• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERATURAN BUPATI CIAMIS Nomor /.../.../2010 TENTANG PERATURAN INTERNAL STAF KEPERAWATAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KELAS C KABUPATEN CIAMIS BUPATI CIAMIS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERATURAN BUPATI CIAMIS Nomor /.../.../2010 TENTANG PERATURAN INTERNAL STAF KEPERAWATAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KELAS C KABUPATEN CIAMIS BUPATI CIAMIS"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

PERATURAN BUPATI CIAMIS Nomor … /.../.../2010

TENTANG

PERATURAN INTERNAL STAF KEPERAWATAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KELAS C KABUPATEN CIAMIS

BUPATI CIAMIS

MENIMBANG: a. bahwa rumah sakit merupakan lembaga yang padat dengan tenaga profesional serta sarat dengan masalah sehingga perlu ditata dengan berbagai peraturan memadai agar rumah sakit dapat tetap memberikan pelayanan dengan mutu yang baik.

b. bahwa berbagai peraturan sebagaimana dimaksud dalam huruf a harus memiliki landasan hukum yang kuat.

c. bahwa untuk mewujudkan landasan hukum sebagaimana dimaksud dalam huruf b perlu ditetapkan Peraturan Internal Staf Keperawatan Rumah Sakit Umum Daerah Ciamis

MENGINGAT: 1. Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan.

2. Undang-undang Nomor 10 Tahun 2008 tentang rumah sakit;

3. Peraturan Pemerintah Nomor 32 tentang Tenaga Kesehatan;

4. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 920/Menkes/Per/XII/1986 tentang Upaya Pelayanan Kesehatan Swasta;

5. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 159.b/Menkes/Per/II/1988 tentang Rumah Sakit;

6. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1333/Menkes/SK/XII/1999 tentang Standar Pelayanan Rumah Sakit;

7. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1045/Menkes/PER/XI/2006 tentang Pedoman Organisasi Rumah Sakit di Lingkungan Departemen Kesehatan;

(2)

MENETAPKAN: PERATURAN INTERNAL RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CIAMIS KABUPATEN CIAMIS

PENDAHULUAN

Rumah sakit merupakan lembaga yang unik, komplek, sarat dengan tenaga profesional dan masalah sehingga oleh karenanya perlu ditata dengan berbagai peraturan yang memadai guna mewujudkan tatakelola yang baik agar supaya dapat dihasilkan mutu layanan sebagaimana diharapkan semua pihak. Berbagai peraturan tersebut harus bersumber dari peraturan internal dasar atau disebut Hospital By laws. Salah satu dari peraturan internal dasar itu adalah Peraturan Internal Staf Keperawatan, yang menyediakan kerangka kerja (framework) agar seluruh staf perawat dan bidan yang bergabung dengan rumah sakit dapat melaksanakan fungsi profesionalnya dengan baik dengan senantiasa berbasis pada keselamatan pasien (patient safety).

Tujuan utama dibuatnya Peraturan Internal Staf Keperawatan adalah:

1. Untuk memastikan agar setiap pasien yang dirawat disetiap fasilitas pelayanan rumah sakit memperoleh layanan keperawatan dengan mutu tinggi tanpa membedakan ras, agama, warna kulit, keturunan, status ekonomi, latar belakang pendidikan, status perkawinan, ketidakmampuan finansial, jenis kelamin, umur, orientasi sex, kebangsaan, sumber pembayaran dan pandangan politik.

2. Untuk mengatur agar pelaksanaan pendidikan dan pelatihan serta penelitian dan pengembangan dapat dilaksanakan dengan tetap mempertahankan mutu dan keselamatan serta harkat dan martabat semua pasien. 3. Untuk mengembangkan dan melestarikan berbagai

peraturan bagi staf keperawatan yang dapat menjamin kualitas profesional di rumah sakit.

4. Untuk menyediakan forum guna membahas hal-hal atau isu-isu menyangkut staf keperawatan rumah sakit.

5. Untuk mengontrol dan menjamin agar berbagai peraturan yang dibuat oleh pengelola (direksi) yang berkaitan dengan staf keperawatan sesuai dengan kebijakan pemerintah daerah.

Guna memungkinkan tercapainya tujuan diatas maka materi yang perlu diatur meliputi:

1. Kerangka mengenai pengorganisasian staf keperawatan di rumah sakit.

(3)

2. Prosedur, persyaratan dan penerimaan tenaga keperawatan di rumah sakit.

3. Mekanisme peer group, reappointment, kewenangan keperawatan (nurse privilleges) dan pendisiplinan.

4. Prosedur pengajuan permohonan sebagai staf keperawatan.

5. Pemberian pelayanan berdasarkan standar profesi dan kode etik profesi keperawatan.

Diharapkan Peraturan Internal Dasar Staf Keperawatan Rumah Sakit Daerah Ciamis kabupaten Ciamis dapat menjadi landasan bagi penyusunan peraturan operasional sehari-hari dan sekaligus sebagai klausul baku yang dapat dijadikan acuan dasar bagi penyelesaian setiap sengketa yang timbul dalam proses penyelenggaraan rumah sakit.

