• Tidak ada hasil yang ditemukan

STUDI IDENTIFIKASI PENCEMARAN LOGAM TIMBAL (Pb) DAN MERKURI (Hg) DI UDARA AMBIEN PADA LOKASI INDUSTRI PENGGUNA BAHAN BAKAR BATUBARA DI WILAYAH KABUPATEN BANDUNG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "STUDI IDENTIFIKASI PENCEMARAN LOGAM TIMBAL (Pb) DAN MERKURI (Hg) DI UDARA AMBIEN PADA LOKASI INDUSTRI PENGGUNA BAHAN BAKAR BATUBARA DI WILAYAH KABUPATEN BANDUNG"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

CHURCHIL FEBRION ¹, UJANG SHIROJUL FALAH ² : [ STUDI IDENTIFIKASI PENCEMARAN LOGAM TIMBAL (Pb) DAN MERKURI (Hg) DI UDARA AMBIEN PADA LOKASI INDUSTRI PENGGUNA BAHAN BAKAR BATUBARA DI WILAYAH KABUPATEN BANDUNG] 31 STUDI IDENTIFIKASI PENCEMARAN LOGAM

TIMBAL (Pb) DAN MERKURI (Hg) DI UDARA AMBIEN PADA LOKASI INDUSTRI PENGGUNA BAHAN BAKAR BATUBARA DI WILAYAH KABUPATEN BANDUNG

Churchil Febrion, Ujang Sirojul Falah Universitas Kebangsaan

ABSTRAK

Konversi energi bahan bakar minyak (BBM) menjadi batubara untuk sektor industri di kabupaten bandung telah menimbulkan dampak pencemaran udara terhadap lingkungan. Jumlah pengguna batubara di kabupaten bandung sekira 147 industri, dengan tingkat konsumsi sekira 84.000 ton/bulan. Pembakaran batubara unit pembangkit uap (boiler) menghasilkan limbah abu dasar (bottom ash) dan abu terbang (fly ash), dari penelitian sebelumnya diketahui bahwa abu batubara mengandung silika, oksida logam dan logam berat diantaranya logam Mangan, Timbal, Merkuri, Tembaga, Seng, Nikel, Kromium, Kobalt dan lain-lain.

Dari hasil penelitian terhadap kadar logam berat Timbal (Pb) dan Merkuri (Hg) dengan metoda grab sampling selama 24 jam dikawasan industri tekstil Majalaya, diketahui bahwa kadar timbal di lokasi up wind adalah 0,41 µg/m3, lokasi site : 0,31 µg/m3, dan lokasi downwind : 5,87 µg/m3. Pada lokasi downwind diketahui telah melewati nilai bakumutu udara ambien berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 41 tahun 1999 untuk logam timbal yaitu sebesar 2,0 µg/m3. Untuk logam berat merkuri (Hg) dari ketiga lokasi penelitian sudah terdeteksi keberadaannya, namun belum ada baku mutu yang mempersyaratkan nilainya. Nilai rata-rata kadar merkuri (Hg) adalah sebagai berikut : up wind 0,04 µg/m3; site 0,03 µg/m3 ; down wind 0.17 µg/m3

Kata kunci : batubara, pembangkit uap (boiler), abu dasar

ABSTRACT

Energy conversion of fuel oil ( BBM ) into the coal to the industrial sector in the district of Bandung has an impact of air pollution on the environment . The number of coal users in approximately 147 industrial districts of Bandung , with a consumption rate of approximately 84,000 tonnes / month . Burning coal in a steam generating unit ( boiler ) generates waste bottom ash ( bottom ash ) and fly ash ( fly ash ) , from previous studies it is known that coal ash contains silica , metal oxides and heavy metals including metal Manganese , Lead , Mercury , Copper , zinc , Nickel , Chromium , Cobalt etc.

From the results of research on levels of heavy metals Lead ( Pb ) and mercury ( Hg ) by grab sampling method for 24 hours at Majalaya region 's textile industry , it is known that the levels of lead in upwind location is 0.41 μg/m3 , the location of site: 0.31 μg/m3 , and downwind locations : 5.87 μg/m3

. At the location of this wind has been passed down the value of the ambient air (based on Government Regulation No. . 41, 1999) for lead metal is equal to 2.0 μg/m3 . For the heavy metal mercury ( Hg ) from three study sites had been detected , but there is no quality standard that requires its value . The average value of the levels of mercury ( Hg ) is as follows : 0.04 μg/m3 wind up ; site of 0.03 μg/m3 ; 0:17 wind down μg/m3 Keywords : coal, steam generator (boiler), bottom ash

PENDAHULUAN

Di Kota Cimahi, lokasi industri tekstil terkonsentrasi di sekitar Leuwigajah dan Cibaligo. Sedangkan di wilayah Kota Bandung terkonsentrasi di sekitar Gedebage. Dewasa ini banyak indutri tekstil di wilayah Kabupaten Bandung telah mengganti sumber tenaga pada pembangkit uap/boiler dari minyak, Industrial Diesel Oil (IDO).

Seiring dengan terjadinya pengalihan pemakaian bahan bakar minyak (solar, atau residu/IDO) menjadi batubara pada hampir 147 kegiatan/usaha (BPLH Kabupaten Bandung, 2012), dengan menggunakan batubara sebagai energi alternatif, maka konsumsi batubara semakin meningkat.. Adapun konsumsi batubara untuk unit pembangkit boiler di wilayah Kabupaten Bandung adalah sekitar 84 ribu ton perbulan.

