• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN Latar belakang"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

Ketika kita dihadapkan pada suatu tata kelola pendidikan, maka di titik itu pulalah kita akan sering bersinggungan dengan apa yang disebut asas-asas – dalam hal ini asas-asas pendidikan. Hal ini karena asas-asas pendidikan telah disepakati sebagai „suatu kebenaran yang menjadi dasar atau tumpuan berpikir, baik pada tahap perancangan maupun pelaksanaan pendidikan.(Tirtarahardja,1994).

Sistem pendidikan Indonesia mengenal adanya tiga asas-asas pendidikan. Asas yang pertama adalah asas Tut Wuri Handayani (berasal dari Bahasa Sansekerta yang berarti „Jika di belakang mengawasi dengan awas‟). Asas pendidikan yang kedua adalah asas „Belajar Sepanjang Hayat;‟ sedang asas yang terakhir adalah asas „Kemandirian dalam Belajar.‟

1.2 Tujuan

Makalah ini bertujuan untuk menjelaskan secara singkat konsep dasar ketiga asas pendidikan di Indonesia tersebut. Penulis juga bermaksud untuk ikut menjelaskan apa saja manifestasi ketiga asas pendidikan tersebut dalam dunia pendidikan Indonesia modern. Selain itu, Dalam pokok ini dibahas tentang azas tutwuri handayani sebagai landasan pendidikan serta penerapannya di dalam praktek sehingga memantapkan setiap usaha yang dilakukan dalam melatih, membimbing serta membelajarkan peserta didik yang merupakan kewajiban utama sebagai pendidik yang profesional.

1.3 Rumusan Masalah

1. Apakah azas tut wuri handayani sudah melekat dalam pendidikan di Indonesia?

(2)

2 3. Apa saja aplikasi azas tut wuri handayani dalam pendidikan di Indonesia?

1.4 Manfaat

1. Menjelaskan pentingnya azas tut wuri handayani dalam pendidikan di Indonesia

2. Menjelaskan beberapa aplikasi azas tut wuri handayani dalam pendidikan di Indonesia

(3)

3 BAB II

PEMBAHASAN

AZAS TUTWURI HANDAYANI SEBAGAI LANDASAN PENDIDIKAN Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tingkah laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Dan juga pendidikan adalah sesuatu yang universal dan berlangsung terus menerus dari generasi ke generasi dimana pun di dunia ini. Upaya mengubah manusia melalui pendidikan itu dilaksanakan sesuai dengan pandangan hidup dan dalam latar sosial-kebudayaan setiap masyarakat tertentu. Oleh karena itu, meskipun pendidikan itu universal, namun terjadi perbedaan-perbedaan tertentu sesuai dengan pandangan hidup dan latar sosial kebudayaan tersebut. Menurut Ki Hajar Dewantara, pendidikan yaitu tuntunan didalam hidup tumbuhnya anak-anak, adapun maksudnya, pendidikan yaitu menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu, agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setingi-tingginya. Sedangkan dalam UU N0. 20 th 2003 pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Dari beberapa definisi di atas menunjukan arti bahwa pendidikan yaitu suatu proses bimbingan, tuntunan atau pimpinan yang didalamnya mengandung unsur-unsur seperti pendidik, anak didik, tujuan dan sebagainya

Pendidikan sebagai usaha sadar yang sistematis-sistemik selalu bertolak dari sejumlah landasan serta pengindahan sejumlah asas-asas tertentu. Landasan dan asas tersebut sangat penting, karena pendidikan merupakan pilar utama terhadap perkembangan manusia dan masyarakat bangsa tertentu. Beberapa landasan pendidikan tersebut adalah landasan filosofis, sosiologis, dan kultural, yang sangat

(4)

4 memegang peranan penting dalam menentukan tujuan pendidikan. Selanjutnya landasan ilmiah dan teknologi akan mendorong pendidikan untuk mnjemput masa depan.

1. Landasan Filosofi

Landasan filosofi merupakan landasan yang berkaitan dengan makna atau hakekat pendidikan yang berusaha menelaah masalah-masalah pokok dalam pendidikan, seperti apakah pendidikan itu, mengapa pendidikan diperlukan, dan apa yang seharusnya menjadi tujuan pendidikan.

