• Tidak ada hasil yang ditemukan

Terobosan Pedagogis Mewujudkan Masyarakat Adil dan Makmur Melalui Penyelenggaraan Sistem Pendidikan Nasional

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Terobosan Pedagogis Mewujudkan Masyarakat Adil dan Makmur Melalui Penyelenggaraan Sistem Pendidikan Nasional"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Terobosan Pedagogis Mewujudkan Masyarakat Adil

dan Makmur Melalui Penyelenggaraan Sistem

Pendidikan Nasional

Zawaqi Afadal Jamil

E-mail: zawaqiafdaljamil@yahoo.com Abstrak

Masyarakat adil dan makmur merupakan cita-cita bangsa Indonesia yang sesungguhnya. Cita-cita ini bahkan sudah diamantkan dalam pembukaan UUD 1945. Upaya perwujudan masyarakat adil dan makmur dapat dilaksanakan melalui penyelenggaraan sistem pendidikan nasional. Dalam kerangka sistem kenegaraan sangat disadari bahwa adil dan makmur merupakan hak segala warga bangsa Indonesia. Pancasila sebagai ideologi dan falsafah bangsa serta UUD 1945 merupakan suatu cita-cita besar yang dapat memberikan jaminan bagi masyarakat Indonesia yang memiliki keadilan dan kemakmuran hidup jika semua itu dapat diwujudkan. Sebagai warga Indonesia semangat dan optimisme terhadap perwujudan masyarakat yang adil dan makmur tentulah tak boleh sirna, bahkan harus dipupuk serta berkarya dengan baik dan jujur untuk menggapai cita-cita luhur bangsa. Oleh karenanya diperlukan terobosan pedagogis pendidikan.

Kata Kunci: Terobosan pedagogis, adil dan makmur, dan

penyelenggaraan sistem pendidikan nasional.

A. Pendahuluan

Cita-cita bangsa Indonesia setelah dinyatakan merdeka adalah mewujudkan masyarakat Indonesia yang adil dan makmur. Setelah Indonesia merdeka 17 Agustus 1945, upaya mewujudkan cita-cita mengisi kemerdekaan bangsa dibentuklah suatu pemerintahan. Merdeka merupakan bentuk kebebasan bagi indonesia menentukan jati diri bangsa sesuai ideologi falsafah bangsa yang dianut. Kemerdekaan dipandang sebagai potensi yang tidak bisa dibandingkan dengan apapun untuk mewujudkan cita-cita bangsa menjadikan masyarakat yang adil dan makmur. Cita-cita mewujudkan keadilan dan kemakmuran masyarakat sangat disadari sebagai hak bagi seluruh warga Indonesia tanpa kecuali. Dengan kesadaran yang dimiliki oleh pejuang kemerdekaan bangsa Indonesia, sehingga cita-cita tersebut diejawantahkan dalam pembukaan UUD 1945 dan berfalsafakan Pancasila sebagai ideologi negara Indonesia. Dalam kaitan ini dinyatakan oleh Soediarto (2008 : 20) menyatakan “hampir tidak ada

(2)

negara di dunia yang pembukaan UUD-nya penuh dengan nuansa dan semangat kebangsaan seperti Pembukaan UUD 1945”.

Sebagai cita-cita dan hak bagi semua warga negara Indonesia memperoleh keadilan dan kemakmuran di negara republik ini, dengan bermacam strategi dan program pemerintah telah berupaya melakukan gerakan dan penguatan sumber daya yang dimilki Indonesia. Upaya penguatan bidang ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan, dan keamanan selalu digalakkan. Perwujudan pemerataan kehidupan sosial, ekonomi, kesehatan, keamanan, pendidikan, dan lainnya selalu menjadi topik besar bagi pemerintah Indonesia untuk mencapai kemakmuran dan keadilan dalam menjalankan pemerintahannya. Namun setelah 66 tahun Indonesia merdeka perwujudan masyarakat yang mendapat keadilan dan kemakmuran jauh belum dirasakan oleh mayoritas masyarakat Indonesia, kecuali kecukupan dan kesejahteraan hidup hanya dinikmati oleh segelintir orang di negara yang memiliki sumber daya yang kaya ini.

