• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2. Landasan Teori 2.1. Pengertian Belajar dan Pembelajaran - PUJIENI BAB II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA 2. Landasan Teori 2.1. Pengertian Belajar dan Pembelajaran - PUJIENI BAB II"

Copied!
63
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2. Landasan Teori

2.1.Pengertian Belajar dan Pembelajaran

Menurut Gagne dalam Sagala, (2010), belajar adalah suatu proses dimana suatu organisme berubah perilakunya sebagai akibat dari pengalaman Sementara menurut Hamalik, (2003) belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan.

Pakar teknologi pendidikan, Gane, Briggs, & Wager yang dikutip oleh Prawiradilaga, (2009) menyatakan bahwa proses belajar seseorang dapat dipengaruhi oleh faktor internal peserta didik itu sendiri dan faktor eksternal, yaitu pengaturan kondisi belajar. Proses belajar terjadi karena sinergi memori jangka pendek dan jangka panjang diaktifkan melalui penciptaan faktor eksternal, yaitu pembelajaran atau lingkungan belajar. Melalui inderanya, peserta didik dapat menyerap materi secara berbeda. Pengajaran mengarahkan agar pemrosesan informasi untuk memori jangka panjang dapat berlangsung lancar.

(2)

menurun”. Sedangkan menurut Winkel, (2009) belajar adalah perubahan tingkah laku sesudah belajar. Masih dalam buku yang sama, Hilgard dan Bower dalam buku Theories of Learning, (1975) mengemukakan bahwa:

“Belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap sesuatu situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang dalam situasi itu, dimana perubahan tingkah laku itu tidak dijelaskan atau dasar kecenderungan respon pembawaan, kematangan, atau keadaan-keadaan sesaat seseorang (misalnya kecelakaan, pengaruh obat dan sebagainya).

Dari beberapa pengertian belajar yang telah diungkapkan oleh para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa belajar adalah proses mental yang disengaja pada diri seseorang sehingga muncul perubahan tingkah laku. Perubahan tersebut bisa berupa; dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti, dari tidak dapat mengerjakan sesuatu menjadi dapat mengerjakan sesuatu, dari memberikan respon yang salah atau stimulus-stimulus ke arah memberikan respon yang benar dan relatif menetap sebagai hasil dari sebuah pengalaman.

(3)

Bagan 2.1. Unsur-unsur yang mempengaruhi kegiatan belajar siswa Sumber: ( Yusuf, 1993: 36)

Dari gambaran di atas, dapat disimpulkan bahwa kegiatan belajar siswa merupakan hasil perpaduan dari unsur tujuan, bahan pelajaran, perilaku siswa dan pribadi guru. Keberhasilan belajar siswa mungkin tidak optimal, bila salah satu unsur yang besar pengaruhnya terhadap pencapaian hasil belajar siswa di samping unsur lainnya

2.2. Pembelajaran Bahasa Indonesia

Pembicaraaan mengenai strategi pembelajaran bahasa tidak terlepas dari pembicaraan mengenai pendekatan, metode, dan teknik mengajar.

TUJUAN

Isi atau silabus yang tersedia

PRIBADI GURU

Pandanganya tentang mengajar, kekuatan pribadi, dan peran yang dianggapnya palingmenyakinkan

(4)

Machfudz (2002) mengutip penjelasan Edward M. Anthony dalam H. Allen and Robert, (1972) menjelaskan sebagai berikut.

2.2.1.Pendekatan Pembelajaran

Istilah pendekatan dalam pembelajaran bahasa mengacu pada teori-teori tentang hakekat bahasa dan pembelajaran bahasa yang berfungsi sebagai sumber landasan/prinsip pengajaran bahasa. Teori tentang hakikat bahasa mengemukakan asumsi-asumsi dan tesisi-tesis tentang hakikat bahasa, karakteristik bahasa, unsur-unsur bahasa, serta fungsi dan pemakaiannya sebagai media komunikasi dalam suatu masyarakat bahasa. Teori belajar bahasa mengemukakan proses psikologis dalam belajar bahasa sebagaimana dikemukakan dalam psikolinguistil. Pendekatan pembelajaran lebih bersifat aksiomatis dalam definisi bahwa kebenaran teori-teori linguistik dan teori belajar bahasa yang digunakan tidak dipersoalkan lagi. Dari pendekatan ini diturunkan metode pembelajaran bahasa. Misalnya dari pendekatan berdasarkan teori ilmu bahasa struktural yang mengemukakan tesis-tesis linguistik menurut pandangan kaum strukturalis dan pendekatan teori belajar bahasa menganut aliran behavioerisme diturunkan metode pembelajaran bahasa yang disebut Metode Tata Bahasa (Grammar Method).

2.2.2. Metode Pembelajaran

(5)

melalui langkah-langkah yang teratur dan secara bertahap, dimulai dari penyusunan perencanaan pengajaran, penyajian pengajaran, proses belajar mengajar, dan penilaian hasil belajar.

Dalam strategi pembelajaran, terdapat variabel metode pembelajaran dapat diklasifikasikan menjadi tiga jenis, yaitu strategi pengorganisasian isi pembelajaran, (b) strategi penyampaian pembelajaran, dan (c) startegi pengelolaan pembelajaran . Hal ini akan dijelaskan sebagai berikut:

(a) Strategi Pengorganisasian Isi Pembelajaran

Adalah metode untuk mengorganisasikan isi bidang studi yang telah dipilih untuk pembelajaran. “Mengorganisasi” mengacu pada tindakan seperti pemilihan isi, penataan isi, pembuatan diagram, format, dan lain-lain yang setingkat dengan itu. Strategi penyampaian pembelajaran adalah metode untuk menyampaikan pembelajaran kepada pebelajar untuk menerima serta merespon masukan yang berasal dari pebelajar. Adapun startegi pengelolaan pembelajaran adalah metode untuk menata interaksi antara pebelajar dengan variabel pengorganisasian dan penyampaian isi pembelajaran.

(6)

lebih banyak berurusan dengan bagaimana memilih, menata ururtan, membuat sintesis, dan rangkuman isi pembelajaran yang paling berkaitan. Penataan ururtan isi mengacku pada keputusan tentang bagaimana cara menata atau menentukan ururtan konsep, prosedur atau prinsip-prinsip hingga tampak keterkaitannya dan menjadi mudah dipahami.

(b) Strategi Penyampaian Pembelajaran

Strategi penyampaian pembelajaran merupakan komponen variabel metode untuk melaksanakan proses pembelajaran. Strategi ini memiliki dua fungsi, yaitu (1) menyampaikan isi pembelajaran kepada pebelajar, dan (2) menyediakan informasi atau bahan-bahan yang diperlukan pebelajar untuk menampilkan unjuk kerja (seperti latihan tes). Secara lengkap ada tiga komponen yang perlu diperhatikan dalam mendeskripsikan strategi penyampaian, yaitu (1) media pembelajaran, (2) interaksi pebelajar dengan media, dan (3) bentuk belajar mengajar.

(1) Media Pembelajaran

(7)

Martin dan Brigss (1986) mengemukakan bahwa media pembelajaran mencakup semua sumber yang diperlukan untuk melakukan komunikasi dengan pembelajaran.

Essef dan Essef dalam Salamun, (2002) menyebutkan tiga kriteria dasar yang dapat digunakan untuk menyeleksi media, yaitu (1) kemampuan interaksi media di dalam menyajikan informasi kepada pebelajar, menyajikan respon pebelajar, dan mengevaluasi respon pebelajar, (2) implikasi biaya atau biaya awal melipui biaya peralatan, biaya material (tape, film, dan lain-lain) jumlah jam yang diperlukan, jumlah siswa yang menerima pembelajaran, jumlah jam yang diperlukan untuk pelatihan, dan (3) persyaratan yang mendukungh atau biaya operasional.

(2) Interaksi Pebelajar dengan Media

(8)

(3) Bentuk Belajar Mengajar

Gagne (1968) mengemukakan bahwa “instruction designed for effective learning may be delivered in a number of ways and may use a variety of media”. Cara-cara untuk menyampaikan pembelajaran lebih mengacu pada jumlah pebelajar dan kreativitas penggunaan media. Bagaimanapun juga penyampaian pembelajaran dalam kelas besar menuntu penggunaan jenis media yang berbeda dari kelas kecil. Demikian pula untuk pembelajaran perseorangan dan belajar mandiri.

(c) Strategi Pengelolaan Pembelajaran

Strategi pengelolaan pembelajaran merupakan komponen variabel metode yang berurusan dengan bagaimana interaksi antara pebelajar dengan variabel-variabel metode pembelajaran lainnya. Strategi ini berkaitan dengan pengambilan keputusan tentang strategi pengorganisasian dan strategi penyampaian tertentu yang digunakan selama proses pembelajaran. Paling sedikit ada empat klasifikasi variabel strategi pengelolaan pembelajaran yang meliputi (1) penjadwalan penggunaan strategi pembelajaran, (2) pembuatan catatan kemajuan belajar siswa, dan (3) pengelolaan motivasional, dan (4) kontrol belajar.