BAB I

KETENTUAN UMUM Pasal 1

Dalam peraturan ini yang dimaksud dengan:

1. Rumah sakit adalah Rumah Sakit Umum Daerah Ciamis milik Pemerintah Daerah Kabupaten Ciamis, berstatus Badan Layanan Umum Daerah, yang beralamat di Jalan Rumah Sakit nomer 76 Ciamis.

2. Pemerintah daerah adalah Bupati dan perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah kabupaten Ciamis.

3. Dewan Pengawas adalah organ yang bertugas melakukan pengawasan terhadap pengelolaan rumah sakit sebagai Badan Layanan Umum Daerah (BLUD).

4. Direksi adalah orang orang yang mempunyai potensi dan kemampuan yang ditunjuk dan diberi tanggung-jawab mengelola serta mengembangkan rumah sakit oleh pemilik atau wakil pemilik.

5. Direktur adalah Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Ciamis.

6. Komite Keperawatan adalah Komite Keperawatan Rumah Sakit Umum Daerah Ciamis yang dibentuk dan diberi kewenangan mengawal mutu layanan keperawatan di rumah sakit.

(4)

7. Staf Keperawatan adalah tenaga profesional yang terdiri para perawat pelaksana, bidan pelaksana, perawat ahli, perawat spesialis dari berbagai macam disiplin ilmu yang diakui.

BAB II

NAMA, TUJUAN, VISI, MISI, NILAI-NILAI, FILOSOFI, MOTTO DAN TANGGUNGJAWAB

Pasal 2

Nama rumah sakit adalah Rumah Sakit Umum Daerah Ciamis, yang selanjutnya disingkat RSUD Ciamis.

Pasal 3

Tujuan rumah sakit adalah membantu pemerintah dalam mewujudkan derajat kesehatan yang optimal melalui upaya kesehatan bermutu, efektif dan efisien dengan senantiasa berorientasi pada keselamatan pasien (patient safety).

Pasal 4

Visi rumah sakit adalah Rumah sakit yang profesional, mandiri dan berdaya saing, yang diminati masyarakat

DEFINISI OPERASIONAL a. Profesional

Setiap kegiatan/ tindakan pelayanan kesehatan di RSUD Ciamis sesuai dengan standar operasional prosedur yang berlaku.

b. Mandiri

Mandiri dalam pengelolaan kegiatan internal di lingkungan Rumah sakit Ciamis

c. Berdaya saing

Menjadi rumah sakit yang memberikan pelayanan kesehatan terdepan di wilayah Kabupaten Ciamis

d. Diminati masyarakat

Menjadi pilihan masyarakat dalam mendapatkan pelayanan kesehatan lanjutan.

(5)

Pasal 5 Misi rumah sakit adalah :

a. menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang optimal, profesional, berkualitas bagi segenap lapisan masyarakat,

b. memberikan dukungan dalam penyelenggaraan pendidikan, pelatihan dan penelitian-pengembangan demi tercapainya Sumber Daya Manusia (SDM) yang profesional untuk meningkatkan pelayanan kesehatan. c. Mengembangkan sarana dan prasarana rumah sakit

sesuai dengan kemajuan ilmu dan teknologi.

d. Mengembangkan kemitraan pelayanan kesehatan.

e. Meningkatkan keUmum Daerah Ciamisan karyawan secara proporsional sesuai dengan perkembangan rumah sakit.

Pasal 6

Nilai-nilai yang dianut oleh Rumah Sakit Umum Daerah Ciamis adalah: Keterbukaan, Kebersamaan, Profesionalisme, Kejujuran, Kedisiplinan dan ...

Pasal 7

Filosofi rumah sakit adalah ... ...

Pasal 8

Motto Rumah Sakit Umum Daerah Ciamis ... ...

Pasal 9

Rumah sakit, yang merupakan bagian dari perangkat daerah dengan status hukum tak terpisahkan dari pemerintah daerah, bertanggungjawab menyelenggarakan pelayanan umum di bidang pelayanan kesehatan guna membantu pencapaian tujuan pemerintah daerah.

BAB III

PENGANGKATAN STAF KEPERAWATAN DAN PENGANGKATAN KEMBALI

(6)

(1) Keanggotaan staf keperawatan merupakan privilege yang dapat diberikan kepada perawat dan bidan yang secara terus menerus mampu memenuhi kualifikasi, standar dan persyaratan yang ditentukan.

(2) Keanggotaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diberikan kepada perawat dan bidan tanpa membedakan ras, agama, warna kulit, jenis kelamin, keturunan, status ekonomi dan pandangan politisnya.

Pasal 2.

