• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

7 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

Sesuai dengan masalah dan tujuan penelitian, pembahasan landasan teori dalam penelitian ini berisi tinjauan pustaka yang merupakan variabel dari penelitian ini. Kajian teori dalam penelitian ini meliputi (1) hakikat matematika (2) model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Heads Together) berbantuan media gambar(3) hasil belajar.

2.1.1 Hakikat Matematika

Pembelajaran matematika dimulai dari Sekolah Dasar sampai ke jenjang perguruan tinggi yang terus berkesinambungan sesuai dengan jenjang taraf berpikir siswa itu sendiri.Pembelajaran matematika merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari struktur yang abstrak karena didalamnya terdapat konsep dan struktur konsep yang saling berkaitan.Istilah Matematika berasal dari bahasa Yunani “Mathematikos” secarailmu pasti, atau “Mathesis” yang berarti ajaran, pengetahuan abstrak dan deduktif.

Menurut Susanto (2013:186) mengemukakan bahwa Pembelajaran matematika adalah suatu proses belajar mengajar yang dibangun oleh guru untuk meningkatkan kemampuan berfikir siswa, serta dapat meningkatkan kemampuan mengkonstruksi pengetahuan baru untuk meningkatkan siswa dalam menguasai materi matematika. Sedangkan menurut Nickson (2011) mengatakan bahwa: Pembelajaran matematika adalah pemberian bantuan kepada siswa untuk membangun konsep-konsep dan prinsip-prinsip matematika dengan kemampuan sendiri melalui proses internalisasi (arahan terbimbing) sehingga konsep atau prinsip itu terbangun.

Wahyudi (2013:24) mendefinisikan bahwa tujuan pembelajaran matematika memiliki kemampuan memperoleh, memilih dan mengolah informasi untuk bertahan pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti dan kompetetitif.Dari beberapa

(2)

pendapat ahli yang ditemukan, maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran matematika adalah pemberian bantuan yang diberikan oleh guru kepada siswa untuk memberikan pengalaman belajar dalam membangun konsep-konsep matematika kepada siswa untuk meningkatkan kemampuan berpikir dan kemampuan mengkontruksi pengetahuan baru dalam menguasai materi matematika.

2.1.2 Model NHT berbantuan media gambar 2.1.2.1Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran merupakan terjemahan dari “Instruction” yang banyak digunakan dalam dunia pendidikan Amerika yang menempatkan siswa sebagai sumber kegiatan. Siswa sebagai subjek belajar yang memegang peranan utama dalam proses kegiatan belajar mengajar di sekolah, sedangkan guru lebih banyak berperan sebagai fasilitator. Pada dasarnya siswa-siswa yang belajar dalam satu kelas mempunyai tujuan yang sama yaitu menguasai materi dan mendapatkan hasil belajar yang baik, walaupun cara masing-masing siswa berbeda-beda. Hal ini dapat disimpulkan bahwa siswa dalam satu kelas dapat disebut sebagai kelompok dan pembelajaran akan lebih efektif jika menggunakan pembelajaran secara berkelompok atau disebut juga pembelajaran kooperatif.

Isjoni (2014:16) mendefinisikan “Pembelajaran kooperatif berasal dari kata “kooperatif” yang artinya mengerjakan sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu sama lainnya sebagai satu kelompok atau tim. Pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang saat ini banyak digunakan untuk mewujudkan kegiatan belajar mengajar yang berpusat pada siswa student oriented untuk mengatasi permasalahan yang ditemukan guru dalam mengaktifkan siswa, yang tidak dapat bekerjasama dengan orang lain, siswa yang agresif dan tidak peduli pada orang lain”.

Agus Suprijono (2014: 54) Pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk yang lebih dipimpin oleh

(3)

guru atau diarahkan oleh guru. Pembelajaran kooperatif dirancang bagi tujuan melibatkan pelajaran secara aktif dalam proses pembelajaran menerusi perbincangan dengan rekan-rekan dalam kelompok kecil.

Menurut Johnson dan Johnson dalam Miftahul Huda (2011: 31) mengatakan bahwa pembelajaran kooperatif berarti “Working Together toAccomplish Shared Goals” (bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama). Dalam suasana pembelajaran kooperatif, setiap anggota bersama-sama berusaha mencapai hasil yang nantinya bisa dirasakan oleh semua anggota kelompok, sehingga pembelajaran kooperatif bergantung pada efektivitas kelompok-kelompok siswa tersebut. Dalam pembelajaran kooperatif, guru diharapkan mampu membentuk kelompok-kelompok kecil kooperatif dengan hati-hati agar setiap anggotanya dapat bekerja sama dengan maksimal dan memaksimalkan pembelajarannya sendiri dan pembelajaran kelompok. Masing-masing kelompok bertanggung jawab mempelajari materi apa yang disajikan dan membantu teman/anggota satu kelompoknya untuk mempelajari materi tersebut.

Dari pendapat masing-masing ahli diatas, maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang proses belajar mengajarnyamelalui sistem kelompok. Pembelajaran yang dimaksud bertujuan untuk melatih siswa memiliki jiwa sosial, karena dalam proses kegiatan belajar mengajarnya memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerjasama dan berinteraksi dalam satu tim untuk berdiskusi menyelesaikan serta bertanggungjawab dalam memecahkan masalah.

