitu: a. Kontak Sosial
Kontak sosial adalah hubungan antara satu orang atau lebih, melalui
percakapan dengan saling mengerti tentang maksud dan tujuan masing-masing dalam kehidupan masyarakat. Kontak sosial dapat terjadi secara langsung ataupun tidak langsung antara satu pihak dengan pihak yang
lainnya. Terjadi hubungan timbal balik antara komunikator dan komunikan dalam kontak secara langsung maupun tidak langsung. Hubungan timbal
42 b. Komunikasi
Komunikasi mengandung pengertian persamaan pandangan antara orang-orang yang berinteraksi terhadap sesuatu. Penafsiran terhadap perilaku dan
sikap masing-masing orang yang sedang berhubungan dapat terjadi dalam komunikasi. Menurut Devito (2005: 285-291) karakteristik efektifitas komunikasi meliputi: keterbukaan, empati, dukungan, rasa positif,
kesamaan.
Syarat terjadinya interaksi sosial yang dikemukakan oleh Abdulsyani
yaitu adanya kontak sosial dan komunikasi. Terjadi hubungan timbal balik pada saat melakukan kontak sosial berupa percakapan, rasa saling
pengertian dan kerjasama yang baik antara komunikator dan komunikan agar kontak sosial dapat berjalan dengan baik. Komunikasi dapat berjalan efektif apabila terjadi keterbukaan, empati, dukungan, rasa positif, dan
kesamaan.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa syarat terjadinya interaksi sosial seorang siswa di sekolah yaitu adanya kontak
sosial dan komunikasi.
3. Bentuk-bentuk Interaksi Sosial di Sekolah
Para ahli sosiolog mengadakan penggolongan terhadap bentuk-bentuk interaksi sosial. Menurut ahli sosiolog, terdapat dua macam proses sosial yang timbul sebagai akibat adanya interaksi sosial, yaitu proses sosial
43 a. Proses Sosial Asosiatif
Proses sosial asosiatif adalah proses sosial yang mengacu kepada adanya kesamaan, keserasian, keseimbangan pandangan atau tindakan dari
orang-perorangan atau kelompok orang dalam melakukan interaksi sosial. Proses sosial asosiatif berupa kerjasama, akomodasi, asimilasi, dan akulturasi.
1) Kerjasama, ialah aktivitas sosial yang melibatkan dua orang atau lebih
untuk mencapai tujuan yang sama. Proses timbulnya kerjasama adalah apabila individu menyadari bahwa setiap individu harus dapat bekerja
sama dengan individu lain, mempunyai tujuan yang sama dan saling membantu serta saling memberi atau menerima pengaruh.
2) Akomodasi, ialah suatu proses penyesuaian sosial dalam interaksi antara individu dan kelompok-kelompok manusia untuk meredakan pertentangan atau pertikaian guna mencapai kestabilan. Akomodasi
sebagai suatu proses, menurut Kimball Young memiliki beberapa bentuk, yaitu: koersi, kompromi, arbitrase, mediasi, konsiliasi, toleransi, stalematte, ajudikasi, segregasi, konversi, cease fire,
dispasement.
3) Asimilasi, ialah suatu proses sosial yang ditandai dengan adanya
usaha-usaha mengurangi perbedaan-perbedaan yang terdapat antara individu atau kelompok-kelompok manusia. Asimilasi merupakan usaha untuk mempertinggi kesatuan tindakan, sikap dan proses mental
44
benturan-benturan kebudayaan, asimilasi merupakan percampuran
unsur-unsur kebudayaan luar dengan kebudayaan lokal menjadi unsur kebudayaan baru yang berbeda.
4) Akulturasi, ialah proses sosial yang timbul apabila suatu kelompok masyarakat manusia dengan kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur-unsur budaya asing, sehingga lambat laun unsur-unsur
kebudayaan asing tersebut diterima dan diolah ke dalam kebudayaan sendiri tanpa menyebabkan hilangnya kepribadian dari kebudayaan itu
sendiri.
b. Proses Sosial Disosiatif
1) Persaingan dapat diartikan sebagai proses sosial yang ditandai adanya saling berlomba atau bersaing antarkelompok atau antarindividu untuk mengejar suatu nilai tertentu agar lebih maju, lebih baik, dan lebih
besar atau kuat.
2) Oposisi artinya menempatkan sesuatu atau seseorang dengan maksud permusuhan. Oposisi adalah proses sosial dimana seseorang atau
sekelompok orang berusaha menghalangi pihak lain mencapai tujuannya.
3) Pertentangan atau pertikaian adalah suatu proses sosial yang dilakukan oleh indivdu atau kelompok orang yang berusaha mencapai tujuannya, biasanya dengan cara menantang pihak lawan dengan disertai
45
Bentuk interaksi sosial yang dikemukakan oleh Agus Sumali &
Sarilan dan Sadali yaitu asosiatif dan disosiatif. Asosiatif meliputi kerjasama, akomodasi, asimilasi, dan akulturasi. Disosiatif meliputi
persaingan, oposisi dan pertentangan.
Menurut Park dan Buergess (Slamet Santoso, 2010: 191) bentuk-bentuk interaksi sosial adalah:
a. Competition/ persaingan
Persaingan adalah bentuk interaksi sosial di mana seseorang mencapai
tujuan, sehingga individu lain akan dipengaruhi untuk mencapai tujuan yang sama.
b. Conflict/ pertentangan
Konflik adalah proses yang berselang-seling dan terus menerus, dapat berlangsung relatif lama dibanding persaingan dan bersifat lebih stabil
dalam proses interaksi sosial. c. Accommodation/ persesuaian
Persesuaian adalah proses peningkatan saling adaptasi guna mengurangi
pertentangan antar individu/ kelompok karena adanya perbedaan, dan memungkinkan adanya kerjasama antar kelompok.
d. Assimilation/ perpaduan
Perpaduan adalah proses saling menekan atau melebur di mana seseorang atau kelompok memperoleh pengalaman, perasaan dan sikap oleh individu/