• Tidak ada hasil yang ditemukan

Karakteristik Berpikir Intuitif Siswa Be

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Karakteristik Berpikir Intuitif Siswa Be"

Copied!
342
0
0

Teks penuh

(1)

KARAKTERISTIK BERPIKIR INTUITIF SISWA SMA

BERGAYA KOGNITIF

FIELD

INDEPENDENT

DAN

FIELD

DEPENDENT

DALAM MENYELESAIKAN

MASALAH GEOMETRI

DISERTASI

M U N I R I

NIM: 08716009

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

PROGRAM PASCASARJANA

(2)

KARAKTERISTIK BERPIKIR INTUITIF SISWA SMA

BERGAYA KOGNITIF

FIELD

INDEPENDENT

DAN

FIELD

DEPENDENT

DALAM MENYELESAIKAN

MASALAH GEOMETRI

DISERTASI

Diajukan kepada Program Pascasarjana Universitas Negeri Surabaya untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Gelar Doktor

Pendidikan Pada Program Studi Pendidikan Matematika

M U N I R I

NIM: 08716009

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

PROGRAM PASCASARJANA

(3)

HALAMAN PERSETUJUAN

Disertasi oleh Muniri, NIM 08716009, dengan judul Karakteristik Berpikir Intuitif

Siswa SMA Bergaya Kognitif Field Dependent dan Field Independent dalam

Menyelesaikan Masalah Geometri, telah memenuhi syarat dan disetujui untuk diuji.

PembimbingI Tanggal

Prof. Dr. H. Akbar Sutawijaya, M.Ed ...

PembimbingII

Prof. Dr. Mohamad Nur ...

Konsultan

Dr. Tatag Yuli Eko Siswono, M.Pd ...

Mengetahui,

Ketua Program Studi S-3 Pendidikan Matematika Program Pascasarjana Unesa

(4)

LEMBAR PENGESAHAN

Disertasi oleh Muniri, NIM 08716009, dengan judul “Karakteristik Berpikir Intuitif Siswa SMA Bergaya Kognitif Field Independent dan Field Dependent Dalam Menyelesaikan Masalah Geometri”, telah dipertahankan dalam ujian terbuka di depan Tim Penguji pada tanggal ... April 2015

Tim Penguji:

Prof. Drs. I Ketut Budayasa, Ph.D

... Ketua Penguji

Prof. Dr. St. Suwarsono

... Anggota

Prof. Dr. H. Akbar Sutawidjaja, M.Ed

... Anggota

Prof. Dr. Mohamad Nur

... Anggota

Prof. Dr. Siti M Amin, M.Pd

... Anggota

Dr. Agung Lukito, M.Si

... Anggota

Mengetahui,

Direktur Program Pascasarjana

(5)

PERSEMBAHAN

Disertasi ini kupersembahkan kepada orang-orang teristimewa di hatiku:

Ibunda tercinta Ny. Siti Sumna, ayahanda (alm) Moh. Tasyar Istriku tercinta Dra. Yulistiani dan anak-anakku tersayang: Mohammad Alfian

Taufiqi El Kamali dan Ahmad Minatullah El Makki

Padanya aku melihat dan menemukan berjuta kasih & sayang terpancar dari sinar wajah dan terukir pada setiap lukisan garis tangan mereka

Juga kepada guru spritualku:

Hadratus Syeh Kyai Haji Mohammad Harir Sholahudin Al Ayyubi bin Abdul Jalil bin Mustaqim bin Khusen Pondok PETA Tulungagung

dan Romo Kyai Haji Maskun Mukti Bendiljati Tulungagung serta Romo Kyai Haji Suyuthi Asyrof Pondok Pesantren Al Mubarok Malang

Karenanya aku telah mendapati dan menemukan jati diriku sendiri....

Juga kepada para Dosen dan Ustadzku:

Prof. R. Soejadi (alm), Prof. Herman Hudojo, Prof. Dr. H. Akbar Sutawidjaja,

M.Ed, Prof. I Ketut Budayasa, Ph.D, Prof. Frans Susilo, Prof. Dr. Suwarsono, Dr. Yansen Marpaung, Dr. Agung Lukito, Prof. Dwi Juniati, Ph.D,

Dr. Tatag Yuli Eko Siswono, M.Pd, Prof. Dr. Muhammad Nur, Prof. KH. Moh. Tholhah Hasan, Prof. Dr. H. Surahmat, M.Si.

Darinya aku telah mendapati & menemukan jutaan hasanah ilmu pengetahuan...

Juga kepada sahabatku:

H. Mohammad Athiyah, S.H, Dr. H. Hobri, M.Pd, Dr. Abdussyakir, M.Pd, Dr. H. Akhyak, M.Ag, dan Ir. H. Alfa Isnaini M.Si

(6)

ABSTRAK

Muniri, 2015. Karakteristik Berpikir Intuitif Siswa SMA Bergaya Kognitif Field Independent dan Field Dependent dalam Menyelesaikan Masalah Geometri. Disertasi, Program Studi Pendidikan Matematika, Program Pascasarjana Universitas Negeri Surabaya.

Promotor: Prof. Dr. H. Akbar Sutawidjaja, M.Ed. Kopromotor: Prof. Dr. Mohamad Nur. Konsultan: Dr. Tatag Yuli Eko Siswono, M.Pd.

Kata-kata Kunci: berpikir intuitif, gaya kognitif, menyelesaikan masalah

Apabila seorang siswa dihadapkan permasalahan geometri sudah barang tentu melibatkan kemampuan berbagai aktivitas berpikir yang dimiliki. Peran intuisi sebagai bagian dari aktivitas berpikir memiliki posisi strategis dalam menentukan langkah awal atau menemukan cara terbaik dalam memahami dan menyelesaikan masalah tersebut. Setiap individu memiliki sifat, cara pandang dan gaya kognitif berbeda dalam menyikapi permasalahan geometri, sehingga berakibat keterlibatan atau kehadiran intuisipun dimungkinkan berbeda pula dalam menyelesaikan masalah tersebut. Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan dan mengeksplorasikan karakteristik berpikir intuitif siswa SMA bergaya kognitif (field independent dan fielddependent) dalam menyelesaikan masalah geometri.

Untuk mencapai tujuan tersebut, peneliti menetapkan empat subjek penelitian dan satu masalah utama, yaitu masalah geometri. keempat subjek penelitian tersebut terdiri atas dua subjek bergaya kognitif fieldindependent (GKFI) dan dua subjek bergaya kognitif field dependent (GKFD). Peneliti juga melakukan wawancara mendalam terhadap empat subjek tersebut. Wawancara tersebut dilakukan pada saat atau setelah subjek menyelesaikan tugas. Analisis data dalam penelitian ini melalui beberapa tahap, yaitu reduksi data, menyajikan data dan menarik kesimpulan. Secara rinci langkah-langkah analisis data tersebut adalah: (1) mentranskrip data, (2) menelaah seluruh data yang tersedia, (3) mereduksi data dengan mengabstraksi, (4) mengkategorisasikan data dengan pengkodean, (5) menvalidasi data dengan triangulasi, (6) menginterpretasi data, dan (7) menarik kesimpulan.

(7)

pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki. Keduanya terjadi perpaduan saling memberikan pengaruh positif antara berpikir analitis dan intuitif seperti memanfaatkan ilustrasi gambar yang muncul begitu saja dalam pikirannya dan ditopang pengalaman sebelumnya. Ketika siswa GKFI mengalami kesulitan atau menemukan jalan buntu untuk menyelesaikan soal, ia memilih istirahat (diam sejenak) sehingga secara diam-diam muncul ide atau gagasan strategi penyelesaian masalah.

Kedua Karakteristik berpikir intuitif yang digunakan siswa SMA bergaya koginitif field dependent (GKFD) dalam menyelesaikan masalah geometri adalah directly, globaly, perseverable dan power of synthesis. Sifat directly ini ditunjukkan pada saat siswa GKFD memahami masalah secara langsung saat membaca soal. Sifat globaly ini ditunjukkan siswa GKFD menangkap makna masalah melalui membaca. Pada saat membaca pertama siswa langsung membedakan apa yang diketahui dan apa yang dicari (pemahaman global). Selanjutnya pada saat membaca yang kedua terlintas (muncul tiba-tiba) dalam pikirannya cara yang tepat untuk mencapai solusi. Sifat perseverable terjadi ketika subjek menggambar atau mencorat-coret hasil kerjanya terlintas dalam pikirannya berasosiasi dengan aktivitas analitis yang ditopang dengan feeling dan keyakinan bersifat kokoh. Adapun power of synthesis ini terjadi pada saat subjek menngalami kesulitan, ia mengandalkan kemampuan berhitung, mencoba, menduga, sehingga langkah penyelesaian yang dilakukan terlihat menggunakan prosedur panjang (berbelit-belit), kurang logis, melakukan dugaan, memprediksi dan mencoba-coba, mencorat-coret hasil kerjanya sehingga menemukan ide atau strategi yang cocok muncul secara tiba-tiba berdasarkan feeling.

