• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Hasil Belajar a. Hakikat Belajar - PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENERAPAN METODE MIND MAPPING DENGAN MEDIA CD PEMBELAJARAN PADA PELAJARAN IPS DI KELAS V SD NEGERI 3 KARANGGUDE - repository perpustaka

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Hasil Belajar a. Hakikat Belajar - PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENERAPAN METODE MIND MAPPING DENGAN MEDIA CD PEMBELAJARAN PADA PELAJARAN IPS DI KELAS V SD NEGERI 3 KARANGGUDE - repository perpustaka"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

A. Landasan Teori

1. Hasil Belajar

a. Hakikat Belajar

Belajar merupakan kegiatan yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia. Belajar dimulai dari semenjak manusia lahir sampai akhir hayat agar manusia tersebut dapat memenuhi kebutuhan hidup dan mengembangkan kemampuan yang ada pada dirinya. Belajar merupakan hal yang pokok dalam kehidupan. Slameto (2010: 2) bahwa belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

b. Ciri-ciri Perubahan Tingkah Laku dalam Belajar

Tingkah laku dalam belajar mempunyai beberapa ciri-ciri. Adapun ciri-ciri tersebut seperti yang dikemukakan oleh Slameto (2010: 3-5) sebagai berikut:

1) Perubahan terjadi secara sadar

Seseorang yang belajar akan menyadari terjadinya perubahan itu atau sekurang-kurangnya merasakan telah terjadi adanya perubahan dalam dirinya.

2) Perubahan dalam belajar bersifat kontinu dan fungsional

(2)

statis. Satu perubahan yang terjadi akan menyebabkan perubahan berikutnya dan akan berguna bagi kehidupan ataupun proses belajar berikutnya.

3) Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif Dalam perbuatan belajar, perubahan-perubahan itu senantiasa bertambah dan tertuju untuk memperoleh sesuatu yang lebih baik sebelumnya. Dengan demikian makin banyak usaha belajar itu dilakukan, makin banyak dan makin baik perubahan yang diperoleh. 4) Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara

Perubahan yang bersifat sementara atau temporer terjadi hanya untuk beberapa saat saja. Perubahan yang terjadi karena proses belajar bersifat menetap atau permanen. Ini berarti bahwa tingkah laku yang terjadi setelah belajar akan bersifat menetap.

5) Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah

Perubahan tingkah laku terjadi karena ada tujuan yang akan dicapai. Perbuatan belajar terarah kepada perubahan tingkah laku yang benar-benar disadari. 6) Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku

Perubahan yang dialami seseorang setelah melalui proses belajar meliputi perubahan tingkah laku secara keseluruhan. Ketika seseorang belajar sesuatu, sebagai hasilnya siswa akan mengalami perubahan tingkah laku secara menyeluruh dalam sikap, keterampilan, pengetahuan, dan sebagainya.

(3)

c. Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah siswa menerima pengalaman belajarnya (Sudjana, 2011: 22). Pengertian mengenai hasil belajar juga dikemukakan oleh Suprijono (2013: 5) bahwa hasil belajar merupakan pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan. Hasil belajar siswa adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah melakukan proses perolehan pengetahuan baru yang memungkinkan adanya perubahan perilaku. Siswa dikatakan berhasil dalam belajar apabila telah berhasil mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan oleh guru sebelumnya. Hasil belajar menyangkut tiga aspek, yaitu aspek kognitif, aspek afektif, dan aspek psikomotor (Susanto, 2014: 5).

Berdasarkan beberapa pengertian hasil belajar di atas, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan yang dicapai oleh siswa dengan segala perubahan tingkah laku atau hasil yang diperoleh setelah melalui proses pembelajarannya. Peningkatan yang dicapai meliputi aspek kognitif, afektif dan psikomotor.

d. Macam-macam Hasil Belajar

(4)

keberhasilan siswa dalam menerima pembelajaran. Bloom (Sudjana, 2011: 22) hasil belajar dibagi menjadi tiga ranah yakni ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotor.

1) Ranah Kognitif

Ranah kognitif berdasarkan taksonomi Bloom (Sudjana, 2011: 22) berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yaitu:

a) Pengetahuan (knowledge) merupakan tipe hasil belajar tingkat kognitif yang paling rendah tetapi hasil belajar ini menjadi prasyarat bagi tipe hasil belajar berikutnya.

b) Pemahaman (comprehension) merupakan tipe hasil belajar yang setingkat lebih tinggi daripada pengetahuan tetapi tidaklah berarti bahwa pengetahuan tidak perlu ditanyakan sebab untuk dapat memahami karena perlu terlebih dahulu mengetahui atau mengenal.

c) Aplikasi (application) merupakan penggunaan abstraksi pada situasi kongkret atau situasi khusus.

d) Analisis (analysis) merupakan usaha memilah suatu integritas menjadi unsur-unsur atau bagian-bagian yang lebih kompleks dengan memanfaatkan kecakapan dari ketiga tipe sebelumnya sehingga jelas susunannya.

e) Sintesis (synthesis) merupakan penyatuan unsur-unsur atau bagian-bagian ke dalam bentuk menyeluruh.