2.1.2.2 Model Pembelajaran Numbered Heads Together (NHT)

Pembelajaran di Sekolah dasar tidak bisa terlepas dari peran guru dalam mengelola situasi dan kondisi saat pembelajaran berlangsung. Menciptakan suasana kelas yang menyenangkan sehingga membuat siswa tidak mudah bosan dan membuat proses kegiatan belajar menjadi menarik dengan menggunakan model pembelajaran. Model pembelajaran adalah prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar. Pemilihan model pembelajaran

(4)

disesuaikan dengan materi yang akan diajarkan kepada siswa. Gurudan siswa harus memahami jalannya model tersebut sebelum model pembelajaran diterapkan.

Trianto (2010: 63) menyebutkan dalam model pembelajaran kooperatif terdapat variasi atau tipe model yang diterapkan, salah satu diantaranya adalah tipe NHT.Model NHT mulai dikembangkan oleh Spancer Kagan pada tahun 1992. Model ini lebih mengedepankan kepada aktivitas siswa dalam mencari, mengolah, dan melaporkan informasi dari berbagai sumber yang akhirnya akan dipresentasikan. NHT juga dapat diartikan sebagai struktur tugas bersama dalam suasana kebersamaan diantara sesama anggota kelompok, dimana setiap individu dihadapkan pada pilihan yang harus diikuti apakah memilih bekerja bersama-sama, berkompetisi atau individualis.

NHT adalah bagian dari model pembelajaran kooperatif struktural, yang menekankan pada struktur-struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa. Menurut Slavin dalam Miftahul Huda, (2015: 130) NHT yang dikembangkan oleh Russ Frank ini cocok untuk memastikan akuntabilitas individu dalam diskusi kelompok. Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengutamakan adanya kerjasama antar siswa dalam kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran.Para siswa dibagi ke dalam kelompok-kelompok kecil dan diarahkan untuk mempelajari materi pelajaran yang telah ditentukan. Tujuan dibentuknya kelompok koopertif adalah untuk memberikan kesempatan kepada siswa agar dapat terlibat secara aktif dalam proses berpikir dan dalam kegiatan-kegiatan belajar. Dalam hal ini sebagian besar aktivitas pembelajaran berpusat pada siswa, yakni mempelajari materi pelajaran serta berdiskusi untuk memecahkan masalah.

Suprijono (2011: 92) berpendapat bahwa model NHTadalah model pembelajaran yang diawali dengan Numbering yaitu guru membagi kelompok dan tiap orang dalam tiap kelompok diberi nomor.Kemudian guru mengajukan beberapa pertanyaan dan pada kesempatan ini tiap kelompok menyatukan kepalanya “Heads Together” berdiskusi memikirkan jawabannya. Selanjutnya guru memanggil siswa

(5)

yang memiliki nomor yang sama dari tiap kelompok dan mendiskusikan jawaban yang paling tepat.

Dari pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran NHT adalah model pembelajaran kooperatif yang menempatkan siswa kedalam kelompok kecil dengan latar belakang kemampuan siswa yang berbeda-beda dengan bertujuan untuk meningkatkan keterampilan sosial siswa untuk belajar menghargai pendapat dari oranglain dalam bekerja kelompok.NHT lebih mengedepankan kepada aktivitas siswa untuk berinteraksi, mencari, mengolah dan melaporkan hasil informasi dengan cara mempresentasikan di depan kelas.

NHT atau banyak disebut pula dengan penomoran, berpikir bersama, atau kepala bernomor merupakan salah satu inovasi dalam pembelajaran kooperatif.NHTyang bertujuan untuk melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut, yang pertama kali dikembangkan oleh Spencer Kagan tahun 1993 dalam Trianto.Adapun langkahnya adalah sebagi berikut: 1) penomoran: guru membagi siswa ke dalam kelompok beranggotakan 3-5 orang dan setiap anggota kelompok diberi nomor, 2) penugasan diberikan kepada setiap siswa berdasarkan nomornya, misalnya siswa nomor satu bertugas membaca soal dengan benar dan mengumpulkan data yang mungkin berhubungan dengan penyelesaian soal. Siswa nomor dua bertugas mencari penyelesaian soal,siswa nomor tiga mencatat dan melaporkan hasil kerja kelompok, 3) Kelompok memutuskan jawaban yang dianggap paling benar dan memastikan anggota kelompok mengetahui jawaban ini, 4) Guru bmemanggil salah satu nomor. Siswa dengan nomor yang dipanggil melaporkan hasil kerja mereka.

Menurut Agus Suprijono (2010: 92), langkah Pembelajaran dengan menggunakan metode Numbered HeadsTogether (NHT) diawali dengan numbering. Guru membagi kelasmenjadi kelompok-kelompok kecil. Jumlah kelompok sebaiknyamempertimbangkan jumlah materi yang akan dipelajari. Jika jumlahsiswa dalam satu kelas 40 siswa dan terbagi dalam 5 kelompokberdasarkan jumlah materi yang dipelajari, maka setiap kelompok terdiridari 8 orang. Tiap-tiap kelompok diberi

(6)

nomor urut dari nomor 1-8, setelah terbentuk kelompok, guru mengajukan beberapa pertanyaan yangharus dijawab oleh tiap kelompok.Berikan kesempatan kepada setiapkelompok untuk menemukan jawaban, pada kesempatan ini tiap-tiapkelompok menyatukan kepala “Heads Together” berdiskusi memikirkan jawaban atas pertanyaan guru.