Ketiga model intuitif siswa SMA bergaya kognitif fieldindependent (GKFI) dalam menyelesaikan masalah geometri adalah model tacit, model diagrammatic, dan model analogy. Model tacit ini ditunjukkan siswa cenderung tidak menuliskan satuan pada jawaban akhir. Siswa GKFI lebih memilih menjawab langsung agar lebih singkat dan cepat. Model diagrammatic ini ditunjukkan saat siswa menggunakan perantara atau memanfaatkan ilustrasi gambar untuk menemukan strategi yang membantu memudahkan menemukan solusi. Siswa GKFI kurang yakin akan jawabannya tanpa bantuan gambar, menurutnya ilustrasi gambar yang dibuat membuka jalan pikiran atau ide yang bersifat spontan dan tiba-tiba (suddently). Adapun model analogy ditunjukkan oleh siswa GKFI memanfaatkan pengetahuan dan pengalaman sebelumnya menopang munculnya ide dengan segera (immediate). Menurutnya langkah penyelesaian yang dilakukan secara tidak sadar meniru langkah-langkah penyelesaian masalah serupa.

(8)
(9)

ABSTRACT

Muniri, 2015. Intuitive Thinking Characteristics of The Independent-Field-Cognitive-Styled and Dependent-Field-Independent-Field-Cognitive-Styled Students of Senior High School in Solving The Geometric Problems. Dissertation, Mathematics Education Department, Graduate School of State University of Surabaya. Promoter: Prof. Dr. H. Akbar Sutawidjaja, M.Ed, Co-promoter: Prof. Dr. Mohamad Nur, Consultant: Dr. Tatag Yuli Eko Siswono, M.Pd

Keywords: intuitive thinking, cognitive style, problem solving

Solving mathematics problems, especially geometric problems, surely involves the process of thinking. Intuition plays the strategic role in the process of thinking in selecting the initial step or finding out the best way in solving the mathematics problems. Every individual possess different characteristics, points of views, and cognitive styles in solving the geometric problems. As the result, the involvement of intuition plays different role in solving those problems. This study is intended to describe and investigate the intuitive thinking characteristics of the independent-field-cognitive-styled and dependent-field-cognitive-styled students of senior high school in solving the geometric problems.

To achieve the objective in question, the researcher assigns four subjects and selects one main problem, the geometric problem. Those four subjects encompass two instyled students and two dependent-field-cognitive-styled students of senior high school. The researcher conducts deep interview with those four subjects. The interview is conducted while the subjects are working with the geometric problems and soon after the work is finished. The data analysis is done through the following steps: data reduction, data presentation, and conclusion drawing. In more detail, the data analysis is conducted through the following steps: (1) data transcription, (2) data analysis, (3) data reduction and abstraction, (4) data coding and categorization, (5) data validation and triangulation, (6) data interpretation, and (7) conclusion drawing.

(10)

passes in their mind and is influenced by their prior experiences. When the students of this characteristic find it difficult to solve the problems, they tend to keep silent for a moment so that intuitive ideas or strategies may automatically emerge.

Second, the intuitive thinking characteristics of the dependent-field-cognitive-styled students of senior high school in solving the geometric problems are directly, globally, per severable and power of synthesis. The direct characteristic is shown when the students read the questions. The global characteristic is identified when the students understand the essence of the problems through reading them. When reading the problems for the first time, the students directly differentiate what has been known from what is questioned (global understanding). Then, at the second reading, suddenly appear in their mind the appropriate solutions to the problems. The perseverable characteristics take place when the subjects are making some drawing or sketches on their work which are associated to the analytical activities supported by the feeling and strong belief. The power of synthesis happens when the subjects find difficulties. They tend to count on their ability in counting, trying out, predicting so that it seems the strategy or the procedure to solve the problems is complicated, illogical, involving prediction and trying out, making sketches on their work until they come to suitable ideas or strategies which emerge suddenly based on the feeling.

Third, the intuitive thinking models of the independent-field-cognitive-styled students of senior high school in solving the geometric problems are tacit model, diagrammatic model, and analogy model. The tacit model is shown when the students tend not to mention the measurement after the number. The students of this type prefer directly mention the number only in order that they can answer it quickly. The diagrammatic model is shown when the students use cues or illustrative picture to find out the appropriate strategy to solve the geometric problems. They may feel unconvinced with their final answer when they do not utilize the illustrative pictures because the illustrative pictures function to spontaneously or suddenly open their mind to the ideas. The analogy model is shown by utilizing schemata and prior experiences which yield in the immediate emergence of ideas.

(11)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil „alamin, segala puji dan syukur penulis ucapkan dari lubuk hati yang tulus ke hadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat, taufiq, karunia dan ridho-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan disertasi yang berjudul “Karakteristik Berpikir Intuitif Siswa SMA Bergaya Kognitif Field Dependent dan Field Independent dalam Menyelesaikan Masalah Geometri” sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Doktor Pendidikan Matematika pada Program Pascasarjana Universitas Negeri Surabaya (Unesa).

Berbagai hambatan, rintangan dan kesulitan sudah pasti menghiasi hari demi hari dalam proses penyelesaian disertasi ini, namun berkat bantuan, bimbingan, dan sumbangan pemikiran dari berbagai pihak, maka kesulitan dan rintangan tersebut dapat teratasi dengan baik. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tulus dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. H. Akbar Sutawijaya, M.Ed selaku promotor yang senantiasa meluangkan waktunya untuk memberi bimbingan pada penulis dengan penuh kesabaran, keihlasan tanpa mengenal waktu sampai pada penyelesaian penulisan disertasi ini, bahkan beliau banyak memberi nasehat dan wawasan kepada penulis tentang keilmuan dan kehidupan untuk masa kini maupun masa yang akan dijalani.

2. Bapak Prof. Dr. Mohamad Nur selaku kopromotor yang senantiasa bersedia meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, arahan dan teladan kepada penulis selama dalam menyelesaikan disertasi ini.

3. Bapak Dr. Tatag Yuli Eko Siswono, M.Pd selaku konsultan dan sekaligus menjadi validator yang telah memberikan sumbangan pemikiran dan ide-ide cemerlang serta dukungannya berupa referensi yang terkait dengan topik utama disertasi ini.

4. Bapak (alm) Prof. Dr. Suryanto, M.Ed selaku reviwer sekaligus penguji pada ujian tertutup yang telah memberikan saran dan masukan demi kesempurnaan disertasi ini, teriring do‟a semoga segala amal baiknya senantiasa memperoleh pahala yang tiada putus dan medapatkan tempat terindah disisi Tuhan Allah SWT, amien.

(12)

pendidikan dan segenap karyawan dan staf yang telah memberikan bantuan pelayanan administrasi akademik.

6. Bapak/Ibu reviewer Prof. Dr. Mega Teguh Budiarto, M.Pd, dan Prof. Dr. Siti Amin M, M.Pd, yang bersedia meluangkan waktunya untuk memeriksa atau mereview dengan tekun, cermat dan teliti demi kesempurnaan penulisan disertasi ini.

7. Bapak Dr. Subanji, M.Si, Dr. Sri Mulyati, M.Pd dari Universitas Negeri Malang, Drs. Aries Yuwono, M.Pd (guru SMAN Kedungwaru), Drs. Yasip Gautama, M.Pd (dosen STKIP PGRI Tulungagung) yang bersedia menjadi validator instrumen penelitian ini

8. Bapak Rektor IAIN Tulungagung yang telah memberi izin dan dukungan untuk melanjutkan studi di Program Studi S3 Pendidikan Matematika PPs. Unesa Surabaya.

9. Bapak Ketua STKIP PGRI Tulungagung yang telah memberi dukungan untuk melanjutkan studi di Program Studi S3 Pendidikan Matematika PPs. Unesa Surabaya.

10. Teman-teman mahasiswa S3 Pendidikan Matematika PPs. Unesa Surabaya dan teristmewa angkatan 2008, Dr. Jackson Pasimi Mairing, M.Pd, Dr. Muhrizal, M.Si, Drs. Suryo Widodo, M.Pd, Drs. Wiryanto, M.Si, Drs. Qodri Ali Hasan, M.Pd, Drs. Irwani, M.Kes, Dra. Desti Hariningsih, M.Pd.

11. Bapak Kepala SMA Negeri Kedungwaru Tulungagung yang memberi kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian di sekolahnya. 12. Istriku tercinta Dra. Yulistiani, dan anak-anakku tersayang Mohamad Alfian

Taufiqi El Kamali, dan Ahmad Minatullah El Makki yang telah mensupport dan penuh kesabaran serta medoakan penulis dalam menyelesaikan studi di PPs. Unesa Surabaya.

13. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebut satu persatu, yang banyak memberi bantuan baik berupa materi maupun berupa moril.

Akhirnya dengan segala kerendahan hati penulis berharap bahwa disertasi ini dapat memberi manfaat kepada semua pihak. Semoga keikhlasan dan bantuan yang telah diberikan senantiasa memperoleh balasan yang lebih baik dari sisi-Nya. Amin….