(9)

pengorganisasian pembelajaran biasanya mencakup pertanyaan “kapan dan berapa lama siswa menggunakan setiap komponen strategi pengorganisasian”. Sedangkan penjadwalan penggunaan strategi penyampaian melibatkan keputusan, misalnya “kapan dan untuk berapa lama seorang siswa menggunakan suatu jenis media”

Pembuatan catatan kemajuan belajar siswa penting sekali bagi keperluan pengambilan keputusan-keputusan yang terkait dengan strategi pengelolaan. Hal ini berarti keputusan apapun yang dimabil haruslah didasarkan pad ainformasi yang lengkap mengenai kemajuan belajar siswa tentang suatu konsep, prosedur atau prinsip? Bila menggunakan pengorganisasian dengan hierarki belajar, keputusna yang tepat mengenai unsur-unsur mana saja yang ada dalam hierarki yang diajarkan perlu diambil. Semua ini dilakukan hanya apabila ada catatan yang lengkap mengenai kemajuan belajar siswa.

(10)

Jack C. Richards dan Theodore S. Rodgers (dalam Machfudz, 2002) menyatakan dalam bukunya “Approaches and Methods in Language Teaching” bahwa metode pembelajaran bahasa terdiri dari (1) the oral approach and stiuasional language teaching, (2) the audio lingual method, (3) communicative language teaching, (4) total phsyical response, (5) silent way, (6) community language learning, (7) the natural approach, dan (8) suggestopedia.

(1) Kondisi Pembelajaran

(11)

stuydi, (bahasa) kendala dan karakteristik bidang studi, dan (c) karakteristik pebelajar.

(2) Metode Pembelajaran

Machfudz (2000) mengutip penjelasan Edward M. Anthony (dalam H. Allen and Robert, 1972) menjelaskan bahwa istilah metode dalam pembelajaran Bahasa Indonesia berarti perencanaan secara menyeluruh untuk menyajikan materi pelajaran bahasa secara teratur. Istilah ini lebih bersifat prosedural dalam arti penerapan suatu metode dalam pembelajaran bahasa dikerjakan dengan melalui langkah-langkah yang teratur dan secara bertahap, dimulai dari penyusunan perencanaan pengajaran, penyajian pengajaran, proses belajar mengajar, dan penilaian hasil belajar. Sedangkan menurut Salamun (2002), metode pembelajaran adalah cara-cara yang berbeda untuk mencapai hasil pembelajaran yang berbeda di bawah kondisi yang berbeda. Jadi dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran adalah sebuah cara untuk perencanaan secara utuh dalam menyajikan materi pelajaran secara teratur dengan cara yang berbeda-beda untuk mencapai hasil pembelajaran yang berbeda di bawah kondisi yang berbeda. (3) Hasil Pembelajaran

(12)

Hasil pembelajaran dapat berupa hasil nyata (actual outcomes), yaitu hasil nyata yang dicapai dari penggunaan suatu metode di bawah kondisi tertentu, dan hasil yang diinginkan (desired outcomes), yaitu tujuan yang ingin dicapai yang sering mempengaruhi keputusan perancang pembelajaran dalam melakukan pilihan metode sebaiknya digunakan klasifikasi variabel-variabel pembelajaran tersebut secara keseluruhan ditunjukkan dalam diagram berikut.

Kondisi Tujuan dan

Hasil Keefektifan, efisiensi, dan daya tarik pembelajaran

Diagram 1: Taksonomi variabel pembelajaran (diadaptasi dari Reigeluth dan Stein: 1983).

(13)

2.3. Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar

Pembelajaran merupakan upaya membelajarkan siswa, (1989). Kegiatan pengupayaan ini mengakibatkan siswa dapat mempelajari sesuatu dengan cara efektif dan efisien. Upaya-upaya yang dilakukan dapat berupa analisis tujuan dan karakteristik studi dan siswa, analisis sumber belajar, menetapkan strategi pengorganisasian, isi pembelajaran, menetapkan strategi penyampaian pembelajaran, menetapkan strategi pengelolaan pembelajaran, dan menetapkan prosedur pengukuran hasil pembelajaran. Oleh karena itu, setiap pengajar harus memiliki keterampilan dalam memilih strategi pembelajaran untuk setiap jenis kegiatan pembelajaran. Dengan demikian, dengan memilih strategi pembelajaran yang tepat dalam setiap jenis kegiatan pembelajaran, diharapkan pencapaian tujuan belajar dapat terpenuhi. Gilstrap dan Martin, (1975) juga menyatakan bahwa peran pengajar lebih erat kaitannya dengan keberhasilan pebelajar, terutama berkenaan dengan kemampuan pengajar dalam menetapkan strategi pembelajaran.

(14)

Tujuan utama pendidikan dan pembelajaran di Sekolah Dasar adalah mengembangkan segenap potensi yang dimiliki peserta didik secara maksimal. Oleh karena itu, berbagai kegiatan yang dilaksanakan siswa di sekolah dasar adalah untuk memajukan perkembangan peningkatan kemampuan siswa. Keberhasilan meningkatkan hasil belajar siswa dapat dijadikan suatu indikator guru dan sekolah dalam melaksanakan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM), namun keberhasilan belajar seseorang ditentukan oleh berbagai faktor yang mempengaruhinya. Salah satu faktor yang ada di luar individu adalah tersedianya bahan ajar yang memberikan kemudahan bagi individu untuk mempelajarinya, sehingga hasil belajar menjadi lebih baik. Selain itu juga gaya belajar yang merupakan karakteristik kognitif, afektif, dan psikomotor, sebagai indikator yang bertindak relatif stabil untuk pebelajar merasa saling berhubungan dan bereaksi terhadap lingkungan belajar.

Belajar bahasa pada hakikatnya adalah belajar komunikasi. Oleh karena itu, pembelajaran bahasa diarahkan untuk meningkatkan kemampuan pebelajar dalam berkomunikasi, baik lisan maupun tulis (Depdikbud, 1995). Hal ini relevan dengan kurikulum 2004 bahwa kompetensi pebelajar bahasa diarahkan ke dalam empat subaspek, yaitu membaca, berbicara, menyimak, dan mendengarkan.

(15)

dikembangkan adalah daya tangkap makna, peran, daya tafsir, menilai, dan mengekspresikan diri dengan berbahasa. Kesemuanya itu dikelompokkan menjadi kebahasaan, pemahaman, dan penggunaan.

Untuk mencapai tujuan di atas, pembelajaran bahasa harus mengetahui prinsip-prinsip belajar bahasa yang kemudian diwujudkan dalam kegiatan pembelajarannya, serta menjadikan aspek-aspek tersebut sebagai petunjuk dalam kegiatan pembelajarannya. Prinsip-prinsip belajar bahasa dapat disarikan sebagai berikut. Pebelajar akan belajar bahasa dengan baik bila (1) diperlakukan sebagai individu yang memiliki kebutuhan dan minat, (2) diberi kesempatan berapstisipasi dalam penggunaan bahasa secara komunikatif dalam berbagai macam aktivitas, (3) bila ia secara sengaja memfokuskan pembelajarannya kepada bentuk, keterampilan, dan strategi untuk mendukung proses pemerolehan bahasa, (4) ia disebarkan dalam data sosiokultural dan pengalaman langsung dengan budaya menjadi bagian dari bahasa sasaran, (5) jika menyadari akan peran dan hakikat bahasa dan budaya, (6) jika diberi umpan balik yang tepat menyangkut kemajuan mereka, dan (7) jika diberi kesempatan untuk mengatur pembelajaran mereka sendiri , (Aminuddin, 1994).

2.4.Media Pembelajaran

(16)

“A medium (plural, media) is a means of communication and source of information. Devided from the Latin word meaning ‘beetween’ the term refer to anything that caries information between a source and receiver” (media mengandung pengertian komunikasi dan sumber informasi. Berasal dari bahasa Latin yang berarti “antara” yang mengacu pada segala sesuatu yang dapat menyampaikan informasi antara sumber dan penerima).

Winkel (1998:310) mengemukakan bahwa media merupakan

bentuk jamak dari medium yang artinya perantara atau pengantar dari pengirim pesan ke penerima pesan. Apabila dikaitkan dengan kegiatan

pembelajaran, maka media dapat diartikan sebagai alat komunikasi yang merupakan alat transfer belajar yaitu pengantar pesan pembelajaran dan

sumber belajar kepada pebelajar. Media pembelajaran mencakup bahan dan alat belajar. Bahan dalam pengertian ini juga sering disebut sebagai perangkat lunak (software) dan alat yang digunakan sering disebut sebagai

perangkat keras (hardware). Menurut Hamalik (2003:16) media

pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat membantu proses belajar mengajar.

Media yang dapat dimanfaatkan dalam pembelajaran sangatlah

banyak ragamnya. Guru dapat memilih dan menentukan penggunaan media pembelajaran sesuai dengan bahan pembelajaran yang hendak disampaikan

(17)

Anderson dalam Rahadi (2003:21) mengelompokkan media menjadi 10 (sepuluh) golongan sebagai berikut:

Tabel 2.1. Pengelompokkan Media Belajar

No. Golongan Media Contoh dalam pembelajaran

1. Audio Kaset audio,siaran radio,

CD, telepon.

