• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Metode Pembelajaran Diskusi pada Pelajaran Etika Kristen terhadap Karakter Mahasiswa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pengaruh Metode Pembelajaran Diskusi pada Pelajaran Etika Kristen terhadap Karakter Mahasiswa"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Volume 3, No 2, Desember 2020 (84-90) ISSN: 2621-6220

DOI: https://doi.org/10.32490/didaktik.v3i1.44 https://journal.stipakdh.ac.id/index.php/didaktikos Pengaruh Metode Pembelajaran Diskusi pada Pelajaran Etika Kristen terhadap Karakter Mahasiswa

1Yusak Malo, 2Lidia Susanti

1, 2Sekolah Tinggi Pendidikan Agama Kristen, Malang

1yusak.malo@stipakdh.ac.id, 2lidiasusanti@stipakdh.ac.id

Abstract: Ethics is a teaching standard regarding the rules that must be upheld so that it has a big

impact on the development of one's behavior or actions in everyday life. Character is a value that must be possessed by a person and from that value becomes one's standard of judging what is right to do. One of the problems related to ethics and character is sexual relations that lead to or result in pregnancy. The teaching of Christian ethics and character (especially sex education) needs to be taught attractively according to the cognitive abilities of students from Sumba. The purpose of this study was to determine the effect of the discussion learning method on the Christian Ethics of Sex Education on the character of students in Sumba in Malang. The research used in this research is a quantitative experimental research type. This experimental research, in the form of a Quasi-experiment design. This type of research cannot control the condition of the independent variables using treatment measures. The correlation value of 0.441 shows that there is a positive and strong relationship between Christian ethics and Christian character and the significance (Sig. 2-tailed) of Christian ethics with Christian characters is as large as 0.004.

Keywords: Christian character; Christian ethics; sex education; students of Sumba

Abstrak: Etika merupakan standar pengajaran mengenai aturan-aturan yang harus ditegakkan,

sehingga mempunyai dampak yang besar bagi perkembangan perilaku atau tindakan seseorang dalam kehidupan sehari-hari. Karakter merupakan suatu nilai yang harus dimiliki oleh seseorang dan dari nilai tersebut menjadi standar seseorang menilai apa yang benar untuk dilakukan. Salah masalah yang berhubungan dengan etika dan karakter ialah hubungan seks yang berujung atau berakibat pada kehamilan. Pengajaran etika Kristen dan karakter (terkhususnya pendidikan seks) perlu diajarkan dengan menarik sesuai dengan kemampuan kognitif mahasiswa asal Sumba. Tujuan dari penelitian ialah untuk mengetahui pengaruh metode pembelajaran diskusi pada pelajaran Etika Kristen Pendidikan Seks terhadap karakter mahasiswa Sumba di Malang. Penelitian yang diguna-kan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian kuantitatif eksperimen. Penelitian eksperimen ini, dalam bentuk Quasi eskperiment design. Jenis penelitian yang tidak dapat mengontrol kondisi variabel independen yang menggunakan tindakan perlakuan. Nilai korelasi 0,441 angka ini menunjukan bahwa adanya hubungan positif dan kuat antara etika Kristen dengan karakter Kristen serta didapatkan signifikansi (Sig. 2-tailed) etika Kristen dengan karakter Kristen sebebsar 0,004. Kata kunci: etika Kristen; karakter Kristen; mahasiswa Sumba; pendidikan seks

PENDAHULUAN

Etika merupakan bagian dari filsafat, yaitu filsafat moral. Etika berasal dari bahasa Yunani, yaitu ethos. Etika dijelaskan sebagai ilmu yang mempelajari tentang hal yang baik dan buruk, tentang hak dan kewajiban moral (akhlak), kumpulan nilai-nilai yang berkenan dengan akhlak, serta tentang benar dan salah yang dianut oleh sekumpulan masyarakat.1 Senada dengan Keraf, Nihayatul menjelaskan bahwa etika merupakan sebagai ilmu

