i
PENINGKATAN HASIL BELAJAR MAPEL PAI MATERI
TAHARAH
MELALUI MEDIA AUDIO VISUAL BERBASIS
MULTIPLE INTELLIGENCES KELAS VII SEMESTER 1
DI SMP NEGERI 3 SALATIGA TAHUN PELAJARAN
2017/2018
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd)
Oleh :
KURNIA LUTHFIYANI
NIM 11113009
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
v
MOTTO
“Jika guru memperhatikan dan memfasilitasi kecerdasan dan gaya belajar siswa, maka tidak akan ada pelajaran yang sulit” (Munif Chatib)
“Hargailah setiap potensi dan bakat yang ada pada dirimu, itulah salah satu cara menikmati indahnya hidup” (Penulis)
“Sejatinya fungsi sekolah adalah : Bukan seberapa cerdas anda, melainkan bagaimana anda menjadi cerdas ”
vi
PERSEMBAHAN
Skripsi ini penulis persembahkan kepada pihak-pihak yang mempunyai peranan
penting dalam hidupnya
1. Kedua orang tuaku Alm Bapak Widarto dan Ibu Sri Daryati terimakasih
telah menjadi orang tua yang baik yang telah mendidiku, merawatku
dengan penuh kasih sayang dan penuh kesabaran yang tak ternilai
harganya.
2. Adikku Arif Kurniawan dan Nenek Sri Widarti serta keluargaku dan
saudara-saudaraku yang selama ini telah setia mendukung dan memberi
semangat untuk mengerjakan skripsi ini sehingga skripsi ini selesai.
3. Ahmad Ajib Ulumuddin yang selama ini telah setia mendukung,
membantu dan memberi semangat penulis untuk mengerjakan skripsi ini
sehingga skripsi ini selesai.
4. Institut Agama Islam Negeri Salatiga, dimana tempat yang telah penulis
pilih untuk menuntut ilmu. Semoga ilmu yang di peroleh penulis dapat
bermanfaat bagi orang lain dan diri sendiri.
5. Untuk sahabat-sahabatku seperjuangan, Nurkhayati, Fitri, Vina, Galuh
yang selalu memberi saya semangat dengan ikhlas dan membantuku.
6. Seluruh teman-teman seperjuangan khususnya PAI angkatan 2013
vii
ix
DAFTAR ISI
SAMPUL ... i
LEMBAR BERLOGO ... ii
JUDUL ... iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING... iv
PENGESAHAN KELULUSAN ... v
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 6
C. Tujuan Penelitian ... 6
D. Hipotesis Tindakan dan Indikator Keberhasilan ... 6
x
3. Bentuk-Bentuk Belajar ... 25
4. Hasil Belajar ... 26
B. Pendidikan Agama Islam ... 28
1. Pengertian Pendidikan Agama Islam ... 28
2. Fungsi dan Tujuan Pendidikan Agama Islam ... 29
3. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam ... 32
4. Materi pelajaran PAI Kelas VII Taharah. ... 32
C. Media Pembelajaran Audio Visual……… 37
1. Pengertian Media Audio Visual………. 37
2. Pegembangan Media Audio Visual……… 38
3. Kelebihan dan Kekurangan Media Audio Visual……….. 39
4. Efektifitas Pengembangan Media Audio Visual……… 40
D. Multiple Intelligences ... 40
1. Konsep Multiple Intelligences ... 40
2. Gaya Belajar Siswa Menurut Teori Multiple Intelligences ... 47
3. Strategi Pembelajaran Berbasis Multiple Intelligences ... 50
4. Langkah-langkah Strategi Pembelajaran Berbasis Multiple Intelligences ... 51
5. Karakteristik Strategi Pembelajaran Berbasis Multiple Intelligences ... 53
6. Relevansi Multiple Intelligences dengan PAI dan Penerapannya dalam Pembelajaran PAI ... 53
BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN A. Tempat dan Subyek Penelitian ... 56
1. Tempat Penelitian ... 56
2. Subyek Penelitian... 67
B. Deskripsi Pelaksanaan Siklus I ... 69
xi
2. Tindakan ... 70
3. Pengamatan ... 72
4. Refleksi ... 72
C. Deskripsi Pelaksanaan Siklus II ... 72
1. Perencanaan ... 72
2. Tindakan ... 73
3. Pengamatan ... 74
4. Refleksi ... 74
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 75
1. Kondisi Pra Siklus ... 75
2. Analisis Data Siklus I ... 78
3. Analisis Data Siklus II ... 86
B. Pembahasan... 91
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 99
B. Saran ... 99
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1.Tes Kecerdasan Majemuk
Lampiran 2.Hasil Tes Kecerdasan Majemuk
Lampiran 3.RPP Siklus I
Lampiran 4.RPP Siklus II
Lampiran 5. Lampiran 5 Nilai Hasil Belajar Pra Siklus
Lampiran 6. Nilai Hasil Belajar Siklus 1
Lampiran 7. Nilai Hasil Belajar siswa siklus II
Lampiran 8. Nilai Hasil Belajar Pra Siklus, Siklus I dan II
Lampiran 9. Lembar Observasi Guru Siklus I
Lampiran 10. Lembar Observasi Guru Siklus II
Lampiran 11. Lembar Observasi Siswa Siklus 1
Lampiran 12. Lembar Observasi Siswa Siklus II
Lampiran 13. Foto Kegiatan Pembelajaran
Lampiran 14.Permohonan Izin Penelitian
Lampiran 15.Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian
Lampiran 16.Lembar Konsultasi
Lampiran 17. Pembimbing Skripsi
xiii
Lampiran 19. Daftar Riwayat Hidup Penulis
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1.Daftar Siswa
Tabel 4.1.Nilai Hasil Ulangan Harian PAI Siswa (Pra Siklus)
Tabel 4.2.Hasil Pengamatan Guru pada Siklus I
Tabel 4.3.Data Prestasi Belajar Siswa Sikluis I
Tabel 4.4.Hasil Pengamatan Guru pada Siklus II
Tabel 4.5.Data Prestasi Belajar Siswa Siklus II
Tabel 4.6.Hasil Rekapitulasi Nilai-nilai pada Pra Siklus, Siklus I dan
Siklus II
1
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Keberhasilan pendidikan tidak dapat dilepaskan dari proses pembelajaran
yang sedang berlangsung, yaitu di dalamnya meliputi beberapa komponen
yang saling terkait. Komponen tersebut adalah guru (pendidik), siswa (peserta
didik), materi (bahan), media (alat/sarana), dan metode atau pola
penyampaian. Dalam proses pembelajaran seorang guru dituntut untuk dapat
menciptakan dan menggunakan berbagai macam strategi agar pembelajaran
tidak membosankan bagi siswa. Akan tetapi sejauh ini proses pembelajaran
yang berlangsuung dalam dunia pendidikan masih berpusat pada guru
(teacher centered), bukan pada siswa (student centered). Siswa cenderung
hanya duduk, mendengarkan, mencatat dan menghafal apa yang disampaikan
oleh guru. Pola seperti ini menyebabkan siswa kurang bisa
mengaktualisasikan dirinya dan pembelajaran menjadi kurang aktif dan
kurang sesuai dengan cara belajar yang disukai oleh siswa.
Menurut Thomas Armstrong (2002: 79), dikelas yang menerapkan teori
Multiple Intelligences guru selalu mengubah metode presentasi dalam
mengajar mulai dari metode yang mengakomodasi kecerdasan musical dan
seterusnya. Guru yang menerapkan metode Multiple Intelligences dalam
2
sebuah materi, memutarkan musik pada saat-saat tertentu selama belajar, baik
untk mempersiapkan kondisi yang dibutuhkan untuk mencapai sasaran,
menyiapkan tugas atau membangun suasana belajar. Guru dikelas kecerdasan
majemuk juga mengajak siswa untuk menstimulasi gerak tubuh mereka
dalam pembelajaran agar materi yang dipelajari terasa lebih nyata. Guru yang
menerapkan Multiple Intelligences dalam pembelajaran juga meminta siswa
menjalin interaksi satu sama lain dengan berbagai macam cara, misalnya
berpasangan, membentuk kelompok, berdiskusi dan lain-lain. Uraian Thomas
Armstrong di atas menunjukkan bahwa penerapan teori Multiple Intelligences
dalam pembelajaran dapat membangun suasana belajar menjadi lebih
menyenangkan dan memudahkan siswa dalam memahami materi. Hal
tersebut tentunya akan berimbas pada meningkatkan motivasi dan prestasi
maupun hasil belajar siswa.