(5)

2) Ranah Afektif

Ranah Afektif berdasarkan taksonomi Bloom (Sudjana, 2011: 29) berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek, yaitu:

a) Penerimaan (receiving), yakni semacam kepekaan dalam menerima rangsangan (stimulasi) dari luar yang datang kepada siswa dalam bentuk masalah, situasi, gejala, dan lain-lain.

b) Jawaban (responding), yakni reaksi yang diberikan oleh seseorang terhadap stimulasi yang datang dari luar.

c) Penilaian (valuing), yakni berkenaan dengan nilai dan kepercayaan terhadap gejala atau stimulus tadi.

d) Organisasi (organization), yakni pengembangan dari nilai ke dalam satu sistem organisasi, termasuk hubungan satu nilai dengan nilai lain, pemantapan, dan prioritas nilai yang telah dimilikinya.

e) Karakteristik nilai atau internalisasi nilai, yakni keterpaduan semua sistem nilai yang telah dimiliki seseorang yang mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya.

3) Ranah Psikomotor

Ranah psikomotor menurut klasifikasi Simpson (Winkel, 1999: 249) tingkatan keterampilan, yaitu:

a) Persepsi (perception)

Mencakup kemampuan untuk menunjukkan perbedaan reaksi yang tepat pada dua rangsangan atau lebih.

b) Kesiapan (set)

Mencakup kemampuan untuk menempatkan dirinya pada keadaan akan memulai suatu gerakan dalam bentuk kesiapan jasmani dan mental.

c) Gerakan terbimbing (guided response)

(6)

d) Gerakan yang terbiasa (mechanical response) Mencakup kemampuan untuk melakukan suatu gerakan dengan lancar tanpa memperhatikan lagi contoh yang diberikan.

e) Gerakan kompleks (complex response)

Mencakup kemampuan untuk melaksanakan suatu perbuatan yang berurutan dan menggabungkan beberapa sub keterampilan menjadi suatu keseluruhan gerakan yang teratur. f) Penyesuaian pola gerakan (adjustment)

Mencakup kemampuan mengadakan perubahan dan menyesuaikan pola gerak-gerik dengan kondisi setempat (mahir).

g) Kreativitas (creativity)

Mencakup kemampuan untuk melahirkan pola gerak-gerik yang baru atas inisiatif sendiri.

(7)

Kisi-kisi dari penilaian ketiga aspek tersebut adalah sebagai berikut:

1) Ranah Kognitif yaitu penilaian antara aspek pengetahuan, pemahaman, analisis, dan hanya sampai pada penerapan atau aplikasi karena disesuaikan dengan materi pelajaran. Instrumen hasil belajar yang digunakan berupa penskoran pada hasil LKS dan evaluasi pembelajaran. Skor dari LKS hanya sebagai hasil dari latihan siswa dalam memahami konsep materi, sedangkan skor evaluasi adalah skor sesungguhnya yang akan digunakan sebagai alat ukur kemampuan siswa. Adapun rancangan kisi-kisi hasil belajar pada ranah kognitif yang akan digunakan adalah sebagai berikut:

Tabel 2.1 Rancangan Kisi-Kisi Hasil Belajar Aspek Kognitif

No. Indikator Kognitif Aspek

1. Siswa dapat mendefinisikan Pengetahuan 2. Siswa dapat menjelaskan Pemahaman 3. Siswa dapat menerapkan Penerapan 4. Siswa dapat menggunakan

konsep

Analisis 5. Siswa dapat menggabungkan

konsep

Sintesis 6. Siswa dapat memberikan

penilaian

Evaluasi

(8)

Berikut adalah rancangan kisi-kisi hasil belajar ranah afektif:

Tabel 2.2 Rancangan Kisi-Kisi Hasil Belajar Aspek Afektif

No. Indikator Afektif Aspek

1. Siswa bersedia mengikuti proses pembelajaran dengan baik dan tertib. penilaian terhadap hasil diskusi kelompok lain.

Penilaian

4. Siswa bertanggung jawab saling membantu dalam mengerjakan diskusi kelompok.

Organisasi

5. Siswa mengemukakan gagasan dalam kelompok.

Karakteristik

3) Ranah Psikomotor, penilaian ini ditekankan pada keterampilan proses kinerja kelompok dalam membuat dan menggunakan alat peraga atau media sesuai kebutuhan dan materi pembelajaran. Instrumen yang digunakan dalam penilaian psikomotor berupa lembar penilaian psikomotor. Berikut adalah rancangan kisi-kisi hasil belajar ranah psikomotor:

