BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Attachment
2.1.1 Definisi attachment
Attachment menurut Bowlby (dalam Mikulincer & Shaver, 2007) adalah suatu hubungan atau interaksi antara 2 individu yang merasa terikat kuat satu sama lain dan masing-masing melakukan sejumlah hal untuk melanjutkan hubungan tersebut. Bowlby (dalam Mikulincer & Shaver, 2007) menambahkan perilaku attachment merupakan tingkah laku dimana individu berusaha untuk mencari dan memelihara kedekatan dengan individu lainnya.
Attachment awal berkembang pada masa kanak-kanak dengan ibunya atau caregiver-nya. Hal ini terbentuk berdasarkan interaksi awal yang terjadi pada anak adalah dengan ibunya atau caregiver-nya. Ainsworth (dalam Mikulincer & Shaver, 2007) dalam penelitiannya memperlihatkan bahwa perilaku attachment telah timbul sejak berusia 6 bulan. Interaksi sosial awal antara anak dan ibu atau caregiver-nya selanjutnya menjadi dasar bagi perkembangan kepribadian anak. Ibu atau caregiver-nya sebagai orang terdekat pertama bagi anak, berperan dalam memberikan cara pengasuhan yang dapat memenuhi kebutuhan psikologis anak. Pemenuhan kebutuhan psikologis anak dapat diwujudkan ibu lewat kasih sayang, rasa cinta, perhatian, rasa aman, dan kooperatif serta responsif terhadap kebutuhan orang lain.
2.1.2 Attachment Dewasa
Beberapa peneliti mengkhususkan penelitian attachment terhadap dunia orang dewasa dan hubungan-hubungan yang dijalin pada masa dewasa, sehinga keterikatan emosional yang menjadi topik diberi nama adult attachment. Pola-pola adult attachment pada dasarnya merupakan replikasi dari Pola-pola-Pola-pola yang terbentuk semasa bayi, namun adult attachment dengan infant-parent attachment bukanlah hal yang sama. Relasi orangtua terhadap anak berupa caregiving (memberi), sementara relasi anak pada orang tua berupa attachment (meminta), masing-masing sifatnya satu arah. Sedangkan pada pasangan suami istri, relasi yang terjadi bersifat dua arah, yaitu caregiving dan attachment. Masing-masing individu berperan sebagai figure attachment atau significant others yang memberi sekaligus membutuhkan kedekatan dan responsivitas dari pasangannya.
Hazan dan Shaver (dalam Mikulincer & Shaver, 2007) merupakan salah satu pelopor penelitian adult attachment dengan mengadopsi tiga pola infant-parent attachment types dari Ainsworth yaitu secure, avoidance dan preoccupied (anxious-ambivalent). Hazan dan Shaver (dalam Mikulincer & Shaver, 2007) dalam konteks hubungan romantis dewasa membagi attachment kedalam 3 pola yaitu secure, avoidance, dan anxiety.
Secure attachment menurut Hazan dan Shaver (dalam Mikulincer & Shaver, 2007) dimiliki seseorang yang pada masa kanak-kanaknya memiliki hubungan yang akrab dengan orang tuanya atau caregiver. Ketika anak tersebut dewasa, anak tersebut tumbuh menjadi pribadi yang mudah bergaul, percaya diri, memiliki hubungan yang romantis dan penuh kasih sayang terhadap pasangannya.
Avoidance attachment dimiliki oleh individu yang pada masa kanak- kanaknya sering mendapat perlakuan yang dingin, tidak bersahabat, dan bahkan penolakan dari ibunya, ketika dewasa mereka takut akan keintiman dengan pasangan dan kesulitan menerima kekurangan pasangan. Anxiety attachment, menurut Hazan dan Shaver (dalam Mikulincer & Shaver, 2007), dimiliki oleh seseorang yang pada masa kanak-kanak memiliki pengalaman dengan ayah yang dipandang kurang adil. Ketika dewasa, ia menjadi individu yang kurang percaya diri, mudah jatuh cinta tetapi sulit menemukan cinta sejati, penuh rasa ingin memiliki pasangan, penuh rasa cemburu, penuh dengan hasrat seksual, dan emosional.