Pancasila sebagai ideologi dan falsafah bangsa serta UUD 1945 merupakan suatu cita-cita besar yang dapat memberikan jaminan bagi masyarakat Indonesia yang memiliki keadilan dan kemakmuran hidup jika semua itu dapat diwujudkan. Sebagai warga Indonesia semangat dan optimisme terhadap perwujudan masyarakat yang adil dan makmur tentulah tak boleh sirna, bahkan harus dipupuk serta berkarya dengan baik dan jujur untuk menggapai cita-cita luhur bangsa.

Berikut ini dikemukakan bagan deskripsi terobosan perwujudan masyarakat Indonesia yang adil dan makmur melalui penyelenggaraan sistem pendidikan nasional yang berorientasi pedagogis.

TEROBOSAN PERWUJUDAN MASYARAKAT INDONESIA YANG ADIL DAN MAKMUR MELALUI PENYELENGGARAAN SISTEM PENDIDIKAN

NASIONAL YANG BERORIENTASI PEDAGOGIS

Terobosan perwujudan masyarakat Indonesia yang adil dan makmur melalui penyelenggaraan sistem pendidikan nasional yang

(3)

berorientasi pedagogis dilaksanakan secara formal dalam penyelenggaraan sistem pendidikan nasional. Sebagai negara hukum, apapun yang akan dilaksnakan berkaitan dengan penyelenggaraan negara haruslah memiliki landasan hukum, tentu termasuk di dalamnya penyelenggaraan pendidikan nasional di Indonesia.

B. Permasalahan

Adapun permasalahan yang akan dibahas dalam tulisan ini adalah:

1. Bagaimanakah masyarakat adil dan makmur yang dicita-citakan bangsa indonesia?

2. Bagaimanakah perwujudan masyarakat adil dan makmur melalui penyelenggaraan sistem pendidikan nasional berorientasi pedagogis?

3. Bagaimanakah penyelenggaraan sistem pendidikan nasional yang bertanggung jawab dan berkomitmen?

4. Bagaimanakah proporsionalisasi penyelenggaraan sistem pendidikan nasional?

C. Tujuan Penulisan

Penulisan karya ilmiah ini bertujuan untuk menggali dan mengkaji terobosan pedagogis mewujudkan masyarakat Indonesia yang adil dan makmur melalui penyelenggaraan sistem pendidikan nasional.

D. Metode Penulisan

Metode yang digunakan dalam penulisan karya ilmiah ini adalah studi kepustakaan, yaitu melaluai telaah terhadap teks dari literatur-literatur yang berkaitan dengan permasalahan.

E. Pembahasan

1. Masyarakat Adil dan Makmur sebagai Cita-Cita Besar Bangsa Indonesia

Cita-cita besar bangsa Indonesia adalah kehidupan masyarakat yang adil dan makmur. Pendekatan strategis bahwa keadilan dan kemakmuran dapat diwujud melalui pendidikan. Oleh sebab itu penyelenggaraan sistem pendidikan nasional mutlak dilaksanakan sebagai pengejawantahan mencapai cita-cita bangsa Indonesia. Amanat yang termaktub dalam pembukaan UUD 1945 yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa disadari sebagai sarana mewujudkan kehidupan masyarakat yang adil dan makmur. Satu-satunya jalan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa adalah melalui penyelenggaraan pendidikan.

Pendidikan yang baik adalah pendidikan yang mampu menginternalisasikan dan mengintegrasiakan secara proporsional nilai-nilai luhur agama, budaya, sosial, ekonomi, politik, pertahanan dan keamanan, persatuan dan