Tabel 2.3 Rancangan Kisi-Kisi Hasil Belajar Aspek Psikomotor

No. Indikator Psikomotor Aspek

(9)

Pelaksanaan pembelajaran di Sekolah Dasar (SD) menggunakan metode Mind Mapping sangat sesuai dengan karakteristik siswa sekolah dasar yaitu pada tahap operasional konkrit yang mulai menggunakan logika dalam belajarnya sehingga dapat meningkatkan hasil belajar. Hal ini didukung oleh pendapat Piaget dalam Swadarma (2013: 27) yang menyatakan bahwa

terdapat kesesuaian teori Piaget dengan Mind Mapping yaitu ruang kognitif yang besar melalui analisis yang dibuat, rekonstruksi berdasarkan pengetahuan sebelumnya, mengemukakan gagasan dengan bahasanya sendiri, lentur terhadap perubahan gagasan, kondusif dan cara berfikir terstruktur.

(10)

2. Metode Mind Mapping

a. Pengertian Metode Mind Mapping

Kegiatan pembelajaran membutuhkan suatu metode yang mampu untuk membawa siswa mencapai tujuan pembelajaran. Salah satu metode pembelajaran yang dapat digunakan adalah Mind Mapping seperti yang dikemukakan Olivia (2013: ix) Mind

Mapping merupakan sebuah jalan pintas yang dapat membantu untuk mempersingkat waktu sampai setengahnya untuk menyelesaikan tugas. Swadarma (2013: 2) menyatakan bahwa Mind Mapping adalah teknik pemanfaatan keseluruhan otak

dengan menggunakan citra visual dan prasarana grafis lainnya untuk membentuk kesan.

Buzan (2013: 12) menyatakan bahwa Mind Mapping adalah sistem penyimpanan, penarikan data, dan akses yang luar biasa untuk perpustakaan raksasa, yang sebenarnya ada dalam otak yang menakjubkan. Metode ini membantu tiap siswa untuk belajar, menyusun, dan menyimpan sebanyak mungkin informasi yang diinginkan dan mengelompokkannya dengan cara yang alami, memberi akses yang mudah. Piaget dalam Swadarma (2013:26) menyatakan bahwa Main Mapping memberi pengalaman yang berhubungan dengan gagasan yang telah dimiliki siswa.

(11)

mengembangkan gagasan secara bebas dengan menggunakan simbol dan gambar seperti bentuk akar, daun dan cabang atau ranting pohon. Metode yang menyenangkan, efektif, efisien, kreatif, menarik dan mudah dengan menggunakan tema atau kata kunci yang akan dibahas.

b. Fungsi dan Manfaat Mind Mapping

Mind Mapping memiliki banyak fungsi dan manfaat dalam

kegiatan pembelajaran. Buzan (2013: 6) bahwa Mind Mapping dapat membantu penulisnya untuk:

1) Membuat rencana 2) Alat Komunikasi

3) Memunculkan kreativitas 4) Menghemat waktu

5) Menyelesaikan masalah 6) Memusatkan perhatian

7) Menyusun dan menjelaskan pikiran-pikiran 8) Mengingat dengan lebih baik

9) Belajar dengan lebih cepat dan efisien 10) Melihat gambar secara keseluruhan 11) Menyelamatkan pohon

Selain itu Michael Michalko dalam Buzan (2013: 6) bahwa Mind Mapping bermanfaat untuk:

1) Mengaktifkan seluruh otak.

2) Membereskan akal dari kekusutan mental.

3) Memungkinkan siswa berfokus pada pokok bahasan. 4) Membantu menunjukkan hubungan antara

bagian-bagian informasi yang saling terpisah.

5) Memberi gambaran yang jelas pada keseluruhan dan perincian.

6) Memungkinkan siswa mengelompok konsep, membantu siswa membandingkannya.

(12)

tentangnya dari ingatan jangka pendek ke ingatan jangka panjang.

Metode pembelajaran Mind Mapping akan bermanfaat bagi siswa. Hal ini seperti yang disampaikan Olivia (2013: ix) menyatakan manfaat Mind Mapping antara lain:

1) Membantu untuk berkonsentrasi (memusatkan perhatian) dan lebih baik dalam mengingat.

2) Meningkatkan kecerdasan visual dan keterampilan observasi.

3) Melatih kemampuan berfikir kritis dan komunikasi. 4) Melatih inisiatif dan rasa ingin tahu.

5) Meningkatkan kreativitas dan daya cipta.

6) Membuat catatan dan ringkasan pelajaran dengan lebih baik.

7) Membantu mendapatkan atau memunculkan ide atau cerita yang brilian.

8) Meningkatkan kecepatan berpikir dan mandiri. 9) Menghemat waktu sebaik mungkin.

10)Membantu mengembangkan diri serta merangsang pengungkapan pemikiran.