Bartholomew dan Horowitz (dalam Mikulincer & Shaver, 2007) meneliti lebih lanjut tipe attachment pada hubungan dewasa secara general. Penelitian ini didasari oleh pandangan Bowlby mengenai working models of attachment yang terdiri dari:
a) Models of self yang menggambarkan penilaian akan seberapa berharganya diri sehingga memunculkan harapan bahwa orang lain akan memberi respon terhadap mereka secara positif.
b) Models of others yang menggambarkan penilaian seberapa orang lain dapat dipercaya dan diharapkan untuk memberikan dukungan dan perlindungan yang dibutuhkan.
Hal ini kemudian disempurnakan oleh Bartholomew dan Horowitz (dalam Mikulincer & Shaver, 2007) menjadi empat pola berdasarkan karakteristik khusus yang membedakan dua subpola avoidance, yaitu: dismissing (menolak) dan fearful (takut).
2.1.3 Pola Attachment
Menurut Bartholomew (dalam Mikulincer & Shaver, 2007), working model of self dapat diperlakukan secara dikotomi sebagai positif dan negatif, demikian juga model of others. Kombinasi antara working model of self yang positif atau negatif dengan working model of others yang juga positif dan negatif akan menghasilkan empat variasi pola-pola adult attachment, yaitu:
a. Pola Secure attachment memiliki persepsi yang positif terhadap dirinya dan orang lain. Artinya ia memiliki keyakinan bahwa dirinya berharga, dan mengharapkan orang lain menerima dan responsif terhadap dirinya, serta merasa nyaman dengan intimacy dan otonomi. Individu secure umumnya memiliki masa kecil yang bahagia, dimana ibu cukup peka dan sensitif terhadap kebutuhan sang anak. Karena anak yakin bahwa ibu akan selalu ada saat ia membutuhkan sesuatu, serta keyakinan bahwa ia disayang dan diperhatikan oleh ibu, maka anak mengembangkan persepsi yang positif terhadap dirinya sendiri dan orang lain.
Pola secure menginginkan hubungan yang mendalam namun terdapat keseimbangan antara kelekatan dengan pasangan dan otonomi dalam hubungan tersebut. Mereka merasa nyaman dengan kedekatan, namun juga menghargai otonomi dan merasa lebih berbahagia dengan hubungan yang dijalani apabila kedua kebutuhan tersebut terpenuhi. Pola ini memiliki pandangan bahwa orang lain beritikad baik dan berhati mulia, dapat dipercaya, dapat diandalkan dan altruistik. Mereka
juga memiliki orientasi terhadap hubungan interpersonal. Dalam keadaan tertekan mereka mampu mengenali distress dan memodulasi afek negatif ke dalam cara-cara konstruktif. Umumnya pola ini memiliki self esteem dan percaya diri, serta jarang meragukan diri sendiri dalam berelasi dengan orang lain (dalam Feeney and Noller, 1996). Hal ini digambarkan dengan pernyataan: "Hal ini relatif mudah bagi saya untuk dekat secara emosional dengan orang lain”, “saya nyaman bergantung pada orang lain dan meminta orang lain bergantung pada saya”, dan “Saya tidak khawatir sendirian atau jika orang lain tidak menerima saya".
b. Pola preoccupied memiliki persepsi yang positif terhadap orang lain, tapi negatif terhadap dirinya sendiri. Dengan kata lain, mereka kurang merasa dirinya berharga, namun memiliki harapan dan pandangan positif bahwa orang lain akan menyediakan responsivitas emosional yang diperlukannya. Pola preoccupied umumnya berasal dari perlakuan ibu yang kurang konsisten dalam mengasuh anaknya. Kadang si ibu hadir saat anak membutuhkan sesuatu, kadang tidak. Ibu juga terkadang menunjukkan sikap penolakan terhadap anak dan terlalu mencampuri keinginan anak dengan sering memaksakan keinginannya pada anak. Seringkali ibu memberikan ancaman perpisahan untuk mengontrol tingkah laku anak. Karenanya, anak akan mengembangkan perasaan ketidakberhargaan diri, sementara ia mengembangkan juga kepercayaan bahwa orang lainlah yang mampu menyediakan kash sayang dan perhatian yang ia butuhkan.
