• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN KEMAMPUAN SAINS MELALUI KEGIATAN PENCAMPURAN WARNA PADA ANAK KELOMPOK B TK SIWI PERTIWI KECAMATAN BANCAK KABUPATEN SEMARANG TAHUN PELAJARAN 20182019 SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENINGKATAN KEMAMPUAN SAINS MELALUI KEGIATAN PENCAMPURAN WARNA PADA ANAK KELOMPOK B TK SIWI PERTIWI KECAMATAN BANCAK KABUPATEN SEMARANG TAHUN PELAJARAN 20182019 SKRIPSI"

Copied!
91
0
0

Teks penuh

(1)

i

PENINGKATAN KEMAMPUAN SAINS

MELALUI KEGIATAN PENCAMPURAN WARNA

PADA ANAK KELOMPOK B TK SIWI PERTIWI

KECAMATAN BANCAK KABUPATEN SEMARANG

TAHUN PELAJARAN 2018/2019

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh:

USWATUN KHASANAH NIM. 12613003

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

SALATIGA

(2)
(3)

iii

(4)
(5)
(6)

vi

MOTTO

زحبلاو زبلا ًف داسفلا زهظ

زي مهلعل اىلمع ٌذلا ضعب مهقيذيل ساىلا يديا تبسك امب

نىعج

“Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan Manusia; Allah menghendaki agar mereka merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)”

(7)

vii

PERSEMBAHAN

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat serta karunia-NYA, terukir doa dan terucap syukur dari lubuk hati yang teramat dalam serta

keta’dziman senantiasa mengarungi buah karya sederhana ini sebagai salah satu

bukti kesungguhan dalam meraih cita-cita, skripsi ini saya persembahkan untuk:

1. Kedua orang tuaku tersayang yang slalu tercurahkan doa restunya dalam setiap hembusan nafas dan langkahku, yang selalu memberikan dukungan, dan juga kasih sayang untukku.

2. Kepada adik-adikku tercinta yang selalu memberikan dukungan dan juga mendoakanku.

3. Dosen Pembimbing Akademik Bapak Wahidin M,Pd

4. Dosen Pembimbing Skripsi Bapak Budiyono Saputro M,Pd, yang rela meluangkan waktunya untuk membimbing dalam pembuatan skripsi ini. 5. Sahabat dan teman dekatku yang selalu memotivasi dan membantuku

menyelesaikan skripsi ini.

(8)
(9)
(10)

x

ABSTRAK

Khasanah, Uswatun. 2018. Peningkatan Kemampuan Sains Melalui Kegiatan Pencampuran Warna Pada Anak Kelompok B Tk Siwi Pertiwi Kecamatan Bancak Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2018/2019.

Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Jurusan Pendidikan Islam Anak Usia Dini. Institut Agama Islam Negeri Salatiga.

Pembimbing : Dr Budiyono Saputro, M.Pd. Kata kunci: anak usia dini, pencampuran warna, sains

Masa anak usia dini sering dipandang sebagai masa emas (golden age). Dimasa ini anak mempunyai peluang yang sangat besar untuk pembentukan dan pengembangan pribadinya. Menurut pakar psikologi, anak usia dini merupakan masa yang tepat untuk melakukan pendidikan. Sebab, pada masa ini anak sedang mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan yang luar biasa. Anak belum memiliki pengaruh negatif yang banyak dari luar atau lingkungan sehingga orangtua maupun pendidik akan jauh lebih mudah dalam mengarahkan dan membimbing anak. Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatan kemampuan sains melalui kegiatan pencampuran warna pada anak kelompok B TK Siwi Pertiwi Kecamatan Bancak Kabupaten Semarang.

Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas yang dilakukan secara kolaboratif partisipatif dengan menggunakan model penelitian Kemmis dan MC Taggart. Subjek dari penliti ini adalah guru kelas sekaligus seluruh siswa kelompok B TK Siwi Pertiwi yang berjumlah 16 siswa. Yang terdiri dari 8 siswa perempuan dan 8 siswa laki-laki. Waktu yang diperlukan oleh peneliti untuk melakukan penelitian adalah mulai bulan Juli sampai selesai. Metode yang digunakan untuk pengumpulan data adalah observasi, dokumentasi dan lembar kerja anak. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu deskriptif kualitatif.

(11)

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR LOGO IAIN ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN... iv

(12)

xii

2. Subjek Penelitian ... 10

3. Langkah-Langkah Penelitian ... 10

4. Teknik Pengumpulan Data ... 12

5. Instrumen Penelitian ... 12

6. Analisis Data ... 14

G. Sistematika Penulisan ... 17

BAB II LANDASAN TEORI A. Teori Ahli ... 19

a. Pengertian Media Pembelajaran ... 26

b. Fungsi Media Pembelajaran ... 27

1) Media Kertas Krep ... 29

2) Media Pewarna Makanan ... 30

B. Kajian Pustaka ... 31

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN A. Gambaran Umum Lokasi dan Subjek Penelitian ... 35

1. Profil Sekolah ... 35

2. Letak Geografis Tk Siwi Pertiwi ... 36

3. Visi dan Misi Tk Siwi Pertiwi ... 36

4. Data Guru dan Siswa Kelompok B Tk Siwi Pertiwi ... 36

5. Stuktur Organisasi Tk Siwi Pertiwi ... 38

B. Pelaksanaan Penelitian ... 38

1. Deskripsi Penelitian Siklus I ... 38

2. Deskripsi Penelitian Siklus II ... 42

(13)

xiii

A. Deskripsi Per Siklus ... 46

1. Ketentuan Penilaian ... 46

2. Data Hasil Pengamatan Pra Siklus ... 47

3. Data Hasil Pengamatan Siklus I ... 48

4. Data Hasil Pengamatan Siklus II... 50

B. Pembahasan ... 51

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 57

B. Saran ... 57 Daftar Pustaka

(14)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Kisi-kisi Instrumen Pencampuran Warna ... 13

Tabel 1.2 Rubrik Penilain Pencampuran Warna ... 14

Tabel 1.3 lembar Perbandingan Hasil Pencapaian Tiap Siklus ... 16

Tabel 3.1 Data Guru Tk Siwi Pertiwi ... 36

Tabel 3.2 Data Anak Kelompok B ... 37

Tabel 3.3 Indikator yang Diamati Tiap Siklus ... 45

Tabel 4.1 Tabel Rubrik Penilaian ... 46

Tabel 4.2 Hasil Penelitian PraSiklus ... 47

Tabel 4.3 Hasil Penelitian Siklus 1 ... 48

Tabel 4.4 Hasil Penelitian Siklus 11 ... 50

Tabel 4.5 Perbandingan Hasil Penelitian Prasiklus dengan KKM ... 52

Tabel 4.6 Rekapitulai Data Pra Siklus ... 52

Tabel 4.7 Perbandingan Hasil Pencapaian Siklus 1 dengan KKM ... 53

Tabel 4.8 Rekapitulai Data Siklus 1 ... 54

Tabel 4.9 Perbandingan Hasil Pencapaian Siklus 11 dengan KKM ... 54

(15)

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Penelitian Tindakan Kelas ... 12

Gambar 3.1 Struktur Organisasi Guru ... 38

(16)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

(17)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Masa anak usia dini sering dipandang sebagai masa emas (golden age). Dimasa ini anak mempunyai peluang yang sangat besar untuk pembentukan dan pengembangan pribadinya. Menurut pakar psikologi, anak usia dini merupakan masa yang tepat untuk melakukan pendidikan. Sebab, pada masa ini anak sedang mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan yang luar biasa. Anak belum memiliki pengaruh negatif yang banyak dari luar atau lingkungan sehingga orangtua maupun pendidik akan jauh lebih mudah dalam mengarahkan dan membimbing anak.

Rasulullah SAW, bersabda:

َلَع ُدَل ْىُي َّلاِا ٍد ْىُل ْىَم ْهِم اَم : َمَّلَس َو ًِْيَلَع ُالله ًَّلَص ِالله ُلْىُسَر َلَق : ل اَق َةَدْزُب ًُْبا ْهَع

ا ً

اَزِّصَىُي ْوَا ًِِو اَد ِّىَهُي ُياَىَب َاَف ِة َزْطِفْل

)ًِْيَلَع ٌقَفَّتُم( ًِِو اَسِّجَمُي ْوَا ًِِو

“Dari Abu Burda r.a, berkata, Rasulullah SAW bersabda tidaklah dilahirkan seorang anak melainkan atas dasar fitrah, maka orang tuanyalah yang

menjadikan anak tersebut beragama Yahudi, Nasrani atau Majusi” ( Razah & Rais, 1980: 226)

(18)

2

yang dimiliki anak tidak diperhatikan, maka nanti anak akan mengalami hambatan-hambatan dalam pertumbuhan maupun perkembangan.