Langkah selanjutnya adalah guru memanggil siswa yang memiliki nomor yang sama dari tiap-tiap kelompok. Mereka diberi kesempatan memberikan jawaban atas pertanyaan yang telah diajukan berdasarkan atas diskusi kelompok. Hal ini terus dilakukan hingga semua siswa dengan nomor yang sama dari masing-masing kelompok mendapat giliran memaparkan jawaban tersebut. Berdasarkan jawaban tersebut, guru dapat mengembangkan diskusi lebih dalam, sehingga siswa dapatmenemukan jawaban pertanyaan itu sebagai pengetahuan yang utuh.Adapun sintak dari metode Numbered Heads Together adalah sebagai berikut:

Tabel 2

Sintak Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT)

Fase-Fase Perlakuan Guru

Fase1. Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan peserta didik

Menjelaskan tujuan pembelajarandan mempersiapkan peserta didiksiap belajar.

Fase 2. Menyajikan Informasi Mempresentasikan informasikepada peserta didik secara verbal

Fase 3. Mengorganisir peserta didikdalam tim/kelompok

Memberikan penjelasan kepadapeserta didik tentang tata carapembentukan tim/kelompokmelakukan transisi yang efisien.

Fase 4. Membantu kerja tim dan Belajar

Membantu tim-tim beajar selamapeserta didik mengerjakantugasnya.

Fase 5. Mengevaluasi Menguji pengetahuan pesertadidik mengenai berbagai materipembelajaran

ataukelompok-kelompokmempresentasikan hasilkerjanya.

Sumber : Agus Suprijono (2010 ; 65)

Pembelajaran NHT menurut Miftahul Huda (2014: 138) menjelaskan langkah-langkah sebagai berikut: 1) siswa dibagi dalam kelompok, masing-masing siswa

(7)

dalam kelompok diberi nomor, 2) guru memberikan tugas/pertanyaan dan masing-masing kelompok mengerjakannya, 3) kelompok berdiskusi untuk menemukan jawaban yang dianggap paling benar dan memastikan semua anggota kelompok mengetahui jawaban tersebut, 4) guru memanggil salah satu nomor siswa dengan nomor yang dipanggil mempresentasikan jawaban hasil diskusi kelompok mereka.

Sintaks model pembelajaran diatas dapat disimpulkan bahwa NHT (Numbered Heads Together) dapat disimpulkan bahwa NHT memiliki 6 langkah yang sesuai dengan kebutuhan pelaksanaan penelitian. Keenam langkah tersebut adalah 1) siswa dibagi menjadi beberapa kelompok secara heterogen dan setiap kelompok mendapatkan nomor urut, 2) guru menyajikan informasi kepada siswa secara verbal tentang materi yang akan dipelajari, 3) guru memberikan tugas dan masing-masing bekerja kelompok dengan anggota kelompoknya, 4) presentasi hasil kerja kelompok, 5) mengevaluasi hasil kerja kelompok.

Model pembelajaran NHT tidak terlepasdari kelebihan dan kekurangan dalam setiap proses pembelajaran berlangsung. Adapaun kelebihan model pembelajaran NHT menurut Muslimin (2013) adalah model pembelajaran NHT adalah model pembelajaran yang setiap anggota kelompoknya bertanggungjawab atas tugas kelompoknya, sehingga tidak ada pemisahan antara siswa yang satu dengan siswa yang lain dalam satu kelompok untuk saling member dan saling menerima antara satu dengan yang lainnya.

Adapun kelebihan dan kelemahan NHT (Numbered Heads Together) menurut Ahmad Zuhdi 2010:65 (dalam Intan Putri Utami) adalah: Kelebihan 1) S\setiap siswa menjadi siap semua, 2) Dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh, 3) Siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai. Kelemahan 1) Kemungkinan nomor yang dipanggil, dipanggil lagi oleh guru. 2) Tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru.

Kelebihan model pembelajaran kooperartif tipe NHT dapat disimpulkan sebagai berikut: 1) setiap siswa menjadi siap semua, 2) siswa dapat berinteraksi dan berdiskusi dengan anggota kelompok, 3) mengajarkan siswa untuk dapat

(8)

menghormati pendapat anggota kelompok atau kelompok lain dalam mengemukakan pendapat, 4) siswa dapat belajar melalui teman sendiri yang dapat memudahkan proses pembelajaran.

