• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEKTIVITAS AKTIVASI MEREK PADA HARIAN JAWA POS MELALUI KEGIATAN DBL JUNIOR (Studi Kualitatif tentang strategi aktivasi merek dalam menguatkan citra merek).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "EFEKTIVITAS AKTIVASI MEREK PADA HARIAN JAWA POS MELALUI KEGIATAN DBL JUNIOR (Studi Kualitatif tentang strategi aktivasi merek dalam menguatkan citra merek)."

Copied!
73
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi sebagai persyaratan memperoleh Gelar

Sarjana FISIP UPN : “Veteran” Jawa Timur

Oleh :

TANIA RIZKY NING

NPM. 0743010020

YAYASAN KESEJAHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

(2)

EFEKTIVITAS AKTIVASI MEREK PADA HARIAN JAWA POS MELALUI KEGIATAN DBL JUNIOR

( Studi Kualitatif tentang strategi aktivasi merek dalam menguatkan citra merek ) Oleh :

TANIA RIZKY NING

NPM. 0743010020

Telah dipertahankan dihadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nsional

“Veteran” Jawa Timur Pada Tanggal 12 November 2010

PEMBIMBING UTAMA

Yuli Candrasari, S. Sos, M.Si NPT. 371 079 400 271

TIM PENGUJI 1. Ketua

Dra. Sumardjijati, M.Si NIP. 19620323 199309 2001

2. Sekretaris

Dra. Herlina Suksmawati, M.Si NIP. 19641225 199309 2001 3. Anggota

Yuli Candrasari, S. Sos, M.Si NPT. 371 079 400 271 Mengetahui,

D E K A N

(3)

rahmat, karunia serta hidayah-Nya, laporan skripsi yang berjudul “EFEKTIVITAS AKTIVASI MEREK PADA HARIAN JAWA POS MELALUI KEGIATAN

DBL JUNIOR” dapat penulis susun dan selesai sebagai wujud syarat untuk

menyelesaikan studi pada jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran” Jawa Timur.

Adapun keberhasilan dalam menyusun Skripsi ini, tidak lepas dari dukungan dan bantuan berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada pihak pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan Skripsi ini, khususnya Ibu Yuli Candrasari, S.Sos, M.Si selaku dosen pembimbing.

Selain itu penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak-pihak yang turut mendukung tersusunnya skripsi ini, antara lain:

1. Prof. DR. Ir. Teguh Soedarto, MP, selaku Rektor UPN “Veteran” Jatim.

2. Dra. Ec. Suparwati, M.Si sebagai Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UPN “Veteran” Jatim.

3. Juwito, S.Sos, M.Si, sebagai Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi FISIP UPN “Veteran” Jatim dan Dosen Wali Penulis.

4. Drs. Syaifuddin Zuhri, M.Si sebagai Sekretaris Program Studi Ilmu Komunikasi FISIP UPN “Veteran” Jatim.

5. Kedua Orang Tuaku Tercinta, Ir. Akhmad Wardhono dan Ir. Enny Rahayu S., yang selalu memberikan doa, kasih sayang serta dukungan untuk kelancaran semua kegiatan Penulis. Thanks a million ♥♥♥

(4)

vi

6. Ghani Rasyid Ning, my lil’bro..yang turut usil, tapi juga membantu, hee makasi…makasi ♥♥♥

7. Eyang Putriku, Tante dan Om ku, dan sepupuku yang bersedia berbagi cerita, dan memberikan saran saat penyusunan skripsi, Makasi banyak ya.. ♥♥♥

8. Ibu Lucia Cicilia selaku Marketing Manager di Jawa Pos yang telah memberikan kesempatan untuk melakukan penelitian ini, Thanks a lot.

9. Mas Aziz, Mas Didit di DBL Indonesia yang turut membantu dalam proses penelitian, Thank u...

10. M. Haris Setyawan, Special Thanks for everything, Zir ♥♥

11. Teroreth Jungkir Baligh : Mey Fitria (thanks buat sms konyol lo yang bikin gw ga stress) ☺ Marsha Fanti (temen curhat di twitter yang selalu eksis) ☺ Mutiara Ayu (makasi myuu, atas semangatnyaa, kamu jugaa) ☺ Maria Meilinda (makasi ya semangatnya, mami bijak) ☺

12. Seluruh pihak yang tak dapat penulis sebutkan, segala bentuk bantuan yang diberikan, penulis ucapkan terima kasih.

Akhir kata, penulis menyadari bahwa laporan ini jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu, kritik maupun saran selalu penulis harapkan demi tercapainya hal terbaik dari laporan skripsi ini. Besar harapan penulis, semoga laporan ini dapat memberikan manfaat sekaligus menambah pengetahuan bagi berbagai pihak. Amin.

Surabaya, 17 September 2010

(5)

HALAMAN PENGESAHAN... ii

HALAMAN PERSETUJUAN... iii

ABSTRAKSI... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 8

1.2.1 Tujuan Penelitian ... 9

1.2.2 Kegunaan Peneltian... 9

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 10

2.1 Definisi Efektivitas ... 10

2.1.1 Efektivitas Komunikasi ... 11

2.2 Komunikasi ... 11

2.2.1 Komunikasi Pemasaran ... 13

2.2.2 Peran Komunikasi Dalam Komunikasi Pemasaran ... 15

(6)

2.2.3 Komunikasi Pemasaran Terpadu ... 16

2.2.4 Public Relations ... 19

2.2.5 Marketing Public Relations sebagai Tools Promotion Komunikasi Pemasaran ... 21

2.2.5.1 Jenis-Jenis Publisitas... 23

2.2.5.2 Kekuatan Publisitas... 23

2.2.6 Merek (Brand)... 24

2.4 Aktivasi Merek (Brand Activation)... 24

2.5 Remaja Sebagai Pangsa Pasar Baru ... 26

2.5 Kerangka Berpikir... 27

BAB III METODE PENELITIAN ... 29

3.1 Definisi Operasional Konsep ... 29

3.1.1 Efektivitas Aktivasi Merek ... 29

3.2 Lokasi Penelitian... 31

3.3 Informan... 31

3.4 Unit Analisis ... 32

3.5 Teknik Pengumpulan Data... 32

3.6 Teknik Analisis Data... 33

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 34

4.1 Gambaran Umum Perusahaan... 34

4.1.1 Sejarah Singkat Jawa Pos... 34

4.1.2 Sejarah Singkat DBL Indonesia ... 37

(7)

ix

4.2.2 Penyajian Data dan Analisis Data ... 41

4.2.2.1 Jawa Pos Disebut Sebagai Korannya Anak Muda ... 41

4.2.2.2 Efektivitas Aktivasi Merek DBL Junior Bagi Jawa Pos ... 44

4.2.2.2.1 Audience Coverage ... 45

4.2.2.2.2 Audience Response... 49

4.2.2.2.3 Communication Impact ... 52

4.2.2.2.4 Process of Influence ... 55

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 60

5.1 Kesimpulan ... 60

5.2 Saran... 60

(8)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Kerangka Pengetahuan dan Pengalaman Dalam Proses Penyampaian

Pesan ... 13

Gambar 2. Empat Elemen Dasar Marketing Communication Mix ... 15

Gambar 3. Hierarki Komunikasi ... 16

Gambar 4. Hubungan Public Relations dan Pemasaran ... 22

Gambar 5. Jenis-Jenis Publisitas ... 23

Gambar 6. Evolusi Logo DBL ... 38

Gambar 7. Evolusi Slogan DBL ... 39

Gambar 8. Tabel Data Informan ... 40

Gambar 9. Roadshow ke Sekolah-sekolah ... 46

Gambar 9. Suasana di Atrium dan Tribun Atrium DBL Arena ... 50

Gambar 10. Penonton Spensa dan SMP Petra 5 Surabaya ... 53

Gambar 11. Tabel Pengukuran Efektivitas ... 61

(9)

Lampiran 2. Transkrip wawancara dengan Informan 2 ... 66

Lampiran 3. Transkrip wawancara dengan Informan 3 ... 68

Lampiran 4. Transkrip wawancara dengan Informan 4 ... 69

Lampiran 5. Transkrip wawancara dengan Informan 5 ... 71

Lampiran 6. Guide Interview ... 73

(10)

ABSTRAKSI

TANIA RIZKY NING. EFEKTIVITAS AKTIVASI MEREK PADA HARIAN JAWA POS MELALUI KEGIATAN DBL JUNIOR (Studi Kualitatif tentang strategi aktivasi merek dalam menguatkan citra merek).

Penelitian ini menaruh perhatian pada efektifitas aktivasi merek yang dilakukan Jawa Pos melalui kegiatan DBL Junior. Kegiatan tersebut ditujukan untuk menguatkan citra merek dan meregenerasi pembaca dengan meraih pangsa pasar baru.

Peneltian ini menggunakan metode kualitatif. Data dianalisis dengan menggunakan teknik analisis filling system. Data diperoleh melalui observasi, guide interview, dan studi kepustakaan. Ada 5 orang yang dijadikan peneliti sebagai informan. Melalui hasil guide interview, kemudian data dianalisis dengan tolak ukur efektivitas yang terdiri dari Audience Coverage, Audience Responses, Communication Impact, dan Process of Influence. Selain itu juga melalui hierarki komunikasi yang terdiri dari positioning, personality, proposition.

Hasil penelitian ini berdasarkan analisis data yang didapat, yaitu melalui kegiatan DBL Junior yang dijadikan Jawa Pos sebagai sarana untuk dapat mencapai khalayaknya, dapat dikatakan berhasil dan juga efektif. Maka dapat disimpulkan Jawa Pos berhasil menanamkan merek kepada anak-anak remaja melalui kegiatan DBL Junior. Anak-anak remaja menjadi lebih sering membaca dan menjadi ketergantungan untuk selalu mengikuti perkembangan berita karena adanaya kegiatan aktivasi merek yaitu DBL Junior.

