• Tidak ada hasil yang ditemukan

PETUNJUK TEKNIS PENGAJUAN USULAN KEGIATAN YANG DIBIAYAI DARI PINJAMAN DAN/ATAU HIBAH LUAR NEGERI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PETUNJUK TEKNIS PENGAJUAN USULAN KEGIATAN YANG DIBIAYAI DARI PINJAMAN DAN/ATAU HIBAH LUAR NEGERI"

Copied!
85
0
0

Teks penuh

(1)

PETUNJUK TEKNIS

PENGAJUAN USULAN KEGIATAN YANG

DIBIAYAI DARI PINJAMAN DAN/ATAU

HIBAH LUAR NEGERI

PENINGKATAN KESIAPAN

RENCANA PELAKSANAAN KEGIATAN

(BUKU 3)

(2)

KANTOR MENTERI NEGARA PERENCANAAN

PEMBANGUNAN NASIONAL/

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN

NASIONAL

(3)

Kata Pengantar

Dalam rangka mencapai sasaran program pembangunan nasional seperti yang telah dituangkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) 2004-2009, masih dibutuhkan sumber pendanaan luar negeri sebagai salah satu alternatif pembiayaan. Kebutuhan pinjaman luar negeri tersebut adalah untuk mempercepat pencapaian sasaran pembangunan nasional dan menutup defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).

Untuk meningkatkan efektifitas pemanfaatan pinjaman / hibah luar negeri, telah dilakukan berbagai penyempurnaan manajemen pinjaman / hibah luar negeri melalui penyempurnaan peraturan yang terkait dengan perencanaan dan pelaksanaan pinjaman/hibah luar negeri. Peraturan tersebut adalah Peraturan Pemerintah Nomor 2/2006 tentang Tata Cara Pengadaan Pinjaman dan/atau Penerimaan Hibah serta Penerusan Pinjaman dan/atau Hibah Luar Negeri. Sesuai dengan amanat Peraturan Pemerintah tersebut dan dalam rangka melakukan sinkronisasi perencanaan kegiatan dan perencanaan keuangan yang akan dibiayai dari sumber pinjaman / hibah luar negeri, telah ditetapkan tiga Peraturan Menteri, yaitu (1) Peraturan Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Nomor PER.005/M.PPN/06/2006

(4)

tentang Tata Cara Perencanaan dan Pengajuan Usulan serta Penilaian Kegiatan yang Dibiayai dari Pinjaman dan/atau Hibah Luar Negeri, (2) Peraturan Menteri Keuangan Nomor 52/PMK.010/2006 tentang Tata Cara Pemberian Hibah Kepada Daerah, dan (3) Peraturan Menteri Keuangan Nomor 53/PMK.010/2006 tentang Tata Cara Pemberian Pinjaman Daerah dari Pemerintah yang Dananya Bersumber dari Pinjaman Luar Negeri. Peraturan-peraturan tersebut diharapkan dapat memberikan landasan yang kuat dalam melakukan koordinasi perencanaan dan pelaksanaan kegiatan pembangunan yang akan dibiayai dari pinjaman / hibah luar negeri.

Salah satu tahap yang penting dalam mempersiapkan kegiatan pinjaman / hibah luar negeri adalah menyusun Daftar Rencana Prioritas Pinjaman dan/ atau Hibah Luar Negeri (DRPPHLN). Dalam penyusunan DRPPHLN perlu dilakukan peningkatan kesiapan rencana pelaksanaan kegiatan. Hal tersebut bertujuan untuk meningkatkan persiapan suatu kegiatan, baik dari aspek teknis, administrasi dan keuangan, serta kesiapan dari pihak penanggung jawab dan pelaksana kegiatan. Kesiapan penanggungjawab / pelaksana kegiatan tersebut khususnya dalam pengelolaan kegiatan agar dapat berjalan secara efektif dan efisien, yang pada akhirnya akan memberikan dampak positif bagi masyarakat.

(5)

Buku ini merupakan buku ke 3 dari 4 buku petunjuk teknis yang dipergunakan untuk melakukan proses perencanaan persiapan pinjaman / hibah luar negeri. Dalam buku ini akan dijelaskan mengenai proses peningkatan kesiapan rencana pelaksanaan kegiatan untuk kegiatan yang telah mendapatkan indikasi pendanaan luar negeri. Proses ini juga berkaitan dengan tahap persiapan (preparation) dan penilaian (appraisal) yang akan dilakukan oleh pemberi pinjaman / hibah luar negeri.

Semoga buku ini dapat membantu pejabat perencana pada Kementerian Negara / Lembaga, Pemerintah Daerah dan BUMN dalam menyiapkan usulan kegiatan yang dibiayai pinjaman / hibah luar negeri.

Jakarta, Oktober 2006

Deputi Bidang Pendanaan Pembangunan

Kementerian Negara Perencanaan Pembangunan Nasional / Badan Perencanaan Pembangunan Nasional

(6)

Daftar Isi

Kata Pengantar ... i Daftar Isi... iv BAB 1PENDAHULUAN...1 1.1. Permasalahan...1 1.2. Penanganan Masalah...4

BAB 2PENINGKATAN KESIAPAN RENCANA PELAKSANAAN KEGIATAN ...9

2.1. Sinkronisasi Kegiatan dengan Program Calon Pemberi Pinjaman dan/atau Hibah Luar Negeri ...12

2.2. Penyusunan Rencana Kegiatan Rinci...15

2.2.1 Peningkatan Kesiapan Kegiatan Bagi Pemerintah Daerah ...18

2.2.2. Peningkatan Kesiapan Kegiatan Bagi BUMN...21

2.3. Penilaian Kesiapan Kegiatan...24

2.4. DRPPHLN...29

2.5. Daftar Kegiatan ...31

BAB 3SIKLUS PERENCANAAN DAN PELAKSANAAN KEGIATAN...33

3.1. Gambaran Umum ...33

3.2. Siklus Kegiatan Menurut Peraturan Meneg PPN...35

3.3. Keterkaitan Antar Siklus Kegiatan ...36

BAB 4PENYUSUNAN DOKUMEN DAFTAR RENCANA PRIORITAS PINJAMAN / HIBAH LUAR NEGERI ...39

4.1. Umum...39

(7)

LAMPIRAN...47

Lampiran A. Siklus Kegiatan Pemberi Pinjaman/Hibah Luar Negeri...48

A.1. World Bank ...49

A.1.1. Siklus Kegiatan Bank Dunia ...49

A.1.2. Latar Belakang...49

A.1.3. Country Assistance Strategy...51

A.1.4. Tahap Identifikasi ...53

A.1.5. Tahap Persiapan ...54

A.1.6. Tahap Penilaian...55

A.1.7. Tahap Negosiasi dan Penyetujuan ...55

A.1.8. Tahap Pelaksanaan dan Pengawasan ...56

A.1.9. Tahap Laporan Penyelesaian Pelaksanaan ...56

A.1.10. Tahap Evaluasi ...57

A.2. Asian Development Bank (ADB) ...58

A.2.1. Siklus Kegiatan ADB ...58

A.2.2. Latar Belakang...58

A.2.3. Penyusunan Country Strategy and Program (CSP)...59

A.2.4. Identifikasi Proyek (Identification)...60

A.2.5. Tahap Persiapan Proyek (Preparation)...61

A.2.6. Penilaian Proyek (Appraisal)...63

A.2.7. Negosiasi & Persetujuan Pinjaman (Loan Negotiation & Board Approval) ...63

A.2.8. Implementasi Proyek (Implementation) ...63

A.2.9. Evaluasi Pasca Pelaksanaan Proyek (Evaluation) ...64

(8)

A.3. Japan Bank for International Cooperation (JBIC) ....65

A.3.1. Siklus Kegiatan Menurut JBIC ...65

A.3.2. Umum ...65

A.3.3. Identifikasi Kegiatan (Identification)...66

A.3.4. Penyiapan (Preparation)...67

A.3.5. Penilaian dan Evaluasi (Appraisal and Ex-Ante Evaluation) ...69

A.3.6. Notifikasi, Pertukaran Catatan, dan Naskah Perjanjian (Prior Notification, Exchange of Notes, and Loan Agreement)...70

A.3.7. Pengadaan dan Penarikan Dana (Procurement and Disbursement) ...71

A.3.8. Pengawasan Pelaksanaan (Supervision of Implementation) ...72

A.3.9. Evaluasi Pasca Pelaksanaan (Ex-Post Evaluation) ...73

A.3.10. Pengawasan Pasca Penyelesaian (Monitoring after Completion) ...74

A.3.11. Umpan Balik untuk Penyiapan dan Penilaian Kegiatan (Feedback to Project Preparation and Appraisal)...75

(9)

Daftar Istilah

APBD : Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah APBN : Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Bappenas : Badan Perencanaan Pembangunan Nasional BUMN : Badan Usaha Milik Negara

DIPK : Daftar Isian Pengusulan Kegiatan

DRPHLN-JM : Daftar Rencana Pinjaman dan/atau Hibah Luar Negeri Jangka Menengah

DRPPHLN : Daftar Rencana Prioritas Pinjaman dan/atau Hibah Luar Negeri

FKE : Fasilitas Kredit Ekspor KAK : Kerangka Acuan Kerja

Meneg PPN : Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional

NPHLN : Naskah Perjanjian Hibah Luar Negeri NPPLN : Naskah Perjanjian Pinjaman Luar Negeri Pemda : Pemerintah Daerah

PHLN : Pemberi Hibah Luar Negeri PPLN : Pemberi Pinjaman Luar Negeri

RKPLN : Rencana Kebutuhan Pinjaman Luar Negeri RPJM : Rencana Pembangunan Jangka Menengah

RPJMD : Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah RPK-PHLN : Rencana Pelaksanaan Kegiatan Pinjaman dan/atau

(10)
(11)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Permasalahan

Salah satu permasalahan dalam pelaksanaan kegiatan yang dibiayai pinjaman luar negeri adalah efektifitas penggunaan dana pinjaman luar negeri dalam menunjang aktifitas perekonomian nasional. Hal tersebut ditandai dengan daya serap dana yang rendah, dan penggunanaan kandungan lokal dalam pelaksanaan kegiatan yang belum optimal. Salah satu sumber dari permasalahan tersebut adalah kelemahan dalam persiapan pelaksanaan kegiatan. Persiapan pelaksanaan kegiatan dimulai dari proses perencanaan, termasuk penyusunan konsep dasar pelaksanaan kegiatan yang meliputi pendalaman studi kelayakan, penyusunan rencana kegiatan rinci, penentuan rencana lokasi kegiatan, penyusunan rencana detail biaya pelaksanaan, penyusunan jadual pelaksanaan, penyusunan spesifikasi barang dan jasa yang akan digunakan, mekanisme pengadaan barang dan jasa, penyusunan rencana organisasi pelaksanaan, serta penyusunan rencana kegiatan lainnya yang dibutuhkan dalam rangka pencapaian sasaran kegiatan.