Sedangkan dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 28 No. 20 Tahun 2003 ayat 1, disebutkan bahwa yang termasuk anak usia dini adalah anak yang masuk dalam rentang usia 0 – 6 tahun. Menurut kajian rumpun ilmu Pendidikan Anak Usia Dini dan penyelenggaraannya di beberapa Negara Pendidikan Anak Usia Dini dilaksanakan sejak 0-8 tahun.

Pendapat lain menyebutkan bahwa anak usia dini ialah kelompok anak yang berada dalam proses pertumbuhan dan perkembangan yang bersifat unik, dalam arti memiliki pola pertumbuhan dan perkembangan (koordinasi motorik halus dan kasar), intelegensi (daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi dan kecerdasan spiritual), sosial emosional (sikap dan perilaku serta agama), bahasa dan komunikasi yang khusus sesuai dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangan anak. Berdasarkan keunikan dan perkembangannya, anak usia dini terbagi menjadi tiga tahapan, yaitu masa lahir sampai 12 bulan, masa batita (toddler) usia 1-3 tahun, masa pra sekolah usia 3-6 tahun, dan masa kelas awal 6-8 tahun (Mansur, 2009: 88).

(19)

3

persepsi warna. Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa sejak bulan pertama setelah kelahiran, anak sudah dapat mempersepsikan warna.

Pada saat anak melihat urutan warna merah, kuning, dan hijau yang melengkung, anak akan mendefinisikannya sebagai pelangi. Namun, pada saat melihat pelangi secara nyata akan terlihat berbagai warna di dalamnya, tidak hanya sekedar warna merah, kuning, hijau, diantaranya yaitu warna

“MEJIKUHIBINIU” (merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila dan ungu). Warna tersebut terbentuk karena adanya pencampuran warna dalam pelangi. Guru dapat menggunakan peristiwa ini untuk mengajarkan konsep sains sederhana pada anak tentang pencampuran warna.

(20)

4

Kemampuan sains yang ingin dilakukan adalah kegiatan pencampuran warna. Kegiatan pencampuran warna merupakan kemampuan seseorang anak untuk menciptakan kombinasi warna yang baru. Kemampuan anak memadukan warna dapat muncul ide baru yang terus menerus diasah sejak usia dini. Kegiatan pencampuran warna merupakan sifat yang komplikatif yaitu seorang anak mampu berkreasi dengan spontan karena anak telah memiliki unsur kemampuan sains. Kemampuan sains anak akan berkembang sesuai potensi kreatif anak.

Menurut Nugraha (2005: 37) pembelajaran sains dapat:

1. Mengembangkan kemampuan kognitif anak, yaitu anak dapa mengingat dan menerapkan ilmu yang diperolehnya

2. Mengembangkan kemampuan afektif anak, yaitu dapat memiliki jati diri dan sifat-sifat sebagai ilmuan

3. Mengembangakn kemampuan psikomotorik, yaitu anak mendapat pengalaman motorik saat melakukan kegiatan sains

4. Mengembangkan keterampilan berfikir dan kreativitas anak, yaitu lingkungan belajar yang telah disiapkan guru akan merangsang anak untuk memunculkan pertanyaan yang menakjubkan melalui pengalaman langsung intelektual anak akan menjadi terlatih serta berfikir kritis

(21)

5

6. Mengembangkan perkembangan religius anak, dimana pembelajaran sains dapat meningkatkan kesadaran religius dan apresiasi yang semakin tinggi

Berdasarkan penjelasan diatas, dapat penulis simpulkan bahwa pembelajaran sains sangatlah menyenangkan sehingga para peserta didik dapat memunculkan imajinasi-imajinasi yang unik dalam diri mereka, di taman kanak-kanak atau yang sejenisnya.

Menurut Suyanto (2005: 83) mengemukakan bahwa kegiatan pengenalan sains untuk anak TK lebih ditekankan pada proses daripada produk. Tahapan sains dikenal dengan metode ilmiah, yang secara garis besar meliputi : observasi, menemukan masalah, melakukan percobaan, menganalisis data dan mengambil kesimpulan.

Kegiatan pencampuran warna merupakan suatu kegiatan yang sangat menarik dan menyenangkan bagi anak-anak. Anak dapat bereksplorasi dengan warna-warna dasar yang ada yaitu: warna merah, kuning, biru. Dan kemudian dapat mengamati perubahan warna yang terjadi dengan pencampuran berbagai warna dasar tersebut. Dengan demikian anak akan terlibat secara aktif dalam kegiatan tersebut dan dapat mengembangkan kemampuan sains untuk mencoba membuat warna-warna yang baru.

(22)

6

jumlah siswa tersebut kemampuan anak tentang sains sangatlah minim. Dalam proses pembelajaran kebanyakan masih menggunakan metode ceramah yang berakibat anak menjadi pasif dan kurang tertarik pada materi yang diberikan oleh guru. Anak-anak saat ditanya tentang macam-macam warna ada yang paham dan ada yang belum. Seperti saat peneliti menyuruh menunjukkan warna merah, mereka malah memegang hijau. Pemahaman mereka tentang warna sangat kurang sekali. Dan pada saat peneliti meminta anak menunjukkan warna pokok, anak-anak justru malah kebingungan. Disaat peneliti menyebutkannya dan meminta anak-anak mengikutinya, masih ada juga anak-anak yang salah dalam menyebutkan.

Dengan adanya permasalahan di atas, penulis tertarik untuk melakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan judul “ Peningkatan Kemampuan Sains Melalui Kegiatan Pencampuran Warna Pada Anak Kelompok B TK Siwi Pertiwi Kecamatan Bancak Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran

2018/2019”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, usaha yang dapat dirumuskan

masalahnya yaitu “Apakah kegiatan pencampuran warna dapat

mengembangkan kemampuan sains pada anak kelompok B TK Siwi Pertiwi

(23)

7

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah, untuk mengetahui peningkatan kemampuan sains pada anak kelompok B TK Siwi Pertiwi Kecamatan Bancak Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2018/2019.

D. Kegunaan Penelitian

Kegunaan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis, hasil penelitian ini bermanfaat untuk memperluas wawasan yang berkaitan dengan perkembangan sains, khususnya kemampuan pencampuran warna, dan menambah pengetahuan bahwa dengan media kertas krepdapat meningkatkan kemampuan sains pada anak kelompok B.

2. Manfaat Praktis

Secara praktis, hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi guru, siswa, dan sekolah:

a. Bagi Guru

Hasil penelitian ini dapat memberikan gambaran kepada guru dalam merancang pembelajaran untuk menggunakan kertas krep dan pewarna makanan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam pengenalan sains.

b. Bagi Siswa

(24)

8 c. Bagi sekolah

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan dalam kegiatan belajar mengajar di TK Siwi Pertiwi dalam peningkatan kemampuan sains melalui kegiatan pencampuran warna.

E. Hipotesis Penelitian 1. Hipotesis Tindakan

Hipotesis merupakan suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul (Arikunto, 2006: 71). Kegiatan pencampuran warna dapat meningkatkan kemampuan sains siswa, sehingga dalam penltian ini

“Ada Peningkatan Kemampuan Sains Melalui Kegiatan Pencampuran

Warna Pada Anak Kelompok B TK Siwi Pertiwi Kecamatan Bancak

Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2018/2019”.

2. Indikator Keberhasilan

(25)

9

Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 angka 14 tentang Sistem Pendidikan Nasional dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 58 Tahun 2009 Tanggal 17 September 2009 mengenai indikator kegiatan pencampuran warna, sebagai berikut:

a. Mengenal perbedaan berdasarkan ukuran: “lebih dari”; “kurang

dari”; dan “paling/ter”.

b. Mengklasifikasikan benda berdasarkan warna, bentuk, dan ukuran (3 variasi)

c. Mengklasifikasikan benda yang lebih banyak ke dalam kelompok yang sama atau kelompok yang sejenis, atau kelompok berpasangan yang lebih dari 2 variasi.

d. Mengenal pola ABCD-ABCD.

e. Mengurutkan benda berdasarkan ukuran dari paling kecil ke paling besar atau sebaliknya.

F. Metode Penelitian

1. Rancangan Penelitian

(26)

10

Penelitian ini dilakukan dalam 2 siklus, namun jika siklus tersebut belum memenuhi target pencapaian maka siklus selanjutnya akan dilakukan. Setiap siklus terdiri dari empat komponen yaitu: perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Komponen-komponen tersebut terdapat pada setiap pembelajaran berlangsung. Kegiatan pada siklus I dapat digunakan sebagai acuan pada siklus selanjutnya.

2. Subyek Penelitian

Subjek dari penlitian ini adalah guru kelas sekaligus seluruh siswa kelompok B TK Siwi Pertiwi di Kecamatan Bancak Kabupaten Semarang yang berjumlah 16 siswa. Yang terdiri dari 8 siswa perempuan dan 8 siswa laki-laki. Waktu yang diperlukan oleh peneliti untuk melakukan penelitian adalah mulai bulan Juli sampai selesai.