ABSTRACTION

TANIA RIZKY NING. BRAND ACTIVATION EFFECTIVENESS ON DAILY OF JAWA POS THROUGH DBL JUNIOR'S ACTIVITY (Study of kualitatif about brand activation’s strategy in enforce brand image).

This research is foster attention on brand activation effectiveness that done by Jawa Pos via DBL Junior's activity. That activity is attributed to enforce brand image and regeneration of reader by reaches for new market compartment.

This research utilize kualitatif's method. Analysis by use of tech filling system's analyze . Acquired data via observation, guide interview, and study of literature. There is 5 person that made by researcher as informan. Via result guide interview , then analysis by refuses effectiveness fathom that consisting of Audience Coverage, Audience Responses, Communication Impact, and Process Of Influence. Besides it also passes through hierarchy of communication by positioning, personality, proposition.

This observational result bases analysis that is gotten, which is via DBL Junior's activity that made by Jawa Pos as for can reach the readers, can be said successfuland also effective. Therefore gets to be concluded by successful Jawa Pos imbed brand to youth via DBL Junior's activity. Youth become a more regular read and become dependencies for do ever follow news developing because brand activation's activity which is DBL Junior.

(11)

1.1 Latar Belakang Masalah

Di era globalisasi informasi saat ini, keberadaan informasi menjadi hal yang penting, bahkan diakui bahwa informasi bisa dijadikan komoditi yang turut diperhitungkan dalam penentuan kebijakan dan dasar bisnis ekonomi perusahaan. Penyaluran informasi berjalan dengan adanya aktivitas komunikasi yang dilakukan manusia, baik secara sengaja atau tidak. Keberhasilan berkomunikasi selama ini sangat ditentukan oleh teknik pengelolaan pesan yang ‘apik’ dan diasosiasikan sebagai usaha pihak si komunikator.

Komunikasi diartikan sebagai proses dalam penyaluran informasi atau message melalui sarana atau saluran komunikasi kepada komunikan yang tertuju sehingga dapat menimbulkan sebuah efek. Ilmu komunikasi dibagi menjadi beberapa cabang ilmu, yaitu komunikasi antarpribadi, komunikasi massa, komunikasi antarbudaya, komunikasi organisasi, dan komunikasi teknologi informasi.

Pada perkembangannya, cabang-cabang ilmu ini menumbuhkan dan melahirkan kajian-kajian baru dalam komunikasi. Demikian juga dengan komunikasi pemasaran. Dalam hal ini, keberadaan komunikasi pemasaran terletak pada perpaduan antara komunikasi organisasi dan komunikasi antarpribadi (Prisgunanto, Ilham, 2006:4).

Kotler (2001) mendefinisikan pemasaran sebagai suatu proses perencanaan dan menjalankan konsep, harga, promosi, serta distribusi sejumlah barang dan jasa,

(12)

2

untuk menciptakan pertukaran yang mampu memuaskan tujuan individu dan organisasi.

Hubungan antara pemasaran dengan komunikasi merupakan hubungan yang erat. Komunikasi merupakan proses pengoperan lambang-lambang yang diartikan sama antara individu kepada individu, individu kepada kelompok, kelompok kepada kelompok, dan kelompok kepada massa. Komunikasi dalam kegiatan pemasaran bersifat kompleks. Sehingga komunikasi pemasaran merupakan aplikasi komunikasi yang ditujukan untuk membantu kegiatan pemasaran sebuah perusahaan.

Saat ini, para pengusaha tidak hanya melakukan strategi positioning sebuah produk di pasar melalui penetapan standarisasi mutu dan kualitas pelayanan, namun juga mereka berusaha mempertahankan brand position di benak konsumen melalui pemantapan strategi promosi. Dalam kajian pemasaran kegiatan promosi yang efektif dan efisien dapat dimasukan sebagai bagian dari konsep bauran komunikasi pemasaran (marketing communication mix) (Soemanagara, Rd., 2008:1).

Pada dasarnya, marketing communication mix atau bauran komunikasi pemasaran merupakan penggabungan dari lima model komunikasi dalam pemasaran, yaitu : advertising, sales promotion, public relations, personal selling, dan direct selling. Demikian pula halnya dengan event dan exhibition, keduanya merupakan bagian dari marketing communication mix yang dikembangkan oleh bagian sales promotion (Soemanagara, Rd., 2008:2).

(13)

dalam sebuah bauran pemasaran yakni di dalam marketing mix melalui konsep 4P, Product, Price, Place, dan Promotion. Konsep 4P itu sendiri merupakan sebuah

proses dalam memahami target konsumen, karena pada dasarnya konsep sebuah pemasaran juga terletak pada 4P tersebut, yang berpotensial memfasilitasi kebutuhan konsumen di pasar.

Fokus dalam studi kali ini terletak pada P yang terakhir yakni promotion. Promotion yang merupakan bauran sebuah komunikasi pemasaran, memiliki peranan

besar dalam menanamkan merek di benak konsumen, seperti yang dinyatakan oleh Shimp, (2003 : 4), ”Promosi berperan dalam menginformasikan tentang produk atau jasa sebuah merek, serta mempengaruhi konsumen dalam membelinya baik untuk tujuan finansial maupun non finansial.” Untuk itu promosi disini dapat dikatakan memiliki makna yang sama dalam sebuah komunikasi pemasaran, yakni mencari cara dalam menanamkan merek untuk mempengaruhi tindakan konsumen.

Komunikasi pemasaran dapat mengkomunikasikan merek mereka melalui berbagai macam cara, dimana cara-cara tersebut biasanya dilakukan berdasar pada produk dan segment sebuah merek itu sendiri. Akumulasi strategi dan program promosi-program promosi yang tepat dan berkaitan dengan kegiatan komunikasi pemasaran, akan menghasilkan identitas merek yang lebih baik. Image dari suatu merek tercipta melalui strategi pemasaran yang berupaya “menancapkan” asosiasi yang penting dalam proses pengambilan keputusan konsumen dalam proses pembeliannya (Irawan, 2007).

(14)

4

dengan barang lain serupa. Mudah disubstitusi oleh produk lain. Brand yang baik adalah Brand yang memiliki karakter, berbeda dan unik (Kartajaya, Hermawan, 2010:138). Menurut David Aaker dalam bukunya Building Brand Equity,

“Punya value yang bisa diukur jadi nilai uang, semakin banyak customer yang loyal pada sebuah brand, artinya value brand itu semakin tinggi.”

Dalam komunikasi pemasaran yang menanamkan sebuah merek atas produk atau jasa yang diwakilinya ke dalam dan serta di benak konsumen (top of mind) maupun calon konsumen nantinya, khususnya melalui sebuah kegiatan pemasaran berupa aktivasi merek. Brand Activation atau yang dalam bahasa Indonesia adalah aktivasi merek, adalah kegiatan yang dilakukan pemasar suatu produk untuk mengaktifkan minat dari konsumen untuk mencoba atau memakai produk tertentu (http://www.materikuliah.net/christianwijaya/brandactivation).

(15)

Pada aktivitas pemasaran, setiap perusahaan berupaya untuk menetapkan strategi pemasaran dan target market-nya. Aktivitas pemasaran tersebut dimulai sejak memproduksi suatu produk sampai produk tersebut diterima oleh pelanggan. Semua aktivitas yang dilakukan di bidang pemasaran ditujukan untuk menentukan produk, pasar, harga, dan promosi. Kegiatan pemasaran berupa aktivasi merek tersebut merupakan turunan dari komunikasi pemasaran terpadu (integrated marketing communication).

Menurut Duncan (2005), Principles of Advertising & IMC, komunikasi pemasaran terpadu adalah proses perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian pesan suatu merek untuk dapat menciptakan hubungan jangka panjang dengan pelanggan. Jadi, IMC merupakan suatu sinergi, kreativitas, integrasi, dan komunikasi pemasaran secara terpadu dengan cara memanfaatkan beragam elemen komunikasi yang berbeda-beda agar tercipta koherensi yang saling mendukung.

Pergerakan inovasi dari vertical menjadi horizontal melahirkan new wave marketing sehingga target sasaran tidak hanya terpaku pada konsumen-konsumen

yang menjadi pelanggan tetap. Dan dampak yang dihasilkan pun tidak hanya berlaku untuk jangka pendek, melainkan bisa berdampak dalam jangka panjang. Inovasi tersebut mengarah kepada youth atau muda atau junior. Sebuah perusahaan yang ingin memenangkan mind share haruslah “memegang” the youth (Kartajaya, Hermawan, 2010:404).

(16)

6

merupakan koran terbesar di Indonesia yaitu Jawa Pos. Koran yang dianggap senior ini memiliki pembaca sekitar 3 juta orang (http://www.jawapos.co.id/history). Dan untuk mempertahankan para pembaca yang seiring berjalannya mulai hilang karena pengaruh usia, maka Jawa Pos harus mendapatkan pembaca baru. Sehingga Jawa Pos melakukan beberapa inovasi melalui aktivitas pemasarannya.

Aktivitas merek yang dilakukan oleh Jawa Pos, tidak hanya berupa kegiatan pemasaran yang mendatangkan keuntungan pada penjualan, tapi juga mengkomunikasikan brand image bahwa Jawa Pos juga dekat dengan anak-anak muda. Hal tersebut juga berkaitan dengan peran Public Relations dalam membangun citra baru dari Jawa Pos. Public Relation dalam dunia pemasaran biasa dikenal dengan Marketing Public Relation (MPR). Keberadaan MPR disini dapat membantu terjadinya sebuah proses penerimaan konsumen atas hadirnya merek melalui produk atau jasa. Membangun, mengatur, serta menguatkan image positif bagi perusahaan adalah salah satu tujuan utama terselenggaranya MPR.