Untuk dapat bergabung dengan rumah sakit sebagai staf keperawatan maka perawat (baik perawat pelaksana, bidan pelaksana, perawat ahli, maupun perawat spesialis) harus memiliki kompetensi yang dibutuhkan, berlisensi syah menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku, memiliki tingkat kesehatan jasmani dan rohani yang sesuai (fit) untuk melaksanakan tugas dan tanggung-jawabnya serta memiliki prilaku dan moral yang baik.

Pasal 3

Tatalaksana penerimaan sebagai staf keperawatan rumah sakit adalah dengan mengajukan permohonan kepada Direktur dan selanjutnya Direktur berdasarkan pertimbangan dari Komite Keperawatan, dapat mengabulkan atau menolak permohonan tersebut.

Pasal 4

Lama masa kerja sebagai staf keperawatan rumah sakit adalah sebagai berikut:

a. untuk staf keperawatan PNS adalah sampai yang bersangkutan memasuki masa pensiun sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku dan masih memenuhi persyaratan;

b. untuk staf keperawatan magang adalah selama 6 bulan dan dapat diangkat kembali untuk beberapa kali sepanjang yang bersangkutan masih memenuhi persyaratan;

c. untuk staf keperawatan relawan (voluntir) adalah selama yang bersangkutan masih memenuhi semua persyaratan yang telah ditentukan.

BAB IV

KATAGORI STAF KEPERAWATAN Pasal 5

(7)

Staf keperawatan yang bergabung dengan rumah sakit dikelompokkan kedalam katagori:

a. staf keperawatan PNS, yaitu perawat dan bidan yang direkrut oleh rumah sakit sebagai pegawai tetap dan berkedudukan sebagai sub-ordinat; yaitu bekerja untuk dan atas nama rumah sakit serta bertanggung-jawab kepada lembaga tersebut;

b. staf keperawatan magang, yaitu perawat dan bidan yang direkrut oleh rumah sakit sebagai mitra yang kedudukannya sederajat dengan rumah sakit, bertanggung jawab secara mandiri dan bertanggung-gugat secara proporsional sesuai ketentuan yang berlaku di rumah sakit atau sesuai kesepakatan yang disetujui bersama;

c. staf keperawatan relawan, yaitu perawat dan bidan yang direkrut oleh rumah sakit atas dasar keinginan mengabdi dan bekerja untuk dan atas nama rumah sakit serta bertanggung-gugat berdasarkan kesepakatan yang disetujui bersama;

d. staf keperawatan konsultan, yaitu perawat dan bidan yang karena keahliannya direkrut oleh rumah sakit untuk memberikan konsultasi tanpa merawat (consultation

only) atau untuk memberikan konsultasi dan merawat

(consultation with management);

e. staf keperawatan tamu (visiting nurse), yaitu perawat dan bidan dari luar rumah sakit yang karena reputasi dan atau keahliannya diundang secara khusus oleh rumah sakit untuk melakukan atau membantu melakukan penanganan atas kasus-kasus yang tidak dapat ditangani sendiri oleh staf keperawatan rumah sakit atau untuk mendemonstrasikan suatu keahlian tertentu atau teknologi baru.

BAB V

KEWENANGAN KEPERAWATAN Pasal 6

(1) Setiap perawat dan bidan yang diterima sebagai staf keperawatan rumah sakit diberikan kewenangan keperawatan oleh Direktur setelah memperhatikan rekomendasi dari Komite Keperawatan.

(2) Penentuan kewenangan keperawatan didasarkan atas jenis ijasah maupun jenis sertifikat yang dimiliki staf keperawatan.

(3) Dalam menentukan kewenangan keperawatan maka Komite Keperawatan dapat meminta konfirmasi tentang

(8)

kewenangan keperawatan yang boleh diberikan sehubungan dengan ijasah atau sertifikat yang dimiliki.

Pasal 7

Kewenangan keperawatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 (enam) akan dievaluasi terus menerus guna menentukan apakah kewenangan tersebut dapat dipertahankan, dipersempit, diperluas atau bahkan dicabut.

Pasal 8

(1) Dalam hal staf keperawatan menghendaki agar kewenangan keperawatannya diperluas maka staf keperawatan yang bersangkutan harus mengajukan permohonan kepada Direktur dengan menyebutkan alasannya serta melampirkan bukti berupa sertikat pelatihan dan atau pendidikan yang dapat mendukung permohonannya.

(2) Direktur berwenang mengabulkan atau menolak permohonan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) setelah mempertimbangkan rekomendasi Komite Keperawatan.

(3) Setiap permohonan perluasan kewenangan keperawatan yang dikabulkan atau ditolak harus dituangkan dalam Surat Keputusan Direktur dan disampaikan kepada pemohon.

Pasal 9

Kewenangan keperawatan sementara dapat diberikan kepada perawat dan bidan tamu, magang, atau konsultan

Pasal 10

Dalam keadaan emergensi semua staf keperawatan rumah sakit diberikan kewenangan keperawatan untuk melakukan tindakan penyelamatan (emergency care) diluar kewenangan keperawatan yang diberikan, sepanjang yang bersangkutan memiliki kemampuan untuk melakukannya.

