• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGUASAAN GERAK PADA CABANG OLAHRAGA TENIS LAPANG BERBASIS MEDIA AUDIO VISUAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGUASAAN GERAK PADA CABANG OLAHRAGA TENIS LAPANG BERBASIS MEDIA AUDIO VISUAL"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

PENGUASAAN GERAK PADA CABANG OLAHRAGA TENIS LAPANG BERBASIS MEDIA AUDIO VISUAL

Dhani Agusni*, Wijayanto STKIP Pasundan Cimahi email: Dhaniewoxxx82.gmail.com

Abstrak

Tujuan dari penelitian ini adalah Untuk Mengetahui pengaruh Audio Visual terhadap hasil servis continental grip dalam permainan tenis lapangan di Engku Putri Tenis Club Tanjung Pinang. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen, dengan desain penelitian One Shot Case Study. Populasi dalam penelitian ini adalah atlet pemula di Engku Putri Tenis Club, sampel yang diambil adalah atlet pemula sebanyak 15 orang di Engku Putri Tenis Club Tanjung Pinang. Penelitian ini dilaksanakan 12 kali pertemuan selama 4 minggu dengan jumlah latihan 3 kali dalam seminggu. Instrumen yang digunakan yaitu hasil tes servis continental grip dalam permainan tenis lapangan. Berdasarkan dari hasil pengolahan dan analisis data hasil pembahasan penelitian dan analisis data-data dari hasil penelitian yang terkum pul, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: Mencari Rata – Rata hasil tes servis continental grip adalah 29,2 dengan rata – rata maximal adalah 3,1 dan minimal adalah 1,2 dan simpangan baku: 6,09 sedangkan Hasil tes servis continental grip di Engku Putri Tenis Club Tanjung Pinang kategori baik paling dominan dengan persentase terbanyak yaitu 40%. Hasil tes servis tenis lapangan di Engku Putri Tenis Club Tanjung Pinang yang berkategori Baik Sekali adalah 7%, kategori Baik 40%, Cukup sebesar 20%, Kurang dengan persentase sebesar 26%, sedangkan Kurang Sekali adalah 7%.

Kata kunci: audio visual, hasil servis continental grip

MOTION CONTROL ON TENNIS BASED ON VISUAL AUDIO MEDIA Dhani Agusni*, Wijayanto

STKIP Pasundan Cimahi email: Dhaniewoxxx82.gmail.com

Abstract

The purpose of this research is To Determine the influence of Audio Visual on the result of continental grip service in game tennis field in Engku Putri Tennis Club Tanjung Pinang. This research uses experimental method, with One Shot Case Study research design. The population in this study is the beginner athletes in Engku Putri Tennis Club, samples taken are athletes beginners as many as 15 people in Engku Putri Tennis Club Tanjung Pinang. The study was conducted 12 times a week for 4 weeks with the number of exercises 3 times a week. The instrument used is the result of continental grip service test in the game of tennis court. Based on the results of processing and data analysis of the results of research discussion and analysis of data from the results of research that dikum pul, it can be concluded as follows: Looking for Average the results of the service test continental grip is 29.2 with the average of maximal is 3, 1 and minimal is 1,2 and standard deviation: 6,09 whereas result of service test continental grip at Engku Putri Tennis Club Tanjung Pinang good category dominant with highest percentage that is 40%. The results of the field tennis service test in Engku Putri Tennis Club Tanjung Pinang is categorized Good Once is 7%, Good category 40%, Enough of 20%, Less by the percentage of 26%, while Less Once is 7%.

(2)

Pendahuluan

Zaman kehidupan modern ini, manusia tidak dapat dipisahkan dari olahraga. Tenis merupakan salah satu jenis olahraga yang sangat populer dan banyak digemari di semua lapisan masyarakat. Permainan tenis lapangan merupakan salah satu jenis olahraga yang semua peralatannya harus memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan. Demikian pula mengenai perlengkapan yang dipakai oleh seorang pemain tenis lapangan harus dapat mengetahui bagaimana sarana dan prasarana yang memenuhi syarat untuk digunakan dalam permainan tenis lapangan.