2. Landasan Sosiologis

Pendidikan merupakan peristiwa social yang berlangsung dalam latar interaksi social. Dikatakan demikian, karena pendidikan tidak akan pernah terjadi didalam kehampaan social, artinya pendidikan tidak akan pernah terjadi tanpa interaksi antara individu atau antara satu generasi dengan generasi lainnya.

Oleh karena landasan sosiologis merupakan tempat bertumpu dalam menentukan, mangarahkan dan mengembangkan kebijakan serta praktek pendidikan, maka dalam hal tersebut , menurut Ardan (1989) secara sosiologis perlu dikaji empat bidang :

1. Hubungan system pendidikan dengan berbagai aspek masyarakat yang mencakup :

a. Fungsi pendidikan dalam kebudayaan

b. Hubungan system pendidikan yang menentukan kebijakan pendidikan c. Fungsi system dalam memelihara dan mendorong perubahan

kebudayaan

d. Hubungan pendidikan dengan kelas social atau system status

e. Fungsionalisasi system pendidikan dalam hubungannya dengan kelompok masyarakat

(5)

5 3. Pengaruh sekolah terhadap prilaku anggotanya. Kajian pengaruh perilaku

sekolah terhadap anggotanya ini mencakup : a. Peranan social guru

b. Sifat kepribadian guru

c. Pengaruh kepribadian guru terhadap perilaku peserta didik d. Fungsi sekolah dalam sosialisasi peserta didik

4. Interaksi antara kelompok social sekolah dengan kelompok lain dengan komunitasnya. Kajian ini mencakup :

a. Lukisan tentang komunitas

b. Analisis tentang proses pendidikan dalam hubungan system social setempat

c. Faktor demografik dan ekologi dalam hubungan dengan organisasi sekolah

3. Landasan Kultura (Kebudayaan)

Peristiwa pendidikan adalah bagian dari pristiwa budaya, hal tersebut dikarenakan mempunyai hubungan timbal balik, kebudayaan dapat dilestarikan dan dikembangkan dengan jalan mewariskanya dari generasi ke generasi melalui pendidikan, sebalinya ciri-ciri pelaksanaan pendidikan ikut ditentukan oleh kebudayaan masyarakat tempat proses pendidikan berlangsung.

Berhubungan dengan pentingnya memperhitungkan faktor budaya dalam pengembangan pendidikan, dalam budaya nasional difokuskan kepada upaya :

a. Melestarikan dan mengembangkan nilai-nilai luhur budaya bangsa.

b. Mengembangkan nilai-nilai budaya dan pranata social dalam proses pembangunan nasional.

c. Merancang ke-gairahan masyarakat untuk menumbuhkan kreativitas arah pembaharuan tanpa mengabaikan kepribadian bangsa.

(6)

6 4. Landasan Psikologis

Pendidikan selalu melibatkan aspek kejiwaan manusia. Oleh sebab itu, landasan fsikologis merupakan salah satu landasan yang penting dalam bidang pendidikan. Landasan fsikologis pendidikan terutama tertuju kepada pemahaman manusia, khususnya berkenaan dengan proses belajar manusia .

5. Landasan Ilmiah dan Teknologi

Pendidikan dengan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni (ipteks) mempunyai kaitan yang sangat erat. Hal tersebut dikarenakan ipteks menjadi bagian utama dalam pendidikan, terutama dalam bentuk pembelajaran.Oleh karena itu, tidak dapat tidak, pendidikan berperan sangat penting dalam pewarisan dan pengembangan ipteks. Dengan kata lain dapat dikatakan, kemajuan ipteks dijadikan sebagai landasan dalam menentukan kebijakan dan praktik pendidikan.

6. Landasan Legalistik

Pendidikan merupakan peristiwa multi dimensi, dengan berbagai aspek kehidupan manusia dan masyarakat. Kebijakan, penyelenggaraan, dan pengembangan pendidikan dalam masyarakat perlu disalurkan oleh titik tumpu legalistic yang jelas dan syah. Dengan berlndasan legalistik pengembangan pendidikan dapat terhindar dan berbagai benturan kebutuhan. Setidaknya dengan landasan legalistic segala hak dan kewajiban pendidik dan peserta didik dapat terpelihara, dengan landasan legalistic semua pihak mengetahui hak ddan kewajiban dalam penyelenggaraan pendidikan.