11)Membantu menghadapi ujian dengan mudah dan mendapat nilai yang lebih bagus.

12)Membantu mengatur pikiran, hobi, dan hidup siswa. 13)Melatih koordinasi gerakan tangan dan mata.

14)Mendapatkan kesempatan lebih banyak untuk bersenang-senang.

15)Membuat tetap fokus pada ide utama maupun semua ide tambahan.

16)Membantu menggunakan kedua belahan otak yang membuat siswa ingin terus-menerus belajar.

c. Kelebihan Mind Mapping

(13)

1) Meningkatkan kinerja manajemen pengetahuan. 2) Memaksimalkan sistem kerja otak.

3) Saling berhubungan satu sama lain sehingga makin banyak ide dan informasi yang dapat disajikan.

4) Memacu kreativitas, sederhana dan mudah dikerjakan. 5) Sewaktu-waktu dapat me-recall data yang ada dengan

mudah.

6) Menarik dan mudah tertangkap mata (eye cathing). 7) Dapat melihat sejumlah besar data dengan mudah.

d. Aturan dalam Pembuatan Mind Mapping

Pelaksanaan metode Mind Mapping akan berjalan dengan maksimal jika sesuai dengan aturan dalam pembuatannya. Berikut aturan dalam Mind Mapping menurut Swadarma (2013: 10) antara lain:

1) Kertas

Kertas yang digunakan adalah kertas putih polos berorientasi panjang mendatar.

2) Warna

Gunakan spidol warna-warni dan tiap cabang dibuat warna yang berbeda.

3) Garis

Buatlah garis lengkung yang bentuknya mengecil dari pangkal menuju ujung.

4) Huruf

Pada cabang utama yang dimulai dari gambar utama/tema menggunakan huruf kapital, sedangkan pada cabang berikutnya menggunakan huruf kecil. Posisi antara garis dan huruf pun sama panjang.

5) Keyword

Keyword merupakan kata kunci yang mewakili pesan yang ingin disampaikan. Kata kunci jangan terlalu panjang dan hanya menuliskan hal-hal yang penting saja.

6) Key image

Key image adalah kata bergambar yang mempermudah penulis untuk mengingat.

7) Struktur

(14)

e. Langkah-langkah Pembelajaran membuat Mind Mapping

Pelaksanaan metode Mind Mapping akan berjalan dengan baik apabila sesuai dengan langkah-langkah. Buzan (2013: 15) menjelaskan bahwa ada tujuh langkah dalam membuat Mind Mapping, antara lain:

1) Mulailah dari bagian tengah kertas kosong yang sisi panjangnya diletakkan mendatar.

2) Gunakan gambar atau foto untuk ide sentral akan lebih menarik, membuat siswa tetap terfokus, membantu kita berkonsentrasi dan mengaktifkan otak siswa.

3) Gunakan warna yang menarik akan membuat Mind Map lebih hidup, menambah energi kepada pemikiran kreatif dan menyenangkan.

4) Hubungkan cabang-cabang utama ke gambar pusat dan hubungkan cabang-cabang tingkat dua dan tiga ke tingkat satu dan dua dan seterusnya. Seperti pohon mengaitkan cabang-cabangnya yang menyebar dari batang utamanya.

5) Buatlah garis hubung yang melengkung, bukan garis lurus yang akan membosankan otak.

6) Gunakan satu kata kunci untuk setiap garis. Kata kunci tunggal memberi lebih banyak daya dan fleksibilitas kepada Mind Map.

7) Gunakan gambar sebagai sentral yang setiap gambar bermakna seribu kata.

3. Media Pembelajaran

a. Pengertian Media

(15)

bahasa latin, yaitu bentuk jamak dari “medium” yang secara harfiah

berarti perantara atau pengantar. Makna umumnya adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan informasi dari sumber informasi kepada penerima informasi. “Association for Educational

Communication and Teknology” (AECT) mengatakan bahwa

media pembelajaran adalah segala sesuatu yang digunakan orang untuk menyalurkan pesan atau informasi (Azhar Arsyad, 2007: 3), media pembelajaran sifatnya lebih mengkhusus, maksudnya media pendidikan yang secara khusus digunakan untuk mencapai tujuan belajar tertentu yang telah dirumuskan secara khusus.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa media adalah sebuah alat bantu guru yang digunakan untuk menyampaikan materi tertentu agar siswa mudah memahami serta dapat meningkatkan aspek kognitif, afektif dan psikomotor pada siswa sehingga tercapainya tujuan yang telah ditetapkan. Hal ini sangat diperlukan karena media merupakan salah satu penunjang dalam kegiatan pembelajaran.

b. Manfaat Media Pembelajaran

Beberapa manfaat praktis dari penggunaan media pembelajaran di dalam proses belajar mengajar menurut Arsyad (2007: 25-26) sebagai berikut:

(16)

2) Media pembelajaran dapat meningkatkan dan mengarahkan perhatian anak sehingga dapat menimbulkan motivasi belajar, interaksi yang lebih langsung antara siswa dan lingkungannya dan kemungkinan siswa untuk belajar sendiri-sendiri sesuai dengan kemampuan dan minatnya.