Keberhasilan guru dalam menyampaikan materi sangat tergantung
interaksi antara guru dan siswanya. Guru harus menyiapkan kondisi yang
kondusif untuk meminati PAI, dengan tidak mengabaikan
komponen-komponen lain dalam lingkungan proses belajar mengajar, termasuk keadaan
siswa, media pembelajaran, metode dan sumber-sumber belajar lainnya.
SMP Negeri 3 Salatiga merupakan salah satu lembaga pendidikan yang
terus berusaha untuk meningkatkan kualitas pembelajarannya. Namun
demikian, teori ceramah tetap menjadi pilihan di banyak kesempatan belajar
mengajar. Khususnya untuk mata pelajaran Pendidikan Agama Islam, teori
3
kalangan siswa-siswi di lembaga ini, maka tidak sedikit siswa yang merasa
bosan ketika menerima pelajaran Pendidikan Agama Islam di kelas. Menurut
hasil observasi dan analisis dokumentasi serta wawancara terhadap guru PAI
kelas VII, peneliti menemukan beberapa permasalahan. Pertama, penggunaan
metode ceramah dan tanya jawab yang masih mendominasi dalam proses
pembelajaran. Hal ini menunjukkan bahwa siswa yang memiliki kecerdasan
linguistic lebih diperhatikan daripada siswa yang memiliki kecerdasan
logis-matematis, visual, musical, intrapersonal, dan interpersonal. Kedua, masih
kurang diperhatikannya pengelolaan kelas dalam pembelajaran sehingga
masih ada sebagian siswa yang asyik bermain dengan teman sebangkunnya
saat pelajaran sedang berlangsung. Ketiga, kurangnya penggunaan media
belajar yang konkret dan menarik perhatian siswa dalam pembelajaran
sehingga sebagian materi belum bias dipahami siswa. Keempat, belum pernah
digunakannya strategi pmbelajaran berbasis multiple intelligences sehingga
dalam mengajar guru kurang memperhatikan kecerdasan dari para siswa.
Kurang diperhatikannya kecerdasan yang beragam ternyata berakibat
negative bagi siwa. Hal ini bisa dilihat dalam proses pembelajaran dimana
para siswa cepat merasa bosan pada saat guru menjelaskan materi pelajaran
dan mereka kurang bersemangat dalam mengikuti pembelajaran sehingga
prestasi belajar juga kurang memuaskan. Masalah yang dihadapi siswa saat
ini adalah sedikitnya minat untuk belajar sehingga masih jarang siswa yang
mempunyai prestasi belajar tinggi. Demikian halnya yang terjadi dalam
4
Hidup jadi Nyaman merupakan salah satu sub bab mata pelajaran yang
terhimpun dalam pendidikan Agama Islam yang diajarkan diberbagai jenjang
pendidikan yang bernafaskan Islam selain itu dalam pembelajaran materi
tersebut juga memiliki peranan yang penting dalam kehidupan sehari-hari
dengan mempelajari tersebut siswa dapat mengetahui tentang pentingnya
kebersihan dan cara bersuci dengan benar.
Dalam penyampaian materi, biasanya guru menggunakan metode yang
monoton seperti metode ceramah, dimana siswa hanya duduk, mencatat, dan
mendengarkan apa yang disampaikannya dan sedikit peluang bagi siswa
untuk bertanya, sehingga siswa merasa jenuh dalam mengikuti proses
pembelajaran. Siswa tidak diberikan kesempatan untuk belajar berdasarkan
kecerdasan mereka, siswa tidak diajak untuk memperagakan cara bersuci
dengan benar sehingga materi yang siswa dapat tidak dipahami secara nyata.
Dengan demikian, suasana pembelajaran menjadi tidak kondusif karena
siswa menjadi pasif. Kondisi seperti itu terjadi pula pada kegiatan
pembelajaran mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di kelas VII SMP
Negeri 3 Salatiga. Kondisi awal kegiatan belajar mengajar di kelas tersebut
untuk mata pelajaran Pendidikan Agama Islam menunjukkan hasil belajar
siswa yang belum mencapai kriteria ketuntasan belajar (KKM).
Oleh karena itu peneliti bersama guru PAI ingin mencoba merubah model
pembelajaran yang lebih variatif dan sesuai dengan minat siswa sehingga
menarik minat siswa untuk menerima pelajaran Pendidikan Agama Islam
5
Dipilihnya strategi pembelajaran berbasis Multiple Intelligences dalam
pembelajaran PAI karena selain konsep atau teori tentang Multiple
Intelligences banyak digagas dan dibahas oleh para ahli pendidikan atau
psikologi dan dianggap memiliki urgensi yang tinggi dalam proses
pendidikanakan tetapi juga dilatarbelakangi oleh kepentingan peneliti untuk
mempraktikkan dan membuktikan teori tersebut dalam dunia pendidikan
secara langsung sehingga peneliti mengetahui lebih jelas bagaimana hasilnya,
apa saja kelebihan atau faktor-faktor pendukungnya, dan faktor-faktor yang
menghambat atau kekurangannya, untuk kemudian dapat dijadikan wacana
baru tentang pembelajaran Multiple Intelligences ini di dalam dunia
pendidikan terutama PAI.
Berdasarkan penjelasan diatas tergambar bahwa diperlukan upaya untuk
meningkatkan prestasi belajar PAI. Oleh karena itu penelitian ini ingin
meningkatkan prestasi belajar itu melaui strategi pembelajaran multiple
intelligences melalui tindakan kelas yang berjudul “PENINGKATKAN
HASIL BELAJAR PAI MATERI TAHARAH MELALUI MEDIA
AUDIO VISUAL BERBASIS MULTIPLE INTELLIGENCES KELAS VII
SEMESTER 1 DI SMP NEGERI 3 SALATIGA TAHUN PELAJARAN
6
B. Rumusan Masalah
Dari pemaparan latar belakang di atas maka dapat di tarik permasalahan
dalam penelitian ini yaitu: Apakah media audio visual berbasis multiple
intelligences (kecerdasan majemuk) dapat meningkatkan hasil belajar PAI
materi Taharah siswa kelas VII SMP Negeri 3 Salatiga Tahun Ajaran
2017/2018?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian yang ingin dicapai dalam penelitian tindakan
kelas ini adalah : Untuk mengetahui apakah media audio visual berbasis
multiple intelligences (kecerdasan majemuk) dapat meningkatkan haasil
belajar PAI materi Taharah siswa kelas VII SMP Negeri 3 Salatiga Tahun
Ajaran 2017/2018.
D. Hipotesis Tindakan dan Indikator Keberhasilan
1. Hipotesis Tindakan
Hipotesis berasal dari dua kata hypo yang berarti di bawah (lemah),
tesis yang berarti kebenaran. Hipotesis penelitian adalah rangkuman atau
kesimpulan-kesimpulan teoritis yang diperoleh dari pengkajian
kepustakaan. Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap masalah
penelitian secara teoritis dianggap paling mungkin tinggi tingkat
kebenarannya. Hipotesis tindakan dipahami sebagai satu dugaan tentang
7
2008:90). Adapun hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah
penerapan strategi pembelajaran multiple intellegences dapat
meningkatkan prestasi belajar Pendidikan Agama Islam pada siswa kelas
VII SMP Negeri 3 Salatiga tahun 2017.
2. Indikator Keberhasilan
Indikator keberhasilan tindakan dan penelitian ini dapat diamati
apabila subyek penelitian terjadi perubahan. Perubahan tersebut berupa
peningkatan hasil belajar yang dicapai setelah dilakukan tindakan
berupa pemberian layanan pembelajaran menggunakan strategi
pembelajaran multiple intelligences.
Keberhasilan dalam penelitian ini apabila terjadi perubahan prosentase
mencapai 85%. Perubahan jika diperoleh setelah siswa telah
mendapatkan layanan pembelajaran pada setiap siklusnya dan telah
mencapai KKM yaitu 70.
E. Kegunaan Penelitian
Selanjutnya penelitian ini diharapkan mempunyai menfaat yang bersifat
teoritis maupun praktis, manfaat penelitian ini antara lain :
1. Manfaat teoritis
Penelitian ini berusaha memberikan kontribusi positif sebagai
informasi dan menambah wawasan dalam khazanah keilmuan tentang
multiple inteliigences yang dapat memperbaiki dan meningkatkan system
pembelajaran di kelas yaitu pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam
8 2. Manfaat praktis
a. Bagi Siswa
Membantu mempermudah pemahaman dan memotivasi belajar
siswa serta menjadikan pelajaran PAI dapat diaplikasikan dalam
kehidupan sehari-hari.
b. Bagi Guru
Sebagai motifasi guru untuk meningkatkan kreatifitas proses
pengajaran serta menambah wawasan tentang pembelajaran berbasis
multiple Intelligences.
c. Bagi Sekolah
Didapatkannya masukan bagi sekolah untuk perbaikan proses
pembelajaran menjadi lebih baik dan dapat meningkatkan mutu dari
sekolah.
d. Bagi Peneliti
Menambah pengetahuan dan wawasan peneliti tentang strategi
pembelajaran berbasis multiple intelligences.