Kegiatan promosi ini juga menggunakan publicity dan beragam alat lainnya yang berupa kegiatan khusus, serta beragam kegiatan yang melibatkan perusahaan untuk dapat berinteraksi secara langsung dengan konsumen maupun calon konsumen. Melalui sebuah kegiatan yang dilakukan perusahaan dapat melakukan interaksi dengan konsumen, sehingga perusahaan secara langsung akan melihat bagaimana reaksi konsumen. Khususnya dalam sebuah penyelenggaraan acara, dikatakan memiliki peluang yang besar dalam menanamkan sebuah merek.

(17)

satu yang paling utama adalah Metropolis. Hal ini mendekatkan Jawa Pos dengan pembaca di Surabaya. Dikarenakan memuat berbagai aspek kehidupan warga kota. Mulai politik, kriminal, sampai lifestyle (http://www.jawapos.co.id/history).

Kemudian tahun 2000, Jawa Pos menjadi koran pertama yang menyediakan halaman khusus untuk anak muda, bernama DetEksi. Halaman ini terbit tiga halaman setiap hari, dan dikerjakan oleh anak muda sepenuhnya (http://www.jawapos.co.id/history).

Hal tersebut sebagai langkah untuk mengembangkan dan memperbanyak bagi pembaca baru, serta meningkatkan minat membaca koran bagi generasi muda. Jawa Pos peduli terhadap anak muda, sehingga nantinya 5 sampai 10 tahun ke depan dapat diharapkan menjadi pembaca potensial serta menumbuhkan keterikatan. Oleh sebab itu, Jawa Pos membuat sebuah kegiatan-kegiatan pemasaran berupa aktivasi merek untuk anak muda yang berada dalam bendera DetEksi. Kegiatan aktivasi merek yang dilakukan diantaranya konser, kompetisi, majalah dinding, pertandingan basket, dan sebagainya.

(18)

8

Timur sebagai pelopor pertama DBL, melakukan pengembangan kegiatan tersebut. Selama beberapa tahun DBL hanya dapat diikuti oleh peserta dari Sekolah Menengah Atas (SMA), kini dapat diikuti juga oleh peserta dari Sekolah Menengah Pertama (SMP) (DBL The Magazine : 8).

Berdasarkan uraian diatas, Jawa Pos sebagai salah satu media cetak terbesar, berupaya untuk melakukan sebuah kegiatan komunikasi pemasaran berupa aktivasi merek yang dapat mengembangkan image, sehingga bisa mengenai sasaran dari berbagai golonngan. Salah satu kegiatan komunikasi pemasaran dari Jawa Pos yaitu DBL yang target sasarannya adalah anak-anak SMA, dan mulai tahun 2005 DBL juga dapat diikuti oleh anak-anak SMP, dikemas dengan nama yang berbeda yaitu menjadi DBL Junior. DBL Junior merupakan sarana bagi Jawa Pos untuk menarik pembaca lebih banyak, dan meraih pangsa pasar baru yaitu anak-anak SMP. Sehingga menarik untuk diteliti. Fokus bahasan yang akan diambil yaitu berupa efektivitas aktivasi merek bagi harian Jawa Pos untuk mengembangkan serta meregenerasi pembaca.

1.2 Perumusan Masalah

(19)

1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang diatas, maka tujuan penelitianya adalah untuk mengetahui bagaimana efekivitas aktivasi merek yang bertujuan untuk meregenerasi pembaca pada harian Jawa Pos melalui DBL Junior.

1.3.2 Kegunaan Penelitian 1. Secara Teoritis

Memberikan sumbangsih kajian ilmu komunikasi, mengenai penelitian kegiatan komunikasi pemasaran khususnya dalam aktivasi merek sehingga dapat dimanfaatkan sebagai bahan masukan atau bahan referensi yang berguna bagi suatu kegiatan penelitian selanjutnya.

2. Secara Praktis

a. Memberikan wawasan dan peningkatan pengetahuan, khususnya bagi mahasiswa mengenai kegiatan aktivasi merek yang merupakan turunan dari strategi komunikasi pemasaran.

b. Memberikan masukan pada pihak Jawa Pos serta DBL Indonesia terhadap kegiatan-kegiatan komunikasi pemasaran yang ada untuk mengembangkan Jawa Pos Group agar lebih sesuai dengan harapan serta keinginan pambaca.

(20)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Definisi Efektivitas

Pengertian efektivitas adalah bagaimana penerima melakukan tindakan sesuai dengan makna yang diinginkan si pengirim (Subiakto, 96 : 192). Definisi Efektivitas menurut Hardjana (2000:24) adalah mengerjakan hal-hal yang benar, membawa hasil, menangani tantangan masa depan, meningkatkan keuntungan atau laba, dan mengoptimalkan penggunaan sumber daya. Tolak ukur efektivitas menurut Ishak (1991:136) adalah :

1. Audience Coverage (khalayak yang dicapai), untuk melihat keberhasilannya, meneliti bagaimana kita mampu atau tidak untuk mencapai target khalayak sasarannya (target audience). Dalam kampanye tersebut jumlah khalayak dan bagaimana respon atau tanggapan selanjutnya.

2. Audience Response (tanggapan khalayak), bagaimana tanggapan dari khalayak sasaran dan apakah isi pesan dari iklan tersebut bermanfaat atau tidak bagi khalayak yang dituju.

3. Communication Impact (pengaruh komunikasi), apa pengaruh atau dampak dari pesan-pesan dalam komunikasi tersebut diekspos terhadap khalayak sebagai sasaran.

4. Process of Influence (proses pengaruh), apakah proses dari kegiatan komunikasi secara efektif dapat mempengaruhi sasaran? Bagaimana pesan-pesan disampaikan melalui media komunikasi dan mekanisme

(21)

2.1.1 Efektivitas Komunikasi

Efektivitas komunikasi berbicara mengenai apakah komunikasi yang dilakukan itu efektif atau tidak. Secara sederhana, komunikasi dikatakan efektif bila orang berhasil menyampaikan apa yang dimaksudkannya. Pengertian tersebut hanya merupakan salah satu ukuran bagi efektivitas komunikasi. Secara umum, komunikasi dinilai efektif bila rangsangan yang disampaikan dan dimaksudkan oleh pengirim atau sumber, berkaitan erat dengan rangsangan yang ditangkap dan dipahami oleh penerima (Mulyana, 2000-22).

2.2 Komunikasi

(22)

12

menggunakan bahasa verbal, tetapi juga dalam hal ekpresi muka, lukisan, seni dan teknologi (Pareno, 2002:4).

Harold Lasswell menyatakan bahwa “cara terbaik untuk menerangkan proses komunikasi adalah dengan menjawab pertanyaan : Who Says What in Which Channel To Whom With What Effect? (Siapa Mengatakan Apa, Melalui Saluran Apa, Kepada Siapa, Dengan Efek Apa?)” (Effendy, 2003:253). Jawaban atas pertanyaan tersebut merupakan unsur-unsur komunikasi.

Pada dasarnya komunikasi berarti penyampaian pesan dari komunikator kepada komunikan melalui media yang dapat menimbulkan efek. Tujuan komunikasi itu sendiri pada akhirnya adalah persamaan makna. Dengan persamaan makna tersebut, maka komunikasi dapat dikatakan efektif.

Kehidupan manusia tidak terlepas dari ruang lingkup komunikasi. William Albight (dalam Siahaan, 1990 : 3), memberikan definisi komunikasi sebagai :

“The process of transmitting meaningful symbols between individuals”.

(23)

Frame of Experience

RECEIVER Frame of References Frame of Reference

SOURCE

Frame of Experiences

MESSAGES

Gambar 1. Kerangka Pengetahuan dan Pengalaman dalam Proses Penyampaian Pesan

Ilmu Komunikasi dibagi menjadi beberapa cabang ilmu, yakni komunikasi antarpribadi, komunikasi massa, komunikasi antarbudaya, komunikasi organisasi, dan komunikasi teknologi informasi. Pada perkembangannya, cabang-cabang ilmu ini menumbuhkan dan melahirkan kajian-kajian baru dalam komunikasi. Demikian juga dengan komunikasi pemasaran, secara lugas disebutkan berguna untuk membantu bagaimana manusia melakukan pemasaran barang dan jasa.

2.2.1 Komunikasi Pemasaran

(24)

14

mendorong penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan dilakukan melalui sejumlah strategi komunikasi yang canggih, setelah melewati proses perencanaan yang matang.

Penggabungan dari dua kajian : pemasaran dan komunikasi menghasilkan kajian baru yang diberi nama komunikasi pemasaran (marketing communication). Komunikasi pemasaran merupakan aplikasi komunikasi yang ditujukan untuk membantu kegiatan pemasaran sebuah perusahaan. Aplikasi tersebut sangat dipengaruhi oleh berbagai bentuk media yang digunakan, daya tarik pesan dan frekuensi penyajian (Soemanagara, Rd., 2008 : 4).

Komuniksi pemasaran dapat juga dinyatakan sebagai kegiatan komunikasi yang ditujukan untuk menyampaikan pesan kepada konsumen dan pelanggan dengan menggunakan sejumlah media dan berbagai saluran yang dapat dipergunakan dengan harapan terjadinya tiga tahapan perubahan, yaitu perubahan pengetahuan, perubahan sikap, dan perubahan tindakan yang dikehendaki.

Definisi komunikasi pemasaran juga dapat dikatakan sebagai semua elemen-elemen promosi dari marketing mix yang melibatkan komunikasi antarorganisasi dan target audience pada segala bentuknya yang ditujukan untuk performance pemasaran (David Pickton & Amanda Broderick, 2001:3).