Tenis adalah olahraga jaring (net) dan raket, dimainkan oleh dua pemain (single=tunggal) satu dengan lain berhadapan, atau empat orang pemain (double=ganda) yang bermain dua lawan dua. Lapangannya juga disebut baan (Bahasa Belanda) atau court (Bahasa Inggris). Aslinya permainan ini dimainkan diatas rumput (lawn), karena itu nama tradisionalnya lawn-tennis, namun sekarang lapangan itu permukaannya ada yang terbuat dari papan kayu, semen, beton, aspal, pasir atau tanah yang dikeraskan.

Pada permainan tenis lapangan banyak terdapat prinsip-prinsip dasar permainan. Teknik dasar permainan tenis lapangan Menurut Asepta Yoga Permana yaitu forehand, backhand, service, smash dan volley. Ardani (2013, hlm.1-2) mengungkapkan bahwa teknik dasar permainan tenis lapangan cukup sulit, untuk meningkatkan keterampilan teknik bermain perlu mencari cara agar tercapai prestasi yang maksimal, atlet harus dipersiapkan dengan latihan yang teratur, terarah dan terprogram.

Brown (dalam Khusni, 2015, hlm. 14) mengungkapkan bahwa servis merupakan bagian yang sangat penting, karena poin tidak akan diperoleh tanpa melakukan service terlebih dahulu, sedangkan menurut Lardner (dalam

Khusni, 2015, hlm. 14) servis satu-satunya pukulan dimana pukulan tersebut mempunyai kontrol sepenuhnya tentang bagaimana bola harus dipukul. Servis menurut Loman (2008, hlm. 81) adalah pukulan bola yang paling penting dalam pertandingan tenis dan merupakan satusatunya pukulan bola yang harus dikuasai maupun dikendalikan oleh pemain yang melakukannya, serta tidak dipengaruhi atau tergantung dari pukulan bola lawannya. Dalam permainan tenis setiap pemain mendapatkan dua kali kesempatan servis apabila servis pertama yang dilakukan gagal maka terdapat kesempatan di servis kedua, namun apabila kedua kesempatan tersebut gagal dilakukan maka pemain kehilangan poin.

Namun masih banyak yang menganggap bahwasannya servis dalam permainan tenis lapangan itu merupakan hal yang tidak terlalu penting, karena masih banyak yang memilih untuk mendalami Forehand Groundstroke, Backhand Groundstroke, smash dan Volley, padahal jika diteliti lagi servis merupakan langkah awal untuk membuka pertahanan lawan yang nantinya bisa membuat Poin atau angkabagi kita.

Setelah dilakukan pengambilan data awal sebagai studi pendahuluan peneliti kepada atlet pemula, terbukti bahwasannya hasil dari pengambilan data awal tersebut sangat jauh dari kategori bisa melakukan servis. Hal ini dapat terlihat pada hasil tes pukulan servis continental grip menandakan bahwa atlet pemula di Engku Putri Tenis Club Tanjung Pinang masih belum memahami teknik dasar dari servis dalam permainan tenis lapangan, hal ini dapat terlihat dari hasil memasukan bola servis, rata ratadari hasilnya atlet diberi kesempatan 10x pukulan servis akan tetap atlet tidak mampu memasukan bola melebihi 5 kali pukulan servis.

Minimnya modifikasi alat belajar yang membuat murid merasa jenuh dan bosan dengan materi yang diberikan,

(3)

faktanya di Engku Putri Tenis Club Tanjung Pinang belum ada pembelajaran berbasis Audio Visual yang diberikan kepada para atlet khususnya atlet pemula, yang seharusnya bisa mengetahui gerak dasar dari servis tenis lapangan secara detail dengan menggunakan media pembelajaran Audio Visual.

