• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN BUDAYA MEMBACA PESERTA DIDIK DI SEKOLAH DASAR NEGERI GIRIPENI KECAMATAN WATES KABUPATEN KULON PROGO.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENINGKATAN BUDAYA MEMBACA PESERTA DIDIK DI SEKOLAH DASAR NEGERI GIRIPENI KECAMATAN WATES KABUPATEN KULON PROGO."

Copied!
151
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN BUDAYA MEMBACA

PESERTA DIDIK DI SEKOLAH DASAR NEGERI GIRIPENI KECAMATAN WATES KABUPATEN KULON PROGO

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

Milani Amri Listia NIM 12110244029

PROGRAM STUDI KEBIJAKAN PENDIDIKAN JURUSAN FILSAFAT DAN SOSIOLOGI PENDIDIKAN

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

(2)

PENINGKATAN BUDAYA MEMBACA

PESERTA DIDIK DI SEKOLAH DASAR NEGERI GIRIPENI KECAMATAN WATES KABUPATEN KULON PROGO

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

Milani Amri Listia NIM 12110244029

PROGRAM STUDI KEBIJAKAN PENDIDIKAN JURUSAN FILSAFAT DAN SOSIOLOGI PENDIDIKAN

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

(3)
(4)
(5)
(6)

MOTTO

“The reading of all good books is like conversation with the finest men of past centuries.”

(Rene Descartes)

“Do’a, semangat, dan kesabaran dapat mengalahkan jarak

(7)

PERSEMBAHAN

Puji syukur penulis haturkan kepada Allah SWT, atas rahmat serta karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah yang sederhana ini dengan baik. Sebuah karya ini penulis persembahkan kepada:

(8)

PENINGKATAN BUDAYA MEMBACA

PESERTA DIDIK DI SEKOLAH DASAR NEGERI GIRIPENI KECAMATAN WATES KABUPATEN KULON PROGO

Oleh Milani Amri Listia NIM 12110244029

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan (1) mengetahui upaya sekolah dalam meningkatkan budaya membaca peserta didik di SD Negeri Giripeni, (2) mengetahui faktor pendukung dan penghambat dalam meningkatkan budaya membaca peserta didik di SD Negeri Giripeni.

Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Subjek dalam penelitian ini adalah peserta didik, guru, pustakawan, kepala sekolah dan orang tua. Objek dalam penelitian ini adalah budaya membaca peserta didik di SD Negeri Giripeni. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu observasi, wawancara dan dokumentasi. Teknik analisis data meliputi reduksi data, penarikan kesimpulan dan verifikasi data. Untuk melakukan keabsahan data menggunakan triangulasi teknik, triangulasi sumber dan triangulasi waktu.

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa (1) upaya sekolah dalam meningkatkan budaya membaca peserta didik dengan cara mengadakan kerjasama dengan Kantor Perpusatakaan dan Arsip Kabupaten Kulon Progo berupa layanan perpustakaan keliling. (2) faktor pendukung dalam meningkatkan budaya membaca berupa dukungan dari orang tua dengan memberikan contoh yang baik kepada anaknya selama di rumah, dan adanya dukungan dari intern sekolah dengan memberikan motivasi kepada para peserta didik. yang menjadi faktor penghambat dalam meningkatkan budaya membaca adalah perpustakaan sekolah yang masih perlu dikembangkan.

(9)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-nya sehingga skripsi ini dapat penulis selesaikan dengan baik. Penulisan skripsi dapat terwujud berkat adanya dukungan, bimbingan serta bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, terimakasih yang setulusnya penulis sampaikan kepada:

1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan untuk menyelesaikan studi di Program Studi Kebijakan Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan UNY.

2. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan yang telah memberikan izin penelitian.

3. Ketua Jurusan Filsafat dan Sosiologi Pendidikan Program Studi Kebijakan Pendidikan yang telah memberikan saran dan motivasinya selama ini.

4. Prof. Dr. Achmad Dardiri, M.Hum. Penasehat Akademik yang telah membimbing dan memberikan arahannya.

5. Murtamaji, M.Si. Dosen Pembimbing Skripsi yang secara langsung telah membimbing dan memberikan arahan dari awal penyusunan skripsi hingga skripsi ini dapat terselesaikan.

6. Sumartuti, S.Pd. Kepala Sekolah SD Negeri Giripeni kecamatan Wates yang telah memberikan izin penelitian.

7. Seluruh guru, karyawan, dan peserta didik di SD Negeri Giripeni yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk memberikan informasi yang dibutuhkan oleh penulis.

(10)
(11)

DAFTAR ISI

hal

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN SURAT PERNYATAAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN 1 A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 6

C. Batasan Masalah... 6

D. Rumusan Masalah ... 6

E. Tujuan Penelitian ... 6

F. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori ... 8

1. Pengertian Kebijakan ... 8

2. Kajian Budaya ... 8

a. Pengertian Budaya ... 8

b. Tiga Wujud Budaya ... 10

c. Pengertian Budaya Sekolah ... 11

(12)

a. Pengertian Membaca ... 13

b. Mengenal Manfaat Membaca ... 14

c. Tujuan Membaca ... 16

d. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Membaca ... 17

e. Tahap Perkembangan Minat Baca ... 21

4. Hakikat Peserta Didik ... 23

a. Pengertian Peserta Didik ... 23

b. Masa Perkembangan Anak Usia Sekolah ... 24

c. Hak dan Kewajiban Peserta Didik ... 24

d. Cara Membangkitkan Minat Baca pada Peserta Didik ... 25

e. Pengertian Perpustakaan Keliling ... 27

B. Penelitian yang Relevan ... 34

C. Kerangka Berfikir ... 37

D. Pertanyaan Penelitian ... 40

BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian ... 41

B. Subjek Penelitian ... 41

C. Setting Penelitian ... 41

D. Teknik Pengumpulan Data ... 42

E. Instrumen Penelitian ... 43

F. Teknik Analisis Data ... 43

G. Teknik Keabsahan Data ... 45

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Wilayah ... 46

1. Gambaran Umum Tempat Penelitian ... 46

2. Visi dan Misi SD Negeri Giripeni ... 46

3. Data Sarana dan Prasarana Sekolah ... 48

4. Data Pendidik dan Tenaga Kependidikan ... 49

B. Hasil Penelitian ... 49

(13)

2. Faktor Pendukung dan Penghambat Peningkatan Budaya

Membaca Peserta didik di SD Negeri Giripeni ... 55

C. Pembahasan ... 58

1. Pemahaman Tentang Pentingnya Membaca ... 68

2. Faktor Pendukung dan Penghambat Peningkatan Budaya Membaca Peserta didik di SD Negeri Giripeni ... 61

D. Keterbatasan Peneliti ... 63

BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 65

B. Saran ... 66

DAFTAR PUSTAKA ... 68

(14)

DAFTAR TABEL

hal

Tabel 1. Data Standar Layanan Peminjaman ... 31

Tabel 2. Data Standar Layanan Pengembalian ... 31

Tabel 3. Data Sarana dan Prasarana Sekolah ... 48

(15)

DAFTAR GAMBAR

(16)

DAFTAR LAMPIRAN

hal

Lampiran 1. Pedoman Wawancara ... 71

Lampiran 2. Pedoman Observasi dan Dokumentasi ... 76

Lampiran 3. Hasil Observasi ... 78

Lampiran 4. Transkip Wawancara ... 80

Lampiran 5. Reduksi, Penyajian Data dan Kesimpulan ... 98

Lampiran 6. Analisis Data ... 111

Lampiran 7. Trianggulasi Data ... 113

Lampiran 8. Triangulasi Waktu ... 115

Lampiran 9. Catatan Lapangan ... 116

Lampiran 10. Foto ... 121

Lampiran 11. Struktur Organisasi Perpustakaan ... 124

Lampiran 12. Profil Sekolah ... 125

Lampiran 13. MOU Tentang Pelayanan Perpustakaan Keliling ... 130

(17)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Membaca adalah sebuah proses berpikir, yang termasuk di dalamnya mengartikan, menafsirkan, dan menerapkan ide-ide dari lambang Carter (Suwaryono, 1989: 1). Ketika membaca seseorang akan dituntut untuk berfikir agar dapat memahami suatu bacaan. Semakin banyak seseorang membaca semakin banyak pula informasi yang diperoleh untuk dapat meningkatkan kualitas suatu masyarakat, oleh karena itu di beberapa Negara maju membaca sudah menjadi sebuah kebutuhan yang dapat dilakukan di mana saja. Menciptakan masyarakat yang gemar membaca agar membaca menjadi suatu kebutuhan dalam hidup seseorang (reading society) tidak dapat dilakukan secara instant perlu adanya kesadaran dari masing-masing individu bahwa membaca memiliki manfaat yang besar dan dapat meningkatkan kualitas suatu masyarakat.

(18)

pengalaman dalam proses belajarnya, sehingga peran aktif dan dukungan dari keluarga sangat dibutuhkan untuk membantu anak dalam proses belajar khususnya belajar membaca. Lingkungan keluarga yang dapat menciptakan suasana harmonis dan kondusif bagi anak dapat membantu anak untuk belajar membaca secara lebih efektif.