BAB VI

PENGORGANISASIAN STAF KEPERAWATAN FUNGSIONAL Pasal 11

(9)

Semua perawat dan bidan yang melaksanakan praktik keperawatan di unit-unit pelayanan rumah sakit, termasuk unit-unit pelayanan yang melakukan kerjasama operasional dengan rumah sakit, wajib menjadi anggota staf keperawatan.

Pasal 12

(1) Dalam melaksanakan tugas maka staf keperawatan dikelompokkan sesuai bidang spesialisasi/keahliannya atau menurut cara lain berdasarkan pertimbangan khusus.

(2) Setiap kelompok staf keperawatan minimal tergantung dari jumlah tempat tidur dalam setiap ruangan dengan bidang keahlian sama.

(3) Dalam hal persyaratan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) tidak dapat dipenuhi maka dapat dibentuk kelompok staf keperawatan yang terdiri atas perawat atau bidan dengan keahlian berbeda dengan memperhatikan kemiripan disiplin ilmu atau tugas dan kewenangannya.

Pasal 13

Fungsi staf keperawatan rumah sakit adalah sebagai pelaksana pelayanan keperawatan, pendidikan dan pelatihan serta penelitian dan pengembangan di bidang keperawatan.

Pasal 14

Tugas staf keperawatan rumah sakit adalah:

a. melaksanakan kegiatan profesi yang meliputi proses keperawatan : pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi, serta dokumentasi keperawatan.

b. meningkatkan kemampuan profesi melalui program pendidikan atau pelatihan berkelanjutan.

c. menjaga agar kualitas pelayanan sesuai standar profesi, standar pelayanan keperawatan dan etika keperawatan. d. menyusun, mengumpulkan, menganalisa dan membuat

laporan pemantauan indikator mutu keperawatan. Pasal 15

Masing-masing anggota kelompok staf keperawatan rumah sakit diberi kewenangan menyusun dan mengusulkan kepada Komite Keperawatan mengenai jenis-jenis kewenangannya dan selanjutkan Ketua Komite Keperawatan meneruskan

(10)

usulan tersebut kepada Direktur untuk mendapatkan Surat Keputusan Direktur.

Pasal 16

Tanggung-jawab kelompok staf keperawatan rumah sakit adalah:

a. memberikan rekomendasi melalui Ketua Komite Keperawatan kepada Direktur terhadap permohonan penempatan perawat atau bidan baru di rumah sakit untuk mendapatkan Surat Keputusan.

b. melakukan evaluasi atas tampilan kinerja praktik perawat atau bidan berdasarkan data yang komprehensif.

c. memberikan rekomendasi melalui Ketua Komite Keperawatan kepada Direktur terhadap permohonan penempatan ulang perawat atau bidan di rumah sakit untuk mendapatkan Surat Keputusan Direktur.

d. memberikan kesempatan kepada para perawat dan bidan untuk mengikuti pendidikan berkelanjutan melalui program ”continuing professional development”.

e. memberikan masukan melalui Ketua Komite Keperawatan kepada Direktur mengenai hal-hal yang berkaitan dengan praktik keperawatan.

f. memberikan laporan secara teratur minimal sekali setiap tahun melalui Ketua Komite Keperawatan kepada Direktur tentang hasil pemantauan indikator mutu keperawatan, evaluasi kinerja praktik keperawatan, pelaksanaan program pengembangan staf dan lain-lain yang dianggap perlu.

g. melakukan perbaikan standar prosedur operasional serta dokumen-dokumen yang terkait.

Pasal 17

Kewajiban kelompok staf keperawatan rumah sakit adalah: a. menyusun Standar Prosedur Operasional pelayanan

keperawatan, meliputi bidang administrasi atau manajerial dan bidang pelayanan keperawatan.

b. menyusun indikator mutu pelayanan keperawatan.

c. menyusun uraian tugas dan kewenangan untuk masing-masing anggotanya.

BAB VII

KOMITE KEPERAWATAN Pasal 1

(11)

Guna membantu rumah sakit dalam mengawal mutu layanan kesehatan berbasis keselamatan pasien maka dibentuk Komite Keperawatan, yang merupakan satu-satunya wadah professional di rumah sakit yang memiliki otoritas tertinggi dalam organisasi staf keperawatan.

Pasal 2

Komite Keperawatan pembentukannya ditetapkan dengan Surat Keputusan Direktur dengan masa kerja selama 2 (dua) tahun, berkedudukan dibawah serta bertanggung-jawab kepadanya.

Pasal 3

Ketua Komite Keperawatan hanya boleh menjabat selama dua kali periode kepengurusan secara berturut-turut.