(25)

sama dalam memhami proses untuk konteks pijakan dasar 4Ps (Price, Place, Place, dan Promotion). Pada dasarnya, marketing communication mix terdiri

atas 4 (empat) elemen dasar, menurut De Loizer, yang dilanjutkan oleh Kotler, yang kemudian bentuknya dimodifikasi oleh Crosier dan Shimp. Kemudian konsepsi tersebut dirumuskan oleh Belch (1995) menjadi marketing communication mix, yang terdiri atas 4 (empat) kegiatan dasar.

Gambar 2. Empat Elemen Dasar Marketing Communication Mix Personal

Selling Sales

Promotion Advertising

Public Relations

2.2.2 Peran Komunikasi dalam Komunikasi Pemasaran

Secara umum komunikasi digambarkan sebagai upaya penyampaian pemikiran dan pemahaman yang disampaikan, baik antar individu maupun antar organisasi dan individu yang terlibat di dalamnya, sehingga komunikasi dapat diartikan sebagai sebuah jembatan dalm kegiatan yang melibatkan individu didalamnya.

(26)

16

pemasaran terpadu (2003 : 4), “Pemasaran di era 1990-an adalah komunikasi dan komunikasi adalah pemasaran. Keduanya tidak dapat dipisahkan.”

“Komunikasi pemasaran dapat dikatakan sebagai alat dalam mempresentasikan gabungan semua unsur dalam bauran pemasaran merek, yang memfasilitasi terjadinya pertukaran dengan menciptakan suatu arti yang disebarluaskan kepada pelanggan atau kliennya (Shimp, 20003 : 4).”

2.2.3 Komunikasi Pemasaran Terpadu

Menurut Duncan (2005), Principles of Advertising & IMC, komunikasi pemasaran terpadu adalah proses perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian pesan suatu merek untuk dapat menciptakan hubungan jangka panjang dengan pelanggan. Jadi, IMC merupakan suatu sinergi, kreativitas, integrasi, dan komunikasi pemasaran secara terpadu dengan cara memanfaatkan beragam elemen komunikasi yang berbeda-beda agar tercipta koherensi yang saling mendukung.

Semua komunikasi pemasaran memiliki tujuan yang sama, yakni menyampaikan pesan tertentu kepada audiens sasaran yang sudah diidentifikasi secara jelas. Untuk melakukan hal tersebut, setiap perusahaan atau merek harus mengetahui hierarki komunikasi sebagai berikut :

Gambar 3. Hierarki Komunikasi

Proposition Personality

(27)

Positioning dapat diartikan sebagai apa yang kita ingin orang lain rasakan; personality adalah bagaimana kita ingin mereka merasakan dalam merek yang kita miliki; dan proposition adalah bagaimana kita yakin dapat memunculkan kedua hal tersebut sekaligus.

Seperti yang sudah dijelaskan dalam sub-bab 2.2.1, yaitu mengenai empat elemen dasar, salah satunya adalah Promosi Penjualan. Promosi merupakan salah satu variabel IMC yang digunakan oleh perusahaan untuk mengadakan komunikasi dengan pasarnya, dengan tujuan untuk memberitahukan bahwa suatu produk itu ada dan memperkenalkan produk serta memberikan keyakinan kan manfaat produk tersebut kepada pembeli atau calon pembeli (Rangkuti, Freddy, 2009 : 49).

Menurut Kotler (1992), promosi mencakup semua alat-alat bauran pemasaran (marketing mix) yang peran utamanya adalah lebih mengadakan komunikasi yang sifatnya membujuk.

Beberapa tujuan promosi menurut Rangkuti Freddy, sebagai berkut : a. Modifikasi Tingkah Laku

(28)

18

b. Memberitahu

Kegiatan promosi yang ditujukan untuk memberikan informasi kepada pasar yang dituju tentang pemasaran perusahaan, mengenai produk tersebut berkaitan dengan harga, kualitas, syarat pembeli, kegunaan, keistimewaan, dan lain sebagainya. c. Membujuk

Promosi yang bersifat membujuk atau persuasif ini pada umumnya kurang disenangi oleh sebagian masyarakat. Promosi seperti ini terutama untuk mendorong pembeli.

d. Mengingatkan

Promosi yang bersifat mengingatkan ini dilakukan terutama untuk mempertahankan merek produk di hati masyarakat dan dilakukan selama tahap kedewasaan dalam siklus kehidupan produk.

Meskipun promosi penjualan nampak menarik, namun tidak ada bukti nyata bahwa mekanisme tersebut membantu meningkatkan penjualan tanpa didukung pemakaian teknik serta alat komunikasi yang lain (Kotler, 1989).

Jenis promosi produk dan jasa dapat dikategorikan ke dalam marketing communication yang terdiri atas sarana-sarana komunikasi,

seperti berikut (Prisgunanto, Ilham, 2006:27) : a. Salesforce (personal selling) b. Periklanan

(29)

d. Penjualan langsung (database marketing) e. Public Relations

f. Sponsorships g. Eksibisi

h. Corporate Identity i. Packaging (pengemasan) j. Point of Sale, Merchandising k. Word of Mouth

l. Internet dan media baru

2.2.4 Public Relations

Publik yang dimaksud didalam Public Relations adalah kelompok orang yang menjadi sasaran. Maksudnya kelompok atau publik yang terkait dibedakan menjadi dua macam yakni publik internal dan publik eksternal. Menurut kamus IPR terbitan bulan November 1987: ”praktek humas atau Public Relations adalah keseluruhan upaya yang dilangsungkan secara terencana dan berkesinambungan dalam rangka menciptakan dan memelihara niat baik dan saling pengertian antara suatu organisasi dengan segenap khalayaknya”(Frank Jefkins : 8).

Secara sederhana, pekerjaan yang dilakukan oleh Public Relations dapat disingkat menjadi PENCILS, yaitu:

(30)

20

Memperkenalkan perusahaan kepada publik, mempromosikan produk spesial yang dapat membangkitkan kepercayaan terhadap produk dan memperkuat image nilai dari suatu produk kepada konsumen khusus. 2. Events

Mengorganisasi event atau kegiatan sebagai upaya membentuk citra. 3. News

Seorang Public Relations dituntut menguasai teknik-teknik menulis sehingga dapat menghasilkan produk-produk tulisan (Public Relations Writing), seperti press release, newsletter, berita dan lain-lain.

4. Community Involvement

Public Relations harus membuat program yang ditujukan untuk menciptakan keterlibatan komunitas atau masyarakat sekitarnya. Setelah itu diharapkan dapat memposisikan perusahaan sebagai bagian komunitas. Selanjutnya, akan muncul perasaan memiliki (sense of belonging) dalam diri komunitasnya.

5. Identity Media

Pekerjaan Public Relations dalam membina hubungan dengan media (pers) dalam rangka memperoleh publisitas media. Media adalah mitra kerja abadi Public Relations. Media butuh Public Relations sebagai sumber berita dan Public Relations butuh media sebagai sarana penyebar informasi serta pembentuk opini publik.

6. Lobbying

(31)

7. Social Investment

Pekerjaan Public Relations untuk membuat program yang bermanfaat bagi kepentingan dan kesejahteraan sosial. Termasuk program Corporate Social Responsibility (CSR) (Kriyantono, 2008: 20-22).

2.2.5 Marketing Public Relations sebagai Tools Promotion Komunikasi Pemasaran

Strategi komunikasi pemasaran ada juga yang mengajukan tugas dan fungsi public relations, padahal harus diakui bahwa sisi public relations jauh berbeda dengan pengaruh pemasaran. Tujuan yang tepat dengan adanya marketing public relations yaitu tanpa sengaja menggiring masyarakat dan pelanggan untuk mengarah kepada citra perusahaan.

Hal-hal yang biasa dilakukan adalah dengan menempelkan logo dan merek perusahaan dalam acara tersebut dan tidak perlu terlalu vulgar dalam menciptakan citra produk. Public Relations dan marketing digunakan untuk saling mendukung. Dengan kata lain, prinsip-prinsip public relations yang berupaya membangun citra produk dan perusahaan banyak diterapkan dalam strategi marketing. Perpaduan ini melahirkan konsep MPR (Marketing Public Relations).

(32)

22

perusahaan dan produknya dengan kebutuhan, keinginan, perhatian, dan kepentingan konsumen (Kriyantono, Rachmat, S.Sos.,M.Si., 2008 : 56).

Ranah public relations adalah komunikasi untuk membangun identitas dan citra korporat. Sedangkan pemasaran adalah upaya mempertemukan kebutuhan dan keinginan produsen dan konsumen akan produk atau jasa. Kontribusi public relations paling dirasakan tatkala mengelola unsur eksternal atau pengesahan pihak ketiga, seperti komentar positif media, kesaksian pelanggan yang puas atau opini-opini oleh kelompok-kelompok tertentu.

A Pelanggan U Pembeli D Pemerintah

I Kelompok Penekan

E Komunitas Lokal N Media

C Lembaga Keuangan E Pemasok

(33)

2.2.5.1Jenis-Jenis Publisitas

Publisitas

UMUM (LUAS) KHUSUS(SEMPIT)

Mencakup semua informasi di Terbatas pada informasi Media Massa yang dicari kegiatan organisasi, yang dan ditulis wartawan secara sengaja ditulis dan

dikirimkan untuk diliput

dimuat media. Segala berita atau informasi

di Media Informasi Events Management

Khalayak

Gambar 5. Jenis-Jenis Publisitas

2.2.5.2Kekuatan Publisitas

1. Publisitas memiliki tingkat kredibilitas yang tinggi, karena konsumen dibantu untuk memberikan penalaran secara objektif. Dalam penyampian informasi melalui publicity ini, konsumen dapat mengenal fakta-fakta keberadaan produk, alasan-alasan atau argumentasi yang tepat. Informasi yang disampaikan dengan demikian dapat dianggap memiliki kebenaran obyektif.

