• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MAPEL PAI MATERI TAHARAH MELALUI MEDIA AUDIO VISUAL BERBASIS MULTIPLE INTELLIGENCES KELAS VII SEMESTER 1 DI SMP NEGERI 3 SALATIGA TAHUN PELAJARAN 20172018 SKRIPSI Diajukan Untuk Memperoleh Gelar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENINGKATAN HASIL BELAJAR MAPEL PAI MATERI TAHARAH MELALUI MEDIA AUDIO VISUAL BERBASIS MULTIPLE INTELLIGENCES KELAS VII SEMESTER 1 DI SMP NEGERI 3 SALATIGA TAHUN PELAJARAN 20172018 SKRIPSI Diajukan Untuk Memperoleh Gelar"

Copied!
163
0
0

Teks penuh

(1)

i

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MAPEL PAI MATERI

TAHARAH

MELALUI MEDIA AUDIO VISUAL BERBASIS

MULTIPLE INTELLIGENCES KELAS VII SEMESTER 1

DI SMP NEGERI 3 SALATIGA TAHUN PELAJARAN

2017/2018

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd)

Oleh :

KURNIA LUTHFIYANI

NIM 11113009

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

(2)
(3)
(4)
(5)

v

MOTTO

“Jika guru memperhatikan dan memfasilitasi kecerdasan dan gaya belajar siswa, maka tidak akan ada pelajaran yang sulit” (Munif Chatib)

“Hargailah setiap potensi dan bakat yang ada pada dirimu, itulah salah satu cara menikmati indahnya hidup” (Penulis)

“Sejatinya fungsi sekolah adalah : Bukan seberapa cerdas anda, melainkan bagaimana anda menjadi cerdas ”

(6)

vi

PERSEMBAHAN

Skripsi ini penulis persembahkan kepada pihak-pihak yang mempunyai peranan

penting dalam hidupnya

1. Kedua orang tuaku Alm Bapak Widarto dan Ibu Sri Daryati terimakasih

telah menjadi orang tua yang baik yang telah mendidiku, merawatku

dengan penuh kasih sayang dan penuh kesabaran yang tak ternilai

harganya.

2. Adikku Arif Kurniawan dan Nenek Sri Widarti serta keluargaku dan

saudara-saudaraku yang selama ini telah setia mendukung dan memberi

semangat untuk mengerjakan skripsi ini sehingga skripsi ini selesai.

3. Ahmad Ajib Ulumuddin yang selama ini telah setia mendukung,

membantu dan memberi semangat penulis untuk mengerjakan skripsi ini

sehingga skripsi ini selesai.

4. Institut Agama Islam Negeri Salatiga, dimana tempat yang telah penulis

pilih untuk menuntut ilmu. Semoga ilmu yang di peroleh penulis dapat

bermanfaat bagi orang lain dan diri sendiri.

5. Untuk sahabat-sahabatku seperjuangan, Nurkhayati, Fitri, Vina, Galuh

yang selalu memberi saya semangat dengan ikhlas dan membantuku.

6. Seluruh teman-teman seperjuangan khususnya PAI angkatan 2013

(7)

vii

(8)
(9)

ix

DAFTAR ISI

SAMPUL ... i

LEMBAR BERLOGO ... ii

JUDUL ... iii

PERSETUJUAN PEMBIMBING... iv

PENGESAHAN KELULUSAN ... v

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Hipotesis Tindakan dan Indikator Keberhasilan ... 6

(10)

x

3. Bentuk-Bentuk Belajar ... 25

4. Hasil Belajar ... 26

B. Pendidikan Agama Islam ... 28

1. Pengertian Pendidikan Agama Islam ... 28

2. Fungsi dan Tujuan Pendidikan Agama Islam ... 29

3. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam ... 32

4. Materi pelajaran PAI Kelas VII Taharah. ... 32

C. Media Pembelajaran Audio Visual……… 37

1. Pengertian Media Audio Visual………. 37

2. Pegembangan Media Audio Visual……… 38

3. Kelebihan dan Kekurangan Media Audio Visual……….. 39

4. Efektifitas Pengembangan Media Audio Visual……… 40

D. Multiple Intelligences ... 40

1. Konsep Multiple Intelligences ... 40

2. Gaya Belajar Siswa Menurut Teori Multiple Intelligences ... 47

3. Strategi Pembelajaran Berbasis Multiple Intelligences ... 50

4. Langkah-langkah Strategi Pembelajaran Berbasis Multiple Intelligences ... 51

5. Karakteristik Strategi Pembelajaran Berbasis Multiple Intelligences ... 53

6. Relevansi Multiple Intelligences dengan PAI dan Penerapannya dalam Pembelajaran PAI ... 53

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN A. Tempat dan Subyek Penelitian ... 56

1. Tempat Penelitian ... 56

2. Subyek Penelitian... 67

B. Deskripsi Pelaksanaan Siklus I ... 69

(11)

xi

2. Tindakan ... 70

3. Pengamatan ... 72

4. Refleksi ... 72

C. Deskripsi Pelaksanaan Siklus II ... 72

1. Perencanaan ... 72

2. Tindakan ... 73

3. Pengamatan ... 74

4. Refleksi ... 74

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 75

1. Kondisi Pra Siklus ... 75

2. Analisis Data Siklus I ... 78

3. Analisis Data Siklus II ... 86

B. Pembahasan... 91

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 99

B. Saran ... 99

(12)

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1.Tes Kecerdasan Majemuk

Lampiran 2.Hasil Tes Kecerdasan Majemuk

Lampiran 3.RPP Siklus I

Lampiran 4.RPP Siklus II

Lampiran 5. Lampiran 5 Nilai Hasil Belajar Pra Siklus

Lampiran 6. Nilai Hasil Belajar Siklus 1

Lampiran 7. Nilai Hasil Belajar siswa siklus II

Lampiran 8. Nilai Hasil Belajar Pra Siklus, Siklus I dan II

Lampiran 9. Lembar Observasi Guru Siklus I

Lampiran 10. Lembar Observasi Guru Siklus II

Lampiran 11. Lembar Observasi Siswa Siklus 1

Lampiran 12. Lembar Observasi Siswa Siklus II

Lampiran 13. Foto Kegiatan Pembelajaran

Lampiran 14.Permohonan Izin Penelitian

Lampiran 15.Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian

Lampiran 16.Lembar Konsultasi

Lampiran 17. Pembimbing Skripsi

(13)

xiii

Lampiran 19. Daftar Riwayat Hidup Penulis

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1.Daftar Siswa

Tabel 4.1.Nilai Hasil Ulangan Harian PAI Siswa (Pra Siklus)

Tabel 4.2.Hasil Pengamatan Guru pada Siklus I

Tabel 4.3.Data Prestasi Belajar Siswa Sikluis I

Tabel 4.4.Hasil Pengamatan Guru pada Siklus II

Tabel 4.5.Data Prestasi Belajar Siswa Siklus II

Tabel 4.6.Hasil Rekapitulasi Nilai-nilai pada Pra Siklus, Siklus I dan

Siklus II

(14)
(15)

1

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Keberhasilan pendidikan tidak dapat dilepaskan dari proses pembelajaran

yang sedang berlangsung, yaitu di dalamnya meliputi beberapa komponen

yang saling terkait. Komponen tersebut adalah guru (pendidik), siswa (peserta

didik), materi (bahan), media (alat/sarana), dan metode atau pola

penyampaian. Dalam proses pembelajaran seorang guru dituntut untuk dapat

menciptakan dan menggunakan berbagai macam strategi agar pembelajaran

tidak membosankan bagi siswa. Akan tetapi sejauh ini proses pembelajaran

yang berlangsuung dalam dunia pendidikan masih berpusat pada guru

(teacher centered), bukan pada siswa (student centered). Siswa cenderung

hanya duduk, mendengarkan, mencatat dan menghafal apa yang disampaikan

oleh guru. Pola seperti ini menyebabkan siswa kurang bisa

mengaktualisasikan dirinya dan pembelajaran menjadi kurang aktif dan

kurang sesuai dengan cara belajar yang disukai oleh siswa.

Menurut Thomas Armstrong (2002: 79), dikelas yang menerapkan teori

Multiple Intelligences guru selalu mengubah metode presentasi dalam

mengajar mulai dari metode yang mengakomodasi kecerdasan musical dan

seterusnya. Guru yang menerapkan metode Multiple Intelligences dalam

(16)

2

sebuah materi, memutarkan musik pada saat-saat tertentu selama belajar, baik

untk mempersiapkan kondisi yang dibutuhkan untuk mencapai sasaran,

menyiapkan tugas atau membangun suasana belajar. Guru dikelas kecerdasan

majemuk juga mengajak siswa untuk menstimulasi gerak tubuh mereka

dalam pembelajaran agar materi yang dipelajari terasa lebih nyata. Guru yang

menerapkan Multiple Intelligences dalam pembelajaran juga meminta siswa

menjalin interaksi satu sama lain dengan berbagai macam cara, misalnya

berpasangan, membentuk kelompok, berdiskusi dan lain-lain. Uraian Thomas

Armstrong di atas menunjukkan bahwa penerapan teori Multiple Intelligences

dalam pembelajaran dapat membangun suasana belajar menjadi lebih

menyenangkan dan memudahkan siswa dalam memahami materi. Hal

tersebut tentunya akan berimbas pada meningkatkan motivasi dan prestasi

maupun hasil belajar siswa.