3. Langkah-Langkah Penelitian

Menurut Arikunto (2006: 16) secara umum, terdapat empat langkah dalam melakukan PTK, yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Berikut adalah penjelasan dari empat langkah dalam PTK:

a. Tahap Perencanaan

(27)

11

Menyiapkan penugasan kepada anak didik, yang nantinya akan diberi nilai dan akan dianalisis peneliti lebih lanjut, 4) Membuat simulasi perbaikan.

b. Tahap Tindakan

Tahap ini merupakan pelaksanaan yang telah dibuat berupa penerapan pembelajaran sesuai konsep dan skenario yang telah tertulis pada RKH.

c. Tahap Pengamatan

Pada tahap ini pengamatan dilakukan selama proses segala aktivitas anak didik diamati, dicatat, dan dinilai, dan dianalisis untuk dijadikan umpan balik.

d. Tahap Refleksi

Untuk mengetahui ketercapaian dan keberhasilan tujuan penelitian, maka pada tahap refleksi ini peneliti melakukan :

1) Mencatat hasil observasi dan pelaksanaan pembelajaran. 2) Evaluasi hasil observasi.

3) Analisis hasil observasi, apabila pada siklus 1 belum tercapai indikatornya, maka peneliti akan melakukan perbaikan pada siklus 2.

(28)

12

Gambar 1.1 Penelitian Tindakan Kelas Model Kemmis dan Taggart

(Suyadi, 2010: 50)

4. Teknik Pengumpulan Data

Menurut Arikunto (2005: 10) metode pengumpulan data adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatan mengumpulkan data agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan dipermudah olehnya. Metode-metode yang digunakan untuk mengumpulkan data pada penelitian ini adalah sebagai berikut: a) Observasi. Dalam kegiatan ini peneliti melakukan pengamatan kegiatan belajar mengajar di TK Siwi Pertiwi Kecamatan Bancak Kabupaten Semarang. Dalam penilaian dapat diketahui melalui lembar observasi, b) Tes hasil belajar, ini di gunakan untuk mengetahui sejauh mana siswa tersebut mengalami peningkatan belajar, c) Dokumentasi. Hasil observasi akan lebih nyata apabila didukung dengan adanya foto.

5. Instrumen Penelitian

(29)

13

menggunakan checklist. Checklist atau daftar chek adalah pedoman observasi yang berisikan daftar dari semua aspek yang akan diobservasi, sehingga observer tinggal memberi tanda ada atau tidak

adanya dengan tanda cek (√) tentang aspek yang diobservasi (Sanjaya,

2010: 93).

Adapun indikator pencapaian yang akan dipelajari disini adalah: a) Menunjukkan macam-macam warna, b) Percobaan pencampuran warna dari warna pokok, c) Meniru tulisan warna yang ada pada gambar, d) Menghubungkan warna yang ada pada gambar dengan kalimat disebelahnya.

Di bawah ini merupakan kisi-kisi instrument kemampuan pencampuran warna dan rubrik kemampuan pencampuran warna pada anak kelompok B menggunakan media kertas krep.

Tabel 1.1 Kisi-Kisi Instrumen Kemampuan Pencampuran Warna pada

Anak Kelompok B

a. Mengenal perbedaan berdasarkan

ukuran: “lebih dari”; “kurang dari”;

dan “paling/ter”.

b. Mengklasifikasikan benda

berdasarkan warna, bentuk, dan

ukuran (3 variasi).

c. Mengklasifikasikan benda yang

(30)

14

yang sama atau kelompok yang

sejenis, atau kelompok

berpasangan yang lebih dari 2

variasi.

d. Mengenal pola ABCD-ABCD.

e. Mengurutkan benda berdasarkan

ukuran dari paling kecil ke paling

besar atau sebaliknya

Tabel 1.2 Rubrik Penilaian Kemampuan pencampuran warna

Simbol Skor/Nilai Kategori Kriteria/Ketentuan

1 Belum Muncul (BM)

Anak tidak mau

mengerjakan

2 Mulai Muncul (MM)

Jika anak bisa dengan

bantuan guru

3

Berkembang Sesuai

Harapan (BSH)

Jika anak bisa namun

masih kurang tepat

4

Berkembang Sangat Baik

(BSB)

Jika anak bisa tanpa

bantuan

6. Analisis Data

(31)

15

informasi sesuai dengan fungsinya hingga memiliki makna dan arti yang jelas sesuai dengan tujuan penelitian (Sanjaya, 2010: 106).

Dalam penelitian ini, peneliti akan menganalisis data-data yang sudah diperoleh. Hal ini dilakukan peneliti dengan tujuan dapat mengetahui kemampuan dari masing-masing siswa kelompok B. Apakah siswa tersebut Berkembang Sesuai Harapan (BSH) atau Belum Berkembang. Adapun analisis data yang dilakukan peneliti ini bersumber pada observasi dan unjuk kerja atau lembar kerja siswa. Yang mana dalam kegiatan tersebut terdapat pada: perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan juga refleksi. Analisis ini akan terus dilakukan sampai sekiranya bagi penulis penelitian ini dikatakan berhasil.

Analisis data terhadap anak dilakukan beberapa tahap seperti Mulyasa (2009 : 101) yaitu:

1) Menjumlah skor yang dicapai anak pada setiap butir amatan.

2) Menghitung persentase peningkatan kemampuan pencampuran warna, persentase pencapaian kemampuan rumusnya, yaitu:

3) Membuat tabulasi skor observasi, adapun rancangan tabel sebagai berikut:

Persentase Keberhasilan Kelas = Total persentase pencapaian kelas x 100% Jumlah siswa

Persentase Pencapaian Anak = Jumlah skor yang dicapai tiap amatan X 100 % Jumlah skor maksimum

(32)

16

Tabel 1. 3. Lembar Perbandingan Hasil Pencapaian Tiap Siklus dengan Indikator

Keberhasilan

a) Persentase pencapaian: diperoleh dari perhitungan persentase peningkatan kemampuan Menunjukkan macam-macam warna pada masing-masing anak.

b) Persentase keberhasilan: diperoleh dari persentase standar ketuntasan belajar yang ditetapkan oleh pihak sekolah, yaitu standar keberhasilan hasil belajar tiap anak sebesar 85% atau yang setara dengan Bintang 3 (Berkembang sesuai Harapan).

c) Status Pencapaian: diperoleh dari perbandingan antara skor persentase pencapaian dengan standar keberhasilan (85%). Jika hasil persentase pencapaian < (kurang dari) persentase standar

keberhasilan maka status pencapaian yaitu “Belum Berkembang”. Dan bila persentase pencapaian ≥ (lebih dari atau sama dengan) persentase standar keberhasilan maka status pencapaian yaitu

“Berkembang sesuai Harapan”.

(33)

17

G. Sistematika Penulisan

Dalam penelitian ini, peneliti menyusun ke dalam lima bab yang rinciannya adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Di dalam pendahuluan ini penulis akan membahas sedikit mengenai: Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Kegunaan Penelitian, Hipotesis Penelitian dan Indikator Keberhasilan, Metode Penelitian, Rancangan Penelitian, Subjek Penelitian, Langkah-Langkah Penelitian, Instrumen Penelitian, Teknik Pengumpulan Data dan Sistematika Penulisan.

BAB II LANDASAN TEORI

Di dalam Landasan Teori kali ini, penulis juga akan membahas sedikit mengenai: kajian teori dan juga kajian pustaka. Adapun yang termasuk ke dalam kajian teori menurut peneliti sendiri adalah yang di dalamnya berisi; karakteristik perkembangan anak kelompok B, pencampuran warna, dan media pencampuran warna. Sedangkan pada kajian pustaka sendiri, penulis mencantumkan beberapa sumber judul yang dikiranya sesuai dengan judul penulis.

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN

(34)

18

Kabupaten Semarang, dan juga pelaksanaan penelitian yang mendiskripsikan pelaksanaan pada siklus I dan siklus II

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Di dalam hasil penelitian dan pembahasan, penulis menjelaskan mengenai: Deskripsi per siklus yang dimulai dari pra siklus sampai dengan siklus II, dan juga beserta pembahasan.

BAB V PENUTUP

(35)

19

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Teori Ahli

1. Kemampuan Sains Anak Kelompok B a. Pengertian Sains

Sains atau IPA secara harfiah dapat disebut sebagai ilmu tentang alam atau yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam. Sains adalah sistem tentang alam semesta yang diperoleh melalui pengumpulan data dengan observasi dan eksperimen terkontrol. Sains adalah produk atau hasil dari proses penyelidikan ilmiah yang dilandasi oleh sikap dan nilai-nilai tertentu. Menurut bahasa, sains atau Science (Bahasa Inggris), berasal dari bahasa Latin, yaitu dari kata Scientia artinya pengetahuan.