Tahap rencana persiapan pelaksanaan kegiatan sering kali kurang mendapat perhatian, antara lain kurangnya kemampuan sumber daya manusia yang dimiliki oleh instansi pengusul kegiatan, dan kurang ketersediaan dana untuk mendukung rencana persiapan pelaksanaan kegiatan. Kedua hal ini merupakan unsur penyebab yang saling terkait dan mengakibatkan persiapan pelaksanaan kegiatan menjadi kurang optimal.

(12)

Hal lain yang menyebabkan kurangnya perhatian dalam menyusun rencana persiapan pelaksanaan kegiatan, adalah waktu yang cukup lama untuk memproses rencana persiapan pelaksanaan kegiatan, dan belum adanya kepastian memperoleh sumber pendanaan yang diharapkan.

Menyadari keterbatasan tersebut, pihak calon Pemberi Pinjaman dan/atau Hibah Luar Negeri (PPHLN) biasanya menyediakan dukungan untuk penyiapan pelaksanaan kegiatan. Dukungan dari calon PPHLN tersebut dapat berupa penyediaan dana, dan tenaga ahli yang ditugaskan untuk menyusun penyiapan rencana pelaksanaan kegiatan yang akan dibiayai calon PPHLN tersebut.

Kondisi tersebut sering disalahtafsirkan, seolah-olah calon PPHLN mempunyai peran yang lebih dominan dalam perencanaan pinjaman luar negeri, khususnya dalam menentukan arah, besar dan sasaran kegiatan. Hal tersebut dapat menyebabkan suatu kegiatan seolah-olah dikendalikan oleh PPHLN (donor driven).

Penggunaan tenaga ahli (biasanya tenaga ahli asing) yang disediakan oleh calon Pemberi Pinjaman dan/atau Hibah Luar Negeri dalam menyusun rencana pelaksanaan kegiatan, dan kurangnya perhatian instansi penanggungjawab/pelaksana kegiatan, seringkali menyebabkan penentuan spesifikasi barang dan jasa yang akan digunakan dalam pelaksanaan kegiatan, cenderung menggunakan spesifikasi barang dan jasa dari negara asal tenaga ahli tersebut, atau asal negara calon PPHLN. Disamping permasalahan tersebut, rencana kegiatan yang disusun oleh tenaga ahli asing tersebut juga kurang

(13)

mencerminkan rencana kerja dari instansi penanggungjawab /pelaksana kegiatan, dan rencana penggunaan fasilitas yang disusun menjadi kurang sesuai dengan kondisi Indonesia.

Akibat dari persiapan pelaksanaan yang kurang optimal tersebut, akan timbul berbagai permalahan pada saat pelaksanaaan kegiatan dimulai, antara lain kurangnya rasa kepemilikan (ownership) dari instansi penanggungjawab terhadap kegiatan, pelaksanaan kegiatan kurang memberikan manfaat yang optimal bagi perekonomian (karena membutuhkan spesifikasi barang dan jasa yang tidak terkait langsung dengan perekonomian nasional), dan berbagai permasalahan lainnya. Permasalahan tersebut tercermin dari sering tertundanya jadual pelaksanaan kegiatan dan terjadi perubahan rencana pelaksanaan kegiatan yang cukup berarti pada saat implementasi kegiatan.

Kurangnya perhatian dan keterlibatan instansi pelaksana dalam penyiapan rencana pelaksanaan merupakan salah satu sumber utama pelaksanaan kegiatan yang dibiayai dari pinjaman / hibah luar negeri menjadi tidak efektif dan efisien. Hal tersebut juga telah disadari oleh lembaga-lembaga multilateral maupun bilateral pemberi pinjaman / hibah luar negeri, sehingga upaya untuk meningkatkan perhatian, peran dan keterlibatan dari instansi penanggung jawab/pelaksana kegiatan dicantumkan sebagai salah satu butir dalam Deklarasi Paris1.

(14)

Untuk mengurangi berbagai permasalahan dalam pelaksanaan, maka keterlibatan aktif instansi penanggungjawab / pelaksana kegiatan dalam penyiapan rencana pelaksanaan suatu kegiatan merupakan hal yang sangat mutlak diperlukan. Menyadari hal tersebut, dalam penyempurnaan perencanaan kegiatan yang akan dibiayai oleh pinjaman / hibah luar negeri, proses penyiapan perencanaan akan dilaksanakan oleh instansi penanggungjawab dan pelaksana kegiatan yang dikoordinasikan oleh Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas.

1.2. Penanganan Masalah

Permasalahan seperti diatas telah menjadi perhatian berbagai pihak, baik pemberi pinjaman luar negeri maupun negara penerima pinjaman luar negeri. Hal ini dipertegas dalam Deklarasi Paris yang ditandatangani oleh 91 negara serta 26 lembaga multilateral dan bilateral. Dalam Deklarasi Paris, baik lembaga pemberi maupun negara penerima pinjaman luar negeri sepakat perlunya meningkatkan pelaksanaan kegiatan secara efisiensi dan efektifitas, serta mengoptimalkan manfaat dari pinjaman luar negeri.

Usaha peningkatan efektifitas dan efisiensi pemanfaatan dana luar negeri tersebut juga telah dinyatakan dalam RPJM 2004-2009, dan Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengadaan Pinjaman dan/atau Penerimaan Hibah serta Penerusan Pinjaman dan/atau Hibah Luar Negeri. Disamping itu, PP No. 2/2006 mengamanatkan agar pelaksanaan pinjaman/hibah luar negeri harus dilakukan secara transparan dan akuntabel.

(15)

Untuk mencapai kesepakatan tersebut, dalam merencanakan dan melaksanakan pinjaman / hibah luar negeri, perlu dilaksanakan langkah-langkah sebagai berikut :

Kotak 1 Deklarasi Paris

Deklarasi Paris (2 Maret 2005) tentang efektifitas pemanfaatan bantuan luar negeri (aid) ditandatangani oleh 91 negara dan 26 lembaga multilateral dan bilateral.

Deklarasi Paris tersebut menyatakan bahwa seluruh penandatangan deklarasi sepakat akan memberikan komitmen dalam mempercepat peningkatan efektifitas pemanfaatan bantuan luar negeri melalui langkah-langkah sebagai berikut:

a. Meningkatkan kemampuan negara-negara penerima bantuan (partner) dalam menyusun strategi pembangunan nasional dan kerangka kerja operasional (dalam perencanaan, pembiayaan, dan penilaian kinerja). b. Meningkatkan kesesuaian bantuan dengan prioritas, sistem dan prosedur

serta membantu meningkatkan kapasitas negara-negara penerima bantuan (partner).

c. Meningkatkan akuntabilitas (accountability) kebijakan, strategi, dan kinerja pemanfaatan bantuan kepada masyarakat dan parlemen di negara donor dan penerima bantuan.

d. Menghilangkan duplikasi kegiatan dan melakukan rasionalisasi kegiatan donor agar dana dapat digunakan seefektif mungkin.

e. Melakukan reformasi dan menyederhanakan kebijakan dan prosedur dari donor untuk meningkatkan kerjasama dan penyesuaian prioritas, sistem dan prosedur negara-negara penerima bantuan (partner).

f. Menyusun standar dan ukuran-ukuran atas kinerja dan akuntabilitas sistem dari negara-negara penerima bantuan (partner) dalam manajemen keuangan publik, pengadaan barang dan jasa, perlindungan hukum dan lingkungan hidup, yang sejalan dengan praktek yang dapat diterima secara luas serta dapat dilaksanakan dengan mudah.

(16)

a. Meningkatkan transparansi dalam proses perencanaan dan pengelolaan kegiatan yang dibiayai oleh pinjaman dan/atau hibah luar negeri.

b. Meningkatkan koordinasi antara lembaga-lembaga pemerintah dalam merencanakan dan mengelola kegiatan yang dibiayai pinjaman / hibah luar negeri, sehingga diperoleh sinergi dengan kegiatan lain yang dibiayai menggunakan dana dari dalam negeri. c. Meningkatkan integrasi dalam proses perencanaan dan

pelaksanaan kegiatan-kegiatan yang dibiayai dengan pinjaman / hibah luar negeri ke dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).

d. Meningkatkan kemampuan dan peran dari Kementerian Negara/Lembaga, Pemerintah Daerah dan BUMN dalam merencanakan dan mengelola kegiatan-kegiatan yang dibiayai dengan pinjaman / hibah luar negeri.

e. Meningkatkan keterlibatan publik / masyarakat sejak proses perencanaan sampai dengan pelaksanaan kegiatan-kegiatan yang dibiayai dengan pinjaman / hibah luar negeri.

f. Meningkatkan koordinasi dengan para PPHLN dalam menyusun dan merencanakan penggunaan dana.

Penjabaran langkah-langkah dalam perencanaan pinjaman / hibah luar negeri tersebut dilaksanakan dengan melakukan persiapan perencanaan kegiatan yang lebih sistematis dan transparan. Di dalam Peraturan Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional

(17)

Nomor: PER.005/M.PPN/06/2006 tentang Tata Cara Perencanaan dan Pengajuan Usulan serta Penilaian Kegiatan yang Dibiayai dari Pinjaman dan/atau Hibah Luar Negeri, persiapan perencanaan pinjaman / hibah luar negeri dimulai dari tahap pengusulan kegiatan oleh instansi pengusul, pencantuman usulan kegiatan dalam Daftar Rencana Pinjaman dan/atau Hibah Luar Negeri Jangka Menengah (DRPHLN-JM), pencantuman usulan kegiatan dalam Daftar Rencana Prioritas Pinjaman dan/atau Hibah Luar Negeri (DRPPHLN), hingga penyusunan Rencana Pelaksanaan Kegiatan Pinjaman dan/atau Hibah Luar Negeri (RPK-PHLN)). Proses perencanaan kegiatan yang dibiayai pinjaman/hibah luar negeri tersebut dapat ditunjukkan dalam gambar 1.

