BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Sampah
“Sampah adalah bahan yang tidak mempunyai nilai atau tidak berharga untuk maksud biasa atau utama dalam pembuatan atau pemakaian barang rusak atau bercacat dalam pembuatan manufaktur atau materi berlebihan atau ditolak atau buangan.”(Kamus Istilah Lingkungan, 1994).
“Sampah adalah suatu bahan yang terbuang atau dibuang dari sumber hasil aktifitas manusia maupun proses alam yang belum memiliki nilai ekonomis.”
(Ecolink, 1996).
“Sampah adalah sesuatu yang tidak berguna lagi, dibuang oleh pemiliknya atau pemakai semula.” (Tandjung, 1982).
Sampah adalah sumber daya yang tidak siap pakai. (Radyastuti, 1996).
2.2 Definisi Sampah
Sampah adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan yang berwujud padat atau semi padat baik berupa zat organik dan atau anorganik yang dapat terurai maupun tidak dapat terurai yang dianggap sudah tidak berguna lagi dan dibuang ke lingkungan. (Iskandar, 2006).
2.3 Jenis Sampah
Sampah Organik Sampah Anorganik
Sampah organik berasal dari makhluk hidup, baik manusia, hewan, maupun tumbuhan. Sampah organik sendiri dibagi menjadi sampah organik basah dan sampah organik kering. Istilah sampah organik basah dimaksudkan sampah mempunyai kandungan air yang cukup tinggi. Contohnya kulit buah dan sisa sayuran. Sementara bahan yang termasuk sampah kering adalah bahan organik lain yang kandungan airnya kecil. Contoh sampah organik kering diantaranya kertas, kayu atau ranting pohon, dan dedaunan kering.
Sampah anorganik bukan berasal dari makhluk hidup. Sampah ini bisa berasal dari bahan yang bisa diperbarui dan bahan yang berbahaya serta beracun. Jenis yang termasuk ke dalam kategori bisa didaur ulang (recycle) ini misalnya bahan yang terbuat dari plastik dan logam. (Iskandar, 2006).
2.4 Sumber Sampah
Sumber sampah dapat dibagi kedalam beberapa bagian, yaitu:
2.4.1 Sampah dari Gedung Perkuliahan dan Perkantoran
Sampah ini dihasilkan oleh dosen, mahasiswa, dan orang-orang yang berada diruang kuliah dan diruang kerja. Sampah dari tempat ini, misalnya berupa kertas, alat tulis-menulis (bolpoint, pensil, dan spidol), toner foto copy, pita printer, baterai, bahan kimia dari laboratorium, computer rusak, botol, bungkusan makanan yang terbuat dari plastik, kaleng, dan lainnya.
2.4.2 Sampah dari Sisa Bangunan dan Konstruksi Gedung
Sampah yang berasal dari kegiatan pembangunan dan pemugaran gedung ini bisa berupa bahan organik maupun anorganik. Sampah organik, misalnya kayu, bambu, dan triplek. Sampah anorganik, misalnya semen, pasir, batu bata, besi, baja, kaca, dan kaleng.
2.4.3 Sampah dari Kantin atau Perdagangan
Sampah ini berasal dari kantin yang ada di dalam kampus dan pedagang-pedagang yang berjualan di pinggir jalan di lingkungan kampus.
2.4.4 Sampah dari Perumahan
Sampah dari perumahan ini umumnya berupa sisa pengolahan makanan, perlengkapan rumah tangga bekas, kertas, kardus, gelas, kain, sampah kebun/halaman, dan lain-lain.
2.5 Sampah Khusus
Sampah khusus disini adalah sampah yang memerlukan penanganan khusus untuk menghindari bahaya yang akan ditimbulkannya.
2.5.1 Sampah dari Rumah Sakit
Sampah rumah sakit merupakan sampah biomedis, seperti sampah dari pembedahan, peralatan (misalnya pisau bedah yang dibuang), botol infuse dan sejenisnya, serta obat-obatan (pil, obat bius, vitamin). Semua sampah ini mungkin
terkontaminasi oleh bakteri, viru dan sebagian beracun sehingga sangat berbahaya bagi manusia dan makhluk lainnya.