F. Definisi Operasional
Untuk menghindari kesalahpahaman terhadap judul skripsi ini perlu
kiranya penulis memberi penegasan istilah-istilah yang digunakan dalam
9
1. Hasil Belajar
Menurut Winkel (1995 : 53), bahwasanya belajar menghasilkan
perubahan-perubahan dalam pengetahuan-pemahaman, keterampilan dan
nilai sikap. Perubahan itu bersifat secara relativ konstan dan berbekas.
Dapat diambil kesimpulan bahwa peningkatan hasil belajar adalah
penambahan dan perubahan perilaku peserta didik dalam pengetahuan
pemahaman, keterampilan, kemampuan dan nilai sikap serta kualitas
maupun kuantitas agar menjadi lebih baik setelah melakukan kegiatan
proses belajar mengajar pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam.
Secara kuantitatif ditandai dengan meningkatnya nilai rata-rata kelas
setelah diadakan tes formatif. Sedangkan secara kualitatif perubahan
ditandai dengan perilaku dan sikap.
2. Pendidikan Agama Islam
Pendidikan Agama Islam adalah suatu usaha untuk membina dan
mengasuh peserta didik agar senantiasa dapat memahami kandungan
ajaran Islam secara menyeluruh, mengkhayati makna tujuan, yang pada
akhirnya dapat mengamalkan serta menjadikan Islam sebagai pandangan
hidup. (Majid, Abdul. 2012:1)
Pendidikan Agama Islam adalah proses membimbing dan membina
10
peserta didik sebagai muslim yang sempurna (Nizar, Samsul dan Rasyidin.
2005:38).
Jadi, Pendidikan Agama Islam adalah usaha sadar yang dilakukan
pendidik dalam mempersiapkan peserta didik untuk meyakini, memahami,
dan mengamalkan ajaran Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran
atau pelatihan secara sempurna untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan.
3. Media Pembelajaran Audio Visual
Menurut Sukirman (2011: 184) yang dimaksud media
pembelajaran berbasis audio visual adalah media penyaluran pesan dengan
memanfaatkan indra pendengaran dan pengelihatan. Media audio visual
dalam pembelajaran mapel PAI ini menggunakan slide yang berisi materi,
gambar, dan tayangan demontrasi yang bertujuan untuk mengembangkan
aspek sikap dan nilai-nilai maupun kecerdasan yang dimiliki setiap siswa ,
serta menarik gairah (stimulus) peserta didik untuk menyimak lebih dalam.
4. Multiple Intelligences
Teori inteligensi majemuk ditemukan dan dikembangkan oleh
Howard Gardner, seorang psikolog perkembangan dan professor
pendidikan dari Graduate School of Education, Harvard Univercity,
Amerika Serikat. Gardner mendefinisikan inteligensi sebagai kemampuan
untuk memecahkan persoalan dan menghasilkan produk dalam suatu
setting yang bermacam-macam dan dalam situasi yang nyata. Berdasarkan
11
seseorang untuk menjawab soal-soal tes IQ dalam ruang tertutup yang
terlepas dari lingkungannya. Akan tetapi inteligensi memuat kemampuan
seseorang untuk memecahkan masalah persoalan yang nyata dan dalam
situasi yang bermacam-macam. Gadner menekankan pada kemampuan
memecahkan persoalan yang nyata, karena seseorang memiliki
kemampuan intelligensi yang tinggi bila ia dapat menyelesaikan persoalan
hidup yang nyata, bukan hanya dalam teori. Semakin seseorang terampil
dan mampu menyelesaikan persoalan kehidupan yang situasinya
bermacam-macam dan kompleks, semakin tinggi inteligensinya.
Penemuan Gardner tentang intelegensi seseorang telah mengubah konsep
kecerdasan. Menurut Gardner, kecerdasan seseorang diukur bukan bukan
dengan tes tertulis, tetapi bagaimana seseorang dapat memecahkan
problem nyata dalam kehidupan. Intelegensi seseorang dapat
dikembangkan melalui pendidikan dan jumlahnya banyak, hal ini berbeda
dengan konsep lama yang menyatakan bahwa inteligensi seseorang tetap
mulai sejak lahir sampai kelak dewasa, dan tidak dapat diubah secara
sigifikan. Bagi Gardner suatu kemampuan disebut inteligensi bila
menunjukkan suatu kemahiran dan ketrampilan seseorang untuk
memecahkan masalah dan kesulitan yang ditemukan dalam hidupnya.
Menurut Gardner dalam diri manusia terdapat spectrum kecerdasan
yang luas. Spektrum kecerdasan itu mencakup tujuh jenis kecerdasan tujuh
jenis kecerdasan yaitu: (1) kecerdasan verbal, (2) kecerdasan visual, (3)
12
kinestetik, (6) kecerdasan intrapersonal, (7) kecerdasan interpersonal.
Bahkan dalam buku terakhirnya Intelligences Reframed, Gardner
menambahkan tiga jenis kecerdasan lain: kecerdasan naturalis, kecerdasan
eksistensial, dan kecerdasan spiritual. (Efendi, Agus.2005:136)
Berikut ini deskripsi dari kecerdasan-kecerdasan menurut Gardner:
a. Kecerdasan Verbal (Linguistik)
Adalah kemampuan menggunakan kata secara efektif baik
secara lisan (misalnya pendongeng, orator atau politisi) maupun
tertulis (misalnya sastrawan, editor, penulisdrama dan wartawan)
b. Kecerdasan Visual/Spasial (Visual/Spatial Intelligence)
Adalah kemampuan mempersepsi dunia spasial-visual
secara akurat (misalnya sebagian pramuka, pemandu, pemburu)
dan mentranformasikan persepsi dunia spasial-visual tersebut
(missal decorator, desain interior, arsitek, seniman)
c. Kecerdasan Logis Matematis
Adalah kemampuan menggunakan angja dengan baik dan
melakukan penalaran yang benar, misalnya akuntan, pemrogam
computer, ilmuwan, ahli statistic, dll.
d. Keerdasan Musikal
Adalah kemampuan menangani bentuk-bentuk musikal
dengan cara mempersepsi, membedakan, mengubah dan
mengekspresikan, misalnya penyanyi, composer, penikmat music,
13
e. Kecerdasan Tubuh/Kinestetik (Bodily/Kinesthetic Intellegence)
Adalah keahlian menggunakan seluruh tubuh untuk
mengekspresikan ide dan perasaan, dan ketrampilan menggunakan
tangan untuk menciptakan atau mengubah sesuatu, misalnya
pengrajin, pemahat, penjahit, mekanik, atlit, penari, dll.
f. Kecerdasan Intrapersonal
Adalah kemampuan memahami diri sendiri dan bertindak
berdasarkan pemahaman tersebut
g. Kecerdasan Interpersonal
Adalah kemampuan mepersepsi dn membedakan susasana
hati, maksud, dan motivasi serta perasaan orang lain.
h. Kecerdasan Naturalis
Keahlian mengenai spesies flora dan fauna di lingkungan
sekitar. Dapat mengenali terhadap perubahan-perubahan
lingkunganm misalnya melihat perubahan-perubahan alam.
i. Kecerdasan Spiritual
Kecersadan Spiritual banyak dimiliki oleh para rohaniwan.
Kecerdasan ini berkaitan dengan bagaimana manusia berhubungan
dengan Tuhannya. Menurut Gardner dalam diri seseorang terdapat
kesembilan kecerdasan tersebut, namun untuk orang-orang
tertentu kadang suatu inteligensi lebih menonjol daripada
inteligensi yang lain. Hal itu bukan berarti bahwa inteligensi
14
lebih menekankan bahwa inteligensi merupakan representasi
mental, bukan karakteristik yang baik untuk menentukan orang
macam apa mereka.
Kesembilan inteligensi yang ada dalam diri seseorang dapat
dikembangkan dan ditingkatkan secara memadai sehingga dapat
berfungsi bagi orang tersebut. Dengan kata lain, inteligensi
bukanlah saesuatu yang tetap atau mati dan tidak dapat
dikembangkan. Oleh karena itu pendidikan mempunyai peranan
yang sangat penting bagi pengembangan inteligensi seseorang
secara maksimal. Dengan demikian, seorang anak yang memiliki
inteligensi kurang di bidang matematis-logis dapat dibantu atau
dibimbing agar dapat mengembangkan dan meningkatkan
kecerdasan logis-matematisnya. Hal inilah yang membedakan
konsep kecerdasan majemuk (multiple inteligensi) dengan konsep
kecerdasan konvensional.