Keberhasilan guru dalam menyampaikan materi sangat tergantung

interaksi antara guru dan siswanya. Guru harus menyiapkan kondisi yang

kondusif untuk meminati PAI, dengan tidak mengabaikan

komponen-komponen lain dalam lingkungan proses belajar mengajar, termasuk keadaan

siswa, media pembelajaran, metode dan sumber-sumber belajar lainnya.

SMP Negeri 3 Salatiga merupakan salah satu lembaga pendidikan yang

terus berusaha untuk meningkatkan kualitas pembelajarannya. Namun

demikian, teori ceramah tetap menjadi pilihan di banyak kesempatan belajar

mengajar. Khususnya untuk mata pelajaran Pendidikan Agama Islam, teori

(17)

3

kalangan siswa-siswi di lembaga ini, maka tidak sedikit siswa yang merasa

bosan ketika menerima pelajaran Pendidikan Agama Islam di kelas. Menurut

hasil observasi dan analisis dokumentasi serta wawancara terhadap guru PAI

kelas VII, peneliti menemukan beberapa permasalahan. Pertama, penggunaan

metode ceramah dan tanya jawab yang masih mendominasi dalam proses

pembelajaran. Hal ini menunjukkan bahwa siswa yang memiliki kecerdasan

linguistic lebih diperhatikan daripada siswa yang memiliki kecerdasan

logis-matematis, visual, musical, intrapersonal, dan interpersonal. Kedua, masih

kurang diperhatikannya pengelolaan kelas dalam pembelajaran sehingga

masih ada sebagian siswa yang asyik bermain dengan teman sebangkunnya

saat pelajaran sedang berlangsung. Ketiga, kurangnya penggunaan media

belajar yang konkret dan menarik perhatian siswa dalam pembelajaran

sehingga sebagian materi belum bias dipahami siswa. Keempat, belum pernah

digunakannya strategi pmbelajaran berbasis multiple intelligences sehingga

dalam mengajar guru kurang memperhatikan kecerdasan dari para siswa.

Kurang diperhatikannya kecerdasan yang beragam ternyata berakibat

negative bagi siwa. Hal ini bisa dilihat dalam proses pembelajaran dimana

para siswa cepat merasa bosan pada saat guru menjelaskan materi pelajaran

dan mereka kurang bersemangat dalam mengikuti pembelajaran sehingga

prestasi belajar juga kurang memuaskan. Masalah yang dihadapi siswa saat

ini adalah sedikitnya minat untuk belajar sehingga masih jarang siswa yang

mempunyai prestasi belajar tinggi. Demikian halnya yang terjadi dalam

(18)

4

Hidup jadi Nyaman merupakan salah satu sub bab mata pelajaran yang

terhimpun dalam pendidikan Agama Islam yang diajarkan diberbagai jenjang

pendidikan yang bernafaskan Islam selain itu dalam pembelajaran materi

tersebut juga memiliki peranan yang penting dalam kehidupan sehari-hari

dengan mempelajari tersebut siswa dapat mengetahui tentang pentingnya

kebersihan dan cara bersuci dengan benar.

Dalam penyampaian materi, biasanya guru menggunakan metode yang

monoton seperti metode ceramah, dimana siswa hanya duduk, mencatat, dan

mendengarkan apa yang disampaikannya dan sedikit peluang bagi siswa

untuk bertanya, sehingga siswa merasa jenuh dalam mengikuti proses

pembelajaran. Siswa tidak diberikan kesempatan untuk belajar berdasarkan

kecerdasan mereka, siswa tidak diajak untuk memperagakan cara bersuci

dengan benar sehingga materi yang siswa dapat tidak dipahami secara nyata.

Dengan demikian, suasana pembelajaran menjadi tidak kondusif karena

siswa menjadi pasif. Kondisi seperti itu terjadi pula pada kegiatan

pembelajaran mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di kelas VII SMP

Negeri 3 Salatiga. Kondisi awal kegiatan belajar mengajar di kelas tersebut

untuk mata pelajaran Pendidikan Agama Islam menunjukkan hasil belajar

siswa yang belum mencapai kriteria ketuntasan belajar (KKM).

Oleh karena itu peneliti bersama guru PAI ingin mencoba merubah model

pembelajaran yang lebih variatif dan sesuai dengan minat siswa sehingga

menarik minat siswa untuk menerima pelajaran Pendidikan Agama Islam

(19)

5

Dipilihnya strategi pembelajaran berbasis Multiple Intelligences dalam

pembelajaran PAI karena selain konsep atau teori tentang Multiple

Intelligences banyak digagas dan dibahas oleh para ahli pendidikan atau

psikologi dan dianggap memiliki urgensi yang tinggi dalam proses

pendidikanakan tetapi juga dilatarbelakangi oleh kepentingan peneliti untuk

mempraktikkan dan membuktikan teori tersebut dalam dunia pendidikan

secara langsung sehingga peneliti mengetahui lebih jelas bagaimana hasilnya,

apa saja kelebihan atau faktor-faktor pendukungnya, dan faktor-faktor yang

menghambat atau kekurangannya, untuk kemudian dapat dijadikan wacana

baru tentang pembelajaran Multiple Intelligences ini di dalam dunia

pendidikan terutama PAI.

Berdasarkan penjelasan diatas tergambar bahwa diperlukan upaya untuk

meningkatkan prestasi belajar PAI. Oleh karena itu penelitian ini ingin

meningkatkan prestasi belajar itu melaui strategi pembelajaran multiple

intelligences melalui tindakan kelas yang berjudul “PENINGKATKAN

HASIL BELAJAR PAI MATERI TAHARAH MELALUI MEDIA

AUDIO VISUAL BERBASIS MULTIPLE INTELLIGENCES KELAS VII

SEMESTER 1 DI SMP NEGERI 3 SALATIGA TAHUN PELAJARAN

(20)

6

B. Rumusan Masalah

Dari pemaparan latar belakang di atas maka dapat di tarik permasalahan

dalam penelitian ini yaitu: Apakah media audio visual berbasis multiple

intelligences (kecerdasan majemuk) dapat meningkatkan hasil belajar PAI

materi Taharah siswa kelas VII SMP Negeri 3 Salatiga Tahun Ajaran

2017/2018?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian yang ingin dicapai dalam penelitian tindakan

kelas ini adalah : Untuk mengetahui apakah media audio visual berbasis

multiple intelligences (kecerdasan majemuk) dapat meningkatkan haasil

belajar PAI materi Taharah siswa kelas VII SMP Negeri 3 Salatiga Tahun

Ajaran 2017/2018.

D. Hipotesis Tindakan dan Indikator Keberhasilan

1. Hipotesis Tindakan

Hipotesis berasal dari dua kata hypo yang berarti di bawah (lemah),

tesis yang berarti kebenaran. Hipotesis penelitian adalah rangkuman atau

kesimpulan-kesimpulan teoritis yang diperoleh dari pengkajian

kepustakaan. Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap masalah

penelitian secara teoritis dianggap paling mungkin tinggi tingkat

kebenarannya. Hipotesis tindakan dipahami sebagai satu dugaan tentang

(21)

7

2008:90). Adapun hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah

penerapan strategi pembelajaran multiple intellegences dapat

meningkatkan prestasi belajar Pendidikan Agama Islam pada siswa kelas

VII SMP Negeri 3 Salatiga tahun 2017.

2. Indikator Keberhasilan

Indikator keberhasilan tindakan dan penelitian ini dapat diamati

apabila subyek penelitian terjadi perubahan. Perubahan tersebut berupa

peningkatan hasil belajar yang dicapai setelah dilakukan tindakan

berupa pemberian layanan pembelajaran menggunakan strategi

pembelajaran multiple intelligences.

Keberhasilan dalam penelitian ini apabila terjadi perubahan prosentase

mencapai 85%. Perubahan jika diperoleh setelah siswa telah

mendapatkan layanan pembelajaran pada setiap siklusnya dan telah

mencapai KKM yaitu 70.

E. Kegunaan Penelitian

Selanjutnya penelitian ini diharapkan mempunyai menfaat yang bersifat

teoritis maupun praktis, manfaat penelitian ini antara lain :

1. Manfaat teoritis

Penelitian ini berusaha memberikan kontribusi positif sebagai

informasi dan menambah wawasan dalam khazanah keilmuan tentang

multiple inteliigences yang dapat memperbaiki dan meningkatkan system

pembelajaran di kelas yaitu pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam

(22)

8 2. Manfaat praktis

a. Bagi Siswa

Membantu mempermudah pemahaman dan memotivasi belajar

siswa serta menjadikan pelajaran PAI dapat diaplikasikan dalam

kehidupan sehari-hari.

b. Bagi Guru

Sebagai motifasi guru untuk meningkatkan kreatifitas proses

pengajaran serta menambah wawasan tentang pembelajaran berbasis

multiple Intelligences.

c. Bagi Sekolah

Didapatkannya masukan bagi sekolah untuk perbaikan proses

pembelajaran menjadi lebih baik dan dapat meningkatkan mutu dari

sekolah.

d. Bagi Peneliti

Menambah pengetahuan dan wawasan peneliti tentang strategi

pembelajaran berbasis multiple intelligences.

