Modul ke:
Fakultas
Program Studi
Kewirausahaan III
Menilai peluang usaha bauMaulida Khiatuddin
10
Fasilkom Fikom Sistem informasi/ Penyiaran Kata Pengantar Pendahulan Penelitia Pemahasan Kesimplan Daftr Pustaka Akhiri PresentasiMenilai peluang usaha baru
• Ketika ditemukan suatu kesempatan besar untuk memulai sebuah bisnis, bagaimana
menilai kelayakannya? Atau bagaimana orang yang independen seperti investor potensial
atau bankir menilai peluang wirausahawan untuk berhasil?
• Investor profesional, seperti pemodal ventura, memiliki bakat untuk memilih calon
perusahaan wirausahawan yang menurut pandangan mereka akan berhasil.
Mengevaluasi peluang baru (lanj.)
• Secara rata-rata, perusahaan pemula yang
dibiayai pemodal ventura memiliki peluang
empat dari lima untuk bertahan dalam 5 tahun
- lebih tinggi dari rata-rata populasi seluruh perusahaan pemula.
• Sangat sedikit usaha – barangkali tidak lebih dari
satu dalam seribu – yang dianggap sebagai calon
yang pantas untuk tempat investasi oleh pemodal ventura profesional.
• Calon wirausahawan dapat belajar banyak
mengikuti proses evaluasi yang digunakan oleh investor profesional.
Mengevaluasi peluang baru (lanj.)
Ada tiga komponen penting untuk keberhasilan usaha baru
• Kesempatan
• Wirausahawan (tim manajemen, kalau itu calon
perusahaan yang sangat berpotensi)
• Dan sumber daya yang diperlukan untuk
Mengevaluasi peluang baru (lanj.)
• Di sekeliling tiga komponen tersebut banyak
faktor yang penuh dengan ketidak pastian, yang berpengaruh terhadap
keberhasilan perusahaan. Faktor-faktor itu
disebut juga gambar besar yang merupakan lingkungan makro perusahaan.
• Secara grafis hal tersebut dapat dilihat di halaman berikut yang merupakan dasar dari kerangka kerja yang digagas oleh Timmons.
Tiga komponen untuk
keberhasilan usaha
Mengevaluasi peluang baru (lanj.)
• Di tengah-tengah kerangka kerja tersebut adalah rencana usaha, yang merupakan
hasil perpaduan tiga komponen utama ke dalam rencana strategis yang lengkap
untuk peluncuran usaha baru.
• Bagian-bagian tersebut harus pas dalam waktu yang bersamaan (lihat gambar di atas).
Mengevaluasi peluang baru (lanj.)
• Tidak ada gunanya memiliki ide peringkat
satu untuk usaha baru, bila perusahaan
hanya memiliki tim manajemen kelas dua.
• Tidak ada gunanya ide dan tim
manajemen yang bagus tanpa adanya sumber daya yang memadai.
• Peluang yang bagus harus sesuai dengan
tim kewirausahaan, sumber daya, struktur pembiayaan, dan gambaran besar
Peluang bagus memiliki kesesuaian yang
bagus dengan faktor pendukungnya
Penentu keberhasilan usaha
• Di zaman global sekarang ini, dengan siklus hidup produk yang semakin singkat, dan
pertumbuhan ekonomi yang rendah dimana-mana, kandungan penting untuk
keberhasilan kewirausahaan adalah
wirausaha yang luar biasa, dengan tim manajemen kelas satu dan peluang pasar yang terbuka.
Penentu keberhasilan usaha (lanj)
• Sering dikatakan bahwa kewirausahaan sangat ditentukan oleh faktor
keberuntungan. Namun, tidak ada orang
yang menyatakan bahwa menjadi ilmiawan besar atau musisi hebat juga ditentukan
oleh faktor keberuntungan.
• Tidak ada suatu faktor keberuntungan
yang lebih besar bagi wirausahawan untuk berhasil, dibandingkan dengan
keberhasilan dalam bidang-bidang yang lain.
Penentu keberhasilan usaha (lanj.)