(4)

kegotongroyongan. Martini Jamaris (2010:3) menyatakan “hakikat pendidikan adalah menyediakan lingkungan yang aman bagi perkembangan anak karena dalam lingkungan yang aman tersebut anak dapat mengembangkan potensi yang dimilikinya dengan baik”. Oleh sebab itu melalui pendidikan, pembudayaan nilai-nilai luhur tersebut mutlak dilakukan dalam penyelenggaraannya agar mengahasilkan anak bangsa yang berbudi pekerti dan berkreasi tinggi untuk pembangunan bangsa dan pribadinya. Pancasila sebagai ideologi negara dapat diwujudkan melalui pembudayaan nilai yang dikandungnya dalam proses pendidikan. Kesiapan seluruh masyarakat bangsa untuk menjaga nilai-nilai luhur Pancasila dalam semua aspek kehidupan dan peranannya dalam mengelola sumber daya yang ada di Indonesia akan mengantarkan bangsa ini meraih cita-cita besar bangsa Indonesia yaitu masyarakat yang adil dan makmur. Pemikiran di atas dipahami sebagai akibat dari kesadaran untuk mencapai manusia Indonesia yang adil dan makmur, berbudaya luhur, serta bermartabat mulya. Oleh karena itu penyelenggaraan sistem pendidikan nasional yang berorientasi pedagogis tidak dapat dielakkan.

2. Perwujudan Masyarakat Adil dan Makmur melalui Penyelenggaraan Sistem Pendidikan Nasional Berorientasi Pedagogis

Salah satu pendekatan strategis untuk merwujudan masyarakat adil dan makmur adalah penyelenggaraan sistem pendidikan nasional yang berorientasi pedagogis. Interpretasi terhadap penyelenggaraan sistem pendidikan nasional yang berorientasi pedagogis yaitu gabungan dari keseluruhan unit yang ada dalam sistem pendidikan harus bermuara pada pencapaian pendidikan yang bermutu. Pandangan terhadap pendidikan yang bermutu tekanannya tentulah diarahkan kepada lulusan (out put) yang bermutu. Mutu lulusan tidak dapat dipandang hanya pada level prestasi akdemik yang dimilikinya. Lebih dari itu bahwa lulusan yang bermutu dapat diukur dari kemampuan akademik, sikap moral dan kepribadian, serta kecerdasan emosional yang dimilikinya harus berimbang sehingga dilahirkan dalam perannya sebagai anak bangsa.

Konsekwensi penyelenggaraan sistem pendidikan nasional yang berorientasi pedagogis terhadap pelaksanaan manajemen yang baik dan pendanaan pendidikan yang besar haruslah dapat diterima. Dalam Himpunan Peraturan dibidang Pendidikan, Weinata Sairin (2010: 19) menyatakan perkembangan undang-undang yang mengatur sistem pendidikan nasional saat ini amat dirasakan sebagai bentuk tuntutan terhadap pemerataan hak

(5)

pendidikan bagi semua warga negara Indonesia serta pendidikan yang bermutu. Pancasila sebagai dasar negara Indonesia serta penegasan dalam UUD 1945 pasal 31 yang semula dua pasal, berbunyi:

1. Tiap-tiap warga negara berhak mendapatkan pengajaran; 2. Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu

sistem pengajaran nasional yang diatur dengan undang-undang.

Menyadari pentingnya penyelenggaraan pendidikan untuk memenuhi amanat dalam pembukaan UUD 1945 pasal 31 di atas, maka pada tahun 2002 dilakukan amandemen menjadi 5 (lima) ayat.

Makna prinsip yang terkandung dalam 5 (lima) ayat pasal 31 UUD 1945 adalah kesadaran akan pentingya “mencerdaskan kehidupan bangsa” dapat dicapai dan dilaksanakan sesuai idealisme dan ketentuan perundang-undangan yang ditetapkan. Kesadaran ini lebih terasa lagi saat lahirnya UU no. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas dan lahirnya Undang-Undang no. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Semua regulasi tersebut secara operasional lebih rinci pengaturan dan pendefinisian dari setiap elemen yang ada dalam sistem pendidikan nasional.

Secara yuridis penyelenggaraan sistem pendidikan nasional di Indonesia telah memiliki acuan hukum yang lebih operasional. Landasan yuridis tersebut mengacu kepada manajemen, pendanaan, kelembagaan pendidikan serta tanggungjawab pemerintah, masyarakat, keluarga, dan lainnya dalam penyelenggraan pendidikan. Oleh karena itu semua aturan tidaklah akan berarti jika pengejawantahannya tidak dilaksnakan dengan komitmen yang tinggi sesuai dengan aturan perundang-undangan dan idealisme yang ada. Oleh sebab itu upaya mewujudkan masyarakat adil dan makmur dengan mencerdaskan kehidupan bangsa melaui penyelenggaraan sistem pendidikan nasional yang berorintasi peadagogis mutlak dilakukan dengan penuh tangggungjawab.