Surabaya, April 2015

(13)

DAFTAR ISI

G. Keterkaitan Berpikir Intuitif dan Gaya Kognitif dalam Menyelesaikan Masalah ………... 68

H. Kriteria Keabsahan data Penelitian ... 85

I. Hasil Penelitian yang Relevan ... 89

J. Kerangka Konseptual ... 93

BAB 3 METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian ………... 95

(14)

C. Instrumen Penelitian ………... . 100

D. Teknik Pengumpulan Data ………... 105

E. Teknik Analisis Data ………... 108

F. Prosedur Penelitian ………... 115

BAB 4 PAPARAN DAN ANALISIS DATA PENELITIAN A. Deskripsi Gaya Kognitif Siswa ... 120

B.

Deskripsi Hasil Validasi dan Uji Coba Instrumen Penelitian

...

122

C. Paparan dan Penyimpulan Data Subjek S1 Bergaya Kognitif Field Independent dalam Menyelesaikan Masalah Geometri ... 124

D. Paparan dan Penyimpulan Data Subjek S2 Bergaya Kognitif Field Independent dalam Menyelesaikan Masalah Geometri ... ... 141

E. Karakteristik Berpikir Intuitif Subjek Bergaya Kognitif Field Independent (GKFI) dalam Menyelesaikan Masalah Geometri. ... 158

F. Paparan dan Penyimpulan Data Subjek S3 Bergaya Kognitif Field Dependent (GKFD) dalam Menyelesaikan Masalah Geometri ... 166

G. Paparan dan Penyimpulan Data Subjek S4 Bergaya Kognitif Field Dependent (GKFD) dalam Menyelesaikan Masalah Geometri ... 182

H. Karakteristik Berpikir Intuitif Subjek Bergaya Kognitif Field Dependent (GKFD) dalam Menyelesaikan Masalah Geometri ... 196

BAB 5 PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Karakteristik Berpikir Intuitif Subjek Bergaya Kognitif Field Independent (GKFI) dalam Menyelesaikan Masalah Geometri ... 209

B. Karakteristik Berpikir Intuitif Subjek Bergaya Kognitif Field Dependent (GKFD) dalam Menyelesaikan Masalah Geometri ... 217

C. Perbedaan dan Kesamaan Karakteristik Berpikir Intuitif antara Subjek Bergaya Kognitif FI dan Subjek Bergaya Kognitif Field Dependent (GKFD) dalam Menyelesaikan Masalah Geometri ... 224

D. Temuan Samping ... 230

E. Keterbatasan dan Tindak lanjut Penelitian ... 233

(15)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Indikator Karakteristik Berpikir Intuitif ... 47 Tabel 2.2 Indikator Model-model Intuitif ... 53 Tabel 2.3 Proses Belajar Berdasarkan Gaya Kognitif Siswa

(didasarkan pada Thomas, 1990) ... 66

Tabel 2.4 Indikator Berpikir Intuitif Subjek yang Dapat Diamati pada saat Menyelesaikan Masalah ... 83

Tabel 2.5 Indikator Model-model Intuitif Subjek yang Dapat Diamati

pada saat Menyelesaikan Masalah ... 84

Tabel 3.1 Daftar Subjek Penelitian Berdasarkan Karakter yang

Dimiliki 100

Tabel 4.1 Daftar Nama Subjek Penelitian Berdasarkan Gaya Kognitif .. 120

Tabel 4.2 Transkrip Wawancara dan Hasil Jawaban S1 Dalam Menyelesaikan Soal nomor 1 (S1M1) Pada Tanggal 24

Maret 2014 ... 125

Tabel 4.3 Transkrip Wawancara dan Hasil Jawaban S1 dalam Menyelesaikan Soal nomor 2 (S1M2) Pada Tanggal 31

Maret 2014 ... 130

Tabel 4.4 Validasi Data Hasil wawancara Berbasis Tugas S1M1 dan

S1M2 ... 135

Tabel 4.5 Transkrip Wawancara dan Hasil Jawaban S2 dalam Menyelesaikan Soal nomor 1 (S2M1) Pada Tanggal 24

Maret 2014 ... 142

Tabel 4.6 Transkrip Wawancara dan Hasil Jawaban S2 dalam Menyelesaikan Soal nomor 2 (S2M2) Pada Tanggal 31

Maret 2014 ... 147

Tabel 4.7 Validasi Data Hasil wawancara Berbasis Tugas S2M1 dan

S2M2 ... 152

Tabel 4.8 Karakteristik Berpikir Intuitif Subjek GKFI dalam

(16)

Tabel 4.9 Transkrip Wawancara dan Hasil Jawaban S3 dalam Menyelesaikan Soal nomor 1 (S3M1) Pada Tanggal 26

Maret 2014 ... 166

Tabel 4.10 Transkrip Wawancara dan Hasil Jawaban S2 dalam

Menyelesaikan Soal nomor 2 (S3M2) Pada Tanggal 2 April 2014 ... 171

Tabel 4.11 Validasi Data Hasil wawancara Berbasis Tugas S3M1 dan

S3M2 ... 176

Tabel 4.12 Transkrip Wawancara dan Hasil Jawaban S4 dalam Menyelesaikan Soal nomor 1 (S4M1) Pada Tanggal 26

Maret 2014 ... 182

Tabel 4.13 Transkrip Wawancara dan Hasil Jawaban S4 dalam

Menyelesaikan Soal nomor 2 (S4M2) Pada Tanggal 2 April 2014 ... 187

Tabel 4.14 Validasi Data Hasil wawancara Berbasis Tugas S4M1 dan

S4M2 ... 190

Tabel 4.15 Karakteristik Berpikir Intuitif Subjek GKFD dalam

Menyelesaikan Masalah Geometri ... 197

Tabel 5.1 Kesamaan dan Perbedaan Karakteristik Berpikir Intuitif (BI) Subjek GKFI dan Subjek GKFD dalam Menyelesaikan

Masalah Geometri ... 228

Tabel 5.2 Kesamaan dan Perbedaan Model Intuitif (MI) Subjek GKFI

(17)

DAFTAR DIAGRAM

Halaman

Diagram 3.1 Prosedur Pemilihan Subjek Penelitian ... 99

Diagram 3.2 Prosedur Penyusunan Instrumen Penelitian ... 105

Diagram 3.3 Prosedur Pengumpulan Data (Triangulasi Data) ... 108

Diagram 3.4 Metode Triangulasi Sumber untuk Subjek GKFI ... 114

Diagram 3.5 Metode Triangulasi Sumber untuk Subjek GKFD ... 115

(18)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1.1 Kesamaan Luas daerah Segitiga ABD dan segitiga ADC .... 14

Gambar 1.2 Hasil Jawaban Subjek R1 ... 15

Gambar 1.3 Hasil Jawaban Subjek R2 ... 17

Gambar 2.1 Model intuitif menurut Baylor ... 41

Gambar 2.2 Diagram Venn A subset B ... 52

Gambar 2.3 Heuristik Means-Ends ... 59

Gambar 2.4 Ilustrasi Pandangan Fovea dan Periveral ... 75

Gambar 2.5 Alur Aktivitas Berpikir Intuitif Subjek dalam Menyelesaikan Masalah Geometri ... 78

Gambar 5.1 Alur Aktivitas Berpikir Intuitif Subjek GKFI dalam Menyelesaikan Masalah Geometri ... 217

(19)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Petunjuk Penyelenggaraan Tes Gaya Kognitif ... 249

Lampiran 2 Group Embedded Figure Test (GEFT) ... 250

Lampiran 3 Tabel Hasil Tes GEFT ... 262

Lampiran 4 Distribusi Hasil Tes GEFT ... 264

Lampiran 5 Analisis Validitas butir soal GEFT ... 266

Lampiran 6 Lembar Masalah Geometri ... 270

Lampiran 7 Pedoman Wawancara Berbasis Tugas (PWBT) ... 271

Lampiran 8 Alternatif Jawaban Masalah Geometri ... 275

Lampiran 9 Hasil Jawaban Subjek penelitian ... 276

Lampiran 10 Transkrip Hasil Wawancara ... 284

Lampiran 11 Daftar Nama Validator ... 301

Lampiran 12 Validasi Ahli terhadap Lembar Masalah ... 302

Lampiran 13 Validasi Investigator ... 321

Lampiran 14 Surat Pengantar Penelitian dari Unesa ... 342

Lampiran 15 Surat Keterangan Dinas Pendidikan (SMA Negeri Kedungwaru Tulungagung) ... 343

(20)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Matematika merupakan ilmu pengetahuan bersifat universal yang dapat

dimanfaatkan sebagai dasar bagi perkembangan disiplin ilmu pengetahuan dan

teknologi modern serta mempunyai peran penting dalam perkembangan berpikir

manusia. Demikian juga kemajuan di bidang teknologi informasi dan komunikasi

dewasa ini banyak dilandasi perkembangan matematika seperti halnya bidang

geometri, teori bilangan, aljabar, analisis, teori peluang, dan matematika diskrit.

Oleh karenanya, dalam penguasaan dan pemanfaatan teknologi di masa depan tentu

tidak terlepas adanya dukungan pemahaman dan penguasaan matematika.