• Penentu keberhasilan dalam berwirausaha adalah mengenali kesempatan yang baik,
dan memiliki keahlian untuk mengubah
peluang tersebut menjadi usaha yang
tumbuh dan berkembang.
• Untuk melakukannya wirausahawan perlu
mempersiapkan diri.
• Dalam kewirausahaan, seperti juga dalam
profesi yang lain, keberuntungan adalah
Daftar kesempatan/peluang
Daftar berikut adalah faktor-faktor yang perlu
diperhatikan ketika ingin memasuki pasar atau industri. Keadaan dari faktor tersebut dapat
membuat kesempatan berusaha menjadi lebih baik atau lebih buruk.
• Pelanggan
Kesempatan lebih baik Kesempatan lebih lemah
Dapat diidentifikasikan Sasaran pertama Sasaran kedua
Demografis Terdefinisi jelas dan
terfokus
Definisi kabur dan tidak terfokus
Daftar kesempatan/peluang (lanj.)
• Kecenderungan
• Ukuran pasar
Kesempatan lebih baik Kesempatan lebih lemah
Pasar makro Banyak dan konvergen Sedikit dan divergen
Sasaran pasar sda Sda
Jendela kesempatan Sedang terbuka Sedang tertutup
Struktur pasar Mencuat / terpecah Matang / menurun
Kesempatan lebih baik Kesempatan lebih lemah
Seberapa banyak Sasaran utama Sasaran kedua
Daftar kesempatan/peluang (lanj.)
• Pertumbuhan pasar
• Harga /frekuensi/ nilai
Kesempatan lebih baik Kesempatan lebih lemah
Tingkat pertumbuhan 20% atau lebih Kurang dari 20%
Kesempatan lebih baik Kesempatan lebih lemah
Harga Margin kotor > 40% Margin kotor < 40%
Frekuensi pembelian Sering dan berulang Satu kali
Nilai Tercermin secara penuh
dalam harga
Harga penembusan (rendah)
Biaya operasi Rendah dan variabel Besar dan tetap
Margin penghasilan neto > 10% < 10%
Daftar kesempatan/peluang (lanj.)
• Distribusi /penyaluran
• Persaingan
Kesempatan lebih baik Kesempatan lebih lemah
Dimana perusahaan berada dalam rantai nilai?
Margin tinggi, kekuatan besar
Margin rendah, kekuatan rendah
Kesempatan lebih baik Kesempatan lebih lemah
Struktur pasar Mencuat/berkembang Matang
Jumlah pesaing langsung Sedikit Banyak
Jumlah pesaing tidak langsung
sda Sda
Jumlah barang subtitusi sda Sda
Pesaing tidak kelihatan Tidak mungkin Mungkin
Daftar kesempatan/peluang (lanj.)
• Faktor-faktor kunci untuk keberhasilan
• Penjual
Kesempatan lebih baik Kesempatan lebih lemah
Kedudukan relatif Kuat Lemah
Kesempatan lebih baik Kesempatan lebih lemah
Kekuatan relatif Lemah Kuat
Margin kotor yang mereka kuasai dalam rantai nilai
Daftar kesempatan/peluang (lanj.)
• Pemerintah
• Lingkungan global
Kesempatan lebih baik Kesempatan lebih lemah
Peraturan Longgar Ketat
Pajak Rendah Tinggi
Kesempatan lebih baik Kesempatan lebih lemah
Pelanggan Tertarik dan dapat dicapai Tidak tertarik dan tidak
dapat dicapai
Pesaing Tidak ada atau lemah Ada dan kuat
Kesempatan dalam proses
kewirausahaan
• Berdasarkan pertanda dari lingkungan,
wirausahawan melihat adanya kesempatan
untuk mendirikan usaha.
• Didukung oleh keahlian, kepribadian, dorongan untuk maju dan pengalaman, dia mengumpulkan informasi tentang pasar dan sumber daya untuk
menilai apakah kesempatan tersebut layak untuk diwujudkan dalam usaha.