Menurut Dwiyogo (2008, hlm. 1) media adalah segala bentuk saluran yang dapat digunakan dalam suatu proses penyajian informasi. Media sering digunakan masyarakat untuk mengetahui suatu informasi yang diinginkan. Salah satu media yang ada adalah media audiovisual. Media audio-visual ialah media pandang dengar yang menampilkan gambar dan suara, seperti lazimnya televisi, film bersuara dan video (Wasis, 2008).

Media audio visual adalah media yang mempunyai unsur suara dan unsur gambar. Jenis media ini mempunyai kemampuan yang lebih baik, karena meliputi kedua jenis media yaitu media audio dan media visual. Agar lebih efektif penyampaian materi ajar perlu ditunjang dengan alat bantu yang dapat digunakan secara efisien dan efektif pada hasil belajar. Perkembangan teknologi yang pesat melahirkan pula teknologi dalam bidang pendidikan yang memberikan pengaruh besar dan nyata. Ini disebabkan karena fungsi media dalam proses hasil belajar adalah sebagai penyaji stimulus dan meningkatkan keserasian dalam penerimaan informasi untuk mencapai tujuan hasil belajar, juga pada hal-hal tertentu media mempunyai nilai-nilai praktis yang sangat bermanfaat baik bagi siswa maupun guru, (Ivon, dkk 2014:453). Rusman (2012, hlm. 170) mengung-kapkan bahwa media pembelajaran merupakan suatu teknologi pembawa pesan yang dapat digunakan oleh guru untuk keperluan pembelajaran media pembelajaran merupakan sarana fisik untuk menyampaikan materi pelajaran. Media pembelajaran merupakan sarana

komunikasi dalam bentuk cetak maupun pandang dengar, termasuk teknologi perangkat keras. Media pembelajaran yang dapat digunakan saat ini seperti media teks, video, dan audio kemudian dengan adanya kemajuan teknologi maka berkembang lagi menjadi grafis, foto, dan animasi.

Media yang berkembang saat ini digabungkan menjadi satu kesatuan yang akan menghasilkan informasi yang tidak hanya dapat dilihat sebagai cetakan, melainkan juga dapat didengar, membentuk simulasi, dan animasi yang dapat membangkitkan motivasi dalam penerimaannya. Media pembelajaran tersebut juga cocok apabila diaplikasikan pada pelatihan olahraga itu karena proses pelatihan olahraga mempunyai kesamaan dengan proses pembelajaran di sekolah, karena keduanya sama-sama mentransfer ilmu, baik dari pelatih ke atlet maupun dari guru ke siswa.

Pengembangan media berlatih atau media pembelajaran berbasis video tutorial merupakan suatu terobosan baru di dunia kepelatihan maupun kependi-dikan. Video tutorial memberikan unsur kognitif berupa pemahaman materi melalui alur penayangan dan penjelas-annya, selain itu juga dikemas menjadi lebih menarik sehingga memotivasi siswa atau atlet untuk lebih memahami materi yang disajikan. Video tutorial dipilih karena relatif mudah dalam pembuatannya dan dapat menayangkan dan menjelaskan tentang gerak dasar tenis lapangan yang benar dengan kemasan yang menarik sehingga atlet dapat mempraktikkan gerak dasar tenis lapangan sesuai dengan yang ditayangkan.

Menurut Rohani penggunaan media audio visual dalam pembelajaran sangat memungkinkan untuk meningkatkan kemampuan berpikir yang diharapkan. Kelebihan yang dimiliki oleh media tersebut dapat mempersiapkan sumber daya manusia melalui pendidikan yang berkualitas (Utaminingrum, 2015, hlm. 5)