(34)

24

3. Publicity memiliki kekuatan untuk menarik perhatian dari judul dan foto-foto. Selain itu publicity mampu membangkitkan rasa ingin tahu, membangkitkan latent needs, dan mendorong konsumen untuk melakukan uji coba.

2.2.6 Merek (Brand)

Brand atau merek dapat disebut dengan pelabelan, merek memiliki

kekuatan untuk membantu penjualan. Menurut Straub dan Attner, “Brand is a name, symbol, design or combination of them that indentifies the goods or

services of a company”

Brand memiliki nilai kualitas sebuah barang atau jasa yang diperoleh dari pengalaman penggunaan suatu produk juga dapat dipengaruhi oleh packaging. Upaya-upaya yang dilakukan oleh perusahaan untuk melakukan penetrasi pasar dan reinforce product atau jasa, salah satunya dilakukan dengan cara branding. Branding adalah sebuah usaha untuk memperkuat posisi produk dalam benak konsumen dilakukan dengan cara menambah ekuitas dari nama sekumpulan produk.

2.2.7 Brand Activation (Aktivitas Merek)

Brand Activation atau yang dalam bahasa Indonesia adalah aktivasi

(35)

basket, kompetisi mading, dan sebagainya (http://www.materikuliah.net/christianwijaya/brandactivation).

Brand activation bukanlah sebuah teori melainkan sebuah tahap alami yang harus dilalui dalam evolusi sebuah brand. Semua strategi yang dibutuhkan brand sudah siap, maka yang perlu dilakukan adalah mengeksekusi strategi tersebut di dalam perusahaan dan dengan kekuatan penuh menggapai konsumen.

Brand activation bukanlah hanya sekedar event yang dilaksanakan dengan mengusung nama sebuah brand. Di dalam sebuah brand activation, kita melihat kemungkinan-kemungkinan yang lebih jauh terhadap brand tersebut, strategi dan posisi apa yang dapat kita gunakan untuk mengoptimalkan seluruh aset yang dimiliki oleh perusahaan. Sebuah brand bisa diaktifkan dalam situasi apapun yang bisa diklasifikasikan dalam 4 konteks umum, yaitu: produk dan jasa, karyawan, identitas dan komunikasi. Sebuah brand yang sudah aktif adalah brand yang sudah dikenal baik di pasar, dan mampu memberikan kualitas dan kepuasan yang sudah dijanjikan melalui iklan.

(36)

26

2.3 Remaja Sebagai Pangsa Pasar Baru

Kata “remaja” berasal dari bahasa latin yaitu adolescere yang berarti to grow atau to grow maturity . Banyak tokoh yang memberikan definisi tentang remaja, seperti DeBrun (dalam Rice, 1990) mendefinisikan remaja sebagai periode pertumbuhan antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa. Menurut Papalia dan Olds (2001), masa remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa yang pada umumnya dimulai pada usia 12 atau 13 tahun dan berakhir pada usia akhir belasan tahun atau awal dua puluhan tahun.

Secara psikologis, remaja adalah suatu masa dimana individu mulai terintegrasi beralih ke dalam masyarakat dewasa. Pada masa remaja perkembangan intelektual juga sedang mengalami perkembangan yang pesat dalam aspek intelektual. Transformasi intelektual dengan cara berfikir remaja ini memungkinkan mereka tidak hanya mampu mengintegrasikan dirinya ke dalam masyarakat dewasa, tetapi juga merupakan karakteristik yang paling menonjol dari semua periode perkembangan.

Seperti yang dikatakan monks et.al.(2002:260) dalam bukunya Psikologi Perkembangan, bahwa remaja dibagi menjadi tiga fase yaitu : masa remaja awal (12-15 tahun), masa remaja pertengahan (16-18 tahun), dan masa remaja akhir (19-21 tahun). Istilah remaja masih digunakan bagi mereka, bahkan sampai usia 21 tahun, menunjukan bahwa mereka masih pada tahap peralihan dari dunia remaja ke dunia dewasa.

(37)

Perkembangan intelektual yang terus menerus menyebabkan remaja mencapai tahap berfikir operasional formal. Secara umum, remaja lebih menyukai artikel-artikel hiburan, sedangkan mereka yang lebih berumur menyukai informasi dan masalah-masalah umum.

Produk–produk perusahaan dengan merek yang sudah ”mapan” (establish brand) juga mengalami kondisi persaingan yang sama beratnya dengan produk– produk bermerek baru ataupun merek yang kurang populer. Sehingga merek yang sudah mapan harus berjuang agar tidak kalah dengan merek–merek yang baru. (Kumar, 2005) . Sehingga perusahaan harus meregenerasi atau berusaha untuk menambah target sasaran agar lebih mendapatkan positioning yang kuat di masyarakat. Di era informasi dan globalisasi kini, perusahaan meraih pangsa pasar baru dengan menjaring anak-anak remaja dari SMP, SMA, dan Mahasiswa.

2.4 Kerangka Berpikir

Secara garis besar, fungsi antara marketing dengan public relations dapat saling bekerja sama dalam menciptakan serta mengembangkan image suatu perusahaan. Apabila marketing dipraktekan melalui strategi-strategi komunikasi pemasarannya. Dan Public Relations melalui kegiatan berupa publikasi untuk memberitahu atau menginformasikan kepada masyarakat yang dalam penelitian ini yaitu pembaca Jawa Pos.

(38)

28

loyal serta meregenerasinya. Strategi yang dilakukan pun juga diharapkan berlaku dalam jangka panjang, sehingga 5 sampai 10 tahun ke depan, sebuah perusahaan media cetak, tidak kehilangan pembacanya.

Salah satu strategi komunikasi pemasaran yang dilakukan yaitu DBL Junior. Kegiatan ini digunakan untuk mengaktivasi merek agar lebih berkembang. Sebelumnya pun kegiatan DBL hanya dapat diikuti oleh anak-anak Sekolah Menengah Atas (SMA), namun kini kegiatan tersebut juga dapat diikuti oleh anak-anak Sekolah Menengah Pertama (SMP).

(39)

3.1 Definisi Operasional Konsep

Metode penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah penelitian dekriptif kualitatif, yaitu jenis penelitian yang berisi tentang paparan dengan tidak melibatkan kalkulasi angka (Kuncoro, 2003:21).

Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan atau mendeskripsikan secara kualitatif Efektivitas Aktivitas Merek Pada Harian Jawa Pos Melalui Kegiatan DBL Junior. Untuk dapat mempermudah pemahamannya, maka dapat dioperasionalkan sebagai berikut :

3.1.1 Efektivitas Aktivasi Merek

Definisi efektivitas menurut Roulette (1999:1) adalah melakukan hal yang benar pada saat yang tepat untuk jangka waktu yang panjang baik pada organisasi tersebut dan pelanggan. Dan menurut Hodge (1984:299) Efektivitas sebagai ukuran suksesnya oraganisasi, didefinisikan sebagai kemampuan organisasi untuk mencapai segala keperluannya.

Salah satu kegiatan komunikasi pemasaran untuk membangun citra merek, yaitu dengan melakukan aktivasi merek. Dengan melakukan kegiatan yang berupa kegiatan promosi serta menjadi lebih dekat dengan para konsumen, dapat menguatkan citra merek yang dimiliki oleh Jawa Pos. Jawa Pos tidak merubah secara keseluruhan terhadap merek, tapi mengembangkan merek agar lebih tepat dalam memposisikan produknya

(40)

30

hingga dapat bertahan dalam jangka waktu yang panjang. Citra merek (Brand Image) adalah persepsi merek yang dihubungkan dengan asosiasi merek yang melekat dalam ingatan konsumen. Asosiasi merek merupakan informasi terhadap merek yang diberikan oleh konsumen yang ada dalam ingatan mereka dan mengandung arti merek tersebut. Dalam penelitian ini, efektivitas akan dicari dan diungkap melalui :

1. Audience Coverage (khalayak yang dicapai), untuk melihat keberhasilannya, meneliti bagaimana kita mampu atau tidak untuk mencapai target khalayak sasarannya (target audience). Dalam kampanye tersebut jumlah khalayak dan bagaimana respon atau tanggapan selanjutnya.

2. Audience Response (tanggapan khalayak), bagaimana tanggapan dari

khalayak sasaran dan apakah isi pesan dari iklan tersebut bermanfaat atau tidak bagi khalayak yang dituju.

3. Communication Impact (pengaruh komunikasi), apa pengaruh atau

dampak dari pesan-pesan dalam komunikasi tersebut diekspos terhadap khalayak sebagai sasaran.

(41)

dukungan, motivasi, atau dapat membentuk opini publik sebagai khalayak sasaran baik secara positif atau negatif.

Sehingga kegiatan pemasaran berupa aktivasi merek oleh Jawa Pos melalui kegiatan DBL Junior, dapat diketahui efektivitasnya menurut komponen-komponen diatas.

3.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dari tanggal 2 – 30 Oktober 2010 di Gedung DBL Arena – Graha Pena Jawa Pos Complex, Jalan A. Yani 88 Surabaya. Adapun alasan peneliti memilih lokasi tersebut berdasarkan pertimbangan sebagai berikut :

1. Tempat dilaksanakan pertandingan-pertandingan yang ada di DBL Junior, seperti Pertandingan Basket, Journalist Competion, Yel-Yel Competition dilaksanakan di Gedung DBL Arena,

2. Untuk dapat memperoleh data-data lainnya, seperti dokumentasi, profil Jawa Pos dan DBL di Gedung Graha Pena Lantai 5 dan Lantai 20.