• Bila layak akan dilaksanakan, bila tidak akan
Pemilihan investasi
• Ketika seorang penanam modal (investor) ingin menanam modal (berinvestasi) guna
memanfaatkan kesempatan yang terbuka di pasar, dia dapat melakukannya secara
langsung seperti yang dilakukan oleh seorang wirausahawan.
• Dia membeli aset riil dan
mengoperasikan-nya untuk memperoleh pengembalian
(keuntungan/laba) dari modal yang
Pemilihan investasi (lanj.)
• Namun, ketika terjadi spesialisasi yang tinggi dalam pasar modal, penanam modal
dapat melakukan invastasi secara tidak langsung melalui berbagai perantara yang
berada antara aset riil dan penanam modal. • Perantara bertindak untuk memudahkan
penanam modal mencari tempat investasi,
dan bagi yang membutuhkan modal
misalnya perusahaan memudahkan mereka
Pemilihan investasi (lanj.)
• Gambar berikut menunjukkan aliran kas
antara pasar modal dan aset riil dalam perusahaan.
• Di pasar modal, penanam modal membeli
aset keuangan (tanda kepemilikan terhadap
perusahaan/ saham ) yang dikeluarkan oleh perusahaan melalui perantara manajer
keuangan, sehingga terjadi aliran kas dari
penanam modal ke perusahaan (1), (lihat
Aliran modal dan kas dalam proses
investasi
Siklus usaha
• Secara umum
aliran kas berasal dari pemegang
saham dan
pemberi hutang.
• Kas tersebut
akhirnya kembali lagi kepada pihak-pihak tersebut, dan pemerintah.
Pemilihan investasi (lanj.)
• Kas yang diterima tersebut, kemudian
diinvestasikan dalam aset riil sebagai alat
dan bahan operasi perusahaan (2);
• Operasi perusahaan menciptakan aliran kas
yang dikelola oleh manajer keuangan (3);
• Sebagian kas itu diinvestasikan lagi dalam
operasi perusahaan (4a);
• Sebagian kas dikembalikan kepada penanam
modal sebagai imbalan dari modal yang telah
Pemilihan investasi (lanj.)
• Bagi penanam modal, aliran kas yang mengalir ke
pihaknya merupakan suatu hal yang penting sebagai alasan mendasar mengapa dia
menanamkan modal dalam suatu perusahaan.
• Berdasarkan kriteria ekonomis, dia akan memilih
suatu investasi yang mendatangkan aliran kas yang paling besar.
• Perusahaan juga memilih investasi dengan kriteria
yang sama yaitu memilih suatu investasi dalam
aset riil yang mendatangkan tingkat
Pemilihan investasi (lanj.)
• Bagi penanam modal, pilihan investasi banyak. Ada investasi yang menghasilkan pengembalian
modal yang pasti, misalnya deposito di bank,
obligasi (surat hutang) pemerintah, surat hutang perusahaan, dsb.
• Namun, penanaman modal dalam saham
perusahaan mengandung ketidakpastian karena
aliran kas yang dihasil oleh aset riil perusahaan
tidak menentu, dan aliran kas dari perusahaan ke penanam modal juga tidak menentu.
Pemilihan investasi (lanj.)
• Karena itu, bagi penanam modal yang
menghindari resiko, dia lebih cenderung memilih
suatu jenis investasi yang tingkat pengembalian
modalnya pasti, misalnya surat hutang pemerintah (karena pemerintah jarang gagal bayar) .
• Penanam modal baru bersedia menanamkan
modalnya dalam saham atau membiayai modal perusahaan wirausahawan, bila tingkat
pengembalian modal yang dihasilkan oleh
perusahaan tersebut, lebih tinggi dari hasil yang diperoleh dari tingkat bunga surat hutang
Pemilihan investasi (lanj.)
• Bila tingkat pengembalian dalam usaha lebih
rendah dari tingkat bunga surat hutang
pemerintah, investor yang menggunakan kriteria ekonomi akan lebih memilih untuk berinvestasi
dalam surat hutang pemerintah.