3) Media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan indera, ruang dan waktu:

a) Objek atau benda yang terlalu besar untuk ditampilkan langsung di ruang kelas dapat diganti dengan gambar, foto, slide, realita, film, radio, atau model;

b) Objek atau benda yang terlalu kecil yang tidak tampak oleh indera dapat disajikan dengan bantuan mikroskop, film, slide, atau gambar;

c) Kejadian langka yang terjadi di masa lalu atau terjadi sekali dalam puluhan tahun dapat ditampilkan melalui rekaman video, film, slide disamping secara verbal;

d) Objek atau proses yang amat rumit seperti peredaran darah dapat ditampilkan secara konkret melalui film, gambar, slide, atau simulasi komputer;

e) Kejadian atau percobaan yang dapat membahayakan dapat disimulasikan dengan media seperti komputer, film dan video;

f) Peristiwa alam seperti terjadinya letusan gunung berapi atau proses yang dalam kenyataan memakan waktu lama seperti proses kepompong menjadi kupu-kupu dapat disajikan dengan teknik-teknik rekaman seperti time-lapse untuk film, video, slide, atau simulasi komputer.

(17)

menimbulkan motivasi belajar siswa dengan berinteraksi langsung dengan lingkungan sekitar dan juga dapat memanfaatkan keterbatasan kelas.

c. Kriteria Pemilihan Media Pembelajaran

Kriteria memilih media pembelajaran yang akan digunakan dalam pembelajaran sangat penting, maka di bawah ini ada beberapa kriteria dalam pemilihan media pengajaran menurut Arsyad (2007: 75-76) diantaranya adalah:

1) Sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Media dipilih berdasarkan tujuan instruksional yang telah ditetapkan yang secara umum mengacu kepada salah satu atau gabungan dari dua atau tiga ranah kognitif, afektif dan psikomotor.

2) Tepat untuk mendukung isi pelajaran yang sifatnya fakta, konsep, prinsip, atau generalisasi. Agar dapat membantu proses pembelajaran secara efektif, media harus selaras dan sesuai dengan kebutuhan tugas pembelajaran dan kemampuan mental siswa.

3) Prakits, luwes, dan bertahan. Media dipilih sebaiknya dapat digunakan dimana pun dan kapan pun dengan peralatan yang tersedia di sekitarnya serta mudah dipindahkan dan dibawa ke mana-mana.

4) Guru terampil menggunakannya. Apa pun media itu, guru harus mampu menggunakannya dalam proses pembelajaran sebagai upaya mempertinggi mutu dan hasil belajar.

5) Pengelompokan sasaran. Media efektif untuk kelompok besar belum tentu sama efektifnya jika digunakan pada kelompok kecil atau perorangan. Ada media yang tepat untuk jenis kelompok besar, kelompok sedang, kelompok kecil dan perorangan.

(18)

d. Fungsi Media Pembelajaran

Media pembelajaran harus memiliki fungsi yang baik untuk siswa. Fungsi media pembelajaran yang berdampak pada pembelajaran siswa di kelas antara lain:

1) Fungsi komunikatif. Media pembelajaran digunakan untuk memudahkan komunikasi antara penyampai pesan dan penerima pesan.

2) Fungsi motivasi. Dapat kita bayangkan pembelajaran yang hanya mengandalkan suara melalui ceramah tanpa melibatkan siswa secara optimal seperti yang digambarkan pada pola terpisah, bukan hanya dapat menimbulkan kebosanan pada diri siswa sebagai penerima pesan, akan tetapi juga dapat mengganggu suasana belajar.

3) Fungsi kebermaknaan. Melalui penggunaan media, pembelajaran dapat lebih bermakna yakni bukan hanya dapat meningkatkan penambahan informasi berupa data dan fakta sebagai pengembangan aspek kognitif tahap rendah, akan tetapi dapat meningkatkan kemampuan siswa untuk menganalisis dan mencipta sebagai aspek kognitif tahap tinggi.

4) Fungsi penyamanan persepsi. Melalui pemanfaatan media pembelajaran, diharapkan dapat menyamakan persepsi setiap siswa sehingga setiap siswa memiliki pandangan yang sama terhadap informasi yang disuguhkan.

5) Fungsi individualitas. Pemanfaatan media pembelajaran berfungsi untuk dapat melayani kebutuhan setiap individu yang memiliki setiap individu yang memiliki minat dan gaya belajar yang berbeda.