Pola ini seperti halnya pola secure juga menginginkan hubungan mendalam, meskipun hubungan semacam ini sering menimbulkan tekanan bagi mereka. Pola ini cenderung takut akan penolakan dan takut ditinggalkan serta melewatkan sebagian besar waktunya untuk mencemaskan hubungan yang mereka jalin. Meskipun merasakan tekanan itu, pola ini tetap mencari intimacy secara ekstrim dan bersedia mencampakkan kebutuhan otonomi mereka demi memenuhi kebutuhan intimacy. Mereka memandang orang lain sebagai sulit dimengerti dan sangat kompleks. Pada saat-saat penuh tekanan mereka menunjukkan distress dan sangat mendambakan respon dari orang lain untuk membantunya. Hal ini dapat digambarkan dengan pernyataan "Saya ingin benar-benar intim secara emosional dengan orang lain, tapi saya sering menemukan bahwa orang lain enggan untuk memiliki hubungan dekat seperti yang saya inginkan”. “Saya tidak nyaman berada diposisi tanpa hubungan yang dekat dengan orang lain, tapi kadang-kadang saya khawatir bahwa orang lain tidak menghargai saya seperti saya menghargai mereka".
c. Pola Dismissing memiliki persepsi positif mengenai dirinya, tapi negatif terhadap orang lain. Individu dengan pola ini memberi makna yang tinggi terhadap dirinya, dan lebih memilih mempertahankan self worth daripada menjalin hubungan intimacy dengan orang lain. Selain itu, pola ini juga memandang orang lain sebagai tidak dapat dipercaya dan tidak dapat diandalkan, sehingga dalam rangka melindungi diri, perilaku menghindar menjadi penting. Individu dengan pola dismissing
umumnya berasal dari perlakuan ibu yang sering menolak anak secara konsisten serta sering tidak responsif terhadap isyarat dan komunikasi anak. Hal ini akan membuat anak memutuskan untuk hidup tanpa kasih sayang dan dukungan orang lain serta cenderung untuk mencukupi kebutuhan psikologisnya sendiri. Inilah yang membuat individu dismissing mengembangkan persepsi yang positif terhadap diri tetapi negatif terhadap orang lain. Pola dismissing memiliki tujuan utama mempertahankan jarak (emosional) dengan orang lain dan mencegah orang lain untuk menjalin hubungan yang terlalu dekat dengannya. Kecenderungan mereka adalah membatasi intimacy yang bagi pola dismissing untuk mempertahankan self reliance dan otonomi berlebihan. Pola ini memiliki prasangka terhadap motivasi orang lain menjalin hubungan dengannya. Mereka memandang orang lain tidak dapat diandalkan dan dipercaya. Dalam keadaan tertekan, pola dismissing cenderung menekan emosi negatif yang dirasakannya (Shaver, Collin, & Clark, 1995). Hal ini dapat digambarkan dengan pernyataan "Saya nyaman tanpa hubungan emosional yang dekat”. “Sangatlah penting bagi saya untuk merasa bebas, mandiri, dan saya memilih untuk tidak bergantung pada orang lain atau orang lain bergantung pada saya".
d. Pola Fearful memiliki persepsi yang negatif terhadap diri dan orang lain. Pola ini percaya bahwa orang lain tidak dapat diandalkan dan merasa dirinnya tidak berharga untuk mendapat respon emosional.
Individu fearful umumnya berasal dari ibu yang sering menolak anak secara konsisten serta sering tidak responsive terhadap isyarat dan komunikasi anak. Berbeda dengan pola dismissing, anak dengan pola fearful tidak berusaha memenuhi sendiri kebutuhan dirinya, melainkan menganggap dirinya sangat tidak berharga karena selalu ditinggal dan ditolak ibunya. Karenanya individu dengan pola fearful mengembangkan persepsi yang negatif terhadap diri maupun orang lain.
Pola fearful memiliki tujuan utama mempertahankan jarak (emosional) dengan orang lain dan mencegah orang lain untuk menjalin hubungan yang terlalu dekat dengannya. Kecenderungan mereka adalah membatasi intimacy yang bagi pola fearful disebabkan oleh kekhawatiran ditolak oleh orang lain. Pola ini memiliki prasangka terhadap motivasi orang lain menjalin hubungan dengannya. Mereka memandang orang lain tidak dapat diandalkan dan dipercaya. Dalam keadaan tertekan pola fearful cenderung menampilkan emosi yang dirasakan namun menolak untuk meminta perlindungan dan dukungan orang lain (Shaver, Collin, & Clark, 1995). Hal ini dijelaskan dengan pernyataan berikut "Saya agak tidak nyaman dekat dengan orang lain”. “Aku ingin memiliki hubungan dekat secara emosional, tapi saya merasa sulit untuk mempercayai orang lain sepenuhnya, atau untuk bergantung pada mereka”. “Aku khawatir akan terluka jika membiarkan diriku terlalu dekat dengan orang lain”.