G. Metode Penelitian.
Metode penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan informasi
dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Sukmadinata, 2008:52). Hal ini
menjadi panduan urutan penelitian yang akan dilakukan. Isinya meliputi
rancangan penelitian, subjek penelitian, subjek penelitian, langkah-langkah
penelitian, instrument penelitia, pengumpulan data dan analisis data.
15
Rancangan penelitian yang ditetapkan berupa penelitian tindakan
kelas. Prosedur dan langkah-langkah penelitian mengikuti prinsip-prinsip
dasar yang berlaku dalam penelitian tindakan.
Menurut Suharsimi Arikunto (2007:2). Penelitian ini terdiri dari 2
siklus, masing-masing siklus terdiri dari perencanaan, pelaksanaan,
pengamatan dan refleksi.
2. Subjek Penelitian
Subjek dari penelitian ini adalah siswa kelas VII C di SMP Negeri 3
Salatiga Tahun Ajaran 2017/2018.
3. Langkah-langkah penelitian
Langkah-langkah prosedur penelitian yang digunakan peneliti adalah
prosedur tindakan kelas Lewin Kemmis dan Mc. Taggart yang terdiri dari
beberapa siklus yaitu perencanaa, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi.
Untuk lebih jelasnya rangkaian ini dapat dilihat pada gambar berikut ini
16
Gambar 1.1 Siklus Penelitian Perencanaan
Pelaksanaan
Pengamatan
Refleksi Siklus I
Perencanaan
Pelaksanaan
Pengamatan
Refleksi Siklus II
17 Penjelasan gambar 1.1 :
a. Perencanaan
Perencanaan dalam tahap ini peneliti menjelaskan tentang apa,
mengapa, kapan, di mana, oleh siapa, dan bagaimana tindakan
penelitian tersebut dilakukan.
b. Pelaksanaan Tindakan
Pelaksaan tindakan adalah penerapan rencana yang telah disusun di
kelas yang menjadi sasaran penelitian. Kegiatan awal dalam
pelaksanaan tindakan ini yaitu guru menjelaskan meteri pelajaran
yang akan dikembangkan, kemudian kegiatan intinya adalah guru
memandu penerapan strategi pembelajaran berbasis multiple
intelligences.
c. Pengamatan (Observasi)
Pengamatan dilakukan untuk menelaah seberapa jauh pelaksanaan
strategi pembelajaran berbasis multiple intelligences. mengenai
sasaran. Dalam tahap ini, peneliti mengumpulkan data yang
diperlukan.
d. Refleksi
Refleksi adalah kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang
telah dilakukan. Dalam hal ini peneliti melakukan pengecakkan
sehingga tampak kelemahan dan kekurangan dalam pelaksanaan
18
Data yang diperoleh dalam proses observasi kemudian
dikumpulkam lalu dianalisis. Berdasarkan hasil analisis tersebut, guru
dapat merefleksikan diri terhadap kegiatan pembelajaran yang telah
dilakukan sehingga dapat diambil landasan untuk pelaksanaan
kegiatan disiklus selanjutnya.
4. Instrument Penelitian
a. Lembar pengamatan untuk siswa dan guru
b. Rencana Pelaksaan Pembelajaran (RPP)
c. Silabus
d. Lembar tes
5. Pengumpulan Data
a. Metode Observasi
Observasi adalah alat untuk memotret seberapa jauh efek tindakan
telah mencapai sasaran (Suyadi, 2010: 63). Metode observasi
dilakukan oleh peneliti untuk melihat pelaksanaan kegiatan di
lapangan dan mengamati peristiwa-peristiwa yang terjadi berkaitan
dengan tujuan penelitian di SMP N 3 Salatiga.
b. Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah pendekatan untuk mencari data
mengenai hal-hal yang berupa catata, surat kabar, majalah, buku-buku,
rapat, agenda dan sebagainya. (Arikunto, 2010:274). Peneliti
menggunakan metode dokumentasi untuk mengetahui data terkait
19
absensi kelas untuk mengetahui data peserta didik, serta data yang
terkait lainnya.
c. Tes
Dalam tekhnik pengumpulan data melalui tes, peneliti membuat
dan menggunakan lembar tes tertulis guna mengetahui sejauh mana
siswa mengetahui menguasai materi.
6. Analisis Data
Setelah data terkumpul, selanjutnya adalah menganalisi data untuk
mengetahui hasil akhir dari penelitian. Menurut Suharsimi Arikunto
(2007: 131) dala Penelitan Tindakan Kelas dalam menganalisi data
menggunakan dua jenis data, sebagai berikut:
a. Data kuantitatif (nilai hasil belajar siswa) yang dapat dianalisis secara
statistik deskriptif. Dalam analisis ini biasanya untuk mencari nilai
rerata dan mencari presentase keberhasilan belajar. Dengan rumus
sebagai berikut:
1) Rumus mencari nilai rerata.
20
2) Rumus mencari presentase keberhasilan belajar
P =
Keterangan :
P = Angka Presentase
F = frekuensi yang sedang dicari presentasenya
N = Number of Case (jumlaah frekuensi/banyaknya
individu) (Sudijono, 2010: 43)
b. Data kualitatif yaitu data yang berupa informasi yang berbentuk
kalimat yang memeberi gambaran tentang ekspresi siswa tentang
tingkat pemahaman siswa terhadap suatu mata pelajaran (kognitif),
pandangan atau sikap siswa terhadap metode belajar yang baru
(efektif), aktifitas siswa mngikuti pelajaran, perhatian, antusias dalam
belajar, kepercayaan diri, motivasi belajar dan sejenisnya dapat
dianalisi secara deskriptif (Arikunto, 2007)
7. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan skripsi merupakan garis besar penyusunan
skripsi untuk mempermudah jalan pikiran memahami secara keseluruhan isi
skripsi. Untuk mendapatkan gambaran yang jelas dan menyeluruh, sistematika
pembahasan skripsi ini dibagi dalam lima bab :
BAB I : PENDAHULUAN
Pada bab ini berisi tentang Latar Belakang masalah, rumusan masalah,
Tujuan penelitian, Hipotesis Tindakan dan Indikator Keberhasilan, Kegunaan
21
BAB II : KAJIAN PUSTAKA
Pada bab ini, akan diuraikan pembahasan tentang pengertian Hasil
Belajar, Hakikat Belajar, Proses dan Tahapan Belajar, Bentuk Belajar, Hasil
Belajar, selanjutnya pengertian Pendidikan Agama Islam, fungsi dan tujuan
PAI, ruang lingkup PAI, selanjutnya Pengertian Media Pembelajaran Audio
Visual, Pengembangan Audio Visual, Kelebihan dan Kekurngan Media Audio
Visual, Efektifitas Pengembangan Media Pembelajaran Audio Visual, Materi
Pelajaran PAI Kelas VII Bab Semua Bersih Hidup Jadi Nyaman, membahas
konsep Multiple Intelligences, gaya belajar siswa menurut teori Multiple
Intelligences, Strategi Pembelajaran Berbasis Multiple Intelligences,
Langkah-langkah Pembelajaran Menggunakan Strategi Multiple Intelligences.
Karakteristik Strategi Pembelajaran Berbasis Multiple Intelligences.
Selanjutnya Relevansi Multiple Intelligences (Kecerdasan Majemuk) dengan
PAI dan Penerapannya dalam Pembelajaran PAI.
BAB III : PELAKSANAAN PENELITIAN
Pada bab ini akan diuraikan pembahasan yang berisi tentang
gambaran umum SMP Negeri 3 Salatiga. Memaparkan deskripsi pelaksanaan
siklus awal, hingga siklus akhir.
BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini berisi tentang analisis deskripsi per siklus, dan
pembahasan tiap siklus.
BAB V : PENUTUP
22
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Hasil Belajar
1. Hakikat Belajar
Belajar merupakan aktifitas yang sangat penting bagi perkembangan
individu. Belajar akan terjadi setiap saat dalam diri seseorang, dimanapun dan
kapanpun proses belajar dapat terjadi. Belajar tidak hanya terjadi di bangku
sekolah, tidak hanya terjadi ketika siswa berinteraksi dengan guru, tidak hanya
terjadi ketika seseorang membaca, menulis, dan berhitung. Belajar sudah terjadi
sejak anak lahir bahkan sebelum lahir atau dikenal dengan Pendidikan prenatal,
dan akan terus berlanjut hingga ajal tiba (Sriyanti, 2011: 16)
Menurut Syah (Skinner, 1985: 64), bahwa belajar adalah suatu proses
adaptasi yang akan mendatngkan hasil yang optimal apabila ia diberi penguat
(reinforcer).