F. Definisi Operasional

Untuk menghindari kesalahpahaman terhadap judul skripsi ini perlu

kiranya penulis memberi penegasan istilah-istilah yang digunakan dalam

(23)

9

1. Hasil Belajar

Menurut Winkel (1995 : 53), bahwasanya belajar menghasilkan

perubahan-perubahan dalam pengetahuan-pemahaman, keterampilan dan

nilai sikap. Perubahan itu bersifat secara relativ konstan dan berbekas.

Dapat diambil kesimpulan bahwa peningkatan hasil belajar adalah

penambahan dan perubahan perilaku peserta didik dalam pengetahuan

pemahaman, keterampilan, kemampuan dan nilai sikap serta kualitas

maupun kuantitas agar menjadi lebih baik setelah melakukan kegiatan

proses belajar mengajar pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam.

Secara kuantitatif ditandai dengan meningkatnya nilai rata-rata kelas

setelah diadakan tes formatif. Sedangkan secara kualitatif perubahan

ditandai dengan perilaku dan sikap.

2. Pendidikan Agama Islam

Pendidikan Agama Islam adalah suatu usaha untuk membina dan

mengasuh peserta didik agar senantiasa dapat memahami kandungan

ajaran Islam secara menyeluruh, mengkhayati makna tujuan, yang pada

akhirnya dapat mengamalkan serta menjadikan Islam sebagai pandangan

hidup. (Majid, Abdul. 2012:1)

Pendidikan Agama Islam adalah proses membimbing dan membina

(24)

10

peserta didik sebagai muslim yang sempurna (Nizar, Samsul dan Rasyidin.

2005:38).

Jadi, Pendidikan Agama Islam adalah usaha sadar yang dilakukan

pendidik dalam mempersiapkan peserta didik untuk meyakini, memahami,

dan mengamalkan ajaran Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran

atau pelatihan secara sempurna untuk mencapai tujuan yang telah

ditetapkan.

3. Media Pembelajaran Audio Visual

Menurut Sukirman (2011: 184) yang dimaksud media

pembelajaran berbasis audio visual adalah media penyaluran pesan dengan

memanfaatkan indra pendengaran dan pengelihatan. Media audio visual

dalam pembelajaran mapel PAI ini menggunakan slide yang berisi materi,

gambar, dan tayangan demontrasi yang bertujuan untuk mengembangkan

aspek sikap dan nilai-nilai maupun kecerdasan yang dimiliki setiap siswa ,

serta menarik gairah (stimulus) peserta didik untuk menyimak lebih dalam.

4. Multiple Intelligences

Teori inteligensi majemuk ditemukan dan dikembangkan oleh

Howard Gardner, seorang psikolog perkembangan dan professor

pendidikan dari Graduate School of Education, Harvard Univercity,

Amerika Serikat. Gardner mendefinisikan inteligensi sebagai kemampuan

untuk memecahkan persoalan dan menghasilkan produk dalam suatu

setting yang bermacam-macam dan dalam situasi yang nyata. Berdasarkan

(25)

11

seseorang untuk menjawab soal-soal tes IQ dalam ruang tertutup yang

terlepas dari lingkungannya. Akan tetapi inteligensi memuat kemampuan

seseorang untuk memecahkan masalah persoalan yang nyata dan dalam

situasi yang bermacam-macam. Gadner menekankan pada kemampuan

memecahkan persoalan yang nyata, karena seseorang memiliki

kemampuan intelligensi yang tinggi bila ia dapat menyelesaikan persoalan

hidup yang nyata, bukan hanya dalam teori. Semakin seseorang terampil

dan mampu menyelesaikan persoalan kehidupan yang situasinya

bermacam-macam dan kompleks, semakin tinggi inteligensinya.

Penemuan Gardner tentang intelegensi seseorang telah mengubah konsep

kecerdasan. Menurut Gardner, kecerdasan seseorang diukur bukan bukan

dengan tes tertulis, tetapi bagaimana seseorang dapat memecahkan

problem nyata dalam kehidupan. Intelegensi seseorang dapat

dikembangkan melalui pendidikan dan jumlahnya banyak, hal ini berbeda

dengan konsep lama yang menyatakan bahwa inteligensi seseorang tetap

mulai sejak lahir sampai kelak dewasa, dan tidak dapat diubah secara

sigifikan. Bagi Gardner suatu kemampuan disebut inteligensi bila

menunjukkan suatu kemahiran dan ketrampilan seseorang untuk

memecahkan masalah dan kesulitan yang ditemukan dalam hidupnya.

Menurut Gardner dalam diri manusia terdapat spectrum kecerdasan

yang luas. Spektrum kecerdasan itu mencakup tujuh jenis kecerdasan tujuh

jenis kecerdasan yaitu: (1) kecerdasan verbal, (2) kecerdasan visual, (3)

(26)

12

kinestetik, (6) kecerdasan intrapersonal, (7) kecerdasan interpersonal.

Bahkan dalam buku terakhirnya Intelligences Reframed, Gardner

menambahkan tiga jenis kecerdasan lain: kecerdasan naturalis, kecerdasan

eksistensial, dan kecerdasan spiritual. (Efendi, Agus.2005:136)

Berikut ini deskripsi dari kecerdasan-kecerdasan menurut Gardner:

a. Kecerdasan Verbal (Linguistik)

Adalah kemampuan menggunakan kata secara efektif baik

secara lisan (misalnya pendongeng, orator atau politisi) maupun

tertulis (misalnya sastrawan, editor, penulisdrama dan wartawan)

b. Kecerdasan Visual/Spasial (Visual/Spatial Intelligence)

Adalah kemampuan mempersepsi dunia spasial-visual

secara akurat (misalnya sebagian pramuka, pemandu, pemburu)

dan mentranformasikan persepsi dunia spasial-visual tersebut

(missal decorator, desain interior, arsitek, seniman)

c. Kecerdasan Logis Matematis

Adalah kemampuan menggunakan angja dengan baik dan

melakukan penalaran yang benar, misalnya akuntan, pemrogam

computer, ilmuwan, ahli statistic, dll.

d. Keerdasan Musikal

Adalah kemampuan menangani bentuk-bentuk musikal

dengan cara mempersepsi, membedakan, mengubah dan

mengekspresikan, misalnya penyanyi, composer, penikmat music,

(27)

13

e. Kecerdasan Tubuh/Kinestetik (Bodily/Kinesthetic Intellegence)

Adalah keahlian menggunakan seluruh tubuh untuk

mengekspresikan ide dan perasaan, dan ketrampilan menggunakan

tangan untuk menciptakan atau mengubah sesuatu, misalnya

pengrajin, pemahat, penjahit, mekanik, atlit, penari, dll.

f. Kecerdasan Intrapersonal

Adalah kemampuan memahami diri sendiri dan bertindak

berdasarkan pemahaman tersebut

g. Kecerdasan Interpersonal

Adalah kemampuan mepersepsi dn membedakan susasana

hati, maksud, dan motivasi serta perasaan orang lain.

h. Kecerdasan Naturalis

Keahlian mengenai spesies flora dan fauna di lingkungan

sekitar. Dapat mengenali terhadap perubahan-perubahan

lingkunganm misalnya melihat perubahan-perubahan alam.

i. Kecerdasan Spiritual

Kecersadan Spiritual banyak dimiliki oleh para rohaniwan.

Kecerdasan ini berkaitan dengan bagaimana manusia berhubungan

dengan Tuhannya. Menurut Gardner dalam diri seseorang terdapat

kesembilan kecerdasan tersebut, namun untuk orang-orang

tertentu kadang suatu inteligensi lebih menonjol daripada

inteligensi yang lain. Hal itu bukan berarti bahwa inteligensi

(28)

14

lebih menekankan bahwa inteligensi merupakan representasi

mental, bukan karakteristik yang baik untuk menentukan orang

macam apa mereka.

Kesembilan inteligensi yang ada dalam diri seseorang dapat

dikembangkan dan ditingkatkan secara memadai sehingga dapat

berfungsi bagi orang tersebut. Dengan kata lain, inteligensi

bukanlah saesuatu yang tetap atau mati dan tidak dapat

dikembangkan. Oleh karena itu pendidikan mempunyai peranan

yang sangat penting bagi pengembangan inteligensi seseorang

secara maksimal. Dengan demikian, seorang anak yang memiliki

inteligensi kurang di bidang matematis-logis dapat dibantu atau

dibimbing agar dapat mengembangkan dan meningkatkan

kecerdasan logis-matematisnya. Hal inilah yang membedakan

konsep kecerdasan majemuk (multiple inteligensi) dengan konsep

kecerdasan konvensional.