3.3 Informan

Narasumber atau informan yang digunakan dalam penelitian ini harus mencapai beberapa kriteria, antara lain :

(42)

32

b. Mereka yang ikut serta meramaikan pertandingan tersebut, biasa disebut supporter atau penonton. Yaitu : teman-teman yang berasal dari sekolah yang sama, baik SMP (12-15 tahun) maupun SMA (16-18 tahun).

3.4 Unit Analisis

Berupa narasi-narasi kualitatif dari hasil wawancara atau guide interview yang telah dilakukan sebelumnya dalam pengumpulan data.

3.5 Teknik Pengumpuan Data

a. Teknik Pengamatan (Observation)

Pengamatan dengan menggunakan indera penglihatan yang tidak mengajukan pertanyaan-pertanyaan (Suhartono, 2004 : 69). Data yang didapat dari dengan cara mencatat perilaku subyek (orang), obyek (benda atau kejadian yang sistematik terhadap adanya komunikasi atau pertanyaan dengan individu yang dipilih. Dengan cara pengamatan, data yang langsung mengenai perilaku yang tipikal dari objek dapat dicatat segera, dan tidak menggantungkan data dari ingatan seseorang.

b. Teknik Panduan Wawancara (Guide Interview)

(43)

dibuat sebelumnya. Pertanyaan panduan ini dinamakan guide interview. Segala pertanyaan yang ditanyakan haruslah tidak

menyimpang dari panduan yang telah digariskan sebelumnya. c. Studi Kepustakaan

Peneliti melakukan studi kepustakaan yaitu dengan cara mencari, mambaca, litaratur-literatur, buku-buku, majalah-majalah, maupun sumber lainnya yang ada hubungan dengan masalah dibahas peneliti guna mendapatkan bahan-bahan yang dapat melengkapi serta mendukung penulisan penelitian ini.

3.6 Teknik Analisis Data

Proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang didapat dari berbagai sumber yaitu pengamatan yang dituliskan dalam catatan peneliti di lapangan maupun dokumen resmi. Data hasil wawancara dibuat dalam bentuk transkrip agar lebih mudah dianalisis.

Data yang berhasil diperoleh dari wawancara akan diuraikan secara mendalam melalui analisis kualitatif berupa penjelasan tentang beragam data yang diperoleh dalam penelitian di transkrip wawancara tersebut.

(44)

34

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Perusahaan 4.1.1 Sejarah Singkat Jawa Pos

Surat Kabar Jawa Pos pertama kali diterbitkan pada 1 Juli 1949 oleh suatu perusahaan yang bernama PT Java Post Concern Ltd. Yang bertempat di Jalan Kembang Jepun 166-169. Perusahaan ini didirikan oleh WNI kelahiran Bangka yang bernama The Cun Sen alias Soesono Tedjo. Soesono Tedjo merupakan perintis berdirinya Jawa Pos ini. Pada awalnya Tedjo bekerja di kantor film Surabaya. Harian Jawa Pos saat itu dikenal sebagai harian melayu Tionghoa. Pemimpin redaksi pertamanya adalah Goh Tjing Hok. Selanjutnya 1951 pemimpin redaksi adalah Thio Oen Sik.

Tahun 1958 Java Post berganti ejaan menjadi Djawa Post, kemudian ejaannya lebih disempurnakan dengn nama Jawa Pos. Saat itu perkembangan Jawa Pos semakin membaik dengan oplah pada tahun 1971-1981 menjadi 10.000 eksemplar dan lebih parah lagi pada tahun 1982 oplah jawa pos tinggal 6700 eksemplar. Penurunan jumlah oplah ini dikarenakan sistem manajemen yang diterapkan semakin kacau.

(45)

Samola, SH menugaskan Bapak Dahlan Iskan yang saat itu menjabat sebagai pemimpin umum dan pemimpin redaksi.

Meskipun telah terjadi perubahan kepemilikan, Jawa Pos tidak merubah secara essensial pemberitaannya. Surat kabar Jawa Pos berkembang sebagai surat kabar yang menyajikan berita-berita umum ini meliputi peristiwa penting nasional yang merupakan peristiwa ekonomi, politik, hukum, sosial, budaya, pemerintah, olahraga, dan sebagainya.

Melejitnya oplah Jawa Pos ini tidak terlepas dari perjuangan dan kepeloporan Jawa Pos mengubah budaya masyarakat Surabaya pada khususnya dan masyarakat Jawa Timur pada umumnya. Pada tahun 1985 oplah Jawa Pos sudah menembus angka 250.000 eksemplar perhari. Jawa Pos sanggup mengalahkan penerbitan-penerbitan lain yang berada di Surabaya sejak lama dan bahkan mendominasi pasar Surabaya seperti Surabaya Post. Banyak strategi yang dilakukan Jawa Pos untuk mencapai kondisi seperti ini, diantaranya dengan ini menjadi surat kabar yang melakukan hal-hal baru untuk pertama kalinya di Indonesia seperti terbit 24 halaman per hari, menjadi surat kabar pertama yang terbit di hari libur nasional dan munculnya dengan ukuran kecil tanpa mengurangi isi berita pada saat krisis moneter yang terjadi indonesia.

(46)

36

untuk menampilkan halaman-halaman baru yang tidak memiliki pesaing, sesuai dengan slogannya yaitu Selalu Ada Yang Baru. Dan kini, beralamatkan di Graha Pena Jawa Pos Complex, Jalan A. Yani 88 Surabaya, Jawa Pos senantiasa melakukan pembaharuan dalam strategi pemasarannya.

Kemudian tahun 2000, Jawa Pos menjadi koran pertama yang menyediakan halaman khusus untuk anak muda, bernama DetEksi. Halaman ini terbit tiga halaman setiap hari, dan dikerjakan oleh anak muda sepenuhnya. Untuk meraih pangsa pasar baru dengan target sasaran baru yaitu anak-anak muda. Menurut yang terdapat dalam buku company profile Jawa Pos (2005), DetEksi is the first special page for youngsters in Indonesia from newspaper.

DetEksi tidak hanya menawarkan halaman koran saja, tetapi sejak berusia genap satu tahun, Deteksi menawarkan kegiatan untuk pembaca yaitu DetEksi Party. Kehadiran DetEksi selain bertujuan untuk melengkapi berita dan informasi yang disajikan, DetEksi juga bermaksud memberikan ke dalam bentuk kegiatan yang dapat memfasilitasi konsumen mereka dalam mengembangkan skill yang mereka miliki. Tujuannya untuk menjaga hubungan emosional dengan pembaca serta membangun image di kalangan anak muda Surabaya.

(47)

Kemudian di tahun 2005, DBL juga menambahkan sub kegiatannya yaitu DBL Junior yang targetnya berupa anak-anak SMP (Sekolah Menengah Pertama).

4.1.2 Sejarah Singkat DBL Indonesia

DBL dimulai di Surabaya pada 2004. Liga ini diniati sebagai liga SMA yang sederhana, tapi diselenggarakan dengan cara yang benar. Tidak boleh ada pemain profesional atau semipro, tidak boleh ada sponsor rokok, alkohol, dan minuman berenergi. Pemain harus student athlete. Performa mereka di ruang kelas sama pentingnya atau bahkan lebih penting dari performa mereka di lapangan basket. Total 96 tim bergabung di musim pertama ini, dari berbagai kota di Provinsi Jawa Timur, ditonton dengan sekitar 1.000 penonton. Sejak saat itu, makin banyak peminat datang menonton. Pada babak final, lebih dari 5.000 orang datang menyaksikan (rekor penonton basket terbanyak di Jawa Timur saat itu).

(48)

38

DBL dibagi menjadi dua wilayah. North di Surabaya, South di Malang. Sembilan kota baru lainnya tersebar di sembilan provinsi, di lima pulau di Indonesia.

Seperti di Surabaya, DBL mendapat sambutan hangat di provinsi-provinsi lain. DBL mampu memecahkan rekor peserta dan penonton di kebanyakan kota baru. Contohnya, di kota budaya Jogjakarta, lebih dari 16.500 orang menonton DBL hanya dalam enam hari. Angka yang sebelumnya belum pernah dicapai untuk sebuah even basket. Seiring dengan perluasan wilayah, DBL juga mencatat sejarah lewat dua kolaborasi internasional. Sebagai penyempurna, pada 2008 DBL juga membuka gedung basket barunya, DBL Arena. Gedung itu dibangun hanya dalam tujuh bulan. Salah satu gedung terbaik di Indonesia itu punya kapasitas 5.000 penonton. Saat launching DBL 2010, diumumkan bahwa nama DBL yang sebelumnya kependekan dari “DetEksi Basketball League,” berubah menjadi “DevelopmentBasketballLeague (http://www.dblindonesia.com/index.php?act=history).

4.1.2.1 Logo dan Slogan DBL Indonesia

(49)

Logo DBL berevolusi dari tahun ke tahun. Semula biru dan oranye, sesuai dengan warna asli DetEksi Jawa Pos. Sekarang menjadi biru polos, lebih fleksibel ketika disandingkan dengan warna para partner pendukung.

Gambar 7. Evolusi Slogan DBL

Pada tahun 2004, slogan ”I Love Det Game” terinspirasi oleh slogan NBA ”I Love This Game.” Kata ”Det” diambil dari Si Det, maskot anjing DetEksi Jawa Pos.

(50)

40

Karena slogan 2005 ditiru oleh liga profesional indonesia, pada 2006 berubah lagi jadi ”Pride”. Menurut Azrul Ananda dalam DBL The Magazine mengatakan,”Kata ’Pride’ dengan titik diujung menjelaskan perasaan semua yang terlibat di liga ini. Anak-anak di DBL tidak bermain untuk uang, melainkan untuk kebanggaan. Slogan ini akan kami pertahankan selamanya”.