1

(2)

pengetahuan tentang kesusilaan atau yang berhubungan dengan moral secara terminologis, moral berasal dari bahasa Latin yaitu mos yang merupakan kebiasaan dan adat.2 Sedangkan

Lickona, menjelaskan bahwa etika merupakan standar pengajaran mengenai aturan-aturan yang harus ditegakkan, sehingga mempunyai dampak yang besar bagi perkembangan perilaku atau tindakan seseorang dalam kehidupan sehari-hari.3

Sedangkan dalam penelitian memfokuskan pada pengertian etika Kristen itu sendiri. Dimana etika Kristen merupakan cara mempraktikan atau mewujudkan iman dalam bentuk tindakan atau berperilaku dan didasarkan pada pemahaman yang benar tentang Alkitab. Dalam hal ini cara berperilaku yang sesuai dengan Alkitab harus diterapkan dalam instansi Kristen dan bahkan harus mencakup segala bidang.4 Sedangkan menurut Geisler, menjelas-kan bahwa etika Kristen didasarmenjelas-kan pada kehendak Allah, diperintahmenjelas-kan oleh Allah sendiri yang sesuai dengan sifat Allah dan semua perintah ada di dalam Alkitab.5 Berdasarkan

pengertian di atas merupakan etika Kristen merupakan pengajaran tentang aturan-aturan yang mengatur perilaku dan sikap orang Kristen, dimana Allah adalah pusat dan Kristus adalah sebagai teladan untuk mempraktekkan nilai-nilai iman dalam kehidupan sehari-hari, serta Alkitab menjadi dasar atau petunjuk orang Kristen dalam melihat semua aturan-aturan yang baik dan benar. Jadi etika Kristen adalah pengajaran mengenai aturan-aturan-aturan-aturan atau perintah-perintah Allah yang tertulis di Alkitab supaya setiap orang percaya membaca, merenungkan dan mewujudkan dalam bentuk tindakan atau perilaku.

Menurut Pratama dalam data WHO bahwa pendidikan seks pada usia remaja dan dewasa bukan lagi pada fungsi alat repruduksi atau perbedaan jenis kelamin, tetapi idealnya lebih kepada pengajaran tentang mengurangi atau mencegah akibat perilaku seks yang tidak benar seperti contohnya kehamilan tidak diinginkan, HIV AIDS, Aborsi dan memilih pasang yang benar.6 Senada dengan Pratama, Lickona menjelaskan bahwa

pendi-dikan seks pada anak muda ialah pemahaman atau pengetahuan tentang bahaya-bahaya dari seks yang menyimpang atau seks yang dilakukan tanpa ikatan pernikahan, seperti kehamilan dimasa muda, aborsi dan penyakit penularan (HIV AIDS).7 Berdasarkan penger-tian di atas pendidikan seks merupakan cara pengajaran atau pendidikan yang dapat menolong muda-mudi untuk menghadapi atau mengatasi masalah hidup yang bersumber pada dorongan seksual. Dengan demikian, pendidikan seks ini bermaksud untuk menerang-kan segala hal yang berhubungan dengan seks dan seksualitas dalam bentuk yang wajar serta akibat dari perilaku seks itu sendiri.

Menurut Darmadi menjelaskan bahwa metode diskusi adalah cara penympaian pelajaran, dimana peserta didik dihadapkan suatu masalah, yang berupa pertanyaan atau

2 Nihayatul, S. D., Filsafat, Etika, dan Kearifan Lokal Untuk Konstruksi Moral Kebangsaan. (Jakarta: Geneva, 2013), 18.

3

Thomas Lickona, Character Matters Persoalan Karakter: Bagaimana Membantu Anak

Mengembangkan Penilian Yang Baik, Integritas, Dan Kebajikan Penting Lainnya. (Jakarta: Bumi Aksara,

2016), 5.

4L. V. Austin, Christian Ethics: A Guide for the Perplexed. (London: Bloomsbury Publishing, 2012),

416.