2.5.2 Baterai Kering dan Akumulator Bekas
Baterai umumnya berasal dari sampah rumah tangga, dan biasanya mengandung logam berat seperti raksa dan kadmium. Logam berat sangat berbahaya bagi kesehatan. Akumulator dengan asam sulfat atau senyawa timbale berpotensi menimbulkan bahaya bagi manusia. Baterai harus diperlakukan sebagai sampah khusus. Saat ini di Indonesia, baterai kering hanya dapat disimpan di tempat kering sampai tersedia fasilitas pengolahan. Jenis sampah khusus lainnya adalah bola lampu bekas, pelarut dan cat, zat-zat kimia pembasmi hama dan penyakit tanaman seperti insektisida, pestisida, sampah dari keiatan pertambangan dan eksplorasi minya, dan zat-zat yang mudah meledak dalam suhu tinggi. (Iskandar, 2006).
2.6 Efek Sampah Terhadap Manusia dan Lingkungan
Ada beberapa efek negative yang diltimbulakan oleh sampah terhadap manusia dan lingkungan, yang akan dibagi ke dalam beberapa bagian, yaitu:
2.6.1 Dampak Terhadap Kesehatan
Lokasi dan pengelolaan sampah yang kurang memadai (pembuangan sampah yang tidak terkontrol) merupakan tempat yang cocok bagi beberapa organisme dan menarik bagi berbagai binatang seperti lalat dan anjing yang dapat menimbulkan penyakit. Potensi bahaya kesehatan yang dapat ditimbulkan adalah sebagai berikut:
1. Penyakit diare, kolera, tifus menyebar dengan cepat karena virus yang berasal dari sampah dengan pengelolaan tidak tepat dapat bercampur dengan air minum.
2. Penyakit demam berdarah (haemorhagic fever) dapt juga meningkat dengan cepat di daerah yang pengelolaan sampahnya kurang memadai.
3. Penyakit jamur yang juga dapat menyebar (misalnya jamur kulit). (Iskandar,
2006).
2.6.2 Dampak Terhadap Lingkungan
Cairan rembesan sampah yang masuk ke dalam drainase atau sungai akan mencemari air. Berbagai organisme termasuk ikan dapat mati sehingga beberapa spesies akan lenyap, hal ini mengakibatkan berubahnya ekosistem perairan biologis.
Penguraian sampah yang dibuang ke dalam air akan menghasilkan asam organik dan gas cair organik, seperti metana. Selain berbau kurang sedap, gas ini dalam konsentrasi tinggi dapat meledak.
2.6.3 Dampak Terhadap Keadaan Sosial dan Ekonomi
Beberapa dampak sampah yang ditimbulkan terhadap keadaan sosial dan ekonomi adalah:
Pengelolaan sampah yang kurang baik akan membentuk lingkungan yang kurang menyenangkan bagi „penduduk‟ yang ada di lingkungan kampus seperti bau yang tidak sedap dan pemandangan yang buruk karena sampah berserakan dimana-mana.
Pembuangan sampah padat ke badan air dapat menyebabkan banjir dan akan memberikan dampak bagi fasilitas sarana dan prasarana kampus, misalnya jalan, drainase, dan lain-lain.
Infrastruktur lain dapat juga dipengaruhi oleh pengelolaan sampah yang tidak memadai, seperti tingginya biaya yang diperlukan untuk pengolahan air. Jika sarana penampungan sampah kuaran atau tidak efisien, orang akan cenderung membuang sampahnya di jalan. Hal ini mengakibatkan jalan perlu lebih sering dibersihkan. (Iskandar, 2006).
2.7 PENGOLAHAN SAMPAH
Pengolahan sampah adalah suatu upaya untuk mengurangi volume sampah atau merubah bentuk menjadi lebih bermanfaat, antara lain dengan cara pembakaran, pengomposan, penghancuran, pengeringan dan pendaurulangan. (SNI T-13-1990-F)
2.7.1 Pengomposan
Pengomposan merupakan teknik pengolahan sampah organik yang biodegradable, sampah tersebut dapat diurai oleh mikroorganisme atau cacing (vermicomposting) sehingga terjadi proses pembusukan, kompos yang dihasilkan sangat baik untuk memperbaiki struktur tanah karena kandungan unsur hara dan kemampuannya menahan air.