G. Metode Penelitian.

Metode penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan informasi

dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Sukmadinata, 2008:52). Hal ini

menjadi panduan urutan penelitian yang akan dilakukan. Isinya meliputi

rancangan penelitian, subjek penelitian, subjek penelitian, langkah-langkah

penelitian, instrument penelitia, pengumpulan data dan analisis data.

(29)

15

Rancangan penelitian yang ditetapkan berupa penelitian tindakan

kelas. Prosedur dan langkah-langkah penelitian mengikuti prinsip-prinsip

dasar yang berlaku dalam penelitian tindakan.

Menurut Suharsimi Arikunto (2007:2). Penelitian ini terdiri dari 2

siklus, masing-masing siklus terdiri dari perencanaan, pelaksanaan,

pengamatan dan refleksi.

2. Subjek Penelitian

Subjek dari penelitian ini adalah siswa kelas VII C di SMP Negeri 3

Salatiga Tahun Ajaran 2017/2018.

3. Langkah-langkah penelitian

Langkah-langkah prosedur penelitian yang digunakan peneliti adalah

prosedur tindakan kelas Lewin Kemmis dan Mc. Taggart yang terdiri dari

beberapa siklus yaitu perencanaa, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi.

Untuk lebih jelasnya rangkaian ini dapat dilihat pada gambar berikut ini

(30)

16

Gambar 1.1 Siklus Penelitian Perencanaan

Pelaksanaan

Pengamatan

Refleksi Siklus I

Perencanaan

Pelaksanaan

Pengamatan

Refleksi Siklus II

(31)

17 Penjelasan gambar 1.1 :

a. Perencanaan

Perencanaan dalam tahap ini peneliti menjelaskan tentang apa,

mengapa, kapan, di mana, oleh siapa, dan bagaimana tindakan

penelitian tersebut dilakukan.

b. Pelaksanaan Tindakan

Pelaksaan tindakan adalah penerapan rencana yang telah disusun di

kelas yang menjadi sasaran penelitian. Kegiatan awal dalam

pelaksanaan tindakan ini yaitu guru menjelaskan meteri pelajaran

yang akan dikembangkan, kemudian kegiatan intinya adalah guru

memandu penerapan strategi pembelajaran berbasis multiple

intelligences.

c. Pengamatan (Observasi)

Pengamatan dilakukan untuk menelaah seberapa jauh pelaksanaan

strategi pembelajaran berbasis multiple intelligences. mengenai

sasaran. Dalam tahap ini, peneliti mengumpulkan data yang

diperlukan.

d. Refleksi

Refleksi adalah kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang

telah dilakukan. Dalam hal ini peneliti melakukan pengecakkan

sehingga tampak kelemahan dan kekurangan dalam pelaksanaan

(32)

18

Data yang diperoleh dalam proses observasi kemudian

dikumpulkam lalu dianalisis. Berdasarkan hasil analisis tersebut, guru

dapat merefleksikan diri terhadap kegiatan pembelajaran yang telah

dilakukan sehingga dapat diambil landasan untuk pelaksanaan

kegiatan disiklus selanjutnya.

4. Instrument Penelitian

a. Lembar pengamatan untuk siswa dan guru

b. Rencana Pelaksaan Pembelajaran (RPP)

c. Silabus

d. Lembar tes

5. Pengumpulan Data

a. Metode Observasi

Observasi adalah alat untuk memotret seberapa jauh efek tindakan

telah mencapai sasaran (Suyadi, 2010: 63). Metode observasi

dilakukan oleh peneliti untuk melihat pelaksanaan kegiatan di

lapangan dan mengamati peristiwa-peristiwa yang terjadi berkaitan

dengan tujuan penelitian di SMP N 3 Salatiga.

b. Dokumentasi

Metode dokumentasi adalah pendekatan untuk mencari data

mengenai hal-hal yang berupa catata, surat kabar, majalah, buku-buku,

rapat, agenda dan sebagainya. (Arikunto, 2010:274). Peneliti

menggunakan metode dokumentasi untuk mengetahui data terkait

(33)

19

absensi kelas untuk mengetahui data peserta didik, serta data yang

terkait lainnya.

c. Tes

Dalam tekhnik pengumpulan data melalui tes, peneliti membuat

dan menggunakan lembar tes tertulis guna mengetahui sejauh mana

siswa mengetahui menguasai materi.

6. Analisis Data

Setelah data terkumpul, selanjutnya adalah menganalisi data untuk

mengetahui hasil akhir dari penelitian. Menurut Suharsimi Arikunto

(2007: 131) dala Penelitan Tindakan Kelas dalam menganalisi data

menggunakan dua jenis data, sebagai berikut:

a. Data kuantitatif (nilai hasil belajar siswa) yang dapat dianalisis secara

statistik deskriptif. Dalam analisis ini biasanya untuk mencari nilai

rerata dan mencari presentase keberhasilan belajar. Dengan rumus

sebagai berikut:

1) Rumus mencari nilai rerata.

(34)

20

2) Rumus mencari presentase keberhasilan belajar

P =

Keterangan :

P = Angka Presentase

F = frekuensi yang sedang dicari presentasenya

N = Number of Case (jumlaah frekuensi/banyaknya

individu) (Sudijono, 2010: 43)

b. Data kualitatif yaitu data yang berupa informasi yang berbentuk

kalimat yang memeberi gambaran tentang ekspresi siswa tentang

tingkat pemahaman siswa terhadap suatu mata pelajaran (kognitif),

pandangan atau sikap siswa terhadap metode belajar yang baru

(efektif), aktifitas siswa mngikuti pelajaran, perhatian, antusias dalam

belajar, kepercayaan diri, motivasi belajar dan sejenisnya dapat

dianalisi secara deskriptif (Arikunto, 2007)

7. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan skripsi merupakan garis besar penyusunan

skripsi untuk mempermudah jalan pikiran memahami secara keseluruhan isi

skripsi. Untuk mendapatkan gambaran yang jelas dan menyeluruh, sistematika

pembahasan skripsi ini dibagi dalam lima bab :

BAB I : PENDAHULUAN

Pada bab ini berisi tentang Latar Belakang masalah, rumusan masalah,

Tujuan penelitian, Hipotesis Tindakan dan Indikator Keberhasilan, Kegunaan

(35)

21

BAB II : KAJIAN PUSTAKA

Pada bab ini, akan diuraikan pembahasan tentang pengertian Hasil

Belajar, Hakikat Belajar, Proses dan Tahapan Belajar, Bentuk Belajar, Hasil

Belajar, selanjutnya pengertian Pendidikan Agama Islam, fungsi dan tujuan

PAI, ruang lingkup PAI, selanjutnya Pengertian Media Pembelajaran Audio

Visual, Pengembangan Audio Visual, Kelebihan dan Kekurngan Media Audio

Visual, Efektifitas Pengembangan Media Pembelajaran Audio Visual, Materi

Pelajaran PAI Kelas VII Bab Semua Bersih Hidup Jadi Nyaman, membahas

konsep Multiple Intelligences, gaya belajar siswa menurut teori Multiple

Intelligences, Strategi Pembelajaran Berbasis Multiple Intelligences,

Langkah-langkah Pembelajaran Menggunakan Strategi Multiple Intelligences.

Karakteristik Strategi Pembelajaran Berbasis Multiple Intelligences.

Selanjutnya Relevansi Multiple Intelligences (Kecerdasan Majemuk) dengan

PAI dan Penerapannya dalam Pembelajaran PAI.

BAB III : PELAKSANAAN PENELITIAN

Pada bab ini akan diuraikan pembahasan yang berisi tentang

gambaran umum SMP Negeri 3 Salatiga. Memaparkan deskripsi pelaksanaan

siklus awal, hingga siklus akhir.

BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini berisi tentang analisis deskripsi per siklus, dan

pembahasan tiap siklus.

BAB V : PENUTUP

(36)

22

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Hasil Belajar

1. Hakikat Belajar

Belajar merupakan aktifitas yang sangat penting bagi perkembangan

individu. Belajar akan terjadi setiap saat dalam diri seseorang, dimanapun dan

kapanpun proses belajar dapat terjadi. Belajar tidak hanya terjadi di bangku

sekolah, tidak hanya terjadi ketika siswa berinteraksi dengan guru, tidak hanya

terjadi ketika seseorang membaca, menulis, dan berhitung. Belajar sudah terjadi

sejak anak lahir bahkan sebelum lahir atau dikenal dengan Pendidikan prenatal,

dan akan terus berlanjut hingga ajal tiba (Sriyanti, 2011: 16)

Menurut Syah (Skinner, 1985: 64), bahwa belajar adalah suatu proses

adaptasi yang akan mendatngkan hasil yang optimal apabila ia diberi penguat

(reinforcer).

Winkel (1986: 53) menyatakan belajar adalah aktifitas mental/psikis yang

berlangsung dalam interaksi aktif dalam lingkungan, yang menghasilkan

perubahan-perubahan dalam pengetahuan-pemahaman, keterampilan dan

nilai-sikap.