(4)

sovocom company mengungkapkan di dalam penelitiannya bahwa hubungan antara jenis media dengan daya ingat manusia dan menyimpan pesan. Dalam penelitiannya diungkapkan bahwa kemampuan daya ingat berdasarkan jenis media media audio 10 %, media visual 40 %, dan media audio visual 50 % sedangkan kemampuan menyimpan pesan berdasarkan jenia media media audio kurang dari 3 hari 70%, lebih dari 3 hari menjadi 10%, media visual kurang dari 3 hari 72%, lebih dari 3 hari menjadi 20%, media audio visual kurang dari 3 hari 85% sedangkan lebih dari 3 hari menjadi 65%. Tujuan utama dalam pembelajaran menggunakan audio visual adalah memberikan pengetahuan baru tentang pembelajaran tenis lapangan terhadap individu dan mengembangkan segenap potensi yang optimal bagi atlet pemula melalui audio visual. Oleh karena itu, contoh gerakan yang diberikan melalui audio visual untuk memajukan perkem-bangan setiap individu. Keberhasilan individu dalam pembelajaran tenis lapangan ditentukan oleh beberapa faktor yang ada diluar individu adalah bahan ajar yang memberikan kemudahan bagi individu untuk dipelajarinya.

Akan tetapi Engku Putri Tenis Club Tanjung Pinang belum pernah menggu-nakan alat bantu belajar seperti audio visual kepada para atlet, sehingga para atlet merasa jenuh dengan materi yang disampaikan. Oleh karena itu peneliti mencoba memberikan stimulus berupa alat bantu belajar audio visual yang dapat merangsang atlet pemula untuk lebih serius dan tertarik untuk mempelajari teknik dasar permainan tenis lapangan yang merupakan animasi yang mem-perlihatkan gerakan dan suara didalam materi pembelajarannya. Apabila tidak ada rancangan baru dalam proses pembelajaran, maka atlet akan sulit berkembang dan hanya akan terbiasa dengan materi-materi lisan yang disampaikan oleh pelatih, sedangkan bila

melihat lebih jauh, ketika menggunakan audio visual, gerakan-gerakan dalam proses pembelajaran bisa di perlambat, sehingga atlet bisa meraba, bagaimana dan apa yang mereka harus lakukan dengan melihat gerakan Slow Motion dan gerakan tersebut akan mudah diingat oleh para atlet pemula.

Berdasarkan uraian tersebut maka tujuan dari penelitian ini yaitu mengetahui pengaruh audio visual terhadap hasil pukulan servis continental grip dalam permainan tenis lapangan.

Metode

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode One Shot Case Study. Menurut Sugiyono (2013, hlm. 107) Penelitian eksperimen diartikan sebagai metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendali. Desain penelitian yang dipakai dalam penelitian ini adalah One Shot Case Study.

Populasi dalam penelitian ini adalah atlet kelas pemula sebanyak 15 orang di Tenis Club Tanjung Pinang di Engku Putri Tenis Club Tanjung Pinang. Teknik sampling yang digunakan untuk menentukan sampel dalam penelitian ini adalah Total Sampling, sehingga jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 15 orang. Menurut Maksum (2012, hlm. 62) menyatakan bahwa minimal jumlah sampel dalam jenis penelitian Eksperi-men/ Kausal-Komparatif berjumlah 15 orang. Instrumen penelitian yang digunakan yaitu Tes servis tenis lapangan digunakan untuk mengukur tingkat keberhasilan servis. Alat ukur yang digunakan dapat dilihat pada Gambar 1. dengan tingkat validitas 0,736 dan tingkat reliabilitasnya sebesar 0,860 (Nurhasan, 2007, hlm.258)

Hasil Penelitian dan Pembahasan

Pada Gambar 2. menunjukkan Hasil tes servis continental grip di Engku Putri

(5)

Tenis Club Tanjung Pinang kategori baik paling dominan dengan persentase terbanyak yaitu 40%. Hasil tes servis tenis lapangan di Engku Putri Tenis Club Tanjung Pinang yang kategori Baik Sekali sebesar 7%, Cukup sebesar 20%, Kurang sebesar 26%, Kurang Sekali sebesar 7%.