2.7.2 Daur Ulang
Daur ulang merupakan salah satu teknik pengolahan sampah, dimana dilakukan pemisahan atas benda-benda bernilai ekonomi seperti : kertas, plastik, karet, dan lain-lain dari sampah yang kemudian diolah sedemikian rupa sehingga
dapat digunakan kembali baik dalam bentuk yang sama atau berbeda dari bentuk semula.
Program daur ulang merupakan cara termudah dan termurah, sekaligus mampu menghemat energi dalam pelaksanaannya. Daur ulang kertas menghemat energi sebanyak tiga kali daripada membakarnya, plastik lima kali, dan kain enam kali. Selain itu, mendaur ulang juga dapat menciptakan lapangan pekerjaan yang sangat besar.
Berikut ini adalah contoh metode daur ulang berdasarkan jenis dari sampah tersebut:
1. Kaca
Kaca merupakan material yang dibentuk dengan bahan pasir, soda abu, dan batu kapur, yang dicampur dan dilelehkan didalam tungku pembakaran. Proses ini menghasilkan cairan yang merupakan bahan mentah kaca, yang hanya bisa dibentuk pada suhu tinggi. Untuk proses daur ulangnya, sampah kaca dibagi ke dalam kelompok bening, kehijauan, dan amber (kecoklatan), untuk dihancurkan menjadi cullet. Cullet akan dicampurkan bahan lain untuk kemudian dibakar dan dilelehkan menjadi bahan mentah pembuat kaca lain.
2. Kertas
Kertas dibuat dari penggilingan kayu menjadi pulp. Proses ini berupa pemotongan kayu, pemasakan, dan proses kimiawi yang bertujuan menghancurkan serat fibrin dan lignin pada kayu agar kayu dapat dijadikan
pulp. Kertas bekas dihancurkan dengan bantuan air dan mesin penggiling,
menggunakan lem kanji untuk menghasilkan kertas yang tidak mudah sobek. Campuran ini kemudian dicetak dengan alat screen dua lapis sederhana, untuk mencetak adonan ke dalam bentuk lembaran sekaligus memisahkan lembaran kertas adonan dari air. Lembaran ini kemudian dijemur dan dapat disetrika untuk mendapatkan bahan baku lembaran kertas daur ulang.
3. Logam
Logam dibentuk dari pengolahan bijih logam yang didapat dari proses penambangan. Bijih ini biasanya diproses secara kimia, kemudian dimasak menjadi lelehan untuk dibentuk sesuai kebutuhan produksi. Untuk proses daur ulangnya, logam akan dibedakan berdasarkan jenisnya, kemudian dapat dilelehkan langsung dan digunakan sebagai bahan mentah atapun baha baku lagi untuk produksi bahan lain. Hampir semua benda yang memiliki kandungan logam, bisa di daur ulang untuk diambil manfaat bahan logamnya. Namun, beberapa logam seperti emas dan platina memerlukan pengolahan khusus karena dapat menimbulkan efek berbahaya secara medis, bila bersentuhan langsung dengan manusia.
4. Plastik
Plastik diproduksi dengan bahan mentah methanol dan etanol, yang dipolimerisasi berulang kali sampai didapat karakteristik bahan yang diinginkan. Untuk proses daur ulangnya, plastik akan dibedakan berdasarkan warna dan tipe resinnya, karena kandungan resin mempengaruhi suhu leleh plastik, sehingga proses pencampuran bahan plastik akan lebih mudah.
2.8 PENGELOLAAN SAMPAH SECARA UMUM
Pengelolaan sampah secara umum akan dijelaskan seperti dibawah ini:
2.8.1 Pola Operasional Pengelolaan Sampah
Pengelolaan sampah padat dimulai dari tahap penyimpanan sementara, pengumpulan di tempat sumber, pengangkutan serta tahap pembuangan atau pemusnahan. Pengelolaan sampah ini sangat penting untuk keberhasilan program penanggulangan sampah pada suatu daerah.
2.8.2 Penyimpanan Sampah Sementara
“Penyimpanan sampah sementara adalah suatu kegiatan mengisi dan membuang sampah dengan menggunakan alat pewadahan sampah sementara/tempat sampah, sebelum sampah tersebut dikumpulkan, untuk kemudian diangkut serta dibuang atau dimusnahkan”. (Suparlan, 1979).