Penggunaan batubara sebagai sumber energi pengganti BBM, di satu sisi sangat menguntungkan, namun di lain pihak justru akan menambah masalah baru untuk lingkungan hidup sekitar, diantaranya emisi gas buang dan abu batubara yang merupakan hasil samping pembakaran batubara. Dari sejumlah pemakaian batubara akan dihasilkan abu batubara sekitar 2-10% tergantung dari jenis feed yang digunakan, apakah low calory atau high calory (Munir, M, 2008). Dari total konsumsi batubara di atas, maka diperkirakan abu yang dihasilkan

adalah antara 1000 – 5000 ton perbulan (bottom ash dan fly ash). Penggunaan bahan bakar batubara untuk pembangkit uap (boiler) pada industri tekstil di Kabupaten Bandung saat ini sangat banyak, hal ini dapat menyebabkan emisi gas buang hasil pembakaran batubara semakin meningkat. Kualitas udara di wilayah industri tersebut akan cenderung menurun, seiring dengan emisi gas buang yang dihasilkan.

Partikel-partikel tersebut antara lain adalah : karbon dalam bentuk abu atau fly ash (C), debu-debu silika

(2)

CHURCHIL FEBRION ¹, UJANG SHIROJUL FALAH ² : [ STUDI IDENTIFIKASI PENCEMARAN LOGAM TIMBAL (Pb) DAN MERKURI (Hg) DI UDARA AMBIEN PADA LOKASI INDUSTRI PENGGUNA BAHAN BAKAR BATUBARA DI WILAYAH KABUPATEN BANDUNG] 32 (SiO2), debu-debu alumina (Al2O3) serta logam berat

seperti tembaga (Cu), timbal (Pb), cadmium (Cd), merkuri (Hg) dan arsen (As) adalah sebagian dari zat toksik yang dihasilkan dari limbah tersebut, yang masing-masing memicu keracunan, gagal ginjal, dan kanker. Unsur beracun menyebabkan penyakit kulit, gangguan pencernaan, paru- paru dan penyakit kanker otak.

(Tim Riset USU, 2006); Abu terbang merupakan salah satu jenis partikulat yang dapat diklasifikasikan dalam debu. Hal ini karena biasanya abu terbang dipengaruhi oleh gaya gravitasi bumi. Abu terbang (fly ash) yang dihasilkan dari sisa pembakaran batubara, dikategorikan oleh Kementerian Lingkungan Hidup RI, sebagai bahan beracun dan berbahaya (B3).

Sehubungan dengan meningkatnya jumlah industri tekstil di wilayah Kabupaten Bandung yang menggunakan bahan bakar batubara, maka jumlah limbah abu terbang juga akan meningkat. Seiring dengan hal tesebut, maka apabila pihak industri tidak mengelola sistem emisi cerobong dengan baik, kemungkinan besar abu terbang tersebut akan terbawa ke udara ambien, dan akan menyebabkan pencemaran udara di sekitar wilayah industri tersebut. Hal ini lah yang melatar belakangi penulis untuk melakukan penelitian terhadap adanya kemungkinan teremisiskannya logam berat timbal (Pb) dan merkuri (Hg) dari abu terbang (fly ash) hasil pembakaran batubara kedalam udara ambien di wilayah lokasi studi.

Dari hasil penelitian yang dilakukan Pusat Penelitian Teknologi Mineral & Batubara (Suseno, T, 2010), abu hasil pembakaran batubara diketahui mengandung unsur-unsur logam beracun berdasarkan hasil pemeriksaan terhadap 3 buah contoh abu yang diambil dari tiga perusahaan pemakai batubara (Tabel 1.1).

Tabel 1.1 : Hasil analisis logam untuk uji sifat toksisitas lindian contoh limbah hasil pembakaran batubara dari tiga perusahaan *). No. Para mete r Satua n

Konsentrasi abu dasar/abu terbang

Perusaha an kimia Per usa haa n tek stil Po we r pla nt Ambang batas **) 1 Arse n (As) mg/L 0,06 0,0 7 0,0 4 5,0 2 Bari um (Ba) mg/L 18,63 13, 52 23, 1 100,0 3 Kad miu m (Cd) mg/L 0,41 0,1 9 tt 1,0 4 Kro miu m (Cr) mg/L tt 0,8 8 tt 5,0 5 Tem baga (Cu) mg/L 6,47 0,7 9 tt 10,0 6 Tim bal (Pb) mg/L 37,6 24, 8 31, 9 5,0 7 Mer kuri (Hg) mg/L tt tt tt 0,2 8 Pera k (Ag) mg/L tt tt tt 5,0 9 Sen g (Zn) mg/L tt 2,5 3 tt 50,0 10 Sele niu m (Se) mg/L 0,09 0,1 4 0,1 0 10,0 Sumber : Suseno. T, 2010

(3)

CHURCHIL FEBRION ¹, UJANG SHIROJUL FALAH ² : [ STUDI IDENTIFIKASI PENCEMARAN LOGAM TIMBAL (Pb) DAN MERKURI (Hg) DI UDARA AMBIEN PADA LOKASI INDUSTRI PENGGUNA BAHAN BAKAR BATUBARA DI WILAYAH KABUPATEN BANDUNG] 33 TINJAUAN PUSTAKA

Batubara

Indonesia memiliki tantangan terberat di bidang sumber daya energi yaitu menipisnya cadangan minyak Indonesia yang hanya tinggal 12 tahun lagi.