Model pembelajaran NHT seperti yang telah dijelaskan diatas, tidak hanya mempunyai kelebihan, tetapi juga mempunyai kelemahan dalam proses kegiatan belajar mengajar berlangsung. Menurut Widyatun (2012) kekurangan model NHT adalah: 1) tidak terlalu cocok untuk jumlah siswa yang banyak karena memerlukan waktu yang lama, 2) dapat membuat siswa grogi atau panik. Hal ini terlihat ketika siswa yang dipanggil nomornya untuk menjawab pertanyaan yang diajukan dan 3) tidak NHT pertama kali dikembangkan oleh Spancer Kagan (1993) untuk melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut (Trianto, 2013)

Menurut Hamdani (2011: 90) kelemahan model pembelajaran NHT: 1) kemungkinan nomor yang dipanggil, dipanggil lagi oleh gurunya, 2) tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru.

Kekurangan model pembelajaran NHTdapat disimpulkan sebagai berikut; 1) siswa yang pandai cenderung mendominasi terhadap jalannya diskusi, 2) pemanggilan topi kepala bernomor tidak merata karena tidak semua siswa dipanggil untuk mengerjakan soal, 3) tidak cocok untuk jumlah siswa yang banyak karena memerlukan waktu yang lama.

Upaya untuk mengatasi kekuarangan NHT saat proses pembelajaran adalah dengan cara memberikan bantuan berupa media pembelajaran seperti halnya penggunaan media gambar saat proses pembelajaran berlangsung, media gambar digunakan untuk menunjang serta memperbaiki kekuarangan model NHT yang dijalankan. Penerapan model NHT juga harus dilakukan dengan cara: 1) guru dalam menunjuk topi kepala bernomor siswa secara acak, 2) pemanggilan topi kepala bernomor secara acak tersebut diwakilkan dari masing-masing kelompok, 3) guru mengarahkan siswa saat pembentukan kelompok dan mengkoordinir waktu yang diberikan untuk bekerja kelompok bersama anggotanya.

(9)

2.1.2.3 Media Gambar

Peningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran, perlu adanya penggunaan media pembelajaran yang menarik dan sesuai dengan tujuan pembelajaran.Media pembelajaran dengan alat peraga pembelajaran memiliki banyak kesamaan, yaitu memudahkan siswa untuk mempelajari mata pelajaran dengan berbantuan barang yang nyata dan memudahkan guru dalam menyampaikan informasi yang di dapat. Seperti pendapat Hamalik dikutip (Arsyad, 2011: 19) mengemukakan bahwa “Pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa”.

Salah satu media yang dapat digunakan adalah media gambar.Sadiman dkk.(2011: 29) di antara media pendidikan, gambar/foto adalah media yang paling umum dipakai.Media gambar termasuk ke dalam media grafis yang berfungsi untuk menyalurkan pesan dari sumber ke penerima pesan.Saluran yang dipakai menyangkut indera penglihatan.Sedangkan media gambar menurut Arsyad (2013: 89) menjelaskan bahwa gambar termasuk media berbasis visual yang menunjukkan bagaimana tampaknya suatu benda.

Afidah (2012: 7) berpendapat bahwa media gambar yang digunakan dalam proses pembelajaran selain bertujuan untuk menarik perhatian dan membangkitkan semangat siswa juga berfungsi untuk memudahkan komunikasi yang sulit dibayangkan oleh siswa terhadap suatu konsep atau materi, sehingga proses pembelajaran berlangsung efektif. Hal ini sangat penting karena masalah-masalah yang diorientasikan diawal pembelajaran merupakan starting point atau titik awal bagi siswa untuk membangun proses pengetahuan dan mengintegrasikan pengetahuan baru dengan pengetahuan yang dimiliki sebelumnya.

Dari beberapa pengertian media gambar diatas, dapat disimpulkan bahwa media gambar adalah media pembelajaran yang paling umum dipakai karena memudahkan siswa untuk memahami melalui penglihatan (visual) terhadap suatu

(10)

konsep atau materi dalam membangun proses pengetahuan dan mengintegrasikan pengetahuan yang lama ke yang baru.

Menurut Sadiman dkk. (2011:29) beberapa kelebihan media gambar/foto antaralain: 1) sifatnya konkret; gambar/foto lebihrealistis menunjukkan pokok permasalahandibandingkan dengan media verbal semata,2) gambar dapat mengatasi batasan ruangdan waktu. Tidak semua benda, objek, atauperistiwa dapat dibawa ke kelas, dan tidakselalu bisa anak-anak dibawa ke objek/peristiwa tersebut; 3) ukuran relatif; gambar/foto dapat membesarkan atau memperkecilobjek/benda sebenarnya; 4) gambar/fotosebaiknya mengandung gerak atau perbuatan.Gambar yang baik tidaklah menunjukkan objekdalam keadaan diam tetapi memperlihatkanaktivitas tertentu; 5) gambar yang bagusbelum tentu baik untuk mencapai tujuanpembelajaran.Walaupun dari segi mutu kurang,gambar/foto karya siswa sendiri sering lebihbaik; dan 6) tidak setiap gambar yang bagusmerupakan media yang bagus.Sebagai mediayang baik, gambar hendaklah bagus dari segiseni dan sesuai dengan tujuan pembelajaranyang ingin dicapai.Jadi, dengan adanya mediagambar tidak membatasi ide dan imajinasisiswa melainkan memudahkan siswa dalammengembangkan ide-idenya dalam bentuktulisan.