Ditegaskan dalam Kurikulum 2004 tentang tujuan pembelajaran matematika, yaitu (1) melatih cara berpikir dan bernalar dalam penarikan kesimpulan, misalnya melalui kegiatan penyelidikan, eksperimen, eksplorasi dalam menunjukkan kesamaan, perbedaan, konsisten, dan inkonsisten; (2) mengembangkan aktivitas rasa ingin tahu yang kreatif yang melibatkan imajinasi, intuisi, dan penemuan dengan mengembangkan pemikiran divergen, orisinil, rasa ingin tahu, membuat prediksi dan dugaan, serta mencoba-coba; (3) mengembangkan kemampuan memecahkan masalah; dan (4) mengembangkan kemampuan menyampaikan informasi atau mengkomuni-kasikan gagasan antara lain melalui pembicaraan lisan, catatan, grafik, peta, diagram dalam menjelaskan gagasan (Depdiknas, 2003: 6).

Berdasarkan tujuan kurikulum di atas, berarti dalam belajar matematika

siswa hendaknya dilatih dan dibiasakan untuk mempertajam atau memperkuat

(21)

aktivitas mental dan berpikir melalui proses penyelesaian masalah (secara tepat dan

cepat) melalui serangkaian aktivitas yang melibatkan berbagai kemampuan, antara

lain kemampuan imajinatif, prediktif dan intuitif. Melalui kemampuan imajinatif

seseorang mampu membayangkan objek permasalahan yang dihadapi, sehingga ia

mampu memberikan interpretasi atau representasi terhadap masalah tersebut.

Kemampuan prediktif dapat mengarahkan seseorang peka dan mampu menentukan

solusi alternatif masalah yang dihadapi, sedangkan kemampuan intuitif dapat

dijadikan sebagai “kognisi antara” yang digunakan sebagai “jembatan” untuk

memudahkan dalam melakukan pengaitan objek yang dibayangkan dengan

alternatif solusi yang diharapkan serta mampu menuntun seseorang dalam

menentukan langkah-langkah yang harus dilakukan untuk mencapai solusi tersebut

secara formal.

Fischbein & Dooren et al. (dalam Nicholas, 2010: 20) menyatakan bahwa

intuition in mathematics, is primarily used as a bridge between mathematical

concepts and the real word.” Pendapat tersebut berarti intuisi dalam matematika

digunakan sebagai “jembatan” berpikir antara konsep abstrak matematika dengan

dunia nyata. Dengan demikian intuisi dapat berguna mempermudah memahami

konsep-konsep abstrak matematika menjadi kongkret berdasarkan pengetahuan dan

pengalaman yang dimiliki dan mungkin bercampur aduk dengan perasaan atau

feeling.

Berkaitan dengan berpikir intuitif, secara eksplisit Bruner (1999: 58)

(22)

berpikir analitis. Menurutnya berpikir analitis adalah proses berpikir yang

diekpresikan melalui langkah demi langkah (memahami objek dari bagian-bagian

khusus), masing-masing langkah terkait dengan langkah sebelumnya, biasanya

terencana secara sadar dan lebih hati-hati dalam menangkap informasi dan operasi

yang terkait di dalamnya, misalnya langkah-langkah proses induksi atau percobaan

dan analisis statistik dalam kegiatan penelitian, sedangkan berpikir intuitif

merupakan komplemen dari berpikir analitik. Berpikir intuitif bekerja secara

implisit dan cenderung memahami objek secara langsung bersifat keseluruhan

(globaly), menemukan strategi untuk mencapai jawaban yang diharapkan secara

tiba-tiba, tidak terencana dan kurang hati-hati, kurang detail, bersifat acak atau

kurang runtut, serta terkadamg melalui dugaan atau perasaan.

Fischbein (1999: 12) memberikan pengertian intuisi ditinjau dari sifat dan

bentuknya. Menurut sifatnya intuisi berguna untuk mengantisipasi dan mengawali

aktivitas dalam perspektif global. Dengan demikian kognisi intuisi merupakan cara

atau strategi mengatasi masalah atau memprediksi kemungkinan terjadinya

peristiwa. Pendapat serupa disampaikan Hinden (2004: 32) bahwa “Intuition gives

the advantage of taking action early. The analysis is introduced later and provides

secondary support and documentation required when setting the decision.” Dengan

kata lain intuisi memberikan keuntungan dalam menentukan solusi lebih awal,

sedangkan analisis bisa dilakukan pada tahap berikutnya. Ini berarti bahwa analisis

memberikan dukungan sekunder dan dokumentasi dibutuhkan sebagai alat pada saat

(23)

Uraian di atas memberikan makna bahwa intuisi merupakan aktivitas

berpikir yang berfungsi sebagai pembuka ide, inspirasi yang mengarahkan

seseorang menetapkan langkah-langkah mengkonstruksi dan menemukan solusi

masalah yang dihadapi atau mungkin bersifat global atau prediktif. Akan tetapi jika

ditinjau dari bentuknya yang conclusive, berarti intuisi berperan mengembangkan

cara cepat dan tepat menganalisis suatu solusi yang telah diperoleh sebelumnya.

Dengan demikian, intuisi dapat digunakan untuk mempersiapkan dan memulai

tindakan atau aktivitas penyelesaian masalah berdasarkan pengetahuan yang sudah

dimiliki melalui interpretasi (difokuskan atau dirancang untuk menemukan solusi

secara langsung) dan sangat bermanfaat bagi proses berpikir secara aktif dan

produktif.

Berdasarkan beberapa penjelasan di atas, berpikir intuitif berfungsi sebagai

“mediating cognitive” atau “kognisi perantara” yang dapat membantu atau

memudahkan untuk memulai menentukan langkah-langkah penyelesaian masalah

atau menemukan solusi, sedangkan sifat berpikir intuitif adalah berlangsung segera

(immediate) atau muncul secara tiba-tiba (suddent). Berlangsung segera artinya

seseorang memahami, menemukan strategi penyelesaian masalah matematika

terjadi dalam kurun waktu tertentu tanpa dipisahkan oleh aktivitas berpikir lainnya.

Proses berpikir tersebut muncul secara tiba-tiba artinya munculnya strategi yang

digunakan seseorang untuk menemukan solusi pada saat menyelesaikan masalah

matematika bersifat spontan (tidak diketahui asal-usulnya) atau terkadang muncul

(24)

Mengenai pentingnya memecahkan masalah bagi siswa diungkapkan

National Council of Teachers of Mathematics (NCTM) dalam Principles and

Standards for School Mathematics (NCTM, 2000: 52) yaitu “Solving problem is not

only a goal of learning mathematics but also a majors means of doing so …By

learning problem solving in mathematics, students should acquire ways of thinking,

habits of persistence and curiosity and confidence in unfamiliar situations…” yang

berarti pemecahan masalah bukan hanya tujuan matematika tapi melatih cara

berpikir siswa, membiasakan tekun dalam mengerjakan sesuatu dan menumbuhkan

rasa ingin tahu serta percaya diri dalam menyikapi masalah yang tidak biasa

dihadapi. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Krulik, Rudnik & Milou (2003: 90)

bahwa salah satu cara untuk membelajarkan siswa berpikir adalah melalui proses

pemecahan masalah. Dengan kata lain, dalam menyelsaikan masalah siswa harus

melakukan serangkaian aktivitas berpikir yang merupakan salah satu hal mendasar

dalam pembelajaran matematika. Ketika siswa menyelsaikan masalah matematika

(termasuk masalah geometri) menggunakan strategi-strategi khusus dan

memungkinkan adanya keterlibatan intuisi pada saat menentukan strategi yang

cocok atau menemukan solusi.

Dalam hal penyelesaian masalah geometri, penggunaan berpikir yang

melibatkan intuisi memiliki peranan penting untuk membantu siswa menemukan

solusi yang tepat atau muncul secara cepat, seperti diungkapkan oleh Bruner (1977:

119) bahwa peran penggunaan intuisi dapat dimaknai dalam dua aspek yang agak

(25)

melakukan kegiatan menyelesaikan masalah dalam waktu yang cukup lama, dan

tiba-tiba ia memperoleh dan menemukan solusinya berdasarkan pengalamannya

walaupun bukti formal belum dilakukan. Pada sisi lain, dikatakan bahwa seorang

ahli matematika dikatakan berpikir intuitif yang baik apabila orang tersebut

dihadapkan pada suatu masalah, ia dapat memberikan tebakan jawaban dengan

segera terhadap pertanyaan yang diajukan kepadanya, atau dia dapat menyelesaikan

atau memeriksa dengan berbagai pendekatan untuk mencapai bukti yang

diinginkan. Misalnya aktivitas-aktivitas berpikir intuitif yang mungkin digunakan

untuk memahami atau menyelesaikan masalah antara lain, melalui ilustrasi gambar,

membuat diagram, atau coretan-coretan, membayangkan atau imajinasi, analogi,

dan memprediksi. Hal yang demikian menunjukkan betapa pentingnya peran intuisi

dalam menyelesaikan masalah geometri yang tidak hanya dititikberatkan pada

pemahaman konsep, namun juga penentuan strategi penyelesaian masalah

diperlukan kesiapan intelektual yang memadahi, aktivitas mental tinggi, serta

kemampuan kognitif yang kompleks (seperti kemampuan berpikir divergen dan

berpikir konvergen, kreativitas, kemampuan pemecahan masalah).