(Prabowo Subianto, dalam Indonesian Young Leader

Forum, 2013)

Sumber energi minyak bumi dan gas bumi merupakan energi utama di Indonesia dikarenakan lebih praktis dan efisien. Penimbunan lanau dan sedimen lainnya, bersama dengan pergeseran kerak bumi (dikenal sebagai pergeseran tektonik) mengubur rawa dan gambut yang seringkali sampai ke kedalaman yang sangat dalam. Batubara merupakan batuan sedimen yang dapat terbakar, berasal dari tumbuh-tumbuhan (komposisi utama karbon, hidrogen, dan oksigen), berwarna coklat sampai hitam, sejak pengendapannya terkena proses kimia dan fisika yang mengakibatkan terjadinya pengkayaan kandungan karbonnya. (Wolf, 1984). Salah satu industri yang mengalami hal tersebut adalah industri tekstil di Propinsi Jawa Barat, karena industri ini sangat tergantung pada bahan bakar solar atau residu untuk kegiatan produksinya. Secara umum batubara diklasifikasikan sebagai berikut (rank) : Peat (gambut), Lignite , (brown coal/batubara coklat), Sub-bituminous , (Bitumen menengah), Bituminous, Anthracite. Komposisi Batubara lazimnya di gunakan dua jenis analisa di laboratorium, yaitu analisa proksimat dan ultimat. Pada dasarnya metode pembakaran batuabara pada unit boiler terbagi 3 (tiga), yaitu pembakaran lapisan tetap (fixed

bed combustion), pembakaran batubara serbuk

(pulverized coal combustion /PCC), dan pembakaran lapisan mengambang (fluidized bed combustion / FBC). (Imam Budiraharjo, Teknologi Pembakaran Pada PLTU Batubara, 2009).

Karakterisasi Polutan

Polutan-polutan penting yang dihasilkan dari proses pemakaran batubara antara lain adalah : SO2, NOx, CO, dan material partikulat. Selain itu ada bahan polutan lain yang disebut udara beracun. Ia adalah polutan yang sangat berbahaya meskipun jumlahnya hanya sedikit dihasilkan oleh pembakaran batubara. Unsur beracun menyebabkan penyakit kulit, gangguan pencernaan, paru- paru dan penyakit kanker otak. Air sungai tempat buangan limbah apabila digunakan masyarakat secara terus menerus, gejala penyakit itu biasa akan tampak setelah bahan beracun terakumulasi dalam tubuh manusia. Masyarakat pada umumnya hanya mengetahui bahwa pemakaian batubara sebagai bahan bakar dapat menimbulkan polutan yang mencemari udara berupa CO (karbon monoksida), NOx (oksida-oksida nitrogen), SOx (oksida-oksida belerang), HC

(senyawa-senyawa karbon), fly ash (partikel debu). dan juga partikel-partikel yang terhambur ke udara sebagai bahan pencemar udara. Partikel-partikel tersebut antara lain adalah : Karbon dalam bentuk abu atau fly ash (C), Debu-debu silika (SiO2), debu-debu alumia (Al2O3 ) dan Oksida-oksida besi (Fe2O3 atau Fe3O4 ) .Berikut ini adalah alat pengendali pencemaran udara yang lazim digunakan di industri, diantaranya : Gravity Settler, (Cyclone), Wet Scrubber, Fabric Filter.

Partikulat

Partikulat adalah bentuk dari padatan atau cairan dengan ukuran molekul tunggal yang lebih besar dari 0.002 µm tetapi lebih kecil dari 500 µm yang tersuspensi di atmosfer dalam keadaan normal. Partikulat dapat berupa asap, debu dan uap yang dapat tinggal di atmosfer dalam waktu yang lama. Partikulat merupakan jenis pencemar yang bisa bersifat primer ataupun sekunder tergantung dari aerosolnya. Partikulat terdiri dari beberapa jenis berdasarkan distribusi partikelnya, antara lain: PM 2.5 (2.5 µm), PM 10 (10 µm), PM 100 / TSP (Total Suspended Particulate) (≤100 µm).

METODOLOGI PENELITIAN

Rancangan penelitian yang dilakukan dalam Studi Identifikasi Pencemaran Logam Timbal (Pb) dan Merkuri (Hg) di Udara Ambien pada Lokasi Industri Pengguna Bahan Bakar Batubara di Wilayah Kabupaten Bandung, merupakan penelitian yang bersifat kuantitatif, yaitu dengan melakukan pengambilan sampel udara ambien di lokasi industri dengan menggunakan alat High Volume Sampler dan melakukan pengujian kadar zat pencemar, logam berat di laboratorium dengan menggunakan alat Spektrofotometer Serapan Atom (SSA).Pengambilan data awal adalah kegiatan yang dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya materi logam berat dalam partikulat pembakaran batubara, dengan tujuan sebagai pembanding (reference) dengan data yang diperoleh setelah dilakukan percobaan. Untuk itu langkah yang perlu dilakukan dalam pengambilan data awal ini adalah identifikasi unsur bahan B-3 (logam berat Pb, Hg) yang terkandung dalam abu batubara. Metode sampling yang digunakan : Metode sampling mengacu kepada SNI 19-7119.3-2005, tentang cara uji partikel tersuspensi total menggunakan peralatan High Volume Air Sampler (HVS) dengan metode gravimetri. Interval dan frekuensi sampling yang dilakukan mengacu kepada Peraturan Pemerintah Nomor 41 tahun 1999, tentang pemantauan kualitas udara ambien, selama 24 jam, dengan interval 1 (satu) jam untuk satu kali sampling.

Pengujian dilaboratorium :

Pengujian yang dilakukan adalah terhadap hasil sampling yang telah dilakukan di lapangan dengan menggunakan instrument Atomic Absorption Spektrofotometer (AAS). Adapun metode pengujian mengacu kepada SNI 19-

(4)

CHURCHIL FEBRION ¹, UJANG SHIROJUL FALAH ² : [ STUDI IDENTIFIKASI PENCEMARAN LOGAM TIMBAL (Pb) DAN MERKURI (Hg) DI UDARA AMBIEN PADA LOKASI INDUSTRI PENGGUNA BAHAN BAKAR BATUBARA DI WILAYAH KABUPATEN BANDUNG] 34 menggunakan AAS. Sedangkan untuk pengujian mercury

(Hg), mengacu kepada Standard Method APHA-AWWA – 3500-Hg. Ruang lingkup dalam penelitian ini dibatasi pada : Wilayah studi berada di kawasan industri tekstil pengguna batubara di Kecamatan Majalaya. sampel berada di kawasan Industri Majalaya, Desa Majalaya, Desa Padaulun – Kecamatan Majalaya.