Media gambar juga memiliki keunggulan (Sukiman, 2012) antara lain, media gambar dapat mengatasi keterbatasan pengamatan visual kita. Media gambar dapat mengatasi sikap pasif siswa, dengan kata lain dapat meningkatkan kegairahan belajar siswa. Tampilannya yang menarik menyebabkan siswa tidak cepat bosan, media gambar berharga murah dan mudah didapat serta digunakan, tanpa memerlukan peralatan khusus.

Kelebihan media gambar dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa penggunaan media gambar lebih konkret karena lebih realitis dalam penjelasan yang diberikan guru, dapat mengatasi keterbatasan ruang dan waktu, media gambar memiliki harga yang relative murah dan mudah didapatkan serta digunakan.Adapun kelemahan media gambar menurut Sudono (dalam Marliawati 2012) kelemahan media gambar adalah hanya menampilkan persepsi indera mata, ukurannya terbatas.

(11)

2.1.2.4 Sintaks Model NHT berbantuan Media Gambar

Adapun sintak dari model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together berbantuan media gambar adalah sebagai berikut:

Tabel 3

Sintaks Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together berbantuan Media Gambar

Fase-Fase Langkah-langkah Pembelajaran

1. Penomoran Siswa dibagi secara heterogen dengan cara berhitung mulai dari angka 1 sampai dengan angka 4, siswa bergabung sesuai dengan nomor kelompok dan mendapatkan topi kepala bernomor sebagai identitas kelompok. 2. Menyajikan Materi Guru menyajikan materi berbantuan media

gambar yang ditempelkan di papan tulis 3. Kerja Kelompok Guru memberikan kesempatan kerja

kelompok bersama anggotanya untuk bekerja kelompok membahas kartu bilangan yang telah diberikan oleh guru

4. Presentasi Guru menunjuk topi kepala bernomor siswa secara acak untuk mempresentasikan hasil kerja kelompok ke depan kelas

5. Evaluasi Guru mengajak siswa bersama-sama mengoreksi hasil kerja kelompok

2.1.3 Hasil Belajar

2.1.3.1 Pengertian Hasil Belajar

Proses kegiatan belajar mengajar dalam setiap pembelajaran akan berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Hasil belajar menunjukkan seberapa besar kemampuan yang telah dicapai selama ini diberikan guru kepada siswa.Hasil belajar dalam kamus besar Bahasa Indonesia adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oelh mata pelajaran dan ditunjukkan dengan nilai tes atau angka yang diberikan oleh guru.Nilai ulangan harian atau tes-tes kecil yang dilakukan dikelas dapat dijadikan data kognitif siswa yang akan diakumulasi untuk menentukan prestasi siswa disekolah.

(12)

Agus Suprijono (2014:5) mengemukakan bahwa hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan.proses interaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu, proses yang diarahkan kepada tujuan dan proses melalui berbagai pengalaman. Hasil belajar menurut Sudjana (2012:22) adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya, hasil belajar ini diperoleh siswa setelah mengikuti proses belajar mengajar. Untuk mengetahui tingkat pencapaian hasil belajar siswa atau kemampuan siswa dalam suatu pokok bahasan guru biasanya mengadakan tes hasil belajar.

Menurut Thoboroni (2013: 24) hasil belajar adalah perubahan perilaku secara keseluruhan bukan hanya salah satu aspek potensi kemanusiaan saja. Sedangkan menurut Arikunto (2012) hasil belajar adalah suatu kemampuan yang harus dimiliki oleh siswa setelah melalui proses pembelajaran. Menurut Taksonomi Bloom, ada tiga domain besar yang diukur dalam penelitian hasil belajar yaitu: (1) ranah kognitif(kognitif domain), (2) ranah afektif (affective domain), (3) ranah psikomotorik (psychomotore domain).

Berdasarkan pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah suatu penilaian akhir dari sebuah proses pembelajaran yang meliputi ranah kognitif, psikomotorik, dan afektif yang dilakukan secara berulang-ulang serta ditunjukkan dengan adanya nilai tes yang diberikan guru dan adanya perubahan tingkah laku setelah terjadinya proses pembelajaran. Pada penelitian ini hanya memfokuskan pada hasil belajar kognitif saja, yaitu dengan cara memberikan siswa soal tes atau ulangan harian setelah kegiatan belajar mengajar selesai sehingga guru dapat mengukur ketercapaian kompetensi siswa dalam ranah kognitif.

2.1.3.2 Faktor yang mempengaruhi hasil belajar

Thobroni (2015:28) mengemukakan bahwa faktor yang mempengaruhi hasil belajar merupakan suatu proses yang menimbulkan terjadinya perubahan atau pembaharuan dalam tingkah laku dan kecakapan. Mengenai faktor yang

(13)

mempengaruhi hasil belajar dibedakan menjadi dua golongan yaitu: Faktor Individual dan faktor sosial.