Pasal 4

Susunan Komite Keperawatan rumah sakit terdiri atas:

a. Ketua, yang boleh dijabat oleh perawat atau bidan purna waktu atau paruh waktu yang untuk pertama kali ditunjuk oleh Direktur sedangkan untuk selanjutnya dipilih secara demokratis oleh Tim Formatur dalam kelompok staf keperawatan;

b. Wakil Ketua, yang boleh dijabat oleh perawat atau bidan purna waktu atau paruh waktu yang dipilih secara demokratis oleh Tim Formatur staf keperawatan;

c. Sekretaris, yang dipilih oleh Ketua Komite Keperawatan; d. Anggota, yang terdiri dari semua Staf Keperawatan.

Pasal 5

Fungsi Komite Keperawatan adalah sebagai pengarah

(steering) dalam pemberian pelayanan keperawatan, yang

rinciannya adalah sebagai berikut:

a. Menyediakan standar-standar yang mencakup pengembangan praktik keperawatan dan sumber daya manusia.

b. Menyediakan jenjang karier dan perkembangan staf dalam bentuk peringkat fungsi dan prosedur pelaksanaannya.

c. Menyediakan alat ukur evaluasi baik untuk asuhan keperawatan maupun untuk standar penilaian kinerja perawat.

(12)

d. Memberikan masukan, berkoordinasi dan berpikir kreatif, inovatif untuk alternatif pemecahan masalah-masalah di bidang keperawatan.

e. Meningkatkan perkembangan ilmu dan teknologi keperawatan dengan disesuaikan visi dan misi rumah sakit.

f. Media komunikasi untuk meningkatkan hubungan insan keperawatan agar lebih harmonis, produktif, dan profesional.

g. memberikan saran kepada;

h. mengkoordinasikan atau mengarahkan kegiatan pelaya-nan keperawatan;

i. menangani hal-hal berkaitan dengan ethical performance; j. menyusun kebijakan pelayanan keperawatan sebagai

standar yang harus dipatuhi dan dilaksanakan oleh staf keperawatan.

Pasal 6 Tugas Komite Keperawatan adalah:

a. Membantu direktur dalam menyusun standar pelayanan, standar etik, standar peralatan, standar sumber daya manusia keperawatan dan standar lainnya sesuai dengan kode etik profesi dan memantau pelaksanaannya.

b. Memantau kegiatan pelaksanaan tugas-tugas praktisi keperawatan di RSUD Ciamis.

c. Mengembangkan program peningkatan profesionalilsme pelayanan keperawatan.

d. membantu Direktur menyusun standar pelayanan keperawatan dan memantau pelaksanaannya;

e. membina etika profesi, disiplin profesi dan mutu profesi; f. membantu Direktur menyusun Peraturan Internal Staf

Keperawatan (Medical Staff Bylaws) serta memantau pelaksanaannya;

g. membantu Direktur menyusun kebijakan dan prosedur yang berkaitan dengan etiko-legal;

h. meningkatkan program pelayanan, pendidikan dan pelati-han serta penelitian dan pengembangan dalam bidang keperawatan.

i. melakukan monitoring dan evaluasi mutu pelayanan keperawatan;

j. memberikan laporan kegiatan kepada Direktur. Pasal 7

Komite Keperawatan bertanggung-jawab kepada Direktur meliputi hal-hal yang berkaitan dengan:

a. mutu pelayanan keperawatan; b. pembinaan etik keperawatan;

(13)

c. pengembangan profesi keperawatan. Pasal 8

Guna melaksanakan tugas dan tanggung-jawabnya maka kepada Komite Keperawatan diberikan kewenangan:

a. Memberikan masukan bagi pengembangan sumber daya keperawatan, standar asuhan keperawatan dan etika keperawatan.

b. Memberikan pertimbangan tentang pengadaan sarana, fasilitas, dan peralatan yang dibutuhkan dalam pelayanan keperawatan.

c. Melakukan pembinaan praktisi keperawatan yang terkait dengan etika profesi dan kewenangan bagi praktisi keperawatan.

d. Memberikan masukan kepada direktur dalam melakukan kerjasama antara rumah sakit dengan pengguna lahan praktik (institusi pendidikan keperawatan).

e. Memberikan masukan kepada direktur tentang peningkatan dan pengembangan pelayanan keperawatan.

Pasal 9 Kewajiban Komite Keperawatan adalah:

a. menyusun Peraturan Internal Staf Keperawatan (Nurse

Staff Bylaws);

b. membuat standarisasi format untuk standar pelayanan keperawatan, standar prosedur operasional dibidang manajerial dan administrasi serta bidang keilmuan, profesi, standar profesi dan standar kompetensi;

c. membuat standarisasi format pengumpulan, pemantauan dan pelaporan indikator mutu keperawatan;

d. melakukan pemantauan mutu keperawatan, etika keperawatan dan pelaksanaan pengembangan profesi keperawatan.