(19)

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pada pasal 45 menyebutkan bahwa setiap satuan pendidikan formal dan nonformal menyediakan sarana dan prasarana yang memenuhi keperluan pendidikan sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan potensi fisik, kecerdasan intelektual, sosial, ekonomi, dan kejiwaan peserta didik. Adapun standar sarana dan prasarana Menurut Rusdiana (2015: 58) adalah yang berkaitan dengan kriteria minimal tentang ruang belajar, tempat olahraga, tempat ibadah, perpustakaan, laboratorium, bengkel kerja, tempat bermain, tempat berekreasi, serta sumber belajar lain, yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran, termasuk penggunaan teknologi informasi dan komunikasi. Salah satu sarana dan prasarana yang harus dimiliki oleh lembaga pendidikan formal dalam menunjang proses pembelajaran adalah adanya perpustakaan sekolah. Lebih lanjut Rusdiana (2015: 44) menjelaskan bahwa perpustakaan sekolah sesungguhnya adalah sarana penunjang pendidikan di sekolah yang berupa kumpulan bahan pustaka, baik berupa buku-buku maupun bukan buku. Kumpulan bahan pustaka tersebut diorganisasi secara sistematis dalam satu ruang sehingga dapat membantu murid-murid dan para guru dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu, perpustakaan sekolah seharusnya dapat dimanfaatkan oleh seluruh warga sekolah untuk mempelajari dunia melalui membaca, dapat menggunakan perpustakaan sekolah sebagai tempat untuk menemukan inspirasi dan menjadikan perpustakaan sebagai sumber belajar.

(20)

dilengkapi dengan koleksi buku penunjang pelajaran, papan tulis, meja, kursi, rak buku, lemari buku. Perpustakaan sekolah sangat strategis karena di lalui oleh para peserta didik, kondisi perpustakaan sekolah masih belum memadai, hal ini terlihat perpustakaan sekolah belum dilengkapi dengan komputer khusus, kemudian keterbatasan koleksi buku bacaan di perpustakaan yang dianggap sebagai salah satu faktor rendahnya budaya membaca di perpustakaan sekolah. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan pustakawan SD Negeri Giripeni, sekolah mengadakan kerjasama dengan Kantor Perpustakaan dan Arsip Kabupaten Kulon Progo tentang perpustakaan keliling untuk mengembangkan minat dan meningkatkan budaya membaca peserta didik di SD Negeri Giripeni. Hal ini sesuai dengan visi Kantor Perpustakaan dan Arsip Kabupaten Kulon Progo yakni “Terwujudnya Perpustakaan yang menunjang Pengembangan Minat dan Budaya

Baca dan Terwujudnya Tertib Arsip guna Menyelamatkan Informasi dan

Penguasaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK)”.

(21)

para peserta didik. Suasana baru inilah yang diharapkan oleh sekolah dapat menumbuhkan kesenangan membaca sejak awal berada di SD Negeri Giripeni. Dengan adanya kerjasama tersebut merupakan hubungan yang baik untuk sama-sama mendukung upaya meningkatkan budaya membaca peserta didik khususnya di SD Negeri Giripeni. Dengan menumbuhkan rasa senang membaca pada peserta didik diharapkan kedepannya para peserta didik dapat memaknai manfaat besar yang dapat diperoleh dari aktivitas membaca dan menjadikan membaca sebagai sebuah kebutuhan dalam hidupnya.

(22)

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, peneliti dapat mengidentifikasi masalah yaitu:

1. Budaya membaca peserta didik yang masih rendah. 2. Kondisi perpustakaan sekolah yang belum memadai. 3. Koleksi buku di perpustakaan sekolah masih terbatas. C. Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang dikemukakan di atas, tidak semua permasalahan di atas akan diteliti. Penelitian ini dibatasi pada budaya membaca peserta didik yang rendah.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah di atas, maka permasalahan yang akan di bahas dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana upaya yang dilakukan SD Negeri Giripeni dalam meningkatkan budaya membaca peserta didik?

2. Apa saja faktor pendukung dan penghambat dalam meningkatkan budaya membaca peserta didik di SD Negeri Giripeni?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah:

(23)

2. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat dalam meningkatkan budaya membaca peserta didik di SD Negeri Giripeni.

F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, yaitu sebagai berikut: 1. Manfaat Praktis

Bagi sekolah hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada sekolah dalam meningkatkan budaya membaca peserta didik.

2. Manfaat Teoritis

(24)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Deskripsi Teori 1. Pengertian Kebijakan

Secara etimologis, kebijakan merupakan terjemahan dari kata policy, juga dapat dijumpai dalam bahasa lain, seperti Inggris, Latin, Yunani dan Sanskrit. Dalam bahasa Inggris, istilah policy berarti kebijakan. Latin: politeia; pemerintahan settled course adopted and followed by a government (suatu cara yang ditetapkan, dibuat, dan dilaksanakan oleh pemerintah, perseorangan, kelompok dan sebagainya). Polis dalam bahasa Yunani berarti kota. Pur dalam bahasa Sanskrit berarti kota. Policie dalam bahasa Inggris berarti mengurus masalah atau kepentingan umum, atau juga berarti administrasi pemerintah.

Ahmad Rusdiana (2015: 32) menjelaskan kebijakan adalah rangkaian konsep asas yang menjadi garis dasar dan dasar rencana dalam pelaksanaan pekerjaan, kepemimpinan, dan cara bertindak oleh pemerintah, organisasi dan sebagainya sebagai pernyataan cita-cita, tujuan, prinsip, atau maksud sebagai garis pedoman untuk manajemen dalam pencapaian sasaran.

Menurut Poerwadarminta (Ahmad Rusdiana, 2015: 32), kebijakan berasal dari kata bijak, yang artinya pandai, mahir, selalu menggunakan akal budi.

2. Kajian Budaya a. Pengertian Budaya

(25)

dari bahasa Sansekerta budhayah yaitu bentuk jamak kata buddhi yang berarti budi atau akal. Dalam bahasa Inggris, kata budaya berasal dari kata culture, dalam bahasa Belanda diistilahkan dengan kata cultuur, dalam bahasa Latin, berasal dari kata colera. Colera berarti mengolah, mengerjakan menyuburkan, mengembangkan tanah (bertani).

Sedangkan menurut E. B. Tylor (Elly M Setiadi. 2006) budaya adalah suatu keseluruhan kompleks yang meliputi pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, keilmuan, hukum, adat istiadat, dan kemampuan yang lain serta kebiasaan yang didapat oleh manusia sebagai anggota masyarakat. Selanjutnya Koentjaraningrat (Daryanto, 2015: 1) mendefinisikan budaya sebagai “keseluruhan sistem gagasan

tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan cara belajar.”

Soerjono Soekanto (Nur Zazin, 2011: 150) mendefinisikan budaya sebagai, “sebuah sistem nilai yang dianut seseorang pendukung budaya tersebut yang

(26)

dalam hal efisiensi, inovasi, kualitas, dan dapat memberikan suatu reaksi yang tepat untuk membiasakan mereka pada kejadian untuk membentuk suatu pertahanan.

Dari beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa budaya merupakan seluruh aspek serta kemampuan dan kebiasaan yang diperoleh manusia melalui proses belajar yang dapat diteruskan oleh anggota masyarakat lainnya. b. Tiga Wujud Kebudayaan

Koentjaraningrat (Daryanto, 2015: 2) menjelaskan bahwa kebudayaan itu ada tiga wujudnya, yaitu:

1) Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks dari ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan dan sebagainya.

2) Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas serta tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat.

3) Wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia.

Tilaar (2002) menjelaskan bahwa, “wujud-wujud kebudayaan tersebut pertama-tama harus dipelihara, untuk memelihara perlu dikenal dan dicintai. Selanjutnya gagasan-gagasan tersebut, konsep-konsep serta buah pikiran harus terus dikembangkan apalagi di dalam masyarakat dewasa ini yang merupakan masyarakat terbuka. Selain daripada itu kompleks aktivitas atau kegiatan perlu dipelajari dan dikembangkan. Proses pembelajaran mengenai kegiatan-kegiatan tersebut diperoleh melalui proses pendidikan.”

Dalam lingkup tatanan dan pola yang menjadi karakteristik sebuah sekolah, Daryanto (2015: 2) berpendapat kebudayaan memiliki dimensi yang dapat diukur menjadi ciri budaya sekolah seperti:

1) Tanggung jawab, kebebasan dan independensi warga atau personil sekolah, komite sekolah, dan lainnya dalam berinisiatif.

(27)

3) Sejauh mana sekolah menciptakan dengan jelas visi, misi, tujuan, sarana sekolah dan upaya mewujudkannya.

4) Sejauh mana unit-unit dalam sekolah di dorong untuk bekerja dengan cara yang terkoordinasi.

5) Tingkat sejauh mana kepala sekolah memberi informasi yang jelas, bantuan serta dukungan terhadap personil sekolah.

6) Jumlah pengaturan dan pengawasan langsung yang digunakan untuk mengawasi dan mengendalikan perilaku personil sekolah.

7) Sejauh mana para personil sekolah mengidentifikasi dirinya secara keseluruhan dengan sekolah ketimbang dengan kelompok kerja tertentu atau bidang keahlian professional.

8) Sejauh mana alokasi imbalan diberikan didasarkan atas kriteria prestasi. 9) Sejauh mana personil sekolah di dorong untuk mengemukakan konflik dan

kriteria secara terbuka.