Hasil dari persantase kategori tes servis continental grip tidak lepas dari ada nya beberapa faktor pendukung selama penelitian berlangsung sehingga akan dibahas satu persatu sesuai dengan persentase masing-masing.

Kategori Sangat Baik (7%)

Menurut para ahli anak usia 13 – 15 tahun memiliki masa perkembangan yang besar dalam pertumbuhan maupun perkembangannya. Sehingga terdapat satu orang yang mampu mencapai kategori sangat baik, pada saat penelitian ber-langsung, atlet tersebut sangat antusias dan menyimak apa yang disampaikan oleh peneliti dan usia yang lebih dewasa dari sampel yang lain menjadi faktor utama keberhasilan atlet tersebut, menjadikan dirinya sebagai contoh dan panutan terhadap atlet-atlet yang lain, selain faktor

diatas ada beberapa faktor dalam buku yang ditulis oleh Endang Rini Sukamti (2007, hlm. 3-4) ada beberapa faktor yang berpengaruh terhadap laju perkembangan motorik seseorang antara lain sifat dasar genetik termasuk bentuk tubuh dan kecerdasan mempunyai pengaruh terhadap laju perkembangan motorik.

Menurut Mc Shane dan Glinow (2008) Ability the natural aptitudes and learned capabilities required to successfullycomplete a task, yang artinya kemampuan adalah kecerdasan-kecerdas-an alami dkecerdasan-kecerdas-an kapabilitas dipelajari ykecerdasan-kecerdas-ang diperlukan untuk menyelesaikan suatu tugas. Sedangkan menurut Robbins (2009, hlm. 46) kemampuan (ability) adalah kapasitas individu untuk melaksanakan berbagai tugas dalam pekerjaan tertentu. Seluruh kemampuan seorang individu pada hakekatnya tersusun dari dua perangkat faktor yaitu kemampuan intelektual dan kemampuan fisik. Menurut Soelaiman (2007, hlm. 112) kemampuan adalah sifat yang dibawa dari lahir atau dipelajari yang memungkinkan seseorang yang dapat menyelesaikan pekerjaannya, baik secara mental maupun fisik.

Kategori Baik (40%)

Pada penelitian ini yang mendomi-nasi adalah kategori Baik yaitu berjumlah 5 orang dengan persentase 33%. Pada dasarnya perkembangan motorik kasar antara anak laki-laki dan anak perempuan sama (Jahja, 2011, hlm. 211). Serta lingkungan juga mempengaruhi gerak dari keterampilan atlet, seperti hal nya pada kategori baik ini tinggal dan besar dilingkungan yang sama, sehingga ketika penelitian berlangsung para atlet ini hanya berinteraksi dengan kelompok nya saja, melalui interaksi dengan lingkungan, struktur kognitif akan berubah, dan memungkinkan perkembangan pengalam-an terus menerus.

Kategori Cukup (20%)

Pada kategori cukup, peneliti melihat bahwa setiap anak memiliki perkembangan dan gerak motorik yang X tastee 6 5 3 4 2 1 n e t tali

Gambar 1. Diagram Lapangan Tes Service

7% 40% 20.00% 26.00% 7% Baik Sekali Baik

Gambar 2. Diagram Persentase Tes Servis Continental Grip

(6)

berbeda-beda, akan tetapi untuk dikatakan stabil, dari kategori cukup ini para atlet sudah termasuk stabil karena beberapa faktor yang mempengaruhi salah satunya adalah motorik, yang selama penelitian-nya mengalami perkembangan, salah satunya karena adanya orang tua ketika pembelajaran berlangsung, atlet ini akan memperlihatkan apa yang telah mereka miliki kepada orang tua, seperti yang dikatakan oleh Sukintaka bahwa anak akan merasa mempunyai ketahanan dan sumber energi yang tak terbatas sehingga meningkatkan fokus dan daya tarik terhadap teori yang diberikan (Susanto, 2012, hlm. 25)