Sriyanti (Syah, 2003: 17) menurut Dictionary of Psychology disebutkan

bahwa belajar memiliki dua definisi. Pertama; belajar memiliki suatu proses untuk

memperoleh pengetahuan. Pengertian kedua, belajar berarti suatu perubahan

kemampuan untuk bereaksi yang relative langgeng sebagai hasil latihan, dan

(37)

23

Berdasarkan definisi-definisi diatas, maka dapat disimpulkan belajar

adalah proses perubahan perilaku seseorang yang berupa sikap, pengetahuan dan

keterampilan melalui pengalaman terhadap suatu objek dalam lingkungannya.

Definisi belajar asasnya ialah: tahapan perubahan perilaku yang relatif positif dan

menetap sebagai hasil interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses

kognitif. Belajar memiliki peranan penting dalam:

a. Melaksanakan kewajiban keagamaan;

b. Meningkatkan derajat kehidupan; serta

c. Mempertahankan dan mengembangkan kehidupan;

2 . Proses dan Tahapan Belajar

a. Proses Belajar

Proses berasal dari dari bahasa latin “processus” yang berarti

“berjalan ke depan”. Kata ini mempunyai konotasi urutan langkah atau

kemajuan yang mengarah pada suatu saran dan tujuan (Syah,2003:109).

Menurut syah (Reber,1988:109) dalam psikologi belajar, proses

berarti cara-cara atau langkah khusus yang dengannya beberapa

perubahan ditimbulkan hingga tercapai hasil-hasil tertentu, istilah

“tahapan perubahan” dapat kita pakai sebagai persamaan kata proses.

Jadi, proses belajar dapat diartkan sebagai tahapan perubahan kognitif,

afektif, dan psikomotorik yang terjadi dalam diri siswa. perubahan

tersebut bersifat positif dalam arti berorientasi ke arah yang lebih maju

dari pada keadaan sebelumnya.

(38)

24

Belajar merupakan aktifitas yang berproses, sudah tentu didalamnya

terjadi perubahan-perubahan yang bertahap. Perubahan-perubahan

tersebut timbul melalui tahap-tahap yang antara satu dengan lainnya

bertalian secara berurutan dan fungsional.

Menurut Syah (Brunner, 1985:110) dalam proses belajar siswa

menempuh tiga tahap, yaitu:

1) Tahap informasi (tahap penerimaan materi):

Dalam tahap informasi seorang siswa yang sedang belajar

memperoleh sejumlah keterangan mengenai materi yang sedang

dipelajari. Diantara informasi yang diperoleh itu ada yang sama

sekali baru berdiri sendiri, ada pula yang berfungsi menambah,

memperhalus, dan memperdalam pengetahuan yang sebelumnya

telah dimiliki.

2) Tahap transformasi (tahap pengubah materi);

Dalam tahap transformasi, informasi yang diperoleh itu dianalisis,

diubah, atau ditransformasikan menjadi bentuk yang abstrak atau

konseptual, supaya kelak pada gilirannya dapat dimanfaatkan bagi

hal-hal yang lebih luas. Bagi siswa pemula, tahap ini akan

berlangsung sulit apabila tidak disertai bimbingan dari guru

pembimbing yang diharapkan kompeten dalam mentransfer strategi

kognitif yang tepat untuk melakukan pembelajaran materi pelajaran

tertentu.

(39)

25

Dalam tahap evaluasi, seorang siswa menilai sendiri sampai sejauh

mana informasi yang telah ditansformasikan tadi dapat

dimanfaatkan untuk memahami gejala atau memecahkan masalah

yang dihadapi.

3. Bentuk-Bentuk Belajar

Bentuk-bentuk belajar menurut materi yang dipelajari bertujuan untuk

menunjukkan salah satu bentuk belajar yang paling ideal. Manusia

membutuhkan semua bentuk belajar menurut fungsinya dapat diketahui

dalam bentuk dinamik, afektif, kognitif, atau senso-motorik, walaupun

dapat dibedakan sesuai dengan fungsinya namu tidak boleh dipisahkan

dan berkaitan satu sama lain, (Winkel,1986:75).

Adapun bentuk-bentuk belajar menurut winkel (1986:75) sesuai

materi yang dipelajarinya dapat diuraikan sebagai berikut:

a. Belajar teoristis

Bentuk belajar ini bertujuan untuk mendapatkan semua data dan fakta

(pengetahuan) dalam suatu kerangka organisasi mental, sehingga

dapat dipahami dan digunakan untuk memecahkan problem.

(40)

26

Bentuk belajar ini bertujuan untuk mengembangkan

keterampilan-keterampilan dalam menangani dan memegang benda-benda serta

menyusun bagian-bagian materi menjadi suatu keseluruhan.

c. Belajar bermasyarakat

Bentuk belajar ini bertujuan mengekang dorongan dan kecenderungan

spontan, demi kehidupan bersama, dan memberikan kelonggaran

kepada orang lain untuk memenuhi kebutuhannya.

d. Belajar Estetis

Bentuk belajar ini bertujuan membentuk kemampuan menciptakan

dan menghayati keindahan di berbagai bidang kesenian.

4. Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh

pembelajar setelah mengalami aktifitas belajar. Hasil belajar yang dituju,

boleh jadi merupakan kemampuan baru sama sekali; boleh juga

merupakan penyempurnaan atau pengembangan dari suatu kemampuan

yang telah dimiliki.

Dikemukakan oleh Winkel (1986:53) bahwasanya dengan

menambahkan perubahan-perubahan itu dapat berupa suatu hasil yang

baru atau pula penyempurnaan terhadap hasil yang telah diperoleh. Hasil

belajar dapat berupa hasil yang utama dan dapat juga berupa hasil sebagai

efek sampingan.

Menurut Winkel (1986:55) bahwasannya dari hasil belajar dapat

(41)

27

internal, seperti pemahaman dan sikap, serta mencakup hal-hal yang

bersifat eksternal, seperti ketempilan motorik dan berbicara dalam bahasa.

Bersifat internal dapat langsung diamati, sedangkan bersifat eksternal

dapat dapat langsung diamati. Ada kelompok yang menitikberatkan

perubahan internal, karena perubahan dalam perilaku dianggap hanya

mencerminkan perubahan internal yang telah terjadi sebelumnya dalam

bentuk suatu kemmapuan internal. Maka yang pertama-tama dan utama

yang disoroti addalah seperti pengetahuan, pemahaman, maksud, sikap,

harapan dan penafsiran sebagai wujud pikiran. Kelompok psikologi ini

disebut para kognitivis. Terdapat pula kelompok belajar mengutamakan

perubahan dalam perilaku, karena perubahan macam ini dapat diamati dan

disaksikan, bahwa pula yang hanya memperhatikan perilaku eksternal,

karena apa yang berlangsung dalam benak dan batin seseorang tidak dapat

diamati dan diteliti secara ilmiah. Kelompok ini disebut behavioris.

Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa hasil

belajar adalah kompetensi yang dimiliki siswa setelah mengikuti proses

pembelajaran yang mencakup aspek kognitif, afektif, psikomotorik, serta

dipengaruhi oleh proses belajar yang ditentukan pula oleh motivasi dan

minat belajar.

B. Pendidikan Agama Islam

(42)

28

Pengertian pendidikan Aagama Islam menurut para pakar pendidikan

yang dikutip dari Syafaat, dkk (2008: 15) yaitu sebagai berikut:

a.Zakiyah Daradjat

Menurut Zakiyah Daradjat dalam Syafaat, dkk. (2008: 15)

Pendidikan Agama Islam dirumuskan sebagai berikut:

1) Pendidikan Agama Islam adalah usaha berupa bimbingan dan

asuhan terhadap anak didik agar setelah selesai dari pendidikannya

dapat memahaminya dan mengamalkan ajaran agama Islam serta

menjadikannya sebagai pandangan hidup (way of life).

2) Pendidikan Agama Islam adalah pendidikan yang dilaksanakan

berdasarkan agama Islam.

3) Pendidikan Agama Islam adalah pendidikan yang melalui

ajaran-ajaran agama Islam, yaitu berupa bimbingan dan asuhan terhadap

anak didik agar nantinya setelah selesai dari pendidikan ia dapat

memahami, mengkhayati, dan mengamalkan ajaran agama Islam

yang telah diyakini menyeluruh, serta menjadikan keselamatan

hidup di dunia maupun di akhirat kelak.

b. Sahilun A. Nasir

Pendidikan Agama Islam adalah suatu usaha yang sistematis dan

(43)

29

cara sedemikian rupa, sehingga ajaran-ajaran Islam itu benar-benar

dapat menjiwai, menjadi bagian yang integral dalam dirinya. Yakni,

ajaran Islam itu benar-benar dipahami, diyakini kebenarannya,

diamalkan menjadi pedoman hidupnya, menjadi pengontrol terhadap

perbuatan, pemikiran, dan sikap mental.

Jadi, Pendidikan Agama Islam, yaitu usaha yang berupa pengajaran,

bimbingan atau asuhan terhadap anak agar kelak selesai pendidikannya

dapat memahami, mengkhayati, dan mengamalkan agama Islam, serta

menjadikannya sebagai jalan kehidupan, baik pribadi maupun

kehidupan masyarakat.