10) Sejauh mana komunikasi antar personil sekolah dibatasi oleh hierarki yang formal (diadopsi dari karakteristik umum seperti yang dikemukakan oleh Stephen P. Robbins)

c. Pengertian Budaya Sekolah

Daryanto (2015: 3) berpendapat budaya sekolah adalah nilai-nilai dominan yang didukung sekolah yang menuntun kebijakan sekolah terhadap semua unsur dan komponen sekolah termasuk stakeholders pendidikan. Budaya sekolah merujuk pada suatu sistem nilai, kepercayaan dan norma-norma yang diterima secara bersama, serta dilaksanakan dengan penuh kesadaran sebagai perilaku alami, yang dibentuk oleh lingkungan yang menciptakan pemahaman yang sama diantara seluruh unsur dan personil sekolah baik itu kepala sekolah, guru, staf, peserta didik dan jika perilaku membentuk opini masyarakat yang sama dengan sekolah. Deal dan Kennedy (Daryanto, 2015: 5) menjelaskan budaya sekolah adalah keyakinan dan nilai-nilai miliki bersama yang menjadi pengikat kuat kebersamaan mereka sebagai warga suatu masyarakat.

(28)

dan di dalam ruangan yang mencerminkan nilai, kepercayaan dan norma yang bekerjasama sesama warganya, ada yang telah diwarisi turun-temurun, ada yang dibentuk oleh warga sekolah itu sendiri. Dari berbagai pendapat mengenai budaya sekolah dapat disimpulkan bahwa budaya sekolah merupakan suatu cara atau pola hidup warga sekolah yang didalamnya terdapat nilai-nilai, dan keyakinan yang dianutnya.

d. Pengertian Budaya Membaca

Budaya merupakan pikiran, akal budi, adat istiadat, sesuatu yang sudah menjadi kebiasaan yang sudah menjadi kebiasaan yang sudah sukar diubah (KBBI, 2007: 169). Kata budaya sebenarnya berasal dari bahasa sanskerta buddhayah yaitu bentuk jamak kata buddhi yang berarti budi atau akal. Ahmadi membedakan pengertian budaya dan kebudayaan. Budaya adalah daya dari budi yang berupa cipta, karsa, dan rasa, sedangkan kebudayaan adalah hasil dari cipta, karsa dan rasa tersebut (Ahmadi, 2007: 58).

(29)

menangkap atau memahami kata-kata atau kalimat yang tertulis, menginterpretasikan, dan merefleksikan.

3. Hakikat Membaca a. Pengertian Membaca

1) Anderson Richard (Suwaryono, 1989: 1), menjelaskan bahwa membaca adalah proses membentuk arti dari teks-teks tertulis.

2) Cole (Suwaryono, 1989: 1), menjelaskan bahwa membaca ialah proses psikologis untuk menentukan arti kata-kata tertulis. Membaca melibatkan penglihatan, gerak mata, pembicaraan batin, ingatan, pengetahuan mengenai kata yang dapat dipahami, dan pengalaman pembacanya. 3) Crawley dan Mountain (Farida Rahim, 2011: 2), menjelaskan bahwa

membaca pada hakikatnya adalah suatu yang rumit yang melibatkan banyak hal, tidak hanya sekedar melafalkan tulisan, tetapi juga melibatkan aktivitas visual, berpikir, psikolinguistik, dan metakognitif.

4) Carol (Suwaryono, 1989: 1), berpendapat membaca adalah dua tingkat proses dari penerjemahan dan pemahaman. Pengarang menulis pesan berupa kode (tulisan), dan pembaca mengartikan kode itu, sedangkan, 5) Carter (Suwaryono, 1989: 1), menyatakan bahwa membaca adalah sebuah

proses berpikir, yang termasuk di dalamnya mengartikan, menafsirkan, dan menerapkan ide-ide dari lambang.

(30)

kata tertulis kedalam bentuk lisan sehingga dapat mendapatkan makna dari kata-kata tertulis.

b. Mengenal Manfaat Membaca

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut terciptanya masyarakat yang gemar belajar. Proses belajar yang efektif antara lain dilakukan melalui membaca. Masyarakat yang gemar membaca memperoleh pengetahuan dan wawasan baru yang akan semakin meningkatkan kecerdasannya sehingga mereka lebih mampu menjawab tantangan hidup pada masa-masa mendatang (Farida Rahim, 2011: 1), kemudian membaca merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang sangat penting di samping tiga keterampilan berbahasa lainnya. hal ini karena membaca merupakan sarana untuk mempelajari dunia lain yang diinginkan sehingga manusia bisa memperluas pengetahuan, bersenang-senang, dan menggali pesan-pesan tertulis dalam bahan bacaan (Samsu Samadoyo, 2011: 1).

Lebih lanjut Dian Sinaga (Adi Prastowo, 2012: 375) menjelaskan bahwa membaca sangat bermanfaat bagi peserta didik untuk menambah cakrawala ilmu dan pengetahuan. Selain itu, terdapat empat belas manfaat lainnya dari membaca. Di antaranya adalah sebagai berikut:

1) Mempermudah memahami berbagai mata pelajaran. Dengan membaca, peserta didik dapat menambah, memperluas, dan memperdalam pelajaran yang sudah diperoleh dari guru. Dengan demikian, wawasan dan cakrawala berpikir peserta didik bertambah baik.

(31)

3) Meningkatkan apresiasi seni sastra dan seni-seni lainnya. Dengan membaca, peserta didik meningkat kemampuan untuk menikmati berbagai karya seni. 4) Meningkatkan kemampuan untuk mengenal siapa dirinya dan mengenal

lingkungannya yang lebih luas.

5) Meningkatkan keterampilan dan memperluas minat terhadap berbagai kegemaran dan aktivitas yang bermanfaat bagi pengembangan pribadi.

6) Mengembangkan watak dan pribadi yang baik.

7) Meningkatkan selera dan kemampuan dalam membedakan yang baik dan yang buruk.

8) Mengisi waktu luang dengan kegiatan yang positif.

9) Mendidik untuk belajar mandiri. Dengan membaca, peserta didik dapat mempelajari sesuatu secara mandiri

10) Menambah perbendaharaan kata.

11) Mendidik untuk berpikir kritis dan mengetahui (wall informed) berbagai permasalahan yang terjadi dilingkungannya, baik lingkungan sekitar maupun lingkungan yang lebih luas.

12) Memicu timbulnya ide baru. 13) Memperluas pengalaman.

(32)

c. Tujuan Membaca

Tarigan (Samsu Somadoyo, 2011: 12-13), menyatakan bahwa tujuan utama dalam membaca adalah untuk mencari serta memperoleh informasi, mencakup isi, serta memahami makna bacaan. Berikut ini dikemukakan beberapa tujuan membaca, mencakup:

1) Memperoleh rincian atau fakta-fakta (reading for detail or facts); 2) Memperoleh ide-ide utama (reading for main ideas), dan

3) Mengetahui urutan atau susunan, organisasi cerita (reading for sequence or organization);

4) Menyimpulkan inferensi (reading for inference),

5) Mengelompokkan atau mengklasifikasi (reading to classify) 6) Menilai atau mengevaluasi (reading or evaluate); dan

7) Membandingkan atau mempertentangkan (reading to compare or contrast). Sedangkan Blanton dan Irwin (dalam Farida Rahim, 2011: 11) mengatakan tujuan membaca mencakup:

1) Kesenangan;

2) Menyempurnakan membaca nyaring; 3) Menggunakan strategi tertentu;

4) Memperbaharui pengetahuannya tentang suatu topik;

5) Mengkaitkan informasi baru dengan informasi yang telah diketahuinya; 6) Memperoleh informasi untuk laporan lisan atau tertulis;

7) Mengkonfirmasikan atau menolak prediksi;

8) Menampilkan suatu eksperimen atau mengaplikasikan informasi yang diperoleh dari suatu teks dalam beberapa cara lain dan mempelajari tentang struktur teks;

(33)

d. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Membaca

Banyak faktor yang mempengaruhi kemampuan membaca, baik membaca permulaan maupun membaca lanjut (membaca pemahaman). Faktor-faktor yang mempengaruhi membaca permulaan menurut Lamb dan Arnold (Farida Rahim, 2011) ialah faktor fisiologis, intelektual, lingkungan, dan psikologis.

1) Faktor Fisiologis

(34)

2) Faktor Intelektual

Penelitian Ehansky (1963) dan Muchl dan Forrell (1973) yang dikutip dalam Haris dan Sipay (1980) menunjukkan secara umum ada hubungan positif (tetapi rendah) antara kecerdasan yang diindikasikan oleh IQ dengan rata-rata peningkatan remedial membaca. Pendapat ini sesuai yang dikemukakan oleh Rubin (1993) bahwa banyak hasil penelitian memperhatikan tidak semua peserta didik mempunyai kemampuan intelegensi tinggi menjadi pembaca yang baik. Secara umum, intelegensi anak tidak sepenuhnya mempengaruhi berhasil atau tidaknya anak dalam membaca permulaan.

3) Faktor Lingkungan

Faktor lingkungan juga mempengaruhi kemampuan membaca peserta didik. Faktor lingkungan itu mencakup:

a) Latar belakang dan pengalaman peserta didik di rumah.