Dengan rangkaian proses persiapan tersebut, diharapkan suatu kegiatan dapat dilakukan persiapan secara optimal dan terpadu, baik dari instansi penanggungjawab / pengusul kegiatan, Kementerian Negara PPN / Bappenas, Kementerian Keuangan, Pemberi Pinjaman dan/atau Hibah Luar Negeri, dan seluruh pemangku kepentingan (stakeholders) lainnya.

Dalam buku ini akan dijelaskan proses persiapan kegiatan dari tahap DRPHLN-JM hingga tahap pencantuman kegiatan dalam DRPPHLN. Proses pengusulan kegiatan hingga pencantuman usulan kegiatan dalam DRPHLN-JM telah dijelaskan dalam Buku 2, sedangkan proses penyusunan Rencana Pelaksanaan Kegiatan yaitu tahap setelah ditandatanganinya dokumen perjanjian dengan Pemberi Pinjaman dan/atau Hibah Luar Negeri akan disajikan dalam Buku 4.

(18)
(19)

BAB 3 PENINGKATAN KESIAPAN

RENCANA PELAKSANAAN

KEGIATAN

Bila suatu kegiatan telah tercantum dalam DRPHLN-JM, dapat dikatakan kegiatan tersebut layak untuk dibiayai dari pinjaman / hibah luar negeri. Selanjutnya kegiatan tersebut akan dinilai dan diproses kesiapannya agar dapat dicantumkan dalam DRPPHLN. Proses untuk mencantumkan suatu kegiatan ke dalam DRPPHLN tersebut adalah melakukan Peningkatan Kesiapan Rencana Pelaksanaan Kegiatan. Tujuan peningkatan kesiapan rencana pelaksanaan kegiatan adalah agar instansi penanggungjawab / pelaksana kegiatan akan lebih siap dalam melaksanakan kegiatan yang diusulkan. Kegiatan yang telah ditingkatkan kesiapan pelaksanaannya tersebut lalu akan dinilai berdasarkan kriteria kesiapan pelaksanaan (readiness criteria). Berdasarkan hasil penilaian kesiapan pelaksanaan kegiatan tersebut, kegiatan yang dinilai telah memenuhi kriteria kesiapan dalam suatu tingkat tertentu, dan telah mendapatkan indikasi sumber pendanaan, akan dimasukkan kedalam dokumen DRPPHLN.

Dalam proses perencanaan pinjaman / hibah luar negeri (Gambar 1) terdapat beberapa tahap yang harus dilalui untuk menghasilkan dokumen DRPPHLN. Setelah kegiatan-kegiatan yang diusulkan untuk dibiayai dari pinjaman / hibah luar negeri tercantum dalam

(20)

Gambar 1 Proses Perencanaan Pinjaman dan/atau Hibah Luar Negeri Us ulan Ke giata n RKPL N ( B o rrowin g S trategy ) L e ndi ng Program Ke lay a ka n DRP HLN-JM PEN YUSU NAN R K PLN Si nk ro ni s a s i Ke giata n Pen y usun a n renca n a keg iatan r inci Indi kasi Kem a mpuan Ke uangan Pem da/B U M N Pe rm in taan Inf o rm a s i Ke m a mpuan Keuangan Pem da/ BU MN Pe ni ngk at a n Ke siap an Peni lai a n Ke s iap an DRP PHL N Daftar Ke giatan Indi k a s i Komitme n P e n d an aa n Penetapan Aloka s i NP PH L N RP KP H L N Ma naje me n Ris ik o Ren c ana Pel a ks a n a a n Kegia tan Ke gi at an Pe mda/B U M N K e g iat an K/ L K/L/Pemd a/BUMN Menke u Menteri PP N Calon P P HLN K/L/Pemd a/BUMN Menke u Menteri PP N Calon P P HLN

(21)

dokumen DRPHLN-JM, Meneg PPN/Kepala Bappenas melaksanakan rapat sinkronisasi kegiatan dengan calon PPHLN. Untuk usulan kegiatan yang berasal dari Pemda dan BUMN, Meneg PPN/Kepala Bappenas terlebih dahulu akan meminta indikasi kemampuan keuangan Pemda/BUMN tersebut kepada Menteri Keuangan.

Penilaian kesiapan pelaksanaan kegiatan dilakukan Meneg PPN/Kepala Bappenas berdasarkan kriteria kesiapan (readiness criteria). Untuk kegiatan yang telah memenuhi kriteria kesiapan dan telah mendapat indikasi sumber pendanaan akan dicantumkan dalam dokumen DRPPHLN.

DRPPHLN merupakan dokumen yang akan diterbitkan setiap tahun, paling lambat pada bulan November. Dengan ketentuan tersebut, batas akhir pelaksanaan penyiapan kegiatan menjadi lebih pasti sehingga pengusul kegiatan dapat mengukur kapan persiapan kegiatan yang diusulkan harus selesai agar dapat dicantumkan dalam DRPPHLN.

Untuk menjaga kepastian dalam perencanaan dan pelaksanaan kegiatan yang akan dibiayai dari pinjaman dan/atau hibah luar negeri, setiap kegiatan yang telah tercantum dalam DRPPHLN selama 2 (dua) tahun berturut-turut dan tidak mendapatkan indikasi pendanaan dari Pemberi Pinjaman dan/atau Hibah Luar Negeri, kegiatan tersebut tidak akan dicantumkan lagi dalam DRPPHLN pada tahun berikutnya.

(22)

Dalam beberapa hal, bila suatu usulan kegiatan masih dipandang perlu untuk meningkatkan kesiapan rencana pelaksanaan kegiatannya, maka kegiatan tersebut harus dilakukan peningkatan kesiapannya.

Secara garis besar proses peningkatan kesiapan rencana pelaksanaan kegiatan terdiri dari 3 tahap kegiatan, yaitu: Sinkronisasi Kegiatan dengan Program calon PPHLN, Penyusunan Rencana Kegiatan Rinci, dan Penilaian Kesiapan Kegiatan.

Pembahasan untuk tiap tahap penyusunan peningkatan kesiapan rencana pelaksanaan kegiatan tersebut dijelaskan adalah sebagai berikut:

3.1. Sinkronisasi Kegiatan dengan Program Calon Pemberi Pinjaman dan/atau Hibah Luar Negeri

Meneg PPN/Kepala Bappenas bersama-sama dengan Menteri Keuangan, Menteri Luar Negeri dan Instansi terkait melakukan sinkronisasi kegiatan dengan calon Pemberi Pinjaman dan/atau Hibah Luar Negeri. Sinkronisasi tersebut dilakukan dalam rangka mendapatkan kesesuaian lingkup kegiatan untuk kegiatan-kegiatan yang tercantum dalam DRPHLN-JM dengan program kerja calon Pemberi Pinjaman dan/atau Hibah Luar Negeri. Sinkronisasi tersebut dilakukan secara berkala, baik melalui pertemuan atau korespondensi.

(23)

Calon Pemberi Pinjaman dan/atau Hibah Luar Negeri dapat berasal dari negara asing (bilateral), Lembaga Multilateral, Lembaga Keuangan dan Non Keuangan asing, Lembaga Keuangan Non Asing yang berada diluar

wilayah Republik Indonesia.

Program calon Pemberi Pinjaman / Hibah Luar Negeri adalah program prioritas yang telah ditetapkan oleh PPHLN yang akan diberikan kepada suatu negara peminjam atau penerima hibah. Prioritas program tersebut dijabarkan dari kebijakan dan strategi yang telah disusun oleh calon PPHLN untuk suatu

negara penerima pinjaman / hibah.

Kotak 2 Profil Ringkas Prioritas Program Lembaga Pemberi Pinjaman dan/atau

Hibah Luar Negeri (Bilateral)

1. JEPANG

− JICA (hibah) memberikan bantuan melalui kegiatan development study, technical cooperation, dan grant aid.

− JBIC (pinjaman) antara lain membiayai infrastruktur transportasi, pengairan, irigasi, dan listrik.

2. AMERIKA SERIKAT

Empat fokus utamanya yaitu:

− mendorong pertumbuhan ekonomi

− lingkungan hidup

− kestabilan pertumbuhan penduduk

− perkembangan demokrasi

3. AUSTRALIA

Memfokuskan pada:

Good governance (pengelolaan sektor

keuangan, reformasi hukum, pemberdayaan masyarakat sipil, dan pengembangan sumber daya manusia)

Pemenuhan kebutuhan dasar seperti

kesehatan ibu dan anak,

penanggulangan HIV/AIDS, air bersih, sanitasi, dan pendidikan dasar.

4. JERMAN

Kerjasama difokuskan pada bidang:.

− kesehatan masyarakat

− reformasi ekonomi

− Transportasi

− Cross cutting issue : Desentralisasi

(24)

Umumnya dalam menyu-sun kebijakan dan strategi PPHLN untuk negara penerima pinjaman / hibah, disusun dengan mempertimbangkan ber-bagai kondisi yang terdapat pada negara tersebut, dan program kerja yang telah disusun oleh pemerintah negara penerima pinjaman / hibah.

Sebagai contoh, World Bank menyusun dokumen Country Assistance Strategy (CAS) sebagai dokumen referensi untuk pelak-sanaan program dari World Bank dan kelom-poknya (International Development Association/ IDA, International Finance Corporation/IFC dan Multilateral Investment Guarantee Agency/MIGA).

Kotak 3 Profil Ringkas Prioritas Program Lembaga Pemberi Pinjaman dan/atau Hibah

Luar Negeri (Multilateral)

1. WORLD BANK

Fokus kerjasama:

− pemulihan ekonomi yang berkelanjutan − pengembangan kapasitas kelembagaan

pemerintah

− tata pemerintahan yang baik − penyediaan pelayanan publik.

2. ASIAN DEVELOPMENT BANK

Fokus kerjasama:

− pengembangan kapasitas kelembagaan − pelaksanaan tata pemerintahan yang baik − pemulihan ekonomi berbasis penciptaan

lapangan kerja

− pembangunan sosial dan sumber daya manusia − pengelolaan lingkungan hidup yang

berkelanjutan

3. ISLAMIC DEVELOPMENT BANK

Fokus kerjasama: − Pendidikan − Kesehatan

− Pengembangan kapasitas daerah − Pembangunan infrastruktur

4. UNI EROPA

Fokus kerjasama:

− good governance: pelayanan publik, kesehatan, pendidikan dan reformasi ekonomi

− pengelolaan sumber daya alam yang berkelanjutan

− kerjasama ekonomi dan perdagangan melalui capacity building, transfer teknologi dan lain-lain

5. UNDP

Fokus kerjasama:

− Reformasi tata pemerintahan − Pengentasan kemiskinan

− Pencegahan dan penanggulangan konflik − Pengelolaan lingkungan hidup

(25)

Hal serupa juga diterapkan oleh berbagai lembaga multilateral, lainnya seperti Asian Development Bank/ADB, Japan Bank for International Cooperation/JBIC, dan lain-lain.