1. Faktor individual

Faktor Individual terdapat 1) faktor kematangan atau pertumbuhan adalah faktor yang berhubungan erat dengan kematangan atau tingkat pertumbuhan organ-organ tubuh manusia. Kegiatan mengajarkan sesuatu baru dapat berhasil jika taraf pertumbuhan pribadi telah memungkinkan, potensi-potensi jasmani dan rohaniah telah matang, 2) faktor kecerdasan atau inteligensi yaitu berhasil atau tidaknya seseorang mempelajari sesuatu dipengaruhi oleh faktor kecerdasan, 3) faktor latihan dan ulangan, yaitu faktor yang dipengaruhi oleh rajin berlatih, sering melakukan hal yang berulang-ulang, maka pengetahuan yang dimiliki menjadi semakin dikuasai lebih mendalam. Oleh karena itu sering berlatih akan menimbulkan minat semakin besar untuk mempelajari sesuatu yang baru, sebaliknya tanpa latihan pengalaman-pengalaman yang telah dimiliki dapat menghilang tanpa adanya latihan, 3) faktor motivasi adalah pendorong untuk melakukan sesuatu, berusaha mempelajari sesuatu dengan sebaik-baiknya demi mencapai hasil yang diinginkan, 4) faktor pribadi, Sifat keras hati, halus perasaan, berkemauan keras, tekun dan sifat sebaliknya. Sifat-sifat kepribadian tersebut sangat berpengaruh dengan hasil belajar yang dicapai.Termasuk kedalam sifat-sifat kepribadian ini adalah faktor fisik kesehatan dan kondisi badan.

2. Faktor yang diluar individu

Faktor yang mempengaruhi hasil belajar dari luar individu adalah 1) keluarga atau keadaan rumah tanggaSiswa yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga berupa: cara orangtua mendidik, relasi antara anggota keluarga suasana rumah tangga dan keadaan ekonomi keluarga, 2) suasana dan keadaan keluarga, tidaknya kesediaan fasilitas yang diperlukan dalam belajar, 3) faktor guru dan cara mengajarnya, faktor guru dan cara mengajar atau metode yang digunakan sangat berpengaruh pada hasil belajar, 4) faktor alat-alat yang digunakan dalam belajar-mengajar seperti penggunaan media pembelajaran yang digunakan untuk menunjang hasil belajar

(14)

siswa, 5) faktor lingkungan dan kesempatan yang tersedia, 6) faktor motivasi sosial didapatkan dari keluarga serta dari teman dari siswa itu sendiri.

Menurut Slameto (dalam Saur Tampubolon, 2014: 142), menjelaskan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar dapat dibedakan menjadi tiga golongan yaitu faktor yang ada pada diri siswa itu sendiri yang meliputi: 1) faktor biologis, yang meliputi kesehatan, gizi, pendengaran dan penglihatan. Jika salah satu faktor biologis terganggu, hal itu akan mempengaruhi hasil belajar, 2) faktor psikologis, yang meliputi inteligensi, minat dan motivasi, serta perhatian ingatan berpikir, 3) faktor kelelahan yang meliputi jasmani dan rohani. Kelelahan jasmani ditandai dengan lemah tubuh, lapar, haus, dan mengantuk. Sedangkan kelelahan rohani dapat dilihat dengan adanya kebosanan sehingga minat dan dorongan untuk menghasilkan sesuatu akan hilang.

Berdasarkan hal di atas faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar siswa yaitu 1) faktor dari dalam yang erat kaitan nya dengan minat serta motivasi dalam belajar siswa sehingga, siswa mudah dan dengan cepat memahami pelajaran yang telah di berikan oleh guru, 2) Faktor dari luar yaitu lingkungan sosial siswa, seperti halnya teman sebaya, guru, karyawan serta lingkungan di sekitar rumah, 3) Faktor instrumen yang berhubungan dengan kurikulum dan proses pembelajaran di sekolah. Dengan memperhatikan faktor-faktor tersebut diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar seseorang dan dapat mencegah siswa dari penyebab-penyebab terhambatnya pembelajaran.

2.1.3.3 Pengukuran Hasil Belajar

Pengukuran menurut Wardani NS, dkk (2012: 47) adalah kegiatan atau upaya yang dilakukan untuk memberikan angka-angka pada suatu gejala atau peristiwa. Pengukuran juga dapat diartikan penetapan angka dengan cara yang sistematik untuk menyatakan keadaan individu.

Wardani NS, dkk (2012:48) dalam melakukan pengukuran diperlukan alat ukur yang disebut dengan instrumen. Penggunaan instrumen ini tergantung dari

(15)

teknik pengumpulan datanya. Teknik penilaian dan bentuk instrumen secara rinci disajikan dalam tabel 2.3 berikut.

Tabel 4

Teknik Penilaian dan Bentuk Instrumen

Teknik Penilaian Bentuk Instrumen

1. Tes Tertulis a. Tes Pilihan: pilihan ganda, benar salah, menjodohkan, dan lain-lain. b. Tes isisan: isian singkat, dan uraian

2. Tes Lisan c. Daftar Pertanyaan

3. Tes praktik (tes kinerja) d. Tes identifikasi e. Tes simulasi 4. Penugasan individual atau

kelompok

f. Pekerjaan rumah g. Projek

5. Penilaian portofolio h. Lembar penilaian portofolio

6. Jurnal i. Buku catatan jurnal

7. Penilaian diri j. Kuisioner/lembar catatan diri 8. Penilaian antar teman k. Lembar penilaian antar teman

Teknik pengukuran menurut Wardani Naniek Sulistya (2012: 141) dibedakan menjadi tiga yakni tes tertulis, tes lisan dan tes perbuatan.Brown (dalam Yusuf, 2015: 93) menyatakan tes adalah suatu prosedur sistematis untuk mengukur sampel tingkah laku seseorang, yang artinya bahwa tes yang disusun mewakili aspek-aspek yang akan diukur sebagai alat untuk menilai seseorang. Berdasarkan pengertian tersebut, tes dapat dibagi dari segi pelaksanaannya yaitu tes lisan, tes tertulis, atau dalam bentuk perbuatan berupa tes tindakan (Yusuf, 2015).

