• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hasil Penelitian yang Relevan

Dalam dokumen Karakteristik Berpikir Intuitif Siswa Be (Halaman 108-114)

KAJIAN PUSTAKA

H. Kriteria Validitas dan Reliabelitas Penelitian

I. Hasil Penelitian yang Relevan

Berikut disampaikan hasil penelitian terdahulu yang relevan dengan

penelitian yang sedang dilakukan:

1. Hasil penelitian dari Fischbein & Grossman (1997) menunjukkan bahwa intuisi

selalu didasarkan pada struktur skemata tertentu. Intuisi yang digunakan berupa

dugaan spontan yang merupakan fakta di balik layar skemata. Apabila siswa

sedang memecahkan masalah matematika akan menggunakan struktur skemata

yang telah dimiliki sebelumnya, sehingga ada kemungkinan munculnya intuisi

tersebut berupa dugaan spontan yang disebabkan fakta di balik layar skemata

tersebut. Penelitian di atas bertujuan mencari pola atau skemata tertentu dalam

memecahkan masalah matematika. Sedangkan tujuan penelitian ini adalah

mendeskripsikan karakteristik berpikir intuitif siswa SMA bergaya kognitif FI

dan FD dalam menyelesaikan masalah geometri.

2. Hasil penelitian Stavy, et all (1997) menujukkan bahwa kebenaran yang didapat

dari berpikir yang melibatkan intuisi tidak mutlak, artinya dalam matematika

menunjukkan bahwa intuisi hanya memandu dalam beraktivitas matematika,

walaupun hasil aktivitas yang didasarkan pada intuisi belum tentu menghasilkan

solusi yang benar. Sedangkan dalam penelitian ini ingin melihat peran intuisi

melalui karakteristik berpikir dan model intuitif dalam menyelesaikan masalah

geometri berdasarkan gaya kognitif siswa.

3. Hasil penelitian yang dilakukan Burton (1999) menunjukkan bahwa dari 70

orang matematikawan ternyata sebanyak 83% mengakui bahwa kehadiran

intuisi telah membantu mereka dalam kegiatan bermatematika meskipun dengan

kadar beragam. Penelitian Burton ini bertujuan untuk menggali bagaimana

keterlibatan intuisi dalam kegiatan bermatematika para matematikawan.

Sedangkan dalam penelitian ini bertujuan untuk menggali dan mendeskripsikan

karakteristik berpikir intuitif siswa SMA bergaya kognitif FI dan FD dalam

menyelesaikan masalah geometri.

4. Hasil penelitian leteratur yang dilakukan Sukmana (2011) menyimpulkan

bahwa, (1) intuisi diakui banyak matematikawan banyak terlibat dalam kegiatan

bermatematika, pada umumnya cenderung membantu ketika mereka

menemukan gagasan-gagasan original atau ketika ingin membuat lompatan

karena belum menemukan jalur logis yang menghubungan fakta dengan teori;

(2) untuk beberapa kasus seperti teori peluang kehadiran intuisi seringkali

merintangi siswa untuk belajar, tetapi pada umumnya intuisi sejalan dengan

konsep-konsep atau teori matematika; (3) pemahaman mengenai intuisi sangat

intuisi matematika dapat disimpulkan bahwa intuisi merupakan sebuah “proses berpikir” yang unik sehingga dapat diajarkan atau dipelajari melalui

pembelajaran yang sesuai; dan (4) penelitian untuk menemukan pembelajaran

yang efektif untuk mengembangkan intuisi matematika masih terbuka lebar,

tetapi ada kendala belum ada hasil penelitian mengenai indikator atau

karakteristik intuisi sehingga masih sulit untuk mengukur kemampuan berpikir

intuitif secara kuantitatif. Oleh karenanya penelitian ini dimaksudkan untuk

menemukan karakteristik berpikir intuitif yang digunakan siswa SMA dalam

menyelesaikan masalah berdasarkan perbedaan gaya kognitifnya.

5. Hasil penelitian Usodo (2011) dengan objek penyelesaian masalah aljabar yang

mengacu pada model penyelesaian menurut langkah-langkah Polya

menyimpulkan bahwa (1) siswa laki-laki berkemampuan tinggi dalam

memahami masalah dan merencanakan penyelesaian masalah menggunakan

intuisi afirmatori, sedangkan dalam melaksakanan dan melihat kembali tidak

menggunakan intuisi, (2) subjek perempuan berkemampuan tinggi dalam

memahami masalah, melaksanakan dan mengecek kembali tidak menggunakan

intuisi, sedangkan dalam merencanakan menggunakan intuisi antisipatori, (3)

siswa laki-laki berkemampuan sedang dalam memahami masalah mengunakan

intuisi afirmatori, pada saat merencanakan penyelesaian menggunakan intuisi

antisipatori, sedang dalam melaksanakan dan melihat kembali tidak

menggunakan intuisi, (4) subjek perempuan berkemampuan sedang tidak

berkemampuan rendah dalam memahami maslah menggunkan intuisi

afirmatori, dalam merencanakan menggunakan intuisi antisipatori, sedangkan

dalam melaksanakan dan melihat kembali penyelesaian yang dibuat tidak

mengguankan intuisi, (6) subjek perempuan berkemampuan rendah tidak

menggunakan intuisi dalam menyelesaikan masalah. Dengan kata lain secara

umum terdapat perbedaan karakteristik intuisi siswa dalam menyelesaikan

masalah. Penelitian Usodo ini bertujuan untuk memperoleh karakteristik intuisi

siswa SMA dalam menyelesaikan masalah ditinjau dari perbedaan gender.