Untuk menghindari terjadinya kegiatan yang diciptakan oleh calon pemberi pinjaman/hibah, daftar kegiatan yang disampaikan dalam sinkronisasi kegiatan dengan calon pemberi pinjaman/hibah adalah kegiatan-kegiatan yang telah tercantum dalam DRPHLN-JM. Hasil Sinkronisasi kegiatan tersebut akan menghasilkan daftar rencana kegiatan yang diminati oleh calon pemberi pinjaman / hibah.

3.2. Penyusunan Rencana Kegiatan Rinci

Berdasarkan hasil sinkronisasi kegiatan dengan calon Pemberi Pinjaman dan/atau Hibah Luar Negeri, dihasilkan daftar rencana kegiatan yang telah mendapat minat/indikasi sumber pendanaan dari calon PPHLN. Selanjutnya Meneg PPN/Kepala Bappenas akan melakukan koordinasi dengan instansi pengusul untuk meningkatkan kesiapan rencana pelaksanaan kegiatan yang telah mendapatkan indikasi sumber pendanaan tersebut.

Peningkatan kesiapan kegiatan yang dimaksud adalah menyusun rencana kegiatan rinci, yaitu menyusun berbagai detil rencana kegiatan dan persyaratan dalam pelaksanaan kegiatan yang setidaknya meliputi antara lain: jenis kegiatan yang akan dilaksanakan, lokasi kegiatan, rencana alokasi anggaran, penentuan

(26)

satuan kerja yang akan melaksanakan kegiatan, organisasi pelaksanaan, dan jadual pelaksanaan, serta mekanisme pengada-an barang dan jasa, dan bila diperlukan dapat dilakukan penyempurnaan studi kelayakan.

Tahap peningkatan kesiap-an tersebut merupakan ta-hap penting yang akan menentukan tingkat keberhasilan dari suatu kegiatan, karena pada tahap ini menentukan kepastian pelaksanaan dan pembiayaan kegiatan.

Dengan persiapan pelaksanaan kegiatan yang optimal, diharapkan pelaksanaan dari kegiatan yang dibiayai dengan pinjaman / hibah luar negeri dapat dilaksanakan sesuai dengan rencana kerja instansi penanggungjawab / pelaksana kegiatan, dan diharapkan dapat meningkatkan rasa kepemilikan kegiatan tersebut oleh instansi pengusul dan pelaksana kegiatan.

Pelaksanaan penyusunan kegiatan rinci dilakukan oleh instansi penanggungjawab dan pelaksana kegiatan. Hasil dari pelaksanaan penyusunan kegiatan rinci tersebut akan disampaikan kepada Meneg PPN/Kepala Bappenas.

Dalam melaksanakan penyusunan rencana kegiatan rinci, calon PPHLN dapat memberikan bantuan teknis kepada instansi penanggungjawab kegiatan. Untuk menjaga agar rencana yang disusun oleh tenaga ahli yang disediakan calon PPHLN sesuai

(27)

dengan rencana kerja instansi penanggungjawab / pelaksana kegiatan dan semaksimal mungkin meningkatkan penggunaan kandungan lokal dalam kegiatan yang akan dilaksanakan, instansi penanggungjawab / pelaksana kegiatan perlu memberikan perhatian yang seksama pada setiap dokumen yang dihasilkan oleh tenaga ahli tersebut.

Dokumen yang dihasilkan oleh tenaga bantuan teknis dalam penyusunan rencana kegiatan rinci tersebut juga akan dipergunakan sebagai bahan dalam proses penilaian (appraisal) oleh pemberi pinjaman. Dokumen penilaian yang disusun oleh pemberi pinjaman selanjutnya akan menjadi bahan yang akan dibicarakan dengan pihak pemerintah Indonesia pada tahap negosiasi dan penyusunan perjanjian. Bila terjadi kesepakatan dalam negosiasi dan ditandatanganinya perjanjian antara PPHLN dengan pemerintah Indonesia, dokumen penilaian (appraisal) tersebut bersama dengan naskah perjanjian dan dokumen penting lainnya akan disampaikan kepada Board of Director dari lembaga Pemberi Pinjaman dan/atau Hibah Luar Negeri.

Uraian diatas menjelaskan pentingnya tahap penyusunan rencana kegiatan rinci, karena dalam tahap ini salah satu kegiatan penting adalah menentukan disain dan lingkup pelaksanaan suatu kegiatan. Khusus untuk kegiatan yang diusulkan oleh Pemda dan BUMN, perlu dilakukan penilaian kesesuaian kegiatan dengan ketentuan sebagai berikut:

(28)

2.2.1 Peningkatan Kesiapan Kegiatan Bagi Pemerintah Daerah

A. Penerusan Pinjaman

Dalam rangka meningkatkan kesiapan rencana pelaksanaan kegiatan bagi Pemerintah Daerah yang akan menjadi penerusan pinjaman, sebelum dilakukan persiapan yang lebih rinci, perlu melakukan penilaian atas indikasi kemampuan keuangan Pemda calon pelaksana kegiatan. Untuk itu, Meneg PPN/Kepala Bappenas akan meminta informasi kepada Menteri Keuangan tentang indikasi kemampuan keuangan Pemda yang bersangkutan. Adapun informasi yang akan digunakan untuk menilai indikasi kemampuan keuangan Pemerinah Daerah berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan No. 53/PMK.010/2006 tentang Tata Cara Pemberian Pinjaman Daerah dari Pemerintah yang Dananya bersumber dari Pinjaman Luar Negeri, yaitu :

a. Indikasi proyeksi perhitungan tentang kemampuan Pemerintah Daerah dalam memenuhi kewajiban pembayaran kembali pinjaman (Debt Service Coverage Ratio/DSCR);

b. Informasi jumlah pinjaman Pemda yang bersangkutan; dan

c. Kinerja pinjaman Daerah.

Meneg PPN/Kepala Bappenas akan melakukan penilaian kegiatan yang akan dibiayai dengan penerusan pinjaman kepada Pemda, yang meliputi:

a. Penerusan pinjaman digunakan untuk membiayai kegiatan investasi prasarana dan/atau sarana yang menghasilkan penerimaan pada APBD Pemerintah Daerah penerima penerusan

(29)

pinjaman yang diperoleh dari pungutan atas penggunaan prasarana dan/atau sarana tersebut;

b. Penerusan pinjaman untuk kegiatan yang diinisiasi oleh Kementerian Negara/Lembaga, dilakukan dalam rangka mencapai sasaran program yang merupakan prioritas pembangunan nasional dan Pemerintah Daerah tidak mempunyai kemampuan yang memadai untuk mencapai target sasaran program tersebut;

c. Adanya persetujuan DPRD mengenai usulan rencana penerusan pinjaman oleh Pemerintah Daerah;

d. Kemampuan Pemerintah Daerah dalam melaksanakan kegiatan; e. Kemampuan Pemerintah Daerah menyediakan dana pendamping;

dan

f. Kelayakan rencana keuangan pinjaman yang diusulkan.

Berdasarkan hasil penilaian tersebut, Meneg. PPN/Kepala Bappenas melakukan koordinasi dengan Pemda pengusul untuk menyusun rencana kegiatan rinci atas kegiatan peneruspinjaman kepada Pemda.

B. Penerushibahan

Dalam rangka meningkatkan kesiapan rencana pelaksanaan kegiatan kepada Pemda yang merupakan penerushibahan, Meneg PPN/Kepala Bappenas akan melakukan konfirmasi dengan Pemerintah Daerah yang terkait tentang kesiapan daerah

(30)

melaksanakan kegiatan yang direncanakan Kementerian/Lembaga dan kemampuan Pemerintah Daerah memenuhi persyaratan pelaksanaan kegiatan.

Selanjutnya Meneg PPN/Kepala Bappenas akan meminta informasi kepada Menteri Keuangan tentang indikasi kemampuan keuangan Pemerintah Daerah yang diatur berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan No. 52/PMK.010/2006 tentang Tata Cara Pemberian Hibah Kepada Daerah, yaitu:

a. peta kapasitas fiskal daerah, yang menggambarkan kemampuan keuangan daerah yang dicerminkan melalui penerimaan umum Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (tidak termasuk dana alokasi khusus, dana darurat, dana pinjaman lama, dan penerimaan lain yang penggunaannya dibatasi untuk pembiayaan tertentu) untuk membiayai tugas pemerintahan setelah dikurangi belanja pegawai dan dikaitkan dengan jumlah penduduk miskin;

b. rincian alokasi hibah dari Pemerintah yang diterima daerah dalam 5 (lima) tahun terakhir.

Penilaian atas kegiatan yang akan menjadi penerushibahan kepada Pemerintah Daerah oleh Meneg PPN/Kepala Bappenas, meliputi: a. Penerushibahan digunakan untuk membiayai kegiatan

Pemerintah Daerah dalam rangka mencapai sasaran program yang merupakan prioritas pembangunan nasional;

(31)

b. Pemerintah Daerah penerima penerushibahan merupakan daerah sasaran program yang merupakan prioritas pembangunan nasional;

c. Pemerintah Daerah tidak mempunyai kemampuan keuangan yang memadai untuk mencapai target sasaran program yang merupakan prioritas pembangunan nasional, berdasarkan penilaian atas indikasi kemampuan keuangan Pemerintah Daerah;

d. Adanya persetujuan dari Kepala Daerah;

e. Kemampuan Pemerintah Daerah dalam melaksanakan kegiatan; dan

f. Adanya pernyataan kesediaan Pemerintah Daerah untuk menyediakan sebagian biaya pelaksanaan kegiatan, yang ditentukan berdasarkan kemampuan keuangan Pemerintah Daerah.

Berdasarkan hasil penilaian tersebut, Meneg PPN/Kepala Bappenas melakukan koordinasi untuk penyusunan rencana kegiatan rinci atas kegiatan penerushibahan dengan Pemda.