(36)

20

1) Sains sebagai suatu proses adalah cara untuk memperoleh pengetahuan. Gambaran sains berhubungan erat dengan kegiatan penelusuran gejala dan fakta-fakta alam yang dilakukan melalui kegiatan laboratorium beserta perangkatnya. Kebenaran sains akan diakui jika penelusurannya berdasar pada kegiatan pengamatan, hipotesis (dugaan), percobaan-percobaan yang ketat dan obyektif, meskipun kadang berseberangan dengan nilai yang ada. Jadi, sains menuntut proses yang dinamis dalam berfikir, pengamatan, eksperimen, menemukan konsep maupun merumuskan berbagai teori. Rangkaian proses yang dilakukan dalam kegiatan sains tersebut, saat ini dikenal dengan sebutan metode keilmuan atau metode ilmiah.

(37)

21

sudah teruji secara empirik serta dianggap berlaku secara universal.

3) Sains sebagai suatu sikap, atau dikenal dengan istilah sikap keilmuan, maksudnya berbagai keyakinan, opini dan nilai-nilai yang harus dipertahankan oleh seorang ilmuan khususnya ketika mencari atau mengembangkan pengetahuan baru. Diantara sikap tersebut adalah rasa tanggung jawab yang tinggi, rasa ingin tahu, disiplin, tekun, jujur, dan terbuka terhadap pendapat orang lain.

Brewer mendefinisikan sains berarti proses mengamati, berpikir, dan merefleksikan berbagai tindakan atau peristiwa. Sedangkan Semiawan mengartikan sains sebagai pengkajian dan penerjemahan pengalaman manusia tentang dunia fisik, mencakup semua aspek pengetahuan yang dihasilkan oleh metode saintifik, tidak terbatas pada fakta dan konsep proses saintifik tetapi juga berbagai variasi aplikasi pengetahuan dan prosesnya seperti pengamatan, perkiraan dan penilaian, serta interprestasi. Sehingga dapat disimpulkan bahwa sains adalah ilmu pengetahuan yang berkenaan dengan fakta dan gejala alam yang tersusun secara sistematis yang didapatkan melalui pengamatan dan eksperimen.

b. Anak Kelompok B

(38)

22

baik untuk dikembangkan. Hasil penelitian memenyebutkan bahwa pada usia dini, 90% dari fisik otak anak sudah terbentuk. Ketika dilahirkan ke dunia, anak manusia telah mencapai perkembangan otak 25%, sampai usia 4 tahun perkembangannya mencapai 50%, dan sampai 8 tahun mencapai 80%, selebihnya berkembang sampai usia 18 tahun.

Atas dasar inilah, penting kiranya dilakukan pendidikan nak usia dini, dalam memaksimalkan kemampuan dan potensi anak. Jangan sampai kita sebagai orang tua atau pendidik mematikan segenap potensi dan kreativitas anak karena ketidaktahuan kita. Manfaatkan masa golden age ini sebagai masa pembinaan, pengarahan, pembimbingan, dan pembentukan karakter anak usia dini. Dengan dilakukan pendidikan karakter sejak dini, harapannya ke depan anak akan dapat menjadi manusia yang berkepribadian baik sehingga bermanfaat bagi dirinya sendiri, masyarakat, maupun bangsa dan negara.

Usia 0-6 tahun merupakan usia yang sangat menentukan dalam pembentukan dan kepribadian anak dan sangat penting dalam perkembangan inteligensi. Adapun beberapa masa yang dilalui anak usia dini sebagai berikut:

(39)

23

2) Masa egosentris: sikap mau menang sendiri, selalu ingin dituruti sehingga perlu perhatian dan kesabaran dari orang dewasa/pendidik

3) Masa berkelompok: anak-anak lebih senang bermain bersama teman sebayanya, mencari teman yang dapat menerima satu sama lain sehingga orang dewasa seharusnya memberi kesempatan pada anak untuk bermain bersama-sama

4) Masa meniru: anak merupakan peniru ulung yang dilakukan terhadap lingkungan sekitarnya. Proses peniruan terhadap orang-orang disekelilingnya (seperti memakai lipstik, memakai sepatu hak tinggi) dan berbagai perilaku ibu, ayah, kakak maupun tokoh-tokoh kartun di TV, majalah, komik maupun media massa lainnya

5) Masa eksplorasi (penjelajahan): masa menjelajahi pada anak dengan memanfaatkan benda-benda yang ada di sekitarnya, mencoba-coba dengan cara memegang, memakan atau meminumnya, dan melakukan trial and error terhadap benda-benda yang ditemukannya

c. Kemampuan Sains Anak Usia Dini

(40)

24

sekelilingnya. Kecenderungan manusia memberi arti pada berbagai hal dan kejadian di sekitarnya merupakan indikasi dari kemampuan berpikirnya.

Kecenderungan ini dapat kita temukan pada seorang anak yang memandang berbagai benda di sekitarnya dengan penuh rasa ingin tahu. Kemampuan kognitif anak adalah :

1) Sudah dapat memahami jumlah dan ukuran,

2) Tertarik dengan huruf dan angka. Ada yang sudah mampu menulisnya atau menyalinnya, serta menghitungnya,

3) Telah mengenal sebagian warna,

4) Mulai mengerti tentang waktu, kapan harus pergi sekolah dan pulang dari sekolah, nama-nama hari dalam satu minggu, 5) Mengenal bidang dan bergerak sesuai dengan bidang yang

dimilikinya,

6) Pada akhir usia 6 tahun, anak sudah mulai mampu membaca, menulis dan berhitung.

(41)

25

pembelajaran sains, kekuatan intelektual anak menjadi terlatih secara simultan dan terus menerus. Dengan sering mengamati, maka ketrampilan sains anak akan berkembang.

Disamping itu anak juga dapat mengikuti tahap tujuan dan menikmati beberapa penelitian langsung dari guru:

1) Memiliki perhatian yang lama untuk berbagai aktivitas sains, mereka mulai dapat menikmati kegiatan yang dilakukan dalam kurun waktu beberapa hari

2) Bekerja sama bersama-sama dengan lima atau enam anak 3) Tetarik pada buku-buku yang yang berhubungan dengan

aktivitas dari praktek sains dengan beberapa ilustrasi-ilustrasi berupa gambar

4) Mulai dapat memahami beberapa konsep sains yang bersifat abstrak, tetapi tetap dengan contoh-contoh nyata yang kongkrit dan praktek langsung

5) Senang menggunakan gambar-gambar dan menulis berbagai pengalaman yang mereka dapatkan dalam praktek sains yang telah dilakukan

d. Komponen Sains

Bagi penulis sendiri, yang terdapat dalam komponen sains adalah: 1) Mengenal perbedaan berdasarkan ukuran: “lebih dari”;

(42)

26

2) Mengklasifikasikan benda berdasarkan warna, bentuk, dan ukuran (3 variasi)

3) Mengklasifikasikan benda yang lebih banyak ke dalam kelompok yang sama atau kelompok yang sejenis, atau kelompok berpasangan yang lebih dari 2 variasi.

4) Mengenal pola ABCD-ABCD

5) Mengurutkan benda berdasarkan ukuran dari paling kecil ke paling besar atau sebaliknya

2. Pencampuran Warna

Menurut Soewignjo (2013: 2) pengertian warna dapat dibedakan menjadi dua yaitu secara subyektif (secara psikologis) dan secara obyektif (secara fisik). Secara subyektif warna diartikan sebagai bagian dari pengalaman indera penglihatan. Sedangkan secara obyektif warna diartikan sebagai hasil dari panjang gelombang cahaya yang dipancarkan.

Menurut Musfiroh (2008: 417) cipta warna merupakan kegiatan bermain dengan pewarna, baik dalam bentuk kertas krep, pewarna makanan, maupun finger painting yang bertujuan merangsang kepekaan warna. Cipta warna dibuat dengan mencampur 2 warna hingga membentuk warna baru.

(43)

27

memperhatikan dan merasa takjub dengan terjadinya perubahan warna. Kegiatan selanjutnya anak-anak dapat melakukan sendiri kegiatan mencampur warna secara langsung.

3. Media Pencampuran Warna

a. Pengertian Media Pembelajaran

Secara etimologi, kata “media” merupakan bentuk jamak dari

“medium”, yang berasal dan Bahasa Latin “medius” yang berarti tengah. Sedangkan dalam Bahasa Indonesia, kata “medium” dapat diartikan sebagai “antara” atau “sedang” sehingga pengertian

media dapat mengarah pada sesuatu yang mengantar atau meneruskan informasi (pesan) antara sumber (pemberi pesan) dan penerima pesan.

Media dapat diartikan sebagai suatu bentuk dan saluran yang dapat digunakan dalam suatu proses penyajian informasi. Pembelajaran mengandung makna adanya kegiatan mengajar dan belajar, di mana pihak yang mengajar adalah guru dan yang belajar adalah siswa yang berorientasi pada kegiatan mengajarkan materi yang berorientasi pada pengembangan pengetahuan, sikap, dan keterampilan siswa sebagai sasaran pembelajaran. Dalam proses pembelajaran akan mencakup berbagai komponen lainnya, seperti media, kurikulum, dan fasilitas pembelajaran.