Hasil pengukuran dapat berupa angka atau uraian tentang kenyataan yang menggambarkan derajat kualitas, kuantitas dan eksistensi keadaan yang diukur. Dalam kegitan belajar mengajar, pengukuran hasil belajar dimaksudkan untuk mengetahui seberapa jauh perubahan tingkah laku siswa setelah menghayati proses belajar. Maka pengukuran yang dilakukan oleh guru lazimnya menggunakan tes

(16)

sebagai alat pengukur.Hasil pengukuran tersebut berwujud angka atau pernyataan yang mencermintakan tingkat kemampuan serta penguasaan materi pelajaran oleh siswa. Pengukuran hasil belajar juga dapat dilakukan dengan menggunakan tes, seperti contohnya pengukuran karakteristik suatu objek, pengukuran dapatdilakukan menggunakan pengamatan, skala rating atau cara lain untuk memperoleh informasi dalam bentuk kuantitatif.

2.2 Hasil Penelitian yang Relevan

Juwito dalam penelitiannyayang berjudul “Upaya Peningkatan Prestasi Belajar Matematika Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together Pada Siswa Kelas IV SD N Madugowongjati 02 Kecamatan Gringsing Kabupaten Batang Tahun Ajaran 2011/2012” menunjukkan bahwa nilai sebelum perbaikan menunjukan dari 15 siswa hanya 5 siswa tuntas (33%) dan 10 siswa belum tuntas (67%). Setelah tindakan yang dilakukan dapat dilihat hasil belajar pada siklus I meningkat,dari 15 siswa 10 siswa yang tuntas (67%) dan 5 siswa yang belum tuntas(33%). Hasil belajar pada siklus II pun meningkat. Dari 15 siswa, 15 siswa tuntas (100%). Penelitian Juwito sama dengan penelitian Keristiana Susanti dengan judul “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IV Pada Mata Pelajaran Matematika Menggunakan Model Pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) Sekolah Dasar Negeri Kutowinangun 04 Salatiga TahunAjaran 2015/2016” bahwa peningkatan hasil belajar terjadi secara bertahap, dimana pada kondisi awal atau pra siklus terdapat 7 siswa atau 25 % siswa yang tuntas dalam pembelajarannya, sedangkan siklus 1 melalui 3 kali pertemuan, ketuntasan belajar siswa meningkat menjadi 17 siswa atau 62,28 % siswa yang tuntas belajar dan siklus ke 2 ketuntasan belajar siswa meningkat menjadi 24 siswa atau 85, 71 %. Terjadi peningkatan hasil belajar matematika setelah menggunakan model pembelajaran tipe Numbered Heads Together mulai dari prasiklus, siklus I dan siklus II.

Penelitian Tri Rumanto yang berjudul “Upaya Peningkatan Hasil Belajar Siswa Melalui Metode Pembelajaran Kooperatif NHT (Numbered Heads Together)

(17)

dengan menggunakan media Garis Bilangan Pada Mata Pelajaran Matematika Kelas Kelas IV Semester II di SD Negeri Mukiran 03 Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Semarang Tahun 2015/2016” menunjukkan bahwa setelah penelitian dilakukan dapat dilihat dari tingkat ketuntasan Matematika naik dari yang semula 53% menjadi 90% dan rata-rata kelas yang semula 66 menjadi 81.Yuni Winarti (2011), dalam Penelitiannya yang berjudul “Penggunaan Metode NHT (Numbered Heads Together) Untuk Meningkatkan Keaktifan Dan Hasil Belajar Siswa Kelas V SD Negeri Banyumundul 02 Kabupaten Wonosobo”. Hasil yang dicapai dari penelitian ini adalah dari 32 sebanyak 17 siswa atau 53,13% tuntas dan sebanyak 15 siswa atau 46,87% belum tuntas. Nilai rata-ratanya adalah 66,25. Sedangkan nilai tertinggi adalah 88 dan nilai terendah adalah 52 dan siklus II sebanyak 36 siswa atau 100% dari jumlah siswa mencapai ketuntasan siklus II siswa yang mencapai KKM 65 sebanyak 36 siswa atau 100% dan tidak ada siswa yang mendapat nilai dibawah KKM. Simpulan dari penelitian tersebut adalah melalui penggunaan metode Numbered Heads Together dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa kelas V SD Negeri Banyumudal 02. Dari penelitian Tri Rumanto dan Yuni Winarti memiliki kesamaan yaitu terjadi peningkatan hasil belajar pada siklus I ke siklus II setelah penggunaan model pembelajaran Numbered Heads Together.