• Karena itu, tingkat bunga surat hutang pemerintah
sering digunakan sebagai patokan biaya kesempatan
dari modal (opportunity cost of capital) bagi
investasi dalam sektor-sektor lainnya. Artinya bila kita berinvestasi dalam suatu sektor, kesempatan untuk berinvestasi dalam surat hutang pemerintah, hilang . Itu adalah biaya (yaitu kesempatan yang hilang).
Pemilihan investasi (lanj.)
• Demikian juga, bagi perusahaan yang sedang mengembangkan usaha misalnya
merencanakan untuk meluncurkan beberapa jenis produk baru.
• Kriteria yang digunakan sama yaitu, produk
mana yang mendatang pengembalian
modal paling tinggi, lebih tinggi dari hasil
investasi berpenghasilan tetap, misalnya
surat hutang pemerintah. Dengan memilih investasi tersebut, perusahaan dapat
Konsep Nilai Sekarang (Present Value)
• Terdapat jeda waktu yang kadang-kadang cukup
lama (misalnya satu tahun atau lebih) antara
investasi yang ditanamkan dengan hasil yang akan diperoleh
• Membandingkan nilai investasi sekarang misalnya
Rp 1 juta, dengan hasil yang akan diperoleh satu
tahun mendatang, misalnya Rp 1,2 juta, tidak relevan.
• Karena, uang yang sekarang dimiliki dapat
langsung menghasilkan kas (misalnya
diinvestasikan dalam bentuk deposito atau surat hutang pemerintah, atau diputar dalam bentuk usaha ). Sementara uang yang akan diterima
Nilai sekarang (lanj.)
• Karena itu untuk membandingkan investasi
yang hasilnya di masa mendatang, digunakan konsep nilai sekarang.
• Nilai sekarang adalah kebalikan dari nilai
mendatang (Future Value, FV). Untuk Rp 1 juta
sekarang, FV satu tahun mendatang dengan
tingkat bunga 20% per tahun adalah Rp 1,2 juta. • Dengan tingkat bunga yang sama, maka nilai
sekarang PV (present value) dari Rp 1,2 juta di
tahun mendatang, adalah 1,2 X faktor diskonto = 1,2 X [1/(1,2)] = Rp 1. juta.
Nilai sekarang (lanj.)
• Nilai yang diperkirakan akan diterima dimasa mendatang didiskontokan untuk memperoleh nilai sekarang.
• Rumus nilai sekarang :
• C1 aliran kas di masa mendatang (periode 1).
• r adalah tingkat diskonto atau biaya kesempatan dari
modal, yaitu tingkat pengembalian dari investasi yang
sebanding di pasar modal yang ditinggalkan, karena
melakukan investasi dalam usaha yang dijalankan sekarang (lihat contoh pada halaman sebelumnya).
Nilai sekarang (lanj.)
• Untuk menilai kelayakan sebuah investasi misalnya
meluncurkan produk baru, dsb., nilai sekarang dari aliran kas di masa depan dikurangi dengan jumlah investasi yang dikeluarkan sekarang. Sehingga
diperoleh Nilai Sekarang Netto (Net Present Value, NPV):
• NPV = PV - investasi yang diperlukan sekarang.
Misal: Anda adalah pengembang kecil yang
mendirikan rumah, yang ketika selesai dijual. Anda
Nilai sekarang (lanj.)
Biaya tanah, bahan bangunan dan tenaga
adalah Rp 350 juta. Waktu pengerjaan adalah satu tahun. Di tahun mendatang, rumah
tersebut akan dijual Rp 400 juta. Tingkat bunga surat hutang pemerintah adalah 7% per tahun.
NPV = PV - investasi yang diperlukan => C0 = - 350 jt
Nilai sekarang (lanj.)
PV = 400 jt / (1 + 0,07) = Rp 373,8 jt NPV = 373,8 - 350 = Rp 23,8 jt.
• Karena NPV lebih besar dari nol (23,8 jt) , maka proyek pembangunan rumah tersebut layak
dilaksanakan, karena hasil dari kegiatan
tersebut lebih besar dari biaya. Atau dengan kata lain, kegiatan tersebut memberikan
Nilai sekarang (lanj.)