(44)

28

merangsang perhatian, minat pikiran dan perasaan siswa dalam kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu.

b. Fungsi Media Pembelajaran

Media dipandang sebagai salah satu faktor yang dapat meningkatkan efektifitas proses pembelajaran, hal ini disebabkan karena media memiliki peran dan fungsi strategis yang secara langsung maupun tidak langsung dapat mempengaruhi motivasi, minat dan atensi peserta didik dalam belajar serta mampu memvisualisasikan materi abstrak yang diajarkan sehingga memudahkan pemahaman peserta didik. Selain itu, media mampu membuat pembelajaran lebih jelas serta mampu memanipulasi dan menghadirkan objek yang sulit dijangkau oleh peserta didik.

Media pembelajaran sangat penting bagi kegiatan belajar mengajar karena dapat mendukung tercapainya tujuan belajar dengan lebih baik dan lebih cepat. Media pembelajaran tidak sekedar menjadi alat bantu pembelajaran, melainkan juga merupakan suatu strategi dalam pembelajaran. Sebagai strategi media pembelajaran memiliki banyak fungsi, yaitu:

(45)

29

guru sebagai sumber informasi atau pengetahuan bagi peserta didik

2) Fungsi Semantik artinya, dalam hal ini medi pembelajaran berfungsi mengkonkretkan ide dan memberikan kejelasan agar pengetahuan dan pengalaman belajar dapat lebih jelas dan lebih mudah dimengerti

3) Fungsi Manipulatif artinya, adalah kemampuan media dalam menampilkan kembali suatu benda atau peristiwa dengan berbagai cara, sesuai kondisi, situasi, tujuan dan sasarannya. Misalnya, proses metamorphosis kupu-kupu tidak mungkin diamati selama proses pembelajaran, untuk itu dibutuhkan media seperti skema, gambar, video, dan lain-lain.

4) Fungsi Fiksatif (Daya Tangkap atau Rekam) artinya, fungsi fiksatif ini terkait dengan kemampuan merekam (record) media pada suatu peristiwa atau objek dan menyimpannya dalam waktu yang tidak terbatas sehingga sewaktu-waktu dapat diputar kembali ketika diperlukan.

5) Fungsi Distributif yang mana memiliki dua fungsi di dalamnya yaitu mengatasi batas-batas ruang dan waktu, juga mengatasi keterbatasan inderawi manusia.

(46)

30

7) Fungsi Sosio-Kultural yaitu fungsi media mampu memberikan rangsangan, memberikan pemahaman tentang perlunya menjaga keharmonisan dan saling menghargai perbedaan yang ada.

Adapun media yang digunakan peneliti diantaranya yaitu:

a) Media Kertas Krep

Pada pembelajaran mengetahui cara pembuatan warna dari bahan buatan salah satunya menggunakan media kertas krep dengan metode eksperimen. Kertas krep adalah kertas yang permukaannya berkerut-kerut dan mudah warnanya mudah larut dalam air. Sehingga warna air sesuai dengan warna kertas krep yang dicelupkan ke air.

Alasan menggunakan kertas krep untuk mengekslorasi pencampuran warna dasar adalah bahan mudah didapatkan harganya murah dan menyenangkan untuk siswa.

Cara Menggunakan Kertas Krep antara lain:

(1) Siapkan kertas krep 1 bungkus warna wari

(2) Siapkan juga gelas plasktik, kemudian isi dengan air dengan tingginya 2 cm

(47)

31

(4) Lihat perubahan yang terjadi, air yang sudah di masukkan kertas krep warnanya berubah sesuai dengan kertas yang di masukkan tersebut

b) Media pewarna makanan

Pewarna makanan adalah salah satu komponen tambahan yang biasa digunakan dalam pembuatan makanan dan minuman. Bahan yang satu ini memang agak sulit dilepaskan dari pembuatan makanan apapun.

Cara menggunakan pewarna makanan:

(1) Siapkan pewarna makanan yang akan digunakan (2) Ambil gelas plastik, kemudian masukkan pewarna

makanan ke dalamnya campur dengan air (3) Ambil kertas yang yang akan diberi pewarna

(4) Siapakan cuttonbud yang sudah di masukkan kedalam gelas yang sudah ada warnanya

(5) Kemudian digunakan untuk menebalkan tulisan

c) Kelebihan dan kekurangan media pencampuran warna

(1) Kelebihan pencampuran warna

(a) Media yang digunakan aman untuk anak (b) Media mudah ditemukan

(c) Media mempunyai warna-warna yang bagus

(48)

32

(2) Kekurangan pencampuran warna

(a) Media yang digunakan perlu pengawasan orang tua

(b) Media digunakan satu kali pakai (c) Media mudah sekali rusak (d) Media rawan jika kena air

B. Kajian Pustaka

Ini diambil dari Yunani, Marmawi R, Halida Jurusan PG-PAUD FKIP

Universitas Tanjungpura Pontianak tahun 2015 dengan judul “Peningkatan

Kemampuan Sains Melalui Kegiatan Pencampuran Warna Pada Anak Usia 5-6 Tahun”. Peningkatan Kemampuan Sains melalui Kegiatan Pencampuran Warna pada Anak Usia 5-6 Tahun di TK IT Anak Shaleh Mempawah. Penelitian ini dilakukan untuk memperbaiki proses pembelajaran sains melalui kegiatan pencampuran warna pada anak usia 5-6 tahun di TK IT Anak Shaleh Mempawah. Penelitian tindakan kelas ini dilakukan dalam dua siklus. Pada setiap siklus dilaksanakan 2 (dua) kali pertemuan. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif dengan bentuk penelitian tindakan kelas terhadap 20 orang dengan prosedur penelitian terdiri dari: persiapan, pelaksanaan, pengamatan atau observasi, dan refleksi.

(49)

33

anak belum dapat menunjukkan hasil pencampuran warna biru dan kuning, yakni dengan kategori cukup sedangkan pada siklus kedua pertemuan kedua semua anak tuntas dalam menyebutkan jenis-jenis warna dan anak dapat menunjukkan hasil pencampuran warna merah dan biru, serta anak dapat menunjukkan hasil pencampuran warna biru dan kuning yakni dengan kategori baik. Saran dalam penelitian ini, guru hendaknya kreatif menyiapkan alat peraga sains, persiapan pembelajaran sains dan memberi reward kepada anak.

Ini diambil dari Eka Meiliawati Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas

Negeri Yogyakarta tahun 2015 dengan judul “Meningkatkan Kemampuan

Mengenal Warna Melalui Metode Eksperimen Pada Anak Usia 3-4

Tahun Di Kb Melati Putih Jetis Bantul”. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa kemampuan mengenal warna dapat meningkat dengan metode eksperimen. Adapun proses pembelajarannya anak diberi kesempatan untuk melakukan percobaan tentang warna yang bersifat sederhana dan menarik untuk anak. Hasil penelitian meningkat secara bertahap, hal ini dapat dilihat dari data hasil observasi pada Pratindakan, Siklus I dan Siklus II. Rata-rata perolehan persentase pada Pratindakan yaitu 49,41%, meningkat di Siklus I dengan persentase sebesar 63,69% dan meningkat mencapai 83,68% pada Siklus II.

Ini diambil dari Devi Nurjanah jurusan PG-PAUD Universitas

Nusantara Pgri Kediri Tahun 2017 dengan judul “Meningkatkan

(50)

34

Menggunakan Metode Eksperimen Pada Anak Kelompok B Tk Kusuma Mulia I Petok Kecamatan Mojo Kabupaten Kediri Tahun Pelajaran

2016/2017”. Anak diharapkan mampu menyebutkan warna dasar, dapat

(51)

35

BAB III

PELAKSANAAN PENELITIAN

A. Gambaran Umum Lokasi dan Subjek Penelitian 1. Profil Sekolah

Profil atau identitas sekolah yang didapat peneliti dari wawancara kepada Kepala Sekolah TK Siwi Pertiwi di Bancak adalah sebagai berikut:

a. Nama Sekolah : TK Siwi Pertiwi b. Nomor Statistik : -

c. Alamat : Dsn Krajan, Rt: 08 Rw: 01, Desa Bancak, Kec.Bancak, Kab. Semarang

d. Kode Pos : -

e. Provinsi : Jawa Tengah f. Telepone : 087-834-560-568 g. Status Sekolah : Yayasan

h. Akreditasi : -

i. Jumlah Peserta Didik : 27 Siswa j. Jumlah rombel : 2

k. Tahun Pendirian Sekolah : 01 September 1985 Identitas Penyelenggara:

a. Nama : Hadihi Tamam, S. Pd, M. Pd b. Pendidikan Terakhir : S2

(52)

36

d. Alamat : Dsn Krajan, Rt: 04 Rw: 03, Desa Bancak, Kec.Bancak, Kab. Semarang

2. Letak Geografis Tk Siwi Pertiwi

Lembaga pendidikan Tk Siwi Pertiwi tepatnya berada di Dsn Krajan, Rt: 08 Rw: 01, Desa Bancak, Kec. Bancak, Kab. Semarang.