2.2.2. Peningkatan Kesiapan Kegiatan Bagi BUMN

A. Penerusan Pinjaman

Dalam rangka meningkatkan kesiapan rencana pelaksanaan kegiatan yang akan menjadi penerusan pinjaman kepada BUMN, Meneg PPN/Kepala Bappenas meminta informasi kepada Menteri

(32)

Keuangan tentang indikasi kemampuan keuangan BUMN dalam mengembalikan kewajiban penerusan pinjaman. Hal ini diperlukan karena pelaksanaan kegiatan yang dibiayai dari pinjaman luar negeri sebagai penerusan pinjaman bagi BUMN mempunyai dampak keuangan pada masa yang akan datang berupa pengembalian pokok dan bunga pinjaman luar negeri.

Selanjutnya Meneg PPN/Kepala Bappenas akan melakukan penilaian kegiatan yang akan dibiayai dengan penerusan pinjaman kepada BUMN, meliputi:

a. Penerusan pinjaman digunakan untuk membiayai kegiatan dalam rangka mencapai sasaran program yang merupakan prioritas pembangunan nasional;

b. Penerusan pinjaman digunakan untuk membiayai kegiatan yang akan memperluas dan meningkatkan pelayanan serta meningkatkan penerimaan BUMN;

c. BUMN penerima penerusan pinjaman mempunyai kemampuan untuk memenuhi kewajiban pembayaran kembali pinjaman; dan d. Adanya persetujuan Menteri yang bertanggung jawab dibidang

pembinaan BUMN.

Berdasarkan hasil penilaian tersebut, Meneg. PPN/Kepala Bappenas melakukan koordinasi dengan BUMN pengusul untuk melaksanakan penyusunan rencana kegiatan rinci atas kegiatan penerus pinjaman kepada BUMN.

(33)

B. Penerushibahan atau Penyertaan Modal Negara

Dalam rangka meningkatkan kesiapan rencana pelaksanaan kegiatan yang akan menjadi penerushibahan atau Penyertaan Modal Negara kepada BUMN, Meneg PPN/Kepala Bappenas melakukan konfirmasi dengan BUMN yang terkait tentang kesiapan menjadi pelaksana dan kesediaan memenuhi persyaratan pelaksanaan kegiatan. Hal ini diperlukan karena penerushibahan kepada BUMN akan mengakibatkan tanggung jawab pelaksanaan kegiatan kepada BUMN tersebut.

Penilaian oleh Meneg PPN/Kepala Bappenas atas kegiatan yang akan menjadi penerushibahan atau Penyertaan Modal Negara kepada BUMN, meliputi:

a. Penerushibahan atau penyertaan modal negara digunakan untuk membiayai kegiatan dalam rangka mencapai sasaran program yang merupakan prioritas pembangunan nasional;

b. Penerushibahan atau penyertaan modal negara digunakan untuk memperluas dan meningkatkan pelayanan dan sumber daya BUMN;

c. BUMN penerima penerushibahan atau penyertaan modal negara tidak mempunyai kemampuan yang memadai untuk melaksanakan kegiatan dalam pencapaian sasaran program yang merupakan prioritas pembangunan nasional; dan

d. Adanya persetujuan dari Direksi BUMN dan Menteri yang bertanggung jawab dibidang pembinaan BUMN.

(34)

Berdasarkan hasil penilaian tersebut, Meneg. PPN/Kepala Bappenas melakukan koordinasi penyusunan rencana kegiatan rinci atas kegiatan penerushibahan atau penyertaan modal negara dengan BUMN.

3.3. Penilaian Kesiapan Kegiatan

Berdasarkan pendalaman persiapan yang telah dilakukan oleh penanggungjawab / pelaksana kegiatan dalam peningkatan kesiapan rencana pelaksanaan kegiatan, Meneg PPN/Kepala Bappenas melakukan penilaian atas persiapan yang telah dilakukan. Penilaian kesiapan pelaksanaan kegiatan tersebut mencakup:

a. Telah disusun rencana kegiatan rinci;

Penanggungjawab dan pelaksana kegiatan menyusun rencana kegiatan rinci dari kegiatan yang diusulkan. Kegiatan rinci tersebut merupakan informasi mengenai rancangan pelaksanaan kegiatan. Informasi yang dimuat dalam kegiatan rinci menjelaskan bentuk dan tahap pelaksanaan kegiatan beserta jadual, dan pihak yang bertanggung jawab dalam pelaksanaan kegiatan.

b. Telah disusun indikator kinerja pelaksanaan kegiatan untuk keperluan monitoring dan evaluasi;

Agar dapat menyusun indikator kinerja untuk keperluan monitoring dan evaluasi, perlu diketahui bahwa tujuan monitoring adalah untuk menemukenali permasalahan, mencari alternatif pemecahan dan menyarankan langkah-langkah penyelesaian sebagai koreksi dini agar pelaksanaan kegiatan dapat dilakukan secara efektif dan efisien. Adapun evaluasi bertujuan

(35)

untuk mengukur dan memberi nilai secara objektif atas pencapaian hasil-hasil kegiatan yang telah dilakukan.

Indikator kinerja adalah ukuran keberhasilan suatu kegiatan baik secara kualitatif maupun kuantitatif, yang secara khusus dinyatakan sebagai pencapaian tujuan yang dapat menggambarkan skala atau tingkatan pencapaian tujuan. Indikator kinerja digunakan sebagai

alat mengukur tingkat keberhasilan pelaksanaan suatu kegiatan yang dilakukan melalui pemantauan dan evaluasi kegiatan.

c. Telah ada pernyataan kesediaan dari Pemerintah Daerah/BUMN untuk menyiapkan dana pelaksanaan kegiatan yang menjadi kewajiban Pemerintah Daerah/BUMN yang bersangkutan, termasuk dana pendamping, sesuai dengan rencana jadual pelaksanaan;

Umumnya pelaksanaan kegiatan yang dibiayai pinjaman atau hibah luar negeri tidak dapat membiayai seluruh komponen kegiatan. Komponen kegiatan yang harus dilaksanakan tetapi tidak dapat dibiayai dari pinjaman/hibah luar negeri harus

Kotak 4

Monitoring/Pemantauan

Suatu pengamatan dan/atau pencermatan yang dilakukan secara terus menerus atau berkala untuk menyediakan informasi tentang status perkembangan suatu program / kegiatan, serta mengidentifikasi permasalahan yang timbul dan merumuskan tindak lanjut yang dibutuhkan.

(36)

disediakan oleh instansi penanggungjawab / pelaksana kegiatan. Untuk

kegiatan yang akan dilaksanakan Pemda/BUMN,

Pemda/BUMN yang bersangkutan harus bersedia

mengalokasi dana untuk membiayai komponen kegiatan yang tidak dapat dibiayai dana pinjaman/hibah luar negeri tersebut. Kesediaan untuk mengalokasikan dana tersebut dinyatakan dengan surat kesediaan Pemda/BUMN untuk menyediakan dana pelaksanaan kegiatan yang menjadi kewajibannya.

d. Telah dialokasikan dana pendamping untuk tahun pertama pelaksanaan kegiatan yang disiapkan dalam Rencana Kerja Kementerian Negara/Lembaga/Pemerintah Daerah/BUMN; Sering ditemukan suatu kegiatan yang dibiayai pinjaman / hibah luar negeri belum dapat berjalan karena belum tersedia dana pendamping pelaksanaan kegiatan. Untuk menghindari hal tersebut terjadi kembali pada masa yang akan datang, alokasi dana pendamping untuk tahun pertama harus sudah disediakan sebelum proses persiapan pinjaman / hibah luar negeri diselesaikan. Kesediaan untuk menyediakan alokasi dana pendamping tersebut dinyatakan dalam Rencana Kerja Kementerian/Lembaga/Pemda/BUMN pelaksana kegiatan.

Kotak 5 Evaluasi

Suatu pengamatan dan/atau pencermatan Rangkaian yang secara sistematis mengumpulkan dan menganalisis data dan informasi untuk menilai pencapaian sasaran, tujuan, dan kinerja kegiatan

(37)

e. Telah ada rencana pengadaan tanah dan/atau pemukiman kembali penduduk yang terkena akibat pelaksanaan kegiatan, termasuk ketersediaan dana yang diperlukan untuk pengadaan tanah dan/atau pemukiman kembali penduduk tersebut dalam Rencana Kerja Kementerian Negara/Lembaga/Pemerintah Daerah/BUMN;

Umumnya dana pinjaman luar negeri tidak dapat dipergunakan untuk pengadaan tanah / pemukiman kembali, dengan demikian bila suatu kegiatan terdapat komponen pengadaan tanah / pemukiman kembali, dana untuk komponen kegiatan tersebut merupakan bagian dana yang harus disediakan oleh pemerintah (instansi penanggung jawab / pelaksana kegiatan).

Mengingat kegiatan pengadaan tanah merupakan salah satu komponen yang sangat menentukan keberhasilan pelaksanaan kegiatan dan membutuhkan waktu yang lama serta koordinasi yang luas dengan berbagai instansi, untuk mengantisipasi permasalahan yang mungkin timbul kemudian, perlu adanya perencanaan pelaksanaan yang matang dalam pengadaan tanah tersebut, termasuk ketersediaan dana pelaksanaan komponen kegiatan pengadaan tanah tersebut.

f. Telah disusun rancangan pembentukan Unit Manajemen Proyek dan Unit Pelaksana Proyek;

(38)

Unit Manajemen Proyek dan Unit Pelaksana Proyek adalah unit yang sehari-hari akan bertugas dalam pelaksanaan kegiatan. Secara garis besar, unit ini akan menangani hal-hal yang bersifat administrasi dan keuangan serta aspek teknis pelaksanaan kegiatan. Rancangan pembentukan Unit Manajemen Proyek dan Unit Pelaksana Proyek harus dapat mencerminkan struktur organisasi dari pelaksana kegiatan dan tugas pokok dan fungsi dari unsur-unsur organisasi tersebut.

g. Telah disusun rencana pengelolaan kegiatan.

Rencana pengelolaan kegiatan harus dapat menggambarkan tentang program kerja dan anggaran pelaksanaan kegiatan, tata cara dan pelaporan pelaksanaan kegiatan, serta penggunaan dan pertanggungjawaban dana pelaksanaan kegiatan.