3. Perwujudan Penyelenggaraan Sistem Pendidikan Nasional Berorientasi Pedagogis Mutlak dilakukan dengan Kemauan Politik (komitmen) dan Tanggungjawab yang Tinggi oleh Pemerintah, Masyarakat, dan Keluarga.

Tujuan pendidikan nasional seperti dituangkan dalam Undang-Undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab II pasal 2 (2009:7) dinyatakan: “Pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

(6)

berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab”. Perwujudan “agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab” adalah tanggung jawab pemerintah, masyarakat, dan keluarga. Pengertian ini dapat ditegaskan bahwa tanggungjawab pendidikan anak bangsa adalah tanggungjawab semua pihak. Namun pemahaman tanggungjawab di sini tdak dapat dipahami penyamaan peran yang membagi tugas beban sama rata antara pemerintah, masyarakat, dan keluarga. Jika disamakan tugas dan beban kerja antara ketiga elemen tersebut akan berkonsekwensi kepada ketidakadilan dalam manajemen dan pembiayaan pendidikan. Hal ini juga akan berakibat kepada penolakan terhadap perundang-undangan yang berlaku.

Lahirnya perundang-undangan yang mengatur khusus tentang penyelenggaraan pendidikan nasional seperti UU Sisdiknas no. 20 Tahun 2003, UU no. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, dan perundang-undangan lainnya berkonsekwensi logis kepada kemawan politik yang tinggi oleh pemerintah, masyarakat, dan keluarga untuk melaksanakan amanat undang-undang tersebut. Dalam struktur pemerintahan Indonesia, presiden merupakan lembaga tinggi negara. Berikut di bawahnya presiden dibantu oleh menteri (bidang pendidikan), di provinsi dibantu gubernur (dinas pendidikan provinsi), di kabupaten dibantu bupati/walikota (dinas pendidikan kabupaten/kota), dan seterusnya sampai tingkat sekolah yaitu kepala sekolah serta guru sebagai ujung tombak di lapangan.

Semua lembaga terstruktur tersebut di atas dalam pelaksanaan penyelenggaraan pemerintahannya dilaksnakan oleh pejabat lembaga-lembaga sampai kepada tingkat paling bawah yaitu guru. Seluruh elemen pejabat sampai kepada guru mutlak memiliki kemawan yang tinggi untuk melakukan tugas dengan baik dan benar serta bertanggung jawab untuk mencapai tujuan pendidikan nasional. Tentulah dipahami bahwa tugas dan tanggungjawab dari masing-masing elemen tersebut sesuai dengan peran dan fungsinya. Kemawan politik yang tinggi ini tentulah harus didukung oleh masyarakat dan keluarga dalam penciptaan dan pembudayaan nilai-nilai luhur yang dikandung Pancasila sebagai ideologi negara serta jaminan kenyamanan, pertahanan, dan keamanan berlangsungnya proses pendidikan upaya mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Dengan pemikiran ini Pemerintah, masyarakat, dan keluarga merupakan

(7)

suatu bagian yang integral dan bersama-sama mewujudkan tujuan pendidikan nasional.

Gambaran mengenai peran dan tanggungjawab pemerintah, masyarakat, dan keluarga dalam penyelenggaraan pendidikan dikemukakan sebagai berikut:

Bagan mengenai gambaran integralisasi peran dan tanggungjawab penyelanggara pendidikan nasional di atas merupakan suatu pandangan tentang kewajiban dan tanggungjawab bagi setiap elemen yaitu pemerintah, masyarakat, dan keluarga untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional yang bermuara kepada kehidupan masyarakat Indonesia yang adil dan makmur.