2.8.3 Pengumpulan Sampah
“Pengumpulan sampah adalah suatu kegiatan mulai dari mengambil sampah
dari tempat sampah sementara ke tempat atau alat pengangkut, kemudian membawanya ke tempat penampungan sementara (transfer station) atau ke tempat pengolahan/pembuangan akhir.” (Sudarso, 1985)
2.8.4 Pengangkutan Sampah
Pengangkutan sampah adalah pemindahan sampah (dari tempat sampah sementara/pengumpulan) ke tempat-tempat pembuangan (biasanya pembuangan
akhir) dengan kendaraan yang relatif lebih besar secara efektif, efisien, dan aman.
(Sudarso, 1985)
2.8.5 Pembuangan
Pada prinsipnya, pembuangan akhir sampah harus memenuhi syarat-syarat kesehatan dan kelestarian lingkungan. Teknik yang saat ini dilakukan adalah dengan
open dumping, di mana sampah yang ada hanya di tempatkan di tempat tertentu,
hingga kapasitasnya tidak lagi memenuhi. Teknik ini sangat berpotensi untuk menimbulkan gangguan terhadap lingkungan. Teknik yang direkomendasikan adalah dengan sanitary landfill. Di mana pada lokasi Tempat Pembuangan Akhir (TPA) dilakukan kegiatan-kegiatan tertentu untuk mengolah timbunan sampah.
2.8.6 Biaya
Setiap pelaksanaan suatu program tidak luput dari rencana anggaran biaya. Alokasi biaya pada penanggulangan sampah meliputi:
Honor/gaji petugas Pembelian alat-alat
Biaya operasi/bahan bakar dan pemeliharaan alat-alat
2.8.7 Peningkatan Kesadaran Masyarakat
Permasalahan sampah tidak hanya mencakup masalah teknologi saja, namun juga sangat kental dengan aspek sosial, ekonomi, serta budaya. Kerja keras pemerintah tidak akan pernah membuahkan hasil yang memuaskan, jika masyarakat selaku produsen sampah masih tidak memiliki kepedulian terhadap sampah. Peningkatan kesadaran ini membutuhkan waktu yang sama sekali tidak singkat,
harus dilakukan secara berkesinambungan serta menanamkannya sejak usia dini. Upaya peningkatan kesadaran sampah tentu harus menjangkau seluruh lapisan masyarakat tanpa terkecuali, yang tentunya dilakukan dengan proporsi dan kualitas yang berbeda-beda. Dengan peningkatan kessadaran sampah ini masyarakat akan lebih memahami bahwa sampah tidak dapat diselesaikan secara sederhana, melainkan membutuhkan partisipasi seluruh produsen sampah (dalam hal ini masyarakat), serta aparat pemerintah dalam menetapkan sistem persampahan yang tepat.
2.9 PENGELOLAAN SAMPAH KAMPUS
2.9.1 Pengumpulan Sampah
Pada tahap ini sampah diambil dari tempat sampah sementara ke tempat pengangkut, lalu dibawa ke penampungan sementara atau ke pembuangan/pengolahan akhir yang berada didalam kampus.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengumpulan sampah dalam kampus, yaitu:
1. Faktor-faktor yang mempengaruhi dalam pengumpulan sampah.
a. Faktor-faktor dalam pengaturan waktu pengumpulan yang meliputi: - Cara pengambilan sampah yang akan digunakan.
- Jenis perlengkapan/sarana yang akan digunakan. - Tenaga pengumpulan sampah.
b. Faktor-faktor dalam perencanaan pengumpulan, perlu mempertimbangkan hal berikut:
- Penyebaran dan kepadatan “penduduk” di daerah pengumpulan. - Topografi.
- Curah hujan, arah dan kecepatan angin, suhu, dan iklim. 2. Cara pengumpulan sampah
Cara pengumpulan sampah adalah mengusahakan agar sampah dari pengumpulan sampah sementara dapat terangkut tanpa bekas, baik di tempat asal maupun di perjalanan.