Pasal 10

Rapat kerja Komite Keperawatan terdiri dari: a. rapat rutin, dilakukan setiap hari Selasa.

b. rapat bersama semua Kelompok Staf Keperawatan, dilakukan sekali setiap bulan;

c. rapat bersama Direksi, dilakukan sekali setiap tiga bulan; d. rapat darurat, dilakukan sewaktu-waktu guna membahas

masalah yang sangat urgen. Pasal 11

(14)

Komite Keperawatan dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh komisi, yang terdiri dari:

a. komisi I adalah penelitian dan pengembangan sumber daya manusia;

b. komisi II adalah mutu pelayanan keperawatan;

c. komisi III adalah etika profesi keperawatan dan hukum; d. komisi IV adalah asuhan keperawatan dan asuhan

kebidanan.

Pasal 12

Pembentukan Komisi ditetapkan oleh Direktur dengan masa kerja 2 (dua) tahun atas usulan Ketua Komite Keperawatan setelah memperoleh kesepakatan dalam rapat pleno Komite Keperawatan.

Pasal 13

(1) Susunan organisasi Komisi terdiri dari: a. Ketua;

b. Anggota.

(2) Dalam hal rumah sakit memiliki Komite Peningkatan Mutu maka Ketua Komisi Pelayanan Keperawatan wajib menjadi anggotanya.

Pasal 14

Komisi mempunyai kegiatan sebagai berikut:

a. menyusun kebijakan, program dan prosedur kerja;

b. membuat laporan berkala dan laporan akhir tahun yang berisi evaluasi kerja selama setahun yang baru saja dilalui disertai rekomendasi untuk tahun anggaran berikutnya.

Pasal 15

Lingkup tugas komisi I adalah penelitian dan pengembangan sumber daya manusia, meliputi :

Tugas : 1. Membantu ketua komite dalam pengembangan profesi keperawatan.

2. Mengkaji kebutuhan pengembangan staf sesuai dengan tuntutan profesi.

3. Merencanakan program pengembangan staf secara komprehensif termasuk jenjang karier, mutasi, rekrutment dan seleksi dengan tujuan serta evaluasinya.

4. Menyusun program peningkatan profesi melalui pendidikan dan pelatihan baik formal maupun

(15)

informal.

5. Bersama-sama dengan pihak terkait menyusun program kerjasama dengan institusi pendidikan keperawatan untuk menunjang program pendidikan khususnya yang menjadikan rumah sakit sebagai tempat praktek.

Wewenang : 1. Memberi masukan tentang rencana pengembangan profesi keperawatan.

2. Mengevaluasi pelaksanaan pengembangan profesi keperawatan.

3. Memberikan usulan tentang program seleksi, jenjang karier, dan mutasi kepada ketua komite.

4. Memberikan informasi tentang profil institusi pendidikan formal maupun nonformal yang dapat digunakan oleh RSUD Ciamis untuk pengembangan profesi.

Tanggung jawab :

Komisi I atau komisi penelitian dan pengembangan sumber daya manusia bertanggung jawab kepada ketua komite keperawatan.

Pasal 16

Lingkup tugas komisi II adalah mutu pelayanan keperawatan, meliputi :

Tugas :

1. Membantu ketua komite dalam menyusun standar mutu pelayanan keperawatan.

2. Mengkaji mutu pelayanan keperawatan rumah sakit. 3. Merencanakan program pengendalian mutu

keperawatan termasuk pelayanan keperawatan terhadap standar asuhan keperawatan, penampilan kerja tenaga perawat, standar ketenagaan tenaga perawat, proses dan hasil pelayanan keperawatan.

4. Merencanakan program kesehatan dan keselamatan kerja.

5. Merencanakan program pengendalian infeksi nosokomial dan teknik septik/aseptik.

6. Memantau efektivitas pelaksanaan program agar sesuai dengan standar mutu pelayanan keperawatan yang telah ditentukan.

7. Mengembangkan mutu pelayanan baik dari sisi pelayanan maupun mutu SDM-nya.

Wewenang :

(16)

2. Memantau aplikasi kegiatan dan kesesuaian dengan standar mutu pelayanan keperawatan.

3. Mengevaluasi mutu pelayanan keperawatan dan merekomendasikannya apabila terjadi permasalahan yg terkait dengan mutu.

4. Memberikan saran dan pertimbangan kepada ketua dalam hal mempertahankan mutu sesuai standar mutu dan peningkatan mutu pelayanan keperawatan.

Tanggung Jawab :

Komisi II atau komisi mutu pelayanan keparawatan bertanggung jawab kepada ketua komite keperawatan.

Pasal 17

Lingkup komisi III adalah etika profesi keperawatan dan hukum, meliputi :

Tugas :

1. Membantu ketua komite dalam menyusun standar etik keperawatan.

2. Membantu pelaksanaan tugas-tugas keperawatan agar sesuai dengan standar kode etik profesi keperawatan. 3. Mengkaji etos kerja profesi keperawatan dan melakukan

koordinasi dengan organisasi terkait dalam melaksanakan program pembinaan dan penilaian kinerja perawat.