2. Fungsi dan Tujuan PAI

Pendidikan Agama Islam untuk sekolah/madrasah berfungsi sebagai berikut

(Majid, 2012: 15):

a. Pengembangan, yaitu meningkatkan keimanan dan ketakwaan peserta didik

kepada Allah SWT yang telah ditanamkan dalam lingkungan keluarga. Pada

dasarnya kewajiban menanamkan keimanan dan ketakwaan dilakukan oleh

setiap orang tua dalam keluarga. Sekolah berfungsi untuk

menumbuhkembangkan lebih lanjut dalam diri anak melalui bimbingan,

pengajaran, dan pelatihan agar keimanan dan ketakwaan tersebut dapat

berkembang secara optimal sesuai dengan tingkat perkembangannya.

b. Penanaman nilai, sebagai pedoman hidup untuk mencari kebahagiaan hidup

(44)

30

c. Penyesuaian mental, yaitu untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya

baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial dan dapat mengubah

lingkungannya sesuai dengan ajaran agama Islam.

d. Perbaikan, yaitu untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan,

kekurangan-kekurangan, dan kelemahan-kelemahan peserta didik dalam keyakinan,

pemahaman, dan pengalaman ajaran dalam kehidupan sehari-hari.

e. Penyaluran, yaitu untuk menyalurkan anak-anak yang memiliki bakat khusus

di bidang agama Islam agar bakat tersebut dapat berkembang secara optimal

sehngga dapat dimanfaatkan untuk dirinya sendiri dan bagi orang lain.

f. Pencegahan, yaitu untuk menangkal hal-hal negatif dari lingkungannya atau

dari budaya lain yang dapat membahayakan dirinya dan menghambat

perkembangannya menuju manusia Indonesia seutuhnya.

g. Pengajaran, tentang ilmu pengetahuan keagamaan secara umum (alam nyata

dan nirnyata), system dan fungsinya.

Fungsi adanya Pendidikan Agama Islam (Langgulung, 1780: 178) yaitu:

Fungsi psikologis yang berkaitan dengan tingkah laku individual termasuk

nilai-nilai akhlaq yang mengangkat manusia ke derajat yang lebih sempurna.

a. Fungsi spiritual yang berkaitan dengan akidah dan iman.Fungsi sosial yang

(45)

31

manusia lain atau masyarakat, di mana masing-masing menyadari hak-hak

dan tanggung jawabnya, untuk menyusun masyarakat yang harmonis dan

seimbang.

Sedangkan untuk tujuan Pendidikan Agama Islam yaitu:

Menurut Zakiah Daradjat dalam Syafaat dkk. (2008: 33). Tujuan Pendidikan

Agama Islam yaitu: sesuatu yang diharapkan tercapai setelah usaha atau

kegiatan selesai. Maka pendidikan merupakan suatu usaha dan kegiatan yang

berproses melaui tahap-tahap dan tingkatan-tingkatan, tujuannya bertahap

dan bertingkat. Tujuan pendidikan bukanlah suatu benda yang berbentuk

tetap dan statis, tetapi ia merupakan suatu keseluruhan dari kepribadian

seseorang, berkenaan dengan seluruh aspek kehidupannya.

Menurut kurikulum PAI (2002) dalam Majid (2012: 16) pendidikan agama

Islam di sekolah atau madrasah bertujuan untuk menumbuhkan dan

meningkatkan keimanan melalui pemberian dan pemupukan pengetahuan,

penghayatan, pengamalan, serta pengalaman peserta didik tentang agama

Islam sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang dalam hal

keimanan, ketakwaannya, berbangsa dan bernegara, serta untuk dapat

melanjutkan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

3. Ruang Lingkup PAI

Mata pelajaran Pendidikan Agama Islam itu secara keseluruhannya

terliputi dalam lingkup Al-Qur‟an dan Al-Hadist, keimanan, akhlaq,

fiqih/ibadah dan sejarah, sekaligus menggambarkan bahwa ruang lingkup

(46)

32

keselarasan, dan keseimbangan hubungan manusia dengan Allah SWT,

diri sendiri, sesame manusia, makhluk lainnya maupun lingkungannya

(Hablun minallah wa hablun minannas) (Majid, 2012: 13).

Jadi, ruang lingkup PAI secara keseluruhannya mendidik siswa

menjadi insan kamil yang mampu memahami agama Islam dan

mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.

4. Materi Pelajaran PAI Kelas VII Bab Taharah

Kebersihan merupakan salah satu kebutuhan pokok yang tidak bisa

dihindari dalam kehidupan sehari-hari. Tidak akan terwujud kenyamanan

tanpa adanya kebersihan. Kebersihan di sini meliputi: diri sendiri, pakaian,

lingkungan dan yang lainnya. Islam menaruh perhatian sangat tinggi pada

masalah kebersihan atau kesucian, baik kebersihan dari najis maupun

kebersihan dari hadas.

a) Pengertian Taharah

Taharah artinya bersuci dari najis dan hadas. Najis adalah kotoran

yang menjadi sebab terhalangnya seseorang untuk beribadah kepada

Allah SWT, sedangkan hadas adalah keadaan tidak suci pada diri

seorang muslim yang menyebabkan ia tidak boleh shalat, tawaf, dan

lain sebagainya.

Taharah meliputi 2 hal yaitu taharah dari najis dan taharah dari

(47)

33

tiga macam najis, yaitu najis mukhaffafah, najis mutawassitah, dan

najis Mugaladah.

a. Macam-Macam Najis

1) Najis mukhaffafah adalah najis yang ringan, seperti air seni

bayi laki-laki yang belum berumur dua tahun dan belum makan

apapun kecuali air susu ibu. Cara menyucikannya cukup

dengan memercikan atau mengusapkan air yang suci pada

permukaan yang terkena najis.

2) Najis mutawassitah adalah najis pertengahan. Contoh najis ini

adalah darah, nanah, air seni, tinja, bangkai binatang, dan

sebagainya. Najis jenis ini ada dua macam, yaitu najis

hukmiyah dan najis „ainiyyah. Najis hukmiyah diyakini adanya

tetapi tidak nyata wujudnya (zatnya), baud an rasanya. Cara

menyucikannya adalah cukup dengan mengalirkan air pada

benda yang terkena najis. Sedangkan najis „ainiyyah adalah

najis yang tampak wujudnya (zat-nya) dan bisa diketahui

melalui bau maupun rasanya. Cara menyucikannya adalah

dengan menghilangkan zat, rasa, warna, dan baunya dengan

menggunakan air yang suci.

3) Najis mugaladah adalah najis yang berat. Najis ini bersumber

(48)

34

tahap, yaitu dengan membasuh sebanyak tujuh kali. Salah satu

diantaranya menggunakan air yang dicampur dengan tanah.

b. Cara Taharah

1) Mandi Wajib

Mandi wajib adalah mandi untuk menghilangkan hadas

besar. Sering disebut mandi janabat/junub. Cara mandi wajib

adalah sebagai berikut:

a) Niat mandi untuk menghilangkan hadas besar.

b) Menghilangkan najis apabila terdapat di badannya seperti

bekas tetesan darah.

c) Membasahi seluruh tubuh mulai dari ujung rambut dari

ujung kaki. Pada saat mandi wajib disunahkan untuk

membaca basmalah, mencuci kedua tangan sebelum

dimasukkan ke dalam bejana, ber-wudhu terlebih dahulu,

mendahulukan yang kanan dari yang kiri, menggosok

tubuh, dan sebagainya.

2) Wudhu

Wudu adalah cara bersuci untuk menghilangkan hadas

kecil. Adapun tata cara wudu adalah sebagai berikut:

(49)

35

b) Disunahkan mencuci kedua telapak tangan,

berkumur-kumur, dan membersihkan lubang hidung.

c) Membasuh muka.

d) Membasuh kedua tangan sampai siku.

e) Mengusap kepala.

f) Disunahkan membasuh telinga.

g) Membasuh kaki sampai mata kaki.

h) Tertib (dilakukan secara berurutan).

i) Berdoa setelah wudu.

3) Tayammum

Tayammum adalah pengganti wudu atau mandi wajib.

Hal ini dilakukan sebagai rukhsah (keringanan) untuk orang

yang tidak dapat memakai air karena beberapa halangan

(uzur). Tayammum dilakukan dengan menggunakan sarana

debu yan suci. Debu ini digunakan sebagai pengganti air.

Apabila berada di pesawat atau kendaraan, debu yang

digunakan untuk tayammum cukup mengusap debu yang ada

di dinding pesawat atau kendaraan. Adapun cara

bertayammum adalah sebagai berikut:

(50)

36

b) Mengusap muka dengan tanah (debu yang suci)

c) Mengusap tangan kanan hingga siku-siku dengan debu

d) Mengusap tagan kiri hingga siku-siku dengan debu.