2. Cetak Buku pelajaran, modul,

brosur, leaflet, gambar 3. Audio-cetak Kaset audio yang dilengkapi

bahan tertulis

4. Proyeksi visual

diam

Overhead transparasi (OHT), film bingkai (slide)

5. Proyeksi Audio

Visual diam

Film bingkai (Slide) bersuara

6.. Visual gerak Film bisu

7. Audio Visual gerak Film gerak bersuara, video/VCD, Televisi

10. Komputer CAI (pembelajaran

berbantuan komputer), CBI (pembelajaran berbasis komputer)

(18)

terprogram, papan tulis, media transparansi, film rangkai, film bingkai, film, televisi dan gambar.

Cara penggolongan lain yang dapat digunakan sebagai acuan dalam pemanfaatan media adalah berdasarkan teknologi yang digunakan, mulai dari yang teknologi rendah (low technology) sampai yang teknologi tinggi (high technology). Heinich dkk dalam Uno (2007: 115) mengklasifikasikan media pembelajaran sebagai berikut:

Tabel 2.2. Klasifikasi Media Pembelajaran

Klasifikasi Jenis Media

Media yang tidak diproyeksikan (non projektor media)

Realita, model, bahan grafis (graphical material , display) Media yang diproyeksikan

(projected media)

OHT, Slide

Media Audio (Audio) Audio kaset, audio vision, active audio vision

Media video (media Video) Video Media berbasis komputer

Multi media kit Perangkat praktikum

(19)

Penggunaan media pembelajaran memiliki manfaat yang tinggi dalam pembelajaran yang dapat memberikan motivasi siswa dan meningkatkan kualitas pembelajaran. Menurut Rahadi (2003:27) bahwa dengan media, proses pembelajaran menjadi lebih menarik sehingga mendorong siswa untuk mencintai ilmu pengetahuan dan gemar mencari sendiri sumber-sumber ilmu pengetahuan.

Secara lebih khusus dan rinci, Kemp dan Dayton (1985:72) mengidentifikasi beberapa manfaat media dalam pembelajaran yaitu:

1) Penyampaian materi pelajaran dapat diseragamkan

Setiap guru dalam menafsirkan konsep materi pembelajaran tertentu dapat berbeda-beda, dengan menggunakan media pembelajaran perbedaan penafsiran tersebut dapat dihindari. Semua siswa akan melihat dan mendengarkan uraian materi melalui media yang sama maka siswa akan mendapatkan informasi yang sama antara siswa yang satu dengan yang lain.

2) Proses pembelajaran lebih jelas dan menarik

(20)

Sehingga siswa tumbuh rasa ingin tahu serta merangsang siswa mereaksi atau merespon baik secara fisik maupun secara emosional. 3) Proses pembelajaran lebih efektif

Media mampu membantu guru melakukan komunikasi dua arah antara guru dan siswa, membangun interaksi yang dinamis karena jika tidak menggunakan media, guru akan cenderung berbicara satu arah yang berakibat hanya guru yang aktif sedangkan siswa tidak ikut melibatkan diri saat pembelajaran secara aktif.

4) Efisiensi dalam Waktu dan Tenaga

Keterbatasan waktu dapat diatasi dengan menggunakan media, karena guru yang biasanya jika menyampaikan pembelajaran tidak bermedia harus menjelaskan semua bagian-bagiannya secara rinci dan menghabiskan waktu, namun dengan memanfaatkan media meskipun ada bagian-bagian yang tidak dapat disampaikan oleh guru melalui kata-kata atau ucapan, isi materi dapat ditangkap oleh peserta didik sehingga waktu yang dimanfaatkan dapat lebih efisien. Isi materi akan lebih mudah dipahami siswa.

5) Meningkatkan Kualitas Hasil Belajar Siswa

(21)

membawa hanyut perasaannya ke dalam proses pembelajaran membuat pemahaman siswa lebih baik.

6) Memungkinkan Proses Belajar dapat Dilaksanakan Dimana Saja

Media pembelajaran dapat dirancang sedemikian rupa sehingga dapat memberikan kesempatan kepada siswa belajar dengan leluasa, tanpa harus terikat dengan tempat dan waktu sehingga siswa akan termotivasi untuk dapat belajar secara mandiri.

7) Menumbuhkan sikap positif siswa terhadap materi dan proses belajar Dengan menggunakan media proses pembelajaran lebih menarik, membuat siswa mencintai ilmu pengetahuan dan membangun kebiasaan

siswa untuk dapat bersikap positif mencari berbagai sumber belajar sendiri.

8) Peran guru akan terbantu oleh media, karena guru tidak menjadi satu-satunya sumber. Guru tidak perlu menjelaskan secara keseluruhan

karena berbagi peran dengan media pembelajaran.

Dalam konteks penelitian ini, media pembelajaran yang digunakan

adalah lingkungan sekolah. Pengertian lingkungan, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Moeliono, 1995: 256) adalah: “(1) daerah (kawasan dan sebagainya) yang termasuk didalamnya; (2) bagian wilayah di kelurahan

(22)

golongan, kalangan; (4) semua yang mempengaruhi pertumbuhan manusia atau hewan”.

2.4.1. Audio Visual

Audio adalah dilihat, tampilan visual menunjukkan bagaimana suatu desain pembelajaran disajikan oleh pencetusnya atau berhubungan dengan pendengaran atau bunyi ( sound). Suara (audio) yang berarti dapat dideteksi oleh telinga manusia berada pada kisaran frekuensi 20 Hz sampai 20 kHz. Sedangkan visual adalah segala sesuatu yang dapat ditangkap oleh indra penglihatan manusia sebagai hasil dari penglihatan dan pengamatan yang dilakukannya. Media berbasis visual (image atau perumpamaan) memegang peran yang sangat penting dalam proses belajar. Media visual dapat memperlancar pemahaman dan memperkuat ingatan. Dengan demikian visual dapat pula menumbuhkan motivasi belajar siswa serta dapat memberikan hubungan antara isi materi pelajaran dengan dunia yang nyata. Agar menjadi efektif, maka visual sebaiknya ditempatkan pada konteks yang bermakna dan siswa harus berinteraksi dengan visual (image) untuk meyakinkan terjadinya proses informasi.

(23)

dikatakan Sulaiman, media audio visual adalah alat-alat yang”audible” artinya dapat didengar dan alat-alat yang”visible” artinya dapat dilihat.

Manfaat penggunaan audio visual diantaranya dalam pembelajaran bahasa Indonesia supaya siswa tidak ferbalisme sehingga penggunaan pendengaran dan penglihatan berkonsentrasi sehingga mendapatkan hasil yang maksimal dan konsep dasar pembelajaran akan mengena dibenak siswa dan tak akan terlupakan. Adapun kaitanya antara media audio visual dengan menulis karangan narasi adalah supaya dalam menulis akan memudahkan siswa dalam berimajinasi dalam menulis karangan. Siswa akan lebih mudah bernarasi sehingga menghasilkan tulisan yang realita kehidupan siswa maupun apa yang dilihat dan didengar siswa tersebut.

Media audio visual sehari-hari dikenal masyarakat sebagai media hiburan dan memberikan informasi seperti televisi, video, bioskop, dll. Informasi yang diberikan oleh alat-alat tersebut sangat cepat dan mudah diterima oleh manusia karena melibatkan dua indra sekaligus yaitu indra penglihatan dan indra pendengaran. Berdasarkan hasil penyelidikan terhadap kegunaan media audio visual terhadap pendidikan yang dilakukan oleh Edgar dale, YD Finn, dan F.Hoban, dapat ditarik kesimpulan bahwa apabila media audio visual digunakan secara baik akan memberikan sumbangan pada pendidikan sebagai berikut:

(24)

dipahami (tidak ferbalisme); f) memberikan pengalaman yang sukar diperoleh dengan cara lain.

Selanjutnya Danim mengidentifikasikan keuntungan pemanfaatan media audio visual, yaitu:

Media audio visual membuat pendidikan lebih produktif. Media audio visual telah menunjukkan kemampuan dalam rangka meningkatkan rute belajar. Dia memungkinkan bagi guru untuk memanfaatkan waktu secara efektif dan efisien serta menjauhkan hal-hal yang sebenarnya tidak perlu. Berdasarkan definisi-definisi tersebut di atas yang dimaksud dengan media audio visual adalah segala sesuatu yang digunakan oleh pengajar untuk menyampaikan pesan yang dapat merangsang pikiran, perasaan, dan perhatian siswa yang disampaikan melalui bunyi dan bentuk. Dalam penelitian ini peneliti akan menggunakan media audio visual berupa VCD.

Media audio visual merupakan salah satu dari sekian banyak media yang dapat memenuhi tuntutan tersebut. Media audio visual mempunyai peran dalam pencapaian kompetensi yang akan dicapai, dan mendorong motivasi belajar dan memperjelas informasi pada waktu tatap muka dalam proses belajar mengajar. Selain itu media audio visual memiliki potensi sebagai penyalur pesan dan memperjelas pesan sehingga memudahkan siswa dalam menerima materi pelajaran yang disampaikan.

(25)

pada siswa. Dengan demikian akan menunjang pencapaian tujuan yang telah ditetapkan secara optimal.