Winkel (1986: 53) menyatakan belajar adalah aktifitas mental/psikis yang
berlangsung dalam interaksi aktif dalam lingkungan, yang menghasilkan
perubahan-perubahan dalam pengetahuan-pemahaman, keterampilan dan
nilai-sikap.
Sriyanti (Syah, 2003: 17) menurut Dictionary of Psychology disebutkan
bahwa belajar memiliki dua definisi. Pertama; belajar memiliki suatu proses untuk
memperoleh pengetahuan. Pengertian kedua, belajar berarti suatu perubahan
kemampuan untuk bereaksi yang relative langgeng sebagai hasil latihan, dan
23
Berdasarkan definisi-definisi diatas, maka dapat disimpulkan belajar
adalah proses perubahan perilaku seseorang yang berupa sikap, pengetahuan dan
keterampilan melalui pengalaman terhadap suatu objek dalam lingkungannya.
Definisi belajar asasnya ialah: tahapan perubahan perilaku yang relatif positif dan
menetap sebagai hasil interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses
kognitif. Belajar memiliki peranan penting dalam:
a. Melaksanakan kewajiban keagamaan;
b. Meningkatkan derajat kehidupan; serta
c. Mempertahankan dan mengembangkan kehidupan;
2 . Proses dan Tahapan Belajar
a. Proses Belajar
Proses berasal dari dari bahasa latin “processus” yang berarti
“berjalan ke depan”. Kata ini mempunyai konotasi urutan langkah atau
kemajuan yang mengarah pada suatu saran dan tujuan (Syah,2003:109).
Menurut syah (Reber,1988:109) dalam psikologi belajar, proses
berarti cara-cara atau langkah khusus yang dengannya beberapa
perubahan ditimbulkan hingga tercapai hasil-hasil tertentu, istilah
“tahapan perubahan” dapat kita pakai sebagai persamaan kata proses.
Jadi, proses belajar dapat diartkan sebagai tahapan perubahan kognitif,
afektif, dan psikomotorik yang terjadi dalam diri siswa. perubahan
tersebut bersifat positif dalam arti berorientasi ke arah yang lebih maju
dari pada keadaan sebelumnya.
24
Belajar merupakan aktifitas yang berproses, sudah tentu didalamnya
terjadi perubahan-perubahan yang bertahap. Perubahan-perubahan
tersebut timbul melalui tahap-tahap yang antara satu dengan lainnya
bertalian secara berurutan dan fungsional.
Menurut Syah (Brunner, 1985:110) dalam proses belajar siswa
menempuh tiga tahap, yaitu:
1) Tahap informasi (tahap penerimaan materi):
Dalam tahap informasi seorang siswa yang sedang belajar
memperoleh sejumlah keterangan mengenai materi yang sedang
dipelajari. Diantara informasi yang diperoleh itu ada yang sama
sekali baru berdiri sendiri, ada pula yang berfungsi menambah,
memperhalus, dan memperdalam pengetahuan yang sebelumnya
telah dimiliki.
2) Tahap transformasi (tahap pengubah materi);
Dalam tahap transformasi, informasi yang diperoleh itu dianalisis,
diubah, atau ditransformasikan menjadi bentuk yang abstrak atau
konseptual, supaya kelak pada gilirannya dapat dimanfaatkan bagi
hal-hal yang lebih luas. Bagi siswa pemula, tahap ini akan
berlangsung sulit apabila tidak disertai bimbingan dari guru
pembimbing yang diharapkan kompeten dalam mentransfer strategi
kognitif yang tepat untuk melakukan pembelajaran materi pelajaran
tertentu.
25
Dalam tahap evaluasi, seorang siswa menilai sendiri sampai sejauh
mana informasi yang telah ditansformasikan tadi dapat
dimanfaatkan untuk memahami gejala atau memecahkan masalah
yang dihadapi.
3. Bentuk-Bentuk Belajar
Bentuk-bentuk belajar menurut materi yang dipelajari bertujuan untuk
menunjukkan salah satu bentuk belajar yang paling ideal. Manusia
membutuhkan semua bentuk belajar menurut fungsinya dapat diketahui
dalam bentuk dinamik, afektif, kognitif, atau senso-motorik, walaupun
dapat dibedakan sesuai dengan fungsinya namu tidak boleh dipisahkan
dan berkaitan satu sama lain, (Winkel,1986:75).
Adapun bentuk-bentuk belajar menurut winkel (1986:75) sesuai
materi yang dipelajarinya dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Belajar teoristis
Bentuk belajar ini bertujuan untuk mendapatkan semua data dan fakta
(pengetahuan) dalam suatu kerangka organisasi mental, sehingga
dapat dipahami dan digunakan untuk memecahkan problem.
26
Bentuk belajar ini bertujuan untuk mengembangkan
keterampilan-keterampilan dalam menangani dan memegang benda-benda serta
menyusun bagian-bagian materi menjadi suatu keseluruhan.
c. Belajar bermasyarakat
Bentuk belajar ini bertujuan mengekang dorongan dan kecenderungan
spontan, demi kehidupan bersama, dan memberikan kelonggaran
kepada orang lain untuk memenuhi kebutuhannya.
d. Belajar Estetis
Bentuk belajar ini bertujuan membentuk kemampuan menciptakan
dan menghayati keindahan di berbagai bidang kesenian.
4. Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh
pembelajar setelah mengalami aktifitas belajar. Hasil belajar yang dituju,
boleh jadi merupakan kemampuan baru sama sekali; boleh juga
merupakan penyempurnaan atau pengembangan dari suatu kemampuan
yang telah dimiliki.
Dikemukakan oleh Winkel (1986:53) bahwasanya dengan
menambahkan perubahan-perubahan itu dapat berupa suatu hasil yang
baru atau pula penyempurnaan terhadap hasil yang telah diperoleh. Hasil
belajar dapat berupa hasil yang utama dan dapat juga berupa hasil sebagai
efek sampingan.
Menurut Winkel (1986:55) bahwasannya dari hasil belajar dapat
27
internal, seperti pemahaman dan sikap, serta mencakup hal-hal yang
bersifat eksternal, seperti ketempilan motorik dan berbicara dalam bahasa.
Bersifat internal dapat langsung diamati, sedangkan bersifat eksternal
dapat dapat langsung diamati. Ada kelompok yang menitikberatkan
perubahan internal, karena perubahan dalam perilaku dianggap hanya
mencerminkan perubahan internal yang telah terjadi sebelumnya dalam
bentuk suatu kemmapuan internal. Maka yang pertama-tama dan utama
yang disoroti addalah seperti pengetahuan, pemahaman, maksud, sikap,
harapan dan penafsiran sebagai wujud pikiran. Kelompok psikologi ini
disebut para kognitivis. Terdapat pula kelompok belajar mengutamakan
perubahan dalam perilaku, karena perubahan macam ini dapat diamati dan
disaksikan, bahwa pula yang hanya memperhatikan perilaku eksternal,
karena apa yang berlangsung dalam benak dan batin seseorang tidak dapat
diamati dan diteliti secara ilmiah. Kelompok ini disebut behavioris.
Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa hasil
belajar adalah kompetensi yang dimiliki siswa setelah mengikuti proses
pembelajaran yang mencakup aspek kognitif, afektif, psikomotorik, serta
dipengaruhi oleh proses belajar yang ditentukan pula oleh motivasi dan
minat belajar.
B. Pendidikan Agama Islam
28
Pengertian pendidikan Aagama Islam menurut para pakar pendidikan
yang dikutip dari Syafaat, dkk (2008: 15) yaitu sebagai berikut:
a.Zakiyah Daradjat
Menurut Zakiyah Daradjat dalam Syafaat, dkk. (2008: 15)
Pendidikan Agama Islam dirumuskan sebagai berikut:
1) Pendidikan Agama Islam adalah usaha berupa bimbingan dan
asuhan terhadap anak didik agar setelah selesai dari pendidikannya
dapat memahaminya dan mengamalkan ajaran agama Islam serta
menjadikannya sebagai pandangan hidup (way of life).
2) Pendidikan Agama Islam adalah pendidikan yang dilaksanakan
berdasarkan agama Islam.