4. Membuat program kemitraan dengan profesi lain terkait dengan ruang lingkup kewenangan tindakan keperawatan.

5. Membantu ketua komite dalam melakukan evaluasi pelaksanaan kode etik profesi keperawatan.

Wewenang :

1. Membina praktisi keperawatan yang terkait dengan pelaksanaan kode etik profesi keperawatan dalam pelayanan keperawatan.

2. Mengatur kewenangan praktisi keperawatan agar sesuai standar etik keperawatan.

3. Memonitor dan mengevaluasi pelaksanaan kode etik profesi keperawatan.

4. Memberi saran dan pertimbangan kepada ketua komite tentang kode etik keperawatan, berkenaan dengan pembinaan terhadap praktisi keperawatan yang melanggar.

Tanggung Jawab :

Komisi III atau komisi etika profesi keperawatan dan hukum bertanggung jawab kepada ketua komite keperawatan.

(17)

Lingkup tugas komisi IV adalah asuhan keperawatan, meliputi : Tugas :

1. Mengumpulkan, mengolah, dan menganalisa prosedur asuhan keperawatan untuk pengembangan keperawatan.

2. Mengembangkan sistem dan prosedur pelaksanaan keperawatan termasuk asuhan, SOP, dan protokol lainnya.

3. Mengembangkan sistem pencatatan, pelaporan dan pendokumentasian asuhan yang proporsional sehingga tercipta sistem informasi rumah sakit yang akurat.

4. Membuat program penilaian asuhan keperawatan dan pengawasan secara berkala dan sewaktu-waktu agar asuhan keperawatan dapat ditingkatkan sesuai dengan perkembangan kemajuan pelayanan keperawatan.

Wewenang :

1. Membina praktisi keperawatan dalam hal sistem pemberian asuhan keperawatan dan model praktek asuhan keperawatan sesuai dengan standar praktek. 2. Memonitor dan membuat sistem pencatatan dan

pendokumentasian asuhan keperawatan yang fleksibel dan proporsional.

3. Membantu ketua dalam memantau pelaksanaan program.

Tanggung Jawab :

Komisi IV atau komisi asuhan keperawatan bertanggung jawab kepada ketua komite keperawatan.

Pasal 19

Tiap-tiap Komisi bertanggung-jawab kepada Komite Keperawatan mengenai pelaksanaan tugas dan kewajiban yang dibebankan kepadanya.

BAB VIII PEMBINAAN

Pasal 20

Dalam hal staf keperawatan oleh peer group dinilai kurang mampu atau melakukan tindakan keperawatan yang tidak lazim atau melakukan pelayanan keperawatan dibawah standar yang berlaku dilingkungan RSUD Ciamis, maka peer

group atau komisi etika dan disiplin keperawatan dapat

mengusulkan untuk dilakukan penelitian. Pasal 21

(18)

(1) Bila hasil penelitian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 (sebelas) membuktikan kebenaran penilaian peer

group maka Komite Keperawatan dapat mengusulkan

kepada Direktur untuk diberlakukan sanksi.

(2) Pemberlakuan sanksi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) harus dituangkan dalam bentuk Surat Keputusan Direktur dan disampaikan kepada staf keperawatan yang bersangkutan.

(3) Dalam hal staf keperawatan tidak dapat menerima sanksi sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) maka yang bersangkutan dapat mengajukan sangkalan secara tertulis dalam waktu 15 (lima belas) hari sejak diterimanya Surat Keputusan, untuk selanjutnya Direktur memiliki waktu 15 (lima belas) hari untuk menyelesaikan dengan cara adil dan seimbang dengan mengundang semua pihak yang terkait.

(4) Penyelesaian sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) bersifat final.

BAB IX

PERSIDANGAN DAN BANDING Pasal 22

Tatalaksana persidangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 adalah sebagai berikut: staf keperawatan yang melakukan kesalahan diwajibkan hadir di ruang Komite Keperawatan untuk diminta keterangan atas kesalahan yang dilakukan. Yang bersangkutan berhak untuk didampingi oleh sejawat dari kolegiumnya atau yang setara atau karya tulis ilmiah terkini dan diakui keabsahannya yang berhubungan dengan layanan keperawatan yang dipermasalahkan. Persidangan wajib dihadiri oleh direktur, ketua komite keperawatan, wakil ketua komite keperawatan, ketua komisi, termasuk ketua komisi etika profesi dan disiplin keperawatan, dan kepala ruangan. Dan atas bukti yang terkumpul dan keterangan yang dijelaskan maka keputusan yang dijatuhkan bersifaf final.

BAB X SANKSI Pasal 23

Staf Keperawatan rumah sakit, baik yang berstatus sebagai PNS ataupun magang, yang melakukan pelanggaran terhadap

(19)

peraturan perundang-undangan, peraturan rumah sakit, klausul-klausul dalam perjanjian kerja atau etika dapat diberikan sanksi yang beratnya tergantung dari jenis dan berat ringannya pelanggaran.