2.5.Motivasi

2.5.1. Pengertian Motivasi Belajar

Secara etimologi motivasi berasal dari bahasa latin “motivum” yang menunjuk kepada pengertian bahwa ada alasan tertentu mengapa sesuatu itu bergerak.

Menurut pendapat User Usman dikatakan bahwa : motif adalah daya diri seseorang yang mendorongnya untuk melakukan sesuatu, atau keadaan seseorang atau organisasi yang menyebabkan kesiapannya untuk memulai serangkaian tingkah laku atau perbuatan. sedangkan motivasi adalah sesuatu proses untuk menggiatkan motif-motif menjadi perbuatan atau tingkah laku untuk kebutuhan dan mencapai tujuan.

Motif dapat juga diartikan sebagai upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan suatu motif. Motif dikatakan sebagai daya penggerak di dalam maupun di luar diri manusia untuk melakukan aktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan. Bahkan motif dapat juga diartikan sebagai kondisi intern manusia (kesiapsiagaan).

(26)

tujuan. Dari pengertian yang dikemukakan MC. Donald ini mengandung tiga elemen penting yaitu :

a) Bahwa motivasi itu mengawali terjadinya perubahan energi pada diri setiap individu manusia. Perkembangan motivasi akan membawa beberapa perubahan energi di dalam sistem neurophsyiological yang ada pada organisme manusia karena menyangkut perubahan energi manusia (walaupun motif itu muncul dalam diri manusia) penampakannya akan menyangkut kegiatan fisik manusia.

b) Motif ditandai dengan munculnya afeksi seseorang. Dalam hal ini motif relevan dengan persoalan kejiwaan, afeksi dan emosi yang dapat menentukan tingkah laku manusia.

c) Motif akan dirangsang karena adanya tujuan. Jadi motif dalam hal iini sebenarnya merupakan respon dari suatu aksi, yakni tujuan. Motif manusia muncul dari dalam diri manusia, tetapi kemunculannya karena terdorong adanya tujuan dan unsur lain dalam hal ini adalah tujuan.

(27)

Pengertian umum dari motivasi adalah sebagai kebutuhan yang mendorong perbuatan kearah suatu tujuan tertentu. Serangkaian kegiatan yang dilakukan seseorang sebenarnya dilatarbelakangi oleh motivasi.

Motif inilah yang mendorong seseorang untuk melakukan suatu kegiatan. Dengan demikian motif itu mempengaruhi adanya kegiatan. Ada tiga fungsi motif yaitu: 1) mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak/motor yang melepaskan energi, 2) menentukan arah perbuatan, 3) menyeleksi perbuatan.

Abraham Maslow mengemukakan jika kebutuhan yang lebih rendah tingkatannya telah dapat dipenuhi, maka kebutuhan di tingkat atasnya akan muncul dan minta dipenuhi. Oleh karena itu kebutuhan manusia tersebut secara berjenjang dan terus menerus minta dipenuhi. Menurut Maslow ada 5 kebutuhan dasar yang harus dipenuhi oleh manusia yaitu :

1) Kebutuhan fisiologis adalah kebutuhan akan makan dan minum, pakaian dan tempat tinggal. Termasuk dalam kebutuhan ini adalah kebutuhan seks.

2) Kebutuhan akan keamanan, yakni rasa aman, bebas dari rasa takut dan kecemasan.

3) Kebutuhan akan cinta dan kasih, meliputi hubungan akan dicintai diperhatikan, sebagai pribadi dan diakui sebagai anggota kelompok.

4) Kebutuhan ego termasuk kebutuhan dihargai karena prestasi, kemampuan, kedudukan dan status.

(28)

Sesuai dengan kebutuhan itu Maslow menciptakan piramida hierarki kebutuhan yang lebih lengkap seperti bagan dibawah ini.

Under- Standing and Knowledge (6) Self Actualization (5)

Self Esteem (4) Love and Belonging (3) Safety (2)

Physiological (1)

Kebutuhan-kebutuhan tersebut menurut Maslow harus terpenuhi, sebab kebutuhan yang telah lama tidak terpenuhi, tidak dapat menjadi motivator aktif. Jika kebutuhan tersebut terhambat dan tidak bisa termotivasi maka usaha manusia hanya terbatas pada level sebelumnya dan tidak ada peningkatan. Oleh karena itu pemenuhan kebutuhan demikian sangat penting guna meningkatkan motivasi seseorang dalam mengikuti kegiatan.

Menurut jenisnya motivasi dibedakan menjadi dua yaitu (1) motif intrinsik (dalam diri manusia) dan (2) motif ekstrinsik (luar diri manusia). Kedua jenis motif tersebut memandang bahwa segala tindakan manusia karena terdapatnya tanggung jawab internal dan eksternal pada diri manusia.

(29)

Motivasi yang ada pada diri setiap orang itu memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

1. Tekun menghadapi tugas.

2. Ulet dalam menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa), tidak cepat puas dengan prestasi yang dicapainya.

3. Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah untuk orang dewasa, misalnya masalah pembangunan, agama, politik, ekonomi, keadilan, pemberantasan korupsi dan sebagainya.

4. Lebih senang bekerja mandiri. 5. Dapat mempertahankan pendapatnya

Menurut pendapat Sardiman, (2004: 49) Fungsi motivasi ada 3 macam yaitu : (1) mendorong manusia untuk berbuat, siswa mengerjakan sesuatu karena dorongan dalam dirinya, (2) menentukan arah perbuatan, yaitu kearah tujuan yang hendak dicapai, dalam melakukan suatu kegiatan didasarkan pada tujuan yang hendak dicapai, (3) Menyeleksi perbuatan yaitu menentukan perbuatan yang harus dikerjakan guna mencapai tujuan dengan menyisihkan perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut. Siswa yang akan menghadapi ujian tidak akan menghabiskan waktunya untuk bermain.

(30)

sehingga tujuan tercapai. Motivasi dalam belajar memang memegang peranan yang sangat penting. Hal ini terutama diakui oleh para ahli psikologi behavioritik Dr. Sarlito Wirawan Sarwono mengemukakan bahwa “ Motivasi merupakan istilah yang menunjuk kepada seluruh proses gerakan termasuk istilah yang menunjuk kepada seluruh proses gerakan termasuk situasi yang mendorong, dorongan yang timbul dalam diri individu, tingkah laku yang timbul oleh situasi dan tujuan/akhir dari pada gerakan atau perbuatan.

Dalam pendidikan, motivasi merupakan hal yang penting dalam membimbing belajar. Berbagai macam teknik misalnya kenaikan tingkat, penghargaan, hadiah, piagam prestasi, pujian dan celaan telah dipergunakan untuk mendorong murid-murid agar mau belajar

Dengan penggunaan motivasi didalam pendidikan dan pelajaran akan dapat berhasil memuaskan sesuai dengan yang diharapkan. Seseorang bukan tidak bisa mengerjakan sesuatu, tetapi ketidakbisaan itu disebabkan oleh tidak adanya kemauan terhadap pekerjaan itu. Kejadian di atas dapat pula disebabkan bukan karena kecakapan yang kurang, tetapi karena kurangnya motivasi. Motif-motif yang kurang kuat, maka dorongannya, kemauannya tidak kuat, sehingga hasil pekerjaan ( kecakapan nyata) tidak sesuai dengan kecakapannya. “ Motivasi merupakan suatu tenaga ( dorongan, alasan, kemauan) dari dalam diri yang menyebabkan kita berbuat atau bertindak yang mana tindakan itu diarahkan kepada tujuan tertentu yang hendak dicapai.”

(31)

Beberapa pengertian motivasi diatas maka dapat disimpulkan bahwa motivasi merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan dan motivasi dapat memberikan arah dari kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan tujuan yang akan dicapai, serta dapat menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan, yang sesuai guna mencapai tujuan dengan meninggalkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut.

(32)

motivasi meruapakan masalah dalam belajar, karena hal ini memberikan dampak bagi ketercapaian hasil belajar yang diharapkan (Aunurrahman, 2009:180).

Motivasi belajar adalah dorongan dari dalam diri sendiri maupun dari luar diri peserta didik untuk mau melakukan sesuatu pekerjaan. Dalam hal ini dorongan untuk mau meningkatkan belajar menulis agar memperoleh hasil yang lebih baik, dengan kata lain tanpa adanya dorongan-dorongan tersebut maka pembelajaran tidak dapat berlangsung dengan baik (Sadirman, 1997: 203-204).

Motivasi adalah tingkat kebutuhan siswa untuk mencapai atau melakukan kegiatan sekolah dengan bersemangat. Motivasi tidak hanya penting sebagai input dari pembelajaran namun juga sebagai output dalam pembelajaran jika siswa dikondisikan untuk dapat beradaptasi dengan segala perubahan kondisi dan masalah di luar lingkungan sekolah formal. Semakin cepat perubahan yang terjadi maka semakin penting keberadaan motivasi untuk belajar dalam menghadapi tantangan. Rentang motivasi dari sangat termotivasi sampai tidak termotivasi dalam melakukan suatu kekuatan (Gardner, 2006:61).