4) Hikmah Taharah

a) Orang yang hidup bersih akan terhindar dari segalam

macam penyakit karena kebanyakan sumber penyakit

berasal dari kuman dan kotoran.

b) Rasulullah SAW bersabda bahwa orang yang selalu

menjaga wudu akan bersinar wajahnya kelak saat

dibangkitkan dari kubur.

c) Dapat dijadikan sarana untuk lebih mendekatkan diri

kepada Allah SWT.

d) Rasulullah SAW menegaskan bahwa kebersihan itu

sebagian dari iman dan ada ungkapan bijak pula

mengatakan “kebersihan pangkal kesehatan”

e) Kebersihan akan membuat kita menjalani hidup dengan

lebih nyaman.

C. Media Pembelajaran Audio Visual

1. Pengertian Media Audio Visual

(51)

37

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi ke Tiga (2000:76) kata

audio yang berarti bersifat dapat didengar dan dapat dilihat (alat peraga) atau

sejenisnya yang dapat dilihat dan didengar. Adapun arti media audio adalah

media yang mempunyai unsur suara atau hanya mengandalkan indera

pendengaran. Media visual ini ada yang menampilkan media audio gerak dan

media audio diam, seperti radio, tape recorder, dan CD.

b. Arti media visual

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga (2000:1262) kata

visual yang berarti dapat dilihat dapat didengar panca indera penglihatan mata.

Adapun media visual adalah yang mempunyai dua unsur, yaitu gambar dan

suara atau hanya mengandalkan indera penglihatan, seperti LCD, OHP, film

slide. Jenis media ini mempunyai kemampuan yang lebih baik, karena

meliputi kedua jenis media yang pertama dan yang kedua seperti TV, video,

movie, film, strip (film rangkai), slides (film bingkai), foto, gambar atau

lukisan, cetakan.

c. Pengertian media pembelajaran audio visual

Media pembelajaran audio adalah media pembelajaran yang digunakan

untuk menyalurkan pesan lewat indera pendengaran. Diantara jenis media ini

media rekaman dan media audio dan radio. Media audio merupakan bentuk

media pengajaran yang murah dan terjangkau, serta penggunaan juga tidak

rumit. Sedangkan media pembelajaran audio visual adalah media yang

(52)

38

pendengaran. Diantara jenis media ini adalah media film, video, dan televisi

(TV).

2. Pengembangan Media Pembelajaran Audio Visual

Adapun pengembangan media pembelajaran yang dikembangkan yang

dikemukakan oleh Sukirman (2011:55-241) adalah sebagai berikut:

a. Pengembangan Media Pembelajaran Berbasis Audio

Adalah media pembelajaran yang digunakan untuk menyalurkan

pesan lewat indera pendengaran.

b. Pengembangan Media Pembelajaran Berbasis Audio Visual

Adalah media penyaluran pesan dengan memafaatkan indera

pendengaran dan penglihatan.

c. Pengembangan Media Pembelajaran Berbasis Komputer

Adalah suatu alat produk sains dan tekhnologi yang merupakan

satu mesin elektronik yang dapat menerima arahan atau data

digital, memprosesnya, menyimpan dan mengeluarkan hasil dari

data yang diproses.

3. Kelebihan dan Kekurangan Media Pembelajaran Audio Visual

a. Kelebuhan Media Pembelajaran Audio Visual adalah sebagai

berikut:

1) Diciptakan untuk kebutuhan media pembelajaran yang bersifat

teori serta praktek.

2) Media pembelajaran audio visual ini berisi tentang

(53)

39

3) Sistem pembelajaran lebih interaktif.

4) Mampu menggunakan teks, suara, video, animasi dalam suatu

kesatuan.

5) Mampu memvisualisasikan materi yang abstrak.

6) Media penyimpanan yang relative mudah dan fleksibel.

7) Membawa objek yang sangat besar dalam lingkungan kelas.

8) Menampilkan objek yang tidak bisa dilihat oleh mata telanjang.

b. Kekurangan Media Pembelajaran Audio Visual adalah sebagai

berikut:

1) Dalam pembuatannya memerlukan waktu yang lama.

2) Tidak semua peserta didik mampu mengikuti pembelajaran

media audio visual.

3) Banyaknya waktu untuk mempersiapkan alat yang ingin

digunakan.

D. Efektivitas Pengembangan Media Pembelajaran Audio Visual

Berdasarkan kelebihan, kemudahan dan keunggulan Audio Visual di atas

maka penulis membuat media pembelajaran interaktif dengan menggunakan

media Audio Visual berbasis multiple intelligences sebagai berikut:

1. Efektifitas Media Pembelajaran Media Audio Visual

Merupakan salah satu yang dapat digunakan untuk membuat presentasi

(54)

40

Power Point dapat digunakan dalam menyiapkan bahan ajar yang

berhubungan dengan materi Taharah.

2. Media Pembelajaran Interaktif Audio Visual Yang Dikembangkan

Dalam kesempatan ini penulis merancang media pembelajaran PAI

menggunakan media Audio Visual yang berbasis multiple intelligences

yang penulis harapkan dapat bermanfaat untuk membantu siswa dalam

memahami materi Taharah dan siswa dapat belajar sesuai dengan

kecerdasan menonjol di kelas tersebut, siswa dapat belajar secara

menyenangkan sehingga dengan pemahaman yang matang siswa dapat

menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.

E. Multiple Intelligences

1. Konsep Multiple Intelligences

Teori multiple intelligences digagas oleh seorang tokoh psikologi asal

Amerika Serikat yaitu Howard Gardner pada tahun 1983. Menurut

Howard Gardner (1983), kecerdasan lebih berkaitan dengan ka[asitas

memecahkan masalah dan menciptakan produk yang kondusif dan

alamiah. Pada akhirnya teori multiple intelligences dipublikasikan dalam

buku frames of mind (1983) dan Intelligences Reframed (1999). Dalam

teori multiple intelligences Gardner membagi kecerdasan manusia menjadi

delapan jenis, yaitu :

a. Kecerdasan Verbal Linguistik

Menurut Baun, Viens dan Stalin dalam Muhammad Yaumi

(55)

41

menggunakan Bahasa-bahasa termasuk Bahasa ibu dan Bahasa asing

untuk mengekspresikan apa yang ada di dalam pikiran dan memahami

orang lain. Thomas Armstrong (2000:2) berpendapat bahwa

kecerdasan verbal-linguistik mencakup kemampuan untuk

menggunakan kata secara efektif baik secara lisan maupun tertulis.

Jadi dapat disimpulkan bahwa kecerdasan verbal-linguistik adalah

kemampuan dalam menggunakan Bahasa dan kata-kata secara efektif

baik secara lisan maupun tertulis untuk mengekspresikan dirinya dan

memecahkan masalah.

Jadi anak yang mempunyai kecerdasan verbal-linguistik yang

tinggi akan mampu bercerita dengan baik, menulis lebih baik dari

rata-rata anak seusianya dan mempunyai kosakata lebih banyak

daripada anak-anak pada umumnya. Selain itu anak yang mempunyai

kecerdasan verbal-linguistik yang tinggi juga senang terhadap

permainan yang melibatkan kata-kata, sangat menyukai membaca

buku dan suka mendengar cerita tanpa melihat buku.

Anak yang unggul dalam kecerdasan ini juga cenderung memiliki

daya ingat yang tinggi, misalnya terhadap nama-nama orang,

istilah-istilah maupun hal yang sifatnya rinci. Mereka juga cenderung lebih

mudah belajar melalui mendengarkan dan verbalisasi. Dalam hal

penggunaan suatu Bahasa baru anak yang mempunyai kecerdasan

verbal-linguistik yang tinggi mempunyai kemampuan yang lebih

(56)

42

b. Kecerdasan Logis-matematis.

Kecerdasan logis-matematis memuat kemampuan seseorang

dalam berfikir secara induktif dan deduktif, berpikir menurut aturan

logika, menganalisis pola angka-angka, serta memecahkan masalah

dengan kemampuan berpikir. Menurut Muhammad Yaumi (2012: 15),

kecerdasan logis-matematis adalah kemampuan yang berkenaan

dengan rangkaian alasan, mengenal pola-pola dan aturan. Jadi dapat

disimpulkan bahwa kecerdasan logis-matematis adalah kemampuan

seseorang dalam berpikir secara aturan logika dan mengenal pola-pola

angka untuk memecahkan masalah.

Anak yang unggul dalam kecerdasan ini sangat menyukai

bermain dengan bilangan dan menghitung, baik dalam urusan problem

solving sangat suka melakukan percobaan. Selain itu menurut Julia

Jasmine (2007 : 19), orang yang memiliki kecerdasan logis-matematis

gemar bekerja dengan data seperti mengumpulkan dan

mengorganisasi, menganalisis serta mengintrepetasikan,

menyimupulkan dan kemudian meramalkan. Anak yang uggul dalam

kecerdasan juga menyukai permainan yang banyak melibatkan

kegiatan berpikir aktif seperti catur dan bermain teka-teki.

c. Visual-spassial

Kecerdasan visual-spasial adalah kemampuan memepersepsi dan

mentransformasikan dunia spasial-visual secara akurat. Kecerdasan ini

(57)

43

antar unsur tersebut (Thomas Armstrong: 2012). Kemampuan ini juga

termasuk untuk memahami secara lebih mendalam antara objek dan

ruang. Jadi dapat disimpulkan bahwa kecerdasan isual-spasial adalah

kemampuan untuk mempersepsi dan memahami secara lebih

mendalam unsur visual-spasial seperti warna, garis, bentuk, ruang

serta hubungan antar unsur tersebut.