Terjadinya perbedaan strategi dalam menyelesaikan masalah geometri bagi

sebagian siswa bukan semata-mata disebabkan keabstrakan dan banyaknya konsep

geometri yang dipelajari mereka, namun penyebab lainnya mungkin dipengaruhi

adanya perbedaan persepsi, karakteristik individu siswa saat belajar atau dalam

memahami masalah, seperti perbedaan kemampuan berpikir atau gaya kognitif

(26)

penetapan strategi, pendekatan dan model yang digunakan dalam menyelesaikan

masalah. Selain itu juga harus mempertimbangkan perbedaan karakteristik materi

atau bobot masalah yang dihadapi, artinya perbedaan gaya kognitif siswa

memungkinkan terjadi perbedaan persepsi, aktivitas berpikir (mengorganisasi

informasi) dalam menyelesaikan masalah. Menurut Jung (1921: 567) bahwa intuisi

merupakan fungsi psikologis yang mentransmisikan persepsi bawah sadar yang

dipandang sebagai fungsi kognitif diluar nalar dan terjadi ketika rasional dan

kognitif lainnya tidak bekerja. Menurut beliau setiap individu memiliki intuisi tetapi

dengan derajat yang berbeda-beda dan diwujudkan dalam tipe kepribadian.

Dalam penelitian ini, pemilihan subjek difokuskan bagi siswa yang memiliki

perbedaan gaya kognitif. Witkin (dalam Elkind & Weiner, 1978) mengatakan

bahwa gaya kognitif adalah perbedaan cara siswa memproses informasi dan

memberlakukan lingkungannya. Gaya kognitif merujuk pada bagaimana siswa

memproses informasi dan menggunakan strategi dalam merespon tugas. Hal ini

berarti bahwa masing-masing siswa atau individu memiliki perbedaan kemampuan

dalam memahami, memilih strategi atau metode menyelesaikan masalah yang

mungkin dipengaruhi taraf kecerdasan, kemampuan berpikir, serta cara

memperoleh, menyimpan, serta menerapkan pengetahuan tersebut.

Lebih lanjut Rahman (2003) mengemukakan adanya perbedaan yang

signifikan antara hasil belajar matematika siswa bergaya kognitif field-independent

dengan hasil belajar matematika siswa bergaya kognitif field-dependent.

(27)

kognitif mempengaruhi prestasi siswa dalam mata pelajaran tertentu serta sikap

disiplin pada profesi tertentu pula. Clar (dalam Slameto, 1995) menemukan bahwa

makin tinggi kadar field-independent seseorang, maka makin realistis bidang

kejuruan yang dipilih, mereka menunjukkan pilihan-pilihan lebih spesifik dan

merupakan minat mereka yang utama. Sebaliknya makin tinggi kadar field

-dependent seseorang, maka semakin ragu-ragu dan bimbang untuk menentukan

bidang kujuruan yang akan dipilih.

Hasil penelitian di atas, memperkuat dugaan peneliti bahwa kemampuan

siswa dalam menyelesaikan masalah matematika dipengaruhi oleh gaya kognitif

serta kecakapan intuisi mereka. Berarti strategi, pendekatan atau model yang

digunakan siswa bergaya kognitif berbeda dimungkinkan berbeda pula karakter

berpikir intuitif yang digunakan dalam menyelesaikan masalah. Sejalan dengan

hasil penelitian di atas, Mahlios (dalam Slameto, 1995) memperhatikan tingkah

laku siswa berdasarkan gaya kognitifnya dalam belajar antara lain: (a) Siswa

bergaya kognitif field independent (GKFI) cenderung bekerja secara mandiri. (b)

Siswa bergaya kognitif field dependent (GKFD) dalam memberikan jawaban

banyak tergantung pada pujian yang diberikan oleh guru. (c) siswa dengan GKFI

lebih banyak menerima unpan balik berkaitan dengan konsep atau materi pelajaran

yang disampaikan guru. (d) Siswa dengan GKFD lebih banyak menerima umpan

balik terkait hal yang bersifat pribadi.

Uraian di atas memberikan gambaran akan pentingnya dilakukan kajian

(28)

siswa dalam menyelesaikan masalah. penelitian ini dimaksudkan untuk

mengeksplorasi (menggali, menelusuri dan mengungkap) bagaimana karakteristik

berpikir intuitif berdasarkan gaya kognitif siswa dalam menyelesaikan masalah

geometri.

Dari sudut pandang psikologi, geometri merupakan penyajian abstrak

berdasarkan pengalaman visual dan spasial, misalnya bidang, ruang, pola,

pengukuran dan pemetaan, dan sebagainya. Sedangkan dari sudut pandang

matematik, geometri menyediakan pendekatan-pendekatan dalam memahami dan

menyelesaikan masalah, misalnya persoalan verbal dapat diilustrasikan dalam

bentuk gambar-gambar, diagram, sistem koordinat, vektor, dan transformasi.

Pendekatan secara geometri juga merupakan sarana yang memberikan kemudahan

dalam memahami struktur dan pemecahan masalah matematika (Burger &

Shaughnessy, 1986: 40).

Suydam (dalam Clements & Battista, 1992: 421) menyatakan bahwa tujuan

pembelajaran geometri adalah (1) mengembangkan kemampuan berpikir logis, (2)

mengembangkan intuisi spasial mengenai dunia nyata, (3) menanamkan

pengetahuan yang dibutuhkan matematika lanjut, dan (4) mengajarkan cara

membaca dan menginterpretasikan argumentasi matematika.

Berdasarkan uraian di atas, berarti konsep geometri mempunyai peluang

lebih besar untuk dipahami siswa secara intuitif disebabkan konsep geometri yang

sudah dikenal dan akrab dengan siswa sejak mereka belum memasuki dunia

(29)

besar dalam menyelesaikan masalah geometri, seperti penggunaan diagram,

gambar, dan model bangun lainnya.

Pada saat siswa dihadapkan pada masalah geometri, tentu ia akan berusaha

memahami dan ingin menyelesaikan masalah tersebut, mungkin saja siswa tersebut

menyelesaikan masalah dengan segera apabila memiliki pengetahuan dan

pengalaman yang baik mengenai masalah tersebut. Bahkan pada saat seseorang

mengalami kesulitan, kebuntuan dalam menyelesaikannya mungkin ia berusaha

menyelesaikan dengan merenung (diam sejenak) dan berpikir dalam beberapa saat

sehingga muncul ide, atau menggunakan perantara penyajian dalam bentuk

mencoba-coba atau menduga melalui aktivitas coretan-coretan, gambar, grafik yang

munculnya ide mungkin berlangsung segera atau secara tiba-tiba. Strategi

penggunakan perantara yang dapat memunculkan ide/gagasan dengan segera atau

tiba-tiba tersebut dikenal sebagai model intuitif. Hal ini sesuai dengan pendapat

Gentner (dalam Fieschbein, 1987: 121) bahwa model diartikan sebagai sarana atau

media esensial yang memberi kemudahan bagi seseorang memahami objek atau

konsep tertentu yang sebelumnya sulit dipahami atau dibayangkan.

Karakteristik berpikir intuitif dapat diamati berdasarkan aktivitas siswa

pada saat menyelesaikan masalah akan tetapi tidak dapat dipisahkan secara

dikotomi dengan aktivitas berpikir analitis, artinya kedua aktivitas berpikir ini

(analitis dan intuitif) merupakan rangkaian aktivitas berpikir yang saling

melengkapi dan saling menyempurnakan satu dengan lainnya. Beberapa klasifikasi

(30)

berpikir intuitif dan model-model intuitif yang digunakan saat menyelesaikan

masalah. Karakteristik berpikir intuitif yang dimaksud adalah sebagaimana

dikemukakan Bunge (dalam Henden, 2004: 17) yang membagi karakteristik

berpikir intuitif menjadi tiga bagian, yaitu: (1) catalytic inference, (2) power of

synthesis dan (3) common sense.

Karakteristik pertama, yaitu catalytic inference adalah berpikir dengan

jalan pintas dari suatu proposisi ke proposisi lainnya, yaitu dengan loncatan ke

suatu proposisi ke proposisi lain, mungkin melalui lompatan rangkaian secara cepat

tanpa mempertimbangkan premis atau proses langkah-langkah yang harus dilewati,

sehingga langkah dalam menentukan kesimpulan tidak kelihatan. Biasanya sifat

berpikir tersebut digunakan langsung untuk menemukan jawaban sebelum

kegiatan-kegiatan analitis dilakukan. Karakteristik kedua, yaitu power of synthesis,

yaitu aktivitas berpikir yang ditopang kemampuan mengkombinasikan pengetahuan

yang dimiliki, baik berupa pemahaman konsep, prinsip-prinsip, dan rumus-rumus

atau aturan-aturan yang dipelajari sebelumnya. Bentuk berpikir ini dapat berupa

kegiatan algoritma, biasanya sifat berpikir ini digunakan apabila seseorang tidak

bisa menemukan solusi secara langsung atau tidak ada keyakinan kuat terhadap

kebenaran jawaban yang ditemukan, sedangkan karakteristik ketiga, yaitu common

sense adalah aktivitas berpikir yang ditopang oleh pengalaman atau pengetahuan

(ordinary knowledge) yang pernah dimiliki sebelumnya. Sifat berpikir ini tidak

terlihat adanya usaha yang terlalu berat, disebabkan pengetahuan yang memadai,

(31)

melalui kegiatan algoritmis, menggambar untuk memudahkan dalam menyelesaikan

masalah.