Sistem pengumpulan dapat dilaksanakan dengan cara sebagai berikut: a. Pola individual
Pada pola ini pengumpulan sampah dilakukan oleh petugas yang mendatangi tiap-tiap sumber sampah, misalnya di setiap fakultas atau kantin-kantin yang ada di USU dengan alat angkut jarak pendek seperti gerobak dorong untuk di angkut ke TPS terdekat.
b. Pola komunal
1) Pengumpulan sampah dilakukan sendiri oleh masing-masing penghasil sampah dalam hal ini adalah fakultas-fakultas yang ada di USU pada satu titik pengumpulan.
2) Tidak berbau dari fakultas/perumahan terdekat. 3) Tidak ada sampah berserakan di sekitar bak sampah.
4) Penempatan wadah berada di daerah yang mudah dijangkau oleh kendaraan pengangkut sampah.
2.9.2 Penyimpanan Sampah
Penyimpanan sampah sementara dalam kampus harus sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan. Menurut Direktorat Jenderal PPM dan PLP
Departemen Kesehatan RI (1985), ada beberapa persyaratan teknik untuk penyimpanan sampah sementara, yaitu :
a. Terbuat dari bahan yang cukup kuat, ringan dan kedap air.
b. Volume dapat menampung sampah yang dihasilkan oleh pemakai dalam waktu tertentu (3 hari).
c. Mempunyai tutup dan sebaiknya tutup dibuka/ditutup tanpa mengotori tangan.
d. Mudah diisi dan dikosongkan serta mudah dibersihkan.
e. Sampah di tempat ini sebelum dibuang/diangkut untuk dikelola selanjutnya tidak boleh melebihi 3 x 24 jam.
Bila tempat penyimpanan sampah sementara terbuat dari bak beton (permanen), maka syaratnya adalah:
a. Kedap air.
b. Mudah dibersihkan.
c. Mempunyai tutup dan selalu tertutup rapat.
d. Lokasi terletak pada tempat yang mudah digunakan oleh kendaraan pengangkut dan tidak berada pada tempat yang mudah banjir.
2.9.3 Pengangkutan Sampah
Ada 2 sistem pengangkutan dalam kampus, antara lain :
1. Sistem pengangkutan langsung, yaitu pengangkutan dari tempat pengumpulan ke tempat pembuangan akhir/pengolahan.
a. S-I, yaitu tempat pengangkut sementara kecil. b. S-II, yaitu tempat pengangkut sementara sedang. c. S-III, yaitu tempat pengangkut sementara besar.
Adapun pola pengangkutannya, yaitu dari tempat pengangkut sementara (S-I) yang ada di fakulatas masing-masing dan kemudian dikumpulkan ke tempat sementara sedang (S-II) dan ini dapat diangkut dengan gerobak. Dari SII sampah diangkut lagi ke tempat yang besar (S-III) yang biasanya disebut transfer station misalnya berupa kontainer yang berada di samping Biro Rektor USU, dan kemudian diangkut dengan truk. Selanjutnya dari transfer station sampah diangkut ke pembuangan akhir.
2.9.4 Pemanfaatan Sampah dalam Kampus
Sampah dapat mencemari lingkungan dalam kampus USU dan membahayakan kesehatan bagi “penduduk” dalam kampus. Sampah juga dapat menyebabkan timbulnya banjir, akan tetapi melalui daur ulang sampah juga bisa diolah lagi menjadi barang yang berguna. Pengolahan sampah dibagi berdasarkan jenis sampah, yaitu:
1. Sampah Organik
Sampah organik dapat dimanfaaatkan antara lain:
a. Komposting
Pengomposan merupakan upaya pengolahan sampah, sekaligus usaha mendapatkan bahan-bahan kompos yang dapat menyuburkan tanah. Sistem ini mempunyai prinsip dasar mengurangi atau mendegradasi bahan-bahan
organik secara terkontrol menjadi bahan-bahan anorganik dengan memanfaatkan aktivitas mikroorganisme. Mikroorganisme yang berperan dalam pengolahan ini dapat berupa bakteri, jamur, dan cacing.
Sistem pengomposan ini mempunyai beberapa keuntungan, antara lain: Tidak merusak lingkungan dan merupakan jenis pupuk yang ekologis. Bahan yang dipakai tersedia, tidak perlu membeli.