Tingkah laku attachment akan teraktifkan terutama dalam kondisi yang tampak mengancam. Tingkah laku keempat pola adult attachment akan tampak berbeda secara lebih nyata pada kondisi-kondisi tertentu, yaitu: kondisi individu (misal; sakit atau lelah), kondisi lingkungan (bencana alam, hal-hal yang membahayakan), dan kondisi-kondisi lain yang dianggap mengancam hubungan attachment (misal ketidakhadiran atau keengganan figur attachment untuk dekat) (Bowlby, 1969; dalam Feeney and Noller, 1998).
Gambar 1.1 Diagram Pola Attachment Bartholomew & Horowitz (dalam Mikulincer & Shaver, 2007)
Gambar 1.1 menunjukan keempat pola attachment dapat dirangkum ke dalam dua dimensi yaitu avoidance dan anxiety yang terbagi ke dalam secure (anxiety rendah & avoidance rendah), preoccupied (anxiety tinggi & avoidance
Avoidance
Dismissing Style Fearful Style
Low Anxiety
Secure Style Preoccupied Style
rendah), fearful (anxiety tinggi & avoidance tinggi) dan dismissing (anxiety rendah & avoidance tinggi).
Brennan, Clark, Shaver, Fraley dan Waller (dalam Collins & Feeney, 2004) menjelaskan bahwa avoidance berkaitan dengan seberapa jauh individu membatasi intimasi dan ketergantungan pada orang lain. Anxiety merupakan perasaan tentang keberhargaan dirinya (self-worth) berkaitan dengan seberapa tinggi individu merasa khawatir bahwa ia akan ditolak, ditinggalkan, atau tidak dicintai oleh figur attachment atau significant others.
2.2 Twitter
Pada mulanya Twitter didirikan oleh Jack Dorsey pada tahun 2006 dari sebuah diskusi yang diselenggarakan oleh anggota Dewan Podcasting perusahaan Odeo Sagolla (2009). Bermula dari ide, Jack Dorsey memperkenalkan Twitter yang dapat memberikan individu fasilitas untuk bisa menggunakan sms (short message service) layanan berkomunikasi dengan sebuah kelompok kecil, dan pada akhirnya mengembangkan proyek tersebut hingga Twitter menjadi perusahaan sendiri pada bulan April 2007.
2.2.1 Definisi Twitter
Twitter didefinisikan sebagai layanan untuk berkomunikasi antar teman, keluarga, dan bahkan rekan kerja yang dapat tetap terhubung melalui pertukaran pesan singkat yang cepat (Twitter, 2012). Senada dengan itu, Safko dan Brake (2009) menjelaskan bahwa Twitter adalah sebuah media sosial yang secara khusus diciptakan untuk meningkatkan komunikasi.
Twitter juga dapat dikatakan sebagai sebuah layanan untuk teman, keluarga dan rekan kerja untuk berkomunikasi dan tetap terhubung (Safko & Brake, 2009). Safko dan Brake (2009) menambahkan orang-orang dapat “share/post atau menuliskan kegiatan yang sedang dilakukan ataupun pikiran/perasaan yang dimiliki kepada teman-teman dan orang lain”. Chris Winfield (dalam Safko & Brake, 2009) menganggap Twitter sebagai sebuah “mesin dari mulut ke mulut” untuk bisnis kecil dalam membangun hubungan lebih baik. Pengguna dapat menerima update melalui website twitter, instant messaging, SMS, RSS, email atau melalui aplikasi lain seperti Twitterific/Facebook.
Pengguna Twitter dapat mengirim pesan langsung yang memiliki arti pesan pribadi dan dikirim dari satu pengguna Twitter ke pengguna lain (Twitter, 2012). Pesan ini hanya dapat dilihat oleh orang yang mengikuti pengguna (followers). Selain pesan langsung, Twitter juga memberikan fasilitas layanan balasan. Maksud dari pesan balasan adalah sebuah pesan publik yang dikirim dari satu orang ke orang lain. Pesan balasan ini dibedakan dengan cara memberikan awalan @ dan menuliskan nama orang yang dituju namun, jika akun pengguna dilindungi maka pengguna lain yang tidak mengikuti tidak akan dapat melihat balasan. Twitter memiliki banyak fungsi yang menguntungkan bagi para penggunanya. Salah satu contohnya adalah sebagai media informasi berita-berita yang terjadi disekitar kita maupun yang terjadi diseluruh dunia.