Adapun model-model intuitif yang dimaksud adalah sebagaimana telah

dijabarkan Fischbein (1987: 123), yaitu (1) model implicit (tacit), (2) model

analogy, (3) modeldiagrammatic, dan (4) model paradigmatic. Adapun penjelasan

dan penjabaran dari model-model intuitif tersebut adalah berikut ini.

Model implicit (tacit) merupakan alat atau perantara yangseringdigunakan

seseorang untuk memudahkan atau mengarahkan dalam menyelesaikan masalah.

Suatu model dipilih dan diciptakan secara otomatis dihubungkan dengan realitas

tertentu untuk membantu seseorang menemukan solusi. Sebagai contoh, seseorang

membuat maket atau alat peraga atau bentuk simulasi untuk kepentingan tertentu,

seperti gambar grafik, diagram, dan histogram.

Model Analogy merupakan model yang digunakan untuk dua konsep yang

berbeda, dimana sistem konsep yang satu memiliki kesamaan dengan sistem konsep

lainnya. Sebagai contoh, untuk memudahkan pemahaman terhadap konsep

penjumlahan menggunakan pendekatan konsep gabungan (union) dua himpunan

saling asing (disjoint). Ini berarti bahwa pada saat siswa melakukan penjumlahan, ia

akan melakukan penggabungan objek-objek tersebut untuk memudahkan proses

penghitungannya. Contoh lain adalah pada saat siswa diminta untuk mencari luas

daerah jajargenjang dengan rumus panjang alas kali tinggi (ditulis L = a.t), ia

(32)

diperoleh rumus luas daerah jajargenjang sama dengan dua kali luas daerah segitiga

atau L = 2.½.a.t = a.t.

Model paradigmatic merupakan suatu model yang memuat subkelas dari

sistem yang dimodelkan. Sebagai contoh, seorang anak menganggap zat cair adalah

air. Jadi air adalah model paradigmatik untuk zat cair. Sama halnya “lelehan lilin”

merupakan model paradikmatik untuk zat cair, disebabkan ia mengalir dan tidak

terbakar sebagai halnya sifat air.

Model intuitif yang terakhir adalah model diagrammatik. Model ini

menggunakan diagram atau grafik merupakan representasi fenomena dan sesuatu

yang terkait dengan fenomena tersebut. Sebagai contoh diagram Venn digunakan

untuk menyatakan himpunan, diagram pohon digunakan untuk memudahkan

menentukan FPB dan KPK dua bilangan atau lebih.

Lebih spesifik mengenai kegunaan intuisi dalam matematika diungkapkan

oleh Raman (2002) bahwa representasi dan interpretasi intuitif dapat memandu

individu membuat strategi atau langkah-langkah untuk membagi segitiga ABC

menjadi dua bagian dengan luas sama, dapat dilakukan dengan menggambar

segitiga tersebut, kemudian membagi salah satu sisinya (sebut ) menjadi dua

bagian yang sama sehingga � = � , kemudian melalui titik D tersebut dibuat

garis melalui titik sudut dihadapan garis tersebut diperoleh ruas garis .

Berdasarkan ilustrasi di atas diperoleh dua segitiga ABD dan segitiga ADC yang

(33)

Gambar1.1 Kesamaan Luas Daerah Segitiga ABD dan Segitiga ADC

Melengkapi beberapa pendapat di atas, Fensham & Marton (1992: 115)

menyatakan tentang kegunaan intuisi bagi ilmu pengetahuan dalam tiga cara

berbeda, yaitu pertama intuisi sebagai outcome, artinya intuisi dinyatakan dengan

munculnya suatu ide, ungkapan, atau jawaban melalui feeling, kedua intuisi

didasarkan pada pengalaman (experience), yaitu intuisi dapat digunakan untuk

mempengaruhi tindakan berdasarkan pengalaman atau kejadian masa lalu, dan

ketiga intuisi sebagai individual capability, yaitu intuisi dapat meningkatkan

kemampuan individu secara maksimal.

Minggi (2010; 207) merekomendasikan bahwa penggunaan intuisi berperan

positif dalam memahami konsep matematika secara umum termasuk limit fungsi

secara verbal maupun secara visual. Ia menyatakan bahwa berpikir intuitif dapat

digunakan untuk mempermudah menjelaskan makna notasi limit dan

mengkonstruksi definisi limit melalui grafik atau gambar.

Observasi awal yang dilakukan peneliti saat melalukan penelitian

pendahuluan (uji coba) untuk siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Sumbergempol

A

B C

(34)

Tulungagung pada tanggal 16 Juni 2011 terhadap 2 orang responden, yaitu R1 dan

R2. Temuan berdasarkan hasil uji coba tersebut adalah terdapat perbedaan cara atau

stretegi dalam menyelesaikan soal geometri tersebut. Responden R1 dapat

menyelesaikan dengan bantuan gambar, sementara responden R2 menyelesaikan

tanpa bantuan gambar. Perbedaan strategi penyelesaian masalah tersebut

dimungkinkan beberapa faktor seperti perbedaan kemampuan akademik atau

perbedaan gaya kognitif mereka. Jawaban responden terhadap masalah geometri

yang diberikan, yaitu “Luas persegi panjang adalah 48 cm2. Apabila lebarnya ditambah 1 cm dan panjangnya dikurangi 1 cm, maka diperoleh suatu persegi.

Tentukan keliling persegi tersebut!”dapat diamati pada Gambar 1.2 berikut.

Berdasarkan pengamatan peneliti selama R1 meyelesaikan soal, ia memulai

dengan membaca untuk memahami soal, kurang lebih berselang waktu 30 detik

(35)

diam beberapa saat dan melanjutkan melengkapi data pada gambar sesuai dengan

informasi pada soal, terkadang serius dan terkadang rileks seperti

memukul-mukulkan pensilnya pada kepala, sehingga soal dapat diselesaikan dalam waktu

kurang lebih 2 menit. Jika dilihat waktu 30 detik untuk memahami masalah, berarti

R1 dengan segera memahami masalah yang diekpresikan melalui gambar dan

bersifat globalyang merupakan indikator berpikir intuitif.

Berdasarkan hasil wawancara, pada saat membaca soal, R1 membayangkan

objek dan cara penyelesaiannya, yaitu gambar persegipanjang dan rumus

kelilingnya, seperti ungkapan R1 “yang saya bayangkan gambar dan rumusnya”,

lebih lanjut ia mengatakan “ya biasanya lebih mudah dibayangkan kalo ada

gambarnya”. Sebenarnya soal dapat diselesaikan tersebut tanpa gambar, namun

menurut R1 agak sulit, ia mengatakan “sebenarnya bisa, tapi sulit.”. Peran gambar

yang dibuat selain memudahkan menyelesaikan soal, juga membuat R1 lebih yakin

terhadap apa yang dilakukan. R1 mengatakan ”ya sulit untuk dibayangkan, jadi

hasilnya kurang yakin.” Hal ini berarti responden menggunakan ilustrasi gambar

untuk memudahkan dan lebih meyakinkan jawabannya. R1 memiliki pengalaman

menyelesaikan masalah. ia mengatakan “kelihatannya pernah, tapi saya lupa

persisnya“. Kemungkinan langkah penyelesaiannya meniru langkah soal yang

terdahulu. Responden R1 mengatakan “sulit mengingatnya, yang jelas otomatis

karena pengalaman”. Berdasarkan wawancara tersebut, dapat ditemukan aktivitas

(36)

global. R1 memanfaatkan gambar sebagai alat bantu memudahkan menyelesaikan

masalah, yang berarti R1 memiliki strategi penyelesaian menggunakan perantara

atau model intuitif yang disebut modeldiagramatic. R1 memanfaatkan pengetahuan

dan pengalaman sebelumnya sebagai “jembatan untuk menyelesaikan masalah

tersebut, ini berarti bahwa R1 melibatkan model intuitif yang disebut model

analogy.

Pada sisi lain, ketika peneliti mengamati hasil pekerjaan responden R2

dengan soal yang sama. Ketika responden diberi soal, subjek langsung memahami

soal dengan menulis apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan. Kemudian ia

langsung menyelesaikannya tanpa gambar. R2 berupaya dengan cara mencoba-coba

atau menduga. Adapun hasil penyelesaian R2 disajikan pada Gambar 1.3 berikut.