Pemenuhan kriteria kesiapan tersebut adalah merupakan suatu proses yang terus menerus, mulai dari tahap pengusulan kegiatan sampai dengan kegiatan tersebut siap untuk dicantumkan dalam DRPPHLN. Suatu kegiatan dapat dicantumkan kedalam dokumen DRPPHLN, apabila ada keyakinan bahwa seluruh kriteria tersebut akan dapat dipenuhi oleh instansi penanggungjawab / pelaksana kegiatan sebelum dilakukan negosiasi dengan calon pemeberi oinjaman/hibah.

(39)

3.4. DRPPHLN

Berdasarkan hasil penilaian kesiapan yang telah dijelaskan pada bagian sebelumnya, dan penilaian atas kinerja kegiatan yang dibiayai dari pinjaman / hibah luar negeri yang sedang berjalan pada instansi pengusul dan/atau pelaksana kegiatan, Meneg PPN/Kepala Bappenas mencantumkan kegiatan yang telah memenuhi kriteria kesiapan ke dalam DRPPHLN. Dengan demikian, kegiatan yang tercantum dalam DRPPHLN adalah rencana kegiatan yang telah memiliki indikasi sumber pendanaan dan telah memenuhi sebagian besar kriteria kesiapan, dimana seluruh kriteria kesiapan tersebut akan dapat dipenuhi oleh instansi pengusul kegiatan sebelum dilaksanakannya negosiasi dengan calon pemberi pinjaman/hibah luar negeri.

Data dan informasi tentang kegiatan yang telah disetujui untuk dicantumkan dalam DRPPHLN akan disajikan sesuai dengan format lembar DRPPHLN. Lembar DRPPHLN berisi informasi yang memberikan gambaran rinci mengenai rencana kegiatan yang diusulkan untuk dibiayai dari pinjaman / hibah luar negeri. Lembar tersebut disusun dalam lembar sederhana yang diisi dalam bahasa Inggris.

Kumpulan lembar DRPPHLN tersebut akan disusun menjadi sebuah dokumen. Dokumen DRPPHLN berisi daftar rencana prioritas kegiatan pembangunan yang layak dibiayai dari pinjaman / hibah

(40)

luar negeri untuk masa satu tahun. DRPPHLN merupakan dokumen yang akan disampaikan oleh Meneg PPN/Kepala Bappenas kepada Menteri Keuangan, instansi pengusul kegiatan yang usulan kegiatannya tercantum dalam DRPPHLN, dan calon PPHLN. Tujuan penyampaian dokumen DRPPHLN kepada para pemangku kepentingan adalah agar para pemangku kepentingan, khususnya penanggungjawab / pelaksana kegiatan dapat mengetahui status dari kegiatan yang diusulkan, serta memastikan bahwa kegiatan tersebut telah memenuhi tahap persiapan yang matang dan siap untuk diteruskan ke tahap berikutnya.

Dalam pelaksanaan pinjaman / hibah luar negeri, terdapat kegiatan hibah yang perlu segera dilakukan dan waktu pelaksanaannya tidak lama. Umumnya hibah tersebut jumlah dananya tidak terlalu besar. Kegiatan hibah seperti demikian dapat dikelompokkan dalam kegiatan hibah bersifat khusus, yang memerlukan kesepahaman antara pihak pemberi hibah luar negeri dengan instansi penerima hibah, serta kesesuaian dengan rencana kerja instansi penerima hibah. Apabila kegiatan hibah khusus masih memungkinkan untuk dicantumkan dalam Rencana Kerja dan Anggaran instansi pengusul, Menteri pada Kementerian Negara, Pimpinan Lembaga dapat mengajukan kegiatan yang dibiayai dari hibah luar negeri kepada Meneg PPN.

(41)

Selanjutnya Menteri PPN akan melakukan penilaian kesiapan pelaksanaan kegiatan yang diusulkan melalui koordinasi dengan

Menteri Keuangan. Berdasarkan hasil penilaian

tersebut diatas, Meneg PPN menetapkan tambahan kegiatan pada DRPPHLN.

3.5. Daftar Kegiatan

Terhadap Kegiatan-kegiatan yang telah dicantumkan dalam DRPPHLN, Meneg PPN/Kepala Bappenas secara kontinyu melakukan penilaian tentang pemenuhan kesiapan pelaksanaan dan melakukan koordinasi dengan calon Pemberi Pinjaman Luar Negeri (PPLN) / Pemberi Hibah Luar Negeri (PHLN) untuk mendapatkan indikasi komitmen pendanaan. Indikasi tersebut diberikan oleh calon PPLN/PHLN sebagai indikasi keseriusan minat dalam pendanaan suatu kegiatan yang telah dicantumkan dalam DRPPHLN.

Berdasarkan indikasi komitmen pendanaan tersebut, Bappenas menyusun Daftar Kegiatan yang berisi kegiatan-kegiatan yang telah tercantum dalam DRPPHLN dan telah mendapatkan komitmen pendanaan dari PPHLN. Daftar Kegiatan tersebut berisi informasi mengenai jenis kegiatan, instansi pengusul, instansi pelaksana,

Kotak 6 Pengertian Hibah Khusus Pengertian Hibah Luar Negeri yang bersifat khusus adalah :

a. bersifat mendesak untuk segera dilakukan perjanjian hibahnya;

b. waktu pelaksanaan kegiatan kurang dari 6 (enam) bulan; dan

c. kegiatan yang diusulkan masih dimungkinkan untuk dicantumkan dalam dokumen Rencana Kerja dan

Anggaran Kementerian Negara/Lembaga pengusul dan/atau

(42)

rencana alokasi pinjaman/hibah, jadual pelaksanaan, dan rencana sumber pendanaan luar negeri.

Untuk kegiatan yang akan dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah atau BUMN, selain informasi diatas, Daftar Kegiatan juga mencakup informasi mengenai jenis penerusan pinjaman dan/atau penerushibahan luar negeri untuk Pemda/BUMN tersebut.

Untuk kegiatan yang akan didanai dari fasilitas kredit ekspor (FKE) dan/atau pinjaman komersial, Meneg PPN/Kepala Bappenas menyampaikan Daftar Kegiatan yang akan dibiayai dengan FKE dan/atau pinjaman komersial kepada Menteri Keuangan untuk mendapat penetapan alokasi FKE dan/atau alokasi pinjaman komersial.

Meneg PPN/Kepala Bappenas menyampaikan Daftar Kegiatan tersebut kepada Menteri Keuangan dan calon PPHLN. Daftar Kegiatan yang disampaikan tersebut berisi informasi mengenai kegiatan yang siap untuk dinegosiasikan.

(43)

BAB 4 SIKLUS PERENCANAAN DAN

PELAKSANAAN KEGIATAN

4.1. Gambaran Umum

Secara umum, siklus suatu kegiatan dapat dibagi menjadi beberapa tahap yaitu tahap Persiapan, Pelaksanaan, serta Evaluasi dan Tindak Lanjut. Sesuai dengan Peraturan Meneg PPN Nomor: PER. 005/M.PPN/06/2006, tahap persiapan suatu kegiatan diawali dengan melakukan perencanaan suatu kegiatan pada instansi pengusul sampai kegiatan tersebut dircantumkan dalam DRPHLN-JM, kemudian dilakukan peningkatan kesiapan rencana pelaksanaan kegiatan oleh penanggung jawab kegiatan yang dikoordinasikan oleh Meneg PPN/Kepala Bappenas, hingga kegiatan tersebut dicantumkan dalam DRPPHLN, kegiatan yang telah tercantum dalam DRPPHLN dan telah mendapat komitmen pendanaan dari calon PPHLN akan disampaikan Meneg PPN/Kepala Beppenas kepada Menteri Keuangan dalam bentuk Daftar Kegiatan.

Berdasarkan Daftar Kegiatan tersebut Menteri Keuangan akan melakukan negosiasi, dan apabila tercapai kesepakatan dalam negosiasi, kesepakatan tersebut akan dituangkan dalam Naskah Perjanjian yang ditanda tangani oleh Menteri Keuangan dan PPHLN. Berdasarkan Naskah Perjanjian dan Dokumen yang melekat dengan Naskah tersebut, kemudian dilanjutkan dengan menyusun Rencana Pelaksanaan Kegiatan Pinjaman dan/atau Hibah Luar Negeri (RPK-PHLN) oleh Meneg PPN/Kepala Bappenas. RPK-PHLN tersebut

(44)

disusun berdasarkan Rencana Pelaksanaan Kegiatan yang disiapkan oleh Penanggung Jawab Kegiatan. Tahap Persiapan suatu kegiatan dikatakan selesai pada saat RPK-PHLN telah selesai disusun.

Berdasarkan RPK-PHLN Penanggung Jawab kegiatan mempersiapkan pencantuman rencana kegiatan dalam Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA). Pelaksanaan kegiatan akan dapat dimulai setelah DIPA diterima oleh Satuan Kerja (Satker) Pelaksana kegiatan. Selanjutnya, terhadap pelaksanaan kegiatan akan dilakukan monitoring dan evaluasi. Tujuan dari monitoring dan evaluasi adalah untuk menjaga konsistensi rencana kegiatan yang telah disusun dalam dokumen naskah perjanjian dengan pelaksanaan kegiatan. Monitoring dan Evaluasi juga dapat digunakan untuk mengukur manfaat yang dihasilkan dari suatu kegiatan setelah kegiatan tersebut berakhir, Selanjutnya informasi dan data yang dihasilkan tersebut akan menjadi bahan yang sangat berguna untuk mempersiapkan tindaklanjut dari kegiatan tersebut.

Dalam proses pinjaman/hibah luar negeri, lembaga/negara pemberi pinjaman/hibah juga melakukan hal yang sama dalam mempersiapkan suatu kegiatan/proyek. Siklus suatu kegiatan/proyek umumnya dimulai dari identifikasi kegiatan/proyek sampai dengan melakukan supervisi pelaksanaan kegiatan oleh pihak PPHLN dan diakhiri dengan laporan penilaian dampak pelaksanaan kegiatan/proyek. Setiap pemberi pinjaman dapat memiliki sistem maupun prosedur yang sedikit berbeda, walaupun secara prinsip tahap yang akan dilalui hampir sama.

(45)

Bab ini akan menjelaskan siklus kegiatan/proyek sesuai dengan Peraturan Meneg PPN/Kepala Bappenas Nomor: PER. 005/M.PPN/06/2006. Pada bagian akhir dari Bab ini, akan dilakukan persandingan antara siklus tersebut dengan siklus perencanaan kegiatan yang biasa dilaksanakan oleh beberapa PPHLN. Hal ini dimaksudkan untuk memberi gambaran dan meningkatkan sinkronisasi kegiatan yang dilakukan oleh institusi pemerintah dengan Pemberi Pinjaman dan/atau Hibah Luar Negeri.