4.2 Pembahasan

4.2.1 Identitas Informan

Dalam penelitian ini informan yang berperan sebagai subjek penelitian, tidak dibatasi dan ditentukan jumlahnya. Kriteria menjadi informan adalah remaja putra dan putri di Surabaya yang mengikuti pertandingan yang ada di DBL Junior, yaitu remaja SMP yang berusia 12-15 tahun. Selain itu, informan yang menjadi supporter atau penonton DBL Junior, yaitu teman-temn yang berasal dari sekolah yang sama ataupun berbeda, baik SMP (12-15 tahun), maupun SMA (16-18 tahun).

No. Nama

Jenis

Kelamin Umur AsalSekolah Status

1 Faya Perempuan 13

SMP Negeri 39

Surabaya Peserta Basket

2

Bintari

Mulyaning Perempuan 15 SMP Negeri 6 Surabaya

Peserta Journalist

Ayyu Perempuan 16 SMA Trimurti Penonton

(51)

Informan seringkali mengikuti pertandingan dan menonton DBL Junior. Adapun penelitian ini mencari efektivitas kegiatan aktivasi merek yaitu DBL Junior terhadap perkembangan citra Jawa Pos di hadapan anak-anak muda. Setelah melakukan proses penelitian, peneliti menemukan lima informan penelitian.

4.2.2 Penyajian Data dan Analisis Data

Proses penelitian ini dilakukan selama kurang lebih satu bulan. Pada penelitian ini, peneliti berupaya menggambarkan efektivitas dari kegiatan aktivasi merek yaitu DBL Junior bagi Jawa Pos. Data diperoleh dengan melakukan observasi dan Guide Interview yang dilakukan terhadap peserta dan penonton DBL Junior mengenai kegiatan tersebut dan efeknya buat Jawa Pos. Selain itu, melakukan studi kepustakaan terhadap sumber-sumber lain berupa majalah, literatur dan internet yang berkaitan dengan DBL Junior. Wawancara dilaksanakan untuk menggali informasi sebanyak-banyaknya dari informan. Observasi dilakukan untuk mengamati perilaku dan perkembangan dari situasi yang diteliti itu sendiri. Data yang diperoleh disajikan secara deskriptif dan analisis dengan kualitatif sehingga diperoleh gambaran, jawaban, serta kesimpulan dari pokok permasalahan yang telah ditentukan.

4.2.2.1.1 Jawa Pos disebut sebagai Korannya Anak Muda

(52)

42

DBL Junior, dan lain-lain. Halaman ini terbit tiga halaman setiap hari, dan dikerjakan oleh anak muda sepenuhnya. Hal ini menjadikan DetEksi digemari anak-anak muda.

“ Produk–produk perusahaan dengan merek yang sudah ”mapan” (establish brand) juga mengalami kondisi persaingan yang sama beratnya dengan produk–produk bermerek baru ataupun merek yang kurang populer. Sehingga merek yang sudah mapan harus berjuang agar tidak kalah dengan merek– merek yang baru.”

(Kumar, 2005)

Sehingga perusahaan harus meregenerasi atau berusaha untuk menambah target sasaran agar lebih mendapatkan positioning yang kuat di masyarakat. Di era informasi dan globalisasi kini, perusahaan meraih pangsa pasar baru dengan menjaring anak-anak remaja dari SMP dan SMA. Bentuk komunikasi yang dilakukan pada penelitian ini berkaitan dengan komunikasi pemasaran terpadu, tepatnya dalam model hierarki komunikasi, yang terdiri dari Positioning, Personality, dan Proposition.

Positioning yaitu sebagai bentuk fasilitas yang diberikan oleh Jawa Pos kepada

pembacanya, yaitu anak-anak muda, dalam hal ini adalah kegiatan DBL Junior, yang diharapkan dapat menjadikan anak-anak muda untuk lebih mengembangkan bakatnya pada Olahraga Basket, kompetisi jurnalistik (Journalist Competition), kompetisi menari (Yel-Yel Competition). Selain itu bagi Jawa Pos yang mengahadirkan berita-berita seputar anak muda, diharapkan sesuai dengan keinginan pembacanya setelah membaca Jawa Pos. Kemudian personality, dari berbagai kegiatan yang ada di Jawa Pos, pembaca dapat merasakan efek dari sebuah merek yaitu Jawa Pos. Sehingga dapat membangun image dalam pikiran kita. Proposition yaitu kombinasi sekaligus antara positioning dan personality.

(53)

yang menjadi pelanggan tetap. Dan dampak yang dihasilkan pun tidak hanya berlaku untuk jangka pendek, melainkan bisa berdampak dalam jangka panjang. Inovasi tersebut mengarah kepada youth atau muda atau junior.

“ Sebuah perusahaan yang ingin memenangkan mind share haruslah ‘memegang’ the youth.”

(Kartajaya, Hermawan, 2010 : 404)

Anak-anak muda atau junior dijadikan sebuah inovasi, selain dapat menghasilkan ide-ide kreatif yang lebih fresh, target market yang menjadi sasaran bukan lagi bersifat monoton dan umum, melainkan mulai mengarah kepada golongan muda. Hal itulah yang dijadikan dasar bagi Jawa Pos untuk dapat merebut pangsa pasar baru yaitu anak-anak muda, tujuannya digunakan untuk 5 sampai 10 tahun ke depan agar dapat terus diminati dan tidak ditinggalkan pembacanya. Serta dapat meregenerasi pembacanya agar tetap ada.

Aktivitas merek yang dilakukan oleh Jawa Pos, tidak hanya berupa kegiatan pemasaran yang mendatangkan keuntungan pada penjualan, tapi juga mengkomunikasikan brand image bahwa Jawa Pos juga dekat dengan anak-anak muda. Dan dari beberapa wawancara peneliti dengan para informan, mereka mengatakan setuju apabila ada pernyataan bahwa Jawa Pos adalah Korannya Anak Muda.

Informan 1

“Setuju, pokoknya kalo deteksinya masih ada, oo..iya sama DBL nya juga kak. Dan berita-beritanya semakin bagus, pasti kita jadi selalu baca Jawa Pos.”

(54)

44

Informan 2

“Setuju, karena beritanya itu ga cuma berita politik, terus foto-fotonya juga bagus-bagus. ”

(Interview: Sabtu, 2 Oktober 2010. Pukul 13.00 WIB. Lokasi: DBL Arena)

Informan 4

“Setuju banget, karena kayaknya cuma Jawa Pos aja yang ngebahas soal anak-anak muda..”

(Interview: Sabtu, 30 Oktober 2010. Pukul 15.00 WIB. Lokasi: DBL Arena)

Informan 5

“Iya, setuju, kan banyak juga bahas soal anak-anak muda gitu”

(Interview: Minggu, 3 Oktober 2010. Pukul 13.00 WIB. Lokasi: DBL Arena)

Pendapat-pendapat dari informan tersebut, menunjukan bahwa Jawa Pos berhasil membentuk personality yang baik, sehingga, image baru mengenai Jawa Pos sebagai Korannya Anak Muda, sudah melekat dan tidak ada pendapat yang bertolak belakang mengenai pernyataan tersebut. Sehingga antara Positioning dan Personality dapat dijalankan dengan baik, maka ketika keduanya dapat dikombinasikan menjadi satu, dapat menghasilkan proposition yang baik pula.

4.2.2.2 Efektivitas Aktivasi Merek DBL Junior Bagi Jawa Pos

“Generally, the core features or brand values of a brand are used for activation. But a word of caution here: select only one or two features or brand values to activate. Don’t try to communicate each and every detail of your brand. One has to appreciate the fact that branding is based on the concept of singularity. This concept assumes a greater significance in case of services which are intangible in nature. Let me take example for both products and services to explain brand activation.”

(55)

Dari sebuah produk media cetak yaitu Jawa Pos, kemudian menciptakan sebuah kegiatan yang bertujuan untuk memberikan pelayanan berupa fasilitas untuk mengembangkan bakat bagi anak-anak muda di bidang olahraga, jurnalistik, dan sebagainya. Hal tersebut merupakan bentuk dari sebuah kegiatan aktivasi merek. Dan untuk mengetahui efektivitas kegiatan aktivasi merek DBL Junior bagi Jawa Pos, maka dapat dianalisis melalui Audience Coverage, Audience Responses, Communication Impact, dan Process of Influence.

4.2.2.2.1 Audiece Coverage (khalayak yang dicapai)

Dalam hal ini, peneliti menganalisis data-data yang didapat mengenai kegiatan DBL Junior tentang pencapaian target khalayak sasarannya (target audience). Dalam kampanye tersebut jumlah khalayak dan bagaimana respon atau

(56)

46

Gambar 8. Roadshow ke sekolah-sekolah

Kegiatan ini terkait dengan Marketing Public Relations, didefinisikan sebagai sebuah proses perencanaan, eksekusi, dan evaluasi program-program yang mendorong atau menganjurkan pembelian dan kepuasan konsumen melalui komunikasi yang credible dalam menyampaikan informasi dan menciptakan impresi yang mengidentifikasi perusahaan dan produknya dengan kebutuhan, keinginan, perhatian, dan kepentingan konsumen (Kriyantono, Rachmat, S.Sos.,M.Si., 2008 : 56).

Hal-hal yang biasa dilakukan adalah dengan menempelkan logo dan merek perusahaan dalam acara tersebut dan tidak perlu terlalu vulgar dalam menciptakan citra produk. Sehingga tujuan yang diinginkan dapat tercapai dengan cara yang tanpa sengaja dapat menggiring masyarakat dan pelanggan untuk mengarah kepada citra perusahaan.

(57)

konsumen yang dalam penelitian ini adalah pembaca untuk melakukan uji coba (Soemanagara, Rd., 2008 : 34).