(33)

Belajar sangat diperlukan suatu motivasi sehingga hasil belajar akan menjadi optimal. Makin tepat motivasi yang diberikan, akan semakin berhasil pula pelajaran itu. Jadi motivasi akan senantiasa menentukan intensitas usaha belajar bagi para peserta didik. Motivasi juga dipengaruhi oleh suatu tujuan, sehubungan dengan hal tersebut ada tiga fungsi motivasi:

a) Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai pengerak atau motor yang melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan motor pengerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan.

b) Menentukan arah perbuatan, yakni kearah tujuan yang hendak dicapai. Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya.

c) Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuannya, dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut. Peserta didik yang akan menghadapi ujian dengan harapan dapat lulus, tentu akan melakukan kegiatan belajar sesuai dengan tujuannya.

(34)

karena itu, para pendidik harus dapat menerapkan proses belajar di kelas yang dapat menumbuhkembangkan motivasi belajar pada diri peserta didik (Hadis, 2006: 32).

Motivasi sangat erat kaitannya dengan tujuan yang hendak dicapai. Semakin tinggi tujuan yang hendak dicapai maka semakin tinggi pula motivasi yang harus dimiliki. Motivasi belajar dapat dinilai dari beberapa hal yaitu ketekunan dalam belajar, partisipasi peserta didik, minat belajar, usaha untuk belajar, perhatian di kelas, dan keaktifan dalam penyelesaian tugas-tugas belajar (Sardiman, 2004: 49). Dalam penelitian ini aspek-aspek di atas sebagai acuan motivasi menulis bagi guru yang dapat dipengaruhi dari luar seperti penggunaan metode kajian kritis.

Motivasi adalah proses yang memberi semangat, arah, dan kegigihan perilaku, artinya, perilaku yang termotivasi adalah perilaku yang penuh energi, terarah dan bertahan lama. (Santrock, 2008:510). Menurut Santrock (2008:511), perspektif psikologis menjelaskan motivasi dengan cara yang berbeda berdasarkan perspektif yang berbeda pula yaitu perspektif behavioral, humanistis, kognitif, dan sosial.

(35)

pada perilaku yang tepat dan menjauhkan mereka dari perilaku yang tidak tepat (Emmer,dkk., 2000 dalam Santrock, 2008:511-512).

2.6. Menulis

2.6.1. Keterampilan Menulis

Suparno (2002) mendefinisikan menulis sebagai suatu kegiatan penyampaian pesan (komunikasi) dengan menggunakan bahasa tulis sebagai alat atau medianya. Kegiatan menulis merupakan kegiatan yang komplek karena perlu ditunjang oleh ketrampilan menyimak dan ketrampilan menulis yang baik. Jika terbiasa menyimak dan membaca tentang berbagai hal tentu akan menambah wawasan dan pengetahuan seseorang penulis dan dapat menjadi inspirasi bagi penulis untuk menuangkan ide-ide atau gagasan ke dalam sebuah tulisan.

(36)

Berbagai pendapat dari para ahli pendidikan muncul tentang pengertian menulis. Tarigan dalam (Abdurrahman 2003), mendefinisikan menulis sebagai melukiskan lambang-lambang grafis dari bahasa yang dipahami oleh penulisnya maupun orang-orang lain yang menggunakan bahasa yang sama dengan penulis tersebut. Proses belajar menulis melibatkan rentang waktu yang panjang, maka sangatlah diperlukan latihan-latihan. Dengan adanya latihan menulis ini, maka lambang-lambang yang dituliskannya dapat dipahami oleh dirinya dan oleh orang lain. Dengan menulis seseorang dapat menuangkan segala pikiran, ide, dan perasaannya dalam bentuk tulisan.

Menurut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (2006) salah satu kemampuan yang harus dikuasai siswa sekolah dasar adalah kemampuan menulis. Menulis merupakan satu kegiatan yang produktif dan reseptif. Ketrampilan untuk menulis tidak secara otomatis dapat dikuasai siswa, melainkan harus melalui latihan secara teratur.

(37)

Atas dasar asumsi di atas, sungguh tepat bila upaya untuk meningkatkan kemampuan berbahasa Indonesia harus dijembatani dengan menggalakkan kegiatan menulis. Hal ini disebabkan kemampuan menulis membutuhkan penguasaan materi-materi pendukung sebagai modal dasar, seperti penguasaan kosa kata, diksi, penyusunan kalimat, pembentukan paragraf, pemahaman secara aplikatif tentang ejaan dan tanda baca, logika, serta struktur berpikir yang runtut.

Sejalan dengan itu, De Porter & Mike Hernacki (1999) menyatakan menulis adalah aktivitas seluruh otak yang menggunakan belahan otak kanan (emosional) dan belahan otak kiri (logika). Di dalam kegiatan menulis aktivitas seluruh otak digunakan. Aktivitas otak kanan meliputi: semangat, emosi, imajinasi, gairah dan kegembiraan. Sedangkan aktivitas otak kiri meliputi: perencanaan, tata bahasa, penelitian, tanda baca, dan penulisan kembali.

(38)

logika dalam penyampaiannya, sehingga menjadi untaian kalimat yang bermakna dalam menyampaikannya, menarik perhatian pembaca sehingga timbul keinginan untuk membacanya.

2.7. Pengertian Puisi

Pengertian puisi menurut Tarigan (2004) yang berasal dari bahasa Yunani, (yaitu puisi) yang berarti penciptaan. Istilah tersebut lama-kelamaan semakin sempit ruang lingkupnya menjadi “hasil seni sastra yang kata-katanya disusun menurut syarat-syarat tertentu dengan menggunakan irama, sajak, dan kadang-kadang kata kiasan”. Selanjutnya Tarigan (2004) mengutip pendapat Watts, bahwa “ puisi adalah ekspresi yang konkrit dan bersifat artistik dari pikiran manusia dalam bahasa emosional dan berirama. Pendapat lain mengemukakan bahwa “Puisi atau sanjak adalah salah satu bentuk perwujudan penghayatan pengarang yang memiliki ciri-ciri khas bila dibandingkan dengan bentuk sastra lainya”.

(39)

Penulisan puisi terikat oleh hal-hal berikut: (1) terikat oleh banyaknya baris, (2) disusun atas dasar ekspresi dari pengalaman yang bersifat imajinatif, (3) penggunaan kata-kata yang benar-benar direncanakan secara matang dan tepat guna, (4) menggunakan irama, sajak, dan kadang-kadang kata kiasan, dan (5) menggunakan bahasa emosional dan berirama. (Tarigan, 2004)

Berdasarkan uraian di atas, yang dimaksud dengan puisi dalam penelitian ini adalah cipta sastra yang terdiri atas beberapa larik dan larik-larik itu memperlihatkan pertalian makna serta membentuk sebuah bait atau lebih biasa yang disebut puisi.

2.7.1. Unsur-Unsur Puisi

Rosyid (2009) menyatakan bahwa secara sederhana, batang tubuh puisi terbentuk dari beberapa unsur, yaitu kata, larik, bait, bunyi, dan makna. Kelima unsur ini saling mempengaruhi keutuhan sebuah puisi. Secara singkat bisa diuraikan sebagai berikut.

1) Kata adalah unsur utama terbentuknya sebuah puisi. Pemilihan kata (diksi) yang tepat sangat menentukan kesatuan dan keutuhan unsur-unsur yang lain. Kata-kata yang dipilih diformulasi menjadi sebuah larik.

(40)

sebuah kalimat. Pada puisi lama, jumlah kata dalam sebuah larik biasanya empat buat, tapi pada puisi baru tak ada batasan.

3) Bait merupakan kumpulan larik yang tersusun harmonis. Pada bait inilah biasanya ada kesatuan makna. Pada puisi lama, jumlah larik dalam sebuah bait biasanya empat buah, tetapi pada puisi baru tidak dibatasi. 4) Bunyi dibentuk oleh rima dan irama. Rima (persajakan) adalah

bunyi-bunyi yang ditimbulkan oleh huruf atau kata-kata dalam larik dan bait. Sedangkan irama (ritme) adalah pergantian tinggi rendah, panjang pendek, dan keras lembut ucapan bunyi. Timbulnya irama disebabkan oleh perulangan bunyi secara berturut-turut dan bervariasi (misalnya karena adanya rima, perulangan kata, perulangan bait), tekanan-tekanan kata yang bergantian keras lemahnya (karena sifat-sifat konsonan dan vokal), atau panjang pendek kata. Dari sini dapat dipahami bahwa rima adalah salah satu unsur pembentuk irama, namun irama tidak hanya dibentuk oleh rima. Baik rima maupun irama inilah yang menciptakan efek musikalisasi pada puisi, yang membuat puisi menjadi indah dan enak didengar meskipun tanpa dilagukan.

(41)

Adapun secara lebih detail, unsur-unsur puisi bisa dibedakan menjadi dua struktur, yaitu struktur batin dan struktur fisik. Struktur batin puisi, atau sering pula disebut sebagai hakikat puisi, meliputi hal-hal sebagai berikut. 1) Tema/makna (sense); media puisi adalah bahasa. Tataran bahasa adalah

hubungan tanda dengan makna, maka puisi harus bermakna, baik makna tiap kata, baris, bait, maupun makna keseluruhan.