4.2. Siklus Kegiatan Menurut Peraturan Meneg PPN

Berdasarkan mandat PP Nomor 2 Tahun 2006, Peraturan Meneg PPN Nomor: PER. 005/M.PPN/06/2006, secara garis besar siklus kegiatan dapat diuraikan sebagai berikut:

a. PERENCANAAN : 1) Pengusulan Kegiatan

2) Pencantuman kegiatan dalam DPHLM-JM 3) Pencantuman kegiatan dalam DRPPHLN

4) Pencantuman kegiatan dalam RPK-PHLN (dilakukan setelah Naskah Perjanjian ditandatangani)

b. NEGOSIASI dan PERJANJIAN c. PELAKSANAAN

1) Pelaksanaan Kegiatan

2) Monitoring (Pemantauan) dan Evaluasi d. EVALUASI dan TINDAK LANJUT

1) Evaluasi Dampak Kegiatan 2) Tindak Lanjut

(46)

4.3. Keterkaitan Antar Siklus Kegiatan

Setiap Pemberi Pinjaman dan/atau Hibah Luar Negeri memiliki siklus kegiatan sendiri yang sesuai dengan jadual kerja PPHLN tersebut, oleh sebab itu, perlu dijelaskan keterkaitan antar siklus kegiatan menurut Peraturan Meneg PPN dengan siklus PPHLN tersebut. Penjelasan rinci mengenai siklus kegiatan PPHLN seperti World Bank, ADB, dan JBIC dapat dilihat pada Lampiran A.

Perbandingan antara siklus perencanaan dan pelaksanaan kegiatan menurut Peraturan Meneg PPN dengan siklus World Bank, ADB dan JBIC ditunjukkan dalam Tabel 1. Dengan memperhatikan persandingan siklus tersebut, terlihat keterkaitan antar aktifitas yang dilaksanakan oleh berbagai instansi pemerintah dengan aktifitas yang dilakukan oleh pihak PPHLN

Dengan terbitnya DRPHLN-JM, calon PPHLN dapat melakukan identifikasi kegiatan yang sesuai dengan program kerja calon PPHLN. Tahap awal dimulai melalui identifikasi kegiatan dalam DRPHLN-JM yang potensial diminati oleh calon PPHLN. Hasil identifikasi tersebut disepakati antara Pemerintah dengan calon PPHLN. Berdasarkan hasil identifikasi tersebut, diperoleh daftar kesepakatan kegiatan yang diminati oleh calon PPHLN. Terhadap daftar kesepakatan tersebut, dilakukan peningkatan kesiapan pelaksanaan. Peningkatan Kesiapan ini dapat juga diikuti oleh calon PPHLN melalui kegiatan Preparation dan Appraisal. Hasil peningkatkan kesiapan kegiatan yang telah

(47)

memenuhi sebagian besar kriteria kesiapan, dicantumkan dalam DRPPHLN. Apabila indikasi komitmen pendanaan dari calon PPHLN telah ada, Meneg PPN/Kepala Bappenas menyampaikan Daftar Kegiatan yang telah dapat dinegosiasikan kepada Menteri Keuangan. Berdasarkan Daftar Kegiatan tersebut, Menteri Keuangan membentuk tim negosiasi yang akan melaksanakan negosiasi dengan calon PPHLN. Hasil negosiasi tersebut dituangkan dalam Naskah Perjanjian (Agreement)

Tabel 1 Keterkaitan Antar Siklus Kegiatan

Sumber: Berbagai dokumen dari lembaga/negara pemberi pinjaman/hibah

Per Meneg PPN

No. 05/2006 World Bank ADB JBIC

RKPLN CAS CSP Economic Development

Dialogue

Identification Identification Pengusulan Kegiatan

Pencantuman Kegiatan

dalam DPHLM-JM Identification Preparation

Preparation Preparation

Pencantuman Kegiatan dalam DRPPHLN Penyampaian Daftar

Kegiatan Appraisal

Appraisal and Ex-Ante Evaluation Negosiasi dan Penandatanganan Perjanjian Pencantuman Kegiatan dalam RPK-PHLN Negotiation and Approval Appraisal

/Approval Prior Notification, Exchange of

Notes and Loan Agreement Pelaksanaan Kegiatan serta

Monitoring Kegiatan Implementation and Procurement and Disbursement

Supervision Implementation Supervision of

Implementation Ex-Post Evaluation Evaluasi Kegiatan

Termasuk kajian manfaat kegiatan dan Tindak Lanjut Evaluation (incl. Implementation Completion Report) Evaluation (Incl. Project Completion

(48)

Berdasarkan Naskah Perjanjian tersebut, instansi penanggungjawab menyusun rencana pelaksanaan kegiatan dan menyampaikannya kepada Meneg PPN untuk dirangkum dan dicantumkan dalam dokumen RPK-PHLN. Berdasarkan RPK-PHLN akan disusun RKKL untuk penyusunan dokumen anggaran (DIPA). DIPA akan digunakan sebagai acuan pelaksanaan kegiatan oleh Satuan Kerja (Satker) pelaksana kegiatan. Terhadap kegiatan yang telah mempunyai Naskah Perjanjian, baik Meneg PPN/Kepala Bappenas maupun PPHLN melakukan monitoring dan evaluasi secara rutin. Pada setiap akhir pelaksanaan kegiatan yang dibiayai pinjaman / hibah luar negeri, baik instansi pelaksana maupun PPHLN akan melakukan evaluasi setelah pelaksanaan berakhir (Ex-Post Evaluation) sebagai bahan untuk menyusun tindak lanjut pelaksanaan berikutnya.

(49)

BAB 5 PENYUSUNAN DOKUMEN DAFTAR

RENCANA PRIORITAS PINJAMAN /

HIBAH LUAR NEGERI

5.1. Umum

Seperti yang telah diuraikan pada bagian sebelumnya, peningkatan kesiapan rencana pelaksanaan kegiatan merupakan bagian penting dari proses perencanaan pinjaman / hibah luar negeri. Proses yang penting dan mendesak dalam peningkatan kesiapan rencana pelaksanaan kegiatan adalah proses Sinkronisasi kegiatan dengan calon PPHLN, dan Penyusunan Rencana Kegiatan Rinci.

Proses sinkronisasi kegiatan dengan calon PPHLN dilakukan dengan melibatkan Menteri Keuangan, Menteri Luar Negeri, Instansi terkait dan pihak calon PPHLN. Pelaksanaan proses tersebut dikoordinasikan oleh Meneg PPN/Kepala Bappenas.

Proses penyusunan kegiatan rinci dilaksanakan oleh instansi penanggungjawab / pelaksana kegiatan. Proses tersebut dikoordinasikan oleh Meneg PPN/Kepala Bappenas. Agar pelaksanaan penyusunan kegiatan rinci dapat dilakukan dengan lengkap dan matang, komitmen dari para pemangku kepentingan sangat diperlukan. Proses penyusunan kegiatan rinci dapat dilakukan sendiri oleh instansi penanggung jawab/pengusul, tetapi dapat juga dilakukan oleh pihak ketiga (menggunakan jasa konsultan).

(50)

5.2. Penyusunan DRPPHLN

Data dan informasi yang dihasilkan dari proses peningkatan kesiapan rencana pelaksanaan kegiatan juga akan digunakan oleh calon Pemberi Pinjaman dan/atau Hibah Luar Negeri dalam mempersiapkan dokumen penilaian kegiatan (Appraisal). Informasi tersebut dituangkan dalam sebuah lembar isian yang akan menjadi bagian dari dokumen DRPPHLN (Greenbook). Pada Gambar 2 dibawah, ditampilkan lembar isian DRPPHLN dan pada bagian berikutnya dijelaskan bagaimana mengisi lembar tersebut.

Penyusunan lembar DRPPHLN dilakukan setelah melaksanakan penyusunan kegiatan rinci. Kegiatan rinci adalah kegiatan yang dilakukan oleh penanggung jawab/pelaksana kegiatan dalam masa persiapan suatu kegiatan yang akan dibiayai dari pinjaman / hibah luar negeri. Pihak calon PPHLN dapat membantu proses ini dengan menyediakan tenaga bantuan teknis (konsultan), Hasil dari persiapan tersebut dapat juga digunakan oleh PPHLN pada saat melakukan penilaian kegiatan (appraisal) dan menyusun Project Appraisal Document (PAD).

(51)

Reference No:

1. Project Title:

2. Project Type : (Project Assistance/Technical Assistance) 3. Executing Agency(ies) : a. 4. Implementing Agency(ies) : a. b. 5. Duration: months 6. Locations : 7. Objectives : 8. Scope of Project : 9. Activities

Activities Implementation Locations Project Implementing Units

10. Breakdown Cost Estimates and Funding Source

Implementing Agency(ies) Foreign Funding (US$ ‘000) Funding Local (US $ ‘000) Total of Funding (US $ ‘000) Remark Total Exchange Rates 1 US $ = Rp. Note : 11. Disbursement Plan

Disbursement Plan (US $ 000) Year

1st 2nd 3rd 4th 5th Total

12. Funding Allocations:

Categories (US $ 000) Detail of Activities

Services Constructions Goods Trainings Others

Total 13. Project References :

(52)

Lembar DRPPHLN yang diisi dalam bahasa Inggris, sekurang-kurangnya berisi:

1. Project Title

Judul Kegiatan menggambarkan maksud dan tujuan serta proses suatu kegiatan, yang juga memberi gambaran mengenai ruang lingkup dari kegiatan dan lokasi yang akan mendapat manfaat dari suatu kegiatan.

Judul kegiatan dapat berbeda dengan Judul kegiatan yang diusulkan oleh instansi pengusul kegiatan, baik karena penajaman kegiatan maupun akibat penggabungan dari beberapa kegiatan sejenis yang dianggap lebih efisien bila dilaksanakan secara simultan.