Jika kita dihadapkan pada suatu tata kelola pendidikan, maka di titik itu pulalah kita akan sering bersinggungan dengan apa yang disebut asas-asas. Dalam hal ini asas-asas pendidikan. Hal ini karena asas-asas pendidikan telah disepakati sebagai suatu kebenaran yang menjadi dasar atau tumpuan berpikir, baik pada tahap perancangan maupun pelaksanaan pendidikan (Tirtarahardja, 1994).

Sistem pendidikan Indonesia mengenal adanya tiga asas-asas pendidikan. Asas yang pertama adalah asas Tut Wuri Handayani (berasal dari Bahasa

(7)

7 Sansekerta yang berarti „Jika di belakang mengawasi dengan awas‟). Asas pendidikan yang kedua adalah asas „Belajar Sepanjang Hayat;‟ sedang asas yang terakhir adalah asas „Kemandirian dalam Belajar.‟ Dalam artikel ini akan dibahas mengenai azas tutwuri handayani sebagai landasan pendidikan.

Asas Tut Wuri Handayani pertama kali dicetuskan oleh tokoh sentral pendidikan Indonesia, Ki Hajar Dewantoro, pada medio 1922. Tut Wuri Handayani mengandung arti pendidik dengan kewibawaan yang dimiliki mengikuti dari belakang dan memberi pengaruh, tidak menarik-narik dari depan, membiarkan anak mencari jalan sendiri dan bila anak melakukan kesalahan baru pendidik membantunya(Hamzah, 1991:90). Semboyan Tut Wuri Handayani merupakan satu dari tujuh asas Perguruan Nasional Taman Siswa. Dalam asas Perguruan Nasional Taman Siswa, semboyan Tut Wuri Handayani termaktub dalam butir pertama yang berbunyi, “Setiap orang mempunyai hak untuk mengatur dirinya sendiri dengan mengingat tertibnya persatuan dalam peri kehidupan.”

Dari kutipan tersebut kiranya dapat ditarik kesimpulan bahwasanya tujuan dari pembelajaran ala Taman Siswa – dan pendidikan di Indonesia pada umumnya – adalah menciptakan “kehidupan yang tertib dan damai (Tata dan Tenteram, Orde on Vrede)” (Tirharahardja, 1994: 119). Dalam perkembangan selanjutnya, Perguruan Taman Siswa menggunakan asas tersebut untuk melegitimasi tekad mereka untuk mengubah sistem pendidikan model lama – yang cenderung bersifat paksaan, perintah, dan hukuman dengan “Sistem Among” khas ala Perguruan Taman Siswa.

Sistem Among berkeyakinan bahwa guru adalah “pamong.” Sesuai dengan semboyan Tut Wuri Handayani di atas, maka pamong atau guru di sini lebih cenderung menjadi navigator peserta didik yang diberi kesempatan untuk berjalan sendiri, dan tidak terus menerus dicampuri, diperintah atau dipaksa (Tirtarahardja, 1994: 120). Sebagai asas pertama, tut wuri handayani merupakan inti dari sitem Among perguruan. Asas yang dikumandangkan oleh Ki Hajar Dwantara ini

(8)

8 kemudian dikembangkan oleh Drs. R.M.P. Sostrokartono dengan menambahkan dua semboyan lagi, yaitu Ing Ngarso Sung Sung Tulodo dan Ing Madyo Mangun Karso. Kini ketiga semboyan tersebut telah menyatu menjadi satu kesatuan asas yaitu:

1. Ing Ngarso Sung Tulodo ( jika di depan memberi contoh)

2. Ing Madyo Mangun Karso (jika ditengah-tengah memberi dukungan dan semangat)

3. Tut Wuri Handayani (jika di belakang memberi dorongan).

Jika ada anak muda yang beranggapan bahwa seruan ini ketinggalan jaman, mereka tentulah salah besar. Dan jika ada pejabat negara yang beranggapan bahwa ajakan empu pujangga budaya ini sudah habis masa berlakunya, maka pejabat semacam ini bukan hanya harus ditindak tetapi juga dicuci otaknya. Dan jika ada insan departemen pendidikan nasional, insan pendidikan tinggi, dan elemen pendidikan lainnya beranggapan bahwa apa yang disampaikan oleh tokoh pendidik nasional ini sudah bukan jamannya untuk dibicarakan lagi, maka untuk orang-orang seperti ini ada dua hal yang harus disampaikan. Pertama, lihat baik-baik simbol dan motto kemendiknas. Kedua, jangan pernah meragukan pesan tokoh yang satu ini pada para pemuda, karena pesan ini abadi seabadi semangat menggelora para pemuda.

Jika menilik Sistem Pendidikan Nasional Indonesia, seperti apa yang tercantum dalam Undang-undang Nomer 23 Tahun 2003, maka konsep Tut Wuri Handayani termanifestasi ke dalam sistem KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan). Asas Tut Wuri Handayani memberi kesempatan anak didik untuk melakukan usaha sendiri dan ada kemungkinan mengalami berbuat kesalahan, tanpa ada tindakan (hukuman) pendidik. Hal itu tidak menjadi masalah, karena setiap kesalahan yang dilakukan anak didik akan membawa pidananya sendiri, kalau tidak ada pendidik sebagai pemimpin yang mendorong datangnya hukuman tersebut. Dengan demikian, setiap kesalahan yang dialami anak tersebut bersifat mendidik.. Peran guru dalam sistem KTSP lebih cenderung sebagai pemberi

(9)

9 dorongan karena adanya pergeseran paradigma pengajaran dan pembelajaran, dari “teacher oriented” kepada “student oriented.”

Dalam KTSP, guru bukan lagi sekedar “penceramah” melainkan pemberi dorongan, pengawas, dan pengarah kinerja para peserta didik. Dengan sistem kurikulum yang terbaru ini, para pendidik (guru) diharapkan mampu melejitkan semangat atau motivasi peserta didiknya. Hal ini lantaran proses pengajaran dan pembelajaran hanya akan berjalan lancar, efektif dan efisien manakala ada semangat yang kuat dari para peserta didik untuk mengembangkan dirinya melalui pendidikan. Maka bukan tidak mungkin, jika KTSP juga merupakan wujud manifestasi dari asas pendidikan Indonesia “Kemandirian dalam Belajar.”

Menurut asas Tut wuri Handayani:

1. Pendidikan dilaksanakan tidak menggunakan syarat paksaan

2. Pendidikan adalah penggulowenthah yang mengandung makna: momong, among dan ngemong.

Among mengandung arti mengembangkan kodrat alam anak dengan tuntutan agar anak didik dapat mengembangkan hidup batin menjadi subur dan selamat.

Momong mempunyai arti mengamat-amati anak agar dapat tumbuh menurut kodratnya.

Ngemong berarti kita harus mengikuti apa yang ingin diusahakan anak sendiridan memberi bantuan pada saat anak membutuhkan.

3. Pendidikan menciptakan tertib dan damai (orde en vrede) 4. Pendidikan tidak ngujo (memanjakan anak)

5. Pendidikan menciptakan iklim, tidak terperintah, memerintah diri sendiri dan berdiri di atas kaki sendiri (mandiri dalam anak didik) Pedagogik libertarian yang “diracik” Prof. H.A.R Tilaar merupakan prinsip yang “fitrah” dari asas pendidikan kita, Tut Wuri Handayani. Sehingga posisi pendidik sebagai pembimbing - yang selalu didepan - akan bergeser menjadi pendorong dari belakang, yaitu Tut Wuri Handayani itu sendiri.

(10)

10 Pendidikan tinggi yang digerakkan mahasiswa, menurut pandangan oppositional pedagogy tulisan Gregory Jay dan Gerald Graft, A Critique of Critical Pedagogy - yang saya kutip dari buku Prof. H.A.R Tilaar - menyatakan bahwa pendidikan tinggi mengusung harapan yang besar untuk menghasilkan manusia-manusia - maksudnya mahasiswa - Indonesia yang dapat berdiri sendiri, yang tidak dapat dihanyutkan tanpa arah oleh arus globalisasi atau kepentingan-kepentingan korporasi internasional.