3) Pendidikan Agama Islam adalah pendidikan yang melalui
ajaran-ajaran agama Islam, yaitu berupa bimbingan dan asuhan terhadap
anak didik agar nantinya setelah selesai dari pendidikan ia dapat
memahami, mengkhayati, dan mengamalkan ajaran agama Islam
yang telah diyakini menyeluruh, serta menjadikan keselamatan
hidup di dunia maupun di akhirat kelak.
b. Sahilun A. Nasir
Pendidikan Agama Islam adalah suatu usaha yang sistematis dan
29
cara sedemikian rupa, sehingga ajaran-ajaran Islam itu benar-benar
dapat menjiwai, menjadi bagian yang integral dalam dirinya. Yakni,
ajaran Islam itu benar-benar dipahami, diyakini kebenarannya,
diamalkan menjadi pedoman hidupnya, menjadi pengontrol terhadap
perbuatan, pemikiran, dan sikap mental.
Jadi, Pendidikan Agama Islam, yaitu usaha yang berupa pengajaran,
bimbingan atau asuhan terhadap anak agar kelak selesai pendidikannya
dapat memahami, mengkhayati, dan mengamalkan agama Islam, serta
menjadikannya sebagai jalan kehidupan, baik pribadi maupun
kehidupan masyarakat.
2. Fungsi dan Tujuan PAI
Pendidikan Agama Islam untuk sekolah/madrasah berfungsi sebagai berikut
(Majid, 2012: 15):
a. Pengembangan, yaitu meningkatkan keimanan dan ketakwaan peserta didik
kepada Allah SWT yang telah ditanamkan dalam lingkungan keluarga. Pada
dasarnya kewajiban menanamkan keimanan dan ketakwaan dilakukan oleh
setiap orang tua dalam keluarga. Sekolah berfungsi untuk
menumbuhkembangkan lebih lanjut dalam diri anak melalui bimbingan,
pengajaran, dan pelatihan agar keimanan dan ketakwaan tersebut dapat
berkembang secara optimal sesuai dengan tingkat perkembangannya.
b. Penanaman nilai, sebagai pedoman hidup untuk mencari kebahagiaan hidup
30
c. Penyesuaian mental, yaitu untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya
baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial dan dapat mengubah
lingkungannya sesuai dengan ajaran agama Islam.
d. Perbaikan, yaitu untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan,
kekurangan-kekurangan, dan kelemahan-kelemahan peserta didik dalam keyakinan,
pemahaman, dan pengalaman ajaran dalam kehidupan sehari-hari.
e. Penyaluran, yaitu untuk menyalurkan anak-anak yang memiliki bakat khusus
di bidang agama Islam agar bakat tersebut dapat berkembang secara optimal
sehngga dapat dimanfaatkan untuk dirinya sendiri dan bagi orang lain.
f. Pencegahan, yaitu untuk menangkal hal-hal negatif dari lingkungannya atau
dari budaya lain yang dapat membahayakan dirinya dan menghambat
perkembangannya menuju manusia Indonesia seutuhnya.
g. Pengajaran, tentang ilmu pengetahuan keagamaan secara umum (alam nyata
dan nirnyata), system dan fungsinya.
Fungsi adanya Pendidikan Agama Islam (Langgulung, 1780: 178) yaitu:
Fungsi psikologis yang berkaitan dengan tingkah laku individual termasuk
nilai-nilai akhlaq yang mengangkat manusia ke derajat yang lebih sempurna.
a. Fungsi spiritual yang berkaitan dengan akidah dan iman.Fungsi sosial yang
31
manusia lain atau masyarakat, di mana masing-masing menyadari hak-hak
dan tanggung jawabnya, untuk menyusun masyarakat yang harmonis dan
seimbang.
Sedangkan untuk tujuan Pendidikan Agama Islam yaitu:
Menurut Zakiah Daradjat dalam Syafaat dkk. (2008: 33). Tujuan Pendidikan
Agama Islam yaitu: sesuatu yang diharapkan tercapai setelah usaha atau
kegiatan selesai. Maka pendidikan merupakan suatu usaha dan kegiatan yang
berproses melaui tahap-tahap dan tingkatan-tingkatan, tujuannya bertahap
dan bertingkat. Tujuan pendidikan bukanlah suatu benda yang berbentuk
tetap dan statis, tetapi ia merupakan suatu keseluruhan dari kepribadian
seseorang, berkenaan dengan seluruh aspek kehidupannya.
Menurut kurikulum PAI (2002) dalam Majid (2012: 16) pendidikan agama
Islam di sekolah atau madrasah bertujuan untuk menumbuhkan dan
meningkatkan keimanan melalui pemberian dan pemupukan pengetahuan,
penghayatan, pengamalan, serta pengalaman peserta didik tentang agama
Islam sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang dalam hal
keimanan, ketakwaannya, berbangsa dan bernegara, serta untuk dapat
melanjutkan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
3. Ruang Lingkup PAI
Mata pelajaran Pendidikan Agama Islam itu secara keseluruhannya
terliputi dalam lingkup Al-Qur‟an dan Al-Hadist, keimanan, akhlaq,
fiqih/ibadah dan sejarah, sekaligus menggambarkan bahwa ruang lingkup
32
keselarasan, dan keseimbangan hubungan manusia dengan Allah SWT,
diri sendiri, sesame manusia, makhluk lainnya maupun lingkungannya
(Hablun minallah wa hablun minannas) (Majid, 2012: 13).
Jadi, ruang lingkup PAI secara keseluruhannya mendidik siswa
menjadi insan kamil yang mampu memahami agama Islam dan
mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.
4. Materi Pelajaran PAI Kelas VII Bab Taharah
Kebersihan merupakan salah satu kebutuhan pokok yang tidak bisa
dihindari dalam kehidupan sehari-hari. Tidak akan terwujud kenyamanan
tanpa adanya kebersihan. Kebersihan di sini meliputi: diri sendiri, pakaian,
lingkungan dan yang lainnya. Islam menaruh perhatian sangat tinggi pada
masalah kebersihan atau kesucian, baik kebersihan dari najis maupun
kebersihan dari hadas.
a) Pengertian Taharah
Taharah artinya bersuci dari najis dan hadas. Najis adalah kotoran
yang menjadi sebab terhalangnya seseorang untuk beribadah kepada
Allah SWT, sedangkan hadas adalah keadaan tidak suci pada diri
seorang muslim yang menyebabkan ia tidak boleh shalat, tawaf, dan
lain sebagainya.
Taharah meliputi 2 hal yaitu taharah dari najis dan taharah dari
33
tiga macam najis, yaitu najis mukhaffafah, najis mutawassitah, dan
najis Mugaladah.
a. Macam-Macam Najis
1) Najis mukhaffafah adalah najis yang ringan, seperti air seni
bayi laki-laki yang belum berumur dua tahun dan belum makan
apapun kecuali air susu ibu. Cara menyucikannya cukup
dengan memercikan atau mengusapkan air yang suci pada
permukaan yang terkena najis.
2) Najis mutawassitah adalah najis pertengahan. Contoh najis ini
adalah darah, nanah, air seni, tinja, bangkai binatang, dan
sebagainya. Najis jenis ini ada dua macam, yaitu najis
hukmiyah dan najis „ainiyyah. Najis hukmiyah diyakini adanya
tetapi tidak nyata wujudnya (zatnya), baud an rasanya. Cara
menyucikannya adalah cukup dengan mengalirkan air pada
benda yang terkena najis. Sedangkan najis „ainiyyah adalah
najis yang tampak wujudnya (zat-nya) dan bisa diketahui
melalui bau maupun rasanya. Cara menyucikannya adalah
dengan menghilangkan zat, rasa, warna, dan baunya dengan
menggunakan air yang suci.
3) Najis mugaladah adalah najis yang berat. Najis ini bersumber
34
tahap, yaitu dengan membasuh sebanyak tujuh kali. Salah satu
diantaranya menggunakan air yang dicampur dengan tanah.
b. Cara Taharah
1) Mandi Wajib
Mandi wajib adalah mandi untuk menghilangkan hadas
besar. Sering disebut mandi janabat/junub. Cara mandi wajib
adalah sebagai berikut:
a) Niat mandi untuk menghilangkan hadas besar.
b) Menghilangkan najis apabila terdapat di badannya seperti
bekas tetesan darah.
c) Membasahi seluruh tubuh mulai dari ujung rambut dari
ujung kaki. Pada saat mandi wajib disunahkan untuk
membaca basmalah, mencuci kedua tangan sebelum
dimasukkan ke dalam bejana, ber-wudhu terlebih dahulu,
mendahulukan yang kanan dari yang kiri, menggosok
tubuh, dan sebagainya.
2) Wudhu
Wudu adalah cara bersuci untuk menghilangkan hadas
kecil. Adapun tata cara wudu adalah sebagai berikut:
35
b) Disunahkan mencuci kedua telapak tangan,
berkumur-kumur, dan membersihkan lubang hidung.
c) Membasuh muka.
d) Membasuh kedua tangan sampai siku.
e) Mengusap kepala.
f) Disunahkan membasuh telinga.
g) Membasuh kaki sampai mata kaki.
h) Tertib (dilakukan secara berurutan).
i) Berdoa setelah wudu.