5 L. N. Geisler, Etika Kristen: Pilihan dan Isu Kontemporer, (Malang: Literatur SAAT, 2015), 15.

6

Egy Pratama, Sri Hayati dan Eva Supriatin, “Hubungan Pengetahuan Remaja Tentang Pendidikan Seks Dengan Perilaku Seks Pranikah Pada Remaja Di Sma Z Kota Bandung”, Jurnal Ilmu Keperawatan, Vol.

1 No. 2, Summer 2014, 151.

7

(3)

pernyataan problematis supaya dibahas dan dipecahkan secara bersama-sama.8 Senada dengan Darmadi, Al-Tabany menjelaskan bahwa metode diskusi merupakan penyampaian materi dengan adanya interaksi antara guru dengan peserta didik dan peserta didik dengan perserta didik lainnya, guna menganalisis, memecahkan masalah dan menggali topik yang sudah ditentukan oleh guru untuk mendapatkan jalan keluar atau solusi.9 Berdasarkan penjelasan pengertian metode diskusi di atas maka ada beberapa poin penting harus diperhatikan, seperti pemilihan topik diskusi yang sesuai materi, guru harus mengendalikan pembicaraan dalam diskusi dan memperjelas inti-inti dari materi pem-bahasan selama kegiatan, sehingga para peserta diskusi memahami isi pelajaran dan mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Maka dalam penelitian ini menggunakan langkah-langkah metode diskusi dari Kauchak.

Menurut Ryan kata karakter berasal dari bahasa Yunani charassein, yang berarti to engrave (melukis, menggambar), seperti orang yang melukis kertas, memahat batu atau metal. Kemudian Ryan mengartikan karakter adalah pola perilaku yang bersifat individual, keadaan moral seseorang.10 Sedangkan Lickona menjelaskan bahwa karakter merupakan suatu nilai yang harus dimiliki oleh seseorang dan dari nilai tersebut menjadi standar sese-orang menilai apa yang benar untuk dilakukan. Lickona juga menjelaskan bahwa karakter seseorang dapat di pengaruhi lewat pendidikan. Hartono menjelaskan bahwa karakter Kris-ten adalah melakukan apa yang benar dengan penuh takut akan Tuhan, sehingga dapat me-muliahkan Allah.11 Senada dengan apa yang dikatakan Hartono, Telaumbanua menjelaskan bahwa karakter Kristen adalah menunjukan peribadi yang sebenarnya dengan menjadikan Kristus sebagai teladan dalam kehidupan guna menyatakan kemulaian Allah.12 Sedangkan Stevanus menjelaskan karakter Kristen ialah sikap dan prilaku yang baik sesuai dengan nilai-nilai alkitabiah, seperti kasih, penguasaan diri dan adil yang diterapkan dalam kehi-dupan sehari-hari.13

Berdasakan beberapa pengertian di atas maka karakter adalah perilaku atau tindakan yang menggambar suatu individu serta sangat berbeda dengan yang lain. Sedangkan karak-ter Kristen merupakan tindakan atau prilaku yang dikehendaki oleh Allah dan didasarkan pada kebenaran Alkitab serta Kristus menjadi teladan. Karakter Kristen memang wajib dimiliki dan menjadi ciri khas oleh orang Kristen dalam bertindak tanpa menghilangkan kepribadian yang diciptakan oleh Allah secara berbeda.

Latarbelakang kehidupan mahasiswa asal Sumba dalam kehidupan sehari-hari waktu masih berada di Sumba tidak seperti pada mahasiswa-mahasiswa yang dari kota-kota be-sar. Dalam artian, kehidupan sehari-hari sewaktu masih di Sumba tidak sebebas waktu

ber-8 H. Darmadi, Pengembangan Model dan Metode Pembelajaran dalam Dinamika Belajar Siswa,

(Yogyakarta: CV. Budi Utama, 2017), 47.