2.2.2 Fungsi Twitter
Fungsi Twiiter, menurut Safko dan Brake (2009), adalah sebagai media informasi berita-berita yang terjadi di sekitar kita maupun yang terjadi di seluruh
dunia. Twitter (2012) menambahakan bahwa fungsi Twitter berisi informasi yang akan dianggap berharga oleh pengguna (Twitter, 2012). Pesan dari pengguna lain yang terpilih untuk diikuti (follow) akan muncul di beranda (timeline) sehingga dapat dibaca. Hal tersebut seperti dikirimi sebuah koran yang berita utamanya selalu terasa menarik oleh para pengguna karena topik atau penulisannya mereka pilih sendiri dan mereka dapat menemukan berita pada saat berita tersebut sedang terjadi, belajar lebih banyak tentang topik yang penting bagi pengguna, serta mendapatkan informasi langsung dari narasumber secara aktual.
Dalam penggunaannya, mahasiswa memanfaatkan fasilitas tersebut sebagai sarana penyampaian informasi mengenai jadwal perkuliahan, kelas pengganti dan event yang akan diadakan menurut wawancara yang penulis ajukan kepada 9 mahasiswa pada bulan Oktober 2012
2.2.3 Perilaku dalam Twitter
Dalam menggunaan Twitter, para pengguna memanfaatkan fasilitas yang ada dalam Twiter (2012) seperti:
1. Tweet
Sebuah pesan yang dikirim lewat twitter yang berisi 140 karakter atau kurang.
2. Retweet
RT adalah singkatan dari retweet, dan menunjukkan pengiriman ulang dari tweet milik orang lain. Ini awalnya bukan perintah atau fitur resmi dari Twitter. Orang-orang menyalin tweet orang lain dan menambahkan huruf RT di depannya untuk menunjukkan bahwa
sebagian atau seluruh dari tweet mereka itu merupakan sesuatu yang mereka kirim ulang dari tweet orang lain, yang terkadang disertai komentar mereka sendiri.
3. Mention
Mention adalah menyebutkan pengguna lain dalam tweet Anda dengan menyertakan tanda @ diikuti langsung nama orang yang Anda tuju. Mention dapat ditujukan pada lebih dari satu orang
4. Reply
Reply adalah sebuah tweet dipostingkan untuk membalas pesan pengguna lain, biasanya dikirim dengan mengklik “reply”. Perbedaan antara reply dan mention terletak pada bagian bawah tweet dengan kalimat “in reply to @ username”.
5. Share
Share adalah berbagi berita atau informasi kepada para pengguna lain berupa link tertentu.
2.3 Dewasa Muda
Masa perkembangan dewasa dibagi menjadi tiga yaitu, dewasa muda (young adulthood) dengan usia berkisar antara 20 tahun sampai 40 tahun, dewasa menengah (middle adulthood) dengan usia berkisar antara 40 tahun sampai 65 tahun, dan dewasa akhir (late adulthood) dengan usia 65 tahun ke atas (Papalia, Olds, & Feldman, 2005). Pada tahap perkambangan dewasa muda (Papalia, Olds, & Feldman, 2005), seorang individu berada pada puncak kekuatan, energi, dan
ketahanannya dalam fungsi sensori dan motoriknya. Selain itu, kemampuan kognitif dan penilaian moral seorang dewasa muda diasumsikan semakin kompleks, sehingga individu tersebut mulai dapat mengapresiasikan hal-hal baik maupun buruk dalam hidupnya. Kepribadian pada tahapan perkembangan dewasa muda pun semakin stabil namun, dapat terjadi perubahan dalam kepribadian akibat pengaruh dari kehidupan dan peristiwa.
Menurut Erickson (dalam Papalia, Olds, & Feldman, 2005) dalam tahapan perkembangan dewasa muda, individu berusaha terbuka dan membuat komitmen pribadi dengan orang lain. Jika hal tersebut tidak berhasil maka individu tersebut dapat mengalami isolasi dan tenggelam dalam dirinya sendiri (intimacy versus isolation). Intimacy adalah kemampuan seseorang untuk menjadi dekat dengan orang lain secara lebih mendalam. Seorang dewasa muda harus dapat mengembangkan hubungan intimnya dengan orang lain, jika hal tersebut menjadi sebuah konflik yang tidak terselesaikan, maka akan muncul perasaan terisolasi pada dirinya sendiri.