2) Rasa (feeling), yaitu sikap penyair terhadap pokok permasalahan yang terdapat dalam puisinya. Pengungkapan tema dan rasa erat kaitannya dengan latar belakang sosial dan psikologi penyair, misalnya latar belakang pendidikan, agama, jenis kelamin, kelas sosial, kedudukan dalam masyarakat, usia, pengalaman sosiologis dan psikologis, dan pengetahuan. Kedalaman pengungkapan tema dan ketepatan dalam menyikapi suatu masalah tidak bergantung pada kemampuan penyair memilih kata-kata, rima, gaya bahasa, dan bentuk puisi saja, tetapi lebih banyak bergantung pada wawasan, pengetahuan, pengalaman, dan kepribadian yang terbentuk oleh latar belakang sosiologis dan psikologisnya.

(42)

pembaca, dengan nada sombong, menganggap bodoh dan rendah pembaca, dan lain-lain.

4) Amanat/tujuan/maksud (itention); sadar maupun tidak, ada tujuan yang mendorong penyair menciptakan puisi. Tujuan tersebut bisa dicari sebelum penyair menciptakan puisi, maupun dapat ditemui dalam puisinya.

Struktur fisik puisi, atau terkadang disebut pula metode puisi, adalah sarana-sarana yang digunakan oleh penyair untuk mengungkapkan hakikat puisi. Menurut Kosasih (2008), struktur fisik puisi adalah sebagai berikut. 1) Perwajahan puisi (tipografi), yaitu bentuk puisi seperti halaman yang

tidak dipenuhi kata-kata, tepi kanan-kiri, pengaturan barisnya, hingga baris puisi yang tidak selalu dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik. Hal-hal tersebut sangat menentukan pemaknaan terhadap puisi.

2) Diksi, yaitu pemilihan kata-kata yang dilakukan oleh penyair dalam puisinya. Karena puisi adalah bentuk karya sastra yang sedikit kata-kata dapat mengungkapkan banyak hal, maka kata-katanya harus dipilih secermat mungkin. Pemilihan kata-kata dalam puisi erat kaitannya dengan makna, keselarasan bunyi, dan urutan kata.

(43)

mengakibatkan pembaca seakan-akan melihat, mendengar, dan merasakan seperti apa yang dialami penyair.

4) Kata konkret, yaitu kata yang dapat ditangkap dengan indera yang memungkinkan munculnya imaji. Kata-kata ini berhubungan dengan kiasan atau lambang. Misal kata kongkret “salju” melambangkan kebekuan cinta, kehampaan hidup, dan lain-lain, sedangkan kata kongkret “rawa-rawa” dapat melambangkan tempat kotor, tempat hidup, bumi, kehidupan, dan lain-lain.

5) Bahasa figuratif, yaitu bahasa berkias yang dapat menghidupkan/ meningkatkan efek dan menimbulkan konotasi tertentu. Bahasa figuratif menyebabkan puisi menjadi prismatis, artinya memancarkan banyak makna atau kaya akan makna. Bahasa figuratif disebut juga majas. Adapaun macam-macam majas antara lain metafora, simile, personifikasi, litotes, ironi, sinekdoke, eufemisme, repetisi, anafora, pleonasme, antitesis, alusio, klimaks, antiklimaks, satire, pars pro toto, totem pro parte, hingga paradoks.

(44)

pengulangan kata/ungkapan. Ritma adalah tinggi rendah, panjang pendek, keras lemahnya bunyi. Ritma sangat menonjol dalam pembacaan puisi.

2.7.2. Ciri-Ciri Puisi Anak

Sebagai bagian dari sastra, puisi juga memiliki ciri-ciri yang identik

dengan sastra siswa, yaitu pengungkapan sesuatu dari sudut pandang anak.

Dalam puisi anak aspek emosi selalu sejalan dengan serapan indera, artinya berbagai luapan emosi anak dipengaruhi oleh tanggapan inderanya terhadap sesuatu yang ada di sekelilingnya karena daya jangkau anak masih terbatas.

Namun puisi anak pun dapat dipakai untuk menyampaikan cerita. (Nurgiyantoro, 2005)

(45)

diungkapkan lewat berbagai bentuk pemajasan tersebut menyebabkan makna puisi menjadi luas. (Nurgiyantoro, 2005)

Apa yang dikemukakan di atas merupakan ciri khas pada puisi anak. Hanya saja, untuk puisi anak intensitas keluasan makna itu tampaknya belum seluas puisi dewasa, paling tidak dari kacamata pemahaman orang dewasa, karena daya jangkau imajinasi siswa dalam hal pemaknaan puisi masih terbatas, demikian juga dengan kemampuan siswa dalam hal penggunaan dan pendayaan bahasa. Dilihat dari segi pendayaan berbagai bentuk ungkapan kebahasaan, puisi anak tentunya masih lebih sederhana. Kesederhanaan itu harus dilihat dari unsur, diksi, struktur, ungkapan, dan kemungkinan pemaknaan. Puisi anak, baik dalam hal bahasa maupun dalam hal makna yang diungkapkan masih polos, lugas, apa adanya. Namun, dilihat dari segi permainan bahasa, bahasa anak terlihat intensif. Hal itu terlihat dari pengutamaan kemunculan aspek rima dan irama atau berbagai bentuk pengulangan lainya.

Puisi hadir kepada siswa terutama disuarakan dan atau dibacakan. Hal itu terjadi jika siswa belum mampu membaca, sedang jika sudah mampu, puisi juga hadir lewat tulisan yang dibacanya sendiri. Jika dituliskan, puisi-puisi itu juga memiliki ciri-ciri sebagaimana halnya penulisan puisi-puisi yang lain. 2.7.3. Hakikat Puisi Anak

(46)

yang merdu dan disertai dengan permainan bahasa. Ekspresi kegembiraan seorang anak yang dapat dilihat oleh orang dewasa adalah aktivitas tertawa-tawa dengan disertai gerakan tangan, kaki, dan bahkan seluruh tubuhnya. Kegembiraan itu berimbas kepada orang dewasa yang memberikan stimulasi berwujud lagu-lagu merdu, tembang-tembang indah, dan kata-kata berirama. Bagi orang dewasa, keindahan itu selain juga berasal dari lagu-lagu, tembang-tembang, dan kata-kata berirama, juga dari ekspresi kegembiraan anak yang sedang dininabobokannya. Situasi seperti itu merupakan situasi yang paling indah dan menggembirakan yang dirasakan oleh orang tua ketika berinteraksi dengan si buah hati. Rasanya semua kepenatan akibat kerja rutin itu hilang sirna. (Nurgiyantoro, 2005)

Hal itu, sekali lagi, menunjukkan bahwa semua orang senang akan keindahan, tidak terkecuali bayi. Lebih dari itu, sebenarnya semua orang memiliki bakat akan keindahan, bakat untuk mengapresiasikan keindahan, yang kesemuanya juga sudah terlihat ketika masih bayi. Wujud keindahan yang diapresiasikan oleh siswa itu terutama yang diekspresikan dengan suara dan sebagian dengan gerakan karena keterbatasan daya jangkau siswa. Namun, pertumbuhan bayi menjadi siswa kecil amat pesat, juga pertumbuhan kemampuan reseptifnya terhadap apa yang ada di sekelilingnya. (Nurgiyantoro, 2005)

(47)

yang berirama dan bersajak. Hanya saja bagi siswa-siswa, kata-kata baru menjadi indah setelah disuarakan dan dilagukan. Hal ini dapat dipahami bahwa lewat hal-hal tersebut secara langsung atau tidak langsung siswa dibawa untuk berkenalan dengan puisi.

Menurut Pradopo (2009: 315), hakikat puisi bukan terletak pada bentuk formalnya, meskipun bentuk formal itu penting. Hakikat puisi adalah apa yang menyebabkan puisi itu disebut puisi. Puisi baru (modern) tidak terikat pada bentuk formal, tetapi disebut puisi juga. Hal ini disebabkan dalam puisi modern terkandung hakikat puisi ini, yang tidak berupa sajak (persamaan bunyi), jumlah baris, ataupun jumlah kata pada tiap baitnya.

2.7.4. Hakikat Menulis Puisi

(48)

Bahasa dalam puisi lebih didayagunakan sehingga mampu memberikan efek lebih dibandingkan dengan bahasa bukan puisi: lebih menyentuh,

mempesona, merangsang, membangkitkan imajinasi dan suasana tertentu. Itu semua dapat terjadi karena puisi lebih banyak mendayagunakan

pengekspresian lewat berbagai ungkapan kebahasaan seperti berbagai bentuk pemajasan. Pengekspresian gagasan yang diungkapkan lewat berbagai

bentuk pemajasan tersebut menyebabkan makna puisi menjadi lebih luas atau paling tidak dari sebuah puisi dapat ditafsirkan banyak makna. Pendayaan ekspresi ide-ide lewat berbagai bentuk metaforis itu pada

hakikatnya juga berarti makna lebih dari sekadar apa yang tersurat.