Unsur hara dalam pupuk kompos ini bertahan lama jika dibandingkan dengan pupuk buatan.
b. Biogas
Biogas adalah gas-gas yang dapat digunakan sebagai bahan bakar yang dihasilkan dari proses pembusukan sampah organik secara anaerobik. Bahan bakunya dapat diambil dari kotoran hewan misalnya pada penangkaran rusa yang ada di dalam kampus USU atau bahan sisa-sisa tanaman ataupun campuran dari keduanya.
Biogas ini memiiki keuntungan, yaitu:
Menghemat energi, dan merupakan sumber energi yang tidak merusak lingkungan.
Nyala api bahan bakar biogas ini terang/bersih, tidak berasap seperti arang kayu atau kayu bakar. (Swadaya, 2008)
2. Sampah Anorganik
Sampah anorganik seperti botol, kertas, plastik dan kaleng, sebelum dibuang ke TPA sebaiknya dipilah terlebih dahulu karena jenis sampah ini masih ada
kemungkinan untuk dimanfaatkan ulang maupun untuk didaur ulang guna mengurangi produksi sampah, misalnya:
a. Dijual ke pasar barang bekas
Sisi lain dari pemanfaatan sampah anorganik, seperti kertas bekas, koran dan majalah bekas, botol bekas, ban bekas, radio dan TV tua adalah dijual ke pasar barang bekas.
b. Daur ulang
Berbicara mengenai proses daur ulang sampah, ada baiknya bila mengetahui jenis sampah yang dapat di daur ulang. Sampah yang dapat di daur ulang, antara lain: sampah plastik, sampah logam, sampah kertas, dan sampah kaca.
c. Sanitary landfill
Merupakan pemusnahan sampah dengan jalan menimbun sampah dengan tanah yang sebelumnya diratakan dan dipadatkan (demikian juga tanah penutupnya) setiap hari sehabis kerja. Pada bagian dasar tempat tersebut dilengkapi system saluran leachate yang berfungsi sebagai saluran limbah cair sampah yang harus diolah terlebih dulu sebelum dibuang ke sungai atau ke lingkungan. Di sanitary landfill tersebut juga dipasang pipa gas untuk mengalirkan gas hasil aktivitas penguraian sampah.
d. Pembakaran
Sampah padat dibakar di dalam incenerator. Hasil pembakaran berupa gas dan residu pembakaran. Cara ini relatif lebih mahal dibanding dengan sanitary
2.10 METODE PENGELOLAAN PERSAMPAHAN YANG BENAR
Menurut E.Damanhuri (2004), pengelolaan sampah merupakan rangkaian kegiatan mulai dari pengumpulan sampah pada wadah di sumber (penghasil) menuju penampungan sementara, kemudian diangkut ke tempat pemrosesan dan daur ulang, seperti pengomposan, incenerasi, landfilling, atau cara lain.
Ada beberapa aspek dalam pengelolaan sampah padat agar pengelolaan sampah lebih terkendali, diantaranya:
1. Aspek Teknis, meliputi pewadahan, pengumpulan ,pemindahan, pengangkutan, pengolahan, pembuangan akhir.
2. Aspek Nonteknis, meliputi kelembagaan, pembiayaan, hukum dan peraturan, dan perilaku masyarakat.
2.10.1 Aspek Teknis
Aspek teknis mengatur tahapan-tahapan yang seharusnya dilakukan dalam pengelolaan sampah yang baik dan benar. Berikut ini adalah tahapan-tahapan dalam aspek teknis, yaitu:
1. Pewadahan Sampah
Pewadahan sampah adalah proses pengumpulan sampah sementara di sumbernya, baik untuk skala individu (misalnya rumah), maupun skala komunal (misalnya sampah dari satu fakultas). Wadah sampah individual biasanya ditempatkan di depan atau belakang rumah. Wadah sampah komunal biasa
ditempatkan di lokasi yang paling mudah di akses oleh semua individual yang menggunakannya.
Agar sistem persampahan berjalan lebih baik, pada tahap pewadahan ini sebaiknya sampah sudah dipisahkan berdasarkan unsur kimianya, yaitu organik, anorganik, dan B3. Untuk wilayah Medan sendiri, proses pemilahan seperti ini sudah di wajibkan diatur kewenangannya, sebagaimana tertera di PD Kebersihan Kota Medan (2008).