3) Tayammum
Tayammum adalah pengganti wudu atau mandi wajib.
Hal ini dilakukan sebagai rukhsah (keringanan) untuk orang
yang tidak dapat memakai air karena beberapa halangan
(uzur). Tayammum dilakukan dengan menggunakan sarana
debu yan suci. Debu ini digunakan sebagai pengganti air.
Apabila berada di pesawat atau kendaraan, debu yang
digunakan untuk tayammum cukup mengusap debu yang ada
di dinding pesawat atau kendaraan. Adapun cara
bertayammum adalah sebagai berikut:
36
b) Mengusap muka dengan tanah (debu yang suci)
c) Mengusap tangan kanan hingga siku-siku dengan debu
d) Mengusap tagan kiri hingga siku-siku dengan debu.
4) Hikmah Taharah
a) Orang yang hidup bersih akan terhindar dari segalam
macam penyakit karena kebanyakan sumber penyakit
berasal dari kuman dan kotoran.
b) Rasulullah SAW bersabda bahwa orang yang selalu
menjaga wudu akan bersinar wajahnya kelak saat
dibangkitkan dari kubur.
c) Dapat dijadikan sarana untuk lebih mendekatkan diri
kepada Allah SWT.
d) Rasulullah SAW menegaskan bahwa kebersihan itu
sebagian dari iman dan ada ungkapan bijak pula
mengatakan “kebersihan pangkal kesehatan”
e) Kebersihan akan membuat kita menjalani hidup dengan
lebih nyaman.
C. Media Pembelajaran Audio Visual
1. Pengertian Media Audio Visual
37
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi ke Tiga (2000:76) kata
audio yang berarti bersifat dapat didengar dan dapat dilihat (alat peraga) atau
sejenisnya yang dapat dilihat dan didengar. Adapun arti media audio adalah
media yang mempunyai unsur suara atau hanya mengandalkan indera
pendengaran. Media visual ini ada yang menampilkan media audio gerak dan
media audio diam, seperti radio, tape recorder, dan CD.
b. Arti media visual
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga (2000:1262) kata
visual yang berarti dapat dilihat dapat didengar panca indera penglihatan mata.
Adapun media visual adalah yang mempunyai dua unsur, yaitu gambar dan
suara atau hanya mengandalkan indera penglihatan, seperti LCD, OHP, film
slide. Jenis media ini mempunyai kemampuan yang lebih baik, karena
meliputi kedua jenis media yang pertama dan yang kedua seperti TV, video,
movie, film, strip (film rangkai), slides (film bingkai), foto, gambar atau
lukisan, cetakan.
c. Pengertian media pembelajaran audio visual
Media pembelajaran audio adalah media pembelajaran yang digunakan
untuk menyalurkan pesan lewat indera pendengaran. Diantara jenis media ini
media rekaman dan media audio dan radio. Media audio merupakan bentuk
media pengajaran yang murah dan terjangkau, serta penggunaan juga tidak
rumit. Sedangkan media pembelajaran audio visual adalah media yang
38
pendengaran. Diantara jenis media ini adalah media film, video, dan televisi
(TV).
2. Pengembangan Media Pembelajaran Audio Visual
Adapun pengembangan media pembelajaran yang dikembangkan yang
dikemukakan oleh Sukirman (2011:55-241) adalah sebagai berikut:
a. Pengembangan Media Pembelajaran Berbasis Audio
Adalah media pembelajaran yang digunakan untuk menyalurkan
pesan lewat indera pendengaran.
b. Pengembangan Media Pembelajaran Berbasis Audio Visual
Adalah media penyaluran pesan dengan memafaatkan indera
pendengaran dan penglihatan.
c. Pengembangan Media Pembelajaran Berbasis Komputer
Adalah suatu alat produk sains dan tekhnologi yang merupakan
satu mesin elektronik yang dapat menerima arahan atau data
digital, memprosesnya, menyimpan dan mengeluarkan hasil dari
data yang diproses.
3. Kelebihan dan Kekurangan Media Pembelajaran Audio Visual
a. Kelebuhan Media Pembelajaran Audio Visual adalah sebagai
berikut:
1) Diciptakan untuk kebutuhan media pembelajaran yang bersifat
teori serta praktek.
2) Media pembelajaran audio visual ini berisi tentang
39
3) Sistem pembelajaran lebih interaktif.
4) Mampu menggunakan teks, suara, video, animasi dalam suatu
kesatuan.
5) Mampu memvisualisasikan materi yang abstrak.
6) Media penyimpanan yang relative mudah dan fleksibel.
7) Membawa objek yang sangat besar dalam lingkungan kelas.
8) Menampilkan objek yang tidak bisa dilihat oleh mata telanjang.
b. Kekurangan Media Pembelajaran Audio Visual adalah sebagai
berikut:
1) Dalam pembuatannya memerlukan waktu yang lama.
2) Tidak semua peserta didik mampu mengikuti pembelajaran
media audio visual.
3) Banyaknya waktu untuk mempersiapkan alat yang ingin
digunakan.
D. Efektivitas Pengembangan Media Pembelajaran Audio Visual
Berdasarkan kelebihan, kemudahan dan keunggulan Audio Visual di atas
maka penulis membuat media pembelajaran interaktif dengan menggunakan
media Audio Visual berbasis multiple intelligences sebagai berikut:
1. Efektifitas Media Pembelajaran Media Audio Visual
Merupakan salah satu yang dapat digunakan untuk membuat presentasi
40
Power Point dapat digunakan dalam menyiapkan bahan ajar yang
berhubungan dengan materi Taharah.
2. Media Pembelajaran Interaktif Audio Visual Yang Dikembangkan
Dalam kesempatan ini penulis merancang media pembelajaran PAI
menggunakan media Audio Visual yang berbasis multiple intelligences
yang penulis harapkan dapat bermanfaat untuk membantu siswa dalam
memahami materi Taharah dan siswa dapat belajar sesuai dengan
kecerdasan menonjol di kelas tersebut, siswa dapat belajar secara
menyenangkan sehingga dengan pemahaman yang matang siswa dapat
menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
E. Multiple Intelligences
1. Konsep Multiple Intelligences
Teori multiple intelligences digagas oleh seorang tokoh psikologi asal
Amerika Serikat yaitu Howard Gardner pada tahun 1983. Menurut
Howard Gardner (1983), kecerdasan lebih berkaitan dengan ka[asitas
memecahkan masalah dan menciptakan produk yang kondusif dan
alamiah. Pada akhirnya teori multiple intelligences dipublikasikan dalam
buku frames of mind (1983) dan Intelligences Reframed (1999). Dalam
teori multiple intelligences Gardner membagi kecerdasan manusia menjadi
delapan jenis, yaitu :
a. Kecerdasan Verbal Linguistik
Menurut Baun, Viens dan Stalin dalam Muhammad Yaumi
41
menggunakan Bahasa-bahasa termasuk Bahasa ibu dan Bahasa asing
untuk mengekspresikan apa yang ada di dalam pikiran dan memahami
orang lain. Thomas Armstrong (2000:2) berpendapat bahwa
kecerdasan verbal-linguistik mencakup kemampuan untuk
menggunakan kata secara efektif baik secara lisan maupun tertulis.
Jadi dapat disimpulkan bahwa kecerdasan verbal-linguistik adalah
kemampuan dalam menggunakan Bahasa dan kata-kata secara efektif
baik secara lisan maupun tertulis untuk mengekspresikan dirinya dan
memecahkan masalah.
Jadi anak yang mempunyai kecerdasan verbal-linguistik yang
tinggi akan mampu bercerita dengan baik, menulis lebih baik dari
rata-rata anak seusianya dan mempunyai kosakata lebih banyak
daripada anak-anak pada umumnya. Selain itu anak yang mempunyai
kecerdasan verbal-linguistik yang tinggi juga senang terhadap
permainan yang melibatkan kata-kata, sangat menyukai membaca
buku dan suka mendengar cerita tanpa melihat buku.
Anak yang unggul dalam kecerdasan ini juga cenderung memiliki
daya ingat yang tinggi, misalnya terhadap nama-nama orang,
istilah-istilah maupun hal yang sifatnya rinci. Mereka juga cenderung lebih
mudah belajar melalui mendengarkan dan verbalisasi. Dalam hal
penggunaan suatu Bahasa baru anak yang mempunyai kecerdasan
verbal-linguistik yang tinggi mempunyai kemampuan yang lebih
42
b. Kecerdasan Logis-matematis.