Kondisi di rumah memengaruhi pribadi dan penyesuaian diri anak dalam masyarakat. Kondisi itu pada gilirannya dapat membantu anak, dan dapat juga menghalangi anak belajar membaca. Rubin (Farida Rahim, 2011: 18) mengemukakan bahwa orang tua yang hangat, demokratis, bisa mengarahkan anak-anak mereka pada kegiatan yang berorientasi pendidikan, suka menantang anak-anak untuk berpikir, dan suka mendorong anak untuk mandiri merupakan orang tua yang memiliki sikap yang dibutuhkan anak sebagai persiapan yang baik untuk belajar di sekolah.

(35)

senang membacakan cerita kepada anak-anak mereka umumnya menghasilkan anak yang senang membaca. Kualitas dan luasnya pengalaman anak di rumah juga penting bagi kemajuan belajar membaca. Membaca seharusnya merupakan suatu kegiatan yang bermakna. Pengalaman masa lalu anak memingkinkan anak-anak untuk lebih memahami apa yang mereka baca.

b) Sosial Ekonomi Keluarga Peserta Didik

Faktor sosioekonomi, orang tua, dan lingkungan tetangga merupakan faktor yang membentuk lingkungan rumah peserta didik. Beberapa penelitian memperlihatkan bahwa status sosioekonomi peserta didik memengaruhi kemampuan verbal peserta didik. Semakin tinggi status sosioekonomi peserta didik semakin tinggi kemampuan verbal peserta didik. Anak-anak yang berasal dari rumah yang penuh dengan bahan bacaan yang beragam akan mempunyai kemampuan membaca yang tinggi Crawley & Mountain (Farida Rahim, 2011) 4) Faktor Psikologis

Terdapat faktor lain yang juga memengaruhi kemajuan kemampuan membaca peserta didik adalah faktor psikologis. Faktor ini mencakup:

a) Motivasi

(36)

interpretasi, dan asimilasi merupakan dimensi hierarkis kognirif. Namun, semua aspek tersebut bersumber dari aspek afektif seperti minat, rasa percaya diri pengontrolan perasaan negatif, serta penundaan dan kemauan untuk mengambil resiko.

b) Minat

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005), minat adalah kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu. Menurut Crow & Crow (Rachman Abror, 1993: 112), dalam bukunya Education Psychology, hlm. 248, minat atau interest bisa berhubungan dengan adanya gerak yang mendorong kita cenderung atau merasa tertarik pada orang, benda atau kegiatan atau pun bisa berupa pengalaman yang afektif yang dirangsang oleh kegiatan itu sendiri. Selajutnya, menurut (Rachman Abror, 1993: 112) dari pengertian tersebut maka minat itu, sebenarnya, mengandung unsur-unsur: kognisi (mengenal), emosi (perasaan), dan konasi (kehendak) (Bigot, et al.), hlm. 201). Unsur kognisi, dalam arti, minat itu didahului oleh pengetahuan dan informasi mengenai obyek yang dituju oleh minat tersebut. Unsur emosi, karena dalam partisipasi atau pengalaman itu disertai dengan perasaan tertentu (biasanya perasaan senang). Sedangkan unsur konasi merupakan kelanjutan dari kedua unsur tersebut yaitu yang diwujudkan dalam bentuk kemauan dan hasrat untuk melakukan suatu kegiatan, termasuk kegiatan yang diselenggarakan di sekolah.

(37)

dalam kesediaannya untuk mendapat bahan bacaan dan kemudian membacanya atas kesadaran diri.

c) Kematangan Sosial, Ekonomi, dan Penyesuaian Diri

Ada tiga aspek kematangan emosi dan sosial, yaitu (1) stabilitas emosi, (2) kepercayaan diri, dan (3) kemampuan berpartisipasi dalam kelompok. Seorang peserta didik harus mempunyai pengontrolan emosi pada tingkat tertentu. Anak-anak yang mudah marah, menangis dan bereaksi secara berlebihan ketika mereka tidak mendapatkan sesuattu, atau menarik diri, atau mendongkol akan mendapat kesulitan dalam membaca. Sebaliknya, anak-anak yang lebih mudah mengontol emosinya, akan lebih mudah memusatkan perhatiannya pada teks yang dibacanya. Menurut Glazer & Searfoss (Farida Rahim, 2011: 30) mengemukakan bahwa peserta didik perlu menghargai segi-segi positif dalam dirinya. Dengan demikian, peserta didik menjadi yakin, penuh percaya diri, dan bisa melaksanakan tugas dengan baik.

Dari beberapa definisi diatas, terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kemampuan membaca peserta didik, faktor tersebut perlu diperhatikan baik orang tua atau guru di sekolah agar para peserta didik dapat belajar membaca dengan baik.

e. Tahap Perkembangan Minat Baca

Yaumil Achir (Reni, 2001: 37) telah menguraikan perkembangan minat membaca pada anak sebagai berikut:

(38)

Pada usia 1-3 tahun anak lebih cenderung merobek kertas, sehingga disarankan memilih buku dengan bahan dari plastik atau bahan yang lebih kuat sehingga tidak mudah rusak, sedangkan isi bacaannya disarankan yang setiap halamannya hanya mengandung satu macam benda beserta namanya dengan format yang besar serta memiliki warna yang cerah.

2) Usia 3-5 Tahun

Buku untuk anak diatas usia tiga tahun sudah bisa dengan beberapa kata (kalimat) yang merupakan gagasan. Namun, tetap dengan ilustrasi gambar yang menarik, warna yang ceria serta format yang besar. Pada usia diatas tiga tahun bacaan sudah dapat memancing keterlibatan emosi dari seorang anak dan mudah menemukan dalam dunia sehari-hari. Usia 3-5 tahun anak sudah duduk di Taman Kanak-Kanak. Pengalaman yang dimiliki oleh seorang anak menjadi relatif lebih banyak. Sehingga, bacaan yang diberikan dapat lebih panjang. Jenis cerita yang digemari oleh anak pada usia ini adalah yang bersifat fancy.

3) Usia 5-7 Tahun

Perkembangan anak pada usia 5-7 tahun ada pada dunia akademis dan intelektual. Yang menonjol pada periode ini adalah banyaknya kata-kata, gagasan-gagasan, konsep-konsep yang merupakan representasi dari hal-hal yang telah dialami dan disimpan secara mental, baik melalui pengalaman atau yang diterima secara tidak langsung.

4) Usia 7-12 Tahun

(39)

apa yang dituntut oleh sekolah.Buku-buku yang cocok pada anak juga merupakan sesuatu yang membantu pelajaran di sekolahnya dalam lingkup sains dan teknologi, tentang ruang angkasa, hujan, angin, suara dan sebagainya. cerita-cerita yang merangsang imajinasi anak dan memberi kesan action juga digemari pada usia ini.

Oleh karena itu, pada usia 7 sampai 12 tahun ketika anak sudah mulai duduk di sekolah dasar memerlukan peran pihak sekolah maupun orang tua untuk memenuhi kebutuhan bahan bacaan anak sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan pada tahap perkembangannya.

4. Hakikat Peserta Didik a. Pengertian Peserta didik

Secara etimologi peserta didik adalah anak didik yang mendapat pengajaran ilmu, secara terminologi peserta didik adalah anak didik atau individu yang mengalami perubahan, perkembangan sehingga masih memerlukan bimbingan dan arahan dalam membentuk kepribadian serta sebagai bagian dari structural proses pendidikan. ( www.eurekapendidikan.com/2015/definisi-murid-siswa-dan-peserta-didik.html?m=1).

Menurut Sudarwan (2013) Berdasarkan UU No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas), peserta didik didefinisikan:

“Sebagai setiap manusia yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran pada jalur pendidikan baik pendidikan formal maupun pendidikan non formal, pada jenjang pendidikan dan jenis pendidikan tertentu. Peserta didik juga dapat didefinisikan sebagai orang yang belum dewasa dan memiliki sejumlah potensi dasar yang masih perlu dikembangkan.”

(40)

dasar yang dimiliki baik melalui pendidikan formal, maupun pendidikan non formal.

b. Masa Perkembangan Anak Usia Sekolah

Rita (2008: 104) berpendapat masa kanak-kanak akhir sering disebut sebagai masa usia sekolah atau masa sekolah dasar. Masa ini dialami anak pada usia 6 tahun sampai masuk ke masa pubertas dan masa remaja awal yang berkisar pada usia 11-13 tahun. Pada masa ini anak sudah matang bersekolah dan sudah siap masuk sekolah dasar. Lebih lanjut menurut (Rita, 2008: 109) bahwa sampai usia 8 tahun anak membaca penuh semangat terutama tantang ceritera-ceritera khayal.

Pada usia 10-12 tahun perhatian membaca mencapai puncak. Materi bacaan semakin luas. Anak laki-laki menyenangi hal-hal yang sifatnya menggemparkan, misterius, dan kisah-kisah petualangan. Anak perempuan menyenangi ceritera kehidupan seputar rumah tangga (Farida Rahim, 2011: 28).

c. Hak dan Kewajiban Peserta Didik

Ketika memasuki satuan pendidikan formal atau sekolah, peserta didik memiliki hak dan kewajiban tertentu. Hak dan kewajiban diatur dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknak. Di dalam UU ini di sebutkan bahwa setiap peserta didik pada satuan pendidikan berhak:

1) Mendapatkan pendidikan agama sesuai dengan agama yang dianutnya dan diajarkan oleh pendidik yang seagama;

(41)

3) Mendapatkan beasiswa bagi yang berprestasi yang orang tuanya tidak mampu membiayai pendidikannya;

4) Mendapatkan biaya pendidikan bagi mereka yang orangtuanya tidak mampu membiayai pendidikannya;

5) Pindah ke program pendidikan pada jalur dan satuan pendidikan lain yang setara;

6) Menyelesaikan program pendidikan sesuai dengan kecepatan belajar masing-masing dan tidak menyimpang dari ketentuan batas waktu yang ditetapkan. d. Cara Membangkitkan Budaya Baca Peserta Didik

Pustakawan sekolah memiliki tugas yang salah satunya adalah dengan membangkitkan rasa senang dan membangkitkan ketertarikan para peserta didik untuk membaca agar perpustakaan sekolah dapat dimanfaatkan sebagai sumber belajar.