• Bila menurut perhitungan, NPV ternyata
negatif, maka proyek tersebut tidak layak untuk dijalankan.
• Konsep nilai sekarang digunakan secara
meluas untuk menilai kelayakan usaha apa saja: pendirian pabrik baru, peluncuran
produk baru, pembelian saham, dsb.
• Anda dapat mempelajarinya dalam buku Manajemen Keuangan.
Portofolio usaha
• Ketika sebuah perusahaan mengembangkan dan
menjual berbagai jenis produk , perusahaan
mengalami transformasi menjadi perusahaan
multidivisi (multi-usaha). Setiap divisi usaha yang
otonom disebut pusat laba (profit centre).
• Setiap divisi memiliki pasar dan pesaing tersendiri,
sehingga disebut sebagai unit usaha strategis (SBU, strategic business unit). Perusahaan perlu
menjalankan strategi yang tersendiri untuk setiap usaha tersebut. Keseluruhan SBU yang dimiliki oleh perusahaan disebut portofolio usaha (divisi).
Portofolio usaha (lanj.)
• Usaha yang berjalan perlu dievaluasi secara
periodik untuk melihat apakah sebuah divisi
perlu diteruskan atau dihentikan.
• Bila diteruskan, perusahaan perlu melakukan investasi baru atau mempertahankan aliran modal ke dalam divisi itu.
• Bila dihentikan, aset divisi tersebut dijual
kepada pihak lain, sehingga perusahaan dapat
mengkonsentrasikan diri pada usaha (divisi) yang masih tersisa.
Portofolio usaha (lanj.)
• Untuk membantu perusahaan mengelola portofolio
usahanya, Boston Consulting Group (BCG,
perusahaan konsultan ternama) menggagas sebuat
matrik yang disebut Matrik Portofolio BCG (atau
disingkat Matriks BCG).
• Dimensi horizontal menggambarkan posisi relatif pangsa pasar dimana pangsa pasar SBU
perusahaan dibagi dengan SBU pesaingnya yang paling utama (atau volume penjualan SBU
perusahaan dibagi dengan volume penjualan yang dilakukan oleh SBU pesaing utama), (lihat gambar berikut)
Portofolio usaha (lanj.)
• Dimensi vertikal menggambarkan laju
pertumbuhan pasar / industri dimana SBU
beroperasi.
• Lingkaran dalam gambar di atas merupakan
ukuran dari proporsi penjualan yang diciptakan oleh sebuah SBU terhadap keseluruhan penjualan perusahaan.
• Sedangkan grafik potongan serabi (pie) dalam
lingkaran tersebut merupakan gambaran proporsi laba yang diciptakan oleh sebuah SBU terhadap
keseluruhan laba perusahaan (lihat lagi gambar di atas).
Portofolio usaha (lanj.)
• Dalam dimensi horizontal, titik batas berada di angka 0,5, yaitu pangsa pasar SBU perusahaan
adalah setengah dari pangsa pasar yang dikuasai pesaing utama.
• Sedangkan, dalam dimensi vertikal titik batas berada pada tingkat pertumbuhan pasar
/industri 0%.
• Berdasarkan titik batas tersebut Matrik BCG
Portofolio usaha (lanj.)
• Kuadran I dinamakan Tanda Tanya (Question
Mark) – SBU yang berada dalam kuadran ini
memiliki kedudukan pangsa pasar yang relatif kecil tetapi berada dalam industri yang tumbuh cepat. Umumnya, kebutuhan kas dari perusahaan ini
tinggi, dan menciptakan arus kas yang kecil.
• Usaha ini disebut Tanda Tanya karena perusahaan
perlu mempertimbangkan apakah mengejar
strategi yang intensif seperti ( penembusan pasar, pengembangan pasar atau pengembangan
Portofolio usaha (lanj.)
• Kuadran II dinamakan Bintang (Star). Usaha dalam
kuadran ini merupakan kesempatan terbaik organisasi dalam jangka panjang untuk
meningkatkan pertumbuhan dan laba.