4. Pemerintah Wajib Menyelenggarakan Sistem Pendidikan Nasional dengan Proporsionalisasi Peranan Masyarakat dan Keluarga untuk Mewujudkan Sumber Daya Manusia yang Memiliki Daya Saing Tinggi

Pemikiran ini didasari oleh landasan yuridis. Pancasila, UUD 1945, UU no. 2 Tahun 1989 dan UU no. 20 Tahun 2003 tentan Sisdiknas, dan UU no. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen serta banyak lagi perundang-undangan atau peraturan pemerintah yang mengatur penyelenggaraan pendidikan sudah sangat cukup dijadikan alasan bahwa pemerintah wajib menyelenggarakan sistem pendidikan nasional.

Amanat dalam pembukaan UUD 1945 pasal 31 sejak amandemen tahun 2002 dari 2 ayat menjadi 5 ayat. Seperti cuplikan pada ayat 3 disebutkan: “Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketaqwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa; pada ayat 4 disebutkan: “Negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya 20 persen dari anggaran pendapatan dan belanja negara serta dari anggaran pendapatan dan belanja daerah untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan pendidikan

(8)

nasional”. Lebih jelas pula ditegaskan dalam UU no. 20 Tahun 2003 (2009 : 23) tentang Sisdiknas mengenai wajib belajar ayat 2 dinyatakan: “Pemerintah Daerah wajib menyelenggarakan pendidikan dasar yang wajib tanpa dipungut biaya”.Dalam kaitan ini dikemukaka oleh Marwan Saridjo (2011:59) mengungkapakan “pendidikan untuk rakyat, pemerintah berkewajiban memelihara pendidikan kecerdasan akal budi untuk segenap rakyat dengan cukup dan sebaik-baiknya”.

Makna yang ditangkap dalam beberapa pasal dan ayat yang mengatur tentang kewajiban pemerintah menyelenggarakan pendidikan paling tidak ada dua prinsip yaitu manajemen dan pembiayaan pendidikan. Berkaitan dengan manjemen pendidikan dipahami bahwa penyelenggaraan pendidikan pemerintah wajib mengatur penyelenggaraan dengan membentuk sistem manajemen pendidikan yang terprogram, teratur, sistematis, dan terintegrasi. Sedangkan mengenai pembiayaan pendidikan dipahmi bahwa pemerintah wajib membiayai seluruh kegiatan yang diakibatkan oleh penyelenggaraan sistem pendidikan nasional.

Secara formal penyelenggaraan pendidikan yang dilaksanakan oleh pemerintah adalah pendidikan sekolah. Baik sekolah yang dimulai tingkat pendidikan dasar, menengah, maupun pendidikan tinggi. Penyelenggaraan pendidikan sekolah ini yang menjadi fokus untuk menanamkan nilai-nilai budaya bangsa melalui suatu kurikulum yang disebut kurikulum pendidikan nasional.

Pada prinsipnya kurikulum merupakan bahan untuk mengantarkan manusia Indonesia menjadi manusia yang memiliki keimanan, ketaqwaan, berkepribadian, cerdas, dan mandiri. Oleh sebab itu muatan kurikulum haruslah memuat pesan agama, sosial, budaya, ekonomi, pertahanan dan keamanan, pengetahuan sain dan tekhnologi yang dapat memberikan jaminan bagi lulusan untuk dapat menguasasi berbagai bidang pengetahuan yang diimbangi oleh moral prilaku yang berkepribadian luhur sesuai ideologi. Jika muatan ini telah dikuasai oleh para lulusan maka optimisme terhadap pengembangkan sumber daya manusia indonesia yang memiliki jati diri sebagai bangsa indonesia yang berkarakter baik, cerdas dan kreatif, menguasai iptek dan mempunyai daya saing tinggi secara regional, nasional, dan internasional dapat diwujudkan.