Ibrahim Bafadal (Andi Prastowo, 2012: 381-383) berpendapat terdapat beberapa upaya yang dapat dilakukan oleh pustakawan sekolah untuk dapat membangkitkan rasa senang dan gairah membaca para peserta didik.

1) Memperkenalkan buku-buku.

Cara ini bisa dilakukan oleh pustakawan dengan cara bekerjasama dengan guru bidang studi. Guru bidang studi tersebut memanfaatkan koleksi yang dimiliki oleh perpustakaan sekolah sebagai bahan ajar.

(42)

Perlu ditekankan adalah ketika memperkenalkan kegigihan tokoh tersebut dalam hal membaca, belajar mandiri untuk menambah pengetahuan sehingga menjadi tokoh yang besar dan masyhur.

3) Menyelenggarakan display dan pameran buku.

Cara ini dilakukan dengan menempatkan dan menyusun buku-buku perpustakaan dengan posisi mencolok, sehingga membuat para peserta didik tertarik untuk melihat.

Cara lain yang bisa diupayakan untuk meningkatkan budaya membaca peserta didik yaitu dengan melibatkan peran keluarga para peserta didik dan guru disekolah. Untuk cara ini, perlu disosialisasikan dengan cara membangun keyakinan di kalangan orang tua, bahwa untuk memperbaiki taraf hidup, taraf pendidikan harus ditingkatkan.Taraf pendidikan dapat ditingkatkan dengan meningkatkan kegiatan belajar, dan belajar dapat ditingkatkan dengan upaya pembinaan budaya baca anak dirumah.

Cara lainnya adalah dengan mengoptimalkan peranan guru dalam membangkitkan budaya membaca peserta didik. Dalam hal ini, beberapa upaya yang dapat dilakukan:

a) Perlu perbaikan metode belajar dan mengajar dari yang selama ini bersifat textbooks centered kepada metode yang lebih membuka kemungkinan penggunaan bahan bacaan yang lebih luas dan bervariasi. b) Memberikan motivasi membaca kepada anak didik dengan pelaksanaan

ulangan.

(43)

d) Melengkapi koleksi perpustakaan sekolah dengan bahan bacaan yang menarik dan bermanfaat sesuai dengan kurikulum. Pengadaan bahan bacaan yang sesuai dengan selera (taste), kebutuhan (needs), dan tuntutan (demand) bisa menambah intensitas anak didik untuk berkunjung ke perpustakaan.

e) Seorang guru dapat bekerja sama dengan pustakawan sekolah dalam mengenalkan dan menggunakan perpustakaan sekolah dengan benar, bahan-bahan apa saja yang ada di perpustakaan, koleksi apa saja yang dianggap menarik dan baru.

f) Guru dapat menanamkan budaya membaca kepada peserta didik dengan cara memberikan tugas seperti: kliping, membuat karya ilmiah, membuat ringkasan buku-buku dan lain sebagainya.

e. Pengertian Perpustakaan Keliling

Perpustakaan Keliling adalah bagian dari perpustakaan umum. Perpustakaan Keliling disediakan untuk memberikan layanan ekstensi, yaitu masyarakat yang lokasinya jauh dari perpustakaan. Perpustakaan keliling memberikan layanan bergerak mendatangi penggunanya di beberapa tempat pemukiman penduduk, dan tempat terkonsentrasinya jumlah penduduk seperti sekolah, kantor kelurahan. Perpustakaan keliling biasanya menggunakan mobil yang dirancang khusus untuk keperluan perpustakaan, untuk daerah kepulauan atau aliran sungai biasanya disebut perpustakaan terapung.

(44)

Perpustakaan keliling berbentuk mobil yang berisi buku-buku atau koleksi bahan bacaan lainnya yang dikelola secara khusus untuk tujuan melayani sekelompok anggota masyarakat yang secara teknis tidak terjangkau oleh sistem pelayanan perpustakaan umum terdekat. Dalam bahasa inggris disebut dengan mobile library (perpustakaan yang bergerak) karena jenis perpustakaan ini mampu bergerak dari satu tempat ke tempat lainnya. Sistem pengelolaannya secara umum sama dengan sistem pengelolaan pada perpustakaan-perpustakaan menetap (tidak bergerak), yang membedakannya hanyalah pada bentuk dan sifatnya yang dapat bergerak. karena jenis perpustakaan ini dapat bergerak maka jangkauan pelayanannya dapat diatur untuk kelompok anggota masyarakat tertentu yang dipilihnya. Biasanya prioritas pelaksanaan pelayanan perpustakaan keliling ini pada sekelompok masyarakat yang secara geografis sedikit terpencil, namun banyak orang di dalamnya. Keunggulan-keunggulan dari sistem pelayanan perpustakaan keliling antara lain pada bentuk sajian pelayanannya yang relatif lebih menarik dibandingkan dengan model pelayanan perpustakaan pada umumnya yang mengharuskan pengguna datang langsung ke perpustakaan.

(45)

sistem pelayanan terhantar jangkauan pelayanannya dapat bersifat kelembagaan dan mempunyai rentang pengguna yang lebih spesifik, sedangkan pada sistem perpustakaan keliling lebih umum sifatnya. Perpustakaan keliling melayani sejumlah anggota masyarakat (umum) yang secara geografis dan teknis sulit dijangkau oleh sistem pelayanan perpustakaan umum induknya.

Jadi, perpustakaan keliling merupakan salah satu program dari perpustakaan kota Kabupaten Kulon Progo yang di adakan untuk menjangkau sekolah-sekolah yang ada di Kabupaten Kulon Progo dengan mendatangi daerah-daerah yang mungkin sedikit terpencil namun terdapat banyak anak-anak usia sekolah serta mendatangi sekolah-sekolah pada satu minggu sekali sesuai jadwal yang telah ditentukan. Dengan adanya program perpustakaan keliling diharapkan informasi yang diperoleh oleh peserta didik menjadi lebih banyak karena dengan perpustakaan keliling tentunya dapat memberikan tampilan yang baru sehingga dapat menumbuhkan minat bagi peserta didik untuk dapat belajar dan membaca buku-buku yang disediakan untuk menambah wawasan dan pengetahuan agar informasi yang diperoleh semakin beragam.

Tata Cara Pemanfaatan Koleksi Bahan Pustaka Perpustakaan Keliling Kabupaten Kulon Progo. Pengguna koleksi bahan pustaka adalah anggota perpustakaan: a) Pengguna terlebih dahulu memeriksa bahan pustaka yang akan dipinjam. b) Pengguna ikut menjaga dan memelihara bahan pustaka dengan tidak

mengotori, menyobek dan melipat lembaran.

(46)

d) Jika batas waktu pinjaman bahan pustaka telah berakhir, dapat diperpanjang sampai 2 (dua) kali perpanjangan, sepanjang koleksi tersebut tidak ada yang meminjam.

e) Pengguna tidak diperkenankan meminjam atau memindahkan bahan pustaka pinjaman kepada pihak lain.

f) Pengguna yang merusakkan atau menghilangkan bahan pustaka, wajib memperbaiki atau mengganti pustaka tersebut, sesuai dengan ketentuan. g) Peminjaman koleksi sejumlah 1 eksemplar dengan batas waktu 1 minggu.

Dari beberapa uraian diatas, masing-masing anggota perpustakaan keliling dapat meminjam koleksi dengan batas waktu satu minggu. alam hal ini sekolah-sekolah di kabupaten Kulon Progo dapat mengajukan kerjasama dengan kantor perpustakaan kabupaten Kulon Progo agar mendapat kunjungan pada jadwal yang telah ditentukan. Masing-masing peserta didik yang mendapat kunjungan akan terdaftar sebagai anggota perpustakaan keliling dana dapat meminjam koleksi yang tersedia, anggota perpustakaan keliling dapat meminjam buku sesuai dengan keinginan, buku akan dikembalikan pada minggu berikutnya ketika perpustakaan kembali berkunjung ke sekolah- sekolah yang sudah mengajukan perjanjian kerjasama dengan kantor perpustakaan di kabupaten Kulon Progo.

(47)
[image:47.595.113.550.97.396.2]

1. Standar Pelayanan Peminjaman

Tabel 1. Standar Pelayanan Peminjaman

NO STANDAR KETERANGAN

1. PEMINJAMAN Ketentuan peminjaman koleksi bahan pustaka layanan perpustakaan umum adalah semua anggota

perpustakaan yang telah tercatat dan mendapatkan nomor anggota dari petugas.