3. Visi dan Misi Tk Siwi Pertiwi

a. Visi

Mewujudkan siswa yang takwa, berbudi luhur, terampil, cerdas, sehat, bertaggung jawab dan percaya diri

b. Misi

1. Memupuk rasa ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa 2. Membiasakan anak didik berperilaku sopan santun

3. Mendorong setiap anak didik untuk berkemabang sesuai dengan bakat, minat dan kemampuannya

4. Mewujudkan hubungan kekeluargaan yang sehat dan harmonis anatara peserat didik, wali murid, dan tenaga pendidik serta lingkungan yang mendukung

4. Data Guru dan Siswa Kelompok B

Adapun nama-nama guru di Tk Siwi Pertiwi Kecamatan Bancak Kabupaten Semarang terlihat pada tabel dibawah ini

Tabel 3.1. Data Guru Tk Siwi Pertiwi

No Nama Tanggal Lahir Jabatan

1

Nurul Hidayah Kab. Semarang, 17

(53)

37 2

Laili Fitria Kab. Semarang, 1

Agustus 1981 Guru Kelompok A

3

Nurul Hidayah Kab. Semarang, 17

Agustus 1982 Guru Kelompok B

Tabel 3.2. Data Anak Kelompok B Tk Siwi Pertiwi

No Nama Anak Jenis Kelamin

9. Nadira Putri Rahmatullah P

10. Risky Aditya L

11. Rifqi Chairul Adha L

12. Deisya Dara Alexa P

13. Isna Putri Cahyani P

14. Mirza Indrawan Santoso L

15. Aulia Kusuma Izzatunnisa P

16. Putri Rahmadani P

(54)

38

5. Struktur Organisasi

Adapun Struktur organisasi di Tk Siwi Pertiwi Kecamatan Bancak Kabupaten Semarang terlihat pada gambar di bawah ini:

Gambar 3.1 Struktur organisasi Guru

B. Pelaksanaan Penelitian

Penelitian dilakukan dalam dua siklus, yaitu siklus I, dan siklus II Rincian pelaksanaan dalam tiap siklus adalah sebagai berikut:

1. Deskripsi Penelitian Siklus I

a. Perencanaan (Planning)

Kegiatan perencanaan pembelajaran Siklus I dilakukan pada Hari Selasa 24 Juli 2018 pukul 07.30 WIB sampai dengan 09.00 WIB adalah sebagai berikut:

(55)

39 2) Media pewarna makanan

3) Menyiapkan lingkungan pembelajaran, 4) Instrumen penelitian,

5) Menyiapkan pertanyaan untuk membawa anak berpikir ke tingkat yang lebih tinggi.

b. Pelaksanaan (Acting) 1) Pra Pembelajaran

a) Guru mengkondisikan anak untuk tenang dan memperhatikan pembelajaran yang berlangsung

b) Menyiapkan RPPH

c) Menyiapkan media pembelajaran d) Menyiapkan lembar kerja

2) Kegiatan awal

a) Guru mengucapkan salam

b) Membaca Al Fatihah, berdoa sebelum belajar dan juga mebaca doa-doa pendek

c) Absensi

d) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran

e) Tanya jawab tentang materi yang akan dipelajari 3) Kegiatan Inti

(56)

40

b) Guru mendemonstrasikan materi pencampuran warna dengan menggunakan media pewarna makanan

c) Selanjutnya guru menjelaskan mengenai geometri dari kertas lipat, yang mana dalam penjelasan tersebut guru menggunakan 3 warna yang berbeda. Dengan pola geometrinya adalah segitiga, lingkaran, dan persegi panjang

d) Guru mendemonstrasikan materi menebalkan huruf menggunakan media pewarna makanan

e) Guru memberikan kegiatan yang berkaitan dengan materi 4) Kegiatan Akhir

a) Guru mengajak anak untuk bernyayi pelangi-pelangi b) Guru mengulas kembali kegiatan belajar dai awal hingga

akhir

c) Guru menutup kegiatan belajar mengajar dengan doa, pesan-pesan dan salam.

c. Observasi

(57)

41 d. Refleksi

Tahap akhir dari siklus pertama ini peneliti dapat menemukan beberapa keberhasilan yang dicapai diantaranya;

1) Sebagian besar siswa mendengarkan dan memperhatikan guru

2) Siswa aktif dalam proses pembelajaran

Walaupun sudah ada beberapa keberhasilan dalam pembelajaran namun masih ada beberapa kekurangan dalam pembelajaran, antara lain:

1) Dalam pembelajaran masih ada siswa yang pasif 2) Masih ada siswa yang mengabaikan pembelajaran 3) Penggunaan waktu yang kurang efesien

4) Keberanian siswa untuk bertanya belum muncul 5) Masih ada siswa yang perlu bimingan dari guru

Untuk mengatasi kekurangan sikus I peneliti melakukan ide perbaikan. Hal ini dilakukan supaya pra siklus berikutnya tidak terjadi kekurangan yang sama, antara lain:

1) Guru lebih terampil dalam mengkondisikan anak

2) Menentukan strategi yang dapat menarik perhatian anak 3) Guru mengelola waktu secara baik

(58)

42

2. Deskripsi Penelitian Siklus II

a. Perencanaan (Planning)

Kegiatan perencanaan pembelajaran Siklus II dilakukan pada hari Senin, 30 Juli 2018 pukul 07.30 WIB sampai dengan 09.00 WIB adalah sebagai berikut:

1) Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH),

2) Media Kertas Krep

3) Menyiapkan lingkungan pembelajaran, 4) Instrumen penelitian,

5) Menyiapkan pertanyaan untuk membawa anak berpikir ke tingkat yang lebih tinggi.

b. Pelaksanaan (Acting) 1) Pra Pembelajaran

a) Guru mengkondisikan anak untuk tenang dan memperhatikan pembelajaran yang berlangsung.

b) Menyiapkan RPPH

c) Menyiapkan Media Pembelajaran d) Menyiapkan lembar kerja

2) Kegiatan awal

a) Guru mengucapkan salam

(59)

43 c) Absensi

d) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran e) Tanya jawab tentang materi yang akan dipelajari 3) Kegiatan Inti

a) Guru bertanya jawab tentang tema yang dipelajari hari ini tentang diri sendiri

b) Guru mendemonstrasikan materi perbandingan dengan menggunakan media kertas krap

c) Guru mendemonstrasikan materi mengenai mengurutkan gambar dari yang paling kecil ke yang paling besar dengan menggunakan media lembar kerja siswa

d) Guru mendemonstrasikan materi menarik garis menggunakan media lembar kerja siswa dan juga pewarna dari kertas krep

e) Guru memberikan kegiatan yang berkaitan dengan materi 4) Kegiatan Akhir

a) Guru mengajak anak untuk bernyayi lihat kebunku

b) Guru mengulas kembali kegiatan belajar dai awal hingga akhir

(60)

44 c. Observasi

Dari observasi yang dilakukan dengan menggunakan lembar observasi, pada siklus II ini terjadi peningkatan dalam pemahaman pencampuran warna. Siswa sudah memahami tentang pencampuran warna dalam mengikuti proses pembelajaran yang menyenangkan dan menarik, sehingga mengalami peningkatan. Kondisi kelas juga menjadi lebih kondusif dan siswa aktif dalam mengikuti pembelajaran.

d. Refleksi

Setelah mengumpulkan dan menganalisis data, didapati bahwa pemahaman pencampuran warna pada siklus II sudah jauh lebih baik dari siklus I, karena semua siswa dapat mengikuti proses pembelajaran secara aktif dengan menggunakan media pewarna makanan. Selain itu hasil nilai yang di dapat juga menunjukkan perubahan hasil yang sangat baik. Siswa terlihat aktif dan senang dalam proses pembelajaran berlangsung, maka tidak diperlukan untuk siklus selanjutnya.