9 I. T. Al-Tabany, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif, Progresif, dan Konteksual: Konsep,

Landasan dan Impelementasinya pada Kurikuum 2013, (Jakarta: Kencana, 2017), 154.

10 Kevin Ryan, dan Bohlin E. Karen, Building Character in Schools: Practical Ways to Bring Moral

Instruction to Life, (San Francisco: JOSSEY-BASS A Wiley Imprint, 1999), 5.

11HandreasHartono, “Membentuk Karakter Kristen pada Anak Keluarga Kristen”, J

urnal Kurios,

Vol. 2 No. 1, Summer 2014, 63.

12 A. Telaumbanua, “Peranan Guru Pendidikan Agama Kristen Dalam Membentuk Karakter Siswa”.

Jurnal Fidei, Vol. 1 No. 2, Summer 2018, 225.

13 K. Stevanus, “Tujuh Kebajikan Utama Untuk Membangun Karakter Kristiani Anak”. Jurnal

(4)

ada di Malang, dikarenakan beberapa faktor yang mempengaruhi, seperti: tidak ada kehi-dupan malam, kebanyakan jam 10 malam sudah sepi; kondisi dibeberapa tempat yang ada di Sumba kekurangan air sehingga kegiatan sehari-hari mahasiswa asal Sumba kebanyakan membantu orang tua; pergaulan bebas antara lawan jenis tidak sebebas sewaktu di Malang; pantauan orang tua terhadap mahasiswa asal Sumba masih bisa dipantau secara langsung berbeda dengan waktu di Malang.

Kehidupan yang sangat berbeda ketika mahasiswa asal Sumba berada di Malang, jauh dari pantaun orang tua secara langsung dan kebanyakan kos-kos yang ada di Malang hanya sekedar aturan yang dipasang pada pintu-pintu kos. Terkhususnya pada kos-kos putra kebanyakan sangat bebas, sehingga pada saat pengurus Ikatan Warga Sumba melaku-kan kunjungan sering menemumelaku-kan perempuan dan laki-laki yang satu kamar walaupun bukan pasangan sah, baik secara aturan adat, negara dan gereja. Dan masalah ini sudah disampaikan oleh pengurus Ikatan Warga Sumba (IKAWASBA) di Malang, sehingga pemerintah memberikan pengarahan kepada orang yang mempunyai rumah kos bukan se-kadar mengambil keuntungan tetapi berperan menjadi orang tua kedua yang ada di Malang.

Masalah menjadi sangat pelik dan susah diselesaikan yaitu perilaku hubungan seks yang ujung pada kehamilan, salah contoh yang pernah diselesaikan oleh peneliti sebagai ketua IKAWASBA, yaitu mahasiswa laki-laki berasal dari Kabupaten Sumba Barat Daya menghamili dua perempuan dari Kabupaten Sumba Tengah dan Sumba Barat. Tahun 2019 ada sekitar delapan masalah hubungan seks yang berujung pada kehamilan, yang dilapor-kan kepada pengurus organisasi Ikatan Warga Sumba, dari delapan masalah ada empat laki-laki yang mau bertanggung jawab dan yang empat lain lagi tidak mau bertanggung jawab. Masalah seks yang berujung kepada kehamilan yang terjadi pada ma-hasiswa yang berasal dari Sumba di Malang bisa dikatakan akan terus terjadi, karena meli-hat laporan yang masuk pada pengurus organisasi Ikatan Warga Sumba hampir setiap bulan.

METODE

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif eksperimen. Menurut Sugiyono bahwa metode penelitian kuantitatif diartikan sebagai metode penelitian yang berdasarkan pada filsafat positivisme, untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat statistik, de-ngan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan.14 Penelitian ini akan dilakukan

terhadap mahasiswa Sumba di Malang, yaitu di dua sekretariat Ikatan Warga Sumba di Malang dan penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Juni sampai bulan Juli 2020.