Analisis data

Data yang diperoleh dari pengujian konsentrasi logam berat di hitung berdasarkan rumus berikut :

C Pb,Hg = (Ct – Cb) x Vt x S/St V

( ) ]

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel 4.1 : Data analisa untuk total partikulat /TSP di lokasi Up Wind -1 (UW-01)

N O JENIS PENGA MATAN PENG UKUR AN 1 2 3 4 5 6 7 8 1 Waktu (WIB) 09.30 10. 40 12.18 13. 58 15. 2 16. 35 18. 40 19, 50 2 Temperat ur (0C) 29,9 33, 8 34,2 32, 8 29, 6 28, 5 24, 7 22, 7 3 Kelembab an (%) 57,7 49, 0 46,9 48, 3 53, 1 53, 7 68, 7 77, 1 4 Cuaca Cerah Cer ah Cerah Cer ah Cer ah Cer ah Cer ah Cer ah 5 Tekanan Udara (mmHg) 704,1 70 3,7 702,5 70 1,6 70 1,8 70 1,9 70 3,7 70 4,3 6 Flow Rate HVS (m3/menit ) 1,0 1,0 1,0 1,0 1,2 1,2 1,2 1,2 7 Kecepatan Angin (m/detik) 0,0 - 2,6 0,8 - 3,7 0,4 - 0,6 0,9 - 1,4 0,5 - 1,3 0,0 - 1,8 0,1 - 0,6 0,0 - 0,6 8 Arah Angin Selatan Sel ata n Barat Sel ata n Bar at Sel ata n Bar at Bar at 9 Berat TSP (mg) 1,4 2,4 3,4 2,2 1,4 0,8 1,4 2,6 1 0 Konsentrasi TSP (µg/m3) 26 44 63 41 21 12 21 39 Sumber : Hasil Analisis Laboratorium

No Kategori Titik Sampling Titik Koordinat Kode Sampel 2 Titik tengah kawasa n Industri (Site) Jl. Raya Laswi Kec. Majalaya . LS : 07° 02’ 58,3” BT : 107° 44’ 30,3” Site - 01 Jl. Raya Laswi Kec. Majalaya LS : 07° 03’01,6” BT : 107° 44’ 57,7” Site - 02 3 Arah hilir angin (Down Wind) Jl. Idris No 99, Rancajig ang,. Majalaya LS : 07° 03’ 39,6” BT : 107° 44’ 41,9” DW - 01 Jl. Ranca jigang Kec. Majalaya LS : 07° 03’40,2” BT : 107° 45’ 01,9” DW - 02

(5)

CHURCHIL FEBRION ¹, UJANG SHIROJUL FALAH ² : [ STUDI IDENTIFIKASI PENCEMARAN LOGAM TIMBAL (Pb) DAN MERKURI (Hg) DI UDARA AMBIEN PADA LOKASI INDUSTRI PENGGUNA BAHAN BAKAR BATUBARA DI WILAYAH KABUPATEN BANDUNG] 35 Data Simbol Nilai Rumus

perhitungan D a ta L a p a n g a n Kode sampel Flowrate sampling (L/menit) 1 Lama sampling (menit) t 60 Suhu (0C) T 1 29,9 = 302,9 K T kelvin = T1 + 273 Elevasi (m) h Tekanan (atm) P1 0.926447368 Pe rh it u n g a n Kadar TSP (mg/L) C1 Berat TSP (mg) m 1,4 = 1400 µg Volume udara pada T1 (L) V1 60 V = (flowrate x lama sampling) Volume udara pada T standar (250C) (L) V2 54,688 = 54,6876 m3 (P1 x V1)/T1 = (P2 x V2)/T2 V2 = (P1 x V1 x T2)/(T1 x P2) Konsentrasi TSP (µg/m3) C 26 C = m/V2 Tabel 4.3 : Rekap data TSP di titik Up Wind-01 berdasarkan waktu sampling :

Sumber : Hasil Perhitungan

Grafik 4.1 : Kadar TSP di titik Up wind - 01 berdasarkan waktu sampling

Sumber : Analisis berdasarkan MS-Excel

Grafik 4.2 : Kadar TSP di titik Up wind -2 berdasarkan waktu sampling

Sumber : Analisis berdasarkan MS-Excel

Grafik 4.3 : Kadar TSP di titik Site 01 berdasarkan waktu sampling

Sumber : Hasil analisis

26 44 63 41 21 12 21 39 106 96 113 124 150 63 80 37 0 50 100 150 200 250 0 9 .3 0 1 0 .4 0 1 2 .1 8 1 3 .5 8 1 5 .2 1 6 .3 5 1 8 .4 0 1 9 ,5 0 2 1 ,1 1 2 2 ,3 6 0 0 .0 5 0 1 .3 5 0 3 .0 5 0 4 .4 2 0 6 .1 8 0 7 .4 2 Ko n sent ra si T S P µ g /N m 3

Waktu sampling (WIB)

Grafik Waktu vs Konsentrasi TSP (µg/Nm3) Kon sent rasi TSP (… 18 29 51 42 31 24 36 52 96 104 114 83 151 118 74 56 0 50 100 150 200 250 Ko n sent ra si T S P µ g /N m 3

Waktu sampling (WIB) Grafik Waktu vs Konsentrasi TSP

(µg/Nm3) K on se nt ra s… 16 84 43 30 21 13 19 11 4 7 10 16 26 21 35 52 0 50 100 150 200 250 12 .20 15 .15 18 .05 21 .10 00 .10 03 .00 06 .00 09 .05 K o sen tr asi TSP ( µ g/ N m 3)

Waktu Sampling (WIB)

Konsentrasi TSP

(µg/Nm

3

)

K o n s e n…

(6)