Perkembangan pada usia dewasa muda ditandai dengan ciri-ciri (Hurlock, 2004):
a. Masa dewasa muda sebagai masa pengaturan (settle down)
Pada masa dewasa muda, seseorang akan mulai mengatur hidupnya sendiri, menerima tanggung jawab sebagai orang dewasa, memilih pekerjaan, dan menentukan pasangan hidup.
Pada masa ini, kematangan reproduksi seseorang akan mencapai tahap yang sempurna, sehingga secara fisik dan psikis telah siap menghasilkan keturunan.
c. Masa dewasa muda sebagai masa “bermasalah”
Pada tahap perkembangan ini seseorang akan mengalami banyak masalah baru. Individu dalam tahapan perkembangan dewasa muda harus bisa menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan pekerjaan bagi yang sudah bekerja dan masalah rumah tangga bagi yang sudah menikah.
d. Masa dewasa muda sebagai masa ketegangan emosional
Seseorang yang memasuki tahapan perkembangan dewasa muda akan berusaha beradaptasi dengan peran yang ia miliki. Ketika mereka tidak mampu memenuhi tuntutan tersebut maka mereka akan mengalami keresahan emosional.
e. Masa dewasa muda sebagai masa keterasingan sosial
Individu pada masa perkembangan dewasa muda akan memasuki lingkungan baru. Mereka harus menghilangkan ketergantungan mereka terhadap peer group karena mereka harus bisa menjalin hubungan sosial barunya. Hal tersebut akan membuat seseorang merasa kesepian. Perasaan tersebut pun akan terus berlanjut hingga hingga orang tersebut dapat membina hubungan dengan lingkungan sosial barunya. f. Masa dewasa sebagai masa komitmen
Memasuki tahapan perkembangan dewasa awal, seseorang akan menentukan pola hidup, memikul tanggung jawab, dan membuat komitmen-komitmen baru. Walaupun hal tersebut dapat berubah, hal tersebut merupakan landasan penting dimasa mendatang.
g. Masa dewasa sebagai masa ketergantungan
Masa dewasa muda menuntut seseorang untuk mandiri namun pada kenyataannya, banyak orang pada tahapan perkembangan dewasa muda masih bergantung kepada orang lain dalam jangka waktu berbeda-beda. Ketergantungan biasanya kepada orang tua dan dalam hal ini biasanya ketergantungan pada masalah finansial.
h. Masa dewasa sebagai masa perubahan nilai
Pada tahap ini seseorang sudah mulai meninggalkan egosentris dan mulai menerapkan nilai sosial.
i. Masa dewasa muda sebagai masa penyesuaian diri dengan cara hidup baru.
Perubahan tuntutan dan perubahan peran seseorang baik sebagai mahasiswa, pasangan hidup, dan orang tua, membutuhkan penyesuaian yang sesuai dengan perubahan tersebut.
j. Masa dewasa muda sebagai masa kreatif
Berbeda dengan anak-anak ataupun remaja yang selalu ingin sama dengan teman sebayanya, pada tahapan perkembangan dewasa muda, orang dewasa banyak yang bangga dapat tampil berbea dengan orang lain.
2.4 Kerangka Berpikir
Individu pada tahap dewasa muda memiliki beberapa tugas perkembangan salah satu diantaranya adalah membina hubungan dan mengemban tanggung jawab sosial dan bergabung dengan suatu kelompok sosial yang cocok. Tugas perkembangan dari dewasa muda tersebut membutuhkan interaksi baik secara langsung maupun tidak langsung. Interaksi secara langsung dapat dilakukan dengan cara bertatap muka secara langsung, sedangkan interaksi tidak langsung dapat dilakukan melalui media sosial, salah satu yang paling banyak digunakan adalah Twitter.
Twitter merupakan layanan untuk berkomunikasi tanpa kontak secara langsung antar teman, keluarga, dan bahkan rekan kerja yang dapat tetap terhubung melalui pertukaran pesan singkat yang cepat. Twitter dijadikan media yang efektif untuk berkomunikasi dan berinteraksi untuk menghubungkan seseorang dengan orang lain di seluruh dunia. Hal ini tentu dimanfaatkan oleh
banyak orang yang menginjak perkembangan dewasa muda untuk berintersaksi dengan orang lain.
Hubungan atau interaksi yang kuat antara dua individu dan merasa keterikatan kuat secara emosional, dikatakan sebagai attachment. Twitter dapat digunakan sebagai sarana interaksi yang kuat antar teman, keluarga dan bahkan rekan kerja. Dari penjelasan tersebut dapat dikatakan bahwa wujud attachment seseorang dapat terlihat melalui media Twitter.