Sedangkan tujuan dalam penelitian ini adalah untuk memperoleh karakteristik

berpikir intuitif siswa SMA bergaya kognitif FI dan FD dalam menyelesaikan

masalah geometri.

6. Hasil penelitian Abidin (2013) menjelaskan bahwa (1) siswa dengan gaya

kognitif field independent dalam memahami masalah matematika divergen

menggunakan intuisi afirmatori yang bersifat langsung, sedang pada saat

membuat rencana pemecahan masalah menggunakan intuisi antisipatori, dalam

melaksanakan pemecahan masalah menggunakan intuisi yang bersifat global,

sedangkan untuk melihat kembali hasil jawaban mereka tidak menggunakan

intuisi, (2) siswa dengan gaya kognitif field dependent dalam memahami

masalah matematika divergen menggunakan intuisi afirmatori yang bersifat

langsung, sedang pada saat membuat rencana pemecahan masalah

menggunakan intuisi antisipatori, yang bersifat langsung dan global, dalam

melihat kembali hasil jawaban menggunakan intuisi antisipatori yang bersifat

global. Dalam penelitian Abidin ini bertujuan mendeskripsikan karakteristik

intuisi siswa dalam memecahkan masalah divergen ditinjau dari perbedaan gaya

kognitif field dependent dan field independent. Sedangkan dalam penelitian ini

bertujuan untuk mendeskripsikan karakteristik berpikir intuitif siswa SMA

bergaya kognitif field independent dan field dependent dalam menyelesaikan

masalah geometri.

J. Kerangka Konseptual

Sebagaimana telah diuraikan pada subbab sebelumnya bahwa tidak setiap

peserta didik memiliki gaya kognitif sama, artinya terdapat beberapa siswa

memiliki gaya kognitif berbeda. Perbedaan gaya kognitif tersebut dimungkinkan

berdampak pada perbedaan cara pandang seseorang dalam menangkap makna,

memberikan representasi atau interpretasi terhadap objek atau bahkan pada saat

menghadapi dan menyelesaikan masalah dimungkinkan juga memiliki cara atau

strategi yang berbeda. Salah satu perbedaan beberapa jenis gaya kognitif yang

dimiliki seseorang adalah gaya kognitif field independent (GKFI) dan gaya kognitif

fielddependent (GKFD).

Siswa bergaya kognitif field independent (GKFI) memiliki ciri khas lebih

analitik, memiliki ketelitian dalam misah-misahkan stimuli dari konteksnya

sehingga persepsi atau interpretasinya tidak mudah terpengaruh walaupun terjadi

termotivasi intrinsik, mampu mengorganisasi dan menstruktur ulang secara

kognitif, sedangkan siswa bergaya kognitif field dependent (GKFD) memiliki ciri

khas berpikir global, sensitif terhadap lingkungan, mudah terpengaruh oleh konteks

lingkungan secara umum, termotivasi secara ekstrinsik, kurang terstruktur dan

kurang otonom. Dengan kata lain bahwa individu bergaya kognitif field dependent

(GKFD) ini seringkali mengalami kesulitan dalam membedakan stimuli konteks di

mana stimuli tersebut diletakkan sehingga persepsinya mudah dipengaruhi oleh

manipulasi konteks di sekelilingnya. Siswa bergaya kognitif field dependent

(GKFD) ini cenderung berpikir global ketika menemukan atau menyelesaikan

masalah yang sulit memiliki sensitivitas sosial yang tinggi terhadap lingkungannya,

lebih suka mengadopsi informasi pelajaran. Siswa bergaya kognitif field dependent

(GKFD) lebih termotivasi dari luar dan respons terhadap informasi sosial

sebelumnya.

Berdasarkan perbedaan gaya kognitif yang dikemukakan di atas,

dimungkinkan terdapat perbedaan berpikir mereka dalam memahami sehingga

memepengaruhi persepsi dan interpretasi terhadap permasalahan yang dihadapi.

Perbedaan persepsi dan interpretasi ini secara teoritis mempengaruhi keterlibatan

intuisi mereka dalam menyelesaikan masalah. Dengan demikian berarti perbedaaan

gaya kognitif siswa akan berpengaruh terhadap berpikir intuitif mereka dalam

BAB III

Dalam dokumen Karakteristik Berpikir Intuitif Siswa Be (Halaman 108-114)