CHURCHIL FEBRION ¹, UJANG SHIROJUL FALAH ² : [ STUDI IDENTIFIKASI PENCEMARAN LOGAM TIMBAL (Pb) DAN MERKURI (Hg) DI UDARA AMBIEN PADA LOKASI INDUSTRI PENGGUNA BAHAN BAKAR BATUBARA DI WILAYAH KABUPATEN BANDUNG] 36 Grafik 4.4 : Kadar TSP di titik Site - 02

berdasarkan waktu sampling

Sumber : Hasil analisis

Grafik 4.5 : Kadar TSP di titik Down Wind - 01 berdasarkan waktu sampling

Sumber : Hasil analisis

Grafik 4.6 : Kadar TSP di titik Down Wind - 02 berdasarkan waktu sampling

Sumber : Hasil analisis

Grafik 4.7 : Kadar logam berat di lokasi Up Wind-01

Sumber : Hasil analisis

51 99 52 59 27 51 23 155 42 30 37 98 26 21 34 50 50 100 150 200 250 09.3012.3015.3018.3021.3000.3003.3006.30 K os e nt rasi TSP ( µ g/Nm 3 )

Waktu Sampling (WIB) Konsentrasi TSP (µg/Nm3) Kon sen tras i TSP (µg /… 212 228 243 204 141 160 139 189 274 110 284 292 343 183 227 160 0 50 100 150 200 250 300 350 400 K o sen tr asi TSP ( µ g/ N m 3)

Waktu Sampling (WIB)

Konsentrasi TSP

(µg/Nm

3

)

Ko ns en tr as i T… 103 59 144 193 152 190 153 185 202 223 170 271 308 126 172 227 0 50 100 150 200 250 300 350 0 9 .3 0 1 1 .0 0 1 2 .3 0 1 4 .0 0 1 5 .3 0 1 7 .0 0 1 8 .3 0 2 0 .0 0 2 2 .4 5 0 0 .1 5 0 1 .5 0 0 3 .3 0 0 4 .5 0 0 6 .2 0 0 7 .5 0 0 9 .5 0 Ko sent ra si T S P g /N m 3 )

Waktu Sampling (WIB) Konsentrasi TSP (µg/Nm3) Kon sent rasi TSP (µg/ Nm 3) Bak u Mut u TSP (µg/ Nm 3) 0,35 0,42 0,55 0,33 0,22 0,14 0,15 0,27 0,95 0,76 0,96 0,79 0,78 0,31 0,12 0,15 0,00 0,50 1,00 1,50 2,00 2,50 0 9 .3 0 1 0 .4 0 1 2 .1 8 1 3 .5 8 1 5 .2 1 6 .3 5 1 8 .4 0 1 9 .5 0 2 1 .1 1 2 2 .3 6 0 0 .0 5 0 1 .3 5 0 3 .0 5 0 4 .4 2 0 6 .1 8 0 7 .4 2 k o sent ra si l o g a m b er a t g /m 3 )

Waktu sampling (WIB)

Grafik Konsentrasi Logam Berat vs Waktu Sampling di Lokasi Up Wind - 01 Konse ntrasi Pb (µg/N m3) Konse ntrasi Hg (µg/N m3)

(7)

CHURCHIL FEBRION ¹, UJANG SHIROJUL FALAH ² : [ STUDI IDENTIFIKASI PENCEMARAN LOGAM TIMBAL (Pb) DAN MERKURI (Hg) DI UDARA AMBIEN PADA LOKASI INDUSTRI PENGGUNA BAHAN BAKAR BATUBARA DI WILAYAH KABUPATEN BANDUNG] 37 Grafik 4.8 : Kadar logam berat di lokasi Up

Wind-02

Sumber : Hasil analisis

Grafik 4.8 : Kadar logam berat di lokasi Site-01

Sumber : Hasil analisis

4.1.3.1 Kadar logam berat Pb dan Hg di titik Site 02 (Site-02)

Grafik 4.9 : Kadar logam berat di lokasi Site-02

Sumber : Hasil analisis

0,19 0,22 0,32 0,25 0,03 0,02 0,18 0,25 0,35 0,59 0,62 0,38 0,77 0,22 0,31 0,42 0,00 0,50 1,00 1,50 2,00 2,50 09 .10 11 .50 14 .50 17 .50 20 .40 23 .40 02 .40 05 .40 ko sen tr asi logam b e rat g/ m 3)

Waktu sampling (WIB)

Grafik Konsentrasi

Logam Berat vs Waktu

Sampling

di Lokasi Up Wind -02

Kon sen tras i Pb (µ… 0,23 0,54 0,27 0,20 0,31 0,09 0,13 0,30 0,02 0,08 0,09 0,08 0,17 0,12 0,09 0,26 0,00 0,50 1,00 1,50 2,00 2,50 k o sent ra si l o g a m b er a t g /m 3 )

Waktu sampling (WIB) Grafik Konsentrasi Logam Berat vs

Waktu Sampling di Lokasi Site 01 K on se ntr asi Pb (µ g/ N m 3) 0,32 0,35 0,47 0,33 0,55 0,65 0,46 0,38 0,24 0,23 0,17 0,30 0,29 0,65 0,53 0,45 0,00 0,50 1,00 1,50 2,00 2,50 0 9 .3 0 1 1 .0 0 1 2 .3 0 1 4 .0 0 1 5 .3 0 1 7 .0 0 1 8 .3 0 2 0 .0 0 2 2 .4 5 0 0 .1 5 0 1 .5 0 0 3 .3 0 0 4 .5 0 0 6 .2 0 0 7 .5 0 0 9 .5 0 k o sent ra si l o g a m b er a t g /m 3 )

Waktu sampling (WIB)

Grafik Konsentrasi Logam Berat vs Waktu Sampling di Lokasi Site - 02 Kons entra si Pb (µg/ Nm3 ) Kons entra si Hg (µg/ Nm3 )

(8)