Kecerdasan logis-matematis memuat kemampuan seseorang
dalam berfikir secara induktif dan deduktif, berpikir menurut aturan
logika, menganalisis pola angka-angka, serta memecahkan masalah
dengan kemampuan berpikir. Menurut Muhammad Yaumi (2012: 15),
kecerdasan logis-matematis adalah kemampuan yang berkenaan
dengan rangkaian alasan, mengenal pola-pola dan aturan. Jadi dapat
disimpulkan bahwa kecerdasan logis-matematis adalah kemampuan
seseorang dalam berpikir secara aturan logika dan mengenal pola-pola
angka untuk memecahkan masalah.
Anak yang unggul dalam kecerdasan ini sangat menyukai
bermain dengan bilangan dan menghitung, baik dalam urusan problem
solving sangat suka melakukan percobaan. Selain itu menurut Julia
Jasmine (2007 : 19), orang yang memiliki kecerdasan logis-matematis
gemar bekerja dengan data seperti mengumpulkan dan
mengorganisasi, menganalisis serta mengintrepetasikan,
menyimupulkan dan kemudian meramalkan. Anak yang uggul dalam
kecerdasan juga menyukai permainan yang banyak melibatkan
kegiatan berpikir aktif seperti catur dan bermain teka-teki.
c. Visual-spassial
Kecerdasan visual-spasial adalah kemampuan memepersepsi dan
mentransformasikan dunia spasial-visual secara akurat. Kecerdasan ini
43
antar unsur tersebut (Thomas Armstrong: 2012). Kemampuan ini juga
termasuk untuk memahami secara lebih mendalam antara objek dan
ruang. Jadi dapat disimpulkan bahwa kecerdasan isual-spasial adalah
kemampuan untuk mempersepsi dan memahami secara lebih
mendalam unsur visual-spasial seperti warna, garis, bentuk, ruang
serta hubungan antar unsur tersebut.
Anak yang mempunyai kecerdasan ini cenderung lebih mudah
belajar melalui sajian-sajian visual seperti film, gambar, video dan
peragaan yang menggunakan metode serta slide. Selain itu mereka
gemar menggambar, melukis, atau mengukir gagasan-gagasan yang
ada di kepala dan sering menyajikan suasana hatinya melalui seni.
d. Kecerdasan Musikal
Kecerdasan musikal memuat kemampuan untuk peka terhadap
suara-suara non verbal yang ada disekelilingnya termasuk nada dan
irama. Muhammad Yaumi (2012: 19) mengatakan kecerdasan visual
meliputi kemampuan untuk mempersepsi dan memahami, mencipta
serta menyanyikan bentuk-bentuk musikal. Kecerdasan ini juga
mencakup kemampuan menciptakan dan mengekspresi irama, pola
nada serta apresiasi bentuk-bentuk ekspresi musikal.
Anak yang unggul dalam kecerdasan ini sangat peka terhadap
suara atau bunyi, lingkungan dan juga musik. Mereka sering
bernyanyi, bersiul atau bersenandung ketika melakukan aktivitas.
44
yang indah. Mereka juga lebih mudah mengingat sesuatu dan
mengekspresikan gagasan-gagasan apabila dikaitkan dengan musik.
e. Kecerdasan Kinestetik
Kecerdasan Kinestetik adalah kemampuan untuk menggunakan
seluruh tubuh dalam mengekspresikan ide, perasaan dan
menggunakan tangan untuk menghasilkan atau mentransformasi
sesuatu. Kecerdasan ini mencakup keterampilan khusus seperti
koordinasi, keseimbangan, ketangkasan, kekuatan, fleksibilitas dan
kecepatan. Kecerdasan ini juga meliputi keterampilan untuk
mengontrol gerakan-gerakan tubuh dan kemampuan untuk
memanipulasi objek. (Sonowat dan Gogri, 2008).
Seseorang yang mempunyai kecerdasan kinestetik yang unggul
sangat baik dalam keterampilan jasmaninya baik dengan
menggunakan otot besar maupun otot kecil, dan mereka memyukai
aktivitas fisik maupun olahraga. Mereka lebih nyaman
mengkomunikasikan informasi melalui peragaan atau demonstrasi.
Mereka dapat mengungkapkan emosi dan suasana hatinya melalui
gerakan tubuh.
f. Kecerdasan Interpersonal
Kecerdasan intrapersonal aadalah kemampuan untuk
memepersepsi dan membedakan suasana hati, maksud, motivas, serta
perasaan orang lain. Menurut Thomas Armstrong (2002: 4),
45
gerak isyarat dan kemampuan membedakan berbagai maca tanda
intrapersonal dari orang lain. Kecerdasan intrapersonal ditampakkan
pada kegembiraan berteman dan kesenangan dalam berbagai macam
aktivitas serta kegiatan yang melibatkan banyak orang.
Seseorang yang mempunyai kecerdasan interpersonal tinggi
menyukai dan menikmati bekerja berkelompok, belajar sambil
berinteraksi dan bekerja sama dengan orang lain. Mereka juga akan
mudah berinteraksi dan bersosialisasi dengan orang lain sehingga
seseorang yang mempunyai kecerdasan interpersonal tinggi biasanya
mempunyai banyak teman akrab.
g. Kecerdasan Intrapersonal
Kecerdasan intrapersonal tercermin dalam kesadaran mendalam
akan perasaan batin. Inilah kecerdasan yang memungkinkan seseorang
memahami diri sendiri, kemampuan dan pilihannya sendiri. (Julia
Jasmine: 2007). Kecerdasan Intrapersonal menunjukkan kemampuan
memahami diri yang akurat, kesadaran akan suasana hati, maksud,
temperamen dan keinginan serta kemampua berdisiplin diri dan
memnghargai diri sendiri.
Seseorang yang mempunyai kecerdasa intrapersonal tinggi
cenderung mampu mengenali kekuatan maupun kelemahan yang ada
pada diri sendiri. Anak semacam ini senang melakukan introspeksi
diri, mengreksi kemampuan maupun kelemahannya, kemudian
46
menyukai kesunyian dan kesendirian, merenung dan berdialog dengan
dirinya sendiri.
h. Kecerdasan Naturalis
Kecerdasan naturalis adalah kemampuan untuk melakukan
kategorisasi dan membuat tingkatan terhadap keadaan organisme
seperti tumbuh-tumbuhan, hewan dan alam. Menurut Muhammad
Yaumi (2002: 23), komponen kecerdasan naturalis adalah kepekaan
terhadap alam, keahlian membedakan anggota-anggota spesies,
mengenali eksistensi spesies lain dan memetakan hubungan antara
spesies baik secara formal maupun informal.
Salah satu ciri yang ada pada anak-anak yang unggul dalam
kecerdasan naturalis adalah kesenangan mereka akan alam, binatang
misalnya berani mendekati, memegang, mengelus bahkan memiliki
naluri untuk memelihara. Anak yang memiliki kecerdasan seperti ini
cenderung senang mengobservasi lingkungan alam seperti aneka
macam bebatuan, jenis-jenis lapisan tanah serta aneka macam flora
dan fauna.
2. Gaya Belajar Siswa Menurut Teori Multiple Intelligences
Dalam multiple intelligences dikenal beragam gaya belajar siswa
menurut jenis kecerdasan yang mereka miliki. Menurut Thomas
Armstrong (2004: 77), gaya belajar siswa dalam multiple intelligences
meliputi:
47
Cara belajar terbaik anak-anak yang berbakak dalam bidang ini
adalah dengan mengucapka, mendengar dan melihat kata-kata. Cara
terbaik untuk memotivasi mereka di rumah termasuk berbicara dengan
mereka, menyediakan banyak buku, rekaman dan kaset kata-kata yang
diucapkan, serta berikan kesempatan mereka untuk banyak menulis.
b. Belajar dengan cara logis-matematis
Anak-anak yang memiliki kelebihan dalam kecerdasan jenis ini
belajar dengan membentuk konsep dan mencari pola serta hubungan
abstrak. Berikan mereka materi konkret yang bisa dijadikan bahan
percobaan, waktu yang melimpah untuk memperlajari gagasan baru,
kesabaran dalam menjawab rasa ingin tahu mereka dan jawaban logis
untuk jawaban yang diberikan.
c. Belajar dengan cara spasial
Anak-anak yang unggul dalam bidang ini paling efektif belajar
secara visual melalui gambar, slide atau video. Mereka perlu diajari
melalui gambar, metafora visual dan warna. Cara terbaik untuk
memotivasi mereka adalah melalui media seperti film, slide, video,
diagram, peta dan grafik, serta beri kesempatan pada mereka untuk
menggambar dan melukis.
d. Belajar dengan cara kinestetik
Anak-anak yang berbakat dalam kecerdasan ini belajar dengan