4. Media Audio Visual (CD Pembelajaran)

a. Pengertian Audio Visual (CD Pembelajaran)

(19)

visual adalah sesuatu yang dapat dilihat dan didengar. Misalnya adalah CD pembelajaran, televisi, dan gambar bergerak. Salah satu gambaran yang paling banyak dijadikan landasan teori penggunaan media dalam proses belajar adalah Dale’s Cone Of Experience (Kerucut pengalaman Dale‟s) (Dale‟s 1969). Kerucut ini merupakan elaborasi yang rinci dari konsep tiga tingkat pengalaman yang dikemukakan oleh Bruner yaitu pengalaman langsung (enactive), pengalaman gambar (iconic), dan pengalaman abstrak (symbolic).

Direct purposeful experiences (pengalaman langsung)

Gambar 2.1 Kerucut pengalaman Dale‟s

Contrived experiences atau indirect experiences (pengalaman tiruan atau tidak langsung)

Dramatized experiences (pengalaman bersandiwara) Demonstration (demonstrasi)

Field-trip (karya wisata) Exhibits (pameran)

Television and motion picture (televisi dan gambar bergerak)

Still picture, Radio, and Recording (gambar diam, radio, dan rekaman)

Visual symbols (lambang-lambang visual)

(20)

Tahap-tahap dari pengalaman konkrit ke abstrak, digambarkan dalam kerucut pengalaman sebagai berikut:

1) Direct purposeful experiences (pengalaman langsung)

Pada dasar kerucut, merupakan kenyataan yang dialami sendiri secara langsung oleh siswa. Siswa berpartisipasi langsung dengan benda, kejadian dan keadaan sebenarnya.

2) Contrived experiences atau indirect experiences (pengalaman tiruan atau tidak langsung)

Tingkat kedua pada kerucut ini, merupakan sesuatu yang dibuat atau tiruan yang berbeda dengan aslinya baik dalam ukuran, kompleksitas atau keduanya dengan maksud untuk lebih mudah dimengerti. Pengalaman ini diperoleh melalui benda-benda atau kejadian-kejadian tiruan dari yang sebenarnya.

3) Dramatized experiences (pengalaman bersandiwara)

Segala sesuatu yang terjadi pada masa lampau kadang tidak dapat dialami secara langsung. Pengalaman dalam bentuk drama secara langsung dengan ikut berpartisipasi memerankan karakter tokoh akan memberikan pembelajaran di luar situasi riil.

4) Demonstration (demonstrasi)

Demonstrasi merupakan penjelasan visual dari suatu fakta, ide, atau proses yang penting. Seorang demonstrator menunjukkan bagaimana sesuatu dikerjakan tentang cara membuat atau cara melayani sesuatu proses.

5) Field-trip (karya wisata)

Mengajak anak ke objek diluar sekolah dalam rangka pengajaran agar tidak membosankan didalam kelas. Dalam karya wisata tidak selalu terbatas hanya pada kegiatan mengamati saja tetapi juga ikut berpartisipasi sehingga akan lebih bermakna dalam pembelajaran.

6) Exhibits (pameran)

Suatu pameran kadang-kadang hanya berisi model yang diatur dalam suatu pajangan yang bermakna, kadang-kadang juga berisi foto maupun foto disertai model, bagan atau poster-poster.

7) Television and motion picture (televisi dan gambar bergerak) Film merupakan salah satu jenis media yang diam atau kombinasi penglihatan dan suara yang akan menarik minat penontonnya dalam pemberian informasi.

8) Still picture, Radio, and Recording (gambar diam, radio, dan rekaman)

(21)

9) Visual symbols (lambang-lambang visual)

Lambang-lambang itu misalnya, papan tulis, peta datar, diagram, bagan, dan lain-lain. Pada tahap ini, pembaca tidak lagi dihadapkan pada sesuatu yang nyata, melainkan gambaran yang abstrak. Guru harus melihat bahwa alat bantu simbolis disesuaikan dengan tingkat pembelajar yang disiapkan untuk menggunakan bahasa baru dari simbol-simbol visual.

10)Verbal symbols (lambang kata-kata)

Simbol verbal merupakan puncak kerucut pengalaman. Lambang kata dijumpai dalam buku dan bacaan, seperti: buku, majalah, koran, dan folder.

Hasil belajar siswa dapat diperoleh melalui pengalaman langsung (konkret), kenyataan yang ada di lingkungan kehidupan seseorang kemudian melalui benda tiruan sampai kepada lambang verbal (abstrak). Mempelajari verbal (abstrak) tidaklah mudah maka diperlukan sebuah media agar dalam mempelajari lambang verbal (abstrak) yang tadinya sulit dipahami menjadi lebih mudah dipahami. Puncak kerucut yang semakin ke atas maka semakin abstrak media penyampaian pesan. Perlu dicatat bahwa urutan-urutan ini tidak berarti proses belajar dan interaksi belajar mengajar harus dimulai dari pengalaman langsung, tetapi dimulai dengan jenis pengalaman yang paling sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan kelompok siswa yang dihadapi dengan mempertimbangkan situasi belajarnya.

b. Manfaat Media Audio Visual

Adapun manfaat media audio visual menurut Arsyad (2007: 23) yang menyatakan bahwa ada 10 manfaat media yaitu:

1) Meningkatkan rasa saling pengertian dan simpati dalam kelas.