Sudah saatnya mahasiswa Indonesia “ngaji” Tut Wuri Handayani serta memosisikan pendidikan didalam tradisi, tanpa harus berpandangan tradisional. Salah satu dari prinsip inside out yang ditawarkan Prof. H.A.R Tilaar mungkin wajib ditanamkan dalam jiwa mahasiswa Indonesia sekarang juga, yaitu proses belajar yang dialogis dengan menggunakan prinsip Tut Wuri Handayani yang mencakup tiga wilayah garapan; life sciences, natural sciences & technoloy, dan information sciences. Ketiga “lahan” garapan tersebut akan subur jika generasi mudanya mampu mengelola dengan baik. Namun “lahan” garapan tersebut akan puso apabila generasi penerusnya tidak mampu mengolah dengan baik.

(11)

11 BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tingkah laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Pendidikan sebagai usaha sadar yang sistematis-sistemik selalu bertolak dari sejumlah landasan serta pengindahan sejumlah asas-asas tertentu.

Asas Tut Wuri Handayani pertama kali dicetuskan oleh tokoh sentral pendidikan Indonesia, Ki Hajar Dewantoro, pada medio 1922. Tut Wuri Handayani mengandung arti pendidik dengan kewibawaan yang dimiliki mengikuti dari belakang dan memberi pengaruh, tidak menarik-narik dari depan, membiarkan anak mencari jalan sendiri dan bila anak melakukan kesalahan baru pendidik membantunya(Hamzah, 1991:90).

3.2 Saran

Berdasarkan hasil tinjauan yang kami lakukan, terdapat beberapa saran agar azas tutu wuri handayani sepenuhnya terlaksana antaralain :

1. Meninjau kembali isi dari azas tut wuri handayani

2. Menjalankan sepenuhnya isi dari azas tut wuri handayani 3. Memperbaiki segala kekurangan yang ada

(12)

12 DAFTAR PUSTAKA fatamorghana.wordpress.com/.../bab-iii-landasan-dan-asas-asas-pendidikan-serta-penerapannya/ sepnazyik.wordpress.com/...pendidikan/makalah-landasan-dan-azas-pendidikan sucipto.guru.fkip.uns.ac.id/.../landasan-dan-asas-asas-pendidikan

Tirtarahardja, Umar dan S.L. La Sulo. (2005): Pengantar Pendidikan. Rineka Cipta, Jakarta.

Referensi

Dokumen terkait

Pada Graffiti on History, keterlibatan para kolektor seni ini bisa dilihat

Pengaruh Konsentrasi Garam Dan Jenis Tepung Terhadap Karakteristik Mutu Fisik Bakso Ikan Layaran (Istiophorus Orientalis).. Buletin teknologi Hasil

penyimpanan dokumen adalah segala bentuk usaha agar dokumen yang dimiliki tidak rusak dan tidak hilang, sehingga ketika dokumen tersebut dibutuhkan dapat disediakan

Alga yang berwarna hijau akan tumbuh subur di dekat permukaan dengan intensitas cahaya yang tinggi dengan cahaya merah yang melimpah, sedangkan alga merah dapat hidup

Perhitungan potensi dilakukan dengan menggunakan distribusi kecepatan angin tahunan yang dapat didekati suatu pola distribusi misalnya Weibull atau Rayleigh..

Secara kelompok siswa dapat menjelaskan cara penataan buku pustaka secara berdiskusi sesuai dengan ketentuan dengan mengerjakan tugas terkait pada LP 2

Dari percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan contoh regulasi dalam tubuh manusia antara lain regulasi suhu tubuh dengan peningkatan suhu tubuh direspon dengan berdirinya

Menurut KHI seseorang yang akan membuat surat wasiat bisa dilakukan secara lisan dihadapan dua orang saksi, atau tertulis dihadapan dua orang saksi atau bisa juga dicatatkan