Memaknai puisi sebagai suatu bentuk pengekspresian kebahasaan yang mengungkapkan sesuatu secara lebih dan mengungkapkannya lewat berbagai bentuk kebahasaan yang lebih intensif dari pada ungkapan kebahasaan yang

biasanya. Jadi puisi mampu mengungkapkan secara lebih banyak daripada sekedar apa yang tertulis dan sekaligus ditulis dan diekspresikan lewat

bahasa yang khas. (Nurgiyantoro, 2005)

(49)

itu, kalau kita tilik kembali pengalaman kita dengan puisi selama ini, benarlah puisi itu mengejutkan, menyenangkan: Ia bernyanyi bagai musik, ia membuat kita merasakan sesuatu secara lebih intens. Puisi pada dasarnya merupakan pengalaman hidup yang ditulis kembali secara padat dan baru dalam permainan kata penuh imaji dan perlambangan, kita telah memulai menikmati kegembiraan bergaul dengannya.

Pradopo (2009: 315) menyatakan ada tiga aspek yang perlu diperhatikan untuk mengerti hakikat puisi. Pertama sifat seni atau fungsi seni, kedua kepadatan, dan ketiga ekspresi tidak langsung.

Berkaitan dengan sifat atau fungsi seni, puisi adalah karya seni sastra. Puisi merupakan salah satu bentuk karya satra. Rene Wellek mengemukakan bahwa paling baik kita memandang kesussatraan sebagai karya yang didalamnya fungsi estetiknya dominan, yaitu fungsi seninya yang berkuasa. Tanpa fungsi seni itu karya kebahasaan tidak dapat disebut karya (seni) sastra. Puisi sebagai karya sastra, maka fungsi estetiknya dominan dan di dalamnya ada unsur-unsur estetiknya.

(50)

Berkaitan dengan ekspresi tidak langsung, dikemukakan oleh Riffaterre bahwa sepanjang waktu, dari waktu ke waktu, puisi selalu

berubah. Perubahan itu disebabkan oleh evolusi selera dan perubahan konsep estetik. Akan tetapi, suatu hal yang tidak berubah, yaitu puisi mengucapkan

sesuatu secara tidak langsung. Ucapan tidak langsung itu ialah menyatakan suatu hal dengan arti yang lain. Ketidaklangsungan ekspresi itu menurut

Riffaterre disebabkan oleh tiga hal, yaitu: (1) penggantian arti (displacing of meaning), penyimpangan atau pemencongan (distorsing of meaning), dan penciptaan arti (creating of meaning).

Memilih bahan pengajaran puisi perlu mempertimbangkan kelompok

usia siswa. Dalam pengajaran puisi di sekolah dasar, hendaknya tidak dipilih puisi untuk orang dewasa. Karena ide-ide dan ungkapan-ungkapan puisi itu terlalu asing bagi mereka. Oleh sebab itu, sebaiknya puisi yang dipilih sesuai

dengan usia mereka. Pengajaran apresiasi puisi akan lebih efektif jika diawali dengan penyajian puisi yang memiliki suasana lingkungan yang

akrab dengan siswa didik. (Nurgiyanto, 2005). Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan menulis puisi anak adalah suatu daya,

kesanggupan, kecakapan, atau kekuatan seseorang dalam menuangkan ide dan menyampaikan pesan dengan menggunakan bahasa tulis sehingga

(51)

disuarakan atau dibacakan. Itu terjadi jika siswa sudah mampu membaca, puisi juga hadir lewat tulisan yang dibacanya sendiri.

Kutipan di atas dapatlah disimpulkan bahwa puisi adalah salah satu bentuk cipta sastra atau karya tulis yang bersifat terikat. Puisi adalah bentuk karya sastra yang menggunakan kata-kata indah dan kaya makna. Keindahan sebuah puisi disebabkan oleh diksi, majas, rima, dan irama yang terkandung dalam karya sastra tersebut. Adapun kekayaan makna yang terkandung dalam puisi disebabkan oleh pemadatan segala unsur bahasa. Bahasa yang digunakan dalam puisi berbeda dengan yang digunakan sehari-hari. Puisi menggunakan bahasa yang ringkas, namun kaya makna. Kata-kata yang digunakannya adalah kata-kata konotatif, yang mengandung banyak pemanfsiran dan pengertian.

2.8.Karakteristik Siswa Kelas V

Anak usia 9-10 tahun atau usia sekitar Sekolah Dasar kelas V adalah masa perubahan cara berpikir. Proses belajar anak lebih kompleks dari usia sebelumnya. Anak menggunakan panca inderanya untuk menangkap berbagai informasi dari luar. Secara kognitif, anak telah mampu membaca, menulis dan berhitung serta berkomunikasi secara luas.

(52)

berlangsung efektif, guru harus mampu menciptakan pembelajaran yang baik. Pembelajaran yang baik bukan hanya guru menguasai materi/bahan ajar, tetapi guru perlu mempunyai pengetahuan yang luas tentang karakteristik perkembangan siswa sekolah dasar. Aspek-aspek perkembangan individu harus dipandang secara utuh antara aspek yang satu dengan aspek perkembangan lainya.

Pengetahuan tentang tahap-tahap perkembangan anak perlu diketahui dan dipahami oleh guru dalam merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi/merefleksi suatu pembelajaran sehingga proses pembelajaran yang dilaksanakan sesuai dengan tuntutan perkembangan peserta didik, siswa akan mengkonstruksikan sendiri pengetahuan sesuai dengan pengalamannya secara alami, maka pemenuhan kebutuhan pembelajaran dimulai dari lingkungan terdekat anak, materi pelajaran dari yang mudah ke yang sukar, pemahaman konsep dari yang kongkrit menuju yang abstrak, dari materi yang sederhana ke materi yang rumit, pembelajaran berpusat pada siswa suasana pembelajaran yang demokratis, interaksi antara guru dan siswa yang edukatif, menggunakan metode yang bervariatif, serta penggunaan alat bantu/media pembelajaran yang dapat membantu pemahaman siswa terhadap materi pelajaran.

(53)

dimensi tersebut, dan hal ini terlihat pada konservasi. Konservasi yakni membedakan bahwa suatu benda mampu dilihat dalam dua sisi.

Munandar dalam Yuliani Nurani, (2003:176) mengemukakan bahwa anak pada masa ini memiliki kepribadian yang kreatif yang dapat dilihat pada rasa ingin tahunya yang besar, rasa takjub, berpikir spontan dan terbuka serta imajinasinya yang berkembang. Melalui kemampuan dasar yang dimiliki anak tersebut, dengan ketrampilan proses pembelajaran akan lebih bermakna dan tentunya anak termotivasi untuk belajar.

Dari beberapa teori tentang karakteristik siswa, maka dapat disimpulkan bahwa dalam proses pembelajaran hendaknya guru melihat dan meemperhatikan latar belakang kemampuan siswa sehingga proses pembelajaran sesuai dengan tuntutan perkembangan siswa kelas V.

(54)

pembelajaran. Di dalam aktivitas belajar sendiri, motivasi individu dimanifestasikan dalam bentuk ketahanan atau ketekunan dalam belajar, kesungguhan dalam menyimak isi pelajaran, kesungguhan dan ketelatenan dalam mengerjakan tugas dan sebagainya. Sebaliknya peserta didik yang tidak atau kurang memiliki motivasi umumnya kurang mampu bertahan untuk belajar lebih lama, kurang sungguh-sungguh di dalam mengerjakan tugas. Sikap yang kurang positif di dalam belajar ini semakin nampak ketika tidak ada orang lain (guru, orangtua) yang mengawasinya. Oleh karena itu, rendahnya motivasi meruapakan masalah dalam belajar, karena hal ini memberikan dampak bagi ketercapaian hasil belajar yang diharapkan (Aunurrahman, 2009:180).

Motivasi belajar adalah dorongan dari dalam diri sendiri maupun dari luar diri peserta didik untuk mau melakukan sesuatu pekerjaan. Dalam hal ini dorongan untuk mau meningkatkan belajar menulis agar memperoleh hasil yang lebih baik, dengan kata lain tanpa adanya dorongan-dorongan tersebut maka pembelajaran tidak dapat berlangsung dengan baik (Sudirman, 1997: 203-204).

(55)

pada seseorang agar dapat melakukan kegiatan tertentu dan untuk mencapai tujuan tertentu (Pasaribu, 1983: 50).

Belajar sangat diperlukan suatu motivasi sehingga hasil belajar akan menjadi optimal. Makin tepat motivasi yang diberikan, akan semakin berhasil pula pelajaran itu. Jadi motivasi akan senantiasa menentukan intensitas usaha belajar bagi para peserta didik. Motivasi juga dipengaruhi oleh suatu tujuan, sehubungan dengan hal tersebut ada tiga fungsi motivasi:

a) Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai pengerak atau motor yang melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan motor pengerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan.

b) Menentukan arah perbuatan, yakni kearah tujuan yang hendak dicapai. Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya.

(56)

Peserta didik yang melakukan aktifitas belajar karena mempunyai motivasi belajar yang baik akan melahirkan proses dan hasil belajar yang baik. Semakin tinggi motivasi belajar peserta didik maka akan semakin tinggi kualitas proses dan hasil belajar yang akan dicapai oleh peserta didik. Oleh karena itu, para pendidik harus dapat menerapkan proses belajar di kelas yang dapat menumbuhkembangkan motivasi belajar pada diri peserta didik (Hadis, 2006: 32).