CHURCHIL FEBRION ¹, UJANG SHIROJUL FALAH ² : [ STUDI IDENTIFIKASI PENCEMARAN LOGAM TIMBAL (Pb) DAN MERKURI (Hg) DI UDARA AMBIEN PADA LOKASI INDUSTRI PENGGUNA BAHAN BAKAR BATUBARA DI WILAYAH KABUPATEN BANDUNG] 38 Grafik 4.10 : Kadar logam berat di lokasi Down

Wind - 01

Sumber : Hasil analisis

Grafik 4.11 : Kadar logam berat di lokasi Down Wind - 02

Tabel 4.21 : Kadar logam berat Atmospheric Condition Category

1 = Very Unstable 4 = Neutral

: 4 2 = Moderately Unstable 5 = Somewhat stable

3 = Slight unstable 6 = Stable

Grafik 4.14 : Dispersi partikulat PT. Serayu Jaya

1,48 2,36 8,10 4,27 2,60 1,50 0,86 0,90 1,32 1,53 1,85 33,72 74,43 2,60 2,52 0,74 0,00 10,00 20,00 30,00 40,00 50,00 60,00 70,00 80,00 k o sent ra si l o g a m b er a t g /m 3 )

Waktu sampling (WIB)

Grafik Konsentrasi Logam Berat vs Waktu Sampling

di Lokasi Down Wind -01

Konse ntrasi Pb (µg/N m3) Konse ntrasi Hg (µg/N m3) Baku mutu Pb (µg/N m3) 1,08 1,62 2,49 2,33 2,00 1,47 1,32 2,98 3,24 2,10 3,10 4,07 1,65 6,02 7,07 4,55 0,00 1,00 2,00 3,00 4,00 5,00 6,00 7,00 8,00 k o sent ra si l o g a m b er a t g /m 3 )

Waktu sampling (WIB) Grafik Konsentrasi Logam Berat

vs Waktu Sampling di Lokasi Down Wind -02

K o ns en tr as i P… 0 0,2 1,5 0 500 1000 1 15 Distance downwind Concentr ation Wind velocity 3D Plot 500-1000 0-500 No Nama Lokasi Rata rata TSP (µg/m3) Rata Rata Pb (µg/m3) Rata rata Hg (µg/m3) 1 Up wind - 01 65 0.45 0.04 2 Up wind - 02 68 0.36 0.04 3 Site -01 25 0.19 0.02 4 Site -02 54 0.43 0.04 5 Down wind -01 212 8.8 0.16 6 Down wind -2 180 2.94 0.17 7 Baku mutu 230 2 -

(9)

CHURCHIL FEBRION ¹, UJANG SHIROJUL FALAH ² : [ STUDI IDENTIFIKASI PENCEMARAN LOGAM TIMBAL (Pb) DAN MERKURI (Hg) DI UDARA AMBIEN PADA LOKASI INDUSTRI PENGGUNA BAHAN BAKAR BATUBARA DI WILAYAH KABUPATEN BANDUNG] 39 Sumber : Surfer 9.0

Gambar 4.3 : Peta lokasi sampling emisi PT. Serayu Jaya dan Kontur Isopleth

Sumber : Google Earth dan Surfer 9,0 PEMBAHASAN

Prinsip penentuan lokasi pengambilan contoh udara ambien dalam penelitian ini mengacu kepada SNI 19-7119.6-2005, yang perlu diperhatikan adalah bahwa data yang diperoleh harus dapat mewakili daerah yang sedang dipantau, dan memenuhi persyaratan sebagai lokasi studi. adapun persyaratan lokasi tersebut diantaranya :

a. Area / lokasi sampling terbuka dan tidak terhalangi oleh bangunan tinggi atau pepohonan yang dapat merubah konsentrasi polutan karena terjadi absorpsi/adsorpsi konsentrasi.

b. Lokasi sampling terhindar dari gangguan fisika yang dapat mempengaruhi hasil pengukuran, misalnya dekat incenerator domestik maupun komersial serta gangguan listrik akibat jaringan listrik tegangan tinggi (sutet)

c. Untuk pemantauan kualitas udara ambien jarak minimal dari ruas jalan raya adalah 15 meter, dengan tujuan untuk menghindari penambahan

parrtikulat dari kegiatan transportasi, sebab yang dipantau adalah kualitas udara ambien yang terpapar oleh emisi industri pengguna batubara.

Pelaksanaan sampling udara dilakukan pada 6 (enam) lokasi berbeda dengan katogeri : 2 (dua) titik arah hulu angin (up wind); 2 (dua) titik kawasan industri (site); 2 (dua) titik arah hilir angin (down wind), hal ini dimaksudkan agar diperolehnya data yang valid dan representatif, mengingat udara sebagai fluida bereda dengan air sifatnya. Pola dispersi polutan di udara ambien dipengaruhi oleh aspek geografis, klimatologis dan meteorologis setempat (Endrayana Putut, - ITS , 2010).