Kategori Kurang (26%)

Pada kategori atlet yang kurang, disini peneliti menemukan ketidak stabilan dari para atlet, karena remaja yang awal dalam keadaan yang kurang stabil memiliki kecendrungan untuk melakukan penyesuaian diri yang salah dibandingkan dengan remaja yang lebih stabil. Para atlet cendrung diam dan pasif ketika penelitian berlangsung, dan terlebih adalah faktor kurang nya pengaturan istirahat yang baik karena tidur terlalu malam karena bermain Gadget seperti yang dikatakan oleh Sukintaka bahwa anak harus memiliki waktu istirahat yang baik, karena akan mengganggu kestabilan dari para atlet tersebut (Susanto, 2012, hlm. 25)

Kategori Kurang Sekali (7%)

Menurut Elyonora (2012, hlm. 60) kemampuan seseorang untuk dapat me-nguasai keterampilan-keterampilan mo-torik olahraga berbeda-beda salah satunya perbedaan tujuan dan motivasi dalam mempelajari suatu keterampilan motorik, seperti yang peneliti temukan bahwa usia juga mempengaruhi gerak motorik anak, pada kategori kurang ini merupakan atlet yang paling muda diantara yang lainnya, sehingga rasa malu dan tidak percaya diri akan muncul, sehingga pada tes akhir dari penelitian atlet tersebut mendapatkan hasil yang terendah.Tipe dari pemberian Audio

Visual adalah para atlet pemula dapat melakukan servis continental grip dalam permainan tenis lapangan melalui video yang di tayangkan, selain itu atlet pemula juga dapat mengidentifikasi gerakan servis continental.

Langkah-langkah yang dilakukan pada saat menyajikan proses latihan menggunakan Audio Visual pertama, peneliti menayangkan sebuah video; kedua, setiap atlet pemula harus mem-perhatikan dan memahami apa yang ada dalam video yang diberikan oleh pelatih; ketiga, atlet melaksanakan aktivitas yang ada di dalam video yang telah dipahami tersebut dan mengaplikasikannya di dalam lapangan.

Perlakuan pada kelompok pembela-jaran menggunakan audio visual hanya 12 kali dalam 4 minggu dengan dilakukan 3 kali dalam satu minggu. Karena sesuai dengan hasil penelitian dengan melakukan treatment atau perlakuan selama 12 kali pertemuan ada pengaruh peningkatan terhadap tes servis continental grip dalam permainan tenis lapangan.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan penelitian dan analisis data-data dari hasil penelitian yang terkum pul dari awal penelitian sampai akhir penelitian, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: Hasil tes servis continental grip di Engku Putri Tenis Club Tanjung Pinang kategori baik paling dominan dengan persentase terbanyak yaitu 40%. Hasil tes servis tenis lapangan di Engku Putri Tenis Club Tanjung Pinang yang berkategori Baik Sekali adalah 7%, kategori Baik 40%, Cukup sebesar 20%, Kurang dengan persentase sebesar 26%, sedangkan Kurang Sekali adalah 7%.

Daftar Pustaka

Ardani, T. T. (2013). Tingkat Keterampilan Pukulan Forehand Groundstroke Drive dan Pukulan Backhand Groundstroke Drive

(7)

Siswa Yang Mengikuti Ekstrakulikuler Tenis Lapangan Di SMP Negeri 1 Kaliangkrik Kabupaten Magelang Tahun Ajaran 2012/2013. (Skripsi) Universitas Negeri Yogyakarta. Yogyakarta. Diakses dari http://eprints.uny.ac.id/14555/ Dwiyogo, W.D. (2008) Aplikasi Teknologi

Pembelajaran Media

Pembelajaran Penjas & Olahraga. Malang: Fakultas Ilmu Pendidikan UM.