(22)

3) Menunjukkan hubungan antar mata pelajaran dan kebutuhan serta minat siswa dengan meningkatkan motivasi belajar siswa.

4) Membawa kesegaran dan variasi bagi pengalaman belajar siswa.

5) Membuat hasil belajar siswa lebih bermakna bagi berbagai kemampuan siswa.

6) Mendorong pemanfaatan yang bermakna dari mata pelajaran dengan jalan melibatkan imajinasi dan partisipasi aktif yang mengakibatkan meningkatkan hasil belajar siswa.

7) Memberikan umpan balik yang dapat membantu siswa menemukan seberapa banyak yang telah mereka pelajari. 8) Melengkapi pengalaman yang kaya dengan pengalaman itu,

konsep-konsep yang bermakna dapat dikembangkan.

9) Memperluas wawasan pengetahuan dan pengalaman siswa yang mencerminkan pembelajaran yang verbalistik dan membuat generasi yang tepat.

10) Meyakinkan diri bahwa urutan dan kejelasan pikiran yang siswa butuhkan jika mereka membangun struktur konsep dan system gagasan yang bermakna.

5. Ilmu Pengetahuan Siswa (IPS)

a. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)

(23)

adanya hubungan masyarakat dengan lingkungannya, yang didalamnya termasuk ilmu-ilmu sosial. Trianto (2010: 171) Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu-ilmu sosial, seperti sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum, dan budaya. Ilmu Pengetahuan Sosial dirumuskan atas dasar realitas dan fenomena sosial yang mewujudkan satu pendekatan interdisipliner dari aspek dan cabang-cabang ilmu-ilmu sosial.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa mata pelajaran IPS merupakan kumpulan dari beberapa ilmu-ilmu sosial dan ilmu kemanusiaan yang dirumuskan atas dasar realitas yang terjadi di lingkungan sekitar untuk mewujudkan suatu sikap disiplin dalam berinteraksi sosial. Mata pelajaran IPS memiliki cakupan materi yang luas dan beragam. Mata pelajaran IPS menjadi mata pelajaran yang wajib diajarkan di SD.

b. Materi Pembelajaraan IPS SD

Materi yang dijadikan objek penelitian difokuskan pada materi Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Materi pokok ini meliputi:

1) Peristiwa-peristiwa sekitar proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945

(24)

Meskipun mata pelajaran IPS memiliki tujuan yang sangat bermanfaat di kehidupan siswa, akan tetapi kualitas mata pelajaran IPS tidak sesuai dengan harapan. Para guru menghadapi masalah klasik, seperti rendahnya hasil belajar siswa serta kurangnya motivasi atau keinginan terhadap pelajaran IPS di sekolah. Hal ini terjadi karena para siswa umumnya menganggap pelajaran IPS adalah pelajaran yang sulit karena banyak materi yang harus dihafalkan, sehingga menyebabkan hasil belajar siswa terhadap pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) mendapat nilai yang rendah atau belum mencapai nilai KKM.

Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran IPS SD kelas V semester 2 adalah sebagai berikut:

Tabel 2.4 Perincian Indikator Materi Proklamasi Kemerdekaan Standar Kompetensi Kompetensi Dasar 2. Menghargai peranan

tokoh pejuang dan masyarakat dalam mempersiapkan dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia

2.3 Menghargai jasa dan peranan tokoh perjuangan dalam memproklamasikan kemerdekaan Indonesia.

(Sumber: SD Negeri 3 Karanggude)

B. Hasil Penelitian Yang Relevan

Beberapa penelitian telah dilakukan kaitannya dengan penelitian ini, antara lain :

Penelitian yang dilakukan oleh Zakariya Firasyan Syah, Suripto, dan Ngatman (2014) dengan judul “Penerapan Model Mind Map Dalam

(25)

menyimpulkan bahwa dengan menggunakan model pembelajaran mind mapping dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini dilihat presentase

ketuntasan siswa setelah dilaksanakan tindakan siklus I meningkat menjadi 59,26%, siklus II meningkat menjadi 70,37%, dan siklus III meningkat kembali menjadi 85,19%. Dengan demikian penggunaan model Mind Map dapat meningkatkan hasil belajar.