Pasal 24

Pemberian sanksi dilakukan oleh Direktur Rumah Sakit setelah mendengar pendapat dari Komite Keperawatan serta Komite Etik & Hukum dengan mempertimbangkan kadar kesalahannya, yang bentuknya dapat berupa:

1.Teguran lisan atau tertulis.

2.Penghentian praktek keperawatan untuk sementara waktu. 3.Pencabutan kewenangan keperawatan yang telah

diberikan.

4.Pemberhentian dengan tidak hormat bagi staf keperawatan PNS.

5.Pemutusan perjanjian kerja bagi staf keperawatan magang yang masih berada dalam masa kontrak.

BAB XII

PEMBERHENTIAN Pasal 25

Staf Keperawatan PNS diberhentikan dengan hormat dengan hak pensiun karena:

1. Telah memasuki masa pensiun, yaitu telah berumur 55 tahun.

2. Permintaan sendiri dalam hal yang bersangkutan telah melewati masa kerja minimal, yaitu 19 tahun.

3. Tidak lagi memenuhi kualifikasi sebagai staf keperawatan. 4. Kesehatannya tidak memungkinkan lagi untuk dapat

melaksanakan tugas-tugas pelayanan sebagai staf keperawatan dengan baik.

Pasal 26

Staf Keperawatan PNS yang diberhentikan dengan hak pensiun akan mendapatkan hak-haknya sesuai ketentuan yang berlaku di rumah sakit.

Pasal 27

Staf keperawatan PNS diberhentikan dengan hormat tanpa hak pensiun karena permintaan sendiri jika yang bersangkutan belum melewati masa kerja minimal, yaitu belum mencapai 19 tahun.

(20)

Pasal 28

Staf keperawatan PNS dapat diberhentikan dengan tidak hormat tanpa hak pensiun apabila ia melakukan pelanggaran terhadap hukum, etika atau peraturan lain yang berlaku.

Pasal 29

Staf keperawatan magang dan staf keperawatan konsultan berhenti secara otomatis sebagai staf keperawatan rumah sakit tanpa hak pensiun manakala telah menyelesaikan masa kontraknya atau berhenti atas persetujuan bersama.

Pasal 30

Staf keperawatan magang yang telah menyelesaikan masa kontraknya dapat bekerja kembali setelah menandatangani kesepakatan baru dengan pihak rumah sakit.

BAB XIII

PERAWAT DAN BIDAN PENGGANTI Pasal 31

Staf keperawatan yang berhalangan hadir, wajib mencari pengggantinya dikalangan peer grup nya, atau staf keperawatan lain dengan kualifikasi yang setara.

Pasal 32

Dalam hal staf keperawatan penggganti berkualifikasi tidak sama dengan yang digantikannya, maka kewenangan keperawatan yang diberikan harus sesuai dengan kompetensinya dan sebelumnya wajib memberikan informed concern kepada pasiennya.

Pasal 33

Jika dalam memberikan layanan keperawatan, timbul permasalahan pada staf keperawatan pengganti. Maka permasalahan yang ada ditangani secara tanggung gugat bersama secara proporsional.

(21)

BAB XIV

KETENTUAN PENUTUP Pasal 34

Sejak ditetapkannya peraturan ini maka peraturan terdahulu mengenai hal yang sama tidak berlaku lagi.

Ditetapkan di Ciamis tgl. …...……. 2010 Rumah Sakit Umum Daerah Ciamis. Direktur Umum.

Referensi

Dokumen terkait

Dari sekian banyak teori tentang intensi berwirausaha, karakteristik wirausahawan, dan pendidikan kewirausahaa, penelitian ini mendasarkan pada definsi konsep sebagai berikut:

Bahan atau material yang digunakan pada pembuatan fiber dengan teknik ekstrusi rotasi (rotation spinning) adalah prekursor PET (polyethylene terephthalate) serta campuran

Sistem karir merupakan sub sistem dari sestem informasi sumber daya manusia yang bertujuan mengelola data individu dalam suatu organisasi yang berhubungan dengan suatu prestasi atau

Informasi mengenai penggunaan air perasan jeruk nipis sebagai acidifier untuk mengubah profil lemak pada ayam pedaging masih kurang sehingga dilakukan penelitian

13 (3) Pernyataan Kanselir Jerm an, Angela M erkel, terka it pe ngungsi dan pencari suaka dari Suriah bahwa M erkel berjanji akan m em berikan perlindungan ekstra ke

Berita Resmi Statistik Kota Sibolga No. Berdasarkan hasil pemantauan BPS, pada bulan ini, Kota Sibolga mengalami inflasi sebesar 2,12 persen. Inflasi terjadi karena adanya

Dalam hal pelayanan kesehatan, hubungan hukum yang terjadi antara dokter dengan pasiennya dimulai ketika seorang pasien datang kepada dokter dan mengutarakan keluhannya

• Target 0% Kawasan Kumuh pada 2019 • 121 Kawasan SK Kumuh di Kota Bandung • 15 Kawasan prioritas penataan (RP2KPKP) • Mengidentifikasi skema-skema pembiayaan