2. TATA CARA PEMINJAMAN

Tata Cara Peminjaman :

a. Menyerahkan buku yang akan dipinjam dan kartu anggota ke petugas layanan

b. Petugas mengambil kartu buku, mencatat nomor anggota peminjam dan mencatat tanggal kembali c. Petugas menyerahkan buku yang akan dipinjam

kepada peminjam

d. Petugas meletakkan kartu anggota dan kartu buku di tempat yang disediakan.

3. WAKTU

PEMINJAMAN

Waktu yang dibutuhkan untuk meminjam koleksi mulai dari menyerahkan buku ke petugas, mencatat kartu buku dan nomor anggota & tanggal kembali sampai menyerahkan buku yang dipinjam kepada peminjam Waktu : 5 menit

Sumber:http:// perpustakaan.kuonprogokab.go.id 2. Standar Pelayanan Pengembalian

Tabel 2. Standar Pelayanan Pengembalian

NO STANDAR KETERANGAN

1. PENGEMBALIAN Ketentuan layanan pengembalian koleksi bahan pustaka adalah koleksi yang telah dipinjam dapat dikembalikan ke petugas sesuai tanggal pengembalian oleh peminjam maupun bukan peminjam.

2. TATA CARA PENGEMBALIAN

Tata Cara Pengembalian :

a. Koleksi yang dipinjam diserahkan ke petugas layanan sirkulasi.

b. Petugas memeriksa tanggal kembali dan nomor anggota

c. Petugas mencari dan mengambil kartu anggota dan kartu buku dari jajaran kartu.

d. Petugas memasukkan kartu buku pada buku yang telah dikembalikan kemudian meyerahkan e. kartu anggota ke peminjam.

3. WAKTU

PENGEMBALIAN

Waktu yang dibutuhkan untuk mengembalikan koleksi bahan pustaka mulai dari buku diserahkan ke petugas sampai dengan kartu anggota diserahkan ke peminjam adalah

[image:47.595.108.551.110.668.2]
(48)

3. Tujuan Perpustakaan Keliling

a. Memeratakan layanan informasi dan bacaan kepada masyarakat sampai daerah terpencil dan belum/tidak mungkin didirikan perpustakaan menetap.

b. Membantu perpustakaan umum dalam mengembangkan pendidikan informal kepada masyarakat.

c. Memperkenalkan buku-buku dan bahan pustaka lainnya kepada masyarakat.

d. Memperkenalkan jasa perpustakaan kepada masyarakat, sehingga tumbuh budaya untuk memanfaatkan jasa perpustakaan kepada masyarakat.

e. Meningkatkan minat baca dengan mengembangkan cinta buku pada masyarakat.

f. Mengadakan kerjasama dengan lembaga masyarakat sosial, pendidikan dan pemerintah daerah dalam meningkatkan kemampuan intelektual dan cultural masyarakat. (Panduan Penyelenggaraan Perpustakaan Keliling, 1992: 4).

Menurut Supriyanto (2006: 108) tugas dan fungsi perpustakaan keliling adalah sebagai berikut:

Melayani masyarakat yang belum terjangkau oleh perpustakaan menetap, karena di lokasi tersebut belum dapat didirikan perpustakaan karena belum ada dana yang tersedia.

1.) Melayani masyarakat yang oleh karena situasi atau kondisi tertentu tidak dapat datang atau mencapai perpustakaan menetap.

2.) Mempromosikan layanan perpustakaan kepada masyarakat yang belum pernah mengenal perpustakaan

3.) Memberikan pelayanan yang bersifat sementara sampai perpustakaan menetap didirikan.

(49)

5.) Sebagai jembatan antara perpustakaan umum Daerah Tingkat II dengan cabang-cabangnya.

(50)

B. Penelitian yang Relevan

1. Penelitian ini relevan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Rakhmat Arif Hidayat tahun 2015, dalam skripsinya yang berjudul “Peran Warga Sekolah

dalam Pemanfaatan Perpustakaan untuk Meningkatkan Minat Baca Siswa di SD Negeri Gembongan”. Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa peran warga

sekolah dalam pemanfaatan perpustakaan untuk meningkatkan minat baca siswa di SD Negeri Gembongan yaitu: 1) Petugas perpustakaan berperan memberikan motivasi kepada siswa untuk selalu rajin membaca buku, memberikan pelayanan yang baik dan membuat jadwal piket perpustakaan harian bagi siswa; 2) Kepala sekolah berperan menjalin kerjasama dengan perpustakaan keliling, menyediakan anggaran untuk pembaruan buku perpustakaan dan memberi motivasi kepada siswa; 3) Guru kelas berperan memanfaatkan perpustakaan sebagai sarana pembelajaran; 4) Siswa memanfaatkan perpustakaan untuk memenuhi kebutuhan membaca dengan berkunjung dan meminjam buku.

(51)

sehingga peserta didik tidak merasa bosan, hal ini tentunya dapat menjadi salah satu fasilitas penunjang untuk menumbuhkan minat dan budaya membaca peserta didik.

2. Penelitian ini juga relevan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Antin Ima Wardani tahun 2013, dalam artikel jurnal yang berjudul “Pelaksanaan Program Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Keliling Sebagai Upaya Peningkatan Minat Baca Masyarakat di Desa Getas Kecamatan Kaloran Kabupaten Temanggung” hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) pelaksanaan

(52)

penghambat pelaksanaan program TBM keliling yaitu kesulitan warga dalam membagi waktu antara membaca di TBM keliling dengan pekerjaan.

(53)
[image:53.595.126.520.139.578.2]

C. Kerangka Berfikir

Gambar 1. Kerangka Berfikir Penelitian

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

Undang-Undang No. 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan

Keluarga Satuan pendidikan Masyarakat

Kerjasama dengan Kantor Perpustakaan dan Arsip Kabupaten Kulon Progo

Faktor pendukung dan penghambat

(54)

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pada Pasal 45 disebutkan bahwa setiap satuan pendidikan formal dan nonformal menyediakan sarana dan prasaran yang memenuhi keperluan pendidikan sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan potensi fisik, kecerdasan intelektual, sosial, emosional, dan kejiwaan peserta didik. sarana dan prasarana yang dimaksud dalam undang-undang tersebut diantaranya penyediaan perpustakaan sekolah.

Kemudian Undang-Undang No. 43 Tahun 2007 tentang perpustakaan, pada Pasal 48 Ayat 1 disebutkan bahwa pembudayaan kegemaran membaca dilakukan melalui keluarga, satuan pendidikan dan masyarakat. Pada ayat berikutnya dijelaskan pembudayaan kegemaran membaca pada keluarga sebagaimana dimaksud pada ayat (1) difasilitasi oleh pemerintah dan pemerintah daerah melalui buku murah dan berkualitas. Pembudayaan kegemaran membaca pada satuan pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan mengembangkan dan memanfaatkan perpustakaan sebagai proses pembelajaran. Pembudayaan kegemaran membaca pada masyarakat sebagaimana dimaksud ayat (1) dilakukan melalui penyediaan sarana perpustakaan di tempat umum yang mudah dijangkau, murah dan bermutu.

(55)

formal perlu mengembangkan proses belajar membaca siswanya dalam mengembangkan budaya membaca.

(56)

D. Pertanyaan Penelitian

1. Kebijakan apa yang dibuat oleh sekolah terkait dengan adanya kebijakan dari pemerintah daerah mengenai upaya meningkatkan budaya membaca peserta didik di SD Negeri Giripeni?

2. Bagaimana respon dari warga sekolah dengan adanya kebijakan tersebut? 3. Upaya dan kegiatan apa yang dilakukan oleh sekolah untuk meningkatkan

budaya membaca peserta didik di SD Negeri Giripeni?

(57)

BAB III

METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis deskriptif. Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian dengan mendeskripsikan dalam bentuk kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang

alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah (Moleong, 2014: 6). Pendekatan ini digunakan karena penelitian ini tidak dapat diukur dan bermaksud untuk mengetahui keterangan tentang data yang diperoleh dari lapangan baik berupa hasil observasi di lapangan, dokumen, wawancara dari objek dan subjek penelitian pada saat dilaksanakan penelitian. Dalam penelitian ini peneliti mengutamakan pada upaya yang dilakukan sekolah dalam meningkatkan budaya membaca peserta didik.

B. Subjek Penelitian

Untuk memperoleh data sesuai dengan apa yang diharapkan maka diperlukan sumber data atau informan yang tepat serta dapat memberikan informasi sesuai dengan yang dibutuhkan. Subjek dalam penelitian ini yaitu peserta didik, guru, pustakawan kepala sekolah, wali murid dan data-data yang terkait dengan meningkatkan budaya membaca peserta didik.

C. Setting Penelitian

(58)

2016 – Agustus 2016. Adapun tempat penelitian adalah di SD Negeri Giripeni yang beralamat di Dobangsan, Giripeni, Kecamatan Wates, Kabupaten Kulon Progo. D. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data-data yang diperlukan dalam penelitian ini, makapenelitian ini menggunaka beberapa teknik pengumpulan data yaitu, pengamatan atau observasi, wawancara, dan dokumentasi.