Adapun populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa Sumba di Malang yang berjumlah 3000 berdasarkan jumlah yang ada dicatatan organisasi Ikatan Warga Sumba (IKAWASBA). Sampel lima puluh (50) orang dan karakteristik sampel dari lima puluh (50) orang yang mewakili populasi mahasiswa Sumba di Malang. Dalam penelitian ini variabel bebasnya adalah metode pembelajaran diskusi pada pelajaran etika Kristen Pendidikan Seks (X) sedangkan variabel terikatnya adalah karakter mahasiswa Sumba (IKAWASBA) di Malang, yang menjadi variabel Y.

14

(5)

Data diambil dengan menggunakan instrumen kuisioner. Teknik analisis data menggunakan uji Instrumen, uji data, uji asumsi klasik dan uji hipotesa. Selanjutnya Uji data dilakukan dengan cara uji Regresi Linear Sederhana untuk mengukur atau menguji pengaruh satu variabel bebas tehadap variabel terikat, kemudian uji asumsi klasik berhubungan dengan uji normalitas untuk melihat apakah variable yang diteliti mengikuti sebaran normal atau tidak. Analisa dan pengujian menggunakan program SPSS 16 untuk mengetahui dan menentukan data berdisitribusi normal atau tidak, maka digunakan ketentuan apabila nilai signifikansi > 0,05 maka data tersebut normal, tetapi bila signifi-kansinya < 0,05 maka data tersebut berdistribusi tidak normal dengan mengetahui, selan-jutnya uji heteroskedastisitas dan iji linearitas untuk melihat ketidaksamaan varian dari residual satu ke pengamatan yang lain dan untuk mengetahui apakah ada dua varibel yang digunakan dalam penelitian mempunyai hubungan yang linear secara signifikan atau tidak. Dan yang terakhir uji hipotesa menggunakan uji t yang digunakan untuk mengetahui signifikansi variable independen terhadap variable dependen.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan rancangan penelitian dalam menganalisis hipotesis dengan cara uji Regresi Linear Sederhana untuk mengukur atau menguji pengaruh satu variabel bebas tehadap variabel terikat antara variabel metode pembelajaran diskusi pada pelajaran etika Kristen Pendidikan Seks (X) dengan variabel karakter mahasiswa Sumba (IKAWASBA) di Malang (Y). Berikut adalah hasilnya:

Tabel 1: Uji Linearitas

Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients T Sig. B Std. Error Beta 1 (Constant) 31.332 6.796 4.611 .000 Etika Kristen .170 .056 .441 3.030 .004 a. Dependent Variable: Karakter Kristen

Dari hasil perhitungan regresi pembelajaran etika Kristen dengan karakter Kristen adalah sebagai berikut:

Y= a + bx

Y=31.332 + 0,170X

Koefisien b dinamakan koefisien arah regresi dan menyatakan perubahan variabel Y untuk setiap perubahan variabel X. Perubahan ini merupakan pertambahan bila b bertanda positif dan penurunan bila b bertanda negatife. Berdasarkan hasil uji regresi pada tabel 4.11 diperoleh nilai konstanta (a) sebesar 31.332 menyatakan bahwa jika tidak ada nilai etika Kristen maka nilai karakter Kristen sebesar 31,332.

Selanjutnya hasil uji regresi pada tabel 4.11 didapatkan nilai koefisien etika Kristen (b) sebesar 0,170 menyatakan bahwa setiap penambahan 1 nilai etika Kristen maka nilai karakter Kristen bertambah sebesar 0,170.