2. Pengumpulan Sampah
Pengumpulan sampah merupakan tahap dimana sampah dikumpulkan dari sumber-sumber sampah, menuju suatu tempat penampungan sementara, sebelum dilakukan penanganan lanjut, baik berupa pembakaran, ataupun pengangkutan menuju TPA atau menuju tempat pengolahan sampah.
3. Pemindahan / Pengangkutan Sampah
Pemindahan sampah merupakan tahap dimana sampah dikumpulkan dari masing-masing sumber sampah, untuk diangkut ke Tempat Penampungan Sementara, atau ke tempat pengolahan sampah, yang umumnya menggunakan armada khusus dalam pelaksanaannya.
Ada dua macam armada pengangkutan sampah ini, yaitu:
a. Armada pengangkutan sampah milik pemerintah kota.
Armada ini hanya bertanggungjawab mengumpulkan sampah dari wadah individual maupun komunal yang telah disediakan pemerintah,
ataupun wadah lain yang terikat kontrak persampahan dengan armada pengangkut sampah.
b. Armada pengangkutan sampah swasta.
Armada ini hanya bertanggungjawab mengangkut sesuai kontrak yang telah disetujui penyedia layanan pengangkutan dan pemakai jasa layanan. Pemerintah kota medan sendiri sampai saat ini masih menggunakan bantuan pihak swasta untuk pengadaan armada ini.
4. Pengolahan Sampah
Pengolahan sampah merupakan sub-sistem pemrosesan,yaitu tahap dimana sampah yang telah dipilah mendapatkan penanganan khusus agar dapat mengurangi debit sampah yang mencapai TPA. Pengolahan sampah juga bertujuan mendapatkan nilai konsumtif kembali dari sampah.
Pengolahan sampah ini berbeda-beda untuk setiap jenis sampahnya, tetapi secara umum dapat dibedakan menjadi:
a. Pengomposan (composting), yaitu proses pemusnahan sampah dengan cara proses dekomposisi zat organikoleh kuman-kuman pembusuk pada kondisi tertentu.
b. Pemadatan (bailing), yaitu proses yang bertujuan hanya untuk mengurangi volume dari sampah, untuk mengoptimalisasi ruang.
c. Pembakaran (inceneration), yaitu proses pemusnahan sampah dengan metode membakar secara besar-besaran, dengan menggunakan
fasilitas alat pabrik yang terdiri dari charging apparatus (wadah),
furnace (pembakar satu), combustion (pembakar kedua), chimmey
(cerobong), dan miscellaneous features (penampung debu sementara).
5. Pembuangan Akhir
Pembuangan akhir merupakan tahap akhir dari proses sampah, dimana sampah yang sudah tidak bisa dimanfaatkan lagi akan direposisi ke tempat pembuangan akhir (TPA). Secara umum, metode yang digunakan, yaitu:
a. Open Dumping, yaitu metode paling sederhana, dimana sampah akan dibuang begitu saja di tanah kosong, dan dibiarkan sampai akhirnya membusuk.
b. Controlled Landfill, yaitu metode pengembangan dari open dumping, dimana sampah yang telah dibuang di tanah kosong akan diratakan dan dipadatkan dengan alat berat, kemudian ditutup dengan tanah
c. Sanitary Landfill, yaitu metode dimana sampah ditimbun dalam suatu lubang yang telah disiapkan, dilanjutkan dengan pemadatan, kemudian ditutup dengan tanah sebagai lapisan penutup. Sistem juga dilengkapi dengan instalasi pengolahan gas buang dan leachate (air genangan sampah)
2.10.2 Aspek Non-Teknis
Aspek nonteknis mengendalikan pelaksanaan dari aspek teknis tersebut, agar pelaksanaannya menjadi lebih baik dengan penyesuaian terhadap keadaan daerah
dimana pengelolaan sampah akan dilakukan. Berikut ini adalah penjelasan tentang aspek non-teknis.
1. Aspek Kelembagaan / Organisasi
Aspek ini aspek dimana pembagian wewenang dan tanggungjawab dipisahkan. Aspek ini juga yang berfungsi memberikan pengawasan, penyuluhan, bimbingan, serta bantuan terhadap jalannya sistem.