1. Observasi atau Pengamatan

Observasi digunakan untuk mengamati secara langsung kondisi yang ada dilapangan. Pengamatan yang dilakukan bertujuan agar mendapatkan gambaran yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti.Observasi yang dilakukan dalam penelitian ini dengan cara ikut terlibat secara langsung dengan kegiatan yang dilaksanakan di sekolah, sehingga dapat diketahui upaya yang dilakukan oleh sekolah dalam meningkatkan budaya membaca peserta didik. Adapun aspek-aspek yang diamati peneliti adalah: lingkungan fisik dari sekolah, labolatorium dan sarana belajar, ruang perpustakaan sekolah, pihak yang berperan dalam meningkatkan budaya membaca peserta didik.

2. Wawancara

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu. (Moleong, 2000: 135).

(59)

yang berkaitan dengan meningkatkan budaya membaca peserta didik. Dalam penelitian ini wawancara dilakukan beberapa kali dengan informan yang berbeda-beda, yaitu: kepala sekolah SD Negeri Giripeni, Pustakawan SD Negeri Giripeni, guru, peserta didik dan walimurid.

3. Dokumentasi

Semua tulisan, gambar dan foto yang dikumpulkan dan disimpan yang dapat digunakan apabila diperlukan, dengan metode dokumentasi yang diamati bukan benda hidup tetapi benda mati. (Suharsimi, 2010: 274). Data yang diambil menggunakan metode dokumentasi dalam penelitian ini adalah data mengenai seluruh dokumen yang berkaitan dengan peningkatan budaya membaca peserta didik. Peneliti memperoleh data tambahan yang dapat mendukung hasil penelitian dengan dokumentasi.

E. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian kualitatif yang menjadi instrumennya adalah peneliti itu sendiri (Sugiono, 2015: 15) serta didukung dengan adanya observasi dan wawancara yang didalamnya terdapat pertanyaan penelitian yang berkaitan

dengan fokus penelitian yaitu mengenai upaya sekolah dalam meningkatkan budaya membaca peserta didik.

F. Teknik Analisis Data

(60)

Data-data yang terkumpul dari hasil observasi, wawancara, dan dokumentasi pada saat di lapangan dicatat dalam bentuk catatan yang didalamnya berisi tentang apa saja yang dikemukakan oleh informan.

2. Reduksi Data

Reduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya dan membuang yang tidak perlu (Sugiono, 2015: 338). Data yang diperoleh dari lapangan dibuat secara sistematik yang dapat memudahkan ketika dibaca dan dipahami sehingga dapat memberikan gambaran yang lebih jelas.

3. Penyajian Data

Miles and Huberman dalam Sugiono (2015) mengatakan, yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif.

Pada tahap penyajian data, maka data yang berhasil diperoleh dilapangan kemudian disajikan dalam bentuk teks naratif yang berisi mengenai upaya sekolah dalam meningkatkan budaya membaca peserta didik.

4. Penarikan Kesimpulan/Verifikasi

Dalam melakukan penarikan kesimpulan tentang meningkatkan budaya membaca peserta didik maka dilakukan peninjauan dengan catatan lapangan dan penyajian data melalui triangulasi sumber dan teknik.

G. Teknik Keabsahan Data

(61)

sumber dengan berbagai cara dan waktu, sehingga triangulasi dapat di kelompokan dalam 3 jenis yaitu: triangulasi sumber, triangulasi teknik dan triangulasi waktu. Dari ketiga jenis triangulasi tersebut penulis memilih keabsahan dengan menggunakan ketiga triangulasi tersebut.

1. Triangulasi teknik

Dilakukan dengan membandingkan data dari hasil wawancara, observasi dan dokumentasi.

2. Triangulasi sumber

Dilakukan karena informan dari penelitian ini terdiri lebih dari satu orang. 3. Triangulasi Waktu

(62)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Wilayah

1. Gambaran Umum Tempat Penelitian

SD Negeri Giripeni merupakan salah satu sekolah dasar yang ada di Kecamatan Wates Kabupaten Kulon Progo. Letaknya di sebelah tenggara pusat kota dan tidak jauh dari keramaian, akses jalan menuju SD Negeri Giripeni sangat mudah, tepatnya di Dobangsan, Giripeni, Kecamatan Wates, Kabupaten Kulon Progo. SD Negeri Giripeni adalah sekolah yang berstatus Negeri dengan nomor statistik sekolah 101040401037 dan terakreditasi B pada tahun 2013.SD Negeri Giripeni memiliki ruang kelas yang terdiri dari enam ruang dan peserta didik sejumah 104 peserta didik, yang terdiri dari kelas I sejumlah 23 peserta didik, kelas II sejumlah 19 peserta didik, kelas III sejumlah 16 peserta didik, kelas IV sejumlah 16 peserta didik, kelas V sejumlah 12 peserta didik, dan kelas VI sejumlah 18 peserta didik. Lokasi SD Negeri Giripeni terletak di tepi jalan dengan pintu gerbang sekolah yang menghadap ke selatan. Para peserta didik di SD Negeri Giripeni sebagian besar berasal dari desa di sekitar sekolah.

2. Visi dan Misi SD Negeri Giripeni a. Visi :

Unggul dalam prestasi, terampil, berbudaya, berbudi pekerti luhur, berakhlak mulia berdasarkan Iman dan Takwa.

Indikator :

(63)

2) Unggul dalam keterampilan dan seni 3) Unggul dalam olah raga

4) Unggul dalam budi pekerti

5) Unggul dalam keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. b. Misi :

1) Melaksanakan pembelajaran dengan efektif sehingga tiap siswa berkembang secara optimal sesuai dengan potensi yang dimiliki.

2) Mewujudkan pendidikan dengan lulusan cerdas, terampil, berbudaya, beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta unggul dalam akademik.

3) Mewujudkan pendidikan yang adil dan merata.

4) Menumbuhkembangkan penghayatan dan pengamalan terhadap ajaran agama yang dianut sehingga tercipta sekolah yang kondusif.

5) Memantapkan pendidikan budi pekerti dalam ranka pembinaan akhlak mulia kepada peserta didik.

(64)
[image:64.595.146.556.113.687.2]

3. Sarana dan Prasarana SD Negeri Giripeni Wates Tabel 3. Sarana dan Prasarana sekolah

No Jenis Jml Keterangan

1. Ruang KS/Guru 1 Belum Memadai

2. Ruang Kelas 6 -

3. Halaman sekaligus lapangan

basket/bulutangkis

1 -

4. Lapangan sepak bola/volley ball 1 Tanah milik desa

5. Lapangan tenis meja 2 -

6. Dapur 1 -

7. Gudang 2 -

8. Ruang UKS 1 -

9. Ruang penyimpanan alat-alat

olahraga

- Belum memiliki

10. Ruang ganti siswa - Belum memiliki

11. Ruang tamu - Belum memiliki

12. Aula/ruang pertemuan - Belum memiliki

13. Ruang perpustakaan 1 Belum sempurna

14. Ruang tata usaha - Belum memiliki

15. Ruang BP - Belum memiliki

16. Ruang kesenian - Belum memiliki

17. Ruang satpam - Belum memiliki

18. Ruang penjaga sekolah - Belum memiliki

19. Kantin sekolah 1 Belum memadai

20. Ruang ibadah/musholla 1 Upaya sekolah bersama komite

dan masyarakat

21. WC siswa 2 Belum memadai

22. WC Guru 2

23. Perindang/taman sekolah 3 unit

24. Tempat parkir 1

25. Pintu Gerbang 1

(65)
[image:65.595.146.559.121.557.2]

4. Data pendidik dan tenaga kependidikan Tabel 4. Data Pegawai

No Nama/NIP Jabatan Gol/RU TMT Tugas

1. Sumartuti, S.Pd NIP. 19561212 197512 2 003

Kepala sekolah

IV/a 01-03-2000 Bhs Jawa

2. Sumedah, S.Pd SD NIP. 19571210 197704 2 001

Guru kelas

IV/a 01-10-2000 I

3. Drs. Kamisa NIP. 19590412 197803 1 003

Guru kelas

IV/a 01-10-2000 IV

4. Nurul Utami, S.Pd NIP. 19740404 199803 2 006

Guru kelas

IV/a 01-04-2004 III

5. Winarni NIP. 19690314 199003 2 002

Guru kelas

IV/a 01-05-2010 VI

6. Sumaisah, S.Pd NIP. 19721102 199803 2 002

Guru kelas

IV/a 01-10-2012 V

7. Endang Wahyu W NIP. 19780828 200801 2 015

Guru kelas

II/c 01-04-2012 II

8. Siti Syarotun, S.Pd NIP. 19590611 198403 2 002

Guru mapel

IV/a 01-05-2010 Guru PAI I s.d VI

9. Yuliati, S.Pd NIP. 19590712 198303 2 007

Guru mapel

IV/a 01-07-2013 Penjas OR I s.d VI

10. Agus Yudi T NIP. -

GTT - - Ekstra Kurikuler

11. Sapti Setiyaningsih, A. Md

NIP. -

PTT - - Tenaga

Pustakawan

Sumber: data profil sekolah

B. Hasil Penelitian

1. Pemahaman tentang Pentingnya Membaca

(66)

Giripeni. Berdasarkan hasil wawancara menunjukkan bahwa kepala sekolah, guru dan pustakawan SD Negeri Giripeni memahami budaya membaca sebagai suatu kebiasaan. Berikut petikan wawancara yang dilakukan dengan kepala sekolah SD Negeri Giripeni:

“Budaya membaca itu membiasakan untuk meningkatkan ilmu agar terserap melalui anak membaca. Membiasakan untuk meningkatkan.” (Waw. 14 Mei 2016)