C. Instrumen Penilaian

(61)

45

Tabel 3.3 Indikator yang diamati tiap Siklus

No Indikator Siklus I Siklus II

1 Mengenal perbedaan berdasarkan ukuran: “lebih dari”;

“kurang dari”; dan “paling/ter” V V

2 Mengklasifikasikan benda berdasarkan warna, bentuk,

dan ukuran (3 variasi)

V V

3 Mengklasifikasikan benda yang lebih banyak ke dalam

kelompok yang sama atau kelompok yang sejenis, atau

kelompok berpasangan yang lebih dari 2 variasi

V V

4 Mengenal pola ABCD-ABCD V V

5 Mengurutkan benda berdasarkan ukuran dari paling

kecil ke paling besar atau sebaliknya

(62)

46

BAB IV

ANALISIS DATA

A. Deskripsi Per Siklus 1. Ketentuan Penilaian

Adapun penilaian pada lembar kerja anak didik, berupa symbol gambar bintang, yang mana symbol tersebut akan di ubah ke data yang bersifat angka atau kuantitatif untuk sementara, kemudian akan dioalah ke dalam bahasa kualitatif, dengan ketentuan sebagai berikut:

Tabel. 4.1 Tabel Rubrik Penilaian Kemampuan Pencampuran Warna

Peneliti berdiskusi bersama teman sejawat dan kepala sekolah, bahwa penentuan indikator keberhasilan kemampuan pencampuran warna juga penting dibuat, berdasarkan kesepakatan bersama pihak sekolah, maka diputuskan indikator keberhasilan dalam proses pembelajaran yaitu sebesar 75% atau setara dengan Bintang 2 (Mulai

Simbol Skor atau

Nilai Kategori Kriteria atau Ketentuan

1 Belum Muncul (BM) Anak tidak mau mengerjakan

2 Mulai Muncul (MM) Jika anak bisa dengan bantuan guru

3 Berkembang Sesuai Harapan (BSH)

Jika anak bisa namun masih

kurang tepat

4 Berkembang Sangat

(63)

47

Muncul). Bila anak mampu mencapai nilai/hasil pencapaian lebih dari 75% pada siklus II, anak dapat dikatakan sudah berhasil memahami pembelajaran kemampuan pencampuran warna dan sebaliknya jika hasil pencapaian kurang dari 75% pada Siklus II, maka anak dikatakan belum mampu menguasai pembelajarankemampuan pencampuran warna.

Setiap sisiwa dikatakan berkembang belajarnya di kelas jika dalam kelas tersebut kurang lebih 85% setara dengan Bintang 3 (Berkembang Sesuai Harapan) (Dekdibud dalam Trianto, 2010:241).

2. Data Hasil Pengamatan Pra Siklus

Berdasarkan hasil pengamatan, pengumpulan data dan pengolahan data pada Pra Siklus, maka dapat disajikan ke dalam tabel sebagai berikut:

Tabel 4.2 Hasil Penilaian Pra Siklus

(64)

48 Keterangan :

Dari tabel tersebut, maka diketahui persentase pencapaian tiap anak, karena nilainya dibawah standar keberhasilan yaitu 75% atau yang setara dengan Bintang 2 (Mulai Muncul) maka dapat dikatakan bahwa hasil belajar anak belum maksimal, dan masih memerlukan perbaikan. Sedang rata–rata persentase pencapaian kelas pada saat Pra Siklus yaitu sebesar 33%.

3. Data Hasil Pengamatan Sikus I

Berdasarkan hasil pengamatan , pengumpulan data dan pengolahan data pada Siklus I, maka dapat disajikan ke dalam tabel sebagai berikut:

15 A F N 1 1 2 1 1 30

16 P R 1 1 1 2 1 30

Jumlah nilai total satu kelas 525

Jumlah Skor Maksimum = Skor maksimum butir amatan x Jumlah butir amatan = 4 x 5 = 20

Persentase Keberhasilan Kelas = Total persentase pencapaian kelas x 100% Jumlah siswa

= 525X100% = 32,81% Dibulatkan 33% 16

Persentase Pencapaian Anak = Jumlah skor yang dicapai tiap amatan X 100 % Jumlah skor maksimum

(65)

49

Tabel 4.3 Hasil Penilaian Siklus I

Keterangan :

Jumlah nilai total satu kelas 1000

Jumlah Skor Maksimum = Skor maksimum butir amatan x Jumlah butir amatan = 4 x 5 = 20

Persentase Pencapaian Anak = Jumlah skor yang dicapai tiap amatan X 100 % Jumlah skor maksimum

Nama A T P = 12 X 100% = 60 % 20

Persentase Keberhasilan Kelas = Total persentase pencapaian kelas x 100% Jumlah siswa

(66)

50

Dari tabel tersebut, maka diketahui persentase pencapaian tiap anak, karena nilainya dibawah standar keberhasilan yaitu 75% atau yang setara dengan Bintang 2 (Mulai Muncul), maka dapat dikatakan bahwa hasil belajar anak belum maksimal, dan masih memerlukan perbaikan. Sedang rata–rata persentase pencapaian kelas pada saat Siklus I yaitu sebesar 62%.

4. Data Hasil Pengamatan Siklus II

Berdasarkan hasil pengamatan, pengumpulan data dan pengolahan data pada Siklus II, maka dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut:

Tabel 4.4 Hasil Penilaian Siklus II

No Nama

(67)

51

Dari tabel tersebut, maka diketahui persentase pencapaian tiap anak, karena nilainya dibawah standar keberhasilan yaitu 75% atau yang setara dengan Bintang 2 (Mulai Muncul), maka dapat dikatakan bahwa hasil belajar anak belum maksimal, dan masih memerlukan perbaikan. Sedang rata–rata persentase pencapaian kelas pada saat Siklus II yaitu sebesar 88%.

B. Pembahasan

a. Ketentuan Hasil Akhir Penguasaan Kemampuan Pencampuran Warna

Apabila persentase pencapaian anak lebih kecil dari standar keberhasilan yaitu 75% atau yang setara dengan Bintang 2 (Mulai Muncul), maka anak tersebut dikatakan belum menguasai

pencampuran warna yang telah diajarkan, dilambangkan “Belum Berkembang”.

Apabila persentase pencapaian anak sama atau lebih besar dari standar keberhasilan yaitu 75% atau yang setara dengan Bintang 2 (Mulai Muncul), maka anak tersebut dikatakan sudah menguasai Persentase Pencapaian Anak = Jumlah skor yang dicapai tiap amatan X 100 %

Jumlah skor maksimum

Nama A T P = 20X 100% = 100% 20

Persentase Keberhasilan Kelas = Total persentase pencapaian kelas x 100% Jumlah siswa

(68)

52

pencampuran warna yang telah diajarkan, dilambangkan

“Berkembang Sesuai Harapan”.

b. Perbandingan Hasil Persentase Pencapaian dengan Standar Keberhasilan

Adapun hasil pengolahan data dari penelitian Pra Siklus yang didapatkan hasil persentase pencapaian pencampuran warna sebagai berikut:

Tabel 4.5 Perbandingan Hasil Pencapaian Pra Siklus dengan Standar

(69)

53

Adapun rekapitulasi data pada Pra Siklus seperti terlihat di atas, dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 4.6 Rekapitulasi Data Pra Siklus

Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa rata-rata pencapaian kemampuan mengenal pencampuran warna dalam satu kelas yaitu 33%, masih jauh dari standar keberhasilan yang disepakati peneliti dengan pihak sekolah yaitu 85% atau yang setara dengan Bintang 3. Sehingga perlu diadakan tindakan perbaikan yaitu perlu adanya Siklus I.

c. Perbandingan Hasil Persentase Pencapaian dengan Standar Keberhasilan

Adapun hasil pengolahan data dari penelitian Siklus I yang dilaksanakan Selasa 24 Juli 2018 didapatkan hasil pencapaian kemampuan pencampuran warna sebagai berikut:

Tabel 4.7 Perbandingan Hasil Pencapaian Siklus I dengan Persentase

No

2 Jumlah siswa yang Berkembang Sesuai Harapan 0

(70)

54 dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 4.8 Rekapitulasi Data Siklus I

No Uraian Hasil Pra Siklus

1 Nilai rata-rata kelas 62 %

2 Jumlah siswa yang Berkembang Sesuai Harapan 5

3 Standar keberhasilan kelas 85%

(71)

55

berjumlah 5 anak, sehingga perlu diadakan tindakan perbaikan yaitu perlu adanya Siklus II.

d. Perbandingan Hasil Persentase Pencapaian dengan Standar Keberhasilan

Adapun hasil pengolahan data dari penelitian Siklus II yang dilaksanakan Hari Senin 30 Juli 2018 didapatkan hasil pencapaian kemampuan pencampuran warna bilangan sebagai berikut.

Tabel 4.9 Perbandingan Hasil Pencapaian Siklus II dengan Standar

(72)

56 dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 4.10 Rekapitulasi Data Siklus II

No Uraian Hasil Pra Siklus

1 Nilai rata-rata kelas 88 %

2 Jumlah siswa yang Berkembang Sesuai Harapan 14

3 Standar keberhasilan kelas 85%

Dari tabel diatas bahwa rata-rata penguasaan pencampuran warna dalam satu kelas yaitu 88%, diatas standar keberhasilan yang disepakati peneliti dengan pihak sekolah yaitu 85%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa adanya peningkatan kemampuan pencampuran warna dengan sangat baik. Dari data diatas dapat disimpulkan

sebagian besar anak “Berkembang Sesuai Harapan”, hanya ada 2

anak saja yang masih Belum Berkembang.

(73)

57

Gambar 4.1 Diagram Peningkatan kemampuan Pencampuran Warna

Dapat disimpulkan dari data yang telah disajikan, bahwa media kertas krep dan pewarna mkanan dapat meningkatkan kemampuan pencampuran warna pada anak kelompok B. Hal ini dibuktikan dengan adanya peningkatan dari Pra Siklus yang rata-rata pencapaian kelas bernilai 33% meningkat pada Siklus I yang rata– rata pencapaian kelas bernilai 62%, ditambah lagi adanya peningkatan pada Siklus II dimana rata-rata pencapaian kelas bernilai 88%.