• SBU atau divisi yang memiliki pangsa pasar yang
relatif besar dan berada dalam industri yang tumbuh cepat perlu mendapat suntikan investasi untuk
mempertahankan atau memperkuat posisi dominannya.
• Strategi yang tepat untuk usaha dalam kuadran ini
adalah: integrasi vertikal ke belakang, ke depan,
dan integrasi horizontal; penembusan pasar;
Portofolio usaha (lanj.)
• SBU atau divisi dalam kuadran III dinamakan
Sapi perah (Cash Cow). Divisi usaha yang berada
dalam kuadran ini memiliki pangsa pasar yang
relatif besar tetapi bersaing dalam industri
yang mengalami pertumbuhan rendah. Usaha
dalam kuadran ini menciptakan arus kas yang
lebih besar dari yang dibutuhkan, sehingga
diperah untuk digunakan dalam usaha lain.
• Kebanyakan divisi Sapi Perah sekarang adalah
Portofolio usaha (lanj.)
Sapi perah (lanj.)
• SBU sapi perah perlu dikelola untuk
memperkuat kedudukannya yang kuat selama mungkin.
• Strategi yang cocok untuk SBU ini adalah pengembangan produk atau diversifikasi.
Namun, kalau SBU sapi perah melemah, strategi mundur atau penjualan aset
Portofolio usaha (lanj.)
• Kuadran IV dinamakan Anjing (Dog). SBU
dalam kuadran Anjing memiliki pangsa pasar yang rendah dan berada dalam industri yang mengalami pertumbuhan rendah atau tidak mengalami pertumbuhan sama sekali.
• Karena mengalami kelemahan internal dan eksternal, SBU ini sering dilikuidasi, dijual
asetnya, atau dipangkas melalui strategi menarik diri.
Portofolio usaha (lanj.)
• Ketika SBU menjadi Anjing, penarikan diri
adalah strategi yang terbaik untuk dijalankan, karena kebanyakan Anjing akan kembali
meloncat setelah pengurangan aset dan biaya yang ketat, untuk kembali menjadi divisi yang bertahan hidup dan
Manfaat Matriks BCG
• Kemanfaatan utama dari Matriks BCG adalah perhatiannya pada arus kas, karakteristik
investasi, dan kebutuhan setiap divisi dalam organisasi.
• Divisi dari kebanyakan perusahaan berevolusi
sepanjang waktu berlawanan arah dengan jarum jam: Anjing menjadi Tanda Tanya, Tanda Tanya menjadi Bintang, Bintang menjadi Sapi Perah, dan Sapi Perah menjadi Anjing.
• Perusahaan berupaya mencapai portofolio divisi dalam kuadran Bintang.
Keterbatasan Matriks BCG
• Keberhasilan strategi usaha menurut BCG ditentukan hanya oleh 2 faktor yaitu tingkat pertumbuhan pasar dan pangsa pasar.
Padahal dalam kenyataan, faktor penentu keberhasilan banyak sekali.
• Anjuran dari BCG hanya ada tiga keputusan yaitu : beli, jual dan mempertahankan
usaha. Tidak ada substansi kualitatif untuk membantu pengelolaan strategis perusahaan kecuali investasi /divestasi.
Keterbatasan (lanj.)
• Selain itu, model di atas juga tidak
menggambarkan sinergi antara berbagai SBU. Membuat keputusan yang hanya menyangkut dengan satu SBU saja dapat beresiko terhadap beberapa atau seluruh usaha.
• Misal, sumber kompetensi inti dari perusahaan berasal dari SBU yang berkinerja buruk. Menjual atau
menghentikan SBU tersebut dapat melemahkan keunggulan bersaing perusahaan secara keseluruhan.
Matriks Kebijakan Terarah
• Perusahaan Shell Chemicals juga membuat sebuah Matrik Kebijakan Terarah (Directional
Policy Matrix, DPM) yang mirip dengan
matriks BCG tetapi menggunakan lebih dari dua variabel yang disebut Faktor Kritis
Keberhasilan (Critical Success Faktor, CSF) dan dipadukan dalam 2 indeks yaitu : daya tarik pasar (market attractiveness) dan kekuatan usaha (business strength)