(6)

Tabel 2: Uji Regeresi Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate 1 .441a .195 .173 2.92033

a. Predictors: (Constant),Etika Kristen

Berdasarkan pada tabel outpot 4.12 diatas menunjukan nilai R Square (R2) atau nilai determinasi. Nilai R2 etika Kristen sebesar 0,195 atau 19,5% dalam artian presentase

sumbangan pengaruh dari variabel X atau etika Kristen terhadap karakter Kristen mahasiwa Sumba di Malang sebesar 19,5%. Sedangkan sisanya dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dimasukan dalam penelitian ini.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa analisis korelasi menunjukkan adanya hubu-ngan yang positif dan signifikan antara pembelajaran etika Kristen berbasisi metode pem-belajaran diskusi terhadap karakter Kristen mahasiswa Sumba di Malang. Berdasarkan pa-da tabel 4.10 perhitungan uji korelasi antara variabel pembelajaran etika Kristen pa-dan karak-ter Kristen nilai korelasinya sebesar 0,441 angka ini menunjukan bahwa adanya hubungan positif dan erat antara metode pembelajaran diskusi pada pelajaran etika Kristen pendi-dikan seks dengan karakter Kristen. Sedangkan nilai signifikansi (Sig. 2-tailed) pembe-lajaran etika Kristen dengan karakter Kristen sebebsar 0,004. Singnifikansi ≤ 0,05 sehingga Ho ditolak.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa adanya hubungan antara metode pembe-lajaran diskusi pada pepembe-lajaran etika Kristen dengan karakter Kristen yang signifikan dan dari nilai korelasi yang positif maka dapat dikatakan, semakin tinggi dalam memberikan pelajaran etika Kristen dengan metode pembelajaran diskusi, semakin tinggi pula karakter Kristen mahasiswa Sumba di Malang. Begitu juga sebaliknya, jika semakin rendah dalam memberikan pembelajaran etika Kristen maka makin rendah pula karakter Kristen maha-siswa Sumba di Malang.

Pada tabel output 4.12 menunjukan nilai R Square (R2) atau nilai determinasi. Nilai

R2 metode pembelajaran diskusi pada pelajaran etika Kristen pendidikan seks sebesar 0,195 atau 19,5% dalam artian presentase sumbangan pengaruh dari variabel X atau metode pem-belajaran diskusi pada pelajaran etika Kristen pendidikan seks terhadap karakter Kristen mahasiwa Sumba di Malang sebesar 19,5%. Sedangkan sisanya dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dimasukan dalam penelitian ini.

Dalam penelitian ini, menggambarkan bahwa metode pembelajaran diskusi pada pe-lajaran etika Kristen pendidikan seks sangat berguna bagi karakter Kristen mahasiswa Sumba di Malang. Karena metode pembelajaran diskusi pada pelajaran etika Kristen pen-didikan bertugas untuk menyelidiki, mengoreksi, mengontrol, dan mengarahkan tentang mana yang harusnya dilakukan dan mana yang tidak boleh dilakukan.

Dengan demikian, hipotesis dalam penelitian ini terjawab karena adanya hubungan atau korelasi yang kuat dan erat antara metode pembelajaran diskusi pada pelajaran etika Kristen pendidikan seks dan karakter mahasiswa Sumba di Malang. Dan adanya sum-bangan pengaruh metode pembelajaran diskusi pada pelajaran etika Kristen sebesar 19,5%, yang walaupun sumbangan pengaruh ini memperoleh nilai yang kecil. Oleh karena itu,

(7)

harus memperhatikan faktor-faktor lain yang mempengaruhi karakter mahasiwa Sumba di Malang karena masih ada 81.5% yang tidak dimasukkan dalam penelitian.

KESIMPULAN

Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara variabel metode pembelajaran diskusi pada etika Kristen pendidikan seks dengan variabel karakter Kristen mahasiswa Sumba di Malang. Sumbangan pengaruh metode pembelajaran diskusi pada etika Kristen terhadap karakter Kristen mahasiwa Sumba di Malang sebesar 19,5%. Dalam artian kin tinggi memberikan pelajaran etika Kristen dengan metode pembelajaran diskusi, sema-kin tinggi pula karakter Kristen mahasiswa Sumba di Malang. Sedangkan sisanya dipe-ngaruhi oleh variabel lain yang tidak dimasukan dalam penelitian ini, yaitu pendidikan, ke-luarga, gereja, dan lingkungan masyarakat, serta harus dilakukan secara terus-menerus karena pembentukan dan pengembangan karakter yang baik merupakan pelajaran seumur hidup.