2. Aspek Pembiayaan
Aspek ini menjadi sumber dari jalannya sistem yang baik, dimana setiap pelaksanaan selalu membutuhkan pengorbanan materi yang seimbang, dengan kata lain, cost selalu berbanding lurus dengan activities. Sumber dari pembiayaan ini, pada umumnya berasal dari:
a. Anggaran pemerintah
Anggaran pemerintah menjadi sumber pembiayaan utama bagi pelaksanaan kebersihan. Pemerintah pusat biasanya memberikan arahan kebijakan untuk dilaksanakan pemerintah provinsi, kemudian pemerintah kota dan kabupaten, dengan alokasi anggaran sesuai kebijakan pemerintah.
Apabila ada pihak ketiga yang turut memberikan sponsorship ataupun menjadi donator, dana tersebut biasanya akan dikelola oleh dinas pemerintah kota, untuk kemudian dilaksanakan sesuai kebijakan kebersihan daerah tersebut.
b. Iuran / retribusi masyarakat
Berdasarkan PD Kebersihan Kota Medan 2002, retribusi adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasaatau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan. Besarnya retribusi yang diwajibkan kepada wajib retribusi ini, diatur berdasarkan Surat Setoran Retribusi Daerah (SSRD).
3. Aspek Hukum / Peraturan
Aspek ini merupakan aspek yang menjaga dinamika sistem agar dapat mencapai sasaran secara efektif. Secara umum, peran aspek hukum ini dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu:
a. Sebagai landasan pendirian instansi pengelola (Dinas Perusahaan Daerah dan lainnya),
b. Sebagai landasan pemberlakuan struktur tariff,
c. Sebagai landasan ketertiban umum (masyarakat) dalam pengelolaan persampahan.
Aspek ini juga dibutuhkan untuk mengatur bagaimana pengelolaan persampahan dapat dilaksanakan, seperti bagaimana menentukan pelaksanaan teknis operasional, penentuan besarnya retribusi untuk pembiayaan pengelolaan, bentuk kelembagaan yang sesuai, pengatur kerjasama dengan pihak lain yang dibutuhkan, pengeturan peran serta masyarakat, serta pengaturan kewajiban dan larangan bagi penghasil sampah.
4. Aspek Partisipasi Masyarakat
Berdasarkan jenisnya, partisipasi masyarakat di bagi kedalam tiga kelompok, yaitu:
a. Partisipasi spontan, yaitu bila seseorang mulai berpartisipasi berdasarkan pada keyakinan tanpa dipengaruhi melalui penyuluhan atau ajakan oleh lembaga-lembaga atau orang lain.
b. Partisipasi terbujuk, yaitu bila seseorang mulai berpartisipasi setelah diyakinkan melalui program penyuluhan atau oleh pengaruh lain.
c. Partisipasi terpaksa, yaitu bila orang-orang dipaksa melalui hukum atau peraturan lain untuk berpartisipasi dalam kegiatan, tapi bertentangan dengan keyakinan mereka atau tanpa melalui persetujuan mereka.
Partisipasi masyarakat sangat besar manfaatnya dalam mendukung pelaksanaan operasional pengelolaan sampah. Partisipasi ini antara lain dapat diwujudkan dengan:
a. Turut menjaga kebersihan tempat tinggal dan lingkungan b. Memilah sampah di sumber sampah
c. Ikut serta dalam pengolahan sampah, misalnya dengan mengurangi, menggunakan kembali atau mendaur ulang sampah.
Selain itu alternatif operasi dan pemeliharaan dengan melibatkan kemitraan swasta adalah sesuai dengan paradigma baru bahwa menguasai
bukan berarti mengelola secara langsung, akan tetapi dapat melalui privatisasi dengan peraturan perundangan yang berlaku.
Adapun kegiatan-kegiatan persampahan yang dapat diprivatisasi, yaitu:
a. Operasional playanan, berupa penyapuan jalan, pengumpulan sampah, pengurangan dengan daur ulang, pengangkutan sampah, tempat pembuangan sampah, pemanfaatan gas dan reduksi sampah.
b. Pemeliharaan peralatan-peralatan persampahan, karena birokrasi pemerintah menunda pelaksanaan perbaikan.
c. Perencanaan dan pengelolaan secara menyeluruh, seperti pembuatan kompos.
d. Pemantauan pelaksanaan, sebab hal itu meningkatkan pertanggungjawaban dan efisiensi kerja.