Dalam proses penyelenggaraan pendidikan peranan masyarakat dan keluarga tentu tidak dapat diabaikan. Durasi kuantitatif anak berada pada lingkungan sekolah relatif sedikit dibandingkan dengan keberadaan anak pada lingkungan

(9)

masyarakat dan keluarga. Secara umum keberadaan anak disekolah rata-rata selama 7 jam sehari sudah batas maksimal. Setelah itu anak kembali kepada dunia keluarga dan masyarakat. Dengan pemikiran ini interaksi sosial anak yang memungkinkan berkembangnya nilai-nilai budaya, sosial, gotong royong, saling menghormati, dan lain sebagainya jauh relatif sedikit dibandingkan dengan keberadaan anak di tengah masyarakat dan kelauarga. Oleh sebab itu masyarakat dan keluarga mutlak memberikan peluang bagi berkembangnya potensi kepribadian yang luhur berlandaskan agama, sosial, budaya, ekonomi, pertahanan dan keamanan pada anak-anak. Perpaduan tanggungjawab antara pemerintah, masyarakat, dan keluarga dalam memberikan kesempatan bagi perkembangan intelektualitas, emosional, dan kepribadian luhur pada diri anak akan memberikan optimisme besar bagi terjadinya sumber daya manusia indonesia yang memiliki jati diri sebagai bangsa indonesia yang berkarakter baik, cerdas dan kreatif, menguasai iptek dan mempunyai daya saing tinggi secara regional, nasional, dan internasional dapat diwujudkan.

F. Kesimpulan

Masyarakat adail dan makmur adalah cita-cita bangsa Indonesia. Oleh karenanya keadilan dan kemakmuran merupakan hak bagi seluruh warga Indonesia tanpa kecuali karena cita-cita ini telah diamanatka dalam Pancasila dan UUD 1945. Dalam mewujudkan cita-cita ini haruslah melalui penyelenggaraan sistem pendidikan nasional dengan menekankan kemawan politik yang kuat dan bertanggungjawab. Proporsionalisasi penyelenggaraan pendidikan hendaklah jadi tanggungjawab pemerintah, masyarakat, dan keluarga. Proporsionalisasi tentu dimaknai dengan peran dan keseimabangan kemapuan yang telah ada dan dimiliki oleh masing-masing pihak.

Tanggungjawab Pemerintah tentu tidak sama dengan tanggungjawab masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan, begitu pula keluarga memiliki tanggungjawab yang berbeda dengan pemerintah dan masyarakat. Namun ia tidak dapat dipisahkan dan terintegrasi dengan penuh satu padu.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional no. 20 tahun 2003, Jakarta: Sinar Grafika, 2009

Martini Jamaris, Orientasi Baru dalam Psikologi Pendidikan, Jakarta: Yayasan Penamas murni, 2010

(10)

Marwan Saridjo, Pendidikan Islam dari Masa ke Masa, Tinjauan

Kebijakan Publik terhadap Pendidikan Islam di Indonesia,

Jakarta: Yayasan Ngali Aksara, 2011

Soedijarto, Landasan dan Arah Pendidikan Nasional Kita, Jakarta: PT. Kompas Media Nusantara, 2008

Weinata Sairin, Himpunan Peraturan dibidang Pendidikan, Jakarta: Jala Permata Aksara, 2010

Referensi

Dokumen terkait

Terdapat hubungan yang bermakna antara skor Alvarado dengan hasil pemeriksaan patologi anatomi jaringan apendiks pada pasien apendisitis akut di RSUD Serang tahun

Dengan demikian, Perusahaan pengiriman barang memerlukan sebuah inisiatif untuk mengatasi masalah tersebut dengan merancang sistem tracing pengiriman barang dengan

Pendekatan penelitian kualitatif pada tahap kedua dilakukan untuk mengelaborasi lebih lanjut hasil yang diperoleh pada tahap pertama, sekaligus untuk mengetahui

[r]

Ancak ülkemiz şartlarında en çok kullanılmakta olanlar ACSR( aluminyum conductor steel rainforced) çelik özlü alüminyum iletkenlerdir. Yine TEİAŞ şartnamelerinde

Pada Bank Muamalat Indonesia Cabang Cirebon faktor-faktor penyebab pembiayaan bermasalah ini diantaraya adalah karena karakter nasabah, rasio modal (capital)

Beras merupakan panganan dunia yang paling penting Manajemen hara dibutuhkan untuk meningkatkan produksi padi Jombang salah satu daerah dengan pertanian padi yang

Pada perancangan MP3 Player, pemodelan dengan UML digunakan untuk mengidentifikasi serta menganalisa sistem dan kebutuhan sistem yang diperlukan agar dalam proses