Berdasarkan analisis dari penelitian yang dilakukan oleh Juwito, Tri Rumanto, Keristiana Susanti dan Yuni Winarti telah menunjukkan keberhasilan dalam meningkatkan hasil belajar siswa dengan menggunakan modelNHT. Penulis memilih keempatpenelitian tersebut karena sangat relevan untuk penelitian berikutnya dilingkungan yang berbeda. Selain itu penulis juga tertarik menggunakan NHT karena model pembelajaran tersebut bersifat interaksi sosial karena mengajarkan siswa untuk dapat berinteraksi dengan anggota kelompoknya, serta melatih siswa untuk dapat berpendapat didepan temannya sendiri. Selain itu menurut penulis NHT merupakan model pembelajaran yang menarik karena dikemas dalam topi kepala bernomor sehingga menciptakan rasa ingin tahun yang tinggi dimiliki siswa terhadap tindakan selanjutnya. Penggunaan model pembelajaran Numbered Heads Together

(18)

berbantuan media gambar yang telah dijelaskan diatas mempunyai pengaruh yang besar terhadap hasil belajar matematika.

2.3 Kerangka Pikir

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan pada pembelajaran Matematika di kelas 4 SD Negeri 1 Wates Kecamatan Kedungjati Kabupaten Grobogan semester 2 tahun Ajaran 2017/2018 yang hasil pembelajaran nya masih rendah yang di sebabkan oleh pemahaman konsep dalam memahami rumus-rumus yang ada dalam pembelajaran masih kurang di kuasai siswa, proses kegiatan belajar mengajar belum menggunakan media pembelajaran, siswa menganggap sukarnya pembelajaran matematika sehingga siswa menjadi mudah bosan dan tidak antusias mengikuti pembelajaran. Hal ini mengakibatkan rendahnya hasil belajar Matematika di kelas tersebut yang ditunjukan dengan sangat jauh dari KKM untuk mata pelajaran matematika yaitu 70.

Cara mengatasi masalah rendahnya hasil belajar siswa guna meningkatkan hasil belajar dalam proses pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif. Pembelajaran matematika sebaiknya dilaksanakan menggunakan model pembelajaran NHT, karena dengan menggunakan model pembelajaran NHT dapat meningkatkan hasil belajar yang rendah dengan caramenempatkan siswa dalam kelompok untuk bertukar pendapat. Selain itu, siswa dapat belajar melalui temannya sendiri, sehingga mempermudah siswa dalam memahami pembelajaran. Model pembelajaran NHT dapat menarik daya minat siswa dalam belajar karena menggunakan media gambar serta media yang digunakan di kepala siswa sebagai identitas kelompok, dengan hal tersebut membuat siswa memiliki rasa ingin tahu yang tinggi terhadap tindakan yang akan di lakukan selanjutnya dalam proses pembelajaran NHT.

Proses pembelajaran dalam model NHT membuat siswa menjadi lebih aktif karena semua siswa berpartisipasi dalam pembelajaran. Pembelajaran dengan

(19)

menggunakan model NHT akan mempermudah siswa dalam memahami konsep sehingga akan berdampak pada hasil belajar yang di peroleh siswa.

2.4 Hipotesis Tindakan

Dari uraian kajian teori dan kerangka berpikir diatas dapat ditarik hipotesis dalam penelitian adalah penerapan pembelajaran kooperatif tipe NHT berbantuan media gambar diduga dapat meningkatkan hasil belajar matematika pada siswa kelas 4 SD Negeri 1 Wates Semester II Tahun Pelajaran 2017/2018.

Referensi

Dokumen terkait

Penyusun mengucap syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan berkat dan rahmat-Nya, sehingga penyusun dapat melaksanakan dan menyelesaikan laporan

sebagaimana yang telah saudara sampaikan pada Dokumen Penawaran Administrasi, Teknis dan Biaya beserta Staf Teknis / Administrasi Perusahaan Saudara (jika diperlukan) guna menunjang

Guru kembali memperlihatkan gambar melalui tayangan power point, dan siswa diminta untuk berdiskusi mengidentifikasi kebiasaan-kebiasaan siang hari yang sesuai

mendebet Rekening Giro BI BRI dan mengkredit Rekening Giro BI Bank Mandiri dan menyerahkan Cek berikut Surat Tolakannya kepada BRI.  Bank BRI selanjutnya akan mengambil warkat

- Penyedia dapat meminta penjelasan kepada Pejabat Pengadaan sebelum batas ahkir pemasukan penawaran pada jam kerja ( 08.00 – 15.00 WIB ) - Seluruh komponen RS Paru

Dari perhitungan diperoleh daya penggerak poros (P) : 74,04 kW, sedangkan di lapangan adalah 393,2 kW. Ada beberapa kemungkinan yang dapat mengakibatkan penurunan tersebut,

Bidang kegiatan pada Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sumatera Utara adalahmengenai sebagian dari urusan pemerintah pusat dalam bidang perikanan darat, perikanan

pH sangat rendah akan menyebabkan mobilitas berbagai senyawa logam berat yang bersifat toksik semakin tinggi yang tentunya akan mengancam kelangsungan hidup organisme akuatik, dan