Pernyataan yang sama juga dikemukakan oleh Ibu S sebagai berikut:

“Budaya membaca itu ya kebiasaan siswa dalam membaca.” (Waw. 14 Mei 2016)

Pernyataan tersebut diperkuat dengan penjelasan dari salah satu wali kelas di SD Negeri Giripeni. Berikut petikan wawancara dengan Ibu EN:

“Budaya membaca menurut saya, suatu kegemaran anak-anak atau kebiasaaan yang dilakukan anak-anak untuk bisa menyukai buku dan membudayakan budaya membaca itu sendiri.” (Waw. 13 Juni 2016)

(67)

“Penting, supaya anak ketika senang untuk membaca maka pemahamannya akan menjadi lebih baik, jadi lebih pintar, pengetahuannya menjadi bertambah. siswa kunci utamanya senang membaca. tetapi kalau kurang ya otomatis belajarnya kurang.” (Waw. 14 Mei 2016)

Berdasarkan pernyataan diatas, sekolah menyadari akan pentingnya membaca sebagai bagian yang penting untuk ditingkatkan, kebiasaan membaca juga perlu untuk ditanamkan kepada para peserta didik sejak awal, mengingat kunci utama bagi peserta didik agar pandai yaitu melalui senang membaca. Ketika peserta didik melakukan membaca dengan senang hati, maka akan lebih mudah untuk memahami bacaan dan dapat menerima materi pembelajaran secara lebih baik. Namun, berdasarkan hasil pengamatan pada saat berada di SD Negeri Giripeni, antusias peserta didik untuk membaca diperpustakaan sekolah terlihat masih sangat lemah, hal ini terlihat ketika perpustakaan sekolah tampak sepi dari kunjungan peserta didik, padahal perpustakaan sekolah di SD Negeri Giripeni dibuka mulai pukul 07.00 WIB hingga jam belajar mengajar selesai. Masih rendahnya antusias peseta didik untuk membaca juga diperkuat dengan hasil wawancara dengan Ibu S sebagai berikut:

“Kalau disini antusiasnya masih kurang soale bukunya itu sudah lama-lama, kalau yang baru kan cuma sedikit paling anak-anak ke perpus sebentar gitu pinjam-pinjam kan sudah bosan, kan sudah habis to bukunya. Ya itu paling sedikit yang masuk ke perpustakaan kebanyakan sudah buku-buku lama jadi anak-anak itu ndak tertarik. Gitu aja paling.” (Waw. 14 Mei 2016)

(68)

yang usang dan lebih banyak buku paket yang digunakan sebagai buku penunjang proses pembelajaran di kelas.

Jika dilihat dari penyataan diatas peserta didik di SD Negeri Giripeni mulai merasa bosan dengan buku bacaan yang tersedia di perpustakaan sekolah karena kurang beragam. Berdasarkan hasil wawancara dengan wali kelas II di SD Negeri Giripeni para peserta didik sebenarnya lebih berminat untuk membaca buku yang bergambar dibandingkan dengan buku yang penuh dengan tulisan. Berikut petikan wawancara dengan Ibu EN:

“Ya kalau anak-anak buku-buku cerita seperti itu yang masih gambar dan tulisan, tidak hanya sekedar gambar tetapi gambar yang disertai tulisan, itu mereka masih suka, masih buku-buku yang penuh warna. Jadi, kalau buku teks bacaan yang sudah full tulisan mereka tetep ya kurang berminat.” (Waw. 13 Junni 2016)

Hal tersebut diperkuat dengan Ibu S sebagai berikut:

“Kalau siswa-siswa sini yang bergambar itu to kalau anak-anak, nek gur tulisan yo udah nggak mau.” (Waw. 14 Mei 2016)

Berdasarkan petikan wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa peserta didik pada kelas rendah lebih tertarik dan menyukai buku-buku bergambar dan terdapat tulisan yang masih penuh dengan warna, buku yang bergambar dan penuh warna lebih menarik bagi para peserta didik sehingga dapat membantu untuk memahami bacaan. Upaya Peningkatan Budaya Membaca Peserta Didik di SD Negeri Giripeni

a. Menjalin Kerjasama dengan Kantor Perpustakaan dan Arsip Kabupaten Kulon Progo

(69)

peserta didik dalam membaca dapat terjaga dan terus meningkat, maka SD Negeri Giripeni melakukan upaya kerjasama dengan Kantor Perpustakaan dan Arsip Kabupaten Kulon Progo berupa layanan perpustakaan keliling atau motor pintar (Torpin). Layanan ini dapat menjangkau sekolah dengan menggunakan mobil atau motor yang disesuaikan dengan kondisi dilapangan, perpustakaan keliling atau torpin akan berkunjung ke sekolah-sekolah yang telah mengajukan perjanjian kerjasama dengan menghadirkan buku-buku yang beragam, dengan masing-masing peserta didik terdaftar sebagai anggota perpustakaan keliling atau motor pintar (Torpin) sehingga para peserta didik di SD Negeri Giripeni dapat membaca buku ditempat atau meminjam buku untuk dibaca dirumah dengan jangka waktu peminjaman selama satu minggu.

Kerjasama ini dilakukan oleh sekolah sebagai salah satu upaya yang dilakukan SD Negeri Giripeni agar kedepannya minat peserta didik dalam membaca dapat meningkat dan peserta didik semakin senang untuk membaca. Berikut petikan wawancara dengan Ibu EN selaku Wali kelas II:

“…kami juga bekerjasama dengan perpusda, untuk itu setiap hari kamis kami kedatangan mobil perpustakaan keliling itu selalu kesini.” (Waw. 13 Juni 2016)

Hal tersebut diperkuat dengan pernyataan pustakawan sekolah, berikut petikan wawancara dengan Ibu S:

“Seperti disini itu ada program motor pintar itu kan dari perpusda yang datang ke sekolah, tapi tidak semua sekolah karena hanya sekolah-sekolah yang mengajukan ke perpusda itu saja paling yang mendapat kunjungan.” (Waw. 14 Mei 2016)

(70)

koleksi buku bacaan yang lebih banyak dan beragam bagi peserta didik. Koleksi buku yang beragam diharapkan dapat memberikan suasana baru bagi peserta didik sehingga dapat menambah semangat para peserta didik di SD Negeri Giripeni untuk membaca, karena berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan antusias yang baik ditunjukan oleh para peserta didik dengan langsung menyambut datangnya perpustakaan keliling dan tidak sabar untuk membaca koleksi yang dibawa oleh mobil perpustakaan keliling.

Tanggapan positif juga ditunjukan oleh orang tua dengan adanya kerjasama yang dilakukan. Berikut petikan wawancara dengan Ibu SS, wali murid di SD Negeri Giripeni mengenai tanggapannya terhadap perpustakaan keliling:

“Saya senang sekali, karena sangat membantu dengan buku yang lebih beragam.” (Waw. 24 Juni 2016)

Pernyataan yang sama juga disampaikan wali murid di SD Negeri Giripeni Ibu KR:

“Membantu sekali menurut saya, jadi anak lebih suka untuk membaca karena mau tidak mau setiap minggu meminjam buku jadi mereka lebih terbiasa dengan buku.” (Waw. 24 Juni 2016)

(71)

bacaan sehingga buku yang dibawa dapat dibaca berulang-ulang, dan dapat lebih leluasa untuk memahami buku bacaan tersebut.

2. Faktor Pendukung dan Penghambat dalam Meningkatkan Budaya Membaca Peserta Didik di SD Negeri Giripeni

a. Faktor Pendukung

1. Adanya Peran dari Intern Sekolah

SD Negeri Giripeni merupakan lembaga pendidikan formal yang selain menyediakan sarana dan prasarana yang memadai, pihak sekolah juga ikut berperan aktif dalam memberikan motivasi kepada para peserta didik tentang pentingnya membaca dan manfaat besar yang dapat diperoleh melalui membaca dan diharapkan dapat mendukung

Gambar

Tabel 1. Standar Pelayanan Peminjaman
Gambar 1. Kerangka Berfikir Penelitian
Tabel 3. Sarana dan Prasarana sekolah
Tabel 4. Data Pegawai
+4

Referensi

Dokumen terkait

Kin erja pada perspektif pertumbuhan dan pembelajaran yang diukur dengan men ggunakan indikator kepuasan karyawan secara u mum telah men unjukan hasil yang baik. Hal ini

Hasil kajian menunjukkan bahwa ruang virtual telah mampu menjadi ruang publik bagi masyarakat untuk mempertahankan diri serta melakukan perlawanan melalui aktivitas kolektif

huruf a “ peserta yang lulus kualifikasi pada proses prakualifikasi kurang dari 5 (lima) untuk seleksi umum atau kurang dari 3 (tiga) untuk seleksi sederhana”

No Satuan Kerja Kegiatan Nama Paket Jenis Volume Pagu

Dengan memanjatkan puji syukur kehadiran Allah SWT, atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul : “ Penerapan Metode Activity

[r]

Dibuat Oleh: Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh isi dokumen tanpa ijin tertulis dari Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta.. Diperiksa Oleh:

Berdasarkan karakteristik SMK dalam aspek pembelajaran kewirausahaan dan penyelenggaraan unit usaha dapat dirumuskan empat model KKN Tematik Kewirausahaan yang