Jadi media kertas krep dan pewarna makanan terbukti dapat meningkatkan kemampuan pencampuran warna pada anak kelompok B di TK Siwi Pertiwi Kecamatan Bancak Kabupaten SemarangTahun Pelajaran 2018/2019 dengan sangat baik.

Pencapaian

(74)

58

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kegiatan pencampuran warna dapat meningkatkan kemampuan sains anak kelompok B Tk Siwi Pertiwi tahun 2018/2019 menggunakan media kertas krep dan pewarna makanan. Hal ini dapat dibuktikan dari data hasil observasi pembelajaran pada tiap Siklus. Sebelum tindakan kemampuan pencampuran warna menggunakan media kertas krap dan pewarna makanan anak didik sebesar 33% meningkat pada Siklus 1 sebesar 62% dan ketika dilanjutkan pada Siklus II meningkat menjadi sebesar 88% . Total peningkatan yang terjadi dari sebelum tindakan (Pra Siklus) sampai Siklus II sebesar 55%, yaitu dari 33% menjadi 88% dengan KKM 75 % atau setara dengan bintang 2 (Mulai Muncul).

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan penulis memberikan saran-saran antara lain:

1. Bagi Pendidik

(75)

59

hati-hati supaya tidak tumpah airnya dan juga dilakukan secara bersama-sama.

2. Bagi Kepala Sekolah

Menyediakan fasilitas yang mendukung kegiatan pembelajaran dengan pengunaan media kertas krep dan pewarna makanan.

3. Bagi Wali Murid

a. Meluangkan waktu untuk bermain dengan anak, karena melalui bermain anak dapat belajar.

b. Memperhatikan kepentingan anak dengan tidak memaksa anak untuk belajar seperti di Sekolah Dasar sehingga anak menjadi enggan ketika datang ke sekolah.

(76)

1

DAFTAR PUSTAKA

Aliah B. Purwakania Hasan. 2006. Psikologi Perkembangan Islam : Menyingkap Rentang Kehidupan Manusia dari Prakelahiran hingga Pascakematian. Jakarta : Rajawali Press, hlm. 126.

Ali Nugraha. 2008. Pengembangan Pembelajaran Sains pada Anak Usia Dini. Dirjen Dikti Depdiknas: Jakarta.

Arikunto, Suharsimi,dkk. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Bumi Aksara.

Brewer, Jo Ann. 2007. Introduction to Early Childhood Education.USA : University of Massachusetts.

Depdiknas. 2009. Permendiknas No 58 Tahun 2009 Tentang Standar pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Departemen pendidikan Nasional, Direktorat Jenderal Pendidikan, Direktorat Pendidikan Tenaga Kependidikan dan Ketenagaan Perguruan Tinggi

Desmita. 2009. Psikologi Perkembangan Peserta Didik : Panduan bagi Orang Tua dan Guru dalam Memahami Psikologi Anak Usia SD,SMP,dan SMA.

Bandung : Rosda.

Dwi, Ari. 2014. Metode Pengembangan Sumber dan Media Pembelajaran. Malang: Genius Media.

Hasan, Maimunah. 2010. Pendidikan Anak Usia Dini. Yogyakarta: Diva Pres. Mulyasa. 2012. Manajemen PAUD. BANDUNG: Remaja Rosdakarya.

Musfiroh, Tadkiroatun. 2008. Pengembangan Kecerdasan Majemuk. Jakarta: Universitas Terbuka.

Mutiah, Diana. 2010. Psikologi Bermain Anak Usis Dini. Jakarta: Prenda Media Group

Papalia, D. E. 2014. Menyelami Perkembangan Manusia. Jakarta Selatan: Salemba Humanika

Rachmawati, dkk. 2012. Strategi Pengembangan Kreativitas Pada Anak Usia Taman kanak-kanak. Jakarta: Kencana Prenada Meda Group.

Razah, N.A & Rais Latief. 1980. Terjemah Hadist Shahih-Muslim. Jakarta: Balai Pustaka Al Husna

Sanjaya, Wina. 2010. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Kencana

(77)

2

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta

Susanto, Ahmad. 2011. Perkembangan Anak Usia Dini: Pengantar dalam Berbagai Aspeknya. Jakarta: Kencana.

Suyadi. 2010. Psikologi Belajar Pendidikan Anak Usia Dini. Yogyakarta: PT. Bintang Pustaka Abadi.

Syaodih Ernawulan. 2008. BimbingN konseling untuk Anak Usia Dini. Jakarta:Universitas Terbuka

UU No. 20 Tahun 2003. Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta : Visimedia.

Yuliani Nurani Sudjiono. 2009. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Universitas Terbuka: Jakarta.

(78)

3

(79)
(80)
(81)
(82)
(83)
(84)

9 Alat dan bahan siklus 1

Anak diajarkan untuk berbaris didepan kelas sebelum memulai pelajaran

anak masuk duduk kemudian berdoa bersama Guru menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan hari itu

Guru menjelaskan mengenai lingkaran, persegi panjang dan segitiga

(85)

i Menebalkan kata menggunakan cuttenbod

Guru membagikan gelas plastik yang sudah diberi air untuk anak-anak

Guru sedang memberikan pewarna pada masing-masing gelas

Guru mengajarkan anak-anak satu persatu pencampuran warna

Anak mempraktekkan pencampuran warna sendiri sendiri

(86)

i

Guru membantu anak-anak Anak mengerjakan sendiri

Hasil kegiatan anak Hasil kegiatan anak

Guru mencontohkan kegiatan

(87)

i

Guru membantu nak yang belum bisa Hasil kegiatan anak

Alat dan Bahan Siklus 2

Guru menjelaskan materi yang akan dikerjakan siswa

(88)

i Guru meberikan pewarna agar air menarik

Kemudian guru menjalaskan tentang perbandingan air banyak dan sedikit

Guru membimbing naka yang belum bisa Anak mampu mengerjakan sendiri

(89)

ii Guru memberi tahu warna yang bagus pada

anak

Anak berlomba-lomba untuk segera selesai mengerjakan tugas

Anak yang sudah selesai bisa mewarna Anak senang menggunakan pewarna

Anak berlomba-lomba untuk segera selesai mengerjakan tugas

(90)

i

Anak yang sudah selesai bisa mewarnai Anak senang menggunakan pewarna

(91)

i

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Uswatun Khasanah

Tempat Tanggal Lahir : Kabupaten Semarang, 29 Juli 1995

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Kewarganegaraan : Indonesia

Alamat : Bancak, Rt 7/4 Desa Bancak, Kec. Bancak, Kab. Semarang

Email : khasanu84@gmail.com

Riwayat Pendidikan

Sekolah Tahun

SDN BANCAK 2001-2007

SMPN 1 BRINGIN 2007-2010

SMAN 1 BRINGIN 2010-2013

Gambar

Gambar 1.1 Penelitian Tindakan Kelas Model Kemmis dan Taggart
Tabel 1.1 Kisi-Kisi Instrumen Kemampuan Pencampuran Warna pada
Tabel 1.2 Rubrik Penilaian Kemampuan pencampuran warna
Tabel 1. 3.  Lembar Perbandingan Hasil Pencapaian Tiap Siklus dengan Indikator
+7

Referensi

Dokumen terkait

Menentukan perbedaan daya terima panelis terhadap kerupuk bawang dengan subtitusi tepung biji nangka dan tepung tiram (Crassostrea cucullata) berdasarkan aspek

Gedung H, Kampus Sekaran-Gunungpati, Semarang 50229 Telepon: (024)

Dari hasil Penelitian uji organoleptik terhadap selai yang dibuat dengan memanfaatkan limbah biji kurma menjadi bahan dasar pembuatan selai, maka diperoleh data sebagai

itu 15. Situasi semasa menyokong perkembangan ilmu ini sebagai manifestasi untuk memastikan hadith yang sahih daripada yang sebaliknya. Bagaimanapun, ilmu hadith masih

atau serat kayu yang sedemikian banyak. Dimana saja terdapat kawasan hutan alam dibuka untuk memba- ngun tanaman akasia atau sawit, sebagian besar kayu dari hutan

Jika menurut Anda lebih nyaman mengkonsumsi bahan pangan alami, mengapa Anda mengkonsumsi produk suplemen vitamin C 1000 mg. (boleh lebih

Indikator ini didukung oleh 2 sub output, yaitu (1) Penyelenggaraan Pendidikan Kesetaraan Paket C, yang telah merealisasikan anggaran Rp. Jumlah desa

Banyaknya puting yang terinfeksi mastitis sub klinis disebabkan oleh beberapa hal, antara lain Kondisi kandang dan ternak yang kotor dan basah, Kondisi pemerah atau pekerja kandang