REFERENSI

Al-Tabany, T. I. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif, Progresif, dan Konteksual: Konsep, Landasan dan Impelementasinya pada Kurikuum 2013, Jakarta: Kencana, 2017.

Austin, V. L. Christian Ethics: A Guide for the Perplexed, London: Bloomsbury Publishing, 2012.

Darmadi, H. Pengembangan Model dan Metode Pembelajaran dalam Dinamika Belajar Siswa, Yogyakarta: CV. Budi Utama, 2017.

Geisler, N. L. Etika Kristen: Pilihan dan Isu Kontemporer, Malang: Literatur SAAT, 2015. Hartono, Handreas. “Membentuk Karakter Kristen Pada Anak Keluarga Kristen.” KURIOS

(Jurnal Teologi dan Pendidikan Agama Kristen) 2, no. 1 (2014): 62–69. www.sttpb.ac.id/e-journal/index.php/kurios

Keraf, A. S. Etika Lingkungan Hidup, Jakarta: PT. Kompas Media Nusantara, 2010. Lickona, Thomas. Character Matters Persoalan Karakter: Bagaimana Membantu Anak

Mengembangkan Penilian Yang Baik, Integritas, Dan Kebajikan Penting Lainnya, Jakarta: Bumi Aksara, 2016.

Nihayatul, S. D. Filsafat, Etika, dan Kearifan Lokal Untuk Konstruksi Moral Kebangsaan, Jakarta: Geneva, 2013.

Pratama, Egy Sri Hayati dan Eva Supriatin, “Hubungan Pengetahuan Remaja Tentang Pendidikan Seks Dengan Perilaku Seks Pranikah Pada Remaja Di Sma Z Kota Bandung”, Jurnal Ilmu Keperawatan, Vol. 1 No. 2, Summer 2014.

Ryan, Kevin dan Bohlin E. Karen. Building Character in Schools: Practical Ways to Bring Moral Instruction to Life, San Francisco: JOSSEY-BASS A Wiley Imprint, 1999. Stevanus, K. “Tujuh Kebajikan Utama Untuk Membangun Karakter Kristiani Anak”.

Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen Kontekstual, Vol. 1 No. 2, Summer 2018. Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta, 2009. Telaumbanua, A. “Peranan Guru Pendidikan Agama Kristen Dalam Membentuk Karakter

Siswa”. Jurnal Fidei, Vol. 1 No. 2, Summer 2018.

Gambar

Tabel 1: Uji Linearitas
Tabel 2: Uji Regeresi  Model  R  R Square  Adjusted R Square  Std. Error of the Estimate  1  .441 a .195  .173  2.92033

Referensi

Dokumen terkait

Temuan dalam penelitian ini, diharapkan (1) guru mendapatkan sumbangsih baik itu dalam bentuk ide maupun menerapkan teknik yang efektif; (2) siswa mendapatkan pemahaman

sebagai berikut: 1) Puisi-puisi dalam buku puisi Nun karya Abdul Wachid B.S. memuat nilai-nilai akhlak. Nilai-nilai tersebut adalah toleransi, persaudaraan,.. wawasan

Harga Minuman Sari

Uno (2008) Motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku pada umumnya dengan beberapa

Dihitung tebal kulit tanaman pada masing-masing bagian dan dihitung rata-ratanya. Hasil

nominal uang lebih besar dari Provide Help yang dilakukan partisipan A) untuk “mengembalikan” uang yang telah disetor oleh partisipan A ditambah dengan komisi. 30%

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan pendekatan saintifik efektif dalam meningkatkan pemahaman konseptual dan sikap ilmiah siswa pada

Pada bab ini disajikan data dan pembahasan, penelitian yang berjudul “Efektifitas Pengembangan Lembar Kerja Siswa Geografi Dengan Metode Stad (