Penelitian yang dilakukan oleh Desmalena, Nurharmi, dan M. Tamrin (2014) dengan judul “Peningkatan Hasil Belajar IPS Melalui Model

Pembelajaran Mind Mapping Siswa Kelas V Di SD Negeri 13 Tanjung Nan

IV Solok Selatan”. Hasil penelitian tersebut menyimpulkan bahwa dengan

menggunakan model mind mapping kelengkapan kognitif belajar siklus pertama pada pertemuan I hanya 8 siswa yang mencapai skor 65, sedangkan 16 orang masih tinggal di bawah KKM. Pada pertemuan kedua siklus II adalah 19 siswa yang menyelesaikan nilai dengan nilai tertinggi dari 100 di ketuntasan klasikal persentase adalah 79,19%. Kemudian untuk hasil belajar dalam domain afektif. Proses pembelajaran di siklus adalah 25% dan pada siklus II meningkat menjadi 75%. Sebagai untuk penilaian eksternal dalam proses pembelajaran pada siklus pertama adalah 29,16% di siklus II meningkat menjadi 83,33%. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa dapat ditingkatkan melalui model pembelajaran Pikiran Pemetaan kelas lima sosial studi pembelajaran. Berdasarkan hasil dua penelitian di atas peneliti akan melakukan

penelitian yang dapat mendukung serta membedakan dengan penelitian

sebelumnya serta dengan judul “Peningkatan Hasil Belajar Siswa Melalui

Penerapan Metode Mind Mapping Dengan Media CD Pembelajaran Pada

(26)

C. Kerangka Pikir

Berdasarkan permasalahan yang terdapat pada latar belakang di muka, diketahui bahwa hasil belajar IPS kelas V SD Negeri 3 Karanggude yang masih rendah. Hasil belajar IPS yang masih rendah dapat dilakukan tindakan berupa penggunaan metode pembelajaran maupun media pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Untuk mengatasi hal tersebut diperlukan adanya inovasi dalam pembelajaran. Salah satunya dengan menggunakan metode Mind Mapping menggunakan media CD pembelajaran yang digunakan pada pertemuan setiap siklus. Metode ini dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpikir lebih kreatif, memunculkan ide-ide cemerlang dan mengatasi kesulitan belajar dalam mengorganisasikan gagasan. Media CD pembelajaran digunakan dalam metode Mind Mapping untuk membantu kelancaran proses pembelajaran materi proklamasi dapat dipahami dengan mudah. Kondisi akhir yang diharapkan adalah meningkatkan hasil belajar siswa baik dalam aspek kognitif, afektif, maupun psikomotor pada materi proklamasi kemerdekaan.

(27)

Gambar 2.2 Skema Kerangka Pikir

D. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kerangka pikir di atas maka hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah dengan melalui metode Mind Mapping dan menggunakan media CD pembelajaran akan meningkatkan hasil belajar siswa pada aspek kognitif, afektif, dan psikomotor pada materi proklamasi kemerdekaan di kelas V SD Negeri 3 Karanggude Tahun Pelajaran 2015/2016.

Kerangka Pikir

Kondisi awal peserta

didik

Hasil belajar IPS kelas V SD Negeri 3 Karanggude

masih rendah.

Kondisi akhir peserta didik

Hasil belajar (aspek kognitif, afektif, dan psikomotor) siswa meningkat pada materi

proklamasi kemerdekaan. Tindakan (acting)

melalui metode Mind Mapping menggunakan Media Audio Visual

Gambar

Tabel 2.1 Rancangan Kisi-Kisi Hasil Belajar Aspek
Tabel 2.2 Rancangan Kisi-Kisi Hasil Belajar Aspek
gambaran yang paling banyak dijadikan landasan teori penggunaan
Tabel 2.4 Perincian Indikator Materi Proklamasi Kemerdekaan
+2

Referensi

Dokumen terkait

Buku ini diharapkan agar masing-masing keturunan Bani Gunayasa dapat lebih mengenal dan dengan demikian tujuan awal dari kegiatan arisan yaitu untuk lebih

Evaluasi formatif.. c) Analisis tugas, analisis ini adalah kumpulan prosedur untuk menentukan isi suatu pengajaran, analisis konsep, analisis pemrosesan informasi,

JARING- JARING BALOK Jika suatu balok diiris (digunting) pada tiga buah rusuk alasnya dan atasnya, serta satu buah rusuk tegaknya, kemudian direbahkan sehingga

Dalam penentuan payload dan desain kapal ini maka akan memperhatikan kondisi alur pelayaran dan kedalaman pelabuhan di daerah APBS, dari data dilapangan dan dari

Gambaran tingkat kepercayaan diri subjek yang diberi layanan bimbingan.. kelompok berada pada kategori rendah pada semua

Dengan adanya komputerisasi, maka kemudahan dalam pencarian dan penambahan data dapat dirasakan sehingga setiap orang akan menggunakan waktu dengan efektif dan efisien.

[r]

Kecenderungan penderita asma bronkial mengalami GERD juga dinyatakan dalam penelitian yang dilakukan oleh Field (1999) bahwa persentase pasien asma yang mengalami