2. Project Type

Terdapat dua pilihan bentuk kegiatan, yaitu Bantuan Proyek (Project Assistance) dan Bantuan Teknik (Technical Assistance) yang harus dipilih untuk menentukan project type yang diusulkan. Apabila pada suatu kegiatan terdapat dua bentuk kegiatan, maka pilihan ditentukan berdasarkan komponen kegiatan utamanya. 3. Executing Agency

Instansi Penanggung jawab (Executing Agency) adalah instansi yang bertanggungjawab dalam pengusulan kegiatan. Secara umum pengusul kegiatan adalah satu instansi yang tugas pokok dan fungsinya sesuai dengan kegiatan yang akan diusulkan.

(53)

Apabila dalam satu Kementerian Negara/Lembaga terdapat lebih dari satu Direktorat Jenderal/Deputi yang menjadi penanggung jawab kegiatan (Executing Agency), maka penanggung jawab ditentukan unit organisasi yang melaksanakan komponen utama kegiatan, atau penanggung jawab kegiatan dapat ditunjuk Sekretariat Jenderal/Sekretaris Utama dari Kementerian/ Lembaga tersebut

Pada sisi lain, instansi penanggung jawab dapat lebih dari satu instansi bila kegiatan yang akan dilaksanakan merupakan tugas pokok dan fungsi lebih dari satu Kementerian Negara/Lembaga, atau kegiatan tersebut merupakan gabungan lebih dari satu usulan kegiatan.

Penanggung jawab kegiatan adalah pihak yang bertanggungjawab terhadap suatu kegiatan mulai dari tahap pengusulan kegiatan sampai dengan pelaksanaan kajian manfaat kegiatan. Pada tahap pelaksanaan kegiatan, instansi Penanggung jawab harus bertanggungjawab mengkoordinasikan seluruh kegiatan baik dari aspek teknis, administrasi dan keuangan sehingga kegiatan tersebut dapat terlaksana sesuai rencana yang telah disusun. Untuk memperlancar dalam melaksanakan kewajibannya tersebut, instansi Penanggung jawab dapat membentuk unit kerja (Project Management Unit) yang akan bertanggungjawab sehari-hari dalam aspek teknis maupun administrasi dan keuangan.

(54)

Untuk meningkatkan kesiapan pelaksanaan kegiatan, instansi Penanggung jawab perlu menyusun Prosedur Operasional Standar. Pelaksanaan kegiatan yang akan menjadi panduan bagi setiap unit organisasi yang terlibat dalam pelaksanaan kegiatan. 4. Implementing Agencies

Instansi Pelaksana Kegiatan (Implementing Agencies) adalah pihak yang akan melaksanakan kegiatan. Suatu usulan kegiatan dapat dilaksanakan oleh beberapa instansi pelaksana kegiatan. Sebutkan instansi pelaksanaan kegiatan yang terlibat dalam pelaksanaan kegiatan, dimana sebagian alokasi anggaran akan dilaksanakan oleh instansi pelaksana, sesuai dengan ruang lingkup kewenangan instansi yang bersangkutan.

5. Duration

Lamanya waktu (duration) pelaksanaan menjelaskan waktu/masa pelaksanaan kegiatan yang dinyatakan dalam satuan bulan. Waktu pelaksanaan dihitung dari mulai efektif berlakunya pinjaman/hibah sampai dengan akhir pelaksanaan kegiatan.

6. Locations

Lokasi kegiatan menjelaskan lokasi pelaksanaan dan penerima manfaat langsung dari kegiatan pada tingkat kabupaten/kota tempat dilaksanakannya kegiatan. Sebutkan lokasi dimana kegiatan tersebut dilaksanakan.

(55)

Untuk kegiatan Kementerian Negara/Lembaga yang pelaksanaannya berlokasi di Jakarta, lokasi ditulis dengan Jakarta (pusat). Hal tersebut dimaksudkan untuk menghindari kesalahan dalam membaca informasi tentang lokasi pelaksanaan kegiatan yang dilaksanakan oleh instansi pusat di Jakarta, mengingat Pemerintah Daerah DKI Jaya tidak mendapat manfaat langsung dari kegiatan tersebut.

7. Objectives

Jelaskan tujuan dari pelaksanaan kegiatan tersebut, dikaitkan dengan sasaran program pemerintah. Tujuan dapat dituliskan mulai dari tujuan umum dan tujuan khusus pelaksanaan kegiatan. 8. Scope of Project

Jelaskan mengenai ruang lingkup dari pelaksanaan kegiatan beserta manfaat yang akan diperoleh bagi pengusul dan pelaksana kegiatan setelah kegiatan tersebut dilaksanakan dan di evaluasi manfaatnya .

9. Activities

Kegiatan menjelaskan tentang komponen-komponen kegiatan dan rinciannya serta sebaran kegiatan yang akan dilaksanakan selama pelaksanaan kegiatan. Setiap komponen dan sub-komponennya dijelaskan apa sasaran dari komponen tersebut, bagaimana melaksanakannya, masukan (input) yang diperlukan, keluaran (output) yang akan dihasilkan dan lama waktu pelaksanaan komponen kegiatan ini.

(56)

10. Breakdown Cost Estimates and Funding Sources

Detil perkiraan biaya menjelaskan rencana penggunaan dana untuk pembiayaan komponen/sub komponen pada instansi pelaksana kegiatan. Pada bagian ini diuraikan juga tentang sumber dana pembiayaan kegiatan.

11. Disbursement Plan

Rencana penyerapan dana (disbursement plan) menjelaskan besar dana yang akan dipergunakan/diserap dalam setiap tahun pelaksanaan kegiatan.

12. Funding Allocations

Alokasi Dana (funding allocations) menjelaskan tentang alokasi dana yang diuraikan berdasarkan komponen kegiatan dan kategori kegiatan. Alokasi dana ini akan menjelaskan berapa bagian dana yang diperlukan untuk membiayai suatu jenis kegiatan yang diuraikan berdasarkan kategori kegiatan.

13. Project References

Referensi proyek (Project References) adalah berbagai dokumen yang digunakan dalam proses penyusunan DRPPHLN, dimana informasi yang terdapat dalam dokumen-dokmen tersebut merupakan kesepakatan yang diambil untuk kepentingan proses perencanaan kegiatan, atau dokumen yang berisi data dan informasi penting lainnya.

(57)
(58)

Lampiran A. Siklus Kegiatan Pemberi

Pinjaman/Hibah Luar Negeri

(59)

A.1. World Bank

2

A.1.1. Siklus Kegiatan Bank Dunia

a. Penyusunan Country Assistance Strategy (CAS) b. Identifikasi Proyek (Project Identification) c. Persiapan (Preparation)

d. Penilaian (Appraisal)

e. Negosiasi dan Persetujuan Direksi (Negotiation and Board Approval) f. Pelaksanaan dan Pengawasan (Implementation and Supervision) g. Pelaksanaan dan Penyelesaian (Implementation and Completion) h. Evaluasi (Evaluation)

A.1.2. Latar Belakang

Setiap tahun World Bank menyediakan pinjaman sekitar $15-20 milyar untuk lebih dari 100 negara yang bekerjasama dengannya untuk kegiatan proyek pembangunan. Kegiatan proyek tersebut beragam jenisnya dengan tujuan untuk menyelesaikan masalah ekonomi dan sosial, mulai dari infrastruktur hingga pendidikan, kesehatan, manajemen keuangan pemerintah.

(60)
(61)

Kegiatan-kegiatan World Bank ini diatur dan diawasi melalui tahapan kegiatan yang didokumentasikan secara lengkap pada tiap tahapnya. Dokumen-dokumen tersebut dihasilkan sebagai bagian dari tahap kegiatan dan dapat menjadi sumber informasi untuk umum yang tertarik untuk mengikuti perkembangan kegiatan yang dibiayai oleh World Bank dan pihak-pihak yang ingin berpartisipasi dalam kegiatan tersebut.

Berikut ini dijelaskan mengenai siklus tahapan kegiatan yang digunakan oleh World Bank dalam menjalankan misinya.

A.1.3. Country Assistance Strategy

World Bank menyadari bahwa banyak kegiatan bantuan yang kurang berhasil dalam pelaksanaannya, termasuk kegiatan yang didanai oleh World Bank sendiri. Kegagalan tersebut disebabkan karena perencanaan kegiatan lebih banyak diarahkan oleh pemberi dana daripada diarahkan oleh pemerintah negara yang dibantu. Dibawah pengembangan kebijakan saat ini, World Bank membantu pemerintah untuk mengambil peran utama dalam mempersiapkan dan mengimplementasikan strategi pengembangan kegiatan, dalam rangka meningkatkan rasa memiliki kegiatan tersebut oleh negara penerima bantuan. Dengan demikian diharapkan peluang atas keberhasilan program bantuan tersebut menjadi lebih besar.

Pada negara yang berpendapatan rendah, World Bank menggunakan pendekatan Strategi Pengentasan Kemiskinan (Poverty Reduction

Gambar

Gambar 1 Proses Perencanaan Pinjaman dan/atau Hibah Luar Negeri
Tabel 1 Keterkaitan Antar Siklus Kegiatan
Gambar 2 Lembar DRPPHLN
Gambar 3 Siklus Proyek World Bank
+3

Referensi

Dokumen terkait

Paradigma penelitian dapat diartikan sebagai pandangan atau model atau pola pikir yang dapat menjabarkan berbagai variabel yang akan diteliti kemudian membuat

Gambar 3.227 Sequence Diagram untuk Method SaveBtn_Click(sender, e) untuk Enter Primary Application Form Information.. Gambar 3.228 Sequence Diagram untuk Enter Secondary

Untuk meningkatkan kinerja pelaksanaan kegiatan yang dibiayai melalui Pinjaman, Hibah dan Project Based Sukuk (PBS), dilakukan pemantauan dan penyusunan laporan

Pada harga Rp800 perlembar saham di rentan tertinggi harga yang ditawarkan PBV perseroan berada dilevel 2.49x berbanding cukup baik dengan perusahaan sejenis

Pada tanaman jagung, penggunaan sumber nutrisi 100 % dosis kompos (N2) yang dikombinasikan dengan pupuk hayati ternyata menghasilkan bobot kering jagung pipilan tertinggi (41,6

Pada areal pertanaman baru seluruh tanaman yang mati ditanam ulang, sedangkan pada areal tanamanan yang kondisi tanaman- nya sudah besar dan saling menaungi, penyulaman

bahwa berdasarkan pasal 42 ayat (1) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2011 sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 39 Tahun

Di sekolah tersebut prinsip-prinsip manajemen mutu keseluruhannya sudah diterapkan dan dilaksanakan sesuai dengan tujuan yang di rencanakan, walaupun masih ada yang harus