Motivasi sangat erat kaitannya dengan tujuan yang hendak dicapai. Semakin tinggi tujuan yang hendak dicapai maka semakin tinggi pula motivasi yang harus dimiliki. Motivasi belajar dapat dinilai dari beberapa hal yaitu ketekunan dalam belajar, partisipasi peserta didik, minat belajar, usaha untuk belajar, perhatian di kelas, dan keaktifan dalam penyelesaian tugas-tugas belajar (Sardiman, 2004: 49). Dalam penelitian ini aspek-aspek di atas sebagai acuan motivasi menulis puisi bagi siswa yang dapat dipengaruhi dari luar seperti penggunaan media audio visual.

(57)

keputusan, misalnya “kapan dan untuk berapa lama seorang siswa menggunakan suatu jenis media”.

Pengelolaan motivasional merupakan bagian yang amat penting dari pengelolaan inetraksi siswa dengan pembelajaran. Gunanya untuk meningkatkan motivasi belajar siswa. Sebagian besar media audio visual sebenarnya memiliki daya tarik untuk dipelajari, namun pembelajaran gagal menggunakannya sebagai alat motivasional. Akibatnya, bidang studi kehilangan daya tariknya dan yang tinggal hanya kumpulan fakta dan konsep, prosedur atau prinsip yang tidak bermakna.

Jack C. Richards dan Theodore S. Rodgers (dalam Machfudz, 2002) menyatakan dalam bukunya “Approaches and Methods in Language Teaching” bahwa metode pembelajaran bahasa terdiri dari (1) the oral approach and stiuasional language teaching, (2) the audio lingual method, (3) communicative language teaching, (4) total phsyical response, (5) silent way, (6) community language learning, (7) the natural approach, dan (8) suggestopedia.

(58)

Semua cara tersebut dapat dimanipulasi oleh perancang-perancang pembelajaran. Sebaliknya, jika suatu kondisi pembelajaran dalam suatu situasi dapat dimanipulasi, maka ia berubah menjadi metode pembelajaran. Artinya klasifikasi variabel-variabel yang termasuk ke dalam kondisi pembelajaran, yaitu variabel-variabelmempengaruhi penggunaan metode karena ia berinteraksi dengan metode danm sekaligus di luar kontrol perancang pembelajaran. Variabel dalam pembelajaran dapat dikelompokkan menjadi tiga bagian, yaitu (a) tujuan dan karakteristik bidang studi, (bahasa) kendala dan karakteristik bidang studi, dan (c) karakteristik pebelajar.

(59)

Media pembelajaran sangat berpengaruh dalam proses belajar, siswa akan lebih tertarik dalam menyimak pelajaran yang didapat dari seorang guru.

Kelebihan media audio. (1) Harga murah dan variasi program lebih banyak dari TV. (2) Sifatnya mudah untuk dipindahkan. (3) Dapat digunakan bersama-sama

dengan alat perekam radio, sehingga dapat diulang atau diputar kembali. (4) Dapat merangsang partisipasi aktif pendengaran siswa, serta dapat

mengembangkan daya imajinasi seperti menulis, menggambar dan sebagainya. Beriringan dengan temuan-temuan baru dalam psikologi pendidikan, pendekatan dan strategi pembelajaran menulis puisi di sekolah juga turut

berubah. Mengajar tidak lagi dipandang sebagai penyampaian sejumlah

informasi kepada peserta didik, tetapi harus mampu mendorong dan membimbing siswa untuk aktif mengkonstruksi sendiri pemahamannya. Selama proses pengkonstruksian konsep dan keterampilan menulis puisi,

kreativitas guru juga sangat penting bukan saja yang mengarah pada penemuan konsep, tetapi juga kemampuan guru menciptakan suasana belajar

yang menyenangkan. Dengan demikian, peningkatan kualitas pembelajaran merupakan aspek penting yang harus mendapat perhatian dari guru dan

lembaga-lembaga terkait, baik yang berhubungan langsung maupun tidak langsung dengan pengembangan profesionalisme guru dan kegiatan belajar

(60)

menyenangkan akan tercapai. Siswa akan cenderung termotivasi dalam belajar.

2.10. Penelitian yang Relevan

Dalam bagian ini akan dikemukakan beberapa pendapat yang memiliki relevansi dengan penelitian ini. Syahrudin, (2012) meneliti, bahwa penggunaan media gambar dapat meningkatkan ketrampilan siswa dalam menulis karangan puisi di Sekolah Dasar dan juga penggunaan media audio visual dalam pembelajaran lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkembangkan motivasi belajar, dan dapat mengatasi keterbatasan pengalaman siswa dalam berimajinasi dan berekspresi. Hasil penelitian ini menekankan pada penggunaan media audio visual dalam pembelajaran. Dalam menggunakan media audio visual dalam pembelajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat mengembangkan motivasi belajar siswa dan juga dapat mengatasi keterbatasan pengalaman siswa dalam berimajinasi dan berekspresi.

(61)

dan praktis tentang model respons nonverbal dan verbal yang diramu dari model pembelajaran berpikir induktif dan operasi dasar yang dapat mengembangkan ketrampilan menulis.

Penelitan peningkatan motivasi belajar Bahasa Indonesia pada siswa kelas V melalui media audio visual pada hasil penelitiannya mengatakan bahwa dengan penggunaan media audio visual membawa dampak bagi penggunaan audio visual mencapai 80%. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar siswa. (Kamsah, 2012).

2.11.Kerangka Pikir

Kerangka pikir dalam penelitian ini, Peneliti menyelenggarakan pretest terhadap siswa baik terhadap kelompok kontrol maupun terhadap siswa kelompok eksperimen. Dalam pretest, siswa diminta untuk menulis puisi dengan tema tertentu yang diberikan oleh peneliti. Pada saat menulis puisi baik siswa kontrol maupun siswa eksperimen tidak dibantu oleh peneliti.

Peneliti menyelenggarakan pembelajaran menulis puisi dengan tema sesuai dengan perintah peneliti pada kelompok kontrol namun masih menggunakan pembelajaran konvensional atau belum ada perlakuan dengan pembelajaran media audio visual.

(62)

menggunakan pembelajaran media audio visual. Siswa kelompok eksperimen mengikuti pembelajaran menulis puisi dengan materi sesuai dengan perintah peneliti. Dalam proses pembelajaran dengan menggunakan media audio visual. Selanjutnya kelompok eksperimen disuruh menulis puisi sesuai tema yang diberikan oleh peneliti.

2.11.1.Diduga melalui penggunaan pembelajaran media audio visual dapat ditingkatkan hasil belajar menulis puisi bagi siswa kelompok eksperimen.

2.11.2.Diduga nilai hasil belajar menulis puisi pada siswa kelompok eksperimen lebih tinggi daripada kelompok kontrol.

Rangkaian dari kerangka berpikir tersebut dapat divisualisasikan melalui bagan berikut ini:

Pra Eksperimen menulis puisi dengan tema lingkungan. Siswa kelompok kontrol dan eksperimen tidak dibantu dengan pembelajaran 1. Materi dijelaskan secara

konvensional

2. Menulis puisi belum meng-gunakan pembelajaran media audio visual

Siswa Kelompok eksperimen : 1 Materi dijelaskan dengan

menggunakan pembelajaran media audio visual

2. Dalam menulis puisi sudah menggunakan pembelajaran media audio visual

a. Diduga melalui penggunaan pembelajaran media audio visual dapat meningkatkan motivasi menulis puisi bagi siswa kelompok eksperimen.

b. Diduga nilai hasil belajar menulis puisi pada siswa kelompok eksperimen lebih tinggi daripada kelompok kontrol.

(63)

2.12. Hipotesis Penelitian

Hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Ada pengaruh media audio visual terhadap motivasi menulis puisi pada siswa kelas V di Kecamatan Cilongok

Gambar

Tabel 2.1. Pengelompokkan Media Belajar
Tabel 2.2. Klasifikasi Media Pembelajaran

Referensi

Dokumen terkait

Kegagalan desain pada penggunaan Preloading dan Prefabricetd Vertical Drain dapat terjadi dikarenakan kesalahan perencana dalam menentukan parameter-parameter desain

Administrator adalah pengguna yang dipercaya untuk mengelola data master seperti data operator, biaya kendaraan, parkir gratis, slot parkir, parkir keluar, dan

Isi modul ini : Ketakbebasan Linier Himpunan Fungsi, Determinan Wronski, Prinsip Superposisi, PD Linier Homogen Koefisien Konstanta, Persamaan Diferensial Linier Homogen

Berdasarkan pemaparan singkat tentang beberapa hal diatas yang menjadi landasan untuk dilakukannya penelitian ini maka penulis akan membuat sebuah aplikasi

penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar sesuai dengan karakteristik mata pelajaran yang diampu.. 8.1.1

Regulasi • Belum adanya national policy yang terintegrasi di sektor logistik, regulasi dan kebijakan masih bersifat parsial dan sektoral dan law enforcement lemah.. Kelembagaan

Pemberlakuan ambang batas dalam sistem Pemilihan Umum serentak yang akan dilaksanakan pada tahun 2019, menurut peneliti adalah suatu persoalan yang menarik untuk dikaji

Berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku tentang pemerintahan desa, dari 1945 sampai 2005 memberikan posisi eksistensi Desa Pakraman, mengalami pasang surut, hal