Anak yang mempunyai kecerdasan ini cenderung lebih mudah

belajar melalui sajian-sajian visual seperti film, gambar, video dan

peragaan yang menggunakan metode serta slide. Selain itu mereka

gemar menggambar, melukis, atau mengukir gagasan-gagasan yang

ada di kepala dan sering menyajikan suasana hatinya melalui seni.

d. Kecerdasan Musikal

Kecerdasan musikal memuat kemampuan untuk peka terhadap

suara-suara non verbal yang ada disekelilingnya termasuk nada dan

irama. Muhammad Yaumi (2012: 19) mengatakan kecerdasan visual

meliputi kemampuan untuk mempersepsi dan memahami, mencipta

serta menyanyikan bentuk-bentuk musikal. Kecerdasan ini juga

mencakup kemampuan menciptakan dan mengekspresi irama, pola

nada serta apresiasi bentuk-bentuk ekspresi musikal.

Anak yang unggul dalam kecerdasan ini sangat peka terhadap

suara atau bunyi, lingkungan dan juga musik. Mereka sering

bernyanyi, bersiul atau bersenandung ketika melakukan aktivitas.

(58)

44

yang indah. Mereka juga lebih mudah mengingat sesuatu dan

mengekspresikan gagasan-gagasan apabila dikaitkan dengan musik.

e. Kecerdasan Kinestetik

Kecerdasan Kinestetik adalah kemampuan untuk menggunakan

seluruh tubuh dalam mengekspresikan ide, perasaan dan

menggunakan tangan untuk menghasilkan atau mentransformasi

sesuatu. Kecerdasan ini mencakup keterampilan khusus seperti

koordinasi, keseimbangan, ketangkasan, kekuatan, fleksibilitas dan

kecepatan. Kecerdasan ini juga meliputi keterampilan untuk

mengontrol gerakan-gerakan tubuh dan kemampuan untuk

memanipulasi objek. (Sonowat dan Gogri, 2008).

Seseorang yang mempunyai kecerdasan kinestetik yang unggul

sangat baik dalam keterampilan jasmaninya baik dengan

menggunakan otot besar maupun otot kecil, dan mereka memyukai

aktivitas fisik maupun olahraga. Mereka lebih nyaman

mengkomunikasikan informasi melalui peragaan atau demonstrasi.

Mereka dapat mengungkapkan emosi dan suasana hatinya melalui

gerakan tubuh.

f. Kecerdasan Interpersonal

Kecerdasan intrapersonal aadalah kemampuan untuk

memepersepsi dan membedakan suasana hati, maksud, motivas, serta

perasaan orang lain. Menurut Thomas Armstrong (2002: 4),

(59)

45

gerak isyarat dan kemampuan membedakan berbagai maca tanda

intrapersonal dari orang lain. Kecerdasan intrapersonal ditampakkan

pada kegembiraan berteman dan kesenangan dalam berbagai macam

aktivitas serta kegiatan yang melibatkan banyak orang.

Seseorang yang mempunyai kecerdasan interpersonal tinggi

menyukai dan menikmati bekerja berkelompok, belajar sambil

berinteraksi dan bekerja sama dengan orang lain. Mereka juga akan

mudah berinteraksi dan bersosialisasi dengan orang lain sehingga

seseorang yang mempunyai kecerdasan interpersonal tinggi biasanya

mempunyai banyak teman akrab.

g. Kecerdasan Intrapersonal

Kecerdasan intrapersonal tercermin dalam kesadaran mendalam

akan perasaan batin. Inilah kecerdasan yang memungkinkan seseorang

memahami diri sendiri, kemampuan dan pilihannya sendiri. (Julia

Jasmine: 2007). Kecerdasan Intrapersonal menunjukkan kemampuan

memahami diri yang akurat, kesadaran akan suasana hati, maksud,

temperamen dan keinginan serta kemampua berdisiplin diri dan

memnghargai diri sendiri.

Seseorang yang mempunyai kecerdasa intrapersonal tinggi

cenderung mampu mengenali kekuatan maupun kelemahan yang ada

pada diri sendiri. Anak semacam ini senang melakukan introspeksi

diri, mengreksi kemampuan maupun kelemahannya, kemudian

(60)

46

menyukai kesunyian dan kesendirian, merenung dan berdialog dengan

dirinya sendiri.

h. Kecerdasan Naturalis

Kecerdasan naturalis adalah kemampuan untuk melakukan

kategorisasi dan membuat tingkatan terhadap keadaan organisme

seperti tumbuh-tumbuhan, hewan dan alam. Menurut Muhammad

Yaumi (2002: 23), komponen kecerdasan naturalis adalah kepekaan

terhadap alam, keahlian membedakan anggota-anggota spesies,

mengenali eksistensi spesies lain dan memetakan hubungan antara

spesies baik secara formal maupun informal.

Salah satu ciri yang ada pada anak-anak yang unggul dalam

kecerdasan naturalis adalah kesenangan mereka akan alam, binatang

misalnya berani mendekati, memegang, mengelus bahkan memiliki

naluri untuk memelihara. Anak yang memiliki kecerdasan seperti ini

cenderung senang mengobservasi lingkungan alam seperti aneka

macam bebatuan, jenis-jenis lapisan tanah serta aneka macam flora

dan fauna.

2. Gaya Belajar Siswa Menurut Teori Multiple Intelligences

Dalam multiple intelligences dikenal beragam gaya belajar siswa

menurut jenis kecerdasan yang mereka miliki. Menurut Thomas

Armstrong (2004: 77), gaya belajar siswa dalam multiple intelligences

meliputi:

(61)

47

Cara belajar terbaik anak-anak yang berbakak dalam bidang ini

adalah dengan mengucapka, mendengar dan melihat kata-kata. Cara

terbaik untuk memotivasi mereka di rumah termasuk berbicara dengan

mereka, menyediakan banyak buku, rekaman dan kaset kata-kata yang

diucapkan, serta berikan kesempatan mereka untuk banyak menulis.

b. Belajar dengan cara logis-matematis

Anak-anak yang memiliki kelebihan dalam kecerdasan jenis ini

belajar dengan membentuk konsep dan mencari pola serta hubungan

abstrak. Berikan mereka materi konkret yang bisa dijadikan bahan

percobaan, waktu yang melimpah untuk memperlajari gagasan baru,

kesabaran dalam menjawab rasa ingin tahu mereka dan jawaban logis

untuk jawaban yang diberikan.

c. Belajar dengan cara spasial

Anak-anak yang unggul dalam bidang ini paling efektif belajar

secara visual melalui gambar, slide atau video. Mereka perlu diajari

melalui gambar, metafora visual dan warna. Cara terbaik untuk

memotivasi mereka adalah melalui media seperti film, slide, video,

diagram, peta dan grafik, serta beri kesempatan pada mereka untuk

menggambar dan melukis.

d. Belajar dengan cara kinestetik

Anak-anak yang berbakat dalam kecerdasan ini belajar dengan

Gambar

Gambar 1.1 Siklus Penelitian
Tabel 4.1 Nilai Hasil Belajar Ulangan Harian PAI Siswa Kelas VII C (Pra
gambar untuk menjelaskan
Tabel 4.3
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa motivasi dan pengembangan karir secara bersama berpengaruh terhadap kepuasan kerja karyawan, sedangkan secara parsial hanya variabel

pengumuman calon mahasiswa baru yang dinyatakan lulus di Institut Seni Indonesia.. Padangpaniang jalur SNMPTN tahun 2018, dengan ini diumumkan Uang

Aplikasi media pembelajaran Biologi Untuk siswa SMP Kelas IX yang dibuat, digunakan oleh guru SMP Negeri 2 di kelas sebagai media pembelajaran dalam menyampaikan

Demikianlah hal ini kami sampaikan untuk menjadi maklum dan atas perhatiannya kami ucapkan terima

● Membuat resume (CREATIVITY) dengan bimbingan guru tentang point-point penting yang muncul dalam kegiatan pembelajaran tentang materi Tata cara bersuci dari hadas kecil dan

Demikian untuk diketahui, kepada peserta lelang dapat mengajukan sanggahan dengan bukti-bukti dan alasannya yang akurat, selambat-lambatnya lima Hari kerja setelah

Disini layout permesinan masih belum teratur sehingga perpindahan material menjadi terhambat dan lama serta secara tidak langsung akan mempengaruhi kapasitas produksi yang

KONSUMEN, KUALITAS LAYANAN, SUASANA LOKASI, DAN HARGA PRODUK (STUDI PADA LURI RESTO PURWOKERTO)” dengan baik. Dengan ini pula penulis berharap hasil dari penelitian ini