Elyonora, E. (2012). Kemampuan Motorik Peserta Ekstrakulikuler Bola Voli Di SMP Negeri 3 Gamping. (Skripsi) Universitas Negeri Yogyakarta. Yogyakarta. Diakses dari http://eprints.uny.ac.id/7696/ Jahja, Y. (2011). Psikologi

Perkembangan. Jakarta. Kencana. Khusni, I. (2011). Tingkat Keberhasilan

Servis Tenis Lapangan Dalam Kejuaraan Nasional Tenis Junior NewArmada Cup XIX Tahun 2015. (Skripsi) Universitas Negeri Yogyakarta. Yogyakarta. Diakses dari http://eprints.uny.ac.id/28420/ Maksum, A. (2012). Metodologi

Penelitian Dalam Olahraga. Surabaya: Unesa University Press. Robbins, S. P. (2009). Perilaku

Organisasi. Jakarta: Salemba Empat.

Rusman, dkk. (2012). Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi. Jakarta: Rajawali Pers.

McShane & Glinow. (2008). Organizational Behaviour”. Fourth

Edition, Mcgraw Hill

International.

Soelaiman. (2007). Manajemen Kinerja.

Langkah Efektif untuk

Membangun, Mengendalikan dan Evaluasi Kerja. Jakarta: PT. Intermedia Personalia Utama, 2007 Sukamti, E. R. (2007). Diktat Perkembangan Motorik. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta. Diakses dari http://staffnew.uny.ac.id/upload/13 1568302/pendidikan/Diktat+Motor ik.pdf

Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung, Alfabeta. Susanto, N. (2012). Tingkat Kesegaran

Jasmani Berdasarkan Kebiasaan Transportasi Berangkat Dan Pulang Sekolah Siswa Kelas VIII SMP N 1 MLATI Tahun Ajaran Pelajaran 2011/2012. (Skripsi) Universitas Negeri Yogyakarta. Yogyakarta. Diakses dari http://eprints.uny.ac.id/17446/ Utaminingrum, S. (2015). Pengaruh

Media Audiovisual Dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia Pada Keterampilan Menyimak Cerita Siswa Kelas V Sekolah Dasar Kecamatan Pandak Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta. (Skripsi) Universitas Negeri Yogyakarta. Yogyakarta. Diakses dari http://eprints.uny.ac.id/25578/

Gambar

Gambar 1. Diagram Lapangan Tes Service

Referensi

Dokumen terkait

• TAHUN 2017 KOMISI INFORMASI PUSAT AKAN MENYELENGGARAKAN PEMERINGKATAN KETERBUKAAN INFORMASI PUBLIK TERHADAP 400 BADAN PUBLIK TERDIRI DARI : KEMENTERIAN, PEMPROV ,

Kegiatan : Pemeliharaan Kesehatan dan Pencegahan Penyakit Menular Ternak Satuan Kerja : Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Musi Banyuasin.. Total HPS :

Berangkat dari fakta tersebut, tidaklah mengherankan jika perusahaan-perusahaan besar dalam kategori CPG, seperti P&G, Kraft Food, Nestlé dan Unilever

Tabel di atas menunjukkan bahwa skor SERVQUAL bernilai negatif, yaitu sebesar 0,80 yang berarti kualitas pela- yanan yang diberikan oleh PUSKESMAS Serasan Timur di

Hal ini berarti subjek S1 menggunakan feeling yang muncul segera secara otomatis tanpa usaha keras (dibawah sadar) yaitu muncul bayangan gambar dalam pikirannya yang

Sawit Desa Trinsing Kecamatan Teweh Selatan Kabupaten Barito Utara. BAB II

Pada penelitian ini estimasi titik leleh senyawa organik yang mengandung ikatan N–H maka nilai estimasinya akan menjadi besar, terlihat dari harga koefisien deskriptor

Faktor kemiskinan yang paling erat kaitannya dengan keadaaan ekonomi membuat tindakan kejahatan melalui penggunaan obat-obatan bisa timbul, hal itu juga sudah dinyatakan dalam