Menurut Snell (1981) dan Ross (1972) potensi pencemaran udara dari kegiatan pembakaran batubara untuk 190 juta ton akan mengemisikan polutan (partikulat, NOx,SOx) sebesar 2,3 juta ton (1,21%), sejalan dengan ini, untuk konsumsi batubara di majalaya sebesar 17760 ton/bln (BPLH Kab. Bandung, 2012) dapat diprediksi jumlah polutan untuk kawasan tersebut sebesar 215 ton/bln. Adapun batubara (feed) yang digunakan adalah kelas menengah ke bawah dengan nilai kalori <5250Kkal/kg (lignite B, ASTM, spesifications for solid fuel). Berdasarkan artikel yang diterbitkan oleh Departemen Teknologi Informasi Unitomo bahwa dari pembakaran batubara untuk PLTU berkapasitas 1.000 MW abu 320.000 ton yang mengandung 400 ton racun logam berat, seperti arsenik, kadmium, merkuri, dan timah. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Pustekmira Bandung bahwa dari abu batubara terkandung Pb sebesar 37,6 mg/L (industri kimia), 24,8 mg/L (industri tekstil) dan 31,9 mg/L (power plant) . atas dasar tersebut, pada penelitian ini dihasilkan data sebagai berikut nilai TSP tertinggi 151 µg/m3, kadar Pb : 0,77 µg/m3 dan kadar Hg 0,08 µg/m3. Lokasi up wind 2 ini ke arah hulunya belum ada kegiatan industri dan masih didominasi dengan kegiatan pertanian. Lokasi site-01 dan site 02 berada di kawasan industri dengan selisih jarak diantara keduanya adalah ± 400 m, yang berada di sekitar kawasan industri tekstil majalaya, sepanjang jalan Laswi – Majalaya. Pada lokasi site-01 nilai TSP tertinggi adalah 84, kadar Pb: 54 µg/m3 , kadar Hg : 0,08 µg/m3, sedangkan pada lokasi site-02 nilai TSP tertinggi adalah 155, kadar Pb: 0,65 µg/m3 , kadar Hg : 0,08 µg/m3. Berdasarkan data hasil penelitian di atas, untuk parameter TSP, Pb dan Hg masih berada di bawah baku mutu kualitas udara ambien, hal ini dimungkinkan karena dispersi partikulat di lokasi tersebut terbawa angin dan menuju arah down wind (hilir angin), sehingga tingkat pencemaran kearah down wind akan semakin besar. Lokasi down wind – 01 dan – 02 berada sekira 1,2 Km ke arah selatan kawasan industri, dengan selisih jarak antara keduanya ± 0,4 Km. Untuk lokasi down wind 01, diperoleh kadar TSP tertinggi (pukul 04.50 WIB) adalah 343 µg/m3, kadar Pb: 74,43 µg/m3, kadar Hg : 0,32 µg/m3, sedangkan pada lokasi down wind - 02 nilai TSP 0 100 200 300 400 500 600 700 800 900 1000 C o n ce n tr at io n ( mm g /m3 )

Distance from source (km)

DIFFUSION OF POINT-SOURCE POLLUTION USING A GAUSSIAN

(10)

CHURCHIL FEBRION ¹, UJANG SHIROJUL FALAH ² : [ STUDI IDENTIFIKASI PENCEMARAN LOGAM TIMBAL (Pb) DAN MERKURI (Hg) DI UDARA AMBIEN PADA LOKASI INDUSTRI PENGGUNA BAHAN BAKAR BATUBARA DI WILAYAH KABUPATEN BANDUNG] 40 tertinggi (pukul 03.30 WIB) adalah 308, kadar Pb: 6,02

µg/m3 , kadar Hg : 0,24 µg/m3. Tingginya nilai TSP dilokasi down wind ini disebabkan dispersi partikulat dari kawasan industri penggun batubara. Hal ini sejalan dengan jurnal penelitian yang ditulis oleh John G. Farmer, Lorna J Eades dan Margaret C.Graham (1999) pada “The Lead Content and Isotopic Composition Of British Coal and Their Implication for past and Present, Release of Lead to The UK Environment” yang menyatakan bahwa terdapat konsentrasi timbal (Pb) yang signifikan, pada lingkungan di Inggris Raya, yang disebabkan oleh industri pengguna batubara dan penggunaan bensin yang mengandung timbal (Pb). Nilai TSP tertinggi berada pada pada pukul 03.30 WIB, hal ini disebabkan karena rendahnya suhu dan tingginya kelembapan pada jam tersebut, dimana partikulat yang diemisikan pada siang hari akan menuju angkasa dan terakumulasi dilapisan atmosfer terbawah (stratosfer), seiring dengan menurunya suhu dan meningkatnya kelembaban, maka partikulat tersebut akan turun kembali ke bumi, sehingga nilai TSP pada, malam hari akan lebih besar daripada siang hari. Untuk mendukung validitas pengukuran, penulis menggunakan data sekunder dari emisi cerobong industri (PT. Serayu Jaya), dan menggunakan pendekatan dispersi gausssian, software surfer 9.0, dimana dari tabel 4.1.5.2 diperoleh data bahwa pada distribusi partikulat tertinggi akan berada pada jarak 250 m dari sumber (source) polutan yaitu 195,3 µg/m3. Apabila dibandingkan dengan pengukuran partikulat pada site 02 : 155 µg/m3, maka nilai ini mendekati teori dispersi gaussian. Penelitian kadar logam berat timbal (Pb) dan merkuri (Hg) dari udara ambien di lokasi kawasan industri pengguna batubara ini dilakukan dengan metode sesaat (grab sampling) sehingga belum dapat dijadikan acuan bahwa hasil penelitian ini menggambarkan kondisi pencemaran yang sesungguhnya, melainkan hanya gambaran sesaat pada waktu sampling dilakukan. Untuk mengetahui kondisi yang mendekati sebenarnya, perlu dilakukan pemantauan terhadap kualitas udara ambien di wilayah studi paling sedikit 5 – 10 tahun, sehingga kecenderungan perubahan kondisi lingkungan dapat terlihat dengan jelas.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian studi identifikasi pencemaran logam timbal (Pb) dan merkuri (Hg) di udara ambien pada lokasi industri pengguna bahan bakar batubara di kawasan industri Majalaya Kabupaten Bandung dapat diambil kesimpulan bahwa : kualitas udara ambien di arah hilir angin (down wind) telah tercemar oleh logam berat dengan rata rata kandungan timbal (Pb) 5,87 µg/m3 sedangkan untuk lokasi arah hulu angin (up wind) adalah 0,41 µg/m3 dan dilokasi industri (site) adalah 0,31 µg/m3 masih dibawah baku mutu yang dipersyaratkan oleh Peraturan Pemerintah No 41 tahun 1999 sebesar 2,0 µg/m3. Untuk logam berat