(37)

Berdasarkan hasil jawaban responden R2 di atas, berarti ia menggunakan

intuisi saat memahami masalah, seperti halnya memahami secara langsung (direct)

dan segera pada saat membaca soal. Sifat ke-segera-an atau kognisi segera

merupakan indikator dari berpikir yang melibatkan intuisi. Hasil wawancara dengan

responden R2 dalam memahami masalah bersifat langsung (direct) dan bersifat

segera saat membaca soal dan R2 membayangkan gambar persegipanjang dan

rumus kelilingnya saat membaca soal. R2 mampu menyelesaikan soal tersebut

dalam waktu 2 menit. Jawaban R2 terlihat cukup rinci, menggunakan berbagai

kaidah algoritma seperti penggunaan rumus-rumus. Selanjutnya untuk karakteristik

berpikir intuitif peneliti melanjutkan wawancara dengan R2, seperti “mengapa

kamu tidak menggunakan gambar untuk soal ini? Responden R2 langsung

mengatakan “ya cukup dipikiran aja, kan bisa dibayangkan”. R2 tidak

menggunakan perantara gambar secara eksplisit, akan tetapi gambar dibayangkan

secara implisit. Ia mengatakan bahwa “untuk soal ini cukup dipikiran aja, agar

cepat, kan bisa dibayangkan tidak perlu digambar. R2 pernah menyelesaikan

masalah serupa, namun ia lupa, seperti yang diungkapkan “pernah waktu dulu, tapi

udah lupa?

Berdasarkan hasil wawancara di atas, dapat ditemukan aktivitas berpikir R2

melibatkan intuisi yakni sifat ke-segera-an dan pemahaman bersifat global. Selain

hal tersebut R2 memanfaatkan perantara gambar secara implisitberdasarkan feeling

(38)

sebagai model tacit. R2 juga memanfaatkan pengetahuan dan pengalaman

sebelumnya untuk menyelesaikan masalah tersebut, ini berarti bahwa R2

melibatkan model intuitif yang disebut model analogy.

Fenomena adanya perbedaan cara atau strategi penyelesaian masalah oleh

kedua subjek R1 dan R2 di atas, dimungkinkan oleh adanya perbedaan aktivitas

berpikir yang melibatkan intuisi mereka. Sehingga mengelitik peneliti melakukan

kajian lebih mendalam untuk melihat lebih detail kesamaan atau perbedaan berpikir

intuitif siswa dalam menyelesaikan masalah matematika. Oleh karenanya, peneliti

ingin menelusuri lebih jauh tentang aktivitas berpikir siswa dalam menyelesaikan

masalah geometri, sehingga dapat menemukan karakteristik berpikir intuitif siswa

SMA bergaya kognitif field dependent dan field independent dalam menyelesaikan

masalah Geometri.

B. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka pertanyaan penelitian

ini adalah bagaimana karakteristik dan model berpikir intuitif siswa SMA bergaya

kognitif field dependent dan field independent dalam menyelesaikan masalah

Geometri?

Untuk mengungkap secara detail pertanyaan umum penelitian diatas, maka

diajukan beberapa pertanyaan yang lebih rinci berikut:

1. Bagaimana karakteristik berpikir intuitif siswa SMA bergaya kognitif field

(39)

2. Bagaimana karakteristik berpikir intuitif siswa SMA bergaya kognitif field

dependent (GKFD) dalam menyelesaikan masalah geometri?

3. Bagaimana model intuitif siswa SMA bergaya kognitif field independent

(GKFI) dalam menyelesaikan masalah geometri?

4. Bagaimana model intuitif siswa SMA bergaya kognitif field dependent

(GKFD) dalam menyelesaikan masalah geometri?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mendeskripsikan karakteristik berpikir intuitif siswa SMA bergaya

kognitif fieldindependent (GKFI) dalam menyelesaikan masalah geometri.

2. Untuk mendeskripsikan karakteristik berpikir intuitif siswa SMA bergaya

kognitif fielddependent (GKFD) dalam menyelesaikan masalah geometri.

3. Untuk mendeskripsikan model intuitif siswa SMA bergaya kognitif field

independent (GKFI) dalam menyelesaikan masalah geometri.

4. Untuk mendeskripsikan model intuitif siswa SMA bergaya kognitif field

dependent (GKFD) dalam menyelesaikan masalah geometri.

D. Batasan Istilah

Berikut diberikan batasan beberapa istilah penting yang digunakan dalam

(40)

mengenai variabel-valriabel penelitian sehingga terhindar dari kesalahfahaman.

Adapun batasan beberapa istilah tersebut adalah sebagai berikut:

1. Intuisi adalah aktivitas mental untuk memahami informasi dalam bentuk

menangkap, menyingkap atau mengungkap ide secara utuh (globaly)

berdasarkan perasaan (feeling), bersifat langsung (direct), cepat (quick), segera

(immediate), tiba-tiba (suddent).

2. Feeling adalah perasaan bawah sadar, tanpa usaha keras, tanpa banyak

melakukan refleksi atau pengetahuan yang tidak memperhatikan dari mana

asal-usulnya.

3. Direct adalah bersifat langsung, artinya menyingkap ide/pengetahuan dari

kontek masalah yang dihadapi.

4. Immediate adalah bersifat segera, artinya terjadinya pemahaman, menemukan

strategi penyelesaian masalah matematika berlangsung dalam kurun waktu

tertentu tanpa dipisahkan oleh aktivitas lainnya.

5. Suddent adalah bersifat tiba-tiba, artinya kahadiran atau munculnya ide atau

gagasan (memahami, strategi, menemukan solusi) bersifat spontan (tidak

diketahui asal-usulnya).

6. Quick adalah bersifat cepat, artinya menyelesaikan dalam waktu yang singkat.

7. Berpikir adalah suatu proses yang melibatkan beberapa manipulasi

pengetahuan dalam sistem kognisi.

(41)

9. Berpikir yang melibatkan intuisi dalam menyelesaikan masalah apabila; (1)

seseorang merepresetasi atau interpretasi ide atau gagasan secara langsung

(direct) bersifat segera (immediate), tiba-tiba (suddent), cepat (quick), spontan,

berdasar kematangan pengetahuan dan pengalaman, (2) representasi dan

interpretasi bersifat menduga-duga (extrapolative), berdasarkan feeling dan

membuat lompatan dalam mencari hubungan atau pola (implicit), (3)

representasi dan interpretasi yang kurang memperhatikan langkah-langkah

logis, terjadi secara otomatis (dibawah sadar), tanpa usaha keras, tanpa banyak

melakukan refleksi, tanpa memerlukan pertimbangan sebelumnya.

10.Berpikir segera (immediate cognition) adalah aktivitas mental atau muncul ide

secara otomatis untuk menghasilkan representasi atau interpretasi berlangsung

dalam kurun waktu tertentu tanpa dipisahkan oleh aktivitas lainnya atau terjadi

secara tiba-tiba (suddent) dalam menemukan solusi.

11.Masalah adalah suatu keadaan yang memungkinkan seseorang tertantang untuk

menyelesaikannya, tetapi tidak memiliki cara atau langkah-langkah

penyelesaian secara langsung.

12.Masalah geometri adalah soal matematika yang melibatkan konsep geometri

yang dirancang dalam bentuk verbal yang tidak memiliki cara atau

langkah-langkah penyelesaian secara langsung. Soal yang dimaksud adalah masalah

konsep limas.

13.Menyelesaikan masalah adalah serangkaian aktivitas yang diarahkan untuk

(42)

teknik, pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki. Adapun tahapan

penyelesaian masalah dalam penelitian ini adalah memahami masalah,

menetapkan strategi, dan menemukan solusi.

14.Gaya kognitif adalah karakteristik seseorang yang konsisten dalam

mengorganisir proses informasi yang merupakan aktivitas mental, tercermin

dari tipe individu dalam berpikir, mengingat dan menyelesaikan masalah

geometri.

15.Gaya kognitif Field independent (GKFI) adalah karakteristik individu yang

memiliki kecenderungan tidak terpengaruh oleh manipulasi dan efek pengecoh

yang melatarbelakangi elemen dengan cara analitik dalam menentukan

bagian-bagian sederhana yang tersembunyi pada konteks aslinya.

16.Gaya kognitif Field dependent (GKFD) adalah karakteristik individu yang

memiliki kecenderungan sulit menemukan bagian sederhana dari konteks

aslinya dan mudah dipengaruhi oleh unsur pengecoh yang melatarbelakangi

elemen dengan cara pandang secara global.

17.Karakteristik berpikir intuitif yang dimaksud dalam penelitian ini adalah sifat

khusus berpikir intuitif yang digunakan siswa dalam menyelesaikan masalah

geometri, yaitu (1) catalytic inference, yaitu berpikir yang digunakan sebagai

strategi pengambilan kesimpulan yang sifatnya sangat cepat, atau proses

menggunakan jalan pintas dari suatu proposisi ke proposisi lainnya, yaitu

dengan meloncati beberapa langkah ke suatu konklusi/kesimpulan dengan

(43)

power of synthesis, yaitu berpikir sebagai strategi menyelesaikan masalah

melalui kemampuan kekuatan mengkombinasikan elemen-elemen yang

heterogen dan berserakan menjadi kesatuan yang harmonis dengan melakukan

apersepsi sintetis dari relasi logika atau kumpulan relasi-relasi tersebut, dan (3)

common sense, yaitu aktivitas berpikir yang digunakan sebagai strategi

pengambilan keputusan berdasarkan pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki

sebelumnya umum yang berlangsung segera, otomatis, dan tanpa mengeluarkan

banyak usaha.