Publicity ini termasuk ke dalam jenis publicity khusus (sempit), digunakan

untuk sebuah event managements, terbatas pada informasi dari kegiatan organisasi yang secara sengaja ditulis dan dikirimkan untuk diliput. Menurut wawancara dengan Kynan Noer dan Bintari Mulyaning, mereka mengetahui kegiatan DBL Junior bukan dari Jawa Pos,

Informan 3

“Aku tahu DBL Junior dari tahun 2004, dari majalah Slam. Tapi gak tahu siapa yang ngadaian DBL Junior.”

(Interview: Sabtu, 2 Oktober 2010. Pukul 13.00 WIB. Lokasi: DBL Arena)

Informan 2

“Gak terlalu tahu c, aku taunya dari manager tim Yel-yel sekolahku” (Interview: Minggu, 3 Oktober 2010. Pukul 11.00 WIB. Lokasi: DBL Arena)

(58)

48

dia SMA. Promosi yang dilakukan oleh Jawa Pos kepada pembacanya melalui korannya sendiri mendapatkan tiga respon positif.

Informan 1

“Soalnya biasanya tuh kalo aku mau cari info soal DBL Junior ya di Jawa Pos. Soalnya kalo lagi ada DBL Junior kayak gini, aku pengen tahu sekolah mana yang menang terus kali aja ada sekolahku, hehee.” (Interview: Rabu, 13 Oktober 2010. Pukul 12.00 WIB. Lokasi: DBL Arena)

Informan 4

”Iyaa... kan tau info soal kayak DBL Junior ya di Jawa Pos, atau kadang tau dari temen dulu sih, terus baru aku baca lagi di Jawa Pos.” (Interview: Sabtu, 30 Oktober 2010. Pukul 15.00 WIB. Lokasi: DBL Arena)

Informan 5 “Sejak aku SMP, Dari koran Jawa Pos”

(Interview: Minggu, 3 Oktober 2010. Pukul 13.00 WIB. Lokasi: DBL Arena)

(59)

4.2.2.2.2 Audience Response (tanggapan khalayak)

Setelah melakukan beberapa bentuk promosi-promosi, peneliti menganalisis tanggapan dari khalayak sasaran dan apakah isi pesan dari iklan promosi-promosi baik di koran atau media internet dan door to door dari sekolah ke sekolah tersebut bermanfaat atau tidak bagi khalayak yang dituju serta mempunyai dampak pada DBL Junior dan Jawa Pos.

Bentuk-bentuk promosi yang dilakukan tersebut berkenaan dengan dua tujuan promosi menurut Rangkuti Freddy, yaitu Memberitahu dan Mengingatkan. Maksudnya memberitahu bahwa akan diadakan DBL Junior, diberitahukan secara detail hal-hal penting berkaitan dengan pertandingan, dan mengingatkan artinya membantu mengingatkan kembali kepada pembaca Jawa Pos yang dalam penelitian ini anak-anak muda, bahwa DBL Junior masih ada.

Pada saat opening DBL Junior yang dilaksanakan di DBL Arena pada tanggal 2 Oktober 2010, terdapat 5852 penonton ikut berpartisipasi meramaikan serta mendukung teman-temannya yang mengikuti pertandingan basket, yel-yel competition, serta journalist competition (diakses melalui twitter @dblindonesia

pada 3 oktober 2010).

(60)

50

Gambar 9. Suasana di Atrium dan Tribun DBL Arena

Melalui beberapa pengamatan, DBL mengalami perbedaan jumlah penonton disaat opening dan pada hari biasa. Dapat dikatakan mengalami penurunan di keesokan harinya 3 Oktober 2010. Namun beberapa hari setelah itu, jumlah penonton mulai memadati DBL Arena. Penonton DBL memuncak pada saat Final Party. Hampir semua tempat duduk yang ada di tribun, penuh sesak Penonton yang hadir tergantung pada tim dari sekolah-sekolah yang bertanding, dan seberapa antusias pentonton tersebut.

(61)

Informan 5

“Jawa Pos buat DBL Junior ini sebagai event terbesar dan terhebat di Jawa Timur, ga cuma pengen nonton, pengen ikut tapi jadi sering mengikuti perkembangannya di Jawa Pos, DBL Junior bagus dan menarik, tapi seharusnya ada bintang tamunya, misal mendatangkan Band-band lokal atau nasional untuk Jawa Pos, kegiatannya uda bagus banged deh, bikin kita rajin baca.”

(Interview: Minggu, 3 Oktober 2010. Pukul 13.00 WIB. Lokasi: DBL Arena)

Informan 2

“DBL Junior itu unik, seru, itu unik, seru, Top deh Jawa Pos bikin acara kayak gini semua umur berkumpul jadi satu dari semua golongan, efeknya yaa..jadi banyak temen, nambah pengalaman, kalo menang bisa bawa nama baik sekolah, nambah ilmu, nyalurin bakat” (Interview: Minggu, 3 Oktober 2010. Pukul 11.00 WIB. Lokasi: DBL Arena)

Dari wawancara dengan Leriana Ayyu, dia menambahkan sebuah saran untuk DBL Junior supaya lebih banyak diminati, maka dihadirkan hiburan. Namun untuk Jawa Pos, Leriana menyebutkan makin menjadi generasi muda yang rajin membaca koran Jawa Pos.

Informan 4

” Bagus, hmm...beritanya tuh kalo di Jawa Pos ga cm apa sih politik sm ekonomi doang bisa ngbahas soal anak mudanya jugaa, efeknya mungkin jadi suka baca Jawa Pos kali ya”

(Interview: Sabtu, 30 Oktober 2010. Pukul 15.00 WIB. Lokasi: DBL Arena)

(62)

52

Pendapat semua informan yaitu positif, walaupun masih ada beberapa saran yang diberikan kepada pihak Jawa Pos dan DBL Junior untuk lebih dapat memuaskan konsumennya dengan content acara yang lebih variatif, tidak hanya sekedar pertandingan ke pertandingan. Sementara pada berita-berita yang dimuat oleh Jawa Pos, tidak ada pendapat yang negatif, konsumen dapat dikatakan puas dengan isi berita-beritanya.

4.2.2.2.3 Communication Impact (pengaruh komunikasi)

Pengaruh atau dampak dari pesan-pesan dalam komunikasi apa yang timbul dengan adanya kegiatan DBL Junior. Menurut Bintari, DBL itu unik karena berbeda dari yang lainnya. Dan Jawa Pos sebagai media cetak juga hebat bikin acara yang bisa mengerti anak muda.

Informan 2

“ hmm...ya kadang-kadang tuh aku suka cari referensi buat jurnalistik, aku kan suka nulis dan pengen tahu banyak soal jurnalistik, aku tau artinya (*red) juga dari Jawa Pos. Yang pasti klo nyari hal-hal yang berhubungan sama anak muda ya di Jawa Pos.”

(Interview: Minggu, 3 Oktober 2010. Pukul 11.00 WIB. Lokasi: DBL Arena)

(63)

mereka mendukung teman-teman sekolahnya dengan melakukan hal yang menarik perhatian tapi tetap dalam tahap wajar, sebagai bentuk support.

Gambar 10. Penonton Spensa dan SMP Petra 5 Surabaya

“It’s great, I fell it! Saya sudah lama melatih basket di Jepang maupun Australia. Tetapi, tidak ada yang seramai pertandingan di DBL Junior ini. Semangat bertanding mereka sangat bagus. Kalau terus terjaga semangat tersebut, dengan sendirinya kualitas akan terangkat,” ujar

Allan Hilzinger, pelatih tim putra Gold Coast United U-18.” (http://www.deteksibasketball.com/index.php?act=newsdetail&no

=3882).

Selain itu salah satu penonton basket dari SMA Muhamadyah 2 Surabaya yaitu Kynan Noer berpendapat,

Informan 3

“DBL Junior bagus, gak kalah lah sama DBL yang anak SMA, terus dapat mengembangkan bakat-bakatnya pelajar-pelajar untuk lebih dalam belajar basket.”

Gambar

Gambar 1. Kerangka Pengetahuan dan Pengalaman dalam
Gambar 2. Empat Elemen Dasar Marketing Communication Mix
Gambar 3. Hierarki Komunikasi
Gambar 4. Hubungan Public Relations dan Pemasaran
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil analisis komposisi menunjukkan bahwa pada analisis untuk menentukan kandungan U dan Zr hampir semua sampel uji yang dianalisis mempunyai perbedaan yang cukup besar

Disini terlihat jelas bahwa latar belakang yang berbeda-beda ahirnya menjadi satu dengan ikatan persaudaraan seperti yang juga tercermin dalam sila ketiga Pancasila yaitu

Hasil penelitian menggunakan uji statistik uji chi square menunjukkan bahwa hasil p = 0,006 (< 0,05) ini berarti terdapat hubungan antara paparan debu dengan

Dengan menggunakan strategi pendekatan yaitu, menggunakan media luar ruang dapat mempermudah strategi pengenalan diri caleg PKB agar lebih dikenal masyarakat dan caleg PKB

Dari domestik, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan laju inflasi pada Januari 2016 sebesar 0,51 persen atau lebih rendah dibanding Desember 2015 yang sebesar 0,96 persen

Pada dasarnya Pondok Putri Tebuireng dan PP Walisongo merupakan pesantren dengan model pendidikan yang sama.Akan tetapi Pondok Putri Tebuireng dan PP Putri

Diikuti oleh seluruh siswa SMA/MA/SMK/Sederajat se-Pulau jawa yang terdaftar untuk mengikuti Lomba Cerdas Cermat Sejarah 2018. Jenis soal yang akan disajikan

distribusi, kemudian dengan sistem tegangan tersebut penyaluran tenaga listrik.. dilakukan oleh saluran