merkuri (Hg) dari ketiga lokasi penelitian sudah terdeteksi keberadaannya, namun belum ada baku mutu yang mempersyaratkan nilainya. Nilai rata-rata kadar merkuri (Hg) adalah sebagai berikut : up wind 0,04 µg/m3; site 0,03 µg/m3 ; down wind 0.17 µg/m3 . Disimpulkan bahwa tingkat pencemaran udara di kawasan industri Majalaya pengguna batubara dalam kondisi tercemar sedang dimana kadar partikulat (TSP), yaitu rata-rata 212 dan 180 µg/m3 telah mendekati nilai baku mutu untuk parameter partikulat sebesar 230 µg/m3 Dari segi ekonomi, konversi bahan bakar minyak (bbm) ke batubara untuk kalangan industri di kawasan industri Majalaya membawa angin segar bagi pengusaha, dimana harganya relatif murah dan terjangkau, tetapi dapat membawa dampak yang buruk terhadap lingkungan, khususnya pencemaran udara dimana nilai total partikulat (TSP) dan logam berat berat(Pb/Hg) yang tinggi akan menurunkan kualitas lingkungan di wilayah tersebut.

Debu batubara mengandung zat-zat kimia yang dapat mengakibatkan terjadinya penyakit paru-paru, Untuk lebih memperdalam dampak- /pengaruh logam berat terhadap kesehatan masyarakat, perlu kiranya dilakukan penelitian lanjutan khususnya pemeriksaan kesehatan bagi karyawan / operator boiler batubara maupun masyarakat sekitar kawasan industri pengguna batubara.

DAFTAR PUSTAKA

Zannaria N.D, (2008), Studi Karakteristik Kimia Paparan Partikulat Terspirasi di kota Bandung, Tesis Program Magister Teknik Lingkungan, Institu Teknologi Bandung.

Sutra, D.E, (2009), Analisis Paparan Debu Terespirasi di Penambangan Kapur Padalarang- Jawa Barat, Tugas Akhir Strata Satu, Universitas Indonesia, diunduh pada 21 Juni 2013

Mukono (1997), Pencemaran Udara dan Pengaruhnya Terhadap Gangguan Saluran Pernafasan.

Fardiaz, (1992), Polusi Air dan Udara Soedomo, (2000), Pencemaran Udara

BPLH Kabupaten Bandung (2011), Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Bandung, Buku jilid 1 dan 2.

SNI 19-7119.3-2005, Cara Uji Partikel Tersuspensi Total Menggunakan Peralatan High Volume Air Sampler (HVAS) dengan Metoda Gravimetri.

SNI 19-7119.6-2005, Penentuan Lokasi Pengambilan Contoh Uji Pemantauan Kualitas Udara Ambien.

SNI 19-7119.4-2005, Cara Uji Kadar Timbal (Pb) Dengan Metoda Destruksi Basah Menggunakan Spektrofotometer Serapan Atom.

(11)

CHURCHIL FEBRION ¹, UJANG SHIROJUL FALAH ² : [ STUDI IDENTIFIKASI PENCEMARAN LOGAM TIMBAL (Pb) DAN MERKURI (Hg) DI UDARA AMBIEN PADA LOKASI INDUSTRI PENGGUNA BAHAN BAKAR BATUBARA DI WILAYAH KABUPATEN BANDUNG] 41 SNI 19-7119.6-2005, Penentuan Lokasi Pengambilan

Contoh Uji Pemantauan Kualitas Udara Ambien.

Lenore S.Clesceri et al. “Standard Methods for the Examination of Water and Waste Water”, 20th Edition, 1998, Methode 3500-Hg ( Determination of Mercury by Atomic Absorption Spectrophotometer)

John G. Farmer, Lorna J Eades and Margaret C.Graham (1999), The Lead Content and Isotopic Composition Of British Coal and Their Implication for past and Present, Release of Lead

to The UK Environment, diunduh pada 20

Gambar

Tabel 1.1 :  Hasil analisis logam untuk uji sifat  toksisitas lindian contoh limbah  hasil pembakaran batubara dari  tiga perusahaan *)
Tabel 4.1 :  Data analisa untuk total partikulat /TSP  di lokasi Up Wind -1 (UW-01)
Grafik  4.2  :  Kadar  TSP  di  titik  Up  wind  -2  berdasarkan waktu sampling
Grafik  4.5  :  Kadar  TSP  di  titik  Down  Wind  -  01  berdasarkan waktu sampling
+4

Referensi

Dokumen terkait

Kerangka masalah yang mendasari penelitian terhadap kandungan logam berat merkuri (Hg), kadmium (Cd), dan timbal (Pb) pada kerang bulu ( Anadara antiquata ) di

Dari keempat sampel tanaman dapat kita ketahui bahwa pencemaran logam berat merkuri (Hg) pada tanaman tersebut dapat dikatakan masih normal, namun pada

pemaparan 12 jam pemaparan 12 jam Dari data di atas dapat diketahui prosentase efektivitas penyerap timbal (Pb) di udara ambien lebih besar daun puring ( Codiaeum

Peneltian ini bertujuan menganalisis tingkat pencemaran logam berat merkuri (Hg), timbal (Pb), dan kadmium (Cd) pada beberapa jenis ikan konsumsi pelagis kecil yang berasal

Lokasi Daeyuholot, Cisirung, dan Nanjung dipilih karena lokasi ini merupakan lokasi yang paling berpotensi menghasilkan logam berat timbal (Pb) selain karena akitivitas industri

Judul Tesis : Ikan Batak ( Neolissochillus sumatranus ) Sebagai Bioindikator Pencemaran Logam Berat Timbal (Pb) dan Kadmium (Cd) di Perairan Sungai Asahan..

KERANG BULU (Anadara inflata) SEBAGAI BIOINDIKATOR PENCEMARAN LOGAM BERAT TIMBAL (Pb) DAN CADMIUM.. (Cd) DI MUARA

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan mengenai kemampuan tanaman Sirih Gading (Epipremnum aureum) sebagai absorben logam berat timbal (Pb) di udara dapat