18. Model intuitif yang dimaksud dalam penelitian ini merupakan sarana yang

memberi kemudahan dalam memahami konsep geometri ketika saat konsep

tersebut sulit diterima atau dibayangkan. Model ini dapat berupa representasi,

interpretasi atau manipulasi objek yang dimodelkan meliputi: (1) model implicit

(tacit), yaitu representasi, interpretasi yang dipilih dan diciptakan secara

implisit dan otomatis dianggap dapat membantu mempermudah menemukan

solusi, (2) model analogy, yaitu representasi, interpretasi atau manipulasi alat

yang dipilih dan diciptakan berdasarkan sistem konsep lain yang memiliki

kesamaan dengan konsep tertentu, (3) model paradigmatic, yaitu representasi,

interpretasi atau manipulasi objek yang termuat dalam klas sistem yang

dimodelkan, dan (4) model diagrammatic, yaitu representasi, interpretasi atau

(44)

E. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat setidaknya dalam dua hal,

yaitu secara teoritis dan praktis.

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi keilmuan khususnya

teori psikologi kognitif mengenai aktivitas berpikir yang melibatkan intuisi siswa

dalam menyelesaikan masalah geometri atau masalah umum matematika.

2. Manfaat Praktis

Memberikan informasi khususnya kepada para guru matematika tentang

karakteristik berpikir intuitif yang digunakan siswa dalam menyelesaikan masalah

matematika berdasarkan gaya kognitif mereka khususnya masalah geometri,

sehingga dapat dijadikan contoh bagi siswa-siswa lainnya bergaya kognitif serupa

dalam menyelesaikan masalah matematika.

Menjadikan gaya kognitif siswa sebagai salah satu pertimbangan bagi guru

dalam memberikan pelayanan, membimbing dalam proses pembelajaran di kelas.

Selain itu juga karakteristik berpikir intuitif dapat dimanfaatkan oleh guru/praktisi

pendidikan sebagai pendekatan atau strategi penyelesaian masalah geometri atau

secara umum masalah matematika, sehingga diperoleh improvisasi model

pembelajaran yang dapat menumbuhkan intuisi atau mengembangkan berpikir

(45)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Pengertian Intuisi

Makna intuisi dalam kamus on line Wikipedia, intuition is receiving input

and ideas without knowing exactly how and where you got them from. Ini berarti

intuisi bekerja untuk pemerolehan input dan ide/gagasan tanpa mengetahui secara

jelas bagaimana dan darimana memperolehnya.

Makna lain istilah intuisi juga diungkapkan dalam The Encyclopedia of

Philosopy bahwa intuisi didefinisikan sebagai pemahaman segera (immediate

apprehension). Makna kata “immediate” adalah dapat ditempuh atau berlangsung

dalam waktu tertentu dan tidak ada aktivitas lain yang mengahalangi, tidak

memerlukan definisi dari istilah yang digunakan, tidak memerlukan jastifikasi, dan

tidak memerlukan pemikiran kembali.

Pengertian intuisi juga diungkapkan dalam Dictionary of Philisophy,

seperti intuitions is a mode of understanding or knowing characterized as direct

and immediate and occurring without conscious thought or judgment” yang berarti

sebagai suatu strategi memahami atau mengetahui sesuatu yang bersifat langsung,

segera dan terjadi tanpa pemikiran sadar atau pertimbangan.”

Dalam The Oxford English Dictionary diungkapkan bahwa intuition is

knowledge or mental perception that consists in immediate apprehension without

(46)

the intervention of any reasoning process, artinya intuisi adalah pengetahuan atau

persepsi mental yang terjadi begitu saja (immediate apprehension) tanpa intervensi

proses berpikir atau penalaran.

Wescott dan Ranzani (dalam Dane & Pratt, 2007: 34) mendefinisikan

intuisi sebagai sebuah proses pencapaian suatu kesimpulan terbaik berdasarkan

informasi lebih sedikit dari jumlah normal yang diperlukan. Dalam situasi ini,

individu tentu saja melakukan kegiatan ekstrapolasi atau generalisasi dengan

bantuan intuisi untuk mencapai kesimpulan.

Fischbein (1987:12 ) mengungkapkan bahwa “Intuition as a predictive

cognitive tool used to effectively find the most pragmatic strategy when undertaking

a particular task” Artinya, intuisi merupakan alat yang digunakan untuk

memprediksi suatu pikiran/teori dan sangat efektif untuk menemukan strategi yang

tepat ketika menghadapi atau sedang mengerjakan tugas-tugas khusus (termasuk

pada saat menghadapi dan menemukan strategi dalam menyelesaikan

masalah-masalah matematika). Hal ini berarti intuisi dapat bekerja bersamaan

(spontaniously) dengan proses kerja analisis maupun sintesis.

Sedangkan Hinden (2004: 25) mengatakan “A number of respondents

emphasized the mutual reinforcement of analysis and intuition”, artinya beberapa

responden menekankan pada adanya saling memberikan pengaruh positif atau

saling menguntungkan antara berpikir analisis dan berpikir intuitif. Dengan kata

(47)

Menurut beliau tidak bisa dibedakan secara tegas antara aktivitas analisis dan

intuitif, beliau mengatakan “there is no divergence between intuition and analysis.”

Mujamil (2005: 322) mengatakan bahwa intuisi bukan sekedar fakta

psikologis, namun telah menjadi salah satu metode epistemologi. Oleh karenanya

intuisi bersifat aktif dan produktif dalam memroses menemukan dan memperoleh

pengetahuan. Menurut beliau pengetahuan yang diraih melalui proses intuisi dapat

dipergunakan sebagai hipotesis yang selanjutnya dapat dianalisis untuk menentukan

kebenaran pernyataan yang dikemukakan. Hal ini berarti kegitan intuitif dan analitis

bisa bekerja saling membantu dalam menemukan kebenaran, dimana kegiatan

intuitif membantu menyingkap pengetahuan yang masih tersembunyi atau berada

di luar jangkauan nalar, sedangkan kegiatan analitis membantu mensistematisasikan

pengetahuan yang dihasilkan intuisi tersebut.

Pendapat di atas didukung pernyataan Winerman (dalam Nicholas, 2010:

3) bahwa “Intuition as the act or process of coming to direct knowledge or

certaintly with little reasoning or inferring” dengan kata lain bahwa intuisi

merupakan tindakan atau proses memperoleh pengetahuan secara langsung atau

diyakini pasti benar dengan dugaan atau sedikit penalaran. Dengan demikian intuisi

memiliki potensi lebih besar yang dapat memberikan kemudahan-kemudahan dalam

memahami dan sekaligus menuntun dalam memverifikasi kebenaran tersebut ketika

menghadapi persoalan-persoalan yang tidak bisa dijangkau akal maupun indra.

Beberapa pengertian di atas menggambarkan bahwa intuisi merupakan

Gambar

Tabel 4.9 Transkrip Wawancara dan Hasil Jawaban S3 dalam
Tabel Hasil Tes GEFT .....................................................
Gambar 1.2  Hasil Jawaban R1
Gambar 1.3  Hasil Jawaban R2
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil simpulan di atas, pemungutan pajak reklame Kabupaten Bantul sudah dilakukan secara efektif, maka diperlukan kajian lebih lanjut mengenai pemungutan

Suatu teknik pengumpulan data dalam suatu penelitian ada banyak macamnya tergantung pada masalah yang dipilih serta metode penelitian yang digunakan.. yang telah ditegaskan

dibiayai atau tidak, hal tersebut terjadi karena keterbatasan pengetahuan Misykat DPU-DT Semarang (petugas analisis) dalam bidang usaha tertentu dan kesulitan petugas

Dalam meningkatkan pelayanan Personil Samsat Raja Basa kepada masyarakat, khususnya dalam mewujudkan pelayanan yang transparansi, cepat dan tepat dalam pembuatan

a) Collaborative Agent : Agent yang memiliki kemampuan melakukan kolaborasi dan koordinasi antar agent dalam kerangka Multi Agent System (MAS). b) Interface Agent :

Melalui penelitian ini akan dilakukan uji diagnostik untuk mengetahui sensitivitas, spesifi- sitas dan nilai prediktif positif, nilai prediktif negatif serta akurasi

Dalam tataran negara, penelitian ini juga ditujukan untuk menyadarkan para pemegang kekuasaan bahwa selama ini tugas pemerintah tidak hanya memperhatikan

Skala yang digunakan untuk menilai faktor saluran komunikasi, partisipasi masyarakat, partisipasi pegawai pemerintah, kemudahan, fungsionalitas sistem dan reliability